Radon
-
Upload
asmawati-machmoed -
Category
Documents
-
view
131 -
download
5
Transcript of Radon
'Radon' Polutan Udara yang Tak Tampak
A. Definisi Radon
Nama radon berasal dari radium. Radon ditemukan pada tahun 1900 oleh Friedrich Ernst
Dorn, yang mengemukakan sebagai pancaran radium. Pada tahun 1908 William Ramsay
dan Robert Whytlaw-Gray, yang menamakannya niton (dari bahasa latin nitens berarrti
"yang berkilauan"; simbol Nt), mengisolasinya, menenentukan kepadatannya dan mereka
menemukan bahwa Radon adalah gas paling berat pada masa itu (dan sampai sekarang).
Semenjak 1923 unsur 87 ini disebut Radon.
Radon adalah gas radioaktif yang tidak tampak, tidak berbau, dan tidak berasa, yang naik
ke permukaan bumi melalui proses peluruhan alami uranium yang terdapat pada hampir
semua tanah dan bebatuan. Radon dikatakan tidak tampak apabila berada pada tekanan
atau suhu ruangan. Namun bila didinginkan radon akan berwarna kuning dan bila cair
Radon akan berwarna merah jingga. Gas radon berpotensi keluar dari perut bumi, karena
berbagai peristiwa geologi atau ulah manusia. Radon merupakan hasil peluruhan U-238,
dan selanjutnya akan meluruh dengan memancarkan partilkel a (alfa) dan membentuk
anak luruh yaitu isotop tak stabil Polonium-218 (padatan) dan selanjutnya menjadi Po-
214 sampai akhirnya membentuk isotop stabil Pb-206.
Radon dikenal sebagai unsur radioaktif dan mempunyai waktu paruh 3,82 hari. Artinya,
aktivitas radon dalam waktu 3,82 hari akan tinggal separuhnya.
B. Sumber Radon
Di lingkungan, terdapat dua isotop gas radon yang paling terkenal, yaitu 222Rn
(gas radon) dan 220Rn (gas thoron). Radon merupakan anak luruh dari uranium, sedang
thoron merupakan anak luruh dari thorium, 232Th. Karena uranium dan thorium terdapat
pada setiap lapisan kerak bumi, maka gas radon tersebut terdapat juga di setiap lapisan
atmosfir bumi. Pada daerah normal dengan ketinggian 150 m di atas permukaan laut,
konsentrasinya berkisar antara 2–10 Bq/m3 (54– 270 pCi/m3) udara. Konsentrasi tersebut
akan menjadi berkurang kira-kira 1,5 kali lebih rendah setiap kenaikan 700 m ke atas.
Konsentrasinya mencapai maksimum di pagi hari dan minimum di siang hari atau sore
hari.
Radon dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada tanah dan batuan yang berumur
sangat tua (>600 juta tahun), yang mengandung granit, shale (batuan karang lunak yang
mudah pecah menjadi serpihan), fosfat dan pitch-blende (suatu variasi dari mineral
uraninit), disamping uranium. Radon juga dapat ditemukan pada tanah yang tercemar
oleh jenis-jenis buangan industri tertentu, sperti produk sampingan pertambangan
uranium atau fosfat. Berdasarkan NCRP (National Council onRadiation Protection and
Measurement), lebih dari 80% gas radon yang dilepaskan ke atmosfir berasal dari lapisan
tanah bagian atas. Besarnya konsentrasi radon sangat bergantung pada kondisi dan jenis
batuan yang terdapat pada lapisan tanah di daerah tersebut. Untuk jenis batuan granit
yang kaya dengan uranium diperoleh konsentrasi ratarata 59,26 Bq/kg (1,6 pCi/g),
sedangkan basalt yang relatif sedikit kandungan uraniumnya memiliki konsentrasi rata-
rata 11,11 Bq/kg (0,3 pCi/g). Selanjutnya, konsentrasi radon rata-rata secara keseluruhan
untuk batuan pada lapisan kerak bumi kira-kira 37,04 Bq/kg (1 pCi/g) dan pada tanah
kira-kira 25,93 Bq/kg (0,7 pCi/g).
