RAD MDG's

176
Rencana Aksi Daerah Millenium Development Goals (MDGs) e-book Bappeda Provinsi Jawa Tengah 2013

description

Rencana Aksi Daerah "Millenium Development Goals (MDGs)

Transcript of RAD MDG's

Page 1: RAD MDG's

Rencana Aksi Daerah Millenium Development Goals (MDGs)

e-book Bappeda Provinsi Jawa Tengah 2013

Page 2: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah ii

DAFTAR ISI

Hal

Daftar Isi .................................................................................................. ii

Daftar Tabel dan Gambar ........................................................................ xii

Daftar Singkatan ..................................................................................... xvi

Bab I Pendahuluan .................................................................................. 1

1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa

Tengah .............................................................................................. 3

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 3

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per

kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ........... 5

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk

perempuan dan kaum muda ...................................... 9

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-

2015 ....................................................................... 13

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 15

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan

pendidikan dasar ...................................................... 15

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan .............................................................................. 20

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan

di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun

2015 ....................................................................... 22

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 27

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga

dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ............ 27

Page 3: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah iii

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 34

Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 35

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ...................................................... 38

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya .................................................................................... 39

Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015…… 41

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun

2010 ....................................................................... 42

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya

hingga tahun 2015 ................................................... 42

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 45

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program

nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber

daya lingkungan ...................................................... 48

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang

signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 50

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum

layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ................ 51

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh

pada tahun 2020 ...................................................... 52

Page 4: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah iv

1.2. Permasalahan dan Tantangan Dalam Pencapaian Tujuan

Pembangunan Milenium di Jawa Tengah ...................................... 53

1.2.1 Permasalahan ................................................................................ 53

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 53

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per

kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ............ 53

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk

perempuan dan kaum muda ...................................... 54

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-

2015 ....................................................................... 54

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 55

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan

pendidikan dasar ...................................................... 55

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan .............................................................................. 56

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan

di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun

2015 ....................................................................... 56

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 57

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................. 57

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 60

Target 5A: Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 60

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ...................................................... 62

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya .................................................................................... 63

Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ........ 63

Page 5: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah v

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun

2010 ....................................................................... 64

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya

hingga tahun 2015 ................................................... 65

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 67

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program

nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber

daya lingkungan ...................................................... 67

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang

signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 69

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum

layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ............... 69

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh

pada tahun 2020 ...................................................... 70

1.2.2 Tantangan ...................................................................................... 71

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 71

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per

kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ............ 71

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk

perempuan dan kaum muda ...................................... 72

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-

2015 ....................................................................... 72

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 73

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan

pendidikan dasar ...................................................... 73

Page 6: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah vi

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan .............................................................................. 74

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan

di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun

2015 ....................................................................... 74

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 75

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................. 75

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 76

Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 76

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ...................................................... 79

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya .................................................................................... 80

Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ........ 80

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun

2010 ....................................................................... 81

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya

hingga tahun 2015 ................................................... 81

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 84

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program

nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber

daya lingkungan ...................................................... 84

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang

signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 86

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum

layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ................ 86

Page 7: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah vii

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh

pada tahun 2020 ...................................................... 87

Bab II Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pencapaian Target

MDGs ............................................................................................ 88

2.1. Arah Kebijakan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan

Pembangunan Milenium (MDG’s) ................................................... 88

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 88

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per

kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ............ 88

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk

perempuan dan kaum muda ...................................... 93

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-

2015 ....................................................................... 94

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 96

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan

pendidikan dasar ...................................................... 96

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan .............................................................................. 97

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan

di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun

2015 ....................................................................... 97

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 98

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................. 98

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 99

Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 99

Page 8: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah viii

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ...................................................... 100

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya .................................................................................... 100

Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ........ 100

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun

2010 …………………………………………………………………. .. 100 100

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya

hingga tahun 2015 ................................................... 100

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 102

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program

nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber

daya lingkungan ...................................................... 102

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang

signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 103

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum

layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ................ 103

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh

pada tahun 2020 ...................................................... 104

2.2. Strategi Pecepatan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan

Milenium (MDGs) ................................................................................ 105

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 105

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per

kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ............ 105

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk

perempuan dan kaum muda ...................................... 106

Page 9: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah ix

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-

2015 ....................................................................... 106

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 107

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan

pendidikan dasar ...................................................... 107

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan .............................................................................. 108

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan

di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun

2015 ....................................................................... 108

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 110

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................. 110

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 111

Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 111

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ...................................................... 114

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya .................................................................................... 114

Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015….. 114

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun

2010 ……………………………………………………………… ...... 114

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya

hingga tahun 2015 ................................................... 114

Page 10: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah x

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup .......................... 116

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program

nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber

daya lingkungan ...................................................... 116

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang

signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 117

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum

layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ................ 118

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh

pada tahun 2020 ...................................................... 119

2.3. Target Kinerja Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium

(MDGs) Jawa Tengah ....................................................................... 119

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 119

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 120

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan .............................................................................. 121

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 122

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 122

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya .................................................................................... 123

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 125

2.4. Program dan Kegiatan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan

Pembangunan Milenium (MDGs) .................................................... 127

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 127

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per

kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ............ 127

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk

perempuan dan kaum muda ...................................... 129

Page 11: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah xi

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-

2015 ....................................................................... 130

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 132

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan

pendidikan dasar ...................................................... 132

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan .............................................................................. 134

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan

di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun

2015 ....................................................................... 134

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 135

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................. 135

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 138

Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 138

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ...................................................... 142

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya .................................................................................... 144

Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ........ 144

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun

2010 ....................................................................... 145

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya

hingga tahun 2015 ................................................... 145

Page 12: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah xii

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 148

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program

nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber

daya lingkungan ...................................................... 148

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang

signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 149

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum

layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ................ 150

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh

pada tahun 2020 ...................................................... 150

BAB III Pemantauan dan Evaluasi .............................................................. 152

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 156

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 157

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan .............................................................................. 157

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 158

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 158

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular

Lainnya .................................................................................... 159

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 160

BAB IV Penutup ....................................................................................... 163

Lampiran

I. Pagu Indikatif Kebutuhan Anggaran Untuk Mendukung Percepatan

Pencapaian MDGs Jateng Tahun 2011-2015

II. Dukungan Kabupaten/Kota Terhadap Capaian MDGs Jateng

Page 13: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 1

BAB I PENDAHULUAN

Pertemuan World Summits pada bulan September tahun 2000 telah

menghasilkan deklarasi yang disebut Millennium Declaration. Deklarasi tersebut

ditandatangani oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Millennium Declaration tersebut kemudian disahkan oleh Majelis Umum PBB ke

dalam Resolusi Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 tentang Deklarasi

Millenium PBB atau lebih dikenal dengan nama Tujuan Pembangunan

Millenium (Millenium Development Goals/MDGs). Deklarasi tersebut

mencanangkan komitmen global untuk menangani isu perdamaian, keamanan,

pembangunan, hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam satu paket

kebijakan pembangunan guna mempercepat pencapaian pembangunan manusia

dan pemberantasan kemiskinan di seluruh dunia pada tahun 2015.

Millenium Development Goals (MDGs) terdiri dari delapan tujuan utama

dengan indikator terukur secara kuantitatif serta waktu pencapaiannya. Delapan

tujuan utama tersebut adalah :

(1) memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem;

(2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua;

(3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

(4) menurunkan angka kematian anak;

(5) meningkatkan kesehatan ibu hamil;

(6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya;

(7) memastikan kelestarian lingkungan; dan

(8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Waktu pencapaian kedelapan tujuan tersebut adalah 25 tahun dengan

tahun dasar 1990. Kedelapan tujuan tersebut diharapkan pada tahun 2015 dapat

dicapai sesuai target yang ditetapkan, bahkan dapat dicapai lebih cepat.

Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan

Pembangunan Millenium (MDGs) berkomitmen mewujudkan delapan tujuan

tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan

Page 14: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 2

kualitas hidup yang lebih baik. Secara nasional komitmen tersebut dituangkan

dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009,

kemudian dipertegas pada RPJMN 2010 – 2014 dan Inpres No. 3 tahun 2010

tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Meskipun hambatan dan

tantangan pencapaian tujuan tersebut cukup banyak, namun berbagai prestasi

pembangunan diketahui telah melampaui target MDGs, seperti penanggulangan

kemiskinan dan kelaparan berat, dan pendidikan untuk semua (education for all).

Walaupun beberapa indikator menunjukkan arah ketercapaian target

MDGs (tahun 2015), namun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa capaian

yang masih memprihatinkan, antara lain peningkatan pelayanan air bersih,

kesehatan lingkungan dan pemukiman kumuh yang diperkirakan baru dapat

dicapai pada tahun 2020. Selain itu beberapa hal yang perlu mendapatkan

perhatian, antara lain terkait dengan upaya sinergitas program dan

penganggaran pembangunan, kesenjangan antar daerah terhadap rata-rata

capaian nasional dan provinsi serta keterbatasan sumber daya.

Percepatan pencapaian target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs)

merupakan amanah dari Inpres Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan

Pelaksanaan Pembangunan Nasional 2010 dan Inpres Nomor 3 tahun 2010

tentang Program Pembangunan Berkeadilan. Pemerintah memandang bahwa

pencapaian tujuan MDGs sampai dengan tahun 2010 belum optimal. Beberapa

capaian target MDGs stagnan, bahkan menunjukkan kinerja menurun.

Percepatan pencapaian MDGs di tingkat nasional tertuang dalam Peta Jalan

Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia. Sementara

itu di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) perlu dituangkan dalam

Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Millenium.

Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Pembangunan

Millenium Provinsi Jawa Tengah disusun sesuai panduan yang diterbitkan oleh

Bappenas, terdiri dari empat bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, mendeskripsikan

gambaran kondisi pencapaian MDGs di Jawa Tengah dan permasalahan serta

tantangan yang dihadapi; Bab II Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan

Page 15: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 3

Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, mendeskripsikan tentang arah

kebijakan dan strategi percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium

masing-masing tujuan di Jawa Tengah; Bab III Monitoring dan Evaluasi,

menggambarkan tentang mekanisme monitoring dan evaluasi percepatan

pencapaian tujuan pembangunan millenium di Provinsi Jawa Tengah; dan Bab IV

Penutup.

Dalam penyusunan RAD Percepatan Pencapaian Pembangunan Millenium

Provinsi Jawa Tengah ini tidak seluruh tujuan (8 tujuan) MDGs dibahas, namun

hanya 7 tujuan, mengingat tujuan ke-8 yaitu Mengembangkan Kemitraan Global

untuk Pembangunan, kurang relevan untuk dibahas di tingkat daerah baik di

tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dan menjadi kompetensi Pemerintah

Pusat.

Pada bab ini akan digambarkan kondisi pencapaian tujuan pembangunan

millenium di Provinsi Jawa Tengah dan permasalahan serta tantangan yang

dihadapi dalam percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium.

Gambaran kondisi pencapaian tujuan pembangunan millenium serta

permasalahan dan tantangan di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Jawa Tengah

Penyusunan Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target

Millenium Development Goals (MDGs) diawali dengan mendeskripsikan kondisi

capaian masing-masing indikator tujuan. Deskripsi pencapaian tujuan MDGs

Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Ringkasan status pencapaian target-target MDGs untuk Tujuan ke-1

Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 16: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 4

Tabel 1.1 Status Capaian Tujuan ke-1 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan Dasar

Saat Ini

Target

MDGs

2015

Status Sumber

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat

pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015

1.1 Tingkat kemiskinan berdasarkan garis

kemiskinan nasional

17,49% (1990)

16,56% (2010)

8,75%

BPS, Susenas

1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan

3,51 (2005)

2,49 (2010)

Berkurang

BPS, Susenas

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan dan pekerjaan yang layak untuk semua,

termasuk perempuan dan kaum muda

1.4 Laju PDRB per tenaga

kerja

3,92

(1990)

2,25

(2009) - -

Buku PDRB Jawa

Tengah dan Jawa

Tengah

Dalam Angka

1.5

Rasio kesempatan kerja

terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas

70,07%

(1990)

64,19%

(2009) Meningkat

BPS, Sakernas

1.7

Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri

dan pekerja bebas

keluarga terhadap total kesempatan kerja

69,77%

(1990)

59,03% (2009)

Menurun

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam

kurun waktu 1990-2015

1.8

Prevalensi balita dengan

berat badan rendah / kekurangan gizi

16% (2007)

15,7% (2010)

14,05%

BPS, Susenas

1.8a Prevalensi balita gizi buruk

4% (2007)

3,3% (2010)

2,15%

Kemkes,

Riskesdas 1.8b

Prevalensi balita gizi

kurang

12%

(2007)

12,4%

(2010) 11,9%

1.9

Proporsi penduduk

dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi

minimum:

BPS, Susenas

< 1.400 Kkal/kapita/ hari

- 15,22% (2009)

8,50%

< 2.000 Kkal/kapita/ hari

- 66,89% (2009)

35,32%

Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus

Page 17: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 5

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.

1. Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP)

per kapita per hari.

Dalam pengukuran tingkat kemiskinan BPS Provinsi Jawa Tengah tidak

melakukan pendataan dengan tolok ukur proporsi penduduk dengan

pendapatan kurang dari US$ 1,00 per kapita per hari, karena data ini tidak

tersedia (n.a.=not available). Tolok ukur kemiskinan dengan menggunakan

garis kemiskinan (poverty line) yang berlaku untuk Indonesia.

2. Persentase Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan

nasional.

Pengukuran kemiskinan yang dilakukan BPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), yaitu

kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari

sisi pengeluaran. Garis kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010

sebesar Rp 192.435,- per kapita/bulan, dengan demikian penduduk miskin

adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita/ bulan di

bawah nilai tersebut.

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1990

sebanyak 4,16 juta jiwa (17,49%). Pada tahun 1999 terjadi peningkatan yang

signifikan jumlah penduduk miskin sebanyak 8,76 juta jiwa atau 28,46%.

Meningkatnya angka kemiskinan tersebut karena pada tahun 1997/1998

negara kita mengalami krisis ekonomi dan politik yang berdampak pada

menurunnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah penganggur.

Maka sejak tahun 1999 telah dilakukan berbagai program dan kegiatan

penanggulangan kemiskinan secara terpadu, sehingga angka kemiskinan

cenderung semakin menurun dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2005 - 2006 di Jawa Tengah terjadi peningkatan

persentase penduduk miskin dari 20,49% menjadi 22,19%, hal ini disebabkan

Page 18: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 6

terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak yang menyebabkan kenaikan

harga kebutuhan pokok. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin

mengalami penurunan menjadi sebanyak 5.369.200 orang (16,56%). Namun

demikian persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah masih lebih

tinggi dari rata-rata nasional, yaitu sebesar 13,33%. Kondisi tersebut

menempatkan Jawa Tengah pada peringkat ke-17 dari 33 provinsi di

Indonesia. Namun demikian perlu diwaspadai kemungkinan munculnya

penduduk miskin baru akibat kejadian bencana alam, antara lain bencana

erupsi dan banjir lahar dingin pasca erupsi Gunung Merapi, yang telah

menyebabkan kerusakan dan kerugian di 3 (tiga) kabupaten yaitu :

Kab.Magelang, Kab.Klaten dan Kab.Boyolali.

Kecenderungan proporsi penduduk miskin di Jawa Tengah dari tahun

1990–2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990 – 2010

Tahun Garis

Kemiskinan

Jumlah Penduduk Miskin

(Ribu Orang)

Persentase Penduduk Miskin (%)

Jawa Tengah Nasional

1990 15.457 4.915,4 17,49 15,10

1999 76.579 8.755,4 28,46 23,43

2003 119.403 6.980,0 21,78 17,42

2004 126.651 6.843,8 21,11 16,66

2005 130.013 6.533,5 20,49 15,97

2006 142.337 7.100,6 22,19 17,75

2007 154.111 6.557,2 20,43 16,58

2008 168.168 6.189,6 19,23 15,42

2009 182.515 5.725,7 17,72 14,15

2010 192.435 5.369,2 16,56 13,33 Sumber : diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2010

Perlu dikemukakan bahwa data penduduk miskin di Jawa Tengah pada

tahun 2009 sebesar 17,72%, sebagaimana tersebut pada tabel di atas adalah

data yang dikeluarkan BPS kondisi bulan Maret 2009. Untuk mengetahui

sebaran penduduk miskin di Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah dapat dilihat

pada data penduduk miskin yang dikeluarkan BPS kondisi bulan Juli 2009,

dimana persentase penduduk miskin tercatat sebesar 17,48%, menurun

sebesar 0,24% dibandingkan data sebelumnya.

Page 19: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 7

Gambaran distribusi penduduk miskin di 35 kabupaten/kota di Provinsi

Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :

Gambar 1.1 Grafik Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Sumber : diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2009.

Berdasarkan data kemiskinan tahun 2009 (bulan Juli 2009), tingkat

kemiskinan di kabupaten/kota dapat dikelompokkan menjadi dua kategori,

sebagai berikut :

1. Kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya di atas angka Provinsi Jawa

Tengah (17,48%).

Terdapat sebanyak 16 kabupaten, yaitu: Kab. Blora, Pekalongan,

Grobogan, Wonogiri, Klaten, Sragen, Demak, Cilacap, Banjarnegara,

Banyumas, Pemalang, Brebes, Purbalingga, Kebumen, Rembang dan

Wonosobo.

2. Kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya di bawah angka Provinsi

Jawa Tengah (17,48%).

Tingkat kemiskinan di atas angka Provinsi

Tingkat kemiskinan di bawah angka Provinsi

Page 20: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 8

Terdapat sebanyak 19 kabupaten/kota yaitu : Kab. Purworejo, Batang,

Kendal, Boyolali, Pati, Magelang, Temanggung, Kota Surakarta, Kab.

Karanganyar, Tegal, Sukoharjo, Kudus, Semarang, Kota Magelang, Kota

Tegal, Kab. Jepara, Kota Pekalongan, Kota Salatiga dan Kota Semarang.

3. Indeks Kedalaman Kemiskinan

Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK) merupakan ukuran rata-rata

kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis

kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata

pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Data Indeks Kedalaman

Kemiskinan pada tahun 2009 sebesar 2,96 kemudian pada tahun 2010

menurun menjadi 2,49 atau terjadi penurunan sebesar 0,47. Kondisi ini sesuai

dengan yang ditargetkan dalam MDG’s yakni harus terjadi penurunan Indeks

Kedalaman Kemiskinan sampai dengan tahun 2015.

Jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 sebanyak 5.369.200 orang

(16,56%). Pengukuran kemiskinan menggunakan garis kemiskinan yang

berbeda antara daerah perdesaan dan perkotaan. Di daerah perkotaan garis

kemiskinan pada tahun 2010 sebesar Rp 205.606,00 per kapita/bulan,

sedangkan di perdesaan sebesar Rp 179.982,00 per kapita/bulan. Pada periode

Maret 2009-2010 penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak

162 ribu orang, sedangkan di perdesaan berkurang sebanyak 194,53 ribu

orang. Besarnya Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah perdesaan lebih

tinggi daripada di perkotaan. Pada tahun 2010, nilai Indeks Kedalaman

Kemiskinan untuk perkotaan sebesar 2,09 sedangkan di daerah perdesaan

mencapai 2,86. Indeks Kedalaman Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun

2005 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 21: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 9

Tabel 1.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Provinsi Jawa Tengah

Bulan Maret 2005-2010

No Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan

Kota Desa Kota+Desa

1 2005 3,05 3,84 3,51

2 2006 2,75 4,37 3,69

3 2007 3,33 4,32 3,84

4 2008 2,97 3,78 3,39

5 2009 2,56 3,34 2,96

6 2010 2,09 2,86 2,49 Sumber : Kemiskinan Makro Susenas, BPS

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

1. Laju PDRB per Tenaga Kerja

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja diperoleh

dari total PDRB dibagi jumlah seluruh tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja dapat

menunjukkan produktivitas tenaga kerja, sehingga laju PDRB per tenaga

kerja memberikan gambaran mengenai kecepatan pertumbuhan

produktivitas tenaga kerja di Jawa Tengah.

Pada tahun 1990 laju PDRB Jawa Tengah sebesar 3,92%. Kemudian

pada tahun 2006 laju PDRB per tenaga kerja tercatat cukup tinggi yaitu

mencapai 8,41%, namun demikian pada tahun 2007 laju PDRB per tenaga

kerja tersebut mengalami penurunan hingga -1,49%. Kemudian pada tahun

2008 tumbuh positif sebesar 11,19% dan pada tahun 2009 laju PDRB per

tenaga kerja kembali menurun menjadi sebesar 2,25%. Pertumbuhan laju

PDRB per tenaga kerja yang tidak konsisten ini, perlu mendapatkan perhatian

khusus, agar dapat diupayakan pertumbuhan yang positif dan berkelanjutan.

Perkembangan laju PDRB per tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 22: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 10

Tabel 1.4 Perkembangan Laju PDRB per Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2009

No. Tahun

PDRB Berdasarkan Harga Konstan Tahun

2000 (Juta Rupiah)

Jumlah Tenaga

Kerja (orang)

PDRB per Tenaga Kerja Berdasarkan

Harga Konstan Tahun 2000 (Rp)

Laju PDRB per

Tenaga Kerja (%)

1 2005 143.051.213,88 15.655.303 9.137.556,38 -

2 2006 150.682.654,74 15.210.931 9.906.208,55 8,41

3 2007 159.110.253,77 16.304.058 9.758.935,71 -1,49

4 2008 167.790.369,85 15.463.658 10.850.626,02 11,19

5 2009 175.685.267,57 15.835.382 11.094.476,13 2,25%

Sumber: Data BPS yang telah diolah

2. Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas

Rasio kesempatan kerja untuk penduduk kelompok usia 15 tahun ke

atas menggambarkan perkembangan tenaga kerja yang memasuki lapangan

kerja. Besarnya kesempatan kerja bagi penduduk usia 15 tahun ke atas pada

tahun 1990 sebesar 70,07%. Sementara itu rasio kesempatan kerja

penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar

62,96%. Upaya untuk meningkatkan kesempatan kerja di Jawa Tengah

antara lain tergantung pada besarnya penanaman modal di daerah dalam

rangka penyerapan kerja, kebijakan peningkatan kesempatan berusaha,

peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dukungan regulasi serta iklim

usaha yang kondusif.

Perkembangan rasio kesempatan kerja untuk penduduk kelompok usia

15 tahun ke atas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.5 Rasio Kesempatan Kerja Untuk Penduduk Kelompok Usia

15 Tahun Ke Atas Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990 - 2009

Tahun

Angkatan Kerja

yang bekerja

(orang)

Jumlah Penduduk

usia 15 tahun ke atas

(orang)

Rasio Kesempatan kerja

untuk penduduk 15

Tahun ke atas (orang)

1990 12.978.070 18.522.256 70,07%

2005 15.655.303 27.323.479 57,30%

2006 15.210.931 27.041.083 56,25%

2007 16.304.058 25.178.172 64,75%

2008 15.463.658 24.411.601 63,35%

2009 15.533.096 24.669.525 62,96%

Sumber: Data BPS Provinsi Jawa Tengah yang diolah

Page 23: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 11

Rasio kesempatan kerja di Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari

tahun 1990 sampai dengan tahun 2009, yaitu sebesar 70,07% (1990)

menurun menjadi 56,25% (2006), kemudian meningkat menjadi 64,75%

(2007) dan menurun kembali menjadi 62,96% (2009). Berdasarkan data

tersebut, kondisi kesempatan kerja di kabupaten/kota di Provinsi Jawa

Tengah terbagi menjadi dua kategori sebagai berikut:

1. Kabupaten/kota yang berada di atas angka kesempatan kerja Provinsi

Jawa Tengah.

Terdapat 24 kabupaten/kota, yaitu Kota Pekalongan, Kab. Kebumen,

Sukoharjo, Klaten, Pati, Batang, Karanganyar, Demak, Purbalingga,

Jepara, Kudus, Kendal, Pekalongan, Semarang, Sragen, Banjarnegara,

Rembang, Magelang, Wonogiri, Wonosobo, Temanggung, Boyolali, Blora

dan Grobogan.

2. Kabupaten/kota yang berada di bawah angka kesempatan kerja

Provinsi Jawa Tengah.

Terdapat 11 Kabupaten/kota yaitu: Kab. Purworejo, Brebes, Banyumas,

Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kab. Cilacap, Pemalang,

Tegal, Kota Tegal dan Kota Magelang.

Gambar 1.2 Grafik Rasio Kesempatan Kerja Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Tingkat kemiskinan di atas angka Provinsi

Tingkat kemiskinan di bawah angka Provinsi

Page 24: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 12

3. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas

keluarga terhadap total kesempatan kerja.

Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas

keluarga terhadap total kesempatan kerja menunjukkan peningkatan jumlah

tenaga kerja yang bekerja secara mandiri atau berwirausaha. Pada tahun

1990 jumlah tenaga kerja yang bekerja mandiri sebesar 69,77% dari

angkatan kerja. Kemudian pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja yang

bekerja mandiri sebesar 56,71% dan meningkat menjadi 59,03% pada

tahun 2009. Hal ini menunjukkan masih banyak tenaga kerja yang berusaha

sendiri dan dibantu tenaga kerja yang perlu mendapatkan perhatian dalam

rangka peningkatan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja. Tenaga

kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga baik pada skala

usaha mikro, kecil dan kegiatan usaha di sektor informal perlu perhatian

untuk mendapatkan fasilitasi keterampilan dan perlindungan tenaga kerja.

Besarnya Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas

keluarga terhadap total kesempatan kerja tahun 2005-2009 dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 1.6 Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri Dan Pekerja Bebas

Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja

Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009

No Status Pekerjaan Utama Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 Berusaha Sendiri (orang) 3.230.500 3.179.633 2.984.783 2.958.783 2.942.281

2 Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap (orang)

2.856.165 2.911.064 3.871.357 3.496.142 3.650.147

3 Berusaha dibantu Buruh

Tetap (orang)

508.746 481.634 425.021 380.621 405.682

4 Pekerja Bebas di Pertanian

(orang)

1.205.505 1.095.313 1.091.136 1.128.268 1.045.307

5 Pekerja Bebas di Non Pertanian (orang)

1.077.548 1.161.764 1.185.594 1.304.151 1.304.151

Jumlah Tenaga Kerja yang

berusaha sendiri dan pekerja Bebas keluarga (orang)

8.878.464 8.829.408 9.557.891 9.267.965 9.347.568

Jumlah Kesempatan kerja (orang) 15.655.303 15.210.931 16.304.058 15.463.658 15.835.382

Proporsi Tenaga Kerja yang berusaha sendiri dan pekerja

Bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja

56,71% 58,05% 58,62% 59,93% 59,03%

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 2005–2009 (diolah)

Page 25: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 13

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

1. Prevalensi Balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi

Terdapat hubungan timbal balik antara kekurangan gizi dengan

kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah

terjadinya kekurangan gizi selain disebabkan oleh kurangnya pemahaman

tentang gizi seimbang bagi sebagian masyarakat terutama di perdesaan dan

kelompok rentan. Proporsi Balita yang kekurangan gizi berbanding lurus

dengan jumlah penduduk miskin. Semakin kecil pendapatan penduduk maka

persentase Balita yang kekurangan gizi semakin meningkat, dan sebaliknya

semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk, semakin rendah persentase

Balita yang kekurangan gizi. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi Balita

dengan berat badan rendah/kekurangan gizi pada tahun 2007 sebesar 16%,

turun menjadi 15,7% pada tahun 2010 sedangkan target MDGs tahun 2015

sebesar 14,05%. Diperkirakan target MDGs tersebut akan dapat tercapai di

Jawa Tengah.

a. Prevalensi Balita gizi buruk

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara

langsung disebabkan oleh tiga hal, yaitu: anak tidak mendapat makanan

bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai, dan

kemungkinan anak menderita penyakit infeksi. Berdasarkan data

Riskesdas, prevalensi Balita gizi buruk di Jawa Tengah pada tahun 2007

sebesar 4% dan pada tahun 2010 turun menjadi 3,3%, sedangkan

target MDGs tahun 2015 sebesar 2,15%.

b. Prevalensi Balita gizi kurang

Prevalensi kekurangan gizi pada Balita pada tahun 2007 sebesar 12%

naik menjadi 12,4% pada tahun 2010, sedangkan target MDGs pada

tahun 2015 sebesar 11,9%. Melalui prioritas program dan kegiatan yang

semakin intensif utamanya pada kelompok rentan dan kekurangan gizi,

diharapkan Jawa Tengah mampu mencapai target MDGs yang telah

ditetapkan.

Page 26: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 14

2. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi

minimum.

Pola konsumsi pangan yang kurang mencukupi kebutuhan energi dan

gizi akan mengakibatkan terjangkitnya penyakit serius, bahkan kematian.

Asupan makanan yang seimbang sangat penting bagi ketahanan tubuh

terhadap penyakit. Penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat

minimum sehingga berdampak buruk bagi kesehatan dan status gizi, sebagian

besar disandang oleh masyarakat miskin. Kondisi ini menegaskan bahwa

upaya peningkatan dan perbaikan konsumsi terutama bagi masyarakat miskin

sangat mendesak untuk dilakukan.

a. Kategori < 1.400 Kkal/kapita/hari

Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah

tingkat konsumsi minimum atau <1.400 Kkal/kapita/hari pada tahun 2009

sebesar 15,22%, sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 8,50%.

Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus agar proporsi penduduk dengan

asupan kalori kurang dari 1.400 Kkal/kapita/hari tersebut dapat

diturunkan sesuai target MDGs.

b. Kategori < 2.000 Kkal/kapita/hari

Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah

tingkat konsumsi minimum atau < 2.000 Kkal/kapita/hari pada tahun

2009 sebesar 66,89%, masih jauh apabila dibandingkan target MDGs

tahun 2015 sebesar 35,32%. Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus

melalui serangkaian program dan kegiatan yang dilaksanakan secara

terpadu dan sinergis, sehingga proporsi penduduk dengan asupan kalori

kurang dari 2.000 Kkal/kapita/hari tersebut dapat diturunkan seoptimal

mungkin.

