Radio Nuklir
-
Upload
deni-ismail -
Category
Documents
-
view
47 -
download
2
description
Transcript of Radio Nuklir
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Cholangiocarcinoma adalah tumor yang terjadi sepanjang duktus biliaris
intrahepaatik ataupun ekstrahepatik. Tumor ini paling sering terjadi, sekitar 60-80% kasus, di
percabangan duktus hepatic. Yang paling jarang terjadi adalah tumor pada distal duktus
biliaris komnis dan duktus biliaris intrahepatik. Tanda utama yang paling sering terjadi pada
pasien dengan Cholangiocarcinoma adalah ikterik sehingga setiap pasien dengan ikterik
obstructive harus dicurigai adanya Cholangiocarcinoma. kebanyakan pasien hanya bisa
dilakukan tindakan paliatif untuk mengalirkan cairan bilier dan mencegah terjadinya
cholangitis dan gagal hati.
Faktor Resiko
Beberapa penyakit telah dihubungkan dengan kejadian Cholangiocarcinoma, seperti
Cholangitis sclerotic primer, kista koledokus, dan hepatolitiasis. Karakteristik utama dari
penyakit ini adalah batu saluran empedu, stasis bilier, dan infeksi. Kanker duktus biliaris pada
pasien dengan cholangitis sclerotic primer paling sering terjadi di ekstrahepatik yaitu di
percabangan duktus hepatic.
Insiden terjadinya Cholangiocarcinoma meningkat seiring dengan bertambahnya usia
dengan usia rata-rata 50-70 tahun. Insiden terjadinya Cholangiocarcinoma paling sering
terjadi pada laki-laki. Hepatolitiasis juga merupakan faktor resiko terjadinya
Cholangiocarcinoma yang akan meningkat 5-10% pada pasien dengan batu intrahepatik.
Hepatitis B dan C juga diketahui sebagai faktor resiko meningkatnya kejadian
Cholangiocarcinoma intrahepatik.
Paling tidak 2 kelainan genetic berasosiasi dengan kejadian Cholangiocarcinoma.
Sindrom “family cancer” yang lebih dikenal dengan Lynch syndrome II dan multiple biliary
papillomatosis mungkin bertanggung jawab terhadap kejadian Cholangiocarcinoma. Multiple
biliary papillomatosis ditandai dengan polip adenomatous multiple pada duktus biliaris, nyeri
perut berulang, ikterik, dan akut cholangitis.
Klasifikasi dan Staging
Cholangiocarcinoma lebih baik diklasifikasikan secara anatomi kedalam 3 kelompok
besar, yaitu intrahepatik, perihilar, dan distal. Pengklasifikasian ini ditujukan untuk
mempermudah tatalaksana.
Bismuth – Corlette juga mengklasifikasikan tumor perihilar menjadi 4 klasifikasi seperti
yang ditunjukkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Bismuth-Corlette
Modified Bismuth-Corlette Classification for hilar
cholangiocarcinoma
Type I Below the confluence
Type II Confined to the confluence
Type IIIa Extension into the right hepatic duct
Type IIIb Extension into the left hepatic duct
Type IV Extension into the right and left hepatic ducts
Manifestasi Klinik
Lebih dari 90% pasien dengan tumor distal dan perihilar mengalami ikterik. Untuk itu,
setiap pasien dengan keluhan utama ikterik harus dicurigai sebagai penderita
Cholangiocarcinoma. Pasien dengan intrahepatik Cholangiocarcinoma jarang mengeluh
ikterik sampai fase akhir penyakit. Gejala klinis lain yang jarang terjadi adalah gatal, demam,
nyeri perut, lemah, nafsu makan berkurang, dan berat badan turun. Selain ikterik,
pemeriksaan klinis lain dapat normal pada pasien dengan Cholangiocarcinoma.
1. Jaundice
Jaundice adalah manifestasi klinik yang paling sering ditemukan dan umumnya paling
baik dideteksi langsung dibawah sinar matahari. Obstruksi dan kolestasis cenderung terjadi
pada tahap awal jika tumor berlokasi di duktus hepatikus komunis dan duktus koledokus.
Jaundice yang terjadi pada tahap akhir bila tumor berlokasi di perihilar atau intrahepatik ini
merupakan tanda bahwa penyakit sudah berada dalam tahap yang parah. Hal ini terjadi oleh
karena peningkatan kadar bilirubin oleh karena obstruksi.
2. Faeces berwarna kuning dempul
3. Urin berwarna gelap
4. Pruritus
5. Rasa sakit pada perut kuadran kanan atas (abdomen) dengan rasa sakit yang menjalar
ke punggung.
6. Penurunan berat badan
Diagnosa dan Penilaian untuk Reseksi
Selain berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang baik, maka untuk
menegakkan diagnosis tumor Klatskin diperlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut yaitu
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaaan laboratorium dapat
ditemukan peningkatan kadar bilirubin, alkaline fosfatase, glutamiltransferase (GGT) dan
SGOT-SGPT.Selama manifestasi klinis masih terjadi, kebanyakan pasien dengan perihilar
dan distal Cholangiocarcinoma mempunyai total serum bilirubin lebih dari 10 mg/dl.
