Putri Malu

79
1 ISOLASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA SAPONIN DARI AKAR PUTRI MALU (Mimosa pudica) SKRIPSI Oleh : ARA MIKO JAYA NIM : 04530001 JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010

description

putri malu

Transcript of Putri Malu

Page 1: Putri Malu

1

ISOLASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI

SENYAWA SAPONIN DARI AKAR PUTRI MALU (Mimosa pudica)

SKRIPSI

Oleh :

ARA MIKO JAYA

NIM : 04530001

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHI M

MALANG

2010

Page 2: Putri Malu

2

ISOLASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA SAP ONIN

DARI AKAR PUTRI MALU ( Mimosa pudica)

SKRIPSI

Diajukan Kepada:

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahi m Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh:

ARA MIKO JAYA

NIM: 04530001

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHI M

MALANG

2010

Page 3: Putri Malu

3

SURAT PERNYATAAN

ORISINALITAS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ara Miko Jaya

NIM : 04530001

Fakultas / Jurusan : Sains dan Teknologi

Judul Penelitian : ISOLASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI

SENYAWA SAPONIN DARI AKAR PUTRI MALU

(Mimosa pudica)

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini

tidak terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian orang lain atau karya

ilmiah yang pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis dikutip dalam naskah dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar

pustaka.

Apabila ternyata hasil penelitan ini terbukti terdapat unsur-unsur

jiplakan, maka saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan, serta diproses

sesuai peraturan yang berlaku.

Malang, 3 Agustus 2010

Yang Membuat Pernyataan,

Ara Miko Jaya

NIM. 04530001

Page 4: Putri Malu

4

Lembar Persetujuan

ISOLASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI

SENYAWA AMTIBAKTERI DARI AKAR PUTRI MALU ( Mimosa pudica)

SKRIPSI

Oleh :

ARA MIKO JAYA

NIM. 04530001

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Diana Candra Dewi, M. Si NIP. 197707202003122001

Konsultan

Dr. Munirul Abidin, M. Ag NIP.197204202002120003

Malang, 19 April 2010

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kimia

Diana Candra Dewi, M. Si NIP. 197707202003122001

Page 5: Putri Malu

5

ISOLASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA SAPONIN DARI AKAR PUTRI MALU ( Mimosa pudica)

SKRIPSI

Oleh:

ARA MIKO JAYA NIM. 04530001

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu

Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S. Si)

Tanggal, 22 Juli 2010

Susunan Dewan Penguji : Tanda Tangan

1. Penguji Utama : Rini Nafsiati Astuti, M.Pd NIP. 197505312003122003

( ................................. )

2. Ketua Penguji : Elok Kamilah Hayati, M. Si NIP. 197906202006042002

( ................................. )

3. Sekr. Penguji : Diana Candra Dewi, M. Si NIP. 197707202003122001

( ................................. )

4. Anggota Penguji : Dr. Munirul Abidin, M.Ag NIP. 197204202002120003

( ................................. )

Mengetahui dan Mengesahkan

Ketua Jurusan Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahi m Malang

Diana Candra Dewi, M.Si. NIP. 197707202003122001

Page 6: Putri Malu

6

ÇMOTTO

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Page 7: Putri Malu

7

ABSTRAK

Ara Miko jaya, 2010, Isolasi dan Uji Efektivitas Antibakteri Senyawa Saponin dari Akar Putri Malu (Mimosa pudica), Pembimbing I: Diana Candra Dewi, M.Si, Pembimbing II: Dr. Munirul Abidin, M.Ag.,

Kata Kunci : Akar putri malu, antibakteri, S. aureus, E. coli, KLT preparatif dan

KLT Analitik.

Akar putri malu mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid dan terpenoid. Golongan senyawa-senyawa ini sering dipergunakan sebagai bahan dasar obat moderen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak kasar senyawa saponin dari akar putri malu dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli, mengetahui eluen yang terbaik untuk pemisahan ekstrak kasar saponin dari akar putri malu menggunakan KLT analitik, mengetahui aktivitas isolat saponin hasil KLT preparatif dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli.

Pada penelitian ini ekstraksi senyawa aktif dalam akar putri malu dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut methanol 90 %. Pemisahan senyawa aktif dilakukan dengan metode KLT. Eluen yang digunakan adalah klorofom;metanol;air dengan variasi konsentrasi (13:4:1), (65;50:10), (20:60:4), (20:60:10). Uji antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram terhadap bakteri S. aureus dan E. coli. Identifikasi senyawa saponin triterpenoid menggunakan uji busa dan uji warna Liebermann-Burchard (LB).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak akar putri malu berpotensi sebagai antibakteri karena ekstrak kasar akar putri malu mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus. Pada konsentrasi optimum 200 ppm zona hambat yang dihasilkan adalah 24,6 mm untuk S.aureus dan 19,1 mm untuk E. coli. Eluen terbaik untuk memisahkan saponin triterpenoid pada ekstrak akar putri malu adalah klorofom;metanol;air dengan konsentrasi (20:60:4) dengan 3 noda yang terlihat terpisah yaitu pada Rf berturut-turut 0,125; 0,75 ; 0,812. Mekanisme kerja ekstrak akar putri malu sebagai antibakteri adalah sinergis Hal ini terlihat dari zona hambat, untuk E. coli isoat I = 5,32 mm dan isolat II =2,20 mm, untuk S. aureus isolat I = 1,32 mm dan isolat II = 0,38 mm, sedangkan pada isolat III tidak efektif sebagai anti bakteri.

Page 8: Putri Malu

8

ABSTRACK Ara Miko Jaya, 2010. Isolation and Antibacterial Efectivity of Saponin

Compound of Putri Malu (Mimosa pudica) Root. The first andvisor: Diana Candra Dewi, M.Si, second advisor : Dr. Munirul Abidin, M.Ag.

Key words : Putri malu root, antibactrial, S. aureus, E. coli, TLC.

Putri malu root has apart of alkaloid, flavonoid and terpenoid. This compounds are oftebly used moderen medicine. The aim of this research is know the efectivity of saponin compound from putri malu root to inhibit development bacteria S. aureus and E. Coli, to know the best eluen to separate saponin crude ekstract from putri malu root used analytic TLC, and to know the resih of efectivity preparatife isolate saponin TLC to inhibit bacteria S. aureus and E. coli development.

In this research the active compound ekstract from putri malu root using maserasi methode with metanol 90 %. The methode used in separation of active compoune is TLC methode. The eluen which is used klorofom ; methanol ; water with variation of consentration (13:4:1), (65;50:10), (20:60:4), (20:60:10). The method that used in antibacteria test is disk diffusion to S. aureus and E. coli bacteria. The identify ecation of triterpenoid saponin compound is using foam and liberman-burchard (LB) test.

The result of this research shown that the ekstract of putri malu root are potential as antibacteria. The ekstract of putri malu root can inhibit the growth of S. aureus and E. coli bacteria. In optimum consentration 200 ppm the result of inhibition zone is 24,6 mm for S. aureus and 19,1 mm to E. Coli. The best eluen for triterpenoid saponin from putri malu root is klorofom;methanol;water in (20:60:4) consentration that stain three appear srad with Rf 0,812;0,75;0,125. The antibacteria inhibition mekanism of putri malu root are synergy. It is appear from inhibition zone, E. Coli isolate I =1,32 mm and isolate II = 0,38 mm, in other hand isolate III is not effective as antibacterial

Page 9: Putri Malu

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan

kemudahan yang selalu diberikan kepada penulis, sehingga skripsi ini dengan

judul “Isolasi dan Uji Efektivitas Antibakteri Senyawa Saponin Dari Akar

Putri Malu ( Mimosa Pudica)” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Sains.

Shalawat dan salam semoga selalau tercurahkan kepada manusia pilihan,

dan panutan yang baik dalam segala hal dalam menjalani kehidupan yaitu Nabi

kita Muhammad SAW, yang telah membimbing kita menuju sebuah cahaya

kebenaran yakni agama Islam serta yang kita harapkan syafa’atnya di hari akhir

nanti. Amin.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, terutama

kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Malang beserta stafnya,

terima kasih atas fasilitas yang diberikan selama kuliah di UIN Malang.

2. Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, S.U., D.Sc., selaku Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Malang.

3. Diana Candra Dewi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan

Page 10: Putri Malu

10

dosen pembimbing metpen serta dosen pembimbing utama yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Munirul Abidin, M.Ag., selaku pembimbing integrasi sains dan Islam yang

telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi

ini.

5. Rini Nafsiati, M.Pd, dan Elok Kamilah Hayati, M.Si., selaku penguji yang

banyak memberikan masukan demi sempurnanya isi skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi yang telah

banyak mengamalkan ilmunya.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis demi terselesainya skripsi

ini.

Akhir kata dengan jujur penulis mengakui bahwa skripsi ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi lebih sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca

pada umumnya dan semoga penulisan skripsi ini mendapatkan ridho dari Allah

SWT. Amiin.

Malang, 2 Agustus 2010

Penulis

Page 11: Putri Malu

11

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitan ......................................................................................... 5 1.4 Batasan Masalah ......................................................................................... 5 1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Putri Malu ................................................................................................... 7 2.2 Terpenoid.................................................................................................... 9 2.3 Saponin ..................................................................................................... 11 2.4 Tinjauan Umum Staphylococcus aureus dan Escherichia coli ................... 14 2.4.1 Bakteri Staphylococcus aureus ............................................................... 14 2.4.2 Bakteri Escherichia coli .......................................................................... 16 2.5 Ekstraksi Saponin dengan Metode Maserasi .............................................. 17 2.6 Isolasi Saponin dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .......................... 19 2.7 Uji Efektifitas Saponin sebagai Antibakteri ............................................... 22 2.8 Tumbuhan Obat dalam Pandangan Islam .................................................. 24

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 30 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 30 3.2.1 Alat Penelitian ....................................................................................... 30 3.2.2 Bahan Penelitian .................................................................................... 30 3.3 Rancangan Penelitian ................................................................................ 31 3.4 Metode Penelitian ..................................................................................... 31 3.4.1 Preparasi Sampel ................................................................................... 31 3.4.2 Uji Pendahuluan .................................................................................... 32 3.4.2.1 Uji Busa ............................................................................................. 32 3.4.2.2 Uji Warna Liebermann- burchard (LB) .............................................. 32 3.4.3 Ekstraksi Saponin .................................................................................. 32 3.4.4 Uji Efektivitas Antibakteri ..................................................................... 33 3.4.4.1 . Sterilisasi Alat dan Bahan .................................................................. 33

Page 12: Putri Malu

12

3.4.4.2 . Pembuatan Media ............................................................................... 33 3.4.4.3 . Peremajaan Biakan Murni S. aureus dan E. coli ................................. 34 3.4.4.4 . Pembuatan Larutan Bakteri S. aureus dan E. coli ............................... 34 3.4.4.5 . Uji Aktifitas Antibakteri ..................................................................... 34 3.4.5 Pemisahan Senyawa Isolat dengan KLT ................................................. 35 3.4.6.1 KLT Analitik ..................................................................................... 35 3.4.6.2 KLT Preparatif ................................................................................... 35 3.4.6 Uji Antibakteri Senyawa Saponin Hasil Isolasi KLT .............................. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preparasi Sampel....................................................................................... 37 4.2 Uji Prndahuluan ........................................................................................ 38 4.2.1 Uji Busa ................................................................................................. 38 4.2.2 Uji Warna Liebermann-burchard (LB) ................................................... 39 4.3 Ekstraksi Saponin ..................................................................................... 39 4.4 Uji Efektivitas Antimikroba Terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus .......... 41 4.5 KLT (kromatografi Lapis Tipis) ................................................................ 45 4.5.1 KLT Analitik ......................................................................................... 45 4.5.2 KLT Preparatif ....................................................................................... 47 4.6 Uji Efektivitas Antimikroba Terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus .......... 49 4.7 Mekanisme Kerja Saponin Terhadap Pertumbuhan Bakteri ....................... 50 4.8 Perspetif Islam Terhadap Tumbuhan Putri Malu........................................ 51

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 54 5.2 Saran ......................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 55 LAMPIRAN .................................................................................................. 58

Page 13: Putri Malu

13

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Relatif Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif ................. 17 Tabel 2.2 Ukuran Daerah dan Interpretasi untuk Kemoterapeutik ....................... 25 Tabel 4.1 Zona Hambat Kontrol Positif dan Kontrol Negatif .............................. 44 Tabel 4.2 Rf KLT Analitik ................................................................................. 46

Page 14: Putri Malu

14

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Tumbuhan Putri Malu (Mimosa pudica L.) ...................................... 7 Gambar 2.2. Struktur Senyawa Terpenoid ......................................................... 10 Gambar 2.3. Struktur Saponin Steroid dan Saponin Triterpenoid ........................ 11 Gambar 2.4. Bakteri Staphylococcus aureus ....................................................... 14 Gambar 2.5. Bakteri Escherichia coli ................................................................. 16 Gambar 2.6. Struktur Saponin Triterpenoid Aralia elata ................................... 19 Gambar 2.7. Menunjukkan Lempengan Setalah Pelarut Bergerak Setengah dari