Page 27: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 15

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Mencapai pendidikan dasar untuk semua adalah upaya yang dilakukan

agar penduduk usia sekolah dasar seluruhnya dapat menikmati pendidikan SD/

MI/Paket A pada tahun 2015. Tujuan ke-2 ini memiliki tiga indikator yaitu: Angka

Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A; Proporsi murid kelas 1 yang berhasil

menamatkan SD/MI/Paket A dan Angka melek huruf penduduk usia 15 – 24

tahun perempuan dan laki-laki. APM SD/MI/Paket A adalah hasil bagi antara

jumlah siswa SD/MI/Paket A usia 7 – 12 tahun pada satu wilayah administratif

dibagi penduduk usia 7 – 12 tahun. Status pencapaian tujuan ke-2 MDGs di Jawa

Tengah adalah sebagai berikut:

Tabel 1.7 Status Capaian Tujuan ke-2 MDGs Jawa Tengah

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Capaian target tujuan kedua MDGs untuk indikator APM SD/MI/Paket A

dan angka melek huruf penduduk usia 15 - 24 tahun Provinsi Jawa Tengah

sudah menuju pada pencapaian target 2015 (On Track). Pada tahun 2010 Angka

Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A telah mencapai 108%, Angka Partisipasi

Indikator Acuan Dasar

Saat ini Target

MDGs 2015 Status Sumber

Tujuan 2 : Mencapai Pendidikan Dasar Untuk semua

Target 2 A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan

dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

2.1

Angka Partisipasi

Murni (APM) SD/ MI/ Paket A

92,77% (2007/2008)

97,08% (2009/2010)

100%

Dinas

Pendidikan

2.2

Proporsi murid kelas 1

yang berhasil menamatkan SD/ MI

99,44%

(2007/2008)

99,78%

(2009/2010) 100%

Dinas

Pendidikan

2.3

Angka melek huruf

penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan

laki-laki

P: 99,80%

L: 99,83%

(2007/2008)

P: 100%

L: 100%

(2009/2010)

100%

Dinas

Pendidikan

Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus

Page 28: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 16

Murni (APM) SD/MI/Paket A 97,08% dan APK SMP/MTs/Paket B 99,40%. Pada

jenjang Pendidikan Dasar, berdasarkan data indikator pembangunan bidang

pendidikan, terdapat peningkatan indikator Angka Partisipasi Murni (APM) pada

jenjang SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B sejak tahun 2007/2008, yakni APM

SD/MI/Paket A pada tahun 2007/2008 sebesar 92,77% meningkat menjadi

97,08% pada tahun 2010. Dibandingkan dengan rata-rata nasional (sebesar

95,23%), posisi Jawa Tengah sudah berada di atas rata-rata nasional. Kondisi ini

menunjukkan bahwa akses masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan

pada jenjang Sekolah Dasar mengalami peningkatan dari tahun 2007/2008

hingga tahun 2010. Apabila trend peningkatan tersebut dapat dipertahankan,

maka Jawa Tengah diharapkan dapat mencapai target MDGs pada jenjang

SD/MI/Paket A pada tahun 2015.

Perkembangan capaian APK dan APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B

dan SMA/SMK/MA/Paket C dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dapat

dilihat pada gambar 1.3 dan 1.4. Grafik tersebut menggambarkan bahwa selama

kurun waktu tersebut baik APK maupun APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B

dan SMA/SMK/MA/ Paket C menunjukkan peningkatan.

Gambar 1.3 Perkembangan APK SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan

SMA/SMK/MA/ Paket C Tahun 2008, 2009, 2010

Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Page 29: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 17

Gambar 1.4 Perkembangan APM SD/MI/ Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan

SMA/SMK/MA/ Paket C Tahun 2008, 2009, 2010

Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Didukung oleh peraturan perundangan dan berbagai kebijakan serta

upaya keras dari seluruh stakeholder, pembangunan pendidikan di Jawa Tengah

berhasil mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, antar

kelompok pendapatan, dan antar daerah terutama pada tingkat sekolah dasar.

Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat Sekolah Dasar (SD/MI/Paket A) telah

melampaui angka 100 %. Pada tahun 2009/2010 APK SD/MI/Paket A telah

mencapai 108% dan angka partisipasi murni (APM) sekitar 97,08 %. Pada tahun

yang sama, APK dan APM jenjang SMP/MTs/Paket B masing-masing mencapai

99,40% dan 76,87% (Gambar 1.3 dan 1.4). Pada tingkat Sekolah Dasar

(SD/MI/Paket A), disparitas partisipasi pendidikan antar Kabupaten/ Kota sudah

sangat kecil. Data Dinas Pendidikan menunjukan bahwa APM SD/MI/Paket A di

semua Kabupaten/ Kota telah mencapai lebih dari 90,0 %, kecuali Kabupaten

Kudus dengan APM sebesar 87,60% (Gambar 1.5). Perlu diketahui bahwa

capaian APM 100 % pada tingkat sekolah dasar tidak mungkin tercapai karena

terdapat kenyataan yang ada saat ini adalah banyak siswa SD kelas satu berusia

di bawah usia 7 tahun.

Sebaran APM SD/MI/Paket A pada masing-masing Kabupaten/Kota

menunjukkan bahwa masih terdapat 11 Kabupaten/Kota yang capaian APM

SD/MI/Paket A masih berada di bawah rata-rata Jawa Tengah. Namun demikian,

angkanya sudah berada di atas kisaran 85%. Capaian APM SD/MI/Paket A

92,77

Page 30: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 18

terendah adalah Kabupaten Kudus, dengan APM SD/MI/Paket A sebesar 87,60%.

Hal ini disebabkan bahwa kecenderungan bahwa orang tua menyekolahkan anak

ke SD/MI di bawah usia 7 tahun. Gambar 1.5 menunjukkan capaian APM

SD/MI/Paket A Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah Tahun 2010.

Gambar 1.5 Capaian APM SD/MI/Paket A Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2009/2010

Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Indikator murid kelas 1 berhasil menamatkan SD/MI mengukur berapa

banyak siswa kelas 1 tahun tertentu dalam kurun waktu 6 tahun kemudian

berhasil menamatkan jenjang SD/MI. Data pada tahun ajaran 2007/2008 angka

kelulusan SD/MI sebesar 99,47% berarti pada tahun ajaran 2002/2003 jumlah

siswa kelas 1 ada sebesar 588.306 murid. Demikian pula pada tahun ajaran

2009/2010 jumlah siswa lulus sebesar 99,78% berarti pada tahun ajaran

2004/2005 jumlah murid kelas 1 sebanyak 573.895 murid. Hal ini menunjukan

adanya penurunan angka putus sekolah pada tingkat sekolah dasar termasuk

Madrasah Ibtidaiyah sebesar 0,33% terlihat pada gambar 1.6.

Page 31: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 19

Gambar 1.6 Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Menamatkan Sekolah

Dasar Tahun 2010

Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Angka melek huruf penduduk Provinsi Jawa Tengah berusia 15-24 tahun

dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Angka melek huruf telah

digunakan sebagai indikator tercapainya Education for All (EFA) dan MDGs serta

berperanan penting dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia. Melek

huruf merupakan prasyarat utama yang memungkinkan seseorang mengakses

informasi dan pengetahuan serta memiliki kemampuan untuk memperoleh

pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik.

Data Dinas Pendidikan tahun 2009-2010 menunjukan bahwa angka

melek huruf penduduk usia 15-24 tahun di Provinsi Jawa Tengah mencapai

100% baik untuk laki-laki maupun perempuan. Angka tersebut meningkat

dibandingkan tahun 2007/2008. Angka melek huruf pada tahun 2007/2008

sebesar 99,79% untuk laki-laki dan 99,85% untuk perempuan. Peningkatan

angka melek huruf terjadi antara lain karena peningkatan partisipasi penduduk

usia 15 – 24 tahun yang buta huruf untuk mengikuti program pendidikan

keaksaraan dan pendidikan non formal serta meningkatnya proporsi siswa yang

menamatkan SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B.

Page 32: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 20

Gambar 1.7 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15-24 Menurut Kabupaten/Kota

di Jawa Tengah Tahun 2009/2010

Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Tujuan mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

memiliki tiga indikator, yaitu (1) rasio perempuan terhadap laki-laki ditingkat

pendidikan dasar menengah dan tinggi; (2) Kontribusi perempuan dalam

pekerjaan upahan di sektor non pertanian dan (3) Proporsi kursi yang diduduki

perempuan di DPRD. Rasio perempuan terhadap laki-laki tingkat pendidikan

dasar, menengah dan tinggi adalah angka hasil bagi APM perempuan jenjang

pendidikan tertentu dibagi dengan APM laki-laki pada jenjang pendidikan yang

sama. Apabila hasil bagi berada pada kisaran 95 – 105, dapat disimpulkan dalam

kategori terjadi kesetaraan gender. Terjadi ketimpangan gender apabila hasil

bagi lebih besar dari 105 atau lebih kecil dari 95. Gambaran status capaian

masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

Page 33: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 21

Tabel 1.8 Status Capaian Tujuan ke-3 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan Dasar

Saat ini

Target

MDGs

2015

Status Sumber

Tujuan 3 : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 3 A : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan

pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.

3.1

Rasio Perempuan terhadap laki-laki

ditingkat pen didikan dasar

menengah dan tinggi

- Rasio APM

perempuan/ laki-laki di SD/

MI/Paket A

93,46 (2004/2005)

99,32 (2009/2010)

100

BPS

- Rasio APM

perempuan/

laki-laki di SMP

100,12

(2004/2005)

105,66

(2009/2010)

100

BPS

- Rasio APM

perempuan/

laki-laki di SMA

92,96

(2004/2005)

98,19

(2009/2010)

100

BPS

- Rasio APM perempuan/

laki-laki di Perguruan

Tinggi

84,13

(2004/2005)

124,88

(2009/2010)

100

BPS

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target MDGs

2015

Status Sumber

3.2

Rasio melek huruf perempuan

terhadap laki-laki pada kelompok

usia 15-24 tahun

95,96 (2007)

100 (2009)

100

BPS

3.3

Kontribusi perempuan

dalam pekerjaan upahan di sektor

non pertanian

64,16% (2007)

65,51% (2009)

Meningkat

Disnakertrans

duk

3.4

Proporsi kursi yang diduduki

perempuan di

DPRD

10,22%

(Pileg 2004)

14,75%

(Pileg 2009)

Meningkat

Kesbangpolin

mas

Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus

Page 34: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 22

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya meningkatkan kesetaraan

gender di berbagai bidang. Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan

terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B, SMA/MA/Paket C, dan

Pendidikan Tinggi (PT) berturut-turut sebesar 99,32, 105,66, 98,19, dan 124,88

pada tahun 2009/2010, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada

kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,95%. Dengan demikian,

Jawa Tengah sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan

gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun 2015. Di bidang

ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi perempuan dalam

pekerjaan upahan di sektor non pertanian sebesar 65,51% pada tahun 2009

meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 64,16% (sumber:

Disnakertransduk, 2009). Di samping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh

perempuan di DPRD Provinsi Jawa Tengah pada Pemilu terakhir juga mengalami

peningkatan menjadi 14,75%. Berdasarkan Data BPS tahun 2009/2010, APM baik

perempuan maupun laki-laki, pada SD/MI/Paket A sudah mencapai lebih dari

90%.

Disparitas antar Kabupaten/Kota masih merupakan masalah utama,

terutama pada tingkat pendidikan menengah. Data BPS 2009/2010 menunjukan

bahwa disparitas gender APM perempuan terhadap laki-laki pada SD/MI/Paket A

berkisar antara 93,50 (Kota Semarang) dan 104,13 (Kabupaten Karanganyar)

yang menunjukan bahwa rasio APM perempuan terhadap laki-laki hampir sama di

semua Kabupaten/ Kota terlihat pada gambar 1.8. APM perempuan terhadap laki-

laki pada SMP/ MTs/ Paket B berkisar antara 82,55 (Kabupaten Sragen) dan

147,15 (Kabupaten Wonosobo) terlihat pada gambar 1.9, sedangkan pada

SMA/MA/Paket C berkisar antara 54,12 (Kabupaten Rembang) dan 174,83

(Kabupaten Purbalingga) terlihat pada gambar 1.10. Rasio perempuan yang

duduk di Perguruan Tinggi pada tiga Kabupaten (Brebes, Grobogan, Purbalingga)

sebesar 0, sedangkan di Kabupaten/Kota lainnya berkisar antara 16,25

Page 35: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 23

(Kabupaten Banjarnegara) dan 569,26 (Kabupaten Blora) terlihat pada gambar

1.11. Dari data tersebut terlihat bahwa APM perempuan terhadap laki-laki untuk

jenjang SMP/MTs/Paket B dan SMA/MA/Paket C perbedaannya relatif tidak begitu

jauh, sedangkan pada jenjang Perguruan Tinggi data antar Kabupaten/Kota

sangat luas.

Gambar 1.8 Rasio APM SD/MI/ Paket A Tahun 2009/2010

Sumber data : BPS tahun 2009

Gambar 1.9 Rasio APM SMP/MTs/Paket B Tahun 2009/2010

Sumber data : BPS tahun 2009

Page 36: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 24

Gambar 1.10 Rasio APM SMA/MA/Paket C Tahun 2009/2010

Sumber data : BPS tahun 2009

Gambar 1.11

Rasio APM Perguruan Tinggi Tahun 2009/2010

Sumber data : BPS tahun 2009

Angka melek huruf perempuan dan laki-laki kelompok usia 15-24 tahun

telah mencapai sasaran MDGs. Pada tahun 2009/2010, Disparitas gender angka

Page 37: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 25

melek huruf antara perempuan dan laki-laki Provinsi Jawa Tengah kelompok usia

15-24 tahun sudah mencapai 100.

Di bidang ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

perempuan lebih rendah dibandingkan dengan TPAK laki-laki. Data BPS tahun

2010 menunjukan bahwa TPAK perempuan tidak menunjukan peningkatan yang

signifikan, hanya berkisar sekitar 27,70 %. Angka tersebut jauh lebih rendah jika

di bandingkan dengan TPAK laki-laki yang rata-rata 84 % selama periode yang

sama.

Persentase perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian

memperlihatkan kecenderungan meningkat, yang termasuk pekerja upahan di

sektor non-pertanian adalah buruh/karyawan/pegawai dan pekerja bebas yang

bekerja di lapangan kerja sektor nonpertanian. Data Disnakertransduk

menunjukan bahwa kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan non-

pertanian mengalami peningkatan, dari sebesar 64,16 % pada tahun 2007

menjadi sebesar 65,51 % pada tahun 2009. Gambar 1.12 menunjukkan

kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non-pertanian pada

Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.

Gambar 1.12 Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan

di sektor non pertanian Kab/Kota Se Jawa Tengah

Tahun 2009

Sumber data : Disnakertransduk Provinsi jawa Tengah

Page 38: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 26

Kemajuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan juga diukur

berdasarkan proporsi perempuan di lembaga-lembaga publik (legislatif, eksekutif,

dan yudikatif), menunjukan adanya peningkatan yang cukup berarti. Hal ini

dapat dilihat dari proporsi perempuan yang menduduki kursi di DPRD mengalami

peningkatan dari 10,22 % pada tahun 2004 menjadi 14,75 % pada tahun 2009.

Di bidang politik, kemajuan yang dicapai antara lain adalah dengan di

tetapkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Komisi Pemilihan

umum (KPU), Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, disusul

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-Undang tersebut mengamanatkan dengan

jelas 30 % keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik di tingkat

pusat dan daerah dalam daftar yang diajukan untuk calon anggota legislatif.

Gambar 1.13 menunjukkan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD.

Gambar 1.13 Proporsi Kursi yang Diduduki Perempuan Di DPRD

Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2009

Sumber data : Kesbangpolinmas Provinsi jawa Tengah

Page 39: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 27

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah: menurunkan Angka

Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015

dengan indikator (1) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup; (2)

Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup; dan (3) Persentase anak usia 1

tahun yang diimunisasi campak.

Tabel 1.9 Status Capaian Tujuan 4 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan Dasar

Saat ini Target

MDGs 2015 Status Sumber

Target 4 A : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan 2015

4.1

Angka Kematian Bayi

(AKB) per 1.000 kelahiran hidup

48,8 SDKI;

Jateng 1991

10,62

(2010) 8,5 Dinkes

4.2

Angka Kematian Balita

(AKBA) per 1.000

kelahiran hidup

79,8

SDKI; Jateng

1991

12,02 (2010)

11,85 Dinkes BPS

4.3

Proporsi anak berusia

1 tahun diimunisasi campak

72,3% SDKI;

Jateng 2007

95%

2010 95% Dinkes

SDKI JATENG

Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus

Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 1991

sampai dengan 2010 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1991 AKB

sebesar 48,8/ 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2010 menurun menjadi 10,62 /

1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan target MDGs tahun 2015 sebesar 23 / 1.000

kelahiran hidup kondisi ini telah mencapai target. Pada Tahun 2015 target

capaian AKB Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,5/1.000 kelahiran hidup.

Target 4A: menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per

tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015

Page 40: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 28

Gambar 1.14 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002 – 2010

(per 1.000 kelahiran hidup)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Gambar 1.15

Perbandingan Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2003 – 2010 (per 1.000 kelahiran hidup)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Jumlah kasus kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sejumlah

6.181 kasus yang tersebar di 35 kabupaten/kota dengan jumlah kelahiran hidup

582.074.

Page 41: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 29

Kabupaten/Kota dengan kasus kematian bayi tertinggi adalah Kabupaten

Kebumen (540 kasus), Kota Semarang (337 kasus) dan Kabupaten Brebes (312

kasus). Kabupaten dengan kasus kematian bayi terendah adalah Kota Magelang

(13 kasus), Kota Tegal (15 kasus) dan Kota Salatiga (29 kasus).

Gambar 1.16 Jumlah Kematian Bayi di Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010

(orang)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Menurunnya AKB di Jawa Tengah disebabkan oleh meningkatnya

pelayanan kesehatan pada bayi. Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN-1) di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 96,82 %, dengan cakupan Kabupaten/

Kota tertinggi adalah Kabupaten Kebumen (101,36 %) dan Kabupaten dengan

cakupan terendah adalah Kabupaten Wonosobo (83,21 %). Masih terdapat 11

kabupaten dengan cakupan kunjungan neonatal pertama dibawah cakupan

Provinsi Jawa Tengah.

Page 42: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 30

Gambar 1.17 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Kab/Kota se-Jateng

Tahun 2010 (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jateng 2010

Cakupan pelayanan kesehatan bayi adalah cakupan bayi yang

mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari

– 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1

kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2010 sebesar

94,14%, Kabupaten/Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kota Semarang

(109,18%) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten

Pemalang (76,23 %). Sampai dengan tahun 2010 cakupan kunjungan bayi yang

masih di bawah capaian Jawa Tengah sebanyak 14 Kabupaten/Kota, yaitu

Kabupaten Pemalang, Sragen, Cilacap, Boyolali, Jepara, Karanganyar, Brebes,

Kota Tegal, Rembang, Purworejo, Purbalingga, Kota Magelang, Kudus dan

Wonosobo.

Page 43: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 31

Gambar 1.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Kab/Kota Se Jawa Tengah

Tahun 2010 (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Angka Kematian Balita (AKBA). AKBA Provinsi Jawa Tengah dari tahun

2005 (10,02 / 1.000 kelahiran hidup) sampai dengan tahun 2010 (12,02/1.000

kelahiran hidup) mengalami peningkatan, namun demikian masih dibawah target

MDGs tahun 2015 (32 / 1.000 kelahiran hidup). Diharapkan pada tahun 2015

target AKBA Provinsi Jawa Tengah (11,85/ 1.000 kelahiran hidup) dapat tercapai.

Page 44: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 32

Gambar 1.19 Angka Kematian Balita (AKBA) Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2005 – 2010 (per 1.000 kelahiran hidup)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Jumlah kasus kematian anak balita di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2010 sejumlah 813 kasus yang tersebar di 35 kabupaten/kota.

Kabupaten / Kota dengan kasus kematian anak balita terbanyak adalah Kota

Semarang (90 kasus), Kabupaten Cilacap (84 kasus) dan Kabupaten Jepara (59

kasus). Kabupaten / Kota dengan kasus terkecil adalah Kota Salatiga (2 kasus),

Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Tegal dimana masing masing 4 kasus.

Gambar 1.20 Jumlah Kematian AKBA di Kab/kota se - Jawa Tengah Tahun 2010

(orang)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Page 45: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 33

Cakupan pelayanan kesehatan anak balita di Jawa Tengah sebesar

76,38 %, dimana Kabupaten / Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten

Semarang (99,57 %) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kota

Salatiga (22,40%). Cakupan pelayanan kesehatan anak balita kabupaten/kota

yang masih dibawah capaian Jawa Tengah sebanyak 18 kabupaten/kota meliputi

Kota Salatiga, Kabupaten Magelang, Pekalongan, Karanganyar, Batang, Kota

Pekalongan, Grobogan, Banjarnegara, Kota Surakarta, Blora, Cilacap, Kota Tegal,

Wonosobo, Pemalang, Kota Magelang, Jepara, Sukoharjo, dan Purworejo.

Gambar 1.21

Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kab/Kota Jawa Tengah

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Proporsi anak - anak berusia 1 tahun di-imunisasi campak di Provinsi

Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 94,7 % menurun dibandingkan dengan

tahun 2009 yaitu sebesar 96,7 %. Target MDGs untuk indikator ini telah tercapai.

Namun demikian, masih diperlukan berbagai upaya meningkatkan dan

mempertahankan cakupan pelayanan imunisasi campak sehingga target Provinsi

Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 95% dapat tercapai.

Imunisasi merupakan salah satu cara dalam rangka pencegahan penyakit

menular dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Peningkatan

imunisasi sebesar 3 persen dapat menurunkan kematian anak balita sebesar 1

per 1.000 kelahiran hidup (UNSD 2009, ADB).

Page 46: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 34

Gambar 1.22 Proporsi Anak-anak Berusia 1 Tahun diimunisasi Campak

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 (diolah)

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah sebagai berikut:

1. Target 5a: menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga tiga per empat

dalam kurun waktu 1990 – 2015 dengan indikator sebagai berikut:

a. Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup

b. Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih

2. Target 5b: mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun

2015 dengan indikator sebagai berikut:

a. Angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/ CPR) bagi

perempuan menikah usia 15 – 49 tahun saat ini, cara modern.

b. Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15 – 19 tahun) per 1,000

perempuan usia 15-19.

c. Cakupan pelayanan antenatal (K4 atau empat kali kunjungan)

d. Unmetneed (kebutuhan keluarga berencana/KB yang tidak terpenuhi)

Page 47: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 35

Status pencapaian tujuan 5 MDGs di Jawa Tengah sebagai berikut:

Tabel 1.10

Status Capaian Tujuan 5 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target

MDGs 2015

Status Sumber

Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 5 A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga perempat dalam kurun waktu 1990 – 2015

5.1

Angka Kematian Ibu

per 100.000 kelahiran

hidup

2005 : 115,57

104,97 (2010)

60

Dinkes

BPS

5.2

Proporsi kelahiran

yang ditolong tenaga

kesehatan terlatih (%)

2009:

84,30%

(Susenas)

93,93 % (2010)

100% Dinkes

Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

5.3

Angka pemakaian

kontrasepsi/Contraceptive Prevalence Rate

(CPR) pada perempuan menikah

usia 15-49 tahun (Cara

Modern)

2007 : 60%

(SDKI Jateng)

65,2% (2010)

70,60%

BKKBN

BP3AKB Dinkes

5.5

Tingkat kelahiran pada remaja (per 1.000

perempuan usia 15 – 19 tahun)

1991 :

Kota : 39

Desa : 82 Total : 67

(SDKI)

25,3

(2010) 22,92 BKKBN

BP3AKB Dinkes

5.6 Cakupan pelayanan

antenatal (K4)

1995 :

K4 : 64,8%

(Profil Kesehatan)

K4 :

92,04% 95% Dinkes

5.7

Unmet need KB

(Kebutuhan keluarga berencana / KB yang

tidak terpenuhi)

2000 :

12,66% (LUB BKKBN

Jateng)

11,59% (2010)

4,1% BKKBN

BP3AKB Dinkes

Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus

Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 (115,57/

100.000 kelahiran hidup) mengalami penurunan pada tahun 2010 (104,97 /

100.000 kelahiran hidup). Dibandingkan dengan target MDGs (102 per 100.000

kelahiran hidup), target Jawa Tengah tahun 2015 (60 per 100.000 kelahiran

hidup) pada kondisi akan tercapai. Upaya yang dilakukan untuk menekan AKI di

Jawa Tengah antara lain melalui penerapan program Jampersal sehingga

persalinan dilakukan dengan gratis, rencana penerbitan Peraturan Gubernur yang

Target 5A: menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015

Page 48: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 36

mengatur tentang pelayanan persalinan yang harus berada di sarana kesehatan

dan dilakukan oleh petugas/tenaga kesehatan, peningkatan kualitas puskesmas

melalui pelayanan PONED dan Rumah Sakit melalui pelayanan PONEK dan

peningkatan kualitas tenaga kesehatan.

Menurunnya AKI ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya

persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan

kunjungan kehamilan sebanyak empat kali/ K4) dan meningkatnya persalinan

oleh tenaga kesehatan. Sampai dengan tahun 2010 cakupan K4 sebesar 92,04%

dan kelahiran hidup dengan proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan

terlatih (cakupan PN) sebesar 93,93%.

Intervensi kunci yang mempengaruhi AKI mencakup pelayanan antenatal

yang baik, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, perawatan yang

memadai untuk kehamilan resiko tinggi termasuk pencegahan ibu hamil

komplikasi, program keluarga berencana untuk menghindari kehamilan dini,

mengurangi tingkat aborsi tidak aman dan post abortion care serta program-

program perubahan perilaku di kalangan perempuan usia subur.

Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu melaksanakan Pelayanan

Obstetric Neonatal Emergensi Dasar (PONED) sebesar 30,91 % Puskesmas dan

persentase RS Kabupaten / Kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetric

Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) sebesar 40 %.

Gambar 1.23 Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010

(Per-100.000 kelahiran hidup)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Page 49: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 37

Gambar 1.24 Perbandingan Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah dengan Nasional Tahun 2006 – 2010 serta Target 2015

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Jawa Tengah sampai dengan

tahun 2010 sebesar 611 kasus, dengan kontribusi terbesar adalah Kabupaten

Pemalang sebanyak 48 kasus, diikuti Kabupaten Brebes (36 kasus) sebagaimana

pada grafik berikut:

Gambar 1.25 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan Kab/Kota Se Jawa Tengah

Tahun 2010 (orang)

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi

Page 50: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 38

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2010 sebesar

93,93%. Dibandingkan dengan target MDGs kondisi ini sudah tercapai dan pada

tahun 2015 akan mencapai target Jawa Tengah (100%). Sampai dengan tahun

2010 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di kabupaten/kota yang masih

dibawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 17 Kabupaten/Kota, yaitu Kab.

Banyumas, Kota Magelang, Banjarnegara, Brebes, Tegal, Blora, Cilacap,

Purbalingga, Pati, Wonosobo, Pemalang, Jepara, Klaten, Kota Semarang,

Rembang, Kota Pekalongan dan Kab. Batang.

Gambar 1.26 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten/Kota

di Jawa Tengah

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Pada tahun 2010 persentase cakupan peserta KB aktif (CPR) perempuan

menikah (15-49 tahun) cara modern sebesar 65,5% mengalami peningkatan

apabila dibandingkan tahun 2007 (60%) serta telah mencapai Target MDGs di

tahun 2015. Target Jawa Tengah tahun 2015 (70,6%), diharapkan dapat

tercapai (on track).

Sampai dengan tahun 2010 jumlah persalinan pada anak remaja (15 – 19

tahun) per 1.000 perempuan sebesar 25,3% dan diharapkan pada tahun 2015

turun menjadi 22,92%.

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015

Page 51: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 39

Cakupan antenatal care (K4) Jawa Tengah Tahun 2010 (77,28%)

mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 1995 (64,8%), dan

diharapkan dapat mencapai target pada tahun 2015 sebesar 95%.

Jumlah pasangan usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi

(unmetneed) mengalami penurunan, pada tahun 2000 (LUB BKKBN Jateng)

sebesar 12,66% turun menjadi 11,59% tahun 2010. Target unmetneed Provinsi

Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 4,1% diharapkan dapat tercapai.

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah:

1. Target 6a: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus

baru dengan indikator :

a. Prevalensi HIV dari total populasi.

b. Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi

terakhir.

c. Persentase penduduk 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan

komprehensif tentang HIV/AIDS.

2. Target 6b: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua

yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015 dengan indikator proporsi

penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obat

antiretroviral.

3. Target 6c: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus

baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 dengan

indikator:

a. Angka kejadian Tuberkulosis per 100.000 penduduk.

b. Tingkat prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk.

c. Proporsi kasus TB yang ditemukan melalui DOTS.

d. Proporsi kasus TB yang disembuhkan melalui DOTS (cure rate).

Page 52: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 40

e. Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk.

f. Angka Kesakitan DBD (per 100.000 penduduk).

g. Kematian DBD.

Status pencapaian tujuan ke-6 di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tabel 1.11 Status Capaian Tujuan 6 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan Dasar

Saat ini Target

MDGs 2015 Status Sumber

Tujuan 6 : Memerangi HIV dan AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Target 6 A : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015

6.1 Prevalensi HIV

(1990) : 0,16

(Pusdatin Depkes)

0,25 <0,5

Dinkes

6.2

Penggunaan kondom

pada hubungan seks berisiko tinggi

(2002/3) :

12,8 (SKRRI-BPS)

30% 70% Dinkes

6.3

Proporsi penduduk

usia 15-24 tahun yang memiliki

pengetahuan

komprehensif tentang HIV dan AIDS

- 14,3% 85%

Dinkes

Target 6 B : Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV / AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015

6.4

Proporsi penduduk

terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses

pada obat obatan antiretroviral

- 35,33% 95%

Dinkes

Target 6 C : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit

utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 2015

6.5

Angka kejadian

tuberkulosis (insiden

semua kasus/ 100.000 penduduk/

tahun)

(1990) : 343

(lap TB Global, WHO)

107 88

Dinkes

6.6

Tingkat prevalensi

tuberkulosis (per

100.000 penduduk)

(1990) : 443

(Lap TB

Global, WHO)

Belum ada data

219

Dinkes

6.7

Tingkat kematian

karena tuberculosis

(per 100.000 penduduk)

(1990) : 92 (Lap TB

Global, WHO)

2,13 <3

Dinkes

6.8

Proporsi kasus TB

yang ditemukan melalui DOTS

(2000) : 19,7

% 53,72% 90%

Dinkes

Page 53: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 41

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target

MDGs 2015 Status Sumber

6.9

Proporsi kasus TB yang disembuhkan

melalui DOTS (cure rate)

(2000) : 87,0

% 90,57% 90%

Dinkes

6.10

Angka penemuan

kasus Malaria per 1.000 penduduk

4,68 0,101 0,01 Dinkes

Penyakit Menular

Lainnya: DBD **)

6.11 Angka Kesakitan DBD (per 100.000

penduduk)

(2000) : 19,1 % (Dinkes

Jateng)

59,5 % 35%

Dinkes

6.12 Angka Kematian DBD

(2000) : 1,31 (Dinkes

Jateng)

1,23

1%

Dinkes

Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus

**) Demam Berdarah Dengue, di Jawa Tengah merupakan jenis penyakit menular yang perlu

mendapatkan perhatian serius meskipun tidak termasuk dalam salah satu indikator pada tujuan

ke-6 Road Map RAD MDG’s 2015.

Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 dan Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010

Prevalensi kasus HIV di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010

sebesar 0,25% dari total penduduk. Kondisi ini telah mencapai target apabila

dibandingkan dengan target MDGs dan target Jawa Tengah tahun 2015 (<

0,5%). Dalam rangka mengendalikan penyebaran HIV/AIDS perlu upaya

penemuan kasus di masyarakat mengingat hal ini seperti “fenomena gunung es”.

Penularan HIV dan AIDS disebabkan oleh hubungan seks yang beresiko

dengan tidak menggunakan kondom dan pemakaian narkoba melalui jarum

suntik. Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang memiliki pengetahuan

tentang HIV dan AIDS pada tahun 2010 mencapai 14,3%, dan jumlah orang

yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing HIV

sebesar 6.535 orang, persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan

pencegahan penularan HIV sesuai pedoman sebesar 46 %, penggunaan kondom

pada kelompok hubungan seks berisiko tinggi sejumlah 30 % dan ODHA yang

diobati/yang mendapatkan antiretoviral therapy sebesar 36,33 %.

Page 54: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 42

Jumlah penderita HIV dan AIDS Jawa Tengah dari tahun 1993 sampai

dengan tahun 2010 sebesar 3.313 orang, dengan rincian 1.441 kasus AIDS dan

1.872 HIV. Kabupaten/kota yang penderita HIV dan AIDS tertinggi adalah Kota

Semarang yaitu mencapai lebih dari 650 kasus.

Gambar 1.27

Jumlah Kasus HIV AIDS Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun 1993 – 2010

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015

Angka Kejadian TB Paru di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010

sebesar 107/100.000 penduduk, dengan tambahan kasus baru sebesar 53,72%

dan persentase kasus TB yang dapat disembuhkan sebesar 89,3%. Angka

kejadian TB Paru pada tahun 2015 akan turun sesuai dengan target Jawa Tengah

(88 per 100.000 penduduk)

Case Detection Rate (CDR) TB Paru Kabupaten/Kota yang capaiannya

dibawah rata-rata Jawa Tengah, sebanyak 18 Kabupaten/Kota. Adapun CDR TB

Paru terendah berada di Kabupaten Boyolali.

Page 55: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 43

Gambar 1.28

Realisasi dan Target Penemuan TB Paru Kab/Kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010 (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Pada tahun 2010 angka kematian karena TB Paru sebesar 2,3%, dibawah

target Jawa Tengah tahun 2015 yaitu 3%. Kondisi ini dikarenakan kesadaran

penderita untuk minum obat secara teratur mengalami peningkatan dilihat dari

capaian kesembuhan melalui program DOTS sebesar 90,57%.

Angka penemuan kasus malaria di Provinsi Jawa Tengah pada tahun

2010 sebesar 0,101 per 1.000 penduduk. Daerah endemis malaria di Jawa

Tengah adalah Purbalingga, Banjarnegara, Purworejo dan Banyumas. Pada tahun

2010 prevalensi Malaria (API) paling tinggi adalah Kabupaten Purbalingga.

Page 56: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 44

Gambar 1.29 Prevalensi Malaria Se Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010

(API per 1.000 jumlah penduduk)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Angka kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010

sebesar 60,51 / 100.000 penduduk dan angka kematian DBD sebesar 1 %.

Target Jawa Tengah untuk Angka kesakitan DBD adalah 35 per 100.000

penduduk. Angka kesakitan DBD terbesar adalah Kota Semarang, disusul adalah

Kota Magelang, Kab. Jepara, Kab. Kudus, Kota Salatiga, Kota Tegal , Kota

Surakarta, Kab. Batang, Kab. Pati dan Kab. Sragen.

Gambar 1.30 Angka Kesakitan DBD kab/kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010

(per 100.000 penduduk)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Page 57: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 45

Penyakit DBD bukan penyakit yang menjadi target pencapaian MDGs,

namun demikian kasus kesakitan dan kematian penyakit DBD menjadi program

prioritas di Provinsi Jawa Tengah sehingga perlu adanya penanganan yang serius

dan bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor Kesehatan namun memerlukan

dukungan lintas sektor.

Gambar 1.31 Angka Kematian DBD Kab/kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010 (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Tujuan 7 MDGs mencakup empat target, yaitu (1) Target 7A: Memadukan

prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan

program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang; (2)

Target 7B: Mengurangi laju kehilangan keanekaragaman hayati dan mencapai

penurangan yang signifikan pada tahun 2010; (3) Target 7C: Menurunkan hingga

setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air

minum layak dan sanitasi layak hingga tahun 2015; dan Target 7D: Mencapai

peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman

kumuh pada tahun 2020.

Terdapat sembilan indikator yang harus dicapai untuk mencapai tujuan 7

MDGs, yaitu (1) Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil

Page 58: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 46

pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan; (2) Jumlah

emisi karbon dioksida (CO2)e; (3) Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO);

(4) Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman. (5)

Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati

terhadap total luas kawasan hutan; (6) Rasio kawasan lindung perairan terhadap

total luas perairan territorial; (7) Proporsi rumah tangga dengan akses

berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan; (8) Proporsi

rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar, perkotaan

dan perdesaan; dan (9) Proporsi rumahtangga kumuh perkotaan. Status

pencapaian tujuan 7 MDG’s di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tabel 1.12 Status Capaian Tujuan ke-7 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan Dasar

Saat ini Target MDGs

2015 Status Sumber

Tujuan 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target 7A: memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang

7.1

Rasio luas kawasan tertutup pepohonan

berdasarkan hasil

pemotretan citra satelit dan survei foto

udara terhadap luas daratan

30,55%

(2006)

32%

(2010) 33%

Dinas

Kehutanan

7.2 Jumlah emisi karbon

dioksida (CO2)

30.718 Gg CO2e

(2008)

Berkurang 2%

pada tahun 2029 atau

31.500 Gg CO2 e (2015)

dengan tutupan

lahan sama dengan kondisi

th 2010

Badan LH (hasil

perhitungan)

7.3

Jumlah konsumsi

bahan perusak ozon (BPO)

28,4 ton

(2010)

Jumlah konsumsi

bahan perusak ozon (BPO)

menjadi 27,01 Ton

Badan LH

7.4

Proporsi tangkapan

ikan yang berada

dalam batasan biologis yang aman

92,91%

(1997)

102,3%

(2008)

100%

Dinas

Kelautan dan

Perikanan

Page 59: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 47

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target MDGs

2015 Status Sumber

Target 7B : menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 2010

7.5

Rasio luas kawasan

lindung untuk menjaga kelestarian

keanekaragaman

hayati terhadap total luas kawasan hutan

22,34%

(2008)

22,34% (2010)

(kawasan hutan terdiri dari hutan rakyat dan

hutan Negara)

22,34%

(tetap), tutupan pohon

pada kawasan lindung

meningkat 5% dari th 2010

Dinas

Kehutanan

BLH

7.6

Rasio kawasan

lindung perairan terhadap total luas

perairan territorial

0,0000

93%

(2008)

0,000093% (2010)

Meningkat

0,032%

dengan bertambahnya

luasan kawasan lindung

perairan Ujung Negoro,

Batang seluas

49,425 ha

Dinas

Kelautan dan

Perikanan

Target 7C : menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan

terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015.

7.7 Proporsi rumah tangga dengan akses

berkelanjutan terhadap air minum

layak, perkotaan dan

perdesaan

16,99% (2007)

23,46% (2010)

57,72%

Dinas Cipta Karya dan

Tata Ruang

Perkotaan 33,2%

(2007)

38%

(2010) 75.00%

Dinas Cipta

Karya dan

Tata Ruang

Perdesaan 9%

(2007)

16,3%

(2010) 52,8%

Dinas Cipta

Karya dan Tata Ruang

7.8 Proporsi rumah tangga dengan akses

berkelanjutan

terhadap sanitasi dasar, perkotaan dan

perdesaan

51% (2007)

57% (2010)

72%

Dinas Cipta Karya dan

Tata Ruang

7.9 Proporsi

rumahtangga kumuh perkotaan

5% 4,98% 4,76%

Dinas Cipta Karya dan

Tata Ruang

Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus

Page 60: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 48

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan

Rasio luas kawasan pepohonan terhadap luas daratan di Jawa Tengah

tercatat sebesar 32% pada tahun 2010, naik secara signifikan bila dibandingkan

dengan tahun 2006 yaitu seluas 30,55%. Pada tahun 2015 ditargetkan rasio

kawasan pepohonan terhadap luas daratan di Jawa Tengah mengalami

peningkatan menjadi sebesar 33%. Hal ini sesuai dengan target MDGs nasional

yang hanya mentargetkan peningkatan rasio kawasan pepohonan terhadap luas

daratan.

Emisi CO2 (e) berdasarkan penghitungan yang dilakukan pada tahun

2010 menggunakan baseline data tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah emisi

CO2 (e) di Jawa Tengah sebesar 30.718 Gg. Perhitungan tersebut dilakukan

dengan mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya sektor kehutanan,

pertanian, perkebunan, energi, peternakan dan sampah. Sumber emisi CO2(e)

paling besar bersumber dari penggunaan energi yang mencapai 78,45%,

terutama akibat penggunaan kendaraan bermotor yang sulit dibatasi. Di Jawa

Tengah emisi CO2 (e) ditargetkan berkurang sebesar 2%, jauh lebih rendah dari

target nasional (menurun sebesar 26%). Untuk mewujudkan target tersebut

diperlukan kerja keras, sebab menurunkan emisi CO2 tidak mudah, dipengaruhi

oleh banyak faktor, baik aktivitas alamiah maupun aktivitas manusia. Prediksi

tahun 2015 sesuai dengan trend kegiatan masyarakat emisi (e) di Jawa Tengah

mencapai 34 juta ton dengan catatan kondisi lingkungan tutupan daratan

berdasarkan tahun 2010.

Dengan adanya upaya pengelolaan lingkungan maka jumlah emisi

CO2(e) pada tahun 2015 dapat diminimalkan menjadi hanya 31,5 juta ton.

Page 61: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 49

Gambar 1.32

Emisi CO2e di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008

NO SEKTOR EMISI CO2e (ton)

1. Energi 24.096.756

2. Proses/ Produk Industri

1.724.788

3.a Pertanian 875.664

b. Peternakan 79.976

c. Perikanan 1.160

4. Sampah 3.973.819

Jumlah 30.752.163

Gambar 1.33 Emisi CO2e di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008

20.03.2011

Konsumsi bahan perusak ozon (BPO) di Jawa Tengah dihitung

berdasarkan selisih refrigerant ramah lingkungan yang tersalur dengan sisa yang

tidak tersalur pada akhir tahun. Pada tahun 2010 konsumsi BPO di Jawa Tengah

sebesar 28,4 ton. Pemerintah pusat mentargetkan pada tahun 2015 penggunaan

CFCs tidak ada lagi, dan mengurangi penggunaan HCFCs. Kondisi ini memerlukan

Page 62: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 50

perhatian yang serius menginggat kebutuhan masyarakat terhadap peralatan

yang menggunakan refrigeran semakin meningkat, sementara refrigeran jenis

lain yang lebih ramah lingkungan belum ditemukan. Penggunaan CFCs juga

diperkirakan masih ada, dan sulit sekali dideteksi karena dilakukan secara ilegal.

Pada tahun 2015 ditargetkan pemakaian bahan perusak ozon di Jawa Tengan

dapat berkurang dengan adanya peningkatan pemakaian refrigeran ramah

lingkungan 4% pada tahun 2015 menjadi 27,01 ton. Untuk mendorong hal

tersebut maka program monitoring dan pengawasan terhadap distribusi

pemakaian refrigeran yang ramah lingkungan di Jawa Tengah perlu ditingkatkan.

Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman

di jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 102,3%. Kondisi ini menunjukkan

bahwa telah terjadi overfishing di perairan Jawa Tengah. Pada tahun 2015

ditargetkan proporsi tangkapan ikan dalam batasan biologis yang aman di Jawa

Tengah sebesar 100%, artinya tidak melebihi batasan biologis yang aman. Hal ini

dapat terwujud apabila ada penambahan kapal penangkap ikan berukuran 30 GT

keatas yang memiliki jangkauan wilayah penangkapan di wilayah yang lebih jauh,

tentunya diikuti dengan penggantian kapal berukuran kecil.

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.

Kawasan perlindungan daratan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun

2010 seluas 310.531,97 ha, terdiri dari kawasan lindung diluar hutan seluas

222.759 ha, dan kawasan lindung dalam kawasan hutan seluas 87.772,97 ha.

Diketahui bahwa rasio luas kawasan lindung terhadap luas kawasan hutan

sebesar 22,34%. Rasio luas kawasan lindung ini tidak mengalami perubahan tiap

tahunnya, namun dilihat dari kualitasnya semakin menurun. Target rasio

kawasan lindung di Jawa Tengah pada tahun 2015 tetap yaitu sebesar 22,34%

dan peningkatan tutupan pohon pada kawasan lindung sebesar 5%.

Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung perairan laut di

Jawa Tengah sejak tahun 2008 sampai dengan 2010 mempunyai luasan yang

tetap yaitu 160 ha (0,000093% dari luas teritorial perairan Provinsi Jawa

Page 63: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 51

Tengah), terdiri dari luas kawasan lindung perairan Karimunjawa 111,625 ha,

dan perairan Ujung Negoro Batang seluas 49,425 ha. Walaupun tidak mengalami

perubahan luasan kawasan lindung, namun kualitasnya semakin menurun akibat

aktivitas yang tidak ramah lingkungan. Pada tahun 2015 ditargetkan luas

kawasan lindung laut dan kawasan konservasi perairan tawar dan payau

meningkat 0,032% dengan bertambahnya luasan kawasan lindung perairan

Ujung Negoro Batang seluas 49,425 ha, dan kualitasnya meningkat dibanding

tahun 2010. Program yang dapat mendukung pencapaian target tersebut yaitu

Program Pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, melalui

kegiatan Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi dan Jenis.

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015

Proporsi rumah tangga yang terlayani akses air bersih di perkotaan dan

perdesaan di Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 23,46%, mengalami

kenaikan dari tahun 2007 sebesar 16,99%. Cakupan pelayanan air bersih di

wilayah perkotaan pada tahun 2010 sebesar 38% dan di wilayah perdesaan

sebesar 16,3%; mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007, yaitu sebesar

33,2% untuk wilayah perkotaan, dan 9% untuk wilayah perdesaan. Pencapaian

ini masih jauh dari target MDGs nasional sebesar 75,29% untuk wilayah

perkotaan, dan 65,81% untuk wilayah perdesaan. Pencapaian tersebut juga

masih jauh dari yang ditetapkan oleh pemerintah pusat di Jawa Tengah, yaitu

pada tahun 2015 sebesar 57,72% di seluruh wilayah (perkotaan dan perdesaan),

sebesar 75.0% untuk wilayah perkotaan, dan sebesar 52,8% untuk wilayah

perdesaan. Kondisi ini disebabkan oleh sulitnya mengembangkan sumber air

baku dan lemahnya institusi dan manajemen PDAM serta keterlibatan aktif/

partisipasi masyarakat yang masih rendah.

Proporsi rumah tangga di Jawa Tengah dengan akses berkelanjutan

terhadap sanitasi dasar di wilayah perkotaan dan perdesaan pada tahun 2010

sebesar 57%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebesar 51%.

Pencapaian ini masih jauh dibandingkan target MDGs nasional tahun 2015

Page 64: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 52

sebesar 68,87%, dan target Jawa Tengah sebesar 72,00%. Secara umum

Pelayanan Pengelolaan Persampahan baru mencapai 68%, Pelayanan

Pengelolaan Limbah baru mencapai 55%, Pelayanan Pengelolaan Drainase baru

mencapai 50%.

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan

penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020

Kondisi pencapaian target 7D di Jawa Tengah diketahui dari jumlah

rumah tangga kumuh di perkotaan, yaitu sebanyak 115.000 rumah tangga atau

5% dari 2.300.000 rumah tangga kumuh di Jawa Tengah. Kondisi ini masih

belum memenuhi target capaian Propinsi Jawa Tengah sebesar 4,76% dan masih

jauh dari target nasional tahun 2020 yaitu tidak ada rumah tangga kumuh di

perkotaan (0%).

Page 65: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 53

1.2. Permasalahan dan Tantangan

1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan kondisi capaian target tujuan pembangunan milennium

permasalahan dihadapi dalam rangka akselerasi pencapaian target tujuan

pembangunan milennium di Provinsi Jawa Tengah hingga tahun 2015

adalah sebagai berikut:

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari perhari dalam kurun waktu 1990-2015.

1. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia kelompok masyarakat miskin,

sebagian besar kelompok usia produktif berpendidikan rendah (SD/

sederajat).

2. Rendahnya akses terhadap pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan,

perumahan, air bersih dan sanitasi).

3. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha.

4. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah (legalitas).

5. Rendahnya pemilikan aset usaha dan akses terhadap permodalan

sehingga belum dapat melakukan kegiatan usaha ekonomi produktif

baik pada skala mikro maupun kecil.

6. Lemahnya jaminan rasa aman dan kurangnya partisipasi dalam tahap-

tahap pembangunan.

7. Sebagian besar penduduk miskin bertempat tinggal dan bekerja di

perdesaan (57,72%) dan selebihnya di perkotaaan (42,28%).

Page 66: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 54

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

1. Masih banyaknya penduduk usia kerja yang bekerja di sektor pertanian

dan industri, yang sebagian besar berstatus buruh tani dan buruh

industri karena tingkat pendidikan yang rendah, sehingga berpengaruh

terhadap tingkat pendapatanya.

2. Masih banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor informal, yang

kurang mendapatkan perlindungan kerja/sosial serta jaminan

kepastian keberlanjutan usaha.

3. Terdapat sektor-sektor usaha tertentu yang bersifat padat modal,

sehingga berpengaruh terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja.

4. Masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan

dibanding laki-laki.

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang Pola Gizi Seimbang

yang disebabkan rendahnya pengetahuan, belum optimalnya

pemanfaatan potensi pangan lokal dan belum mantapnya sosialisasi

kepada masyarakat.

2. Masih terdapat Balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang,

terutama kelompok masyarakat miskin di perdesaan.

3. Masih terdapat penduduk miskin dengan tingkat konsumsi kalori di

bawah 2.100 Kkal/per kapita/per hari, karena belum mantapnya

ketahanan pangan keluarga.

Page 67: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 55

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

1. Capaian Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A masih belum

optimal, masih terdapat 11 Kabupaten/Kota yang angka APM

SD/MI/Paket A masih di bawah rata-rata Jawa Tengah. Terdapat satu

kabupaten yang angka APM SD/MI/Paket A masih di bawah angka

90%. Beberapa faktor yang menyebabkan beberapa kabupaten/kota

belum mencapai rata-rata Jawa Tengah adalah kondisi layanan

pendidikan dasar antar kabupaten/kota belum berimbang; Masih

rendahnya kondisi sarana prasarana pendidikan dasar sesuai Standar

Nasional Pendidikan (SNP) di Kabupaten/Kota; Disparitas kualifikasi

pendidikan pendidik pada pendidikan dasar antar Kabupaten/Kota;

disparitas katagori (hasil akreditasi) satuan pendidikan dasar antar

Kabupaten/Kota.

2. Proporsi anak kelas 1 yang mampu menamatkan pendidikan di

SD/MI/Paket A masih belum optimal. Masih ada siswa SD/MI/Paket A

yang drop out walaupun persentasenya hanya 0,33% pada tahun

2009. Beberapa faktor yang menyebabkan drop out antara lain faktor

ekonomi dan faktor kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan

anaknya hingga tamat SD/MI/Paket A.

3. Upaya pelestarian angka melek huruf Jawa Tengah belum optimal.

Pada tahun 2010 angka melek huruf telah mencapai 100%. Hal

tersebut berarti bahwa tidak lagi terdapat penduduk yang buta

aksara. Capaian tersebut harus dipertahankan atau dilestarikan agar,

mereka yang telah melek huruf tidak kembali buta huruf karena

kurang atau tidak ada upaya pelestarian. Pelestarian penduduk yang

Page 68: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 56

sudah melek huruf pada saat ini masih kurang. Kegiatan-kegiatan

yang mendukung pelestarian seperti program Koran Ibu, Kelompok

Belajar Masyarakat (KBM), Kelompok Belajar Usaha (KBU),

frekuensinya masih sangat rendah.

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

1) Rasio APM perempuan terhadap laki-laki lebih tinggi laki-laki untuk

jenjang pendidikan SD/MI/Paket A dan SMA/MA/Paket C. Namun untuk

jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B dan Perguruan Tinggi (PT) Rasio

APM perempuan terhadap laki-laki lebih tinggi perempuan.

2) Rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki data

menunjukkan pada angka 100 sehingga yang perlu dilakukan adalah

upaya pelestarian kesetaraan rasio agar tetap terjaga.

3) Belum optimalnya kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di

sektor non pertanian. Produktivitas perempuan di sektor non pertanian

lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Sampai dengan tahun

2009, kontribusi perempuan hanya berkisar 65,51% sedangkan laki-

laki sebesar 77,47%. Faktor yang menyebabkan rendahnya kontribusi

perempuan karena tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di

sektor non pertanian lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.

4) Belum optimalnya proporsi perempuan yang duduk di DPRD di Wilayah

Provinsi Jawa Tengah. Proporsi perempuan di DPRD di Jawa Tengah

belum sesuai dengan harapan, karena masih rendahnya peminatan

perempuan di bidang politik di bandingkan dengan laki-laki.

Selain itu partisipasi perempuan di bidang politik, khususnya sebagai

pengurus partai relatif masih rendah. Pengurus Partai Politik masih

Page 69: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 57

didominasi oleh laki-laki. Rendahnya perempuan sebagai pengurus

partai politik menyebabkan partai kesulitan mencari kader partai

perempuan untuk dicalonkan menjadi anggota legislatif.

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015

1) Aspek pelayanan :

a) Dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar baik di Puskesmas,

Puskesmas Pembantu (Pustu) maupun Poliklinik Kesehatan Desa

(PKD), bidan dituntut memiliki kompetensi tekhnis pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), diantaranya kompetensi untuk

menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Pada tahun

2010, di Provinsi Jawa Tengah 52 % bidan belum terlatih tentang

MTBS.

b) Dalam memberikan pelayanan khususnya pelayanan kesehatan bayi

dan balita, bidan sangat dituntut untuk memberikan pelayanan

yang bermutu, sesuai dengan kompetensi dan kewenangan. Untuk

memberikan pelayanan kesehatan anak di unit pelayanan

kesehatan dasar, sudah disusun standar pelayanan kebidanan dan

KIA, prosedur tetap dan Standard Operating Procedure (SOP)

sesuai dengan kewenangan bidan. Berdasarkan evaluasi, masih

ditemukan beberapa bidan yang kurang patuh terhadap standar

pelayanan, prosedur tetap dan SOP kebidanan dan pelayanan KIA.

c) Posyandu strata purnama dan mandiri sebagai pusat pelayanan

kesehatan dasar bagi anak usia dini dalam beberapa kurun waktu

terakhir ini menunjukkan penurunan pelayanan kegiatan baik

kualitas maupun kuantitas.

Page 70: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 58

2) Aspek Masyarakat :

a) Kesehatan adalah tanggung jawab bersama, tidak hanya instansi

kesehatan saja tetapi juga instansi / institusi / dinas terkait dan

masyarakat itu sendiri. Masyarakat bukan lagi menjadi obyek

tetapi subyek yang harus bertanggung jawab terhadap

kesehatannya sendiri, keluarga dan lingkungan untuk itu perlu

adanya dukungan berupa perilaku yang menunjang kesehatan.

Sebagaimana kita ketahui, kesehatan anak dan bayi sangat

tergantung pada pola asuh orang tua dan keluarga. Harapannya,

pola asuh yang baik khususnya pola asuh berperilaku hidup bersih

dan sehat, pola makan yang bergizi dan seimbang akan

meningkatkan derajat kesehatan bayi dan anak, namun pada

kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui

tentang pola asuh bayi dan anak yang sehat yang salah satunya

disebabkan oleh minimnya pusat informasi kesehatan, promosi

kesehatan dan penyuluhan / pendidikan kesehatan untuk

masyarakat secara langsung.

b) Sebagian besar masyarakat yang tinggal di pedesaan di Provinsi

Jawa Tengah, masih mempercayai pemahaman bahwa meninggal

dunia pada saat melahirkan adalah mati syahid dan masuk surga ,

sehingga pemahaman ini secara tidak langsung mempengaruhi

motivasi ibu hamil untuk melahirkan dengan aman dan selamat

karena hal ini akan menjadi kebanggan tersendiri. Sementara

pemahaman lain adalah apabila anak atau bayi (yang belum

memiliki dosa) meninggal, maka dia akan menolong ibunya

supaya masuk surga, sehingga hal ini secara tidak langsung

mempengaruhi motivasi orang tua untuk berusaha semaksimal

mungkin dalam mencari pengobatan dan pemeliharaan kesehatan

anaknya (khususnya untuk masyarakat miskin).

c) Masyarakat khususnya ibu dengan latar belakang pendidikan

rendah dan tingkat sosial ekonomi yang rendah, sangat jarang

memperoleh pengetahuan tentang kesehatan anak baik bayi dan

Page 71: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 59

balita dari tenaga kesehatan. Dalam memberikan perawatan bayi

dan anak, ibu cenderung mengandalkan pengalaman orang tua

dan keluarganya serta masukan informasi dari keluarga dan

lingkungannya yang terkadang informasi tersebut secara

kesehatan kurang benar, misalnya : memberikan ramuan untuk

pusar bayi baru lahir, memberi bayi baru lahir dengan nasi

campur pisang dan lain lain. Kelirunya perilaku masyarakat dalam

perawatan bayi dan anak sangat mempengaruhi derajat

kesehatan bayi dan anak dan bisa berujung pada kematian.

d) Ada sebagian kecil masyarakat (tetapi sangat besar pengaruhnya

untuk di contoh masyarakat lain) yang memiliki pemahaman

bahwa imunisasi adalah haram, karena telah memasukkan

barang/benda/cairan asing ke dalam tubuh manusia. Pemahaman

seperti itu sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan

program imunisasi khususnya untuk anak dan bayi yang sangat

rentan terhadap penularan beberapa penyakit menular.

e) Pengetahuan dan kesadaran orangtua yang memiliki anak usia

balita mengenai tumbuh kembang balita yang optimal masih

minim, terutama bagi masyarakat yang berada di pedesaan/tidak

mampu. Disamping itu kualitas kader posyandu di masyarakat

juga sangat terbatas, karena kurangnya dukungan untuk

peningkatan kapasitas kader.

Page 72: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 60

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015

1) Aspek Pelayanan :

a) Dalam pemberian pelayanan kesehatan ibu khususnya untuk ibu

hamil dan melahirkan, terdapat dua tahapan yaitu sarana

pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Poliklinik Kesehatan Desa / PKD) dan pelayanan kesehatan rujukan

PONED (rumah sakit). Rumah Sakit Umum pemerintah di

kabupaten/kota se jawa Tengah belum seluruhnya berkualitas

pelayanannya, khususnya IGD maternal, Bank Darah RS, rujukan

konseling ke dokter spesialis, dan kesiapan PONEK 24 jam. Kualitas

pelayanan rujukan (meliputi sarana prasarana dan tenaga

kesehatan (bidan,dokter spesialis obsgyn dan tenaga kesehatan

lainnya), sangat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan

pelayanan ibu hamil / melahirkan dengan risiko tinggi.

b) Kompleksnya permasalahan yang mempengaruhi meningkatnya

Angka Kematian Ibu disebabkan oleh kualitas dan akses pelayanan

kesehatan serta beragamnya kegiatan / program kesehatan ibu

baik yang dilaksanakan di Provinsi maupun Kabupaten / Kota.

Namun kegiatan - kegiatan yang di rencanakan dan dilaksanakan

belum merupakan kegiatan yang berkelanjutan sehingga

penanganan kesehatan ibu belum dapat dilakukan secara

berkesinambungan.

c) Untuk dapat memberikan pelayanan kehamilan dan persalinan di

pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) yang bermutu, dibutuhkan

adanya standart peralatan untuk Pelayanan Obsetri Neonatus

Emergency Dasar (PONED) karena hal ini sangat besar peranannya

Page 73: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 61

dalam menurunkan resiko kematian pada saat ibu melahirkan dan

pelayanan yang diberikan dapat lebih cepat dan tepat. Namun

belum semua Puskesmas memiliki peralatan PONED sesuai dengan

standard.

d) Dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan

persalinan di Puskesmas, sangat beresiko tinggi sehingga

dibutuhkan kenyamanan dan ketenangan serta profesionalisme

tenaga kesehatan sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk

payung hukum. Sampai saat ini belum ada satupun produk hukum

yang dapat melindungi tenaga kesehatan dalam memberikan

pelayanan PONED di Puskesmas.

e) Pelayanan PONED di Puskesmas yang bermutu, membutuhkan

tenaga bidan yang terampil dan profesional sehingga Puskesmas di

Kabupaten/Kota membutuhkan tenaga bidan yang telah dilatih

PONED namun sampai akhir tahun 2010, belum semua tenaga

bidan di Puskesmas PONED telah mengikuti pelatihan PONED.

Disamping itu, perlu adanya pembinaan dari Tim PONED Rumah

Sakit yang rutin setiap bulannya. Namun pada kenyataannya belum

semua Tim PONED Rumah Sakit melakukan pembinaan sesuai

dengan yang diharapkan sehingga berdampak pada kurang

optimalnya fungsi PONED di Puskesmas dalam melaksanakan

pelayanan obstetri dan neonatal.

f) Pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja sebagai calon

Pasangan Usia Subur masih sangat minim sehingga mempengaruhi

pencapaian kuantitas dan kualitas kegiatan.

2) Aspek Masyarakat :

a) Di beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah (misalnya

Kabupaten Banjarnegara) melahirkan di rumah tanpa dibantu

tenaga kesehatan merupakan kebanggaan tersendiri / bergengsi,

sehingga hal ini sangat rentan terhadap kematian ibu berisiko

tinggi (misalnya ibu dengan placenta previa, ibu dengan penyakit

Page 74: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 62

jantung dan penyakit menular, ibu yang terkena Pre Eklamsi /

Eklamsia).

b) Keselamatan ibu melahirkan, walaupun menjadi tanggung jawab

suami atau keluarga tetapi perlu adanya dukungan, peran dan

partisipasi masyarakat di sekitarnya khususnya untuk

mendampingi ibu mulai dari kehamilan sampai dengan

melahirkan. Namun pada kenyataannya keselamatan ibu

melahirkan belum dirasakan menjadi tanggung jawab bersama.

c) Pengetahuan dan pemahaman orangtua yang memiliki anak

remaja mengenai bagaimana tumbuh kembang anak remajanya

saat ini masih minim. Selain itu kualitas kader di masyarakat juga

masih perlu ditingkatkan serta membutuhkan dukungan untuk

peningkatan kapasitas kader.

