RABU, 23 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Ancaman Dipo … · boikot adalah harian Media Indo-nesia,...

1
RABU, 23 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA 2 P OL KAM PENGAMAT politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya me- ngatakan sikap Partai Gerak- an Indonesia Raya (Gerindra) menolak pengusulan hak angket perpajakan di Rapat Paripurna DPR mengindikasikan partai itu mencoba independen dan tidak ingin terbawa oleh arus politik Partai Golkar. Di lain pihak, manuver partai yang didirikan mantan Pangkostrad Letjen (Purn) Prabowo Subianto itu terindikasi sebagai upaya ikut dalam kocok ulang koalisi partai pendukung pemerintah. “Sebagai partai dengan visi be- sar di 2014, kalau terus-menerus mendukung kubu oposisi, dia hanya akan terkesan berada di ketiak PDIP. Dalam konteks ang- ket kali ini, jika ikut mendukung, juga akan dikonotasikan terbawa oleh permainan Golkar,” ujar Yunarto ketika dihubungi Media Indonesia di Jakarta, kemarin. Dengan sikap yang lebih terkesan independen di mata publik, Gerindra tidak akan terlihat terkooptasi oleh partai- partai besar, baik PDIP, Golkar, maupun Demokrat. Sebelumnya, dalam Pansus Bank Century, sikap Gerindra berseberangan dengan peme- rintah bersama-sama PDIP dan Hanura. “Sikap itu modal ber- harga bagi Gerindra untuk me- nyetarakan diri dengan partai- partai besar tersebut. Berbeda dengan PAN, PKB yang selama ini dicap sebagai pengekor saja,” jelas Yunarto. Akan tetapi, lanjut Yunarto, juga tidak tertutup kemungkin- an pascaparipurna, Gerindra akan bergabung ke koalisi. Sementara itu, Sekretaris Sekretariat Gabungan Partai Koalisi Pemerintah Syarifuddin Hasan di Istana Bogor, kemarin, mengatakan pascaparipurna DPR akan mengevaluasi atas kinerja setgab selama ini. Pada kesempatan berbeda, Wakil Ketua Umum Partai Ge- rindra Fadli Zon menyatakan penolakan partainya terhadap usul penggunaan hak angket maa perpajakan di DPR tidak terkait dengan isu perombakan kabinet. “Penolakan Gerindra tidak ada hubungannya dengan re- shuffle kabinet dan tawaran poli- tik tertentu,” katanya di Jakarta, kemarin. Ia menuturkan penolakan Gerindra terhadap angket maa pajak disebabkan pihaknya tidak ingin menari di atas kepentingan partai lain. (Mad/Ant/P-3) ANINDITYO WICAKSONO A NCAMAN boikot terhadap media yang kerap mengkritik pemerintah bukan sikap resmi dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono- Boediono. Sebab, Presiden sama sekali tidak menginstruksikan pemboikotan terhadap media massa. “Saya jamin itu bukan perin- tah Presiden. Saya mengikuti dua hari acara di Bogor, tidak ada sama sekali menyinggung soal itu,” ujar Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi saat dihubungi melalui pesan singkat elektronik (SMS), kemarin. Gamawan juga mengaku be- lum mengetahui seruan boikot untuk memberi iklan pemerin- tah kepada media yang kerap mengkritik. Dirinya justru baru mengetahui hal tersebut dari pemberitaan di media massa. Sejak Senin (21/2) hingga kemarin, sejumlah menteri mengikuti rapat kerja yang di- laksanakan di Istana Bogor. Di sela-sela rapat, Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam menjawab pertanyaan wartawan seputar perintah Seskab kepada seluruh sekretaris jenderal dan humas kementerian/lembaga negara untuk tidak memasang iklan di media massa yang kerap mengkritik pemerintah. Selain itu, Dipo mengaku telah melarang kepada seluruh staf khusus kepresidenan untuk menghadiri undangan interview dalam acara prime time. Begitu pun di sela-sela rapat kerja, kemarin, Dipo menegas- kan, media massa yang dikenai boikot adalah harian Media Indo- nesia, stasiun televisi Metro TV, dan TV One. Akan tetapi, Menteri Komu- nikasi dan Informatika Tifatul Sembiring membantah ada seruan boikot itu. Tifatul me- mastikan, pemerintah masih S INETRON politik yang berlangsung di Indone- sia marak dengan banyak drama cerita, kejutan, dan ke- rumitan-kerumitan, yang tidak jelas ujung pangkalnya. Makin rumit, makin bagus, dan makin