Peningkatan alkaline phosphatase biasanya ditemukan. Serum CA 19-9 juga meningkat pada
pasien dengan Cholangiocarcinoma walaupun jumlahnya dapat menurun ketika obstruksi
biliar tertangani.
Evaluasi radiologis pada pasien dengan Cholangiocarcinoma harus dilakukan pada semua
tumor yang meliputi tumor duktus biliaris, hati, pembuluh darah hilus, dan metastase jauh.
Pemeriksaan radiologis yang bisa dilakukan meliputi USG abdomen dan CT scan. Namun,
tumor perihilar dan distal sulit divisualisasikan dengan USG dan CT Scan standar.
Cholangiocarcinoma Hilus memberikan gambaran dilatasi duktus biliaris intrahepatik dan
kandung empedu yang kolaps ataupun normal.
Pada pemeriksaan radiologi, beberapa teknik yang memberikan gambaran yang potensial
telah dikembangkan. Umumnya USG ataupun CT-scan dilakukan lebih dahulu diikuti dengan
salah satu tipe pemeriksaan cholangiografi.
a. USG
Tumor tampak sebagai suatu struktur yang kompleks, regular, akan lebih mudah
dipelajari bila masih agak kecil, karena batas saluran empedu masih terlihat sebagian
atau seluruhnya. Bila sudah besar dan tumbuh merusak dinding saluran empedu akan
lebih sulit untuk menegakkan diagnosis, karena sulit dibedakan dengan tumor di luar
saluran empedu.
Penyebaran dari tumor di dalam duktus biliaris ditentukan oleh pola obstruksi dari
duktus biliaris dan lokasi dimana terdapat massa di duktus. Yang dievaluasi adalah duktus
hepatikus komunis, sinistra, dekstra, dan duktus cabang dekstra/sinistra. Berdasarkan
penelitian massa tumor memberikan gambaran 65 % isoechoik, 21 % hipoechoik dan 15 %
hiperechoik dibandingkan dengan parenkim hepar. Pada pemeriksaan USG, tumor Klatskin
yang klasik bermanifestasi dalam bentuk dilatasi segmental dan tidak menyatunya duktus
hepatikus kanan dan kiri pada porta hepatica. Untuk tipe Papilare, menyerupai massa
Polipoid intraluminal; sedangkan tipe Noduler memberikan gambaran massa halus berbatas
tegas yang dihubungkan dengan penebalan mural.
b. CT-Scan
Gambaran yang dihasilkan pada pemeriksaan CT-Scan tergantung pada lokasi dan
morfologi dari tumor. Kunci untuk menegakkan diagnosis dari lesi ekstrahepatik atau
lesi konfluens adalah dengan melihat adanya dilatasi duktus biliaris pada lokasi
tumor. Massa tumor pada tingkat obstruksi bilier dapat terlihat dengan pemeriksaan
CT-Scan, tapi kemungkinan ukurannya kecil dan tidak diidentifikasi. Untuk kasus-
kasus seperti ini, penilaian secara kasar dari dilatasi duktus tanpa terlihatnya massa,
dapat mengarah ke diagnosis yang benar untuk tumor Klatskin walaupun “benign
stricture” atau batu empedu kolesterol dapat memberikan gambaran yang sejenis.
Tapi karena batu umumnya menyebabkan obstruksi distal, maka saat tingkat
obstruksi terjadi di bagian bifurkasio duktus hepatikus dan bagian pancreas, maka
tumor Klatskin patut dicurigai.
Bila massa tumor kecil atau terletak di sebelah distal pada sistem ekstrahepatik,
biasanya akan memberikan gambaran pendesakan jaringan lunak. Massa tumor yang besar
dapat memiliki daerah-daerah nekrosis dan densitas yang rendah. Seringkali bagian leher dari
tempat obstruksi duktus akan memberikan gambaran pendesakan dari dinding duktus
koledokus yang eksentrik sehingga mengarahkan diagnosa ke tumor Klatskin.
Gambaran yang dihasilkan oleh CT-Scan mirip dengan USG :
Dilatasi duktus intrahepatik tanpa dilatasi dari duktus ekstrahepatik.
Terdapat massa di dalam / mengelilngi duktus pada lokasi obstruksi.
Dapat mendeteksi adanya tumor yang infiltratif.
Dapat melihat adanya tumor eksofitik
Tumor polipoid intraluminal terlihat sebagai massa isoechoik di dalam cairan
empedu.
c. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography)
ERCP adalah suatu cara pemeriksaan invasif, yang hanya dilakukan apabila ada
indikasi positif yang kuat. Biasanya merupakan langkah terakhir dari suatu seri pemeriksaan
dan dipakai untuk deteksi atau diferensiasi suatu penyakit saluran empedu atau pankreas.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk visualisasi dengan bahan kontras secara retrograde
dan mengetahui langsung saluran empedu eferen dan duktus pankreatikus dengan memakai
suatu duodenoskop yang mempunyai pandangan samping.
