PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

68
1 PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh: 1. Nama : Pemuda Muhammadiyah, dalam hal ini diwakili oleh Dahnil Anzar Simanjuntak selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Alamat : Jalan Menteng Raya Nomor 62 Menteng, Jakarta Pusat; Sebagai----------------------------------------------------------------------------Pemohon I; 2. Nama : Nasyiatul Aisyiah, dalam hal ini diwakili oleh Dyah Puspitarini selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah Alamat : Jalan Menteng Raya Nomor 62 Menteng, Jakarta Pusat; Sebagai--------------------------------------------------------------------------Pemohon II; 3. Nama : Ikatan Pelajar Muhammadiyah, dalam hal ini diwakili oleh Velandani Prakoso selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammdiyah Alamat : Jalan Menteng Raya Nomor 62 Menteng, Jakarta Pusat; Sebagai--------------------------------------------------------------------------Pemohon III; 4. Nama : Yayasan Lembaga Pemberdayaan Sosial Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh Dr. Sudibyo Markus selaku SALINAN Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Transcript of PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

Page 1: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

1

PUTUSAN

Nomor 81/PUU-XV/2017

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

[1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2002 tentang Penyiaran dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

diajukan oleh:

1. Nama : Pemuda Muhammadiyah, dalam hal ini diwakili oleh

Dahnil Anzar Simanjuntak selaku Ketua Umum

Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah

Alamat : Jalan Menteng Raya Nomor 62 Menteng, Jakarta

Pusat;

Sebagai----------------------------------------------------------------------------Pemohon I;

2. Nama : Nasyiatul Aisyiah, dalam hal ini diwakili oleh Dyah

Puspitarini selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat

Nasyiatul Aisyiah

Alamat : Jalan Menteng Raya Nomor 62 Menteng, Jakarta

Pusat;

Sebagai--------------------------------------------------------------------------Pemohon II;

3. Nama : Ikatan Pelajar Muhammadiyah, dalam hal ini diwakili

oleh Velandani Prakoso selaku Ketua Umum Pimpinan

Pusat Ikatan Pelajar Muhammdiyah

Alamat : Jalan Menteng Raya Nomor 62 Menteng, Jakarta

Pusat;

Sebagai--------------------------------------------------------------------------Pemohon III;

4. Nama : Yayasan Lembaga Pemberdayaan Sosial Indonesia,

dalam hal ini diwakili oleh Dr. Sudibyo Markus selaku

SALINAN

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 2: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

2

Penasehat Yayasan Lembaga Pemberdayaan Sosial

Indonesia

Alamat : Jalan Hidup Baru Raya Nomor 2 RT/RW 04/10,

Gandaria Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Sebagai--------------------------------------------------------------------------Pemohon IV;

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus masing-masing bertanggal 12 Juni 2017,

memberi kuasa kepada Ifdhal Kasim, S.H., Hery Chariansyah, S.H., M.H., Julius

Ibrani, S.H., Muhammad Solihin Saiful, S.H., M.H., dan Gufroni, S.H., M.H.,

para Advokat yang tergabung dalam Tim Kuasa Hukum Koalisi Nasional

Masyarakat Sipil untuk Pelarangan Total Iklan Rokok, bertindak secara sendiri-

sendiri maupun bersama-sama untuk dan atas nama pemberi kuasa;

Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------------------------para Pemohon;

[1.2] Membaca permohonan para Pemohon;

Mendengar keterangan para Pemohon;

Memeriksa bukti-bukti para Pemohon.

2. DUDUK PERKARA

[2.1] Menimbang bahwa para Pemohon telah mengajukan permohonan

bertanggal 25 September 2017 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah

Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal

4 Oktober 2017 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor

165/PAN.MK/2017 dan telah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi

pada tanggal 17 Oktober 2017 dengan Nomor 81/PUU-XV/2017, yang telah

diperbaiki dan diterima Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 13 November 2017,

pada pokoknya menguraikan hal-hal sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Rokok adalah produk olahan tembakau adalah merupakan barang

yang sangat berbahaya dimana penggunaan dan paparan penggunaannya

dapat menyebabkan kesakitan bahkan kematian. Lebih dari 70.000 artikel

ilmiah menunjukkan bahwa merokok menyebabkan kanker, mulai dari kanker

mulut sampai kanker kandung kemih, penyakit jantung dan pembuluh darah,

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 3: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

3

penyakit pembuluh darah otak, bronkritis kronik, emfisema, asma, pneumonia,

dan penyakit saluran nafas lainnya. Bahkan konsumsi rokok atau produk

tembakau saat ini merupakan penyebab kematian yang berkembang paling

cepat di dunia bersamaan dengan HIV/AIDS. (Profil Tembakau Indonesia,

Tobacco Control Support Center (TCSC) – IAKMI, 2007, Hal. 16.)

Fakta rokok berbahaya bagi kesehatan ini juga diakui oleh industri

rokok sendiri, David O’Reilly, scientific director, British American Tobacco pada

tahun 2014 menyatakan, “Selama hidupnya, setengah dari perokok saat ini

bisa meninggal secara prematur karena kebiasaan merokok”.

Dengan demikian, dalam fakta empiris dan kebenaran ilmiah, rokok

sebagai produk olahan tembakau memang benar adanya dan diakui sebagai

produk yang berbahaya bagi kesehatan.

Pada mata rantai bisnis rokok, untuk menjual produk yang berbahaya

bagi kesahatan, industri rokok memerlukan sistem marketing yang dapat

memanipulasi persepsi tentang bahaya rokok. Oleh karena nya iklan dan

promosi rokok menjadi strategi marketing utama Industri Rokok yang paling

ampuh dan efektif untuk menyampaikan rangkaian informasi yang dapat

mengkaburkan fakta bahwa sebenarnya rokok adalah produk yang berbahaya

bagi kesehatan baik bagi penggunannya maupun bagi orang-orang yang

terpapar penggunaan rokok.

Karena secara logika, rokok sebagai produk adiktif yang mengandung

ribuan zat kimia yang berbahaya dimana penggunaannya dapat menyebabkan

kesakitan serta berpotensi membunuh penggunanya membutuhkan strategi

marketing yang dapat menyamarkan dampak bahaya produk rokok tersebut,

sehingga dapat diterima oleh konsumen sebagai produk yang normal dan

biasa-biasa saja.

Untuk menyamarkan bahaya penggunaan produk rokok, Industri rokok

menampilkan rokok sebagai produk yang dikesankan keren, gaul, percaya diri,

setia kawan, macho, dan lain sebagainya, sehingga dapat diterima oleh

konsumen sebagai produk yang normal. Ridhwan Hasan, Pakar komunikasi

yang pernah menjadi direktur kreatif sebuah biro iklan di Jakarta, pada

pokoknya menyatakan:

“Dengan dukungan dana yang hampir tidak terbatas, industry rokok

memang jago bermain di wilayah “Insight” yang dalam istilah

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 4: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

4

periklanan adalah sebuah area yang dengan tepat menyentuh sisi

psikologi konsumen. Begitu menonton iklan konsumen akan langsung

merasa berasosiasi dengan subyek dan topik dalam tayangan iklan. Si

konsumen akan berkata dalam hati: itu gue banget.”

Di Indonesia, Industri rokok dapat menyiarkan dan mengabarkan

produknya melalui iklan hampir disemua jalur komunikasi. Yang ada hanya

pembatasan tentang materi iklan yang akhirnya dinikmati oleh industri rokok

sebagai bagian dari sistem marketing.

Keprihatinan inilah yang mendorong para Pemohon untuk mengajukan

Permohonan a quo ke hadapan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Tujuannya untuk melindungi generasi muda saat ini dan yang akan datang

untuk tidak terdorong menjadi perokok dan tidak terjebak dalam pemikiran

yang salah bahwa rokok adalah produk yang normal.

Para Pemohon meyakini bahwa pengajuan Permohonan ini adalah

sebuah momentum untuk mengubah kebijakan dan hukum di Indonesia untuk

lebih berpihak terhadap perlindungan generasi muda dan seluruh rakyat

Indonesia dari paparan dan pengaruh rokok sebagai produk yang bersifat

adiktif.

Para Pemohon juga percaya bahwa putusan yang akan dijatuhkan

oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia akan dicatat dalam lembaran

sejarah bangsa Indonesia.

II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENGUJI UNDANG-

UNDANG TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

1. Bahwa salah satu kewenangannya yang diberikan UUD 1945 kepada

Mahkamah Kosntitusi adalah kewanangan untuk menguji Undang-Undang

terhadap Undang-Undang Dasar, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 24C

UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat

pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk

menguji undang-undang terhadap Undang Undang Dasar,

memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang

kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus

pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil

pemilihan umum”.

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 5: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

5

2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagaimana yang diberikan oleh UUD

1945 diatur lebih lanjut dalam undang-undang berikut:

a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 70,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5266), selanjutnya disebut “UU

Mahkamah Konstitusi” (vide bukti P-4), khususnya Pasal 10 ayat (1)

huruf a yang berbunyi:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat

pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk:

a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ....”.

b. Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 157,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5076), selanjutnya disebut “UU KK”

menyatakan:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat

pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk:

a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

3. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan

kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan

dibawahnya termasuk Mahkamah Konstitusi;

4. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2004 tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan mengatur bahwa

secara hierarkhis kedudukan UUD 1945 lebih tinggi dari undang-undang, oleh

karenanya setiap ketentuan undang-undang tidak boleh bertentangan dengan

UUD 1945. Dengan demikian, jika terdapat ketentuan dalam Undang-Undang

yang bertentangan dengan UUD 1945 maka ketentuan tersebut dapat

dimohonkan untuk diuji melalui mekanisme pengujian Undang-Undang;

5. Bahwa mengacu kepada ketentuan tersebut di atas, Mahkamah Konstitusi

berwenang untuk melakukan pengujian konstitusionalitas suatu undang-

undang terhadap UUD 1945;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 6: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

6

6. Bahwa, berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, Mahkamah Konstitusi

berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan pengujian Undang-

Undang terhadap UUD 1945. Dan oleh karenanya Para Pemohon, memohon

agar sudilah kiranya Mahkamah Konstitusi menerima permohonan dan

menetapkan persidangan yang memeriksa, mengadili dan melakukan

persidangan permohonan pengujian materil terhadap ketentuan Pasal 46

ayat (3) huruf c yang berbunyi “promosi rokok yang memperagakan wujud

rokok” Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (vide

bukti P-2) dan Pasal 13 huruf c yang berbunyi, “peragaan wujud rokok dan

atau penggunaan rokok” Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang

Pers (vide bukti P-3) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 (vide bukti P-1) yakni Pasal 28A, Pasal 28B ayat (2),

Pasal 28H ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 28I ayat (1) dan ayat (4).

III. TENTANG KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) DAN KEPENTINGAN

KONSTITUSIONAL PARA PEMOHON

1. Bahwa kedudukan hukum/legal standing merupakan syarat yang harus

dipenuhi oleh setiap pemohon untuk mengajukan permohonan pengujian

undang-undang terhadap UUD 1945 kepada Mahkamah Konstitusi

sebagaimana diatur di dalam Pasal 51 ayat (1) UU Mahkamah Konstitusi:

“Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau Hak

Konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:

a. perorangan warga negara Indonesia;

b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai

dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;

c. badan hukum publik atau privat; atau

d. lembaga negara.”

2. Bahwa Hak Konstitusional didefenisikan pada Penjelasan Pasal 51 ayat (1)

UU Mahkamah Konstitusi (vide bukti P-4) yang berbunyi:

“Yang dimaksud dengan “hak konstitusional” adalah hak-hak yang

diatur dalam UUD NRI 1945.”

3 Bahwa dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU-III/2005 dan

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/PUU-V-2007 telah menentukan 5

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 7: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

7

(lima) sayarat kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) UU Mahkamah Konstitusi, sebagai berikut:

a. adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon yang diberikan

oleh UUD 1945;

b. hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut dianggap telah dirugikan

oleh berlakunya Undang-Undang yang di mohonkan pengujiannya;

c. hak dan/atau kewenangan tersebut bersifat spesifik (khusus) dan aktual

atau setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat

dipastikan akan terjadi;

d. adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara kerugian

dimaksud dengan berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan

pengujian;

e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka

kerugian konstitusional tersebut tidak akan atau tidak terjadi lagi;

3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, terdapat 2 (dua) syarat yang

harus dipenuhi untuk menguji apakah para Pemohon memiliki kedudukan

hukum (legal standing) dalam perkara Pengujian Undang-Undang, yaitu:

a. Memenuhi kualifikasi untuk bertindak sebagai pemohon sebagaimana

diuraikan dalam Pasal 51 ayat (1) UU Mahkamah Konstitusi;

b. Bahwa hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon tersebut

dirugikan dengan berlakunya suatu ketentuan undang-undang;

4. Bahwa untuk selanjutnya pembahasan secara terperinci mengenai legal

standing masing-masing Pemohon akan diuraikan di bawah ini.

A. TENTANG KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON I,

PEMOHON II, PEMOHON III DAN PEMOHON IV

A.1. PEMOHON I

1. Bahwa Pemohon I adalah badan hukum publik yang didirikan menurut

hukum Indonesia berdasarkan Akta Notaris Nomor 3 yang dikeluarkan

oleh Hendro Lukito, SH., tentang Anggaran Dasar Organisasi Pemuda

Muhammadiyah tertanggal 27 April 2009 (bukti P-5) yang beralamat di

Gedung Pusat Dakwah Muhammdiyah, Jalan Menteng Raya Nomor 62,

Menteng, Jakarta Pusat, yang dalam hal ini diwakili oleh pengurusnya

yakni Dahnil Anzar Simanjuntak dalam kedudukannya sebagai Ketua

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 8: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

8

Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah berdasarkan Surat

Keputusan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Nomor 1.5/883/

1438H tentang Penetapan Susunan Personalia Pimpinan Pusat Pemuda

Muhammadiyah Hasil Reshuffle Periode 2014 – 2018 tanggal 29

Desember 2016 (bukti P-6), yang bertindak untuk dan atas nama Pemuda

Muhammadiyah;

2. Bahwa Pemohon I sebagai badan hukum publik, sebagaimana yang

tercantum dalam Pasal 5 Anggaran Dasar (bukti P-7), organisasi

Pemohon I didirikan untuk melakukan usaha yang diantaranya adalah:

Meningkatkan harkat, martabat dan kualitas sumberdaya manusia agar

berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia;

Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;

Mengupayakan penegakan hukum, keadilan dan kebenaran serta

meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat.

3. Bahwa Pemohon I sebagai badan hukum publik mengatur tentang

Batasan usia yang menjadi anggota organisasi, yang menjadi salah satu

fokus perjuangan organisasi yaitu Pemuda Islam, warga negara Indonesia

yang berusia 18 - 40 Tahun sebagaimana yang diatur pada Pasal 6

Anggaran Dasar Pemuda Muhammadiyah;

4. Bahwa Pemohon I sebagai organisasi non pemerintah semenjak didirikan

sampai saat ini secara aktif dan terus menerus dan sesuai statute

organisasi melakukan kegiatan dalam bidang, keagamaan, kemanusian,

advokasi kebijakan yang berpihak terhadap hak asasi manusia dan

pemberdayaan masyarakat, diantaranya:

a. Melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mendorong

peningkatan harkat, martabat dan kualitas sumber daya manusia agar

berkemampuan tinggi dan berkahlaq mulia;

b. Kegiatan-kegiatan upaya kepedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan

c. Kegiatan peningkatan kualitas kesehatan dan kesejahteraan manusia;

d. Turut serta dalam upaya penegakkan hukum, keadilan dan kebenaran

serta pembelaan terhadap masyarakat.

5. Bahwa Pemohon I dalam pelaksanaan fungsi keorganisasiannya untuk

melakukan pembelaan terhadap nilai-nilai kemanusia dan hak asasi

manusia telah terlibat dalam upaya perlindungan masyarakat dari bahaya

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 9: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

9

rokok sebagai produk yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat

menimbulkan kesakitan bahkan kematian;

6. Bahwa Pemohon I, sebagai bentuk pembelaan dan keberpihakan

terhadap nilai-nilai kemanusia dan hak asasi manusia dalam kegiatan

perlindungan masyarakat dari bahaya rokok, telah melakukan beberapa

kegiatan dan upaya yang diantaranya:

a. melakukan edukasi bahaya rokok kepada anggota Pemuda

Muhammadiyah dan masyarakat;

b. mengkampanyekan gerakan ayah hebat yang salah satu indikatornya

adalah tidak merokok dan berhenti merokok;

c. melakukan diskusi-diskusi terkait dengan pelarangan iklan rokok dalam

pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Penyiaran;

d. melakukan upaya advokasi pelarangan iklan rokok pada pembahasan

Rancangan Undang-Undang tentang Penyiaran melalui

penyelenggaraan konferensi pers maupun audiensi dengan pihak-

pihak yang terkait yakni DPR RI, Menteri Komunikasi dan Informatika

Republik Indonesia dan Komisi Penyiaran Indonesia.

7. Bahwa dalam melaksanakan fokus pekerjaan dan fungsi organisasi,

Pemohon I mempunyai hak konstitusional yang diberikan UUD 1945

khususnya Pasal 28C ayat (2) UUD 1945, yang menyatakan:

“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam

memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun

masyarakat, bangsa dan negaranya”.

8. Bahwa Pemohon I sebagai organisasi atau badan hukum publik yang

melakukan upaya pembelaan dan advokasi kepentingan umum secara

konstitusional telah dirugikan hak dan kepentingan konstitusionalnya

atas keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran yang berbunyi

“promosi rokok yang memperagakan wujud rokok” dan Pasal 13

huruf c UU Pers yang berbunyi “peragaan wujud rokok dan atau

penggunaan rokok”, karena:

a. Keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

Huruf c UU Pers berdampak hukum terhadap diperbolehkannya iklan

dan promosi produk rokok di media penyiaran dan media cetak.

