qqq

10
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu “hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Hukum Acara Perdata merupakan peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim atau peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil. Hukum acara perdata mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, cara memeriksa dan cara memutusnya, serta bagaimana pelaksanaan daripada putusannya. Apalagi dalam kehidupan bermasyarakat apabila hak perseorangan di ganggu atau dirugikan, maka orang yang merasa dirugikan tersebut dapat melakukan upaya yang berupa gugatan terhadap pihak merugikan tersebut. Gugatan itu ditujukan kepada Ketua Pengadilan apabila tidak tercapai perdamaian antara pihak yang bersengketa. Dalam seseorang mengadakan aksi untuk mempertahankan haknya atau untuk menuntut apayang menjadi hak nya haruslah menurut ketentuan tata cara yang diatur oleh hukum, yakni hukum yang mengatur bagaimana orang harus mempertahankan haknya yang diatur dalam Hukum Acara Perdata. Menurut Retnowulan Sutantio Hukum Acara Perdata atau disebut juga hukum perdata formil, yaitu “kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yang diatur dalam hukum perdata materil”. Maka dengan demikian seseorang yang akan berperkara dimuka hakim haruslah mengikuti ketentuan yang diatur dalam Hukum Acara Perdata. 1 1 http://repository.fhunla.ac.id/?q=node/26

Transcript of qqq

Page 1: qqq

Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu “hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan permasalahan hukum.

Hukum Acara Perdata merupakan peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim atau peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil. Hukum acara perdata mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, cara memeriksa dan cara memutusnya, serta bagaimana pelaksanaan daripada putusannya.

Apalagi dalam kehidupan bermasyarakat apabila hak perseorangan di ganggu atau dirugikan, maka orang yang merasa dirugikan tersebut dapat melakukan upaya yang berupa gugatan terhadap pihak merugikan tersebut.

Gugatan itu ditujukan kepada Ketua Pengadilan apabila tidak tercapai perdamaian antara pihak yang bersengketa. Dalam seseorang mengadakan aksi untuk mempertahankan haknya atau untuk menuntut apayang menjadi hak nya haruslah menurut ketentuan tata cara yang diatur oleh hukum, yakni hukum yang mengatur bagaimana orang harus mempertahankan haknya yang diatur dalam Hukum Acara Perdata.

Menurut Retnowulan Sutantio Hukum Acara Perdata atau disebut juga hukum perdata formil, yaitu “kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yang diatur dalam hukum perdata materil”. Maka dengan demikian seseorang yang akan berperkara dimuka hakim haruslah mengikuti ketentuan yang diatur dalam Hukum Acara Perdata.1

Dalam pengertian perkara terkandung dua keadaan, yaitu yang pertama adanya perselisihan dan kedua tidak adanya perselisihan.Adanya perselisihan berarti adanya suatu sengketa atau suatu konflik yang harus diselesaikan dan diputuskan oleh pengadilan dan hal ini biasanya disebut dengan gugatan. Dalam suatu gugatan ada seorang penggugat atau lebih yang merasa bahwa mereka yang paling berhak atas sesuatu benda ataupun haknya dilanggar dan pihak tergugat yang melanggar tidak mau secara sukarela melakukan yang diminta oleh mereka atau pihak yang merasa haknya dilanggar, untuk mengetahui siapa yang benar dan berhak itu dibutuhkan bantuan hakim.

Dalam perkara gugatan, hakim bertugas mengadili pihak-pihak yang bersengketa dan memberikan putusannya.Tugas hakim yang demikian itu disebut Yurisdictio Contentiosa, yakni kewenangan mengadili dalam arti yang sebenarnya untuk memberikan suatu keputusan keadilan dalam suatu sengketa yang diperdebatkan oleh para pihak di pengadilan.

Didalam suatu sengketa yang diperdebatkan dan diajukan kemudian oleh seseorang kepada hakim yang berupa suatu gugatan seringkali memerlukan kejelian penanganan dan

1 http://repository.fhunla.ac.id/?q=node/26

Page 2: qqq

kebijaksanaan serta sebagai penegak hukum, wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai yang hidup dan berlaku dalam masyarakat.

Disamping itu juga ada kalanya didalam suatu perkara tertentu memerlukan dan atau mengenai pihak lain yang sebelumnya berada di luar persidangan pengadilan akan tetapi berkaitan dengan perkara gugatan tersebut, yakni pihak ketiga yang sebelumnya tidak dipersoalkan antara penggugat dengan tergugat. Dengan masuknya pihak ketiga ini, maka akan memeperlancar hakim dalam memberikan putusannya serta dapat menghemat biaya bagi yang mengajukannya.