Duodenoskop dimasukan peroral, oleh karena itu kemungkinan adanya divertikel dan
stenosis harus dipertimbangkan kembali berdasarkan tanda-tanda klinis. Duodenoskop ini
dimasukkan sampai ke duktus biliaris lalu disemprotkan kontras (Conray-60 atau Urografin
60%) dengan pengawasan fluoroskopi lalu dilakukan pengambilan foto X-ray.
Adapun gambaran radiologisnya :
Massa tumor intraduktal yang eksofitik (46 % ) dengan diameter 2-5mm
Sering didapatkan striktur fokal konsentrik yang panjang atau terkadang pendek pada
tipe kolangitis sklerotik infiltratif dengan yang irreguler.
Dilatasi prestenotik difus/fokal dari sistem bilier.
Striktur pada duktus yang progresif
Gambaran di atas menunjukkan dilatasi ringan dari duktus biliaris intrahepatik dan striktur
irregular pada bifurcation duktus biliaris intrahepatik
Selain itu, ERCP dapat juga digunakan untuk mendapatkan bahan kepentingan pemeriksaan
histologi antara lain sitologi hapusan, biopsi, dan aspirasi dengan jarum.
Penatalaksanaan
Atropi lobus hepar dan pemanjangan duktus hepatic merupakan indikasi hepatektomi.
Semua data yang tersedia harus digunakan untuk membedakan pasien yang bisa dilakukan
reseksi dengan yang tidak bisa dilakukan reseksi. Criteria radiografis yang menyokong ke
arah tidak bisa dilakukan reseksi tumor perihilar meliputi keterlibatan duktus hepatic
bilateral, oklusi vena porta proximal sampai percabangan, atropi satu lobus hepar, dan
keterlibatan arteri hepatic bilateral. Keterlibatan vena porta ipsilateral dan keterlibatan radical
bilier sekunder bukan merupakan criteria yang menghalangi reseksi. Penatalaksanaan kuratif
pada pasien dengan Cholangiocarcinoma hanya mungkin jikatelah dilakukan reseksi.8
Pasien dengan bukti bahwa tidak bisa direseksi pada awal evaluasi ditatalaksana paliatif
non-operatif. Paliatif non-operatif bisa dicapai dengan dengan endoskopi dan perkuatan.
Drainase biliar perkutan mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan memekai
endoskopi pada pasien dengan Cholangiocarcinoma perihilar, sedangkan untuk pasien
dengan distal Cholangiocarcinoma yang lebih dipilih adalah endoskopi paliatif. Sekarang,
stent metallic telah digunakan pada pasien dengan obstruksi biliar maligna.
Secara garis besar, panatalaksanaan Cholangiocarcinoma dapat dibagi menjadi 3
berdasarkan region yang terkena, yaitu :
1. Distal/Ekstrahepatik Cholangiocarcinoma. Lesi distal biasanya diterapi dengan
pancreaticoduodenectomy. Jika reseksi tidak memungkinkan, cholecystectomi, Roux-
en-Y hepaticojejunostomi dapat dilakukan,
2. Intrahepatik Cholangiocarcinoma. Intrahepatik Cholangiocarcinoma diterapi dengan
reseksi hepatic, dan hasilnya tergantung dari stadium penyakit. Angka harapan hidup
dapat meningkat sampai 3 tahun.
3. Perihilar Cholangiocarcinoma. reseksi duktus biliaris tunggal akan memberikan
angka kekambuhan yang tinggi karena keterlibatan dari duktus hepatikus dan cabang
lobus kaudatus. Reseksi kuratif masih dimungkinkan pada setengah dari total pasien.
Terapi bedah tergantung pada klasifikasi Bismuth-Corlette.
Perkembangan dalam reseksi curative untuk perihilar Cholangiocarcinoma telah
dilakukan. Setidaknya, beberapa perkembangan ini telah memberikan kontribusi dalam
penggunaan rutin parsial hepatektomi. Tingkat margin-negatif reseksi secara konsisten lebih
dari 75% saat hepatectomy parsial (termasuk reseksi lobus kaudatus) ditambahkan ke reseksi
saluran empedu. Pendekatan agresif telah menghasilkan 5-tahun tingkat ketahanan hidup di
atas 50% dalam beberapa seri. Namun, perbaikan ini disertai dengan angka kematian lebih
tinggi dibandingkan dengan terapi bedah (8% -10% dibandingkan 2% -4%). Faktor-faktor
prognostik utama adalah marjin status dan stadium tumor. Selain lokasi, panggung, dan status
dari margin reseksi, faktor-faktor lain mempengaruhi hasil setelah reseksi.
Dafpus : Acosta J,et.al.2007.Sabiston, Texbook of Surgery,18th ed The Biological
Basis of Modern Surgical Basis.Saunders Elsevier:London. (eBook. page: Malignant Biliary
Disease)