Radiologi tb paru
-
Upload
jendryhendrap -
Category
Documents
-
view
207 -
download
8
description
Transcript of Radiologi tb paru
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Koch pulmonum adalah nama lain dari tuberkulosis paru. Sejak jaman dahulu,
angka kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh penyakit ini sangatlah tinggi.
Karena terbatasnya ilmu pengetahuan pada saat itu, penyebab pasti, cara penularan
maupun pengobatannya belum dapat diketahui.1
Aristoteles adalah orang pertama yang menemukan bahwa tuberkulosis
merupakan penyakit menular, walaupun belum diketahui pasti penyebab dan cara
penularannya. Pada tahun 1882, seorang ilmuwan bernama Robert Koch berhasil
mengisolasi penyebab pasti penyakit ini, yaitu bakteri berbentuk batang yang
bernama Mycobacterium tuberculosis.1
Pada tahun 1960an, Riley dan Stead beserta para kolega mereka menemukan
bahwa penyakit ini menyebar melalui udara (airborne transmission) dan dapat
tereaktivasi kembali dalam bentuk dormant. Penemuan ini sangat membantu dalam
memahami patogenesis, perjalanan penyakit dan gambaran klinis penyakit ini. Dari
patogenesis tersebut, ditemukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis penyakit tuberkulosis paru ini, salah satunya adalah dengan
pemeriksaan rontgenologis. 1
Pemeriksaan rontgenologis yang sering digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis TB adalah foto thorax. Proyeksi yang sering digunakan pada
foto thorax adalah PA, AP, Lateral dan Top Lordotic.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Paru-Paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah (lobus medius), dan gelambir bawah (lobus
2
inferior). Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus superior) dan gelambir bawah (lobus inferior). Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai delapan segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan tiga buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada gelembung inilah terjadi pertukaran udara di dalam darah, O2
masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700juta buah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan mencegah kolapnya alveolus.
3
2.2 Definisi Tb Paru
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis tipe Humanus (jarang oleh tipe M. bovinus). TB paru
merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah, dapat mengenai semua
organ tubuh.2
2.3 Etiologi
Penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1 – 4/um dan tebal 0,3 - 0,6/um. Mycobacterium
merupakan kuman batang tahan asam, yang dapat hidup selama berminggu-minggu
dalam keadaan kering, tapi mati dengan suhu 600C dalam cairan suspensi selama 15
– 20 menit. 2
Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini
terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi. Di dalam
jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag.
Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid.2
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian
apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit KP. 2
2.4 Cara penularan
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung
droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdahak
4
atau berdarah yang mengandung basil tahan asam (BTA). Pada TB kulit atau jaringan
lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung.2
2.5 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, tuberculin
tes, pemeriksaan serologi (imunoglubulin), radiologis dan bakteriologis. Diagnosis
pasti TB ditegakkan berdasarkan ditemukannya kuman Mycobacterium tuberculosis.2
2.6 Pemeriksaan Radiologis Tuberkulosis Paru
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih
serta memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis
milier. Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan
radiologis dada.3
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus
atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah
(bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada
tuberkulosis endobronkial).3
2.6.1 Radiografi
Pemeriksaan rontgenologis yang sering digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis TB adalah foto thorax dan CT-Thorax. Proyeksi yang sering
digunakan pada foto thorax adalah PA, AP, Lateral dan Top Lordotic. Proyeksi PA
adalah yang lebih umum digunakan, sedangkan proyeksi lateral dan top lordotic
digunakan sebagai foto tambahan bila terdapat kelainan gambaran radiologis yang
belum dapat disingkirkan merupakan murni kelainan radiologis atau karena hal lain,
seperti kelainan berada di belakang tulang klavikula atau costae I sehingga membuat
rancu. Dengan melakukan proyeksi lateral dan top lordotic, dapat dilihat gambaran
lapangan paru yang lebih jelas.3
5
Pemeriksaan rontgen memegang peranan penting dalam melihat apakah ada
kelainan pada organ paru, namun tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya
pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis KP. Pemeriksaan lain yang
tidak kalah penting ada pemeriksaan sputum 3 seri (sewaktu-pagi-sewaktu) dan tes
mantoux. Namun, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :3
1. Bila klinis ada gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan kelainan pada
foto rontgen.
