puskesmas progam TB

download puskesmas progam TB

of 16

Transcript of puskesmas progam TB

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    1/41

    BAB 2 

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1.  Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru

    2.1.1. Tuberkulosis Paru dan Klasifikasi TB Paru

    Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

    TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

    dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2009a).

    Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi dalam 2 bagian yaitu ;

    (1) TBC paru BTA (Basil Tahan Asam) positif (sangat menular) yaitu sekurang-

    kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak, memberikan hasil yang positif. Satu

     pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rontgen dada

    menunjukkan TBC aktif; (2) TBC paru BTA negatif, yaitu pemeriksaan dahak

    hasilnya masih meragukan. Jumlah kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan

     belum memenuhi syarat positif dan hasil foto rontgen dada menunjukkan hasil positif

    (Depkes RI, 2009a).

    2.1.2. Cara Penularan dan Risiko Penularan

    Penderita dapat menularkan kuman TB pada orang lain melalui cara :1.) Pada

    waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan

    dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

    2.) Penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang

    lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari

    14

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    2/41

    langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam

    dalam keadaan yang gelap dan lembab. 3.) Daya penularan seorang pasien ditentukan

    oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat

    kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. 4.) Faktor yang

    memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan

    dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.Risiko tertular tergantung dari

    tingkat pajanan dengan percikan dahak.

    Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko

     penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Seseorang dapat

    terpapar dengan TB hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB. Penderita

    TB dengan status TB BTA positif dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-

    15 orang lain setiap tahunnya. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB

    (Depkes RI, 2009a). Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin

    negative. menjadi positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang

    menjadi pasien. TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi

    HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).

    2.1.3. Gejala Klinis Pasien TB

    Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau

    lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,

     batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

    malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    3/41

     bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,

    seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.

    Mengingat prevalensi TB Paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap

    orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan dengan gejala tersebut diatas,

    dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan

     pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

    2.1.4. Tujuan Penangulangan TB Paru

    Adapun tujuan program penanggulangan TB Paru meliputi tujuan jangka

     panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah menurunkan angka

    kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan penyakit TB paru dengan cara

    memutuskan rantai penularan,sehingga penyakit TB paru tidak lagi merupakan

    masalah kesehatan masyarakat Indonesia, sedangkan tujuan jangka pendek adalah (1)

    Tercapainya angka kesembuhan minimal 88% dari semua penderita baru BTA positif

    yang ditemukan,dan (2) tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap

    sehingga pada tahun 2015 dapat mencapai 90% dari perkiraan semua penderita baru

    BTA positif, serta target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan

    kematian akibat TB hingga dan mencapai tujuan millenium development goal (MDG)

     pada tahun 2015

    Kebijakan penanggulangan Tuberkulosis Paru mencakup:

    1)  Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi

    dengan kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi:

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    4/41

     perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan

    sumber daya (dana,tenaga, sarana dan prasarana).

    2)  Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS

    3)  Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program

     penanggulangan TB

    4)  Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan

    mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga

    mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya  Multi Drug

     Resistance Tuberculosis (MDR-TB).

    5)  Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB dilaksanakan oleh

    seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputi Puskesmas, Rumah Sakit

    Pemerintah dan swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Pengobatan Penyakit

    Paru Paru (BP4), Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktek Swasta (DPS).

    6)  Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerja sama dan

    kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah, non pemerintah dan swasta

    dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB)

    7)  Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan ditujukan

    untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaring.

    8) 

    Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikan kepada

     pasien secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya.

    9)  Ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam jumlah yang memadai

    untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    5/41

    10) Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok

    rentan terhadap TB.

    11) Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

    12) Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam Millennium

    Development Goals (MDGs).

