Radial Nerve Palsy Uploa

15
Deniswari Rahayu (1102010065) 1 RADIAL NERVE PALSY 1.1. ANATOMI Nervus radialis adalah cabang terbesar dari pleksus brakhialis. Mulai pada tepi bawah muskulus pektorialis minor sebagai lanjutan dari trunkus posterior pleksus brakllialis. Berasal dari radiks spinalis servikalis V sampai VIII. Sesudah meninggalkan aksila, saraf ini mengikuti lekukan spiral (musculospiral groove) pada humerus dan menempel erat pada tulang bersama cabang profunda dari arten brakhialis. Setelah mencapai septum intermuskularis lateralis sedikit dibawah insersio muskulus deltoideus, saraf ini dapat diraba. Pada fossa antekubiti, pada bagian depan bawah lengan atas setinggi kondilus lateralis humerus, saraf ini membagi diri dalam 2 cabang terminal yaitu: a. cabang motoris profundus (nervus interosseus posterior) b. cabang kutaneus superflsialis Gambar 1. Plexus brachialis Percabangan ini biasanya terletak pada bagian proksimal lengan bawah, tetapi dapat bervariasi dalam jarak 4 sampai 4,5 cm dibawah epikondilus lateralis. N. interosseus posterior menembus muskulus supinator untuk mencapai sisi posterior lengan bawah dan memberi persarafan motorik Cabang kutaneus mencapai superfisial kira-kira 10 cm diatas pergelangan tangan. Turun sepanjang sisi lateral lengan bawah dan berakhir dengan memberi persarafan

description

uplo

Transcript of Radial Nerve Palsy Uploa

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    1

    RADIAL NERVE PALSY

    1.1. ANATOMI

    Nervus radialis adalah cabang terbesar dari pleksus brakhialis. Mulai pada tepi bawah

    muskulus pektorialis minor sebagai lanjutan dari trunkus posterior pleksus brakllialis. Berasal

    dari radiks spinalis servikalis V sampai VIII. Sesudah meninggalkan aksila, saraf ini

    mengikuti lekukan spiral (musculospiral groove) pada humerus dan menempel erat pada

    tulang bersama cabang profunda dari arten brakhialis. Setelah mencapai septum

    intermuskularis lateralis sedikit dibawah insersio muskulus deltoideus, saraf ini dapat diraba.

    Pada fossa antekubiti, pada bagian depan bawah lengan atas setinggi kondilus lateralis

    humerus, saraf ini membagi diri dalam 2 cabang terminal yaitu:

    a. cabang motoris profundus (nervus interosseus posterior)

    b. cabang kutaneus superflsialis

    Gambar 1. Plexus brachialis

    Percabangan ini biasanya terletak pada bagian proksimal lengan bawah, tetapi dapat

    bervariasi dalam jarak 4 sampai 4,5 cm dibawah epikondilus lateralis. N. interosseus posterior

    menembus muskulus supinator untuk mencapai sisi posterior lengan bawah dan memberi

    persarafan motorik Cabang kutaneus mencapai superfisial kira-kira 10 cm diatas pergelangan

    tangan. Turun sepanjang sisi lateral lengan bawah dan berakhir dengan memberi persarafan

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    2

    sensorik kekulit dorsum tangan, ibu jari, telunjuk dan jari tengah. Nervus radialis pada lengan

    atas, memberi persarafan motorik untuk:

    a. m.triseps dan m.ankoneus; ekstensor lengan bawah

    b. m.brakhioradialis; fleksor lengan bawah pada posisi semipronasi

    c. m.ekstensor karpi radialis longus dan brevis; ekstensor radial tangan

    Pada lengan bawah, melalui cabang motoris profunda memberi persarafan motorik

    untuk:

    a. m. supinator; supinator lengan bawah

    b. m. ekstensor digitorum; ekstensor ruas jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan

    kelingking

    c. m.ekstensor digiti minime; ekstensor ruas kelingking dan tangan

    d. m.ekstensor karpi ulnaris; ekstensor ulnar tangan

    e. m.abduktor pollicis longus; abduktor ibu jari dan ekstensor radial tangan

    f. m.ekstensor pollicis brevis dan longus; ekstensor ibu jari dan ekstensor radial tangan

    g. m.ekstensor indicis; ekstensor telunjuk dan tangan

    Gambar 2. Inervasi motorik dan sensorik nervus radialis

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    3

    Fungsi utama dari nervus radialis ini adalah untuk ekstensi sensi siku, pergelangan

    tangan dan jari.