2. Bila klinis ada persangkaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto
rontgen tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bahwa penyakit
yang diderita bukanlah tuberkulosis.
3. Pada pemeriksaan rontgen rutin mungkin telah ditemukan tanda-tanda pertama
tuberkulosis, walaupun klinis belum ada gejala. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan
pada foto rontgen belum berarti tidak ada tuberkulosis, sebab kelainan pertama pada
foto rontgen biasanya baru kelihatan sekurang-kurangnya 10 minggu setelah infeksi
oleh basil tuberkulosis.
4. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologik, tanda tuberkulosis yang
terpenting adalah kelainan pada foto rontgen.
5. Ditemukannya kelainan pada foto rontgen belum berarti bahwa penyakit tersebut
aktif.
6. Dari bentuk kelainan pada foto rontgen (bayangan bercak-bercak, awan-awan, dan
lubang merupakan tanda aktif ; sedangkan bayangan garis-garis dan sarang kapur
merupakan tanda tenang) memang dapat diperoleh kesan tentang aktivitas penyakit,
namun kepastian diagnosis hanya dapat diperoleh melalui kombinasi dengan hasil
pemeriksaan klinis dan atau laboratoris.
7. Pemeriksaan rontgen penting untuk dokumentasi, penentuan lokalisasi proses dan
tanda perbaikan atau perburukan dengan melakukan perbandingan dengan foto-foto
terdahulu.
8. Pemeriksaan rontgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi seperti
pneumothorax artifisial, torakoplastik, dsb.
6
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini bahkan
tidak boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto roentgen adalah
suatu keharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila perlu disertai proyeksi-
proyeksi tambahan seperti foto lateral, foto khusus puncak AP-lordotik dan tekhnik-
tekhnik khusus lainnya.
2.6.2 Proyeksi Roentgen Thorax
Ada 4 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai TB,yaitu :3
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)
Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi
berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila terlihat suatu kelainan pada
proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi AP (Antero Posterior)
Posisi ini digunakan apabila pasien tidak dapat berdiri ataupun tidak dapat
duduk. Pasien akan lebih sulit menarik nafas dalam, sehingga diafragma akan lebih
tinggi. Jika ada cairan di paru atau di rongga pleura, maka hal ini tidak begitu jelas
terlihat karena cairan cenderung hanya melapisi permukaan posterior paru.
Perbedaan foto thorax PA dengan AP adalah pengambilan foto ini yang paling
sering dilakukan pada pasien gawat, misalnya di ruang rawat darurat atau rawat
7
intensif. Biasanya hasil foto ”portable” akan sedikit lebih buruk dibanding foto yang
diambil di radiologi. Pada foto dapat dilihat tulang rusuk melandai ke bawah, jantung
akan lebih besar dan semakin membesar apabila jarak fokus terhadap pasien lebih
dekat. Skapula tampak di atas daerah paru.
3. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang
kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir inspirasi
dalam.
8
4. Proyeksi Top Lordotik
Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan
adanya kelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya
dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan dalam
menginterpretasikan suatu lesi di apeks. Pengambilan foto dilakukan pada posisi
berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah caudocranial, agar gambaran
apeks paru tidak berhimpitan dengan klavikula.