    Sedangkan strategi yang digunakan untuk mencapai keberhasilan program P2

    TB paru adalah melalui (1) Peningkatan komitmen politis yang berkesinambungan

    untuk menjamin ketersediaan sumberdaya dan menjadikan penanggulangan TB suatu

     prioritas, (2) Pelaksanaan dan pengembangan strategi DOTS yang bermutu

    dilaksanakan secara bertahap dan sistematis, (3) Peningkatan kerjasama dan

    kemitraan dengan pihak terkait melalui kegiatan advokasi, komunikasi dan mobilisasi

    sosial, (4) kerjasama dengan mitra internasional untuk mendapatkan komitmen dan

     bantuan sumber daya, dan (5) Peningkatan kinerja program melalui kegiatan

     pelatihan dan supervisi, pemantauan dan evaluasi yang berkesinambungan.

    2.1.5. Kegiatan Program TB Paru

    Kegiatan pada program penanggulangan TB Paru yaitu kegiatan pokok dan

    kegiatan pendukung. Kegiatan pokok mencakup kegiatan penemuan penderita (case

     finding) pengamatan dan monitoring penemuan penderita didahului dengan

     penemuan tersangka TB paru dengan gejala klinis adalah batuk-batuk terus menerus

    selama tiga minggu atau lebih. Setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan

    dengan gejala utama ini harus dianggap suspek tuberculosis atau tersangka TB Paru

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    6/41

    dengan  passive promotive case finding  (penemuan penderita secara pasif dengan

     promosi yang aktif).

    Pengobatan TB Paru dilakukan dalam dua tahap/ kriteria, yaitu tahap awal

    (intensif, 2 bulan) dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat

    ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai

     jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga kali pemeriksaan ulang

    dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir

     pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan

    (Biyanti, 2002)

    Pengobatan TB Paru Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak,

    tidak menderita TB) dan II (Terinfeksi TB/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita

    TB (gejala TB tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)

    memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.

    Pengobatan TB Paru dengan menggunakan strategi DOTS atau  Directly

    Observed Treatment Short-course  adalah strategi penyembuhan TB jangka pendek

    dengan pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka

     proses penyembuhan TB dapat secara tepat. DOTS menekankan pentingnya

     pengawasan terhadap penderita TB agar menelan obatnya secara teratur sesuai

    ketentuan sampai dinyatakan sembuh (WHO, 2006)

    Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, bisa sampai 95%.

    Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB.

    Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu, (a) komitmen politis dari para

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    7/41

     pengambil keputusan, termasuk dukungan dana, (b) diagnosa penyakit TB melalui

     pemeriksaan dahak secara mikroskopis, (c), kesinambungan persediaan OAT jangka

     pendek untuk penderita, dan (d) Pengobatan TB dengan paduan obat anti-TB jangka

     pendek, diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) (WHO, 2000).

    WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai upaya pendekatan yang

     paling tepat saat ini untuk menanggulangi masalah TB di Indonesia. Pengobatan TB

    tanpa didukung oleh kualitas dan persediaan OAT yang baik akan menyebabkan

    kegagalan pengobatan dan Multi Drug Resistance yang dapat memperparah keadaan

     penderita TB. OAT yang tersedia saat ini harus dikonsumsi penderita dalam jumlah

    tablet yang cukup banyak dan dapat menyebabkan kelalaian pada penderita, oleh

    sebab itu banyak ahli berusaha untuk mengembangkanOAT-Fixed Dose Combination

    (FDC), yaitu kombinasi OAT dalam jumlah tablet yang lebih sedikit dimana jumlah

    kandungan masing-masing komponen sudah disesuaikan dengan dosis yang

    diperlukan. Diharapkan dengan penggunaan OAT-FDC dapat menyederhanakan

     proses pengobatan, meminimalkan kesalahan pemberian obat, dan mengurangi efek

    samping (WHO, 2003).

    2.1.6. Evaluasi Program Penanggulangan TB Paru

    Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk

    menilai keberhasilan pelaksanaan program. Pemantaun dilaksanakan secara berkala

    dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam

     pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan

     perbaikan segera. Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak-waktu (interval) lebih lama,

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    8/41

     biasanya setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauhmana tujuan

    dan target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai. Dalam mengukur keberhasilan

    tersebut diperlukan indikator. Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan

     perencanaan program. Masing-masing tingkat pelaksana program (UPK,

    Kabupaten/Kota, Propinsi, dan Pusat) bertanggung jawab melaksanakan pemantauan

    kegiatan pada wilayahnya masing-masing. Seluruh kegiatan harus dimonitor baik dari

    aspek masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Cara pemantauan

    dilakukan dengan menelaah laporan, pengamatan langsung dan wawancara dengan

     petugas pelaksana maupun dengan masyarakat sasaran.

    Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi, diperlukan suatu sistem

     pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan dengan baik dan benar. Evaluasi

    hasil kegiatan penanggulangan TB didasarkan pada indikator–indikator program

     penanggulangan TB yang dilakukan pada tahap akhir program dilakukan. Indikator

    merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan evaluasi dan merupakan

    variabel yang menunjukkan keadaan dan dapat digunakan untuk mengukur terjadinya

     perubahan. Indikator yang baik harus memenuhi syarat – syarat tertentu antara lain :

    valid, sensitive dan specific, dapat dimengerti, dapat diukur dan dapat dicapai.

    Indikator program Penanggulangan TB Paru dapat dianalisa dengan cara (1)

    Membandingkan data antara satu dengan yang lain untuk melihat besarnya

     perbedaan, dan (2) Menganalisis kecenderungan (trend) dari waktu ke waktu. Untuk

    mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur kemajuan’

    (marker of progress). Indikator yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    9/41

    seperti: Sahih (valid), Sensitif dan Spesifik (sensitive and specific), Dapat dipercaya

    (realiable), Dapat diukur (measureable), Dapat dicapai (achievable).

    2.1.7. Indikator Keberhasilan Program TB Paru

    Berdasarkan serangkaian kegiatan penanggulangan Tuberkulosis Paru yang

    meliputi pencegahan, penemuan kasus dan pengobatan, maka berikut dapat

    dijabarkan indikator keberhasilan Program TB paru, pada tabel berikut:

    Tabel 2.1. Indikator Keberhasilan Program Penanggulangan TB Paru

    No IndikatorSumber

    DataWaktu

    Pemanfaat Indikator

    UPK Kab/ 

    Kota

    Prop

    insi

    Pu

    sat

    1. Angka PenjaringanSuspek

    Daftar suspekData Kependudukan

    Triwulan        

    2. Proporsi pasien TB paru BTA positifdiantara suspekyang diperiksadahaknya

    Daftar suspekRegister TBKab/Kota LaporanPenemuan

    Triwulan        

    3. Proporsi pasien TB

     paru BTA positifdiantara seluruh pasien TB paru

    Kartu Pengobatan

    Register TBKab/Kota LaporanPenemuan

    Triwulan        

    4. Proporsi pasien TBAnak diantaraseluruh pasien

    Kartu PengobatanRegister TBKab/Kota LaporanPenemuan

    Triwulan        

    5. Angka Konversi Kartu PengobatanRegister TBKab/Kota LaporanKonversi

    Triwulan        

    6. Angka Kesembuhan Kartu Pengobatan

    Register TBKab/Kota LaporanHasil Pengobatan

    Triwulan        

    7. Kesalahanlaboratorium

    Laporan Hasil UjiSilang

    Triwulan   - - -

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    10/41

    Tabel 2.1. (Lanjutan)

    No IndikatorSumber

    DataWaktu

    Pemanfaat IndikatorUPK Kab/ 

    Kota

    Prop

    insi

    Pu

    sat

    8. Angka NotifikasiKasus

    Laporan PenemuanData Kependudukan

    Tahunan        

    9. Angka PenemuanKasus

    Laporan Penemuandata perkiraan jumlah pasien baruBTA positif

    Tahunan -      

    10. AngkaKeberhasilan

    Pengobatan

    Kartu PengobatanRegister TB

    Kab/Kota Laporanhasil Pengobatan

    Tahunan        

    Sumber : Kemenkes (2011)

    Adapun penjelasan dari seluruh indikator tersebut adalah:

    1) Angka Penjaringan Suspek :

    Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000 penduduk

     pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui

    akses pelayanan dan upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan

    memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan).