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

1) Aspek Pelayanan

Pelayanan KB berkualitas merupakan hak reproduksi klien dan

masyarakat yang harus selalu diupayakan untuk dipenuhi. Faktor

penentu kualitas pelayanan KB antara lain aspek sarana prasarana dan

ketersediaan SDM terlatih. Kondisi sarana dan prasarana di beberapa

fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Pustu dan Poliklinik

Kesehatan Desa) saat ini masih belum memadai baik dari segi jumlah

maupun kualitas serta dukungan tenaga terlatih pelayanan KB yang

memadai.

2) Aspek Masyarakat

a) Dinamika pelaksanaan program KB dalam era otonomi daerah

mengakibatkan menurunnya kesadaran masyarakat dalam

mengikuti program KB. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya

pertumbuhan penduduk dan TFR (Total Fertility Rate) yang masih

sekitar 2,3. Artinya perempuan di Jawa Tengah melahirkan rata-rata

2 sampai 3 kali sepanjang siklus reproduksinya.

Page 75: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 63

b) Usia remaja (15 – 19 tahun) merupakan usia yang sangat rentan

untuk hamil dan melahirkan karena baik secara fisik maupun

psikologis masih belum sempurna. Kehamilan pada usia remaja

tidak saja membahayakan (yang dapat berujung pada kematian)

ibunya tetapi juga membahayakan keselamatan bayinya. Di Provinsi

Jawa Tengah, kejadian kehamilan pada usia remaja (baik yang

sudah menikah maupun diluar nikah) masih sangat tinggi.

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015

1) Aspek Pelayanan :

a) Sebagai upaya pelayanan Voluntary Counselling Test (VCT) di

Rumah Sakit Pemerintah bagian penderita HIV/AIDS , diperlukan

reagen yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan, namun

belum semua Rumah Sakit Pemerintah yang memiliki klinik VCT

mampu menyediakan reagen sesuai kebutuhan dikarenakan

anggaran APBD Kabupaten/Kota yang terbatas.

b) Sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

khususnya HIV dan AIDS, diperlukan adanya surveilans sebagai

upaya deteksi dini penyakit menular. Deteksi dini penyakit menular

ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih surveilans

namun karena keterbatasan tenaga surveilans dan keterbatasan

anggaran maka kegiatan surveilans ini masih kurang intensif

dilaksanakan.

2) Aspek Masyarakat :

a) Penderita penyakit menular khususnya HIV dan AIDS selama ini

masih belum memperoleh keadilan dalam pergaulan di masyarakat

Page 76: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 64

karena sebagian besar masyarakat masih mendiskriminasikan ODHA

dikarenakan stigma yang jelek.

b) Penderita HIV/AIDS seperti fenomena gunung es, selama ini

penemuan kasus HIV/AIDS masih sangat rendah sementara jumlah

penderita HIV/AIDS yang belum ditemukan masih tinggi karena

kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan

kesehatannya dan informasi tentang layanan dan pencegahan

penyakit menular khususnya HIV/AIDS masih belum mampu

menyadarkan mereka untuk segera mengenali dan mengobati

sakitnya.

c) Permasalahan HIV/AIDS sudah tidak lagi terjadi pada kelompok

kelompok tertentu saja seperti Pekerja Sexual Komersial (PSK), atau

pengguna jarum suntik narkoba, tetapi juga pada kelompok yang

berhubungan sex bersiko tinggi lainnya.

d) Penularan penyakit penyakit HIV/AIDS dari satu daerah ke daerah

lain, sangat tergantung pada pola migrasi masyarakatnya. Misalnya

jumlah penderita HIV/AIDS di luar Pulau Jawa jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Jika penderita HIV/AIDS dari

luar Jawa masuk di suatu daerah di Jawa maka penularannya perlu

diwaspadai dengan surveilans migrasi penduduk. Surveilans migrasi

ini, memerlukan partisipasi dan peran serta masyarakat dengan

melapor ke petugas kesehatan / unit pelayanan kesehatan tentang

keberadaan penderita penyakit menular, namun pada kenyataannya

pemberdayaan masyarakat dalam surveilans migrasi ini masih

rendah.

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010

Dalam memberikan pelayanan pengobatan ARV, diperlukan adanya

kelengkapan sarana dan prasarana serta tenaga yang kompeten dan

profesional, namun belum semua Rumah Sakit Pemerintah di Provinsi

Page 77: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 65

Jawa Tengah memilikinya sehingga belum bisa memberikan pelayanan

pengobatan ARV bagi penderita penyakit HIV/AIDS.

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015

1) Aspek Pelayanan

a) Untuk menyembuhkan pasien TB dan mencegah terjadinya

penularan TB, maka perlu adanya pengobatan penderita TB.

Pemerintah menganjurkan pengobatan pasien TB dengan strategi

DOTS. Namun pada kenyataannya pengobatan strategi DOTS masih

dilakukan di Puskesmas sementara masih banyak Rumah Sakit dan

dokter Praktek Swasta yang belum memberikan pengobatan

dengan strategi DOTS.

b) Akses pelayanan penyakit menular baik di unit pelayanan kesehatan

dasar maupun rujukan sudah meningkat baik kuantitas maupun

kualitasnya, namun sampai saat ini dirasakan komitmen stakeholder

di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota belum optimal sehingga

pelayanan yang diberikan masih belum memuaskan semua pihak.

c) Penyakit Malaria di Provinsi Jawa Tengah memang relatif sedikit,

namun karena Malaria adalah penyakit menular yang perlu

diwaspadai penyebarannya maka diperlukan adanya upaya

penemuan penderita secara aktif khususnya di daerah-daerah

endemis malaria dan berpotensi terjadi penyebaran Malaria. Dalam

rangka penemuan kasus malaria, telah ditunjuk Juru Malaria Desa

(JMD) di Puskesmas, namun belum semua Puskesmas memiliki JMD

karena keterbatasan tenaga dan anggaran.

d) Sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

khususnya TB, Malaria dan DBD, diperlukan adanya surveilans

sebagai upaya deteksi dini penyakit menular. Deteksi dini penyakit

menular ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih

surveilans namun karena keterbatasan tenaga surveilans dan

Page 78: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 66

keterbatasan anggaran maka kegiatan surveilans ini masih kurang

insentif dilaksanakan.

e) Dalam mendiagnosis suatu penyakit, sering terjadi kesulitan

diagnosis sehingga sering terjadi overdiagnosis atau under

diagnosis. Over diagnosis artinya diagnosis penyakit (Misalnya TBC,

DBD) yang diberikan oleh dokter terlalu berlebihan atau terlalu

cepat mendiagnosis dengan data yang minimal walaupun pasien

belum tentu menderita TBC atau DBD. Apabila terjadi overdiagnosis

terdapat konsekuensi yang tidak ringan dihadapi oleh pasien,

karena harus mengkonsumsi 2 atau 3 obat sekaligus. Bahkan

kadangkala diberikan lebih lama apabila dokter menemukan tidak

ada perbaikan klinis. Padahal obat dalam jangka waktu lama

beresiko mengganggu fungsi hati,persyarafan telinga dan organ

tubuh lainnya. Padahal belum tentu pasien tersebut mengidap

penyakit tuberculosis/DBD. Overdiagnosis dan overtreatment pada

pasien dengan gejala hampir sama, sementara mendiagnosis

penyakit tidaklah mudah.

2) Aspek Masyarakat :

a) Penderita penyakit menular khususnya TB dan ODHA selama ini

masih belum memperoleh keadilan dalam pergaulan di masyarakat

karena sebagian besar masyarakat masih mendiskriminasikan

penderita TB dan ODHA dikarenakan stigma yang jelek.

b) Penularan penyakit khususnya TB dan malaria dari satu daerah ke

daerah lain, sangat tergantung pada pola migrasi masyarakatnya.

Misalnya angka kesakitan penyakit malaria di luar pulau Jawa jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau Jawa, Jika penderita

Malaria dari luar Jawa masuk di suatu daerah di Jawa maka

penularannya perlu diwaspadai dengan surveilans migrasi

penduduk. Surveilans migrasi ini, memerlukan partisipasi dan peran

serta masyarakat dengan melapor ke petugas kesehatan/unit

pelayanan kesehatan tentang keberadaan penderita penyakit

Page 79: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 67

menular, namun pada kenyataannya pemberdayaan masyarakat

dalam surveilans migrasi ini masih rendah.

c) Merebaknya kasus DBD di Provinsi Jawa Tengah dipengaruhi oleh

banyak faktor diantaranya adalah perilaku masyarakat dalam upaya

pencegahan dan penularan penyakit DBD. Salah satu upaya yang

dianjurkan untuk mencegah terjadinya penyakit DBD adalah

program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), namun sebagian

besar masyarakat belum menyadari arti pentingnya ber perilaku

hidup bersih dan sehat dan PSN sehingga belum banyak

masyarakat yang mau terlibat dalam PSN.

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan

1. Permasalahan terkait potensi tutupan pepohonan:

a. Masih terdapat lahan kritis dan potensial kritis di luar kawasan

hutan. Pada tahun 2010 luas lahan kritis di luar kawasan hutan

masih cukup luas yaitu sebesar 696.797,70 ha.

b. Masih terjadinya gangguan terhadap kawasan hutan untuk

pembangunan diluar sektor kehutanan dan penyelesaiannya yang

belum tuntas.

c. Masih rendahnya kualitas RTH perkotaan Kab/Kota dan tingginya

tingkat kerusakan ekosistem pesisir pantai (ekosistem mangrove)

yang dapat berfungsi sebagai sabuk hijau. Hasil identifikasi

kerusakan pesisir mencapai 112 km seluas 3.240 ha di Pantai

Utara, dan sepanjang 3 km seluas 874 ha di Pantai Selatan Jawa

Tengah.

Page 80: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 68

d. Kemiskinan dan kerentanan sosial penduduk sekitar hutan relatif

tinggi yang dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan hutan.

2. Permasalahan terkait dengan potensi emisi CO2(e):

a. Emisi CO2(e) dihitung dengan mempertimbangkan beberapa aspek,

yakni: sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, energi,

peternakan dan sampah, sehingga diperlukan data yang komplek

untuk melakukan penghitungan, sedangkan ketersediaan data

kurang memadai untuk bahan penghitungan emisi CO2(e) setiap

tahunnya.

b. Pertambahan kendaraan bermotor sulit dibatasi yang berpengaruh

terhadap konsumsi BBM dan timbulnya pencemaran udara, potensi

pencemaran udara dari industri skala rumah tangga relatif tinggi

dan belum banyak yang tertangani, juga pencemaran dari emisi

industri menengah besar maupun pertanian.

3. Permasalahan terkait Bahan Perusak Ozon (BPO) yaitu peredaran

refrigerant ilegal umumnya dari jenis tidak ramah lingkungan yang

sulit terdeteksi untuk keperluan pendataan.

4. Permasalahan terkait jumlah tangkapan ikan yang melebihi batasan

biologis yang aman:

a. Kapal yang beroperasi di perairan teritorial Jawa Tengah didominasi

kapal berkapasitas kecil dalam jumlah yang sangat banyak.

b. Masih banyak ditemuinya aktivitas penangkapan menggunakan alat

tangkap yang tidak ramah lingkungan, sehingga mempengaruhi

daya pulih perairan laut untuk pertumbuhan ikan.

5. Permasalahan terkait dengan penanganan limbah bahan-bahan

berbahaya dan beracun, terutama dari sektor domestik yang belum

ada fasilitas untuk mengelolanya.

Page 81: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 69

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.

1. Permasalahan terkait kawasan lindung pada kawasan hutan:

a. Kawasan lindung belum berfungsi optimal baik sebagai penyangga

kehidupan maupun perekonomian masyarakat disekitarnya.

b. Kapasitas kelembagaan dan kesadaran masyarakat desa di sekitar

hutan dalam pelestarian hutan lindung yang masih rendah.

c. Masih rendahnya kondisi perekonomian masyarakat desa di sekitar

hutan sehingga memanfaatkan sumberdaya hutan lindung untuk

menunjang kehidupan keluarga.

2. Permasalahan terkait kawasan lindung perairan :

a. Masih ditemuinya pelanggaran terhadap pemanfaatan sumberdaya

pada zona perlindungan laut.

b. Pemanfaatan sumber daya perairan dengan peralatan tidak ramah

lingkungan (obat kimia dan bahan peledak).

c. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber daya

perikanan masih rendah.

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015

1. Permasalahan terkait ketersediaan air minum layak :

a. Rendahnya akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air

minum;

b. Terbatasnya debit mata air yang dapat didayagunakan sebagai

sumber air minum;

c. Kualitas air permukaan sebagai sumber air baku menurun akibat

pencemaran lingkungan;

d. Lemahnya kinerja institusi dan managemen PDAM dalam pelayanan

air bersih bagi masyarakat;

Page 82: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 70

e. Lemahnya dukungan pelaksanaan kebijakan Air Minum dan

Penyehatan Lingkungan (AMPL) secara konsisten melalui

pemberdayaan Pokja AMPL.

2. Permasalahan terkait ketersediaan sanitasi lingkungan :

a. Rendahnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana

kesehatan lingkungan;

b. Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS), dan kebiasaan masyarakat yang sulit

diubah;

c. Kemampuan masyarakat dalam penyediaan sarana sanitasi dasar

masih rendah;

d. Belum dikembangkan potensi dan partisipasi masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum;

e. Lemahnya kinerja institusi dan managemen PDAM dalam pelayanan

air bersih bagi masyarakat.

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020

Permasalahan terkait permukiman kumuh, antara lain:

1. Rendahnya pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan infrastruktur permukiman terutama pada masyarakat

pedesaan dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

2. Terbatasnya penghasilan penduduk miskin yang tidak mampu

membangun atau memperbaiki rumah;

3. Keterbatasan akses pelayanan sertifikasi tanah.

Page 83: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 71

1.2.2 Tantangan

Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian target tujuan MDGs di

Provinsi Jawa Tengah hingga tahun 2015, yaitu sebagai berikut:

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.

Tantangan utama adalah mempercepat menurunnya proporsi

penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan (tingkat kemiskinan)

pada tahun 2015 dan mengurangi kesenjangan tingkat kemiskinan antar

Kabupaten/Kota. Hampir sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan

tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas dalam rangka

memperluas kesempatan kerja dan peluang berusaha, termasuk bagi

kelompok masyarakat miskin. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

dan pengembangan investasi di Jawa Tengah, maka dibutuhkan upaya

penegakan hukum, promosi investasi, peningkatan pendidikan dan

keterampilan tenaga kerja dengan meningkatkan kerjasama antara

pemerintah, perguruan tinggi dan kalangan dunia usaha.

Tantangan lainnya adalah menurunkan kesenjangan indeks

kedalaman kemiskinan antara wilayah perkotaan dan perdesaan secara

signifikan, mengingat indeks kedalaman kemiskinan di Jawa Tengah pada

tahun 2010 untuk daerah perkotaan sebesar 2,09 dan daerah perdesaan

sebesar 2,86. Melihat kondisi tersebut diperlukan langkah kebijakan yang

komprehensif dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan sekaligus

meningkatkan pemerataan pembangunan di seluruh Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah.

Page 84: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 72

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

Sempitnya kesempatan kerja disebabkan oleh (1) ketidak-

seimbangan antara kesempatan kerja yang tersedia dengan jumlah

tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, dan (2) rendahnya tingkat

penyerapan angkatan kerja dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja,

telah mengakibatkan bertambahnya jumlah penganggur (backlog).

Tantangan dalam mewujudkan kesempatan kerja yaitu bagaimana

mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas di tingkat

Kabupaten/Kota sehingga meningkatkan upaya penciptaan lapangan

kerja baru.

Tantangan lain yang dihadapi adalah semakin besarnya tenaga

kerja yang berusaha sendiri dan membutuhkan fasilitasi dari pemerintah

daerah agar dapat berkembang menjadi kegiatan usaha yang memiliki

jaminan perlindungan kerja/sosial, sehingga mampu menjamin kepastian

keberlangsungan usaha.

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

Masih terdapat kesenjangan status gizi balita antar kabupaten/kota

menjadi tantangan yang harus dihadapi Jawa Tengah. Hal ini ditandai

banyaknya anak Balita di perdesaan yang mengalami kekurangan gizi

lebih tinggi dibanding wilayah perkotaan. Prevalensi kekurangan gizi pada

anak Balita yang tinggi di wilayah perdesaan terkait erat dengan

kemiskinan, pendidikan orang tua yang rendah dan kesadaran

masyarakat tentang Pola Gizi Seimbang belum dipahami secara luas.

Tantangan lain, yang perlu mendapatkan perhatian adalah

menurunkan jumlah penduduk dengan tingkat asupan kalorinya < 2.100

Kkal per kapita/ hari, terutama bagi kelompok masyarakat miskin dan

Page 85: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 73

rentan, agar tidak rawan terhadap penyakit menular, infeksi dan

ancaman kematian.

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Tantangan yang dihadapi dalam mencapai Pendidikan Dasar untuk

Semua:

1) Tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDGs

pendidikan adalah meningkatkan pemerataan akses secara adil bagi

semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mendapatkan

pendidikan dasar yang berkualitas di semua daerah. Untuk

meningkatkan akses tersebut perlu diupayakan agar kualitas fasilitas

pendidikan dasar ditingkatkan. Sampai dengan tahun 2010 persentase

SD/MI/Paket A yang memiliki sarana dan prasarana sesuai dengan

standar nasional pendidikan baru sebesar 25,34%. Selain itu dana BOS

untuk SD/MI/Paket A belum sesuai dengan kebutuhan SD/MI/Paket A

dalam menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan Standar Nasional

Pendidikan. Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah

meningkatkan dana BOS sesuai dengan kebutuhan SD/MI/Paket A

untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai SNP.

2) Tantangan yang dihadapi untuk mengoptimalkan siswa kelas 1 agar

dapat menamatkan pendidikannya di SD/MI/Paket A adalah

menurunkan angka drop out SD/MI/Paket A dari 0,33% menjadi

0,08% atau bahkan 0%.

3) Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian angka melek huruf adalah

meningkatkan frekuensi kegiatan pelestarian angka melek huruf yang

berkualitas sehingga benar-benar mampu mendorong mereka yang

telah melek huruf untuk terus mengembangkan dirinya sehingga

Page 86: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 74

mereka tidak hanya dapat membaca, menulis dan berhitung tetapi

benar-benar terampil membaca, menulis dan berhitung.

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

Tantangan yang dihadapi dalam Mendorong Kesetaraan Gender dan

Pemberdayaan Perempuan :

1) Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian rasio APM perempuan

terhadap laki-laki pada semua jenjang pendidikan adalah

meningkatkan partisipasi perempuan dalam menempuh pendidikan

menengah dan tinggi.

2) Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian rasio angka melek huruf

perempuan terhadap laki-laki adalah meningkatkan kesadaran

perempuan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pelestarian melek

aksara.

3) Tantangan yang dihadapi dalam peningkatan pencapaian kontribusi

perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian adalah

peningkatan angka partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor non

pertanian.

4) Tantangan yang dihadapi adalah keterwakilan perempuan dalam

lembaga legislatif dan partai politik.

Page 87: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 75

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015

Tantangan dalam upaya menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) :

1) Pola asuh anak yang benar antara lain dengan memberikan makanan

yang bergizi dan seimbang, mendapatkan pelayanan tumbuh

kembang balita yang benar serta memberikan hak anak untuk

mendapatkan pemeliharaan kesehatan yang maksimal sehingga

derajat kesehatan anak akan tercapai. Belum sesuainya pola asuh

anak tentang kesehatan akan menghambat pencapaian derajat

kesehatan anak yang optimal. Pada kenyataannya, pola asuh ibu/

orang tua terhadap anak di Provinsi Jawa Tengah baik di perkotaan

dan pedesaan masih kurang sehingga diperlukan upaya yang lebih

spesifik dan kerja keras untuk merubah pola asuh anak yang keliru.

2) Pertumbuhan dan perkembangan anak mulai dilahirkan sampai

dengan usia 5 (lima) tahun harus terpantau secara periodik, sehingga

dibutuhkan peran serta aktif ibu/orang tua untuk memantau dan

memonitoring pertumbuhan dan perkembangan anaknya setiap

bulan. Wadah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di

desa adalah posyandu, pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

Poliklinik Kesehatan Desa (PKD), Bidan Praktek Swasta/BPS yang

terdapat di setiap desa/kelurahan. Di Provinsi Jawa Tengah, semua

desa/kelurahan sudah tersedia posyandu, pos PAUD, PKD dan BPS

namun sebagian besar belum berkualitas dan belum melaksanakan

kegiatannya secara rutin dan berkesinambungan.

3) Belum mencukupinya ketersediaan buku KIA untuk setiap bayi dan

balita sebagai alat komunikasi antara tenaga kesehatan/kader

kesehatan dengan ibu.

Page 88: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 76

4) Belum semua bidan mengikuti pelatihan penanganan bayi Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, Stimulasi Deteksi Intervensi

Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), Manajemen Terpadu Bayi Muda

dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBM/MTBS).

5) Masih kurangnya akses pelayanan kesehatan anak berkualitas di unit

pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

Poliklinik Kesehatan Desa / PKD).

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015

Tantangan dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu yaitu :

1) Melahirkan di rumah tanpa bantuan tenaga kesehatan bagi ibu

khususnya ibu hamil dengan risiko tinggi sangat rawan terjadinya

kematian ibu dan bayinya. Sehingga perlu kegiatan/upaya untuk

menghilangkan budaya masyarakat melahirkan di rumah karena

apabila dibiarkan berkembang akan menghambat upaya percepatan

penurunan angka kematian ibu.

2) Kejadian kematian ibu bersalin, sebagian besar terjadi di rumah dan

dalam perjalanan menuju sarana pelayanan kesehatan. Kematian di

rumah disebabkan karena proses kelahiran tidak dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang kompeten dan sarana prasarana persalinan yang tidak

steril/memenuhi syarat layanan persalinan sementara kematian dalam

perjalanan menuju sarana pelayanan kesehatan disebabkan karena

kurang tanggapnya pihak keluarga untuk segera membawa ibu

bersalin ke sarana pelayanan kesehatan ketika ditemukan masalah

persalinan di rumah. Sehingga diperlukan upaya/kegiatan untuk

mengubah perilaku masyarakat melahirkan di rumah.

Page 89: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 77

3) Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) merupatan unit pelayanan kesehatan

terdekat masyarakat karena berada di desa, namun sarana prasarana

yang dimiliki PKD sebagian besar jauh dari cukup dan bermutu,

sehingga hal ini mempengaruhi kualitas pelayanan di PKD. Mengingat

penting dan vitalnya peran PKD dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat maka diperlukan upaya untuk meningkatkan

sarana prasarana PKD.

4) Implementasi desa siaga sangat mendukung pencapaian derajat

kesehatan masyarakat mengingat manfaat desa siaga adalah agar

masyarakat desa dapat mengenali dan mengatasi permasalahan

kesehatan di desanya dengan Pengawasan Bidan Desa/PKD dan

Puskesmas. Sementara itu, belum semua desa siaga aktif sehingga

perlu upaya untuk mengaktifkan dan mengembangkan Desa Siaga.

5) Perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

masyarakat akan kesehatan demikian juga halnya dengan ibu hamil,

ibu balita yang wajib mendapatkan informasi/pengetahuan tentang

kesehatan. Namun belum semua desa membentuk Kelas Ibu Hamil dan

Ibu Balita di desa sebagai wadah pelayanan KIE bagi ibu hamil, ibu

bayi dan ibu balita.

6) Jumlah masyarakat miskin di Provinsi Jawa Tengah semakin meningkat

setiap tahunnya, sehingga perlu adanya penambahan kuota dalam

pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas). Namun pada kenyataannya, belum semua masyarakat

miskin ter-cover program Jamkesmas, padahal mereka memiliki hak

yang sama untuk mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan.

Untuk itu, setiap Kabupaten/Kota perlu melaksanakan program

Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan dana APBD

Kabupaten/Kota. Minimnya anggaran APBD mengakibatkan belum

semua Kabupaten/Kota melaksanakan Jamkesda dan belum semua

daerah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Jaminan Kesehatan

Page 90: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 78

Daerah (Jamkesda) sebagai upaya untuk membantu masyarakat dalam

meningkatkan kualitas kesehatannya.

7) Salah satu faktor rendahnya minat masyarakat melahirkan di unit

pelayanan kesehatan adalah masalah sosial ekonomi (biaya tidak

terjangkau) terutama pada masyarakat miskin, sehingga mereka lebih

memilih melahirkan di rumah dengan bantuan dukun yang rawan

terhadap kematian ibu dan bayi. Untuk mengatasi masalah ini,

khususnya masyarakat miskin yang di luar kuota Jamkesmas perlu

bantuan biaya persalinan dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Pada

kenyataannya, belum semua masyarakat memperoleh bantuan dana

persalinan baik dari Jamkesmas maupun Jamkesda.

8) Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas khususnya

untuk kegiatan peningkatan kesehatan ibu sangat dirasakan

manfaatnya mengingat keterbatasan anggaran daerah/APBD

Kabupaten/Kota, namun pemberian dana BOK tersebut masih sangat

kurang.

9) Dana pendampingan ibu hamil sangat diperlukan untuk operasional

petugas kesehatan (bidan) dalam melaksanakan pendampingan ibu

hamil dan dana tersebut sangat membantu proses pendampingan,

namun demikian masih banyak Kabupaten/Kota yang belum

memperoleh dana pendampingan ibu hamil. Sehingga perlu

perencanaan yang terpadu antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota untuk penganggaran pendampingan ibu hamil karena

hal ini terbukti mampu menekan angka kematian ibu hamil di daerah

yang mendapatkan dana.

10) Upaya perbaikan status gizi khususnya untuk ibu hamil dan anak

memerlukan anggaran/ dana yang tidak sedikit karena sebagian besar

masyarakat penderita gizi buruk/kurang berasal dari masyarakat miskin

dengan jumlah penghasilan/pendapatan yang rendah sehingga tidak

dapat mencukupi kebutuhan gizinya. Dengan keterbatasan dana,

anggaran yang disediakan masih belum sesuai dengan jumlah

Page 91: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 79

penderita gizi buruk/kurang di Provinsi Jawa Tengah maka upaya

menaikkan status gizi masyarakat masih belum dilaksanakan secara

maksimal.

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

Tantangan dalam upaya mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi

semua yaitu :

1) Beberapa daerah di Jawa Tengah, masih memiliki budaya menikahkan

anaknya dalam usia sangat muda (di bawah 20 tahun) serta faktor

kemiskinan yang juga mendorong para orangtua untuk segera

menikahkan anaknya. Kehamilan pada usia dibawah 20 tahun beresiko

tinggi dan dapat menyebabkan kematian ibu, bayi serta

ketidakberhasilan program keluarga berencana.

2) Struktur penduduk Jawa Tengah menggambarkan bahwa jumlah

penduduk usia muda cukup besar. Hal ini menjadi salah satu faktor

potensial ledakan penduduk apabila penggunaan kontrasepsi dalam

program KB tidak disosialisasikan dan dipromosikan dengan baik.

3) Beban Petugas Lapangan Program Keluarga Berencana (PLKB) tidaklah

mudah. Pasalnya, selain harus terjun ke pelosok desa untuk membina

para kader, mereka juga harus melakukan pendekatan terhadap tokoh

agama dan tokoh masyarakat, serta melakukan komunikasi informasi

dan edukasi (KIE). Jumlah Petugas Lapangan KB (PLKB) di Provinsi Jawa

Tengah yang menurun (2500 orang), tidak sebanding dengan jumlah

desa (8000 desa), sehingga ratio PLKB : Desa menjadi 1 : 3-4 desa

bahkan lebih. Hal ini menyebabkan beban kerja PLKB menjadi berat dan

sangat mempengaruhi kinerja khususnya dalam mendapatkan akseptor

KB.

4) Dalam melaksanakan program Keluarga Berencana (KB), banyak

ditemukan beberapa hambatan diantaranya adalah peran serta/

partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan program keluarga

Page 92: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 80

berencana dan perlu adanya dukungan lintas program dan lintas

sektoral, untuk itu perlu adanya kebijakan dan komitmen mulai dari

pemerintahan Desa/Kelurahan, Pemerintahan Kecamatan, Pemerintahan

Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat , namun demikian komitmen

sebagian besar Kabupaten/Kota dalam mendukung pelaksanaan

program KB sampai ke lini lapangan belum optimal.

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015

Masalah HIV dan AIDS saat ini bukan hanya masalah medik dari penyakit

menular semata tetapi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat

yang sangat luas. Oleh karena itu penanganannya juga harus berdasarkan

pendekatan masyarakat melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan

tersier. Konseling dan tes sukarela atau Voluntary Conseling and Testing

(VCT) merupakan pintu masuk untuk membantu setiap orang

mendapatkan akses kesemua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi

atau dukungan psikososial. Dengan terbukanya akses, maka kebutuhan

akan informasi yang akurat dan tepat dapat dicapai sehingga proses

berpikir dan bertindak dapat diarahkan kepada perubahan perilaku yang

lebih sehat. Untuk dapat memberikan pelayanan VCT seperti dimaksud

maka konseling dan tes haruslah berkualitas artinya harus dilakukan

secara profesional, namun pada kenyataannya kualitas layanan konseling

dan test sukarela HIV di Provinsi Jawa Tengah masih kurang.

Page 93: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 81

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010

Penyakit HIV dan AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus). Semakin banyak virus di dalam tubuh, akan

semakin melemahkan daya tahan tubuh kita. Apabila daya tahan tubuh

kita semakin lemah, maka penyakit lain akan mudah menyerang kita.

Penyakit lain tersebut dikenal sebagai infeksi oportunistik (infeksi ikutan),

antara lain: Tuberkulosis Paru, Herpes simpleks, Jamur di mulut, Infeksi

CMV (Cytomegalovirus), Toksoplasmosis, Hepatitis B dan C. Agar virus HIV

tidak terus menerus berkembang biak di dalam tubuh kita, maka pasien

yang terinfeksi HIV harus minum obat ARV (Antiretrovirus), untuk

menekan perkembang biakan virus HIV. Jika obat ARV diminum secara

teratur sesuai anjuran dokter, maka obat ini akan efektif membantu

pasien. Pasien akan merasakan kesegaran badan yang lebih baik. Berat

badan meningkat setiap bulan. Jumlah virus akan menurun, dan

kekebalan tubuh akan meningkat yang ditandai dengan peningkatan kadar

CD4. Namun demikian, belum semua Rumah Sakit Pemerintah di

Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Tengah menyediakan 19 layanan

perawatan dukungan dan pengobatan ARV.