    Cabang sensorik nervus radialis biasanya mempersarafi sisi posterior lengan atas,

    lengan bawah, tangan dan jari jari kecuali kelingking dan sisi ulnar jari manis, tetapi karena

    ada anstomosis dan persarafan yang tumpang tindih, maka distribusi sensoriknya ini sulit

    ditentukan. Jika ada, terdapat terutama pada daerah dorsum ibu jari dan telunjuk.

    1.2. DEFINISI

    Cedera nervus radialis adalah kerusakan dari nervus radialis yang menyebabkan suatu

    kelainan fungsional dan struktural pada nervus radialis. Kelainan dapat dihubungkan dengan

    adanya bukti klinis, elektrografis dan atau morfologis yang menunjukkan terkenanya saraf

    tersebut atau jaringan penunjangnya.

    Pada umumnya cedera nervus radialis disebabkan oleh trauma, baik karena trauma atau

    akibat penekanan langsung pada sarafnya atau dapat juga terjadi akibat dislokasi atau fraktur

    yang mengenai lengan atas.

    Gangguan dalam fungsi motorik akibat parese nervus radialis lebih menimbulkan

    kecacatan dari pada parese nervus medianus atau nervus ulnaris.

    1.3. ETIOLOGI

    Kelainan nervus radialis dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor mana mungkin

    terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan (multiple factors). Misalnya, diabetes melitus

    yang pada mulanya subklinis akan menjadi simptomatis sesudah adanya suatu trauma atau

    kompresi yang mengenai saraf.

    1. Trauma

    Pada fraktur dan dislokasi, neuropati terjadi karena penekanan safar oleh fragmen

    tulang, hematom, kallus yang berbentuk sesudah fraktur, atau karena peregangan saraf

    akibat suatu dislokasi. Neuropati radialis sering terjadi pada fraktur kaput humerus.

    Paresis nervus radialis juga dapat terjadi akibat tidur dengan menggantungkan lengan

    diatas sandaran kursi (Saturday night palsy), atau tidur dengan kepala diatas lengan atas

    (Honeymoon palsy) akibat penekanan pada waktu saraf ini menembus septum

    intermuskularis lateralis. Disamping itu trauma pada waktu olah raga, kerja, pemakain

    kruk (Crutch palsy), atau posisi tangan pada waktu operasi dapat menyebabkan

    terjadinya parese Nervus Radialis.

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    4

    2. Infeksi.

    Dapat terjadi karena: sifilis, herpes zoster, lepra dan TBC. Dapat mengenai satu saraf

    atau lebih.

    3. Toksik.

    Lebih spesifik mengenai nervus radialis adalah pada lead intoxication.

    4. Penyakit vaskuler

    5. Neoplasma

    Gambar 3. Berbagai penyebab cedera nervus radialis. Kiri atas: Saturday night palsy.

    Kanan atas: Honeymoon palsy. Kiri Bawah: Crutch palsy. Kanan bawah: Handcuff

    syndrome.

    1.4.KLASIFIKASI CEDERA SARAF TEPI

    Klasifikasi cedera saraf tepi yang sering digunakan yaitu berdasarkan kriteria Seddon

    dan Sunderland. Berikut adalah kriteria berdasarkan Seddon:

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    5

    a. Neuropraxia

    Adalah tidak berfungsinya sistem saraf yang bersifat sementara tanpa terjadinya

    disrupsi fisik axon. Biasanya fungsi saraf akan kembali normal setelah 2-4 minggu.

    b. Axonotmesis

    Adalah terjadinya disrupsi axon dan myelin. Jaringan ikat lunak sekitarnya termasuk

    endoneurium tetap intak. Terjadi degenerasi axon distal dan proksimal pada lokasi

    terjadinya trauma. Degenerasi distal dikenal sebagai degenerasi Wallerian. Axon akan

    memngalami regenerasi dengan kecepatan 1 mm/ hari. Fungsi saraf akan secara

    bermakna akan kembali normal setelah 18 bulan.

    c. Neurotmesis

    Adalah terjadinya disrupsi axon dan endoneurial. Komponen kolagen perifer seperti

    epineurium dapat intak atau terjadi disrupsi. Degenerasi axonal terjadi pada distal dan

    proksimal segmen.