    Jumlah suspek yang diperiksa bisa didapatkan dari buku daftar suspek UPK

    yang tidak  mempunyai wilayah cakupan penduduk, misalnya rumah sakit, BP4 atau

    dokter praktek swasta, indikator ini tidak dapat dihitung

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    11/41

    2) Proporsi Pasien TB BTA Positif Diantara Suspek.

    Proporsi Pasien BTA (+) adalah persentase pasien BTA positif yang

    ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini

    menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan

    menetapkan kriteria suspek.

    3) Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif Diantara Semua Pasien TB Paru Tercatat.

    Adalah persentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara semua

     pasien Tuberkulosis paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan

     pasien Tuberkulosis yang menular diantara seluruh pasien Tuberkulosis paru yang

    diobati.

    Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%.  Bila angka ini jauh lebih

    rendah, itu berarti mutu diagnosis rendah dan kurang memberikan prioritas untuk

    menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    12/41

    4) Proporsi Pasien TB Anak Diantara Seluruh Pasien TB

    Adalah persentase pasien TB anak (

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    13/41

      Angka minimal yang harus dicapai adalah 80 %. Angka konversi yang tinggi

    akan diikuti dengan angka kesembuhan yang tinggi pula. Selain dihitung angka

    konversi pasien baru TB paru BTA positif, perlu dihitung juga angka konversi untuk

     pasien TB paru BTA positif yang mendapat pengobatan dengan kategori dua.

    6) Angka Kesembuhan (Cure Rate)

    Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TB

    BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien TB BTA

     positif yang tercatat. Angka kesembuhan dihitung tersendiri untuk pasien baru BTA

     positif yang mendapat pengobatan kategori 1/pasien BTA positif pengobatan ulang

    dengan kategori 2. Angka ini dihitung untuk mengetahui keberhasilan program dan

    masalah potensial, dengan rumus:

    Angka minimal yang harus dicapai adalah 88%. Angka kesembuhan

    digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengobatan. Bila angka kesembuhan lebih

    rendah dari 88%, maka harus ada informasi dari hasil pengobatan lainnya, yaitu

     berapa pasien yang digolongkan sebagai pengobatan lengkap, default (drop-out atau

    lalai), gagal, meninggal, dan pindah keluar. Angka default tidak boleh lebih dari 10%,

    sedangkan angka gagal untuk pasien baru BTA positif tidak boleh lebih dari 4%

    untuk daerah yang belum ada masalah resistensi obat, dan tidak boleh lebih besar dari

    10% untuk daerah yang sudah ada masalah resistensi obat. Selain dihitung angka

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    14/41

    kesembuhan pasien baru TB paru BTA positif, perlu dihitung juga angka kesembuhan

     pasien TB paru BTA positif yang mendapat pengobatan ulang dengan kategori dua.

    7) Kesalahan Laboratorium

    Indikator kesalahan laboratorium menggambarkan mutu pembacaan sediaan

    secara mikroskopis langsung laboratorium pemeriksa pertama. Cara menilai

    kesalahan pembacaan sediaan, yaitu:

    Hasil

    Pembacaansediaan di UPK

    Hasil Pembacaan di laboratorium uji silang

    Negatif 1-9 BTA/100LP

    1+ 2+ 3+

     Negatif Benar KKNP KBNP KBNP KBNP

    1-9 BTA/100 LP KKPP Benar Benar KG KG

    1+ KBPP Benar Benar Benar KG

    2+ KBPP KG Benar Benar Benar

    3+ KBPP KG KG Benar Benar

    Keterangan :Benar : Tidak ada kesalahanKG : Kesalahan Gradasi Kesalahan KecilKKNP : Kesalahan Kecil Positif Palsu Kesalahan KecilKBNP : Kesalahan Besar Negatif Palsu Kesalahan BesarKBPP : Kesalahan Besar Positif Palsu Kesalahan BesarKG adalah perbedaan baca pada sediaan positf yaitu minimal 2 gradasi.

