Rabu

8
Rabu, 14 Januari 2015 MODUL PSIKOEDUKASI PADA PENDERITA EPISODE DEPRESIF Hai semua... kali ini saya ingin memberikan contoh mengenai pembuatan modul terapi psikologi, yaitu: MODUL PSIKOEDUKASI PADA PENDERITA EPISODE DEPRESIF SEDANG DENGAN GEJALA SOMATIK I. Pendahuluan Beck (dalam McDowell & Newel, 1996) mendefinisikan depresi sebagai keadaan abnormal organisme yang dimanifestasikan dengan tanda simptom- symptom seperti: menurunya mood subjektif, rasa pesimis dan sikap nihilistic, kehilangan kespontanan dan gejala vegetatif (seperti kehilangan berat badan dan gangguan tidur). Depresi juga merupakan kompleks gangguan yang meliputi gangguan afeksi, kognisi, motivasi dan komponen perilaku. Menurut Hadi (2004), untuk menemukan penyebab depresi kadang menemui kesulitan karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab depresi dapat disebabkan karena rasa kehilangan, reaksi terhadap stres, kondisi tubuh yang terlalu lelah atau capek, atau dapat disebabkan karena reaksi terhadap obat. Klien dapat diberikan pemahaman melalui psikoedukasi.

description

b

Transcript of Rabu

Page 1: Rabu

Rabu, 14 Januari 2015

MODUL PSIKOEDUKASI PADA PENDERITA EPISODE DEPRESIF

Hai semua... kali ini saya ingin memberikan contoh mengenai pembuatan modul terapi psikologi, yaitu:

MODUL

PSIKOEDUKASI PADA PENDERITA EPISODE DEPRESIF SEDANG DENGAN GEJALA SOMATIK

I. Pendahuluan

Beck (dalam McDowell & Newel, 1996) mendefinisikan depresi sebagai keadaan abnormal organisme

yang dimanifestasikan dengan tanda simptom- symptom seperti: menurunya mood subjektif, rasa pesimis

dan sikap nihilistic, kehilangan kespontanan dan gejala vegetatif (seperti kehilangan berat badan dan

gangguan tidur). Depresi juga merupakan kompleks gangguan yang meliputi gangguan afeksi, kognisi,

motivasi dan komponen perilaku.

Menurut Hadi (2004), untuk menemukan penyebab depresi kadang menemui kesulitan karena ada

sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari

sekian banyak penyebab depresi dapat disebabkan karena rasa kehilangan, reaksi terhadap stres,

kondisi tubuh yang terlalu lelah atau capek, atau dapat disebabkan karena reaksi terhadap obat. Klien

dapat diberikan pemahaman melalui psikoedukasi.

Penelitian Family Psyhcoeducation (psikoedukasi keluarga) oleh Wardaningsih (2007) mengemukakan

bahwa terdapat pengaruh Family psikoedukasi terhadap beban dan kemampuan keluarga dalam

merawat klien dengan halusinasi. Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga

serta menurunkan beban subjektif keluarga. Penelitian Soep (2009) menyatakan bahwa ada perbedaan

tingkat perbedaan depresi postpartum pada ibu yang mendapatkan intervensi psikoedukasi dan yang

tidak mendapatkan intervensi psikoedukasi. Berdasarkan kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa

psikoedukasi keluarga sangat dibutuhkan dan berpengaruh bagi keluarga yang memiliki anggota

keluarga yang memiliki gangguan jiwa maupun masalah psikososial.

Page 2: Rabu

II. Pengertian

Psikoedukasi merupakan salah satu bentuk dari intervensi, baik untuk keluarga maupun klien yang

merupakan bagian dari terapi psikososial. Tujuan dari program psikoedukasi adalah menambah

pengetahuan tentang gangguan jiwa sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kambuh dan

meningkatkan fungsi keluarga. Tujuan ini akan dicapai melalui serangkaian kegiatan edukasi tentang

penyakit, cara mengatasi gejala, dan kemampuan yang dimiliki keluarga (Stuart & Laraia, 2001).

Psikoedukasi atau sering disebut dengan personal and social education atau pendidikan pribadi dan

sosial merupakan gerakan yang relatif baru namun penting di lingkungan psikologi konseling.

Psikoedukasi juga merupakan terapi yang bertujuan untuk memberikan informasi terhadap keluarga dan

masyarakat yang mengalami distress, memberikan pendidikan kepada mereka untuk meningkatkan

keterampilan, meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor, untuk dapat memahami dan

meningkatkan koping akibat gangguan jiwa yang dapat mengakibatkan masalah pada keluarga dan

masyarakat (Wijayanti, Wahyuningsih & Widiyanti, 2010).