Air tanah juga memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap konsentrasi radon di
lingkungan. Air tanah yang menembus batuan lapisan kerak melalui rongga-rongga
batuan dan tanah yang mengandung radium dapat melarutkan gas radon. Jika air tanah ini
menuju ke permukaan, maka radon yang terdapat pada air tersebut akan menguap ke
atmosfir. Konsentrasi radon dalam air tanah sangat bergantung kepada karakteristik
batuan yang dilewati oleh air tanah tersebut. Hasil penelitian tentang konsentrasi gas
radon dalam air oleh Hess dkk terhadap 2000-an contoh (samples) diperoleh konsentrasi
radon dengan selang antara 7,41 Bq/kg (0,2 – 50 pCi/g). Dari 10 jenis batuan granit yang
berbeda diperoleh konsentrasi rata-rata air-radon dengan interval antara 55,6 – 1444,4
Bq/kg (1,5 – 39 pCi/g).
Radon juga dapat di temukan di beberapa mata air dan mata air panas.
Konsentrasi gas radon yang sangat tinggi ditemukan pula pada daerah permukaan sumber
air panas. Konsentrasinya ada yang mencapai 1.000 – 10.000 kali konsentrasi gas radon
di udara pada umumnya. Salah satu kota yang terkenal dengan mata airnya yang kaya
dengan radium yang menghasilkan radon adalah Kota Misasa yang terletak di Jepang.
Berikut adalah tabel sumber-sumber radon yang terlepas ke udara bebas.
Tabel 1. Sumber radon yang Terlepas ke Udara
No Sumber radon Masukan ke
atmosfir
(37 x 103
1 Emanasi dari tanah 2000
2 Air tanah 500
3 Emanasi dari lautan 30
4 Residu fosfat 3
5 Uranium sisa tambang 2
6 Batu bara 0,02
7 Gas alam 0,01
8 Pembakaran sisa tambang 0,001
Selain di lingkungan, radon ditemukan di dalam ruangan atau di dalam rumah. Kondisi
dan bentuk bangunan rumah/tempat tinggal atau kantor sangat berpengaruh besar
terhadap keberadaan dan konsentrasi radon. Rumah-rumah yang dilengkapi dengan AC
(air conditioner) dan ventilasi udara sangat kurang, yang mulai banyak dijumpai pada
saat ini dapat dikatakan sebagai rumah dengan sistem sirkulasi udara tertutup. Pertukaran
udara dalam ruangan tertutup dengan udara luar/ lingkungan relatif kurang sekali.
Sirkulasi udara yang tertutup ini, ternyata memberikan konsentrasi radon yang relatif
tinggi dibandingkan rumah model yang sama dengan sistem sirkulasi udara terbuka.
Penggunaan bahan-bahan sisa hasil pengolahan bahan tambang sebagai bahan bangunan
untuk perumahan maupun gedung dapat memperbesar konsentrasi gas radon dalam
ruangan. Di Eropa beredar beberapa jenis bahan bangunan yang dibuat dari sisa hasil
pengolahan bahan tambang berkonsentrasi radioaktif alam tinggi. Beberapa contoh
diantaranya adalah phospogypsum (sisa hasil pengolahan fosfat yang mengandung
radium), batu bata merah dari limbah pabrik penghasil aluminium, blart furnace slag
(dari pabrik besi) dan sebagainya.
Konsentrasi gas radon dalam ruangan, selain disebabkan oleh air tanah, batuan dan tanah
di sekitar lingkungan rumah, juga sangat dipengaruhi oleh jenis bahan (material) dasar
bangunan rumah tersebut. Dari hasil studi konsentrasi radium dalam bahan bangunan
yang telah dilakukan di negara-negara maju seperti Inggris, USA, Jerman Barat dll,
ternyata sangat banyak material bangunan seperti brick (batu bata), wallboard atau beton
yang dapat memancarkan gas radon ke udara bebas.
Berikut adalah tabel kandungan radon pada beberapa bahan bangunan yang terdapat di
beberapa negara.
Tabel 2. Material sebagai bahan bangunan di beberapa negara maju (dalam Bq/kg)
Material
Konsentrasi gas radon (Bq/kg)
Inggris Rusia Jerman
Barat
Spanyol USA
Gypsum 22,2 - 18,5 3,0 -
Batuan,
kerikil
- 4,8-37,0 14,8 14,1-23,0 -
Batu bata,
merah
7,4-51,9 18,5-55,6 63,0 34,1 7,4-129,6
Beton - 74,1 22,2 - 25,9-51,9
Semen - 25,9 18,5 75,6 -
Atap
genting
- - - 70,4 63,0-70,4
Granit 88,9 111,1 103,7 77,4 -
Sedangkan untuk kandungan radionuklida pada beberapa bahan bangunan di Indonesia,
menurut hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Kandungan radionuklida alam yang terdapat pada beberapa bahan
bangunan di Indonesia (dalam Bq/kg) .
