RAD MDG's
-
Upload
bappeda-prov-jateng -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of RAD MDG's
Rencana Aksi Daerah Millenium Development Goals (MDGs)
e-book Bappeda Provinsi Jawa Tengah 2013
RAD MDGs Jawa Tengah ii
DAFTAR ISI
Hal
Daftar Isi .................................................................................................. ii
Daftar Tabel dan Gambar ........................................................................ xii
Daftar Singkatan ..................................................................................... xvi
Bab I Pendahuluan .................................................................................. 1
1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa
Tengah .............................................................................................. 3
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 3
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk
dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per
kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ........... 5
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif
dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk
perempuan dan kaum muda ...................................... 9
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk
yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-
2015 ....................................................................... 13
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 15
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki
maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan
pendidikan dasar ...................................................... 15
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan .............................................................................. 20
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat
pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan
di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun
2015 ....................................................................... 22
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 27
Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga
dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ............ 27
RAD MDGs Jawa Tengah iii
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 34
Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 35
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua
pada tahun 2015 ...................................................... 38
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya .................................................................................... 39
Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015…… 41
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS
bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun
2010 ....................................................................... 42
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya
hingga tahun 2015 ................................................... 42
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 45
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkesinambungan dalam kebijakan dan program
nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber
daya lingkungan ...................................................... 48
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati
dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang
signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 50
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum
layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ................ 51
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh
pada tahun 2020 ...................................................... 52
RAD MDGs Jawa Tengah iv
1.2. Permasalahan dan Tantangan Dalam Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium di Jawa Tengah ...................................... 53
1.2.1 Permasalahan ................................................................................ 53
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 53
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk
dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per
kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ............ 53
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif
dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk
perempuan dan kaum muda ...................................... 54
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk
yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-
2015 ....................................................................... 54
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 55
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki
maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan
pendidikan dasar ...................................................... 55
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan .............................................................................. 56
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat
pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan
di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun
2015 ....................................................................... 56
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 57
Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua
per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................. 57
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 60
Target 5A: Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 60
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua
pada tahun 2015 ...................................................... 62
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya .................................................................................... 63
Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ........ 63
RAD MDGs Jawa Tengah v
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS
bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun
2010 ....................................................................... 64
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya
hingga tahun 2015 ................................................... 65
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 67
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkesinambungan dalam kebijakan dan program
nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber
daya lingkungan ...................................................... 67
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati
dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang
signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 69
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum
layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ............... 69
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh
pada tahun 2020 ...................................................... 70
1.2.2 Tantangan ...................................................................................... 71
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 71
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk
dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per
kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ............ 71
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif
dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk
perempuan dan kaum muda ...................................... 72
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk
yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-
2015 ....................................................................... 72
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 73
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki
maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan
pendidikan dasar ...................................................... 73
RAD MDGs Jawa Tengah vi
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan .............................................................................. 74
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat
pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan
di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun
2015 ....................................................................... 74
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 75
Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua
per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................. 75
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 76
Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 76
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua
pada tahun 2015 ...................................................... 79
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya .................................................................................... 80
Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ........ 80
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS
bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun
2010 ....................................................................... 81
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya
hingga tahun 2015 ................................................... 81
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 84
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkesinambungan dalam kebijakan dan program
nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber
daya lingkungan ...................................................... 84
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati
dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang
signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 86
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum
layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ................ 86
RAD MDGs Jawa Tengah vii
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh
pada tahun 2020 ...................................................... 87
Bab II Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pencapaian Target
MDGs ............................................................................................ 88
2.1. Arah Kebijakan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan
Pembangunan Milenium (MDG’s) ................................................... 88
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 88
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk
dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per
kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ............ 88
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif
dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk
perempuan dan kaum muda ...................................... 93
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk
yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-
2015 ....................................................................... 94
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 96
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki
maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan
pendidikan dasar ...................................................... 96
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan .............................................................................. 97
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat
pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan
di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun
2015 ....................................................................... 97
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 98
Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua
per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................. 98
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 99
Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 99
RAD MDGs Jawa Tengah viii
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua
pada tahun 2015 ...................................................... 100
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya .................................................................................... 100
Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ........ 100
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS
bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun
2010 …………………………………………………………………. .. 100 100
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya
hingga tahun 2015 ................................................... 100
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 102
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkesinambungan dalam kebijakan dan program
nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber
daya lingkungan ...................................................... 102
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati
dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang
signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 103
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum
layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ................ 103
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh
pada tahun 2020 ...................................................... 104
2.2. Strategi Pecepatan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan
Milenium (MDGs) ................................................................................ 105
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 105
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk
dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per
kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ............ 105
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif
dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk
perempuan dan kaum muda ...................................... 106
RAD MDGs Jawa Tengah ix
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk
yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-
2015 ....................................................................... 106
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 107
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki
maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan
pendidikan dasar ...................................................... 107
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan .............................................................................. 108
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat
pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan
di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun
2015 ....................................................................... 108
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 110
Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua
per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................. 110
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 111
Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 111
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua
pada tahun 2015 ...................................................... 114
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya .................................................................................... 114
Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015….. 114
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS
bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun
2010 ……………………………………………………………… ...... 114
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya
hingga tahun 2015 ................................................... 114
RAD MDGs Jawa Tengah x
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup .......................... 116
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkesinambungan dalam kebijakan dan program
nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber
daya lingkungan ...................................................... 116
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati
dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang
signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 117
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum
layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ................ 118
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh
pada tahun 2020 ...................................................... 119
2.3. Target Kinerja Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
(MDGs) Jawa Tengah ....................................................................... 119
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 119
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 120
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan .............................................................................. 121
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 122
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 122
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya .................................................................................... 123
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 125
2.4. Program dan Kegiatan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs) .................................................... 127
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 127
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk
dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per
kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ............ 127
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif
dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk
perempuan dan kaum muda ...................................... 129
RAD MDGs Jawa Tengah xi
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk
yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-
2015 ....................................................................... 130
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 132
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki
maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan
pendidikan dasar ...................................................... 132
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan .............................................................................. 134
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat
pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan
di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun
2015 ....................................................................... 134
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 135
Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua
per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................. 135
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 138
Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 .................... 138
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua
pada tahun 2015 ...................................................... 142
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya .................................................................................... 144
Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ........ 144
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS
bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun
2010 ....................................................................... 145
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan
jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya
hingga tahun 2015 ................................................... 145
RAD MDGs Jawa Tengah xii
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 148
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkesinambungan dalam kebijakan dan program
nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber
daya lingkungan ...................................................... 148
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati
dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang
signifikan pada tahun 2010 . ..................................... 149
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum
layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ................ 150
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh
pada tahun 2020 ...................................................... 150
BAB III Pemantauan dan Evaluasi .............................................................. 152
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan .......................... 156
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.............................. 157
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan .............................................................................. 157
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ........................................ 158
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ................................................. 158
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya .................................................................................... 159
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ........................... 160
BAB IV Penutup ....................................................................................... 163
Lampiran
I. Pagu Indikatif Kebutuhan Anggaran Untuk Mendukung Percepatan
Pencapaian MDGs Jateng Tahun 2011-2015
II. Dukungan Kabupaten/Kota Terhadap Capaian MDGs Jateng
RAD MDGs Jawa Tengah 1
BAB I PENDAHULUAN
Pertemuan World Summits pada bulan September tahun 2000 telah
menghasilkan deklarasi yang disebut Millennium Declaration. Deklarasi tersebut
ditandatangani oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Millennium Declaration tersebut kemudian disahkan oleh Majelis Umum PBB ke
dalam Resolusi Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 tentang Deklarasi
Millenium PBB atau lebih dikenal dengan nama Tujuan Pembangunan
Millenium (Millenium Development Goals/MDGs). Deklarasi tersebut
mencanangkan komitmen global untuk menangani isu perdamaian, keamanan,
pembangunan, hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam satu paket
kebijakan pembangunan guna mempercepat pencapaian pembangunan manusia
dan pemberantasan kemiskinan di seluruh dunia pada tahun 2015.
Millenium Development Goals (MDGs) terdiri dari delapan tujuan utama
dengan indikator terukur secara kuantitatif serta waktu pencapaiannya. Delapan
tujuan utama tersebut adalah :
(1) memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem;
(2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua;
(3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
(4) menurunkan angka kematian anak;
(5) meningkatkan kesehatan ibu hamil;
(6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya;
(7) memastikan kelestarian lingkungan; dan
(8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Waktu pencapaian kedelapan tujuan tersebut adalah 25 tahun dengan
tahun dasar 1990. Kedelapan tujuan tersebut diharapkan pada tahun 2015 dapat
dicapai sesuai target yang ditetapkan, bahkan dapat dicapai lebih cepat.
Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs) berkomitmen mewujudkan delapan tujuan
tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
RAD MDGs Jawa Tengah 2
kualitas hidup yang lebih baik. Secara nasional komitmen tersebut dituangkan
dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009,
kemudian dipertegas pada RPJMN 2010 – 2014 dan Inpres No. 3 tahun 2010
tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Meskipun hambatan dan
tantangan pencapaian tujuan tersebut cukup banyak, namun berbagai prestasi
pembangunan diketahui telah melampaui target MDGs, seperti penanggulangan
kemiskinan dan kelaparan berat, dan pendidikan untuk semua (education for all).
Walaupun beberapa indikator menunjukkan arah ketercapaian target
MDGs (tahun 2015), namun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa capaian
yang masih memprihatinkan, antara lain peningkatan pelayanan air bersih,
kesehatan lingkungan dan pemukiman kumuh yang diperkirakan baru dapat
dicapai pada tahun 2020. Selain itu beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian, antara lain terkait dengan upaya sinergitas program dan
penganggaran pembangunan, kesenjangan antar daerah terhadap rata-rata
capaian nasional dan provinsi serta keterbatasan sumber daya.
Percepatan pencapaian target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs)
merupakan amanah dari Inpres Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Pembangunan Nasional 2010 dan Inpres Nomor 3 tahun 2010
tentang Program Pembangunan Berkeadilan. Pemerintah memandang bahwa
pencapaian tujuan MDGs sampai dengan tahun 2010 belum optimal. Beberapa
capaian target MDGs stagnan, bahkan menunjukkan kinerja menurun.
Percepatan pencapaian MDGs di tingkat nasional tertuang dalam Peta Jalan
Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia. Sementara
itu di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) perlu dituangkan dalam
Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Millenium.
Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Pembangunan
Millenium Provinsi Jawa Tengah disusun sesuai panduan yang diterbitkan oleh
Bappenas, terdiri dari empat bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, mendeskripsikan
gambaran kondisi pencapaian MDGs di Jawa Tengah dan permasalahan serta
tantangan yang dihadapi; Bab II Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan
RAD MDGs Jawa Tengah 3
Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, mendeskripsikan tentang arah
kebijakan dan strategi percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium
masing-masing tujuan di Jawa Tengah; Bab III Monitoring dan Evaluasi,
menggambarkan tentang mekanisme monitoring dan evaluasi percepatan
pencapaian tujuan pembangunan millenium di Provinsi Jawa Tengah; dan Bab IV
Penutup.
Dalam penyusunan RAD Percepatan Pencapaian Pembangunan Millenium
Provinsi Jawa Tengah ini tidak seluruh tujuan (8 tujuan) MDGs dibahas, namun
hanya 7 tujuan, mengingat tujuan ke-8 yaitu Mengembangkan Kemitraan Global
untuk Pembangunan, kurang relevan untuk dibahas di tingkat daerah baik di
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dan menjadi kompetensi Pemerintah
Pusat.
Pada bab ini akan digambarkan kondisi pencapaian tujuan pembangunan
millenium di Provinsi Jawa Tengah dan permasalahan serta tantangan yang
dihadapi dalam percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium.
Gambaran kondisi pencapaian tujuan pembangunan millenium serta
permasalahan dan tantangan di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Jawa Tengah
Penyusunan Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target
Millenium Development Goals (MDGs) diawali dengan mendeskripsikan kondisi
capaian masing-masing indikator tujuan. Deskripsi pencapaian tujuan MDGs
Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Ringkasan status pencapaian target-target MDGs untuk Tujuan ke-1
Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, dapat dilihat pada tabel berikut :
RAD MDGs Jawa Tengah 4
Tabel 1.1 Status Capaian Tujuan ke-1 MDGs Jawa Tengah
Indikator Acuan Dasar
Saat Ini
Target
MDGs
2015
Status Sumber
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat
pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015
1.1 Tingkat kemiskinan berdasarkan garis
kemiskinan nasional
17,49% (1990)
16,56% (2010)
8,75%
BPS, Susenas
1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan
3,51 (2005)
2,49 (2010)
Berkurang
BPS, Susenas
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan dan pekerjaan yang layak untuk semua,
termasuk perempuan dan kaum muda
1.4 Laju PDRB per tenaga
kerja
3,92
(1990)
2,25
(2009) - -
Buku PDRB Jawa
Tengah dan Jawa
Tengah
Dalam Angka
1.5
Rasio kesempatan kerja
terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas
70,07%
(1990)
64,19%
(2009) Meningkat
BPS, Sakernas
1.7
Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri
dan pekerja bebas
keluarga terhadap total kesempatan kerja
69,77%
(1990)
59,03% (2009)
Menurun
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam
kurun waktu 1990-2015
1.8
Prevalensi balita dengan
berat badan rendah / kekurangan gizi
16% (2007)
15,7% (2010)
14,05%
BPS, Susenas
1.8a Prevalensi balita gizi buruk
4% (2007)
3,3% (2010)
2,15%
Kemkes,
Riskesdas 1.8b
Prevalensi balita gizi
kurang
12%
(2007)
12,4%
(2010) 11,9%
1.9
Proporsi penduduk
dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi
minimum:
BPS, Susenas
< 1.400 Kkal/kapita/ hari
- 15,22% (2009)
8,50%
< 2.000 Kkal/kapita/ hari
- 66,89% (2009)
35,32%
Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
RAD MDGs Jawa Tengah 5
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.
1. Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP)
per kapita per hari.
Dalam pengukuran tingkat kemiskinan BPS Provinsi Jawa Tengah tidak
melakukan pendataan dengan tolok ukur proporsi penduduk dengan
pendapatan kurang dari US$ 1,00 per kapita per hari, karena data ini tidak
tersedia (n.a.=not available). Tolok ukur kemiskinan dengan menggunakan
garis kemiskinan (poverty line) yang berlaku untuk Indonesia.
2. Persentase Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan
nasional.
Pengukuran kemiskinan yang dilakukan BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), yaitu
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari
sisi pengeluaran. Garis kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010
sebesar Rp 192.435,- per kapita/bulan, dengan demikian penduduk miskin
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita/ bulan di
bawah nilai tersebut.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1990
sebanyak 4,16 juta jiwa (17,49%). Pada tahun 1999 terjadi peningkatan yang
signifikan jumlah penduduk miskin sebanyak 8,76 juta jiwa atau 28,46%.
Meningkatnya angka kemiskinan tersebut karena pada tahun 1997/1998
negara kita mengalami krisis ekonomi dan politik yang berdampak pada
menurunnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah penganggur.
Maka sejak tahun 1999 telah dilakukan berbagai program dan kegiatan
penanggulangan kemiskinan secara terpadu, sehingga angka kemiskinan
cenderung semakin menurun dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2005 - 2006 di Jawa Tengah terjadi peningkatan
persentase penduduk miskin dari 20,49% menjadi 22,19%, hal ini disebabkan
RAD MDGs Jawa Tengah 6
terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak yang menyebabkan kenaikan
harga kebutuhan pokok. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin
mengalami penurunan menjadi sebanyak 5.369.200 orang (16,56%). Namun
demikian persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah masih lebih
tinggi dari rata-rata nasional, yaitu sebesar 13,33%. Kondisi tersebut
menempatkan Jawa Tengah pada peringkat ke-17 dari 33 provinsi di
Indonesia. Namun demikian perlu diwaspadai kemungkinan munculnya
penduduk miskin baru akibat kejadian bencana alam, antara lain bencana
erupsi dan banjir lahar dingin pasca erupsi Gunung Merapi, yang telah
menyebabkan kerusakan dan kerugian di 3 (tiga) kabupaten yaitu :
Kab.Magelang, Kab.Klaten dan Kab.Boyolali.
Kecenderungan proporsi penduduk miskin di Jawa Tengah dari tahun
1990–2010 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990 – 2010
Tahun Garis
Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin
(Ribu Orang)
Persentase Penduduk Miskin (%)
Jawa Tengah Nasional
1990 15.457 4.915,4 17,49 15,10
1999 76.579 8.755,4 28,46 23,43
2003 119.403 6.980,0 21,78 17,42
2004 126.651 6.843,8 21,11 16,66
2005 130.013 6.533,5 20,49 15,97
2006 142.337 7.100,6 22,19 17,75
2007 154.111 6.557,2 20,43 16,58
2008 168.168 6.189,6 19,23 15,42
2009 182.515 5.725,7 17,72 14,15
2010 192.435 5.369,2 16,56 13,33 Sumber : diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2010
Perlu dikemukakan bahwa data penduduk miskin di Jawa Tengah pada
tahun 2009 sebesar 17,72%, sebagaimana tersebut pada tabel di atas adalah
data yang dikeluarkan BPS kondisi bulan Maret 2009. Untuk mengetahui
sebaran penduduk miskin di Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah dapat dilihat
pada data penduduk miskin yang dikeluarkan BPS kondisi bulan Juli 2009,
dimana persentase penduduk miskin tercatat sebesar 17,48%, menurun
sebesar 0,24% dibandingkan data sebelumnya.
RAD MDGs Jawa Tengah 7
Gambaran distribusi penduduk miskin di 35 kabupaten/kota di Provinsi
Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
Gambar 1.1 Grafik Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009
Sumber : diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2009.
Berdasarkan data kemiskinan tahun 2009 (bulan Juli 2009), tingkat
kemiskinan di kabupaten/kota dapat dikelompokkan menjadi dua kategori,
sebagai berikut :
1. Kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya di atas angka Provinsi Jawa
Tengah (17,48%).
Terdapat sebanyak 16 kabupaten, yaitu: Kab. Blora, Pekalongan,
Grobogan, Wonogiri, Klaten, Sragen, Demak, Cilacap, Banjarnegara,
Banyumas, Pemalang, Brebes, Purbalingga, Kebumen, Rembang dan
Wonosobo.
2. Kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya di bawah angka Provinsi
Jawa Tengah (17,48%).
Tingkat kemiskinan di atas angka Provinsi
Tingkat kemiskinan di bawah angka Provinsi
RAD MDGs Jawa Tengah 8
Terdapat sebanyak 19 kabupaten/kota yaitu : Kab. Purworejo, Batang,
Kendal, Boyolali, Pati, Magelang, Temanggung, Kota Surakarta, Kab.
Karanganyar, Tegal, Sukoharjo, Kudus, Semarang, Kota Magelang, Kota
Tegal, Kab. Jepara, Kota Pekalongan, Kota Salatiga dan Kota Semarang.
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan
Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK) merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Data Indeks Kedalaman
Kemiskinan pada tahun 2009 sebesar 2,96 kemudian pada tahun 2010
menurun menjadi 2,49 atau terjadi penurunan sebesar 0,47. Kondisi ini sesuai
dengan yang ditargetkan dalam MDG’s yakni harus terjadi penurunan Indeks
Kedalaman Kemiskinan sampai dengan tahun 2015.
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 sebanyak 5.369.200 orang
(16,56%). Pengukuran kemiskinan menggunakan garis kemiskinan yang
berbeda antara daerah perdesaan dan perkotaan. Di daerah perkotaan garis
kemiskinan pada tahun 2010 sebesar Rp 205.606,00 per kapita/bulan,
sedangkan di perdesaan sebesar Rp 179.982,00 per kapita/bulan. Pada periode
Maret 2009-2010 penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak
162 ribu orang, sedangkan di perdesaan berkurang sebanyak 194,53 ribu
orang. Besarnya Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah perdesaan lebih
tinggi daripada di perkotaan. Pada tahun 2010, nilai Indeks Kedalaman
Kemiskinan untuk perkotaan sebesar 2,09 sedangkan di daerah perdesaan
mencapai 2,86. Indeks Kedalaman Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun
2005 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:
RAD MDGs Jawa Tengah 9
Tabel 1.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Provinsi Jawa Tengah
Bulan Maret 2005-2010
No Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan
Kota Desa Kota+Desa
1 2005 3,05 3,84 3,51
2 2006 2,75 4,37 3,69
3 2007 3,33 4,32 3,84
4 2008 2,97 3,78 3,39
5 2009 2,56 3,34 2,96
6 2010 2,09 2,86 2,49 Sumber : Kemiskinan Makro Susenas, BPS
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda
1. Laju PDRB per Tenaga Kerja
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja diperoleh
dari total PDRB dibagi jumlah seluruh tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja dapat
menunjukkan produktivitas tenaga kerja, sehingga laju PDRB per tenaga
kerja memberikan gambaran mengenai kecepatan pertumbuhan
produktivitas tenaga kerja di Jawa Tengah.
Pada tahun 1990 laju PDRB Jawa Tengah sebesar 3,92%. Kemudian
pada tahun 2006 laju PDRB per tenaga kerja tercatat cukup tinggi yaitu
mencapai 8,41%, namun demikian pada tahun 2007 laju PDRB per tenaga
kerja tersebut mengalami penurunan hingga -1,49%. Kemudian pada tahun
2008 tumbuh positif sebesar 11,19% dan pada tahun 2009 laju PDRB per
tenaga kerja kembali menurun menjadi sebesar 2,25%. Pertumbuhan laju
PDRB per tenaga kerja yang tidak konsisten ini, perlu mendapatkan perhatian
khusus, agar dapat diupayakan pertumbuhan yang positif dan berkelanjutan.
Perkembangan laju PDRB per tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:
RAD MDGs Jawa Tengah 10
Tabel 1.4 Perkembangan Laju PDRB per Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2009
No. Tahun
PDRB Berdasarkan Harga Konstan Tahun
2000 (Juta Rupiah)
Jumlah Tenaga
Kerja (orang)
PDRB per Tenaga Kerja Berdasarkan
Harga Konstan Tahun 2000 (Rp)
Laju PDRB per
Tenaga Kerja (%)
1 2005 143.051.213,88 15.655.303 9.137.556,38 -
2 2006 150.682.654,74 15.210.931 9.906.208,55 8,41
3 2007 159.110.253,77 16.304.058 9.758.935,71 -1,49
4 2008 167.790.369,85 15.463.658 10.850.626,02 11,19
5 2009 175.685.267,57 15.835.382 11.094.476,13 2,25%
Sumber: Data BPS yang telah diolah
2. Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas
Rasio kesempatan kerja untuk penduduk kelompok usia 15 tahun ke
atas menggambarkan perkembangan tenaga kerja yang memasuki lapangan
kerja. Besarnya kesempatan kerja bagi penduduk usia 15 tahun ke atas pada
tahun 1990 sebesar 70,07%. Sementara itu rasio kesempatan kerja
penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar
62,96%. Upaya untuk meningkatkan kesempatan kerja di Jawa Tengah
antara lain tergantung pada besarnya penanaman modal di daerah dalam
rangka penyerapan kerja, kebijakan peningkatan kesempatan berusaha,
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dukungan regulasi serta iklim
usaha yang kondusif.
Perkembangan rasio kesempatan kerja untuk penduduk kelompok usia
15 tahun ke atas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.5 Rasio Kesempatan Kerja Untuk Penduduk Kelompok Usia
15 Tahun Ke Atas Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990 - 2009
Tahun
Angkatan Kerja
yang bekerja
(orang)
Jumlah Penduduk
usia 15 tahun ke atas
(orang)
Rasio Kesempatan kerja
untuk penduduk 15
Tahun ke atas (orang)
1990 12.978.070 18.522.256 70,07%
2005 15.655.303 27.323.479 57,30%
2006 15.210.931 27.041.083 56,25%
2007 16.304.058 25.178.172 64,75%
2008 15.463.658 24.411.601 63,35%
2009 15.533.096 24.669.525 62,96%
Sumber: Data BPS Provinsi Jawa Tengah yang diolah
RAD MDGs Jawa Tengah 11
Rasio kesempatan kerja di Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari
tahun 1990 sampai dengan tahun 2009, yaitu sebesar 70,07% (1990)
menurun menjadi 56,25% (2006), kemudian meningkat menjadi 64,75%
(2007) dan menurun kembali menjadi 62,96% (2009). Berdasarkan data
tersebut, kondisi kesempatan kerja di kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah terbagi menjadi dua kategori sebagai berikut:
1. Kabupaten/kota yang berada di atas angka kesempatan kerja Provinsi
Jawa Tengah.
Terdapat 24 kabupaten/kota, yaitu Kota Pekalongan, Kab. Kebumen,
Sukoharjo, Klaten, Pati, Batang, Karanganyar, Demak, Purbalingga,
Jepara, Kudus, Kendal, Pekalongan, Semarang, Sragen, Banjarnegara,
Rembang, Magelang, Wonogiri, Wonosobo, Temanggung, Boyolali, Blora
dan Grobogan.
2. Kabupaten/kota yang berada di bawah angka kesempatan kerja
Provinsi Jawa Tengah.
Terdapat 11 Kabupaten/kota yaitu: Kab. Purworejo, Brebes, Banyumas,
Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kab. Cilacap, Pemalang,
Tegal, Kota Tegal dan Kota Magelang.
Gambar 1.2 Grafik Rasio Kesempatan Kerja Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009
Tingkat kemiskinan di atas angka Provinsi
Tingkat kemiskinan di bawah angka Provinsi
RAD MDGs Jawa Tengah 12
3. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas
keluarga terhadap total kesempatan kerja.
Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas
keluarga terhadap total kesempatan kerja menunjukkan peningkatan jumlah
tenaga kerja yang bekerja secara mandiri atau berwirausaha. Pada tahun
1990 jumlah tenaga kerja yang bekerja mandiri sebesar 69,77% dari
angkatan kerja. Kemudian pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja yang
bekerja mandiri sebesar 56,71% dan meningkat menjadi 59,03% pada
tahun 2009. Hal ini menunjukkan masih banyak tenaga kerja yang berusaha
sendiri dan dibantu tenaga kerja yang perlu mendapatkan perhatian dalam
rangka peningkatan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja. Tenaga
kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga baik pada skala
usaha mikro, kecil dan kegiatan usaha di sektor informal perlu perhatian
untuk mendapatkan fasilitasi keterampilan dan perlindungan tenaga kerja.
Besarnya Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas
keluarga terhadap total kesempatan kerja tahun 2005-2009 dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1.6 Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri Dan Pekerja Bebas
Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja
Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009
No Status Pekerjaan Utama Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 Berusaha Sendiri (orang) 3.230.500 3.179.633 2.984.783 2.958.783 2.942.281
2 Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap (orang)
2.856.165 2.911.064 3.871.357 3.496.142 3.650.147
3 Berusaha dibantu Buruh
Tetap (orang)
508.746 481.634 425.021 380.621 405.682
4 Pekerja Bebas di Pertanian
(orang)
1.205.505 1.095.313 1.091.136 1.128.268 1.045.307
5 Pekerja Bebas di Non Pertanian (orang)
1.077.548 1.161.764 1.185.594 1.304.151 1.304.151
Jumlah Tenaga Kerja yang
berusaha sendiri dan pekerja Bebas keluarga (orang)
8.878.464 8.829.408 9.557.891 9.267.965 9.347.568
Jumlah Kesempatan kerja (orang) 15.655.303 15.210.931 16.304.058 15.463.658 15.835.382
Proporsi Tenaga Kerja yang berusaha sendiri dan pekerja
Bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja
56,71% 58,05% 58,62% 59,93% 59,03%
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 2005–2009 (diolah)
RAD MDGs Jawa Tengah 13
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
1. Prevalensi Balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi
Terdapat hubungan timbal balik antara kekurangan gizi dengan
kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah
terjadinya kekurangan gizi selain disebabkan oleh kurangnya pemahaman
tentang gizi seimbang bagi sebagian masyarakat terutama di perdesaan dan
kelompok rentan. Proporsi Balita yang kekurangan gizi berbanding lurus
dengan jumlah penduduk miskin. Semakin kecil pendapatan penduduk maka
persentase Balita yang kekurangan gizi semakin meningkat, dan sebaliknya
semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk, semakin rendah persentase
Balita yang kekurangan gizi. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi Balita
dengan berat badan rendah/kekurangan gizi pada tahun 2007 sebesar 16%,
turun menjadi 15,7% pada tahun 2010 sedangkan target MDGs tahun 2015
sebesar 14,05%. Diperkirakan target MDGs tersebut akan dapat tercapai di
Jawa Tengah.
a. Prevalensi Balita gizi buruk
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara
langsung disebabkan oleh tiga hal, yaitu: anak tidak mendapat makanan
bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai, dan
kemungkinan anak menderita penyakit infeksi. Berdasarkan data
Riskesdas, prevalensi Balita gizi buruk di Jawa Tengah pada tahun 2007
sebesar 4% dan pada tahun 2010 turun menjadi 3,3%, sedangkan
target MDGs tahun 2015 sebesar 2,15%.
b. Prevalensi Balita gizi kurang
Prevalensi kekurangan gizi pada Balita pada tahun 2007 sebesar 12%
naik menjadi 12,4% pada tahun 2010, sedangkan target MDGs pada
tahun 2015 sebesar 11,9%. Melalui prioritas program dan kegiatan yang
semakin intensif utamanya pada kelompok rentan dan kekurangan gizi,
diharapkan Jawa Tengah mampu mencapai target MDGs yang telah
ditetapkan.
RAD MDGs Jawa Tengah 14
2. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi
minimum.
Pola konsumsi pangan yang kurang mencukupi kebutuhan energi dan
gizi akan mengakibatkan terjangkitnya penyakit serius, bahkan kematian.
Asupan makanan yang seimbang sangat penting bagi ketahanan tubuh
terhadap penyakit. Penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat
minimum sehingga berdampak buruk bagi kesehatan dan status gizi, sebagian
besar disandang oleh masyarakat miskin. Kondisi ini menegaskan bahwa
upaya peningkatan dan perbaikan konsumsi terutama bagi masyarakat miskin
sangat mendesak untuk dilakukan.
a. Kategori < 1.400 Kkal/kapita/hari
Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah
tingkat konsumsi minimum atau <1.400 Kkal/kapita/hari pada tahun 2009
sebesar 15,22%, sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 8,50%.
Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus agar proporsi penduduk dengan
asupan kalori kurang dari 1.400 Kkal/kapita/hari tersebut dapat
diturunkan sesuai target MDGs.
b. Kategori < 2.000 Kkal/kapita/hari
Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah
tingkat konsumsi minimum atau < 2.000 Kkal/kapita/hari pada tahun
2009 sebesar 66,89%, masih jauh apabila dibandingkan target MDGs
tahun 2015 sebesar 35,32%. Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus
melalui serangkaian program dan kegiatan yang dilaksanakan secara
terpadu dan sinergis, sehingga proporsi penduduk dengan asupan kalori
kurang dari 2.000 Kkal/kapita/hari tersebut dapat diturunkan seoptimal
mungkin.
RAD MDGs Jawa Tengah 15
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Mencapai pendidikan dasar untuk semua adalah upaya yang dilakukan
agar penduduk usia sekolah dasar seluruhnya dapat menikmati pendidikan SD/
MI/Paket A pada tahun 2015. Tujuan ke-2 ini memiliki tiga indikator yaitu: Angka
Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A; Proporsi murid kelas 1 yang berhasil
menamatkan SD/MI/Paket A dan Angka melek huruf penduduk usia 15 – 24
tahun perempuan dan laki-laki. APM SD/MI/Paket A adalah hasil bagi antara
jumlah siswa SD/MI/Paket A usia 7 – 12 tahun pada satu wilayah administratif
dibagi penduduk usia 7 – 12 tahun. Status pencapaian tujuan ke-2 MDGs di Jawa
Tengah adalah sebagai berikut:
Tabel 1.7 Status Capaian Tujuan ke-2 MDGs Jawa Tengah
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Capaian target tujuan kedua MDGs untuk indikator APM SD/MI/Paket A
dan angka melek huruf penduduk usia 15 - 24 tahun Provinsi Jawa Tengah
sudah menuju pada pencapaian target 2015 (On Track). Pada tahun 2010 Angka
Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A telah mencapai 108%, Angka Partisipasi
Indikator Acuan Dasar
Saat ini Target
MDGs 2015 Status Sumber
Tujuan 2 : Mencapai Pendidikan Dasar Untuk semua
Target 2 A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan
dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
2.1
Angka Partisipasi
Murni (APM) SD/ MI/ Paket A
92,77% (2007/2008)
97,08% (2009/2010)
100%
Dinas
Pendidikan
2.2
Proporsi murid kelas 1
yang berhasil menamatkan SD/ MI
99,44%
(2007/2008)
99,78%
(2009/2010) 100%
Dinas
Pendidikan
2.3
Angka melek huruf
penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan
laki-laki
P: 99,80%
L: 99,83%
(2007/2008)
P: 100%
L: 100%
(2009/2010)
100%
Dinas
Pendidikan
Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
RAD MDGs Jawa Tengah 16
Murni (APM) SD/MI/Paket A 97,08% dan APK SMP/MTs/Paket B 99,40%. Pada
jenjang Pendidikan Dasar, berdasarkan data indikator pembangunan bidang
pendidikan, terdapat peningkatan indikator Angka Partisipasi Murni (APM) pada
jenjang SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B sejak tahun 2007/2008, yakni APM
SD/MI/Paket A pada tahun 2007/2008 sebesar 92,77% meningkat menjadi
97,08% pada tahun 2010. Dibandingkan dengan rata-rata nasional (sebesar
95,23%), posisi Jawa Tengah sudah berada di atas rata-rata nasional. Kondisi ini
menunjukkan bahwa akses masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan
pada jenjang Sekolah Dasar mengalami peningkatan dari tahun 2007/2008
hingga tahun 2010. Apabila trend peningkatan tersebut dapat dipertahankan,
maka Jawa Tengah diharapkan dapat mencapai target MDGs pada jenjang
SD/MI/Paket A pada tahun 2015.
Perkembangan capaian APK dan APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B
dan SMA/SMK/MA/Paket C dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dapat
dilihat pada gambar 1.3 dan 1.4. Grafik tersebut menggambarkan bahwa selama
kurun waktu tersebut baik APK maupun APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B
dan SMA/SMK/MA/ Paket C menunjukkan peningkatan.
Gambar 1.3 Perkembangan APK SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan
SMA/SMK/MA/ Paket C Tahun 2008, 2009, 2010
Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
RAD MDGs Jawa Tengah 17
Gambar 1.4 Perkembangan APM SD/MI/ Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan
SMA/SMK/MA/ Paket C Tahun 2008, 2009, 2010
Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Didukung oleh peraturan perundangan dan berbagai kebijakan serta
upaya keras dari seluruh stakeholder, pembangunan pendidikan di Jawa Tengah
berhasil mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, antar
kelompok pendapatan, dan antar daerah terutama pada tingkat sekolah dasar.
Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat Sekolah Dasar (SD/MI/Paket A) telah
melampaui angka 100 %. Pada tahun 2009/2010 APK SD/MI/Paket A telah
mencapai 108% dan angka partisipasi murni (APM) sekitar 97,08 %. Pada tahun
yang sama, APK dan APM jenjang SMP/MTs/Paket B masing-masing mencapai
99,40% dan 76,87% (Gambar 1.3 dan 1.4). Pada tingkat Sekolah Dasar
(SD/MI/Paket A), disparitas partisipasi pendidikan antar Kabupaten/ Kota sudah
sangat kecil. Data Dinas Pendidikan menunjukan bahwa APM SD/MI/Paket A di
semua Kabupaten/ Kota telah mencapai lebih dari 90,0 %, kecuali Kabupaten
Kudus dengan APM sebesar 87,60% (Gambar 1.5). Perlu diketahui bahwa
capaian APM 100 % pada tingkat sekolah dasar tidak mungkin tercapai karena
terdapat kenyataan yang ada saat ini adalah banyak siswa SD kelas satu berusia
di bawah usia 7 tahun.
Sebaran APM SD/MI/Paket A pada masing-masing Kabupaten/Kota
menunjukkan bahwa masih terdapat 11 Kabupaten/Kota yang capaian APM
SD/MI/Paket A masih berada di bawah rata-rata Jawa Tengah. Namun demikian,
angkanya sudah berada di atas kisaran 85%. Capaian APM SD/MI/Paket A
92,77
RAD MDGs Jawa Tengah 18
terendah adalah Kabupaten Kudus, dengan APM SD/MI/Paket A sebesar 87,60%.
Hal ini disebabkan bahwa kecenderungan bahwa orang tua menyekolahkan anak
ke SD/MI di bawah usia 7 tahun. Gambar 1.5 menunjukkan capaian APM
SD/MI/Paket A Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah Tahun 2010.
Gambar 1.5 Capaian APM SD/MI/Paket A Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
Tahun 2009/2010
Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Indikator murid kelas 1 berhasil menamatkan SD/MI mengukur berapa
banyak siswa kelas 1 tahun tertentu dalam kurun waktu 6 tahun kemudian
berhasil menamatkan jenjang SD/MI. Data pada tahun ajaran 2007/2008 angka
kelulusan SD/MI sebesar 99,47% berarti pada tahun ajaran 2002/2003 jumlah
siswa kelas 1 ada sebesar 588.306 murid. Demikian pula pada tahun ajaran
2009/2010 jumlah siswa lulus sebesar 99,78% berarti pada tahun ajaran
2004/2005 jumlah murid kelas 1 sebanyak 573.895 murid. Hal ini menunjukan
adanya penurunan angka putus sekolah pada tingkat sekolah dasar termasuk
Madrasah Ibtidaiyah sebesar 0,33% terlihat pada gambar 1.6.
RAD MDGs Jawa Tengah 19
Gambar 1.6 Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Menamatkan Sekolah
Dasar Tahun 2010
Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Angka melek huruf penduduk Provinsi Jawa Tengah berusia 15-24 tahun
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Angka melek huruf telah
digunakan sebagai indikator tercapainya Education for All (EFA) dan MDGs serta
berperanan penting dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia. Melek
huruf merupakan prasyarat utama yang memungkinkan seseorang mengakses
informasi dan pengetahuan serta memiliki kemampuan untuk memperoleh
pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik.
Data Dinas Pendidikan tahun 2009-2010 menunjukan bahwa angka
melek huruf penduduk usia 15-24 tahun di Provinsi Jawa Tengah mencapai
100% baik untuk laki-laki maupun perempuan. Angka tersebut meningkat
dibandingkan tahun 2007/2008. Angka melek huruf pada tahun 2007/2008
sebesar 99,79% untuk laki-laki dan 99,85% untuk perempuan. Peningkatan
angka melek huruf terjadi antara lain karena peningkatan partisipasi penduduk
usia 15 – 24 tahun yang buta huruf untuk mengikuti program pendidikan
keaksaraan dan pendidikan non formal serta meningkatnya proporsi siswa yang
menamatkan SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B.
RAD MDGs Jawa Tengah 20
Gambar 1.7 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15-24 Menurut Kabupaten/Kota
di Jawa Tengah Tahun 2009/2010
Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Tujuan mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
memiliki tiga indikator, yaitu (1) rasio perempuan terhadap laki-laki ditingkat
pendidikan dasar menengah dan tinggi; (2) Kontribusi perempuan dalam
pekerjaan upahan di sektor non pertanian dan (3) Proporsi kursi yang diduduki
perempuan di DPRD. Rasio perempuan terhadap laki-laki tingkat pendidikan
dasar, menengah dan tinggi adalah angka hasil bagi APM perempuan jenjang
pendidikan tertentu dibagi dengan APM laki-laki pada jenjang pendidikan yang
sama. Apabila hasil bagi berada pada kisaran 95 – 105, dapat disimpulkan dalam
kategori terjadi kesetaraan gender. Terjadi ketimpangan gender apabila hasil
bagi lebih besar dari 105 atau lebih kecil dari 95. Gambaran status capaian
masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
RAD MDGs Jawa Tengah 21
Tabel 1.8 Status Capaian Tujuan ke-3 MDGs Jawa Tengah
Indikator Acuan Dasar
Saat ini
Target
MDGs
2015
Status Sumber
Tujuan 3 : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Target 3 A : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan
pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.
3.1
Rasio Perempuan terhadap laki-laki
ditingkat pen didikan dasar
menengah dan tinggi
- Rasio APM
perempuan/ laki-laki di SD/
MI/Paket A
93,46 (2004/2005)
99,32 (2009/2010)
100
BPS
- Rasio APM
perempuan/
laki-laki di SMP
100,12
(2004/2005)
105,66
(2009/2010)
100
BPS
- Rasio APM
perempuan/
laki-laki di SMA
92,96
(2004/2005)
98,19
(2009/2010)
100
BPS
- Rasio APM perempuan/
laki-laki di Perguruan
Tinggi
84,13
(2004/2005)
124,88
(2009/2010)
100
BPS
Indikator Acuan
Dasar Saat ini
Target MDGs
2015
Status Sumber
3.2
Rasio melek huruf perempuan
terhadap laki-laki pada kelompok
usia 15-24 tahun
95,96 (2007)
100 (2009)
100
BPS
3.3
Kontribusi perempuan
dalam pekerjaan upahan di sektor
non pertanian
64,16% (2007)
65,51% (2009)
Meningkat
Disnakertrans
duk
3.4
Proporsi kursi yang diduduki
perempuan di
DPRD
10,22%
(Pileg 2004)
14,75%
(Pileg 2009)
Meningkat
Kesbangpolin
mas
Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
RAD MDGs Jawa Tengah 22
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya meningkatkan kesetaraan
gender di berbagai bidang. Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan
terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B, SMA/MA/Paket C, dan
Pendidikan Tinggi (PT) berturut-turut sebesar 99,32, 105,66, 98,19, dan 124,88
pada tahun 2009/2010, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada
kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,95%. Dengan demikian,
Jawa Tengah sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan
gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun 2015. Di bidang
ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi perempuan dalam
pekerjaan upahan di sektor non pertanian sebesar 65,51% pada tahun 2009
meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 64,16% (sumber:
Disnakertransduk, 2009). Di samping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh
perempuan di DPRD Provinsi Jawa Tengah pada Pemilu terakhir juga mengalami
peningkatan menjadi 14,75%. Berdasarkan Data BPS tahun 2009/2010, APM baik
perempuan maupun laki-laki, pada SD/MI/Paket A sudah mencapai lebih dari
90%.
Disparitas antar Kabupaten/Kota masih merupakan masalah utama,
terutama pada tingkat pendidikan menengah. Data BPS 2009/2010 menunjukan
bahwa disparitas gender APM perempuan terhadap laki-laki pada SD/MI/Paket A
berkisar antara 93,50 (Kota Semarang) dan 104,13 (Kabupaten Karanganyar)
yang menunjukan bahwa rasio APM perempuan terhadap laki-laki hampir sama di
semua Kabupaten/ Kota terlihat pada gambar 1.8. APM perempuan terhadap laki-
laki pada SMP/ MTs/ Paket B berkisar antara 82,55 (Kabupaten Sragen) dan
147,15 (Kabupaten Wonosobo) terlihat pada gambar 1.9, sedangkan pada
SMA/MA/Paket C berkisar antara 54,12 (Kabupaten Rembang) dan 174,83
(Kabupaten Purbalingga) terlihat pada gambar 1.10. Rasio perempuan yang
duduk di Perguruan Tinggi pada tiga Kabupaten (Brebes, Grobogan, Purbalingga)
sebesar 0, sedangkan di Kabupaten/Kota lainnya berkisar antara 16,25
RAD MDGs Jawa Tengah 23
(Kabupaten Banjarnegara) dan 569,26 (Kabupaten Blora) terlihat pada gambar
1.11. Dari data tersebut terlihat bahwa APM perempuan terhadap laki-laki untuk
jenjang SMP/MTs/Paket B dan SMA/MA/Paket C perbedaannya relatif tidak begitu
jauh, sedangkan pada jenjang Perguruan Tinggi data antar Kabupaten/Kota
sangat luas.
Gambar 1.8 Rasio APM SD/MI/ Paket A Tahun 2009/2010
Sumber data : BPS tahun 2009
Gambar 1.9 Rasio APM SMP/MTs/Paket B Tahun 2009/2010
Sumber data : BPS tahun 2009
RAD MDGs Jawa Tengah 24
Gambar 1.10 Rasio APM SMA/MA/Paket C Tahun 2009/2010
Sumber data : BPS tahun 2009
Gambar 1.11
Rasio APM Perguruan Tinggi Tahun 2009/2010
Sumber data : BPS tahun 2009
Angka melek huruf perempuan dan laki-laki kelompok usia 15-24 tahun
telah mencapai sasaran MDGs. Pada tahun 2009/2010, Disparitas gender angka
RAD MDGs Jawa Tengah 25
melek huruf antara perempuan dan laki-laki Provinsi Jawa Tengah kelompok usia
15-24 tahun sudah mencapai 100.
Di bidang ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
perempuan lebih rendah dibandingkan dengan TPAK laki-laki. Data BPS tahun
2010 menunjukan bahwa TPAK perempuan tidak menunjukan peningkatan yang
signifikan, hanya berkisar sekitar 27,70 %. Angka tersebut jauh lebih rendah jika
di bandingkan dengan TPAK laki-laki yang rata-rata 84 % selama periode yang
sama.
Persentase perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian
memperlihatkan kecenderungan meningkat, yang termasuk pekerja upahan di
sektor non-pertanian adalah buruh/karyawan/pegawai dan pekerja bebas yang
bekerja di lapangan kerja sektor nonpertanian. Data Disnakertransduk
menunjukan bahwa kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan non-
pertanian mengalami peningkatan, dari sebesar 64,16 % pada tahun 2007
menjadi sebesar 65,51 % pada tahun 2009. Gambar 1.12 menunjukkan
kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non-pertanian pada
Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.
Gambar 1.12 Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan
di sektor non pertanian Kab/Kota Se Jawa Tengah
Tahun 2009
Sumber data : Disnakertransduk Provinsi jawa Tengah
RAD MDGs Jawa Tengah 26
Kemajuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan juga diukur
berdasarkan proporsi perempuan di lembaga-lembaga publik (legislatif, eksekutif,
dan yudikatif), menunjukan adanya peningkatan yang cukup berarti. Hal ini
dapat dilihat dari proporsi perempuan yang menduduki kursi di DPRD mengalami
peningkatan dari 10,22 % pada tahun 2004 menjadi 14,75 % pada tahun 2009.
Di bidang politik, kemajuan yang dicapai antara lain adalah dengan di
tetapkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Komisi Pemilihan
umum (KPU), Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, disusul
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-Undang tersebut mengamanatkan dengan
jelas 30 % keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik di tingkat
pusat dan daerah dalam daftar yang diajukan untuk calon anggota legislatif.
Gambar 1.13 menunjukkan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD.
Gambar 1.13 Proporsi Kursi yang Diduduki Perempuan Di DPRD
Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2009
Sumber data : Kesbangpolinmas Provinsi jawa Tengah
RAD MDGs Jawa Tengah 27
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah: menurunkan Angka
Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015
dengan indikator (1) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup; (2)
Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup; dan (3) Persentase anak usia 1
tahun yang diimunisasi campak.
Tabel 1.9 Status Capaian Tujuan 4 MDGs Jawa Tengah
Indikator Acuan Dasar
Saat ini Target
MDGs 2015 Status Sumber
Target 4 A : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan 2015
4.1
Angka Kematian Bayi
(AKB) per 1.000 kelahiran hidup
48,8 SDKI;
Jateng 1991
10,62
(2010) 8,5 Dinkes
4.2
Angka Kematian Balita
(AKBA) per 1.000
kelahiran hidup
79,8
SDKI; Jateng
1991
12,02 (2010)
11,85 Dinkes BPS
4.3
Proporsi anak berusia
1 tahun diimunisasi campak
72,3% SDKI;
Jateng 2007
95%
2010 95% Dinkes
SDKI JATENG
Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 1991
sampai dengan 2010 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1991 AKB
sebesar 48,8/ 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2010 menurun menjadi 10,62 /
1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan target MDGs tahun 2015 sebesar 23 / 1.000
kelahiran hidup kondisi ini telah mencapai target. Pada Tahun 2015 target
capaian AKB Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,5/1.000 kelahiran hidup.
Target 4A: menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per
tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015
RAD MDGs Jawa Tengah 28
Gambar 1.14 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002 – 2010
(per 1.000 kelahiran hidup)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Gambar 1.15
Perbandingan Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2003 – 2010 (per 1.000 kelahiran hidup)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Jumlah kasus kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sejumlah
6.181 kasus yang tersebar di 35 kabupaten/kota dengan jumlah kelahiran hidup
582.074.
RAD MDGs Jawa Tengah 29
Kabupaten/Kota dengan kasus kematian bayi tertinggi adalah Kabupaten
Kebumen (540 kasus), Kota Semarang (337 kasus) dan Kabupaten Brebes (312
kasus). Kabupaten dengan kasus kematian bayi terendah adalah Kota Magelang
(13 kasus), Kota Tegal (15 kasus) dan Kota Salatiga (29 kasus).
Gambar 1.16 Jumlah Kematian Bayi di Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010
(orang)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Menurunnya AKB di Jawa Tengah disebabkan oleh meningkatnya
pelayanan kesehatan pada bayi. Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN-1) di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 96,82 %, dengan cakupan Kabupaten/
Kota tertinggi adalah Kabupaten Kebumen (101,36 %) dan Kabupaten dengan
cakupan terendah adalah Kabupaten Wonosobo (83,21 %). Masih terdapat 11
kabupaten dengan cakupan kunjungan neonatal pertama dibawah cakupan
Provinsi Jawa Tengah.
RAD MDGs Jawa Tengah 30
Gambar 1.17 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Kab/Kota se-Jateng
Tahun 2010 (%)
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jateng 2010
Cakupan pelayanan kesehatan bayi adalah cakupan bayi yang
mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari
– 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1
kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2010 sebesar
94,14%, Kabupaten/Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kota Semarang
(109,18%) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten
Pemalang (76,23 %). Sampai dengan tahun 2010 cakupan kunjungan bayi yang
masih di bawah capaian Jawa Tengah sebanyak 14 Kabupaten/Kota, yaitu
Kabupaten Pemalang, Sragen, Cilacap, Boyolali, Jepara, Karanganyar, Brebes,
Kota Tegal, Rembang, Purworejo, Purbalingga, Kota Magelang, Kudus dan
Wonosobo.
RAD MDGs Jawa Tengah 31
Gambar 1.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Kab/Kota Se Jawa Tengah
Tahun 2010 (%)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Angka Kematian Balita (AKBA). AKBA Provinsi Jawa Tengah dari tahun
2005 (10,02 / 1.000 kelahiran hidup) sampai dengan tahun 2010 (12,02/1.000
kelahiran hidup) mengalami peningkatan, namun demikian masih dibawah target
MDGs tahun 2015 (32 / 1.000 kelahiran hidup). Diharapkan pada tahun 2015
target AKBA Provinsi Jawa Tengah (11,85/ 1.000 kelahiran hidup) dapat tercapai.
RAD MDGs Jawa Tengah 32
Gambar 1.19 Angka Kematian Balita (AKBA) Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2010 (per 1.000 kelahiran hidup)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Jumlah kasus kematian anak balita di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2010 sejumlah 813 kasus yang tersebar di 35 kabupaten/kota.
Kabupaten / Kota dengan kasus kematian anak balita terbanyak adalah Kota
Semarang (90 kasus), Kabupaten Cilacap (84 kasus) dan Kabupaten Jepara (59
kasus). Kabupaten / Kota dengan kasus terkecil adalah Kota Salatiga (2 kasus),
Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Tegal dimana masing masing 4 kasus.
Gambar 1.20 Jumlah Kematian AKBA di Kab/kota se - Jawa Tengah Tahun 2010
(orang)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
RAD MDGs Jawa Tengah 33
Cakupan pelayanan kesehatan anak balita di Jawa Tengah sebesar
76,38 %, dimana Kabupaten / Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten
Semarang (99,57 %) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kota
Salatiga (22,40%). Cakupan pelayanan kesehatan anak balita kabupaten/kota
yang masih dibawah capaian Jawa Tengah sebanyak 18 kabupaten/kota meliputi
Kota Salatiga, Kabupaten Magelang, Pekalongan, Karanganyar, Batang, Kota
Pekalongan, Grobogan, Banjarnegara, Kota Surakarta, Blora, Cilacap, Kota Tegal,
Wonosobo, Pemalang, Kota Magelang, Jepara, Sukoharjo, dan Purworejo.
Gambar 1.21
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kab/Kota Jawa Tengah
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Proporsi anak - anak berusia 1 tahun di-imunisasi campak di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 94,7 % menurun dibandingkan dengan
tahun 2009 yaitu sebesar 96,7 %. Target MDGs untuk indikator ini telah tercapai.
Namun demikian, masih diperlukan berbagai upaya meningkatkan dan
mempertahankan cakupan pelayanan imunisasi campak sehingga target Provinsi
Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 95% dapat tercapai.
Imunisasi merupakan salah satu cara dalam rangka pencegahan penyakit
menular dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Peningkatan
imunisasi sebesar 3 persen dapat menurunkan kematian anak balita sebesar 1
per 1.000 kelahiran hidup (UNSD 2009, ADB).
RAD MDGs Jawa Tengah 34
Gambar 1.22 Proporsi Anak-anak Berusia 1 Tahun diimunisasi Campak
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 (diolah)
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah sebagai berikut:
1. Target 5a: menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga tiga per empat
dalam kurun waktu 1990 – 2015 dengan indikator sebagai berikut:
a. Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup
b. Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih
2. Target 5b: mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun
2015 dengan indikator sebagai berikut:
a. Angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/ CPR) bagi
perempuan menikah usia 15 – 49 tahun saat ini, cara modern.
b. Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15 – 19 tahun) per 1,000
perempuan usia 15-19.
c. Cakupan pelayanan antenatal (K4 atau empat kali kunjungan)
d. Unmetneed (kebutuhan keluarga berencana/KB yang tidak terpenuhi)
RAD MDGs Jawa Tengah 35
Status pencapaian tujuan 5 MDGs di Jawa Tengah sebagai berikut:
Tabel 1.10
Status Capaian Tujuan 5 MDGs Jawa Tengah
Indikator Acuan
Dasar Saat ini
Target
MDGs 2015
Status Sumber
Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target 5 A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga perempat dalam kurun waktu 1990 – 2015
5.1
Angka Kematian Ibu
per 100.000 kelahiran
hidup
2005 : 115,57
104,97 (2010)
60
Dinkes
BPS
5.2
Proporsi kelahiran
yang ditolong tenaga
kesehatan terlatih (%)
2009:
84,30%
(Susenas)
93,93 % (2010)
100% Dinkes
Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
5.3
Angka pemakaian
kontrasepsi/Contraceptive Prevalence Rate
(CPR) pada perempuan menikah
usia 15-49 tahun (Cara
Modern)
2007 : 60%
(SDKI Jateng)
65,2% (2010)
70,60%
BKKBN
BP3AKB Dinkes
5.5
Tingkat kelahiran pada remaja (per 1.000
perempuan usia 15 – 19 tahun)
1991 :
Kota : 39
Desa : 82 Total : 67
(SDKI)
25,3
(2010) 22,92 BKKBN
BP3AKB Dinkes
5.6 Cakupan pelayanan
antenatal (K4)
1995 :
K4 : 64,8%
(Profil Kesehatan)
K4 :
92,04% 95% Dinkes
5.7
Unmet need KB
(Kebutuhan keluarga berencana / KB yang
tidak terpenuhi)
2000 :
12,66% (LUB BKKBN
Jateng)
11,59% (2010)
4,1% BKKBN
BP3AKB Dinkes
Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 (115,57/
100.000 kelahiran hidup) mengalami penurunan pada tahun 2010 (104,97 /
100.000 kelahiran hidup). Dibandingkan dengan target MDGs (102 per 100.000
kelahiran hidup), target Jawa Tengah tahun 2015 (60 per 100.000 kelahiran
hidup) pada kondisi akan tercapai. Upaya yang dilakukan untuk menekan AKI di
Jawa Tengah antara lain melalui penerapan program Jampersal sehingga
persalinan dilakukan dengan gratis, rencana penerbitan Peraturan Gubernur yang
Target 5A: menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015
RAD MDGs Jawa Tengah 36
mengatur tentang pelayanan persalinan yang harus berada di sarana kesehatan
dan dilakukan oleh petugas/tenaga kesehatan, peningkatan kualitas puskesmas
melalui pelayanan PONED dan Rumah Sakit melalui pelayanan PONEK dan
peningkatan kualitas tenaga kesehatan.
Menurunnya AKI ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya
persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan
kunjungan kehamilan sebanyak empat kali/ K4) dan meningkatnya persalinan
oleh tenaga kesehatan. Sampai dengan tahun 2010 cakupan K4 sebesar 92,04%
dan kelahiran hidup dengan proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan
terlatih (cakupan PN) sebesar 93,93%.
Intervensi kunci yang mempengaruhi AKI mencakup pelayanan antenatal
yang baik, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, perawatan yang
memadai untuk kehamilan resiko tinggi termasuk pencegahan ibu hamil
komplikasi, program keluarga berencana untuk menghindari kehamilan dini,
mengurangi tingkat aborsi tidak aman dan post abortion care serta program-
program perubahan perilaku di kalangan perempuan usia subur.
Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu melaksanakan Pelayanan
Obstetric Neonatal Emergensi Dasar (PONED) sebesar 30,91 % Puskesmas dan
persentase RS Kabupaten / Kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetric
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) sebesar 40 %.
Gambar 1.23 Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010
(Per-100.000 kelahiran hidup)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
RAD MDGs Jawa Tengah 37
Gambar 1.24 Perbandingan Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah dengan Nasional Tahun 2006 – 2010 serta Target 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Jawa Tengah sampai dengan
tahun 2010 sebesar 611 kasus, dengan kontribusi terbesar adalah Kabupaten
Pemalang sebanyak 48 kasus, diikuti Kabupaten Brebes (36 kasus) sebagaimana
pada grafik berikut:
Gambar 1.25 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan Kab/Kota Se Jawa Tengah
Tahun 2010 (orang)
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi
RAD MDGs Jawa Tengah 38
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2010 sebesar
93,93%. Dibandingkan dengan target MDGs kondisi ini sudah tercapai dan pada
tahun 2015 akan mencapai target Jawa Tengah (100%). Sampai dengan tahun
2010 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di kabupaten/kota yang masih
dibawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 17 Kabupaten/Kota, yaitu Kab.
Banyumas, Kota Magelang, Banjarnegara, Brebes, Tegal, Blora, Cilacap,
Purbalingga, Pati, Wonosobo, Pemalang, Jepara, Klaten, Kota Semarang,
Rembang, Kota Pekalongan dan Kab. Batang.
Gambar 1.26 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten/Kota
di Jawa Tengah
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Pada tahun 2010 persentase cakupan peserta KB aktif (CPR) perempuan
menikah (15-49 tahun) cara modern sebesar 65,5% mengalami peningkatan
apabila dibandingkan tahun 2007 (60%) serta telah mencapai Target MDGs di
tahun 2015. Target Jawa Tengah tahun 2015 (70,6%), diharapkan dapat
tercapai (on track).
Sampai dengan tahun 2010 jumlah persalinan pada anak remaja (15 – 19
tahun) per 1.000 perempuan sebesar 25,3% dan diharapkan pada tahun 2015
turun menjadi 22,92%.
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua
pada tahun 2015
RAD MDGs Jawa Tengah 39
Cakupan antenatal care (K4) Jawa Tengah Tahun 2010 (77,28%)
mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 1995 (64,8%), dan
diharapkan dapat mencapai target pada tahun 2015 sebesar 95%.
Jumlah pasangan usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi
(unmetneed) mengalami penurunan, pada tahun 2000 (LUB BKKBN Jateng)
sebesar 12,66% turun menjadi 11,59% tahun 2010. Target unmetneed Provinsi
Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 4,1% diharapkan dapat tercapai.
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah:
1. Target 6a: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus
baru dengan indikator :
a. Prevalensi HIV dari total populasi.
b. Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi
terakhir.
c. Persentase penduduk 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan
komprehensif tentang HIV/AIDS.
2. Target 6b: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua
yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015 dengan indikator proporsi
penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obat
antiretroviral.
3. Target 6c: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus
baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 dengan
indikator:
a. Angka kejadian Tuberkulosis per 100.000 penduduk.
b. Tingkat prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk.
c. Proporsi kasus TB yang ditemukan melalui DOTS.
d. Proporsi kasus TB yang disembuhkan melalui DOTS (cure rate).
RAD MDGs Jawa Tengah 40
e. Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk.
f. Angka Kesakitan DBD (per 100.000 penduduk).
g. Kematian DBD.