Padahal rokok adalah produk adiktif yang penggunaannya dapat

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 10: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

10

mengakibatkan kesakitan dan kematian serta berdampak terhadap

permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat.

b. Oleh karenanya keberadaan Pasal 46 ayat (3) Huruf c UU Penyiaran

dan Pasal 13 huruf c UU Pers dapat mengurangi dan/atau

menghambat kepentingan konstitusional Pemohon I untuk melakukan

usaha-usaha meningkatkan kualitas dan sumber daya anggota

organisasinya yang merupakan generasi muda yang menjadi korban

dan sasaran iklan dan promosi rokok;

c. Keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

huruf c UU Pers juga dapat mengurangi dan/atau menghambat hak

konstitusional Pemohon I untuk melakukan usaha-usaha yang

menjadi fokus perjuangan dan mandat statute organisasi Pemohon I

secara optimal, yakni:

Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

dan kualitas kesehatan manusia agar berkemampuan tinggi. Karena

keberadaan iklan dan promosi rokok telah mendorong dan/atau

menjadi faktor penyebab meningkatnya konsumsi rokok dikelompok

usia anak muda;

Usaha-usaha untuk mendorong peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Karena berdasarkan banyak penelitian, keberadaan

iklan dan promosi rokok membuat persepsi bahwa rokok adalah hal

yang biasa dan wajar, hal ini membuat keinginan masyarakat yang

menjadi perokok untuk berhenti merokok menjadi rendah.

Sementara itu data yang ada, di Indonesia mayoritas perokok

adalah masyarakat ekonomi rendah yang menghabiskan sebagian

besar pendapatan ekonominya untuk membeli rokok.

9. Bahwa Pemohon I, berdasarkan anggaran dasar organisasinya juga

memiliki kewajiban untuk turut serta mengupayakan penegakan hukum,

keadilan dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap

masyarakat;

10. Bahwa dengan demikian Pemohon I memiliki kepentingan dan kerugian

atas hak konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1)

UU Mahkamah Konstitusi.

A.2. LEGAL STANDING PEMOHON II

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 11: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

11

1. Bahwa Pemohon II adalah badan hukum publik yang didirikan menurut

hukum Indonesia berdasarkan Akta Notaris Nomor 29 yang dikeluarkan

oleh Heri Sabto Widodo, SH., tentang Anggaran Dasar Organisasi

Nasyiatul Aisyiah tertanggal 12 September 2009 (bukti P-8) yang

beralamat di Gedung Pusat Dakwah Muhammdiyah, Jalan Menteng Raya

Nomor 62, Menteng, Jakarta Pusat, yang dalam hal ini diwakili oleh Dyah

Puspitarini dalam kedudukannya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat

Nasyiatul Aisyiyah berdasarkan Keputusan Pimpinan Pusat Nasyiatul

Aisyiah Nomor 01/SK/PPNA/X/2016 tentang Pengangkatan Pimpinan

Pusat Nasyiatul Aisyiyah Periode 2016 – 2020 tanggal 29 Oktober 2016

(bukti P-9), yang bertindak untuk dan atas nama Nasyiatul Aisyiyah;

2. Bahwa Pemohon II sebagai badan hukum publik, sesuai dengan Pasal 6

Anggaran Dasar-nya (bukti P-10), Organisasi didirikan untuk melakukan

usaha yang diantaranya:

a. Mendidik dan membina kader-kader pimpinan untuk kepentingan

agama, organisasi dan masyarakat kearah sumber daya manusia yang

berkualitas;

b. Menggerakkan usaha-usaha penyuluhan dalam meningkatkan

kesdaran akan nilai-nilai moral, hak asasi manusia, demokrasi, hukum

dan perdamaian sesuai dengan pesan luhur ajaran Islam.

3. Bahwa Pemohon II sebagai organisasi berbasis kader atau anggota

memiliki kader atau anggota putri islam warga negara Indonesia yang

berumur 17 – 40 Tahun;

4. Bahwa Pemohon II dalam upaya pemberdayaan, pembelan dan advokasi

kepantingan umum, semenjak didirikan sampai saat ini secara aktif dan

terus menerus, sesuai dengan Anggaran Dasar Organisasi telah

melakukan beberapa kegiatan, diantaranya:

a. Program pelayanan remaja sehat, yaitu program pelayanan kesehatan

berbasis komunitas bagi remaja putra dan putri;

b. Pelatihan Paralegal Nasyiah, kegiatan ini ditujukan untuk memperluas

akses bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan;

c. Pengembangan ekonomi kemasyarakat melalui kegiatan Peningkatan

dan Pengembangan Badan Usaha Masyarakat, Training

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 12: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

12

kewirausahaan yang bertujuan untuk menumbuhkan minat wirausaha

dan peningkatan keterampilan kewirausahaan.

5. Bahwa Pemohon II, sebagai bentuk upaya pemberdayaan, pembelan dan

advokasi kepantingan umum dalam kegiatan perlindungan masyarakat dari

bahaya rokok, telah melakukan beberapa kegiatan dan upaya yang

diantaranya:

a. Menyelenggarakan Simposium Perempuan pada Pre-Conference

Meeting 3rd Indonesia Conference on Tobacco or Health (ICTOH)

2016, dengan tema pokok diskusi “Bahaya Rokok Terhadap

Ketahanan Keluarga Serta Kesehatan Perempuan dan Anak”;

b. Menerbitkan Deklarasi Perempuan dan Guru sebagai hasil Simposium

Perempuan pada Pre-Conference Meeting 3rd Indonesia Conference

on Tobacco or Health (ICTOH) 2016, yang pada pokoknya

mendeklarasikan bahwa:

Perwakilan Muhammadiyah, organisasi perempuan dan Guru

berkomitmen untuk melindungi perempuan dan anak dari bahaya

Paparan iklan, sponsor dan promosi rokok, dan oleh Karena itu :

Kami menolak iklan, sponsor dan promosi rokok di berbagai

media, ruang publik, dan di sekolah;

Kami mendesak pemerintah agar membuat kebijakan

pelarangan total iklan, promosi dan sponsor rokok;

Kami mendesak agar pemerintah membuat peraturan yang

mengatur tentang perlindungan kesehatan anak dan

perempuan;

Kami mendesak agar masyarakat sipil untuk menjaga diri dan

keluarga agar terhindar dari paparan bahaya rokok dan

kampanye rokok yang tersebar di berbagai media.

c. Melakukan Audiensi dengan Gubernur D.I. Yogyakarta agar Gubernur

mendorong kenaikan harga rokok dan Peraturan Daerah tentang

larangan merokok diruang public guna menurunkan jumlah perokok;

d. Melakukan advokasi media dalam rangka Peringatan Hari Tanpa

Tembakau Sedunia terkait dengan situasi kenaikan jumlah perokok

perempuan;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 13: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

13

e. Melakukan diskusi pelarangan iklan rokok dalam Rancangan Undang-

Undang tentang Penyiaran di Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2017.

5. Bahwa dalam melaksanakan kegiatan dan fungsi organisasi, Pemohon II

mempunyai hak konstitusional yang diberikan UUD 1945 khususnya Pasal

28C ayat (2) UUD 1945, yang menyatakan:

“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam

memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun

masyarakat, bangsa dan negaranya”.

6. Bahwa Pemohon II sebagai organisasi yang melakukan upaya pembelaan

dan advokasi kepentingan umum khususnya kepentingan perempuan dan

ketahanan keluarga secara konstitusional telah dirugikan hak dan

kepentingan konstitusionalnya atas keberadaan Pasal 46 ayat (3)

huruf c UU Penyiaran yang berbunyi “promosi rokok yang

memperagakan wujud rokok” dan Pasal 13 huruf c UU Pers yang

berbunyi “peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok”, karena:

a. Keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

huruf c UU Pers berdampak hukum terhadap diperbolehkannya iklan

dan promosi produk rokok di media penyiaran dan media cetak.

Padahal rokok adalah produk adiktif yang penggunaannya dapat

mengakibatkan kesakitan dan kematian serta berdampak terhadap

permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat;

b. Oleh karenanya keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran

dan Pasal 13 huruf c UU Pers dapat mengurangi dan/atau

menghambat kepentingan konstitusional Pemohon II untuk melakukan

usaha-usaha meningkatkan kualitas dan sumber daya anggota

organisasinya yang merupakan generasi perempuan usia muda

sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 6 angka 5 Anggaran

Dasar Nasyiatul Aisyiyah (vide bukti P-10);

c. Keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

huruf c UU Pers juga dapat mengurangi dan/atau menghambat hak

konstitusional Pemohon II untuk melakukan usaha-usaha yang

menjadi fokus perjuangan dan mandat statute organisasi Pemohon II

secara optimal, yakni:

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 14: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

14

Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Karena keberadaan iklan dan promosi rokok telah mendorong

dan/atau menjadi faktor penyebab meningkatnya konsumsi rokok

dikelompok usia anak muda yang didalamnya termasuk perempuan

usia muda;

Usaha-usaha untuk mendorong peningkatan kesadaran akan nilai-

nilai moral, hukum dan hak asasi manusia. Karena berdasarkan

banyak penelitian, keberadaan iklan dan promosi rokok mendorong

orang untuk merokok dan membuat persepsi bahwa rokok adalah

hal yang biasa dan wajar. Sehingga orang merasa dapat merokok

dimana saja sehingga dapat berdampak melanggar hukum dan hak

asasi manusia orang lain.

7. Bahwa dengan demikian Pemohon II memiliki kepentingan dan kerugian

atas hak konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1)

UU Mahkamah Konstitusi.

A.3. LEGAL STANDING PEMOHON III

1. Bahwa Pemohon III adalah badan hukum publik yang didirikan menurut

hukum Indonesia berdasarkan Akta Notaris Nomor 12 yang dikeluarkan

oleh Mohamad Rifat Tadjoedin, SH., tentang Anggaran Dasar Ikatan

Pelajar Muhammadiyah tertanggal 08 Februari 2010 (bukti P-11) yang

beralamat di Gedung Pusat Dakwah Muhammdiyah, Jalan Menteng Raya

Nomor 62, Menteng, Jakarta Pusat, yang dalam hal ini diwakili oleh

Velandani Prakoso Prakoso dalam kedudukannya sebagai Ketua Umum

Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah berdasarkan Surat

Keputusan Nomor 17-SK/PP IPM-143/2017 tentang Pengesahan

Reshuffle Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Periode 2016-

2018 tanggal 28 Mei 2017 (bukti P-12), yang bertindak untuk dan atas

nama Ikatan Pelajar Muhammadiyah;

2. Bahwa Pemohon III sebagai badan hukum publik sesuai dengan Pasal 10

Anggaran Dasar organisasi-nya (bukti P-13) memiliki basis pelajar muslim

yang berusia 12 tahun sampai 21 tahun dan berdasarkan Pasal 7

Anggaran Dasar organisasi-nya fokus menjalankan kegiatan dan usaha

organisasi yang diantaranya untuk menunjang pembangunan manusia

seutuhnya;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 15: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

15

3. Bahwa dengan melihat fenomena tingginya konsumsi rokok dan bahaya

dari penggunan rokok yang terjadi di masyarakat terutama di kalangan

pelajar, Pemohon III juga konsisten dalam usaha-usaha mencegah

maupun advokasi terhadap bahaya rokok dan zat adiktif lainnya

dikalangan pelajar, diantaranya menyelenggarakan kampanye pelajar

bebas rokok baik secara langsung disekolah-sekolah maupun kampanye

di media melalui press conference serta terlibat dalam advokasi penguatan

kebijakan yang bertujuan untuk melindungi pelajar dari bahaya rokok;

4. Bahwa kegiatan yang dilakukan Pemohon III dalam melakukan upaya

advokasi dan perlindungan pelajar dari bahaya rokok adalah mandat kerja

organisasi yang didasarkan pada hasil Mukatamar IPM ke XX di

Samarinda menghasilkan kebijakan menyelenggarakan pendidikan kader

advokasi dan menyusun panduan mengenai pendampingan pelajar

terutama yang berkaitan dengan kasus-kasus kekerasan yang menimpa

pelajar dan juga yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas

advokasi pelajar, serta yang berkaitan dengan kepentingan pelajar difabel,

pelajar buruh, dan pelajar yang dilanggar hak-haknya, serta hasil rapat

kerja nasional (RAKERNAS) IPM di UMJ, Ciputat Banten yang

memberikan amanat salah satu program kerja IPM adalah kampanye anti

rokok dan gugatan iklan rokok;

5. Bahwa Pemohon III sebagai badan hukum publik yang merupakan

organisasi non pemerintah telah terbukti secara terus menerus terlibat dan

melakukan upaya perlindungan masyarakat umum khususnya pelajar dari

bahaya rokok sebagai produk yang bersifat adiktif dengan berbagai

dimensi dan bentuk kegiatannya;

6. Bahwa Pemohon III sebagai organisasi yang berbasis kader atau anggota

remaja dan pelajar yang melakukan upaya perlindungan dan peningkatan

kualitas hidup anggotanya serta turut serta mengupayakan adanya

regulasi yang menjamin kepentingan terbaik bagi anak yang dalam hal ini

adalah remaja dan pelajar, jelas secara konstitusional telah dirugikan

hak dan kepentingan konstitusionalnya atas keberadaan Pasal 46 ayat

(3) huruf c UU Penyiaran yang berbunyi “promosi rokok yang

memperagakan wujud rokok” dan Pasal 13 huruf c UU Pers yang

berbunyi “peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok”, karena

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 16: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

16

anak, remaja dan pelajar yang menjadi anggota organisasi Pemohon III,

tidak terlindungi hak-hak konstitusionalnya untuk hidup, tumbuh dan

berkembang dengan adanya peraturan perundang-undangan (regulasi)

yang masih membolehkan iklan dan promosi rokok yang merupakan

produk yang mengancam kesehatan yang baik secara kebenaran ilmiah,

hukum dan empiris memang ditujukan dan/atau menyasar anak-anak,

remaja dan pelajar;

8. Bahwa dengan demikian Pemohon III sebagai organisasi yang memiliki

anggota remaja dan pelajar memiliki kepentingan dan kerugian atas hak

konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) UU

Mahkamah Konstitusi.

A.4. LEGAL STANDING PEMOHON IV

1. Bahwa Pemohon IV adalah badan hukum publik yang didirikan menurut

hukum Indonesia berdasarkan Akta Notaris Nomor 06 yang dikeluarkan

oleh Tatyana Indrati Hasjim, SH., tentang Yayasan Lembaga

Pemberdayaan Sosial Indonesia tertanggal 08 September 2009 (bukti

P-14) yang beralamat di Jalan Hidup Baru Raya, Nomor 2 RT.04 RW.10,

Gandaria Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12140, yang dalam hal

ini berdasarkan Surat Kuasa tertanggal 15 Agustus 2017 yang

ditandatangani Ketua Badan Pengurus Yayasan Lembaga Pemberdayaan

Sosial (Indonesiaan Istitute For Social Development) (bukti P-15), diwakili

oleh Dr. Sudibyo Markus dalam kedudukannya sebagai Dewan Penasehat

Yayasan Lembaga Pemberdayaan Sosial Indonesia (bukti P-16), yang

bertindak untuk dan atas nama Yayasan Lembaga Pemberdayaan Sosial

Indonesia;

2. Bahwa Pemohon IV adalah badan hukum publik yang pendiriannya

mempunyai maksud dan tujuan dibidang sosial dan kemanusiaan yaitu

pemerataan upaya pemberdayaan masyarakat;

3. Bahwa Pemohon IV sebagai badan hukum publik yang fokus terhadap

upaya pembangunan dan pemerataan kesejahateraan sosial memiliki visi

menjadi agen perubahan sosial yang efektif dan memiliki misi:

a. Melaksanakan penguatan kapasitas organisasi masyarakat sipil dalam

mewujudkan keadilan social dan demokratisasi;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 17: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

17

b. Mengembangkan berbagai bentuk best practices dalam kemandirian

masyarakat di bidang-bidang Pendidikan, kesehatan, kesejahteraan,

hukum dan lingkungan.

4. Bahwa Pemohon IV dalam melaksanakan fungsi dan tujuan organisasi-

nya telah melakukan banyak kegiatan yang berkaitan dengan

pembangunan kesejahtera sosial masyarakat baik kegiatan didalam negeri

maupun kegiatan di tingkat internasional yang diantaranya:

a. Tingkat nasional, antara lain:

(i) Pengembangan child save environment untuk anak-anak korban

tsunami di Aceh bekerja-sama dengan Direct Relief International

(DRI, Santa Barbara);

(ii) Menyusun Roadmap Pengendalian Tembakau, yang kemudian

diadop oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai Peta Jalan

Pengendalian Tembakau Kementerian Kesehatan RI

(KepMenkes Nomor 40 Tahun 2014);

(iii) Panduan Pengembangan Forum Masyarakat Madani berdasar

Index Masyarakat Sipil, Expanding Maternal and Neonatal

Survival (EMAS, USAID-Muhammadiyah).

b. Tingkat internasional antara lain:

(i) Mengikuti UN DESA Expert Group Meeting on Vulnerable Group,

New York 1998,

(ii) Menyelenggarakan Expert Group Meeting on Disability,

kerjasama dengan UN DESA New York bekerja sama dengan

Kementerian Sosial RI, Jakarta, 2004,

(iii) International NGO Summit on the Prevention of Drug, Alcohol

and Tobacco Abuse, Yogyakarta, (2014),

(iv) International Civil Society Week (ICSW) bekerja sama dengan

CIVICUS International Johannesburg, Jakarta, 2016,

(v) Menghadiri ICSW Global di Columbia, 2016.