2.6.3 Manifestasi Radiologis TB
Manifestasi radiologis atau kelainan radiologis yang timbul bergantung pada
beberapa faktor pejamu (host), diantaranya adalah adanya riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis, usia dan status fungsi imun (ada atau tidak penyakit sistem
imun). Pada orang dengan fungsi sistem imun yang normal, manifestasi atau kelainan
radiologis yang ditemukan digolongkan menjadi 2 kategori, yaitu primer dan
postprimer tuberkulosis, yang pada orang dengan gangguan sistem imun kelainan
dapat berkembang.3
2.6.4 Klasifikasi Tb
Tuberkulosis primer
9
Tuberkulosis primer terjadi karena infeksi melalui jalan pernapasan (inhalasi)
oleh Mycobacterium tuberculosis. Biasanya pada anak-anak. Kelainan rontgen dapat
berada dimana saja dalam paru-paru, dan dapat mengenai beberapa segmen dalam
satu lobus paru. Walau begitu, bagian yang sering terkena adalah lobus bawah, lobus
media dan lingula, dan segmen anterior dari lobus atas.3
Manifestasi yang paling sering ditemukan pada tuberkulosis primer adalah
pembesaran kelenjar limfe / limfadenopati. Dengan ditemukannya pembesaran
kelenjar limfe hilus dan mediastinum, dapat dipastikan adanya tuberkulosis primer,
karena pada tuberkulosis post-primer jarang ditemukan kelainan ini. Angka kejadian
pembesaran kelenjar limfe ini semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia
seseorang.3
Chest radiograph obtained in a 7-month-old Hispanic boy shows right paratracheal
lymphadenopathy (straight arrow) with multilobar consolidation predominating in the right
lung. Moderate right lower lobe atelectasis with inferior displacement of major fissure (curved
arrows) is associated. Right hilar lymphadenopathy (not shown) was also present.4
10
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA dan lateral4
Kelainan radiologis yang tampak selain pembesaran kelenjar limfe hilus dan
mediastinum dapat berupa konsolidasi (kelainan berwarna putih) yang dapat berawan,
11
berbentuk garis (linier), bulat (nodular), menyerupai massa (mass like) maupun
konsolidasi homogen. Kelainan berupa konsolidasi ini sering timbul segmental
ataupun lobaris, dan menurut data statistik kelainan yang didapat lebih sering pada
paru sebelah kanan.3
Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah pleuritis, yang ditandai
dengan adanya efusi pleura (pada foto akan tampak meniscus sign dan tanda-tanda
pendorongan). Pleuritis terjadi karena perluasan infiltrat primer ke pleura melalui
penyebaran secara hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis
bronkus karena perforasi kelenjar ke dalam bronkus. Baik pleuritis maupun
atelektasis tuberkulosis pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang
primer tersembunyi di belakangnya.3
Chest radiograph obtained in a 3-year-old Hispanic boy shows mediastinal and right
hilar lymphadenopathy. Atelectasis of the right lower lobe is present with depression of
the major fissure (arrows).4
12
Young male patient with fever and cough has a focal opacity in the left lower lobe that looks like
a pneumonia. This is a case of primary tuberculosis in an adult.4
Posteroanterior chest radiograph in a young patient shows a right upper lobe and right lower
lobe consolidation and a small pleural effusion on the right side.4
13
A middle-aged man presents with a cough and fever lasting several weeks. Posteroanterior chest
radiograph shows a prominent paratracheal area on the right, lymphadenopathy, a cavitary
opacity in the right upper lobe, and a focal consolidation in the middle lung zone on the right.
The patient was ultimately found to have primary progressive tuberculosis.4
Tuberkulosis post-primer
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa. Saat ini
pendapat umum mengenai penyakit tersebut adalah bahwa timbul reinfeksi pada
seorang yang dimasa kecilnya pernah menderita tuberkulosis primer, tetapi tidak
diketahui dan menyembuh sendiri. Sarang-sarang yang terlihat pada foto Roentgen
biasanya berkedudukan di apeks, segmen posterior lobus atas, dan segmen superior
lobus bawah, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi di lapangan bawah, yang
biasanya disertai oleh pleuritis. Dapat juga ditemukan gambaran adanya kavitas yang
merupakan petunjuk atau tanda khas dari tuberkulosis post-primer. Gambaran kavitas
berbentuk bulat dengan dinding atau tepi yang tipis berwarna putih dan bagian tengah
berwarna hitam. Kadang terdapat gambaran air fluid level di dalam kavitas.3
14
Sputum culture-positive TB in an 82-year-old Asian woman. (a) Close-up radiographic view of
right upper lobe shows an ill-defined area of increased opacity (arrow) associated with
calcification in the retroclavicular region. (b) Corresponding thin-section CT scan obtained with
1-mm collimation shows nodular opacities containing foci of calcification (arrows) in the apical
segment. The remainder of the thoracic CT study (not shown) obtained at 7 mm collimation
revealed no other abnormalities that could account for the positive culture.