Status pencapaian tujuan ke-6 di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
Tabel 1.11 Status Capaian Tujuan 6 MDGs Jawa Tengah
Indikator Acuan Dasar
Saat ini Target
MDGs 2015 Status Sumber
Tujuan 6 : Memerangi HIV dan AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
Target 6 A : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015
6.1 Prevalensi HIV
(1990) : 0,16
(Pusdatin Depkes)
0,25 <0,5
Dinkes
6.2
Penggunaan kondom
pada hubungan seks berisiko tinggi
(2002/3) :
12,8 (SKRRI-BPS)
30% 70% Dinkes
6.3
Proporsi penduduk
usia 15-24 tahun yang memiliki
pengetahuan
komprehensif tentang HIV dan AIDS
- 14,3% 85%
Dinkes
Target 6 B : Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV / AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015
6.4
Proporsi penduduk
terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses
pada obat obatan antiretroviral
- 35,33% 95%
Dinkes
Target 6 C : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit
utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 2015
6.5
Angka kejadian
tuberkulosis (insiden
semua kasus/ 100.000 penduduk/
tahun)
(1990) : 343
(lap TB Global, WHO)
107 88
Dinkes
6.6
Tingkat prevalensi
tuberkulosis (per
100.000 penduduk)
(1990) : 443
(Lap TB
Global, WHO)
Belum ada data
219
Dinkes
6.7
Tingkat kematian
karena tuberculosis
(per 100.000 penduduk)
(1990) : 92 (Lap TB
Global, WHO)
2,13 <3
Dinkes
6.8
Proporsi kasus TB
yang ditemukan melalui DOTS
(2000) : 19,7
% 53,72% 90%
Dinkes
RAD MDGs Jawa Tengah 41
Indikator Acuan
Dasar Saat ini
Target
MDGs 2015 Status Sumber
6.9
Proporsi kasus TB yang disembuhkan
melalui DOTS (cure rate)
(2000) : 87,0
% 90,57% 90%
Dinkes
6.10
Angka penemuan
kasus Malaria per 1.000 penduduk
4,68 0,101 0,01 Dinkes
Penyakit Menular
Lainnya: DBD **)
6.11 Angka Kesakitan DBD (per 100.000
penduduk)
(2000) : 19,1 % (Dinkes
Jateng)
59,5 % 35%
Dinkes
6.12 Angka Kematian DBD
(2000) : 1,31 (Dinkes
Jateng)
1,23
1%
Dinkes
Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
**) Demam Berdarah Dengue, di Jawa Tengah merupakan jenis penyakit menular yang perlu
mendapatkan perhatian serius meskipun tidak termasuk dalam salah satu indikator pada tujuan
ke-6 Road Map RAD MDG’s 2015.
Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 dan Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010
Prevalensi kasus HIV di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010
sebesar 0,25% dari total penduduk. Kondisi ini telah mencapai target apabila
dibandingkan dengan target MDGs dan target Jawa Tengah tahun 2015 (<
0,5%). Dalam rangka mengendalikan penyebaran HIV/AIDS perlu upaya
penemuan kasus di masyarakat mengingat hal ini seperti “fenomena gunung es”.
Penularan HIV dan AIDS disebabkan oleh hubungan seks yang beresiko
dengan tidak menggunakan kondom dan pemakaian narkoba melalui jarum
suntik. Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang memiliki pengetahuan
tentang HIV dan AIDS pada tahun 2010 mencapai 14,3%, dan jumlah orang
yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing HIV
sebesar 6.535 orang, persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan
pencegahan penularan HIV sesuai pedoman sebesar 46 %, penggunaan kondom
pada kelompok hubungan seks berisiko tinggi sejumlah 30 % dan ODHA yang
diobati/yang mendapatkan antiretoviral therapy sebesar 36,33 %.
RAD MDGs Jawa Tengah 42
Jumlah penderita HIV dan AIDS Jawa Tengah dari tahun 1993 sampai
dengan tahun 2010 sebesar 3.313 orang, dengan rincian 1.441 kasus AIDS dan
1.872 HIV. Kabupaten/kota yang penderita HIV dan AIDS tertinggi adalah Kota
Semarang yaitu mencapai lebih dari 650 kasus.
Gambar 1.27
Jumlah Kasus HIV AIDS Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun 1993 – 2010
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015
Angka Kejadian TB Paru di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010
sebesar 107/100.000 penduduk, dengan tambahan kasus baru sebesar 53,72%
dan persentase kasus TB yang dapat disembuhkan sebesar 89,3%. Angka
kejadian TB Paru pada tahun 2015 akan turun sesuai dengan target Jawa Tengah
(88 per 100.000 penduduk)
Case Detection Rate (CDR) TB Paru Kabupaten/Kota yang capaiannya
dibawah rata-rata Jawa Tengah, sebanyak 18 Kabupaten/Kota. Adapun CDR TB
Paru terendah berada di Kabupaten Boyolali.
RAD MDGs Jawa Tengah 43
Gambar 1.28
Realisasi dan Target Penemuan TB Paru Kab/Kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010 (%)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Pada tahun 2010 angka kematian karena TB Paru sebesar 2,3%, dibawah
target Jawa Tengah tahun 2015 yaitu 3%. Kondisi ini dikarenakan kesadaran
penderita untuk minum obat secara teratur mengalami peningkatan dilihat dari
capaian kesembuhan melalui program DOTS sebesar 90,57%.
Angka penemuan kasus malaria di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2010 sebesar 0,101 per 1.000 penduduk. Daerah endemis malaria di Jawa
Tengah adalah Purbalingga, Banjarnegara, Purworejo dan Banyumas. Pada tahun
2010 prevalensi Malaria (API) paling tinggi adalah Kabupaten Purbalingga.
RAD MDGs Jawa Tengah 44
Gambar 1.29 Prevalensi Malaria Se Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010
(API per 1.000 jumlah penduduk)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Angka kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010
sebesar 60,51 / 100.000 penduduk dan angka kematian DBD sebesar 1 %.
Target Jawa Tengah untuk Angka kesakitan DBD adalah 35 per 100.000
penduduk. Angka kesakitan DBD terbesar adalah Kota Semarang, disusul adalah
Kota Magelang, Kab. Jepara, Kab. Kudus, Kota Salatiga, Kota Tegal , Kota
Surakarta, Kab. Batang, Kab. Pati dan Kab. Sragen.
Gambar 1.30 Angka Kesakitan DBD kab/kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010
(per 100.000 penduduk)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
RAD MDGs Jawa Tengah 45
Penyakit DBD bukan penyakit yang menjadi target pencapaian MDGs,
namun demikian kasus kesakitan dan kematian penyakit DBD menjadi program
prioritas di Provinsi Jawa Tengah sehingga perlu adanya penanganan yang serius
dan bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor Kesehatan namun memerlukan
dukungan lintas sektor.
Gambar 1.31 Angka Kematian DBD Kab/kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010 (%)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Tujuan 7 MDGs mencakup empat target, yaitu (1) Target 7A: Memadukan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan
program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang; (2)
Target 7B: Mengurangi laju kehilangan keanekaragaman hayati dan mencapai
penurangan yang signifikan pada tahun 2010; (3) Target 7C: Menurunkan hingga
setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air
minum layak dan sanitasi layak hingga tahun 2015; dan Target 7D: Mencapai
peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman
kumuh pada tahun 2020.
Terdapat sembilan indikator yang harus dicapai untuk mencapai tujuan 7
MDGs, yaitu (1) Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil
RAD MDGs Jawa Tengah 46
pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan; (2) Jumlah
emisi karbon dioksida (CO2)e; (3) Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO);
(4) Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman. (5)
Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati
terhadap total luas kawasan hutan; (6) Rasio kawasan lindung perairan terhadap
total luas perairan territorial; (7) Proporsi rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan; (8) Proporsi
rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar, perkotaan
dan perdesaan; dan (9) Proporsi rumahtangga kumuh perkotaan. Status
pencapaian tujuan 7 MDG’s di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
Tabel 1.12 Status Capaian Tujuan ke-7 MDGs Jawa Tengah
Indikator Acuan Dasar
Saat ini Target MDGs
2015 Status Sumber
Tujuan 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Target 7A: memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang
7.1
Rasio luas kawasan tertutup pepohonan
berdasarkan hasil
pemotretan citra satelit dan survei foto
udara terhadap luas daratan
30,55%
(2006)
32%
(2010) 33%
Dinas
Kehutanan
7.2 Jumlah emisi karbon
dioksida (CO2)
30.718 Gg CO2e
(2008)
Berkurang 2%
pada tahun 2029 atau
31.500 Gg CO2 e (2015)
dengan tutupan
lahan sama dengan kondisi
th 2010
Badan LH (hasil
perhitungan)
7.3
Jumlah konsumsi
bahan perusak ozon (BPO)
28,4 ton
(2010)
Jumlah konsumsi
bahan perusak ozon (BPO)
menjadi 27,01 Ton
Badan LH
7.4
Proporsi tangkapan
ikan yang berada
dalam batasan biologis yang aman
92,91%
(1997)
102,3%
(2008)
100%
Dinas
Kelautan dan
Perikanan
RAD MDGs Jawa Tengah 47
Indikator Acuan
Dasar Saat ini
Target MDGs
2015 Status Sumber
Target 7B : menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 2010
7.5
Rasio luas kawasan
lindung untuk menjaga kelestarian
keanekaragaman
hayati terhadap total luas kawasan hutan
22,34%
(2008)
22,34% (2010)
(kawasan hutan terdiri dari hutan rakyat dan
hutan Negara)
22,34%
(tetap), tutupan pohon
pada kawasan lindung
meningkat 5% dari th 2010
Dinas
Kehutanan
BLH
7.6
Rasio kawasan
lindung perairan terhadap total luas
perairan territorial
0,0000
93%
(2008)
0,000093% (2010)
Meningkat
0,032%
dengan bertambahnya
luasan kawasan lindung
perairan Ujung Negoro,
Batang seluas
49,425 ha
Dinas
Kelautan dan
Perikanan
Target 7C : menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan
terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015.
7.7 Proporsi rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum
layak, perkotaan dan
perdesaan
16,99% (2007)
23,46% (2010)
57,72%
Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang
Perkotaan 33,2%
(2007)
38%
(2010) 75.00%
Dinas Cipta
Karya dan
Tata Ruang
Perdesaan 9%
(2007)
16,3%
(2010) 52,8%
Dinas Cipta
Karya dan Tata Ruang
7.8 Proporsi rumah tangga dengan akses
berkelanjutan
terhadap sanitasi dasar, perkotaan dan
perdesaan
51% (2007)
57% (2010)
72%
Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang
7.9 Proporsi
rumahtangga kumuh perkotaan
5% 4,98% 4,76%
Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang
Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus
RAD MDGs Jawa Tengah 48
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan
Rasio luas kawasan pepohonan terhadap luas daratan di Jawa Tengah
tercatat sebesar 32% pada tahun 2010, naik secara signifikan bila dibandingkan
dengan tahun 2006 yaitu seluas 30,55%. Pada tahun 2015 ditargetkan rasio
kawasan pepohonan terhadap luas daratan di Jawa Tengah mengalami
peningkatan menjadi sebesar 33%. Hal ini sesuai dengan target MDGs nasional
yang hanya mentargetkan peningkatan rasio kawasan pepohonan terhadap luas
daratan.
Emisi CO2 (e) berdasarkan penghitungan yang dilakukan pada tahun
2010 menggunakan baseline data tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah emisi
CO2 (e) di Jawa Tengah sebesar 30.718 Gg. Perhitungan tersebut dilakukan
dengan mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya sektor kehutanan,
pertanian, perkebunan, energi, peternakan dan sampah. Sumber emisi CO2(e)
paling besar bersumber dari penggunaan energi yang mencapai 78,45%,
terutama akibat penggunaan kendaraan bermotor yang sulit dibatasi. Di Jawa
Tengah emisi CO2 (e) ditargetkan berkurang sebesar 2%, jauh lebih rendah dari
target nasional (menurun sebesar 26%). Untuk mewujudkan target tersebut
diperlukan kerja keras, sebab menurunkan emisi CO2 tidak mudah, dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik aktivitas alamiah maupun aktivitas manusia. Prediksi
tahun 2015 sesuai dengan trend kegiatan masyarakat emisi (e) di Jawa Tengah
mencapai 34 juta ton dengan catatan kondisi lingkungan tutupan daratan
berdasarkan tahun 2010.
Dengan adanya upaya pengelolaan lingkungan maka jumlah emisi
CO2(e) pada tahun 2015 dapat diminimalkan menjadi hanya 31,5 juta ton.
RAD MDGs Jawa Tengah 49
Gambar 1.32
Emisi CO2e di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008
NO SEKTOR EMISI CO2e (ton)
1. Energi 24.096.756
2. Proses/ Produk Industri
1.724.788
3.a Pertanian 875.664
b. Peternakan 79.976
c. Perikanan 1.160
4. Sampah 3.973.819
Jumlah 30.752.163
Gambar 1.33 Emisi CO2e di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
Tahun 2008
20.03.2011
Konsumsi bahan perusak ozon (BPO) di Jawa Tengah dihitung
berdasarkan selisih refrigerant ramah lingkungan yang tersalur dengan sisa yang
tidak tersalur pada akhir tahun. Pada tahun 2010 konsumsi BPO di Jawa Tengah
sebesar 28,4 ton. Pemerintah pusat mentargetkan pada tahun 2015 penggunaan
CFCs tidak ada lagi, dan mengurangi penggunaan HCFCs. Kondisi ini memerlukan
RAD MDGs Jawa Tengah 50
perhatian yang serius menginggat kebutuhan masyarakat terhadap peralatan
yang menggunakan refrigeran semakin meningkat, sementara refrigeran jenis
lain yang lebih ramah lingkungan belum ditemukan. Penggunaan CFCs juga
diperkirakan masih ada, dan sulit sekali dideteksi karena dilakukan secara ilegal.
Pada tahun 2015 ditargetkan pemakaian bahan perusak ozon di Jawa Tengan
dapat berkurang dengan adanya peningkatan pemakaian refrigeran ramah
lingkungan 4% pada tahun 2015 menjadi 27,01 ton. Untuk mendorong hal
tersebut maka program monitoring dan pengawasan terhadap distribusi
pemakaian refrigeran yang ramah lingkungan di Jawa Tengah perlu ditingkatkan.
Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman
di jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 102,3%. Kondisi ini menunjukkan
bahwa telah terjadi overfishing di perairan Jawa Tengah. Pada tahun 2015
ditargetkan proporsi tangkapan ikan dalam batasan biologis yang aman di Jawa
Tengah sebesar 100%, artinya tidak melebihi batasan biologis yang aman. Hal ini
dapat terwujud apabila ada penambahan kapal penangkap ikan berukuran 30 GT
keatas yang memiliki jangkauan wilayah penangkapan di wilayah yang lebih jauh,
tentunya diikuti dengan penggantian kapal berukuran kecil.
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.
Kawasan perlindungan daratan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2010 seluas 310.531,97 ha, terdiri dari kawasan lindung diluar hutan seluas
222.759 ha, dan kawasan lindung dalam kawasan hutan seluas 87.772,97 ha.
Diketahui bahwa rasio luas kawasan lindung terhadap luas kawasan hutan
sebesar 22,34%. Rasio luas kawasan lindung ini tidak mengalami perubahan tiap
tahunnya, namun dilihat dari kualitasnya semakin menurun. Target rasio
kawasan lindung di Jawa Tengah pada tahun 2015 tetap yaitu sebesar 22,34%
dan peningkatan tutupan pohon pada kawasan lindung sebesar 5%.
Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung perairan laut di
Jawa Tengah sejak tahun 2008 sampai dengan 2010 mempunyai luasan yang
tetap yaitu 160 ha (0,000093% dari luas teritorial perairan Provinsi Jawa
RAD MDGs Jawa Tengah 51
Tengah), terdiri dari luas kawasan lindung perairan Karimunjawa 111,625 ha,
dan perairan Ujung Negoro Batang seluas 49,425 ha. Walaupun tidak mengalami
perubahan luasan kawasan lindung, namun kualitasnya semakin menurun akibat
aktivitas yang tidak ramah lingkungan. Pada tahun 2015 ditargetkan luas
kawasan lindung laut dan kawasan konservasi perairan tawar dan payau
meningkat 0,032% dengan bertambahnya luasan kawasan lindung perairan
Ujung Negoro Batang seluas 49,425 ha, dan kualitasnya meningkat dibanding
tahun 2010. Program yang dapat mendukung pencapaian target tersebut yaitu
Program Pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, melalui
kegiatan Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi dan Jenis.
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015
Proporsi rumah tangga yang terlayani akses air bersih di perkotaan dan
perdesaan di Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 23,46%, mengalami
kenaikan dari tahun 2007 sebesar 16,99%. Cakupan pelayanan air bersih di
wilayah perkotaan pada tahun 2010 sebesar 38% dan di wilayah perdesaan
sebesar 16,3%; mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007, yaitu sebesar
33,2% untuk wilayah perkotaan, dan 9% untuk wilayah perdesaan. Pencapaian
ini masih jauh dari target MDGs nasional sebesar 75,29% untuk wilayah
perkotaan, dan 65,81% untuk wilayah perdesaan. Pencapaian tersebut juga
masih jauh dari yang ditetapkan oleh pemerintah pusat di Jawa Tengah, yaitu
pada tahun 2015 sebesar 57,72% di seluruh wilayah (perkotaan dan perdesaan),
sebesar 75.0% untuk wilayah perkotaan, dan sebesar 52,8% untuk wilayah
perdesaan. Kondisi ini disebabkan oleh sulitnya mengembangkan sumber air
baku dan lemahnya institusi dan manajemen PDAM serta keterlibatan aktif/
partisipasi masyarakat yang masih rendah.
Proporsi rumah tangga di Jawa Tengah dengan akses berkelanjutan
terhadap sanitasi dasar di wilayah perkotaan dan perdesaan pada tahun 2010
sebesar 57%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebesar 51%.
Pencapaian ini masih jauh dibandingkan target MDGs nasional tahun 2015
RAD MDGs Jawa Tengah 52
sebesar 68,87%, dan target Jawa Tengah sebesar 72,00%. Secara umum
Pelayanan Pengelolaan Persampahan baru mencapai 68%, Pelayanan
Pengelolaan Limbah baru mencapai 55%, Pelayanan Pengelolaan Drainase baru
mencapai 50%.
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan
penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
Kondisi pencapaian target 7D di Jawa Tengah diketahui dari jumlah
rumah tangga kumuh di perkotaan, yaitu sebanyak 115.000 rumah tangga atau
5% dari 2.300.000 rumah tangga kumuh di Jawa Tengah. Kondisi ini masih
belum memenuhi target capaian Propinsi Jawa Tengah sebesar 4,76% dan masih
jauh dari target nasional tahun 2020 yaitu tidak ada rumah tangga kumuh di
perkotaan (0%).
RAD MDGs Jawa Tengah 53
1.2. Permasalahan dan Tantangan
1.2.1 Permasalahan
Berdasarkan kondisi capaian target tujuan pembangunan milennium
permasalahan dihadapi dalam rangka akselerasi pencapaian target tujuan
pembangunan milennium di Provinsi Jawa Tengah hingga tahun 2015
adalah sebagai berikut:
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari perhari dalam kurun waktu 1990-2015.
1. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia kelompok masyarakat miskin,
sebagian besar kelompok usia produktif berpendidikan rendah (SD/
sederajat).
2. Rendahnya akses terhadap pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan,
perumahan, air bersih dan sanitasi).
3. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha.
4. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah (legalitas).
5. Rendahnya pemilikan aset usaha dan akses terhadap permodalan
sehingga belum dapat melakukan kegiatan usaha ekonomi produktif
baik pada skala mikro maupun kecil.
6. Lemahnya jaminan rasa aman dan kurangnya partisipasi dalam tahap-
tahap pembangunan.
7. Sebagian besar penduduk miskin bertempat tinggal dan bekerja di
perdesaan (57,72%) dan selebihnya di perkotaaan (42,28%).
RAD MDGs Jawa Tengah 54
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda
1. Masih banyaknya penduduk usia kerja yang bekerja di sektor pertanian
dan industri, yang sebagian besar berstatus buruh tani dan buruh
industri karena tingkat pendidikan yang rendah, sehingga berpengaruh
terhadap tingkat pendapatanya.
2. Masih banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor informal, yang
kurang mendapatkan perlindungan kerja/sosial serta jaminan
kepastian keberlanjutan usaha.
3. Terdapat sektor-sektor usaha tertentu yang bersifat padat modal,
sehingga berpengaruh terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja.
4. Masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan
dibanding laki-laki.
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang Pola Gizi Seimbang
yang disebabkan rendahnya pengetahuan, belum optimalnya
pemanfaatan potensi pangan lokal dan belum mantapnya sosialisasi
kepada masyarakat.
2. Masih terdapat Balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang,
terutama kelompok masyarakat miskin di perdesaan.
3. Masih terdapat penduduk miskin dengan tingkat konsumsi kalori di
bawah 2.100 Kkal/per kapita/per hari, karena belum mantapnya
ketahanan pangan keluarga.
RAD MDGs Jawa Tengah 55
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
1. Capaian Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A masih belum
optimal, masih terdapat 11 Kabupaten/Kota yang angka APM
SD/MI/Paket A masih di bawah rata-rata Jawa Tengah. Terdapat satu
kabupaten yang angka APM SD/MI/Paket A masih di bawah angka
90%. Beberapa faktor yang menyebabkan beberapa kabupaten/kota
belum mencapai rata-rata Jawa Tengah adalah kondisi layanan
pendidikan dasar antar kabupaten/kota belum berimbang; Masih
rendahnya kondisi sarana prasarana pendidikan dasar sesuai Standar
Nasional Pendidikan (SNP) di Kabupaten/Kota; Disparitas kualifikasi
pendidikan pendidik pada pendidikan dasar antar Kabupaten/Kota;
disparitas katagori (hasil akreditasi) satuan pendidikan dasar antar
Kabupaten/Kota.
2. Proporsi anak kelas 1 yang mampu menamatkan pendidikan di
SD/MI/Paket A masih belum optimal. Masih ada siswa SD/MI/Paket A
yang drop out walaupun persentasenya hanya 0,33% pada tahun
2009. Beberapa faktor yang menyebabkan drop out antara lain faktor
ekonomi dan faktor kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya hingga tamat SD/MI/Paket A.
3. Upaya pelestarian angka melek huruf Jawa Tengah belum optimal.
Pada tahun 2010 angka melek huruf telah mencapai 100%. Hal
tersebut berarti bahwa tidak lagi terdapat penduduk yang buta
aksara. Capaian tersebut harus dipertahankan atau dilestarikan agar,
mereka yang telah melek huruf tidak kembali buta huruf karena
kurang atau tidak ada upaya pelestarian. Pelestarian penduduk yang
RAD MDGs Jawa Tengah 56
sudah melek huruf pada saat ini masih kurang. Kegiatan-kegiatan
yang mendukung pelestarian seperti program Koran Ibu, Kelompok
Belajar Masyarakat (KBM), Kelompok Belajar Usaha (KBU),
frekuensinya masih sangat rendah.
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
1) Rasio APM perempuan terhadap laki-laki lebih tinggi laki-laki untuk
jenjang pendidikan SD/MI/Paket A dan SMA/MA/Paket C. Namun untuk
jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B dan Perguruan Tinggi (PT) Rasio
APM perempuan terhadap laki-laki lebih tinggi perempuan.
2) Rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki data
menunjukkan pada angka 100 sehingga yang perlu dilakukan adalah
upaya pelestarian kesetaraan rasio agar tetap terjaga.
3) Belum optimalnya kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di
sektor non pertanian. Produktivitas perempuan di sektor non pertanian
lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Sampai dengan tahun
2009, kontribusi perempuan hanya berkisar 65,51% sedangkan laki-
laki sebesar 77,47%. Faktor yang menyebabkan rendahnya kontribusi
perempuan karena tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di
sektor non pertanian lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
4) Belum optimalnya proporsi perempuan yang duduk di DPRD di Wilayah
Provinsi Jawa Tengah. Proporsi perempuan di DPRD di Jawa Tengah
belum sesuai dengan harapan, karena masih rendahnya peminatan
perempuan di bidang politik di bandingkan dengan laki-laki.
Selain itu partisipasi perempuan di bidang politik, khususnya sebagai
pengurus partai relatif masih rendah. Pengurus Partai Politik masih
RAD MDGs Jawa Tengah 57
didominasi oleh laki-laki. Rendahnya perempuan sebagai pengurus
partai politik menyebabkan partai kesulitan mencari kader partai
perempuan untuk dicalonkan menjadi anggota legislatif.
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015
1) Aspek pelayanan :
a) Dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar baik di Puskesmas,
Puskesmas Pembantu (Pustu) maupun Poliklinik Kesehatan Desa
(PKD), bidan dituntut memiliki kompetensi tekhnis pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), diantaranya kompetensi untuk
menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Pada tahun
2010, di Provinsi Jawa Tengah 52 % bidan belum terlatih tentang
MTBS.
b) Dalam memberikan pelayanan khususnya pelayanan kesehatan bayi
dan balita, bidan sangat dituntut untuk memberikan pelayanan
yang bermutu, sesuai dengan kompetensi dan kewenangan. Untuk
memberikan pelayanan kesehatan anak di unit pelayanan
kesehatan dasar, sudah disusun standar pelayanan kebidanan dan
KIA, prosedur tetap dan Standard Operating Procedure (SOP)
sesuai dengan kewenangan bidan. Berdasarkan evaluasi, masih
ditemukan beberapa bidan yang kurang patuh terhadap standar
pelayanan, prosedur tetap dan SOP kebidanan dan pelayanan KIA.
c) Posyandu strata purnama dan mandiri sebagai pusat pelayanan
kesehatan dasar bagi anak usia dini dalam beberapa kurun waktu
terakhir ini menunjukkan penurunan pelayanan kegiatan baik
kualitas maupun kuantitas.
RAD MDGs Jawa Tengah 58
2) Aspek Masyarakat :
a) Kesehatan adalah tanggung jawab bersama, tidak hanya instansi
kesehatan saja tetapi juga instansi / institusi / dinas terkait dan
masyarakat itu sendiri. Masyarakat bukan lagi menjadi obyek
tetapi subyek yang harus bertanggung jawab terhadap
kesehatannya sendiri, keluarga dan lingkungan untuk itu perlu
adanya dukungan berupa perilaku yang menunjang kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui, kesehatan anak dan bayi sangat
tergantung pada pola asuh orang tua dan keluarga. Harapannya,
pola asuh yang baik khususnya pola asuh berperilaku hidup bersih
dan sehat, pola makan yang bergizi dan seimbang akan
meningkatkan derajat kesehatan bayi dan anak, namun pada
kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
tentang pola asuh bayi dan anak yang sehat yang salah satunya
disebabkan oleh minimnya pusat informasi kesehatan, promosi
kesehatan dan penyuluhan / pendidikan kesehatan untuk
masyarakat secara langsung.
b) Sebagian besar masyarakat yang tinggal di pedesaan di Provinsi
Jawa Tengah, masih mempercayai pemahaman bahwa meninggal
dunia pada saat melahirkan adalah mati syahid dan masuk surga ,
sehingga pemahaman ini secara tidak langsung mempengaruhi
motivasi ibu hamil untuk melahirkan dengan aman dan selamat
karena hal ini akan menjadi kebanggan tersendiri. Sementara
pemahaman lain adalah apabila anak atau bayi (yang belum
memiliki dosa) meninggal, maka dia akan menolong ibunya
supaya masuk surga, sehingga hal ini secara tidak langsung
mempengaruhi motivasi orang tua untuk berusaha semaksimal
mungkin dalam mencari pengobatan dan pemeliharaan kesehatan
anaknya (khususnya untuk masyarakat miskin).
c) Masyarakat khususnya ibu dengan latar belakang pendidikan
rendah dan tingkat sosial ekonomi yang rendah, sangat jarang
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan anak baik bayi dan
RAD MDGs Jawa Tengah 59
balita dari tenaga kesehatan. Dalam memberikan perawatan bayi
dan anak, ibu cenderung mengandalkan pengalaman orang tua
dan keluarganya serta masukan informasi dari keluarga dan
lingkungannya yang terkadang informasi tersebut secara
kesehatan kurang benar, misalnya : memberikan ramuan untuk
pusar bayi baru lahir, memberi bayi baru lahir dengan nasi
campur pisang dan lain lain. Kelirunya perilaku masyarakat dalam
perawatan bayi dan anak sangat mempengaruhi derajat
kesehatan bayi dan anak dan bisa berujung pada kematian.
d) Ada sebagian kecil masyarakat (tetapi sangat besar pengaruhnya
untuk di contoh masyarakat lain) yang memiliki pemahaman
bahwa imunisasi adalah haram, karena telah memasukkan
barang/benda/cairan asing ke dalam tubuh manusia. Pemahaman
seperti itu sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
program imunisasi khususnya untuk anak dan bayi yang sangat
rentan terhadap penularan beberapa penyakit menular.
e) Pengetahuan dan kesadaran orangtua yang memiliki anak usia
balita mengenai tumbuh kembang balita yang optimal masih
minim, terutama bagi masyarakat yang berada di pedesaan/tidak
mampu. Disamping itu kualitas kader posyandu di masyarakat
juga sangat terbatas, karena kurangnya dukungan untuk
peningkatan kapasitas kader.
RAD MDGs Jawa Tengah 60
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015
1) Aspek Pelayanan :
a) Dalam pemberian pelayanan kesehatan ibu khususnya untuk ibu
hamil dan melahirkan, terdapat dua tahapan yaitu sarana
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Poliklinik Kesehatan Desa / PKD) dan pelayanan kesehatan rujukan
PONED (rumah sakit). Rumah Sakit Umum pemerintah di
kabupaten/kota se jawa Tengah belum seluruhnya berkualitas
pelayanannya, khususnya IGD maternal, Bank Darah RS, rujukan
konseling ke dokter spesialis, dan kesiapan PONEK 24 jam. Kualitas
pelayanan rujukan (meliputi sarana prasarana dan tenaga
kesehatan (bidan,dokter spesialis obsgyn dan tenaga kesehatan
lainnya), sangat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan
pelayanan ibu hamil / melahirkan dengan risiko tinggi.
b) Kompleksnya permasalahan yang mempengaruhi meningkatnya
Angka Kematian Ibu disebabkan oleh kualitas dan akses pelayanan
kesehatan serta beragamnya kegiatan / program kesehatan ibu
baik yang dilaksanakan di Provinsi maupun Kabupaten / Kota.
