Q&A Stefan Bruun, MD of Lion and Lion - the Digital Agency, the Marketeers Magazine 02/2014, Bahasa...

3
EET EET Q & A - BEST & WORST - TIPS - OPINION UBAH PARADIGMA DI NEGERI YANG BELUM TEREDUKASI STEFAN BRUUN GLOBAL MANAGING DIRECTOR LION&LION THE-MARKETEERS.COM // FEB 2014 // 037 meet feb.indd 37 1/23/2014 10:13:06 PM

Transcript of Q&A Stefan Bruun, MD of Lion and Lion - the Digital Agency, the Marketeers Magazine 02/2014, Bahasa...

Page 1: Q&A Stefan Bruun, MD of Lion and Lion - the Digital Agency, the Marketeers Magazine 02/2014, Bahasa Indonesia

EETEET Q & A - BEST & WORST - TIPS - OPINION

UBAH PARADIGMA DI NEGERI YANG BELUM TEREDUKASI

STEFAN BRUUNGLOBAL MANAGING DIRECTOR LION&LION

THE-MARKETEERS.COM // FEB 2014 // 037

meet feb.indd 37 1/23/2014 10:13:06 PM

Page 2: Q&A Stefan Bruun, MD of Lion and Lion - the Digital Agency, the Marketeers Magazine 02/2014, Bahasa Indonesia

Semakin terdigitalisasinya dunia marketing dan pentingnya platform dunia maya untuk memperkenalkan merek kepada konsumen membuat Indonesia di lirik banyak investor. Tidak hanya pemain dengan model business to consumer (B2C), tetapi para pelaku business to business (B2B) pun tertarik melakukan pemasaran melalui internet.

Menurut Global Managing Director Lion&Lion Stefan Bruun, dunia digital ber-kembang pesat dengan semakin tinggi nya penggunaan smartphone. Tingginya minat yang besar dari para merek untuk meningkatkan awareness lewat dunia maya inilah yang dijajal Lion&Lion.

Sebagai perusahaan konsultan digital marketing, Lion&Lion hadir untuk men-ciptakan rasa baru di dunia marketing. Lalu seperti apa bisnis dan pandangan Lion&Lion di Indonesia? Simak wawancara Jaka Perdana dari Marketeers dengan pria asal Denmark tersebut, yang juga merupakan salah satu pembicara di MarkPlus Conference 2014.

Seperti apa bisnis Anda di Indonesia?

Bisnis Lion&Lion di Indonesia sama dengan di negara lain. Awalnya, sebagian besar dari kami bukan berlatar belakang agensi. Mayoritas tim Lion&Lion dulunya adalah entrepreneur yang membangun perusahaan sendiri. Kami mempelajari berbagai sosial media untuk kemudian belajar mengetahui bagaimana caranya membangun sebuah startup. Pada akhirnya kami menggunakan pengetahuan itu untuk membantu para startup tersebut untuk berkembang.

Inti bisnis kami adalah membantu sebuah perusahaan yang ingin punya bisnis digital, namun tidak punya pengalaman di bidang ini sebelumnya. Kami bantu dari banyak hal, mulai dari strategi hingga menentukan hasil akhir yang harus dilakukan perusahaan itu. Kami sudah banyak bekerjasama dengan berbagai brand mulai dari AirAsia, IKEA, SingTel, hingga AXA.

Jadi, apakah itu termasuk konsultan dan agensi?

Ya, kami menggabungkan konsultan serta agensi. Dan, bisnis itu menjadikan Lion&Lion berbeda ketimbang perusahaan lainnya.

Di Indonesia, Lion&Lion dipimpin oleh seorang Managing Director bernama Boye Hartmann. Ia punya pengalaman lebih dari 25 tahun di dunia marketing dan advertising, termasuk untuk Dentsu dan Ericsson. Sebagai ahli di bidang mobile marketing, Boye diharapkan mampu membawa marketing ke level yang baru.

Anda mengatakan bermula dari membina start up. Berarti Anda pernah melahirkan start up?