panjang ceritanya. Layaknya sinetron, penyelesaian dan so- lusi justru menjadi akhir dan kematian suatu cerita. Karena itu, tidak perlu kepemimpin- an yang memberi solusi, tetapi justru diperlukan energi men- ciptakan masalah dan mem- biarkan kerumitan mengalir. Jadi, politik dan pemerintah- an sudah sama dengan sinetron karena menciptakan banyak ce- rita kerumitan dan misteri tanpa solusi. Politik dan pemerintahan tidak produktif membuat kebi- jakan yang memberi penyele- saian. Politik yang ada adalah politik minus kebijakan seka- ligus minus solusi pemecahan masalah-masalah masyarakat yang aktual, termasuk untuk kelompok mayoritas petani de- ngan nasib tidak berbeda dari waktu ke waktu. Petani Indonesia di dalam peta kebijakan nasional merupa- kan kelompok yang terabaikan. Politik dan pemerintahan yang tidak menghasilkan kebijakan produktif membuat kelompok petani, yang paling besar jum- lahnya, ini terbengkalai dan tertinggal di belakang jika di- bandingkan dengan kelompok lainnya di negeri ini dan dengan kaum petani di negara lain. Nasib ini terjadi karena tidak ada sentuhan kebijakan yang memadai sehingga dapat meng- ubah nasib mereka. Sekarang golongan miskin petani didera berbagai masalah yang cukup berat, sehingga keadaannya tetap mengalami stagnasi. Pertama, petani terkena dam- pak inasi paling berat karena inasi sekarang tergolong tinggi cukup tinggi dan telah melebihi sasaran pemerintah. Inflasi merangkak naik dengan cepat sehingga golongan masyarakat bawah terkena dampak yang lebih berat karena daya beli mereka berkurang drastis. Itu- lah yang dirasakan golongan masyarakat bawah sekarang ini, utamanya golongan petani yang miskin. Kedua, kemiskinan secara umum dan di sektor pertanian sangat meluas dan tidak cende- rung dapat diselesaikan dengan baik. Jumlah warga miskin masih mencapai 31 juta orang, tetapi di sekitar garis kemiskin- an tersebut masih sangat besar jumlahnya. Satu angka para- meter ini tidak dapat dijadikan ukuran bahwa pemerintah ber- hasil menurunkan kemiskinan sebab angka perubahan kecil ini rentan terhadap perubahan inasi. Golongan bawah sekarang sangat berbahagia karena men- jadi program instan subsidi langsung, tetapi tidak menye- lesaikan masalah struktural- nya. Program tersebut antara lain adalah pemberian subsidi raskin, bantuan langsung tunai, jaminan kesehatan masyarakat, subsidi pupuk, dan sejenisnya. Kebijakan seperti ini tidak krea- tif karena hanya mengalokasi- kan anggaran, tanpa sentuhan kebijakan yang substansial untuk menyelesaikan masalah. Namun, karena didorong target politik praktis, kebijakan bersi- fat instan seperti itu mendapat dorongan politik yang kuat. Akan tetapi, masalah kemis- kinan masih akan tetap meluas karena kondisi politik dan pe- merintahan minus kebijakan yang kreatif. Jumlah yang mis- kin dalam kategori lain untuk tujuan pemberian jamkesmas atau subsidi raskin dan biaya langsung tunai lebih dari 70 juta orang. Atau dalam kategori Bank Dunia bisa mencapai 100 juta orang. Jumlah sektor in- formal juga sangat banyak dan cenderung bertambah. Ketiga, bila dibandingkan dengan negara lain, produk- tivitas sektor pertanian secara umum lebih rendah, kalau tidak hendak dikatakan jauh terbe- lakang. Artinya pertanian dan petani Indonesia lebih melarat kalau dibandingkan dengan pertanian atau petani di negara berkembang lainnya, bahkan dibandingkan dengan Mesir sekalipun yang baru saja meng- alami revolusi. Mesir secara politik goyah ka- rena kemiskinan, kesenjangan, dan pengangguran. Kondisi kita secara ekonomi sosial tidak jauh berbeda dengan Mesir, yang didera kemiskinan terutama di sektor pertanian. Perkembangan revolusi yang cepat terjadi di Mesir dan per- ubahan kekuasaan tidak sema- ta-mata karena faktor politik. Faktor ekonomi dan sosial juga sangat berperan, termasuk kare- na kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Untuk kasus produk- tivitas di sektor pertanian, kon- disi kita lebih buruk daripada Mesir. Celakanya, sampai saat ini politik