15
Atypical distribution of postprimary TB in a 62-year-old man. (a) Chest radiograph shows a 5-
cm cavitary mass with a thick, irregular wall (large arrow) and surrounding adjacent nodular
opacities in the left upper lobe. An ill-defined 5-mm nodule (small arrow) is present in the
contralateral, right upper lobe. (b) CT scan obtained with 7-mm collimation shows the location
of the cavitary mass (arrows) in the anterior segment of left upper lobe.
Postprimary pattern of TB in a 54-year old Hispanic man. (a) Radiograph obtained at
presentation shows focal areas of confluent consolidation (large arrows) in the bilateral upper
lobes. In the right lung, multiple ill-defined, 5-8-mm nodules (small arrows) can be identified; in
the more severely affected left lung, a bronchopneumonia pattern is present predominating in
the lower lobe. (b) Radiograph obtained 3 months after initiation of treatment shows that
improvement has occurred, with resolution of right lung nodules. Reticulonodular opacities
persist in bilateral upper and left lower lung zones.
16
Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder jarang ditemukan.
Namun, pada pasien dengan gangguan sistem imun contohnya pada pasien dengan
HIV/AIDS dapat terlihat adanya gambaran pembesaran kelenjar limfe.
Chest radiograph obtained in a 28-year-old HIV-seropositive man shows consolidation in the left
upper lobe associated with mediastinal (double arrows) and left hilar (single arrow)
lymphadenopathy.
Penyebaran infeksi ke lapisan pleura lebih sering terjadi dibandingkan dengan
tuberkulosis primer. Efusi pleura sering ditemukan pada keadaan ini yang mengenai
satu sisi (unilateral) ataupun kedua sisi (bilateral) dan dapat berkembang menjadi
empyema. Keadaan ini harus segera ditangani dengan cara intervensi surgikal, karena
infeksi terjadi pada ruangan tertutup dan apabila tidak segera ditangani infeksi akan
menyebar ke daerah sekitar (parenkim paru, tulang-tulang iga).
17
Posteroanterior chest radiograph from a young female patient who presented with a cough,
positive findings on skin testing with purified protein derivative of tuberculin (PPD), and a
pleural effusion that was positive for acid-fast bacilli. This image shows a left pleural effusion
and left lowerlobe consolidation.
2.6.5 Klasifikasi tuberkulosis sekunder
Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association
adalah sebagai berikut :3
1. Tuberkulosis minimal (minimal tuberculosis) : yaitu luas sarang-sarang yang
kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2
depan ; sarangsarang soliter dapat berada dimana saja, tidak harus berada di dalam
daerah tersebut. Tidak ditemukan adanya lubang (kavitas).
2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advanced tuberculosis) : yaitu luas
sarangsarang yang bersifat bercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada
lubang diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau sifat bayangan sarang-sarang tersebut
berupa awan-awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi homogen, luasnya
tidak boleh melebihi 1 lobus.
3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis) : yaitu luas daerah yang
dihinggapi oleh sarang-sarang lebih daripada klasifikasi kedua di atas, atau bila ada
lubang-lubang, maka diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm.
18
Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto Roentgen.
Salah satu pembagian adalah menurut bentuk kelainan, yaitu :3
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan-awan atau bercak, yang batasnya tidak tegas
dengan densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis / pita tebal, berbatas
tegas dengan densitas tinggi.
4. Kavitas (lubang).
5. Sarang kapur (kalsifikasi).
Yang banyak dipergunakan di Indonesia ialah cara pembagian yang lazim
dipergunakan di Amerika Serikat, yaitu :3
1. Sarang-sarang berbentuk awan / bercak-bercak dengan densitas rendah atau sedang
dengan batas tidak tegas. Sarang-sarang seperti ini biasanya menunjukkan bahwa
proses aktif.
2. lubang (kavitas) ; ini selalu berarti proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat
kecil, yang dinamakan lubang sisa (residual cavity)
19
3. Sarang seperti garis-garis (fibrotik) / bintik-bintik kapur (kalsifikasi) yang biasanya
menunjukkan bahwa proses telah tenang.