No. Jenis bahan Ra-226
1 Pasir TM 25,09
2 Pasir TG 7,04
3 Semen A 48,10
4 Semen B 11,10 81,40
5 Semen C 64,38
6 Semen D 40,70
7 Batu merah TG 36,64
8 Batu merah CK 36,64
9 Batu kapur BG 11,63
10 Tanah teras TG 22,94
C. Proses Masuknya Radon ke Ruangan
Seperti yang telah dijelaskan di atas, radon dapat masuk ke dalam ruangan melalui bahan
bangunan yang menjadi bahan dasar sebuah rumah. Radon bergerak ke atas melalui tanah
ke udara di atasnya. Gas radon menyelinap ke dalam rumah melalui retakan pada fondasi,
pompa banjir dan drainase, lubang disekitar pipa dan kabel, air dari sumur. Pada beberapa
situasi, radon dapat dilepaskan dari perapian batu atau sistem pemanas matahari dimana
panas tersimpan dalam lapisan batu yang besar. Begitu berada dalam ruangan, radon akan
terakumulasi di udara terutama di dalam bangunan yang ventilasinya kurang baik.
D. Pemantauan Radon
Pemantauan konsentrasi radon seperti yang digambarkan di atas dapat dilakukan
dengan metode langsung (instantaneous methods), metode kontinyu (continuous counting
methods) dan metode tidak langsung (integrating methods). Pada metode langsung dan
kontinyu diperlukan waktu pengukuran yang relatif singkat, sehingga hasilnya pun dapat
segera diketahui. Sedangkan pada metode tidak langsung, hasil pengukuran yang
diperoleh merupakan konsentrasi radon secara kumulatif untuk waktu selama masa
pengukuran.
a) Metode langsung
Pengambilan contoh udara (air sampling) dari atmosfir dilakukan dengan teknik
grab sample, yang dimasukan ke dalam kontainer dan dibawa ke laboratorium untuk di
analisis. Bentuk-bentuk kontainer yang biasa digunakan dapat berupa plastik, metal cans
dan gelas dengan ukuran volume antara 5 liter dan 20 liter. Untuk pengukuran
konsentrasi radon yang relatif rendah, dilakukan pengambilan contoh udara dalam jumlah
yang besar untuk kemudian menjadikan konsentrasi contoh menjadi volume yang kecil
sehingga memudahkan dalam pengukuran. Biasanya untuk konsentrasi radon yang
rendah ini menggunakan alat sedot udara (air dust sampler) yang dilengkapi kertas filter
tertentu (misal HE- 40T). Partikel-partikel radon dan turunannya yang menempel pada
kertas filter tersebut diukur konsentrasinya secara langsung dari peluruhan partikel alfa
dan beta dengan menggunakan detektor scintilasi. Selang waktu pengambilan contoh dan
waktu yang digunakan untuk pengukuran relatif singkat (dalam orde menit, jam). Hal ini
disebabkan karena waktu paruh anak luruh radon yang terpanjang hanya 26,8 menit. Jika
pengukuran dilakukan setelah beberapa jam pencuplikan dilakukan, maka anak luruh
radon dari contoh yang sebenarnya telah meluruh. Dengan menggunakan metode
langsung ini, fluktuasi konsentrasi radon setiap selang waktu pengukuran tersebut dapat
diketahui (Gambar 3).
Gambar 3. Perubahan konsentrasi radon rata-rata dari hari ke hari selama 24 hari.
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam metoda langsung ini adalah:
• Alpha particle scintillation counting, dengan ZnS atau liquid scintillators
• Internal ionization chamber counter
• Two filter methods
• Alpha particle spectroscopy
• Combined alpha particle and beta particle spectroscopy
b) Metode kontinyu
Pemantauan konsentrasi radon dalam metode kontinyu ini, dilakukan secara terusmenerus
menggunakan alat Scintillation chamber yang ditutup dengan filter udara. Dengan
kondisi filter udara yang ditutupkan dan scintilasi dari partikel alfa yang dipancarkan oleh
radon dan turunannya diukur secara terus menerus. Pengukuran ini biasanya dilakukan
dengan interval perbedaan integrasi yang dipakai untuk analisis
data adalah sekitar 180 menit dan hasilnya dapat dilihat dengan photomultiplier. Untuk
aliran udara konstan, bacaan pada skala alat sebanding dengan konsentrasi radon. Metode
ini biasanya digunakan pada konsentrasi radon yang relatif tinggi, misalkan dalam
tambang bawah tanah atau air tanah.
