quantum teaching2.doc

26
*PEMBELAJARAN KUANTUM SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN * ** Oleh: Djoko Saryono Hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak (yang berkepentingan – stakeholder). Hal tersebut setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, perkembangan kebutuhan dan aktivitas berbagai bidang kehidupan selalu meninggalkan proses/hasil kerja lembaga pendidikan atau melaju lebih dahulu daripada proses pengajaran dan pembelajaran sehingga hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian (yang baru) dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan pengajaran membuat paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada sekarang tidak memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil pengajaran dan pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan paradigma, falsafah, dan metodologi pengajaran dan pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan mutu dan hasil pembelajaran dapat makin baik dan meningkat. Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran – di samping juga menyelaraskan dan menyerasikan proses pembelajaran dengan pandangan-pandangan dan temuan-temuan baru di pelbagai bidang – falsafah dan 1

Transcript of quantum teaching2.doc

Page 1: quantum teaching2.doc

*PEMBELAJARAN KUANTUM SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN *

**Oleh: Djoko Saryono

Hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbuktiselalu kurang memuaskan berbagai pihak (yang berkepentingan – stakeholder).Hal tersebut setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama,perkembangan kebutuhan dan aktivitas berbagai bidang kehidupan selalumeninggalkan proses/hasil kerja lembaga pendidikan atau melaju lebih dahuludaripada proses pengajaran dan pembelajaran sehingga hasil-hasil pengajarandan pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungioleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian (yang baru)dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan pengajaran membuat paradigma,falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada sekarang tidak memadai atautidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatiftentang hasil pengajaran dan pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuanparadigma, falsafah, dan metodologi pengajaran dan pembelajaran. Dengandemikian, diharapkan mutu dan hasil pembelajaran dapat makin baik danmeningkat.

Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran – disamping juga menyelaraskan dan menyerasikan proses pembelajaran denganpandangan-pandangan dan temuan-temuan baru di pelbagai bidang – falsafah danmetodologi pembelajaran senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui, dandikembangkan oleh berbagai kalangan khususnya kalanganpendidikan-pengajaran-pembelajaran. Oleh karena itu, falsafah dan metodologipembelajaran silih berganti dipertimbangkan, digunakan atau diterapkan dalamproses pembelajaran dan pengajaran. Lebih-lebih dalam dunia yang lepaskendali atau berlari tunggang-langgang (runway world – istilah AnthonyGiddens) sekarang, falsafah dan metodologi pembelajaran sangat cepat berubahdan berganti, bahkan bermunculan secara serempak; satu falsafah danmetodologi pembelajaran dengan cepat dirasakan usang dan ditinggalkan,kemudian diganti (dengan cepat pula) dengan dan dimunculkan satu falsafahdan metodologi pembelajaran yang lain, malahan sering diumumkan ataudipopulerkan secara serentak beberapa falsafah dan metodologi pembelajaran.

Tidak mengherankan, dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telahberkelebatan (muncul, populer, surut, tenggelam) berbagai falsafah danmetodologi pembelajaran yang dipandang baru-mutakhir meskipun akar-akar atausumber-sumber pandangannya sebenarnya sudah ada sebelumnya, malah jauhsebelumnya. Beberapa di antaranya (yang banyak dibicarakan, didiskusikan,dan dicobakan oleh pelbagai kalangan pembelajaran dan sekolah) dapatdikemukakan di sini, yaitu pembelajaran konstruktivis, pembelajarankooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajarankontekstual (*contextual teaching and learning*, CTL), pembelajaran berbasisprojek (*project based learning*), pembelajaran berbasis masalah (*problembased learning*), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran kuantum (

1

Page 2: quantum teaching2.doc

*quantum learning*).

Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, falsafahdan metodologi pembelajaran kuantum yang disebut terakhir tampak relatiflebih populer dan lebih banyak disambut gembira oleh pelbagai kalangan diIndonesia berkat penerbitan beberapa buku mengenai hal tersebut olehPenerbit KAIFA Bandung [Quantum Learning, Quantum Business, dan QuantumTeaching] – di samping berkat upaya popularisasi yang dilakukan olehperbagai pihak melalui seminar, pelatihan, dan penerapan tentangnya.Walaupun demikian, masih banyak pihak yang mengenali pembelajaran kuantumsecara terbatas – terutama terbatas pada bangun (konstruks) utamanya.Segi-segi kesejarahan, akar pandangan, dan keterbatasannya belum banyakdibahas orang. Ini berakibat belum dikenalinya pembelajaran kuantum secarautuh dan lengkap.

Sejalan dengan itu, tulisan ini mencoba memaparkan ihwal pembelajarankuantum secara relatih utuh dan lengkap agar kita dapat mengenalinya lebihbaik dan mampu menempatkannya secara proporsional di antara pelbagaifalsafah dan metodologi pembelajaran lainnya – yang sekarang juga berkembangdan populer di Indonesia. Secara berturut-turut, tulisan ini memaparkan (1)latar belakang atau sejarah kemunculan pembelajaran kuantum, (2) akar-akaratau dasar-dasar teoretis dan empiris yang membentuk bangun pembelajarankuantum, dan (3) pandangan-pandangan pokok yang membentuk karakteristikpembelajaran kuantum dan (4) kemungkinan penerapan pembelajaran kuantumdalam berbagai bidang terutama bidang pengajaran sekolah. Paparan ini lebihmerupakan rekonstruksi pembelajaran kuantum yang didasarkan atas pemahamandan persepsi penulis sendiri daripada resume atau rangkuman ataspikiran-pikiran pencetusnya.

*LATAR BELAKANG KEMUNCULAN*Tokoh utama di balik pembelajaran kuantum adalah *Bobbi DePorter*, seorangibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dankeuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidangpembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajarankuantum. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasanpembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletakKirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. SuperCampsendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahanyang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembangapotensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama EricJansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie,DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasanpembelajaran kuantum kepada para remaja di SuperCamp selama tahun-tahun awaldasawarsa 1980-an. "Metode ini dibangun berdasarkan pengalaman danpenelitian terhadap 25 ribu siswa dan sinergi pendapat ratusan guru diSuperCamp", jelas DePorter dalam Quantum Teaching (2001: 4). "Di SuperCampinilah prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum Learning menemukanbentuknya", ungkapnya dalam buku Quantum Learning (1999:3).

2

Page 3: quantum teaching2.doc

Pada tahap awal perkembangannya, pembelajaran kuantum terutama dimaksudkanuntuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja dirumah atau ruang-ruang rumah; tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategipembelajaran untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi di sekolah atauruang-ruang kelas. Lambat laun, orang tua para remaja juga meminta kepadaDePorter untuk mengadakan program program pembelajaran kuantum bagi mereka."Mereka telah melihat hal yang telah dilakukan Quantum Learning padaanak-anak mereka, dan mereka ingin belajar untuk menerapkan teknik danprinsip yang sama dalam hidup dan karier mereka sendiri – perusahaankomputer, kantor pengacara, dan tentu agen-agen realestat mereka. Demikianlingkaran ini terus bergulir", papar DePorter dalam Quantum Business(2001:27). Demikianlah, metode pembelajaran kuantum merambah berbagai tempatdan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah(parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai denganlingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnyapembelajaran kuantum merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yangbersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.

Falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang telah dikembangkan,dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan,dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku *Quantum Learning:Unleashing The Genius in You*. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun1992 oleh Dell Publishing New York. Pada tahun 1999 muncul terjemahannyadalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung denganjudul Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Bukuyang ditulis oleh DePorter bersama Mike Hernacki – mitra kerja DePorter yangmantan guru dan pengacara – tersebut memaparkan pandangan-pandangan umum danprinsip-prinsip dasar yang membentuk bangun pembelajaran kuantum.Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam bukuQuantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan ataudiimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah). Penerapan,pemraktikan, dan atau pengimplementasian pembelajaran kuantum di lingkunganbisnis termuat dalam buku *Quantum Business: Achieving Success ThroughQuantum Learning* yang terbit pertama kali pada tahun 1997 dan diterbitkanoleh Dell Publishing, New York. Buku yang ditulis oleh DePorter bersama MikeHernacki ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh BasyrahNasution dan diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung pada tahun 1999 denganjudul Quantum Business: Membiasakan Berbisnis secara Etis dan Sehat.