    Kesalahan yang tidak dapat diterima ádalah sebagai berikut:

    1. Setiap kesalahan besar negatif palsu (KBNP)

    2. Setiap kesalahan besar positif palsu (KBPP)

    3. > 3 kesalahan kecil negatif palsu

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    15/41

      Pada dasarnya kasalahan laboartorium dihitung pada masing-masing

    laboratorium pemeriksa, di tingkat kabupaten/kota. Kabupaten/kota harus

    menganalisa jumlah laboratorium pemeriksa yang ada di wilayahnya yang

    melaksanakan uji silang, disamping menganalisa kesalahan pembacaan sediaan setiap

    laboratorium baik pada PRM/PPM/RS/BP4 maupun UPK yang lain, supaya dap

    atmengetahui mutu pemeriksaan sediaan dahak secara mikroskopis. Bagi

    laboratorium yang memiliki kesalahan yang tidak dapat diterima, maka perlu

    dilakukan tindakan perbaikan.

    8) Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR)

    Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan

    tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila

    dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun

    ke tahun di wilayah tersebut, dengan rumus:

    Angka ini berguna untuk menunjukkan "trend" atau kecenderungan meningkat atau

    menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.

    9) Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR)

    Adalah persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dibanding

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    16/41

     jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.Case

     Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada

    wilayah tersebut,dengan rumus:

    Target Case Detection Rate  Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional

    minimal 90%.

    10) Angka Keberhasilan Pengobatan

    Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TB

    BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan

    lengkap) diantara pasien TB BTA positif yang tercatat. Dengan demikian angka ini

    merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.

    2.2.  Kinerja Petugas TB Paru

    Kinerja ( Job performance) sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai

     penampilan kerja prestasi kerja. Kinerja merupakan kombinasi antara kemampuan

    dan usaha, untuk menghasilkan kerja yang baik, seseorang harus memiliki

    kemampuan, kemauan, usaha serta kegiatan yang dilaksanakan tidak mengalami

    hambatan yang berat dalam lingkungannya. Kemauan dan usaha dapat menghasilkan

    motivasi, kemudian setelah ada motivasi dapat menimbulkan kegiatan. Kinerja adalah

    hasil yang dicapai atau prestasi yang dicapai karyawan dalam melaksanakan suatu

     pekerjaan dalam suatu organisasi. Kinerja organisasi adalah efektifitas organisasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    17/41

    secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok

    yang berkenaan melalui usaha-usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan

    organisasi secara terus menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif.

    Menurut Nawawi (1997) kinerja adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan

     baik bersifat fisik (material) maupun non fisik (non material) dalam suatu tenggang

    waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja adalah

     prestasi kerja karena diartikan sebagai hasil pelaksanaan pekerjaan dalam periode

    tertentu merupakan prestasi yang dicapai oleh karyawan terhadap target atau sasaran

    yang telah ditentukan dengan berbagai persyaratannya, yang dibebankan kepada

    karyawan tersebut, dan untuk mengetahui prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh

    karyawan tersebut, tentunya harus dilaksanakan penilaian kinerja, yaitu dengan

    membandingkan kinerja aktual dengan standar-standar yang telah ditetapkan.

    Dari beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa kinerja adalah proses

    yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan suatu

    fungsi pekerjaan dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian indikator

     pengukuran kinerja dapat dikembangkan dari hasil yang dicapai (kinerja hasil) dan

     proses dalam mencapai hasil (kinerja proses).

    Menurut Ilyas (2001) yang mengutip pendapat Gibson (1987) ada tiga faktor

    yang memengaruhi kinerja seseorang, yaitu faktor individu, faktor psikologis dan

    organisasi.

    1.  Faktor individu terdiri dari kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan

    demografis. Variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    18/41

    yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, variabel demografis

    mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.

    2.  Faktor Psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Variabel

    ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja

    sebelumnya dan variabel demografis. Variabel seperti persepsi, sikap,

    kepribadian dan belajar merupakan hal yang kompleks yang sulit untuk diukur.

    3.  Faktor organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu

    terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain

     pekerjaan.

    Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003) indikator kinerja

    adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian

    suatu kegiatan yang telah ditetapkan dengan dikategorikan dalam beberapa kelompok

    antara lain :

    a.  Masukan (input)  adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan

    dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya

    sumber daya manusia, dana, material, waktu, dan lain sebagainya.

     b.  Keluaran (output ) adalah sesuatu berupa produk /jasa (fisik dan atau non fisik)

    sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dari program

     berdasarkan masukan yang digunakan.

    c.  Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

    keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes  merupakan ukuran

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    19/41

    seberapa jauh setiap oleh masyarakat produk / jasa dapat memenuhi kebutuhan

    dan harapan masyarakat.

    d.  manfaat (benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs)  yang dirasakan

    langsung oleh masyarakat,dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses

    oleh publik.

    e.  Dampak (impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial ekonomi, lingkungan

    atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap

    indikator dalam suatu kegiatan.

    Indikator – indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat

    mengidentifikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Penetapan

    indikator harus didasarkan pada perkiraan yang nyata dengan memperhatikan tujuan

    dan sasaran yang ditetapkan serta data dana pendukung yang harus diorganisasi.

    Indikator kinerja yang dimaksud hendaknya 1) spesifik dan jelas, 2) dapat diukur

    secara objektif, 3) relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai,dan 4) tidak

     bias.

    2.3.  Manajemen P2 TB Paru

    Manajemen program penanggulangan TB mempunyai tiga fungsi pokok yaitu

     perencanaan, penggerakan, evaluasi, pengawasan dan pelatihan. Perencanaan

    digunakan untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada saat ini dan masa yang

    akan datang dialokasikan dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan P2TB.

    Penggerakan merupakan suatu aktivitas untuk membuat semua petugas TB mau

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    20/41

     bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergerak untuk mencapai tujuan.

    Pemantauan adalah pengamatan terus menerus terhadap masukan, waktu pelaksanaan

    kegiatan P2 TB dan masalah – masalah yang timbul serta upaya mengatasinya.

    Pengendalian merupakan kegiatan untuk mengikuti kemajuan pelaksanaan kegiatan

    P2TB agar sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini dilakukan

    oleh petugas TB dengan cara melakukan supervisi ke unit pelayanan kesehatan.

    Evaluasi atau penilaian merupakan suatu cara yang sistematis untuk memperbaiki

    kegiatan – kegiatan yang sedang berjalan serta untuk meningkatkan perencanaan

    yang lebih baik dengan menyeleksi alternatif – alternatif tindakan yang akan datang.

    Evaluasi program dapat dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan program.

    Evaluasi secara umum dibedakan atas tiga jenis yaitu:

    a.  Evaluasi pada tahap awal program

    Evaluasi ini dilakukan pada saat merencanakan program. Evaluasi ini bertujuan

    untuk meyakinkan bahwa rencana yang disusun benar – benar sesuai dengan

    masalah yang ditemukan.

     b.  Evaluasi pada tahap pelaksanaan

    Evaluasi ini dilakukan pada saat program dilaksanakan dan mempunyai tujuan

    utama yaitu mengukur apakah program yang sedang dilakukan tersebut telah

    sesuai dengan rencana atau tidak, apakah terjadi penyimpangan– penyimpangan.

    c.  Evaluasi pada tahap akhir program

    Evaluasi ini dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan. Tujuan

    utama adalah mengukur keluaran (output ). Tujuan evaluasi pada tahap akhir

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    21/41

     program yaitu: memperbaiki manajemen program, mempertimbangkan

     penyediaan dana, memperluas cakupan program, mengetahui hasil program,

    sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan

     perencanaan program yang akan datang. Hasil evaluasi akan memberikan

     pengalaman mengenai hambatan atau pelaksanaan program yang lalu, dan

    selanjutnya dipergunakan untuk memperbaiki kebijaksanaan dan pelaksanaan

     program yang akan datang. 

    2.4.  Koordinasi

    Salah satu unsur penting dalam manajemen pelaksanaan program kesehatan

    seperti program penanggulangan TB paru adalah koordinasi. Menurut Robbin (2006)

    koordinasi adalah pengetahuan sekelompok orang secara teratur untuk menciptakan

    kesatuan tindakan dalam mengusahakan tercapainya suatu tujuan bersama,

    sedangkan menurut Sondang (2006)  lebih lanjut menekankan bahwa koordinasi

    dalam suatu organisasi akan tercapai melalui (1) Konfirmasi lengkap, (2) Pertemuan

     berkala, (3) Pembentukan panitia gabungan, (4) Wawancara dengan bawahan/pihak

    terlibat, dan (5) Memorandum berantai.