cuma sinetron, ramai cerita dan drama di dalam- nya. Politik Indonesia masih tidak produktif menyelesaikan masalah aktual masyarakat. Gerindra tidak Ingin Disebut sebagai Pengekor Pemerintah tetap menjamin kebebasan pers karena itu merupakan buah reformasi yang tidak bisa ditarik lagi. Ancaman Dipo Alam bukan Perintah Presiden Pengalihan Isu APA ini hanya berita yang sengaja dibesar-besarkan untuk meng- alihkan berita lain yang lebih besar? Lebih baik selesaikan dulu masalah Century dan kasus maa pajak yang sampai sekarang masih mengambang! FeDesmayeti Ajukan Protes SEHARUSNYA pemerintah Indonesia mengajukan protes kepada pemerintah Korsel. Aiwan Saputra Hukuman WAJAR pejabatnya banyak yang korupsi, hukuman dari Sang Pencipta. Febri Yansyah Zackyvengeance Ada Kecurigaan WAH, apa-apaan tuh? Namun, mungkin ada kecurigaan kepada Indonesia jadi dia melakukan tindakan tersebut. Arief Alvarez Tidak Punya Keberanian MANA sikap pemerintah Indonesia? Sepertinya sikapnya diam saja seakan-akan bangsa ini tidak memiliki keberanian dan harga diri. Coba kalau presidennya alm Pak Soeharto, pasti Indonesia akan mengirim nota keberatan, dan juga langkah-langkah yang tegas. Jadi menurut hemat saya, pemerintah sekarang lemah di semua aspek. Irwan Arsetyo Pesanan Negara Lain PUNYA kepentingan apa ya Korsel mencuri data kita? Hubung- an kita dengan Korsel rasanya baik-baik saja. Apa mungkin ada negara lain yang memesan? Sudarmaji Wawan KEPOLISIAN Seoul, Korea Selatan (Korsel), mencurigai anggota badan intelijen Korsel, National Intelligence Services (NIS), seba- gai pembobol kamar salah seorang anggota delegasi pemerintah Indonesia di Hotel Lotte, Seoul, Rabu (16/2). Polisi Korsel mengatakan tiga orang telah membobol kamar hotel dan kemudian mengopi data dari laptop milik anggota delegasi Indonesia. Kepentingan apa di balik aksi maling data itu? Berikut sejumlah pandangan yang disampaikan pembaca ke Mediaindonesia.com dan Facebook Harian Umum Media Indonesia. PENGANTAR Interupsi Selengkapnya di mediaindonesia.com Data Rahasia Dicuri Pemerintah Santai Saja ANTARA Nasib Petani dalam Sinetron Politik PODIUM MI/SUSANTO Gamawan Fauzi Menteri Dalam Negeri Didik J Rachbini Pengamat ekonomi politik MI/AGUS M membebaskan kepada kemente- rian dan lembaga negara untuk memilih media massa untuk memasang iklan. “Pemerintah tetap menjamin kebebasan pers. Itu satu hal yang tidak bisa ditarik lagi kare- na merupakan buah reformasi. Selama ini kementerian dan lembaga bisa memasang iklan di mana saja. Saya tidak tahu apakah pernyataan Pak Dipo merupakan instruksi langsung Presiden,” ujarnya. Sementara itu, Menteri Koor- dinator Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri Kehutanan Zulkii Hasan enggan mengo- mentari pernyataan Dipo Alam. Alasan mereka, tidak etis mengo- mentari pendapat pejabat lain. Tanggapan Twitter Pernyataan Dipo Alam itu pun memunculkan reaksi publik, se- perti yang ada di dalam jejaring sosial Twitter. Budayawan Goe- nawan Mohamad melalui akun Twitter @gm-gm, menceritakan sejarah hubungan pemerintah dengan media massa. Goenawan menyebut peme- rintahan SBY tidak terampil da- lam berkomunikasi dan memi- liki problem mendasar, yaitu pemerintah tidak bisa menutup media. “Justru dua stasiun TV dikua- sai kekuatan yang kepentingan politiknya harus menentang posisi Presiden dalam pelbagai hal. Maka, kekuatan pemerintah cuma bisa mengeluh dan meng- ancam boikot. Mirip pepesan kosong,” katanya. Pemimpin Redaksi TV One Karni Ilyas melalui akun Twit- ter @2karniilyas menanggapi pertanyaan @rurisonatha ten- tang Dipo Alam yang kesal dengan Metro TV dan TV One. Karni menanggapi dengan singkat, “Saya hanya priha- tin.” Dalam timeline, Karni menga- takan, “Saya tidak keberatan kalau pemerintah tak lagi mem- beri kami iklan. Tapi jangan kami diboikot pemerintah untuk men- dapat informasi.” (Nav/*/P-1) [email protected] Saya jamin itu bukan perintah Presiden. Saya mengikuti dua hari acara di Bogor, tidak ada sama sekali menyinggung soal itu.”

