RABU, 21 DESEMBER 2011 DPR Sibuk Bahas - ftp.unpad.ac.id fileanggota Panitia Khusus RUU Pemilu itu....

1
RANGKAP jabatan di partai politik (parpol) dan pemerin- tah diyakini menjadi biang dan sarang korupsi sehingga pemimpin formal ditantang untuk menanggalkan salah satu jabatan itu. “Sekarang saya tantang pe- mimpin formal, entah itu gu- bernur atau bupati, untuk be- rani menyatakan mundur dari jabatan parpol dalam tingkat apa pun yang disandangnya. Berpolitik boleh, tapi jangan jadi pengurus parpol,” tegas Ketua Umum Partai Hanura Wiranto saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Partai Hanura di Jakarta, ke- marin. Menurut Wiranto, rangkap jabatan menimbulkan sikap dualisme dan ketidakadilan. Ia secara terbuka mengang- gap pemimpin yang memiliki ja batan rangkap sama saja dengan mengingkari mandat yang diberikan rakyat. Padahal, lanjutnya, pemim- pin yang dipilih dan mendapat mandat seharusnya sadar diri untuk bekerja bagi rakyat. Wiranto optimistis Partai Hanura akan meraih lebih dari 7,2% suara dalam pemilu nasional. “Kami meraih 3,7% suara nasional pada Pemilu 2009, padahal usia partai pada saat itu masih tiga tahun. Kini, de- ngan persiapan waktu yang lebih panjang menjelang Pe- milu 2014, paling tidak kami bisa meraih 7,2%. Itu realistis,” tuturnya. Untuk maju sebagai calon RABU, 21 DESEMBER 2011 5 P OLKAM MI/SUSANTO DPR Sibuk Bahas Hal tidak Penting NURULIA JUWITA SARI R EVISI Undang-Un- dang (UU) Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu dikhawatir- kan tidak mampu membenahi sejumlah persoalan krusial pe- nyelenggaraan pemilu. Pasal- nya, fraksi-fraksi di DPR lebih sibuk memperjuangkan kepen- tingan masing-masing. “Badan Pengawas Pemilu (Ba waslu) pernah dimintai masukan untuk RUU Pemilu, tapi yang ditanyakan bukan hal krusial dan memerlukan pem- benahan seperti penegakan hu- kum pemilu. Yang ditanyakan malah ambang batas parlemen dan alokasi kursi per daerah pe milihan,” keluh anggota Bawaslu Wirdyaningsih di Ja- karta, kemarin. Selain itu, dia menilai pene- gakan hukum pemilu dalam RUU Pemilu lebih menekankan pada penyelenggara pemilu, bukan peserta. Padahal, im- buhnya, diperlukan aturan yang lebih tegas, termasuk soal pemberian sanksi terha- dap peserta yang melakukan politik uang. “Untuk peserta sanksi ala kadarnya. Seharusnya dicoret saja agar orang tidak berani melakukan money politics ,” ujarnya. Dia juga mengkhawatirkan pembahasan RUU Pemilu itu akan molor karena fraksi-fraksi di DPR ngotot memperjuangkan kepentingan masing-masing. “Yang dibahas lebih kepada pertimbangan partai. Kalau diketuk telat, pola yang sama akan terjadi pada Komisi Pe- milihan Umum (KPU) dan Bawaslu pada waktu yang lalu, harus bekerja dengan aturan mendadak. Jangan sampai penyelesaian UU terlambat karena kepentingan partai,” tegasnya. Politikus Partai Golkar Nu- rul Arifin pada kesempatan terpisah menilai fraksi-fraksi di DPR mulai melunak dalam pembahasan pasal krusial RUU Pemilu. “Lobi-lobinya sudah cukup, tinggal eksekusi saja. Saya optimistis akhir Maret 2012 akan selesai,” ujarnya. Golkar sendiri membuka ne- gosiasi terkait dengan besaran ambang batas parlemen (parlia- mentary threshold/PT), asalkan alokasi kursi per daerah pemi- lihan tidak lebih dari 3-8 kursi per daerah pemilihan. “PDIP mau turun ke 4% se- perti pilihan