Sementara itu, penerapan, pemraktikkan, dan pengimplementasian pembelajarankuantum di lingkungan sekolah (pengajaran) termuat dalam buku *QuantumTeaching: Orchestrating Student Success* yang terbit pertama kali tahun 1999dan diterbitkan oleh Penerbit Allyn and Bacon, Boston. Buku yang ditulisoleh DePorter bersama Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie ini sudahditerjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ary Nilandari dan diterbitkan olehPenerbit KAIFA Bandung pada tahun 2000 dengan judul Quantum Teaching:Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.

Dapat dikatakan bahwa ketiga buku tersebut laris (best-seller) di pasar.

3

Page 4: quantum teaching2.doc

Lebih-lebih terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Terjemahan bahasaIndonesia buku Quantum Learning dalam tempo tiga tahun sudah cetak ulangtiga belas kali; buku Quantum Business sudah cetak ulang lima kali dalamtempo dua tahun; dan buku Quantum Teaching sudah cetak ulang tiga kali dalamtempo satu tahun. Hal tersebut sekaligus memperlihatkan betapa populer danmenariknya falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum di Indonesia danbagi komunitas masyarakat Indonesia. Popularitas dan kemenarikanpembelajaran kuantum makin tampak kuat-tinggi ketika frekuensipenyelenggaraan seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, dan pengujicobaanpembelajaran kuantum di Indonesia makin tinggi.

*AKAR-AKAR LANDASAN*Meskipun dinamakan pembelajaran kuantum, falsafah dan metodologipembelajaran kuantum tidaklah diturunkan atau ditransformasikan secaralangsung dari fisika kuantum yang sekarang sedang berkembang pesat. Tidakpula ditransformasikan dari prinsip-prinsip dan pandangan-pandangan utamafisika kuantum yang dikemukakan oleh Albert Einstein, seorang tokoh terdepanfisika kuantum. Jika ditelaah atau dibandingkan secara cermat, istilahkuantum [quantum] yang melekat pada istilah pembelajaran [learning] ternyatatampak berbeda dengan konsep kuantum dalam fisika kuantum.

Walaupun demikian, serba sedikit tampak juga kemiripannya. Kemiripannyaterutama terlihat dalam konsep kuantum. Dalam fisika kuantum, istilahkuantum memang diberi konsep perubahan energi menjadi cahaya selain diyakiniadanya ketakteraturan dan indeterminisme alam semesta. Sementara itu, dalampandangan DePorter, istilah kuantum bermakna "interaksi-interaksi yangmengubah energi menjadi cahaya" dan *istilah pembelajaran kuantum bermakna"interaksi-teraksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semuakehidupan adalah energi"*.

Di samping itu, dalam pembelajaran kuantum diyakini juga adanya keberagamandan intedeterminisme. Konsep dan keyakinan ini lebih merupakan analogi rumusTeori Relativitas Einstein, bukan transformasi rumus Teori RelativitasEinstein. Hal ini makin tampak bila disimak pernyataan DePorter bahwa "Rumusyang terkenal dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahayakuadrat sama dengan energi. Mungkin Anda sudah pernah melihat persamaan iniditulis sebagai E=mc2.

Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalahmeraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agarmenghasilkan energi cahaya" (1999:16). Jelaslah di sini bahwaprinsip-prinsip pembelajaran kuantum bukan penurunan, adaptasi, modifikasiatau transformasi prinsip-prinsip fisika kuantum, melainkan hanya sebuahanalogi prinsip relativitas Einstein, bahkan analogi term/konsep saja. Jadi,akar landasan pembelajaran kuantum bukan fisika kuantum.

Pembelajaran kuantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dariberbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrogramanneurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada. Di samping itu,

4

Page 5: quantum teaching2.doc

ditambah dengan pandangan-pandangan pribadi dan temuan-temuan empiris yangdiperoleh DePorter ketika mengembangkan konstruk awal pembelajaran kuantum.Hal ini diakui sendiri oleh DePorter. Dalam Quantum Learning (1999:16) diamengatakan sebagai berikut.

Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepartan belajar,dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yanglain, seperti:• *Teori otak kanan/kiri (brain hemisphere)*• Teori otak triune (3 in 1)• Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)• Teori kecerdasan ganda• Pendidikan holistik (menyeluruh)• Belajar berdasarkan pengalaman• Belajar dengan simbol• Simulasi/permainan

Sementara itu, dalam Quantum Teaching (2000:4) dikatakannya sebagai berikut.

*Quantum Teaching* adalah *badan ilmu pengetahuan dan metodologi yangdigunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi SuperCamp*. Diciptakanberdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov),Multiple Intelegences (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder danBandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, CooperativeLearning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective Instruction(Hunter).

Dua kutipan tersebut dengan gamblang menunjukkan bahwa ada bermacam-macamakar pandangan dan pikiran yang menjadi landasan pembelajaran kuantum.Pelbagai akar pandangan dan pikiran itu diramu, bahkan disatukan dalamsebuah model teoretis yang padu dan utuh hingga tidak tampak lagi asalnya –pada gilirannya model teoretis tersebut diujicobakan secara sistemis sampaiditemukan bukti-bukti empirisnya.

Di antara berbagai akar pandangan dan pikiran yang menjadi landasanpembelajaran kuantum yang dikemukakan oleh DePorter di atas, tidak dapatdipungkiri bahwa pandangan-pandangan teori sugestologi atau pembelajaranakseleratif Lozanov, teori kecerdasan ganda Gardner, teori pemrogramanneurolinguistik (NLP) Grinder dan Bandler, dan pembelajaran eksperensial[berdasarkan pengalaman] Hahn serta temuan-temuan mutakhir neurolinguistikmengenai peranan dan fungsi otak kanan mendominasi atau mewarnai secara kuatsosok [profil] pembelajaran kuantum.

Teori kecerdasan ganda, teori pemograman neurolinguistik, dan temuan-temuanmutakhir neurolinguistik sangat berpengaruh terhadap pandangan dasarpembelajaran kuantum mengenai kemampuan manusia selaku pembelajar –khususnya kemampuan otak dan pikiran pembelajar. Selain itu, dalam batastertentu teori dan temuan tersebut juga berpengaruh terhadap pandangan dasar

5

Page 6: quantum teaching2.doc

pembelajaran kuantum tentang perancangan, penyajian, dan pemudahan[fasilitasi] proses pembelajaran untuk mengembangkan dan melejitkanpotensi-diri pembelajar – khususnya kemampuan dan kekuatan pikiranpembelajar.

Sementara itu, pembelajaran akseleratif, pembelajaran eksperensial, danpembelajaran kooperatif sangat berpengaruh terhadap pandangan dasarpembelajaran kuantum terhadap kiat-kiat merancang, menyajikan, mengelola,memudahkan, dan atau mengorkestrasi proses pembelajaran yang efektif danoptimal – termasuk kiat memperlakukan faktor-faktor yang menentukankeberhasilan proses pembelajaran.

*KARAKTERISTIK UMUM*Walaupun memiliki akar landasan bermacam-macam sebagaimana dikemukakan diatas, pembelajaran kuantum memiliki karakteristik umum yang dapatmemantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampakmembentuk sosok pembelajaran kuantum sebagai berikut.• Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisikakuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Olehkarena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajarditurunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teoripsikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. Dapat dikatakan di sinibahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan erat dengan fisika kuantum –kecuali analogi beberapa konsep kuantum. Hal ini membuatnya lebih bersifatkognitif daripada fisis.• Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukanpositivistis-empiris, "hewan-istis", dan atau nativistis. Manusia selakupembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, dayamotivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secaramaksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semuausaha yang dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang sebagaigejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada padamanusia dilihat dalam perspektif humanistis.• Pembelajaran kuantum lebih bersifat *konstruktivis(tis)*, bukanpositivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. Karena itu,menurut hemat penulis, nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran kuantumrelatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantummerupakan salah satu cerminan filsafat konstruktivisme kognitif, bukankonstruktivisme sosial. Meskipun demikian, berbeda dengan konstruktivismekognitif lainnya yang kurang begitu mengedepankan atau mengutamakanlingkungan, pembelajaran kuantum justru menekankan pentingnya perananlingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal danmemudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.• Pembelajaran kuantum berupaya memadukan [mengintegrasikan], menyinergikan,dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar denganlingkungan [fisik dan mental] sebagai konteks pembelajaran. Atau lebih tepatdikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak memisahkan dan tidakmembedakan antara res cogitans dan res extenza, antara apa yang di dalam danapa yang di luar. Dalam pandangan pembelajaran kuantum, lingkungan

