Rabu, 15 Maret 2017 Utama Program Penanggulangan ... · Bantuan operasional Sekolah (BOS) yang...

1
3 Suara Pembaruan Rabu, 15 Maret 2017 Utama Program Penanggulangan Kemiskinan Belum Menyentuh Semua Lapisan Bantuan sosial hanyalah solusi jangka pendek. Pemerintah tidak bisa terus- terusan mengalokasikan anggaran yang cukup besar dalam bidang itu. [JAKARTA] Program pena- nganan kemiskinan, termasuk yang ditujukan bagi anak telantar, belum menyeluruh dan menyentuh semua lapis- an yang membutuhkan. Meskipun dari sisi jumlah program sudah memadai, implementasinya belum mera- ta. Dengan demikian amanat Konstitusi agar fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara belum sepenuhnya terwujud. Bukti konkret, masih banyak dijumpai gelandangan dan anak-anak telantar di jalanan. “Program penanganan fakir miskin belum menyentuh seluruh lapisan yang membu- tuhkan meskipun dari sisi program sudah tersebar di banyak bidang,” kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Saleh Daulay. Politisi PAN ini menam- bahkan, di bidang sosial, pemerintah memiliki sejumlah program seperti beras untuk keluarga sejahtera (Rastra), perbaikan rumah tidak layak huni, kelompok usaha bersa- ma (Kube), dan lainnya. Di bidang pendidikan, ada sejum- lah beasiswa seperti Program Indonesia Pintar (PIP) dan Bantuan operasional Sekolah (BOS) yang dibagi ke seluruh sekolah yang ada. Di bidang kesehatan, ada program BPJS Kesehatan. Begitu juga subsidi dalam berbagi bentuknya. "Harus diakui, pro- gram-program itu belum terdistribusi secara merata. Masih banyak elemen masya- rakat yang belum tersentuh. Bisa jadi karena alokasi anggaran yang belum cukup, bisa juga karena sebagian belum terdata," kata Saleh, Selasa (14/3). Pembangunan bidang sosial seperti ini harus men- jadi perhatian pemerintah. Pembangunan sosial harus seimbang dengan pembangun- an infrastruktur yang tengah digalakkan. "Dengan begitu, tingkat kesenjangan sosial dapat dikurangi," katanya. Selain pembangunan sosial, yang perlu dipikirkan pemerintah adalah bagaimana menciptakan lapangan peker- jaan. “Bantuan sosial hanya- lah solusi jangka pendek. Pemerintah tidak bisa terus -terusan mengalokasikan anggaran yang cukup besar dalam bidang itu, tapi kalau lapangan pekerjaan dibuka maka masyarakat dengan sendirinya berdaya,” katanya. Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat menga- takan, pemerintah menarget- kan hingga akhir tahun 2019 bisa menurunkan angka kemiskinan 7-8% dari saat ini di posisi 10,76%. Diakui, tidak mudah mencapai target penurunan angka tersebut. Sedangkan angka ketimpangan atau gini rasio pun masih di posisi 0,394 dan pemerintah menargetkan turun menjadi 0,36. Keluarga Harapan Bantuan tunai bersyarat atau conditional cash transfer merupakan metode efektif untuk mengurangi kemiskin- an. Syaratnya, cakupan layanan bantuan tersebut terpadu dan komprehensif mengingat di negara dengan mobilitas penduduk miskin tinggi, dampak dari bencana, kebijakan moneter atau bahkan kenaikan bahan bakar minyak bisa menyebabkan munculnya jumlah orang miskin baru. Saat ini Kemsos melalui program keluarga harapan (PKH) yang merupakan ban- tuan sosial bersyarat mendo- rong keluarga sangat miskin untuk dapat bertahan hidup dan diharapkan kelak bisa keluar dari kemiskinan. "Tahun 2017 ini PKH menyentuh 6 juta rumah tangga penerima manfaat (RTPM). Bahkan Kemsos menargetkan penambahan 1 juta RTPM," kata Harry Hikmat. Dari angka cakupan itu, PKH barulah menyentuh 9% penduduk miskin. Padahal penduduk miskin masih seki- tar 10%. Oleh karena itu, penambahan 1 juta RTPM di tahun ini diharapkan mendo- rong percepatan pengurangan angka kemiskinan. Kemsos pun akan meng- ajukan rencana jangka mene- ngah dengan mengusulkan PKH tahun 2018-2019 men- jadi 9 juta