Partai Demokrat, asalkan sistemnya tertutup. Kami fleksibel saja, asalkan alokasi kursi per daerah pe- milihan berhenti di angka tiga sampai delapan kursi,” papar anggota Panitia Khusus RUU Pemilu itu. Opsi lain yang ditawarkan Golkar ialah penerapan PT se- cara berjenjang. Hal itu, kata Nurul, menampung aspirasi sistem liga dalam pemilu. “Ka- lau tidak secara at, pilihan lain bisa untuk tingkat kabupaten dan kota PT 5%, di provinsi 4%, dan di nasional 3%. Kami tidak kaku untuk PT, asalkan ada kompensasi lain.” Untuk sistem pemilu, lan- jutnya, Golkar berkeyakinan menggunakan sistem propor- sional terbuka. Titik kompromi yang ditawarkan Golkar ialah kombinasi antara terbuka dan tertutup. “Ada tawaran kombinasi seperti kajian Golkar sehingga 70% menggunakan model ter- buka, 30% tertutup. Jadi, partai masih bisa menyiapkan tokoh tertentu,” tambahnya. Sarat pelanggaran Bawaslu, selama 2011, men- catat terjadi 1.718 laporan atau temuan pelanggaran pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada). Dari total itu, sebanyak 565 kasus telah diteruskan ke KPU. “Hanya 313 kasus yang ditindaklanjuti oleh KPU,” kata Wirdyaningsih. Selain itu, lanjutnya, Bawaslu mencatat 367 kasus politik uang pada pemilu kada. “Itu yang tercatat, banyak juga kasus yang tidak dilaporkan yang tidak kami ketahui,” jelas Wirdyaningsih. Modus politik uang yang terjadi berupa bujukan untuk memilih calon tertentu dengan imbalan uang Rp20 ribu hing- ga Rp5 juta. Selain itu, terda- pat modus politik uang yang dilakukan dengan memberikan barang seperti hadiah, pakaian, dan bahan makanan pokok, mi- salnya minyak goreng, gula pa- sir, dan mi instan. (Ant/P-1) [email protected] Alih-alih membahas penegakan hukum, DPR malah berlama-lama membahas kepentingan sendiri. RAKERNAS HANURA: Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto menyampaikan pidato pembuka dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Partai Hanura di Hotel Sahid, Jakarta, kemarin. Rakernas dilakukan sebagai ajang konsolidasi partai dalam menghadapi Pemilu 2014. Kejaksaan Periksa Pegawai Ditjen Pajak dan Rekanan TIM jaksa penyidik pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (JAM-Pidsus) terus me- meriksa kasus dugaan korupsi pengadaan sistem informasi tahun 2006 pada Direktorat Jen- deral Pajak (Ditjen Pajak) yang telah merugikan uang negara sebesar Rp12 miliar. Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung Noor Rach- mad di Jakarta, kemarin, meng- ungkapkan Kejaksaan Agung (Kejagung) telah memeriksa 25 saksi yang berasal dari Ditjen Pajak dan rekanan pengadaan barang. “Sampai hari ini tim penyidik telah memeriksa 25 saksi sistem manajemen pajak. Mereka dari Ditjen Pajak dan rekanan per- usahaan,” ujar Noor. Lebih lanjut, Noor mene- gaskan bahwa sampai saat ini masih belum bisa memastikan apakah ada keterlibatan pi- hak lain, di samping dua pe- jabat yang sudah ditetapkan tersangka. Namun, untuk ke depannya, kemungkinan pe- nambahan tersangka masih akan terjadi. Kasus ini berawal ketika Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan kejanggalan sebesar Rp12 miliar dalam proyek pengadaan sistem infor- masi pada 2006 yang menelan anggaran Rp43 miliar. Berda- sarkan audit BPK, ditemukan alat-alat yang tidak ada wujud- nya dalam pengadaan sistem informasi. Dalam kasus