Lempengan. ................................................................................... 20 Gambar 2.8. Pengukuran pada Lempengan ........................................................ 21 Gambar 4.1. Grafik Hasil Uji Antibakteri Ekstrak terhadap S. aureus ................ 43 Gambar 4.2. Grafik Hasil Uji Antibakteri Ekstrak terhadap E. coli ..................... 44 Gambar 4.3. Hasil KLT Analitik a, Tanpa Sinar; b, dengan sinar UV λ 366 nm ;

dengan sinar UV λ 254 nm ............................................................. 48 Gambar 4.4. Hasil KLT Preparatif ; a, Tanpa Sinar; b, dengan sinar UV λ 366

nm ; dengan sinar UV λ 254 nm...................................................... 48 Gambar 4.5. Mekanisme Perusakan Senyawa Fospolifpi pada Membran Sel

Bakteri ........................................................................................... 51

Page 15: Putri Malu

15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai manusia yang dikaruniai akal, manusia diperintahkan untuk selalu

berpikir dan mencari sesuatu yang belum kita ketahui manfaat dan bahayanya,

baik itu benda mati maupun makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan. Allah

SWT menciptakan semuanya supaya kita berpikir kepada-Nya, seperti yang

dijelaskan di dalam firmanNya surat ar Rad (13) ayat 4:

’ Îû uρ ÇÚ ö‘F{ $# Óì sÜÏ% ÔN≡u‘Èθ≈yf tG •Β ×M≈Ζy_ uρ ôÏiΒ 5=≈uΖôãr& ×íö‘y—uρ ×≅ŠÏƒ wΥuρ ×β# uθ÷ΖϹ ç�ö� xîuρ 5β# uθ ÷ΖϹ 4’ s+ó¡ ç„ & !$yϑÎ/ 7‰Ïn≡uρ ã≅ ÅeÒ x� çΡ uρ $pκ|Õ÷è t/ 4†n? tã <Ù÷è t/ ’Îû È≅à2 W{ $# 4 βÎ) ’Îû š�Ï9≡sŒ ;M≈tƒUψ 5Θ öθs) Ïj9 šχθ è=É) ÷è tƒ

Artinya : ”Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tumbuhan-tumbuhan dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tumbuhan itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS ar Rad (13) : 4)

Ayat di atas menyeru kita untuk berfikir bahwa semua yang ada di bumi

diciptakan memiliki maksud dan tujuan. Seperti pada tumbuh-tumbuhan yang

memiliki banyak senyawa-senyawa yang dapat dimanfaatkan manusia. Salah satu

tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah tumbuhan putri malu

walaupun sebagian besar masyarakat belum tertarik dan mengetahui manfaat dan

khasiat dari tumbuhan putri malu, padahal jika diteliti lebih dalam tumbuhan putri

Page 16: Putri Malu

16

malu dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan herbal yang bermanfaat bagi

kesehatan.

Khasiat dari tumbuhan putri malu diantaranya adalah untuk obat

antiinfeksi saluran pernapasan, herpes, infeksi kulit, diare, asma, pembengkakan

karena luka bahkan insomania. Kurang pedulinya Masyarakat akan putri malu,

mungkin disebabkan karena sampai sekarang, tumbuhan ini tumbuh liar dan

memang, penggunaannya kurang populer. Padahal, karena tumbuh di berbagai

tempat tumbuhan itu berarti memenuhi persyaratan untuk diteliti lebih intensif

(Faridah, 2007).

Selama ini, penggunaan putri malu sebagai obat tradisional memang hanya

berdasarkan pengalaman yang diwariskan secara turun temurun. Sehingga perlu

dilakukan uji khasiat dan uji keamanan, untuk memberikan dukungan ilmiah pada

pemakaiannya. Jika memang terbukti berkasiat, maka penemuan ini sangat

bermanfaat, mengingat hingga saat ini jumlah Putri Malu di Indonesia relatif

tinggi. Seluruh bagian tumbuhan Putri Malu dapat dimanfaatkan sebagai obat,

yakni dari akar, batang daun hingga keseluruhan bagian tumbuhan, baik dalam

keadaan segar atau kering (Faridah, 2007).

Akar Putri Malu diduga mengandung golongan senyawa alkaloid,

flavonoid dan terpenoid. Golongan senyawa-senyawa ini sering dipergunakan

sebagai bahan dasar obat-obatan antibakteri moderen. Sebagai contoh, senyawa

terpenoid asetoksicavikol asetat, merupakan senyawa yang bersifat antitumor dari

tumbuhan lengkuas. Senyawa artemisin bersifat antimalaria dari tumbuhan

Page 17: Putri Malu

17

Artemisia annua, Senyawa ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan

terpenoid (Faridah, 2007).

Saponin adalah glikosida yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat di

alam, terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin.

Larutan saponin yang sangat encer sangat beracun untuk ikan, tumbuhan yang

mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus

tahun (Robinson, 1995). Busa yang ditimbulkan saponin karena adanya kombinasi

struktur senyawa penyusunnya yaitu rantai sapogenin nonpolar dan rantai samping

polar yang larut dalam air. Saponin mempunyai rasa pahit, dapat mengadsorbsi Ca

dan Si dan membawanya dalam saluran pencernaan. Sebagian besar berupa

glikosida yang dapat mengikat satu (monodesmosida), dua (bidesmosida) atau tiga

(tridesmosida) rantai glukosa dan aglikonnya yang mengikat gugus fungsi –OH,

–COOH dan –CH.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengisolasi dan

mengidentifikasi senyawa dari fraksi etil asetat herba Putri Malu (M. pudica L).

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70 %

dan dilanjutkan fraksinasi menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat. Fraksi

etil asetat dikromatografi kolom berulang dan dikromatografi lapis tipis preparatif,

dengan fasa gerak n-heksana etil asetat dengan perbandingan yang bervariasi,

hasil penapisan fitokimia dari fraksi etil asetat menunjukkan adanya senyawa

golongan flavonoid, tanin, polifenol, monoterpenoid, seskuiterpenoid, steroid dan

kuinon (Suwariany, 2006). Penelitian ini akan mengkaji tentang tumbuhan putri

malu yang berpotensi sebagai tanaman obat melalui pendekatan uji antibakteri.

Page 18: Putri Malu

18

Salah satu cara untuk melemahkan bakteri adalah dengan pemberian

senyawa antibakteri. Antibakteri adalah agen kimia yang mampu menginaktivasi

bakteri. Inaktivasi bakteri dapat berupa penghambatan pertumbuhan bakteri

(bakteriostatik) atau bahkan bersifat membunuh bakteri (bakterisid) (Brock, dkk.,

1994). Uji antibakteri dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas

suatu bakteri terhadap antibakteri. Menurut Brock and Madigan (1994) terdapat

3 metode yang umum digunakan dalam uji antibakteri, yaitu metode dilusi kaldu,

metode dilusi agar, dan metode difusi cakram.

Bakteri E. coli dan S. aureus memiliki komposisi dinding sel yang

berbeda. Dinding sel S. aureus yang merupakan kelompok bakteri gram positif

memiliki struktur yang mempunyai banyak peptidoglikan dan relatif sedikit lipid

sedangkan E. coli merupakan kelompok bakteri gram negatif yang relatif lebih

banyak mengandung lipid (Hugo dan Russell, 1998). Menurut penelitian Faradisa

(2008) bahwa ekstrak kasar senyawa saponin dari batang tumbuhan blimbing

wuluh (Aveehoa bilimbi) memiliki aktifitas antibakteri terhadap S. aureus dan

bakteri E. coli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat

diambil adalah :

1. Bagaimana efektivitas ekstrak kasar senyawa saponin dari akar Putri Malu

dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli?

Page 19: Putri Malu

19

2. Eluen apakah yang terbaik untuk pemisahan ekstrak saponin dari akar putri

malu menggunakan KLT analitik?

3. Bagaimana aktivitas isolat saponin hasil KLT preparatif dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui efektivitas ekstrak kasar senyawa saponin dari akar putri malu

dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli.

2. Mengetahui eluen yang terbaik untuk pemisahan ekstrak kasar saponin dari

akar putri malu menggunakan KLT analitik.

3. Mengetahui aktivitas isolat saponin hasil KLT preparatif dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli.`

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan putri malu dari daerah sekitar

hulu sungai Metro, Joyosuko Lowokwaru Malang.

2. Isolasi senyawa saponin dengan metode maserasi menggunakan pelarut

metanol, dilanjutkan ekstrasi dietil eter dan n-Butanol kemudian dengan

metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

3. Uji efektivitas antibakteri pada senyawa hasil isolasi saponin menggunakan

metode difusi cakram.

Page 20: Putri Malu

20

4. Eluen yang digunakan adalah klorofom;metanol;air dengan variasi kosentrasi

(13:4:1), (65;50:10), (20:60:4), (20:60:10).

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

1. Senyawa antibakteri yang didapat, diharapkan nantinya dikembangkan lebih

lanjut sehingga bermanfaat untuk menanggulangi penyakit yang disebabkan

oleh E. coli dan S. aureus.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang manfaat tumbuhan

putri malu yang mempunyai potensi sebagai penghasil senyawa saponin,

sehingga tumbuhan putri malu tidak dianggap hama bagi masyarakat umum.

Page 21: Putri Malu

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Putri Malu

Gambar 2.1. Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) (Jayani, 2007)

Taksonomi tumbuhan putri malu adalah sebagai berikut (Jayani,2007):

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae Ordo : Rosales

Familia : Mimosaceae Genus : Mimosa

Spesies : Mimosa pudica L.

Sifat dan kasiat putri malu yang selama ini telah digunakan adalah:

Rasanya manis, agak dingin, astrigen. Herba putri malu berkhasiat sebagai

penenang, peluruh dahak (ekspektoran), peluruh kencing (diuretik), obat batuk

(antitusif), pereda demam (antipiretik), dan antiradang. Akar dan biji putri malu

dapat berkhasiat sebagai perangsang muntah (Jayani, 2007).

Putri malu memiliki nama latin Mimosa pudica, berasal dari benua

Amerika yang beriklim tropis pada ketinggian 1-1200 m di atas permukaan laut.

Page 22: Putri Malu

22

Perkembangbiakannya sangat cepat, biasanya putri malu tumbuh merambat atau

kadang berbentuk semak (tegak) atau setengah perdu dengan tinggi antara

0,3-1,5 m, batangnya bulat, berbulu dan berduri, daunnya kecil-kecil, berbentuk

lancip, bunganya bertangkai dan berbentuk bulat seperti bola, serta berwarna

merah muda. Putri malu tumbuh liar di pinggir jalan, tempat-tempat terbuka yang

terkena sinar matahari (Faridah, 2007).

Putri malu berkhasiat untuk mengatasi penyakit malaria. Akar dan bijinya

berkasiat untuk merangsang muntah. Para ahli pengobatan Cina dan penelitian AS

serta Indonesia mengindikasikan, putri malu bisa dipakai untuk mengobati

berbagai penyakit lain, seperti radang mata akut, kencing batu, panas tinggi pada

anak-anak, cacingan, insomnia, peradangan saluran napas (bronchitis), dan herpes

(Siswono, 2005).

Englert dkk. dalam Planta Medica menyebutkan, tumbuhan putri malu

mengandung senyawa yang sensitif, yakni momosine, sebuah asam amino hasil

biosintetik turunan dari lysin. Senyawa itu bersifat racun bagi beberapa binatang

seperti babi, kelinci, dan binatang memamah biak (Siswono, 2005).

Hasil eksperimen dengan menyuntikkan 10 % sari daunnya berpengaruh

menurunkan tekanan darah pada anjing yang sekaligus sebagai penenang (sedatif),

antiradang, tidak melekatnya pembuahan telur pada rahim (antiimplantasi), dan

antiradang rematik. Hasil tes pada tikus memperlihatkan bertambahnya waktu

tidur. Menurunkan kadar gula tikus-tikus dengan kadar gula tinggi (diabetes)

setelah memberikan pakan dua jam dan jangka maksimum setelah enam jam

menunjukkan gejala normal (Samiran,2006).

Page 23: Putri Malu

23

Menurut penelitian Suwariany (2006), untuk mengisolasi dan

mengidentifikasi senyawa dari fraksi etil asetat herba putri malu (M. pudica L).

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70 %

dan dilanjutkan fraksinasi menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat. Fraksi

etil asetat dikromatografi kolom berulang dan dikromatografi lapis tipis preparatif,

dengan fasa gerak n-heksana : etil asetat dengan perbandingan yang bervariasi,

dilanjutkan dengan identifikasi spekrofotometer UV dan spektrofotometer IR.

Hasil penapisan fitokimia dari fraksi etil asetat menunjukkan adanya senyawa

golongan flavonoid, tanin, polifenol, monoterpenoid, seskuiterpenoid, steroid dan

kuinon.

2.2. Terpenoid

Terpenoid atau isoprenoid merupakan salah satu senyawa organik yang

banyak tersebar di alam, yang terbentuk dari satuan isoprene (CH3=C(CH3)-

CH=CH2). Senyawa terpenoid merupakan senyawa hidrokarbon yang dibedakan

berdasarkan jumlah satuan isoprena penyusunnya, kelompok metil dan atom

oksigen yang diikatnya (Robinson, 1995). Berdasarkan jumlah satuan isoprena

penyusunnya terpenoid dibagi menjadi beberapa golongan yaitu monoterpena

(C10) dan seskuiterpena (C15) yang mudah menguap, diterpena (C20) sukar

menguap, triterpenoid dan sterol (C30) tidak menguap serta pigmen karotenoid

(C40) (Harbourne, 2002).

Page 24: Putri Malu

24

OH

OH

OH

CH3

Glc-Glc-O

CH2OGlc

HO

Protoaeigenin (Triterpenoid) Seskuiterpenoid Gambar 2.2. Struktur senyawa terpenoid (Harbourne, 2002 )

Terpenoid banyak ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi sebagai

minyak atsiri yang memberi bau harum dan bau khas pada tumbuhan dan bunga.