c) Metode tidak langsung
Berbeda dengan dua metode sebelumnya, pada metode ini digunakan detektor
yang sangat sensitif terhadap partikel alfa sehingga relatif mudah berinteraksi. Detektor
yang dapat dipakai dalam metode ini adalah etched track detectors (biasanya
menggunakan detektor CR-39), TLD (thermoluminescence detector) dan detektor
adsorpsi arang (charcoal adsorption detectors). Detektor-detektor ini sangat berbeda
dalam penggunaannya dan pada dasarnya partikel alfa yang dipancarkan oleh radon dan
turunannya menyebabkan terjadinya suatu perubahan/ kerusakan pada detektor yang
digunakan. Dalam pemantauan konsentrasi radon dengan metode ini diperlukan waktu
beberapa minggu atau bulan dan hasil yang diperoleh merupakan hasil yang mewakili
konsentrasi rata-rata radon untuk selama masa pengukuran. makin rendah konsentrasi
radon pada daerah yang akan diukur konsentrasinya diperlukan waktu yang relatif lebih
lama. Interaksi antara partikel alfa dengan detektor CR-39 dapat menimbulkan jejak-jejak
nuklir laten. Setelah melalui proses etsa kimia, jejak tersebut dapat dilihat dan dihitung
jumlahnya dengan bantuan mikroskop. Jumlah jejak yang terjadi pada detektor persatuan
luas akan sebanding dengan konsentrasi radon untuk masa selama pengukuran.
Detektor ini hanya dipakai untuk satu kali masa pengukuran. Pada TLD, interaksi
antara partikel alfa,beta dan sinar gamma (radiasi ionisasi) yang berasal dari peluruhan
radon dan turunannya dapat menyebabkan terjadi perubahan/perpindahan posisi atom
atau molekul bahan. Keadaan dapat dikembalikan seperti semula jika TLD menerima
panas dengan suhu tertentu. Dalam proses tersebut akan menimbulkan cahaya yang
berpendar
(luminisensi) yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasi radon. Dalam hal ini,
untuk koreksi paparan radiasi latar belakang dari sinar gamma digunakan TLD lain yang
hanya sensitif terhadap gamma. TLD berukuran relatif kecil, tidak mahal dan dapat
dipakai berulang sampai kira-kira 100 kali siklus pengukuran. Berbeda dengan detektor
CR-39 dan TLD, pada detektor adsorpsi arang ini terjadi penyerapan radon dan dalam
penggunaan untuk pengukuran konsentrasi radon tidak lebih dari kira-kira satu minggu.
E. Kegunaan dan Bahaya Radon
Radon kadang digunakan oleh beberapa rumah sakit untuk kegunaan terapeutik.
Radon tersebut di peroleh dengan pemompaan dari sumber Radium dan disimpan daloam
tabung kecil yang disebut ‘’benih’’ atau ‘’jarum’’. Radon sudah jarang di gunakan lagi
namun, mengingat rumah sakit sekarang bisa mendapatkan benih dari ‘’supplier’’ yang
menghasilkan benih dengan tingkat peluruhan yang dikehendaki. biasanya digunakan
kobalt dan caesium yang tahan selama beberapa tahun, sehingga lebih praktis ditinjau
dari segi logistik. Karena peluruhannya yang cukup cepat, radon juga digunakan dalam
penyelidikan hidrologi yang mengkaji interaksi antara air bawah tanah, anak sungai dan
sungai. Peningkatan radon dalam anak sungai atau sungai merupakan petunjuk penting
bahwa terdapat sumber air bawah tanah.
Indonesia, sebagai negeri vulkanik terkaya di dunia serta daerah gempa,
mempunyai potensi ancaman besar dari gas radon ini. Radon akan mudah keluar ke
permukaan berkaitan dengan aktivitas vulkanik. Pada suhu yang tinggi, radon akan
terlepas dari perangkap batuan dan keluar melalui saluran yang ada.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh BATAN (Sjarmufni dkk) yang dilakukan
pada tahun 2001 dan 2002 di daerah Gunung Rowo dan patahan Tempur, Muria - Jawa
Tengah, menunjukkan hasil pengukuran gas radon yang cukup signifikan. Gas tersebut
terlepas sebagai akibat kegiatan magmatik dan aktivasi patahan. Pengukuran
menunjukkan bahwa aktivitas gas radon mencapai sekitar 10-50 pCi. Zona-zona patahan
dan rekahan (sheared fault zone), juga perlu diwaspadai karena merupakan jalan yang
baik bagi radon untuk lepas ke permukaan.