itu, pada 4 No- vember, Kejaksaan Agung telah menetapkan status tersangka terhadap dua pejabat Ditjen Pajak. Kedua orang itu adalah Bahar selaku Ketua Panitia Proses Pengadaan Sistem Infor- masi Manajemen dan Pulung Sukarno yang menjabat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Penetapan status tersangka itu setelah penggeledahan oleh penyidik satuan pidana khusus Kejagung di empat tempat. Keempat tempat itu ada- lah kantor pusat Ditjen Pajak, kantor pengolahan data dan dokumen Ditjen Pajak di Ja- karta Barat, serta rumah Bahar di Jakarta Selatan dan di Cinere, Depok, Jawa Barat. Sejak 9 Desember, Bahar ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba cabang Keja- gung. Adapun Pulung ditahan di Rutan Salemba cabang Ke- jaksaan Negeri Jakarta Selatan. (FA/P-1) Ruhut Akui tidak Loyal ke Partai Demokrat KETUA Departemen Komu- nikasi dan Informatika Partai Demokrat Ruhut Sitompul berang lantaran mendapat te- guran. Ruhut pun mengaku tidak loyal terhadap partai. “Saya setia, loyal sama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kalau kepada Partai Demokrat, saya enggak. Saya merasa se laku politisi profesional dan ketika saya direndahkan, saya akan keluar dari Partai Demokrat,” kata Ruhut di Ja- karta, kemarin. Ruhut mengakui, ada peting- gi partai yang menganggap di- rinya sebagai ganjalan. Kondisi itulah yang membuat dirinya gerah untuk bertahan di partai yang dipimpin Anas Urbaning- rum itu. “Ada oknum, ada yang me- rendahkan saya dan mengang- gap saya menjadi batu ganjalan bagi mereka. Contohnya bebe- rapa orang di Komisi Pengawas yang membuat saya enggak semangat,” kata Ruhut. Padahal, mantan politikus Partai Golkar itu mengaku memilih lompat ke Partai Demokrat karena SBY mau me- nerima gaya berpolitik Ruhut yang nyentrik. “Faktor utamanya adalah cara berpolitik saya harus dite- rima partai. Jadi, saat Pak SBY bisa menerima cara berpolitik saya, ya saya pindah ke Partai Demokrat,” tambahnya. Ketua Divisi Kominfo Par- tai Demokrat Andi Nurpati membantah ada internal Par- tai Demokrat yang memusuhi Ruhut. Bagi dia, setiap kader memiliki gaya politik sendiri- sendiri. Yang penting, masih sesuai dengan arahan dan tu- juan partai. “Kalaupun Ruhut meng- ambil sikap akan keluar dari Partai Demokrat, saya ber- harap yang bersangkutan bisa mengurungkan niatnya. Saya menyayangkan hal tersebut,” tandasnya. Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat Jero Wacik mengakui Ruhut pernah men- dapat teguran lisan dari Dewan Kehormatan. “Pernah. Dewan Kehormatan kan menjaga tiga hal. Pertama, bersih. Kalau ada yang menyimpang dari bersih, kita tegur baik-baik. Kedua, cerdas. Kalau tidak berbicara cerdas, kita tegur. Ketiga, san- tun. Kalau ada kader yang ti- dak bicara santun, kita ingatkan baik-baik,” ujarnya. Tetapi, menurut dia, teguran itu tidak bertujuan untuk men- dorong Ruhut agar keluar dari Partai Demokrat. (Yoi/*/P-1) Ruhut Sitompul Politikus Partai Demokrat Rangkap Jabatan Biang Korupsi presiden (capres) pada 2014, Wiranto menganggap hal itu masih terlalu prematur. “Saya tidak malu-malu, tapi Hanura pada dua tahun ter- akhir ini konsentrasi pada tahap konsolidasi organisasi untuk memperkuat instrumen partai agar memenangi pemilu. Kami belum mewacanakan me- ngenai pencalonan presiden,” paparnya. (*/P-1) MI/SUSANTO