Selain itu terpenoid juga terdapat dalam jamur, invertebrata laut dan feromon

serangga. Sebagian besar terpenoid ditemukan dalam bentuk glikosida atau

glikosil ester (Thomson, 2004).

Terpenoid dari tumbuhan biasanya digunakan sebagai senyawa aromatik

yang menyebabkan bau pada eucalyptus, pemberi rasa pada kayu manis, cengkeh,

jahe dan pemberi warna kuning pada bunga. Terpenoid tumbuhan mempunyai

manfaat penting sebagai obat tradisional, antibakteri, antijamur dan gangguan

kesehatan (Thomson, 2004).

Untuk mengidentifikasi triterpen yaitu dengan cara: sampel dilarutkan

dalam 0,5 ml Klorofom, lalu ditambah dengan 0,5 ml asam asetat anhidrat.

Selanjutnya campuran ini ditetesi dengan 1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding

tabung tersebut. Jika hasil yang diperoleh berupa kecoklatan atau violet pada

perbatasan dua pelarut menunjukkan adanya triterpen, sedangkan munculnya

warna hijau kebiruan menunjukkan adanya sterol (Indrayani, 2006).

Page 25: Putri Malu

25

2.3. Saponin

Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam

tumbuhan. Saponin ada pada seluruh tumbuhan dengan konsentrasi tinggi pada

bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tumbuhan dan tahap

pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai

bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari

metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung

terhadap serangan serangga.

Saponin Steroid Saponin Triterpenoid

Gambar 2.3. Struktur Saponin Steroid dan Saponin Triterpenoid (Gunawan, 2004)

Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.

Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid atau saponin triterpenoid. Saponin

tersebar luas antara tumbuhan tingkat tinggi. Keberadaan saponin sangat mudah

ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila digojog

menimbulkan buih yang stabil (Gunawan, 2004).

Larutan saponin yang sangat encer sangat beracun untuk ikan, dan

tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama

beratus-ratus tahun. Busa yang ditimbulkan saponin karena adanya kombinasi

struktur senyawa penyusunnya yaitu rantai sapogenin nonpolar dan rantai samping

polar yang larut dalam air. Saponin mempunyai rasa pahit, dapat mengadsorbsi Ca

Page 26: Putri Malu

26

dan Si dan membawanya dalam saluran pencernaan. Sebagian besar berupa

glikosida yang dapat mengikat satu (monodesmosida), dua (bidesmosida) atau tiga

(tridesmosida) rantai glukosa dan aglikonnya yang mengikat gugus fungsi –OH,

–COOH dan –CH (Robinson, 1995). Saponin juga bersifat bisa menghancurkan

butir darah merah lewat hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin,

sehingga banyak di antaranya digunakan sebagai racun ikan (Gunawan, 2004).

Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut

sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi

sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi

keras atau beracun seringkali disebut sapotoksin (Gunawan, 2004).

Saponion memiliki berat molekul tinggi sehingga menjadikan upaya

isolasi untuk mendapatkan saponin yang murni menemui banyak kesulitan.

Berdasarkan aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibagi dua macam, yaitu

tipe steroid dan tipe tritepenoid. Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik

pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam

mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid (Gunawan, 2004).

Jasmansyah (2002) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa isolasi

saponin dan triterpenoid sapogenin dari tumbuhan dilakukan dengan sokhlet dan

ekstraksi menggunakan pelarut etanol yang dilanjutkan dengan pemisahan dan

pemurnian dengan ekstraksi pelarut dan rekristalisasi. Kemudian saponin

dihidrolisis dengan HCl 2 N. Berdasarkan identifikasi dengan spektrum UV-

Visibel dan FTIR menunjukkan bahwa senyawa saponin mengandung gugus

Page 27: Putri Malu

27

hidroksil, ester, eter, karboksil dan ikatan rangkap tak berkonjugasi (Robinson,

1995).

Menurut penelitian Moelyono, M, dkk (2007) Pemeriksaan saponin

dengan uji pembentukan busa. Adanya saponin ditunjukkan dengan pembentukan

busa mantap selama proses pendiaman dengan ketinggian busa tidak kurang dari 1

cm setelah penambahan HCl. Pemeriksaan ulang dengan reaksi warna dengan

pereaksi Liebermann Birchard (LB), dengan terbentuknya warna biru-hijau.

Menurut penelitian Kristianingsih (2005), isolasi saponin dilakukan

dengan ekstraksi bertahap menggunakan metanol, dietil eter dan n-Butanol,

pemisahan senyawa hasil isolasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

Pada plat silica gel F254 dengan eluen campuran klorofom-metanol-air (20:60:20)

menghasilkan 3 noda. Setiap isolat hasil KLT dianalisis H-NMR.

Semua saponin mengakibatkan hemolisis. Oleh karena itu, relatif

berbahaya bagi semua organisme binatang bila saponin diberikan secara parental.

Setengah sampai beberapa mg/kg BB saponin dapat berakibat fatal dan

mematikan. Begitu pula pemakaian sterol saponin kompleks dalam jangka

panjang akan mematikan bila diberikan secara parental. Pengaruh terhadap alat

pernafasan dapat dibuktikan dengan kenyataan digunakannya obat yang

mengandung saponin untuk mencari ikan oleh rakyat yang primitif. Kadar saponin

yang sangat kecil pun mampu melumpuhkan fungsi pernafasan dari insang

(Gunawan, 2004).

Menurut Robinson (1995), saponin memiliki kegunaan dalam pengobatan,

terutama karena sifatnya yang mempengaruhi absorpsi zat aktif secara

Page 28: Putri Malu

28

farmakologi. Beberapa jenis saponin bekerja sebagai antibakteri. Sifat-sifat

saponin adalah sebagai berikut :

1) Berasa pahit.

2) Berbusa dalam air.

3) Mempunyai sifat detergen yang baik.

4) Larut dalam air dan alkohol dan tidak larut dalam eter.

5) Mempunyai aktivitas hemolisis, merusak sel darah merah.

6) Tidak beracun bagi binatang berdarah panas.

7) Mempunyai sifat antieksudatif.

8) Mempunyai sifat antiinflamatori

2.4. Tinjauan Umum Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

2.4.1. Bakteri Staphylococcus aureus

Gambar 2.4. Bakteri Staphylococcus aureus (David, 2006)

Menurut bergey dalam Irianto (2006), Staphylococcus aureus dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 29: Putri Malu

29

Kingdom : Monera Divisio : Firmicutes

Class : Bacilli Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Beberapa jenis Staphylococcus tumbuh dengan baik dalam kaldu pada

suhu 37 0C. Pertumbuhan terbaik dan khas ialah pada suasana aerob, bakteri ini

juga bersifat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara yang hanya

mengandung hidrogen, pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 7,4. Pada

lempeng agar, koloni yang dihasilkan berbentuk bulat, cembung, buram,

mengkilat, dan konsistensinya lunak. Koloni dari S. aureus berwarna kuning

keemasan (Syahrurachman dkk, 1993).

S. aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus dengan

diameter 0,7-0,9 µm, membutuhkan nitrogen organik (asam amino) untuk tumbuh

serta bersifat anaerobik fakultatif. S. aureus bersifat termodurik, dengan kisaran

suhu pertumbuhan antara 5-50 0C. Bakteri ini dapat ditemukan pada kulit, kelenjar

kulit dan selaput lendir (Fardiaz, 1993).

Page 30: Putri Malu

30

2.4.2. Bakteri Escherichia coli

Gambar 2.5. Bakteri Escherichia coli (David, 2006)

Menurut Bergey dalam Irianto (2006), Escherichia coli dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Bakteria Filum : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria Ordo : Enterobacteriales

Sub-ordo : Eubacteriales Family : Enterobacteriacerae

Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli

E. coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang lurus

dengan ukuran 1,1-1,5 µm, kisaran pertumbuhan (suhu 8 0C sampai lebih dari 40

0C), suhu pertumbuhan optimum pada 37 0C, dan dapat melakukan fermentasi

laktosa dan fermentasi glukosa, serta menghasilkan gas. Dapat melakukan

fermentasi laktosa dan fermetasi glukosa, serta menghasilkan gas. E. coli

merupakan flora normal dan hidup komensal didalam colon manusia. Indikator

yang paling baik untuk menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori faces

adalah dengan adanya E. coli dalam air tersebut, karena dalam faces manusia, baik

sakit maupun sehat terdapat bakteri ini. Dalam satu gram faces terdapat sekitar

seratus juta E. coli (Entjang, 2003).

Page 31: Putri Malu

31

E. coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa digunakan pada

isolasi kuman enterik dalam keadaan mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam

pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta (Syahrurachman dkk, 2003).

Koloni yang tumbuh berbentuk bundar, cembung, halus dengan tepi yang nyata

(Jawet et.al, 1996). Koloni bakteri pada media diferensial agar Eosin Methylen

Blue (EMB) membentuk morfologi koloni seperti kilatan logam (metallic sheen)

(Dzen, dkk, 2003).

Tabel 2.1. Perbedaan relatif bakteri gram positif dan gram negatif

Sifat Perbedaan Relatif

Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif

Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah (1-4%)

Kandungan lipid tinggi (11-22%)

Ketahanan terhadap penisilin

Lebih sensitif Lebih tahan

Penghambatan oleh pewarna basa. Contoh

violet, kristal Lebih dihambat Kurang dihambat

Kebutuhan nutrien Kebanyakan spesies

relatif kompleks Kebanyakan spesies

relatif sederhana Ketahanan terhadap

perlakuan fisik Lebih tahan Kurang tahan

Sumber : Pelczar dan Chan, 1986

2.5. Ekstraksi Saponin dengan Metode Maserasi

Esktraksi merupakan peristiwa pemindahan massa zat aktif yang semula

berada dalam sel ditarik oleh pelarut sehingga terjadi larutan zat aktif dalam

pelarut tersebut. Pada umumnya eksratraksi akan bertambah baik bila permukaan

serbuk simplisia yang bersentuhan dengan pelarut dengan pelarut makin luas.

Dengan demikian, makin halus serbuk simplisia, seharusnya makin baik

ekstraksinya. Tetapi pada pelaksanaannya tidak selalu demikian karena ekstraksi

Page 32: Putri Malu

32

masih bergantung pada sifat fisik dan sifat kimia simplisia yang bersangkutan

(Ahmad, 2006)

Metode ekstraksi yang digunakan untuk bahan alam, dikenal suatu metode

yaitu maserasi. Maserasi merupakan suatu metode ekstraksi menggunakan lemak

panas. Akan tetapi penggunaan lemak panas ini telah digantikan dengan pelarut-

pelarut volatil. Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak

yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi (Guether, 1987).

Maserasi merupakan cara yang sederhana, maserasi dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel

dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif

akan larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam

sel, maka larutan yang pekat di desak keluar. Pelarut yang digunakan dapat berupa

air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Keuntungan cara ekstraksi ini, adalah cara

pengerjaan atau peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan.

Sedangkan kerugiannya adalah waktu pengerjaannya lama dan ekstraksi kurang

sempurna (Ahmad, 2006).

Pemilihan pelarut untuk ekstraksi harus mempertimbangkan banyak

faktor. Pelarut harus memenuhi syarat-syarat, murah dan mudah diperoleh, stabil

fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar,

selektif dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Ahmad, 2006).

Senyawa glikosida seperti saponin dan glikosida jantung tidak larut dalam

pelarut nonpolar. Senyawa ini paling cocok diekstraksi dari tumbuhan memakai

etanol atau methanol 70-95 % (Robinson, 1995). Pada penelitian Song et al (2001

Page 33: Putri Malu

33

dalam Kristianingsih, 2005) menggunakan metanol untuk ekstraksi Aralia elata

karena saponin bersifat polar sehingga lebih mudah larut dan akan diperoleh lebih

banyak ekstrak daripada pelarut lain. Penelitian ini telah memperoleh identitas

senyawa saponin berdasarkan karakter spektra IR, H-NMR dan 13C-NMR,

sedangkan karakter dengan KLT memberikan 6 noda ungu gelap pada Rf 0,40-

0,68 dengan eluen campuran kloroform-metanol-air.

HH3C

CH3

COOGlc

Glukosa2-O

H3C

3-O-[-D-glukopiranosil (1-2)-oleanolic acid]/28-O-D-glukopiranosil ester

Gambar 2.6. Struktur saponin triterpenoid Aralia Elata (Song, et.al., 2001 dalam Kristianingsih, 2005 )

Menurut Faradisa (2008), ekstrak kasar senyawa saponin dari batang

tumbuhan blimbing wuluh (Aveehoa bilimbi linn) memiliki aktifitas antibakteri

terhadap S. aureus dan E. coli.

2.6. Isolasi Saponin dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis)

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi

komponen-komponennya. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan

sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas

atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam.

Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi

Page 34: Putri Malu

34

yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan

pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan

dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu

banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana

posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan

bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk

mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas

saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap

mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan,

komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada

kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna

(Sudarmaji, 2007).

Gambar 2.7. Menunjukkan lempengan setalah pelarut bergerak setengah dari

lempengan.

Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan

memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna

untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.

Page 35: Putri Malu

35

Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan

dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum

mengalami proses penguapan.