5. Bahwa Pemohon IV untuk menjalankann misi organisasi untuk mendorong

perubahan sosial, meningkatkan kesejahteraan sosial dan kesehatan

masyarakat, telah dalam waktu yang lama dan secara terus menerus

melakukan advokasi pengendalian rokok produk olahan tembakau sebagai

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 18: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

18

gerakan perlindungan bagi masyararakat rentan yakni, anak-anak,

perempuan dan masyarakat miskin;

6. Bahwa Pemohon IV telah melakukan beberapa kegiatan terkait

Pengendalian rokok sebagai produk olahan tembakau, yang diantaranya

adalah:

a. Menginisiasi dan membuat buku Peta Jalan Pengendalian Tembakau

di Indonesia bersama dengan jaringan pengendalian tembakau di

Indonesia, yang hasilnya oleh Kementerian Kesehatan diadopsi dan

menjadi salah satu bahan dasar mengeluarkan keputusan menteri

khusus mengenai Roadmap Pengendalian Tembakau Kementerian

Kesehatan;

b. Pengembangan Dokumen Akademik tentang aksesi FCTC dengan

KOMNAS HAM dan diajukan ke parlemen;

c. Membuat Polling ke masyarakat tentang dukungan masyarakat

terhadap aksesi FCTC bekerja sama dengan Prof. Dr. HAMKA

Universitas Muhammadiyah UHAMKA Jakarta, pada tahun 2013 dan

berlangsung di 8 kota di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Yogyakarta,

Surabaya, Bali. , Pontianak, Makassar, Palembang, untuk mencakup

1.444 responden, dimana 32,2% adalah perokok aktif, 12,1% mantan

perokok dan 55,7% adalah perokok non-perokok;

d. Menerbitkan buku "Petani Tembakau di Indonesia; sebuah paradoks

kehidupan";

e. Bekerjasama dengan Federasi Internasional LSM (IFNGO) dan

Malaysian Association of NGO on Drug Control (PEMADAM) di Kuala

Lumpur mengadakan KTT LSM Internasional Pertama tentang

Penyalahgunaan Tembakau, Alkohol dan Narkoba pada 4-6 Februari

2014;

f. Sebagai bagian dari pendekatan kebijakan kesehatan di luar IISD, IISD

memprakarsai keterlibatan kelompok Antaragama, Komisi Nasional

Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Kelompok Kerja Hak Asasi

Manusia (HRWG, jaringan hak asasi manusia tingkat Asia), Asosiasi

Perguruan Tinggi Swasta Indonesia APTISI) dalam inisiatif

pengendalian tembakau;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 19: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

19

g. Komnas HAM, HRWG, IISD, Muhammadiyah beserta beberapa LSM

lainnya membentuk Koalisi Nasional Masyarakat Sipil untuk

Pengendalian Tembakau, yang menerapkan pendekatan Kebijakan

dalam pengendalian tembakau dengan (a) mengirimkan kertas posisi

kepada presiden Jokowi di masa transisi sehingga menjadi bahan bagi

Presiden Jokowi mengambil kebijakan terkait pengendalian tembakau

(2). Pengembangan Kertas Akademik tentang aksesi FCTC

disampaikan ke parlemen.

7. Bahwa Pemohon IV sebagai organisasi non pemerintah telah terbukti

terlibat dan melakukan upaya perlindungan masyarakat dari bahaya rokok

sebagai produk yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat

menimbulkan kesakitan bahkan kematian dengan berbagai dimensi dan

bentuk kegiatannya;

8. Bahwa dalam melaksanakan kegiatan dan fungsi organisasi, Pemohon IV

mempunyai hak konstitusional yang diberikan UUD 1945 khususnya Pasal

28C ayat (2) UUD 1945, yang menyatakan:

“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam

memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun

masyarakat, bangsa dan negaranya”.

9. Bahwa keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran yang

berbunyi “promosi rokok yang memperagakan wujud rokok” dan Pasal

13 huruf c UU Pers yang berbunyi “peragaan wujud rokok dan atau

penggunaan rokok” telah membuat Pemohon IV sebagai organisasi

secara konstitusional telah dirugikan hak dan kepentingan

konstitusionalnya karena hak konstitusional Pemohon IV untuk

melakukan usaha-usaha meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat

melalui peningkatan derajat kesehatan masyarakat kelompok rentan dan

peningkatan ekonomi masyarakat miskin menjadi terhambat, karena:

a. Iklan rokok sebagai bagian dari marketing strategy industri rokok

memiliki peran penting dan memberikan dampak besar dalam

peningkatan prevalensi perokok, khususnya bagi generasi muda.

Meningkatnya jumlah perokok telah memberikan kerugian besar

kepada masyarakat Indonesia, baik di bidang kesehatan, sosial

maupun ekonomi;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 20: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

20

b. Iklan rokok yang berakibat peningkatan prevalensi perokok sangat

tinggi, merugikan hak-hak konstitusional warga masyarakat untuk

hidup lebih baik, lebih sehat dan sejahtera, serta bertentangan dengan

maksud dan tujuan didirikannya lembaga sosial masyarakat secara

umum, yakni bagi pengembangan kegiatan sosial, keagamaan dan

kemanusiaan.

10. Bahwa dengan demikian Pemohon IV memiliki kepentingan dan kerugian

atas hak konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1)

UU Mahkamah Konstitusi.

B. TENTANG PARA PEMOHON

1. Bahwa Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III adalah organisasi Angkatan

Muda Muhammadiyah yang turut serta dalam setiap program strategis dan

sikap keroganisasian Muhammadiyah;

2. Bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan

yang didirikan pada tanggal 12 November 1912, dan merupakan bagian dari

bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia menyadari peran dan

tanggung jawabnya dalam membebaskan masyarakat dari kemiskinan,

keterbelakangan dan penjajahan, sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan

UU Ormas Nomor 17 Tahun 2013;

3. Bahwa sebagai gerakan kemasyarakatan Islam, Muhammadiyah taat kepada

semua landasan negara, konstitusi dan segenap peratuan perundang-

undangan yang sah dan berlaku. Dan sebagai Organisasi yang terdaftar dalam

Konsultatif Status pada Komite Ekonomi, Sosial dan Budaya (EKOSOB) PBB

(United Nations ECOSOC Committee), Muhammadiyah mendukung

sepenuhnya semua komitmen internasional Pemerintah Republik Indonesia

sebagai bentuk kepatuhan negara hukum, termasuk dalam melindungi

masyarakat dari ancaman bahaya zat adiktif;

4. Bahwa Komitmen Muhammadiyah dalam melindungi masyarakat dari

ancaman bahaya zat adiktif tidak hanya dilakukan melalui program-program

yang bersifat praksis, tetapi juga dilakukan melalui kebijakan politik internal

organisasi yang salah satunya adalah dengan mengeluarkan Fatwa Nomor

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 21: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

21

6/SM/MTT/III/2010 tentang Hukum Merokok yang dikeluarkan oleh MajlisTarjih

PP Muhammadiyah, dengan amar fatwa:

1) Wajib hukumnya mengupayakan pemeliharaan dan peningkatan

derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dan menciptakan

lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya suatu kondisi hidup sehat

yang merupakan hak setiap orang dan merupakan bagian dari

tujuan syariah (maqaasid asy-syariah);

2) Merokok hukumnya adalah haram, karena:

a. Merokok termasuk katagori perbuatan melakukan khabaa’its yang

dilarang dalam Q7:157.

b. Perbuatan merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke

dalam kebinasaan dan bahkan merupakan perbuatan bunuh diri

secara perlahan sehingga oleh karenanya bertentangan dengan

larangan Al Qur’an dalam Q2:195 dan $:29.

c. Perbuatan merokok membahayakan diri sendiri dan orang lain

yang terkena paparan asap rokok.

d. Rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur-unsur

racun yang membahayakan.

e. Merokok jelas membahayakan kesehatan bagi perokok dan orang

sekitar yang tyerkena paparan asap rokok, maka pembelanjaan

uang untuk rokok berarti melakukan perbuatan mubazir yang

dilarang dalam Q 17:26-27.

3) Fatwa Haram merokok Muhammadiyah merekomendasikan:

“Kepada pemerintah diharapkan untuk meratifikasi Framework

Convention on Tobacco Control (FCTC) guna penguatan landasan

bagi upaya pengendalian tembakau dalam rangka pembangunan

kesehatan masyarakat yang optimal , dan mengambil kebijakan yang

konsisten dalam upaya pengendalian tembakau dalam meningkatkan

cukai tembakau hingga pada batas tertinggi yang diizinkan undang-

undang, dan melarang iklan rokok yang dapat merangsang

generasi muda tunas bangsa untuk mencoba merokok, serta

membantu dan memfasilitasi upaya diversifikasi dan alih usaha dan

tanaman bagi petani tembakau.

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 22: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

22

5. Bahwa Fatwa Nomor 6/SM/MTT/III/2010 tentang Hukum Merokok yang

dikeluarkan oleh MajlisTarjih PP Muhammadiyah merupakan keputusan politik

internal organisasi Muhammadiyah yang memastikan komitmen

Muhammadiyah dalam melindungi masyarakat dari ancaman bahaya rokok

sebagai produk adiktif yang salah satunya adalah melalui upaya mendorong

pelarangan iklan dan promosi rokok;

6. Bahwa Pemohon I, Pemohon II dan Pemohon III sebagai organisasi Angkatan

Muda Muhammadiyah juga turut melakukan upaya perlindungan generasi

muda dari bahaya rokok salah satunya dengan melakukan upaya mendorong

lahirnya kebijakan yang melaranag iklan dan promosi produk tembakau;

7. Bahwa berdasarkan uraian tentang Legal Standing Para Pemohon di atas

menunjukkan bahwasanya Pemohon I, Pemohon II, Pemohon III dan

Pemohon IV adalah organisasi-organisasi yang sangat peduli terhadap segala

kebijakan yang menyangkut dengan hasil tembakau, termasuk rokok terkait

dengan upaya memperjuangkan perlindungan, penghargaan dan pemenuhan

hak-hak asasi manusia dan kepentingan umum.

8. Bahwa Maruarar Siahaan, dalam bukunya yang berjudul “Hukum Acara

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia” (Penerbit Sinar Grafika, Jakarta,

2005, hal. 77-78), (bukti P-17) menuliskan:

“dalam perkara Nomor 002/PUU-1/2003 tentang pengujan Undang-

Undang Migas, pemohon merupakan perkumpulan lembaga swadaya

masyarakat yang dalam anggaran dasarnya dikatakan melakukan

kegiatan perlindungan dan advokasi kepentingan umum. MK

berpendapat bahwa terlepas dari terbukti tidaknya kedudukan hukum

para pemohon sebagai badan hukum atau tidak, namun berdasarkan

anggaran dasar masing-masing perkumpulan yang mengajukan

permohonan pengujian UU a quo ternyata bahwa tujuan perkumpulan

tersebut adalah untuk memperjuangkan kepentingan umum (public

interest advocacy) yang di dalamnya tercakup substansi dalam

permohonan aquo. Karenanya MK berpendapat, para pemohon

(LSM) tersebut memiliki legal standing. Sesungguhnya pemberian

legal standing terhadap public interest advocacy (LSM) seperti ini

telah mengadopsi legal standing LSM lingkungan dalam UU Nomor

23 Tahun 1997, sepanjang telah dimuat anggaran dasar dan telah

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 23: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

23

dilakukan kegiatan membela kepentingan lingkungan. Tampaknya

dengan sikap MK dalam beberapa putusan tersebut, telah terjadi

perluasan legal standing dan kerugian konstitusional yang dialami

sebagai syarat memperoleh pengakuan legal standing demikian.

Tetapi pemberian legal standing terhadap LSM yang bergerak di

bidang public interest advocacy tersebut merupakan kemajuan yang

cukup jauh terutama dalam pengujian undang-undang yang saat

dengan perlindungan kepentingan umum dan HAM, standing

pemohon harus diperkenankan secara luas”

9. Bahwa berdasarkan yurisprudensi Mahkamah Konstitusi, lembaga non

pemerintah yang menjalankan kegiatan dan program serta misinya untuk

kepentingan umum termasuk menjalankan advokasi kepentingan publik (public

interest advocacy) diakui mempunyai legal standing sebagai pemohon dalam

permohonan Pengujian Materi Undang-Undang terhadap UUD 1945;

10. Bahwa dengan demikian Pemohon I, Pemohon II, Pemohon III dan Pemohon

IV (para Pemohon), memiliki kewenangan konstitusional sebagaimana yang

diatur dalam Pasal 51 ayat (1) UU Mahkamah Konstitusi;

11. Bahwa oleh karena para Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk

mengajukan Permohonan a quo, maka secara formal Mahkamah Konstitusi

wajib menerima dan menyidangkan Permohon a quo yang diajukan oleh para

Pemohon.

IV. ALASAN-ALASAN PERMOHONAN

A. Dalil bahwa UU Penyiaran Pasal 46 ayat (3) huruf c dan UU Pers Pasal

13 huruf c bertentangan dengan Pasal 28A dan Pasal 28I ayat (1) UUD

1945;

1. Bahwa Pasal 28A UUD 1945 berbunyi sebagai berikut:

“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan

hidup dan kehidupannya”

2. Bahwa lebih Lanjut Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa:

“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan

hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui

sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar

hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat

dikurangi dalam keadaan apapun”

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 24: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

24

3. Bahwa berdasarkan ketentuan pada Pasal 28A dan Pasal 28I ayat (1) UUD

1945, hak untuk hidup termasuk hak untuk mempertahankan hidup

adalah hak asasi manusia dan merupakan hak konstitusional setiap

warga negara Indonesia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan

apapun;

4. Bahwa dalam struktur UUD 1945, Pasal 28A dan Pasal 28I ayat (1) adalah

pasal yang masuk pada bagian BAB X tentang Hak Asasi Manusia , dengan

demikian hak setiap orang untuk hidup dan mempertahankan hidupnya dan

hak hidup merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam

keadaan apapun adalah hak asasi manusia warga negara Republik Indonesia

yang dijamin oleh konstitusi Negara Republik Indonesia;

5. Bahwa hak yang paling asasi (dasar) bagi kehidupan manusia adalah Hak

Hidup. United Nations Human Rights Committee dalam CCPR General

Comment No.6: Article 6, Right ti Life (30 April 1982), menegaskan bahwa hak

untuk hidup (the right to life) adalah supreme rights yang pengurangan

kewajiban (derogation) terhadapnya tidak diijinkan, dalam keadaan

darurat sekalipun. Oleh karenanya Hak Hidup disebut juga sebagai non

derogable rights yaitu hak yang tidak boleh dikurangi dalam keadaan apapun;

6. Bahwa terkait dengan Hak Untuk Hidup yang diatur dalam Pasal 28I ayat (1)

UUD 1945, Mahkamah Konstitusi telah membahasnya dalam Putusan Nomor

019-020/PUU-III/2005 tentang pengujian Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri, Mahakamah Konstitusi dengan suara bulat berpendapat bahwa hak

untuk hidup adalah hak asasi manusia yang sangat penting, sebagaimana

yang tertulis pada Halaman 106 putusan ini (bukti P-18), sebagai berikut:

“Mahkamah berpendapat bahwa hak asasi manusia mengakui hak-hak

yang penting bagi kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa diantara

hak asasi yang lain, hak untuk hidup, hak untuk mempertahankan

hidup dan kehidupan merupakan hak yang sangat penting.

Demikian pentingnya hak untuk hidup dimaksud, sehingga Pasal

28I ayat (1) UUD 1945 menegaskan hak untuk hidup sebagai salah

satu hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.”

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 25: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

25

7. Bahwa dalam hukum di Indonesia, tembakau, produk yang mengandung

tembakau baik dalam bentuk padat, cairan, dan gas diakui secara yuridis

normative sebagai produk yang bersifat adiktif;

8. Bahwa kebenaran yuridis rokok sebagai produk olahan tembakau adalah

produk yang bersifat adiktif juga pada dikuatkan oleh Mahkamah Konstitusi

melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/PUU-VIII/2010, pada bagian

Pendapat Mahkamah dinyatakan:

“….. Apabila Pasal 113 Undang-Undang a quo dipandang kurang tepat

penempatannya di dalam UU 36/2009, dan seandainya pun kemudian

ditempatkan dalam Undang-Undang lain, hal demikian tidak akan

mengubah daya berlaku dari substansi Pasal 113 tersebut. Artinya,

substansi tersebut tetap menjadi sah meskipun tidak dicantumkan

dalam UU 36/2009. Bahkan seandainyapun frasa ”zat adiktif” dalam

Pasal 113 Undang-Undang dihilangkan, hal demikian tidak akan

mengubah fakta bahwa senyatanya tembakau memang

mengandung zat adiktif.”

9. Bahwa secara ilmiah sudah terbukti bahwa nikotin yang terkandung dalam

rokok membuat sifat adiktif dari rokok tersebut, sebagaimana pernyataan

Stanton A. Glantz yang menyebutkan “Moreover, nicotine is addictive…”.

Sebagaimana termuat dalam buku karya Stanton A. Glant, Cs., “The Cigarette

Papers”, sub judul “Addiction and Ciggaretts as Nicotine Delivery Divices”,

University of California Press, 1996, hal. 58.