    Koordinasi merupakan ilmu untuk mengatur saling ketergantungan dari

     berbagai aktifitas untuk mencapai suatu tujuan. Ketergantungan dalam organisasi

    tidak dapat dimanajemen tanpa komunikasi, apakah komunikasi horisontal dalam

     bentuk penyesuaian bersama atau komunikasi vertikal dalam bentuk standarisasi atau

    supervisi langsung, mekanisme koordinasi adalah standardisasi praktek kerja dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    22/41

     penyesuaian bersama. Penyesuaian bersama juga disebut integrasi horisontal,

    melibatkan susunan struktural dan integrasi proses, yang didasarkan pada pemahaman

     bersama ( Robbin, 2006).

    Hasibuan (2006) berpendapat bahwa: “Koordinasi adalah kegiatan

    mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen

    dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi”.

    Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada

    satuan-satuan yang terpisah (departemen-departemen atau bidang-bidang fungsional)

     pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif (Handoko

    2003).

    Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2006) berpendapat bahwa koordinasi

    adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu

    yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang

    seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

    Berdasarkan seluruh pengertian di atas disimpulkan bahwa koordinasi

    merupakan proses pengintegrasian tujuan dan aktivitas di dalam suatu perusahaan

    atau organisasi agar mempunyai keselarasan di dalam mencapai tujuan yang

    ditetapkan, pengkoordinasian dimaksudkan agar para manajer mengkoordinir sumber

    daya manusia dan sumber daya lain yang dimiliki organisasi tersebut. Kekuatan suatu

    organisasi tergantung pada kemampuannya untuk menyusun berbagai sumber

    dayanya dalam mencapai suatu tujuan. Apabila dalam organisasi dilakukan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    23/41

    koordinasi secara efektif maka ada beberapa manfaat yang didapatkan. Handoko

    (2003) berpendapat bahwa Adapun manfaat koordinasi antara lain:

    a.  Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan terlepas satu sama lain, antara

    satuan-satuan organisasi atau antara pejabat yang ada dalam organisasi.

     b.  Menghindari suatu pendapat atau perasaan bahwa satuan organisasi atau pejabat

    merupakan yang paling penting.

    c.  Menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan antara bagian dalam

    organisasi.

    d.  Menghindari terjadinya kekosongan pekerjaan terhadap suatu aktifitas dalam

    organisasi.

    e.  Menimbulkan kesadaran diantara para pegawai untuk saling membantu.

    Hasibuan (2006) berpendapat bahwa koordinasi penting dalam suatu

    organisasi, yakni:

    a.  Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percecokan, dan kekembaran atau

    kekosongan pekerjaan.

     b.  Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk

     pencapaian tujuan perusahaan.

    c.  Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.

    d. 

    Supaya semua unsur manajemen dan pekerjaan masing-masing individu pegawai

    harus membantu tercapainya tujuan organisasi.

    e.  Supaya semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang

    diinginkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    24/41

    2.5.  Kompetensi Pengelola Program P2 TB Paru

    Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan

    suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta

    didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut (Wibowo, 2008).

    Ruky (2003) mengutip pendapat Spencer & Spencer dari kelompok konsultan Hay &

    Mac Ber bahwa kompetensi adalah “an underlying characteristic  of an individual

    that is casually related to criterion – referenced effective and/or   superior

     performance in a job or situation” (karakteristik dasar seseorang yang mempengaruhi

    cara berpikir dan bertindak, membuat generalisasi terhadap segala situasi yang

    dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia)

    Menurut Boyatzis (Thoha, 2008), kompetensi didefenisikan sebagai

    “kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu

    memenuhi apa yang diisyaratkan oleh pekerja dalam suatu organisasi sehingga orang

    tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan Kompetensi adalah kemampuan dan

    karakter yang harus dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa pengetahuan,

    keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya secara

     profesional, efektif dan efisien (Depkes, 2008).