Radon bersifat sangat toksik, dikarenakan sifat radioaktivitasnya yaitu sebagai
pemancar zarah alfa (a). Sinar radiasi ini akan berbahaya sebagai sumber internal, yaitu
apabila kita menghirup udara (inhalasi), gas radon dapat masuk ke dalam paru-paru kita.
Selain karena radiasi alfa dari radon itu sendiri, anak luruh radon seperti polonium yang
juga radioaktif dan Pb-204 yang bersifat toksik akan terdeposit di paru-paru. Sel
didominasi oleh air, sehingga interaksi radiasi dengan air akan menghasilkan berbagai
ion, radikal bebas dan peroksida yang bersifat oksidator kuat. Molekul-molekul protein,
lemak, enzim, DNA dan kromosom ini akan terserang oleh radikal bebas dan peroksida,
dalam proses biokimia, yang akan berakibat pada efek somatik dan genetik.
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Bradford D. Loucas, seorang
ilmuwan dari Columbia University, Amerika Serikat, penyinaran radiasi partikel alfa
dengan energi 90 keV/mm telah mengakibatkan pengaruh yang signifikan pada
kondensasi dan fragmentasi kromosom. Bandingkan dengan partikel alfa yang
dipancarkan oleh anak luruh radon di dalam jaringan yang setara dengan 90 sampai 250
keV/mm.
Selain hal di atas, radon juga salah satu penyebab kanker paru-paru. Jika terhirup,
produk-produk peluruhan radon (bentuk padat dari polonium-218 dan polonium-214),
baik yang melekat atau terlepas dari permukaan aerosol, debu dan partikel asap akan
tersangkut atau terperangkap jauh di dalam paru. Sewaktu terjadi peluruhan, produk ini
menghasilkan letupan kecil energi yang dapat meradiasi dan menembus sel-sel membran
mukosa, bronkus dan jaringan paru lainnya. Diperkirakan bahwa energi radiasi pengion
(ionizing) yang mempengaruhi sel epitel bronkus ini memicu proses karsinogenik. Gejala
yang terjadi sangat lambat, sehingga sulit untuk mendeteksinya (no immediate
symptoms). Menurut hasil penelitian di Amerika Serikat, gas radon memberikan
kontribusi terjadinya kanker paru-paru sejumlah 7000 sampai 30.000 kasus setiap
tahunnya. Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan EPA (Environmental Protection
Agency) telah mengklasifikasikan gas radon sebagai bahan karsinogen (penyebab kanker)
”kelas A”, dan di Amerika Serikat termasuk penyebab kanker paru kedua setelah rokok.
Pernyataan ini telah didukung oleh studi epidemiological evidence para pekerja tambang
yang terpapar radiasi dari gas radon secara lebih intensif, melalui uji cause-effect antara
paparan radon dan angka kematian kanker paru-paru (dose and respon curve).
Efek radon dalam jumlah aktivitas yang kecil (dari alam), bersifat probabilistik
(stokastik), artinya peluang atau kebolehjadian terkena efek tergantung pada dosis yang
diterima. Semakin besar dosis yang diterima, berarti peluang terkena kanker paru-paru
akan semakin besar, namun tidak ada kepastian untuk terkena efek tersebut. Meskipun
risiko gas radon bersifat probabilistik, namun angka penderita kanker paru-paru akibat
paparan gas radon tersebut harus tetap diwaspadai. Terlebih, di daerah vulkanik dan
rentan gempa, yang sangat memungkinkan terjadinya emanasi gas radon. Asap rokok
dikombinasikan dengan paparan radiasi radon akan memberikan efek sinergistik
terjadinya kanker paru.
EPA telah merekomendasikan bahwa jika di dalam rumah ada aktivitas gas radon
melebihi 4 pCi/liter, maka harus ada perbaikan rumah.