10. Bahwa zat adiktif yang terkandung dalam daun tembakau sebagai bahan

dasar rokok, sifat adiksinya lebih kuat dibanding banyak zat adiktif lain seperti

alkohol dan ganja. Penelitian dari the Lancet menunjukkan bahwa nikotin

sebetulnya lebih mencandu daripada heroin dan morphin. Menurut Penelitian

di jurnal Lancet tembakau lebih merusak secara fisik dibanding ganja, LSD,

khat dan ekstasi. Sementara dari segi kecanduan, tembakau lebih mencandu

daripada alkohol, ampetamin, ganja, LSD, khat dan eskstasi.

Sebagaimana dikutip dari, D . Nutt, L . King, W . Saulsbury, C . Blakemore

(2007). Development of a rational scale to assess the harm of drugs of

potential misuse. The Lancet, 369, 1047 – 1053. (bukti P-19)

11. Bahwa dengan demikian, kebenaran rokok sebagai produk olahan daun

tembakau adalah produk yang bersifat dan/atau mengandung zat adiktif

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 26: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

26

adalah kebenaran ilmiah sekaligus kebenaran yuridis-formil. Oleh karenanya

rokok sebagai produk yang bersifat adiktif merupakan kebenaran faktual yang

sudah diketahui kebenarannya dan tidak perlu dibuktikan lagi (notoire feiten);

12. Bahwa Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran (vide bukti P-2), berbunyi

sebagai berikut:

“Siaran iklan niaga dilarang melakukan:

a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi,

pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau

merendahkan martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau

kelompok lain;

b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;

c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;

d. hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-

nilai agama; dan/atau

e. eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun.”

13. Bahwa Pasal 13 huruf c UU Pers (vide bukti P-3), berbunyi sebagai berikut:

“Perusahaan iklan dilarang memuat iklan:

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dana tau

mengganggu kerukanan hidup antar umat beragama, serta

bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;

b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.”

14. Bahwa ketentuan pada Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

huruf c UU Pers diatas menjadi dasar dan justifikasi normatif keberadaan iklan

dan promosi rokok di media penyiaran dan media cetak, dan mengandung

norma bahwa iklan rokok dapat dilakukan di media penyiaran dan media cetak

sepanjang tidak menampilkan wujud rokok;

15. Bahwa dengan melihat redaksi Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan

Pasal 13 huruf c UU Pers di atas, promosi rokok yang dilarang adalah yang

memperagakan wujud rokok, sehingga sifat adiktif rokok seakan-akan hilang

karena promosinya tidak memperagakan wujud rokok. Padahal kebenaran

rokok adalah produk yang bersifat adiktif merupakan kebenaran faktual yang

bersifat notoire feiten, yaitu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 27: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

27

16. Bahwa Komisi Penyiaran Indonesia dalam ruang lingkup fungsinya telah

menafsirkan bahwa Siaran iklan niaga adalah Siaran iklan komersial yang

disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan,

memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan barang atau jasa kepada

khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk

yang ditawarkan; (bukti P-20)

17. Bahwa secara yuridis, rokok sebagai produk hasil olahan tembakau yang

bersifat adiktif adalah produk yang dapat mengganggu dan membahayakan

kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan dimana

penggunaanya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian; (bukti P-21)

18. Bahwa dengan demikian secara yuridis formil diakui dan/atau disimpulkan

bahwa iklan dan promosi rokok adalah bagian dari iklan niaga yang bertujuan

untuk memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan rokok

kepada khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan

produk yang ditawarkan dalam hal ini adalah rokok;

19. Bahwa diseluruh dunia, tembakau adalah salah satu penyebab yang paling

penting untuk kecacatan, penderitaan dan kematian premature. Dibanyak

negara tembakau bahkan menjadi penyebab paling penting. lebih dari 4000

bahan kimia telah diidentifikasi dalam asap tembakau, banyak diantaranya

beracun, beberapa bersifat radioaktif. Lebih dari 40 diketahui menyebabkan

kanker. Sebagaimana dikutip dari buku terjemahan dalam bahasa Indonesia,

“Tembakau: Ancaman Global” yang ditulis oleh Jhon Crofton dan David

Simpson yang diterbitkan oleh Elex Media Cumputindo , Jakarta 2009, Hal. 9 -

10; (bukti P-22)

20. Bahwa dampak merokok terhadap kesehatan telah dibuktikan dan sangat

banyak didokumentasikan. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah menunjukkan

bahwa merokok menyebabkan kanker, mulai dari kanker mulut sampai kanker

kandung kemih, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit pembuluh

darah otak, bronkritis kronik, emfisema, asma, pneumonia, dan penyakit

saluran nafas lainnya. Konsumsi produk tembakau saat ini merupakan

penyebab kematian yang berkembang paling cepat di dunia bersamaan

dengan HIV/AIDS. Sebagaimana dikutip dari buku “Profil Tembakau

Indonesia”, yang diterbitkan oleh Tobacco Control Support Center (TCSC) –

IAKMI, 2007, Hal. 16; (bukti P-23)

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 28: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

28

21. Bahwa Fakta rokok berbahaya bagi kesehatan ini juga diakui oleh industri

rokok sendiri, David O’Reilly, scientific director, British American Tobacco pada

tahun 2014 menyatakan, “Selama hidupnya, setengah dari perokok saat ini

bisa meninggal secara prematur karena kebiasaan merokok”. Dr. Pankaj

Chaturvedi, ahli kanker di Mumbai’s Tata Memorial Hospital menyatakan

bahwa 80-90% kanker leher, kepala dan kerongkongan terkait dengan

konsumsi tembakau. Sebagaimana dikutip dari Buku “Tobacco Atlas 2015”,

Hal. 15; (bukti P-24)

22. Bahwa rokok sebagai produk olahan tembakau juga berkontribusi terhadap

banyak kematian didunia. Merokok merupakan penyebab dari 90% kanker

paru pada laki-laki dan 70% pada perempuan dengan angka kematian lebih

dari 85%. Merokok mengurangi separuh usia hidup penggunanya, dan

setengah dari kematian tersebut terjadi diantara usia 30 hingga 69 Tahun.

Merokok memiliki kontribusi terhadap 12% kematian dewasa di dunia.

Sebagaimana dikutip dari buku “Profil Tembakau Indonesia”, yang

diterbitkan oleh Tobacco Control Support Center (TCSC) – IAKMI, 2007, Hal.

16 - 17; (vide bukti P-23)

23. Bahwa efek negatif konsumsi Tembakau terhadap kesehatan telah

menimbulkan banyak sekali korban jiwa. WHO menyebutkan bahwa di tingkat

global konsumsi tembakau sudah menyebabkan 100 juta kematian di abad 20.

Jumlah ini setara dengan korban Perang Dunia (PD) I dan II jika

dikombinasikan. Angka kematian ini bisa meningkat menjadi 1 miliar kematian

di abad 21 jika pola konsumsi tembakau yang ada sekarang terus berlanjut.

Sebagaimana dikutip dari Buku “Tobacco Atlas 2015”, Hal. 13; (vide bukti

P-24)

24. Bahwa di Indonesia, kematian prematur akibat konsumsi rokok biasanya

terjadi rata-rata 15 tahun sebelum umur harapan hidup tercapai. Tahun 2013

diperkirakan dari 1.741.727 kematian karena semua sebab, 240.618 kematian

disebabkan penyakit terkait tembakau. Rinciannya adalah 127.727 laki-laki dan

112.889 perempuan. Sebagaimana dikutip dari Buku “Fakta Tembakau 2014”,

Hal. 13 dan Hal. 37; (bukti P-25)

25. Bahwa uraian di atas membuktikan dalam fakta empiris dan kebenaran ilmiah

serta kebenaran secara yuridis-formil, rokok terbukti dan diakui sebagai produk

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 29: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

29

olahan tembakau yang bersifat adiktif berbahaya bagi kesehatan dan

penggunaanya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian.

26. Bahwa penelitian ilmiah menunjukkan kebiasaan mengisap rokok akan

menjadi awal dari konsumsi bahan adiktif atau psikhotropika yang lebih kuat

(narkoba):

a. National Institute of Health di U.S. dalam Journal Kesehatan 21 November

2011 merilis satu hasil penelitian nya berjudul “Why Nicotine is a

Gateway Drug” , yang melaporkan hasil studinya tentang dampak

kebiasaan merokok yang cenderung meningkat untuk mengkonsumsi zat

adiktif yang lebih keras, yaitu narkoba;

b. Satu survey nasional di U.S menunjukkan bahwa lebih dari 90% pengguna

coccain yang berusia 18-34 tahun adalah perokok;

c. Center on Addiction and Substance Abuse (CASA) Universitas Columbia

pada tanggal 22 Oktober 2011 dalam laporannya berjudul “Are Cigarette a

Gateway Drug” melaporkan bahwa: remaja perokok memiliki potensi 5 kali

lebih kuat untuk minum alkohol dibanding remaja tak merokok, 13 kali lebih

kuat menjadi pemakai marijuana, dan 7 kali lebih kuat menjadi pengguna

cocain dan heroin.

27. Bahwa oleh karenanya, keberadaan iklan rokok yang bertujuan

memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan kepada

khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk

yang penggunaannya dalam jangka panjang dapat menimbulkan kesakitan

dan kematian, merupakan ancaman bagi hak hidup setiap orang;

28. Bahwa berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan iklan

dan promosi rokok yang memang bertujuan untuk mempengaruhi konsumen

agar menggunakan produk rokok dimana dapat menimbulkan kesakitan dan

kematian, merupakan suatu bentuk pengingkaran dan ancaman terhadap hak

untuk hidup. Dan oleh karenanya iklan dan promosi rokok sebagaimana

yang diatur dalam Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

huruf c UU Pers bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 28A dan Pasal 28I

ayat (1);

B. Dalil-dalil bahwa UU Penyiaran Pasal 46 ayat (3) huruf c dan UU Pers

Pasal 13 huruf c bertentangan dengan Pasal 28B ayat (2) UUD 1945;

1. Bahwa Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 berbunyi sebagai berikut:

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 30: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

30

“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang

serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminatif”

2. Bahwa Pasal 28B ayat 2 UUD 1945 memberikan jaminan konstitusional

kepada setiap anak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang serta

mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminatif;

3. Bahwa sebagian norma hak yang diatur pada Pasal 28 ayat (2) UUD 1945

ini, sama dengan norma hak yang diatur pada Pasal 28A dan Pasal 28I

ayat (1) UUD 1945, yaitu hak anak untuk dapat hidup, sehingga anak

mempunyai hak hidup yang sama dengan manusia lainnya (orang dewasa).

Sedangkan hak anak untuk tumbuh dan berkembang adalah jaminan

terhadap hak anak atas keberlangsungan kehidupannya.

4. Bahwa dengan demikian, hak anak untuk dapat hidup, tumbuh dan

berkembang juga termasuk hak konstitusional anak Indonesia yang tidak

dapat dikurangi dalam keadaan apapun;

5. Bahwa Konvensi PBB tentang Hak Anak (Covention on the Rights of the Child)

yang telah diratifikasi oleh Republik Indonesia pada Tahun 1990 melalui

Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990, juga memberikan jaminan

terhadap hak Hidup sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 Konvensi Hak

Anak yang berbunyi:

a. Negara-negara Peserta mengakui bahwa setiap anak memiliki hak

yang merupan kodrat hidup.

b. Negara-negara Peserta semaksimal mungkin akan menjamin

kelangsungan hidup dan pengembangan anak.

6. Bahwa Pasal 6 Konvensi Hak Anak ini memberikan ketentuan yang

mewajibkan kepada setiap negara peserta untuk menjamin hak hidup

(rights to life), kelangsungan hidup dan perkembangan anak (the

survival and development of to child);

7. Bahwa Muhammad Joni pada bukunya yang berjudul “Dalam Perspektif

Konvensi Hak Anak” (1999) menerangkan bahwa Hak terhadap

kelangsungan hidup yaitu hak-hak anak dalam Konvensi Hak anak yang

meliputi hak-hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup (The

rights of life) dan hak untuk memperoleh standard kesehatan tertinggi

dan perawatan yang sebaik-baiknya (the rights to the higest standard of

health and medical care attainable);

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 31: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

31

8. Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran (vide bukti P-2), berbunyi sebagai

berikut:

“Siaran iklan niaga dilarang melakukan:

a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi,

pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau

merendahkan martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau

kelompok lain;

b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;

c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;

d. hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-

nilai agama; dan/atau

e. eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun.”

9. Bahwa Pasal 13 huruf c UU Pers (vide bukti P-3), berbunyi sebagai berikut:

“Perusahaan iklan dilarang memuat iklan:

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dana tau

mengganggu kerukanan hidup antar umat beragama, serta

bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;

b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.”

10. Bahwa ketentuan pada Pasal 46 ayat (3) huruf C UU Penyiaran dan Pasal 13

huruf c UU Pers diatas menjadi dasar dan justifikasi normatif keberadaan iklan

dan promosi rokok di media penyiaran dan media cetak, dan mengandung

norma bahwa iklan rokok dapat dilakukan di media penyiaran dan media cetak

sepanjang tidak menampilkan wujud rokok;

11. Bahwa dengan melihat redaksi Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan

Pasal 13 huruf c UU Pers di atas, promosi rokok yang dilarang adalah yang

memperagakan wujud rokok, sehingga sifat adiktif rokok seakan-akan hilang

karena promosinya tidak memperagakan wujud rokok. Padahal kebenaran

rokok adalah produk yang bersifat adiktif merupakan kebenaran faktual yang

bersifat notoire feiten, yaitu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi;

12. Bahwa iklan rokok adalah segala bentuk komunikasi, rekomendasi atau aksi

komersial dengan tujuan, dampak atau dampak potensial untuk

mempromosikan produk tembakau baik secara langsung maupun tidak

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 32: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

32

langsung. [WHO, Framework Convention on Tobacco Control. Geneva: 2003.

Dikutip dan diunduh dari http://www.who.int/fctc/text_download/en/]; (bukti

P-26)

13. Bahwa Komisi Penyiaran Indonesia dalam ruang lingkup fungsinya telah

menafsirkan bahwa Siaran iklan niaga adalah Siaran iklan komersial yang

disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan,

memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan barang atau jasa kepada

khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk

yang ditawarkan; (vide bukti P-20)

14. Bahwa berdasarkan ketentuan diatas, secara yuridis formil diakui bahwa iklan

dan promosi rokok adalah bagian dari iklan niaga yang bertujuan untuk

memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan rokok kepada

khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk

yang ditawarkan dalam hal ini adalah rokok;

15. Bahwa berdasarkan laporan WHO 2008, merokok merupakan penyebab

kematian yang utama terhadap 7 dari 8 penyebab kematian terbesar di dunia.

Sebagaimana dikutip dari buku “Report on The Global Tobacco Epidemic, “M-

Power Package”, yang diterbitkan oleh World Health Organization (WHO),

2008, Hal.15; (bukti P-27)

16. Bahwa dengan demikian, iklan rokok adalah iklan yang bertujuan

memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan kepada

khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk

yang penggunaannya menimbulkan kesakitan dan kematian;

17. Bahwa oleh karenanya, pada mata rantai bisnis rokok sebagai produk olahan

tembakau yang bersifat adiktif, iklan dan promosi produk rokok menjadi

strategi utama dalam pemasaran rokok. Karena secara logika, rokok sebagai

produk adiktif yang mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya dimana

penggunaannya dapat menyebabkan kesakitan serta berpotensi membunuh

penggunanya membutuhkan strategi marketing yang dapat menyamarkan

dampak bahaya produk rokok tersebut, sehingga dapat diterima oleh

konsumen sebagai produk yang normal dan biasa-biasa saja;

18. Bahwa pada iklan rokok, industri rokok untuk menyamarkan bahaya

penggunaan produk rokok dengan menampilkan rokok sebagai produk yang

dikesankan keren, gaul, percaya diri, setia kawan, macho, dan lain

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 33: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

33

sebagainya, sehingga dapat diterima oleh konsumen sebagai produk yang

normal;

19. Bahwa Ridhwan Hasan, Pakar komunikasi yang pernah menjadi direktur

kreatif sebuah biro iklan di Jakarta, menyatakan:

“Dengan dukungan dana yang hampir tidak terbatas, industry rokok

memang jago bermain di wilayah “Insight” yang dalam istilah periklanan

adalah sebuah area yang dengan tepat menyentuh sisi psikologi

konsumen. Begitu menonton iklan konsumen akan langsung merasa

berasosiasi dengan subyek dan topik dalam tayangan iklan. Si

konsumen akan berkata dalam hati: itu gue banget.”

Sebagaimana dikutip dari buku” Kemunafikan dan Mitos: Dibalik

Kedigdayaan Industri Rokok”, Mardhiyah Chamim, 2007, yang diterbitkan

oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak; (bukti P-28)

20. Bahwa di Indonesia, industry rokok memiliki kebebasan yang luar biasa di

hampir semua jalur komunikasi untuk mengiklankan dan mempromosikan

produknya. Seperti yang disampaikan. PT. HM. Sampoerna dalam laporan

tahunan perusahaan pada tahun 1995:

“Industri Tembakau di Indonesia memiliki kebebasan yang hampir

mutlak untuk mengiklankan produk mereka dalam bentuk apapun dan

melalui hampir semua jalur komunikasi”.