Namun kegiatan - kegiatan yang di rencanakan dan dilaksanakan
belum merupakan kegiatan yang berkelanjutan sehingga
penanganan kesehatan ibu belum dapat dilakukan secara
berkesinambungan.
c) Untuk dapat memberikan pelayanan kehamilan dan persalinan di
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) yang bermutu, dibutuhkan
adanya standart peralatan untuk Pelayanan Obsetri Neonatus
Emergency Dasar (PONED) karena hal ini sangat besar peranannya
RAD MDGs Jawa Tengah 61
dalam menurunkan resiko kematian pada saat ibu melahirkan dan
pelayanan yang diberikan dapat lebih cepat dan tepat. Namun
belum semua Puskesmas memiliki peralatan PONED sesuai dengan
standard.
d) Dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
persalinan di Puskesmas, sangat beresiko tinggi sehingga
dibutuhkan kenyamanan dan ketenangan serta profesionalisme
tenaga kesehatan sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk
payung hukum. Sampai saat ini belum ada satupun produk hukum
yang dapat melindungi tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan PONED di Puskesmas.
e) Pelayanan PONED di Puskesmas yang bermutu, membutuhkan
tenaga bidan yang terampil dan profesional sehingga Puskesmas di
Kabupaten/Kota membutuhkan tenaga bidan yang telah dilatih
PONED namun sampai akhir tahun 2010, belum semua tenaga
bidan di Puskesmas PONED telah mengikuti pelatihan PONED.
Disamping itu, perlu adanya pembinaan dari Tim PONED Rumah
Sakit yang rutin setiap bulannya. Namun pada kenyataannya belum
semua Tim PONED Rumah Sakit melakukan pembinaan sesuai
dengan yang diharapkan sehingga berdampak pada kurang
optimalnya fungsi PONED di Puskesmas dalam melaksanakan
pelayanan obstetri dan neonatal.
f) Pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja sebagai calon
Pasangan Usia Subur masih sangat minim sehingga mempengaruhi
pencapaian kuantitas dan kualitas kegiatan.
2) Aspek Masyarakat :
a) Di beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah (misalnya
Kabupaten Banjarnegara) melahirkan di rumah tanpa dibantu
tenaga kesehatan merupakan kebanggaan tersendiri / bergengsi,
sehingga hal ini sangat rentan terhadap kematian ibu berisiko
tinggi (misalnya ibu dengan placenta previa, ibu dengan penyakit
RAD MDGs Jawa Tengah 62
jantung dan penyakit menular, ibu yang terkena Pre Eklamsi /
Eklamsia).
b) Keselamatan ibu melahirkan, walaupun menjadi tanggung jawab
suami atau keluarga tetapi perlu adanya dukungan, peran dan
partisipasi masyarakat di sekitarnya khususnya untuk
mendampingi ibu mulai dari kehamilan sampai dengan
melahirkan. Namun pada kenyataannya keselamatan ibu
melahirkan belum dirasakan menjadi tanggung jawab bersama.
c) Pengetahuan dan pemahaman orangtua yang memiliki anak
remaja mengenai bagaimana tumbuh kembang anak remajanya
saat ini masih minim. Selain itu kualitas kader di masyarakat juga
masih perlu ditingkatkan serta membutuhkan dukungan untuk
peningkatan kapasitas kader.
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
1) Aspek Pelayanan
Pelayanan KB berkualitas merupakan hak reproduksi klien dan
masyarakat yang harus selalu diupayakan untuk dipenuhi. Faktor
penentu kualitas pelayanan KB antara lain aspek sarana prasarana dan
ketersediaan SDM terlatih. Kondisi sarana dan prasarana di beberapa
fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Pustu dan Poliklinik
Kesehatan Desa) saat ini masih belum memadai baik dari segi jumlah
maupun kualitas serta dukungan tenaga terlatih pelayanan KB yang
memadai.
2) Aspek Masyarakat
a) Dinamika pelaksanaan program KB dalam era otonomi daerah
mengakibatkan menurunnya kesadaran masyarakat dalam
mengikuti program KB. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
pertumbuhan penduduk dan TFR (Total Fertility Rate) yang masih
sekitar 2,3. Artinya perempuan di Jawa Tengah melahirkan rata-rata
2 sampai 3 kali sepanjang siklus reproduksinya.
RAD MDGs Jawa Tengah 63
b) Usia remaja (15 – 19 tahun) merupakan usia yang sangat rentan
untuk hamil dan melahirkan karena baik secara fisik maupun
psikologis masih belum sempurna. Kehamilan pada usia remaja
tidak saja membahayakan (yang dapat berujung pada kematian)
ibunya tetapi juga membahayakan keselamatan bayinya. Di Provinsi
Jawa Tengah, kejadian kehamilan pada usia remaja (baik yang
sudah menikah maupun diluar nikah) masih sangat tinggi.
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015
1) Aspek Pelayanan :
a) Sebagai upaya pelayanan Voluntary Counselling Test (VCT) di
Rumah Sakit Pemerintah bagian penderita HIV/AIDS , diperlukan
reagen yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan, namun
belum semua Rumah Sakit Pemerintah yang memiliki klinik VCT
mampu menyediakan reagen sesuai kebutuhan dikarenakan
anggaran APBD Kabupaten/Kota yang terbatas.
b) Sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
khususnya HIV dan AIDS, diperlukan adanya surveilans sebagai
upaya deteksi dini penyakit menular. Deteksi dini penyakit menular
ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih surveilans
namun karena keterbatasan tenaga surveilans dan keterbatasan
anggaran maka kegiatan surveilans ini masih kurang intensif
dilaksanakan.
2) Aspek Masyarakat :
a) Penderita penyakit menular khususnya HIV dan AIDS selama ini
masih belum memperoleh keadilan dalam pergaulan di masyarakat
RAD MDGs Jawa Tengah 64
karena sebagian besar masyarakat masih mendiskriminasikan ODHA
dikarenakan stigma yang jelek.
b) Penderita HIV/AIDS seperti fenomena gunung es, selama ini
penemuan kasus HIV/AIDS masih sangat rendah sementara jumlah
penderita HIV/AIDS yang belum ditemukan masih tinggi karena
kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
kesehatannya dan informasi tentang layanan dan pencegahan
penyakit menular khususnya HIV/AIDS masih belum mampu
menyadarkan mereka untuk segera mengenali dan mengobati
sakitnya.
c) Permasalahan HIV/AIDS sudah tidak lagi terjadi pada kelompok
kelompok tertentu saja seperti Pekerja Sexual Komersial (PSK), atau
pengguna jarum suntik narkoba, tetapi juga pada kelompok yang
berhubungan sex bersiko tinggi lainnya.
d) Penularan penyakit penyakit HIV/AIDS dari satu daerah ke daerah
lain, sangat tergantung pada pola migrasi masyarakatnya. Misalnya
jumlah penderita HIV/AIDS di luar Pulau Jawa jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Jika penderita HIV/AIDS dari
luar Jawa masuk di suatu daerah di Jawa maka penularannya perlu
diwaspadai dengan surveilans migrasi penduduk. Surveilans migrasi
ini, memerlukan partisipasi dan peran serta masyarakat dengan
melapor ke petugas kesehatan / unit pelayanan kesehatan tentang
keberadaan penderita penyakit menular, namun pada kenyataannya
pemberdayaan masyarakat dalam surveilans migrasi ini masih
rendah.
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010
Dalam memberikan pelayanan pengobatan ARV, diperlukan adanya
kelengkapan sarana dan prasarana serta tenaga yang kompeten dan
profesional, namun belum semua Rumah Sakit Pemerintah di Provinsi
RAD MDGs Jawa Tengah 65
Jawa Tengah memilikinya sehingga belum bisa memberikan pelayanan
pengobatan ARV bagi penderita penyakit HIV/AIDS.
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015
1) Aspek Pelayanan
a) Untuk menyembuhkan pasien TB dan mencegah terjadinya
penularan TB, maka perlu adanya pengobatan penderita TB.
Pemerintah menganjurkan pengobatan pasien TB dengan strategi
DOTS. Namun pada kenyataannya pengobatan strategi DOTS masih
dilakukan di Puskesmas sementara masih banyak Rumah Sakit dan
dokter Praktek Swasta yang belum memberikan pengobatan
dengan strategi DOTS.
b) Akses pelayanan penyakit menular baik di unit pelayanan kesehatan
dasar maupun rujukan sudah meningkat baik kuantitas maupun
kualitasnya, namun sampai saat ini dirasakan komitmen stakeholder
di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota belum optimal sehingga
pelayanan yang diberikan masih belum memuaskan semua pihak.
c) Penyakit Malaria di Provinsi Jawa Tengah memang relatif sedikit,
namun karena Malaria adalah penyakit menular yang perlu
diwaspadai penyebarannya maka diperlukan adanya upaya
penemuan penderita secara aktif khususnya di daerah-daerah
endemis malaria dan berpotensi terjadi penyebaran Malaria. Dalam
rangka penemuan kasus malaria, telah ditunjuk Juru Malaria Desa
(JMD) di Puskesmas, namun belum semua Puskesmas memiliki JMD
karena keterbatasan tenaga dan anggaran.
d) Sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
khususnya TB, Malaria dan DBD, diperlukan adanya surveilans
sebagai upaya deteksi dini penyakit menular. Deteksi dini penyakit
menular ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih
surveilans namun karena keterbatasan tenaga surveilans dan
RAD MDGs Jawa Tengah 66
keterbatasan anggaran maka kegiatan surveilans ini masih kurang
insentif dilaksanakan.
e) Dalam mendiagnosis suatu penyakit, sering terjadi kesulitan
diagnosis sehingga sering terjadi overdiagnosis atau under
diagnosis. Over diagnosis artinya diagnosis penyakit (Misalnya TBC,
DBD) yang diberikan oleh dokter terlalu berlebihan atau terlalu
cepat mendiagnosis dengan data yang minimal walaupun pasien
belum tentu menderita TBC atau DBD. Apabila terjadi overdiagnosis
terdapat konsekuensi yang tidak ringan dihadapi oleh pasien,
karena harus mengkonsumsi 2 atau 3 obat sekaligus. Bahkan
kadangkala diberikan lebih lama apabila dokter menemukan tidak
ada perbaikan klinis. Padahal obat dalam jangka waktu lama
beresiko mengganggu fungsi hati,persyarafan telinga dan organ
tubuh lainnya. Padahal belum tentu pasien tersebut mengidap
penyakit tuberculosis/DBD. Overdiagnosis dan overtreatment pada
pasien dengan gejala hampir sama, sementara mendiagnosis
penyakit tidaklah mudah.
2) Aspek Masyarakat :
a) Penderita penyakit menular khususnya TB dan ODHA selama ini
masih belum memperoleh keadilan dalam pergaulan di masyarakat
karena sebagian besar masyarakat masih mendiskriminasikan
penderita TB dan ODHA dikarenakan stigma yang jelek.
b) Penularan penyakit khususnya TB dan malaria dari satu daerah ke
daerah lain, sangat tergantung pada pola migrasi masyarakatnya.
Misalnya angka kesakitan penyakit malaria di luar pulau Jawa jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau Jawa, Jika penderita
Malaria dari luar Jawa masuk di suatu daerah di Jawa maka
penularannya perlu diwaspadai dengan surveilans migrasi
penduduk. Surveilans migrasi ini, memerlukan partisipasi dan peran
serta masyarakat dengan melapor ke petugas kesehatan/unit
pelayanan kesehatan tentang keberadaan penderita penyakit
RAD MDGs Jawa Tengah 67
menular, namun pada kenyataannya pemberdayaan masyarakat
dalam surveilans migrasi ini masih rendah.
c) Merebaknya kasus DBD di Provinsi Jawa Tengah dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya adalah perilaku masyarakat dalam upaya
pencegahan dan penularan penyakit DBD. Salah satu upaya yang
dianjurkan untuk mencegah terjadinya penyakit DBD adalah
program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), namun sebagian
besar masyarakat belum menyadari arti pentingnya ber perilaku
hidup bersih dan sehat dan PSN sehingga belum banyak
masyarakat yang mau terlibat dalam PSN.
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan
1. Permasalahan terkait potensi tutupan pepohonan:
a. Masih terdapat lahan kritis dan potensial kritis di luar kawasan
hutan. Pada tahun 2010 luas lahan kritis di luar kawasan hutan
masih cukup luas yaitu sebesar 696.797,70 ha.
b. Masih terjadinya gangguan terhadap kawasan hutan untuk
pembangunan diluar sektor kehutanan dan penyelesaiannya yang
belum tuntas.
c. Masih rendahnya kualitas RTH perkotaan Kab/Kota dan tingginya
tingkat kerusakan ekosistem pesisir pantai (ekosistem mangrove)
yang dapat berfungsi sebagai sabuk hijau. Hasil identifikasi
kerusakan pesisir mencapai 112 km seluas 3.240 ha di Pantai
Utara, dan sepanjang 3 km seluas 874 ha di Pantai Selatan Jawa
Tengah.
RAD MDGs Jawa Tengah 68
d. Kemiskinan dan kerentanan sosial penduduk sekitar hutan relatif
tinggi yang dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan hutan.
2. Permasalahan terkait dengan potensi emisi CO2(e):
a. Emisi CO2(e) dihitung dengan mempertimbangkan beberapa aspek,
yakni: sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, energi,
peternakan dan sampah, sehingga diperlukan data yang komplek
untuk melakukan penghitungan, sedangkan ketersediaan data
kurang memadai untuk bahan penghitungan emisi CO2(e) setiap
tahunnya.
b. Pertambahan kendaraan bermotor sulit dibatasi yang berpengaruh
terhadap konsumsi BBM dan timbulnya pencemaran udara, potensi
pencemaran udara dari industri skala rumah tangga relatif tinggi
dan belum banyak yang tertangani, juga pencemaran dari emisi
industri menengah besar maupun pertanian.
3. Permasalahan terkait Bahan Perusak Ozon (BPO) yaitu peredaran
refrigerant ilegal umumnya dari jenis tidak ramah lingkungan yang
sulit terdeteksi untuk keperluan pendataan.
4. Permasalahan terkait jumlah tangkapan ikan yang melebihi batasan
biologis yang aman:
a. Kapal yang beroperasi di perairan teritorial Jawa Tengah didominasi
kapal berkapasitas kecil dalam jumlah yang sangat banyak.
b. Masih banyak ditemuinya aktivitas penangkapan menggunakan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan, sehingga mempengaruhi
daya pulih perairan laut untuk pertumbuhan ikan.
5. Permasalahan terkait dengan penanganan limbah bahan-bahan
berbahaya dan beracun, terutama dari sektor domestik yang belum
ada fasilitas untuk mengelolanya.
RAD MDGs Jawa Tengah 69
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.
1. Permasalahan terkait kawasan lindung pada kawasan hutan:
a. Kawasan lindung belum berfungsi optimal baik sebagai penyangga
kehidupan maupun perekonomian masyarakat disekitarnya.
b. Kapasitas kelembagaan dan kesadaran masyarakat desa di sekitar
hutan dalam pelestarian hutan lindung yang masih rendah.
c. Masih rendahnya kondisi perekonomian masyarakat desa di sekitar
hutan sehingga memanfaatkan sumberdaya hutan lindung untuk
menunjang kehidupan keluarga.
2. Permasalahan terkait kawasan lindung perairan :
a. Masih ditemuinya pelanggaran terhadap pemanfaatan sumberdaya
pada zona perlindungan laut.
b. Pemanfaatan sumber daya perairan dengan peralatan tidak ramah
lingkungan (obat kimia dan bahan peledak).
c. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber daya
perikanan masih rendah.
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015
1. Permasalahan terkait ketersediaan air minum layak :
a. Rendahnya akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air
minum;
b. Terbatasnya debit mata air yang dapat didayagunakan sebagai
sumber air minum;
c. Kualitas air permukaan sebagai sumber air baku menurun akibat
pencemaran lingkungan;
d. Lemahnya kinerja institusi dan managemen PDAM dalam pelayanan
air bersih bagi masyarakat;
RAD MDGs Jawa Tengah 70
e. Lemahnya dukungan pelaksanaan kebijakan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (AMPL) secara konsisten melalui
pemberdayaan Pokja AMPL.
2. Permasalahan terkait ketersediaan sanitasi lingkungan :
a. Rendahnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana
kesehatan lingkungan;
b. Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), dan kebiasaan masyarakat yang sulit
diubah;
c. Kemampuan masyarakat dalam penyediaan sarana sanitasi dasar
masih rendah;
d. Belum dikembangkan potensi dan partisipasi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum;
e. Lemahnya kinerja institusi dan managemen PDAM dalam pelayanan
air bersih bagi masyarakat.
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
Permasalahan terkait permukiman kumuh, antara lain:
1. Rendahnya pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan infrastruktur permukiman terutama pada masyarakat
pedesaan dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
2. Terbatasnya penghasilan penduduk miskin yang tidak mampu
membangun atau memperbaiki rumah;
3. Keterbatasan akses pelayanan sertifikasi tanah.
RAD MDGs Jawa Tengah 71
1.2.2 Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian target tujuan MDGs di
Provinsi Jawa Tengah hingga tahun 2015, yaitu sebagai berikut:
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.
Tantangan utama adalah mempercepat menurunnya proporsi
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan (tingkat kemiskinan)
pada tahun 2015 dan mengurangi kesenjangan tingkat kemiskinan antar
Kabupaten/Kota. Hampir sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas dalam rangka
memperluas kesempatan kerja dan peluang berusaha, termasuk bagi
kelompok masyarakat miskin. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan pengembangan investasi di Jawa Tengah, maka dibutuhkan upaya
penegakan hukum, promosi investasi, peningkatan pendidikan dan
keterampilan tenaga kerja dengan meningkatkan kerjasama antara
pemerintah, perguruan tinggi dan kalangan dunia usaha.
Tantangan lainnya adalah menurunkan kesenjangan indeks
kedalaman kemiskinan antara wilayah perkotaan dan perdesaan secara
signifikan, mengingat indeks kedalaman kemiskinan di Jawa Tengah pada
tahun 2010 untuk daerah perkotaan sebesar 2,09 dan daerah perdesaan
sebesar 2,86. Melihat kondisi tersebut diperlukan langkah kebijakan yang
komprehensif dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan sekaligus
meningkatkan pemerataan pembangunan di seluruh Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah.
RAD MDGs Jawa Tengah 72
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda
Sempitnya kesempatan kerja disebabkan oleh (1) ketidak-
seimbangan antara kesempatan kerja yang tersedia dengan jumlah
tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, dan (2) rendahnya tingkat
penyerapan angkatan kerja dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja,
telah mengakibatkan bertambahnya jumlah penganggur (backlog).
Tantangan dalam mewujudkan kesempatan kerja yaitu bagaimana
mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas di tingkat
Kabupaten/Kota sehingga meningkatkan upaya penciptaan lapangan
kerja baru.
Tantangan lain yang dihadapi adalah semakin besarnya tenaga
kerja yang berusaha sendiri dan membutuhkan fasilitasi dari pemerintah
daerah agar dapat berkembang menjadi kegiatan usaha yang memiliki
jaminan perlindungan kerja/sosial, sehingga mampu menjamin kepastian
keberlangsungan usaha.
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
Masih terdapat kesenjangan status gizi balita antar kabupaten/kota
menjadi tantangan yang harus dihadapi Jawa Tengah. Hal ini ditandai
banyaknya anak Balita di perdesaan yang mengalami kekurangan gizi
lebih tinggi dibanding wilayah perkotaan. Prevalensi kekurangan gizi pada
anak Balita yang tinggi di wilayah perdesaan terkait erat dengan
kemiskinan, pendidikan orang tua yang rendah dan kesadaran
masyarakat tentang Pola Gizi Seimbang belum dipahami secara luas.
Tantangan lain, yang perlu mendapatkan perhatian adalah
menurunkan jumlah penduduk dengan tingkat asupan kalorinya < 2.100
Kkal per kapita/ hari, terutama bagi kelompok masyarakat miskin dan
RAD MDGs Jawa Tengah 73
rentan, agar tidak rawan terhadap penyakit menular, infeksi dan
ancaman kematian.
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Tantangan yang dihadapi dalam mencapai Pendidikan Dasar untuk
Semua:
1) Tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDGs
pendidikan adalah meningkatkan pemerataan akses secara adil bagi
semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mendapatkan
pendidikan dasar yang berkualitas di semua daerah. Untuk
meningkatkan akses tersebut perlu diupayakan agar kualitas fasilitas
pendidikan dasar ditingkatkan. Sampai dengan tahun 2010 persentase
SD/MI/Paket A yang memiliki sarana dan prasarana sesuai dengan
standar nasional pendidikan baru sebesar 25,34%. Selain itu dana BOS
untuk SD/MI/Paket A belum sesuai dengan kebutuhan SD/MI/Paket A
dalam menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan. Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah
meningkatkan dana BOS sesuai dengan kebutuhan SD/MI/Paket A
untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai SNP.
2) Tantangan yang dihadapi untuk mengoptimalkan siswa kelas 1 agar
dapat menamatkan pendidikannya di SD/MI/Paket A adalah
menurunkan angka drop out SD/MI/Paket A dari 0,33% menjadi
0,08% atau bahkan 0%.
3) Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian angka melek huruf adalah
meningkatkan frekuensi kegiatan pelestarian angka melek huruf yang
berkualitas sehingga benar-benar mampu mendorong mereka yang
telah melek huruf untuk terus mengembangkan dirinya sehingga
RAD MDGs Jawa Tengah 74
mereka tidak hanya dapat membaca, menulis dan berhitung tetapi
benar-benar terampil membaca, menulis dan berhitung.
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
Tantangan yang dihadapi dalam Mendorong Kesetaraan Gender dan
Pemberdayaan Perempuan :
1) Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian rasio APM perempuan
terhadap laki-laki pada semua jenjang pendidikan adalah
meningkatkan partisipasi perempuan dalam menempuh pendidikan
menengah dan tinggi.
2) Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian rasio angka melek huruf
perempuan terhadap laki-laki adalah meningkatkan kesadaran
perempuan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pelestarian melek
aksara.
3) Tantangan yang dihadapi dalam peningkatan pencapaian kontribusi
perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian adalah
peningkatan angka partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor non
pertanian.
4) Tantangan yang dihadapi adalah keterwakilan perempuan dalam
lembaga legislatif dan partai politik.
RAD MDGs Jawa Tengah 75
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015
Tantangan dalam upaya menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) :
1) Pola asuh anak yang benar antara lain dengan memberikan makanan
yang bergizi dan seimbang, mendapatkan pelayanan tumbuh
kembang balita yang benar serta memberikan hak anak untuk
mendapatkan pemeliharaan kesehatan yang maksimal sehingga
derajat kesehatan anak akan tercapai. Belum sesuainya pola asuh
anak tentang kesehatan akan menghambat pencapaian derajat
kesehatan anak yang optimal. Pada kenyataannya, pola asuh ibu/
orang tua terhadap anak di Provinsi Jawa Tengah baik di perkotaan
dan pedesaan masih kurang sehingga diperlukan upaya yang lebih
spesifik dan kerja keras untuk merubah pola asuh anak yang keliru.
2) Pertumbuhan dan perkembangan anak mulai dilahirkan sampai
dengan usia 5 (lima) tahun harus terpantau secara periodik, sehingga
dibutuhkan peran serta aktif ibu/orang tua untuk memantau dan
memonitoring pertumbuhan dan perkembangan anaknya setiap
bulan. Wadah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di
desa adalah posyandu, pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Poliklinik Kesehatan Desa (PKD), Bidan Praktek Swasta/BPS yang
terdapat di setiap desa/kelurahan. Di Provinsi Jawa Tengah, semua
desa/kelurahan sudah tersedia posyandu, pos PAUD, PKD dan BPS
namun sebagian besar belum berkualitas dan belum melaksanakan
kegiatannya secara rutin dan berkesinambungan.
3) Belum mencukupinya ketersediaan buku KIA untuk setiap bayi dan
balita sebagai alat komunikasi antara tenaga kesehatan/kader
kesehatan dengan ibu.
RAD MDGs Jawa Tengah 76
4) Belum semua bidan mengikuti pelatihan penanganan bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, Stimulasi Deteksi Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), Manajemen Terpadu Bayi Muda
dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBM/MTBS).
5) Masih kurangnya akses pelayanan kesehatan anak berkualitas di unit
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Poliklinik Kesehatan Desa / PKD).
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015
Tantangan dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu yaitu :
1) Melahirkan di rumah tanpa bantuan tenaga kesehatan bagi ibu
khususnya ibu hamil dengan risiko tinggi sangat rawan terjadinya
kematian ibu dan bayinya. Sehingga perlu kegiatan/upaya untuk
menghilangkan budaya masyarakat melahirkan di rumah karena
apabila dibiarkan berkembang akan menghambat upaya percepatan
penurunan angka kematian ibu.
2) Kejadian kematian ibu bersalin, sebagian besar terjadi di rumah dan
dalam perjalanan menuju sarana pelayanan kesehatan. Kematian di
rumah disebabkan karena proses kelahiran tidak dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan sarana prasarana persalinan yang tidak
steril/memenuhi syarat layanan persalinan sementara kematian dalam
perjalanan menuju sarana pelayanan kesehatan disebabkan karena
kurang tanggapnya pihak keluarga untuk segera membawa ibu
bersalin ke sarana pelayanan kesehatan ketika ditemukan masalah
persalinan di rumah. Sehingga diperlukan upaya/kegiatan untuk
mengubah perilaku masyarakat melahirkan di rumah.
RAD MDGs Jawa Tengah 77
3) Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) merupatan unit pelayanan kesehatan
terdekat masyarakat karena berada di desa, namun sarana prasarana
yang dimiliki PKD sebagian besar jauh dari cukup dan bermutu,
sehingga hal ini mempengaruhi kualitas pelayanan di PKD. Mengingat
penting dan vitalnya peran PKD dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat maka diperlukan upaya untuk meningkatkan
sarana prasarana PKD.
4) Implementasi desa siaga sangat mendukung pencapaian derajat
kesehatan masyarakat mengingat manfaat desa siaga adalah agar
masyarakat desa dapat mengenali dan mengatasi permasalahan
kesehatan di desanya dengan Pengawasan Bidan Desa/PKD dan
Puskesmas. Sementara itu, belum semua desa siaga aktif sehingga
perlu upaya untuk mengaktifkan dan mengembangkan Desa Siaga.
5) Perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
masyarakat akan kesehatan demikian juga halnya dengan ibu hamil,
ibu balita yang wajib mendapatkan informasi/pengetahuan tentang
kesehatan. Namun belum semua desa membentuk Kelas Ibu Hamil dan
Ibu Balita di desa sebagai wadah pelayanan KIE bagi ibu hamil, ibu
bayi dan ibu balita.
6) Jumlah masyarakat miskin di Provinsi Jawa Tengah semakin meningkat
setiap tahunnya, sehingga perlu adanya penambahan kuota dalam
pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas). Namun pada kenyataannya, belum semua masyarakat
miskin ter-cover program Jamkesmas, padahal mereka memiliki hak
yang sama untuk mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Untuk itu, setiap Kabupaten/Kota perlu melaksanakan program
Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan dana APBD
Kabupaten/Kota. Minimnya anggaran APBD mengakibatkan belum
semua Kabupaten/Kota melaksanakan Jamkesda dan belum semua
daerah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Jaminan Kesehatan
RAD MDGs Jawa Tengah 78
Daerah (Jamkesda) sebagai upaya untuk membantu masyarakat dalam
meningkatkan kualitas kesehatannya.
7) Salah satu faktor rendahnya minat masyarakat melahirkan di unit
pelayanan kesehatan adalah masalah sosial ekonomi (biaya tidak
terjangkau) terutama pada masyarakat miskin, sehingga mereka lebih
memilih melahirkan di rumah dengan bantuan dukun yang rawan
terhadap kematian ibu dan bayi. Untuk mengatasi masalah ini,
khususnya masyarakat miskin yang di luar kuota Jamkesmas perlu
bantuan biaya persalinan dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Pada
kenyataannya, belum semua masyarakat memperoleh bantuan dana
persalinan baik dari Jamkesmas maupun Jamkesda.
8) Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas khususnya
untuk kegiatan peningkatan kesehatan ibu sangat dirasakan
manfaatnya mengingat keterbatasan anggaran daerah/APBD
Kabupaten/Kota, namun pemberian dana BOK tersebut masih sangat
kurang.
9) Dana pendampingan ibu hamil sangat diperlukan untuk operasional
petugas kesehatan (bidan) dalam melaksanakan pendampingan ibu
hamil dan dana tersebut sangat membantu proses pendampingan,
namun demikian masih banyak Kabupaten/Kota yang belum
memperoleh dana pendampingan ibu hamil. Sehingga perlu
perencanaan yang terpadu antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota untuk penganggaran pendampingan ibu hamil karena
hal ini terbukti mampu menekan angka kematian ibu hamil di daerah
yang mendapatkan dana.
10) Upaya perbaikan status gizi khususnya untuk ibu hamil dan anak
memerlukan anggaran/ dana yang tidak sedikit karena sebagian besar
masyarakat penderita gizi buruk/kurang berasal dari masyarakat miskin
dengan jumlah penghasilan/pendapatan yang rendah sehingga tidak
dapat mencukupi kebutuhan gizinya. Dengan keterbatasan dana,
anggaran yang disediakan masih belum sesuai dengan jumlah
RAD MDGs Jawa Tengah 79
penderita gizi buruk/kurang di Provinsi Jawa Tengah maka upaya
menaikkan status gizi masyarakat masih belum dilaksanakan secara
maksimal.
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
Tantangan dalam upaya mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi
semua yaitu :
1) Beberapa daerah di Jawa Tengah, masih memiliki budaya menikahkan
anaknya dalam usia sangat muda (di bawah 20 tahun) serta faktor
kemiskinan yang juga mendorong para orangtua untuk segera
menikahkan anaknya. Kehamilan pada usia dibawah 20 tahun beresiko
tinggi dan dapat menyebabkan kematian ibu, bayi serta
ketidakberhasilan program keluarga berencana.
2) Struktur penduduk Jawa Tengah menggambarkan bahwa jumlah
penduduk usia muda cukup besar. Hal ini menjadi salah satu faktor
potensial ledakan penduduk apabila penggunaan kontrasepsi dalam
program KB tidak disosialisasikan dan dipromosikan dengan baik.
3) Beban Petugas Lapangan Program Keluarga Berencana (PLKB) tidaklah
mudah. Pasalnya, selain harus terjun ke pelosok desa untuk membina
para kader, mereka juga harus melakukan pendekatan terhadap tokoh
agama dan tokoh masyarakat, serta melakukan komunikasi informasi
dan edukasi (KIE). Jumlah Petugas Lapangan KB (PLKB) di Provinsi Jawa
Tengah yang menurun (2500 orang), tidak sebanding dengan jumlah
desa (8000 desa), sehingga ratio PLKB : Desa menjadi 1 : 3-4 desa
bahkan lebih. Hal ini menyebabkan beban kerja PLKB menjadi berat dan
sangat mempengaruhi kinerja khususnya dalam mendapatkan akseptor
KB.