Stuart & Laraia (2001) menjelaskan bahwa secara umum, program komprehensif dari psikoedukasi

adalah sebagai berikut:

a. Komponen didaktik, berupa pendidikan kesehatan, yang menyediakan informasi tentang penyakit dan

sistem kesehatan jiwa.

b. Komponen ketrampilan, yang menyediakan pelatihan tentang komunikasi, penyelesaian konflik,

pemecahan masalah, asertif, manajemen perilaku dan manajemen stres.

c. Komponen emosional, memberi kesempatan ventilasi dan berbagi perasaan disertai dukungan

emosional. Mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan, khusus pada keadaan krisis.

d. Komponen sosial, peningkatan penggunaan jejaring formal dan non formal. Peningkatan kontak

dengan jejaring sumber daya dan sistem pendukung yang ada di masyarakat akan menguntungkan

keluarga dan klien.

Page 3: Rabu

Hal-hal yang dilakukan pada saat melakukan psikoedukasi keluarga antara lain:

• Mengidentifikasi bagaimana reaksi anggota keluarga terhadap keadaan pasien yang menderita

gangguan jiwa.

• Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan jiwa yang diderita oleh pasien.

• Mengidentifikasi tanda dan gejala prodormal gangguan jiwa yang terjadi pada pasien.

• Mengajarkan kepada keluarga bagaimana strategi koping yang dapat diterapkan.

• Menjelaskan kepada keluarga tentang psikobiologi gangguan jiwa, diagnosis dan pengobatannya,

reaksi keluarga, trauma keluarga, pencegahan kambuh, guideline keluarga.

• Melakukan pemecahan masalah secara terstruktur.

III. Tujuan Intervensi

Pada akhir kegiatan diharapkan klien dapat mengurangi gangguan yang ia alami dan dapat

mengendalikan perilakunya.

IV. Rancangan intervensi

Tabel Rancangan Intervensi Psikoedukasi

Tritmen Tujuan Target perilaku Rancangan pertemuan

Psikoedukasi Klien

Memberikan pemahaman mengenai gangguan yang klien alami.

Memberikan informasi mengenai perkembangan anak sebagai

-Klien dapat memahami permasalahan yang sedang dihadapinya terutama gangguan perkembangan yang dialami anaknya.

-Klien dapat memahami bahwa gejala gangguan yang dideritanya disebabkan karena

2 kali Pertemuan

Page 4: Rabu

upaya untuk membantu pemahaman subyek dan keluarga mengenai perkembangan anak. Hal ini diharapkan dapat meringankan pikiran negatif subyek yang menyebabkan klien depresi.

kecemasan yang ia alami dan dapat mempengaruhi perilakunya.

-Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosi secara tepat dan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

-Klien dapat memiliki pandangan masa depan yang lebih optimis.

1. Tata ruang

Sebuah ruangan dengan ventilasi udara dan cahaya yang cukup

Satu set kursi tamu

Klien dan terapis dalam posisi berhadapan

2. Media

Alat tulis, meja, kursi

3. Materi

Dalam psikoedukasi, klien diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengungkapkan perasaannya,

apa yang dipikirkan mengenai masalah yang bersumber stresor utama klien. Dengan demikian

diharapkan klien merasakan kelegaan dan kecemasan terhadap masalah yang dihadapinya akan

berkurang. Terapis membantu klien untuk melihat proporsi masalah yang sebenarnya. Kemudian terapis

mengajarkan kepada klien bagaimana strategi koping yang dapat diterapkan dengan memberikan

informasi-informasi yang dibutuhkan oleh klien.

4. Prosedur

Page 5: Rabu

Terapis membuka sesi pertemuan dengan membangun rapport yang baik dengan klien dengan

cara melakukan pembincaraan ringan seputar kabar klien dan kesibukan klien selama beberapa

hari terakhir agar klien merasa nyaman.

Klien diedukasi mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya dan memberikan informasi

mengenai gangguan perkembangan yang dialami oleh anaknya agar klien dapat mencari jalan

keluar dari permasalahannya.

Terapis memberikan saran untuk dapat mempertimbangkan rekomendasi tetangga yang

menyarankan anak pertama klien untuk dipindahkan ke sekolah yang memiliki guru pendamping

atau memindahkan anak klien ke sekolah anak berkebutuhan khusus agar dapat penanganan

khusus dari keterlambatan perkembangannya. Klien juga memahami permasalahan pada anak

keduanya dan tetap memberikan terapi yang sesuai. Suami klien diharapkan dapat memberikan

dukungan dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien.

5. Metode

Ceramah dan sharing

6. Waktu : ± 75 menit

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, P. 2004. Depresi dan solusinya. Yogyakarta: Penerbit Tugu.

Page 6: Rabu

Mc. Dowel, I & Newell, C. (1996). Measuring health: A guide to rating scales and questionnaire (2nd ed). New York; Oxford University Press.

Stuart. G.W and Laraia. (2001). Principle and practice of psychiatric nursing (7th ed). St Louis: Mosby Year Book.

Wardaningsih, S. (2007). Pengaruh psikoedukasi pada kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan halusinasi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tesis (Tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Indonesia.

Wiyati, R., Wahyuningsih, D., Widayati, E.D. (2010). Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal Of nursing), Volume 5, No.2. Prodi keperawatan Purwokerto, Poltekkes, Semarang.

Diposkan oleh Galuh WD di 00.29 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!