Pengukuran berlangsung sebagai berikut:

Gambar 2.8. Pengukuran pada lempengan

Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Mengacu pada penelitian Kristianingsih (2005), isolasi saponin dilakukan

dengan ekstraksi bertahap menggunakan metanol, dietil eter dan n-Butanol,

pemisahan senyawa hasil isolasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

Pada plat silica gel F254 dengan eluen campuran klorofom-metanol-air (20:60:20)

menghasilkan 3 noda. Setiap isolat hasil KLT dianalisis H-NMR. Menurut

penelitian Wagner (1984), menganalisa saponin triterpenoid pada akar gingseng

dihasilkan 10 noda dengan Rf antar 0,35-0,75.

Jarak yang ditempuh oleh komponen

Jarak yang ditempuh oleh pelarut

Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen

jarak yang ditempuh oleh pelarut

Page 36: Putri Malu

36

2.7. Uji Efektifitas Saponin sebagai Antibakteri

Antibakteri adalah agent kimia yang mampu menginaktivasi bakteri.

inaktivasi bakteri dapat berupa penghambatan pertumbuhan bakteri

(bakteriostatik) atau bahkan bersifat membunuh bakteri (bakterisid) (Brock, dkk.,

1994).

Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba

atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimum

(KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya

dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antibakterinya

ditingkatkan melebihi KHM (Ganiswarna, S.G, 1995).

Mekanisme kerja antibakteri ada lima diantaranya, menghambat

metabolisme sel mikroba, menghambat sintesis dinding sel mikroba, mengganggu

permeabilitas membran sel mikroba, menghambat sintesis protein sel mikroba dan

menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba (Ganiswarna, S.G,

1995).

Pada perusakan membran sel, ion H+ dari senyawa fenol dan turunannya

akan menyerang gugus polar (gugus fosfat) sehingga molekul fosfilipid akan

terurai menjadi gliserol, asam karboksilat, dan asam fosfat. Hal ini mengakibatkan

fosfolipid tidak mampu mempertahankan bentuk membran sel, akibatnya

membran sel akan bocor dan bakteri akan mengalami hambatan pertumbuhan

bahkan kematian (Noviana, 2004).

Saponin adalah senyawa penurun tegangan permukaan yang kuat yang

menimbulkan busa bila dikocok dalam air, sifatnya menyerupai sabun. Saponin

Page 37: Putri Malu

37

bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri

sehingga menyebabkan sel bakterilisis (Cheeke, P.R, 2003), jadi mekanisme kerja

saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas

membran sel mikroba, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan

menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu

protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain (Ganiswarna, S.G, 1995).

Ekstrak saponin dari gandum (Sorghum Bicolor L.) bersifat menghambat

pertumbuhan bakteri gram positif yaitu S. aureus pada kadar hambat minimum

(KHM) 25 mg/mL. Sedangkan pada bakteri gram negatif dan jamur pada

escherichia coli dan candida albican bersifat tidak menghambat. Kontrol positif

untuk bakteri S. aureus menggunakan pinisilin 25 mg/mL dengan volume 0,4 µL,

sedangkan Kontrol positif untuk bakteri E. coli menggunakan streptomicyn

6,25 mg/mL dengan volume 1,6 µL (Soetan, et.al, 2006) dan pelarutnya n-butanol

(sebagai kontrol negatif).

Untuk mengetahui aktivitas suatu bakteri terhadap antimikroba dapat

dilakukan dengan uji antibakteri. Menurut Brock and Madigan (1994) terdapat 3

metode yang umum digunakan dalam uji antibakteri, yaitu metode dilusi kaldu,

metode dilusi agar, dan metode difusi cakram. Metode difusi cakram merupakan

metode yang paling sering digunakan untuk uji kerentanan antibakteri dan metode

ini dirancang untuk organisme yang tumbuh cepat seperti Staphylococcus. Dalam

metode ini sampel yang diuji diserapkan pada kertas saring yang berbentuk

cakram dan ditempelkan pada media agar yang telah dihomogenkan dengan

Page 38: Putri Malu

38

bakteri, kemudian diinkubasi pada suhu 37 0C sampai terlihat zona hambatan

disekitar cakram.

2.8 Tumbuhan Obat dalam Pandangan Islam

Allah SWT sebagai Tuhan mempunyai tanda-tanda ketuhananNya berupa

hasil-hasil ciptaanNya, berupa langit dan bumi, apa yang ada di antara keduanya.

Termasuk juga kejadian-kejadian yang berlangsung dalam makhlukNya tersebut

seperti Allah SWT menciptakan penyakit dan juga menciptakan obat,

sebagaimana sabda Rasulullah SAW tentang hal tersebut :

8)ذا ا�6� دواء ,345/ داء دواء/ ,:ا,+� *)ل �" ()'& ر%$ ا� �#� �" ر��ل ا� ��� ا� ���� و���؛

)ملسم =اور (ا5>+اء ؛ '&أ ')ذن ا� 9�+ و (3+

Artinya : Diriwayatkan dari Jabir r.a, dari Rasulullah Saw., Beliau bersabda :

setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat suatu penyakit, maka sembuhlah sipenderita dengan seizin Allah Azza wa Jalla.(H.R. Muslim)

Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kekuasaanNya tersebut agar

manusia bersyukur dan berfikir, sebagaimana firman Allah SWT dalam

Q.S. al Jaatsiyah (45) : 13 :

Artinya: Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Al Jaatsiyah (45): 13)

Page 39: Putri Malu

39

Pengobatan dari Nabi SAW memang berbeda dengan ilmu medis para

dokter pada umumnya. Pengobatan Nabi bersifat pasti dan absolut serta bernilai

kedokteran Ilahi, berasal dari wahyu dari lentera kenabian serta kesempurnaan

intelegensi. Rasulullah SAW pernah menyebutkan bahwa tumbuhan herbal

sebagai obat yang baik untuk digunakan. Tumbuhan herbal merupakan tumbuhan

herbal yang memang sangat berguna untuk membuang lemak dan racun-racun

dalam tubuh manusia. Produk tumbuhan herbal banyak digunakan oleh

kedokteran untuk mengurangi lemak berlebih penyebab obesitas dan

menyembuhkan berbagai penyakit (Barazing, 2007).

Menurut Al-Jauziyah, I.Q. (2007), beberapa obat yang digunakan

Rasulullah SAW untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu antara lain

buah kurma, jinten hitam, delima, anggur dan berbagai jenis makanan lainnya.

a. ‘Ajwa (kurma Ajwa)

Dalam Shahih al Bukhari dan Muslim diriwayatkan hadist Saad bin Abi

Waqqash, dari Nabi SAW bersabda :

C� "�: +FGH "I JFK' L> '" أ'� و*)ص ر%$ ا� �#�؛ *)ل BCD� ر��ل ا� ��� ا� ���� و ��� A@�ل

&N� O و P�� م�ا5� Q5ذا =+&RA �5 ،ة�U� ات&DH )ملسملا و يراخبلا =اور(

Artinya : “diriwayatkan dari Sa’id bin Abu Waqqash r.a., dia berkata : aku

pernah mendengar Rasullullah SAW bersabda, barang siapa pagi-pagi makan tujuh buah kurma ’ajwa, maka hari itu dia tidak mudah keracunan dan terserang penyakit (H.R Bukhori dan Musim)”

Hadist di atas menjelaskan bahwa kurma ajwa al Madinah dikenal sebagai

kurma hijaz terbaik secara mutlak. Bentuknya amat baik, padat, agak keras dan

Page 40: Putri Malu

40

kuat, namun termasuk kurma yang paling lezat, paling harum dan paling empuk.

Kurma ajwa berkasiat untuk menolak racun dan sihir (Al-Jauziyah, I.Q., 2007).

b. Habbatus Sauda’ (Jinten Hitam)

Diriwayatkan dalam Shahih al Bukhari dan Muslim dari hadist Abu

Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasullulah SAW bersabda :

اK5�داء [\)ء :�" ا'� ه&A&ة ر%� ا� �#� ا,+� JD� ر��ل ا� ��� ا � ���� و��� A@�ل +FN5ان+ 8$ ا

)روا= اbF5)ري و اKD5��(داء إO+ اK5+)م I" آ3/

Artinya: diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa dia pernah mendengar

Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya Jinten Hitam itu mengandung obat untuk segala penyakit (H.R. Bukhari dan Muslim) .

Jinten hitam memang berkasiat mengobati segala penyakit panas.

Syuwainiz berkasiat menghilangkan gas, mengatasi kebotakan, mengobati kusta,

demam yang disertai batuk berdahak, mengeringkan lambung yang basah dan

lembab, menghancurkan batu ginjal, memperlancar air seni, haid dan ASI bila

diminum tiap hari, mengeluarkan cacing, dan membunuh bakteri dan lain-lain

(Al-Jauziyah, I.Q., 2007).

c. Rumman (Delima)

Allah SWT berfirman dalam surat ar Rahman (55) ayat 68:

$ uΚÍκ� Ïù ×πyγÅ3≈sù ×≅øƒ wΥuρ ×β$ ¨Βâ‘uρ ∩∉∇∪

Artinya : “Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma

serta delima.” (Q.S. ar Rahman (55) : 68)

Page 41: Putri Malu

41

Ayat di atas menyiratkan bahwa ada faktor keunggulan dan keutamaan

kedua buah tersebut. Allah SWT telah menanamkan sejumlah kelebihan

didalamnya sebagaimana diketahui ilmu pengetahuan modern. Delima yang manis

amat baik untuk lambung, mengobati sakit tenggorokan, batuk, dada dan paru-

paru. Biji delima yang dicampur madu, amat berguna mengobati penyakit agnail

dan koreng atau eksim basah, bahkan bisa menyembuhkan luka yang berdarah.

Sebagian kalangan medis menyatakan, “barang siapa mengkonsumsi tiga putik

delima setiap tahun, ia akan selamat dari penyakit mata dalam satu tahun penuh.”

(al Jauziyah, 2007).

d. Anggur

Banyak dari contoh-contoh tumbuhan yang sejak zaman nabi sudah

dipakai untuk mengobati beberapa penyakit. Surat ar Rad (13) ayat 4, yang

berbunyi:

’ Îû uρ ÇÚ ö‘F{ $# ÓìsÜ Ï% ÔN≡u‘Èθ≈yf tG •Β ×M≈Ζy_ uρ ôÏiΒ 5=≈uΖôãr& ×íö‘y—uρ ×≅ŠÏƒ wΥuρ ×β# uθ ÷ΖϹ ç�ö� xîuρ 5β# uθ ÷ΖϹ 4’ s+ ó¡ ç„ & !$yϑÎ/ 7‰Ïn≡uρ ã≅ ÅeÒ x� çΡ uρ $pκ|Õ÷è t/ 4†n? tã <Ù÷è t/ ’Îû È≅à2 W{ $# 4 βÎ) ’Îû š�Ï9≡sŒ ;M≈tƒUψ 5Θ öθs) Ïj9 šχθ è=É) ÷è tƒ

Artinya : “Dan di bumi Ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan

kebun-kebun anggur, tumbuhan-tumbuhan dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. kami melebihkan sebahagian tanam-tumbuhan itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS. ar Rad (14) :4)

Berdasarkan ayat di atas Allah SWT mencontohkan tumbuhan anggur dan

kurma meskipun berada di tempat dan diberi air yang sama, Allah SWT

Page 42: Putri Malu

42

melebihkan dengan rasanya. Kedua tumbuhan tersebut dilebihkan rasanya dan

sekaligus kandungan senyawa aktifnya, misalnya pohon kurma mengandung

senyawa aktif 60% pengganti gula, protein, pektin, tanin, tajin dan lemak.

Manfaat kurma sebagai penawar racun, menyuburkan kandungan dan lain-lain,

sedangkan anggur manfaatnya adalah memudahkan buang air besar,

menggemukkan badan dan bergizi (Farooqi, 2005).

e. Putri Malu

Allah SWT Maha Kuasa dengan segala ciptaanNya, hal ini terbukti dengan

diciptakanNya segala macam tumbuhan yang baik, baik yang telah diketahui

manfaatnya ataupun yang belum diketahu manfaatnya. Hal tersebut telah

tercantum dalam firman Allah QS Lukman (31) ayat 10 :

tt, n=yz ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9 $# Î�ö� tóÎ/ 7‰uΗxå $ pκtΞ÷ρ t� s? ( 4’ s+ ø9 r& uρ ’Îû ÇÚ ö‘F{ $# z Å›≡uρ u‘ βr& y‰‹Ïϑ s? öΝä3 Î/ £] t/ uρ $ pκ� Ïù ÏΒ Èe≅ ä.

7π −/ !#yŠ 4 $ uΖø9 t“Ρ r& uρ zÏΒ Ï !$yϑ¡¡9 $# [ !$tΒ $ oΨ÷Gu; /Ρr' sù $pκ� Ïù ÏΒ Èe≅ à2 8l÷ρ y— AΟƒÍ� x.

Artinya: Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia

meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik (QS Lukman (31) : 10)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah dengan kuasaNya menciptakan

tumbuhan-tumbuhan di atas bumi ini dengan bermacam-macam tumbuhan-

tumbuhan yang baik. Dalam surat lain disebutkan juga :

Page 43: Putri Malu

43

t Ï%©! $# tβρ ã�ä. õ‹ tƒ ©! $# $Vϑ≈uŠÏ% # YŠθãèè% uρ 4’ n?tãuρ öΝÎγÎ/θ ãΖã_ tβρã� ¤6 x�tG tƒuρ ’ Îû È, ù=yz ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9 $# ÇÚ ö‘F{ $# uρ

$ uΖ−/ u‘ $tΒ |Mø) n=yz #x‹≈yδ WξÏÜ≈t/ y7oΨ≈ ys ö6ß™ $oΨ É) sù z># x‹ tã Í ‘$Ζ9 $#

Artinya: orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS al Imran (3): 191)

Ayat di atas menjelaskan agar kita selalu bersyukur dan mengingat Allah

SWT karena Allah menciptakan segala sesuatu tidak sia-sia. Seperti halnya

tumbuhan putri malu yang diangap hama bagi para petani tanpa mengetahui

manfaat dan kasiatnya.