Transcript of RABU, 23 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Ancaman Dipo … · boikot adalah harian Media Indo-nesia,...

RABU, 23 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA2 POLKAM

PENGAMAT politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya me-ngatakan sikap Partai Gerak-an Indonesia Raya (Gerindra) menolak pengusulan hak angket perpajakan di Rapat Paripurna DPR mengindikasikan partai itu mencoba independen dan tidak ingin terbawa oleh arus politik Partai Golkar. Di lain pihak, manuver partai yang didirikan mantan Pangkostrad Letjen (Purn) Prabowo Subianto itu terindikasi sebagai upaya ikut dalam kocok ulang koalisi partai pendukung pemerintah.

“Sebagai partai dengan visi be-sar di 2014, kalau terus-menerus

mendukung kubu oposisi, dia hanya akan terkesan berada di ketiak PDIP. Dalam konteks ang-ket kali ini, jika ikut mendukung, juga akan dikonotasikan terbawa oleh permainan Golkar,” ujar Yunarto ketika dihubungi Media Indonesia di Jakarta, kemarin.

Dengan sikap yang lebih terkesan independen di mata publik, Gerindra tidak akan terlihat terkooptasi oleh partai-partai besar, baik PDIP, Golkar, maupun Demokrat.

Sebelumnya, dalam Pansus Bank Century, sikap Gerindra berseberangan dengan peme-rintah bersama-sama PDIP dan

Hanura. “Sikap itu modal ber-harga bagi Gerindra untuk me-nyetarakan diri dengan partai-partai besar tersebut. Berbeda dengan PAN, PKB yang selama ini dicap sebagai pengekor saja,” jelas Yunarto.

Akan tetapi, lanjut Yunarto, juga tidak tertutup kemungkin-an pascaparipurna, Gerindra akan bergabung ke koalisi.

Sementara itu, Sekretaris Sekretariat Gabungan Partai Koalisi Pemerintah Syarifuddin Hasan di Istana Bogor, kemarin, mengatakan pascaparipurna DPR akan mengevaluasi atas kinerja setgab selama ini.