20
Kemungkinan-kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkulosis
· Penyembuhan5
1. Penyembuhan tanpa bekas
Penyembuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak (tuberkulosis
primer), bahkan kadang-kadang penderita sama sekali tidak menyadari bahwa ia
pernah diserang penyakit tuberkulosis. Pada orang dewasa (tuberkulosis sekunder)
penyembuhan tanpa bekas pun mungkin terjadi apabila diberikan pengobatan yang
baik.
2. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat
Penyembuhan ini berupa garis-garis berdensitas tinggi/sarang
fibrotik/bintikbintik kapur (sarang kalsiferus). Secara radiologi sarang baru dapat
dinilai sembuh (proses tenang) bila setelah jangka waktu selama sekurang-kurangnya
3 bulan bentuknya sama. Sifat bayangan tidak boleh bercak-bercak, awan atau
lubang, melainkan garis-garis / bintik-bintik kapur.
· Perburukan (perluasan) penyakit5
1. Pleuritis
Pleuritis terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau melalui
penyebaran hematogen.
21
2. Penyebaran milier
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sekecil 1 – 2 mm /
sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru. Pada foto,
toraks tuberkulosis miliaris ini dapat menyerupai gambaran ‘badai kabut’ (snow
storm appearance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi ke ginjal, tulang, sendi,
selaput otak (meningen), dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan, sering menduduki lobus kanan (sindroma lobus medius).
4. Timbulnya lubang (kavitas)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering
tipis berbatas licin, tetapi mungkin pula tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya
mungkin terlihat cairan, yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan
fibrotik dan bersifat tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala ulang (follow-up)
22
dinamakan lubang sisa (residual cavity) dan berarti suatu proses spesifik lama yang
sudah tenang.
2.7 Komplikasi
Baik tuberkulosis primer maupun post-primer memiliki kemungkinan untuk
memburuk bila tidak ditangani dengan tepat. Komplikasi terjadi karena penyebaran
penyakit yang dapat secara hematogen, limfogen maupun perkontinuitatum.
Komplikasi dapat terjadi lokal yaitu di organ paru itu sendiri maupun di organ lain
(otak, tulang, kulit, dsb). Komplikasi pada paru yang sering terjadi adalah
tuberkulosis milier dan tuberkuloma.6
Tuberkulosis milier
Merupakan penyebaran basil tuberkulosis secara hematogen, yang dapat menyebar ke
paru maupun organ lain. Pada paru akan memberi gambaran perselubungan (putih) di
seluruh lapangan paru dengan bentuk (bulat) dan ukuran yang sama. Begitu pula pada
pemeriksaan CT-Thorax akan memberi gambaran putih bulat dengan ukuran kecil
(milier) yang tersebar merata di seluruh potongan paru. Keadaan ini lebih sering
ditemukan pada anak dan pasien dengan gangguan fungsi sistem imun (pasien dengan
HIV/AIDS).
23
Tuberkuloma
Pada pemeriksaan radiologis akan memberi gambaran putih berbentuk bulat
maupun oval dengan ukuran kira-kira 4 cm atau lebih (nodul). Batas tegas, biasanya
timbul pada daerah predileksi kelaina radiologis berupa konsolidasi pada paru.
Gambaran radiologis ini menyerupai massa pada parenkim paru (coin lessions),
namun dapat dilihat adanya kelainan radiologis lain yang merupakan tanda adanya
proses infeksi tuberkulosis, dan pada massa akan terdapat kalsifikasi sentral.
Complications of childhood TB causing recurrent hemoptysis in a young black man. (a) Detailed
radiographic view obtained when the patient was 28 years old shows a cavity (arrows) in the left
upper lobe. (b) Eleven years later, detailed radiographic view shows development of a nodule
(arrows) in the cavity.
2.8 Diagnosa Banding
Dalam diagnostik diferensial tuberkulosis paru dapat disebut berbagai
penyakit dan keadaan berikut : Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh jamur
(fungus) seperti aspergillosis dan nocardiasis tidak jarang ditemukan pada para
petani yang bekerja di ladang.6
Kelainan-kelainan radiologik yang ditemukan pada ketiga penyakit jamur di atas
mirip sekali dengan yang disebabkan oleh tuberkulosis, yaitu hampir semua
berkedudukan di lapangan atas dan disertai oleh pembentukan lubang (kavitasi).