Page 44: Putri Malu

44

BAB III

METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember

2009 di laboratorium Organik dan laboratorium Biotek Jurusan Kimia Universitas

Islam Negeri Malang.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1. Alat penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau, blender, neraca

analitik, pipet tetes, pipet ukur, botol plastik, beaker glas, bola hisap, erlenmeyer,

corong gelas, spatula, Rotary Evaporator Vaccum, seperangkat alat KLT,

desikator, Laminar air flow, autoklaf, cawan petri, jarum ose, kapas, kain kasa,

bunsen, pinset, kertas saring, inkubator, aluminium foil, gelas ukur, tabung reaksi,

botol media, erlenmeyer, jangka sorong, shaker incubator, sentrifugasi,

timbangan analitik dan silet.

3.2.1. Bahan penelitian

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini methanol (CH3OH)

80 %, n-butanol, dietil eter, aquades, HCl, plat KLT silika gel, klorofom, reagen

LB (Liebermann-burchad), media NA (Nutrien agar), aquades, spirtus, kapas,

biakan bakteri E. coli dan S. aureus, alkohol 70 %, kertas cakram dan tisu.

Page 45: Putri Malu

45

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yang meliputi :

1. Preparasi sampel

2. Uji pendahuluan

2.1. Uji busa

2.2. Uji warna Liebermann- Burchard (LB)

3. Ekstraksi sampel

4. Uji Efektivitas antibakteri ekstrak kasar

5. Pemisahan senyawa hasil isolasi

5.1 KLT kualitatif

5.2 KLT preparatif

6. Uji Antibakteri senyawa saponin hasil isolasi KLT

7. Analisis data

3.4. Metode Penelitian

3.4.1. Preparasi Sampel

Sebanyak 0,5 kg akar Putri Malu dibersihkan, dikeringkan menggunakan

oven pada suhu 60 °C sampai diperoleh berat konstan kemudian digiling sampai

berupa bubuk halus. Selanjutnya serbuk akar kering disebut sampel

(Kristianingsih, 2005).

Page 46: Putri Malu

46

3.4.2. Uji Pendahuluan

3.4.2.1. Uji Busa

Sebanyak 0,5 mg sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi

akuades secukupnya kemudian dikocok kuat-kuat selama 5 menit dan diamati

busa yang timbul sampai stabil dan diukur tinggi busanya (ketinggian busa

1-3 cm). Sebelum busa hilang ditetesi HCl 1 N bila busa stabil menunjukkan

reaksi positif (Faradisa, 2008).

3.4.2.2. Uji warna Liebermann- Burchard (LB)

Ditimbang 0,5 mg sampel dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi I,

ditambah 5 ml CHCl3 kemudian dipanaskan 5 menit di atas pemangas air sambil

dikocok-kocok lalu didinginkan. Diambil 1 ml campuran dari tabung reaksi I dan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi II. Ke dalam tabung reaksi II diteteskan

peraksi (LB) (1 ml Asam Asetat anhidrat dan 1 tetes Asam Sulfat Pekat).

Kemudian diamati perubahan yang timbul sampai kira-kira 30 menit (Indriani

2006).

3.4.3. Ekstraksi saponin

Ekstraksi saponin dilakukan menggunakan metode maserasi dengan

pelarut metanol 90 % sebanyak 300 mL, ke dalam erlenmeyer dimasukkan

25 gram sampel dan dikocok tiap 2 jam sekali selama 24 jam, kemudian disaring

sehingga menghasilkan filtrat dan residu. Residu dimaserasi lagi dengan pelarut

metanol sebanyak 300 mL dan perlakuan perendaman ini diulang sebanyak 3 kali.

Page 47: Putri Malu

47

Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator vacuum. Ekstrak

pekat dimasukkan dalam corong pisah 250 mL dan disuspensi dengan aquades

35 mL, dicuci dengan dietil eter 1:1, dikocok dan dibiarkan sampai terbentuk dua

lapisan. Lapisan air diambil dan diekstraksi dengan n-butanol 1:1. Lapisan

n-butanol diambil dan dipekatkan dengan rotary evaporator vacuum. Selanjutnya

ekstrak dilakukan uji efektivitas antibakteri serta diisolasi dengan KLT

(Kristianingsih, 2005).

3.4.4. Uji Efektifitas Antibakteri

3.4.4.1. Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi alat dan bahan dengan cara menutup alat-alat yang akan

disterilkan dengan alumunium foil dan kapas, kemudian memasukkannya ke

dalam autoklaf. Autoklaf diset pada suhu 121 0C dengan tekanan 15 psi (per

square inchi) selama 15 menit (Faradisa, 2008).

3.4.4.2. Pembuatan Media

Pembuatan media dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram nutrien agar

dilarutkan dalam 100 mL akuades dalam beaker glass, kemudian dipanaskan

hingga mendidih dan dimasukkan ke dalam 10 tabung reaksi (masing-masing

10 mL untuk 8 tabung reaksi dan 5 mL untuk 2 tabung reaksi) dan ditutup dengan

kapas. Kemudian disterilkan dalam autoklaf suhu 121 0C selama 15 menit.

Kemudian tabung yang berisi 5 mL larutan nutrien agar diletakkan dalam posisi

miring dan didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang (Faradisa, 2008).

Page 48: Putri Malu

48

3.4.4.3. Peremajaan Biakan Murni S. aureus dan E. coli

Biakan murni S. aureus dan E. coli digoreskan secara aseptis dengan jarum

ose pada media padat agar miring dan tabung media ditutup dengan kapas.

Selanjutnya biakan S. aureus dan E. coli diinkubasi selama 48 jam pada suhu

37 0C (Faradisa, 2008).

3.4.4.4. Pembuatan Larutan Bakteri S. aureus dan E. coli

Diambil 1 ose dari hasil peremajaan biakan murni S. aureus dan E. coli

untuk dilarutkan dalam 10 mL akuades steril (Faradisa, 2008).

3.4.4.5. Uji Aktifitas Antibakteri

Larutan nutrien agar dimasukkan dalam cawan petri dan masing-masing

dicampur dengan 0,1 mL larutan bakteri S. aureus dan E. coli, kemudian

dihomogenkan. Kertas cakram direndam dalam ekstrak selama 15 menit dengan

variasi konsentrasi 100, 200, 300, 400 500, 600, 700 dan 800 (mg/L). Kontrol

positif untuk bakteri S. aureus menggunakan pinisilin 25 mg/mL, sedangkan

kontrol positif untuk bakteri E. coli menggunakan streptomicyn 6,25 mg/mL dan

pelarutnya akuades (sebagai kontrol negatif). Setelah itu kertas cakram yang

sudah direndam dalam ekstrak selama 15 menit diletakkan di atas permukaan

media menggunakan pinset steril dan ditekan sedikit. Selanjutnya diinkubasi pada

suhu 37 0C sampai muncul daerah hambatan selama 24 jam. Pengukuran zona

Page 49: Putri Malu

49

hambatan dilakukan dengan mengukur diameter daerah jernih menggunakan

jangka sorong.

Hasil zona hambat yang didapat kemudian disesuaikan dengan tabel

berikut yang menjelaskan daftar ukuran daerah hambatan pelbagai antibiotika dan

khemoterapetika (Faradisa, 2008).

3.4.5. Pemisahan Senyawa Isolat dengan KLT

3.4.6.1. KLT Analitik

Pada KLT analitik digunakan pelat silika gel F254 dengan ukuran

2 x 10 cm. Ekstrak pekat ditotolkan pada jarak 1 cm dari tepi bawah pelat KLT

mengunakan pipa kapiler. Kemudian dikeringkan di udara dan dielusi sampai

jarak 8 cm dalam bejana kaca dengan diameter 6 cm. Eluen yang digunakan

adalah campuran larutan klorofom:metanol:akuades dengan variasi kosentrasi

(13:4:1), (65;50:10), (20:60:4), (20:60:10). Kromatogram diamati dengan lampu

UV pada λ256 nm dan λ366 nm. Warnanya diamati dan dihitung Rf-nya. Eluen yang

memberikan hasil yang terbaik digunakan untuk pemisahan KLT secara preparatif

(kristianingsih, 2005).

3.4.6.2. KLT Preparatif

Pemisahan dengan KLT preparatif dilakukan dengan silika gel F254 dengan

ukuran 10 x 20 cm. 30 mg ektrak pekat dilarutkan dalam metanol kemudian

ditotol pada jarak 1 cm dari tepi bawah plat KLT mengunakan pipa kapiler.

Kemudian dikeringkan diudara dan dielusi sampai jarak 8 cm dalam bejana kaca

Page 50: Putri Malu

50

dengan ukuran 20 cm x 25 cm x 7,5 cm. Eluen yang digunakan adalah eluen yang

terbaik pada KLT analitik. Setelah proses pengelusian selesai noda-noda hasil

pemisahan dikerok, kemudian ditambah 3 mL n-butanol dan disentrifus selama 15

menit. Setelah disentrifus endapan silika dan supernatan dipisahkan. Supernatan

diuapkan pelarutnya dengan aliran gas nitrogen hingga terbentuk padatan

(Kristianingsih 2005), padatan diambil dan dipergunakan dalam pengujian

aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli dan S. aureus.

3.4.6. Uji Antibakteri Senyawa Saponin Hasil Isolasi KLT

Larutan nutrien agar dimasukkan dalam cawan petri dan masing-masing

dicampur dengan 0,1 mL larutan bakteri S. aureus dan E. coli, kemudian

dihomogenkan. Kertas cakram direndam dalam isolat selama 15 menit dengan

konsentrasi dari hasil uji efektivitas ekstrak kasar terbaik. Setelah itu diletakkan di

atas permukaan media menggunakan pinset steril dan ditekan sedikit. Selanjutnya

diinkubasi pada suhu 37 0C sampai muncul daerah hambatan selama 24 jam.

Pengukuran zona hambatan dilakukan dengan mengukur diameter daerah jernih

menggunakan jangka sorong.

Page 51: Putri Malu

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahapan dalam penelitian ini dibagi menjadi 8 (delapan), yaitu; pertama,

preparasi sampel; kedua, uji pendahuluan meliputi uji busa dan uji Liebermann-

Burchard (LB); ketiga, Kadar Ekstrak saponin hasil isolasi dalam akar putri malu;

keempat, uji efektivitas antibakteri ekstrak terhadap bakteri E. coli dan S. aureus;

kelima, KLT (Kromatografi Lapis Tipis) meliputi KLT Analitik dan KLT

Preparatif; keenam, Uji efektivitas antibakteri isolat terhadap bakteri E. coli dan

S. aureus dan ketujuh, Mekanisme kerja senyawa saponin terhadap pertumbuhan

bakteri; kedelapan, Perspektif islam terhadap tumbuhan putri malu.

4.1 Preparasi Sampel

Akar putri malu dicuci hingga bersih kemudian dikeringkan pada oven

dengan suhu 60 °C sampai diperoleh berat konstan dengan tujuan untuk

menghilangkan air yang terdapat pada akar. Dari hasil perhitungan pada

(Lampiran II) kadar air yang terdapat pada akar putri malu adalah 50,7 % (bb ).

Akar putri malu yang telah dikeringkan kemudian digiling sampai menjadi bubuk.

Hal ini berfungsi untuk memperluas permukaan pada akar putri malu. Sehingga

memaksimalkan kelarutan dalam pelarut ketika ekstraksi. Bubuk akar puti malu

ini dapat disebut dengan sampel.

Page 52: Putri Malu

52

4.2 Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan dilakukan untuk membuktikan hipotesis secara kualitatif

bahwa di dalam akar puti malu mengandung senyawa saponin triterpenoid yaitu

dengan melakukan uji busa dan uji warna Liebermann- Burchard (LB)

4.2.1 Uji Busa

Uji busa dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa saponin dalam

sampel akar putri malu. Uji busa dilakukan dengan menambahkan 5 mL air

hangat kedalam tabung reaksi yang telah diisi 0,5 mg sampel, dikocok kuat-kuat

selama 15 menit, kemudian ditetesi dengan HCl 1 N dalam sampel. Hasil positif

ditunjukkan dengan timbulnya busa stabil (dengan tinggi 1-3 cm), yang

merupakan ciri khas senyawa saponin. Busa yang timbul disebabkan karena

senyawa saponin mengandung senyawa yang sebagian larut dalam air (hidrofilik)

dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar (hidrofobik) sebagai surfaktan

yang dapat menurunkan tegangan permukaan.

Tinggi busa yang dihasilkan pada uji busa sampel akar putri malu adalah

1 cm, sehingga dapat diasumsikan bahwa secara kualitatif dalam akar putri malu

mengandung saponin. Begitu juga pada ekstrak saponin hasil isolasi juga

dilakukan uji saponin, dan timbul busa yang lebih banyak (tinggi busa sekitar 1,5

cm).