21. Bahwa menurut Dr. Widyastuti Soerojo, siaran iklan dan promosi rokok

memang diarahkan untuk menjaring orang-orang muda yaitu anak-anak dan

remaja bukan orang tua atau kakek-kakek. Sebagaimana dikutip dari tulisan

Widyastuti Soerojo pada Majalah GATRA Edisi 4 Juni 2008 dengan judul

“Pemerintah Tutup Mata Pada Anak Korban Rokok”, Hal. 105; (bukti P-29)

22. Bahwa berbagai hasil riset juga menunjukkan kaitan langsung antara iklan,

promosi dan sponsor rokok dan perilaku awal merokok dikalangan anak dan

remaja, seperti:

1. Alexander et al, yang melakukan penelitian di Australia pada tahun 1983

menemukan bahwa sebagian besar remaja usia 10-12 tahun yang

menyukai iklan rokok akan menjadi perokok satu tahun kemudian;

2. Biener dan Siegel melakukan riset di Amerika pada tahun 2000

menemukan bahwa remaja berusia 12-15 Tahun yang menyebutkan iklan

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 34: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

34

rokok sebagai salah satu iklan favoritnya hamper pasti menjadi perokok

empat tahun berikutnya;

3. Di Spanyol, penelitian yang dilakukan oleh Lopez at al pada tahun 2004

juga menemukan indikasi serupa bahwa remaja yang menyukai kegiatan-

kegiatan promosi rokok biasanya akan memulai merokok dalam dua tahun

berikutnya;

4. Departemen Kesehatan Amerika Serikat merilis hasil pemantauannya atas

bahaya merokok pada tahun 1989 dan menemukan bahwa iklan rokok

memang mendorong anak dan remaja mencoba-coba merokok. Dan

sebagian besar dari mereka kemudian menjadi perokok tetap. Iklan juga

berpengaruh signifikan pada para perokok: membuat mereka

meningkatkan konsumsi rokoknya dan mengurangi motivasinya untuk

berhenti. Bahkan iklan juga bias menggoda para mantan perokok untuk

kembali merokok;

5. Riset resmi pemerintah Amerika juga menemukan bahwa membebaskan/

membiarkan iklan rokok di semua media membuat masyarakat menerima

kebiasaan merokok sebagai hal yang baik dan biasa.

Sebagaimana dikutip dari buku” Pertarungan Untuk Masa Depan: Komisi

Nasional Perlindungan Anak melawan Iklan, Promosi dan Sponsor

Industri Rokok”, Komisi Nasional Perlindungan Anak , 2009, Hal. 7-8 (bukti

P-30)

23. Bahwa industri rokok dalam beberapa penelitiannya juga mengakui tentang

pentingnya remaja dalam bisnis mereka, seperti beberapa penelitian industri

rokok yang menyatakan:

“Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok karena

mayoritas perokok memulai merokok ketika remaja..” (Laporan Peneliti

Myron E. Johnson ke Wakil Presiden Riset dan Pengembangan Phillip

Morris)

“Perokok remaja telah menjadi faktor penting dalam perkembangan

setiap industri rokok dalam 50 tahun terakhir. Perokok remaja adalah

satu-satunya sumber perokok pengganti. Jika para remaja tidak

merokok maka industri akan bangkrut sebagaimana sebuah

masyarakat yang tidak melahirkan generasi penerus akan punah..”

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 35: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

35

(Perokok Remaja: Strategi dan Peluang,” R.J Reynolds Tobacco

Company Memo Internal, 29 Februari 1984)

Sebagaimana dikutip dari buku” Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok:

Strategi Menggiring Anak Merokok”, Komisi Nasional Perlindungan Anak,

2007, Hal. 27. (bukti P-31)

24. Bahwa uraian diatas, membuktikan dalam kebenaran ilmiah serta kebenaran

secara yuridis-formil, iklan dan promosi rokok terbukti sebagai startegi

marketing industry rokok untuk mempengaruhi anak muda dan/atau remaja

agar menggunakan produk rokok dengan menyamarkan dampak penggunaan

rokok dalam materi iklannya melalui materi iklan yang dapat diterima oleh anak

muda dan/atau remaja;

25. Bahwa dengan demikian iklan dan promosi rokok adalah strategi marketing

industri rokok untuk menjual kesakitan dan kematian yang menyasar anak

muda dan remaja;

26. Bahwa dalam studi ilmiah diketahui bahwa larangan komprehensif iklan,

promosi dan sponsor rokok efektif dalam menurunkan konsumsi rokok. Dalam

upaya penurunan konsumsi rokok, larangan komprehensif iklan rokok memiliki

dampak yang lebih besar di negara-negara berkembang dibanding negara

maju.

27. Bahwa sebuah studi dari 22 negara maju menemukan larangan komprehensif

mengurangi konsumsi tembakau sebesar 6.3% sedangkan Studi dari 30

negara berkembang menemukan larangan komprehensif mengurangi

konsumsi sebesar 23.5%.

28. Bahwa berdasarkan catatan Badan Kesehatan Dunia (World Helath

Organization), terdapat 144 negara di Dunia yang melakukan pelarangan iklan

rokok dimedia siaran (WHO, 2013). Dan pada lingkup negara-negara anggota

ASEAN, kecuali Indonesia, negara-negara anggota ASEAN lainnya sudah

memberlakukan aturan pelarangan iklan rokok sebagai bentuk perlindungan

rakyatnya dari bahaya rokok.

29. Bahwa dengan demikian secara Global negara-negara didunia memahami

bahwa iklan rokok adalah sebuah masalah dan acaman bagi kondisi

kesehatan rakyat, sehingga melakukan kebiajkan pelarangan iklan dan

promosi rokok di negaranya.

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 36: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

36

30. Bahwa mempromosikan rokok, melalui iklan niaga, yang sangat mudah

mempengaruhi anak-anak yang masih labil pemikirannya untuk menjadi

penghisap rokok, padahal rokok itu adalah zat adiktif yang berbahaya

bagi kesehatan bahkan bias memperpendek usia produktif dan usia

harapan hidup, bertentangan dengan kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 28B ayat (2) UUD

1945;

31. Bahwa berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan iklan

dan promosi rokok yang memang bertujuan untuk mempengaruhi anak-anak

dan remaja agar menggunakan produk rokok, padahal rokok itu adalah produk

adikitif, dimana penggunaannya berbahaya bagi kesehatan bahkan bias

memperpendek usia produktif dan haraan hidup anak. Hal ini adalah ancaman

terhadap hak anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Dan oleh

karenanya iklan dan promosi rokok sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers

bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 28B ayat (2);

C. Dalil-dalil bahwa UU Penyiaran Pasal 46 ayat (3) huruf c dan UU Pers

Pasal 13 huruf c bertentangan dengan Pasal 28H ayat (1), khususnya Hak

setiap orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat;

1. Bahwa Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 berbunyi sebagai berikut:

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”

2. Bahwa norma hak yang diatur pada Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 ini

diantaranya adalah hak untuk hidup sejahtera lahir dan bathin serta hak

untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat;

3. Hak asasi manusia yang menjadi turunan dan/atau bagian dari Hak Hidup,

salah satunya adalah Hak atas Kesehatan yang merupakan dasar dari

diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak

sederajat secara kondisional. Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan mampu

memperoleh hak-haknya yang lain. Seseorang yang tidak sehat dengan

sendirinya akan berkurang haknya atas hidup, tidak bisa memperoleh dan

menjalani pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 37: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

37

dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh

pendidikan demi masa depannya. Singkatnya, seseorang tidak bisa menikmati

sepenuhnya kehidupan sebagai manusia, sebagaimana dikutip dan diunduh

dari http://referensi.elsam.or.id/2015/04/kesehatan-sebagai-hak-asasi-

manusia/). (bukti P-32)

4. Bahwa secara yuridis, rokok sebagai produk hasil olahan tembakau yang

bersifat adiktif adalah produk yang dapat mengganggu dan membahayakan

kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan dimana

penggunaanya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian; (vide bukti P-21)

5. Bahwa dalam keadaan konkrit, hak untuk hidup sejahtera lahir dan bathin serta

hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana

yang dijamin oleh Pasal 28H ayat (1) UUD 1945, secara yuridis konstitusional

haruslah juga dipahami dalam konteks hak-hak yang dapat mendukung

dan/atau membantu untuk setiap orang dapat mewujudkan kehidupan yang

sejahtera lahir dan bathin serta mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan

sehat. Sehingga setiap hal yang dapat membuat setiap orang terhambat

untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera lahir dan bathin serta

terhambat untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

dapat disebut mengancam dan/atau bertentangan dengan Pasal 28H ayat

(1) UUD 1945;

6. Bahwa Pasal 46 Ayat (3) huruf C UU Penyiaran (vide bukti P-2), berbunyi

sebagai berikut:

“Siaran iklan niaga dilarang melakukan:

a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi,

pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau

merendahkan martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau

kelompok lain;

b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;

c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;

d. hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-

nilai agama; dan/atau

e. eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun.”

7. Bahwa Pasal 13 huruf c UU Pers (vide bukti P-3), berbunyi sebagai berikut:

“Perusahaan iklan dilarang memuat iklan:

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 38: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

38

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dana tau

mengganggu kerukanan hidup antar umat beragama, serta

bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;

b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.”

8. Bahwa ketentuan pada Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

huruf c UU Pers diatas menjadi dasar dan justifikasi normatif keberadaan iklan

dan promosi rokok di media penyiaran dan media cetak, dan mengandung

norma bahwa iklan rokok dapat dilakukan di media penyiaran dan media cetak

sepanjang tidak menampilkan wujud rokok;

9. Bahwa sebagaimana yang telah diuraikan diatas, rokok terbukti dan diakui

sebagai produk yang penggunaannya berbahaya bagi kesehatan dan

penggunaanya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian yang telah

terbuktikan baik dalam fakta empiris dan juga kebenaran ilmiah diantaranya

dengan dalil sebagai berikut:

a. Bahwa diseluruh dunia, tembakau adalah salah satu penyebab yang paling

penting untuk kecacatan, penderitaan dan kematian premature. Dibanyak

negara tembakau bahkan menjadi penyebab paling penting. lebih dari

4000 bahan kimia telah diidentifikasi dalam asap tembakau, banyak

diantaranya beracun, beberapa bersifat radioaktif. Lebih dari 40 diketahui

menyebabkan kanker. Sebagaimana dikutip dari buku terjemahan dalam

bahasa Indonesia, “Tembakau: Ancaman Global” yang ditulis oleh Jhon

Crofton dan David Simpson yang diterbitkan oleh Elex Media Cumputindo ,

Jakarta 2009, Hal. 9 - 10; (vide bukti P-22)

b. Bahwa dampak merokok terhadap kesehatan telah dibuktikan dan sangat

banyak didokumentasikan. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah menunjukkan

bahwa merokok menyebabkan kanker, mulai dari kanker mulut sampai

kanker kandung kemih, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit

pembuluh darah otak, bronkritis kronik, emfisema, asma, pneumonia, dan

penyakit saluran nafas lainnya. Konsumsi produk tembakau saat ini

merupakan penyebab kematian yang berkembang paling cepat di dunia

bersamaan dengan HIV/AIDS. Sebagaimana dikutip dari buku “Profil

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 39: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

39

Tembakau Indonesia”, yang diterbitkan oleh Tobacco Control Support

Center (TCSC) – IAKMI, 2007, Hal. 16; (vide bukti P-23)

c. Bahwa Fakta rokok berbahaya bagi kesehatan ini juga diakui oleh industri

rokok sendiri, David O’Reilly, scientific director, British American Tobacco

pada tahun 2014 menyatakan, “Selama hidupnya, setengah dari perokok

saat ini bisa meninggal secara prematur karena kebiasaan merokok”. Dr.

Pankaj Chaturvedi, ahli kanker di Mumbai’s Tata Memorial Hospital

menyatakan bahwa 80-90% kanker leher, kepala dan kerongkongan terkait

dengan konsumsi tembakau. Sebagaimana dikutip dari Buku “Tobacco

Atlas 2015”, Hal. 15; (vide bukti P-24)

d. Bahwa rokok sebagai produk olahan tembakau juga berkontribusi terhadap

banyak kematian didunia. Merokok merupakan penyebab dari 90% kanker

paru pada laki-laki dan 70% pada perempuan dengan angka kematian

lebih dari 85%. Merokok mengurangi separuh usia hidup penggunanya,

dan setengah dari kematian tersebut terjadi diantara usia 30 hingga 69

Tahun. Merokok memiliki kontribusi terhadap 12% kematian dewasa di

dunia. Sebagaimana dikutip dari buku “Profil Tembakau Indonesia”,

yang diterbitkan oleh Tobacco Control Support Center (TCSC) – IAKMI,

2007, Hal. 16 - 17; (vide bukti P-23)

e. Bahwa efek negatif konsumsi Tembakau terhadap kesehatan telah

menimbulkan banyak sekali korban jiwa. WHO menyebutkan bahwa di

tingkat global konsumsi tembakau sudah menyebabkan 100 juta kematian

di abad 20. Jumlah ini setara dengan korban Perang Dunia (PD) I dan II

jika dikombinasikan. Angka kematian ini bisa meningkat menjadi 1 miliar

kematian di abad 21 jika pola konsumsi tembakau yang ada sekarang

terus berlanjut. Sebagaimana dikutip dari Buku “Tobacco Atlas 2015”,

Hal. 13; (vide bukti P-24)

10. Bahwa oleh karenanya, keberadaan iklan rokok yang bertujuan

memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan kepada

khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk

yang penggunaannya dalam jangka panjang dapat menimbulkan kesakitan

dan kematian, merupakan ancaman bagi hak atas kesehatan;

11. Bahwa karena rokok adalah produk yang bersifat adiktif yang menimbulkan

ketagihan dan ketergantungan, maka penggunanan rokok selain berdampak

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 40: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

40

terhadap kesehatan juga berdampak terhadap permasalahan social dan

ekonomi masyarakat dan permasalahan kesejahteraan masyarakat;

12. Bahwa pada rentang 10 tahun (2001 – 2011) prevalensi perokok dewasa

perempuan (>19 Tahun) di Indonesia meningkat tajam 346% yaitu dari 1,3%

pada Tahun 2001 meningkat menjadi 4,5% pada Tahun 2011. Sementara itu

prevalensi perokok dewasa laki-laki di Indonesia pada tahun 2011 merupakan

yang tertinggi di dunia yaitu sebesar 67,4 %; Sebagaimana dikutip dari Buku

“Atlas Tembakau Indonesia Edisi 2013” yang ditulis oleh Tobacco Control

Support Center (TCSC), Hal. 7; (bukti P-33)

13. Sementara itu, peningkatan tajam juga terjadi pada prevalensi perokok remaja

usia 14 – 19 tahun. Pada rentang waktu dari tahun 2001 sampai dengan tahun

2010 prevalensi perokok remaja meningkat 59% yaitu dari 12,7% pada tahun

2001 menjadi 20,3% pada Tahun 2010. Peningkatan paling tajam pada

prevalensi perokok remaja ini terjadi pada perokok remaja perempuan yang

meningkat hampir 5 kali lipat atau sebesar 450%, yaitu dari 0,2% pada Tahun

2001 menjadi 0,9% pada Tahun 2010. Sementara itu, pada data prevalensi

perokok remaja laki-laki juga terjadi peningkatan yaitu sebesar 24,2% pada

Tahun 2001 meningkat menjadi 38,4% pada tahun 2010;

14. Bahwa berdasarkan fakta data yang ada, terlihat jelas bahwa prevalensi

perokok pada semua tingkatan usia semakin tahun semakin meningkat. Dan

ini dapat menunjukkan korelasi bahwa meningkatnya jumlah perokok akan

sama dengan meningkatnya penjualan produk rokok yang berarti juga sama

dengan meningkatnya pengeluaran keuangan perokok untuk membeli rokok;

15. Bahwa sebesar 12% dari pendapatan rumah tangga termiskin yang ada

perokoknya (RT termiskin merokok) dihabiskan untuk membeli rokok. Proporsi

belanja bulanan untuk rokok pada keluarga miskin adalah kedua terbesar

setelah beras. Hal ini konsisten terjadi untuk periode 2003 – 2010. Di tahun

2010, pengeluaran total rumah tangga termiskin merokok sebesar Rp.

864.000,-,sementara untuk membeli rokok sebesar Rp.102.000,- (12%).

Pengeluaran untuk membeli rokok berada di urutan ke dua dibandingkn

dengan pengeluaran lainnya di rumah tangga miskin merokok. Dia

mengalahkan 23 Jenis pengeluaran lainnya seperti Pendidikan, pemenuhan

gizi dan kesehatan. Jika dibandingkan dengan rumah tangga terkaya,

presentase pengeluaran rumah tangga termiskin untuk membeli rokok jauh

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 41: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

41

lebih besar yaitu 12%, sementara di Rumah tangga terkaya hanyalah 7%. Hal

ini mengindikasikan bahwa rumah tangga termiskin lebih terjerat konsumsi

rokok dari pada rumah tangga kaya. Sebagaimana dikutip dari Buku “Peta

Jalan Pengendalian Produk Tembakau” yang ditulis oleh Aliansi

Pengendalian Tembakau Indonesia, Hal. 29; (bukti P-34)

16. Bahwa data proporsi pengeluaran rumah tangga untuk tembakau pada Tahun

2007 menunjukkan semakin miskin rumah tangga perokok , maka semakin

besar beban konsumsi rokoknya. Rumah Tangga perokok terkaya

menghabiskan 7% pendapatannya untuk rokok sementara Rumah Tangga

perokok termiskin menghabiskan 12% pendapatannya untuk rokok.