Saya sendiri adalah pendiri banyak startup. Sebelum mendarat di Lion&Lion, saya adalah Vice President di Groupon Asia dan pernah berkecimpung di dunia perbankan lewat Morgan Stanley di London. Setelah itu saya menjadi Chief Marketing Offi cer untuk wilayah Asia Pasifi k di Rocket Internet. Perusahaan ini adalah tempat saya membidani lahirnya berbagai startup seperti Zalora, Lazada, FoodPanda, dan lain-lain dengan skala global. Setidaknya ada 30

perusahaan yang pernah saya tangani. Sekarang pun banyak startup yang sedang coba dikerjakan dan dikembangan di sini. Kami berharap akan ada banyak lagi startup yang dibantu oleh Lion&Lion.

Apa diferensiasi Lion&Lion dibanding kompetitor lain?

Kami berangkat dari startup dan kini punya peran sebagai agensi. Tolok ukur performa kami bukan hanya

meningkatkan awareness sebuah brand, bukan seberapa banyak orang klik dan masuk ke situs. Tetapi, lebih pada meningkatkan engagement kepada konsumen agar menghasilkan banyak uang.

Caranya dengan mengintegrasikan antara offl ine dan online tersebut. Jadi, kami mengusahakan agar konsumen sebuah brand mau datang tidak hanya di dunia maya, tetapi juga bagaimana mereka datang ke gerai offl ine, sehingga kedua platform tersebut menghasilkan uang. Contohnya adalah ketika Anda mencari barang di sebuah situs online, klik barang yang diinginkan, yang akan muncul adalah bagaimana cara mendapatkannya secara offl ine. Cara itu akan menghasilkan banyak uang dengan modal yang tidak terlalu besar, serta jauh lebih mudah dilakukan.

Diferensiasi yang lain adalah pendekatan kami terhadap online marketing melalui data

serta memaksimalkannya melalui kegiatan harian. Itulah yang Lion&Lion tawarkan. Dan, sejak hadir pada Oktober 2012, kami senang karena sudah memiliki tim lebih dari 75 orang di lima negara berbeda di Asia Tenggara, dan menjadi salah satu agensi digital dengan pertumbuhan tercepat di wilayah ini. Di Indonesia sendiri sumber daya manusia kami sudah berjumlah 10 orang. Saat ini Lion&Lion pun merupakan salah satu partner bisnis Google.

Lion&Lion membantu perusahaan lain dalam untuk memasarkan brand sehingga berkembang dan dikenal. Lalu bagaimana Anda sendiri me-marketing-kan brand Anda?

Kami sendiri belum banyak melakukan kegiatan marketing karena banyak yang datang kepada kami karena tahu dari rekan-rekannya. Klien yang pernah menggunakan jasa kami merekomendasikan Lion&Lion sehingga menjadi sebuah keberuntungan. Intinya adalah bagaimana kami terus melakukan networking dan networking.

Mengapa memilih berbisnis di Indonesia?

Saya pikir Indonesia adalah pasar yang sangat menarik dengan pertumbuhan yang luar biasa. Pasar smartphone terus tumbuh, begitu pun dengan berbagai kegiatan berbasis online. Akibatnya banyak sekali yang belum online, namun berpikir untuk merambah dunia maya. Dari situ akan banyak sekali perubahan dan membuat Indonesia kian menarik. Inilah waktu yang tepat bagi kami untuk berada di sini.

Lalu seperti apa tantangan bisnis Lion&Lion ini?

Tantangannya adalah edukasi. Pasalnya banyak yang tidak tahu apa yang akan dilakukan secara online dan peluang apa yang terdapat di dalamnya. Ada orang yang sudah tahu cara masuk ke dunia online, tetapi sayangnya mereka membawa pemikiran offl ine ke online. Dua hal itu jelas berbeda sehingga banyak yang terlena dengan banyak masuk ke dunia maya, namun pemahamannya kurang.

Bagaimana Anda melihat digital marketing di Indonesia?