    Sunderland mengidentifikasikan cedera kedalam lima derajat, berdasarkan peningkatan

    beratnya cedera, yang mengakibatkan gangguan fungsi yaitu:

    a. Saraf tepi mengalami disorganisasi berat hingga regenerasi tak dapat terjadi. Ini bisa

    karena sayatan, tusukan, traksi ataupun penyuntikan saraf yang diikuti pembentukan

    skar. Segmen yang terkena harus dieksisi sebagai bagian perbaikan secara bedah.

    Keadaan ini yang disebut neurotmesis oleh Seddon dan cedera derajat IV-V oleh

    Sunderland.

    b. Saraf tepi dengan interupsi akson dan selubung mielinnya, namun bidang jaringan ikat

    seperti perineurium masih utuh. Terjadi pengurangan jumlah akson yang tersedia

    untuk regenerasi dan bisa terdapat adanya fibrosis berkas intrafasikuler. Ini biasanya

    karena penetrasi peluru atau tusukan, traksi atau kompresi dengan disertai iskemia.

    Keadaan ini disebut aksonotmesis oleh Seddon dan cedera derajat II-III oleh

    Sunderland.

    c. Saraf tepi dengan interupsi segmental selubung mielin, namun akson dan bidang

    jaringan ikat intak. Tidak terjadi degenerasi Wallerian, dan gangguan yang terjadi

    akibat hambatan konduksi dapat pulih sempurna. Ini umumnya diakibatkan kontusi,

    seperti pada fraktura, atau kompresi, seperti pada saturday night palsy'. Pemulihan

    fungsional terjadi dalam beberapa minggu hingga bulan. Keadaan ini disebut

    neurapraksia oleh Seddon atau suatu cedera derajat I oleh Sunderland.

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    6

    Gambar 4. Klasifikasi cedera saraf tepi berdasarkan Seddon.

    1.5.GEJALA KLINIS

    1. Pemeriksaan Motorik

    Pemeriksaan motorik secara klinis adalah tahap terpenting dalam mengelola

    semua cedera saraf. Pemeriksaan harus menentukan apakah kehilangan distal sisi

    cedera terjadi secara total atau tidak. Pemeriksaan motorik perlu dilakukan secara

    seksama dan teliti karena pemeriksaan motorik menjadi suatu acuan yang cukup

    berguna sebagai bukti terjadinya regenerasi saraf bila terdapat pemulihan yang jelas.

    Pengamatan klinis fungsi motorik volunter dapat juga ditentukan dengan respons

    motor terhadap stimulasi. Stimulasi saraf terutama berguna dalam pengenalan awal

    adanya pemulihan nerus radialis memadai dan mengurangi tindakan operasi yang

    beresiko.

    DEGREE OF INJURY HISTOPATHOLOGICAL CHANGES

    Sunderland Seddon Myelin Axon Endoneurium Perineurium Epineurium

    I Neurapraxia

    II Axonotmesis + +

    III + + +

    IV + + + +

    V Neurotmesis + + + + +

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    7

    2. Tanda Tinel

    Tanda Tinel positif hanya menunjukkan regenerasi serabut halus dan tidak

    menunjukkan apapun tentang kuantitas dan kualitas yang sebenarnya dari serabut

    yang baru. Disisi lain, interupsi saraf total ditunjukkan oleh tidak adanya respons

    sensori distal (tanda Tinel negatif) setelah waktu yang memadai telah berlalu untuk

    terjadinya regenerasi serabut halus (4-6 minggu). Tanda Tinel negatif lebih bernilai

    dalam penilaian klinis dibanding tanda Tinel positif.

    3. Berkeringat

    Kembalinya keringat didaerah otonom menunjukkan regenerasi serabut simpatis

    yang bermakna. Pemulihan ini mungkin mendahului pemulihan motorik atau sensorik

    dalam beberapa minggu atau bulan, karena serabut otonom pulih dengan cepat.