Intervensi atau turut campurnya pihak ketiga ini hanyalah salah satu cara dari berbagai macam ragam cara dalam menyelesaikan suatu perkara perdata. Salah satu cara disini terkandung pengertian, bahwa didalam perkara tertentu diperlukan hadirnya pihak ketiga guna lebih memperlancar penyelesaian perkara tersebut serta dapat menghemat biaya. Dan intervensi ini dapat diajukan oleh para pihak untuk kepentingan mereka ataupun atas kemauannya sendiri untuk menentukan haknya

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan yang merupakan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana peranan intervenient dalam perkara acara perdata?

2. Apa kendala yang dihadapi pihak-pihak sehubungan dengan Intervensi Pihak Ketiga dalam perkara perdata ?

Tujuan suatu proses di muka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan tetap dalam arti suatu keputusan hakim yang tidak dapat di ubah lagi (Incracht Van Gewisde).

Sehubungan dengan hal itu dalam setiap sengketa perdata para pihak yang berperkara selalu mengajukan keinginan keinginannya untuk menyelesaikan sengketa yang dihadapinya itu.Keinginan keinginan yang dapat diajukan oleh para pihak yang berkepentingan itu bermacam macam jenisnya, sampai tercapai suatu tujuan pemeriksaan yang dilimpahkan kepada pengadilan.

Dalam hubungannya dengan penyelesaian perkara perdata ini ada baiknya kita lihat Pasal 4 dari Undang Undang No.48 Tahun 2009 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) : Pengadilan mengadili menurut Hukum dengan tidak . membeda bedakan orang.

Ayat (2) : Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untukdapattercapainya peradilan yang sederhana, cepat, danbiaya ringan

Page 3: qqq

Dari ketentuan tersebut diatas dapat diketahui bahwa dalam rangka memenuhi keinginan para pencari keadilan Pengadilan tidak boleh membeda bedakan orang dalam arti bahwa pengadilan harus mau mengadili setiap perkara yang masuk kepadanya tanpa membeda bedakan orang selama dalam wilayah hukum kewenangannya. Dan juga pengadilan harus membantu para pencari keadilan dan berusaha semaksimal mungkin mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk menyelesaikan perkara tersebut, dalam rangka menjamin hak hak asasi manusia yang mendapatkan perlindungan dalam Negara Indonesia yang berdasarkan Hukum ( rechtstaat ).

Selanjutnya Pasal 10 ayat (1) juga menyatakan sebagai berikut :

“ Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa mengadili dan memutus sesuatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”.

Dari ketentuan tersebut dapat kita ketahui, bahwa dalam rangka memeratakan kesempatan untuk memperoleh keadilan seperti juga bidang bidang lainnya dan juga dalam rangka melengkapi salah satu syarat terwujudnya Negara Hukum (rechtstaat), maka segala perbuatan yang menyangkut dan merugikan setiap orang ataupun hak-haknya para pencari keadilan, maka pengadilan harus dapat mengawasi dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya serta memberikan putusan sesuai dengan hukum yang berlaku.

kemudianPasal 5 ayat (1) Undang Undang No 48 Tahun 2009 itu juga menyatakan, bahwa :

“ Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.”.

Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan, bahwa pengadilan dalam hal ini hakim, apabila ada sesuatu perkara yang diajukan kepadanya akan tetapi masalah tersebut tidak diatur dalam undang undang atau peraturan peraturan lainnyamaka hakim sebagai penegak hukum yang merupakan bagian dari badan peradilan wajib mencari, menggali, mengikuti dan memahami nilai nilai hukum yang hidup dan berlaku dalam masyarakat.

Tentang kaitan lainnya mengenai masalah intervensi ini, baik kita ambil pendapat Achmad Ichsan yang menyebutkan bahwa dalam peradilan antara pihak pihak yang berhadapan terdapat :

1. Pihak Formil :pihak yang mempunyai perkara tetapi tidak berkepentingan sendiri seperti seorang wali, curator dan lain sebagainya.

2. Pihak Materil : pihak yang berkepentingan, pihak yang menjadi subjek dalam perkara.

Adakalanya terjadi apa yang disebut :

3. Tussenkomst : apabila pihak ketiga menempatkan dirinya di tengah tengah dua pihak yang saling berhadapan.

Page 4: qqq

4. Voeging : apabila pihak ketiga menempatkan dirinya disamping salah satu pihak untuk bersama-sama dengan pihak itu menghadapi pihak lainnya.