4) Dalam melaksanakan program Keluarga Berencana (KB), banyak
ditemukan beberapa hambatan diantaranya adalah peran serta/
partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan program keluarga
RAD MDGs Jawa Tengah 80
berencana dan perlu adanya dukungan lintas program dan lintas
sektoral, untuk itu perlu adanya kebijakan dan komitmen mulai dari
pemerintahan Desa/Kelurahan, Pemerintahan Kecamatan, Pemerintahan
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat , namun demikian komitmen
sebagian besar Kabupaten/Kota dalam mendukung pelaksanaan
program KB sampai ke lini lapangan belum optimal.
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015
Masalah HIV dan AIDS saat ini bukan hanya masalah medik dari penyakit
menular semata tetapi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang sangat luas. Oleh karena itu penanganannya juga harus berdasarkan
pendekatan masyarakat melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Konseling dan tes sukarela atau Voluntary Conseling and Testing
(VCT) merupakan pintu masuk untuk membantu setiap orang
mendapatkan akses kesemua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi
atau dukungan psikososial. Dengan terbukanya akses, maka kebutuhan
akan informasi yang akurat dan tepat dapat dicapai sehingga proses
berpikir dan bertindak dapat diarahkan kepada perubahan perilaku yang
lebih sehat. Untuk dapat memberikan pelayanan VCT seperti dimaksud
maka konseling dan tes haruslah berkualitas artinya harus dilakukan
secara profesional, namun pada kenyataannya kualitas layanan konseling
dan test sukarela HIV di Provinsi Jawa Tengah masih kurang.
RAD MDGs Jawa Tengah 81
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010
Penyakit HIV dan AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Semakin banyak virus di dalam tubuh, akan
semakin melemahkan daya tahan tubuh kita. Apabila daya tahan tubuh
kita semakin lemah, maka penyakit lain akan mudah menyerang kita.
Penyakit lain tersebut dikenal sebagai infeksi oportunistik (infeksi ikutan),
antara lain: Tuberkulosis Paru, Herpes simpleks, Jamur di mulut, Infeksi
CMV (Cytomegalovirus), Toksoplasmosis, Hepatitis B dan C. Agar virus HIV
tidak terus menerus berkembang biak di dalam tubuh kita, maka pasien
yang terinfeksi HIV harus minum obat ARV (Antiretrovirus), untuk
menekan perkembang biakan virus HIV. Jika obat ARV diminum secara
teratur sesuai anjuran dokter, maka obat ini akan efektif membantu
pasien. Pasien akan merasakan kesegaran badan yang lebih baik. Berat
badan meningkat setiap bulan. Jumlah virus akan menurun, dan
kekebalan tubuh akan meningkat yang ditandai dengan peningkatan kadar
CD4. Namun demikian, belum semua Rumah Sakit Pemerintah di
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Tengah menyediakan 19 layanan
perawatan dukungan dan pengobatan ARV.
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015
Tantangan dalam upaya mengendalikan penyebaran dan mulai
menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya yaitu :
1) Tingginya mobilitas penduduk ke/dari luar Jawa, sedangkan kasus di
luar Jawa masih tinggi, hal ini dikarenakan upaya penduduk dalam
mencari pekerjaan, berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa
pekerjaan tersebut banyak dilakukan di pulau Sumatera dan
Kalimantan yang notabene merupakan daerah endemis malaria
sehingga kemungkinan penularan malaria pada pekerja tersebut
RAD MDGs Jawa Tengah 82
sangat tinggi. Para pekerja merupakan penduduk yang tidak menetap
dan sering pulang ke kampung halamannya. Hal ini yang menyebabkan
penularan malaria masih terus terjadi di pulau Jawa karena vektor
malaria yang masih ditemukan, selain itu didukung dengan adanya
penderita malaria yang datang dari daerah endemis di luar Jawa dan
belum terpantau oleh petugas kesehatan karena tidak adanya
informasi dari masyarakat.
2) Jawa Tengah merupakan daerah reseptif yang potensial terjadi
penularan malaria. Kondisi seperti ini dikarenakan Jawa Tengah
memilki 3 hal yang mendukung penularan malaria masih terus terjadi :
Masih ditemukan vektor malaria
Kondisi geografis yang mendukung berkembangnya vektor malaria
Mobilitas penduduk yang tinggi
3) Persepsi masyarakat selama ini terhadap penanggulangan DBD adalah
dengan melakukan fogging/pengasapan, hal ini masih diperkenankan
selama telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu bila di
suatu wilayah ditemukan adanya penderita DBD dan adanya 3
penderita panas tanpa sebab yang jelas. Selanjutnya pengasapan
harus dilakukan 2 kali dengan rentang waktu selama 7 hari dalam
radius 200 meter. Kenyataan di masyarakat selama ini, bahwa
pengasapan yang dilakukan masih kurang memperhatikan kualitas
(dosis penggunaan insektisida) dan kuantitas (frekuensi) sehingga hasil
yang dicapai tidak bisa optimal. Kondisi demikian pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya kekebalan/resisten pada vektor DBD.
4) Penularan penyakit DBD bisa secara trans ovarian, yaitu penularan
dilakukan oleh anak dari nyamuk aedes aegypti yang sudah
mengandung virus Dengue. Artinya, penularan dapat dilakukan oleh
nyamuk aedes aegypti yang belum pernah menggigit orang yang
terinfeksi virus Dengue. Keadaan yang demikian dapat terjadi karena
virus Dengue yang ada dalam tubuh seekor nyamuk dewasa dapat
memasuki telur nyamuk, sehingga begitu telur tersebut menetas
menjadi larva, pupa, yang selanjutnya menjadi nyamuk aedes aegypti
RAD MDGs Jawa Tengah 83
baru maka dalam tubuh nyamuk tersebut sudah mengandung virus
Dengue yang dapat ditularkan kepada manusia. Sehingga keadaan ini
menjadikan kita harus lebih waspada terhadap lingkungan/tempat –
tempat perindukan nyamuk.
5) Pemanasan global (Global Warming) memberi dampak pada berbagai
aspek kehidupan manusia, termasuk pada bidang kesehatan.
Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur
panas secara global yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian,
terutama pada orang tua, anak-anak dan mereka yang berpenyakit
kronis. Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada
penyebaran penyakit melalui air (waterborne diseases) maupun
penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Sebagai
contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk aedes
aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan
berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan
penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas
dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan
terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global,
maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga
memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang
biak. Degradasi lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah
pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-
borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas
pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap
penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi,
coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
6) International Standard for Tuberculosis Care (ISTC) merupakan
standar yang melengkapi guideline program penanggulangan
tuberkulosis nasional yang konsisten dengan rekomendasi WHO terdiri
dari 17 standar yaitu 6 standar untuk diagnosis , 9 standar untuk
pengobatan dan 2 standar yang berhubungan dengan kesehatan
RAD MDGs Jawa Tengah 84
masyarakat. Di Provinsi Jawa Tengah, belum semua Rumah Sakit baik
Pemerintah maupun swasta dan praktek swasta belum menerapkan
ISTC.
7) Dalam melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular khususnya HIV/AIDS, Malaria, TB dan DBD perlu
payung hukum berupa peraturan daerah, namun sebagian besar
Kabupaten / Kota belum memiliki Peraturan Daerah yang mengatur
tentang pencegahan dan penangulangan penyakit menular (HIV/AIDS,
TB, Malaria dan DBD).
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan
1. Tantangan terkait rasio luas kawasan tertutup pepohonan, yaitu isue
pemanasan global dan perubahan iklim, serta kerusakan lingkungan,
terutama hutan dan lahan. Pemanasan global dan perubahan iklim
yang ditandai: meningkatnya suhu bumi, kenaikan muka air laut, pola
curah hujan yang lebih bervariasi dapat menyebabkan banjir dan
kekeringan, serta perubahan lainnya. Perubahan iklim dapat berakibat
pada kelangkaan pasokan air, penurunan hasil panen, dan
berkurangnya produktivitas ekosistem pesisir. Lebih jauh perubahan
iklim akan menyebabkan terjadinya bencana-bencana alam seperti
banjir, angin topan, siklon dan kekeringan. Kerusakan hutan dan lahan
yang dapat terjadi antara lain disebabkan oleh kebakaran hutan,
pembalakan liar, konversi hutan, dan praktik pengelolaan hutan yang
tidak lestari.
2. Tantangan terkait jumlah emisi karbon dioksida, yaitu penambahan
jumlah kendaraan bermotor yang semakin banyak dan sulit dibatasi.
RAD MDGs Jawa Tengah 85
Pada tahun-tahun mendatang penggunaan kendaraan bermotor
semakin banyak, karena masyarakat semakin mudah mendapatkan
akses kredit kendaraan bermotor. Penggunaan kendaraan bermotor
mengakibatkan terjadinya kemacetan dan timbulnya polusi udara.
Pertambahan industri yang semakin banyak pada tahun-tahun
mendatang juga akan semakin meningkat. Perkembangan industri,
terutama industri pengolahan yang menggunakan BBM akan
menyebabkan timbulnya polusi udara apabila tidak diikuti penghijauan
di sekitar pabrik, pemakaian teknologi ramah lingkungan dan
pengolahan emisi gas cerobong. Kebakaran hutan dan pembukaan
hutan melalui pembakaran tidak hanya mengakibatkan menipisnya
potensi sumber daya hutan, tetapi juga menghasilkan CO2 dalam
jumlah besar. Konversi hutan untuk memenuhi tuntutan masyarakat
untuk budidaya menjadi salah satu penyebab penurunan sumber daya
hutan yang sulit dikendalikan.
3. Tantangan terkait jumlah konsumsi bahan perusak ozon, yaitu
penggunaan HCFC (Hydrochlorofluorocarbon) sebagai pengganti
sementara CFC (Chlorofluorocarbon) yang ternyata masih berdampak
negatif pada lapisan ozon walaupun ODP-nya jauh lebih kecil sekarang
ini semakin banyak. Penggunaan HCFC antara lain untuk AC,
pendinginan, busa, pelarut, aerosol, dan pemadam kebakaran.
Penggunaan berbagai peralatan tersebut tidak dapat dibatasi, karena
menjadi sebuah kebutuhan masyarakat. Tantangan ke depan adalah
bagaimana menciptakan bahan refrigrant lain yang lebih ramah
lingkungan dan mengembangkan peralatan yang menggunakan
refrigerant ramah lingkungan secara lebih efisien.
4. Tantangan terkait proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan
biologis yang aman, yaitu meningkatnya kebutuhan masyarakat
terhadap sumberdaya laut yang dapat berakibat pada peningkatan
aktivitas yang dapat merusak kelestarian ekosistem perairan.
Peningkatan kebutuhan ekonomi nelayan menyebabkan pemanfaatan
sumber daya perikanan menggunakan peralatan tidak ramah
RAD MDGs Jawa Tengah 86
lingkungan (obat kimia, bahan peledak), yang dapat menyebabkan
rusaknya sumber daya kelautan (terumbu karang dan ekosistem laut
lainnya).
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.
1. Tantangan terkait rasio luas kawasan lindung terhadap total luas
kawasan hutan, yaitu aktivitas penebangan hutan secara liar, dan
pemanfaatan hasil hutan baik kayu maupun non kayu tanpa
memperhatikan kelestariannya, baik yang dilakukan oleh perusahaan
maupun masyarakat di sekitar hutan. Kawasan lindung di luar hutan
sebagian besar merupakan lahan milik masyarakat dengan perubahan
pemanfaatannya relatif sulit dilakukan pengendalian.
2. Tantangan terkait rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas
perairan territorial, yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap
sumberdaya laut, yang dapat berakibat pada meningkatnya aktivitas
yang dapat merusak kelestarian ekosistem perairan. Pemanfaatan
sumber daya perairan dengan peralatan tidak ramah lingkungan (obat
kimia, bahan peledak), dan kesadaran masyarakat dalam menjaga
kelestarian lingkungan yang rendah dapat menyebabkan rusaknya
sumber daya kelautan (terumbu karang dan ekosistem laut lainnya).
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015
1. Tantangan terkait proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap air
minum layak yaitu: (a) Berkurangnya jumlah mata air dan
menurunnya kualitas air minum, baik air permukaan maupun air
bawah tanah akibat kerusakan catchment area dan pencemaran
lingkungan; dan (b) meningkatnya kebutuhan air minum seiring
dengan pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah, terutama di wilayah
RAD MDGs Jawa Tengah 87
perkotaan yang belum diiringi pembangunan infrastruktur yang
memadai; (c) lemahnya kapasitas Pokja AMPL dalam mensinergikan
program/kegiatan terkait air minum.
2. Tantangan terkait proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap
sanitasi dasar yaitu: (a) Laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah
yang semakin meningkat, terutama di wilayah perkotaan yang
berakibat pada peningkatan cakupan sanitasi dasar yang harus
disediakan oleh pemerintah maupun swasta; dan (b) Meningkatnya
pembuangan limbah secara langsung ke sungai dan penggunaan lahan
perkotaan yang padat terbangun sehingga sulit untuk pengembangan
drainase dan penanganan sampah perkotaan; (c). Rendahnya
kesadaran akan Pola Hidup Bersih Sehat/PHBS; (d). lemahnya
kapasitas Pokja AMPL dalam mensinergikan program/kegiatan terkait
air minum.
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
Tantangan terkait proporsi rumah tangga kumuh perkotaan yaitu: (1)
Meningkatnya kebutuhan terhadap rumah yang tidak seimbang dengan
kemampuan penyediaan rumah, baik yang diusahakan oleh pengembang,
pemerintah/pemerintah daerah maupun swadaya masyarakat, sehingga
terjadi backlog; dan (2) Banyaknya perumahan yang tidak layak huni baik
yang berlokasi di pedesaan maupun perkotaan akibat terbatasnya
ketersediaan lahan, rendahnya kualitas pengelolaan infrastruktur dan
rendahnya kemampuan/daya beli masyarakat; (3). Rendahnya akses
masyarakat dalam mengupayakan legalitas, keamanan dan kelayakan di
perumahan dan lingkungan permukiman kumuh.
88
BAB II ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERCEPATAN
PENCAPAIAN TARGET MDGs
Setelah dikemukakan kondisi capaian target Tujuan Pembangunan
Millennium Provinsi Jawa Tengah dan permasalahan serta tantangan yang
dihadapi, berikut ini dikemukakan upaya untuk memecahkan masalah dan
menghadapi tantangan melalui arah kebijakan dan strategi pemecahan masalah
dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.
2.1. Arah Kebijakan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs)
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.
Arah kebijakan untuk mencapai target menurunnya hingga setengahnya
proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari US$1,00 (PPP) per
kapita per hari adalah:
1. Mengurangi besarnya persentase penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan, melalui:
a. Perluasan Kesempatan Kerja dan Berusaha.
Upaya perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui
berbagai kebijakan yang diarahkan untuk menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan usaha.
1) Kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja.
Kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja dilaksanakan
dengan memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat miskin
89
dan mampu menjamin penghasilan yang tetap. Selain itu juga
mendorong masyarakat miskin untuk belajar berusaha secara
mandiri melalui kelompok, sehingga mampu mewujudkan jiwa
kewirausahaan.
a) Peningkatan kesempatan kerja masyarakat miskin.
Upaya peningkatan kesempatan kerja dilakukan melalui
penciptaan lapangan kerja produktif dengan memanfaatkan
potensi lokal secara optimal dan dilakukan secara mandiri.
b) Peningkatan akses permodalan bagi masyarakat miskin.
Peningkatan akses permodalan dilakukan dengan
membangun kemitraan bersama koperasi, instansi terkait,
lembaga keuangan dan BUMN/BUMD. Selain itu dilakukan
pula pendampingan pengelolaan manajerial dan pemasaran.
c) Pengembangan usaha.
Pengembangan usaha dilakukan melalui pengembangan
budaya usaha dan pelatihan kewirausahaan.
2) Kebijakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja antara
lain:
a) Pengembangan kewirausahaan.
Upaya ini dilakukan dengan penguatan kelembagaan dan
kemampuan manajemen usaha.
b) Peningkatan kapasitas kerja masyarakat miskin.
Upaya ini dilakukan melalui peningkatan kualitas,
kompetensi, kemampuan manajemen dan penerapan
teknologi tepat guna.
3) Kebijakan untuk meningkatkan usaha produktif bagi
masyarakat miskin, meliputi:
a) Pengembangan usaha pada masyarakat miskin.
Pengembangan usaha dilakukan melalui pendampingan
kegiatan usaha, peningkatan perlindungan usaha dan
disertai pembentukan serta pengembangan sentra-sentra
usaha .
90
b) Peningkatan akses sumberdaya produktif bagi kelompok
masyarakat miskin.
Peningkatan akses sumberdaya produktif dilakukan melalui
pemberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan potensi
lokal dengan penggunaan teknologi tepat guna, sehingga
diharapkan mampu meningkatkan kegiatan usaha.
b. Pengurangan Kesenjangan Antar Wilayah.
Pengurangan kesenjangan antar wilayah dilakukan melalui berbagai
langkah yang diarahkan untuk mempercepat pembangunan wilayah
desa tertinggal, terpencil, perbatasan dan wilayah pasca bencana
antara lain meliputi :
1) Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana dasar di
wilayah tertinggal, pesisir, perbatasan provinsi dan pasca
bencana.
2) Peningkatan investasi dan pengembangan usaha di wilayah
tertinggal, pesisir, perbatasan provinsi dan pasca bencana.
3) Revitalisasi kebijakan penataan ruang wilayah yang sesuai
dengan peruntukannya dan berwawasan lingkungan secara
berkelanjutan.
4) Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah dan
masyarakat di wilayah tertinggal, pesisir, perbatasan provinsi
dan pasca bencana.
5) Peningkatan kerjasama pembangunan antar daerah dalam
rangka pengembangan potensi daerah.
c. Pemenuhan Hak Dasar.
Upaya pemenuhan hak dasar dipusatkan pada prioritas
penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, tanah,
lingkungan hidup dan sumberdaya alam, rasa aman dan partisipasi
masyarakat , antara lain meliputi :
1) Pemenuhan kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau
serta meningkatkan gizi masyarakat .
91
2) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi kelompok masyarakat
kurang mampu dan rentan.
3) Peningkatan pendidikan masyarakat, baik pendidikan formal dan
non formal.
4) Peningkatan penyediaan pekerjaan yang layak bagi
kemanusiaan.
5) Penyediaan tempat tinggal atau perumahan yang layak dan
permukiman yang sehat.
6) Peningkatan ketersediaan air bersih yang aman dan sanitasi
dasar yang baik.
7) Peningkatan penjaminan dan perlindungan hak perorangan dan
hak komunal atas tanah.
8) Peningkatan kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya
alam.
9) Peningkatan perlindungan dan ketenteraman dalam masyarakat.
10) Memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam keseluruhan
proses pembangunan.
d. Percepatan Pembangunan Perdesaan.
Upaya percepatan pembangunan perdesaan dilakukan dengan
mengarahkan kembali orientasi pembangunan ke pedesaan yang
bersifat menyeluruh, terkait pengembangan sumberdaya manusia,
sumberdaya alam dan lingkungan, sosial budaya, politik dan
kewilayahan. Segenap potensi masyarakat Jawa Tengah, baik
pengetahuan, keterampilan, teknologi dan informasi serta
permodalan diarahkan untuk mendukung pembangunan
perdesaan secara terpadu. Hal tersebut sejalan dengan gerakan
pembangunan “Bali nDeso mBangun Deso” yang kesemuanya
ditujukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara
lain dilakukan dalam bentuk :
1) Revitalisasi pertanian dalam arti luas dalam bentuk reorientasi
pengelolaan usaha tani, peningkatan akses petani dan nelayan
terhadap modal, sarana dan prasarana, teknologi dan pasar.
92
2) Peningkatan dan perbaikan infrastruktur perdesaan dalam rangka
mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat miskin dan
menarik investor mengembangkan usaha di perdesaan.
3) Memperkuat kelembagaan masyarakat dalam rangka
mengoptimalkan modal sosial (social capital).
4) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat
berperan aktif dalam pembangunan dan kelembagaan di
perdesaan.
5) Menciptakan iklim yang kondusif, agar kegiatan usaha dapat
tumbuh berkembang dan mandiri di wilayah perdesaan.
6) Menjamin kestabilan ketersediaan pangan.
7) Menjamin kepastian harga komoditas pertanian dan perlindungan
pasar, agar menguntungkan bagi petani.
2. Menurunkan Indeks Kedalaman Kemiskinan.
Upaya menurunkan Indek Kedalaman Kemiskinan diarahkan untuk
mengurangi kesenjangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan, antara lain berupa:
a. Penajaman prioritas program dan sasaran untuk kelompok
masyarakat sangat miskin.
b. Peningkatan bantuan perlindungan sosial bagi kelompok miskin.
c. Peningkatan fasilitasi pemberdayaan masyarakat miskin dan
lembaga desa/kelurahan dalam melaksanakan pembangunan.
d. Peningkatan peran serta masyarakat miskin dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di tingkat desa/kelurahan.
e. Peningkatan fungsi kelembagaan dan sistem informasi yang
menunjang pemberdayaan masyarakat.
f. Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa/kelurahan.
g. Peningkatan kemampuan manajemen keuangan desa/kelurahan.
h. Peningkatan jumlah anggaran bagi penduduk miskin yang dikelola
desa/kelurahan.
i. Peningkatan pengawasan pelaksanaan penggunaan anggaran
untuk penanggulangan kemiskinan agar lebih tepat sasaran.
93
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda
Arah kebijakan untuk mencapai target terwujudnya kesempatan kerja
penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk
perempuan dan kaum muda .
1. Meningkatkan perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.
Upaya peningkatan perluasan dan pengembangan kesempatan kerja
dilakukan antara lain melalui peningkatan kerjasama antar daerah dan
antar negara dalam rangka penempatan tenaga kerja melalui
mekanisme AKL (Antar Kerja Lokal), AKAD (Antar Kerja Antar Daerah)
dan AKAN (Antar Kerja Antar Negara) maupun transmigrasi, disertai
peningkatan kualitas tenaga kerja dengan ketrampilan khusus terhadap
tenaga kerja yang akan masuk dalam mekanisme dan program kerja
tersebut. Selain itu dikembangkan pula jiwa kewirausahaan untuk
menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri.
2. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
Upaya peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dilakukan
diantaranya melalui revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK), fasilitasi
Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS) dan pemagangan di dalam
dan luar negeri. Selain itu perlunya penyesuaian kurikulum pelatihan
dan keterampilan dari waktu ke waktu untuk menyesuaikan
perkembangan kebutuhan dan tuntutan perkembangan pasar kerja.
3. Meningkatkan upaya perlindungan dan penegakan hukum.
Upaya perlindungan dan penegakan hukum diarahkan untuk menjamin
kepastian hukum bagi pemenuhan hak-hak pekerja dan peningkatan
kesejahteraan pekerja dalam rangka mewujudkan hubungan industrial
yang harmonis, sehingga akan menjamin keberlanjutan usaha dan
terciptanya iklim yang kondusif bagi pengembangan usaha.
94
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
Arah kebijakan untuk mencapai target menurunnya hingga setengahnya
proporsi penduduk yang menderita kelaparan sampai dengan tahun 2015
adalah:
1. Penurunan Prevalensi Balita dengan berat badan rendah dan prevalensi
gizi buruk, melalui:
a. Peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan
kesehatan.
1) Fasilitasi dan sosialisasi bagi kelompok miskin tentang Pola Gizi
Seimbang.
2) Peningkatan pelayanan bagi anak Balita dan ibu hamil untuk
memperoleh asupan gizi seimbang.
3) Peningkatan intervensi pelayanan suplementasi gizi bagi anak
usia sekolah.
b. Mengembangkan bantuan khusus untuk penduduk miskin
kepada kabupaten/kota.
1) Peningkatan pemberian makanan tambahan untuk bayi dan
anak balita.
2) Peningkatan penyediaan makanan tambahan untuk ibu hamil
dan menyusui.
3) Pengembangan program pemberian makanan tambahan di
taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
4) Peningkatan program suplementasi zat gizi mikro (tablet Fe
dan Vitamin A) yang ditujukan khususnya bagi anak balita
dan ibu hamil.
5) Peningkatan akses untuk mendapatkan layanan kesehatan
dasar, air minum yang layak dan fasilitas sanitasi bagi
kelompok masyarakat miskin.
95
c. Meningkatkan sosialisasi dan fasilitasi tentang perilaku hidup
bersih dan sehat.
1) Peningkatan promosi pemberian ASI eksklusif dan praktik
pemberian makanan pada bayi.
2) Peningkatan investasi pada prasarana dasar (kesehatan, air,
sanitasi) terutama di daerah perdesaan dan perkampungan
miskin di wilayah perkotaan.
d. Memperkuat pemberdayaan masyarakat dan merevitalisasi
Posyandu.
1) Memperkuat program pangan dan gizi masyarakat.
2) Merevitalisasi Posyandu dengan mengutamakan pemberdayaan
masyarakat termasuk mengaktifkan kembali praktik pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
3) Mengintergrasikan kegiatan pelayanan gizi pada Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD).
4) Mengembangkan kegiatan gizi masyarakat dengan
memberdayakan lembaga masyarakat setempat seperti
kelompok pengajian dan organisasi perempuan lainnya.
2. Meningkatkan penduduk dengan tingkat konsumsi kalori sesuai angka
kecukupan sebesar 2.000 Kkal/ per kapita per hari, melalui:
a. Peningkatan ketahanan pangan pada tingkat Kabupaten/Kota
terutama untuk mengurangi disparitas ketahanan pangan antar
daerah.
1) Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.
2) Perbaikan sistem distribusi, akses dan sistem penanganan
masalah pangan.
3) Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis
sumber daya lokal melalui perbaikan teknologi budidaya dan
teknologi pengolahan pangan.
4) Peningkatan sosialisasi dan pemahaman tentang Pola Gizi
Seimbang secara luas kepada masyarakat.
96
b. Memperkuat kelembagaan di tingkat Kabupaten/Kota untuk
merumuskan kebijakan dan program bidang pangan dan gizi.
1) Menyelaraskan dan mengkordinasikan kegiatan penanggulangan
kelaparan dan kekurangan gizi pada berbagai sektor terkait.
2) Melakukan advokasi kepada para pemangku kepentingan
terutama pada pemerintah daerah dan masyarakat untuk
meningkatkan komitmen dan alokasi sumberdaya dalam
menanggulangi kekurangan gizi.
3) Memperkuat sistem kewaspadaan pangan dan gizi termasuk
sistem kewaspadaan dini (early warning system).
4) Mengintegrasikan dan menyelaraskan kegiatan perbaikan gizi
dalam program penanggulangan kemiskinan.
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Arah kebijakan untuk mencapai target menjamin semua anak-anak, laki-
laki maupun perempuan dimanapun pada 2015 dapat menyelesaikan
pendidikan dasar lebih diprioritaskan pada (i) peningkatan pemerataan
akses melalui penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang
memadai, rehabilitasi ruang kelas yang rusak, meningkatkan efektivitas,
efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan program BOS, dan meningkatkan
pendidikan kesetaraan yang bermutu untuk menjangkau anak-anak sekolah
dan anak-anak usia sekolah yang tidak mampu menempuh pendidikan
formal; (ii) meningkatkan kualitas dan relevansi dengan cara mempercepat
peningkatan kualitas dan pelatihan guru, perbaikan kurikulum dan kualitas
pembelajaran, serta mengembangkan manajemen berbasis sekolah (MBS)
97
pada jenjang SD. Disamping itu diperlukan juga kebijakan khusus dalam hal
pengurangan kesenjangan APM SD/MI/Paket A antar Kabupaten/Kota dan
menjamin 100% siswa kelas 1 SD/MI dapat menamatkan Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah serta pelestarian penduduk melek aksara.
Berbagai kebijakan dan program telah diluncurkan dalam upaya
mempercepat percapaian tujuan MDGs pada tahun 2015. Kebijakan
tersebut antara lain adalah: (i) peningkatan kualitas dan relevansi
pendidikan; (ii) perluasan akses yang merata pada pendidikan dasar
khususnya bagi masyarakat miskin; (iii) penguatan tata kelola dan
akuntabilitas pelayanan pendidikan. Kebijakan alokasi dana Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah untuk bidang pendidikan minimal sebesar 20% dari
jumlah APBD akan diteruskan untuk mengakselerasi pencapaian pendidikan
dasar untuk semua pada tahun 2015.
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
Arah kebijakan untuk mencapai target menghilangkan ketimpangan gender
di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua
jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 adalah:
1. Meningkatkan akses dan kualitas layanan pendidikan bagi masyarakat
yang berkesetaraan gender dalam rangka mengurangi kesenjangan taraf
pendidikan antar wilayah, gender, dan sosial ekonomi.
2. Mengoptimalkan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di
sektor non pertanian.
98
3. Mengoptimalkan proporsi partisipasi perempuan dalam legislatif dan
partai politik.
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka menurunkan angka kematian
bayi dan balita adalah sebagai berikut:
1. Percepatan Pencapaian derajat kesehatan bayi dan anak di Provinsi
Jawa Tengah melalui pemantapan komitmen dengan penentu
kebijakan dan lintas sektor akselerasi implementasi Peraturan Daerah,
pengembangan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan,
pemenuhan pelayanan kesehatan yang bermutu di semua unit
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Poliklinik Kesehatan Desa / PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah
Sakit).
2. Revitalisasi Posyandu untuk semua Desa di Provinsi Jawa Tengah
melalui penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam
revitalisasi Posyandu, revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan
cakupan imunisasi
3. Pengembangan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga dalam rangka
penanggulangan faktor resiko timbulnya masalah kesehatan anak di
Provinsi Jawa Tengah melalui optimalisasi pemberdayaan masyarakat
dalam rangka pencapaian derajat kesehatan bayi dan anak.
Target 4A: menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua
per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015
99
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Arah Kebijakan yang ditempuh dalam rangka menurunkan Angka Kematian
Ibu adalah :
1. Percepatan pencapaian derajat kesehatan ibu di Provinsi Jawa Tengah,
antara lain melalui penguatan semua kelembagaan lintas sektor yang
ada di Desa agar dapat dikoordinasi dalam satu wadah untuk upaya
penyelamatan ibu; optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam rangka
pencapaian derajat kesehatan ibu; dan pemerataan jangkauan jaminan
pemeliharaan maternal.
2. Pengembangan mutu pelayanan kesehatan ibu di unit pelayanan
kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poliklinik
Kesehatan Desa/PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah Sakit) di
Provinsi Jawa Tengah, antara lain melalui pemenuhan pelayanan
kesehatan yang bermutu di semua unit pelayanan kesehatan dasar
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poliklinik Kesehatan Desa/PKD)
serta unit pelayanan rujukan Poned dan Rumah Sakit; dan
pengembangan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan.