    Pemulihan aktivitas otonom tidak selalu berarti akan diikuti oleh fungsi motorik atau

    sensorik. Pada beberapa kasus, pemulihan fungsi motorik atau sensorik tidak

    berlangsung.

    4. Pemulihan Sensorik

    Pemulihan sensorik adalah tanda yang berguna, terutama bila terjadi didaerah

    inervasi otonom nervus radialis dimana tumpang tindih antar sarafnya minimal.

    Daerah otonom saraf median meliputi permukaan volar dan dorsal telunjuk dan

    permukaan volar jempol.

    Saraf radial tidak mempunyai daerah otonom yang tegas. Bila terjadi kehilangan

    sensori pada distribusi ini, biasanya mengenai sejumlah daerah anatomis tertentu.

    Sayangnya pemulihan sensori, bahkan pada daerah otonom, tidak pasti diikuti

    pemulihan motorik.

    DEGREE OF INJURY TINNEL SIGN

    Sunderland Seddon Present Progress Distally

    I Neurapraxia - -

    II Axonotmesis + +

    III + +

    IV + -

    V Neurotmesis + -

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    8

    1.6. DIAGNOSIS

    1. SINDROMA TEROWONGAN RADIAL

    Sindroma klinis yang berhubungan dengan kompresi cabang dalam saraf radial

    disebut radial tunnel syndrome. Sering dikelirukan dengan 'tennis elbow'. Sindroma

    terowongan radial ini menyebabkan nyeri somatik dalam pada otot ekstensor,

    terutama jika dipacu oleh latihan Gejala dapet terjadi tanpa disertai gejala sensorik

    atau motorik. Empat tempat yang potensial untuk kompresi adalah: (1) band fibrosa

    anterior dari caput radial, (2) pembuluh darah yang berjalan diatas saraf radial untuk

    mempersarafi otot brakhioradialis, (3) tepi tendinosa otot ekstensor karpi radialis

    brevis, dan (4) arkade Frohse, yang merupakan tepi ligamen kepala superfisial otot

    supinator. Lokasi pada arkade Frohse adalah daerah kompresi tersering. Spinner

    mempostulasikan bahwa arkade Frohse dibentuk sebagai reaksi atas gerak rotari

    berulang dari lengan. Spinner menemukan sindroma ini pada lengan dominan pada

    89% pasien. Kebanyakan pasien mempunyai riwayat trauma berulang, seperti

    dijumpai pada pekerja pembuat batu bata, pemasang pipa, operator mesin, konduktor

    orkestra, dan pemain tenis. Penyebab kompresi lain bisa tumor, lipoma, proliferasi

    sinovial pada artritis rematoid, atau fraktura kepala radius.

    2. TENNIS ELBOW

    Roles dan Maudsley mendefinisikan kelainan ini sebagai epikondilitis lateral

    hingga kelemahan ekstensor yang parah. Pada pemeriksaan, terdapat nyeri tekan

    diatas epikondil lateral humerus atau tepat didistal kepala radial dimana saraf menuju

    otot supinator. Nyeri yang khas dapat dirasakan bertambah bila terjadi ekstensi jari

    tengah dan ditahan. Manuver ini akan menegangkan origo otot ekstensor karpi radialis

    brevis dan selanjutnya menekan saraf radialis. Cedera origo tendo ekstensor karpi

    radialis brevis pada epikondilus lateralis berhubungan dengan gejala tennis elbow

    yang klasik. Injeksi lokal lidokain dan kortikosteroid memberikan pengurangan gejala

    yang sementara. Elektrodiagnostik bisa memperlihatkan penundaan latensi motor dari

    alur spiral ketepi medial otot ekstensor digitorum komunis, namun biasanya normal.

    Pasien yang tidak membaik dengan menghindari faktor pencetus seperti trauma,

    penggunaan bidai, serta pemberian anti-inflamatori, diindikasikan untuk tindakan

    operatif berupa eksplorasi beserta dekompresi saraf radial permukaan diindikasikan.