Pada kesempatan berbeda, Wakil Ketua Umum Partai Ge-rindra Fadli Zon menyatakan penolakan partainya terhadap usul penggunaan hak angket mafi a perpajakan di DPR tidak terkait dengan isu perombakan kabinet.

“Penolakan Gerindra tidak ada hubungannya dengan re-shuffle kabinet dan tawaran poli-tik tertentu,” katanya di Jakarta, kemarin.

Ia menuturkan penolakan Gerindra terhadap angket mafi a pajak disebabkan pihaknya tidak ingin menari di atas kepentingan partai lain. (Mad/Ant/P-3)

ANINDITYO WICAKSONO

ANCAMAN boikot terhadap media yang kerap mengkritik pemerintah bukan

sikap resmi dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Sebab, Presiden sama sekali tidak menginstruksikan pemboikotan terhadap media massa.

“Saya jamin itu bukan perin-tah Presiden. Saya mengikuti dua hari acara di Bogor, tidak ada sama sekali menyinggung soal itu,” ujar Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi saat dihubungi melalui pesan singkat elektronik (SMS), kemarin.

Gamawan juga mengaku be-lum mengetahui seruan boikot untuk memberi iklan pemerin-tah kepada media yang kerap mengkritik. Dirinya justru baru mengetahui hal tersebut dari pemberitaan di media massa.

Sejak Senin (21/2) hingga

kemarin, sejumlah menteri mengikuti rapat kerja yang di-laksanakan di Istana Bogor. Di sela-sela rapat, Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam menjawab pertanyaan wartawan seputar perintah Seskab kepada seluruh sekretaris jenderal dan humas kementerian/lembaga negara untuk tidak memasang iklan di media massa yang kerap mengkritik pemerintah.

Selain itu, Dipo mengaku telah melarang kepada seluruh staf khusus kepresidenan untuk menghadiri undangan interview dalam acara prime time.

Begitu pun di sela-sela rapat kerja, kemarin, Dipo menegas-kan, media massa yang dikenai boikot adalah harian Media Indo-nesia, stasiun televisi Metro TV, dan TV One.

Akan tetapi, Menteri Komu-nikasi dan Informatika Tifatul Sembiring membantah ada seruan boikot itu. Tifatul me-mastikan, pemerintah masih

SINETRON politik yang berlangsung di Indone-sia marak dengan banyak

drama cerita, kejutan, dan ke-rumitan-kerumitan, yang tidak jelas ujung pangkalnya. Makin rumit, makin bagus, dan makin panjang ceritanya. Layaknya sinetron, penyelesaian dan so-lusi justru menjadi akhir dan kematian suatu cerita. Karena itu, tidak perlu kepemimpin-an yang memberi solusi, tetapi justru diperlukan energi men-ciptakan masalah dan mem-biarkan kerumitan mengalir.

Jadi, politik dan pemerintah-an sudah sama dengan sinetron karena menciptakan banyak ce-rita kerumitan dan misteri tanpa solusi. Politik dan pemerintahan tidak produktif membuat kebi-jakan yang memberi penyele-saian. Politik yang ada adalah politik minus kebijakan seka-ligus minus solusi pemecahan

masalah-masalah masyarakat yang aktual, termasuk untuk kelompok mayoritas petani de-ngan nasib tidak berbeda dari waktu ke waktu.

Petani Indonesia di dalam peta kebijakan nasional merupa-kan kelompok yang terabaikan. Politik dan pemerintahan yang tidak menghasilkan kebijakan produktif membuat kelompok petani, yang paling besar jum-lahnya, ini terbengkalai dan tertinggal di belakang jika di-bandingkan dengan kelompok lainnya di negeri ini dan dengan kaum petani di negara lain. Nasib ini terjadi karena tidak ada sentuhan kebijakan yang memadai sehingga dapat meng-ubah nasib mereka. Sekarang golongan miskin petani didera

berbagai masalah yang cukup berat, sehingga keadaannya tetap mengalami stagnasi.