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015

Tantangan dalam upaya mengendalikan penyebaran dan mulai

menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya yaitu :

1) Tingginya mobilitas penduduk ke/dari luar Jawa, sedangkan kasus di

luar Jawa masih tinggi, hal ini dikarenakan upaya penduduk dalam

mencari pekerjaan, berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa

pekerjaan tersebut banyak dilakukan di pulau Sumatera dan

Kalimantan yang notabene merupakan daerah endemis malaria

sehingga kemungkinan penularan malaria pada pekerja tersebut

Page 94: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 82

sangat tinggi. Para pekerja merupakan penduduk yang tidak menetap

dan sering pulang ke kampung halamannya. Hal ini yang menyebabkan

penularan malaria masih terus terjadi di pulau Jawa karena vektor

malaria yang masih ditemukan, selain itu didukung dengan adanya

penderita malaria yang datang dari daerah endemis di luar Jawa dan

belum terpantau oleh petugas kesehatan karena tidak adanya

informasi dari masyarakat.

2) Jawa Tengah merupakan daerah reseptif yang potensial terjadi

penularan malaria. Kondisi seperti ini dikarenakan Jawa Tengah

memilki 3 hal yang mendukung penularan malaria masih terus terjadi :

Masih ditemukan vektor malaria

Kondisi geografis yang mendukung berkembangnya vektor malaria

Mobilitas penduduk yang tinggi

3) Persepsi masyarakat selama ini terhadap penanggulangan DBD adalah

dengan melakukan fogging/pengasapan, hal ini masih diperkenankan

selama telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu bila di

suatu wilayah ditemukan adanya penderita DBD dan adanya 3

penderita panas tanpa sebab yang jelas. Selanjutnya pengasapan

harus dilakukan 2 kali dengan rentang waktu selama 7 hari dalam

radius 200 meter. Kenyataan di masyarakat selama ini, bahwa

pengasapan yang dilakukan masih kurang memperhatikan kualitas

(dosis penggunaan insektisida) dan kuantitas (frekuensi) sehingga hasil

yang dicapai tidak bisa optimal. Kondisi demikian pada akhirnya

mengakibatkan terjadinya kekebalan/resisten pada vektor DBD.

4) Penularan penyakit DBD bisa secara trans ovarian, yaitu penularan

dilakukan oleh anak dari nyamuk aedes aegypti yang sudah

mengandung virus Dengue. Artinya, penularan dapat dilakukan oleh

nyamuk aedes aegypti yang belum pernah menggigit orang yang

terinfeksi virus Dengue. Keadaan yang demikian dapat terjadi karena

virus Dengue yang ada dalam tubuh seekor nyamuk dewasa dapat

memasuki telur nyamuk, sehingga begitu telur tersebut menetas

menjadi larva, pupa, yang selanjutnya menjadi nyamuk aedes aegypti

Page 95: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 83

baru maka dalam tubuh nyamuk tersebut sudah mengandung virus

Dengue yang dapat ditularkan kepada manusia. Sehingga keadaan ini

menjadikan kita harus lebih waspada terhadap lingkungan/tempat –

tempat perindukan nyamuk.

5) Pemanasan global (Global Warming) memberi dampak pada berbagai

aspek kehidupan manusia, termasuk pada bidang kesehatan.

Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur

panas secara global yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-

penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian,

terutama pada orang tua, anak-anak dan mereka yang berpenyakit

kronis. Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada

penyebaran penyakit melalui air (waterborne diseases) maupun

penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Sebagai

contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk aedes

aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan

berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan

penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas

dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan

terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global,

maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga

memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang

biak. Degradasi lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah

pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-

borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas

pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap

penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi,

coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

6) International Standard for Tuberculosis Care (ISTC) merupakan

standar yang melengkapi guideline program penanggulangan

tuberkulosis nasional yang konsisten dengan rekomendasi WHO terdiri

dari 17 standar yaitu 6 standar untuk diagnosis , 9 standar untuk

pengobatan dan 2 standar yang berhubungan dengan kesehatan

Page 96: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 84

masyarakat. Di Provinsi Jawa Tengah, belum semua Rumah Sakit baik

Pemerintah maupun swasta dan praktek swasta belum menerapkan

ISTC.

7) Dalam melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan

penyakit menular khususnya HIV/AIDS, Malaria, TB dan DBD perlu

payung hukum berupa peraturan daerah, namun sebagian besar

Kabupaten / Kota belum memiliki Peraturan Daerah yang mengatur

tentang pencegahan dan penangulangan penyakit menular (HIV/AIDS,

TB, Malaria dan DBD).

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan

1. Tantangan terkait rasio luas kawasan tertutup pepohonan, yaitu isue

pemanasan global dan perubahan iklim, serta kerusakan lingkungan,

terutama hutan dan lahan. Pemanasan global dan perubahan iklim

yang ditandai: meningkatnya suhu bumi, kenaikan muka air laut, pola

curah hujan yang lebih bervariasi dapat menyebabkan banjir dan

kekeringan, serta perubahan lainnya. Perubahan iklim dapat berakibat

pada kelangkaan pasokan air, penurunan hasil panen, dan

berkurangnya produktivitas ekosistem pesisir. Lebih jauh perubahan

iklim akan menyebabkan terjadinya bencana-bencana alam seperti

banjir, angin topan, siklon dan kekeringan. Kerusakan hutan dan lahan

yang dapat terjadi antara lain disebabkan oleh kebakaran hutan,

pembalakan liar, konversi hutan, dan praktik pengelolaan hutan yang

tidak lestari.

2. Tantangan terkait jumlah emisi karbon dioksida, yaitu penambahan

jumlah kendaraan bermotor yang semakin banyak dan sulit dibatasi.

Page 97: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 85

Pada tahun-tahun mendatang penggunaan kendaraan bermotor

semakin banyak, karena masyarakat semakin mudah mendapatkan

akses kredit kendaraan bermotor. Penggunaan kendaraan bermotor

mengakibatkan terjadinya kemacetan dan timbulnya polusi udara.

Pertambahan industri yang semakin banyak pada tahun-tahun

mendatang juga akan semakin meningkat. Perkembangan industri,

terutama industri pengolahan yang menggunakan BBM akan

menyebabkan timbulnya polusi udara apabila tidak diikuti penghijauan

di sekitar pabrik, pemakaian teknologi ramah lingkungan dan

pengolahan emisi gas cerobong. Kebakaran hutan dan pembukaan

hutan melalui pembakaran tidak hanya mengakibatkan menipisnya

potensi sumber daya hutan, tetapi juga menghasilkan CO2 dalam

jumlah besar. Konversi hutan untuk memenuhi tuntutan masyarakat

untuk budidaya menjadi salah satu penyebab penurunan sumber daya

hutan yang sulit dikendalikan.

3. Tantangan terkait jumlah konsumsi bahan perusak ozon, yaitu

penggunaan HCFC (Hydrochlorofluorocarbon) sebagai pengganti

sementara CFC (Chlorofluorocarbon) yang ternyata masih berdampak

negatif pada lapisan ozon walaupun ODP-nya jauh lebih kecil sekarang

ini semakin banyak. Penggunaan HCFC antara lain untuk AC,

pendinginan, busa, pelarut, aerosol, dan pemadam kebakaran.

Penggunaan berbagai peralatan tersebut tidak dapat dibatasi, karena

menjadi sebuah kebutuhan masyarakat. Tantangan ke depan adalah

bagaimana menciptakan bahan refrigrant lain yang lebih ramah

lingkungan dan mengembangkan peralatan yang menggunakan

refrigerant ramah lingkungan secara lebih efisien.

4. Tantangan terkait proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan

biologis yang aman, yaitu meningkatnya kebutuhan masyarakat

terhadap sumberdaya laut yang dapat berakibat pada peningkatan

aktivitas yang dapat merusak kelestarian ekosistem perairan.

Peningkatan kebutuhan ekonomi nelayan menyebabkan pemanfaatan

sumber daya perikanan menggunakan peralatan tidak ramah

Page 98: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 86

lingkungan (obat kimia, bahan peledak), yang dapat menyebabkan

rusaknya sumber daya kelautan (terumbu karang dan ekosistem laut

lainnya).

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.

1. Tantangan terkait rasio luas kawasan lindung terhadap total luas

kawasan hutan, yaitu aktivitas penebangan hutan secara liar, dan

pemanfaatan hasil hutan baik kayu maupun non kayu tanpa

memperhatikan kelestariannya, baik yang dilakukan oleh perusahaan

maupun masyarakat di sekitar hutan. Kawasan lindung di luar hutan

sebagian besar merupakan lahan milik masyarakat dengan perubahan

pemanfaatannya relatif sulit dilakukan pengendalian.

2. Tantangan terkait rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas

perairan territorial, yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap

sumberdaya laut, yang dapat berakibat pada meningkatnya aktivitas

yang dapat merusak kelestarian ekosistem perairan. Pemanfaatan

sumber daya perairan dengan peralatan tidak ramah lingkungan (obat

kimia, bahan peledak), dan kesadaran masyarakat dalam menjaga

kelestarian lingkungan yang rendah dapat menyebabkan rusaknya

sumber daya kelautan (terumbu karang dan ekosistem laut lainnya).

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015

1. Tantangan terkait proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap air

minum layak yaitu: (a) Berkurangnya jumlah mata air dan

menurunnya kualitas air minum, baik air permukaan maupun air

bawah tanah akibat kerusakan catchment area dan pencemaran

lingkungan; dan (b) meningkatnya kebutuhan air minum seiring

dengan pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah, terutama di wilayah

Page 99: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 87

perkotaan yang belum diiringi pembangunan infrastruktur yang

memadai; (c) lemahnya kapasitas Pokja AMPL dalam mensinergikan

program/kegiatan terkait air minum.

2. Tantangan terkait proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap

sanitasi dasar yaitu: (a) Laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah

yang semakin meningkat, terutama di wilayah perkotaan yang

berakibat pada peningkatan cakupan sanitasi dasar yang harus

disediakan oleh pemerintah maupun swasta; dan (b) Meningkatnya

pembuangan limbah secara langsung ke sungai dan penggunaan lahan

perkotaan yang padat terbangun sehingga sulit untuk pengembangan

drainase dan penanganan sampah perkotaan; (c). Rendahnya

kesadaran akan Pola Hidup Bersih Sehat/PHBS; (d). lemahnya

kapasitas Pokja AMPL dalam mensinergikan program/kegiatan terkait

air minum.

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020

Tantangan terkait proporsi rumah tangga kumuh perkotaan yaitu: (1)

Meningkatnya kebutuhan terhadap rumah yang tidak seimbang dengan

kemampuan penyediaan rumah, baik yang diusahakan oleh pengembang,

pemerintah/pemerintah daerah maupun swadaya masyarakat, sehingga

terjadi backlog; dan (2) Banyaknya perumahan yang tidak layak huni baik

yang berlokasi di pedesaan maupun perkotaan akibat terbatasnya

ketersediaan lahan, rendahnya kualitas pengelolaan infrastruktur dan

rendahnya kemampuan/daya beli masyarakat; (3). Rendahnya akses

masyarakat dalam mengupayakan legalitas, keamanan dan kelayakan di

perumahan dan lingkungan permukiman kumuh.

Page 100: RAD MDG's

88

BAB II ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERCEPATAN

PENCAPAIAN TARGET MDGs

Setelah dikemukakan kondisi capaian target Tujuan Pembangunan

Millennium Provinsi Jawa Tengah dan permasalahan serta tantangan yang

dihadapi, berikut ini dikemukakan upaya untuk memecahkan masalah dan

menghadapi tantangan melalui arah kebijakan dan strategi pemecahan masalah

dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.

2.1. Arah Kebijakan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan

Pembangunan Millenium (MDGs)

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.

Arah kebijakan untuk mencapai target menurunnya hingga setengahnya

proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari US$1,00 (PPP) per

kapita per hari adalah:

1. Mengurangi besarnya persentase penduduk yang hidup di bawah garis

kemiskinan, melalui:

a. Perluasan Kesempatan Kerja dan Berusaha.

Upaya perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui

berbagai kebijakan yang diarahkan untuk menciptakan lapangan

kerja, meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan usaha.

1) Kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja.

Kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja dilaksanakan

dengan memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat miskin

Page 101: RAD MDG's

89

dan mampu menjamin penghasilan yang tetap. Selain itu juga

mendorong masyarakat miskin untuk belajar berusaha secara

mandiri melalui kelompok, sehingga mampu mewujudkan jiwa

kewirausahaan.

a) Peningkatan kesempatan kerja masyarakat miskin.

Upaya peningkatan kesempatan kerja dilakukan melalui

penciptaan lapangan kerja produktif dengan memanfaatkan

potensi lokal secara optimal dan dilakukan secara mandiri.

b) Peningkatan akses permodalan bagi masyarakat miskin.

Peningkatan akses permodalan dilakukan dengan

membangun kemitraan bersama koperasi, instansi terkait,

lembaga keuangan dan BUMN/BUMD. Selain itu dilakukan

pula pendampingan pengelolaan manajerial dan pemasaran.

c) Pengembangan usaha.

Pengembangan usaha dilakukan melalui pengembangan

budaya usaha dan pelatihan kewirausahaan.

2) Kebijakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja antara

lain:

a) Pengembangan kewirausahaan.

Upaya ini dilakukan dengan penguatan kelembagaan dan

kemampuan manajemen usaha.

b) Peningkatan kapasitas kerja masyarakat miskin.

Upaya ini dilakukan melalui peningkatan kualitas,

kompetensi, kemampuan manajemen dan penerapan

teknologi tepat guna.

3) Kebijakan untuk meningkatkan usaha produktif bagi

masyarakat miskin, meliputi:

a) Pengembangan usaha pada masyarakat miskin.

Pengembangan usaha dilakukan melalui pendampingan

kegiatan usaha, peningkatan perlindungan usaha dan

disertai pembentukan serta pengembangan sentra-sentra

usaha .

Page 102: RAD MDG's

90

b) Peningkatan akses sumberdaya produktif bagi kelompok

masyarakat miskin.

Peningkatan akses sumberdaya produktif dilakukan melalui

pemberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan potensi

lokal dengan penggunaan teknologi tepat guna, sehingga

diharapkan mampu meningkatkan kegiatan usaha.

b. Pengurangan Kesenjangan Antar Wilayah.

Pengurangan kesenjangan antar wilayah dilakukan melalui berbagai

langkah yang diarahkan untuk mempercepat pembangunan wilayah

desa tertinggal, terpencil, perbatasan dan wilayah pasca bencana

antara lain meliputi :

1) Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana dasar di

wilayah tertinggal, pesisir, perbatasan provinsi dan pasca

bencana.

2) Peningkatan investasi dan pengembangan usaha di wilayah

tertinggal, pesisir, perbatasan provinsi dan pasca bencana.

3) Revitalisasi kebijakan penataan ruang wilayah yang sesuai

dengan peruntukannya dan berwawasan lingkungan secara

berkelanjutan.

4) Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah dan

masyarakat di wilayah tertinggal, pesisir, perbatasan provinsi

dan pasca bencana.

5) Peningkatan kerjasama pembangunan antar daerah dalam

rangka pengembangan potensi daerah.

c. Pemenuhan Hak Dasar.

Upaya pemenuhan hak dasar dipusatkan pada prioritas

penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas pangan,

kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, tanah,

lingkungan hidup dan sumberdaya alam, rasa aman dan partisipasi

masyarakat , antara lain meliputi :

1) Pemenuhan kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau

serta meningkatkan gizi masyarakat .

Page 103: RAD MDG's

91

2) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi kelompok masyarakat

kurang mampu dan rentan.

3) Peningkatan pendidikan masyarakat, baik pendidikan formal dan

non formal.

4) Peningkatan penyediaan pekerjaan yang layak bagi

kemanusiaan.

5) Penyediaan tempat tinggal atau perumahan yang layak dan

permukiman yang sehat.

6) Peningkatan ketersediaan air bersih yang aman dan sanitasi

dasar yang baik.

7) Peningkatan penjaminan dan perlindungan hak perorangan dan

hak komunal atas tanah.

8) Peningkatan kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya

alam.

9) Peningkatan perlindungan dan ketenteraman dalam masyarakat.

10) Memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam keseluruhan

proses pembangunan.

d. Percepatan Pembangunan Perdesaan.

Upaya percepatan pembangunan perdesaan dilakukan dengan

mengarahkan kembali orientasi pembangunan ke pedesaan yang

bersifat menyeluruh, terkait pengembangan sumberdaya manusia,

sumberdaya alam dan lingkungan, sosial budaya, politik dan

kewilayahan. Segenap potensi masyarakat Jawa Tengah, baik

pengetahuan, keterampilan, teknologi dan informasi serta

permodalan diarahkan untuk mendukung pembangunan

perdesaan secara terpadu. Hal tersebut sejalan dengan gerakan

pembangunan “Bali nDeso mBangun Deso” yang kesemuanya

ditujukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara

lain dilakukan dalam bentuk :

1) Revitalisasi pertanian dalam arti luas dalam bentuk reorientasi

pengelolaan usaha tani, peningkatan akses petani dan nelayan

terhadap modal, sarana dan prasarana, teknologi dan pasar.

Page 104: RAD MDG's

92

2) Peningkatan dan perbaikan infrastruktur perdesaan dalam rangka

mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat miskin dan

menarik investor mengembangkan usaha di perdesaan.

3) Memperkuat kelembagaan masyarakat dalam rangka

mengoptimalkan modal sosial (social capital).

4) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat

berperan aktif dalam pembangunan dan kelembagaan di

perdesaan.

5) Menciptakan iklim yang kondusif, agar kegiatan usaha dapat

tumbuh berkembang dan mandiri di wilayah perdesaan.

6) Menjamin kestabilan ketersediaan pangan.

7) Menjamin kepastian harga komoditas pertanian dan perlindungan

pasar, agar menguntungkan bagi petani.

2. Menurunkan Indeks Kedalaman Kemiskinan.

Upaya menurunkan Indek Kedalaman Kemiskinan diarahkan untuk

mengurangi kesenjangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin

terhadap garis kemiskinan, antara lain berupa:

a. Penajaman prioritas program dan sasaran untuk kelompok

masyarakat sangat miskin.

b. Peningkatan bantuan perlindungan sosial bagi kelompok miskin.

c. Peningkatan fasilitasi pemberdayaan masyarakat miskin dan

lembaga desa/kelurahan dalam melaksanakan pembangunan.

d. Peningkatan peran serta masyarakat miskin dalam perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di tingkat desa/kelurahan.

e. Peningkatan fungsi kelembagaan dan sistem informasi yang

menunjang pemberdayaan masyarakat.

f. Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa/kelurahan.

g. Peningkatan kemampuan manajemen keuangan desa/kelurahan.

h. Peningkatan jumlah anggaran bagi penduduk miskin yang dikelola

desa/kelurahan.

i. Peningkatan pengawasan pelaksanaan penggunaan anggaran

untuk penanggulangan kemiskinan agar lebih tepat sasaran.

Page 105: RAD MDG's

93

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

Arah kebijakan untuk mencapai target terwujudnya kesempatan kerja

penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk

perempuan dan kaum muda .

1. Meningkatkan perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.

Upaya peningkatan perluasan dan pengembangan kesempatan kerja

dilakukan antara lain melalui peningkatan kerjasama antar daerah dan

antar negara dalam rangka penempatan tenaga kerja melalui

mekanisme AKL (Antar Kerja Lokal), AKAD (Antar Kerja Antar Daerah)

dan AKAN (Antar Kerja Antar Negara) maupun transmigrasi, disertai

peningkatan kualitas tenaga kerja dengan ketrampilan khusus terhadap

tenaga kerja yang akan masuk dalam mekanisme dan program kerja

tersebut. Selain itu dikembangkan pula jiwa kewirausahaan untuk

menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri.

2. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Upaya peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dilakukan

diantaranya melalui revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK), fasilitasi

Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS) dan pemagangan di dalam

dan luar negeri. Selain itu perlunya penyesuaian kurikulum pelatihan

dan keterampilan dari waktu ke waktu untuk menyesuaikan

perkembangan kebutuhan dan tuntutan perkembangan pasar kerja.

3. Meningkatkan upaya perlindungan dan penegakan hukum.

Upaya perlindungan dan penegakan hukum diarahkan untuk menjamin

kepastian hukum bagi pemenuhan hak-hak pekerja dan peningkatan

kesejahteraan pekerja dalam rangka mewujudkan hubungan industrial

yang harmonis, sehingga akan menjamin keberlanjutan usaha dan

terciptanya iklim yang kondusif bagi pengembangan usaha.

Page 106: RAD MDG's

94

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

Arah kebijakan untuk mencapai target menurunnya hingga setengahnya

proporsi penduduk yang menderita kelaparan sampai dengan tahun 2015

adalah:

1. Penurunan Prevalensi Balita dengan berat badan rendah dan prevalensi

gizi buruk, melalui:

a. Peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan

kesehatan.

1) Fasilitasi dan sosialisasi bagi kelompok miskin tentang Pola Gizi

Seimbang.

2) Peningkatan pelayanan bagi anak Balita dan ibu hamil untuk

memperoleh asupan gizi seimbang.

3) Peningkatan intervensi pelayanan suplementasi gizi bagi anak

usia sekolah.

b. Mengembangkan bantuan khusus untuk penduduk miskin

kepada kabupaten/kota.

1) Peningkatan pemberian makanan tambahan untuk bayi dan

anak balita.

2) Peningkatan penyediaan makanan tambahan untuk ibu hamil

dan menyusui.

3) Pengembangan program pemberian makanan tambahan di

taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

4) Peningkatan program suplementasi zat gizi mikro (tablet Fe

dan Vitamin A) yang ditujukan khususnya bagi anak balita

dan ibu hamil.

5) Peningkatan akses untuk mendapatkan layanan kesehatan

dasar, air minum yang layak dan fasilitas sanitasi bagi

kelompok masyarakat miskin.

Page 107: RAD MDG's

95

c. Meningkatkan sosialisasi dan fasilitasi tentang perilaku hidup

bersih dan sehat.

1) Peningkatan promosi pemberian ASI eksklusif dan praktik

pemberian makanan pada bayi.

2) Peningkatan investasi pada prasarana dasar (kesehatan, air,

sanitasi) terutama di daerah perdesaan dan perkampungan

miskin di wilayah perkotaan.

d. Memperkuat pemberdayaan masyarakat dan merevitalisasi

Posyandu.

1) Memperkuat program pangan dan gizi masyarakat.

2) Merevitalisasi Posyandu dengan mengutamakan pemberdayaan

masyarakat termasuk mengaktifkan kembali praktik pemantauan

pertumbuhan dan perkembangan anak.

3) Mengintergrasikan kegiatan pelayanan gizi pada Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD).

4) Mengembangkan kegiatan gizi masyarakat dengan

memberdayakan lembaga masyarakat setempat seperti

kelompok pengajian dan organisasi perempuan lainnya.

2. Meningkatkan penduduk dengan tingkat konsumsi kalori sesuai angka

kecukupan sebesar 2.000 Kkal/ per kapita per hari, melalui:

a. Peningkatan ketahanan pangan pada tingkat Kabupaten/Kota

terutama untuk mengurangi disparitas ketahanan pangan antar

daerah.

1) Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.

2) Perbaikan sistem distribusi, akses dan sistem penanganan

masalah pangan.

3) Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis

sumber daya lokal melalui perbaikan teknologi budidaya dan

teknologi pengolahan pangan.

4) Peningkatan sosialisasi dan pemahaman tentang Pola Gizi

Seimbang secara luas kepada masyarakat.

Page 108: RAD MDG's

96

b. Memperkuat kelembagaan di tingkat Kabupaten/Kota untuk

merumuskan kebijakan dan program bidang pangan dan gizi.

1) Menyelaraskan dan mengkordinasikan kegiatan penanggulangan

kelaparan dan kekurangan gizi pada berbagai sektor terkait.

2) Melakukan advokasi kepada para pemangku kepentingan

terutama pada pemerintah daerah dan masyarakat untuk

meningkatkan komitmen dan alokasi sumberdaya dalam

menanggulangi kekurangan gizi.

3) Memperkuat sistem kewaspadaan pangan dan gizi termasuk

sistem kewaspadaan dini (early warning system).

4) Mengintegrasikan dan menyelaraskan kegiatan perbaikan gizi

dalam program penanggulangan kemiskinan.

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Arah kebijakan untuk mencapai target menjamin semua anak-anak, laki-

laki maupun perempuan dimanapun pada 2015 dapat menyelesaikan

pendidikan dasar lebih diprioritaskan pada (i) peningkatan pemerataan

akses melalui penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang

memadai, rehabilitasi ruang kelas yang rusak, meningkatkan efektivitas,

efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan program BOS, dan meningkatkan

pendidikan kesetaraan yang bermutu untuk menjangkau anak-anak sekolah

dan anak-anak usia sekolah yang tidak mampu menempuh pendidikan

formal; (ii) meningkatkan kualitas dan relevansi dengan cara mempercepat

peningkatan kualitas dan pelatihan guru, perbaikan kurikulum dan kualitas

pembelajaran, serta mengembangkan manajemen berbasis sekolah (MBS)

Page 109: RAD MDG's

97

pada jenjang SD. Disamping itu diperlukan juga kebijakan khusus dalam hal

pengurangan kesenjangan APM SD/MI/Paket A antar Kabupaten/Kota dan

menjamin 100% siswa kelas 1 SD/MI dapat menamatkan Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah serta pelestarian penduduk melek aksara.

Berbagai kebijakan dan program telah diluncurkan dalam upaya

mempercepat percapaian tujuan MDGs pada tahun 2015. Kebijakan

tersebut antara lain adalah: (i) peningkatan kualitas dan relevansi

pendidikan; (ii) perluasan akses yang merata pada pendidikan dasar

khususnya bagi masyarakat miskin; (iii) penguatan tata kelola dan

akuntabilitas pelayanan pendidikan. Kebijakan alokasi dana Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah untuk bidang pendidikan minimal sebesar 20% dari

jumlah APBD akan diteruskan untuk mengakselerasi pencapaian pendidikan

dasar untuk semua pada tahun 2015.

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

Arah kebijakan untuk mencapai target menghilangkan ketimpangan gender

di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua

jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 adalah:

1. Meningkatkan akses dan kualitas layanan pendidikan bagi masyarakat

yang berkesetaraan gender dalam rangka mengurangi kesenjangan taraf

pendidikan antar wilayah, gender, dan sosial ekonomi.

2. Mengoptimalkan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di

sektor non pertanian.

Page 110: RAD MDG's

98

3. Mengoptimalkan proporsi partisipasi perempuan dalam legislatif dan

partai politik.

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka menurunkan angka kematian

bayi dan balita adalah sebagai berikut:

1. Percepatan Pencapaian derajat kesehatan bayi dan anak di Provinsi

Jawa Tengah melalui pemantapan komitmen dengan penentu

kebijakan dan lintas sektor akselerasi implementasi Peraturan Daerah,

pengembangan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan,

pemenuhan pelayanan kesehatan yang bermutu di semua unit

pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

Poliklinik Kesehatan Desa / PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah

Sakit).

2. Revitalisasi Posyandu untuk semua Desa di Provinsi Jawa Tengah

melalui penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam

revitalisasi Posyandu, revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan

cakupan imunisasi

3. Pengembangan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga dalam rangka

penanggulangan faktor resiko timbulnya masalah kesehatan anak di

Provinsi Jawa Tengah melalui optimalisasi pemberdayaan masyarakat

dalam rangka pencapaian derajat kesehatan bayi dan anak.

Target 4A: menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015

Page 111: RAD MDG's

99

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Arah Kebijakan yang ditempuh dalam rangka menurunkan Angka Kematian

Ibu adalah :

1. Percepatan pencapaian derajat kesehatan ibu di Provinsi Jawa Tengah,

antara lain melalui penguatan semua kelembagaan lintas sektor yang

ada di Desa agar dapat dikoordinasi dalam satu wadah untuk upaya

penyelamatan ibu; optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam rangka

pencapaian derajat kesehatan ibu; dan pemerataan jangkauan jaminan

pemeliharaan maternal.

2. Pengembangan mutu pelayanan kesehatan ibu di unit pelayanan

kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poliklinik

Kesehatan Desa/PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah Sakit) di

Provinsi Jawa Tengah, antara lain melalui pemenuhan pelayanan

kesehatan yang bermutu di semua unit pelayanan kesehatan dasar

(Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poliklinik Kesehatan Desa/PKD)

serta unit pelayanan rujukan Poned dan Rumah Sakit; dan

pengembangan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan.

3. Penajaman Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

untuk semua desa di Provinsi Jawa Tengah, antara lain melalui

penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam penajaman

kegiatan Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

4. Pengembangan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga dalam rangka

penanggulangan faktor resiko timbulnya masalah kesehatan ibu di

Provinsi Jawa Tengah, antara lain dengan pemantapan komitmen dari

penentu kebijakan dan lintas sektor melalui akselerasi implementasi

Peraturan Daerah.

Target 5A: menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

Page 112: RAD MDG's

100

Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka mewujudkan akses

kesehatan reproduksi adalah peningkatan akses dan pengembangan

kualitas pelayanan Keluarga Berencana di Provinsi Jawa Tengah melalui

pemenuhan akses dan mutu pelayanan serta peningkatan promosi dan

pemberdayaan masyarakat di bidang Keluarga Berencana.

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka mengendalikan HIV dan

AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya adalah :

1. Percepatan akses pelayanan kesehatan bagi penderita HIV AIDS

melalui penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam upaya

pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

2. Peningkatan mobilisasi masyarakat untuk meningkatkan upaya

pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV/AIDS pada populasi

rentan melalui peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

serta pemenuhan pelayanan kesehatan yang bermutu di semua unit

pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

Poliklinik Kesehatan Desa/PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah

Sakit).

3. Memperkuat sistem informasi dan sistem monitoring dan evaluasi

melalui pemantapan komitmen dari penentu kebijakan dan lintas

Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDs pada tahun 2015, Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010, dan Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberkolusis) hingga tahun 2015

Page 113: RAD MDG's

101

sektor dalam rangka akselerasi implementasi Peraturan Daerah dengan

kegiatan .

4. Pengembangan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga dalam rangka

penanggulangan faktor resiko timbulnya masalah kesehatan di Provinsi

Jawa Tengah melalui Penggalangan kemitraan dengan sektor terkait

dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

5. Memperkuat pelayanan dalam pencegahan, pengendalian dan

pengobatan melalui revitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan

imunisasi

6. Pemantapan komitmen dari penentu kebijakan dan lintas sector melalui

akselerasi implementasi Peraturan Daerah melalui optimalisasi

pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencapaian derajat

kesehatan masyarakat.