Dari pendapat tersebut diatas dapat kita ketahui, bahwa dalam peradilan perdata pihak-pihak yang berhadapan terdapat pihak formil, yakni pihak yang berperkara akan tetapi tidak berkepentingan misalnya seorang wali, curator dan lain lain ; dan pihak materil, yakni pihak yang berkepentingan, pihak yang menjadi subjek dalam perkara yang dalam hal ini penggugat asli dan tergugat asli ; juga terdapat pihak ketiga yang masuk dalam peradilan tersebut, baik itu masuknya untuk kepentingannya sendiri dalam membela haknya maupun untuk kepentingan para pihak yang menginginkan untuk membantu bersama sama menyerang lawannya.

Kemudian R.Subekti dalam bukunya berjudul Praktek Hukum mengatakan pula, bahwa :

“penggabungan atau penyertaan, adalah : apabila ada suatu perkara yang sedang diperiksa dimuka pengadilan dan ada seorang pihak ketiga yang merasa mempunyai kepentingan dalam perkara yang sedang disidangan itu (misalnya : seorang kawan pemilik, seorang sekutu dari salah satu pihak atau seorang ahli waris yang tidak di ikutsertakan), maka pihak ketiga tersebut diperbolehkan menggabungkan diri (Bahasa Belanda : ZichVoegen) pada salah satu pihak, denganmaksud supaya dapat ikut memperoleh manfaat dari putusan hakim yang nanti akan dijatuhkan itu “.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dimungkinkan adanya seorang pihak ketiga yang merasa mempunyai kepentingan dalam suatu perkara yang sedang disidangkan untuk menggabungkan diri pada salah satu pihak dengan harapan akan memperoleh manfaat dari putusan yang akan dijatuhkan hakim.

Selanjutnya R.Subekti , juga menyatakan sebaga berikut :

“Pencampuran atau Intervensi, adalah seorang pihak ketiga yang merasa mempuyai kepentingan sendiri lepas dari kepentingan kedua belah pihak yang sedang berperkara diperbolehkan meminta kepada hakim untuk dimasukan sebagai pihak yang mencampuri atau intervenient dalam sengketa yang sedang diperiksa oleh hakim itu.Misalnya : seorang yang merasa menjadi pemilik barang yang sedang dipertengkarkan antara dua pihak dalam suatu perkara “.

Sehubungan pendapat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan adanya seorang pihak ketiga yang demi membela hak nya agar dapat dimasukan sebagai pihak yang mencampuri dalam sengketa yang sedang diperiksa oleh hakim terlepas dari kepentingan para pihak lainnya.

Page 5: qqq

Untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak dibahas dan diteliti serta dalam mengembangkan klasifikasi fakta serta untuk membimbing kosep, selanjutnya kita lihat penapat R. Supomo,yang menyatakan sebagai berikut ;

“jika pihak ketiga itu akan membela penggugat atau akan membela tergugat, maka intervensi demikian disebut : Voeging.

Jika pihak ketiga itu tidak memihak salah satu dari partai, melainkan untuk membela kepentingannya sendiri terhadap penggugat atau tergugat, maka intervensi demikian disebut :Tussenkomst.

Untuk kedua macam intervensi tersebut pihak ketiga itu harus berkepentingan, artinya kepentingannya akan terganggu, jikalau ia tidak mencampuri proses atau dengan mencampuri itu dapat mempertahankan haknya “.

Dengan demikian bertitik tolak dari pendapat pendapattesebut diatas maka dapatlah dsimpulkan, bahwa intervensi pihak ketiga ini biasa timbul karena dua sebab. Pertama, yang di sebut Voeging, jikalau pihak ketiga itu masuknya kedalam suatu proses peradilan perdata karena membela salah satu pihak, baik penggugat maupun tergugat ; kedua sebagai Tussenkomst, jika pihak ketiga tersebut masuk dalam proses persidangan dengan tidak memihak salah satu pihak atau partai akan tetapi untuk membela kepentingannya atau haknya sendiri.

Selanjutnya R.Suomo, menjelaskan bahwa di dalam Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (B.R.V / R.V) ada juga mengenal pemanggilan pihak ketiga kedalam suatu proses, untuk menanggung (vrijwaren), agar supaya tergugat dapat bebas dari tuntutan yang dapat merugikan dia.

Dan ditegaskan pula oleh beliau, bahwa dalam H.I.R dan R.Bg tidak mengenal Voeging, Tuessenkomst atau Vrijwaring, tidak mengenal proses dengan pihak ketiga atau Drie Partijen Procedure.

