Quest

download Quest

of 20

Transcript of Quest

Modul 7 dan 8 Pengukuran

6.1. Tingkat Pengukuran (scales of measurement).

Variabel diturunkan dari teori yang didalamnya terdiri dari beberapa konsep, yang mana konsep-konsep tersebut masih abtrak, sehingga perlu dibatasi pengertiannya sesuai dengan obyek yang diteliti sehingga menjadi konstruk. Proses menginterpretasikan dan mengunakan konsep yang abstrak menjadi konstruk dalam mendekati masalah penelitian disebut dengan operasionalisasi konsep. Supaya dapat digunakan untuk meneliti opersionalisasi konsep tersebut diikuti dengan pengukuran (measurement) sehingga menjadi variabel, sedangkan operasionalisasi variabel dapat diterjemahkan sebagai gambaran hubungan antar variabel, yang nantinya digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis. Dengan mengetahui variabel penelitian (sub variabel kalau diperlukan) dapat disusun dimensi, indikator, dan skala, sehingga dapat digunakan sebagai dasar penyusunan instrumen penelitian (alat pengumpulan data; apakah kuesioner atau pedoman observasi. Sedangkan mesurement (pengukuran) merupakan kesepakatan yang digunakan untuk memberikan bobot dengan menetapkan bilangan secara sistematis pada variabel penelitian. Misalnya meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dengan skala cm, termometer adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur suhu dengan skala derajat selcius dst. Sedangkan untuk mengukur fenomena sosial digunakan suatu instrumen misalnya skala Likert, skala sematik diferensial, skala Guttman, skala Borgadus, skala Thurstone) dsb. Tahap selanjutnya menentukan populasi dan/atau sampel yang mana observasi (baca: data terkumpul) sebagai tahap ketiga. Variabel seperti apa yang harus ada, konsep seperti apa yang valid ? Sebagai ilustrasi pendekatan biologik mungkin dapat membantu, apabila kita ingin mengambarkan manusia hidup , maka setidaknya harus hidup dan

memiliki kepala, leher, badan, kaki, tangan, telingga, rambut, jari, mata, mulut , hidung dsb. Coba pikirkan apabila tidak ada leher, apakah disebut manusia hidup, apabila tidak ada kepala apakah disebut dengan manusia hidup, apabila tidak punya tangan apakah manusia masih hidup...dsb. Semakin lengkap kita mengambarkan maka akan semakin mendekati fenomena yang sebenarnya, kalau bagian-bagian diatas adalah konsep-hubungan antar konsep yang kita lakukan maka semakin valid konsep tentang manusia hidup . Anda memiliki batas minimal bagian apa saja yang harus ada supaya dikatakan manusia, itulah gambaran konsep apa yang harus ada dalam mengambarkan fenomena-yang harus kita konseptualisasikan. Dalam melakukan pengukuran maka harus digunakan alat ukur yang mampu mengukur apa yang akan diukur. Apabila kita mengukur panjang maka akan velid jika mengunakan meteran, artinya tidak valid apabila diukur dengan timbangan atau termometer dsb. Kesesuaian antara alat ukur dengan apa yang diukur inilah yang disebut dengan validitas. Dalam ilmu sosial yang diukur adala h sikap-sikap sosial, opini, pendapat, mitivasi, perilaku, kiinerja, image dsb. Sehingga apabila kita akan mengukur motivasi harus menggunakan alat ukur yang dapat mengukur motivasi tersebut, yaitu teori atau konsep-konsep motivasi. Apabila kita akan mengukur kinerja maka harus mengunakan teori atau konsep kinerja. Kalau membuat instrumen penelitian harus mengambarkan bagian-bagian yang ada dalam fenomena tersebut, instrumen harus disusun dengan rapi dan baik sehingga memotivasi orang untuk mengisi dengan baik. Apabila instrumen untuk melakukan observasi maka instrumen tersebut tidak membingungkan apa yang akan diobservasi dst. Demikian juga instrumen penelitian misalnya sebagai alat ukur harus memiliki konsistensi apabila digunakan ditempat lain, apabila digunakan berkalikali akan diperoleh hasil yang sama atau sedekat-dekatnya-mendekati sama. Apabila ada alat ukur meteran yang dapat digunakan untuk mengukur fenomena panjang benda , apabila digunakan ditempat lain, oleh orang lain, digunakan berkali-kali harusnya tetap mampu mengukur fenomena panjang , kecuali rusak