Pertama, petani terkena dam-pak infl asi paling berat karena infl asi sekarang tergolong tinggi cukup tinggi dan telah melebihi sasaran pemerintah. Inflasi merangkak naik dengan cepat sehingga golongan masyarakat bawah terkena dampak yang lebih berat karena daya beli mereka berkurang drastis. Itu-lah yang dirasakan golongan masyarakat bawah sekarang ini, utamanya golongan petani yang miskin.

Kedua, kemiskinan secara umum dan di sektor pertanian sangat meluas dan tidak cende-rung dapat diselesaikan dengan baik. Jumlah warga miskin

masih mencapai 31 juta orang, tetapi di sekitar garis kemiskin-an tersebut masih sangat besar jumlahnya. Satu angka para-meter ini tidak dapat dijadikan ukuran bahwa pemerintah ber-hasil menurunkan kemiskinan sebab angka perubahan kecil ini rentan terhadap perubahan infl asi.

Golongan bawah sekarang sangat berbahagia karena men-jadi program instan subsidi langsung, tetapi tidak menye-lesaikan masalah struktural-nya. Program tersebut antara lain adalah pemberian subsidi raskin, bantuan langsung tunai, jaminan kesehatan masyarakat, subsidi pupuk, dan sejenisnya. Kebijakan seperti ini tidak krea-tif karena hanya mengalokasi-kan anggaran, tanpa sentuhan kebijakan yang substansial untuk menyelesaikan masalah. Namun, karena didorong target politik praktis, kebijakan bersi-fat instan seperti itu mendapat dorongan politik yang kuat.

Akan tetapi, masalah kemis-kinan masih akan tetap meluas karena kondisi politik dan pe-

merintahan minus kebijakan yang kreatif. Jumlah yang mis-kin dalam kategori lain untuk tujuan pemberian jamkesmas atau subsidi raskin dan biaya langsung tunai lebih dari 70 juta orang. Atau dalam kategori Bank Dunia bisa mencapai 100 juta orang. Jumlah sektor in-formal juga sangat banyak dan cenderung bertambah.

Ketiga, bila dibandingkan dengan negara lain, produk-tivitas sektor pertanian secara umum lebih rendah, kalau tidak hendak dikatakan jauh terbe-lakang. Artinya pertanian dan petani Indonesia lebih melarat kalau dibandingkan dengan pertanian atau petani di negara berkembang lainnya, bahkan dibandingkan dengan Mesir

sekalipun yang baru saja meng-alami revolusi.

Mesir secara politik goyah ka-rena kemiskinan, kesenjangan, dan pengangguran. Kondisi kita secara ekonomi sosial tidak jauh berbeda dengan Mesir, yang didera kemiskinan terutama di sektor pertanian.

Perkembangan revolusi yang cepat terjadi di Mesir dan per-ubahan kekuasaan tidak sema-ta-mata karena faktor politik. Faktor ekonomi dan sosial juga sangat berperan, termasuk kare-na kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Untuk kasus produk-tivitas di sektor pertanian, kon-disi kita lebih buruk daripada Mesir.

Celakanya, sampai saat ini politik cuma sinetron, ramai cerita dan drama di dalam-nya. Politik Indonesia masih tidak produktif menyelesaikan masalah aktual masyarakat.

Gerindra tidak Ingin

Disebut sebagai

Pengekor

Pemerintah tetap menjamin kebebasan pers karena itu merupakan buah reformasi yang tidak bisa ditarik lagi.

Ancaman Dipo Alambukan Perintah Presiden

Pengalihan IsuAPA ini hanya berita yang sengaja dibesar-besarkan untuk meng-alihkan berita lain yang lebih besar? Lebih baik selesaikan dulu masalah Century dan kasus mafi a pajak yang sampai sekarang masih mengambang!

Fefi Desmayeti

Ajukan ProtesSEHARUSNYA pemerintah Indonesia mengajukan protes kepada pemerintah Korsel.

Aiwan Saputra

HukumanWAJAR pejabatnya banyak yang korupsi, hukuman dari Sang Pencipta.