6

Page 7: quantum teaching2.doc

fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnyadan saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiranatau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulanyang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.• Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu danbermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksitelah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum.Karena itu, pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnyainteraksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Disini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksibermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakatalamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilanpembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi cahaya harusdihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses pembelajaran. Dalam kaitaninilah komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran kuantum.• Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajarandengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajarandiandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut pembelajarankuantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilantinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkanproses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Disini pelbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnyapencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yangnyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segalasesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan padasatu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatanpembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.• Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran prosespembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks,santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraanmenimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. Karena itu, pembelajaranharus dirancang, disajikan, dikelola, dan difasilitasi sedemikian rupasehingga dapat diciptakan atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiahdan wajar. Di sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harusbekerja secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dankewajaran proses pembelajaran.• Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan prosespembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutumembuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebabitu, segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuanpembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam hubunganinilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagipembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai.Pengalaman yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan karena hal inihanya membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat dilakukanupaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak danpada pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Halini perlu dilakukan secara seimbang.

7

Page 8: quantum teaching2.doc

• Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isipembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan,landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, danrancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yangprima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar-untuk-belajar, danketerampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung,bagaikan sebuah orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanyaakan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanyasecara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi;ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuahorkestra.• Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilanakademis, keterampilan [dalam] hidup, dan prestasi fisikal atau material.Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang danrelatif sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa hanya salah satu diantaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanyaterbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namunlebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untukitu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujudkombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, danprestasi fisikal.• Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagianpenting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, prosespembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dankeyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping itu,proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalamdiri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalanproses pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwakesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan ataukegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses pembelajarandikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment danreward) tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu terus-menerus dikembangkan dandimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif yang dimilikioleh pembelajar, kemungkinan berhasil dalam pembelajaran akan makin tinggi.Dikatakan demikian sebab "Nilai-nilai ini menjadi kacamata yang dengannyakita memandang dunia. Kita mengevaluasi, menetapkan prioritas, menilai, danbertingkah laku berdasarkan cara kita memandang kehidupan melalui kacamataini", ungkap DePorter dalam Quantum Business (2000:54).• Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukankeseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakansebagai kata kunci selain interaksi. Karena itu, dalam pembelajaran kuantumberkembang ucapan: Selamat datang keberagaman dan kebebasan, selamat tinggalkeseragaman dan ketertiban!. Di sinilah perlunya diakui keragaman gayabelajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitaspembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metodepembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajarpembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan metodepembelajaran.

8

Page 9: quantum teaching2.doc

• Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalamproses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuatpembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

*PRINSIP-PRINSIP UTAMA*Prinsip dapat berarti (1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima ataudikenal dan (2) sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental.Pembelajaran kuantum juga dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma, danatau doktrin fundamental mengenai dengan pembelajaran dan pembelajar.Setidak-tidaknya ada tiga macam prinsip utama yang membangun sosokpembelajaran kuantum. Ketiga prinsip utama yang dimaksud sebagai berikut.

1. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: *Bawalah Dunia Mereka(Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita(Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar)*. Setiap bentuk interaksidengan pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metodepembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut. Prinsip tersebutmenuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar sebagai langkah pertamapembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatanotentik memasuki kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar dapatmemanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titiktolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baikdalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menujukesadaran dan ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan,maka baik pembelajar maupun pembelajar akan memperoleh pemahaman baru. Disamping berarti dunia pembelajar diperluas, hal ini juga berarti duniapengajar diperluas. Di sinilah Dunia Kita menjadi dunia bersama pengajar danpembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar.

2. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaranmerupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur,pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar chord inidapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran kuantum.

Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini.*1. Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara*Dalam pembelajaran kuantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaransampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai sikap guru, mulaikertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran,semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.*2. Ketahuilah bahwa Segalanya Betujuan*Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyaitujuan. Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan. Baik pembelajar maupunpengajar harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.*3. Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan*Proses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalamiinformasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.Dikatakan demikian karena otak manusia berkembang pesat dengan adanyastimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu.

9

Page 10: quantum teaching2.doc

*4. Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran*Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar. Dikatakan demikiankarena pembelajaran berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanandi samping berarti membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pembelajarmelakukan langkah keluar ini, mereka patut memperoleh pengakuan ataskecakapan dan kepercayaan diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuatkesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.*5. Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan*Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak puladirayakan keberhasilannya. Perayaaan atas apa yang telah dipelajari dapatmemberikan balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positifdengan pembelajaran.

3. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harusberdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perludiartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan inibahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran kuantum.

Ada delapan prinsip keunggulan – yang juga disebut delapan kunci keunggulan– yang diyakini dalam pembelajaran kuantum. Delapan kunci keunggulan itusebagai berikut.*• Terapkanlah Hidup dalam Integritas*Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahirketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu. Hal ini dapat meningkatkanmotivasi belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar. Dengan katalain, integritas dapat membuka pintu jalan menuju prestasi puncak.*• Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan*Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan ataukegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untukbelajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil. Kegagalan janganlahmembuat cemas terus menerus dan diberi hukuman karena kegagalan merupakantanda bahwa seseorang telah belajar.*• Berbicaralah dengan Niat Baik*Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam artipositif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niatbaik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajarpembelajar.*• Tegaskanlah Komitmen*Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikutivisi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan. Untuk itu,mereka perlu melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan. Di sinilahperlu dikembangkan slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang memangharus saya selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.*• Jadilah Pemilik*Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidakmungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu, pengajardan pembelajar harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas mereka.Mereka hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang yangbertanggung jawab.

10

Page 11: quantum teaching2.doc

*• Tetaplah Lentur*Dalam pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedangdilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar, lebih-lebihpengajar, harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan haruspandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. Misalnya,di kelas guru dapat saja mengubah rencana pembelajaran bilamana diperlukandemi keberhasilan siswa-siswanya; jangan mati-matian mempertahankan rencanapembelajaran yang telah dibuat.*• Pertahankanlah Keseimbangan*Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satukesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif danoptimal. Tetap dalam keseimbangan merupakan proses berjalan yang membutuhkanpenyesuaian terus-menerus sehingga diperlukan sikap dan tindakan cermat daripembelajar dan pengajar.