Page 53: Putri Malu

53

4.2.2 Uji Warna Liebermann- Burchard (LB)

Uji warna Liebermann- Burchard (LB) berguna untuk mengetahui adanya

senyawa saponin baik triterpenoid maupun steroid. Uji warna Liebermann-

Burchard (LB) dilakukan dengan cara melarutkan 0,5 mg sampel dalam 5 mL

klorofom, dengan cara dipanaskan 5 menit di atas pemangas air sambil dikocok-

kocok lalu didinginkan. Selanjutnya campuran ini ditetesi dengan larutan LB

(1 ml Asam Asetat anhidrat dan 1 tetes Asam Sulfat Pekat) melalui dinding

tabung tersebut. Apabila pada campuran timbul kecoklatan atau violet pada

perbatasan dua pelarut menunjukkan adanya triterpen, sedangkan munculnya

warna hijau kebiruan menunjukkan adanya sterol.

Hasil uji warna Liebermann- Burchard (LB) terhadap sampel adalah

terjadinya perubahan warna pada sampel yaitu terbentuknya cincin warna coklat

muda. Sedangkan hasil uji warna Liebermann- Burchard (LB) terhadap ekstrak

terjadinya perubahan warna pada sampel yaitu terbentuknya cincin warna coklat

tua. Sehingga dapat diasumsikan bahwa secara kualitatif dalam akar putri malu

mengandung saponin triterpenoid.

4.3 Ekstraksi Saponin

Ektraksi merupakan proses pengambilan komponen dari sampel dengan

menggunakan pelarut yang sesuai (Brian, 1989). Bahan analisis diperoleh dari

ekstraksi sampel dengan metode maserasi menggunakan metanol 90 % karena

proses ekstraksi akan berlangsung optimal dengan tersedianya waktu kontak yang

Page 54: Putri Malu

54

cukup lama antara sampel dan pelarutnya. Selain itu metode maserasi merupakan

metode yang murah dan mudah digunakan.

Metode maserasi mengacu pada penelitian Song, et.al. (2001) yang

menggunakan pelarut metanol 90 % yang mempunyai sifat polar, dimana saponin

juga bersifat polar hal ini ditunjukkan dari gugus C-H, OH dan glukosa, sehingga

akan mudah larut dalam pelarut metanol yang bersifat polar. Gugus polar

cenderung berinteraksi dengan pelarut polar. Hal ini sesuai dengan prinsip “like

disolves like” dimana senyawa polar cenderung larut dalam pelarut polar dan

senyawa nonpolar cenderung larut dalam pelarut nonpolar.

Maserasi dilakukan selama 24 jam dan diulang sebanyak tiga kali

tujuannya agar proses ekstraksi berlangsung optimal karena waktu kontak cukup

lama antara sampel dan pelarutnya. Kemudian ekstrak hasil maserasi diuapkan

pelarutnya menggunakan rotary evaporator vacuum tujuannya untuk memekatkan

ekstrak. Hasil dari pemekatan diperoleh ekstrak pekat berwarna coklat sebanyak

5 mL dengan endapan berwarna coklat tua dan berbau seperti jamu.

Ekstrak pekat ditambah dengan 35 mL akuades hingga terbentuk filtrat

dan residu, dimana residu berupa suspensi sedangkan filtrat berupa cairan, hal ini

dilakukan. Selanjutnya filtrat ditambah 30 mL dietil eter, dengan tujuan untuk

menghilangkan klorofil, lemak dan senyawa-senyawa lain yang masih terdapat

dalam ekstrak. Hasil ekstrak cair-cair dengan dietil éter menghasilkan dua lapisan

yatu lapisan atas (dietil éter dan pengotor) dan lapisan bawah (air dan saponin).

Lapisan air yang mengandung saponin diekstrak dengan 30 mL n-butanol untuk

mengisolasi saponin dari campurannya, karena saponin mudah larut dalam

Page 55: Putri Malu

55

n-butanol (yang bersifat semipolar). Ekstrak n-butanol berwarna kuning

kecoklatan dipekatkan dengan gas N2 untuk menguapkan pelarutnya. Dari proses

ekstraksi diperoleh ekstrak saponin dalam bentuk pasta berwarna coklat tua

dengan bau seperti jamu dan sangat menyengat. Ekstrak sampel dari akar putri

malu dengan berat 25 gram diperoleh ekstrak berupa pasta seberat 0,2513 gram,

kadar ekstrak kasar saponin dari proses ekstraksi diperoleh 1 % bb . Ekstrak kasar

saponin diisolasi dengan metode KLT dan diuji efektivitas antimikroba terhadap

bakteri E. coli dan S. aureus.

4.4 Uji Efektivitas Antimikroba dengan Variasi Konsentr asi terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus

Pengujian aktivitas antibakteri dalam penelitian ini menggunakan bakteri

gram positif dan negatif yaitu S. aureus dan E. coli, hal ini dilakukan untuk

mengetahui apakah ekstrak saponin dari akar putri malu dapat menghambat

terhadap dua jenis bakteri gram positif dan negatif karena ada kemungkinan

saponin yang merupakan zat kimia yang sebagian besar tersebar dalam tanaman

ini mampu menghambat sintesis dinding sel bakteri maupun merusak membran

plasma sel kuman gram positif maupun gram negatif, sehingga perlu diteliti

aktivitas senyawa tanin terhadap bakteri gram positif (S. aureus) maupun gram

negatif (E. coli), sebagai pembanding digunakan antibakteri sintetik penisilin dan

streptomosin untuk mengetahui perbedaan daya hambat terhadap ekstrak tanin.

Penisilin dan streptomosin merupakan salah satu antibiotik bersifat menghambat

sintesis dinding sel mikroba, yang sensitif terhadap kedua bakteri uji.

Page 56: Putri Malu

56

Tahap awal dalam uji bakteri adalah sterilisasi alat dan media dengan

menggunakan autoklaf yang telah diset pada suhu 121 0C dengan tekanan 15 psi

(per square inchi). Fungsi dari autoklaf adalah agar mikroorganisme yang ada

pada alat mati, sehingga tidak berpengaruh pada uji bakteri yang akan dilakukan.

Kemudian peremajaan biakan murni yang berfungsi untuk menjaga regenerasi

bakteri dan menghindari terjadinya perubahan karakter dari biakan murni bakteri.

Dalam peremajaan bakteri dilakukan secara aseptik agar tidak terkontaminasi

dengan mikroba lainnya. Biakan S. aureus dan E. coli diinkubasi selama 48 jam

pada suhu 37 0C.

Pengujian efektivitas antibakteri ekstrak kasar akar putri malu dilakukan

terhadap bakteri S. aureus (gram positif) dan E. coli (gram negatif) menggunakan

metode difusi cakram. Metode tersebut dilakukan dengan cara mengukur diameter

zona bening dikurangin diameter cakram. Adanya zona bening di sekitar cakram

menunjukkan aktivitas antibakteri. Diameter zona hambat yang diperoleh pada

ekstrak kemudian dibandingkan dengan zona hambat kontrol positif (penisilin dan

streptomisin) dan kontrol negatif (akuades).

Pada penelitian konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 100, 200, 300,

400, 500, 600, 700 dan 800 mg/L sebagai rentang konsentrasi yang dianggap

mewakili. Hasil uji efektivitas antibakteri disajikan pada Gambar 4.1 dan 4.2.

Page 57: Putri Malu

57

Gambar 4.1 Grafik hasil uji antibakteri ekstrak terhadap bakteri S. aureus

Pada media bakteri S. aureus dengan konsentrasi ekstrak kasar 100 ppm

menunjukkan diameter zona hambat sebesar 19 mm, konsentrasi 200 ppm

menunjukkan diameter zona hambat sebesar 24 mm. Diameter zona hambat

mengalami penurunan pada konsentrasi 300-500 ppm yaitu sebesar 18,3 ; 20 dan

7 mm. Pada konsentrasi 600-800 ppm diameter zona hambat juga terus

mengalami penurunan yaitu sebesar 14,3 ; 13,3 dan 11,7 mm. Berdasarkan

Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 terlihat bahwa titik optimum berada pada konsentrasi

200 ppm yaitu 24 mm, sehingga pada konsentrasi 200 ppm sudah memiliki

kemampuannya optimum dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.

Untuk bakteri E. coli, diameter zona hambat terus mengalami kenaikan

pada konsentrasi ekstrak 100-200 ppm yaitu sebesar 11; 18,7 mm, sedangkan

pada konsentrasi 300-400 ppm menunjukkan penurunan diameter zona hambat

yaitu sebesar 17 dan 11,7 mm, pada konsentrasi ekstrak 500-600 ppm

menunjukkan penurunan diameter zona hambat yaitu sebesar 16,3 dan 16 mm,

pada konsentrasi ekstrak 700-800 ppm menunjukkan penurunan yaitu sebesar 17,7

dan 14,7 mm.

Page 58: Putri Malu

58

Gambar 4.2 Grafik hasil uji antibakteri ekstrak terhadap bakteri E. coli

Keterangan tersebut menunjukkan perbedaan besar kecilnya diameter pada

zona hambat. Pada konsenterasi tertentu menghasilkan diameter zona hambat

yang cukup besar, hal ini dikarenakan ekstrak akar putri malu memiliki

komponen-komponen yang berperan aktif sebagai antibakteri yang bekerja secara

sinergis. Sedangkan pada konsentrasi lainnya menghasilkan diameter zona hambat

yang kecil, hal ini dikarenakan komponen-komponen yang terdapat pada ekstrak

bekerja secara antagonis terhadap komponen yang berperan aktif sebagai

antibakteri, pada konsentrasi tertentu komponen ini bekerja lebih dominan

dibandingkan komponen lainnya, sehingga mengurangi besar zona hambat.

Tabel 4.1 Besar zona hambat ekstrak kasar putri malu dengan variasi konsentrasi

terhadap bakteri S. aureus dan E. coli

Konsentrasi Ekstrak

Zona Hambat (mm)

S aureus rata-rata E coli

rata-rata

100 ppm 18 19 20 19 11 11 11 11 200 ppm 24 24 24 24 19 18 19 18.67 300 ppm 19 19 17 18.33 18 16 17 17 400 ppm 19 20 21 20 13 11 11 11.67 500 ppm 7 7 7 7 17 16 16 16.33 600 ppm 14 14 15 14.33 14 16 18 16 700 ppm 13 13 14 13.33 17 17 19 17.67 800 ppm 9 14 12 11.67 14 15 15 14.67

Kontrol Positif - - - - 23 24 23 23.33

Page 59: Putri Malu

59

Penisilin Kontrol Positif Streptomisin

22 23 23 22.67 - - - -

Kontrol Negatif Akuades

0 0 0 0 0 0 0 0

Diameter zona hambat penisilin dengan konsentrasi 25 mg/mL sebesar

23,33 mm, sedangkan diameter zona hambat streptomisin dengan konsentrasi

6,25 g/mL sebesar 22,67 mm. Apabila ekstrak dibandingkan dengan control

positif, diameter zona hambat ekstrak lebih kecil dibandingkan dengan zona

hambat kontrol positif, ekstrak akar putri malu tetap dianggap berpotensi sebagai

antibakteri karena pada hasil penelitian (Tabel 4.1) menunjukkan adanya zona

hambat mulai dari konsentrasi ekstrak 100-800 mg/mL. Zona hambat ditunjukkan

oleh adanya daerah bening di sekitar cakram yang dikarenakan pada daerah

tersebut tidak ditumbuhi bakteri.

4.5 KLT (Kromatografi Lapis Tipis)

4.5.1 KLT Analitik

Pendugaan secara kualitatif senyawa saponin pada akar putri malu

dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT merupakan

metode pemisahan senyawa kimia dengan menggunakan fase diam dan fase gerak.

Pemisahan saponin dari ekstrak kasar dilakukan menggunakan plat silika gel

dengan eluen klorofom:metanol:akuades dengan variasi konsentrasi (13:4:1),

(65:50:10), (20:60:4), (20:60:10). Kromatogram diamati dengan lampu UV pada

λ256 nm dan λ 366 nm. Penggunaan variasi konsentrasi eluen pada pemisahan

Page 60: Putri Malu

60

KLT analitik ini untuk mencari eluen terbaik dan dapat memisahkan senyawa

saponin yang terkandung dalam akar putri malu.

Gambar 4.3 Hasil KLT analitik a, tanpa sinar UV b,dengan sinar UV λ 366 nm c, dengan sinar UV λ 254 nm

Tabel 4.2 Hasil KLT analitik ekstrak akar putri malu dengan eluen kloroform; metanol; akuades

No. Eluen klorofom :

methanol : akuades

Nilai R f

Tanpa sinar UV UV λ254 UV λ366

1 13:4:1 0,837

- -

0,837 -

0,975

0,837 0,862

-

2 65:50:10 0.85

- -

- 0,9 -

0,85 0,9

0,987

3 20:60:4 -

0,75 -

0,162 0,75

-

- -

0,812

4 20:60:10 0,875

- 0,875 0,975

- 0,975

a b

c

Page 61: Putri Malu

61

Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 menjelaskan bahwa pada konsentrasi

(13:4:1) tanpa sinar UV menghasilkan 1 noda dengan Rf = 0,837, pada λ 254

menghasilkan 2 noda dengan Rf = 0.837 dan 0,975, pada λ 366 menghasilkan 2

noda dengan Rf = 0.837 dan 0,862. Pada konsentrasi (65:50:10) tanpa sinar UV

menghasilkan 1 noda dengan Rf = 0,85, pada λ 254 menghasilkan 1 noda dengan Rf

0,9 sedangkan pada λ 366 menghasilkan 3 noda dengan Rf = 0,85 ; 0,9 dan 0,987.