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    9

    3. SINDROMA SARAF INTEROSSEUS POSTERIOR

    Berbeda dengan sindroma terowongan radial dimana gejala dan temuan yang

    predominan adalah gangguan motor dari pada nyeri atau sensori. Arkade Frohse

    merupakan struktur pengkonstriksi utama. Kelemahan berat otot yang diinervasi radial

    tampil dengan ketidakmampuan mengekstensikan jari-jari pada sendi

    metakarpofalangeal. Dorsifleksi pergelangan arah dorsoradial disebabkan oleh

    paralisis otot ekstensor karpi ulnaris dan ekstensor digitorum komunis. Otot

    brakhioradialis, ekstensor karpi radialis longus, ekstensor karpi radialis brevis, dan

    supinator tidak melemah karena diinervasi oleh cabang yang timbul sebelum titik

    dimana saraf radial masuk arkade Frohse. Pada sindroma ini, nyeri dan nyeri tekan

    lokal diikuti oleh gangguan motor progresif. Bila gangguan sensori tampil, harus

    dipikirkan lesi yang lebih proksimal. Temuan elektrodiagnostik dari cedera aksonal

    pada saraf interosseus posterior berupa hasil sensori radial yang normal. Amplitudo

    dari respons motor radial normal atau berkurang pada pencatatan dari otot yang

    diinervasi saraf radial distal. Denervasi dijumpai pada semua otot yang diinervasi

    saraf radial kecuali otot triseps, brakhioradialis, ekstensor karpi radialis longus,

    ekstensor karpi radialis brevis, dan ankoneus. Pasien dengan sindroma saraf

    interosseus posterior dengan temuan motor yang bermakna, diindikasikan untuk

    eksplorasi bedah. Pasien dengan perjalanan penyakit yang kurang berat, maka

    istirahat, bidai, dan anti inflamatori diindikasikan.

    4. SINDROMA WARTENBERG

    Disebabkan kompresi saraf radial permukaan pada lengan bawaf. Khas dengan

    nyeri lengan bawah proksimal serta hipoestesia diatas jempol dorsal. Tidak ada

    kelemahan. Kompresi biasanya disebabkan trauma atau pemakaian band yang ketat

    atau arloji. Temuan elektrodiagnostik kelainan saraf radial permukaan terdiri dari

    hanya gangguan atau hilangnya respons sensori saraf radial. Lesi penyebab neuropati

    radialis dapat mengenai saraf disepanjang perjalanannya.

    Gejala yang timbul dipengaruhi oleh lokasi lesi:

    a. Pada level lengan atas lesi pada n.radialis dapat terjadi pada aksila, pada waktu

    melilit humerus di musculoradialis groove, atau sewaktu berjalan superfisial

    pada sisi lateral lengan atas. Menyebabkan parese semua otot yang diper

    sarafinya yaitu triseps, ekstensor pergelangan tangan, ekstensor jari dan

    brakhioradialis, dan disertai defisit sensorik pada daerah yang dipersarafi yaitu

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    10

    sisi lateral-dorsal tangan, ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Lesi pada aksila

    dapat disebabkan kompresi oleh kruk, dislokasi sendi bahu, fraktur humerus

    dan luka tembus.

    b. Lesi neuropati radialis

    Lesi neuropati radialis sewaktu melilit humerus atau sewaktu berjalan

    seperfisial pada aspek lateral lengan atas, sering akibat kelamaan menggantung

    lengan diatas sandaran kursi (Saturday nigth palsy), akibat tertekannya lengan

    karena posisi yang tidak tepat selama anestesi atau tidur, penggunaan tomiket

    yang tidak benar atau akibat iritasi dan kompresi oleh kallus sesudah fraktur

    tulang. Gejalanya:

    tidak dapat ekstensi siku karena parese triseps

    tidak dapat fleksi siku pada posisi lengan bawah antara pronasi dan

    supinasi karena parese m.brakhioradialis

    tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.brakhioradialis

    tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m. supinator

    wrist drop dan finger drop karena parese ekstensor pergelangan tangan

    dan jari.

    gangguan abduksi ibu jari tangan

    refleks triseps negatif atau menurun

    gangguan sensorik berupa parestesi atau baal pada bagian dorsal distal

    lengan bawah, sisi leteral dan dorsal tangan, ibu jari, telunjuk dan jari

    tengah.

    c. Lesi pada bagian saraf yang berjalan antara septum intermuskularis lateralis

    dan tempat dimana n.interosseus posterior menembus m.supinator

    mengakibatkan jari yang dipersarafi oleh nerpus ini. Gejalanya:

    tidak dapat supinasi dan meluruskan jari

    tidak ada wrist drop

    refleks triseps positif

    tidak ada gangguan sensorik

    d. Lesi pada punggung pergelangan tangan, hanya akan menimbulkan gejala

    sensorik, tanpa defisit motorik.