Transcript of RABU, 21 DESEMBER 2011 DPR Sibuk Bahas - ftp.unpad.ac.id fileanggota Panitia Khusus RUU Pemilu itu....

RANGKAP jabatan di partai politik (parpol) dan pemerin-tah diyakini menjadi biang dan sarang korupsi sehingga pemimpin formal ditantang untuk menanggalkan salah satu jabatan itu.

“Sekarang saya tantang pe-mimpin formal, entah itu gu-bernur atau bupati, untuk be-rani menyatakan mundur dari jabatan parpol dalam tingkat apa pun yang disandangnya. Berpolitik boleh, tapi jangan jadi pengurus parpol,” tegas Ke tua Umum Partai Hanura Wi ranto saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Partai Hanura di Jakarta, ke-marin.

Menurut Wiranto, rangkap jabatan menimbulkan sikap dua lisme dan ketidakadilan. Ia secara terbuka mengang-gap pemimpin yang memiliki ja batan rangkap sama saja dengan mengingkari mandat yang diberikan rakyat.

Padahal, lanjutnya, pe mim-pin yang dipilih dan mendapat mandat seharusnya sadar diri untuk bekerja bagi rakyat.

Wiranto optimistis Partai Hanura akan meraih lebih dari 7,2% suara dalam pemilu nasional.

“Kami meraih 3,7% suara nasional pada Pemilu 2009, padahal usia partai pada saat itu masih tiga tahun. Kini, de-ngan persiapan waktu yang lebih panjang men jelang Pe-milu 2014, paling tidak kami bisa meraih 7,2%. Itu realistis,” tuturnya.

Untuk maju sebagai calon

RABU, 21 DESEMBER 2011 5POLKAM

MI/SUSANTO

DPR Sibuk BahasHal tidak PentingNURULIA JUWITA SARI

REVISI Undang-Un-dang (UU) Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu dikhawatir-

kan tidak mampu membenahi sejumlah persoalan krusial pe-nyelenggaraan pemilu. Pasal-nya, fraksi-fraksi di DPR lebih sibuk memperjuangkan kepen-tingan masing-masing.

“Badan Pengawas Pemilu (Ba waslu) pernah dimintai ma sukan untuk RUU Pemilu, tapi yang ditanyakan bukan hal krusial dan memerlukan pem-benahan seperti penegakan hu-kum pemilu. Yang ditanyakan malah ambang batas parlemen dan alokasi kursi per daerah pe milihan,” keluh anggota Ba waslu Wirdyaningsih di Ja-karta, kemarin.

Selain itu, dia menilai pene-gakan hukum pemilu dalam RUU Pemilu lebih menekankan pada penyelenggara pemi lu, bukan peserta. Padahal, im-buhnya, diperlukan aturan yang lebih tegas, termasuk soal pemberian sanksi terha-dap peserta yang melakukan politik uang.

“Untuk peserta sanksi ala ka darnya. Seharusnya dicoret saja agar orang tidak berani melakukan money politics,” ujarnya.

Dia juga mengkhawatirkan pembahasan RUU Pemilu itu akan molor karena fraksi-fraksi di DPR ngotot memperjuangkan kepentingan masing-masing.

“Yang dibahas lebih kepada

pertimbangan partai. Kalau diketuk telat, pola yang sama akan terjadi pada Komisi Pe-milihan Umum (KPU) dan Ba waslu pada waktu yang lalu, harus bekerja dengan aturan mendadak. Jangan sampai penyelesaian UU terlambat karena kepentingan partai,” tegasnya.

Politikus Partai Golkar Nu-rul Arifin pada kesempatan ter pisah menilai fraksi-fraksi di DPR mulai melunak dalam pembahasan pasal krusial RUU Pemilu. “Lobi-lobinya sudah cu kup, tinggal eksekusi saja. Saya optimistis akhir Maret 2012 akan selesai,” ujarnya.

Golkar sendiri membuka ne-gosiasi terkait dengan besaran ambang batas parlemen (parlia-mentary threshold/PT), asalkan alokasi kursi per daerah pemi-lihan tidak lebih dari 3-8 kursi per daerah pemilihan.