Perbedaannya ialah, bahwa pada penyakit-penyakit jamur ini pada pemeriksaan
sepintas lalu terlihat bayangan bulat agak besar yang dinamakan aspergilloma, yang
pada pemeriksaan lebih teliti, biasanya dengan tomogram, ternyata adalah suatu
24
lubang besar berisi bayangan bulat, yang sering dapat bergerak bebas dalam lubang
tersebut. Bayangan bulat ini yang dinamakan bola jamur (fungus ball) adalah tidak
lain daripada massa mycelia yang mengisi suatu bronkus.6
Penyakit yang dapat disalahtafsirkan sebagai sarang-sarang tuberkulosis paru
karena berbentuk bercak-bercak dan berkedudukan di lapangan atas adalah infiltrat
pneumonia lobaris lobus atas dalam masa resolusi . kepastian mudah diperoleh karena
bercak-bercak tersebut cepat menghilang sama sekali dengan pengobatan yang baik. 6
Hal-hal yang menyerupai lubang dan dapat disalahtafsirkan sebagai kavitas
tuberkulosis antara lain adalah : kelainan bawaan (anomali) iga, bronkus ortograd
superposisi bagian lateral muskulus sternokleidomastoidens dengan bagian medial iga
pertama, dan fossa rhomboidea, yaitu ujung anterior iga pertama.
Aspergillosis / Angioinvasive / Lung ball
Angioinvasive aspergillosis in a neutropenic patient receiving chemotherapy. Bilateral solid lung
nodules when the patient is neutropenic (image on left). When the neutropenia is corrected the nodules
cavitate (middle image), note peripheral crescents of gas . The image on right shows lung ball (large
arrows) and crescentic air (small arrrows).6
2.9 Pengobatan Tb Paru
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.7
25
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:7
• OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan
OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT)
lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
• Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
• Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
Tahap Lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3) 7
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
- Pasien baru TB paru BTA positif. �- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif �- Pasien TB ekstra paru �
26
2. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)7
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
- Pasien kambuh �- Pasien gagal �- Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)�3. OAT Sisipan (HRZE)7
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama sebulan (28 hari).
2.10 prognosa
Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru dan tidak putus obat,
kecuali jika infeksi disebabkan oleh strain resisten obat atau pasien berusia lanjut
dengan gangguan kekebalan tubuh yang menurun.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Koch Pulmonum adalah nama lain dari tuberkulosis paru, karena orang yang
pertama kali menemukan dan bisa mengidentifikasi penyebab pasti tuberkulosis
adalah Robert Koch. Untuk menegakkan diagnosis, selain dari pemeriksaan klinis
juga diperlukan pemeriksaan penunjang diantaranya adalah pemeriksaan kultur
sputum dan foto Roentgen thorax. Kedua pemeriksaan tersebut saling berperan,
namun gejala klinis bila tanpa disertai kelainan radiologis dapat memastikan
seseorang tidak terinfeksi basil tuberkulosis.
Menurut gambaran radiologis, tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi
tuberkulosis primer dan post-primer. Pada tuberkulosis primer akan tampak
pembesaran kelenjar limfe hilus dan mediastinum dan sering terjadi pada anak-anak,
sedangkan pada tuberkulosis post-primer jarang ditemukan pelebaran kelenjar limfe.
Namun tidak menutup kemungkinan, terjadi pembesaran kelenjar limfe pada orang
dewasa, yang menandakan tuberkulosis primer.
Pada tuberkulosis post-primer, lebih banyak ditandai adanya kavitas ataupun
gambaran konsolidasi di bagian atas paru. Sedangkan pada tuberkulosis primer
gambaran konsolidasi dapat berada dimana saja. Pada tuberkulosis yang tidak
mendapat pengobatan adekuat ataupun pada tuberkulosis dengan HIV/AIDS dapat
terjadi komplikasi berupa gambaran milier ataupun tuberkuloma.
28