Pada konsentrasi (20:60:4) tanpa sinar UV menghasilkan 1 noda dengan Rf =

0,75, pada λ 254 menghasilkan 2 noda dengan Rf = 0,126 dan Rf = 0,75, pada λ 366

menghasilkan 1 noda dengan Rf = 0,812. Pada konsentrasi (20:60:10) tanpa sinar

UV menghasilkan 1 noda dengan Rf =, pada λ 254 menghasilkan 2 noda dengan Rf

= 0,875dan 0,975, pada λ 366 menghasilkan 1 noda dengan Rf = 0,975.

Sehingga dapat dipastikan pada eluen klorofom:metanol:akuades dengan

konsentrasi (20:60:4) adalah eluen terbaik untuk memisahkan saponin triterpenoid

pada ekstrak kasar akar putri malu jika dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.

Dimana pada konsentrasi (20:60:4) komposisi komponennya sesuai dengan

kepolaran eluen, yang memisahkan komponen-komponen terdapat dalam ekstrak

kasar akar putri malu terlihat terpisah dengan baik, sehingga eluen pada

konsentrasi (20:60:4) dapat digunakan sebagai eluen untuk KLT Preparatif.

4.5.2 KLT Preparatif

Hasil pemisahan kromatografi lapis tipis prepararif hampir sama dengan

KLT kualitatif, perbedaannya hanya pada kuantitas ekstrak yang digunakan. Pada

KLT prepararif digunakan plat KLT silika gel dengan ukuran 10 x 20 cm, serta

Page 62: Putri Malu

62

pada KLTP digunakan eluen terbaik KLTA yaitu klorofom:metanol:akuades

(20:60:4).

Gambar 4.3 Hasil KLT analitik a, tanpa sinar UV b,dengan sinar UV λ 366 nm c, dengan sinar UV λ 254 nm

Menurut penelitian Wagner (1984), menganalisa saponin triterpenoid pada

akar gingseng dengan eluen klorofom:metanol:akuades dengan konsentrasi

(20:60:4) dihasilkan 10 noda dengan Rf antar 0,35-0,75. Hasil penelitian KLTP

dengan eluen klorofom:metanol:akuades konsentrasi (20:60:4) menghasilkan 3

noda yaitu isolat I Rf = 0,162; isolat II Rf = 0,75; isolat III Rf =0,812, sehingga

dapat dipastikan isolat II merupakan saponin triterpenoid.

Gambar diatas menunjukkan 3 jenis senyawa dalam ekstrak akar putri

malu. Dimana isolat I adalah sebesar 20 % (bb ) dari ekstrak; isolat II adalah

sebesar 43 % (bb ) dari ekstrak; Dimana isolat III adalah sebesar 26,7 % ( b

b )

dari ekstrak (lampiran 2).

a b

c

Page 63: Putri Malu

63

4.6 Uji Efektivitas Antimikroba terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus

Uji efektivitas antibakteri pada hasil isolat KLT preparatif ini sama seperti

uji antibakteri pada ekstrak kasar akar putri malu. Hanya saja pada uji antibakteri

ini yang digunakan adalah isolat hasil KLT preparatif dengan konsentrasi

optimum pada konsentrasi ekstrak 200 mg/L.

Isolat I dan II efektif berperan sebagai anti bakteri. Hal ini terlihat dari

zona hambat, untuk E. coli isolat I = 5,32 mm dan isolat II = 2,20 mm, untuk

S. aureus isolat I = 1,32 mm dan isolat II = 0,38 mm, sedangkan pada isolat III

tidak efektif sebagai antibakteri, hal ini terlihat pada sekitar cakram tidak

memiliki zona hambat. Zona hambat ekstrak mempunyai zona hambat yang relatif

lebih besar dibanding dengan zona hambat isolat. Hal ini dapat diasumsikan

mekanisme kerja sebagai antibakteri pada ekstrak adalah bersifat sinergis.

Komponen-komponen yang memiliki potensi sebagai antibakteri saling

menguatkan. Jika salah satu komponen (isolat I dan isolat II) pada akar putri malu

dipisahkan maka akan mengurangi potensinya sebagai antibakteri. Hal ini

ditunjukkan pada hasil KLTP, zona hambat isolat I dan II mempunyai zona

hambat yang lebih kecil dari zona hambat yang terdapat pada ekstrak, artinya

senyawa yang terdapat dalam isolat tersebutlah yang bersifat sebagai antibakteri.

Pada isolat III tidak menunjukkan adanya zona hambat disekitar cakram. Pada

konsentrasi tertentu kecendrungan senyawa isolat III yang terdapat dalam ekstrak

akan mempengaruhi daya hambat antibakteri (isolat III bersifat antagonis)

terhadap senyawa-senyawa antibakteri yang terdapat dalam ekstrak sehingga akan

mengurangi aktivitas antibakteri pada ekstrak tersebut (Grafik 4.1 dan 4,2).

Page 64: Putri Malu

64

4.7 Mekanisme Kerja Senyawa Saponin terhadap Pertumbuhan Bakteri

Senyawa saponin termasuk senyawa polifenol, yangmana senyawa ini

dapat menghambat bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma pada bakteri

yang tersusun oleh 60 % protein dan 40 % lipid yang umumnya berupa fosfolipid.

Senyawa saponin merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya

metabolit yang menginaktifkan sistem enzim bakteri. Kerusakan pada membran

sitoplasma dapat mencegah masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang

diperlukan bakteri untuk menghasilkan energi akibatnya bakteri akan mengalami

hambatan pertumbuhan dan bahkan kematian.

Setiap sel bakteri dikelilingi membran sitoplasma yang tersusun dominan

oleh ergesterol yang bersifat permeabel selektif. Selain itu, fosfolipid juga

merupakan senyawa yang penting dalam pembentukan membran sitoplasma

bakteri. Pada perusakan membran sitoplasma, senyawa saponin (polifenol)

melepaskan ion H+ yang selanjutnya menyerang gugus hidrofilik (gugus hidroksi

dan fosfat) pada permukaan membran sel, mengakibatkan gugus hidroksi pada

molekul ergesterol berikatan dengan hidrogen terputus, sehingga membran sel

tidak mampu menahan tekanan dari dalam, akibatnya sitoplasma dalam sel akan

menembus keluar. Selain itu, pada molekul fosfolipid ion H+ dari senyawa

saponin akan menyerang gugus polar (gugus fosfat) sehingga molekul fosfolipid

akan terurai menjadi gliserol, asam karboksilat, dan asam fosfat. Hal ini

mengakibatkan fosfolipid tidak mampu mempertahankan bentuk membran

sitoplasma akibatnya membran sitoplasma akan bocor sehingga zat-zat untuk

metabolisme sel bakteri akan terbuang keluar dan bakteri akan mati.

Page 65: Putri Malu

65

Gambar 4.8 Mekanisme perusakan senyawa fosfolipid pada membran sel bakteri

4.8 Perspektif Islam terhadap Tumbuhan Putri Malu.

Penelitian ini diperoleh hasil bahwa akar putri malu memiliki senyawa

saponin yang berpotensi sebagai antibakteri, hal ini membuktikan bahwasanya

semua ciptaan Allah di langit dan di bumi tidak ada yang sia-sia. Sebagaimana

yang tercantum dalam QS. Al-Syuara (26) ayat 7 yang berbunyi;

öΝs9 uρr& (# ÷ρ t� tƒ ’n< Î) ÇÚ ö‘F{ $# ö/x. $oΨ ÷G u;/Ρ r& $pκ� Ïù ÏΒ Èe≅ ä. 8l÷ρ y— AΟƒÍ� x. ∩∠∪

Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (QS. asy Syu’araa’ (26) :7)

Berdasarkan ayat diatas menunjukkan bahwasannya tumbuhan yang baik

adalah tumbuhan yang bermanfaat sebagai makhluk hidup, termasuk putri malu

yang bermanfaat sebagai obat antibakteri. Senyawa yang berperan sebagai

antibakteri yaitu saponin. Hal ini dibuktikan pada hasil penelitian secara kualitatif

Fosfolipid

Saponin Triterpenoid

Saponin Triterpenol

Asam karboksilat Asam lemak Asam fosfat

Page 66: Putri Malu

66

bahwasanya di dalam akar putri malu terdapat senyawa saponin yang berpotensi

sebagai antibakteri.

uÚ ö‘F{ $# uρ $ yγ≈tΡ ÷Šy‰ tΒ $uΖøŠs) ø9 r& uρ $yγŠÏù z Å›≡uρ u‘ $ uΖ÷Fu; /Ρ r& uρ $pκ� Ïù ÏΒ Èe≅ ä. & ó x« 5βρ ã—öθ ¨Β ∩⊇∪ $ uΖù=yè y_ uρ ö/ä3s9 $ pκ� Ïù |· ÍŠ≈yè tΒ tΒuρ ÷Λäó¡ ©9 …çµ s9 tÏ%Η≡t� Î/ ∩⊄⊃∪

Artinya: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya

gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya”. (QS. al- Hirj: 19-20)

Segala sesuatu yang diciptakan Allah diberikan kepada manusia dengan

ukuran-ukuran tertentu sesuai dengan kebutuhan hidup. Seperti halnya akar putri

malu mempunyai senyawa saponin 1 %, jika kandungan saponin pada akar putri

malu melebihi 1 % maka dapat merusak sel darah merah dan bersifat racun bagi

manusia. Melalui penelitian ini juga dapat membuktikan kekuasaan dan kebenaran

firman-firman Allah dalam surat an Naml (27) ayat 93 :

È≅ è% uρ ߉ ôϑpt ø:$# ¬! ö/ä3ƒÎ�ã� y™ ϵ ÏG≈tƒ# u $pκtΞθ èùÌ� ÷ètG sù 4 $tΒuρ y7•/ u‘ @≅Ï�≈tó Î/ $£ϑ tã tβθ è=yϑ ÷è s? ∩⊂∪

Artinya : Dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah, dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, Maka kamu akan mengetahuinya. dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan" (QS an Naml (27) : 93)

Ayat tersebut menyeru kita untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan

berusaha memahami ilmu, kekuasaan dan kreasi seni-Nya yang tak terhingga ini

Page 67: Putri Malu

67

dengan mengingat dan merenungkan hal-hal tersebut, sebab Allah menciptakan

segala sesuatu dengan sempurna tanpa cacat yang pastinya mempunyai manfaat

dan faedah yang besar bagi umat manusia.

Page 68: Putri Malu

68

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

4. Ekstrak akar putri malu berpotensi sebagai antibakteri karena ekstrak akar

putri malu mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus.

Pada konsentrasi optimum 200 ppm zona hambat yang dihasilkan adalah 24,6

mm untuk S. aureus dan 19,1 mm untuk E. coli.

5. Eluen terbaik untuk memisahkan saponin triterpenoid pada ekstrak akar putri

malu adalah klorofom;metanol;air dengan konsentrasi (20:60:4) dengan 3

noda yang terlihat terpisah dengan Rf berturut-turut 0,125; 0,75; 0,812.

6. Diameter zona hambat hasil KLT preparatif adalah isolat I = 5,32 mm dan

isolat II =2,20 mm untuk E. coli, isolat I = 1,32 mm dan isolat II = 0,38 mm

untuk S. aureus, sedangkan pada isolat III tidak efektif sebagai antibakteri.

5.2 Saran

1. Pada penelitian ini, uji antibakteri akar putri malu terhadap S. aureus dan E.

coli. Perlu adanya uji toksisitas atau uji antijamur, sehingga lebih bermanfaat

bagi masyarakat.

2. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut untuk mengetahui senyawa pada isolat-

isolat akar putri malu.

Page 69: Putri Malu

69

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jauziyah, I.Q., 2007, Metode Pengobatan Nabi SAW, Penerbit Griya Ilmu, Jakarta.

Ahmad, M. M., 2006, Anti Inflammatory Aetivities Of Nigella Sativa Linn . (kalogi, black seed), (online), (http:// lailanurhayati. Multiply.com/ jurnal, diakses 13 Nopember 2008.

Anonymous, 2005, Immune, http:// ptcl. Chem.. ax. Ac. UK/ MSDS? Glossary/ immune_response.html. diakses 13 Nopember 2008

Barazing, H., 2007, Pengobatan Aman Cara Nabi: Herba Sebagai Pengobatan Modern Alternatif, Tinjauan Medis Dan Syariat Islam, http://hohanb. webs.com/, diakses tanggal 02 Desember 2008 Pukul 01.35 Wib.

Brock, T.D., Madigan, M.T., Martinko, J.M., And Jack, P., 1994, Biology Of Microorganisms Seven Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, p. 571-572 .

Dzen, S.M, dkk, 2003, Bakteriologi Medik, Bayu Media Publishing, Malang

David, Fankhauser, 2006, Gram Stain Protocol, http://biology.clc. edu/fankhauser/labs/microbiology/gram_stain/gram_stain.htm

Entjang, Indan, 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan sekolah tenaga kesehatan yang sederajat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Faradisa, Maria, 2008, Uji Efektifitas Antimikroba Senyawa Saponin Dari Tanaman Blimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn) , skripsi-UIN Malang, Malang

Fardiaz, S., 1993, Analisa Mikrobiologi Pangan, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.

Faridah, Juliet, 2007, Putri Malu, http://eprints.undip.ac.id/view/year/2009.html. diakses tanggal 19 januari 2008

Farooqi, M.I.H., 2005, Terapi Herbal Cara Islam Manfaat Tumbuhan Menurut Al-Quran Dan Sunnah Nabi, Penerbit Hikmah (P.T. Mizan Publika), Jakarta,

Ganiswarna, S.G, 1995, Farmakologi Dan Terapi, Gaya Baru, Jakarta,

Guenther, E., 1987, Minyak Atsiri , Jilid I, (diterjemahkan oleh Kateren. S. ), universitas jakarta, jakarta.