Di samping efek negatifnya, alam selalu memberikan keseimbangan. Radon sangat
bermanfaat sebagai alat pendeteksi dini kegiatan vulkanik, sehingga dapat berperan
dalam memitigasi bencana gunung api, meskipun sampai saat ini masih dalam skala
eksperimen.
F. Pencegahan Terpapar Radon
Konsentrasi radon dalam ruangan baik ruangan di perkantoran maupun tempat
tinggal, sangat dipengaruhi oleh kondisi dan posisi ruangan tersebut. Dinding dan lantai
ruangan yang terbuat dari bahan beton juga memberikan kontribusi yang sangat berarti
terhadap konsentrasi radon. Ruangan tertutup dengan sirkulasi udara relatif terbatas,
konsentrasi radonnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan terbuka. Ruangan
tertutup yang sirkulasi ke udara luarnya kurang, lebih sering dijumpai pada ruangan-
ruangan yang memiliki AC. Konsentrasi radon akan semakin meningkat jika pada
dinding-dinding ruangan tersebut terdapat retakan ataupun plester yang kurang baik.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsentrasi radon tanpa merubah
kondisi bangunan yang ada, adalah dengan memperbaiki sirkulasi udara atau sistem
ventilasi, sehingga terjadi pertukaran udara dalam ruangan dengan udara lingkungan.
Selain dari itu, kondisi plesteran dinding dalam ruangan juga perlu diperhatikan,
misalnya menutup bagianbagian yang retak dengan pengecatan yang baik dan merata.
Mengganti lantai dengan bahan keramik/porselen jika lantai terbuat dari tegel. Di negara-
negara maju, disamping telah dilakukan pengukuran dengan berbagai metode dan kondisi
dimana gas radon itu berada, juga telah mulai dikembangkan metode untuk mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan oleh gas radon. Sebagai contoh, pada daerah Wyoming
dan Tennese di Amerika memiliki jenis batuan yang umurnya sangat tua dan
memancarkan gas radon dalam jumlah besar. Untuk mengatasi permasalahan gas radon di
daerah tersebut, diperkenalkan prototip rumah yang mampu mengusir atau mengurangi
konsentrasi gas radon dalam ruangan. Di negara bagian di Australia, pemerintah melalui
Common Wealth Department of Health, Housing and Community Services telah
membuka pusat-pusat informasi mengenai gas radon. Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai resiko yang sebenarnya
dari gas radon tersebut.
Selain itu ada beberapa hal alin yang daapt dilakukan untuk mengurangi resiko
terpajan radon, yaitu kurangi waktu di tempat-tempat seperti basement karena di lokasi
tersebut konsentrasi radon kemungkinan akan lebih besar dan lebih tinggi; buka seluruh
jendela dan nyalakan kipas untuk melancarkan aliran udara ke dalam dan ke luar rumah.
Cara mengurangi kadar radon di dalam rumah antara lain dengan penyediaan ventilasi
yang cukup agar radon terdilusi dan terjadi sirkulai udara. Cara lain misalnya dengan
membuat pompa penghisap pada sumber radon dan mengalirkannya ke luar, atau
pemilihan desain pondasi yang tepat. Tes kadar radon secara periodik menggunakan
detektor sintilasi perlu dipertimbangkan untuk mengetahui anomali kadar radon, sehingga
dapat diambil tindakan secepatnya. Di negara maju, tes radon di rumah-rumah sudah
jamak dilakukan. Rumah dan gedung perkantoran akan mempunyai nilai jual yang lebih
tinggi jika tidak mempunyai problem radon.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. Radon. http://id.wikipedia.org, (9 Januari 2009).
Hunter, Beatrice Trum dan Thomas Hirsch. 2004. Udara dan Kesehatan Anda. P., Bramh
Udumbara dan Lynda Kwek, penerjemah. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Terjemahan
dari: Air and Your Health.
Sofyan, Hasnel dan Shinji Tokonami. Penentuan Konsentrasi Radon dan Turunannya Dalam
Ruangan Menggunakan Pylon WLX. WWW Google (berkala sambung jaring)
http://batan-bdg.go.id/modules.php, (9 Januari 2009).
Sofyan, Hasnel. Mewaspadai Gas Radon. WWW Google (berkala sambung jaring) http://batan-
bdg.go.id/modules.php, (9 Januari 2009).
Susilo, Yarianto S Budi. Mewaspadai Radon Di Lingkungan Kita. WWW Google (berkala
sambung jaring) http://sinarharapan.co.id/berita/0210/09/ipt03.html, (9