7. Peningkatan cakupan DOTS pengembangan kompetensi,

profesionalisme tenaga kesehatan dan pemenuhan pelayanan

kesehatan yang bermutu di semua unit pelayanan kesehatan dasar

(Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poliklinik Kesehatan Desa/

PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah Sakit).

8. Peningkatan kapasitas dan kualitas penanganan TB melalui

pemantapan komitmen dari penentu kebijakan dan lintas sektor

melalui akselerasi implementasi Peraturan Daerah dengan kegiatan.

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Page 114: RAD MDG's

102

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan

Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka memadukan prinsip-prinsip

pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program

nasional serta mengurangi kerusakan pada sumberdaya lingkungan

adalah:

1. Meningkatkan rasio luasan kawasan tertutup pepohonan melalui

peningkatan upaya rehabilitasi hutan dan lahan yang kritis dan

potensial kritis; dan peningkatan fungsi RTH sebagai jantung kota dan

upaya penghijauan di wilayah perkotaan, dan sekitar pabrik industri.

2. Mengurangi emisi karbon dioksida melalui fasilitasi pencarian potensi

cadangan energi baru dan penganekaragaman pemanfaatan energi

terbarukan (energi alternatif) yang lebih ramah lingkungan, dan

pengolahan gas cerobong pabrik.

3. Mengurangi jumlah konsumsi bahan perusak ozon melalui peningkatan

kampanye hemat energi, pengurangan penggunaan refrigerant; dan

pengurangan peredaran barang-barang ilegal yang menggunakan

CFCs.

4. Mempertahankan jumlah tangkapan ikan yang berada pada batasan

yang aman melalui penambahan jumlah kapal berkapasitas di atas 30

GT untuk meningkatkan jangkauan jelajah kapal.

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.

Page 115: RAD MDG's

103

Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka menanggulangi kerusakan

keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang

signifikan adalah :

1. Mempertahankan fungsi hutan lindung melalui peningkatan

pengelolaan sumber daya hutan secara berkelanjutan dengan

melibatkan masyarakat; meningkatkan produksi hasil hutan non kayu

untuk kesejahteraan masyarakat desa disekitar hutan; dan

mengendalikan kerusakan kawasan lindung melalui upaya pengawasan

dan penegakan hukum lingkungan serta fasilitasi penanganan

pemulihan kerusakan lingkungan.

2. Peningkatan fungsi kawasan lindung perairan melalui peningkatan

pengelolaan, pengawasan dan perlindungan terhadap kawasan

konservasi sumberdaya laut; dan peningkatan kesadaran masyarakat

di wilayah pesisir tentang pentingnya kelestarian terumbu karang dan

sumberdaya perikanan.

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015

Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka menurunkan hingga

setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap

air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 adalah:

1. Mengurangi proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan

terhadap air bersih melalui peningkatan fungsi sarana dan prasarana

konservasi sumber daya air untuk kelestarian air dan sumber air,

pengurangan kesenjangan penyediaan sarana dan prasarana air bersih

antar wilayah dan meningkatkan pelayanan air bersih bagi masyarakat;

2. Mengurangi proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan

terhadap sanitasi dasar melalui peningkatan ketersediaan prasarana

dan sarana sanitasi pemukiman bagi masyarakat di perkotaan dan

perdesaan, dan peningkatan pelayanan persampahan terutama bagi

Rumah Tangga Miskin (RTM);

Page 116: RAD MDG's

104

3. Mendorong sinergitas Pokja AMPL Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

dalam meningkatkan akses AMPL bagi masyarakat tidak mampu;

4. Mendorong pembentukan Pokja AMPL bagi Kabupaten/Kota yang

belum memiliki Pokja AMPL dan mengaktifkan Pokja AMPL yang tidak

aktif;

5. Mendorong peningkatan PHBS di masyarakat.

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020

Arah kebijakan untuk mengurangi proporsi rumah tangga kumuh

perkotaan yaitu:

1. Prioritas pemenuhan kebutuhan rumah pada MBR (Masyarakat

Berpenghasilan Rendah);

2. Pemanfaatan lahan perumahan secara efisien dan efektif melalui

pembangunan rumah secara vertikal;

3. Pemberdayaan komunitas perumahan untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dengan mengembangkan kearifan lokal dan

memperhatikan kelembagaan yang telah ada;

4. Memfasilitasi perwujudan tertib administrasi pertanahan yang

berkualitas dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

mensertifikatkan tanah;

5. Dukungan sertifikasi lahan untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan mencegah penyalahgunaan serta alih fungsi lahan

yang tidak sesuai peruntukannya.

2.2. Strategi Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium

(MDGs)

Page 117: RAD MDG's

105

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.

Strategi menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan

pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dan untuk

Provinsi Jawa Tengah menggunakan ukuran garis kemiskinan, adalah:

1. Mengoptimalkan sumberdaya (Aparat Desa/Kelurahan) dalam

memberikan fasiltasi kepada masyarakat dan Desa/Kelurahan.

2. Meningkatkan SDM masyarakat Desa/Kelurahan dalam pembangunan.

3. Mengembangkan teknologi tepat guna dengan memanfaatkan potensi

dan kearifan lokal.

4. Mengoptimalkan kelembagaan ekonomi Desa/Kelurahan dalam

memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Desa/Kelurahan.

5. Meningkatkan fasilitasi Bintek dan pelatihan bagi aparat Pemerintahan

Desa/Kelurahan.

6. Mengoptimalkan bantuan langsung masyarakat kepada masyarakat

Desa/Kelurahan.

7. Memantapkan perencanaan program pemberdayaan masyarakat dan

mengefektifkan rapat koordinasi baik antar SKPD Provinsi maupun

dengan Kab/Kota.

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan

Page 118: RAD MDG's

106

kaum muda

Strategi pencapaian target perwujudan kesempatan kerja penuh dan

produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan

kaum muda, adalah:

1. Strategi untuk memperluas kesempatan kerja yaitu:

a) Meningkatkan fasilitasi dalam upaya memperluas jejaring kerjasama

dengan pihak-pihak terkait dalam penyerapan tenaga kerja, baik

regional, nasional maupun internasional.

b) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan

bursa kerja dan optimalisasi sistem informasi bursa kerja yang

mudah diakses oleh masyarakat.

c) Meningkatkan pengawasan dan perlindungan tenaga kerja sesuai

norma hukum yang berlaku, serta meningkatkan peran lembaga

ketenagakerjaan.

2. Strategi untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja yaitu

optimalisasi dan revitalisasi lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan

keterampilan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kompetensi

tenaga kerja.

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

Strategi meningkatkan penduduk yang mengkonsumsi kalori sesuai angka

kecukupan, adalah:

1. Pengembangan cadangan pangan pemerintah dan lumbung pangan

masyarakat.

2. Pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi kerawanan pangan melalui

Pengembangan Desa Mandiri Pangan.

3. Pengembangan sistem distribusi pangan dan pemantauan harga pangan

secara berkala.

4. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya untuk

meningkatkan produktivitas ekonomi keluarga.

Page 119: RAD MDG's

107

5. Pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan pangan melalui pemberian

penghargaan, promosi, kampanye dan pendampingan.

6. Penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal melalui

pemanfaatan pekarangan.

7. Peningkatan kesadaran mutu dan keamanan produk pangan kepada

pelaku usaha bidang pangan serta konsumen.

8. Peningkatan dukungan terhadap pengelolaan lahan kering dan air tanah

untuk pengembangan komoditas pangan.

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Strategi pencapaian target semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan

dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2015,

adalah:

1. Meningkatkan APM SD/MI/Paket A secara optimal dan mengurangi

kesenjangan APM SD/MI/Paket A Kabupaten/Kota melalui:

a. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sesuai

dengan Standar Nasional Pendidikan.

b. Mendorong dan memfasilitasi penyediaan sarana dan prasarana

pendidikan dasar pada 11 Kabupaten/Kota yang APM-nya di bawah

rata-rata Provinsi Jawa Tengah.

c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak

pada jenjang pendidikan SD/MI/Paket A.

d. Fasilitasi pembinaan siswa melalui penguatan bantuan biaya

operasional sekolah pada pendidikan SD/MI/Paket A.

Page 120: RAD MDG's

108

e. Mengembangkan kearifan lokal dengan berpedoman pada falsafah

ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri

handayani’ .

f. Meningkatkan koordinasi dan sinergitas antar pemangku kepentingan

yaitu pemerintah (Provinsi, Kabupaten/Kota), masyarakat dan

swasta.

2. Menjamin seluruh siswa kelas 1 SD/MI/Paket A dapat menamatkan

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, melalui:

a. Melanjutkan pemberian bantuan operasional sekolah kepada sekolah

dasar.

b. Memberikan dorongan kepada orangtua untuk tetap menyekolahkan

anak sampai tamat SD/MI/Paket A.

c. Penguatan pembinaan potensi siswa pendidikan dasar.

3. Mengoptimalkan pelestarian penduduk melek aksara, melalui:

a. Memfasilitasi Kabupaten/Kota untuk mengoptimalkan Kelompok

Belajar Masyarakat (KBM).

b. Memfasilitasi Kabupaten/Kota untuk mengoptimalkan Kelompok

Belajar Usaha (KBU).

c. Peningkatan koordinasi dan sinergitas antar pemangku kepentingan

yaitu Pemerintah (Provinsi, Kabupaten/Kota), Masyarakat, LSM dan

Swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan kegiatan .

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

Strategi pencapaian target menghilangkan ketimpangan gender di semua

jenjang pendidikan, dibidang ketenagakerjaan dan politik adalah:

Page 121: RAD MDG's

109

1. Meningkatkan Rasio APM perempuan terhadap laki-laki untuk semua

jenjang pendidikan, melalui:

a. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk peka gender dan

menyekolahkan anak perempuan sampai perguruan tinggi.

b. Memberikan bantuan kepada penduduk perempuan kurang mampu

usia sekolah sampai pendidikan tinggi.

c. Pemberian beasiswa kepada penduduk perempuan untuk jenjang

pendidikan menengah.

2. Meningkatkan rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki

serta mengoptimalkan pelestariannya, melalui:

a. Peningkatan kesadaran penduduk perempuan usia 15 – 24 tahun

buta aksara yang telah memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara

(SUKMA) untuk tetap belajar menulis.

b. Optimalisasi kelompok belajar usaha bagi buta aksara usia 15–24

yang telah memperoleh SUKMA.

3. Mengoptimalkan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di

sektor non pertanian, melalui:

a. Mengoptimalkan partisipasi perempuan dalam bekerja di sektor non

pertanian.

b. Meningkatkan produktivitas perempuan dalam bekerja.

c. Memberikan perlindungan kerja terhadap tenaga kerja perempuan.

4. Mengoptimalkan proporsi perempuan yang duduk di DPRD di Wilayah

Provinsi Jawa Tengah, melalui:

a. Penguatan kebijakan affirmative action untuk peningkatan

keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif.

b. Penguatan pengetahuan dan pemahaman politik perempuan sebelum

mereka terjun ke dunia politik.

Page 122: RAD MDG's

110

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

Strategi pencapaian target menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA)

hingga dua per tiga sampai dengan 2015 adalah:

1. Pemenuhan buku KIA yang bermanfaat untuk monitoring perkembangan

kesehatan anak dan sekaligus sebagai bahan komunikasi antara

orangtua/pengasuh anak dengan petugas kesehatan.

2. Pemantapan komitmen dengan penentu kebijakan dan lintas sektor

diarahkan pada akselerasi implementasi Peraturan Daerah antara lain

melalui pembinaan pelayanan kesehatan neonatal; pembinaan

pelayanan kesehatan bayi; pembinaan pelayanan kesehatan anak balita,

pemenuhan kecukupan obat, alat dan form MTBS/MTBM di Puskesmas,

pemenuhan kecukupan obat dan alat di puskesmas perawatan dan RS,

Kabupaten/Kota sesuai dengan Buku Saku Kesehatan.

3. Pengembangan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan

antara lain melalui pemenuhan kecukupan tenaga dokter spesialis anak

di RS kabupaten/kota, pelatihan manajemen Asfiksia dan manajemen

BBLR bagi perawat/bidan di Puskesmas, pelatihan kebutuhan perawat

dan bidan di Desa dan faskes (PKM dan RS), pelatihan perinatologi bagi

perawat/bidan di Puskesmas Perawatan dan RS, koordinasi Pengelola

Data Kesehatan Kabupaten/Kota.

4. Pemenuhan pelayanan kesehatan yang bermutu di semua unit

pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

Poliklinik Kesehatan Desa/PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah

Sakit) antara lain melalui peningkatan mutu Puskesmas yang

melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada perusahaan untuk

menyediakan tempat memerah ASI pada perusahaan dan melaksanakan

pemberian ASI segera setelah melahirkan dan pemberian ASI saja

Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015

Page 123: RAD MDG's

111

hingga bayi usia 6 bulan (esklusif), dilanjutkan hingga 2 tahun dengan

memberikan makanan pendamping ASI, pemenuhan kecukupan obat,

alat dan form MTBS/MTBM di Puskesmas, pelayanan balita sakit di

Puskesmas Perawatan dan RS Kabupaten/Kota sesuai standar.

5. Penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam revitalisasi

Posyandu antara lain melalui peningkatan kemitraan dengan LSM/Dunia

Usaha/Organisasi Keagamaan peningkatan mutu Puskesmas,

optimalisasi peran dan fungsi Forum Kesehatan Desa.

6. Revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan cakupan imnusasi antara lain

melalui pelatihan pemberian imunisasi sesuai standar, pemberian

imunisasi dasar lengkap, optimalisasai dan pemantapan peran dan fungsi

Posyandu dalam penurunan AKBA.

7. Optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencapaian

derajat kesehatan bayi dan anak antara lain melalui pemberdayaan

masyarakat tentang perawatan bayi, anak balita, penyediaan materi KIE

tentang perawatan bayi dan anak balita, peningkatan kualitas lingkungan

perumahan.

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Strategi pencapaian target menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah:

1. Pemantapan komitmen dengan penentu kebijakan dan lintas sektor

dalam rangka akselerasi implementasi Peraturan Daerah antara lain

melalui (a) Peningkatan kapasitas SDM kesehatan di 10 Kabupaten/Kota

prioritas; (b) Pemantapan 11 Organisasi Profesi, Majelis Tenaga

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia Provinsi Jawa Tengah Program Dukungan

Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015

Page 124: RAD MDG's

112

Manajemen dan Tugas Teknis lainnya; (c) Meningkatkan kemitraan

dengan LSM/Dunia Usaha/Organisasi Masyarakat/Organisasi Keagamaan

dalam rangka penurunan kematian ibu; (d) Talkshow penanggulangan

masalah kesehatan reproduksi wanita bagi kader PKK; (e) Penggerakan

masyarakat melalui sosialisasi pembentukan kelompok peminat

kesehatan ibu dan anak; dan (f) Pengembangan TOGA untuk

mendukung pengobatan sendiri.

2. Pengembangan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan

antara melalui (a) Peningkatan SDM dalam penanganan administrasi dan

pengelolaan keuangan; (b) Peningkatan kualitas manajemen

pembelajaran di 70 Institusi pendidikan tenaga kesehatan; dan (c)

Koordinasi pengelola data kesehatan Kabupaten/Kota.

3. Pemenuhan pelayanan kesehatan yang bermutu di semua unit

pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

Poliklinik Kesehatan Desa/PKD) serta unit pelayanan rujukan Poned dan

Rumah Sakit antara lain melalui (a) Pembinaan pelayanan kesehatan ibu

dan reproduksi; (b) Pelatihan PONED termasuk evaluasi pasca latih bagi

tim PONED di Puskesmas; (c) Pelatihan pelayanan pasca keguguran

untuk tim PONED; (d) Penyediaan sarana & prasarana untuk PONED, KB,

pelayanan pasca keguguran; (e) Penyediaan ambulans PONED untuk

mendukung rujukan PONED; (f) Orientasi ANC terpadu bagi puskesmas

PONED, Bintek Tim PONEK RS di Kabupaten/Kota, Pelatihan klinis

pelayanan KB di RS Kabupaten/Kota, Pembinaan RS dan klinik swasta

oleh RS PONEK (RS dan klinik yang ada di sekitar PONEK), Pemenuhan

standar sarana dan peralatan RS PONEK di Kabupaten/Kota dan

Pembuatan SK Tim PONEK kabupaten/kota; (g) Pembinaan pelayanan

kesehatan ibu dan reproduksi; dan (h) Peningkatan mutu RS dalam

pelayanan sistem rujukan PONEK, (i) Peningkatan mutu pelayanan KIA

perlu mempertimbangkan saat melakukan rotasi petugas kesehatan di

Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan; (j). Menjaga mutu

pelayanan KIA perlu dilakukan monitoring kunjungan rumah pasca

persalinan di Rumah Sakit, Puskesmas, Rumah Bersalin, dan PKD; (k).

Page 125: RAD MDG's

113

Menjaga mutu pelayanan KIA perlu dilakukan standarisasi alat pelayanan

PONED, PONEK melalui TERA ULANG fungsi, akurasi dan kelengkapan

alat.

4. Penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam penajaman

kegiatan Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) antara

lain melalui (a) Pemeliharaan kesehatan ibu maternal dalam upaya

penyelamatan ibu dan bayi; (b) Orientasi dan peningkatan pelaksanaan

kemitraan bidan dan dukun; (c) Pembinaan pelayanan kesehatan ibu

dan reproduksi; dan (d) Fasilitasi perencanaan terpadu Kabupaten/Kota

dalam pecepatan penurunan angka kematian ibu yang responsif gender

(DTPS).

5. Penguatan semua kelembagaan lintas sektor yang ada di desa yang

dapat dikoordinasi dalam satu wadah untuk upaya penyelamatan ibu

antara lain melalui (a) Orientasi dan peningkatan pelaksanaan Kemitraan

Bidan dan Dukun; (b) Optimalisasi peran dan fungsi Posyandu dlm

penurunan angka kematian ibu bersalin; (c) Pemantapan peran dan

fungsi Posyandu dalam penurunan kematian ibu; dan (d) Optimalisasi

peran dan fungsi FKD/FKK dalam penurunan Kematian Ibu.

6. Optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencapaian

derajat kesehatan ibu antara lain melalui (a) Optimalisasi peran dan

fungsi Posyandu dalam penurunan angka kematian ibu bersalin; dan (b)

pemantapan peran dan fungsi Posyandu dalam penurunan kematian ibu.

7. Pemerataan jangkauan jaminan pemeliharaan maternal antara lain

melalui (a) Pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi; (b)

Pemeliharaan kesehatan ibu maternal dalam upaya penyelamatan ibu

dan bayi; (c) Penyediaan sarana & prasarana untuk PONED, KB,

pelayanan pasca keguguran; dan (d) Penyediaan ambulans PONED

untuk mendukung rujukan PONED, (e) apabila ibu telah memiliki anak

sudah lebih dari 2, maka yang bersangkutan (ibu melahirkan) harus

menggunakan KONTAP (Kontrasepsi Mantap).

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

Page 126: RAD MDG's

114

Strategi pencapaian target mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi

semua pada tahun 2015 adalah:

1. Pembinaan dan peningkatan kemandirian keluarga berencana.

2. Pemenuhan akses dan mutu pelayanan keluarga berencana antara lain

melalui pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi untuk

mendapatkan pelayanan antenatal, meningkatkan persentase Cakupan

Peserta KB Aktif (CPR), Unmeet Need; pelayanan statis dan mobile KB

MOW, MOP, IUD, Implan, Suntik, Pil dan cabut implan.

3. Peningkatan promosi dan pemberdayaan masyarakat masyarakat antara

lain melalui pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi dengan

memberikan pelatihan fasilitas pelayanan yang ramah remaja bagi

puskesmas, meningkatkan peran serta perusahaan dan masyarakat

dalam program KB dengan advokasi penggerakan KB, penyediaan media

promosi dan KIE, penggerakan lini lapangan, Peningkatan kualitas

pengelola KRR dan PIK KRR.

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Strategi pencapaian target memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit

menular lainnya adalah:

1. Pemantapan komitmen dengan penentu kebijakan dan lintas sektor

melalui akselerasi implementasi Peraturan Daerah antara lain dengan

advokasi, sosialisasi, KIE, kampanye Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN-DBD) dan penguatan sistem.

2. Pengembangan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan

antara lain dengan pelatihan surveilance, pelatihan pengurangan

Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDs pada tahun 2015, Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010; dan Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberkolusis) hingga tahun 2015.

Page 127: RAD MDG's

115

dampak buruk (harm reduction) bagi petugas di sarana kesehatan,

Pelatihan VCT dan IMS bagi TIM di fasilitas kesehatan, pelatihan PMTCT

bagi petugas di sarana kesehatan, pelatihan TIM dalam pelayanan TB

dengan DOTS, pelatihan managemen program pengendalian DBD,

pelatihan medis dan paramedis dalam tatalaksana kasus malaria serta

pelatihan manajemen program.

3. Pemenuhan pelayanan kesehatan yang bermutu di semua unit

pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan

Poliklinik Kesehatan Desa/PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah

Sakit) antara lain dengan tersedianya dukungan sarana dan operasional

untuk pembentukan layanan VCT dan IMS bagi fasilitas kesehatan,

dukungan sarana dan operasional untuk pembentukan layanan

pengurangan dampak buruk dan PMTCT, pengadaan metadon,

pengadaan sarana dan prasarana Pelayanan TB sesuai standar dan

dengan strategi DOTS, penyelenggaraan DOTS di Puskesmas serta

pengadaan mikroskop dan bahan laboratorium yang sesuai standard

(reagen, pot sputum, slide, box slide) untuk pemeriksaan sputum.

4. Penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam upaya pencegahan

dan penanggulangan penyakit menular antara lain dengan

pengembangan model intervensi lintas sektor (seperti Larvaciding,

biological control/penebaran jentik, source reduction, dll) dan sosialisasi

pencegahan penyakit Menular, dialog interaktif di televisi, media .

5. Optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencapaian

derajat kesehatan masyarakat antara lain dengan Pengadaan Kelambu

berinsektisida di Kabupaten/Kota endemis malaria, pembagian kelambu

berinsektisida ibu hamil dan bayi, peningkatan kapasitas masyarakat

tentang sanitasi dengan metode CLTS dan MPA PHAST, Peningkatan

Kualitas Lingkungan Perumahan, pelatihan Pengawas Minum Obat (PMO)

dalam rangka memantau Kepatuhan Penderita serta pengembangan

Model KIE bagi Keluarga tentang NAPZA, PMs termasuk HIV/AIDS.

Page 128: RAD MDG's

116

6. Revitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan imunisasi antara lain

dengan Pengobatan (MBS, MFS, MSE, TMC, dll) dan penyedian obat TB

dengan Strategi DOTS.

7. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat antara lain dengan

pengambilan darah massal (sero survey) (MBS, MFS, MSE, TMC, dll) ,

penyemprotan rumah di desa-desa dengan malaria tinggi dan Kawasan

Bebas Jentik.

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan

Strategi pencapaian target memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi

kerusakan pada sumber daya lingkungan adalah:

1. Meningkatkan rasio luasan kawasan tertutup pepohonan melalui

pengelolaan lahan kritis dengan cara konservasi lahan kritis berupa

usaha pencegahan kerusakan, memperbaiki kerusakan, pemeliharaan

dan mempertahankan kesuburan lahan serta meningkatkan kesuburan

lahan. Beberapa tindakan memperkuat konservasi tanah dan air dapat

dilakukan melalui: (a) pengaturan pola tanam yang tepat; (b)

pengolahan tanah menurut kontur; (c) penggunakan bahan organik; (d)

peletakan sisa tanaman/mulsa sepanjang kontur; (e) diversifikasi usaha

tani termasuk tanaman pohon; (f) pemeliharaan atau pembuatan hutan

di atas lereng; (g) perlindungan tanah dengan tanaman penutup tanah;

dan (h) peternakan dikandangkan.

2. Mengurangi emisi karbon dioksida melalui pembangunan jaringan dan

pembangkit listrik dengan potensi sumber energi setempat dan

mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber–sumber energi alternatif

Page 129: RAD MDG's

117

ramah lingkungan yang telah banyak berkembang antara lain

pemanfaatan biogas dari kotoran ternak, limbah tahu/tempe dan limbah

domestik rumah tangga, serta mengembangkan pemakaian peralatan

hemat energi.

3. Mengurangi jumlah konsumsi bahan perusak ozon melalui peningkatan

peran serta masyarakat dalam kampanye lingkungan terkait dengan

pengurangan penggunaan refrigant dalam bentuk penyebarluasan leaflet

mengenai bahaya sinar UVB bagi kesehatan masyarakat yang salah satu

penyebabnya karena adanya penggunaan refrigerant yang tidak ramah

lingkungan serta melakukan pengawasan atas peredaran BPO melalui :

a. Mendatangi bengkel mobil, kulkas dan AC guna mendata dan

mengarahkan pemilik bengkel untuk menggunakan refrigerant yang

ramah lingkungan.

b. Bekerjasama dengan Kabupaten/Kota, meminta data dari bengkel

mobil, kulkas dan AC jumlah refrigerant yang terjual serta mendata

alamat distributor/pemasok refrigerant tersebut.

4. Mempertahankan jumlah tangkapan ikan yang berada pada batasan

yang aman melalui peningkatan pemanfaatan bantuan kapal penangkap

ikan dengan melibatkan masyarakat.

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.

Strategi pencapaian target menanggulangi kerusakan keanekaragaman

hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan, yaitu:

1. Mempertahankan fungsi hutan lindung dengan membangun komitmen

dengan stakeholders untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya

alam yang berwawasan lingkungan, meningkatkan kualitas sumber daya

hutan melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya hutan dengan

melibatkan masyarakat desa di sekitar hutan, dan meningkatkan

pengelolaan, pengawasan dan perlindungan kawasan lindung dengan

melibatkan masyarakat lokal.

Page 130: RAD MDG's

118

2. Meningkatkan fungsi kawasan lindung perairan dengan meningkatkan

kesadaran dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan, pengawasan,

dan perlindungan sumberdaya di kawasan konservasi sumberdaya laut.

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015

Strategi pencapaian target menurunkan hingga setengahnya proporsi

rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan

sanitasi dasar yaitu:

1. Mengurangi proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap

air bersih melalui peningkatan layanan jaringan perpipaan air bersih

PDAM di perkotaan; mengembangkan Penyediaan Air Minum dan

Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pansimas), peningkatan prasarana dan

sarana air minum yang aman dan sehat, mendorong terbentuknya

regionalisasi pengelolaan air minum; dan peningkatan kinerja

pengelolaan air minum melalui pembinaan SDM.

2. Mengurangi proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap

sanitasi dasar melalui peningkatan ketersediaan prasarana sarana

sanitasi dasar yang memadai melalui partisipasi masyarakat; mendorong

terbentuknya regionalisasi pengelolaan air limbah, persampahan dan

drainase; dan peningkatan kinerja pengelolaan air limbah, persampahan

dan drainase melalui pembinaan SDM.

3. Meningkatkan kapasitas Pokja AMPL dalam penyusunan program/

kegiatan

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020

Page 131: RAD MDG's

119

Strategi pencapaian target mencapai peningkatan yang signifikan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh yaitu mengurangi

proporsi rumah tangga kumuh perkotaan melalui:

1. Mengoptimalkan peran stakeholder dalam pembangunan rumah.

2. Memanfaatkan potensi lembaga pembiayaan keuangan lokal

(BKK,BPR,BMT), dalam pembiayaan perumahan terutama bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

3. Melanjutkan program program pensertifikatan tanah secara masal dan

murah.