Page 70: Putri Malu

70

Gunawan, Didik dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), penerbit swadaya, jakarta.

Harbourne, J.B., 2002, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Diterjemahkan Oleh K. Padmawinata Dan I. Soediro, Penerbit ITB, Bandung,

Hart, H., 2003, Kimia Organik , Erlangga, Jakarta

Hugo, W.B. and Russell, A.D., 1998, Pharmaceutical Microbiologi, 6th edition, blackwell science, oxford, p. 33-35, 51

Indrayani, lany, dkk, 2006, Skrining Fitokimia Dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Pucut Kuda (Stachytarpheta Jamaicensis L.Vahl) Terhadap Larva Udang, http:// journal. discoveryindonesia. Com /index. php/ hayati/ article/ view PDF Interstitial /10/11, diakses 25 Juni 2008

Irianto, K. 2006, Mikrobiologi, Yrama Widy, bandung

Jayani, Yulia, 2007, Morfologi, Anatomi, Dan Fisiologi Mimosa Pudica, Tanaman Obat Indonesia, http://toiusd. bmultiply.com/ journal/ item/ 279/ Morfologi_ Anatomi_ dan_ Fisiologi_ Mimosa_ pudica_L. diakses tanggal 29 maret 2008

Jawet, Ernest, Joseph L, Melnick., dan Edward 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta

Khopkar, S.M, 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-press, Jakarta

Kristianingsih, 2005, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Triterpenoid dari Akar Tanaman Kedongdong Laut (Polyscias Fruticosa), Skripsi Mahasiswa Jurusan Kimia, F-MIPA, Universitas Brawijaya.

Moelyono M, dkk, 2007, Pemeriksaan Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Bayam Duri (Amaranthus spinosus Linn) Amaranthaceae, http:// bahan-alam. fa. itb. ac. id/ detail. php? id=157 diakses 23 Mei 2008

Pelczar, M.J, and Chan ECS., 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, alih Bahasa: Hadioetomo, R.S., UI-Press, Jakarta

Prescott, L.M., and P. Harley O.A.K., 2002, Microbiology. Fifth editor McGraw-Hill Companies Inc. New York

Robinson, T, 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB, Bandung.

Page 71: Putri Malu

71

Samiran, 2006, Cara Alami Mengundang Kantuk (Buat Yang Insomnia), http://alvian.multiply.com/journal/item/55, diakses tanggal 14 maret 2008

Sastroraharjo, H., 2001, Spektroskopi, Penerbit Liberty, Yogyakarta

Savitri, Evika Sandi, 2008, Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam, Uin Malng-Press, Malang

Siswono, 2005, Putri Malu Untuk Batuk Dan Bronchitis, http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1109650582, diakses tanggal 25 maret 2008

Soetan, K.O.,dkk, 2006, Evaluation Of The Antimicrobial Activity Of Saponins Extract Of Sorghum Bicolor L. Moench, African Journal Of Biotechnology Vol. 5 (23), Pp.2405-2407

Sudarmaji, S., Haryono, B., dan suhardi, 2007. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian, liberty, Yogyakarta.

Suwariany, Erika, 2006, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Dari Fraksi Etil Asetat Herba Putri Malu (Mimosa Pudica.), http://farmasi. unpad.ac.id/mediadetail. aspx?id=1903 (abstrak), diakses 10 maret 2008

Syahrurachman, A., dkk., Buku ajar Mikrobiologi Kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta

Thomson, R.H., 2004, The Chemistry Of Natural Product, 2nd edition, Chapman and Hall Itd, Glasgow, UK, p. 177-185

Volk.W.A dan M.F.Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar, Alih Bahasa: Markham, PT. Glora Aksara Pratama, Jakarta

Warsa, U.C., 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Bina Aksara, Jakarta

Page 72: Putri Malu

72

Lampiran I Skema Kerja

L. 1. Diagram Alir Penelitian

L. 2. Preparasi Sampel

• dibersihkan dan ditimbang sebanyak 0,5 kg • dimasukkan dalam oven 60 0C sampai berat konstan • digiling hingga berupa bubuk halus

L. 3. Uji Pendahuluan

a. Uji Busa

Akar Putri malu

Sampel

diuji efektivitas antibakteri

Sampel

Isolat-isolat

Ekstrak pekat

Akar Putri Malu

• preparasi sampel

• dilakukan KLT Analitik • dilakukan KLT Preparatif

Data

• diuji antibakteri

• diekstraksi dengan metode maserasi • dipekatkan dengan rotary evaporator

Uji Pendahuluan

Page 73: Putri Malu

73

• ditimbang sebanyak 0,5 mg • dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi akuades • dikocok selama 5 menit • diamati busa yang timbul sampai stabil • diukur tinggi busa yang timbul • ditetesi dengan HCl 1 N • diamati busa yang timbul

b. Uji warna Liebermann- Burchard (LB)

• ditimbang sebanyak 0,5 mg • diamasukkan dalam tabung reaksi I yang berisi CHCl3 5 ml • dipanaskan selama 5 menit sambil dikocok-kocok • didinginkan • diambil 1 ml • dimasukkan dalam tabung reaksi II • ditetesi pereaksi LB (1 ml Asam Asetat Anhidrat dan 1 tetes

Asam Sulfat Pekat) • diamati perubahan yang terjadi selama kurang lebih 30 menit

L. 4. Ekstraksi Saponin

Sampel

Hasil

Sampel

Hasil

Sampel

Page 74: Putri Malu

74

• dimasukkan 25 gram kedalam erlenmeyer 500 ml, yang berisi 300 ml metanol 90 %.

• dikocok tiap 2 jam sekali selama 24 jam • disaring dengan kertas saring • di ulangi sebanyak tiga kali

• dipekatkan dengan dengan Rotary Evaporator Vacuum • dimasukkan dalam corong pisah 250 mL • disuspensi dengan aquades 35 mL • dicuci dengan dietil eter (1:1) • dikocok dan dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan

• • • diambil lapisan air dan diekstraksi dengan n-butanol • diambil lapisan n-butanol dan dialirkan dengan gas N2

L. 5. Uji Antimikroba

a. Pembuatan Media

• dilarutkan dalam 100 mL akuades dalam beaker glass • dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditutup dengan kapas • dipanaskan hingga mendidih • dimasukkan dalam 10 tabung reaksi (masing-masing 10 mL untuk

8 tabung reaksi dan 5 mL untuk 2 tabung reaksi) • ditutup dengan kapas dan dilakukan disamping api • diserikan di autoklaf selama 24 jam pada suhu ruang (tabung yang

berisi 5 mL larutan agar diletak miring)

b. Peremajaan Biakan Murni S. aureus dan E. coli

• digoreskan pada media padat agar miring • ditutup dengan kapas • diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37 0C

Biakan S. aureus dan E. coli

S. aureus dan E. coli

Filtrat Endapan

Ekstrak kasar

Lapisan air Lapisan dietil eter

2 g Nutrien Agar

Media Agar

Page 75: Putri Malu

75

c. Pembuatan Larutan Bakteri S. aureus dan E. coli

• diambil 1 ose • dimasukkan dalam tabung reaksi • dilakukan dalam 10 mL akuades steril

d. Uji Antibakteri

• dipanaskan hingga mencair • didinginkan • dimasukkan dalam cawan petri • dicampur dengan 0,1 mL larutan bakteri S.aureus dan E.coli • dihomogenkan • diberi kertas cakram yang sudah direndam ekstrak saponin • diinkubasi 24 jam dengan suhu 37 0C • diamati dan diukur lebar zona hambat •

L. 6. Pemisahan Senyawa Isolat dengan KLT

a. KLT Analitik

• ditotolkan ditepi plat silika gel 1x10 cm2 pada jarak 1 cm ditepi

bawah • dikeringkan plat dan dielusi sejauh 8 cm dengan eluen dengan fase

gerak (klorofom;metanol;akudes) • elusi dihentikan setelah gerak larutan pengembang sampai pada

garis batas • dikeringkan

Media agar padat dalam tabung reaksi

Hasil

S. Aureus dan E. Coli

Larutan S. aureus dan E. coli

Ekstrak Pekat Hasil Pemurnian

Hasil

Page 76: Putri Malu

76

• dihitung Rf-nya.

b. KLT Preparatif

• ditotolkan ditepi plat silika gel 20x10 cm2 pada jarak 1 cm ditepi

bawah • dikeringkan plat dan dielusi sejauh 8 cm dengan eluen dengan fase

gerak (eluen terbaik dari KLT Analitik) • elusi dihentikan setelah gerak larutan pengembang sampai pada

garis batas • dikeringkan • dihitung Rf-nya • dikerok dan dilarutkan dalam 3 ml n-butanol; • disentrifuge dan hasilnya diuapkan pelarutnya dengan aliran gas N2

Ekstrak Pekat Hasil Pemurnian

Isolat

Page 77: Putri Malu

77

Lampiran 2 Perhitungan L.2.1 Preparasi Sampel Berat akar putri malu sebelum dioven = 503, 6690 gram Berat akar putri malu setelah dioven = 248, 3761 gram Berat kadar air = berat sampel sebelum dioven – berat sampel setelah dioven

= 503, 6690 gram – 248, 3761 gram = 255,292 gram % kadar air = x 100 %

= x 100 % = 50,7 % l.2.2 Ekstraksi Berat sampel sebelum diekstraksi = 25 gram Berat sampel sesudah diekstraksi = 0,2513 gram % ekstrak saponin = x 100 % = x 100 % = 1,0052 % = 1 % 1.2.3 KLT Berat ekstrak sebelum diisolasi = 30 mg Berat isolat I = 6 mg Berat isolat II = 13 mg Berat isolat III = 8 mg % Isolat = x 100% % Isolat I = x 100 % = 20 %

% Isolat II `= x 100 % = 43 %

% Isolat III = x 100 % = 26,7 %

L.2.4. Rf KLT Analitik

Rf =

a. Rf KLTA Tanpa Sinar UV

Rf (13:4:1) = 6.7/8 = 0.8375

Rf (65;50:10) = 6.8/8 = 0.85

Rf (20:60:4) = 6,0/8 = 0,75

berat kadar air berat akar putri malu sebelum

dioven

berat ekstrak saponin berat sampel sebelum diekstrak

6 mg 30 mg

8 mg 30 mg

255,292 gram 503,669 gram

0,2513 gram 25 gram

berat isolat berat ekstrak sebelum

diisolasi

13 mg 30

Jarak yang di tempuh oleh komponen

Jarak yang di tempuh oleh pelarut

Page 78: Putri Malu

78

Rf (20:60:10) = 7,0/8 = 0.875

b. Rf KLTA dengan UV λ 366

Rf (13:4:1) = 6,7/8 = 0,837 dan 7,8 /8 = 0,975

Rf (65;50:10) = 6,8/8 = 0,85 dan 8 /8 = 1

Rf (20:60:4) = 6,0/8 = 0,75 dan 1,3 /8 = 0,1625

Rf (20:60:10) = 7,0/8 = 0,875 dan 7,8/8 = 0,975

c. Rf KLTA dengan UV λ 254

Rf (13:4:1) = 6.9/8 = 0,862 dan 7/8 = 0,875

Rf (65;50:10) = 6,8/8 = 0,85 ; 7,2/8 = 0,9 dan 7,9/8 = 0.9875

Rf (20:60:4) = 6.5/8 = 0.8125

Rf (20:60:10) = 7,8/8 = 0,975

d. Tabel Rf KLTA

No. Eluen klorofom :

methanol : akuades

Nilai R f

Tanpa sinar UV UV λ254 UV λ366

1 13:4:1 0,837

- -

0,837 -

0,975

0,837 0,862

-

2 65:50:10 0.85

- -

- 0,9 -

0,85 0,9

0,987

3 20:60:4 -

0,75 -

0,162 0,75

-

- -

0,812

4 20:60:10 0,875

- 0,875 0,975

- 0,975

Page 79: Putri Malu

79

Lampiran 3 Zona Hambat

L. 3. 1 Ekstrak Kasar

Konsentrasi Ekstrak

Zona Hambat (mm)

S aureus rata-rata E coli

rata-rata

100 ppm 18 19 20 19 11 11 11 11 200 ppm 24 24 24 24 19 18 19 18.67 300 ppm 19 19 17 18.33 18 16 17 17 400 ppm 19 20 21 20 13 11 11 11.67 500 ppm 7 7 7 7 17 16 16 16.33 600 ppm 14 14 15 14.33 14 16 18 16 700 ppm 13 13 14 13.33 17 17 19 17.67 800 ppm 9 14 12 11.67 14 15 15 14.67

Kontrol Positif Penisilin

- - - - 23 24 23 23.33

Kontrol Positif Streptomisin

22 23 23 22.67 - - - -

Kontrol Negatif Akuades

0 0 0 0 0 0 0 0

L. 3. 2 Isolat Hasil KLTP

Isolat (200 ppm)

Zona Hambat (mm) S. aureus Rata-rata E. coli Rata-rata

Rf 0,125 1,37 1,36 1,24 1,32 5,37 5,36 5,24 5,32 Rf 0,75 0,36 0,43 0,35 0,38 2,36 2,13 2,10 2,20 Rf 0,812 0 0 0 0 0 0 0 0