Febri Yansyah Zackyvengeance

Ada KecurigaanWAH, apa-apaan tuh? Namun, mungkin ada kecurigaan kepada Indonesia jadi dia melakukan tindakan tersebut.

Arief Alvarez

Tidak Punya KeberanianMANA sikap pemerintah Indonesia? Sepertinya sikapnya diam saja seakan-akan bangsa ini tidak memiliki keberanian dan harga diri. Coba kalau presidennya alm Pak Soeharto, pasti Indonesia akan mengirim nota keberatan, dan juga langkah-langkah yang tegas. Jadi menurut hemat saya, pemerintah sekarang lemah di semua aspek.

Irwan Arsetyo

Pesanan Negara LainPUNYA kepentingan apa ya Korsel mencuri data kita? Hubung-an kita dengan Korsel rasanya baik-baik saja. Apa mungkin ada negara lain yang memesan?

Sudarmaji Wawan

KEPOLISIAN Seoul, Korea Selatan (Korsel), mencurigai anggota badan intelijen Korsel, National Intelligence Services (NIS), seba-gai pembobol kamar salah seorang anggota delegasi pemerintah Indonesia di Hotel Lotte, Seoul, Rabu (16/2).

Polisi Korsel mengatakan tiga orang telah membobol kamar hotel dan kemudian mengopi data dari laptop milik anggota delegasi Indonesia.

Kepentingan apa di balik aksi maling data itu? Berikut sejumlah pandangan yang disampaikan pembaca ke Mediaindonesia.com dan Facebook Harian Umum Media Indonesia.

PENGANTAR

Interupsi Selengkapnya di mediaindonesia.com

Data Rahasia DicuriPemerintah Santai Saja

ANTARA

Nasib Petani dalam Sinetron PolitikPODIUM

MI/SUSANTO

Gamawan FauziMenteri Dalam Negeri

Didik J RachbiniPengamat ekonomi politik

MI/AGUS M

membebaskan kepada kemente-rian dan lembaga negara untuk memilih media massa untuk memasang iklan.

“Pemerintah tetap menjamin kebebasan pers. Itu satu hal

yang tidak bisa ditarik lagi kare-na merupakan buah reformasi. Selama ini kementerian dan lembaga bisa memasang iklan di mana saja. Saya tidak tahu apakah pernyataan Pak Dipo merupakan instruksi langsung Presiden,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Koor-dinator Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri Kehutanan Zulkifl i Hasan enggan mengo-mentari pernyataan Dipo Alam. Alasan mereka, tidak etis mengo-mentari pendapat pejabat lain.

Tanggapan TwitterPernyataan Dipo Alam itu pun

memunculkan reaksi publik, se-perti yang ada di dalam jejaring sosial Twitter. Budayawan Goe-nawan Mohamad melalui akun Twitter @gm-gm, menceritakan sejarah hubungan pemerintah dengan media massa.

Goenawan menyebut peme-rintahan SBY tidak terampil da-lam berkomunikasi dan memi-

liki problem mendasar, yaitu pemerintah tidak bisa menutup media.

“Justru dua stasiun TV dikua-sai kekuatan yang kepentingan politiknya harus menentang posisi Presiden dalam pelbagai hal. Maka, kekuatan pemerintah cuma bisa mengeluh dan meng-ancam boikot. Mirip pepesan kosong,” katanya.

Pemimpin Redaksi TV One Karni Ilyas melalui akun Twit-ter @2karniilyas menanggapi pertanyaan @rurisonatha ten-tang Dipo Alam yang kesal dengan Metro TV dan TV One. Karni menanggapi dengan singkat, “Saya hanya priha-tin.”

Dalam timeline, Karni menga-takan, “Saya tidak keberatan kalau pemerintah tak lagi mem-beri kami iklan. Tapi jangan kami diboikot pemerintah untuk men-dapat informasi.” (Nav/*/P-1)

[email protected]

Saya jamin itu bukan perintah

Presiden. Saya mengikuti dua hari acara di Bogor, tidak ada sama sekali menyinggung soal itu.”