3. Penajaman Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
untuk semua desa di Provinsi Jawa Tengah, antara lain melalui
penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam penajaman
kegiatan Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
4. Pengembangan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga dalam rangka
penanggulangan faktor resiko timbulnya masalah kesehatan ibu di
Provinsi Jawa Tengah, antara lain dengan pemantapan komitmen dari
penentu kebijakan dan lintas sektor melalui akselerasi implementasi
Peraturan Daerah.
Target 5A: menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
100
Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka mewujudkan akses
kesehatan reproduksi adalah peningkatan akses dan pengembangan
kualitas pelayanan Keluarga Berencana di Provinsi Jawa Tengah melalui
pemenuhan akses dan mutu pelayanan serta peningkatan promosi dan
pemberdayaan masyarakat di bidang Keluarga Berencana.
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka mengendalikan HIV dan
AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya adalah :
1. Percepatan akses pelayanan kesehatan bagi penderita HIV AIDS
melalui penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.
2. Peningkatan mobilisasi masyarakat untuk meningkatkan upaya
pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV/AIDS pada populasi
rentan melalui peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
serta pemenuhan pelayanan kesehatan yang bermutu di semua unit
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Poliklinik Kesehatan Desa/PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah
Sakit).
3. Memperkuat sistem informasi dan sistem monitoring dan evaluasi
melalui pemantapan komitmen dari penentu kebijakan dan lintas
Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDs pada tahun 2015, Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010, dan Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberkolusis) hingga tahun 2015
101
sektor dalam rangka akselerasi implementasi Peraturan Daerah dengan
kegiatan .
4. Pengembangan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga dalam rangka
penanggulangan faktor resiko timbulnya masalah kesehatan di Provinsi
Jawa Tengah melalui Penggalangan kemitraan dengan sektor terkait
dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.
5. Memperkuat pelayanan dalam pencegahan, pengendalian dan
pengobatan melalui revitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan
imunisasi
6. Pemantapan komitmen dari penentu kebijakan dan lintas sector melalui
akselerasi implementasi Peraturan Daerah melalui optimalisasi
pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencapaian derajat
kesehatan masyarakat.
7. Peningkatan cakupan DOTS pengembangan kompetensi,
profesionalisme tenaga kesehatan dan pemenuhan pelayanan
kesehatan yang bermutu di semua unit pelayanan kesehatan dasar
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poliklinik Kesehatan Desa/
PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah Sakit).
8. Peningkatan kapasitas dan kualitas penanganan TB melalui
pemantapan komitmen dari penentu kebijakan dan lintas sektor
melalui akselerasi implementasi Peraturan Daerah dengan kegiatan.
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
102
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan
Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka memadukan prinsip-prinsip
pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program
nasional serta mengurangi kerusakan pada sumberdaya lingkungan
adalah:
1. Meningkatkan rasio luasan kawasan tertutup pepohonan melalui
peningkatan upaya rehabilitasi hutan dan lahan yang kritis dan
potensial kritis; dan peningkatan fungsi RTH sebagai jantung kota dan
upaya penghijauan di wilayah perkotaan, dan sekitar pabrik industri.
2. Mengurangi emisi karbon dioksida melalui fasilitasi pencarian potensi
cadangan energi baru dan penganekaragaman pemanfaatan energi
terbarukan (energi alternatif) yang lebih ramah lingkungan, dan
pengolahan gas cerobong pabrik.
3. Mengurangi jumlah konsumsi bahan perusak ozon melalui peningkatan
kampanye hemat energi, pengurangan penggunaan refrigerant; dan
pengurangan peredaran barang-barang ilegal yang menggunakan
CFCs.
4. Mempertahankan jumlah tangkapan ikan yang berada pada batasan
yang aman melalui penambahan jumlah kapal berkapasitas di atas 30
GT untuk meningkatkan jangkauan jelajah kapal.
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.
103
Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka menanggulangi kerusakan
keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang
signifikan adalah :
1. Mempertahankan fungsi hutan lindung melalui peningkatan
pengelolaan sumber daya hutan secara berkelanjutan dengan
melibatkan masyarakat; meningkatkan produksi hasil hutan non kayu
untuk kesejahteraan masyarakat desa disekitar hutan; dan
mengendalikan kerusakan kawasan lindung melalui upaya pengawasan
dan penegakan hukum lingkungan serta fasilitasi penanganan
pemulihan kerusakan lingkungan.
2. Peningkatan fungsi kawasan lindung perairan melalui peningkatan
pengelolaan, pengawasan dan perlindungan terhadap kawasan
konservasi sumberdaya laut; dan peningkatan kesadaran masyarakat
di wilayah pesisir tentang pentingnya kelestarian terumbu karang dan
sumberdaya perikanan.
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015
Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka menurunkan hingga
setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap
air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 adalah:
1. Mengurangi proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan
terhadap air bersih melalui peningkatan fungsi sarana dan prasarana
konservasi sumber daya air untuk kelestarian air dan sumber air,
pengurangan kesenjangan penyediaan sarana dan prasarana air bersih
antar wilayah dan meningkatkan pelayanan air bersih bagi masyarakat;
2. Mengurangi proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan
terhadap sanitasi dasar melalui peningkatan ketersediaan prasarana
dan sarana sanitasi pemukiman bagi masyarakat di perkotaan dan
perdesaan, dan peningkatan pelayanan persampahan terutama bagi
Rumah Tangga Miskin (RTM);
104
3. Mendorong sinergitas Pokja AMPL Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
dalam meningkatkan akses AMPL bagi masyarakat tidak mampu;
4. Mendorong pembentukan Pokja AMPL bagi Kabupaten/Kota yang
belum memiliki Pokja AMPL dan mengaktifkan Pokja AMPL yang tidak
aktif;
5. Mendorong peningkatan PHBS di masyarakat.
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
Arah kebijakan untuk mengurangi proporsi rumah tangga kumuh
perkotaan yaitu:
1. Prioritas pemenuhan kebutuhan rumah pada MBR (Masyarakat
Berpenghasilan Rendah);
2. Pemanfaatan lahan perumahan secara efisien dan efektif melalui
pembangunan rumah secara vertikal;
3. Pemberdayaan komunitas perumahan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dengan mengembangkan kearifan lokal dan
memperhatikan kelembagaan yang telah ada;
4. Memfasilitasi perwujudan tertib administrasi pertanahan yang
berkualitas dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
mensertifikatkan tanah;
5. Dukungan sertifikasi lahan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan mencegah penyalahgunaan serta alih fungsi lahan
yang tidak sesuai peruntukannya.
2.2. Strategi Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium
(MDGs)
105
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.
Strategi menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan
pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dan untuk
Provinsi Jawa Tengah menggunakan ukuran garis kemiskinan, adalah:
1. Mengoptimalkan sumberdaya (Aparat Desa/Kelurahan) dalam
memberikan fasiltasi kepada masyarakat dan Desa/Kelurahan.
2. Meningkatkan SDM masyarakat Desa/Kelurahan dalam pembangunan.
3. Mengembangkan teknologi tepat guna dengan memanfaatkan potensi
dan kearifan lokal.
4. Mengoptimalkan kelembagaan ekonomi Desa/Kelurahan dalam
memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Desa/Kelurahan.
5. Meningkatkan fasilitasi Bintek dan pelatihan bagi aparat Pemerintahan
Desa/Kelurahan.
6. Mengoptimalkan bantuan langsung masyarakat kepada masyarakat
Desa/Kelurahan.
7. Memantapkan perencanaan program pemberdayaan masyarakat dan
mengefektifkan rapat koordinasi baik antar SKPD Provinsi maupun
dengan Kab/Kota.
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan
106
kaum muda
Strategi pencapaian target perwujudan kesempatan kerja penuh dan
produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan
kaum muda, adalah:
1. Strategi untuk memperluas kesempatan kerja yaitu:
a) Meningkatkan fasilitasi dalam upaya memperluas jejaring kerjasama
dengan pihak-pihak terkait dalam penyerapan tenaga kerja, baik
regional, nasional maupun internasional.
b) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan
bursa kerja dan optimalisasi sistem informasi bursa kerja yang
mudah diakses oleh masyarakat.
c) Meningkatkan pengawasan dan perlindungan tenaga kerja sesuai
norma hukum yang berlaku, serta meningkatkan peran lembaga
ketenagakerjaan.
2. Strategi untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja yaitu
optimalisasi dan revitalisasi lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan
keterampilan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kompetensi
tenaga kerja.
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
Strategi meningkatkan penduduk yang mengkonsumsi kalori sesuai angka
kecukupan, adalah:
1. Pengembangan cadangan pangan pemerintah dan lumbung pangan
masyarakat.
2. Pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi kerawanan pangan melalui
Pengembangan Desa Mandiri Pangan.
3. Pengembangan sistem distribusi pangan dan pemantauan harga pangan
secara berkala.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya untuk
meningkatkan produktivitas ekonomi keluarga.
107
5. Pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan pangan melalui pemberian
penghargaan, promosi, kampanye dan pendampingan.
6. Penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal melalui
pemanfaatan pekarangan.
7. Peningkatan kesadaran mutu dan keamanan produk pangan kepada
pelaku usaha bidang pangan serta konsumen.
8. Peningkatan dukungan terhadap pengelolaan lahan kering dan air tanah
untuk pengembangan komoditas pangan.
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Strategi pencapaian target semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan
dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2015,
adalah:
1. Meningkatkan APM SD/MI/Paket A secara optimal dan mengurangi
kesenjangan APM SD/MI/Paket A Kabupaten/Kota melalui:
a. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan.
b. Mendorong dan memfasilitasi penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan dasar pada 11 Kabupaten/Kota yang APM-nya di bawah
rata-rata Provinsi Jawa Tengah.
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak
pada jenjang pendidikan SD/MI/Paket A.
d. Fasilitasi pembinaan siswa melalui penguatan bantuan biaya
operasional sekolah pada pendidikan SD/MI/Paket A.
108
e. Mengembangkan kearifan lokal dengan berpedoman pada falsafah
ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani’ .
f. Meningkatkan koordinasi dan sinergitas antar pemangku kepentingan
yaitu pemerintah (Provinsi, Kabupaten/Kota), masyarakat dan
swasta.
2. Menjamin seluruh siswa kelas 1 SD/MI/Paket A dapat menamatkan
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, melalui:
a. Melanjutkan pemberian bantuan operasional sekolah kepada sekolah
dasar.
b. Memberikan dorongan kepada orangtua untuk tetap menyekolahkan
anak sampai tamat SD/MI/Paket A.
c. Penguatan pembinaan potensi siswa pendidikan dasar.
3. Mengoptimalkan pelestarian penduduk melek aksara, melalui:
a. Memfasilitasi Kabupaten/Kota untuk mengoptimalkan Kelompok
Belajar Masyarakat (KBM).
b. Memfasilitasi Kabupaten/Kota untuk mengoptimalkan Kelompok
Belajar Usaha (KBU).
c. Peningkatan koordinasi dan sinergitas antar pemangku kepentingan
yaitu Pemerintah (Provinsi, Kabupaten/Kota), Masyarakat, LSM dan
Swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan kegiatan .
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
Strategi pencapaian target menghilangkan ketimpangan gender di semua
jenjang pendidikan, dibidang ketenagakerjaan dan politik adalah:
109
1. Meningkatkan Rasio APM perempuan terhadap laki-laki untuk semua
jenjang pendidikan, melalui:
a. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk peka gender dan
menyekolahkan anak perempuan sampai perguruan tinggi.
b. Memberikan bantuan kepada penduduk perempuan kurang mampu
usia sekolah sampai pendidikan tinggi.
c. Pemberian beasiswa kepada penduduk perempuan untuk jenjang
pendidikan menengah.
2. Meningkatkan rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki
serta mengoptimalkan pelestariannya, melalui:
a. Peningkatan kesadaran penduduk perempuan usia 15 – 24 tahun
buta aksara yang telah memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara
(SUKMA) untuk tetap belajar menulis.
b. Optimalisasi kelompok belajar usaha bagi buta aksara usia 15–24
yang telah memperoleh SUKMA.
3. Mengoptimalkan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di
sektor non pertanian, melalui:
a. Mengoptimalkan partisipasi perempuan dalam bekerja di sektor non
pertanian.
b. Meningkatkan produktivitas perempuan dalam bekerja.
c. Memberikan perlindungan kerja terhadap tenaga kerja perempuan.
4. Mengoptimalkan proporsi perempuan yang duduk di DPRD di Wilayah
Provinsi Jawa Tengah, melalui:
a. Penguatan kebijakan affirmative action untuk peningkatan
keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif.
b. Penguatan pengetahuan dan pemahaman politik perempuan sebelum
mereka terjun ke dunia politik.
110
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
Strategi pencapaian target menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA)
hingga dua per tiga sampai dengan 2015 adalah:
1. Pemenuhan buku KIA yang bermanfaat untuk monitoring perkembangan
kesehatan anak dan sekaligus sebagai bahan komunikasi antara
orangtua/pengasuh anak dengan petugas kesehatan.
2. Pemantapan komitmen dengan penentu kebijakan dan lintas sektor
diarahkan pada akselerasi implementasi Peraturan Daerah antara lain
melalui pembinaan pelayanan kesehatan neonatal; pembinaan
pelayanan kesehatan bayi; pembinaan pelayanan kesehatan anak balita,
pemenuhan kecukupan obat, alat dan form MTBS/MTBM di Puskesmas,
pemenuhan kecukupan obat dan alat di puskesmas perawatan dan RS,
Kabupaten/Kota sesuai dengan Buku Saku Kesehatan.
3. Pengembangan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan
antara lain melalui pemenuhan kecukupan tenaga dokter spesialis anak
di RS kabupaten/kota, pelatihan manajemen Asfiksia dan manajemen
BBLR bagi perawat/bidan di Puskesmas, pelatihan kebutuhan perawat
dan bidan di Desa dan faskes (PKM dan RS), pelatihan perinatologi bagi
perawat/bidan di Puskesmas Perawatan dan RS, koordinasi Pengelola
Data Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Pemenuhan pelayanan kesehatan yang bermutu di semua unit
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Poliklinik Kesehatan Desa/PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah
Sakit) antara lain melalui peningkatan mutu Puskesmas yang
melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada perusahaan untuk
menyediakan tempat memerah ASI pada perusahaan dan melaksanakan
pemberian ASI segera setelah melahirkan dan pemberian ASI saja
Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015
111
hingga bayi usia 6 bulan (esklusif), dilanjutkan hingga 2 tahun dengan
memberikan makanan pendamping ASI, pemenuhan kecukupan obat,
alat dan form MTBS/MTBM di Puskesmas, pelayanan balita sakit di
Puskesmas Perawatan dan RS Kabupaten/Kota sesuai standar.
5. Penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam revitalisasi
Posyandu antara lain melalui peningkatan kemitraan dengan LSM/Dunia
Usaha/Organisasi Keagamaan peningkatan mutu Puskesmas,
optimalisasi peran dan fungsi Forum Kesehatan Desa.
6. Revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan cakupan imnusasi antara lain
melalui pelatihan pemberian imunisasi sesuai standar, pemberian
imunisasi dasar lengkap, optimalisasai dan pemantapan peran dan fungsi
Posyandu dalam penurunan AKBA.
7. Optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencapaian
derajat kesehatan bayi dan anak antara lain melalui pemberdayaan
masyarakat tentang perawatan bayi, anak balita, penyediaan materi KIE
tentang perawatan bayi dan anak balita, peningkatan kualitas lingkungan
perumahan.
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Strategi pencapaian target menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah:
1. Pemantapan komitmen dengan penentu kebijakan dan lintas sektor
dalam rangka akselerasi implementasi Peraturan Daerah antara lain
melalui (a) Peningkatan kapasitas SDM kesehatan di 10 Kabupaten/Kota
prioritas; (b) Pemantapan 11 Organisasi Profesi, Majelis Tenaga
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia Provinsi Jawa Tengah Program Dukungan
Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990 – 2015
112
Manajemen dan Tugas Teknis lainnya; (c) Meningkatkan kemitraan
dengan LSM/Dunia Usaha/Organisasi Masyarakat/Organisasi Keagamaan
dalam rangka penurunan kematian ibu; (d) Talkshow penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi wanita bagi kader PKK; (e) Penggerakan
masyarakat melalui sosialisasi pembentukan kelompok peminat
kesehatan ibu dan anak; dan (f) Pengembangan TOGA untuk
mendukung pengobatan sendiri.
2. Pengembangan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan
antara melalui (a) Peningkatan SDM dalam penanganan administrasi dan
pengelolaan keuangan; (b) Peningkatan kualitas manajemen
pembelajaran di 70 Institusi pendidikan tenaga kesehatan; dan (c)
Koordinasi pengelola data kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Pemenuhan pelayanan kesehatan yang bermutu di semua unit
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Poliklinik Kesehatan Desa/PKD) serta unit pelayanan rujukan Poned dan
Rumah Sakit antara lain melalui (a) Pembinaan pelayanan kesehatan ibu
dan reproduksi; (b) Pelatihan PONED termasuk evaluasi pasca latih bagi
tim PONED di Puskesmas; (c) Pelatihan pelayanan pasca keguguran
untuk tim PONED; (d) Penyediaan sarana & prasarana untuk PONED, KB,
pelayanan pasca keguguran; (e) Penyediaan ambulans PONED untuk
mendukung rujukan PONED; (f) Orientasi ANC terpadu bagi puskesmas
PONED, Bintek Tim PONEK RS di Kabupaten/Kota, Pelatihan klinis
pelayanan KB di RS Kabupaten/Kota, Pembinaan RS dan klinik swasta
oleh RS PONEK (RS dan klinik yang ada di sekitar PONEK), Pemenuhan
standar sarana dan peralatan RS PONEK di Kabupaten/Kota dan
Pembuatan SK Tim PONEK kabupaten/kota; (g) Pembinaan pelayanan
kesehatan ibu dan reproduksi; dan (h) Peningkatan mutu RS dalam
pelayanan sistem rujukan PONEK, (i) Peningkatan mutu pelayanan KIA
perlu mempertimbangkan saat melakukan rotasi petugas kesehatan di
Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan; (j). Menjaga mutu
pelayanan KIA perlu dilakukan monitoring kunjungan rumah pasca
persalinan di Rumah Sakit, Puskesmas, Rumah Bersalin, dan PKD; (k).
113
Menjaga mutu pelayanan KIA perlu dilakukan standarisasi alat pelayanan
PONED, PONEK melalui TERA ULANG fungsi, akurasi dan kelengkapan
alat.
4. Penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam penajaman
kegiatan Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) antara
lain melalui (a) Pemeliharaan kesehatan ibu maternal dalam upaya
penyelamatan ibu dan bayi; (b) Orientasi dan peningkatan pelaksanaan
kemitraan bidan dan dukun; (c) Pembinaan pelayanan kesehatan ibu
dan reproduksi; dan (d) Fasilitasi perencanaan terpadu Kabupaten/Kota
dalam pecepatan penurunan angka kematian ibu yang responsif gender
(DTPS).
5. Penguatan semua kelembagaan lintas sektor yang ada di desa yang
dapat dikoordinasi dalam satu wadah untuk upaya penyelamatan ibu
antara lain melalui (a) Orientasi dan peningkatan pelaksanaan Kemitraan
Bidan dan Dukun; (b) Optimalisasi peran dan fungsi Posyandu dlm
penurunan angka kematian ibu bersalin; (c) Pemantapan peran dan
fungsi Posyandu dalam penurunan kematian ibu; dan (d) Optimalisasi
peran dan fungsi FKD/FKK dalam penurunan Kematian Ibu.
6. Optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencapaian
derajat kesehatan ibu antara lain melalui (a) Optimalisasi peran dan
fungsi Posyandu dalam penurunan angka kematian ibu bersalin; dan (b)
pemantapan peran dan fungsi Posyandu dalam penurunan kematian ibu.
7. Pemerataan jangkauan jaminan pemeliharaan maternal antara lain
melalui (a) Pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi; (b)
Pemeliharaan kesehatan ibu maternal dalam upaya penyelamatan ibu
dan bayi; (c) Penyediaan sarana & prasarana untuk PONED, KB,
pelayanan pasca keguguran; dan (d) Penyediaan ambulans PONED
untuk mendukung rujukan PONED, (e) apabila ibu telah memiliki anak
sudah lebih dari 2, maka yang bersangkutan (ibu melahirkan) harus
menggunakan KONTAP (Kontrasepsi Mantap).
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
114
Strategi pencapaian target mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi
semua pada tahun 2015 adalah:
1. Pembinaan dan peningkatan kemandirian keluarga berencana.
2. Pemenuhan akses dan mutu pelayanan keluarga berencana antara lain
melalui pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi untuk
mendapatkan pelayanan antenatal, meningkatkan persentase Cakupan
Peserta KB Aktif (CPR), Unmeet Need; pelayanan statis dan mobile KB
MOW, MOP, IUD, Implan, Suntik, Pil dan cabut implan.
3. Peningkatan promosi dan pemberdayaan masyarakat masyarakat antara
lain melalui pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi dengan
memberikan pelatihan fasilitas pelayanan yang ramah remaja bagi
puskesmas, meningkatkan peran serta perusahaan dan masyarakat
dalam program KB dengan advokasi penggerakan KB, penyediaan media
promosi dan KIE, penggerakan lini lapangan, Peningkatan kualitas
pengelola KRR dan PIK KRR.
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
Strategi pencapaian target memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit
menular lainnya adalah:
1. Pemantapan komitmen dengan penentu kebijakan dan lintas sektor
melalui akselerasi implementasi Peraturan Daerah antara lain dengan
advokasi, sosialisasi, KIE, kampanye Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN-DBD) dan penguatan sistem.
2. Pengembangan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan
antara lain dengan pelatihan surveilance, pelatihan pengurangan
Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDs pada tahun 2015, Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010; dan Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberkolusis) hingga tahun 2015.
115
dampak buruk (harm reduction) bagi petugas di sarana kesehatan,
Pelatihan VCT dan IMS bagi TIM di fasilitas kesehatan, pelatihan PMTCT
bagi petugas di sarana kesehatan, pelatihan TIM dalam pelayanan TB
dengan DOTS, pelatihan managemen program pengendalian DBD,
pelatihan medis dan paramedis dalam tatalaksana kasus malaria serta
pelatihan manajemen program.
3. Pemenuhan pelayanan kesehatan yang bermutu di semua unit
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Poliklinik Kesehatan Desa/PKD) serta unit pelayanan rujukan (Rumah
Sakit) antara lain dengan tersedianya dukungan sarana dan operasional
untuk pembentukan layanan VCT dan IMS bagi fasilitas kesehatan,
dukungan sarana dan operasional untuk pembentukan layanan
pengurangan dampak buruk dan PMTCT, pengadaan metadon,
pengadaan sarana dan prasarana Pelayanan TB sesuai standar dan
dengan strategi DOTS, penyelenggaraan DOTS di Puskesmas serta
pengadaan mikroskop dan bahan laboratorium yang sesuai standard
(reagen, pot sputum, slide, box slide) untuk pemeriksaan sputum.
4. Penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dalam upaya pencegahan
dan penanggulangan penyakit menular antara lain dengan
pengembangan model intervensi lintas sektor (seperti Larvaciding,
biological control/penebaran jentik, source reduction, dll) dan sosialisasi
pencegahan penyakit Menular, dialog interaktif di televisi, media .
5. Optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencapaian
derajat kesehatan masyarakat antara lain dengan Pengadaan Kelambu
berinsektisida di Kabupaten/Kota endemis malaria, pembagian kelambu
berinsektisida ibu hamil dan bayi, peningkatan kapasitas masyarakat
tentang sanitasi dengan metode CLTS dan MPA PHAST, Peningkatan
Kualitas Lingkungan Perumahan, pelatihan Pengawas Minum Obat (PMO)
dalam rangka memantau Kepatuhan Penderita serta pengembangan
Model KIE bagi Keluarga tentang NAPZA, PMs termasuk HIV/AIDS.
116
6. Revitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan imunisasi antara lain
dengan Pengobatan (MBS, MFS, MSE, TMC, dll) dan penyedian obat TB
dengan Strategi DOTS.
7. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat antara lain dengan
pengambilan darah massal (sero survey) (MBS, MFS, MSE, TMC, dll) ,
penyemprotan rumah di desa-desa dengan malaria tinggi dan Kawasan
Bebas Jentik.
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan
Strategi pencapaian target memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi
kerusakan pada sumber daya lingkungan adalah:
1. Meningkatkan rasio luasan kawasan tertutup pepohonan melalui
pengelolaan lahan kritis dengan cara konservasi lahan kritis berupa
usaha pencegahan kerusakan, memperbaiki kerusakan, pemeliharaan
dan mempertahankan kesuburan lahan serta meningkatkan kesuburan
lahan. Beberapa tindakan memperkuat konservasi tanah dan air dapat
dilakukan melalui: (a) pengaturan pola tanam yang tepat; (b)
pengolahan tanah menurut kontur; (c) penggunakan bahan organik; (d)
peletakan sisa tanaman/mulsa sepanjang kontur; (e) diversifikasi usaha
tani termasuk tanaman pohon; (f) pemeliharaan atau pembuatan hutan
di atas lereng; (g) perlindungan tanah dengan tanaman penutup tanah;
dan (h) peternakan dikandangkan.
2. Mengurangi emisi karbon dioksida melalui pembangunan jaringan dan
pembangkit listrik dengan potensi sumber energi setempat dan
mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber–sumber energi alternatif
117
ramah lingkungan yang telah banyak berkembang antara lain
pemanfaatan biogas dari kotoran ternak, limbah tahu/tempe dan limbah
domestik rumah tangga, serta mengembangkan pemakaian peralatan
hemat energi.
3. Mengurangi jumlah konsumsi bahan perusak ozon melalui peningkatan
peran serta masyarakat dalam kampanye lingkungan terkait dengan
pengurangan penggunaan refrigant dalam bentuk penyebarluasan leaflet
mengenai bahaya sinar UVB bagi kesehatan masyarakat yang salah satu
penyebabnya karena adanya penggunaan refrigerant yang tidak ramah
lingkungan serta melakukan pengawasan atas peredaran BPO melalui :
a. Mendatangi bengkel mobil, kulkas dan AC guna mendata dan
mengarahkan pemilik bengkel untuk menggunakan refrigerant yang
ramah lingkungan.
b. Bekerjasama dengan Kabupaten/Kota, meminta data dari bengkel
mobil, kulkas dan AC jumlah refrigerant yang terjual serta mendata
alamat distributor/pemasok refrigerant tersebut.
4. Mempertahankan jumlah tangkapan ikan yang berada pada batasan
yang aman melalui peningkatan pemanfaatan bantuan kapal penangkap
ikan dengan melibatkan masyarakat.
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.
Strategi pencapaian target menanggulangi kerusakan keanekaragaman
hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan, yaitu:
1. Mempertahankan fungsi hutan lindung dengan membangun komitmen
dengan stakeholders untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
alam yang berwawasan lingkungan, meningkatkan kualitas sumber daya
hutan melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya hutan dengan
melibatkan masyarakat desa di sekitar hutan, dan meningkatkan
pengelolaan, pengawasan dan perlindungan kawasan lindung dengan
melibatkan masyarakat lokal.
118
2. Meningkatkan fungsi kawasan lindung perairan dengan meningkatkan
kesadaran dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan, pengawasan,
dan perlindungan sumberdaya di kawasan konservasi sumberdaya laut.
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015
Strategi pencapaian target menurunkan hingga setengahnya proporsi
rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan
sanitasi dasar yaitu:
1. Mengurangi proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap
air bersih melalui peningkatan layanan jaringan perpipaan air bersih
PDAM di perkotaan; mengembangkan Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pansimas), peningkatan prasarana dan
sarana air minum yang aman dan sehat, mendorong terbentuknya
regionalisasi pengelolaan air minum; dan peningkatan kinerja
pengelolaan air minum melalui pembinaan SDM.
2. Mengurangi proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap
sanitasi dasar melalui peningkatan ketersediaan prasarana sarana
sanitasi dasar yang memadai melalui partisipasi masyarakat; mendorong
terbentuknya regionalisasi pengelolaan air limbah, persampahan dan
drainase; dan peningkatan kinerja pengelolaan air limbah, persampahan
dan drainase melalui pembinaan SDM.
3. Meningkatkan kapasitas Pokja AMPL dalam penyusunan program/
kegiatan
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
119
Strategi pencapaian target mencapai peningkatan yang signifikan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh yaitu mengurangi
proporsi rumah tangga kumuh perkotaan melalui:
1. Mengoptimalkan peran stakeholder dalam pembangunan rumah.
2. Memanfaatkan potensi lembaga pembiayaan keuangan lokal
(BKK,BPR,BMT), dalam pembiayaan perumahan terutama bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
3. Melanjutkan program program pensertifikatan tanah secara masal dan
murah.