2.3. Target Kinerja Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium

(MDGs) Jawa Tengah

Target kinerja dalam pencapaian target indikator masing-masing

tujuan MDGs adalah sebagai berikut:

Tujuan 1 Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

No Indikator MDGs

Kondisi Saat Ini

Target

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat

pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015

1.1

Tingkat kemiskinan

berdasarkan garis kemiskinan

nasional

16,56% 15% 13,44% 11,88% 10,32% 8,75%

1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan

2,49 2,33 2,17 2,03 1,89 1,77

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan

yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

1.4

Laju PDRB per tenaga kerja

2,25% (2009)

2,92% – 3,15%

3,25% – 3,60%

3,58% – 4,05%

3,92% – 4,50%

4,25% – 4,95%

1.5

Rasio kesempatan

kerja terhadap penduduk usia 15

tahun ke atas

64,19% (2009)

66,38%

67,43%

68,44%

69,43%

70,38%

Page 132: RAD MDG's

120

No Indikator MDGs

Kondisi

Saat Ini Target

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1.7

Proporsi tenaga kerja yang

berusaha sendiri dan pekerja bebas

keluarga terhadap

total kesempatan kerja

59,03%

(2009) 58,17% 57,45% 56,74% 56,04% 55,35%

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

1.8

Prevalensi balita dengan berat

badan rendah /

kekurangan gizi

15,70% 15,37% 15,04% 14,71% 14,38% 14,05%

1.8a Prevalensi balita

gizi buruk 3,30% 3,07% 2,84% 2,61% 2,38% 2,15%

1.8b Prevalensi balita gizi kurang

12,40% 12,30% 12,20% 12,10% 12,00% 11,90%

1.9

Proporsi

penduduk dengan asupan kalori di

bawah tingkat konsumsi

minimum:

- 1.400 Kkal/kapita/ hari

15,22% (2009)

14,1%

12,98%

11,86%

10,74%

8.50%

- 2.000

Kkal/kapita/ hari

66,89%

(2009)

56,37%

51,10%

45,84%

40,58%

35.32%

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

No Indikator MDGs

Kondisi

Saat Ini Target

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

2.1 APM SD/MI/Paket A (%)

97,08 97,67 98,25 98,83 99,42 100

2.2 Proporsi murid

kelas 1 yang berhasil

menamatkan SD

99,78 99,83 99,87 99,91 99,96 100

Page 133: RAD MDG's

121

No Indikator MDGs

Kondisi

Saat Ini Target

2010 2011 2012 2013 2014 2015

2.3 Angka Melek Huruf penduduk usia 15-

24 tahun perempuan dan

laki-laki

- Laki - laki 100 100 100 100 100 100

- Perempuan 100 100 100 100 100 100

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

No Indikator MDGs

Kondisi

Saat Ini Target

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan

lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun

2015

3.1 Rasio perempuan

thdp laki2 di tingkat pendidikan dasar,

menengah dan

tinggi:

- Rasio APM prp/laki2 di

SD

99,32 99,48 99,61 99,75 99,87 100

- Rasio APM prp/laki2 di SMP

105,66 103,44 102,38 101,47 100,69 100

- Rasio APM prp/laki2 di SMA

98,19 98,55 98,91 99,28 99,64 100

- Rasio APM prp/laki2 di

Perguruan Tinggi

124,88 119,9 114,93 109,95 104,98 100

3.2 Rasio Melek huruf Prp

thdp laki2 klp usia 15-24 tahun

100 100 100 100 100 100

3.3 Kontribusi prp dlm

pekerjaan upahan di sektor non pertanian

65,51 65,91 66,11 66,31 66,51 66,71

3.4 Proporsi kursi yang

diduduki perempuan di DPRD

14,75 14,75 14,75 14,75 16,96 16,96

Page 134: RAD MDG's

122

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

No Indikator

MDGs

Kondisi Saat Ini

Target

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tujuan 4 : Menurunkan Angka Kematian Anak

Target 4 A : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan

2015

4.1 Angka Kematian Balita (AKABA)

/1.000 kh

12,02 12,01 12 11,95 11,9 11,85

4.1.1 Cakupan

Pelayanan Kesehatan Anak

Balita

76,38 81.00 83,00 85,00 88,00 90,00

4.2 Angka Kematian Bayi (AKB)/

1.000 kh

10,62 9,1 9 8,9 8,7 8,5

4.2.1 Cakupan Kunjungan

Neonatal Pertama (KN1)

96,82 91,00 92,00 93,00 94,00 96,00

4.2.2 Cakupan

Pelayanan Kesehatan Bayi

94,14 95,00 96,00 97,00 98,00 98,00

4.3 Persentase anak

usia 1 th yang di imunisasi campak

95% 95% 95% 95% 95% 95%

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

No

Indikator MDGs

Kondisi Saat Ini

Target

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 5 A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga perempat dalam kurun

waktu 1990 – 2015

5.1 Angka kematian

ibu (AKI) per

100.000 kelahiran hidup

104,97 100 90 80 70 60

Page 135: RAD MDG's

123

No

Indikator MDGs

Kondisi

Saat Ini Target

2010 2011 2012 2013 2014 2015

5.2 Proporsi kelahiran yang ditolong

tenaga kesehatan terlatih (PN)

93,93% 98% 99% 100% 100% 100%

Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

5.3 Angka pemakaian

kontrasepsi/ Contraceptive

Prevalence Rate (CPR) pada

perempuan menikah usia 15-

49 tahun

65,20% 66,5% 67,9% 69,2% 70,6% 70,60%

5.4 Angka kelahiran remaja

(perempuan usia

15-19 tahun)

25,30% 24,8% 24,2% 23,7% 23,1% 22,92%

5.5 Cakupan

pelayanan antenatal (K4)

92,04 92,5 93 94 95 95

5.6 Unmet Need

(kebutuhan keluarga

berencana/KB)

yang tidak terpenuhi

11,59 9,14 8,40 7,00 6,20 4,1

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

No Indikator MDGs

Kondisi Saat Ini

Target

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tujuan 6 : Memerangi HIV dan AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Target 6 A : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015

6.1. Prevalensi HIV

pada penduduk usia 15-24 tahun

0,25 0,3 0,4 0,45 <0,5 <0,5

6.2. Penggunaan kondom pada

hubungan seks

terakhir

30% 35% 45% 55% 65% 70%

Page 136: RAD MDG's

124

No Indikator MDGs

Kondisi

Saat Ini Target

2010 2011 2012 2013 2014 2015

6.3 Proporsi penduduk usia 15-24 tahun

yang memiliki pengetahuan

komprehensif

tentang HIV dan AIDS

14,3% 65% 70% 75% 80% 85%

Target 6 B : Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV / AIDS bagi semua

yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015

6.4 Proporsi penduduk

yang terinfeksi HIV lanjut yang

memiliki akses pada obat

antiretroviral

35,33% 75% 80% 85% 90% 95%

Target 6 C : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus

baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 2015

6.5 Angka kejadian

Tuberkulosis

(insiden semua kasus/ 100.000

penduduk/ tahun)

107 104 101 96 92 88

6.6 Tingkat prevalensi

Tuberkulosis (per

100.000 penduduk)

Blm ada 231 228 226 224 219

6.7 Tingkat kematian

karena Tuberkulosis (per

100.000

penduduk)

2,13 <5 <4,5 <4 <3,5 <3

6.8 Proporsi jumlah

kasus Tuberkulosis yang terdeteksi

dalam program

DOTS (CDR)

53,72 70 75 80 85 90

6.9 Proporsi kasus

Tuberkulosis yang

berhasil diobati dalam program

DOTS (success rate)

90,57 86 87 88 89 90

6.10 Angka penemuan

kasus Malaria per 1.000 penduduk

0,101 0,03 0,025 0,02 0,015 0,01

Penyakit Lainnya

- Angka Kesakita DBD per 100.000

penduduk

59,5 55 50 45 40 35

- Angka Kematian DBD (%)

1,23 1 1 1 1 1

Page 137: RAD MDG's

125

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

No Indikator MDGs

Kondisi

Saat Ini 2010

Target

2011 2012 2013 2014 2015

Tujuan 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya

lingkungan yang hilang

7.1 Ratio luas kawasan tertutup

pepohonan

berdasarkan hasil pemotretan citra

satelit dan survei foto udara

terhadap luas daratan

32 % 32,20%

32,40%

32,60%

32,80%

33 %

7.2 Jumlah emisi

karbon dioksida (CO2e)

30.718 Gg

CO2e (2008)

30.918

Gg CO2e

31.000

Gg CO2e

31.150

Gg CO2e

31.300

Gg CO2e

31.500 Gg

CO2e

7.3 Jumlah konsumsi

bahan perusak ozon (BPO) dalam

metrik ton

28,40 ton 28,12

ton

27,83

ton

27,56

ton

27,28 27,01 ton

7.4 Proporsi tangkapan ikan yang berada

dalam batasan biologis yang aman

102,3% (2008)

101,84%

101,38%

100.92%

100,46%

100% (tidak

melebihi batas)

Target 7B : Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai

penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 2010

7.5 Rasio kawasan

lindung untuk menjaga

kelestarian

keanekaragaman hayati terhadap

total luas kawasan hutan

22,34% 22,34

% Tutup-

an

pohon pd kaw

lin-dung

menin

gkat 1%

dari tahun

2010

22,34

% tutupan

pohon

pd kaw lindung

meningkat 2%

dari

tahun 2010

22,34

% tutupan

pohon

pd kaw lindung

meningkat 3%

dari

tahun 2010

22,34

% Tutup-

an

pohon pd kaw

lin-dung

menin

gkat 4%

dari tahun

2010

22,34%

tutupan pohon pd kaw

lindung

meningkat 5% dari tahun

2010

Page 138: RAD MDG's

126

No Indikator MDGs

Kondisi

Saat Ini 2010

Target

2011 2012 2013 2014 2015

7.6 Ratio luas kawasan

lindung perairan terhadap total luas

perairan teritorial

Luas

kawasan lindung

perairan Karimun-

jawa

111.625 Ha dan

Ujung negoro,

Batang

49.425 Ha.

Kuali-

tas kawas

an Lin-

dung

meningkat

1% dari

tahun

2010

Luas

kawa-san

konservasi

bertam

bah(Karang

Jeruk, Kab

Tegal

52 Ha), dan

kualitas kawa-

san lindung

mening-

kat 2% dari

tahun 2010

kualitas

kawa-san

lindung mening

kat 3%

dari tahun

2010

Kuali-

tas kawa-

san Lin-

dung

meningkat

4% dari

tahun

2010

kualitas

kawasan lindung

meningkat 5% dari tahun

2010

Target 7C : Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses

berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015.

7.7 Proporsi rumah

tangga dengan akses berkelanjutn

terhadap air minum layak

Perkotaan 38% 62,50% 63,00% 63,50% 67,00% 75,00%

Perdesaan 16,3% 23,6 % 30,9% 38,2% 45,5% 52,8%

7.8 Proporsi rumah tangga dengan

akses berkelanjutan

terhadap sanitasi

dasar yang layak

57% 60%

63%

66%

69%

72%

Target 7D : Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin

di permukiman kumuh pada tahun 2020

7.9 Proporsi rumah tangga kumuh

perkotaan

4,98% 4,94% 4,89% 4,85% 4,81% 4,76%

Page 139: RAD MDG's

127

2.4. Program dan Kegiatan Percepatan Pencapaian target Tujuan

Pembangunan Millenium (MDGs)

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.

Berbagai program dan kegiatan dalam rangka percepatan pencapaian target

MDGs Provinsi Jawa Tengah dirinci per program sebagai berikut:

1. Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

a. Peningkatan Pelayanan KB meliputi : Medis Operasi Wanita (MOW),

Medis Operasi Pria (MOP), IUD, Implan, Suntik, Pil dan cabut Implan

melalui pelayanan statis dan pelayanan mobile.

b. Peningkatan Cakupan Akseptor KB Bagi Kelompok PUS melalui

pengembangan media promosi (Komunikasi, Informasi dan

Edukasi/KIE).

c. Penggerakan Lini Lapangan melalui peningkatan Petugas Lapangan

Keluarga Berencana (PLKB).

d. Peningkatan Kemandirian ber-KB Bagi Keluarga Pra KS dan KS I

(kelompok miskin).

2. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesda)

- Kegiatan Penyediaan Pelayanan Kesehatan Rujukan di Tingkat Lanjut

untuk Masyarakat Miskin Non-Kuota.

3. Program Penguatan Kelembagaan Masyarakat.

a. Pengembangan Lembaga Ekonomi.

b. Pengembangan Lembaga Ekonomi Masyarakat melalui Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes).

c. Penguatan kelembagaan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga

(UP2K).

d. Pemanfaatan dan Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna (TTG).

Page 140: RAD MDG's

128

4. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

- Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir.

5. Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya

- Pengembangan Sistem Produksi Pembudidaya Ikan.

6. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap

a. Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan dan Pemberdayaan

Nelayan Skala Kecil.

b. Pembinaan dan Pengembangan Kapal Perikanan, Alat Penangkapan

Ikan Dan Peningkatan Kualifikasi Awak Kapal Perikanan.

7. Program Rehabilitasi Sosial

a. Kegiatan Fasilitasi Penyantunan Terhadap Lanjut Usia (LU) Potensial.

b. Pelayanan Sosial Lanjut Usia.

8. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

a. Kegiatan Fasilitasi Penyantunan Terhadap LU Potensial.

b. Pelayanan Sosial Lanjut Usia.

9. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil

(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Lainnya

a. Peningkatan Kemampuan Dan Keterampilan Keluarga Rawan Sosial

Ekonomi.

b. Penanggulangan Kemiskinan Pedesaan.

c. Penanggulangan Kemiskinan.

10. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks

Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Lainnya)

- Kegiatan Pelayanan Sosial Terhadap Kelompok Masyarakat Tuna

Sosial.

11. Program Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa (Desa

Berkembang)

- Pemberian Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa Berkembang.

Page 141: RAD MDG's

129

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

1. Program Pendidikan Formal dan Non Formal

- Kegiatan Pendidikan Kemasyarakatan.

2. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

- Kegiatan Peningkatan SDM dan Pemberdayaan Kelompok Tani.

3. Program Peningkatan dan Perluasan Kesempatan Kerja

a. Pengembangan Kewirausahaan.

b. Penyebarluasan Informasi Pasar Kerja.

c. Padat Karya Produktif bagi Kelompok Masyarakat Miskin.

d. Bintek Petugas Lapangan TTG, Padat Karya, Pendamping Tenaga

Penggerak Perluasan Kesempatan Kerja Perdesaan.

e. Peningkatan Pelayanan, Penempatan Melalui Mekanisme AKL, AKAD

dan AKAN.

f. Pelayanan Penempatan, Pembinaan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja

Dalam dan Luar Negeri.

g. Fasilitasi Penyiapan, Penempatan dan Pemantapan Penyelenggaraan

Transmigrasi.

4. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas tenaga Kerja

a. Peningkatan Ketrampilan dan Kompetensi Tenaga Kerja di Balai

Latihan Kerja (BLK) dan Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS).

b. Uji Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Kerja.

c. Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja Swasta.

d. Pelatihan dan Pemagangan Tenaga Kerja di Dalam Negeri dan Luar

Negeri.

5. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

- Kegiatan Fasilitasi Sekretariat Forum Pengembangan Ekonomi

Sumber Daya (FPESD).

Page 142: RAD MDG's

130

6. Program Penguatan Kapasitas Kelembagaan Koperasi dan

UMKM

- Pengembangan Dan Perkuatan Kelembagaan Koperasi Kelembagaan

Kelompok Masyarakat/ Pra Koperasi.

7. Program Pengembangan Diversifikasi Usaha dan Peningkatan

Daya Saing

- Pengembangan Kualitas Usaha, Sarana Prasarana dan Permodalan

Koperasi di Wilayah Perdesaan.

9. Program Pengembangan Permodalan dan Jaringan Kemitraan

Usaha

a. Peningkatan dan Pengembangan Permodalan, Lingkage Usaha

Jaringan, Pengusaha, Anggota Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan

Pinjam (KSP/USP).

b. Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi Peningkatan Akses Permodalan

Usaha.

10. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Berbasis

Sumber Daya Lokal

a. Peningkatan dan Pengembangan Industri Alternatif Berbasis Sumber

Daya Lokal.

b. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Industri Padat Karya.

11. Program Peningkatan SDM, Pelatihan dan Bantuan Peralatan

Industri

a. Kegiatan Peningkatan Ketrampilan Pengembangan SDM Industri Kecil

dan Menengah Industri Aneka di Jawa Tengah.

b. Pengembangan Wirausaha Baru Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) Mendukung Program Kewilayahan di Jawa Tengah.

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

1. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

- Pembinaan Gizi Masyarakat melalui Pola Gizi Seimbang.

2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

a. Program Aksi Desa Mandiri Pangan.

Page 143: RAD MDG's

131

b. Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman.

3. Program Pengembangan Diversifikasi dan Pola Konsumsi

Pangan

- Intervensi Pengenalan Konsumsi Pangan B2Sa pada SD/MI dan

Pondok Pesantren.

4. Program Pengembangan Agribisnis

a. Kegiatan Penanganan Panen, Pasca Panen dan Pemasaran

Tanaman Pangan dan Hortikultura.

b. Kegiatan Pengelolaan Lahan Usaha Tani Tanaman Pangan dan

Hortikultura.

c. Kegiatan Pengembangan Alsintan mendukung Ketahanan Pangan

dan Hortikultura

5. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu

Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada Berkelanjutan

a. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi-umbian

b. Pengelolaan Tanaman Serealia

c. Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan

6. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk

Tanaman Hortikultura Berkelanjutan

- Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman

Buah Berkelanjutan

7. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan

Sarana Pertanian

a. Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian

b. Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian

c. Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alsintan

d. Fasilitas Pupuk dan Pestisida

8. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir,

Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian

a. Pengembangan Pemasaran Domestik

b. Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian

Page 144: RAD MDG's

132

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

1. Program Pendidikan Dasar

a. Fasilitasi Pendampingan BOS SD/MI.

b. BOS SD/SDLB.

c. Fasilitasi Pendidikan Inklusi SD.

d. Fasilitasi Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak SD.

e. Fasilitasi Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak MI.

f. Fasilitasi Pembangunan Ruang Perpustakaan SD.

g. Fasilitasi Pembangunan Ruang Perpustakaan MI.

h. Fasilitasi Pengadaan Buku Perpustakaan SD.

i. Fasilitasi Pengadaan Buku Perpustakaan MI.

j. Fasilitasi Peningkatan Sarpras SDLB/SLB.

k. Fasilitasi Peningkatan Sarpras MI.

l. Fasilitasi Pengembangan MBS SD.

m. Fasilitasi Penguatan Kurikulum SD.

n. Fasilitasi Penguatan Kurikulum MI.

o. Fasilitasi Pendampingan BOS SMP/MTS.

p. BOS SMP/SMPLB/SMTP.

q. Fasilitasi Pendidikan Inklusi SMP.

r. Fasilitasi Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak SMP.

s. Fasilitasi Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak MTs.

t. Fasilitasi Pengadaan Buku Perpustakaan SMP.

u. Fasilitasi Pengadaan Buku Perpustakaan MTs.

2. Program Pendidikan Non Formal dan Informal

a. Fasilitasi Pembinaan Warga Belajar Paket A.

b. BOP Paket A.

Page 145: RAD MDG's

133

c. Fasilitasi Pembinaan Warga Belajar Paket B.

d. BOP Paket B.

e. Fasilitasi Pembinaan Warga Belajar Paket C.

f. BOP Paket C.

g. Fasilitasi Taman Bacaan Masyarakat.

h. Fasilitasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

i. Fasilitasi Penyelenggaraan PAUD Rintisan.

j. PKH Lembaga Kursus dan Pelatihan.

k. Fasilitasi Kursus Wirausaha Kota.

l. Fasilitasi Kursus Wirausaha Desa.

m. Penyelenggaraan Keaksaraan Dasar.

n. Penyelenggaraan Keaksaraan Usaha Mandiri.

3. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

a. Fasilitasi Peningkatan Kualifikasi Guru.

b. Fasilitasi Sertifikasi Kompetensi Guru.

c. Fasilitasi Kesejahteraan Pendidik.

d. Tunjangan Fungsional Guru non PNS Dikdas.

e. Tunjangan Profesi Guru Dikdas.

f. Tunjangan Khusus Guru.

g. Tunjangan Fungsional Guru non PNS Dikmen.

h. Insentif TLD/FDI.

4. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

a. Fasilitasi UASBN.

b. Fasilitasi UN dan UNPK.

Page 146: RAD MDG's

134

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

1. Program Pendidikan Dasar dan Menengah

- Penyusunan dan Harmonisasi Kebijakan Bidang Pendidikan yang

Responsif Gender.

2. Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik

a. Pendidikan Politik.

b. Peningkatan Keterwakilan Perempuan pada Lembaga Legislatif.

3. Program Pendidikan Non Formal dan Informal

a. Fasilitasi Pendidikan Keaksaraan.

b. Fasilitasi Penyelenggaraan Kelompok Belajar Masyarakat.

4. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga

Ketenagakerjaan

Penyusunan dan Harmonisasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja

Perempuan.

5. Penguatan Kelembagaan PUG

a. Diseminasi Teknis Penghapusan Diskriminasi Pekerja Laki-laki dan

Perempuan dalam Pekerjaan dan Jabatan.

b. Sosialisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Pekerja

Perempuan.

Page 147: RAD MDG's

135

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

1. Program Bina Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak

a. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan sub kegiatan

meningkatkan akses dan kualitas kunjungan neonates, pemberian

asuhan bayi baru lahir sesuai standar, pemberdayaan masyarakat

tentang perawatan BBL, penyediaan materi KIE (Buku KIA, Poster,

Leaflet, Lembar Balik, dll) kepada masyarakat tentang perawatan

BBL, Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP) di Kabupaten/Kota.

b. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Bayi dengan sub kegiatan

pemberian pelayanan kesehatan pada bayi sesuai standar,

penyediaan dan distribusi vitamin A 100.000 IU bagi bayi, pelayanan

SDIDTK bagi bayi, pelatihan SDIDTK bagi petugas kesehatan,

pemberian screening KIT SDIDTK bagi Puskesmas.

c. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak Balita dengan sub kegiatan

pemberian pelayanan kesehatan pada anak balita sesuai standar,

pemberian vitamin A 200.000 IU bagi anak balita, peningkatan

jangkauan pemantauan pertumbuhan anak balita, peningkatan

jangkauan pemantauan perkembangan (SDIDTK) anak balita,

pelatihan MTBS bagi Perawat dan Bidan, pelatihan On the Job

Training MTBS bagi Perawat/Bidan di Desa, pelaksanaan PWS KIA di

Puskesmas, pelaksanaan sistem rujukan secara berjenjang.

2. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

a. Pemenuhan Kecukupan Obat, Alat dan Form MTBS/MTBM di

Puskesmas.

b. Pemenuhan Kecukupan Obat dan Alat di Puskesmas Perawatan dan

RS Kabupaten/Kota sesuai dengan Buku Saku.

Target 4A: menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015

Page 148: RAD MDG's

136

3. Program Manajemen Pembangunan Kesehatan

a. Pemenuhan Kecukupan Tenaga Dokter Spesialis Anak di RS

Kabupaten/Kota.

b. Pemenuhan Kecukupan Tenaga Fasilitator, Motivator dan Konselor

ASI di masing-masing Kabupaten/Kota.

c. Upaya Pemberian ASI segera setelah melahirkan, pemberian ASI saja

hingga anak usia 6 bulan yang dilanjutkan hingga 2 tahun dengan

diberikan pendamping ASI.

4. Program Pembinaan Upaya Kesehatan

a. Pelatihan Manajemen Asfiksia Dan Manajemen BBLR bagi

Perawat/Bidan di Puskesmas.

b. Pelatihan Perinatologi Bagi Perawat/Bidan di Puskesmas Perawatan

dan RS.

c. Penyediaan Kecukupan Alat Resusitasi (tabung dan balon sungkup) di

Puskesmas.

d. Penyediaan Kecukupan Obat BBL.

e. Peningkatan Jumlah Puskesmas dengan rantai dingin yang efektif.

f. Pelayanan Balita Sakit di Puskesmas Perawatan dan RS

Kabupaten/Kota sesuai standar.

g. Peningkatan Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan

balita sakit sesuai standar.

h. Penyediaan Perinatologi Set bagi Puskesmas Perawatan dan RS

Kabupaten/Kota.

i. Pemenuhan Kebutuhan Perawat dan Bidan di Desa dan Fasilitasi

Kesehatan (PKM dan RS).

j. Pelatihan Perinatologi bagi Perawat/Bidan di Puskesmas Perawatan

dan RS.

5. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya (Kemenkes)

a. Meningkatkan Kemitraan dengan LSM/Dunia Usaha/ Organisasi

Masyarakat/Organisasi Keagamaan dalam rangka penurunan AKBA.

b. Pemberdayaan Masyarakat tentang Perawatan Bayi.

Page 149: RAD MDG's

137

c. Pemberdayaan Masyarakat tentang Perawatan Anak Balita.

d. Penyediaan Materi KIE (Buku KIA, Poster, Leaflet, Lembar Balik)

kepada Masyarakat tentang Perawatan Anak Balita dan Bayi.

e. Sosialisasi Pencegahan HIV/AIDS dari Ibu Terinfeksi HIV/AIDS ke

Anak.

6. Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

a. Penemuan Kasus TB Anak.

b. Pemberian ART pada ODHA Anak di RS Rujukan ART.

c. Pengobatan pada Bayi yang Terinfeksi Sifilis di Puskesmas.

d. Pendistribusian Kelambu Berinsektisida secara massal/rutin melalui

kegiatan integrasi.

e. Penyediaan Oralit dan Zink di Posyandu.

f. Distribusi Vaksin HB O.

g. Pelatihan Pemberian Imunisasi sesuai standar.

h. Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi.

i. Distribusi Vaksinasi Dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, Campak).

j. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap.

7. Program Sumber Daya Kesehatan

a. Koordinasi Pengelola Data Kesehatan kabupaten/kota.

b. Evaluasi Pengelolaan Data Kesehatan.

c. Kajian Bidang Kesehatan.

8. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat

a. Peningkatan Mutu Puskesmas yang melaksanakan sosialisasi dan

advokasi pada perusahaan untuk menyediakan tempat memerah ASI

pada perusahaan yang mempunyai banyak pekerja wanita.

b. Meningkatkan Akses dan Kualitas Kunjungan Neonates.

c. Pemenuhan Kebutuhan Perawat dan Bidan di Desa dan Fasilitasi

Kesehatan ( PKM dan RS).

9. Program Penyehatan Lingkungan

- Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan.

Page 150: RAD MDG's

138

10. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

a. Optimalisasi Peran Dan Fungsi Posyandu dalam Penurunan AKBA.

b. Pemantapan Peran dan Fungsi Posyandu dalam Penurunan AKBA.

c. Pengembangan Deteksi Dini FR Kematian Balita melalui surveilans

berbasis masyarakat.

d. Optimalisasi Peran dan Fungsi FKD/FKK dalam Penurunan AKBA.

e. Advokasi dan KIE.

f. Penguatan Sistem.

g. Mobilisasi Sosial dan Promosi Kesehatan.

h. Monitoring dan Evaluasi.

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

1. Program Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak

Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi dengan sub

kegiatan pelatihan APN dan evaluasi pasca latih, kunjungan rumah

untuk meningkatkan cakupan ibu nifas, advokasi pembentukan rumah

tunggu bagi bumil risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa

fasilitas kesehatan di Kabupaten, Orientasi dan peningkatan

pelaksanaan kemitraan Bidan dan Dukun, penyediaan fasilitas

pertolongan persalinan di Puskesmas, kampanye KIE persalinan di

fasilitas kesehatan dan kesiapan menghadapi komplikasi persalinan;

orientasi Bikor dalam melaksanakan supervisi fasilitatif Puskesmas

dalam pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) termasuk

layanan swasta.

2. Program Upaya Kesehatan

a. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi.

Target 5A: menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015

Page 151: RAD MDG's

139

b. Pelatihan PONED termasuk Evaluasi Pasca Latih bagi Tim PONED di

Puskesmas.

c. Pelatihan Pelayanan Pasca Keguguran untuk Tim PONED.

d. Penyediaan Sarana & Prasarana untuk PONED, KB, Pelayanan Pasca

Keguguran.

e. Penyediaan Ambulans PONED untuk Mendukung Rujukan PONED.

f. Orientasi PKRE Terpadu di Puskesmas PONED.

g. Orientasi PP-KTP Terpadu di Puskesmas PONED.

h. Orientasi ANC Terpadu bagi Puskesmas PONED, Bintek Tim PONEK

RS di Kabupaten/Kota, Pelatihan klinis pelayanan KB di RS

Kabupaten/Kota, Pembinaan RS dan klinik swasta oleh RS PONEK

(RS dan klinik yang ada di sekitar PONEK), pemenuhan standar

sarana dan peralatan RS PONEK di Kabupaten/Kota dan pembuatan

SK Tim PONEK Kabupaten/Kota.

i. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi.

j. Bimbingan dan Pengendalian PONEK di RS kelas B dan C.

k. Bimbingan dan Pengendalian Tim PONEK RS ke Puskesmas PONED.

l. Pelatihan Tim PKBRS di RS Kelas B.

m. Mapping Sarana dan Peralatan di RS PONEK.

n. Inventarisasi RS yang memiliki SK Tim PONEK.

o. Peningkatan Mutu RS dalam Pelayanan Sistem Rujukan PONEK.

rujukan dari Pustu, Puskesmas atau Bidan Desa harus dihubungkan

(link) dengan data PWS-KIA melalui call center di Rumah Sakit

PONEK Kabupaten/Kota.

p. Promosi dan Degradasi perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan

kualitas pelayanan, sehingga SOTK perlu memperhatikan aspek

kualitas pelayanan pada masyarakat di Pustu, Puskesmas, Rumah

Sakit dan Dinas Kesehatan.

3. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya

Kesehatan

a. Peningkatan Kapasitas SDM Kesehatan di 10 Kabupaten/Kota

prioritas.

Page 152: RAD MDG's

140

b. Pemantapan 11 Organisasi Profesi, Majelis Tenaga Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia Provinsi Jawa Tengah Program Dukungan Manajemen dan

Tugas Teknis lainnya.

c. Pengembangan Deteksi Dini Faktor Resiko Kematian Ibu melalui

Surveillans Berbasis Masyarakat (SBM).

d. Meningkatkan Kemitraan dengan LSM/Dunia Usaha Organisasi

Masyarakat/Organisasi keagamaan dalam rangka penurunan

kematian ibu.

e. JAMPERSAL (Jaminan Persalinan gratis) sebagai strategi

memasarkan pelayanan KB Mantap bagi pasangan yang telah

memiliki anak lebih dari 2.

4. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat

a. Pemeliharaan Kesehatan Ibu Maternal dalam upaya penyelamatan

ibu dan bayi.

b. Orientasi dan Peningkatan Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun.

c. Fasilitasi Pembuatan SK Bupati Walikota/ Perda Persalinan, Rumah

Tunggu dan PONED.

d. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi.

e. Fasilitasi Perencanaan Terpadu Kabupaten/Kota dalam Percepatan

Penurunan Angka Kematian Ibu Yang Responsif Gender (DTPS).

f. Orientasi Surveilans Kematian Ibu dan AMP bagi tim AMP di

Kabupaten/Kota.

g. Pembinaan 4 Puskesmas oleh Tim PONEK RS (minimal 4 kali setahun

per PKM).

h. Regional Sistem Rujukan Maternal Neonatal di Kabupaten/Kota.

i. Pengolahan Data Kematian Ibu di Kabupaten/Kota.

j. Peningkatan Mutu Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan

Reproduksi Pekerja Wanita di Perusahaan yang Mempunyai Banyak

Pekerja Wanita.

Page 153: RAD MDG's

141

k. Peningkatan Mutu Puskesmas dengan Pelayanan Gizi Perusahaan

Pada Pekerja Wanita di Perusahaan yang Mempunyai Banyak

Pekerja Wanita.

l. Peningkatan Mutu Pelayanan Puskesmas dalam Program KIA Gizi

dengan Akreditasi Puskesmas.

m. Peningkatan Mutu Puskesmas dengan Penyelenggaraan Pelayanan

PONED.

n. Pemetaan Peralatan PONED di Puskesmas.

o. Pendampingan Manajemen BOK di provinsi dan Kabupaten/Kota.

5. Program promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

a. Advokasi dan KIE.

b. Penguatan Sistem.

c. Mobilisasi Sosial dan Promosi Kesehatan.

d. Monitoring dan Evaluasi.

e. Optimalisasi Peran dan Fungsi Posyandu dalam Penurunan Angka

Kematian Ibu Bersalin.

f. Pemantapan Peran dan Fungsi Posyandu dalam Penurunan Kematian

Ibu.

g. Optimalisasi Peran dan Fungsi FKD/FKK dalam penurunan Kematian

Ibu.

h. Memfungsikan Kelas Ibu untuk Forum Interaksi para Ibu Hamil

dalam rangkan memahami perkembangan kehamilannya bersama

para motivator dan konselor ASI.

6. Program Sumber Daya Kesehatan

a. Peningkatan SDM dalam Penanganan Administrasi dan Pengelolaan

Keuangan.

b. Peningkatan Kualitas Manajemen Pembelajaran di 70 Institusi

Pendidikan Tenaga Kesehatan.

c. Koordinasi Pengelola data Kesehatan Kabupaten/Kota.

d. Evaluasi Pengelolaan Data Kesehatan.

e. Kajian Bidang Kesehatan.

Page 154: RAD MDG's

142

7. Program Kesehatan (PKK Provinsi)

a. Talkshow Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi wanita

bagi kader PKK.

b. Penggerakan masyarakat melalui Sosialisasi Pembentukan Kelompok

Peminat Kesehatan Ibu dan Anak.

c. Pengembangan TOGA untuk mendukung pengobatan sendiri.