“PDIP mau turun ke 4% se-perti pilihan Partai Demokrat, asalkan sistemnya tertutup. Kami fleksibel saja, asalkan alokasi kursi per daerah pe-milihan berhenti di angka tiga sampai delapan kursi,” papar anggota Panitia Khusus RUU Pemilu itu.

Opsi lain yang ditawarkan Golkar ialah penerapan PT se-cara berjenjang. Hal itu, kata Nu rul, menampung aspirasi sistem liga dalam pemilu. “Ka-lau tidak secara fl at, pilihan lain bisa untuk tingkat kabupaten dan kota PT 5%, di provinsi 4%, dan di nasional 3%. Kami ti dak kaku untuk PT, asalkan

ada kompensasi lain.”Untuk sistem pemilu, lan-

jutnya, Golkar berkeyakinan menggunakan sistem propor-sional terbuka. Titik kompromi yang ditawarkan Golkar ialah kombinasi antara terbuka dan tertutup.

“Ada tawaran kombinasi seperti kajian Golkar sehingga 70% menggunakan model ter-buka, 30% tertutup. Jadi, partai masih bisa menyiapkan tokoh tertentu,” tambahnya.

Sarat pelanggaranBawaslu, selama 2011, men-

catat terjadi 1.718 laporan atau temuan pelanggaran pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada). Dari total itu, sebanyak 565 kasus telah diteruskan ke KPU. “Hanya 313 kasus yang ditindaklanjuti oleh KPU,” kata Wirdyaning sih.

Selain itu, lanjutnya, Bawaslu mencatat 367 kasus politik uang pada pemilu kada. “Itu yang tercatat, banyak juga kasus yang tidak dilaporkan yang tidak kami ketahui,” jelas Wirdyaningsih.

Modus politik uang yang ter jadi berupa bujukan untuk me milih calon tertentu dengan imbalan uang Rp20 ribu hing-ga Rp5 juta. Selain itu, terda-pat modus politik uang yang dilakukan dengan memberikan barang seperti hadiah, pakaian, dan bahan makanan pokok, mi-salnya minyak goreng, gula pa-sir, dan mi instan. (Ant/P-1)

[email protected]

Alih-alih membahas penegakan hukum, DPR malah berlama-lama membahas kepentingan sendiri.

RAKERNAS HANURA: Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto menyampaikan pidato pembuka dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Partai Hanura di Hotel Sahid, Jakarta, kemarin. Rakernas dilakukan sebagai ajang konsolidasi partai dalam menghadapi Pemilu 2014.

Kejaksaan Periksa Pegawai Ditjen Pajak dan Rekanan

TIM jaksa penyidik pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (JAM-Pidsus) terus me-meriksa kasus dugaan korupsi pengadaan sistem informasi tahun 2006 pada Direktorat Jen-deral Pajak (Ditjen Pajak) yang telah merugikan uang negara sebesar Rp12 miliar.

Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung Noor Rach-mad di Jakarta, kemarin, meng-ungkapkan Kejaksaan Agung (Kejagung) telah memeriksa 25 saksi yang berasal dari Ditjen Pajak dan rekanan pengadaan barang.

“Sampai hari ini tim penyidik telah memeriksa 25 saksi sistem manajemen pajak. Mereka dari Ditjen Pajak dan rekanan per-usahaan,” ujar Noor.

Lebih lanjut, Noor mene-

gaskan bahwa sampai saat ini masih belum bisa memastikan apakah ada keterlibatan pi-hak lain, di samping dua pe-jabat yang sudah ditetapkan tersangka. Namun, untuk ke depannya, kemungkinan pe-nambahan tersangka masih akan terjadi.

Kasus ini berawal ketika Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan kejanggalan sebesar Rp12 miliar dalam proyek pengadaan sistem infor-masi pada 2006 yang menelan anggaran Rp43 miliar. Berda-sarkan audit BPK, ditemukan alat-alat yang tidak ada wujud-nya dalam peng adaan sistem informasi.