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    11

    1.7.PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Elektrofisiologis

    Elektromiografi

    Pemeriksaan EMG dasar 2-3 minggu setelah cedera menunjukkan perluasan denervasi

    dan menegaskan pola atau distribusi cedera. Pemeriksaan EMG harus dilakukan serial untuk

    mencari tanda-tanda reinervasi atau denervasi yang persisten. Pada regenerasi, aktifitas

    insersional mulai pulih dan fibrilasi serta potensial denervasi berkurang dan terkadang

    digantikan oleh potensial aksi motor yang timbul sewaktu-waktu. Setiap perubahan

    menunjukkan bahwa beberapa serabut yang mengalami regenerasi mencapai otot dan terjadi

    beberapa rekonstruksi hubungan akson-motor end plate.Tanda-tanda tersebut tidak berarti

    apa-apa atas kemungkinan perluasan atau kualitas regenerasi. Bila terjadi pengurangan

    fibrilasi atau timbulnya potensial terjadi pada otot pada distribusi saraf yang cedera,

    dianjurkan tindakan konservatif selanjutnya untuk interval yang singkat. EMG menjadi

    penting karena dapat membuktikan regenerasi beberapa minggu atau bulan sebelum fungsi

    motor volunter tampak. Ia juga melacak adanya sisa unit motor yang berarti lesi parsial segera

    setelah cedera.

    EMG terutama membantu menentukan tingkat cedera lesi pleksus brakhial hingga bisa

    menyeleksi pasien untuk dioperasi beserta jenis operasi yang akan dilakukan. Denervasi otot

    paraspinal mengarahkan pada lesi proksimal pada satu atau lebih akar dan karenanya

    merupakan temuan negatif. Kerusakan proksimal pada tiga akar terbawah dapat berakibat

    denervasi paraspinal ekstensif dimana akar C5 dan bahkan C6 mungkin cedera lebih kelateral

    dan karenanya dapat diperbaiki. Elektromiografer memiliki kesulitan membedakan tingkat

    spinal didalam otot paraspinal karena sangat tumpang tindih.Operasi biasanya diindikasikan

    pada lesi pleksus brakhial bila terjadi kerusakan lengkap pada satu atau lebih akar saraf atas

    (C5,C6,C7) dan hantaran kedistal tidak mulai pulih secara klinis maupun elektrik pada bulan-

    bulan awal pasca cedera. Adanya perubahan EMG yang menunjukkan reinervasi tidak

    menjamin pemulihan fungsi, dan pemeriksaan harus digabung dengan temuan klinis dan data

    elektrikal lain. Karena EMG dapat terus menunjukkan perubahan denervasi berat bahkan

    walau otot berkontraksi volunter, EMG tidak pernah menggantikan pemeriksaan klinis yang

    teliti. Namun hanya melengkapi pemeriksaan klinis. EMG terutama bernilai mengenal

    anomali dari inervasi, seperti sering terjadi pada lengan bawah dan tangan.

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    12

    Potensial Aksi Saraf Sensori (SNAP)

    Pemeriksaan SNAP membantu menilai tingkat regangan pada cedera pleksus brakhialis.

    Lesi tingkat radiks yang terbatas didaerah preganglion dan tidak meluas kedaerah

    postganglion akan berakibat hilangnya sensori distal proximal namun tetap mempertahankan

    konduksi sensori distal. Konduksi sensori dari daerah anestetik dapat diperiksa dengan

    merangsang jari pada distribusi C6 (jempol dan telunjuk), C6-7-8 (jari tengah) dan C8-T1

    (kelingking dan jari manis) dan pencatatan saraf median, radial dan ulnar diproksimal.