2.3. Target Kinerja Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium
(MDGs) Jawa Tengah
Target kinerja dalam pencapaian target indikator masing-masing
tujuan MDGs adalah sebagai berikut:
Tujuan 1 Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
No Indikator MDGs
Kondisi Saat Ini
Target
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat
pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015
1.1
Tingkat kemiskinan
berdasarkan garis kemiskinan
nasional
16,56% 15% 13,44% 11,88% 10,32% 8,75%
1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan
2,49 2,33 2,17 2,03 1,89 1,77
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan
yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda
1.4
Laju PDRB per tenaga kerja
2,25% (2009)
2,92% – 3,15%
3,25% – 3,60%
3,58% – 4,05%
3,92% – 4,50%
4,25% – 4,95%
1.5
Rasio kesempatan
kerja terhadap penduduk usia 15
tahun ke atas
64,19% (2009)
66,38%
67,43%
68,44%
69,43%
70,38%
120
No Indikator MDGs
Kondisi
Saat Ini Target
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1.7
Proporsi tenaga kerja yang
berusaha sendiri dan pekerja bebas
keluarga terhadap
total kesempatan kerja
59,03%
(2009) 58,17% 57,45% 56,74% 56,04% 55,35%
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
1.8
Prevalensi balita dengan berat
badan rendah /
kekurangan gizi
15,70% 15,37% 15,04% 14,71% 14,38% 14,05%
1.8a Prevalensi balita
gizi buruk 3,30% 3,07% 2,84% 2,61% 2,38% 2,15%
1.8b Prevalensi balita gizi kurang
12,40% 12,30% 12,20% 12,10% 12,00% 11,90%
1.9
Proporsi
penduduk dengan asupan kalori di
bawah tingkat konsumsi
minimum:
- 1.400 Kkal/kapita/ hari
15,22% (2009)
14,1%
12,98%
11,86%
10,74%
8.50%
- 2.000
Kkal/kapita/ hari
66,89%
(2009)
56,37%
51,10%
45,84%
40,58%
35.32%
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
No Indikator MDGs
Kondisi
Saat Ini Target
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
2.1 APM SD/MI/Paket A (%)
97,08 97,67 98,25 98,83 99,42 100
2.2 Proporsi murid
kelas 1 yang berhasil
menamatkan SD
99,78 99,83 99,87 99,91 99,96 100
121
No Indikator MDGs
Kondisi
Saat Ini Target
2010 2011 2012 2013 2014 2015
2.3 Angka Melek Huruf penduduk usia 15-
24 tahun perempuan dan
laki-laki
- Laki - laki 100 100 100 100 100 100
- Perempuan 100 100 100 100 100 100
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
No Indikator MDGs
Kondisi
Saat Ini Target
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan
lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun
2015
3.1 Rasio perempuan
thdp laki2 di tingkat pendidikan dasar,
menengah dan
tinggi:
- Rasio APM prp/laki2 di
SD
99,32 99,48 99,61 99,75 99,87 100
- Rasio APM prp/laki2 di SMP
105,66 103,44 102,38 101,47 100,69 100
- Rasio APM prp/laki2 di SMA
98,19 98,55 98,91 99,28 99,64 100
- Rasio APM prp/laki2 di
Perguruan Tinggi
124,88 119,9 114,93 109,95 104,98 100
3.2 Rasio Melek huruf Prp
thdp laki2 klp usia 15-24 tahun
100 100 100 100 100 100
3.3 Kontribusi prp dlm
pekerjaan upahan di sektor non pertanian
65,51 65,91 66,11 66,31 66,51 66,71
3.4 Proporsi kursi yang
diduduki perempuan di DPRD
14,75 14,75 14,75 14,75 16,96 16,96
122
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
No Indikator
MDGs
Kondisi Saat Ini
Target
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tujuan 4 : Menurunkan Angka Kematian Anak
Target 4 A : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan
2015
4.1 Angka Kematian Balita (AKABA)
/1.000 kh
12,02 12,01 12 11,95 11,9 11,85
4.1.1 Cakupan
Pelayanan Kesehatan Anak
Balita
76,38 81.00 83,00 85,00 88,00 90,00
4.2 Angka Kematian Bayi (AKB)/
1.000 kh
10,62 9,1 9 8,9 8,7 8,5
4.2.1 Cakupan Kunjungan
Neonatal Pertama (KN1)
96,82 91,00 92,00 93,00 94,00 96,00
4.2.2 Cakupan
Pelayanan Kesehatan Bayi
94,14 95,00 96,00 97,00 98,00 98,00
4.3 Persentase anak
usia 1 th yang di imunisasi campak
95% 95% 95% 95% 95% 95%
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
No
Indikator MDGs
Kondisi Saat Ini
Target
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target 5 A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga perempat dalam kurun
waktu 1990 – 2015
5.1 Angka kematian
ibu (AKI) per
100.000 kelahiran hidup
104,97 100 90 80 70 60
123
No
Indikator MDGs
Kondisi
Saat Ini Target
2010 2011 2012 2013 2014 2015
5.2 Proporsi kelahiran yang ditolong
tenaga kesehatan terlatih (PN)
93,93% 98% 99% 100% 100% 100%
Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
5.3 Angka pemakaian
kontrasepsi/ Contraceptive
Prevalence Rate (CPR) pada
perempuan menikah usia 15-
49 tahun
65,20% 66,5% 67,9% 69,2% 70,6% 70,60%
5.4 Angka kelahiran remaja
(perempuan usia
15-19 tahun)
25,30% 24,8% 24,2% 23,7% 23,1% 22,92%
5.5 Cakupan
pelayanan antenatal (K4)
92,04 92,5 93 94 95 95
5.6 Unmet Need
(kebutuhan keluarga
berencana/KB)
yang tidak terpenuhi
11,59 9,14 8,40 7,00 6,20 4,1
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
No Indikator MDGs
Kondisi Saat Ini
Target
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tujuan 6 : Memerangi HIV dan AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
Target 6 A : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015
6.1. Prevalensi HIV
pada penduduk usia 15-24 tahun
0,25 0,3 0,4 0,45 <0,5 <0,5
6.2. Penggunaan kondom pada
hubungan seks
terakhir
30% 35% 45% 55% 65% 70%
124
No Indikator MDGs
Kondisi
Saat Ini Target
2010 2011 2012 2013 2014 2015
6.3 Proporsi penduduk usia 15-24 tahun
yang memiliki pengetahuan
komprehensif
tentang HIV dan AIDS
14,3% 65% 70% 75% 80% 85%
Target 6 B : Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV / AIDS bagi semua
yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015
6.4 Proporsi penduduk
yang terinfeksi HIV lanjut yang
memiliki akses pada obat
antiretroviral
35,33% 75% 80% 85% 90% 95%
Target 6 C : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus
baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 2015
6.5 Angka kejadian
Tuberkulosis
(insiden semua kasus/ 100.000
penduduk/ tahun)
107 104 101 96 92 88
6.6 Tingkat prevalensi
Tuberkulosis (per
100.000 penduduk)
Blm ada 231 228 226 224 219
6.7 Tingkat kematian
karena Tuberkulosis (per
100.000
penduduk)
2,13 <5 <4,5 <4 <3,5 <3
6.8 Proporsi jumlah
kasus Tuberkulosis yang terdeteksi
dalam program
DOTS (CDR)
53,72 70 75 80 85 90
6.9 Proporsi kasus
Tuberkulosis yang
berhasil diobati dalam program
DOTS (success rate)
90,57 86 87 88 89 90
6.10 Angka penemuan
kasus Malaria per 1.000 penduduk
0,101 0,03 0,025 0,02 0,015 0,01
Penyakit Lainnya
- Angka Kesakita DBD per 100.000
penduduk
59,5 55 50 45 40 35
- Angka Kematian DBD (%)
1,23 1 1 1 1 1
125
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
No Indikator MDGs
Kondisi
Saat Ini 2010
Target
2011 2012 2013 2014 2015
Tujuan 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya
lingkungan yang hilang
7.1 Ratio luas kawasan tertutup
pepohonan
berdasarkan hasil pemotretan citra
satelit dan survei foto udara
terhadap luas daratan
32 % 32,20%
32,40%
32,60%
32,80%
33 %
7.2 Jumlah emisi
karbon dioksida (CO2e)
30.718 Gg
CO2e (2008)
30.918
Gg CO2e
31.000
Gg CO2e
31.150
Gg CO2e
31.300
Gg CO2e
31.500 Gg
CO2e
7.3 Jumlah konsumsi
bahan perusak ozon (BPO) dalam
metrik ton
28,40 ton 28,12
ton
27,83
ton
27,56
ton
27,28 27,01 ton
7.4 Proporsi tangkapan ikan yang berada
dalam batasan biologis yang aman
102,3% (2008)
101,84%
101,38%
100.92%
100,46%
100% (tidak
melebihi batas)
Target 7B : Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai
penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 2010
7.5 Rasio kawasan
lindung untuk menjaga
kelestarian
keanekaragaman hayati terhadap
total luas kawasan hutan
22,34% 22,34
% Tutup-
an
pohon pd kaw
lin-dung
menin
gkat 1%
dari tahun
2010
22,34
% tutupan
pohon
pd kaw lindung
meningkat 2%
dari
tahun 2010
22,34
% tutupan
pohon
pd kaw lindung
meningkat 3%
dari
tahun 2010
22,34
% Tutup-
an
pohon pd kaw
lin-dung
menin
gkat 4%
dari tahun
2010
22,34%
tutupan pohon pd kaw
lindung
meningkat 5% dari tahun
2010
126
No Indikator MDGs
Kondisi
Saat Ini 2010
Target
2011 2012 2013 2014 2015
7.6 Ratio luas kawasan
lindung perairan terhadap total luas
perairan teritorial
Luas
kawasan lindung
perairan Karimun-
jawa
111.625 Ha dan
Ujung negoro,
Batang
49.425 Ha.
Kuali-
tas kawas
an Lin-
dung
meningkat
1% dari
tahun
2010
Luas
kawa-san
konservasi
bertam
bah(Karang
Jeruk, Kab
Tegal
52 Ha), dan
kualitas kawa-
san lindung
mening-
kat 2% dari
tahun 2010
kualitas
kawa-san
lindung mening
kat 3%
dari tahun
2010
Kuali-
tas kawa-
san Lin-
dung
meningkat
4% dari
tahun
2010
kualitas
kawasan lindung
meningkat 5% dari tahun
2010
Target 7C : Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses
berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015.
7.7 Proporsi rumah
tangga dengan akses berkelanjutn
terhadap air minum layak
Perkotaan 38% 62,50% 63,00% 63,50% 67,00% 75,00%
Perdesaan 16,3% 23,6 % 30,9% 38,2% 45,5% 52,8%
7.8 Proporsi rumah tangga dengan
akses berkelanjutan
terhadap sanitasi
dasar yang layak
57% 60%
63%
66%
69%
72%
Target 7D : Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin
di permukiman kumuh pada tahun 2020
7.9 Proporsi rumah tangga kumuh
perkotaan
4,98% 4,94% 4,89% 4,85% 4,81% 4,76%
127
2.4. Program dan Kegiatan Percepatan Pencapaian target Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs)
Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.
Berbagai program dan kegiatan dalam rangka percepatan pencapaian target
MDGs Provinsi Jawa Tengah dirinci per program sebagai berikut:
1. Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
a. Peningkatan Pelayanan KB meliputi : Medis Operasi Wanita (MOW),
Medis Operasi Pria (MOP), IUD, Implan, Suntik, Pil dan cabut Implan
melalui pelayanan statis dan pelayanan mobile.
b. Peningkatan Cakupan Akseptor KB Bagi Kelompok PUS melalui
pengembangan media promosi (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi/KIE).
c. Penggerakan Lini Lapangan melalui peningkatan Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB).
d. Peningkatan Kemandirian ber-KB Bagi Keluarga Pra KS dan KS I
(kelompok miskin).
2. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesda)
- Kegiatan Penyediaan Pelayanan Kesehatan Rujukan di Tingkat Lanjut
untuk Masyarakat Miskin Non-Kuota.
3. Program Penguatan Kelembagaan Masyarakat.
a. Pengembangan Lembaga Ekonomi.
b. Pengembangan Lembaga Ekonomi Masyarakat melalui Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes).
c. Penguatan kelembagaan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K).
d. Pemanfaatan dan Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna (TTG).
128
4. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
- Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir.
5. Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya
- Pengembangan Sistem Produksi Pembudidaya Ikan.
6. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap
a. Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan dan Pemberdayaan
Nelayan Skala Kecil.
b. Pembinaan dan Pengembangan Kapal Perikanan, Alat Penangkapan
Ikan Dan Peningkatan Kualifikasi Awak Kapal Perikanan.
7. Program Rehabilitasi Sosial
a. Kegiatan Fasilitasi Penyantunan Terhadap Lanjut Usia (LU) Potensial.
b. Pelayanan Sosial Lanjut Usia.
8. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
a. Kegiatan Fasilitasi Penyantunan Terhadap LU Potensial.
b. Pelayanan Sosial Lanjut Usia.
9. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil
(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Lainnya
a. Peningkatan Kemampuan Dan Keterampilan Keluarga Rawan Sosial
Ekonomi.
b. Penanggulangan Kemiskinan Pedesaan.
c. Penanggulangan Kemiskinan.
10. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks
Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Lainnya)
- Kegiatan Pelayanan Sosial Terhadap Kelompok Masyarakat Tuna
Sosial.
11. Program Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa (Desa
Berkembang)
- Pemberian Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa Berkembang.
129
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda
1. Program Pendidikan Formal dan Non Formal
- Kegiatan Pendidikan Kemasyarakatan.
2. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
- Kegiatan Peningkatan SDM dan Pemberdayaan Kelompok Tani.
3. Program Peningkatan dan Perluasan Kesempatan Kerja
a. Pengembangan Kewirausahaan.
b. Penyebarluasan Informasi Pasar Kerja.
c. Padat Karya Produktif bagi Kelompok Masyarakat Miskin.
d. Bintek Petugas Lapangan TTG, Padat Karya, Pendamping Tenaga
Penggerak Perluasan Kesempatan Kerja Perdesaan.
e. Peningkatan Pelayanan, Penempatan Melalui Mekanisme AKL, AKAD
dan AKAN.
f. Pelayanan Penempatan, Pembinaan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja
Dalam dan Luar Negeri.
g. Fasilitasi Penyiapan, Penempatan dan Pemantapan Penyelenggaraan
Transmigrasi.
4. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas tenaga Kerja
a. Peningkatan Ketrampilan dan Kompetensi Tenaga Kerja di Balai
Latihan Kerja (BLK) dan Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS).
b. Uji Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Kerja.
c. Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja Swasta.
d. Pelatihan dan Pemagangan Tenaga Kerja di Dalam Negeri dan Luar
Negeri.
5. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
- Kegiatan Fasilitasi Sekretariat Forum Pengembangan Ekonomi
Sumber Daya (FPESD).
130
6. Program Penguatan Kapasitas Kelembagaan Koperasi dan
UMKM
- Pengembangan Dan Perkuatan Kelembagaan Koperasi Kelembagaan
Kelompok Masyarakat/ Pra Koperasi.
7. Program Pengembangan Diversifikasi Usaha dan Peningkatan
Daya Saing
- Pengembangan Kualitas Usaha, Sarana Prasarana dan Permodalan
Koperasi di Wilayah Perdesaan.
9. Program Pengembangan Permodalan dan Jaringan Kemitraan
Usaha
a. Peningkatan dan Pengembangan Permodalan, Lingkage Usaha
Jaringan, Pengusaha, Anggota Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan
Pinjam (KSP/USP).
b. Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi Peningkatan Akses Permodalan
Usaha.
10. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Berbasis
Sumber Daya Lokal
a. Peningkatan dan Pengembangan Industri Alternatif Berbasis Sumber
Daya Lokal.
b. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Industri Padat Karya.
11. Program Peningkatan SDM, Pelatihan dan Bantuan Peralatan
Industri
a. Kegiatan Peningkatan Ketrampilan Pengembangan SDM Industri Kecil
dan Menengah Industri Aneka di Jawa Tengah.
b. Pengembangan Wirausaha Baru Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) Mendukung Program Kewilayahan di Jawa Tengah.
Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
1. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
- Pembinaan Gizi Masyarakat melalui Pola Gizi Seimbang.
2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
a. Program Aksi Desa Mandiri Pangan.
131
b. Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman.
3. Program Pengembangan Diversifikasi dan Pola Konsumsi
Pangan
- Intervensi Pengenalan Konsumsi Pangan B2Sa pada SD/MI dan
Pondok Pesantren.
4. Program Pengembangan Agribisnis
a. Kegiatan Penanganan Panen, Pasca Panen dan Pemasaran
Tanaman Pangan dan Hortikultura.
b. Kegiatan Pengelolaan Lahan Usaha Tani Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
c. Kegiatan Pengembangan Alsintan mendukung Ketahanan Pangan
dan Hortikultura
5. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada Berkelanjutan
a. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi-umbian
b. Pengelolaan Tanaman Serealia
c. Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan
6. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk
Tanaman Hortikultura Berkelanjutan
- Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman
Buah Berkelanjutan
7. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan
Sarana Pertanian
a. Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian
b. Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian
c. Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alsintan
d. Fasilitas Pupuk dan Pestisida
8. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir,
Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian
a. Pengembangan Pemasaran Domestik
b. Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian
132
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
1. Program Pendidikan Dasar
a. Fasilitasi Pendampingan BOS SD/MI.
b. BOS SD/SDLB.
c. Fasilitasi Pendidikan Inklusi SD.
d. Fasilitasi Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak SD.
e. Fasilitasi Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak MI.
f. Fasilitasi Pembangunan Ruang Perpustakaan SD.
g. Fasilitasi Pembangunan Ruang Perpustakaan MI.
h. Fasilitasi Pengadaan Buku Perpustakaan SD.
i. Fasilitasi Pengadaan Buku Perpustakaan MI.
j. Fasilitasi Peningkatan Sarpras SDLB/SLB.
k. Fasilitasi Peningkatan Sarpras MI.
l. Fasilitasi Pengembangan MBS SD.
m. Fasilitasi Penguatan Kurikulum SD.
n. Fasilitasi Penguatan Kurikulum MI.
o. Fasilitasi Pendampingan BOS SMP/MTS.
p. BOS SMP/SMPLB/SMTP.
q. Fasilitasi Pendidikan Inklusi SMP.
r. Fasilitasi Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak SMP.
s. Fasilitasi Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak MTs.
t. Fasilitasi Pengadaan Buku Perpustakaan SMP.
u. Fasilitasi Pengadaan Buku Perpustakaan MTs.
2. Program Pendidikan Non Formal dan Informal
a. Fasilitasi Pembinaan Warga Belajar Paket A.
b. BOP Paket A.
133
c. Fasilitasi Pembinaan Warga Belajar Paket B.
d. BOP Paket B.
e. Fasilitasi Pembinaan Warga Belajar Paket C.
f. BOP Paket C.
g. Fasilitasi Taman Bacaan Masyarakat.
h. Fasilitasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
i. Fasilitasi Penyelenggaraan PAUD Rintisan.
j. PKH Lembaga Kursus dan Pelatihan.
k. Fasilitasi Kursus Wirausaha Kota.
l. Fasilitasi Kursus Wirausaha Desa.
m. Penyelenggaraan Keaksaraan Dasar.
n. Penyelenggaraan Keaksaraan Usaha Mandiri.
3. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Fasilitasi Peningkatan Kualifikasi Guru.
b. Fasilitasi Sertifikasi Kompetensi Guru.
c. Fasilitasi Kesejahteraan Pendidik.
d. Tunjangan Fungsional Guru non PNS Dikdas.
e. Tunjangan Profesi Guru Dikdas.
f. Tunjangan Khusus Guru.
g. Tunjangan Fungsional Guru non PNS Dikmen.
h. Insentif TLD/FDI.
4. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
a. Fasilitasi UASBN.
b. Fasilitasi UN dan UNPK.
134
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
1. Program Pendidikan Dasar dan Menengah
- Penyusunan dan Harmonisasi Kebijakan Bidang Pendidikan yang
Responsif Gender.
2. Program Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik
a. Pendidikan Politik.
b. Peningkatan Keterwakilan Perempuan pada Lembaga Legislatif.
3. Program Pendidikan Non Formal dan Informal
a. Fasilitasi Pendidikan Keaksaraan.
b. Fasilitasi Penyelenggaraan Kelompok Belajar Masyarakat.
4. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga
Ketenagakerjaan
Penyusunan dan Harmonisasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja
Perempuan.
5. Penguatan Kelembagaan PUG
a. Diseminasi Teknis Penghapusan Diskriminasi Pekerja Laki-laki dan
Perempuan dalam Pekerjaan dan Jabatan.
b. Sosialisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Pekerja
Perempuan.
135
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
1. Program Bina Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak
a. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan sub kegiatan
meningkatkan akses dan kualitas kunjungan neonates, pemberian
asuhan bayi baru lahir sesuai standar, pemberdayaan masyarakat
tentang perawatan BBL, penyediaan materi KIE (Buku KIA, Poster,
Leaflet, Lembar Balik, dll) kepada masyarakat tentang perawatan
BBL, Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP) di Kabupaten/Kota.
b. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Bayi dengan sub kegiatan
pemberian pelayanan kesehatan pada bayi sesuai standar,
penyediaan dan distribusi vitamin A 100.000 IU bagi bayi, pelayanan
SDIDTK bagi bayi, pelatihan SDIDTK bagi petugas kesehatan,
pemberian screening KIT SDIDTK bagi Puskesmas.
c. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak Balita dengan sub kegiatan
pemberian pelayanan kesehatan pada anak balita sesuai standar,
pemberian vitamin A 200.000 IU bagi anak balita, peningkatan
jangkauan pemantauan pertumbuhan anak balita, peningkatan
jangkauan pemantauan perkembangan (SDIDTK) anak balita,
pelatihan MTBS bagi Perawat dan Bidan, pelatihan On the Job
Training MTBS bagi Perawat/Bidan di Desa, pelaksanaan PWS KIA di
Puskesmas, pelaksanaan sistem rujukan secara berjenjang.
2. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
a. Pemenuhan Kecukupan Obat, Alat dan Form MTBS/MTBM di
Puskesmas.
b. Pemenuhan Kecukupan Obat dan Alat di Puskesmas Perawatan dan
RS Kabupaten/Kota sesuai dengan Buku Saku.
Target 4A: menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015
136
3. Program Manajemen Pembangunan Kesehatan
a. Pemenuhan Kecukupan Tenaga Dokter Spesialis Anak di RS
Kabupaten/Kota.
b. Pemenuhan Kecukupan Tenaga Fasilitator, Motivator dan Konselor
ASI di masing-masing Kabupaten/Kota.
c. Upaya Pemberian ASI segera setelah melahirkan, pemberian ASI saja
hingga anak usia 6 bulan yang dilanjutkan hingga 2 tahun dengan
diberikan pendamping ASI.
4. Program Pembinaan Upaya Kesehatan
a. Pelatihan Manajemen Asfiksia Dan Manajemen BBLR bagi
Perawat/Bidan di Puskesmas.
b. Pelatihan Perinatologi Bagi Perawat/Bidan di Puskesmas Perawatan
dan RS.
c. Penyediaan Kecukupan Alat Resusitasi (tabung dan balon sungkup) di
Puskesmas.
d. Penyediaan Kecukupan Obat BBL.
e. Peningkatan Jumlah Puskesmas dengan rantai dingin yang efektif.
f. Pelayanan Balita Sakit di Puskesmas Perawatan dan RS
Kabupaten/Kota sesuai standar.
g. Peningkatan Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan
balita sakit sesuai standar.
h. Penyediaan Perinatologi Set bagi Puskesmas Perawatan dan RS
Kabupaten/Kota.
i. Pemenuhan Kebutuhan Perawat dan Bidan di Desa dan Fasilitasi
Kesehatan (PKM dan RS).
j. Pelatihan Perinatologi bagi Perawat/Bidan di Puskesmas Perawatan
dan RS.
5. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya (Kemenkes)
a. Meningkatkan Kemitraan dengan LSM/Dunia Usaha/ Organisasi
Masyarakat/Organisasi Keagamaan dalam rangka penurunan AKBA.
b. Pemberdayaan Masyarakat tentang Perawatan Bayi.
137
c. Pemberdayaan Masyarakat tentang Perawatan Anak Balita.
d. Penyediaan Materi KIE (Buku KIA, Poster, Leaflet, Lembar Balik)
kepada Masyarakat tentang Perawatan Anak Balita dan Bayi.
e. Sosialisasi Pencegahan HIV/AIDS dari Ibu Terinfeksi HIV/AIDS ke
Anak.
6. Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
a. Penemuan Kasus TB Anak.
b. Pemberian ART pada ODHA Anak di RS Rujukan ART.
c. Pengobatan pada Bayi yang Terinfeksi Sifilis di Puskesmas.
d. Pendistribusian Kelambu Berinsektisida secara massal/rutin melalui
kegiatan integrasi.
e. Penyediaan Oralit dan Zink di Posyandu.
f. Distribusi Vaksin HB O.
g. Pelatihan Pemberian Imunisasi sesuai standar.
h. Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi.
i. Distribusi Vaksinasi Dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, Campak).
j. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap.
7. Program Sumber Daya Kesehatan
a. Koordinasi Pengelola Data Kesehatan kabupaten/kota.
b. Evaluasi Pengelolaan Data Kesehatan.
c. Kajian Bidang Kesehatan.
8. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat
a. Peningkatan Mutu Puskesmas yang melaksanakan sosialisasi dan
advokasi pada perusahaan untuk menyediakan tempat memerah ASI
pada perusahaan yang mempunyai banyak pekerja wanita.
b. Meningkatkan Akses dan Kualitas Kunjungan Neonates.
c. Pemenuhan Kebutuhan Perawat dan Bidan di Desa dan Fasilitasi
Kesehatan ( PKM dan RS).
9. Program Penyehatan Lingkungan
- Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan.
138
10. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Optimalisasi Peran Dan Fungsi Posyandu dalam Penurunan AKBA.
b. Pemantapan Peran dan Fungsi Posyandu dalam Penurunan AKBA.
c. Pengembangan Deteksi Dini FR Kematian Balita melalui surveilans
berbasis masyarakat.
d. Optimalisasi Peran dan Fungsi FKD/FKK dalam Penurunan AKBA.
e. Advokasi dan KIE.
f. Penguatan Sistem.
g. Mobilisasi Sosial dan Promosi Kesehatan.
h. Monitoring dan Evaluasi.
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
1. Program Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak
Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi dengan sub
kegiatan pelatihan APN dan evaluasi pasca latih, kunjungan rumah
untuk meningkatkan cakupan ibu nifas, advokasi pembentukan rumah
tunggu bagi bumil risti dan seluruh bumil di daerah geografis sulit tanpa
fasilitas kesehatan di Kabupaten, Orientasi dan peningkatan
pelaksanaan kemitraan Bidan dan Dukun, penyediaan fasilitas
pertolongan persalinan di Puskesmas, kampanye KIE persalinan di
fasilitas kesehatan dan kesiapan menghadapi komplikasi persalinan;
orientasi Bikor dalam melaksanakan supervisi fasilitatif Puskesmas
dalam pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) termasuk
layanan swasta.
2. Program Upaya Kesehatan
a. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi.
Target 5A: menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990 – 2015
139
b. Pelatihan PONED termasuk Evaluasi Pasca Latih bagi Tim PONED di
Puskesmas.
c. Pelatihan Pelayanan Pasca Keguguran untuk Tim PONED.
d. Penyediaan Sarana & Prasarana untuk PONED, KB, Pelayanan Pasca
Keguguran.
e. Penyediaan Ambulans PONED untuk Mendukung Rujukan PONED.
f. Orientasi PKRE Terpadu di Puskesmas PONED.
g. Orientasi PP-KTP Terpadu di Puskesmas PONED.
h. Orientasi ANC Terpadu bagi Puskesmas PONED, Bintek Tim PONEK
RS di Kabupaten/Kota, Pelatihan klinis pelayanan KB di RS
Kabupaten/Kota, Pembinaan RS dan klinik swasta oleh RS PONEK
(RS dan klinik yang ada di sekitar PONEK), pemenuhan standar
sarana dan peralatan RS PONEK di Kabupaten/Kota dan pembuatan
SK Tim PONEK Kabupaten/Kota.
i. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi.
j. Bimbingan dan Pengendalian PONEK di RS kelas B dan C.
k. Bimbingan dan Pengendalian Tim PONEK RS ke Puskesmas PONED.
l. Pelatihan Tim PKBRS di RS Kelas B.
m. Mapping Sarana dan Peralatan di RS PONEK.
n. Inventarisasi RS yang memiliki SK Tim PONEK.
o. Peningkatan Mutu RS dalam Pelayanan Sistem Rujukan PONEK.
rujukan dari Pustu, Puskesmas atau Bidan Desa harus dihubungkan
(link) dengan data PWS-KIA melalui call center di Rumah Sakit
PONEK Kabupaten/Kota.
p. Promosi dan Degradasi perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan
kualitas pelayanan, sehingga SOTK perlu memperhatikan aspek
kualitas pelayanan pada masyarakat di Pustu, Puskesmas, Rumah
Sakit dan Dinas Kesehatan.
3. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Kesehatan
a. Peningkatan Kapasitas SDM Kesehatan di 10 Kabupaten/Kota
prioritas.
140
b. Pemantapan 11 Organisasi Profesi, Majelis Tenaga Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia Provinsi Jawa Tengah Program Dukungan Manajemen dan
Tugas Teknis lainnya.
c. Pengembangan Deteksi Dini Faktor Resiko Kematian Ibu melalui
Surveillans Berbasis Masyarakat (SBM).
d. Meningkatkan Kemitraan dengan LSM/Dunia Usaha Organisasi
Masyarakat/Organisasi keagamaan dalam rangka penurunan
kematian ibu.
e. JAMPERSAL (Jaminan Persalinan gratis) sebagai strategi
memasarkan pelayanan KB Mantap bagi pasangan yang telah
memiliki anak lebih dari 2.
4. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat
a. Pemeliharaan Kesehatan Ibu Maternal dalam upaya penyelamatan
ibu dan bayi.
b. Orientasi dan Peningkatan Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun.
c. Fasilitasi Pembuatan SK Bupati Walikota/ Perda Persalinan, Rumah
Tunggu dan PONED.
d. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi.
e. Fasilitasi Perencanaan Terpadu Kabupaten/Kota dalam Percepatan
Penurunan Angka Kematian Ibu Yang Responsif Gender (DTPS).
f. Orientasi Surveilans Kematian Ibu dan AMP bagi tim AMP di
Kabupaten/Kota.
g. Pembinaan 4 Puskesmas oleh Tim PONEK RS (minimal 4 kali setahun
per PKM).
h. Regional Sistem Rujukan Maternal Neonatal di Kabupaten/Kota.
i. Pengolahan Data Kematian Ibu di Kabupaten/Kota.
j. Peningkatan Mutu Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Pekerja Wanita di Perusahaan yang Mempunyai Banyak
Pekerja Wanita.
141
k. Peningkatan Mutu Puskesmas dengan Pelayanan Gizi Perusahaan
Pada Pekerja Wanita di Perusahaan yang Mempunyai Banyak
Pekerja Wanita.
l. Peningkatan Mutu Pelayanan Puskesmas dalam Program KIA Gizi
dengan Akreditasi Puskesmas.
m. Peningkatan Mutu Puskesmas dengan Penyelenggaraan Pelayanan
PONED.
n. Pemetaan Peralatan PONED di Puskesmas.
o. Pendampingan Manajemen BOK di provinsi dan Kabupaten/Kota.
5. Program promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Advokasi dan KIE.
b. Penguatan Sistem.
c. Mobilisasi Sosial dan Promosi Kesehatan.
d. Monitoring dan Evaluasi.
e. Optimalisasi Peran dan Fungsi Posyandu dalam Penurunan Angka
Kematian Ibu Bersalin.
f. Pemantapan Peran dan Fungsi Posyandu dalam Penurunan Kematian
Ibu.
g. Optimalisasi Peran dan Fungsi FKD/FKK dalam penurunan Kematian
Ibu.
h. Memfungsikan Kelas Ibu untuk Forum Interaksi para Ibu Hamil
dalam rangkan memahami perkembangan kehamilannya bersama
para motivator dan konselor ASI.
6. Program Sumber Daya Kesehatan
a. Peningkatan SDM dalam Penanganan Administrasi dan Pengelolaan
Keuangan.
b. Peningkatan Kualitas Manajemen Pembelajaran di 70 Institusi
Pendidikan Tenaga Kesehatan.
c. Koordinasi Pengelola data Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Evaluasi Pengelolaan Data Kesehatan.
e. Kajian Bidang Kesehatan.