meteranya. Demikian juga apabila ada instrumen yang dapat mengukur motivasi kerja, seharusnya memiliki konsistensi mengukur fenomena yang sama ditenpat dan waktu yang berbeda. Apabila tidak ada hasil yang sama bisa jadi ala t ukur tersebut sudah tidak mampu mengukur apa yang harus diukur, tidak memiliki konsistensi dalam pengukuran motivasi atau cara kita mengoperasionalkan alat ukur tersebut salah. Berbagai ilustrasi tersebut dalam metodologi penelitian berkaitan dengan kualitas instrumen penelitian. Instrumen penelitian harus memenuhi aspek validitas dan reliabilitas, sehingga akan menghasilkan data yang berkualitas pul a. Apabila hasil dari instrumen tersebut sudah valid dan reliabel, dan cara kita mengukur sudah benar, maka akan menghasilkan data yang benar. Apabila kita analisis, kesimpulan kita berdasar pada data yang benar. Apabila data tersebut salah, maka kesimpulan tersebut akan salah pula. Bagaimana kita yakin instrumen kita sudah berkualitas baik atau keyakinan kita saja sudah berkualitas baik pada hal belum ? Hal inilah yang harus dihindari yaitu kesalahan sistematis metodologis, supaya benar maka harus kita teliti dan kita uji instrumen tersebut dengan uji validitas dan reliabilitas. Pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan untuk memberikan bobot dengan menetapkan bilangan secara sistematis pada variabel penelitian. Misalnya meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dengan skala cm, termometer adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur suhu dengan skala derajat selcius dst. Sedangkan untuk mengukur sikap digunakan instrumen pengukuran sikap misalnya skala Likert, skala sematik diferensial, skala Guttman , skala Borgadus, skala Thurstone.

Jenis data: Nominal adalah tingkat pengukuran yang gunakan hanya membedakan kategori yang satu dengan kategori yang lain, dan tidak menunjukan jarak antar kategori.Contoh : laki-laki = 1 Perempuan = 2 ( angka 1 dan 2 hanya membedakan jenis kelamin)

Ordinal adalah tingkat pengukuran memungkinkan peneliti mengurutkan paling rendah sampai tingkat yang setuju = 5, Setuju = 4, ragu-ragu

yang tidak hanya membedakan tetapi juga pernyataan responden dari tingkat yang paling tinggi dan sebaliknya. Contoh : Sangat =3, Tidak setuju = 2, Sangat tidak setuju = 1.

Interval suatu tingkat pengukuran yang memungkinkan peneliti mengurutkan responden dan jarak antar obyek. Contoh : skor 80 100 = A, 70 80 = B+, 60 70 = B, 50 60 = C, r tabel, dengan demikian yang tidak valid adala h kuesioner dengan korelasi r3, r4,r5, r6, r8. Yang tidak valid tidak dipakai, yan g vali disusun kembali dan dihitung reliabilitasnya.

8.1.2.2. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen penelitian dapat mengunakan teknik split half dengan langkah sebagai berikut :

belah dua /

1. Membagi item yang valid ke dalam dua belahan yaitu item ganjil dalam belahan pertama dan item genap dalam belahan kedua. 2. Menjumlahkan masing-masing skor dalam belahan, sehingga diperoleh skor total masing-masing belahan. 3. Skor total ganjil dan genap dikorelasikan dengan korelasi product moment. Mencari reliabilitas semua item yang valid dengan cara menguji angka reliabilitas metode Belah Dua-Spearman Brown (Ancok, dalam Singgarimbun dan Effendi, 1989 : 144 ) yang diperoleh dengan rumus :

ttttrr. . tot1 ) (2 r. + = Keterangan : r.tot = angka reliabilitas item. r.tt = angka korelasi belahan pertama dengan belahan kedua.

Jadi Reliabilitas sebesar 0.9348, hasil tersebut konsultasikan dengan kriteria Guilford sehingga diperoleh informasi tentang reliabilitasnya. Kriteria Guilford yang dimaksud yaitu : < 0,20 = tidak ada korelasi. 0,20 -< 0,40 = korelasi rendah 0,40 - < 0,80 = korelasi sedang 0,80 -< 0,90 = korelasi tinggi 0,90- < 1,00 = korelasi tinggi sekali 1,00 = korelasi sempurna.

Apabila hasil reliabilitas menurut Kriteria Guilford dalam rentang korelasi rendah atau bahkan tidak ada korelasi maka rata-rata korelasi masing-masing item (validitasnya cenderung rendah), artinya alat pengalian data / kuesioner dat a primer ke-dua (pengkuantitatifan pernyataan responden yang sebenarnya kualitatif ) kurang lengkap atau kurang dapat dipahami oleh responden.

Validitas dan reliabilitas jenis pen-skalaan yang lain : - Skala Semantic differensial, biasanya lebih cocok untuk mengukur sifat-sifat subyek (baik.....buruk, senang.....tidak senang, kuat......lemah, sabar......pemarah dsb) .. skala interval - Skala dikotomis (ya tidak, benar salah) validitas dengan Korelasi Point Biserial (rpb) .

..Uji Reliabilitasnya dengan data sekurang-kurangnya ordinal teknik belah dua / split half (genap-ganjil) , Pembelahan dua secara random (jika item-item cenderung homogen), Matched - Random Subsets (item dengan tingkat kesukaran dan r dekat dipasangkan dalam 1 belahan), formula Rulon, Koefisien alfa. .. Uji Reliabilitasnya dengan data dikotomis skor 1 dan 0, dengan rumus Kuder Richarson atau Kr-20 (formula alfa yang disesuaikan).

Pustaka

Muler, J.Daniel, 1998, Mengukur sikap-sikap sosial,Lemlit Press,UNPAS, Bandung Singarimbun, Masri,1989, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Afbaeta, bandung Azwar,Saifudin,1997, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar, Jogyakarta