*PANDANGAN TENTANG PEMBELAJARAN DAN PEMBELAJAR*Selain memiliki karakteristik umum dan prinsip-prinsip utama sepertidikemukakan di atas, pembelajaran kuantum memiliki pandangan tertentutentang pembelajaran dan pembelajar. Beberapa pandangan mengenaipembelajaran dan pembelajar yang dimaksud dapat dikemukakan secara ringkasberikut.• Pembelajaran berlangsung secara aktif karena pembelajar itu aktif dankreatif. Bukti keaktifan dan kekreatifan itu dapat ditemukan dalam peranandan fungsi otak kanan dan otak kiri pembelajar. Pembelajaran pasifmengingkari kenyataan bahwa pembelajar itu aktif dan kreatif, mengingkariperanan dan fungsi otak kanan dan otak kiri.• Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila didasarkan padakarakteristik gaya belajar pembelajar sehingga penting sekali pemahaman atasgaya belajar pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga gaya belajar yang harusdiperhitungkan dalam proses pembelajaran, yaitu gaya auditoris, gaya visual,dan gaya kinestetis.• Pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila tercipta atau terdapatsuasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan sehinggakenyamanan, kesenangan, kerileksan, dan kegairahan dalam pembelajaran perludiciptakan dan dipelihara. Pembelajar dapat mencapai hasil optimal bilaberada dalam suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan.Untuk itu, baik lingkungan fisikal, lingkungan mental, dan suasana harusdirancang sedemikian rupa agar membangkitkan kesan nyaman, rileks,menyenangkan, sehat, dan menggairahkan.• Pembelajaran melibatkan lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiranatau potensi diri pembelajar secara serempak. Oleh karena itu, penciptaandan pemeliharaan lingkungan yang tepat sangat penting bagi tercapainyaproses pembelajaran yang efektif dan optimal. Dalam konteks inilah perludipelihara suasana positif, aman, suportif, santai, dan menyenangkan;lingkungan belajar yang nyaman, membangkitkan semangat, dan bernuansamusikal; dan lingkungan fisik yang partisipatif, saling menolong, mengandungpermainan, dan sejenisnya.• Pembelajaran terutama pengajaran membutuhkan keserasian konteks dan isi.Segala konteks pembelajaran perlu dikembangkan secara serasi dengan isi

11

Page 12: quantum teaching2.doc

pembelajaran. Untuk itulah harus diciptakan dan dipelihara suasana yangmemberdayakan atau menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkunganfisikal-mental yang mendukung, dan rancangan pembelajaran yang dinamis.Selain itu, perlu juga diciptakan dan dipelihara penyajian yang prima,pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar yang merangsang untukbelajar, dan keterampilan hidup yang suportif.• Pembelajaran berlangsung optimal bilamana ada keragaman dan kebebasankarena pada dasarnya pembelajar amat beragam dan memerlukan kebebasan.Karena itu, keragaman dan kebebasan perlu diakui, dihargai, dan diakomodasidalam proses pembelajaran. Keseragaman dan ketertiban (dalam arti kekakuan)harus dihindari karena mereduksi dan menyederhanakan potensi dankarakteristik pembelajar. Potensi dan karakteristik pembelajar sangatberagam yang memerlukan suasana bebas untuk aktualisasi atau artikulasi.

*PENUTUP*Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kuantummerupakan sebuah falsafah dan metodologi pembelajaran yang umum yang dapatditerapkan baik di dalam lingkungan bisnis, lingkungan rumah, lingkunganperusahanan, maupun di dalam lingkungan sekolah (pengajaran). Secarakonseptual, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum membawa angin segarbagi dunia pembelajaran di Indonesia sebab karakteristik, prinsip-prinsip,dan pandangan-pandangannya jauh lebih menyegarkan daripada falsafah danmetodologi pembelajaran yang sudah ada (yang dominan watak behavioristis danrasionalisme Cartesiannya). Meskipun demikian, secara nyata, keterandalandan kebaikan falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum ini masih perludiuji dan dikaji lebih lanjut. Lebih-lebih kemungkinan penerapannya dalamlingkungan Indonesia baik lingkungan rumah, lingkungan perusahaan,lingkungan bisnis maupun lingkungan kelas/sekolah (baca: pengajaran). Khususpenerapannya di lingkungan kelas menuntut perubahan pola berpikir parapelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan strukturorganisasi sekolah dan struktur pembelajaran. Jika perubahan-perubahantersebut dapat dilakukan niscaya pembelajaran kuantum dapat dilaksanakandengan hasil yang optimal.

*DAFTAR RUJUKAN*DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: MembiasakanBelajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2000. Quantum Business: MembiasakanBisnis secara Etis dan Sehat. Bandung: Penerbit KAIFA.DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2001. QuantumTeaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung:Penerbit KAIFA.Dryden, Gordon dan Jeanette Vos. 1999. The Learning Revolution: To Changethe Way the World Learns. Selandia Baru: The Learning Web.Giddens, Anthony. 2001. Runway World. Jakarta: Penerbit PT Gramedia PustakaUtama.Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw-Hill.Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Step to Teach Any Subject.Massachusetts: A Simon and Schuster Company.

12