Semua orang tahu bahwa mereka harus masuk ke online karena perkembangan smartphone sangat luar biasa. Lalu, yang harus ditekankan adalah bagaimana caranya masuk ke dunia marketing digital karena setiap perusahaan memiliki cara pemasaran yang

038 // FEB 2014 // THE-MARKETEERS.COM

EETEET Q & A - BEST & WORST - TIPS - OPINIONQ & A - BEST & WORST - TIPS - OPINIONQ & AQ & A

“SEKITAR 5 HINGGA 10 TAHUN MENDATANG ONLINE TIDAK HANYA SEBAGAI BAGIAN DARI

KONSUMSI, TETAPI SEBAGAI PRIORITAS MEDIA MARKETING DAN AKAN BANYAK BRAND BERINVESTASI

BESAR-BESARAN,”

meet feb.indd 38 1/23/2014 10:13:07 PM

Page 3: Q&A Stefan Bruun, MD of Lion and Lion - the Digital Agency, the Marketeers Magazine 02/2014, Bahasa Indonesia

berbeda. Itulah yang perlu dilakukan, yaitu edukasi karena tidak semua perusahaan tahu caranya.

Bagaimana dengan pertumbuhannya sendiri?

Eksponensial dan akan terus membesar. Kami datang ke sini karena melihat pasar yang besar itu. Dan, inilah saatnya brand mulai memikirkan bagaimana mereka bisa masuk ke dunia digital. Kalau mereka baru masuk beberapa tahun dari sekarang, biaya untuk melakukannya akan sangat besar sekali dibanding sekarang.

Bagaimana prospek untuk 5 hingga 10 tahun mendatang?

Sekitar 5 hingga 10 tahun mendatang online tidak hanya menjadi bagian dari konsumsi, tetapi sebagai prioritas media marketing dan akan banyak brand berinvestasi besar-besaran.

Seperti apa perbedaan digital marketing di Indonesia dibanding negara lain?

Bila membandingkan Indonesia dengan negara seperti Malaysia, Singapura, dan lain-lain tentunya amat berbeda. Penetrasi

online di sini tidak setinggi negara-negara itu. Brand pun lebih banyak menghabiskan biaya marketing-nya untuk digunakan di media-media outdoor karena lebih mudah terlihat dan dijangkau. Itu menjadi tantangan bagaimana mendorong brand-brand Indonesia masuk ke dunia digital.

Faktor apa yang paling memengaruhi bisnis Lion&Lion di Indonesia?

Yang menarik adalah sejak mendarat di sini kami sudah punya kesempatan untuk membentuk paradigma baru di bisnis yang digeluti ini. Saya secara pribadi mungkin terlalu muda untuk mengambil kesempatan tersebut di Amerika Serikat ataupun di Eropa. Jadi kesempatan untuk membentuk paradigma pasar yang baru di Indonesia ini adalah suatu kebanggaan buat saya. Kesempatan tersebut adalah faktor paling berharga.

Indonesia selalu membawa nama kultur sebagai identitas, yang otomatis membawa pengaruh terhadap perilaku konsumen di pasar. Bagaimana Anda melihatnya?

Saya berdomisili di Malaysia dan untuk beberap aspek tidak ada yang berbeda.

Indonesia sangat mementingkan sebuah relationship, sebuah hubungan. Itu sejalan dengan kami yang ingin memiliki hubungan dengan brand-brand Indonesia, tidak hanya untuk jangka pendek, tetapi juga untuk jangka panjang. Sebagai akses untuk membentuk hubungan tersebut, akan sangat baik jika bisa beradaptasi dengan kultur tersebut dan menghasilkan trust dengan klien-klien kami.

Apa rencana Lion&Lion untuk jangka pendek maupung jangka panjang?

Kami ingin menjadi partner digital pilihan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dan, kami sendiri tidak berharap menjadi yang terbesar, namun ingin menjadi pilihan utama. Saat ini, kami sudah bekerjasama dengan perusahaan dari berbagai industri, mulai dari perbankan, telekomunikasi, bahkan hingga pengacara.

Sebagai orang Eropa, Anda pasti menyenangi sepakbola. Punya klub kesayangan?

Tentu saja. Di Malaysia saya rutin bermain sepakbola setiap minggu bersama kawan-kawan di sana. Dan, saya adalah penggemar klub FC Kopenhagen, Denmark.

meet feb.indd 39 1/23/2014 10:13:09 PM