Sebagaimana dikutip dari Buku “Bunga Rampai Fakta Tembakau:

Permasalahan di Indonesia Tahun 2009” yang ditulis oleh Tobacco Control

Support Center (TCSC) dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

(IAKMI), Tahun 2010, Hal. 83; (bukti P-35)

17. Bahwa total biaya kesehatan yang dibelanjakan oleh rakyat Indonesia dalam

setahun untuk penyakit yang dikaitkan dengan tembakau berjumlah Rp. 15,4

Triliun untuk pelayanan rawat inap dan Rp. 1,3 Triliun untuk perawatan rawat

jalan;

18. Bahwa kerugian total penduduk Indonesia dalam setahun akibat konsumsi

produk-produk tembakau mencapai 338,75 Triliun, artinya lebih dari enam kali

pendapatan cukai rokok pemerintah yang hanya Rp. 53,9 Triliun;

Sebagaimana dikutip dari Buku “Bunga Rampai Fakta Tembakau:

Permasalahan di Indonesia Tahun 2009” yang ditulis oleh Tobacco Control

Support Center (TCSC) dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

(IAKMI), Tahun 2010, Hal. 22; (vide bukti P-35)

19. Bahwa dengan melihat redaksi Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan

Pasal 13 huruf c UU Pers di atas, promosi rokok yang dilarang adalah yang

memperagakan wujud rokok, sehingga sifat adiktif rokok seakan-akan hilang

karena promosinya tidak memperagakan wujud rokok. Padahal kebenaran

rokok adalah produk yang bersifat adiktif yang penggunannya membahayakan

kesehatan dan berdampak buruk terhadap perokonomian dan sosial

masyarakat, merupakan kebenaran faktual baik secara yuridis maupun secara

keilmuan, sehingga iklan dan promosi rokok adalah hal yang dapat

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 42: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

42

mengancam kesempatan setiap orang untuk dapat hidup sejahtera lahir dan

bathin serta hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat;

20. Bahwa dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberadaan iklan dan

promosi rokok yang memang bertujuan untuk mempengaruhi orang agar

menggunakan produk rokok dimana merokok dapat mengganggu kesehatan

serta berdampak pada permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat, maka

dapat disimpulkan iklan dan promosi rokok ancaman dan dapat mengurangi

hak untuk hidup sejahtera lahir dan bathin serta hak untuk mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dan oleh karenanya iklan dan

promosi rokok sebagaimana yang diatur dalam Pasal 46 ayat (3) huruf c

UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers bertentangan dengan UUD

1945 Pasal 28H ayat (1);

D. Dalil-dalil bahwa UU Penyiaran Pasal 46 ayat (3) huruf c dan UU Pers

Pasal 13 huruf c bertentangan dengan Pasal 28H ayat (3) UUD 1945;

1. Bahwa Pasal 28H ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:

“Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang

bermartabat”.

2. Bahwa Pasal Pasal 28H ayat (3) UUD 1945, memberikan jaminan hak kepada

setiap orang warga negara Indonesia untuk mendapatkan jaminan sosial

sebagai bagian dari hak asasi dan hak konstitusional setiap warga negara;

3. Bahwa penyelenggaraan system jaminan social ini dilakukan pemerintah

melaui Sistem jaminan jaminan social nasional yang salah satunya adalah

system jaminan kesehatan nasional;

4. Bahwa Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran (vide bukti P-2), berbunyi

sebagai berikut:

“Siaran iklan niaga dilarang melakukan:

a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi,

pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau

merendahkan martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau

kelompok lain;

b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;

c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 43: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

43

d. hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-

nilai agama; dan/atau

e. eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun.”

5. Bahwa Pasal 13 huruf c UU Pers (vide bukti P-3), berbunyi sebagai berikut:

“Perusahaan iklan dilarang memuat iklan:

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dana tau

mengganggu kerukanan hidup antar umat beragama, serta

bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;

b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.”

6. Bahwa ketentuan pada Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

huruf c UU Pers diatas menjadi dasar dan justifikasi normatif keberadaan iklan

dan promosi rokok di media penyiaran dan media cetak, dan mengandung

norma bahwa iklan rokok dapat dilakukan di media penyiaran dan media cetak

sepanjang tidak menampilkan wujud rokok;

7. Bahwa sebagaimana yang telah diuraikan diatas, dengan melihat redaksi

Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers di atas,

promosi rokok yang dilarang adalah yang memperagakan wujud rokok,

sehingga sifat adiktif rokok seakan-akan hilang karena promosinya tidak

memperagakan wujud rokok. Padahal kebenaran rokok adalah produk yang

bersifat adiktif yang penggunannya membahayakan kesehatan dan berdampak

buruk terhadap perokonomian dan sosial masyarakat, merupakan kebenaran

faktual baik secara yuridis maupun secara keilmuan, sehingga iklan dan

promosi rokok adalah hal yang dapat mengancam kesempatan setiap orang

untuk dapat hidup sejahtera lahir dan bathin serta hak untuk mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat;

8. Bahwa berdasarkan fakta data yang ada, terlihat jelas bahwa prevalensi

perokok pada semua tingkatan usia semakin tahun semakin meningkat. Pada

rentang 10 tahun (2001 – 2011) prevalensi perokok dewasa perempuan (>19

Tahun) di Indonesia meningkat tajam 346% yaitu dari 1,3% pada Tahun 2001

meningkat menjadi 4,5% pada tahun 2011. Sementara itu prevalensi perokok

dewasa laki-laki di Indonesia pada tahun 2011 merupakan yang tertinggi di

dunia yaitu sebesar 67,4 %. Sedangkan pada rentang waktu dari tahun 2001

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 44: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

44

sampai dengan tahun 2010 prevalensi perokok remaja meningkat 59% yaitu

dari 12,7% pada tahun 2001 menjadi 20,3% pada tahun 2010. Peningkatan

paling tajam pada prevalensi perokok remaja ini terjadi pada perokok remaja

perempuan yang meningkat hampir 5 kali lipat atau sebesar 450%, yaitu dari

0,2% pada Tahun 2001 menjadi 0,9% pada tahun 2010;

9. Bahwa total biaya kesehatan yang dibelanjakan dalam setahun untuk penyakit

yang dikaitkan dengan tembakau berjumlah Rp. 15,4 Triliun untuk pelayanan

rawat inap dan Rp. 1,3 Triliun untuk perawatan rawat jalan. Dan kerugian

dalam setahun akibat konsumsi produk-produk tembakau mencapai 338,75

Triliun, artinya lebih dari enam kali pendapatan cukai rokok pemerintah yang

hanya Rp. 53,9 Triliun; Sebagaimana dikutip dari Buku “Bunga Rampai Fakta

Tembakau: Permasalahan di Indonesia Tahun 2009” yang ditulis oleh

Tobacco Control Support Center (TCSC) dan Ikatan Ahli Kesehatan

Masyarakat Indonesia (IAKMI), Tahun 2010, Hal. 22; (vide bukti P-35)

10. Bahwa Ir Dodi Izwardi, MA, Direktur Gizi Masyarakat, Direktorat Kesehatan

Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, menyatakan bahwa paparan rokok

telah memicu banyak penyakit tidak menular (PTM). Anggaran Jaminan

Kesehatan Nasional yang didapat dari masyarakat melalui BPJS Kesehatan

bahkan terkuras 30 persennya hanya untuk membiayai penyakit yang

disebabkan oleh rokok. Ini cukup besar untuk membayar penyakit yang

diakibatkan oleh rokok.

Sebagaimana yang dikutip dari Berita dengan Judul “30 Persen Anggaran

BPJS Kesehatan untuk Penyakit Akibat Rokok” yang diunduh dari

https://lifestyle.okezone.com/read/2016/09/02/481/1479600/30-persen-

anggaran-bpjs-kesehatan-untuk-penyakit-akibat-rokok

11. Bahwa Menteri Kesehatan Periode 2012 - 2014 Nafsiah Mboi dalam satu

berita menyatakan:

Jika perilaku merokok tidak dihentikan, maka Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bisa bangkrut.

"Banyak dana yang harus dikeluarkan untuk pengobatan pasien

yang terserang penyakit akibat merokok. Ini bisa membangkrutkan

BPJS.

Dasar 2013, ditemukan fakta bahwa 18% anak remaja berusia 15-19

tahun sudah menjadi perokok.

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 45: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

45

"Kekhawatiran saya tidak akan terjadi kalau perokok menghentikan

kebiasaan itu. Kan penyakit yang dipicu rokok sebenarnya bisa

dicegah," katanya.

Menurut Mboi, saat ini Indonesia menjadi negara dengan jumlah

perokok terbesar di dunia. "Kalau tidak dilakukan upaya pencegahan

bukan tidak mungkin saat usia 30 sudah kena stroke, saat usia 40

tahun gigi rontok," katanya.

Sebagaimana yang dikutip dari Berita dengan Judul “Menkes: Perokok Bisa

Bikin Bangkrut BPJS” yang diunduh dari http://nasional.kontan.co.id/news/

menkes-perokok-bisa-bikin-bangkrut-bpjs

12. Bahwa rokok juga menjadi faktor pemberat terhadap kemiskinan, hal ini

dikarenakan rokok sebagai produk yang bersifat adiktif membuat banyak

orang sulit lepas dari jeratannya dan berdampak pada pengeluaran keuangan

keluarga dimana belanja rokok kalahkan kebutuhan gizi. Sebagaimana yang

dikutip dari Headline Harian Kompas dengan Judul “Rokok Perparah

Kemisikinan”, Selasa 7 Maret 2017; (bukti P-36)

13. Bahwa rokok termasuk komoditi yang memberi sumbangan besar terhadap

garis kemiskinan, dimana masyarakat miskin baik di perkotaan maupun di

desa menghabiskan uangnya untuk membeli rokok terbesar kedua setelah

membeli beras. Sebagaimana yang dikutip dari Berita Resmi Statistik Nomor

66/07/Th. XIX, 18 Juli 2016 berjudul “Profil Kemiskinan DI Indonesia Maret

2016” yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia; (bukti

P-37)

14. Bahwa berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan iklan

dan promosi rokok yang memang bertujuan untuk mempengaruhi orang agar

menggunakan produk rokok dimana merokok dapat memperparah kemiskinan

dana tau sebagai faktor pemberat kemiskinan serta mengancam system

System Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Padahal BPJS adalah instrumen yang

dibuat negara untuk memenuhi hak konstitusional warga negara sebagaimana

yang diamanatkan oleh Pasal 28H ayat (3) UUD 1945. Dan oleh karenanya

iklan dan promosi rokok sebagaimana yang diatur dalam Pasal 46 ayat

(3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers bertentangan

dengan UUD 1945 Pasal 28H ayat (3);

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 46: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

46

E. Dalil-dalil bahwa UU Penyiaran Pasal 46 ayat (3) huruf c dan UU Pers

Pasal 13 huruf c bertentangan dengan Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945;

1. Bahwa Pasal 28I ayat (4) UUD 1945 berbunyi sebagai berikut:

(1) “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak

asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama

pemerintah”.

2. Bahwa Pasal 28I ayat (4) UUD 1945 memberikan jaminan perlindungan,

pemajuan, penegakkan dan pemenuhan penegakkan hak asasi manusia

sebagai hak konstitusional rakyat dengan memberikan tanggung jawab kepada

negara, terutama pemerintah dan pelaksanaan hak asasi manusia;

3. Bahwa penyelenggaraan negara adalah manifestasi keinginan untuk

melindungi kemanusiaan dan hak asasi manusia. Negara memperoleh

kekuasaan dari warga negara sebagai pemegang kedaulatan semata-mata

untuk memenuhi dan melindungi hak asasi warga negara;

4. Bahwa Prof. DR. Jimly Asshiddiqie, SH., dalam bukunya yang berjudul

“Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia” (2006) menyatakan bahwa

“… jaminan konstitusional terhadap hak-hak asasi manusia itu sangat

penting dan bahkan dianggap merupakan salah satu ciri pokok

dianutnya Negara Hukum di suatu Negara.”

5. Bahwa salah hak dasar manusia yang dijamin oleh UUD 1945 (konstitusi

Indonesia) adalah hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan yang

merupakan hak yang tidak dapat dkurangi dalam keadaan apapun

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28A dan Pasal 28I ayat (1) UUD 1945;

6. Bahwa United Nations Human Rights Committee dalam CCPR General

Comment No.6: Article 6, Right ti Life (30 April 1982), menegaskan bahwa

hak untuk hidup (the right to life) adalah supreme rights yang

pengurangan kewajiban (derogation) terhadapnya tidak diijinkan, dalam

keadaan darurat sekalipun.

7. Bahwa terkait dengan Hak Untuk Hidup yang diatur dalam Pasal 28I ayat (1)

UUD 1945, Mahkamah Konstitusi juga telah membahasnya dalam Putusan

Nomor 019-020/PUU-III/2005 tentang pengujian Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di

Luar Negeri. Mahakamah Konstitusi dengan suara bulat berpendapat bahwa

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 47: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

47

hak untuk hidup adalah hak asasi manusia yang sangat penting, sebagaimana

yang tertulis pada Halaman 106 putusan ini, sebagai berikut:

“Mahkamah berpendapat bahwa hak asasi manusia mengakui hak-hak

yang penting bagi kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa diantara

hak asasi yang lain, hak untuk hidup, hak untuk mempertahankan

hidup dan kehidupan merupakan hak yang sangat penting.

Demikian pentingnya hak untuk hidup dimaksud, sehingga Pasal

28I ayat (1) UUD 1945 menegaskan hak untuk hidup sebagai salah

satu hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.”

8. Bahwa dengan demikian berdasarkan jaminan konstitusional yang diatur

dalam Pasal 28A juncto Pasal 28I ayat (1) juncto Pasal 28I ayat (4) UUD

1945, upaya perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak hidup

dan mempertahankan hidup adalah tanggung jawab negara, terutama

pemerintah dan dalam upaya pemenuhannya, hak ini tidak boleh dikurangi

dalam keadaan apapun;

9. Bahwa Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran (vide bukti P-2), berbunyi

sebagai berikut:

“Siaran iklan niaga dilarang melakukan:

a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi,

pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau

merendahkan martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau

kelompok lain;

b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;

c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;

d. hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-

nilai agama; dan/atau

e. eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun.”

10. Bahwa Pasal 13 huruf c UU Pers (vide bukti P-3), berbunyi sebagai berikut:

“Perusahaan iklan dilarang memuat iklan:

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dana tau

mengganggu kerukanan hidup antar umat beragama, serta

bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;

b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 48: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

48

c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.”

11. Bahwa ketentuan pada Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

Huruf C UU Pers di atas menjadi dasar dan justifikasi normatif keberadaan

iklan dan promosi rokok di media penyiaran dan media cetak, dan

mengandung norma bahwa iklan rokok dapat dilakukan di media penyiaran

dan media cetak sepanjang tidak menampilkan wujud rokok;

12. Bahwa sebagaimana yang telah diuraikan diatas, lebih dari 70.000 artikel

ilmiah menunjukkan bahwa merokok menyebabkan kanker, mulai dari kanker

mulut sampai kanker kandung kemih, penyakit jantung dan pembuluh darah,

penyakit pembuluh darah otak, bronkritis kronik, emfisema, asma, pneumonia,

dan penyakit saluran nafas lainnya. Konsumsi produk tembakau saat ini

merupakan penyebab kematian yang berkembang paling cepat di dunia

bersamaan dengan HIV/AIDS dan merokok merupakan penyebab kematian

yang utama terhadap 7 dari 8 penyebab kematian terbesar di dunia;

13. Bahwa berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, secara yuridis

formil diakui bahwa iklan dan promosi rokok adalah bagian dari iklan niaga

yang bertujuan untuk memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau

mempromosikan rokok kepada khalayak sasaran untuk mempengaruhi

konsumen agar menggunakan produk rokok yang ditawarkan, padahal rokok

adalah produk yang penggunaannya menimbulkan kesakitan dan kematian;

14. Bahwa hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada manusia

karena terlahir sebagai manusia. Hak-hak tersebut diperoleh bukan pemberian

orang lain ataupun negara, tetapi karena kelahirannya sebagai manusia.

Karena HAM merupakan hak yang diperoleh saat kelahirannya sebagai

manusia, maka HAM meliputi hak-hak yang paling dasar atau yang paling

asasi. Dan jika tidak dihormati, dilindungi dan dipenuhi maka martabat (dignity)

orang sebagai manusia berkurang;

15. Bahwa kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan.

Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional.

Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-haknya

yang lain. Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan berkurang

haknya atas hidup, tidak bisa memperoleh dan menjalani pekerjaan yang

layak, tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan berkumpul serta

mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan demi masa

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 49: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

49

depannya. Singkatnya, seseorang tidak bisa menikmati sepenuhnya

kehidupan sebagai manusia. Sebagaimana dikutip dan unduh dari

http://referensi.elsam.or.id/2015/04/kesehatan-sebagai-hak-asasi-manusia/;

(vide bukti P-32)

16. Bahwa dalam konsepsi hak asasi manusia, hak atas kesehatan adalah

merupakan bagian dari hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya;

17. Bahwa Rekomendasi ECOSOC E/C.12/IDN/CO/1 khusus untuk Indonesia

tertanggal 14 Juni 2014 Bab C tentang Principal subject of concern and

recommendations tentang mental health no. 34 b) yang bersifat legally

binding merekomendasikan Indonesia untuk membuat kebijakan pelarangan

iklan, promosi dan sponsor rokok secara komperehensif atau keseluruhan.

Yang secara jelasnya rekomendasi mengatakan:

“Enact anti-tobacco legislation which prohibits indoor smoking in

public buildings and in the workplace and enforces a

comprehensive ban on tobacco advertising, promotion and

sponsorship”

18. Bahwa keberadaan iklan dan promosi rokok telah menyebabkan Perlindungan

Hak atas Kesehatan tidak dapat berjalan maksimal (Komentar Umum

EKOSOB No.14 Paragraf 15).

19. Bahwa dengan demikian, berdasarkan fakta-fakta ini, keberadaan iklan rokok

patut disebut bertentangan dengan HAM. Karena iklan rokok adalah upaya

industri untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan rokok yang dapat

mengganggu kesahatan dan menyebabkan kematian sedangkan kesehatan

adalah HAM yang paling dasar yang dimiliki manusia.