Dalam kasus itu, pada 4 No-vember, Kejaksaan Agung telah menetapkan status tersangka ter hadap dua pejabat Ditjen

Pajak. Kedua orang itu adalah Bahar selaku Ketua Panitia Proses Pengadaan Sistem Infor-masi Manajemen dan Pulung Sukarno yang menjabat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

Penetapan status tersangka itu setelah penggeledahan oleh penyidik satuan pidana khusus Kejagung di empat tempat.

Keempat tempat itu ada-lah kantor pusat Ditjen Pajak, kantor pengolahan data dan dokumen Ditjen Pajak di Ja-karta Barat, serta rumah Bahar di Jakarta Se latan dan di Cinere, Depok, Jawa Barat.

Sejak 9 Desember, Bahar ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba cabang Keja-gung. Adapun Pulung ditahan di Rutan Salemba cabang Ke-jaksaan Negeri Jakarta Selatan.(FA/P-1)

Ruhut Akui tidak Loyal ke Partai Demokrat

KETUA Departemen Komu-nikasi dan Informatika Partai Demokrat Ruhut Sitompul berang lantaran mendapat te-guran. Ruhut pun mengaku tidak loyal terhadap partai.

“Saya setia, loyal sama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kalau kepada Partai Demokrat, saya enggak. Saya merasa se laku politisi profesional dan ketika saya direndahkan, saya akan keluar dari Partai Demokrat,” kata Ruhut di Ja-karta, kemarin.

Ruhut mengakui, ada peting-gi partai yang menganggap di-rinya sebagai ganjalan. Kondisi itulah yang membuat dirinya gerah untuk bertahan di partai yang dipimpin Anas Urbaning-rum itu.

“Ada oknum, ada yang me-ren dahkan saya dan mengang-gap saya menjadi batu ganjalan bagi mereka. Contohnya bebe-rapa orang di Komisi Pengawas yang membuat saya enggak semangat,” kata Ruhut.

Padahal, mantan politikus Partai Golkar itu mengaku memilih lompat ke Partai Demokrat karena SBY mau me-nerima gaya berpolitik Ruhut yang nyentrik.

“Faktor utamanya adalah cara berpolitik saya harus dite-rima partai. Jadi, saat Pak SBY bisa menerima cara berpolitik saya, ya saya pindah ke Partai Demokrat,” tambahnya.

Ketua Divisi Kominfo Par-tai Demokrat Andi Nurpati membantah ada internal Par-tai Demokrat yang memusuhi Ruhut. Bagi dia, setiap kader

memiliki gaya politik sendiri-sendiri. Yang penting, masih sesuai dengan arahan dan tu-juan partai.

“Kalaupun Ruhut meng-ambil sikap akan keluar dari Partai Demokrat, saya ber-harap yang bersangkutan bisa mengurungkan niatnya. Saya menyayangkan hal tersebut,” tandasnya.

Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat Jero Wacik mengakui Ruhut pernah men-dapat teguran lisan dari Dewan Kehormatan. “Pernah. Dewan Kehormatan kan menjaga tiga hal. Pertama, bersih. Kalau ada yang menyimpang dari bersih, kita tegur baik-baik. Kedua, cerdas. Kalau tidak berbicara cerdas, kita tegur. Ketiga, san-tun. Kalau ada kader yang ti-dak bicara santun, kita ingatkan baik-baik,” ujarnya.

Tetapi, menurut dia, tegur an itu tidak bertujuan untuk men-dorong Ruhut agar keluar dari Partai Demokrat. (Yoi/*/P-1)

Ruhut SitompulPolitikus Partai Demokrat

Rangkap Jabatan Biang

Korupsi

pre siden (capres) pada 2014, Wiranto menganggap hal itu ma sih terlalu prematur.

“Saya tidak malu-malu, tapi

Hanura pada dua tahun ter-akhir ini konsentrasi pada tahap konsolidasi organisasi untuk memperkuat instrumen

partai agar memenangi pemilu. Kami belum mewacanakan me-ngenai pencalonan presiden,” paparnya. (*/P-1)

MI/SUSANTO