    Adanya potensial aksi saraf sensori campuran memastikan cedera preganglionik pada

    distribusi satu radiks atau lebih. Karena distribusi sensori radiks didistal tumpang tinduh

    dengan satu atau lebih radiks lain, sulit menentukan dengan pemeriksaan ini bahwa satu

    radiks, misalnya C6, adalah suatu cedera preganglionik.

    Stimulasi telunjuk (bahkan jempol) yang anestetik dapat menimbulkan SNAP pada

    distribusi saraf median bila baik akar C6 atau C7, atau C6 dan C7, rusak pada tingkat

    preganglionik. Ini menjadikannya sulit untuk menentukan pada pemeriksaan SNAP apakah

    cedera akar C6 terjadi preganglionik. Keadaan ini kurang jelas pada akar C5 karena tidak ada

    stimulasi noninvasif spesifik atau daerah pencatatan untuk hantaran ini: Penilaian teliti akar

    sebelah atas dengan pencatatan SNAP tidak mungkin pada tingkat ini.

    Somatosensory-Evoked Potential (SSEP)

    Pemeriksaan SSEP digunakan menilai tingkat cedera, apakah praganglionik atau

    postganglionik, pada lesi pleksus brakhial. Ia bernilai terbatas pada bulan-bulan pertama

    cedera.Pemeriksaan somatosensori berguna pada saat operasi atas cedera brakhial karena

    regangan atau kontusi. Bila cedera postganglionik, stimulasi akar proksimal dari tingkat

    cedera membangkitkan potensial somatosensori diatas tulang belakang servikal (SSP) dan

    membangkitkan (evoked) respons kortikal diatas kranium kontralateral (ECR). Bila cedera

    praganglionik atau pra dan post ganglionik, stimulasi terhadap akar, bahkan didalam atau

    dekat foramen intervertebral, tidak akan membangkitkan respons apapun. Reparasi jarang

    berhasil.Sayangnya, timbulnya SSP atau ECR mungkin hanya memerlukan beberapa ratus

    serabut yang intak antara daerah yang distimulasi dan daerah perekaman, hingga respons

    positif hanya memastikan keutuhan minimal saraf atau akar spinal. ECR negatif lebih penting

    dari ECR positif.

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    13

    Pemeriksaan Radiologis

    Foto polos

    Fraktura tulang belakang servikal sering berhubungan dengan cedera regang proksimal

    yang berat yang tidak dapat direparasi, paling tidak pada tingkat akar ruas tulang belakang

    bersangkut-an. Fraktura tulang lain seperti humerus, klavikula, skapula dan/atau iga, bila

    diamati memberi-kan perkiraan kasar atas kekuatan yang menghantam bahu, lengan atau

    leher, namun tidak selalu membantu menentukan tingkat atau luasnya cedera. Kerusakan

    pleksus biasanya lebih proksimal dibanding sisi fraktura yang tampak, sering pada tingkat

    akar. Fraktura humerus tengah terutama berkaitan dengan cedera saraf radial. Fraktura

    kominuta radius dan ulna pada tingkat lengan bawah tengah juga berkaitan dengan cedera

    saraf median dan ulner, dan terkadang dengan palsi saraf interosseus posterior.

    Foto thorax bisa menunjukkan elevasi diafragma yang berarti terjadi paralisis saraf

    frenikus. Ini tanda prognosis yang relatif buruk untuk reparasi akar saraf C5 setelah cedera

    tertutup, karena biasanya berarti kerusakan proksimal pada tingkat leher.

    Tomografi Terkomputer (CT) dan Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)

    CT scan dengan kontras dimanfaatkan pada cedera peregangan walau terkadang

    abnormalitas tetap tidak dijumpai karena irisan biasanya tidak cukup rapat untuk mencakup

    semua daerah akar pada setiap tingkat. Akibatnya, mielografi tetap merupakan pemeriksaan

    radiologis yang digunakan. Pencitraan resonansi magnetik mungkin membantu

    menampilkan akar saraf. Pemeriksaan MRI ini hanya memperkuat mielogram dan tidak

    menggantikannya.