20. Bahwa, keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

huruf c UU Pers telah menjadi dasar dan justifikasi normative yuridis

keberadaan iklan dan promosi rokok di media penyiaran dan media cetak.

Padahal keberadaan iklan dan promosi rokok bertentangan dan HAM karena

dapat mengganggu kesahatan dan menyebabkan kematian sedangkan

kesehatan adalah HAM yang paling dasar yang dimiliki manusia;

21. Bahwa berdasarkan uraian dan fakta di atas, dengan demikian keberadaan

iklan dan promosi rokok sebagaimana yang diatur dalam Pasal 46 ayat

(3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers telah membuat

negara terutama pemerintah tidak dapat melakukan fungsinya untuk

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 50: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

50

melakukan Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi

manusia, dan oleh karenanya bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 28I

ayat (4).

F. ROKOK PRODUK LEGAL TAPI BUKAN PRODUK NORMAL

1. Bahwa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan selanjutnya

disebut “UU Kesehatan” (bukti P-38), pada Pasal 113, pada pokoknya

menyatakan bahwa tembakau, produk yang mengandung tembakau,

padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat

menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.

2. Bahwa Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang CUKAI yang selanjutnya

disebut “UU Cukai” (bukti P-39) pada Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa:

“barang-barang yang dikenai cukai memiliki sifat atau karakteristik:

a) konsumsinya perlu dikendalikan;

b) peredarannya perlu diawasi;

c) pemakaiannya berdampak negatif bagi masyarakat atau

lingkungan hidup; dan

d) pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara untuk keadilan

dan keseimbangan”.

3. Bahwa Rokok adalah salah satu barang yang dicukai, sehingga berdasarkan

UU Cukai ini rokok adalah produk yang konsumsinya perlu dikendalikan,

peredarannya perlu diawasi dan pemakaiannya berdampak negatif bagi

masyarakat atau lingkungan hidup.

4. Bahwa karena rokok sebagai produk olahan tembakau adalah produk yang

bersifat adiktif dan pemakaiannya berdampak negative bagi masyarakat dan

lingkungan, maka dilakukan upaya atau cara untuk membatasi perderan dan

penggunaannya, yang salah satunya adalah melalui instrument Cukai.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dan huruf b

UU Cukai (vide bukti P-39), yaitu:

“Penetapan tarif paling tinggi 275% (dua ratus tujuh puluh lima persen)

dari harga jual pabrik atau 57% (lima puluh tujuh persen) dari harga

jual eceran didasarkan atas pertimbangan bahwa apabila barang

kena cukai yang karena sifat atau karakteristiknya berdampak

negatif bagi kesehatan ingin dibatasi secara ketat peradaran dan

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 51: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

51

pemakaiannya maka cara membatasinya adalah melalui instrument

tarif sehingga barang kena cukai dimaksud dapat dikenai tarif cukai

paling tinggi.”

5. Dengan demikian, ketentuan yang mengatur pemberian pita cukai pada

produk rokok sebagaimana yang diatur dalam UU Cukai, baik

berdasarkan original intent (maksud awal) maupun berdasarkan original

meaning (makna awal) bukanlah mengandung makna yang memberikan

justifikasi legalitas pada produk rokok. Tetapi pemberian pita cukai dan

penerapan cukai serta tingginya nilai cukai yang diberikan terhadap

rokok sebagai produk hasil tembakau ditujukan dengan maksud

membatasi secara ketat konsumsi dan peredaran rokok, karena sifat atau

karekteristik produknya berdampak negatif bagi kesehatan.

6. Bahwa dapat juga dimaknai, bahwa pemberian pita cukai hanya diberikan

kepada produk-produk yang pemakaiannya berdampak negatif bagi

masyarakat atau lingkungan hidup sehingga konsumsinya perlu dikendalikan

dan peredarannya perlu diawasi. Hal ini terbukti bahwa banyak produk

konsumen legal lainnya yang tidak dikenai cukai. Sehingga walaupun rokok

dianggap sebagai produk legal karena sampai saat ini tidak ada

peraturan perundang-undangan yang menempatkan rokok sebagai

produk yang dilarang, tetapi secara yuridis formil rokok ditempatkan

sebagai bukan barang konsumen normal yang peredaran dan

konsumsinya bisa disamakan dengan produk konsumen lainnya, karena

rokok dikenai pita cukai.

G. TIDAK SEMUA PRODUK KONSUMEN LEGAL BOLEH BERIKLAN

1. Bahwa dalam melakukan pengenalan dan pemasaran produknya, tidak

semua industri yang melakukan usaha secara legal di Indonesia memiliki hak

yang sama. Negara dan pemerintah memiliki kewenangan dan dapat

mengambil langkah untuk membatasi hak-hak yang dimiliki industry yang

legal sekali pun untuk kepentingan bangsa yang lebih besar.

2. Atas dasar berbagai alasan seperti melindungi kesehatan masyarakat dari

produk berbahaya, mendorong program pemerintah, melindungi kepentingan

public, dampak penggunaan sebuah produk dan lain sebagainya, pemerintah

memberikan perlakukan khusus terhadap beberapa produk legal dengan

mengatur peredarannya dan melaran iklan dan promosi produk tersebut,

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 52: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

52

seperti yang terjadi pada pelarangan iklan terhadap alkohol, susu

formula serta obat-obatan khusus yang hanya bisa dikonsumsi dengan

resep dokter. Pelarangan ini merupakan bagian dari tanggung jawab

negara dan pemerintah dalam melindungi masyarakatnya bukan

tindakan diskriminasi terhadap produk tersebut yang secara formil

yuridis diakui sebagai produk legal;

3. Bahwa produk yang mengandung Alkohol yang merupakan produk legal dan

juga diproduksi oleh industry yang legal, berdasarkan beberapa peraturan

perundang-undangan, dilarang untuk diiklankan. Seperti yang diatur dalam

beberapa peraturan, diantaranya:

1) Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran (vide bukti P-2), menyatakan:

“Siaran iklan niaga dilarang melakukan:

a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi,

pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau

merendahkan martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau

kelompok lain;

b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;

c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;

d. hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-

nilai agama; dan/atau

e. eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun.”

2) Pasal 13 UU Pers (vide bukti P-3), menyatakan:

“Perusahaan iklan dilarang memuat iklan:

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dana tau

mengganggu kerukanan hidup antar umat beragama, serta

bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;

b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. peragaan wujud rokok dana tau penggunaan rokok.”

3) Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan

Iklan Pangan (bukti P-40) selanjutnya disebut PP Label dan Iklan

Pangan, yang menyatakan :

(1) “Setiap orang dilarang mengiklankan minuman beralkohol

dalam media massa apapun;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 53: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

53

(2) Minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah

minuman berkadar etanol (C2H5OH) lebih dari atau sama dengan

1% (satu per seratus).”

4. Bahwa UU Cukai pada Pasal 4 dan Penjelasannya pada pokoknya

menyatakan bahwa zat berbahaya yang perlu diatur peredarannya selain

alkohol, produk yang mengandung etil alkohol, juga tembakau dan produk

tembakau. Dengan demikian dalam hal iklan dan promosi, seharusnya

perlakuan terhadap rokok sebagai produk tembakau disamakan dengan

produk alkohol, yaitu dilarangan untuk beriklan dan melakukan promosi;

5. Bahwa Pemerintah juga mengatur pelarangan iklan Susu Formula di media

massa untuk mendukung kepentingan program pemberian ASI Eksklusif,

seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang

Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (bukti P-41) selanjutnya disebut PP Asi

Eksklusif pada Pasal 19, yang menyatakan:

Produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi

lainnya dilarang melakukan kegiatan yang dapat menghambat program

pemberian ASI Eksklusif berupa:

a. pemberian contoh produk Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi

lainnya secara cuma-cuma atau bentuk apapun kepada

penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tenaga Kesehatan,

ibu hamil, atau ibu yang baru melahirkan;

b. penawaran atau penjualan langsung Susu Formula Bayi ke rumah-

rumah;

c. pemberian potongan harga atau tambahan atau sesuatu dalam

bentuk apapun atas pembelian Susu Formula Bayi sebagai daya

tarik dari penjual;

d. penggunaan Tenaga Kesehatan untuk memberikan informasi

tentang Susu Formula Bayi kepada masyarakat; dan/atau e.

Pengiklanan;

e. pengiklanan Susu Formula Bayi yang dimuat dalam media

massa, baik cetak maupun elektronik, dan media luar ruang.

6. Bahwa dalam hal bahaya atas penggunaan produknya, maka produk

tembakau jauh lebih berbahaya daripada susu formula;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 54: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

54

7. Bahwa dalam hal pembatasan peredaran produk legal, Pemerintah juga

melakukan pelarangan iklan terhadap obat keras, psikotropika dan narkotika

begitu pula susu formula dan zat adiktif dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 1787 tahun 2010 tentang Iklan dan Publikasi Layanan Kesehatan

(bukti P-42) selanjutnya disebut Permenkes Iklan dan Publikasi Layanan

Kesehatan, pada Pasal 5 yang menyatakan:

Iklan dan/atau publikasi pelayanan kesehatan tidak diperbolehkan

apabila bersifat:

a. menyerang dan/atau pamer yang bercita rasa buruk seperti

merendahkan kehormatan dan derajat profesi tenaga kesehatan;

b. memberikan informasi atau pernyataan yang tidak benar, palsu,

bersifat menipu dan menyesatkan;

c. memuat informasi yang menyiratkan bahwa fasilitas pelayanan

kesehatan tersebut dapat memperoleh keuntungan dari pelayanan

kesehatan yang tidak dapat dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya atau menciptakan pengharapan yang tidak tepat

dari pelayanan kesehatan yang diberikan;

d. membandingkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan fasilitas

pelayanan kesehatan tersebut dengan fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya, atau mencela mutu pelayanan kesehatan

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;

e. memuji diri secara berlebihan, termasuk pernyataan yang bersifat

superlatif dan menyiratkan kata “satu-satunya” atau yang bermakna

sama mengenai keunggulan, keunikan atau kecanggihan sehingga

cenderung bersifat menyesatkan;

f. memublikasikan metode, obat, alat dan/atau teknologi pelayanan

kesehatan baru atau non-konvensional yang belum diterima oleh

masyarakat kedokteran dan/atau kesehatan karena manfaat dan

keamanannya sesuai ketentuan masing-masing masih diragukan

atau belum terbukti;

g. mengiklankan pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan

yang fasilitas pelayanan kesehatannya tidak berlokasi di negara

Indonesia;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 55: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

55

h. mengiklankan pelayanan kesehatan yang dilakukan tenaga

kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak

memiliki izin;

i. mengiklankan obat, makanan suplemen, atau alat kesehatan yang

tidak memiliki izin edar atau tidak memenuhi standar mutu dan

keamanan;

j. mengiklankan susu formula dan zat adiktif;

k. mengiklankan obat keras, psikotropika dan narkotika kecuali

dalam majalah atau forum ilmiah kedokteran;

l. memberi informasi kepada masyarakat dengan cara yang bersifat

mendorong penggunaan jasa tenaga kesehatan di fasilitas

pelayanan kesehatan tersebut;

m. mengiklankan promosi penjualan dalam bentuk apa pun termasuk

pemberian potongan harga (diskon), imbalan atas pelayanan

kesehatan dan/atau menggunakan metode penjualan multi-level

marketing;

n. memberi testimoni dalam bentuk iklan atau publikasi di media

massa; dan

o. menggunakan gelar akademis dan/atau sebutan profesi di bidang

kesehatan.

8. Bahwa fakta-fakta yuridis diatas menunjukkan bahwa pelarangan iklan dan

promosi sudah banyak dilakukan kepada produk-produk legal, sebagai

salah satu bentuk perlindungan kesehatan masyarakat dan mewujudkan

program kesehatan yang maksimal. Dengan demikian, tidak semua produk

legal adalah produk yang normal dan memiliki hak yang sama dengan produk

legal lainnya.

V. PETITUM

Berdasarkan alasana-alasan tersebut di atas, para Pemohon memohon

kepada majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Mulia agar sudi kiranya

berkenan memeriksa, mengadili dan memutuskan permohonan a quo dengan

amar putusan yang berbunyi sebagai berikut:

1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya;-----------------------

2. Menyatakan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran yang berbunyi

“promosi rokok yang memperagakan wujud rokok” bertentangan dengan

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 56: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

56

Pasal 28A, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28H ayat (1) dan (3) dan Pasal 28I

ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945 serta dinyatakan tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat;------------------------------------------------------------------

3. Menyatakan Pasal 13 huruf c UU Pers yang berbunyi “peragaan wujud

rokok dan atau penggunaan rokok” bertentangan dengan Pasal 28A,

Pasal 28B ayat (2), Pasal 28H ayat (1) dan ayat (3) dan Pasal 28I ayat (1)

dan ayat (4) UUD 1945 serta dinyatakan tidak mempunyai kekuatan

hukum mengikat;--------------------------------------------------------------------------------

4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik

Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak putusan ini

diucapkan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; -----

Apabila Majelis Hakim Berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex

aequo et bono).

[2.2] Menimbang bahwa untuk menguatkan dalilnya, para Pemohon telah

mengajukan alat bukti surat/tulisan yang diberi tanda bukti P-1 sampai dengan

bukti P-42 sebagai berikut:

1. Bukti P-1 : Fotokopi Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;

2. Bukti P-2 : Fotokopi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentangPenyiaran;

3. Bukti P-3 : Fotokopi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentangPers;

4. Bukti P-4 : Fotokopi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahanatas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi;

5. Bukti P-5 : Fotokopi Akta Notaris Pemuda Muhammadiyah;

6. Bukti P-6 : Fotokopi SK Penetapan/Pengangkatan Ketua UmumPengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah;

7. Bukti P-7 : Fotokopi Anggaran Dasar Pemuda Muhammadiyah HasilKeputusan Tanwir I Pemuda MUhammadiyah Tahun 2016;

8. Bukti P-8 Fotokopi Akta Notaris Nasyiatul Aissyiyah;

9. Bukti P-9 : Fotokopi SK Penetapan/Pengangkatan Ketua UmumPengurus Pusat Nasyiatul Aissyiyah;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 57: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

57

10. Bukti P-10 : Fotokopi Anggaran Dasar Organisasi Nasyiatul Aissyiyah;

11. Bukti P-11 : Fotokopi Akta Notaris Ikatan Pelajar Muhammadiyah;

12. Bukti P-12 : Fotokopi SK Penetapan/Pengangkatan Ketua UmumPengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah;

13. Bukti P-13 : Fotokopi Anggaran Dasar Ikatan Pelajar Muhammadiyah;

14. Bukti P-14 : Fotokopi Akta Notaris Indonesian Institute for SocialDevelopment;

15. Bukti P-15 : Fotokopi Surat Kuasa dari dari Ketua Badan PengurusYayasan Lembaga Pemberdayaan Sosial kepada Dr.Sudibyo Markus;

16. Bukti P-16 : Fotokopi SK Kepengurusan Yayasan LembagaPemberdayaan Sosial;

17. Bukti P-17 : Fotokopi Hal. 77 -78 Buku “Hukum Acara MahkamahKonstitusi Republik Indonesia” yang ditulis oleh MaruararSiahaan yang diterbitkan oleh Penerbit Sinar Grafika, Tahun2011;

18. Bukti P-18 : Fotokopi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 019-020/PUU-III/2005 tentang pengujian Undang-Undang Nomor39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan PerlindunganTenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri;

19. Bukti P-19 : Fotokopi D . Nutt, L . King, W . Saulsbury, C . Blakemore(2007). Development of a rational scale to assess theharm of drugs of potential misuse. The Lancet, 369, 1047– 1053;

20. Bukti P-20 : Fotokopi Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran, Pasal 1ayat (21);

21. Bukti P-21 : Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat AdiktifBerupa Produk Tembakau bagi Kesehatan, Pasal 2;

22. Bukti P-22 : Fotokopi Hal. 9-10 Buku “Tembakau: Ancaman Global” yangditulis oleh Jhon Crofton dan David Simpson yang diterbitkanoleh Elex Media Cumputindo , Jakarta 2009;

23. Bukti P-23 : Fotokopi Hal 16 Buku Profil Tembakau Indonesia;

24. Bukti P-24 : Fotokopi Hal. 15 Buku “Tobacco Atlas 2015”;

25. Bukti P-25 : Fotokopi Hal. 13 dan Hal. 37 Buku “Fakta Tembakau 2014”;

26. Bukti P-26 : Fotokopi Framework Convention on Tobacco Control;

27. Bukti P-27 : Fotokopi Hal.1 Buku “Report on The Global Tobacco

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 58: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

58

Epidemic, “M-Power Package”, yang diterbitkan oleh WorldHealth Organization (WHO), 2008;

28. Bukti P-28 : Fotokopi Hal. 33 Buku ” Kemunafikan dan Mitos: DibalikKedigdayaan Industri Rokok”, Mardhiyah Chamim, 2007;

29. Bukti P-29 : Fotokopi pada Majalah GATRA Edisi 4 Juni 2008 Hal. 105,artikel yang ditulis Widyastuti Soerojo dengan judul“Pemerintah Tutup Mata Pada Anak Korban Rokok”;

30. Bukti P-30 : Fotokopi Hal. 7-8 Buku” Pertarungan Untuk Masa Depan:Komisi Nasional Perlindungan Anak melawan Iklan,Promosi dan Sponsor Industri Rokok”, yang diterbitkanKomisi Nasional Perlindungan Anak , 2009;

31. Bukti P-31 : Fotokopi Hal. 27 buku” Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok:Strategi Menggiring Anak Merokok”, yang diterbitkanKomisi Nasional Perlindungan Anak, 2007;

32. Bukti P-32 : Fotokopi Makalah Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia,diunduh dari http://referensi.elsam.or.id/2015/04/kesehatan-sebagai-hak-asasi-manusia/;

33. Bukti P-33 : Fotokopi Hal. 7 Buku Atlas Tembakau Indonesia Edisi2013;

34. Bukti P-34 : Fotokopi Hal. 29 Buku Peta Jalan Pengendalian ProdukTembakau;

35. Bukti P-35 : Fotokopi Hal. 83 Buku Bunga Rampai Fakta Tembakau:Permasalahan di Indonesia Tahun 2009;

36. Bukti P-36 : Fotokopi Headline Harian Kompas Selasa, 7 Maret 2017dengan Judul “Rokok Perparah Kemisikinan”;

37. Bukti P-37 : Fotokopi Printout Berita Resmi Statistik Nomor 66/07/Th.XIX, 18 Juli 2016 berjudul “Profil Kemiskinan DI IndonesiaMaret 2016”;

38. Bukti P-38 : Fotokopi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan;

39. Bukti P-39 : Fotokopi Undang Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995tentang CUKAI;

40. Bukti P-40 : Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999tentang Label dan Iklan Pangan;

41. Bukti P-41 : Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif;

42. Bukti P-42 : Fotokopi Akta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1787tahun 2010 tentang Iklan dan Publikasi Layanan Kesehatan;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 59: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

59

[2.3] Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini,

segala sesuatu yang terjadi di persidangan cukup ditunjuk dalam Berita Acara

Persidangan, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan

putusan ini.