1. Kependudukan dan Keluarga Berencana

a. Pembinaan, Kesertaan, dan Kemandirian ber KB melalui 23.500

Klinik KB pemerintah dan swasta.

b. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Penyelenggara Program KB di

1.630 Klinik KB pemerintah dan swasta dalam rangka pembinaan,

kesertaan dan kemandirian ber KB.

c. Peningkatan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Remaja tentang

Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR).

d. Peningkatan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Masyarakat tentang

Pengendalian Penduduk dan KB.

e. Peningkatan Peran Serta LSM, Swasta dan Penyelenggaran Program

KB

f. Peningkatan Kemandirian ber KB keluarga Pra S dan KS-1.

2. Program Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak

a. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi, Pembinaan

Puskesmas dalam pemanfaatan Buku KIA, Pendataan Ibu Hamil,

Pengadaan Paket Kelas Ibu untuk Puskesmas, Orientasi

pembentukan kelas Ibu di Puskesmas, Fasilitasi perencanaan

terpadu kab/kota dalam pecepatan penurunan Angka Kematian Ibu

yang responsif gender (DTPS), Pembentukan mobile team untuk

memberikan pelayanan kesehatan ibu di DTPK, Insersi ARH dalam

kurikulum, Orientasi Surveilans kematian ibu dan AMP bagi Tim AMP

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

Page 155: RAD MDG's

143

di Kabupaten/Kota dan Pengolahan data kematian ibu di

Kabupaten/Kota.

b. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi, Penyediaan

Kit pelayanan KB di faskes dasar yang memberikan pelayanan KB,

Update (pemutakhiran) keterampilan pelayanan KB bagi Dokter dan

Bidan di tingkat pelayanan dasar dan RS, Orientasi ABPK bagi Bidan

dan Dokter.

c. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi, Orientasi

Pelayanan KB Pasca Persalinan, Pengadaan Buffer Stock Alokon di

tingkat Provinsi, Sweeping Pelayanan KB bagi Kabupaten/Kota

dengan unmetneed tinggi.

d. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi,

Orientasi/pelatihan Fasilitas Pelayanan yang Ramah Remaja bagi

Puskesmas di Kabupaten/Kota, Pengadaan Buku Pedoman Panduan

Kesehatan Remaja, Sosialisasi Buku Panduan Kesehatan Remaja,

Pelatihan Konselor Sebaya (Peer konselor) dan Insersi ARH dalam

Kurikulum.

3. Program Pelayanan Keluarga Berencana

a. Pelayanan KB meliputi : MOW, MOP, IUD, Implan, Suntik, Pil dan

cabut Implan melalui pelayanan statis dan pelayanan mobile.

b. Peningkatan Peran serta Perusahaan dan Masyarakat dalam Program

KB.

c. Peningkatan Cakupan Akseptor KB melalui Pengembangan Media

KIE

d. Penggerakan Lini Lapangan.

e. Peningkatan Kemandirian ber KB Keluarga PS dan KS I.

4. Program Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Peningkatan Kualitas Pengelola KRR dan PIK KRR.

Page 156: RAD MDG's

144

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

1. Program Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

a. Promosi Pencegahan HIV Dan AIDS.

b. Promosi Pencegahan untuk Kelompok Risti.

c. Advokasi dan Sosialisasi.

2. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat

a. Dukungan Sarana dan Operasional untuk Pembentukan Layanan

VCT bagi Fasilitas Kesehatan.

b. Dukungan Sarana dan Operasional untuk Pembentukan Layanan

IMS bagi Fasilitas Kesehatan.

c. Pelatihan Pengurangan Dampak Buruk (harm reduction) bagi

Petugas di Sarana Kesehatan.

3. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

a. Dukungan Sarana dan Operasional untuk Pembentukan Layanan

Pengurangan Dampak Buruk (HR).

b. Pengadaan Metadon.

4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

a. Zero Surveilance.

b. Pelatihan Surveilance.

c. Pelatihan VCT bagi Tim di Fasilitas Kesehatan.

d. Pelatihan IMS bagi Tim di Fasilitas Kesehatan.

e. Pelatihan PMTCT bagi Petugas di Sarana Kesehatan.

f. Dukungan Sarana dan Operasional untuk pembentukan layanan

PMTCT.

g. Pelatihan Manajemen Program.

Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015

Page 157: RAD MDG's

145

5. Program Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Peningkatan Kualitas Pengelola KRR dan PIK KRR.

b. Pengembangan Model KIE bagi Keluarga tentang NAPZA, PMS

termasuk HIV/AIDS.

1. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat

a. Pengadaan Mesin CD4.

b. Pengadaan Reagen CD4.

c. Pertemuan Pelayanan Kesehatan HIV/AIDS.

2. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

- Pelatihan CST bagi petugas di sarana kesehatan, Dukungan sarana dan

operasional operasional untuk pembentukan layanan CST.

1. Program Upaya Kesehatan

a. Ruang Isolasi untuk Pasien TB-HIV dan MDR-TB.

2. Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

a. Monitoring dan Surveilens Penyakit, Pelatihan Wasor TB kabupaten/

kota, Pelatihan Teknis Pelayanan TB di RS dengan Strategi DOTS.

3. Program Sumberdaya Kesehatan

a. Penyediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sesuai standard.

b. Koordinasi Pengelola Data Kesehatan Kabupaten/Kota.

c. Evaluasi Pengelolaan Data Kesehatan.

d. Kajian Bidang Kesehatan.

4. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat

a. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pelayanan TB sesuai standar.

b. Kesehatan Kerja di Puskesmas dan Rumah Sakit.

c. Penyelenggaraan DOTS di Puskesmas.

5. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

a. Advokasi Pembentukan Gerdunas.

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberkolusis) hingga tahun 2015

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010

Page 158: RAD MDG's

146

b. Penyediaan Tuberkulin Test untuk Diagnosis TB pada anak.

c. Pelatihan TIM dalam Pelayanan TB dengan DOTS.

d. Penyediaan Bio Safety Cabinet dalam rangka mencegah infeksi TB di

Rumah Sakit.

e. Sosialisasi Pelayanan TB dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit.

f. Penyedian Obat TB dengan Strategi DOTS.

g. Pertemuan Koordinasi dalam Pelayanan TB Dengan Strategi DOTS

dengan stakeholder terkait.

h. Pelatihan Pengawas Minum Obat (PMO) dalam rangka memantau

Kepatuhan Penderita.

i. Pelatihan Petugas Kesehatan di lapas/rutan dalam pelayanan TB

DOTS.

j. Pelatihan Tenaga Laboratorium dalam meningkatkan kualitas

diagnostik TB.

k. Pengadaan Mikroskop dan Bahan Laboratorium yang sesuai standard

(reagen, pot sputum, slide, box slide) untuk pemeriksaan sputum.

6. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

- Promosi Kesehatan tentang TB.

7. Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

a. Pengadaan Kelambu berinsektisida di Kabupaten/Kota Endemis

Malaria.

b. Pembagian Kelambu Berinsektisida Ibu Hamil dan Bayi.

c. Pengambilan Darah Massal (zero survey) (MBS, MFS, MSE, TMC, dll).

d. Pengadaan Rapid Diagnostic Test (RDT) (terutama untuk Daerah

Terpencil Perbatasan dan Kepulauan).

e. Pengobatan (MBS, MFS, MSE, TMC, dll).

f. Penyemprotan Rumah di Desa-desa dengan Malaria Tinggi.

g. Pengadaan Insektisida.

h. Pengadaan Alat Semprot (spraycan) dan Perlengkapan Alat

Penyemprot.

i. Pelatihan Tenaga Mikroskopist Malaria.

j. Pelatihan Medis dan Paramedis dalam Tatalaksana Kasus Malaria.

Page 159: RAD MDG's

147

k. Pelatihan Pengelola Malaria dalam Manajemen Program Malaria.

l. Pengembangan Model Intervensi Lintas Sektor (seperti Larvaciding,

biological control/penebaran jentik, source reduction, dll).

8. Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

a. Kampanye Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN-DBD).

b. Kawasan Bebas Jentik.

c. Pengadaan PSN Kit.

d. Refreshing Tatalaksana DBD bagi Tenaga Medis.

e. Pelatihan Managemen Program Pengendalian DBD.

f. Pengadaan Insektisida.

g. Pengadaan Larvasida.

h. Pengadaan Alat Fogging.

9. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat

a. Kesehatan Kerja di Puskesmas dan Rumah Sakit.

b. Penyelenggaraan DOTS di Puskesmas.

c. Bimbingan dan Pengendalian Rumah Sakit yang Melaksanakan

Program DOTS.

10. Program Penyehatan Lingkungan

a. Peningkatan Kapasitas Masyarakat tentang Sanitasi dengan

Metode CLTS dan MPA PHAST.

b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan.

11. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

a. Advokasi dan KIE.

b. Penguatan Sistem.

c. Mobilisasi Sosial dan Promosi Kesehatan.

d. Monitoring dan Evaluasi.

12. Program Pembinaan Sosial

a. Rakor penanggulangan Penyakit Menular.

b. Sosialisasi Pencegahan Penyakit Menular, Dialog Interaktif di

Televisi, Media Cetak dan Radio.

Page 160: RAD MDG's

148

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan

1. Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Nasional dan Daerah

a. Perlindungan Atmosfir

b. Mitigasi Perubahan Iklim

c. Adaptasi Dampak Perubahan Iklim

2. Program Rehabilitasi dan Peningkatan Sumberdaya Hutan dan

Lahan

a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan

b. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan.

3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam

a. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelestarian Lingkungan

Hidup.

b. Peningkatan Kualitas RTH Perkotaan.

4. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SDA

- Penanganan Kerusakan dan Pelestarian Kawasan Tambak/Permukiman

Masyarakat Pada Ekosistem Pesisir dan Pantai Utara.

5. Program Pengembangan Ketenagalistrikan dan Migas

a. Pembangunan PLTS SHS, Pembangunan PLTMH, Pengembangan Panas

Bumi, Desa Mandiri Energi

b. Identifikasi dan Pengembangan Potensi Gas Rawa di Jawa Tengah.

6. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Hidup

a. Fasilitasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

b. Pembangunan Peralatan Minimasi Emisi Udara pada Industri Kecil

c. Pembangunan Biogas dari Limbah Ternak atau Tinja

Page 161: RAD MDG's

149

d. Fasilitasi Pembangunan Biogas dari Limbah Industri Tahu.

e. Pengembangan dan Penerapan Peralatan Hemat Energi.

f. Pemakaian Teknologi Bersih

g. Pembangunan Instalasi Biogas dari Limah Ternak, Tinja dan Limbah

Domestik.

h. Fasilitasi Pembangunan Instalasi Biogas dari Limbah Industri Tahu dan

Industri Makanan.

7. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Hidup

a. Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan Peredaran BPO.

b. Pengembangan Kemitraan dengan Para Pihak dalam Penggunaan

Refrigerant yang Ramah Lingkungan.

c. Pencegahan dan Pengurangan Pemakaian BPO

d. Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan Peredaran BPO

8. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap

Nasional dan Daerah

- Pengelolaan Sumber Daya Ikan.

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.

1. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

a. Fasilitasi Pengelolaan Keanekaragaman Hayati, Kawasan Lindung di

Luar Kawasan Hutan dan Penanganan Konservasi Lingkungan.

b. Fasilitasi Perbaikan Kualitas Kawasan Lindung dan Pemberian Insentif

Sertifikasi Tanah bagi Masyarakat yang Mempunyai Tanah pada

Kawasan Lindung dan Telah Berhasil Memperbaiki Kondisi Fisik di

Lapangan

2. Program Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam

a. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

b. Rehabilitasi Perlindungan Konservasi Hutan

c. Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan

Page 162: RAD MDG's

150

d. Pengembangan Jasa Lingkungan Hutan.

3. Program Pengelolaan sumber daya laut, Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil

- Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi dan Jenis.

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015

1. Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

- Penyehatan Lingkungan.

2. Program Peningkatan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan

Sanitasi

- Peningkatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Bersih.

3. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

- Penyediaan Air Baku dari Mata Air dan Sumber Lain

4. Program pengembangan Lingkungan Sehat

a. Pengembangan Wilayah Sehat

b. Peningkatan Akses Air Bersih dan Sanitasi Dasar

c. Pemeliharaan dan Pengawasan Lingkungan

d. Pengendalian Dampak Pencemaran Lingkungan.

5. Program Peningkatan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan

Sanitasi

a. Peningkatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Sanitasi

b. Fasilitasi dan Stimulan Air Bersih dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

c. Penyediaan Air Baku dari Mata Air dan Sumber Lain.

d. Implementasi Kebijakan Nasional AMPL

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan

penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020

1. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

a. Fasilitasi dan Stimulan Perbaikan Berbasis Masyarakat

Page 163: RAD MDG's

151

b. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan dan

Peningkatan Kesejahteraan.

2. Program Pembangunan Perumahan

a. Fasilitasi dan Stimulan Kualitas Perumahan Berbasis Masyarakat

b. Fasilitasi dan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya bagi RTM.

3. Program Pengelolaan Pertanahan Di Provinsi Jawa Tengah

- Sertifikasi Tanah Prona, Tanah UKM, Tanah Pertanian, Tanah

Perikanan/Nelayan dan Redistribusi Tanah.

4. Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan

Pemanfaatan Tanah

- Sertifikasi Tanah Kawasan Lindung dan Tanah Sawah Lestari.

Page 164: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

152

BAB III

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Kegiatan pemantauan dan evaluasi program Percepatan Pencapaian Target

Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) pada dasarnya dilakukan oleh semua

pelaku atau pemangku kepentingan (stakeholders). Pemantauan dan Evaluasi oleh

lembaga pemerintah dilakukan secara internal oleh Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) terkait, untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kebijakan

dan program, serta mengukur dampak kebijakan dan program pencapaian Target

MDGs.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi program Percepatan Pencapaian Target

MDGs Provinsi Jawa Tengah juga bisa dilakukan secara independen oleh lembaga-

lembaga Non Pemerintah seperti LSM ataupun Perguruan Tinggi. Hasil

Pemantauan dan evaluasi, baik yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah maupun

Lembaga Lembaga Non Pemerintah diverifikasi dan dikonsolidasikan oleh

sekretariat Tim Pengarah dan Kelompok Kerja Penyusunan Rencana Aksi Daerah

Percepatan Pencapaian Target MDGs Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015

dengan empat Pokja agar dihasilkan laporan pemantauan dan evaluasi yang

sistematis.

Tujuan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Percepatan

Pencapaian Target MDGs adalah untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang dari rencana yang

telah ditetapkan, atau untuk mengetahui tingkat kesenjangan antara keadaan

yang telah dicapai dengan keadaan yang dikehendaki atau seharusnya dapat

dicapai, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui tingkat efektivitas dan

efisiensi kegiatan yang telah dilaksanakan, untuk selanjutnya dapat diambil

langkah-langkah guna meningkatkan tingkat efektivitas dan efisiensi kegiatan

seperti yang dikehendaki.

Disamping prinsip-prinsip tersebut, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi, yaitu :

1. Pelaku pemantauan dan evaluasi adalah semua pelaku/stakeholders yang

berkepentingan terhadap pencapaian target MDGs lainnya di Provinsi Jawa

Page 165: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

153

Tengah. Dengan kata lain, pelaku pemantauan dan evaluasi dalam kebijakan

dan program Pencapaian target MDGs di Provinsi Jawa Tengah adalah

pemantau bagi dirinya sendiri dan bagi pelaku lain. Dengan demikian

diharapkan dapat terlaksananya prinsip-prinsip transaparansi, akuntabilitas dan

partisipasi. Tim Pengarah Pencapaian Target MDGs di tingkat Provinsi

bertanggung jawab mengkoordinasikan hasil pemantauan dan evaluasi yang

dilakukan oleh masing-masing stakeholder/SKPD.

2. Obyek pemantauan dan evaluasi adalah semua kebijakan dan program yang

terkait dengan upaya pencapaian Target MDGs di Provinsi Jawa Tengah. Oleh

karena itu, kegiatan pemantauan dilaksanakan sejak awal dimulai dari proses

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program terkait, dan dilakukan oleh

seluruh stakeholder di Provinsi Jawa Tengah.

3. Sarana pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program percepatan

pencapaian target MDGs adalah segenap sarana yang dimiliki oleh masing-

masing pelaku, selaras dengan semangat kerelawanan dan keikutsertaan,

sehingga para pelaku dapat mempergunakan metode dan alat mereka sendiri

untuk dikompilasikan hasilnya dan dikaji bersama sebagai dasar perbaikan dan

program percepatan pencapaian target MDGs selanjutnya.

4. Metode pemantauan dan evaluasi terhadap kebijakan dan program pencapaian

target MDGs ditentukan oleh masing-masing pihak, sesuai dengan kapasitas

dan mekanisme kerja masing-masing dengan semangat memperbaiki kebijakan

dan program percepatan pencapaian target MDGs yang sedang berjalan.

Ada dua tujuan/kegunaan utama pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

percepatan pencapaian MDGs yaitu :

1. Kegunaan terkait dengan operasional yaitu :

a. Melalui pemantauan dan evaluasi kita dapat mengetahui cara yang tepat

untuk mencapai target MDGs yang dikehendaki dan sekaligus dapat

mengidentifikasi faktor-faktor kritis yang sangat menentukan keberhasilan

kegiatan program percepatan pencapaian target MDGs yang dilakukan.

b. Melalui pemantauan dan evaluasi kita dapat lakukan perubahan-perubahan

modifikasi dan supervisi terhadap kegiatan/program percepatan pencapaian

target MDGs yang dilaksanakan, dan

Page 166: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

154

c. Melalui pemantauan dan evaluasi, akan dapat dikembangkan tujuan-tujuan

serta analisis informasi yang bermanfaat bagi pelaporan kegiatan.

2. Kegunaan terkait dengan kebijakan yang mencakup :

a. Berdasarkan hasil evaluasi, dapat dirumuskan kembali, strategi percepatan

pencapaian target MDGs, pendekatan, serta asumsi-asumsi yang

digunakan.

b. Untuk menggali dan meningkatkan kemampuan pengetahuan tentang

hubungan antar kegiatan program pembangunan, yang sangat bermanfaat

bagi peningkatan efektifitas dan efisiensi kegiatan di masa-masa

mendatang.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi secara prinsip merupakan kegiatan

tahap pelaksanaan dan akhir suatu program dan kegiatan, untuk menilai apakah

sebuah kebijakan dan program dilaksanakan dan mencapai tujuan yang

diharapkan atau tidak. Kegiatan Pemantauan evaluasi percepatan pencapaian

target-target MDGs ini dapat dibagi menurut waktu pelaksanaannya sebagai

berikut:

1. Pemantauan pada saat program berjalan, kegiatan ini dilakukan setiap 3 (tiga)

bulan sekali.

2. Evaluasi tahunan, dilakukan setiap akhir tahun anggaran untuk mengetahui

pencapaian target-target tahunan yang telah disusun.

3. Evaluasi akhir (summative evaluation), dilakukan pada akhir periode rencana

aksi ini yaitu tahun 2015.

Dengan demikian kegiatan pemantauan dan evaluasi bukan merupakan

kegiatan yang sekali saja dilakukan pada saat akhir program/kegiatan tetapi

kegiatan yang bisa dilakukan sesuai tahapan yang dilaksanakan.

Secara umum, kegiatan pemantauan dan evaluasi akan menjawab

pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah kebijakan dan program yang dilaksanakan sudah mencapai tujuan

yang direncanakan?

2. Apakah kebijakan dan program yang dilaksanakan berhasil? Jika berhasil

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilannya? dan

Page 167: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

155

apabila tidak berhasil, hal-hal apa saja yang menyebabkan ketidakberhasilan

tersebut mengapa?

3. Apakah kita akan mengulanginya lagi dengan berbagai perbaikan atau

melakukan hal yang berbeda?

Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan berdasarkan kriteria

atau indikator kinerja baik indikator masukan, proses, keluaran dan manfaat

maupun dampak. Tujuan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi adalah :

a. Menilai kemajuan pelaksanaan program percepatan pencapaian tujuan

pembangunan milenium.

b. Mengetahui kendala-kendala dan permasalahan yang ditimbulkan oleh

pelaksanaan program.

c. Mengukur keluaran / hasil, manfaat / maksud dan atau dampak pelaksanaan

program penanggulangan kemiskinan dengan menggunakan indikator-indikator

yang telah di tetapkan.

d. Sebagai umpan balik untuk peningkatan perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan khususnya pembangunan upaya penanggulangan kemiskinan di

Provinsi Jawa Tengah untuk periode sekarang maupun yang akan datang.

Indikator kinerja upaya pencapaian target MDGs merupakan indikator

proses dari setiap langkah program percepatan pencapaian target MDGs secara

lintas sektor yang dilakukan oleh instansi-instansi di Provinsi Jawa Tengah.

Dengan demikian diharapkan terjadi sinkronisasi dan sinergi untuk mencapai

sasaran pokok. Indikator kinerja upaya percepatan pencapaian target MDGs

meliputi :

Page 168: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

156

Tujuan 1 Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

No Indikator Penanggung Jawab

Target 1A:Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015

1.1 Tingkat kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional

Bapermasdes, BPS, BKKBN, BP-3AKB,Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Kelautan & Perikanan, Biro Keuangan

1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan BPMD,Dinkop & UMKM, Disnakertransduk, Dinas Kelautan & Perikanan, Disperindag, Dinas Pertanian, Biro Perekonomian

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

1.4 Laju PDRB per tenaga kerja Semua SKPD

1.5 Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas

Dinas Nakertransduk, Dinkop & UMKM, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan & Perikanan, BPMD Dinperindag, dan Perbankan

1.7 Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja

Target 1C:Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

1.8 Prevalensi balita dengan berat badan rendah / kekurangan gizi

Dinas Kesehatan, BKKBN

1.8a Prevalensi balita gizi buruk Dinas Kesehatan

1.8b Prevalensi balita gizi kurang Dinas Kesehatan

1.9

Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum:

Badan Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian

- 1.400 Kkal/kapita/ hari

- 2.000 Kkal/kapita/ hari

Page 169: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

157

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

No Indikator Penanggung Jawab

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

2.1 Pendidikan Dasar Kemenag dan Disdik

2.2 Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A

Kemenag dan Disdik

2.3 Angka Melek Huruf penduduk usia 15-24 tahun perempuan dan laki-laki

- Laki - laki Kemenag dan Disdik

- Perempuan Kemenag dan Disdik

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

No Indikator Penanggung Jawab

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

3.1.

Rasio perempuan thdp laki2 di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi:

- Rasio APM prp/laki2 di SD BP3AKB dan Dinas Pendidikan

- Rasio APM prp/laki2 di SMP BP3AKB dan Dinas Pendidikan

- Rasio APM prp/laki2 di SMA BP3AKB dan Dinas Pendidikan

- Rasio APM prp/laki2 di Perguruan Tinggi BP3AKB dan Dinas Pendidikan

3.2 Rasio Melek huruf Prp thdp laki2 klp usia 15-24 tahun

BP3AKB dan Dinas Pendidikan

3.3 Kontribusi prp dlm pekerjaan upahan di sektor non pertanian

Disnakertransduk

3.4 Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD

Badan Kesbangpol KPPI (Kaukus Perempuan Politik Indonesia)

Page 170: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

158

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

No Indikator MDGs Penanggung Jawab

Target 4 A : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan 2015

4.1 Angka Kematian Balita (AKBa) /1.000 penduduk

Dinkes

4.2 Angka Kematian Bayi (AKB)/ 1.000 kh Dinkes

4.3 Persentase anak usia 1 th yg di imunisasi campak

Dinkes

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

No Indikator MDGs Penanggung Jawab

Target 5 A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga perempat dalam kurun waktu 1990 – 2015

5.1 Angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup

Dinkes, TP PKK

5.2 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (PN)

Dinkes, TP PKK

Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

5.3 Angka pemakaian kontrasepsi/Contraceptive Prevalence Rate (CPR) pada perempuan menikah usia 15-49 tahun

Dinkes, BKKBN, BP3AKB

5.4 Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun)

Dinkes, BKKBN, BP3AKB

5.5 Cakupan pelayanan antenatal (K4) Dinkes, BKKBN

5.6 Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana/KB) yang tidak terpenuhi

Dinkes, BKKBN

Page 171: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

159

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

No Indikator MDGs Penanggung jawab

Target 6 A : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015 yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015

6.1. Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-24 tahun

Dinkes, KPA Jateng, BP3AKB

6.2. Penggunaan kondom pada hubungan seks terakhir

Dinkes,KPA Jateng

6.3 Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS

Dinkes, KPA Jateng, BP3AKB

Target 6 B : Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV / AIDS bagi semua

6.4 Proporsi penduduk yg terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pd obat antiretroviral

Dinkes

Target 6 C : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 2015

6.5 Angka kejadian Tuberkulosis (insiden semua kasus/ 100.000 penduduk/ tahun)

Dinkes

6.6 Tingkat prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)

Dinkes

Tingkat kematian karena Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)

Dinkes

Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS (CDR)

Dinkes

Proporsi kasus Tuberkulosis yang berhasil diobati dalam program DOTS (success rate)

Dinkes

Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk

Dinkes

Penyakit Lainnya

Angka Kesakita DBD per 100.000 penduduk Dinkes

Angka Kematian DBD (%) Dinkes

Page 172: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

160

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

No Indikator Penanggung Jawab

Target 7A: memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang

7.1 Ratio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan

Dinhut BLH

7.2 Jumlah emisi karbon dioksida (CO2e) BLH Dinas ESDM

7.3 Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO) dalam metrik ton

BLH

7.4 Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman

Dinlutkan

Target 7B : menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 2010

7.5 Rasio kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan

Dinhut BLH

7.6 Ratio luas kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan teritorial

Dinlutkan

Target 7C : menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015. 7.7 Proporsi rumah tangga dengan akses

berkelanjutan terhadap air minum layak Dincipkataru Bapermasdes Dinkes

Perkotaan

Perdesaan 7.8 Proporsi rumah tangga dengan akses

berkelanjutan terhadap sanitasi dasar yang layak

Dincipkataru Bapermasdes Dinkes

Target 7D : Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 7.9 Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan Dincipkataru

Indikator dipergunakan sebagai tolok untuk menilai kemajuan, keseluruhan

kinerja dan dampak program percepatan pencapaian target MDGs. Indikator

Page 173: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

161

merupakan kunci sistim pemantauan dan evaluasi sehingga indikator-indikator

kinerja yang ada harus dapat diverifikasi secara obyektif. Indikator pencapaian

hasil menentukan :

a) Apakah kegiatan dan masukan program percepatan pencapaian target MDGs

menghasilkan keluaran / output yang diharapkan,

b) Apakah keluaran atau hasil program percepatan pencapaian target MDGs

mencapai maksud / manfaat program,

c) Apakah maksud / manfaat program ini memberikan sumbangan kepada tujuan

keseluruhan program percepatan pencapaian target MDGs.

Page 174: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah

162

Diagram Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Implementasi RAD Percepatan

Pencapaian Tujuan Pembagunan Millenium (MDGs) Jawa Tengah.

RAD Percepatan Pencapaian Tujuan

MDGs

Implementasi Progam dan Kegiatan Percepatan

Pencapaian Tujuan MDGs

Pemantauan :

Selama Pelaksanan

Program

Penyempurnaan (on going)

Implementasi Progam dan Kegiatan

Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs

Rekomendasi

Hasil Pemantauan

Tolok ukur pemantauan : Target Ouput dan Outcome

Program

Pemantau: - Pokja - Pimpinan

SKPD - Pihak

independen LSM/PT

Evaluasi Periodik

Setiap satu tahun dan

akhir program

Evaluator : - Pengarah - Pokja - Pihak

independen LSM/PT Lainnya

Tolok ukur evaluasi :

Indikator kinerja cpaaian MDGs setiap tahun/akhir periode

Program

Hasil Implementasi Progam dan Kegiatan

Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Sesuai dengan Target Capaian Kinerja

Rekomendasi Hasil

Evaluasi

Penyempurnaan Periodik Implementasi Progam dan

Kegiatan Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs

Laporan monitoring

3 bulanan

Laporan Evaluasi Tahunan

Laporan Evaluasi Akhir Program

Page 175: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 163

BAB IV

PENUTUP

Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Target Tujuan

Pembangunan Millenium (MDGs) Provinsi Jawa Tengah ini disusun sebagai salah

satu bentuk komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mendukung

tercapainya target-target MDGs di tingkat Nasional yang telah digambarkan

dalam Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Millenium di Indonesia yang disusun oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini

Kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional tahun 2010.

RAD Percepatan Pencapaian Target MDGs ini menjadi pedoman bagi

seluruh stakeholder pembangunan di Jawa Tengah dalam rangka mencapai

tingkat kesejahteraan masyarakat yang disepakati secara global dalam target-

target MDGs. Oleh karena itu RAD MDGs ini perlu diintergrasikan dalam dokumen

perencanaan pembangunan daerah baik dalam rencana jangka menengah yaitu

RPJM-D dan Renstra SKPD maupun dalam jangka pendek (tahunan) yaitu dalam

RKPD ataupun dalam Renja SKPD.

Terbitnya Inpres Nomor 3 Tahun 2010 mengamanatkan pentingnya

kesadaran terhadap prinsip dasar (basic principle) tentang Tujuan Negara

sebagai tertuang dalam Pembukaan UUD Tahun 1945, yaitu: ‘memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mewujudkan

keadilan sosial’. Oleh karena itu ada makna yang hakiki dan korelasi yang kuat

antara tujuan Negara dengan Tujuan Pembangunan Millenium. Dengan

demikian, kehadiran Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs menjadi penting dan

strategis dalam konteks pengamalan amanah kontitusi.

Keberhasilan RAD Percepatan Pencapaian MDGs ini perlu didukung melalui

sinergitas program dan pendanaan secara sinergis yang berasal dari Pemerintah

(APBN) dan Pemerintah Daerah (APBD), meskipun tidak menutup kemungkinan

dukungan pendanaan yang berasal swasta dan masyarakat. Tidak kalah

pentingnya adalah dukungan komitmen DPRD sebagai wakil rakyat dalam hal

Page 176: RAD MDG's

RAD MDGs Jawa Tengah 164

pengawalan program dan penganggaran guna mendukung keberhasilan

implementasi RAD ini.

Pemerintah Kabupaten/Kota perlu merespon RAD ini dengan melakukan

hal yang sama untuk menjamin implementasi dan mencapai target seperti yang

diharapkan dalam Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Millenium di Indonesia.

Selain dukungan dalam hal pendanaan guna mendukung tercapainya

target-target MDGs, upaya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat melalui

keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi dan

organisasi masyarakat yang lainnya, juga diperlukan untuk ikut melakukan

pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program-program percepatan pencapaian

target MDGs dalam koridor kewenangan dan peraturan yang berlaku.

--o0o--