    1.8. TATALAKSANA

    Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih dipergunakan

    hingga saat ini, antara lain:

    1. Splint (Bidai Immobilisasi)

    Splint atau bidai pada pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa

    dengan mengurangi fleksi pergelangan tangan. Bidai digunakan pada malam hari

    untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi atau ekstensi tangan saat tidur yang bisa

    meningkatkan tekanan. Bidai biasanya digunakan pada pasien dengan gejala yang

    ringan sampai sedang yang berlangsung kurang dari 1 tahun.

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    14

    2. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

    Obat-obatan jenis NSAID dapat mengurangi inflamasi dan membantu

    menghilangkan nyeri. Pada umumnya digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan

    sampai sedang. Obat pilihan untuk terapi awal biasanya adalah ibuprofen. Untuk

    pilihan lainnya ada ketoprofen dan naproxen.

    3. Fisioterapi dan Terapi Okupasi

    Prosedur fisioterapi ini harus dilakukan secaraspesifik terhadap pola

    nyeri/gejala dan disfungsi yang ditemukan. Terapi okupasi memberikan penyaranan

    ergonomik untuk mencegah gejala yang semakin parah. Terapi okupasi memfasilitasi

    fungsi tangan melalui terapi adaptif tradisional. Olahraga dengan gerakan merelaksasi

    dan meregangkan otot otot lengan dan tangan dapat mengurangi resiko trauma

    ganda pada N. radialis.

    Dengan istirahat yang sesering mungkin dapat berguna jika jadwal kerja dapat

    dikurangi kepadatannya. Sebuah hasil penelitian baru baru ini menunjukkan dengan

    istirahat singkat beberapa kali saat aktivitas yang cukup menegangkan memberikan

    hasil yang lebih baik dibandingkan dengan istirahat dalam waktu yang lama. Beragam

    jenis perangkat aksesoris komputer yang dapat digunakan untuk menopang tangan

    dari kelelahan karena aktivitas berlebihan.

    Olahraga dengan gerakan merelaksasi dan meregangkan otot otot lengan dan

    tangan dapat mengurangi resiko trauma ganda pada N. Radialis.

    4. Terapi Operatif

    1.9. PROGNOSIS

    Pasien neuropati radialis akibat fraktur atau dislokasi, dapat mengalami perbaikan

    spontan. Pasien dengan Saturday night palsy biasanya membaik dalam 6-8 minggu atau dapat

    lebih lama. Operasi pada keadaan terdorongnya nervus radialis oleh tulang atau jaringan

    lunak, juga adanya entrapment pada muskulus supinator dapat membaik dalam beberapa

    minggu atau bulan.

    Secara keseluruhan kesembuhan menyangkut nervus radialis umumnya baik setelah

    manajemen konservatif dan operasi. Jika belum memperoleh hasil maksimal maka dapat

    dilakukan perbaikan melalui transfer tendon.

  • Deniswari Rahayu (1102010065)

    15

    DAFTAR PUSTAKA

    Adam RD ; Victor M. Principles of neurology. 4th ed. New York: McGraw Hill, 1989

    Chusid JG and deGroot J. Correlative neuroanatomy. 20th ed. A Lange Medical Book,

    1988:p.92-96

    De Jong. The Neurological examination.4t ed. 1979:p.576-588

    Dyck PJ, Low PA. Disease of peripheral nerves, in Clinical neurology, Baker (ed).

    Philadelphia: Harper & Row, 1987

    Gilroy, J. Basic neurology. New York : Pergamon, 1992:p. 363-364

    Goldstein NP. Metal neuropathy, in Peripheral neuropathy. Dyck PJ (ed.). Philadelphia : WB

    Sounders, 1975:p. 1240-1248

    Patten J. Neurological differential diagnosis, London: Harold Starke, 1977: p.194-202

    Thomas PK. Symptomatoly and differential diagnosis of peripheral neuropathy, in peripheral

    neuropathy. Dyck P. (ed.). philadelphia : WB Saunders, 1975

    Walton JN. Brains diseases of the nervus system. 8th ed. New York : Oxford University,

    1977: 779-781 dan 949-952

    WHO. Peripheral neuropathies, Report of WHO Study Group, Jeneva, 1980