3. PERTIMBANGAN HUKUM

Kewenangan Mahkamah

[3.1] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945),

Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226,

selanjutnya disebut UU MK), dan Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor

48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5076), Mahkamah berwenang mengadili pada tingkat pertama

dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang

terhadap UUD 1945;

[3.2] Menimbang bahwa oleh karena permohonan para Pemohon adalah

pengujian konstitusionalitas Undang-Undang, in casu Pasal 46 ayat (3) huruf c

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139 dan Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4252, selanjutnya disebut UU Penyiaran) dan Pasal 13

huruf c Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166 dan Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3887, selanjutnya disebut UU Pers) terhadap UUD

1945 maka Mahkamah berwenang mengadili permohonan para Pemohon;

Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon

[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK beserta

Penjelasannya, yang dapat mengajukan permohonan pengujian Undang-Undang

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 60: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

60

terhadap UUD 1945 adalah mereka yang menganggap hak dan/atau kewenangan

konstitusionalnya yang diberikan oleh UUD 1945 dirugikan oleh berlakunya suatu

Undang-Undang, yaitu:

a. perorangan warga negara Indonesia (termasuk kelompok orang yang

mempunyai kepentingan sama);

b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang diatur dalam Undang-Undang;

c. badan hukum publik atau privat;

d. lembaga negara;

Dengan demikian, Pemohon dalam pengujian Undang-Undang terhadap

UUD 1945 harus menjelaskan dan membuktikan terlebih dahulu:

a. kedudukannya sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat

(1) UU MK;

b. kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional yang diberikan oleh UUD

1945 yang diakibatkan oleh berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan

pengujian;

[3.4] Menimbang pula bahwa Mahkamah sejak Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 006/PUU-III/2005 bertanggal 31 Mei 2005 dan Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 11/PUU-V/2007 bertanggal 20 September 2007, serta putusan-

putusan selanjutnya berpendirian bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) UU MK harus

memenuhi lima syarat, yaitu:

a. adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan oleh

UUD 1945;

b. hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon dianggap

dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian;

c. kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau

setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan

akan terjadi;

d. adanya hubungan sebab-akibat (causal verband) antara kerugian dimaksud

dan berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian;

e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka

kerugian konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi; Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 61: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

61

[3.5] Menimbang bahwa berdasarkan uraian sebagaimana tersebut pada

paragraf [3.3] dan paragraf [3.4] di atas, selanjutnya Mahkamah akan

mempertimbangkan mengenai kedudukan hukum (legal standing) para Pemohon

sebagai berikut: 1. Bahwa para Pemohon merupakan badan hukum publik;

2. Bahwa Pemohon I mendalilkan keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU

Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers dapat mengurangi dan/atau

menghambat kepentingan konstitusionalnya untuk melakukan usaha-usaha

meningkatkan kualitas dan sumber daya anggota organisasinya yang

merupakan generasi muda yang menjadi korban dan sasaran iklan dan

promosi rokok;

3. Bahwa Pemohon II mendalilkan keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU

Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers dapat mengurangi dan/atau

menghambat kepentingan konstitusionalnya untuk melakukan usaha-usaha

meningkatkan kualitas dan sumber daya anggota organisasinya yang

merupakan generasi perempuan usia muda;

4. Bahwa Pemohon III mendalilkan keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU

Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers telah merugikan hak dan kepentingan

konstitusionalnya karena anak, remaja, dan pelajar yang menjadi anggota

organisasinya menjadi tidak terlindungi hak-hak konstitusionalnya untuk hidup,

tumbuh dan berkembang dengan adanya peraturan perundang-undangan

(regulasi) yang masih membolehkan iklan dan promosi rokok yang merupakan

produk yang mengancam kesehatan yang baik secara kebenaran ilmiah,

hukum, dan empiris memang ditujukan dan/atau menyasar anak-anak, remaja,

dan pelajar;

5. Bahwa Pemohon IV mendalilkan keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU

Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers telah merugikan hak dan kepentingan

konstitusionalnya karena dalam melakukan usaha-usaha meningkatkan

kesejahteraan sosial masyarakat melalui peningkatan derajat kesehatan

masyarakat kelompok rentan dan peningkatan ekonomi masyarakat miskin

menjadi terhambat dikarenakan adanya iklan rokok;

6. Bahwa dengan demikian para Pemohon sebagai organisasi-organisasi yang

peduli terhadap segala kebijakan yang berkaitan dengan hasil tembakau,

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 62: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

62

termasuk rokok sehingga mendorong lahirnya kebijakan yang melarang iklan

rokok dan promosi produk tembakau dirugikan hak konstitusionalnya dengan

keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU

Pers.

[3.6] Menimbang bahwa berdasarkan uraian dalam paragraf [3.3] dan

paragraf [3.4] dihubungkan dengan dalil permohonan para Pemohon di atas dalam

paragraf [3.5], menurut Mahkamah, para Pemohon telah menjelaskan

kualifikasinya sebagai badan hukum publik [bukti P-5 dan bukti P-6, bukti P-8 dan

bukti P-9, bukti P-11 dan bukti P-12, dan bukti P-14, bukti P-15, dan bukti P-16],

yang menjalankan kegiatan atau program untuk kepentingan umum dan advokasi

kepentingan publik [bukti P-7, bukti P-10, bukti P-13, dan bukti P-14], yang

menganggap hak konstitusionalnya dalam memajukan diri dan memperjuangkan

haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya

sebagaimana dilindungi Pasal 28C ayat (2) UUD 1945 telah terlanggar oleh

berlakunya norma Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c

UU Pers. Terlepas dari benar atau tidaknya dalil para Pemohon mengenai

inkonstitusionalitasnya norma Undang-Undang yang dimohonkan pengujian dalam

permohonan a quo, telah terang bagi Mahkamah bahwa para Pemohon telah

menjelaskan secara spesifik dan aktual atau setidak-tidaknya potensial mengenai

kerugian hak konstitusionalnya, yang secara kausalitas disebabkan oleh

berlakunya Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers.

Kerugian konstitusional tersebut memiliki kemungkinan tidak akan atau tidak lagi

terjadi jika Mahkamah mengabulkan permohonan para Pemohon. Dengan

demikian, menurut Mahkamah para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal

standing) untuk mengajukan permohonan a quo;

[3.7] Menimbang bahwa karena Mahkamah berwenang mengadili

permohonan a quo dan para Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk

mengajukan permohonan a quo maka selanjutnya Mahkamah mempertimbangkan

pokok permohonan.

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 63: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

63

Pokok Permohonan

[3.8] Menimbang bahwa para Pemohon mendalilkan Pasal 46 ayat (3) huruf c

UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers yang masing-masing menyatakan

sebagai berikut:

Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran

... (3) Siaran iklan niaga dilarang melakukan: a. ... b. ... c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok; ...

Pasal 13 huruf c UU Pers Perusahaan pers dilarang memuat iklan: a. ... ... c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

bertentangan dengan Pasal 28A, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28H ayat (1) dan ayat

(3), dan Pasal 28I ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945, dengan alasan-alasan yang

pada pokoknya sebagai berikut:

1) Bahwa kebenaran rokok sebagai produk olahan daun tembakau sebagai

produk yang bersifat dan/atau mengandung zat adiktif adalah kebenaran ilmiah

sekaligus kebenaran yuridis-formil sebagaimana dikuatkan oleh Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 19/PUU-VIII/2010. Oleh karenanya rokok

sebagai produk yang bersifat adiktif berbahaya bagi kesehatan dan

penggunaannya dalam jangka panjang dapat menimbulkan kesakitan dan

kematian, merupakan kebenaran faktual yang sudah diketahui kebenarannya

dan tidak perlu dibuktikan lagi (notoire feiten);

2) Bahwa iklan dan promosi rokok sebagaimana diatur dalam undang-undang

a quo bertentangan dengan hak untuk hidup serta hak mempertahankan hidup

dan kehidupan; hak anak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang; hak

untuk hidup sejahtera lahir dan batin, hak atas jaminan sosial yang

memungkinkan pengembangan diri secara utuh, dan hak hidup merupakan

hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun, yang masing-masing

hak tersebut dijamin dan dilindungi dalam Pasal 28A, Pasal 28B ayat (2), Pasal

28H ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 28I ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945;

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 64: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

64

3) Bahwa menurut para Pemohon tidak semua industri yang melakukan usaha

legal di Indonesia memiliki hak yang sama untuk melakukan pengenalan dan

pemasaran produknya. Negara memiliki kewenangan dan dapat mengambil

langkah legislasi untuk membatasi hak-hak yang dimiliki industri legal dalam

mengenalkan dan memasarkan produknya untuk menjaga kepentingan bangsa

yang lebih besar. Salah satunya dengan melakukan pelarangan iklan terhadap

zat adiktif, di mana rokok adalah salah satunya;

4) Berdasarkan seluruh argumentasi di atas, para Pemohon memohon agar

Mahkamah menyatakan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13

huruf c UU Pers dinyatakan bertentangan dengan Pasal 28A, Pasal 28B ayat

(2), Pasal 28H ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 28I ayat (1) dan ayat (4) UUD

1945.

[3.9] Menimbang bahwa setelah Mahkamah memeriksa dengan saksama

permohonan a quo dan bukti surat/tulisan yang diajukan para Pemohon,

Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

[3.9.1] Bahwa sebelum mempertimbangkan pokok permohonan, dengan

berlandaskan pada Pasal 54 UU MK, oleh karena permohonan a quo telah jelas,

maka Mahkamah berpendapat tidak terdapat urgensi untuk mendengarkan

keterangan pihak-pihak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 54 UU MK.

[3.9.2] Bahwa dari uraian pokok permohonan yang disampaikan, para

Pemohon sesungguhnya menghendaki atau mengharapkan agar pembentuk

undang-undang menerbitkan regulasi atau melalui undang-undang a quo

melakukan pembatasan terhadap kebebasan industri yang ada dalam

memperkenalkan atau memasarkan produknya. Pelaku industri tidak boleh diberi

kesempatan seluas-luasnya untuk mengiklankan dan mempromosikan produknya

menurut cara-cara yang mereka kehendaki sendiri, melainkan harus dikontrol.

Dalam rangka melakukan kontrol, pembentuk undang-undang harus mengambil

langkah-langkah pembatasan untuk tujuan agar hak-hak konstitusional warga

negara untuk hidup sehat, berkembang dan sejahtera lahir dan batin dapat

dilindungi;

Bahwa terkait dengan keinginan para Pemohon agar pembentuk undang-

undang menerbitkan regulasi guna membatasi upaya memperkenalkan atau

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 65: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

65

memasarkan produk rokok, perlu dikutip Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

6/PUU-VII/2009 bertanggal 10 September 2009 pada bagian konklusi paragraf

[4.3] menyatakan, “Bahwa rokok masih dipandang sebagai komoditi yang legal,

sehingga promosi rokok juga harus tetap dipandang sebagai tindakan yang legal

pula, sementara pengaturan siaran iklan rokok lebih merupakan aturan kebijakan

(legal policy) dan terjadinya pelanggaran dalam siaran niaga rokok lebih berkaitan

dengan penegakan hukum (law enforcement), tidak berkaitan dengan

konstitusionalitas norma, oleh karenanya dalil-dalil para Pemohon tidak berdasar

dan tidak beralasan hukum”. Berdasarkan putusan ini, Mahkamah telah

menegaskan pengaturan promosi dan iklan rokok menjadi wilayah pembentuk

undang-undang. Dengan demikian, sebagaimana didalilkan para Pemohon, demi

memenuhi ketentuan Pasal 28A, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28H ayat (1) dan ayat

(3), dan Pasal 28I ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945, Mahkamah harus melihat

terlebih dahulu kebijakan hukum (legal policy) berupa undang-undang yang

memuat pengaturan mengenai promosi dan iklan rokok.

Bahwa apabila yang dimaksudkan dan dikehendaki para Pemohon adalah

larangan terhadap promosi rokok yang memperagakan wujud rokok dan larangan

memuat iklan peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok sebagaimana

diminta dalam petitum permohonan, maka keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c

UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers sesungguhnya telah mengakomodir

substansi yang dimohonkan oleh para Pemohon. Pasal 46 ayat (3) UU Penyiaran

berisi norma tentang larangan-larangan dalam melakukan siaran iklan niaga, yang

salah satunya adalah larangan promosi rokok yang memperagakan wujud rokok.

Demikian pula dengan ketentuan Pasal 13 UU Pers juga berisi tentang larangan

bagi perusahaan iklan untuk mengiklankan substansi yang dikehendaki para

Pemohon yang salah satunya adalah larangan mempromosikan rokok yang

memperagakan wujud rokok.

Bahwa dengan demikian, para Pemohon telah keliru memahami

keberadaan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers

dengan hanya memahami norma itu secara parsial atau tidak membacanya secara

utuh, di mana yang dipersoalkan hanyalah keberadaan frasa ”promosi rokok yang

memperagakan wujud rokok” dan frasa “peragaan wujud rokok dan atau

penggunaan rokok” dalam dua norma yang dimohonkan untuk diuji

konstitusionalitasnya. Padahal, rumusan norma tersebut merupakan bagian yang

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 66: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

66

tidak terpisahkan dari induk kalimat dalam pasal yang sama. Hal mana, apabila

dipahami secara utuh, justru promosi yang memperagakan wujud rokok dan iklan

yang memuat peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok merupakan hal

yang dilarang menurut UU Penyiaran dan UU Pers.

Bahwa apabila norma dalam pasal-pasal undang-undang yang diajukan

oleh para Pemohon dikabulkan dengan menyatakan Pasal 46 ayat (3) huruf c UU

Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU Pers bertentangan dengan UUD 1945 dan

tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, maka yang akan terjadi justru bahwa

iklan dan promosi rokok yang memperagakan wujud rokok tidak lagi dilarang.

Apabila hal itu tidak dilarang, ancaman terjadinya pelanggaran hak konstitusional

warga negara yang dikemukakan para Pemohon justru akan terjadi.

[3.10] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan hukum di atas,

rumusan undang-undang a quo telah ternyata tidak bertentangan dengan UUD

1945 sebagaimana didalilkan para Pemohon, sehingga permohonan para

Pemohon agar Pasal 46 ayat (3) huruf c UU Penyiaran dan Pasal 13 huruf c UU

Pers dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 tidak beralasan menurut hukum.

4. KONKLUSI

Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan

di atas, Mahkamah berkesimpulan:

[4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo;

[4.2] Para Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan

permohonan a quo;

[4.3] Pokok permohonan para Pemohon tidak beralasan menurut hukum untuk

seluruhya.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226), dan Undang-

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 67: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

67

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5076);

5. AMAR PUTUSAN

Mengadili,

Menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya

Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim yang dihadiri

oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap

Anggota, Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Saldi Isra, Manahan MP Sitompul,

Aswanto, I Dewa Gede Palguna, Suhartoyo, dan Wahiduddin Adams, masing-

masing sebagai Anggota, pada hari Senin, tanggal dua puluh, bulan November,

tahun dua ribu tujuh belas, yang diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah

Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Kamis, tanggal empat belas, bulan

Desember, tahun dua ribu tujuh belas, selesai diucapkan pukul 12.53 WIB, oleh

sembilan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota,

Anwar Usman, Maria Farida Indrati, Saldi Isra, Manahan MP Sitompul, Aswanto,

I Dewa Gede Palguna, Suhartoyo, dan Wahiduddin Adams, masing-masing

sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Syukri Asy’ari sebagai Panitera

Pengganti, serta dihadiri oleh para Pemohon/kuasanya, Presiden atau yang

mewakili, dan Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili.

KETUA,

ttd.

Arief Hidayat

ANGGOTA-ANGGOTA,

ttd.

Anwar Usman

ttd.

Maria Farida Indrati

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]

Page 68: PUTUSAN Nomor 81/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN …

68

ttd.

Saldi Isra

ttd.

Manahan MP Sitompul

ttd.

Aswanto

ttd.

I Dewa Gede Palguna

ttd.

Suhartoyo

ttd.

Wahiduddin Adams

PANITERA PENGGANTI,

ttd.

Syukri Asy’ari

Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected]