Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

42
RADIOFOTOGRAFI II Kelompok : 8 Miftahurrahman Suhanda Deka Yulia novita A Iman suhaina

Transcript of Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Page 1: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

RADIOFOTOGRAFI II

Kelompok : 8Miftahurrahman

SuhandaDeka

Yulia novita AIman suhaina

Page 2: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI

Teknik Radiografi adalah ilmu yang mempelajari tatacara pemotretan dengan menggunakan sinarpengion seperti sinar x untuk membuat citra gambarradiografi guna menegakkan diagnosa.Radiologi dibagi menjadi 2 cabang yaitu

• Radiodiagnostik : Pemamfaatan sinar X untukmendiagnosa/memeriksa suatu kelainan pada organ anggota tubuh Pasien.

• Radioterapi : Pemamfaatan sinar X atau Sumberradiasi lainnya untuk penyembuhan kelainan padatubuh Pasien. Seperti : Kanker atau Tumor

Page 3: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Kualitas gambar dapat didefinisikan sebagai rasioantara signal dan noise.a. Signal adalah informasi yang diperlukan darisistem pencitraan, misalnya radiograf

b. Signal dapat didefinisikan sebagai siza minimum objek yang harus terlihat

c. Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangisignal pada gambaran

d. Noise, dalam film / screen sistem konvensional, dapat didefinisikan sebagai graininess gambar

Page 4: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

• Eksposi dan proses pada film akan menghasilkan derajat dan polapenghitaman film yang tergantung dari berbagai factor yaitu:

a. Densitas RadiografiMenurut Stuart dan Michael, densitas radiografi adalahkeseluruhan derajat penghitaman pada film radiografi yang telahdieksposi dan mengalami proses pencucian.

b. Kontras RadiografiMenurut Stuart dan Michael, kontras radiografi biasanya melukiskanjarak atau perbandingan hitam dan putih pada gambaran radiografi.

c. Detail RadiografiDetail radiografi adalah hasil gambaran radiografi yang mampumemperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto.

d. KetajamanKetajaman adalah hasil gambaran radiografi yang mampumemperlihatkan batas yang tegas bagian-bagian objek yang difotosehingga struktur organ terlihat dengan baik.

Page 5: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi , yaitu :

• 1) Subjek kontras

Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasiyang ditransmisikan melewati area berbeda dari maerial yang diinspeksi. Hal ini tergantung pada kemampuan serapanmaterial yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi danintensitas radiasi serta hamburan balik radiasi (back scattering).

Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibatpada tingkat kontras film radiografi. Perbedaan ketebalan ataumassa jenis material yang lebih besar, akan memberikanperbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakinbesar.

Page 6: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Akan tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan duagambar radiografi dengan kontras yang berbeda.

Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih kecil akanmenghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebihtinggi

Hal ini terjadi karena energi radiasi yang rendah lebih mudahdiserap oleh bahan, sehingga perbandingan foton yang ditransmisikan melewati material yang tebaldan tipis akanlebih besar dengan energi radiasi rendah.

Page 7: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda :Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian

citra yang dapat dilihat & dinyatakan dengan angka. Adapun penyebabnya :

• Faktor radiasi• Kualitas sinar primer• Sinar hambur / scatter• Faktor film• Faktor processing• Jenis & susunan bahan pembangkit• Waktu & suhu pembangkitkan• Lemahnya cairan pembangkit• Agitasi film• Reducer

Page 8: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

• · Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidakdapat diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat

• a. Ketajaman• Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat

dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkansinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslahdengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkatpengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti:

• 1) Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran, jarak)

• 2) Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat• 3) Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam

citra.• 4) Layar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan

memendarkan cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk.• 5) Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda.• 6) Emulsi film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada

film, menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra• Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang

dapat terlihat pada citra radiografi

Page 9: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

• Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman, yaitu:

• 1) Faktor Citra Radiografi, meliputi:

• a) Ketajaman dan kontras objektif

• b) Tingkat eksposi

• Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitasmasih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit(ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, strukturmasih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidakbegitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal).

• Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen

Page 10: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

• 2) Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto)

Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengancontras subyektif faktor viewer

Page 11: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Ada tiga factor dalam persiapan alat dan gambar, yaitu:• Factor pesawat• Factor pasien• Factor perlengkapan

dalam persiapan alat dan bahan ini akan dijelaskan tentangpesawat radiologi.Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X ataukomponen. Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untukmenghasilkan radiasi dengan cara terkendali. Sedangkan subsistemberarti setiap kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar-X. Pesawat sinar-X diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, kolimator, dan tiang penyanggah tabung.

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

Page 12: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Apabila ditinjau dari segi bentuk fisik dan penginstalasiannyamaka pesawat sinar-X dapat diklasifikasi dalam 3 (tiga) jenis, meliputi:(1) Pesawat Sinar-X Dapat Dijinjing/Portabel (Portable);(2) Pesawat Sinar-X Mudah Dipindahkan (Mobile); dan(3) Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap (Stationery).pesawat sinar-X diagnostik dapat dijadikan dalam 7 (tujuh) kelompok, meliputi:

1. Pesawat sinar-X portabel (Portable Radiographic Equipment)

Page 16: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

• Pesawat sinar-X diagnostik untuk radiografi maupunfluoroskopi harus dipasang secara lengkap denganmemenuhi spesifikasi dan parameter keselamatan, antaralain meliputi:

a. Spesifikasi Radiografi1. Wadah Tabung

- Setiap wadah tabung pesawat sinar-X diagnostik harusdibuat sedemikian rupa sehingga kebocoran radiasi yang keluar dari berbagai arah tabung, dengan luas tidak lebihbesar 100 cm, paparan di udara 1 mGy dalam 1 jam padajarak 1 m dari sumber radiasi sinar-X pada saatdioperasikan tiap tingkat yang dispesifikasi oleh pabrik.- Harus nampak dengan jelas setiap tanda wadah tabunguntuk menunjukkan letak fokus.

Page 17: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

• 2. Diafragma- Wadah tabung pesawat sinar-X stationery harus

dilengkapi dengan kolimator yang ada lampunya.- Sedangkan untuk pesawat sinar-X mobile, lampu

kolimatornya lebih baik yang berbentuk konus jikamungkin.

- Diafragma yang membatasi luas lapangan atau konusharus dilengkapi dengan persyaratan tingkat kebocoranradiasi yang menjelaskan wadah tabung.

- Setiap diafragma harus diberi tanda yang tidak mudahhapus dengan luas lapangan yang menunjukkan jarakfokus ke film.

Page 18: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

3. Filter- Tabung pesawat sinar-X dengan kemampuan rata-rata di atas 100 kV

harus mengggunakan total filter setara 2,5 mm Al dengan 1,5 mm Al filter permanen atau bawaan.

- Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2, 0 mm Al (dengan 1,5 mm filter permanen) untuk pesawat sinar-X yang pengoperasiannya di atas 100 kV kecuali untuk pesawatmammografi atau dental.

- Mammografi harus mempunyai filter permanen ekivalen 0,5 mm Al atau 0,03 molybdenum (Mo) dalam berkas guna.

- Total filter permanen dalam radiografi Dental konvensional dengantegangan tabung sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5 mm Al.

- Sedangkan untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic danChepalometri) tegangan tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV), total filter harus ekivalen 2,5 mm Al.

- Filter bawaan harus diberi tanda di tabungnya. Filter tambahan jugaharus diberi tanda yang jelas, misalnya pada diafragma.

Page 19: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

4. Konus Khusus- Konus dental radiografi atau mammografi harus dibuat sedemikian

sehingga jarak fokus dengan kulit paling tidak 20 cm untuk pesawatyang beroperasi di atas 60 kV dan sekurang-kurangnya 10 cm untukpesawat hingga 60 kV.

- Konus dental radiografi harus membatasi luas lapangan pada jarakkurang dari 7,5 cm pada bagian ujung konus.

- Untuk Tomografi Panoramic, ukuran berkas pada holder kaset tidakboleh melebihi ukuran 10 mm x 150 mm.

- Luas berkas total tersebut hendaknya tidak melebihi dari luas celahpenerimaan pemegang (holder) kaset, artinya kelebihan luas tidakboleh lebih dari 20 %.

- Sedangkan untuk Chepalometri harus dilengkapi dengan diafragmaatau kolimasi

- Tempat kedudukan fokus dalam arah sumbu berkas sinar-x harusmudah terlihat.

Page 26: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

TABUNG RONTGEN DENGAN ANODA PUTARAnoda putar memungkinkan elektrontidak tertuju pada satu titik sehinggapesawat tidak cepat panas danmembuat pesawat lebih awet

TABUNG RONTGEN DENGAN ANODA DIAMKelemahan tabung rontgen dengananoda diam ini adalah pesawatmudah rusak karena elektron hanyatertuju pada satu titik pada anoda.

Page 30: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Faktor pasien

• Dalam hal ini ada beberapa dalam factor pasien:

Posisi Penderita PasienPengaturan kedudukan penderita secara keseluruhan dalam suatupemeriksaan. Posisi penderita dapat disebut dengan berbagai istilah, sebagai berikut :

Supine : tidur telentangProne : tidur telengkupErect : berdiriLateral : miring/menyamping (membentuk sudut 90 derajat terhadapFlim) Oblique :miring (membentuk sudut lebih atau kurang dari 90 derajatTerhadap film)

Page 31: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Oblique terbagi 4 macam kedudukan, yaitu :

>Right Anterior Oblique (RA0), artinya letak penderita miring dengan tepi kanan depan dekat terhadap film.

> Right Posterior Oblique (RPO), artinya letak penderita miring dengan tepi kanan belakang dekat terhadap film.

> Left Anterior Oblique ( LAO), artinya letak penderita miring dengan tepi kiri depan dekat terhadap film.

> Left Posterior Oblique (LPO), artinya letak penderita miring dengan tepi kiri belakang dekat terhadap film

Page 32: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

• Posisi ObyekPengaturan kedudukan bagian tubuh / obyek yang akan di periksa (dibuat image).Beberapa istilah pergerakan yang penting, antara lain :

• Fleksio : gerakan melipat sendiEkstensio : gerakan membuka sendiEndorotasi : gerakan memutar kedalamEksorotasi : gerakan memutar keluarAdduksi : gerakan merapat ketubuhAbduksi : gerakan menjauhi tubuhInspirasi : gerakan menarik napasEkspirasi :gerakan mengeluarkan napas

Page 33: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

Pengaturan SinarSinar X yang akan digunakan dalam pemotretan perludiarahkan secara tepat pada obyek yang akan difoto. Disamping itu faktor eksposi perlu diatur agar sesuaidengan tebalnya obyek (nomor atom berbeda) yang akan difoto. Karena hal tersebut maka pengaturan sinarterbagi dalam :

Pengaturan Focus Film Distance (FFD)Jarak antara sumber sinar ke film, hubungannyadengan faktor eksposi adalah bahwa semakin dekatjarak FFD maka faktor eksposi harus dikurangi.

Pengaturan Central Ray (CR)Central Ray adalah arah berkas sinar terhadap obyekyang diperiksa. Terbagi dalam beberapa istilah dilihatdari posisi pasien, yaitu :

Page 34: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

> Antero Posterior : Sinar dari depan ke belakang>Postero Anterior :sinar dari belakang ke depan>Dorso Ventra l : sinar dari punggung ke perut>Ventro Dorsal : sinar dari perut ke punggung>Dorso Plantar : sinar dari punggung kaki / tangan ke telapak>Planto Dorsal : sinar dari telapak ke punggung kaki / tangan>Supero Inferior : sinar dari atas ke bawah>Infero Superior : sinar dari bawah ke atas>Latero Medial : sinar dari lateral ke tengah tubuh>Medio Lateral : sinar dari tengah tubuh ke lateral >Translateral : sinar dari satu tepi ke tepi yang lain >Caudo Cranial : sinar dari kaki ke kepala>Cranio Caudal : sinar dari kepala ke kaki >Axial : sinar menuju poros sendi>Tangensial : sinar membentuk garis singgung terhadap obyek

• Central Point (CP)Adalah garis tengah / titik pusat dari berkas sinar x yang digunakan dalam pemeriksaan terhadap obyek yang diperiksa menuju ketengah kaset / film.

Page 35: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

• Faktor Ekspose• Faktor ekspose adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya

pencitraan gambar pada film yang terdiri dari : tegangan satuan KV (Kilo Volt), Arus satuan MA (Milli Ampere) dan Secon (Second). KV adalah beda potensial yang diberikan antara katoda dan anodadidalam tabung roentgen yang akan menentukan daya tembusterhadap ketebalan obyek yang diperiksa. MA mempengaruhikualitas kehitaman / densitas pada film karena mA kuantitasbanyaknya elektron yang terkumpul pada anoda. Secon adalahwaktu yang dibutuhkan elektron untuk menembus ketebalan obyekselama penyinaran.

• Penentuan faktor eksposi tergantung pada permintaan foto• Foto tulang sebaiknya menaikkan KV• Foto organ tubuh sebaiknya menaikan mA• Foto organ yang memerlukan pergerakan yang sering ataupun foto

dimana pasien tidak diam sebaiknya menaikan Secon seperti padafoto bayi

Page 36: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

• Ada nilai standar pesawat untuk melakukan suatu teknik radiografi dannilainya tidak sama untuk setiap pesawat sehingga faktor eksposi harusdipahami benar oleh seorang radiografer. Besarnya faktor eksposeberbeda-beda untuk tiap jenis pemotretan beberapa faktor, yaitu :

• Ketebalan ObyekSemakin tebal obyek yang difoto, semakin tinggi faktor eksposi yang dibutuhkan dalam pemotretan tersebut.Focus Film Distance (FFD)Pada penggunaan FFD yang lebih besar, membutuhkan faktor eksposi yang lebih tinggi.

• Jenis Pemeriksaan• Seperti Soft tissue, High KV, Low KV membutuhkan faktor eksposi yang

berbeda dengan teknik biasa meskipun pada obyek yang sama.• Aksesories Radiologi• Penggunaan screen film, speed film, green film, grid dan lain-lain akan

membutuhkan faktor eksposi yang berbeda.

Page 37: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

• Beberapa distorsi yang terjadi pada gambaran radiografi• Gunakan standar FFD 90 cm untuk pemeriksaan konvensional dan 120 cm

untuk analisa jantung, besarnya FFD akan mengakibatkan magnifikasi(pembesaran)

• Central ray Yang tidak tegak lurus terhadap film akan mengakibatkandistorsi. Semakin besar sudut dari tegak lurus akan mengakibatkanelongasi (pemanjangan) dan sudut yang tidak tepat pada CP standar teknikpemeriksaan maka obyek akan mengalami shortening (pemendekan). Dengan adanya sifat ini maka ditemukan beberapa teknik pemeriksaanyang khusus seperti pada patella sky line view, axial klavikula dsb.

• Pembatasan Luas lapangan penyinaran (kolimasi) sesuai obyek yang diperiksa karena semakin besar kolimasi maka radiasi hambur akansemakin besar sehingga akan membuat ketajaman gambarberkurang/kabur karena sifat sinar x yang arahnya divergen.

• Pikirkan faktor keselamatan radiografer dan pasien dalam hal posisipasien, kenyamanan pasien dan proteksi pasien, radiografer danlingkungan sekitar.

• Hindarilah pengulangan penyinaran akibat reject karena posisi, pergerakandan faktor eksposi.

Page 38: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

FAKTOR PERLENGKAPAN

Page 39: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Page 40: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Page 41: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Page 42: Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)

•TERIMAKSIH