RTPM dan periode berikutnya bisa mencapai 12 juta RTPM. Asumsinya seluruh kelu- arga rentan dan hampir miskin bisa terjangkau bantuan tunai bersyarat ini. Untuk jaminan hidup berkelanjutan diharap- kan ada pemenuhan lain misalnya kebutuhan air bersih dan perumahan layak huni. Sebab semakin miskin sema- kin banyak kebutuhan tidak terpenuhi. Untuk PKH RTPM men- dapatkan transfer tunai Rp 1.890.000 per tahun dalam empat tahap pencairan. Dengan adanya benefit atau bantuan lain yang terintegrasi, terpadu dan tepat maka diharapkan bisa menjunjung tingkat kemanfaatan bantuan. Misalnya Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk anak SD Rp 450.000/tahun, SMP Rp 750.000/tahun dan SMA Rp 1 juta/tahun. Belum lagi ada Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebagai jaminan kesehatan nasional secara gratis. Saat ini, lanjut- nya, KIP diperuntukkan bagi 21 juta anak, KIS 9,24 juta jiwa dan PKH melalui Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) 6 juta RTPM dan bantuan pro- gram rastra yakni subsidi 15,8 juta keluarga di mana 1,4 juta keluarga di antaranya sudah dikonversi menjadi bantuan non tunai pangan. Saat ini dari 6 juta RTPM PKH, 3 juta RTPM di antara- nya sudah menerima bantuan dalam bentuk non tunai dengan kartu. Hal ini dimaksudkan agar RTPM memahami sistem keuangan inklusif secara non tunai dan terbiasa dengan sistem perbankan. Kelak dalam pemberda- yaan mereka bisa paham dan memiliki akses perbankan untuk kredit usaha mikro. Pemberdayaan yang nantinya membuat produktif ini juga diharapkan mendorong pengu- rangan kesenjangan dengan kelompok menengah-atas. Di sisi lain bantuan sosial bersyarat juga memiliki kon- sekuensi yang harus dilakukan berupa daftar negatif. Jika daftar itu tidak dipatuhi, bantuan sosial bisa dicabut dan tidak dilanjutkan. Keluarga penerima man- faat harus mengarahkan anggota keluarga tidak meng- amen, menggelandang, terli- bat minuman keras, narkoba, kriminal dan tidak menelan- tarkan anak. Model ini bisa diterapkan jika batuan sosial terintegrasi sebab permasa- lahan fakir miskin beragam. Terkait lansia telantar, dalam PKH tahun 2017 men- cakup 150.000 lansia dalam keluarga PKH dengan bantu- an Rp 2 juta/tahun. Skema PKH bagi lansia berusia 70 tahun ke atas. Direktur Rehabilitasi Sosial Lansia Kemsos, Carolyne Clara mengungkap- kan, selain lansia yang terca- kup PKH, Kemsos juga memberi asistensi sosial kepada lansia. Rehabilitasi lansia telantar dengan asistensi sosial men- capai 30.000 dengan bantuan Rp 2 juta per tahun dalam tiga kali tahap pencairan. Ada pula program family support bagi 1.000 lansia yang tergolong produktif. Selain itu program home care dengan pemberian kebutuhan dasar lansia, pemberian nutrisi dan perawatan kesehatan dengan pendamping dalam setahun 40 kali kunjungan. Tahun 2014 tercatat jum- lah lansia 22 juta jiwa dan 2,8 juta di antaranya telantar. Saat ini Kemsos baru mampu menjangkau 54.000 lansia di dalam dan di luar panti. "Tiga panti sosial milik Kemsos di Bekasi, Kendari dan Sulawesi Selatan men- jangkau 300 lansia," ucapnya. Sedangkan untuk panti, Kemsos yang diserahkan ke pemerintah daerah terkait otonomi ada 73 panti daerah. Untuk panti lansia yang dike- lola masyarakat atau lembaga kesejahteraan sosial 390 panti. Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kemsos, Nahar mengungkapkan, Kemsos fokus pada penanganan anak telantar. Dari 255 juta popu- lasi Indonesia (2014), 84 juta di antaranya adalah anak. Dari jumlah itu 4,1 juta anak telan- tar dan 79,19 juta anak tidak telantar. Tahun 2015, jumlah anak telantar mencapai 3,2 juta anak. Sejak 2012-2016 pro- gram kesejahteraan sosial anak telah menangani 787.401 anak. Jumlah ini belum termasuk yang ditangani PKH, BOS dan program lainnya. [R-15/H-14]