Didalam Hukum Acara Perdata, inisiatif yaitu ada atau tidak adanya suatu perkara biasanya timbul dan diawali oleh seseorang atau beberapa orang yang merasa bahwa haknya atau hak mereka dilanggar.

Berlainan dengan Hukum Acara Pidana, dimana ada atau tidak adanya sesuatu perkara pada umumnya tidak selalu tergantung pada inisiatif orang yang dirugikan saja akan tetapi juga bahkan sebagian besar inisiatif berasal dari penegak hukum.

Oleh karena dalam Hukum Acara Perdata, inisiatif ada pada seorang atau beberapa orang yang merasa hakyna dilanggar yang dalam hal ini disebut penggugat, maka penggugat disini mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses sidang perkara. Perkara diajukan dengan berbagai argumentasi dan dalil-dalil serta keterangan yang cukup, yaitu tentang adanya

Page 6: qqq

hubungan hukum antara para pihak yang tercakup pada bagian fundamentum petendi, sebagai dasar dari petitum, yaitu apa apa yang dituntut oleh pihak penggugat.

Diantara keinginan-keinginan para pihak tesebut, antara lain adalah memanggil pihak ketiga yang dirasakan oleh pemohon, bahwa dengan masuknya pihak ketiga kedalam proses peradilan diharapkan dapat membantu dan memperkuat tentang eksistensi haknya yang tersangkut dalam perselisihan tersebut berdasar atas suatu peraturan Hukum Perdata.

Apabila pelaksanaan hak dan kewajiban dalam Hukum Perdata itu dengan tepat dapat dilakukan secara penarikan pihak dalam sidang di muka hakim, maka sudah selayaknya hakim memperbolehkan penarikan pihak ketiga itu kedalam proses perkara itu, walaupun tidak tertulis didalam peraturan perundang- undangan yang mengatur Hukum Acara Perdata yang masih tersebar dalam peraturan-peraturan tersendiri.

Kemudian, apabila dalam suatu proses peradilanantara penggugat dan tergugat menyangkut kepentingan atau hak dari pihak ketiga, maka sudah selayaknya juga jika pihak ketiga itu turut campur dalam proses di muka hakim itu. Memang benar, apabila pihak ketiga yang mempunyai hak atau kepentingan itu tidak turut campur kedalam proses yang berangkutan, maka dia masih dapat mempertahankan hak-hak nya dalam suatu proses tersendiri, akan tetapi segala sesuatu akan lebih lancar dan dapat menghemat biaya serta dapat menghindarkan putusan-putusan yang saling bertentangan, jikalau dia tidak langsung turut campur secara intervensi tersebut.

Di dalam negara Indonesia yang bedasarkan hukum (Rechtstaat), masyarakat menginginkan apabila ada suatu perkara dapat diselesaikan seluruhnya melalui hukum dan dihadapkan segala pihak yang bersangkutan, sehingga bukan saja pihak ketiga harus diperbolehan ikut berperkara, akan tetapi hakim pula diberi kekuasan atas inisiatifnya sendiri memanggil seorang pihak ketiga supaya ikut berperkara, jika pihak ketiga sungguh sungguh langsung berkepentingan terhadap soal yang menjadi perkara tersebut.

Denan demikian intervensi di Pengadilan Negeri ini bukan harus ada dan berjalan menurut hukum tertulis dan tidak tertulis saja, akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan praktek di Pengadilan Negri.

Dan sebagaimana yang kita harapkan bersama, bahwa dalam proses penegakan hukum, yakni kepastian hukum agar bisa memancakan keadilan. Maka kaitannya dengan hal tersebut saya kira setiap hakim menyadari betapa susahnya menjatuhkan putusan yang memenuhi persyaratan kualitas demikin itu. Tidak mudah baginya ditengah tengah rimba hukum seperti sekarang ini, untuk membangun keputusan yang benar dari segi peraturan dan sekaligus juga adil secara nuraniah.

Dengan demikian dalam teknisnya hukum dikembangkan secara konstruktif, sedang dalam hubungan serta kaitannya dengan kemasyarakatan diusahakan agar dapat menjadi bagian dari nilai-niali kehidupan masyarakat yang di junjung tinggi.

Page 7: qqq

Berdasarkan pada uraian –uaraian terdahulu, maka penulis dapat berasumsi, bahwa siapapun dapat mengajukan permohonan intervensi dalam suatu proses peradilan di muka hakim yang mengadili pekara tersebut.