142
7. Program Kesehatan (PKK Provinsi)
a. Talkshow Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi wanita
bagi kader PKK.
b. Penggerakan masyarakat melalui Sosialisasi Pembentukan Kelompok
Peminat Kesehatan Ibu dan Anak.
c. Pengembangan TOGA untuk mendukung pengobatan sendiri.
1. Kependudukan dan Keluarga Berencana
a. Pembinaan, Kesertaan, dan Kemandirian ber KB melalui 23.500
Klinik KB pemerintah dan swasta.
b. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Penyelenggara Program KB di
1.630 Klinik KB pemerintah dan swasta dalam rangka pembinaan,
kesertaan dan kemandirian ber KB.
c. Peningkatan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Remaja tentang
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR).
d. Peningkatan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Masyarakat tentang
Pengendalian Penduduk dan KB.
e. Peningkatan Peran Serta LSM, Swasta dan Penyelenggaran Program
KB
f. Peningkatan Kemandirian ber KB keluarga Pra S dan KS-1.
2. Program Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak
a. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi, Pembinaan
Puskesmas dalam pemanfaatan Buku KIA, Pendataan Ibu Hamil,
Pengadaan Paket Kelas Ibu untuk Puskesmas, Orientasi
pembentukan kelas Ibu di Puskesmas, Fasilitasi perencanaan
terpadu kab/kota dalam pecepatan penurunan Angka Kematian Ibu
yang responsif gender (DTPS), Pembentukan mobile team untuk
memberikan pelayanan kesehatan ibu di DTPK, Insersi ARH dalam
kurikulum, Orientasi Surveilans kematian ibu dan AMP bagi Tim AMP
Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
143
di Kabupaten/Kota dan Pengolahan data kematian ibu di
Kabupaten/Kota.
b. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi, Penyediaan
Kit pelayanan KB di faskes dasar yang memberikan pelayanan KB,
Update (pemutakhiran) keterampilan pelayanan KB bagi Dokter dan
Bidan di tingkat pelayanan dasar dan RS, Orientasi ABPK bagi Bidan
dan Dokter.
c. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi, Orientasi
Pelayanan KB Pasca Persalinan, Pengadaan Buffer Stock Alokon di
tingkat Provinsi, Sweeping Pelayanan KB bagi Kabupaten/Kota
dengan unmetneed tinggi.
d. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi,
Orientasi/pelatihan Fasilitas Pelayanan yang Ramah Remaja bagi
Puskesmas di Kabupaten/Kota, Pengadaan Buku Pedoman Panduan
Kesehatan Remaja, Sosialisasi Buku Panduan Kesehatan Remaja,
Pelatihan Konselor Sebaya (Peer konselor) dan Insersi ARH dalam
Kurikulum.
3. Program Pelayanan Keluarga Berencana
a. Pelayanan KB meliputi : MOW, MOP, IUD, Implan, Suntik, Pil dan
cabut Implan melalui pelayanan statis dan pelayanan mobile.
b. Peningkatan Peran serta Perusahaan dan Masyarakat dalam Program
KB.
c. Peningkatan Cakupan Akseptor KB melalui Pengembangan Media
KIE
d. Penggerakan Lini Lapangan.
e. Peningkatan Kemandirian ber KB Keluarga PS dan KS I.
4. Program Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja
a. Peningkatan Kualitas Pengelola KRR dan PIK KRR.
144
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
1. Program Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Promosi Pencegahan HIV Dan AIDS.
b. Promosi Pencegahan untuk Kelompok Risti.
c. Advokasi dan Sosialisasi.
2. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat
a. Dukungan Sarana dan Operasional untuk Pembentukan Layanan
VCT bagi Fasilitas Kesehatan.
b. Dukungan Sarana dan Operasional untuk Pembentukan Layanan
IMS bagi Fasilitas Kesehatan.
c. Pelatihan Pengurangan Dampak Buruk (harm reduction) bagi
Petugas di Sarana Kesehatan.
3. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
a. Dukungan Sarana dan Operasional untuk Pembentukan Layanan
Pengurangan Dampak Buruk (HR).
b. Pengadaan Metadon.
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
a. Zero Surveilance.
b. Pelatihan Surveilance.
c. Pelatihan VCT bagi Tim di Fasilitas Kesehatan.
d. Pelatihan IMS bagi Tim di Fasilitas Kesehatan.
e. Pelatihan PMTCT bagi Petugas di Sarana Kesehatan.
f. Dukungan Sarana dan Operasional untuk pembentukan layanan
PMTCT.
g. Pelatihan Manajemen Program.
Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015
145
5. Program Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja
a. Peningkatan Kualitas Pengelola KRR dan PIK KRR.
b. Pengembangan Model KIE bagi Keluarga tentang NAPZA, PMS
termasuk HIV/AIDS.
1. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat
a. Pengadaan Mesin CD4.
b. Pengadaan Reagen CD4.
c. Pertemuan Pelayanan Kesehatan HIV/AIDS.
2. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
- Pelatihan CST bagi petugas di sarana kesehatan, Dukungan sarana dan
operasional operasional untuk pembentukan layanan CST.
1. Program Upaya Kesehatan
a. Ruang Isolasi untuk Pasien TB-HIV dan MDR-TB.
2. Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
a. Monitoring dan Surveilens Penyakit, Pelatihan Wasor TB kabupaten/
kota, Pelatihan Teknis Pelayanan TB di RS dengan Strategi DOTS.
3. Program Sumberdaya Kesehatan
a. Penyediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sesuai standard.
b. Koordinasi Pengelola Data Kesehatan Kabupaten/Kota.
c. Evaluasi Pengelolaan Data Kesehatan.
d. Kajian Bidang Kesehatan.
4. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat
a. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pelayanan TB sesuai standar.
b. Kesehatan Kerja di Puskesmas dan Rumah Sakit.
c. Penyelenggaraan DOTS di Puskesmas.
5. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
a. Advokasi Pembentukan Gerdunas.
Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberkolusis) hingga tahun 2015
Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010
146
b. Penyediaan Tuberkulin Test untuk Diagnosis TB pada anak.
c. Pelatihan TIM dalam Pelayanan TB dengan DOTS.
d. Penyediaan Bio Safety Cabinet dalam rangka mencegah infeksi TB di
Rumah Sakit.
e. Sosialisasi Pelayanan TB dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit.
f. Penyedian Obat TB dengan Strategi DOTS.
g. Pertemuan Koordinasi dalam Pelayanan TB Dengan Strategi DOTS
dengan stakeholder terkait.
h. Pelatihan Pengawas Minum Obat (PMO) dalam rangka memantau
Kepatuhan Penderita.
i. Pelatihan Petugas Kesehatan di lapas/rutan dalam pelayanan TB
DOTS.
j. Pelatihan Tenaga Laboratorium dalam meningkatkan kualitas
diagnostik TB.
k. Pengadaan Mikroskop dan Bahan Laboratorium yang sesuai standard
(reagen, pot sputum, slide, box slide) untuk pemeriksaan sputum.
6. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
- Promosi Kesehatan tentang TB.
7. Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
a. Pengadaan Kelambu berinsektisida di Kabupaten/Kota Endemis
Malaria.
b. Pembagian Kelambu Berinsektisida Ibu Hamil dan Bayi.
c. Pengambilan Darah Massal (zero survey) (MBS, MFS, MSE, TMC, dll).
d. Pengadaan Rapid Diagnostic Test (RDT) (terutama untuk Daerah
Terpencil Perbatasan dan Kepulauan).
e. Pengobatan (MBS, MFS, MSE, TMC, dll).
f. Penyemprotan Rumah di Desa-desa dengan Malaria Tinggi.
g. Pengadaan Insektisida.
h. Pengadaan Alat Semprot (spraycan) dan Perlengkapan Alat
Penyemprot.
i. Pelatihan Tenaga Mikroskopist Malaria.
j. Pelatihan Medis dan Paramedis dalam Tatalaksana Kasus Malaria.
147
k. Pelatihan Pengelola Malaria dalam Manajemen Program Malaria.
l. Pengembangan Model Intervensi Lintas Sektor (seperti Larvaciding,
biological control/penebaran jentik, source reduction, dll).
8. Program Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
a. Kampanye Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN-DBD).
b. Kawasan Bebas Jentik.
c. Pengadaan PSN Kit.
d. Refreshing Tatalaksana DBD bagi Tenaga Medis.
e. Pelatihan Managemen Program Pengendalian DBD.
f. Pengadaan Insektisida.
g. Pengadaan Larvasida.
h. Pengadaan Alat Fogging.
9. Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat
a. Kesehatan Kerja di Puskesmas dan Rumah Sakit.
b. Penyelenggaraan DOTS di Puskesmas.
c. Bimbingan dan Pengendalian Rumah Sakit yang Melaksanakan
Program DOTS.
10. Program Penyehatan Lingkungan
a. Peningkatan Kapasitas Masyarakat tentang Sanitasi dengan
Metode CLTS dan MPA PHAST.
b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan.
11. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Advokasi dan KIE.
b. Penguatan Sistem.
c. Mobilisasi Sosial dan Promosi Kesehatan.
d. Monitoring dan Evaluasi.
12. Program Pembinaan Sosial
a. Rakor penanggulangan Penyakit Menular.
b. Sosialisasi Pencegahan Penyakit Menular, Dialog Interaktif di
Televisi, Media Cetak dan Radio.
148
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan
1. Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Nasional dan Daerah
a. Perlindungan Atmosfir
b. Mitigasi Perubahan Iklim
c. Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
2. Program Rehabilitasi dan Peningkatan Sumberdaya Hutan dan
Lahan
a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan
b. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan.
3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam
a. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelestarian Lingkungan
Hidup.
b. Peningkatan Kualitas RTH Perkotaan.
4. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SDA
- Penanganan Kerusakan dan Pelestarian Kawasan Tambak/Permukiman
Masyarakat Pada Ekosistem Pesisir dan Pantai Utara.
5. Program Pengembangan Ketenagalistrikan dan Migas
a. Pembangunan PLTS SHS, Pembangunan PLTMH, Pengembangan Panas
Bumi, Desa Mandiri Energi
b. Identifikasi dan Pengembangan Potensi Gas Rawa di Jawa Tengah.
6. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup
a. Fasilitasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
b. Pembangunan Peralatan Minimasi Emisi Udara pada Industri Kecil
c. Pembangunan Biogas dari Limbah Ternak atau Tinja
149
d. Fasilitasi Pembangunan Biogas dari Limbah Industri Tahu.
e. Pengembangan dan Penerapan Peralatan Hemat Energi.
f. Pemakaian Teknologi Bersih
g. Pembangunan Instalasi Biogas dari Limah Ternak, Tinja dan Limbah
Domestik.
h. Fasilitasi Pembangunan Instalasi Biogas dari Limbah Industri Tahu dan
Industri Makanan.
7. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup
a. Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan Peredaran BPO.
b. Pengembangan Kemitraan dengan Para Pihak dalam Penggunaan
Refrigerant yang Ramah Lingkungan.
c. Pencegahan dan Pengurangan Pemakaian BPO
d. Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan Peredaran BPO
8. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap
Nasional dan Daerah
- Pengelolaan Sumber Daya Ikan.
Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010.
1. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
a. Fasilitasi Pengelolaan Keanekaragaman Hayati, Kawasan Lindung di
Luar Kawasan Hutan dan Penanganan Konservasi Lingkungan.
b. Fasilitasi Perbaikan Kualitas Kawasan Lindung dan Pemberian Insentif
Sertifikasi Tanah bagi Masyarakat yang Mempunyai Tanah pada
Kawasan Lindung dan Telah Berhasil Memperbaiki Kondisi Fisik di
Lapangan
2. Program Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam
a. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
b. Rehabilitasi Perlindungan Konservasi Hutan
c. Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan
150
d. Pengembangan Jasa Lingkungan Hutan.
3. Program Pengelolaan sumber daya laut, Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil
- Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi dan Jenis.
Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015
1. Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
- Penyehatan Lingkungan.
2. Program Peningkatan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan
Sanitasi
- Peningkatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Bersih.
3. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku
- Penyediaan Air Baku dari Mata Air dan Sumber Lain
4. Program pengembangan Lingkungan Sehat
a. Pengembangan Wilayah Sehat
b. Peningkatan Akses Air Bersih dan Sanitasi Dasar
c. Pemeliharaan dan Pengawasan Lingkungan
d. Pengendalian Dampak Pencemaran Lingkungan.
5. Program Peningkatan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan
Sanitasi
a. Peningkatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Sanitasi
b. Fasilitasi dan Stimulan Air Bersih dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
c. Penyediaan Air Baku dari Mata Air dan Sumber Lain.
d. Implementasi Kebijakan Nasional AMPL
Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan
penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
1. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
a. Fasilitasi dan Stimulan Perbaikan Berbasis Masyarakat
151
b. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan dan
Peningkatan Kesejahteraan.
2. Program Pembangunan Perumahan
a. Fasilitasi dan Stimulan Kualitas Perumahan Berbasis Masyarakat
b. Fasilitasi dan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya bagi RTM.
3. Program Pengelolaan Pertanahan Di Provinsi Jawa Tengah
- Sertifikasi Tanah Prona, Tanah UKM, Tanah Pertanian, Tanah
Perikanan/Nelayan dan Redistribusi Tanah.
4. Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah
- Sertifikasi Tanah Kawasan Lindung dan Tanah Sawah Lestari.
RAD MDGs Jawa Tengah
152
BAB III
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Kegiatan pemantauan dan evaluasi program Percepatan Pencapaian Target
Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) pada dasarnya dilakukan oleh semua
pelaku atau pemangku kepentingan (stakeholders). Pemantauan dan Evaluasi oleh
lembaga pemerintah dilakukan secara internal oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) terkait, untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kebijakan
dan program, serta mengukur dampak kebijakan dan program pencapaian Target
MDGs.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi program Percepatan Pencapaian Target
MDGs Provinsi Jawa Tengah juga bisa dilakukan secara independen oleh lembaga-
lembaga Non Pemerintah seperti LSM ataupun Perguruan Tinggi. Hasil
Pemantauan dan evaluasi, baik yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah maupun
Lembaga Lembaga Non Pemerintah diverifikasi dan dikonsolidasikan oleh
sekretariat Tim Pengarah dan Kelompok Kerja Penyusunan Rencana Aksi Daerah
Percepatan Pencapaian Target MDGs Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015
dengan empat Pokja agar dihasilkan laporan pemantauan dan evaluasi yang
sistematis.
Tujuan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Percepatan
Pencapaian Target MDGs adalah untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang dari rencana yang
telah ditetapkan, atau untuk mengetahui tingkat kesenjangan antara keadaan
yang telah dicapai dengan keadaan yang dikehendaki atau seharusnya dapat
dicapai, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui tingkat efektivitas dan
efisiensi kegiatan yang telah dilaksanakan, untuk selanjutnya dapat diambil
langkah-langkah guna meningkatkan tingkat efektivitas dan efisiensi kegiatan
seperti yang dikehendaki.
Disamping prinsip-prinsip tersebut, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi, yaitu :
1. Pelaku pemantauan dan evaluasi adalah semua pelaku/stakeholders yang
berkepentingan terhadap pencapaian target MDGs lainnya di Provinsi Jawa
RAD MDGs Jawa Tengah
153
Tengah. Dengan kata lain, pelaku pemantauan dan evaluasi dalam kebijakan
dan program Pencapaian target MDGs di Provinsi Jawa Tengah adalah
pemantau bagi dirinya sendiri dan bagi pelaku lain. Dengan demikian
diharapkan dapat terlaksananya prinsip-prinsip transaparansi, akuntabilitas dan
partisipasi. Tim Pengarah Pencapaian Target MDGs di tingkat Provinsi
bertanggung jawab mengkoordinasikan hasil pemantauan dan evaluasi yang
dilakukan oleh masing-masing stakeholder/SKPD.
2. Obyek pemantauan dan evaluasi adalah semua kebijakan dan program yang
terkait dengan upaya pencapaian Target MDGs di Provinsi Jawa Tengah. Oleh
karena itu, kegiatan pemantauan dilaksanakan sejak awal dimulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program terkait, dan dilakukan oleh
seluruh stakeholder di Provinsi Jawa Tengah.
3. Sarana pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program percepatan
pencapaian target MDGs adalah segenap sarana yang dimiliki oleh masing-
masing pelaku, selaras dengan semangat kerelawanan dan keikutsertaan,
sehingga para pelaku dapat mempergunakan metode dan alat mereka sendiri
untuk dikompilasikan hasilnya dan dikaji bersama sebagai dasar perbaikan dan
program percepatan pencapaian target MDGs selanjutnya.
4. Metode pemantauan dan evaluasi terhadap kebijakan dan program pencapaian
target MDGs ditentukan oleh masing-masing pihak, sesuai dengan kapasitas
dan mekanisme kerja masing-masing dengan semangat memperbaiki kebijakan
dan program percepatan pencapaian target MDGs yang sedang berjalan.
Ada dua tujuan/kegunaan utama pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
percepatan pencapaian MDGs yaitu :
1. Kegunaan terkait dengan operasional yaitu :
a. Melalui pemantauan dan evaluasi kita dapat mengetahui cara yang tepat
untuk mencapai target MDGs yang dikehendaki dan sekaligus dapat
mengidentifikasi faktor-faktor kritis yang sangat menentukan keberhasilan
kegiatan program percepatan pencapaian target MDGs yang dilakukan.
b. Melalui pemantauan dan evaluasi kita dapat lakukan perubahan-perubahan
modifikasi dan supervisi terhadap kegiatan/program percepatan pencapaian
target MDGs yang dilaksanakan, dan
RAD MDGs Jawa Tengah
154
c. Melalui pemantauan dan evaluasi, akan dapat dikembangkan tujuan-tujuan
serta analisis informasi yang bermanfaat bagi pelaporan kegiatan.
2. Kegunaan terkait dengan kebijakan yang mencakup :
a. Berdasarkan hasil evaluasi, dapat dirumuskan kembali, strategi percepatan
pencapaian target MDGs, pendekatan, serta asumsi-asumsi yang
digunakan.
b. Untuk menggali dan meningkatkan kemampuan pengetahuan tentang
hubungan antar kegiatan program pembangunan, yang sangat bermanfaat
bagi peningkatan efektifitas dan efisiensi kegiatan di masa-masa
mendatang.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi secara prinsip merupakan kegiatan
tahap pelaksanaan dan akhir suatu program dan kegiatan, untuk menilai apakah
sebuah kebijakan dan program dilaksanakan dan mencapai tujuan yang
diharapkan atau tidak. Kegiatan Pemantauan evaluasi percepatan pencapaian
target-target MDGs ini dapat dibagi menurut waktu pelaksanaannya sebagai
berikut:
1. Pemantauan pada saat program berjalan, kegiatan ini dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan sekali.
2. Evaluasi tahunan, dilakukan setiap akhir tahun anggaran untuk mengetahui
pencapaian target-target tahunan yang telah disusun.
3. Evaluasi akhir (summative evaluation), dilakukan pada akhir periode rencana
aksi ini yaitu tahun 2015.
Dengan demikian kegiatan pemantauan dan evaluasi bukan merupakan
kegiatan yang sekali saja dilakukan pada saat akhir program/kegiatan tetapi
kegiatan yang bisa dilakukan sesuai tahapan yang dilaksanakan.
Secara umum, kegiatan pemantauan dan evaluasi akan menjawab
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah kebijakan dan program yang dilaksanakan sudah mencapai tujuan
yang direncanakan?
2. Apakah kebijakan dan program yang dilaksanakan berhasil? Jika berhasil
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilannya? dan
RAD MDGs Jawa Tengah
155
apabila tidak berhasil, hal-hal apa saja yang menyebabkan ketidakberhasilan
tersebut mengapa?
3. Apakah kita akan mengulanginya lagi dengan berbagai perbaikan atau
melakukan hal yang berbeda?
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan berdasarkan kriteria
atau indikator kinerja baik indikator masukan, proses, keluaran dan manfaat
maupun dampak. Tujuan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi adalah :
a. Menilai kemajuan pelaksanaan program percepatan pencapaian tujuan
pembangunan milenium.
b. Mengetahui kendala-kendala dan permasalahan yang ditimbulkan oleh
pelaksanaan program.
c. Mengukur keluaran / hasil, manfaat / maksud dan atau dampak pelaksanaan
program penanggulangan kemiskinan dengan menggunakan indikator-indikator
yang telah di tetapkan.
d. Sebagai umpan balik untuk peningkatan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan khususnya pembangunan upaya penanggulangan kemiskinan di
Provinsi Jawa Tengah untuk periode sekarang maupun yang akan datang.
Indikator kinerja upaya pencapaian target MDGs merupakan indikator
proses dari setiap langkah program percepatan pencapaian target MDGs secara
lintas sektor yang dilakukan oleh instansi-instansi di Provinsi Jawa Tengah.
Dengan demikian diharapkan terjadi sinkronisasi dan sinergi untuk mencapai
sasaran pokok. Indikator kinerja upaya percepatan pencapaian target MDGs
meliputi :
RAD MDGs Jawa Tengah
156
Tujuan 1 Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
No Indikator Penanggung Jawab
Target 1A:Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015
1.1 Tingkat kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional
Bapermasdes, BPS, BKKBN, BP-3AKB,Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Kelautan & Perikanan, Biro Keuangan
1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan BPMD,Dinkop & UMKM, Disnakertransduk, Dinas Kelautan & Perikanan, Disperindag, Dinas Pertanian, Biro Perekonomian
Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda
1.4 Laju PDRB per tenaga kerja Semua SKPD
1.5 Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas
Dinas Nakertransduk, Dinkop & UMKM, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan & Perikanan, BPMD Dinperindag, dan Perbankan
1.7 Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja
Target 1C:Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015
1.8 Prevalensi balita dengan berat badan rendah / kekurangan gizi
Dinas Kesehatan, BKKBN
1.8a Prevalensi balita gizi buruk Dinas Kesehatan
1.8b Prevalensi balita gizi kurang Dinas Kesehatan
1.9
Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum:
Badan Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian
- 1.400 Kkal/kapita/ hari
- 2.000 Kkal/kapita/ hari
RAD MDGs Jawa Tengah
157
Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
No Indikator Penanggung Jawab
Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar
2.1 Pendidikan Dasar Kemenag dan Disdik
2.2 Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A
Kemenag dan Disdik
2.3 Angka Melek Huruf penduduk usia 15-24 tahun perempuan dan laki-laki
- Laki - laki Kemenag dan Disdik
- Perempuan Kemenag dan Disdik
Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
No Indikator Penanggung Jawab
Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
3.1.
Rasio perempuan thdp laki2 di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi:
- Rasio APM prp/laki2 di SD BP3AKB dan Dinas Pendidikan
- Rasio APM prp/laki2 di SMP BP3AKB dan Dinas Pendidikan
- Rasio APM prp/laki2 di SMA BP3AKB dan Dinas Pendidikan
- Rasio APM prp/laki2 di Perguruan Tinggi BP3AKB dan Dinas Pendidikan
3.2 Rasio Melek huruf Prp thdp laki2 klp usia 15-24 tahun
BP3AKB dan Dinas Pendidikan
3.3 Kontribusi prp dlm pekerjaan upahan di sektor non pertanian
Disnakertransduk
3.4 Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD
Badan Kesbangpol KPPI (Kaukus Perempuan Politik Indonesia)
RAD MDGs Jawa Tengah
158
Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak
No Indikator MDGs Penanggung Jawab
Target 4 A : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan 2015
4.1 Angka Kematian Balita (AKBa) /1.000 penduduk
Dinkes
4.2 Angka Kematian Bayi (AKB)/ 1.000 kh Dinkes
4.3 Persentase anak usia 1 th yg di imunisasi campak
Dinkes
Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
No Indikator MDGs Penanggung Jawab
Target 5 A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga perempat dalam kurun waktu 1990 – 2015
5.1 Angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup
Dinkes, TP PKK
5.2 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (PN)
Dinkes, TP PKK
Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
5.3 Angka pemakaian kontrasepsi/Contraceptive Prevalence Rate (CPR) pada perempuan menikah usia 15-49 tahun
Dinkes, BKKBN, BP3AKB
5.4 Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun)
Dinkes, BKKBN, BP3AKB
5.5 Cakupan pelayanan antenatal (K4) Dinkes, BKKBN
5.6 Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana/KB) yang tidak terpenuhi
Dinkes, BKKBN
RAD MDGs Jawa Tengah
159
Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
No Indikator MDGs Penanggung jawab
Target 6 A : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015 yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015
6.1. Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-24 tahun
Dinkes, KPA Jateng, BP3AKB
6.2. Penggunaan kondom pada hubungan seks terakhir
Dinkes,KPA Jateng
6.3 Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS
Dinkes, KPA Jateng, BP3AKB
Target 6 B : Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV / AIDS bagi semua
6.4 Proporsi penduduk yg terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pd obat antiretroviral
Dinkes
Target 6 C : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 2015
6.5 Angka kejadian Tuberkulosis (insiden semua kasus/ 100.000 penduduk/ tahun)
Dinkes
6.6 Tingkat prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)
Dinkes
Tingkat kematian karena Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)
Dinkes
Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS (CDR)
Dinkes
Proporsi kasus Tuberkulosis yang berhasil diobati dalam program DOTS (success rate)
Dinkes
Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk
Dinkes
Penyakit Lainnya
Angka Kesakita DBD per 100.000 penduduk Dinkes
Angka Kematian DBD (%) Dinkes
RAD MDGs Jawa Tengah
160
Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
No Indikator Penanggung Jawab
Target 7A: memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang
7.1 Ratio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan
Dinhut BLH
7.2 Jumlah emisi karbon dioksida (CO2e) BLH Dinas ESDM
7.3 Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO) dalam metrik ton
BLH
7.4 Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman
Dinlutkan
Target 7B : menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 2010
7.5 Rasio kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan
Dinhut BLH
7.6 Ratio luas kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan teritorial
Dinlutkan
Target 7C : menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015. 7.7 Proporsi rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum layak Dincipkataru Bapermasdes Dinkes
Perkotaan
Perdesaan 7.8 Proporsi rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap sanitasi dasar yang layak
Dincipkataru Bapermasdes Dinkes
Target 7D : Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 7.9 Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan Dincipkataru
Indikator dipergunakan sebagai tolok untuk menilai kemajuan, keseluruhan
kinerja dan dampak program percepatan pencapaian target MDGs. Indikator
RAD MDGs Jawa Tengah
161
merupakan kunci sistim pemantauan dan evaluasi sehingga indikator-indikator
kinerja yang ada harus dapat diverifikasi secara obyektif. Indikator pencapaian
hasil menentukan :
a) Apakah kegiatan dan masukan program percepatan pencapaian target MDGs
menghasilkan keluaran / output yang diharapkan,
b) Apakah keluaran atau hasil program percepatan pencapaian target MDGs
mencapai maksud / manfaat program,
c) Apakah maksud / manfaat program ini memberikan sumbangan kepada tujuan
keseluruhan program percepatan pencapaian target MDGs.
RAD MDGs Jawa Tengah
162
Diagram Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Implementasi RAD Percepatan
Pencapaian Tujuan Pembagunan Millenium (MDGs) Jawa Tengah.
RAD Percepatan Pencapaian Tujuan
MDGs
Implementasi Progam dan Kegiatan Percepatan
Pencapaian Tujuan MDGs
Pemantauan :
Selama Pelaksanan
Program
Penyempurnaan (on going)
Implementasi Progam dan Kegiatan
Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs
Rekomendasi
Hasil Pemantauan
Tolok ukur pemantauan : Target Ouput dan Outcome
Program
Pemantau: - Pokja - Pimpinan
SKPD - Pihak
independen LSM/PT
Evaluasi Periodik
Setiap satu tahun dan
akhir program
Evaluator : - Pengarah - Pokja - Pihak
independen LSM/PT Lainnya
Tolok ukur evaluasi :
Indikator kinerja cpaaian MDGs setiap tahun/akhir periode
Program
Hasil Implementasi Progam dan Kegiatan
Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs Sesuai dengan Target Capaian Kinerja
Rekomendasi Hasil
Evaluasi
Penyempurnaan Periodik Implementasi Progam dan
Kegiatan Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs
Laporan monitoring
3 bulanan
Laporan Evaluasi Tahunan
Laporan Evaluasi Akhir Program
RAD MDGs Jawa Tengah 163
BAB IV
PENUTUP
Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Target Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs) Provinsi Jawa Tengah ini disusun sebagai salah
satu bentuk komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mendukung
tercapainya target-target MDGs di tingkat Nasional yang telah digambarkan
dalam Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Millenium di Indonesia yang disusun oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini
Kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional tahun 2010.
RAD Percepatan Pencapaian Target MDGs ini menjadi pedoman bagi
seluruh stakeholder pembangunan di Jawa Tengah dalam rangka mencapai
tingkat kesejahteraan masyarakat yang disepakati secara global dalam target-
target MDGs. Oleh karena itu RAD MDGs ini perlu diintergrasikan dalam dokumen
perencanaan pembangunan daerah baik dalam rencana jangka menengah yaitu
RPJM-D dan Renstra SKPD maupun dalam jangka pendek (tahunan) yaitu dalam
RKPD ataupun dalam Renja SKPD.
Terbitnya Inpres Nomor 3 Tahun 2010 mengamanatkan pentingnya
kesadaran terhadap prinsip dasar (basic principle) tentang Tujuan Negara
sebagai tertuang dalam Pembukaan UUD Tahun 1945, yaitu: ‘memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mewujudkan
keadilan sosial’. Oleh karena itu ada makna yang hakiki dan korelasi yang kuat
antara tujuan Negara dengan Tujuan Pembangunan Millenium. Dengan
demikian, kehadiran Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs menjadi penting dan
strategis dalam konteks pengamalan amanah kontitusi.
Keberhasilan RAD Percepatan Pencapaian MDGs ini perlu didukung melalui
sinergitas program dan pendanaan secara sinergis yang berasal dari Pemerintah
(APBN) dan Pemerintah Daerah (APBD), meskipun tidak menutup kemungkinan
dukungan pendanaan yang berasal swasta dan masyarakat. Tidak kalah
pentingnya adalah dukungan komitmen DPRD sebagai wakil rakyat dalam hal
RAD MDGs Jawa Tengah 164
pengawalan program dan penganggaran guna mendukung keberhasilan
implementasi RAD ini.
Pemerintah Kabupaten/Kota perlu merespon RAD ini dengan melakukan
hal yang sama untuk menjamin implementasi dan mencapai target seperti yang
diharapkan dalam Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Millenium di Indonesia.
Selain dukungan dalam hal pendanaan guna mendukung tercapainya
target-target MDGs, upaya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat melalui
keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi dan
organisasi masyarakat yang lainnya, juga diperlukan untuk ikut melakukan
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program-program percepatan pencapaian
target MDGs dalam koridor kewenangan dan peraturan yang berlaku.
--o0o--