Transcript of Rabu, 15 Maret 2017 Utama Program Penanggulangan ... · Bantuan operasional Sekolah (BOS) yang...

Page 1: Rabu, 15 Maret 2017 Utama Program Penanggulangan ... · Bantuan operasional Sekolah (BOS) yang dibagi ke seluruh sekolah yang ada. Di bidang kesehatan, ada ... Rp 450.000/tahun, SMP

3Sua ra Pem ba ru an Rabu, 15 Maret 2017 Utama

Program Penanggulangan Kemiskinan Belum Menyentuh Semua Lapisan

Bantuan sosial hanyalah solusi jangka pendek. Pemerintah tidak bisa terus-

terusan mengalokasikan anggaran yang cukup besar dalam bidang itu.

[JAKARTA] Program pena-nganan kemiskinan, termasuk yang ditujukan bagi anak telantar, belum menyeluruh dan menyentuh semua lapis-an yang membutuhkan. Meskipun dari sisi jumlah program sudah memadai, implementasinya belum mera-ta. Dengan demikian amanat Konstitusi agar fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara belum sepenuhnya terwujud. Bukti konkret, masih banyak dijumpai gelandangan dan anak-anak telantar di jalanan.

“Program penanganan fakir miskin belum menyentuh seluruh lapisan yang membu-tuhkan meskipun dari sisi program sudah tersebar di banyak bidang,” kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Saleh Daulay.

Politisi PAN ini menam-bahkan, di bidang sosial, pemerintah memiliki sejumlah program seperti beras untuk keluarga sejahtera (Rastra), perbaikan rumah tidak layak huni, kelompok usaha bersa-ma (Kube), dan lainnya. Di bidang pendidikan, ada sejum-lah beasiswa seperti Program Indonesia Pintar (PIP) dan Bantuan operasional Sekolah (BOS) yang dibagi ke seluruh sekolah yang ada.

Di bidang kesehatan, ada program BPJS Kesehatan. Begitu juga subsidi dalam berbagi bentuknya.

"Harus diakui, pro-gram-program itu belum terdistribusi secara merata. Masih banyak elemen masya-rakat yang belum tersentuh. Bisa jadi karena alokasi anggaran yang belum cukup, bisa juga karena sebagian belum terdata," kata Saleh, Selasa (14/3).

Pembangunan bidang sosial seperti ini harus men-jadi perhatian pemerintah. Pembangunan sosial harus seimbang dengan pembangun-an infrastruktur yang tengah digalakkan. "Dengan begitu, tingkat kesenjangan sosial dapat dikurangi," katanya.

Selain pembangunan sosial, yang perlu dipikirkan pemerintah adalah bagaimana menciptakan lapangan peker-jaan. “Bantuan sosial hanya-lah solusi jangka pendek. Pemerintah tidak bisa terus-terusan mengalokasikan anggaran yang cukup besar dalam bidang itu, tapi kalau lapangan pekerjaan dibuka maka masyarakat dengan sendirinya berdaya,” katanya.

Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat menga-takan, pemerintah menarget-kan hingga akhir tahun 2019 bisa menurunkan angka

kemiskinan 7-8% dari saat ini di posisi 10,76%.

Diakui, tidak mudah mencapai target penurunan angka tersebut. Sedangkan angka ketimpangan atau gini rasio pun masih di posisi 0,394 dan pemerintah menargetkan turun menjadi 0,36.

Keluarga HarapanBantuan tunai bersyarat

atau conditional cash transfer merupakan metode efektif untuk mengurangi kemiskin-an. Syaratnya, cakupan layanan bantuan tersebut terpadu dan komprehensif mengingat di negara dengan mobilitas penduduk miskin tinggi, dampak dari bencana, kebijakan moneter atau bahkan kenaikan bahan bakar minyak bisa menyebabkan munculnya jumlah orang miskin baru.

Saat ini Kemsos melalui program keluarga harapan (PKH) yang merupakan ban-tuan sosial bersyarat mendo-rong keluarga sangat miskin untuk dapat bertahan hidup dan diharapkan kelak bisa keluar dari kemiskinan.

"Tahun 2017 ini PKH menyentuh 6 juta rumah tangga penerima manfaat (RTPM). Bahkan Kemsos menargetkan penambahan 1 juta RTPM," kata Harry Hikmat.

Dari angka cakupan itu, PKH barulah menyentuh 9% penduduk miskin. Padahal

penduduk miskin masih seki-tar 10%. Oleh karena itu, penambahan 1 juta RTPM di tahun ini diharapkan mendo-rong percepatan pengurangan angka kemiskinan.

Kemsos pun akan meng-ajukan rencana jangka mene-ngah dengan mengusulkan PKH tahun 2018-2019 men-jadi 9 juta RTPM dan periode berikutnya bisa mencapai 12

juta RTPM.Asumsinya seluruh kelu-

arga rentan dan hampir miskin bisa terjangkau bantuan tunai bersyarat ini. Untuk jaminan hidup berkelanjutan diharap-kan ada pemenuhan lain misalnya kebutuhan air bersih dan perumahan layak huni. Sebab semakin miskin sema-kin banyak kebutuhan tidak terpenuhi.

Untuk PKH RTPM men-dapatkan transfer tunai Rp 1.890.000 per tahun dalam empat tahap pencairan. Dengan adanya benefit atau bantuan lain yang terintegrasi, terpadu dan tepat maka diharapkan bisa menjunjung tingkat kemanfaatan bantuan.

Misalnya Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk anak SD Rp 450.000/tahun, SMP Rp 750.000/tahun dan SMA Rp 1 juta/tahun.

Belum lagi ada Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebagai jaminan kesehatan nasional secara gratis. Saat ini, lanjut-nya, KIP diperuntukkan bagi 21 juta anak, KIS 9,24 juta jiwa dan PKH melalui Kartu

Keluarga Sejahtera (KKS) 6 juta RTPM dan bantuan pro-gram rastra yakni subsidi 15,8 juta keluarga di mana 1,4 juta keluarga di antaranya sudah dikonversi menjadi bantuan non tunai pangan.

Saat ini dari 6 juta RTPM PKH, 3 juta RTPM di antara-nya sudah menerima bantuan dalam bentuk non tunai dengan kartu. Hal ini dimaksudkan agar RTPM memahami sistem keuangan inklusif secara non tunai dan terbiasa dengan sistem perbankan.

Kelak dalam pemberda-yaan mereka bisa paham dan memiliki akses perbankan untuk kredit usaha mikro. Pemberdayaan yang nantinya

membuat produktif ini juga diharapkan mendorong pengu-rangan kesenjangan dengan kelompok menengah-atas.

Di sisi lain bantuan sosial bersyarat juga memiliki kon-sekuensi yang harus dilakukan berupa daftar negatif. Jika daftar itu tidak dipatuhi, bantuan sosial bisa dicabut dan tidak dilanjutkan.

Keluarga penerima man-faat harus mengarahkan anggota keluarga tidak meng-amen, menggelandang, terli-bat minuman keras, narkoba, kriminal dan tidak menelan-tarkan anak. Model ini bisa diterapkan jika batuan sosial terintegrasi sebab permasa-lahan fakir miskin beragam.

Terkait lansia telantar, dalam PKH tahun 2017 men-cakup 150.000 lansia dalam keluarga PKH dengan bantu-an Rp 2 juta/tahun. Skema PKH bagi lansia berusia 70 tahun ke atas.

Direktur Rehabilitasi Sosial Lansia Kemsos, Carolyne Clara mengungkap-kan, selain lansia yang terca-kup PKH, Kemsos juga memberi asistensi sosial kepada lansia.

Rehabilitasi lansia telantar dengan asistensi sosial men-capai 30.000 dengan bantuan Rp 2 juta per tahun dalam tiga kali tahap pencairan. Ada pula program family support bagi 1.000 lansia yang tergolong produktif. Selain itu program

home care dengan pemberian kebutuhan dasar lansia, pemberian nutrisi dan perawatan kesehatan dengan pendamping dalam setahun 40 kali kunjungan.

Tahun 2014 tercatat jum-lah lansia 22 juta jiwa dan 2,8 juta di antaranya telantar. Saat ini Kemsos baru mampu menjangkau 54.000 lansia di dalam dan di luar panti.

"Tiga panti sosial milik Kemsos di Bekasi, Kendari dan Sulawesi Selatan men-jangkau 300 lansia," ucapnya.

Sedangkan untuk panti, Kemsos yang diserahkan ke pemerintah daerah terkait otonomi ada 73 panti daerah. Untuk panti lansia yang dike-lola masyarakat atau lembaga kesejahteraan sosial 390 panti.

Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kemsos, Nahar mengungkapkan, Kemsos fokus pada penanganan anak telantar. Dari 255 juta popu-lasi Indonesia (2014), 84 juta di antaranya adalah anak. Dari jumlah itu 4,1 juta anak telan-tar dan 79,19 juta anak tidak telantar.

Tahun 2015, jumlah anak telantar mencapai 3,2 juta anak. Sejak 2012-2016 pro-gram kesejahteraan sosial anak telah menangani 787.401 anak. Jumlah ini belum termasuk yang ditangani PKH, BOS dan program lainnya. [R-15/H-14]