    Ada lima karakteristik dasar yang mempengaruhi kompetensi seseorang,

    menurut Spencer dan Spencer (Thoha, 2008), yaitu:

    1)   Motive, adalah konsistensi berfikir mengenai sesuatu yang diinginkan dan

    dikehendaki oleh seseorang, sehingga menyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    25/41

    laku seperti mengendalikan, mengarahkan, membimbing dan memilih untuk

    menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.

    2)  Traits, adalah naluri yang secara konsisten dapat memberikan respon yang cepat

    dan tepat terhadap keadaan atau informasi yang diterima, atau karakteristik fisik

    dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi tertentu.

    3)  Self concept , adalah sikap perilaku, sistem nilai atau persepi diri atau imajinasi

    seseorang yang dianut dan dipercayai dapat menguatkan dan meyakinkan sesuai

    dengan harapannya, serta dapat menuntun menjadi individu yang efektif

    diberbagai lingkungan kerja, jika keyakinan tersebut didukung rasa percaya diri

    yang besar.

    4)  Knowledge, yaitu sekumpulan informasi dan pengetahuan yang dimiliki seseorang

    dalam bidang tertentu.

    5)  Skill, adalah kemampuan untuk mengerjakan atau menyelesaikan tugas –

    tugasfisik atau mental tertentu secara nyata dilakukan.

    Menurut Thoha (2008), kompetensi ada 3 (tiga) jenis yaitu : (1) kompetensi

    teknis yang lebih menekankan kepada pencapaian efektifitas kerja, (2) kompetensi

     perilaku (konsep diri, ciri diri dan motif individu), yang lebih menekankan kepada

     perilaku produktif yang harus dimiliki dan diperagakan oleh petugas agar dapat

     berprestasi, dan (3) kompetensi pengetahuan dan keterampilan individu yang lebih

    ditujukan kepada pelatihan dan pendidikan. Pendidikan dan Pelatihan berdasarkan

    kompetensi merupakan spesifikasi dari pengetahuan dan keterampilan serta

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    26/41

     penerapan dari pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam suatu pekerjaan atau

     perusahaan atau lintas industri, sesuai dengan standar kinerja yang disyaratkan.

    2.5.1  Pengetahuan (Knowledge) 

    Menurut Mustopadidjaja (2008), pengetahuan adalah informasi yang dimiliki

    oleh seseorang dalam suatu bidang tertentu dan keterampilan adalah kemampuan

    untuk melaksanakan tugas tertentu baik mental ataupun fisik. Pengetahuan dan

    keterampilan sesungguhnya yang mendasari pencapaian produktivitas, pengetahuan

    dan keterampilan termasuk faktor pembentuk kemampuan. Apabila seseorang

    mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang tinggi akan memiliki kemampuan

    (ability) yang tinggi pula sehingga akan membentuk kompetensi seorang

     pegawai/pekerja (Sulistiyani & Rosidah, 2003). Pengetahuan merupakan informasi

    yang dimiliki oleh seseorang, dan pengetahuan adalah komponen utama kompetensi

    yang mudah diperoleh dan mudah diidentifikasikan (Thoha, 2008). Sulistiyani dan

    Rosidah (2003) mengemukakan bahwa konsep pengetahuan lebih berorientasi kepada

    intelejensi, daya pikir dan penguasaan ilmu serta luas sempitnya wawasan yang

    dimiliki oleh seseorang. Dengan demikian pengetahuan adalah merupakan akumulasi

    hasil proses pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun informal yang

    memberikan kontribusi kepada seseorang didalam pemecahan masalah, daya cipta,

    termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan

     pengetahuan yang luas dan pendidikan yang tinggi, seorang pegawai diharapkan

    mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif. Notoatmodjo (2008)

     berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    27/41

    orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan atau

    kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

    seseorang (overt behaviour ). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku

    yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

    didasari oleh pengetahuan.

    Menurut Roger (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa

    sebelum orang mengadopsi perilaku baru atau berperilaku baru, maka dalam diri

    orang tersebut telah terjadi proses yang berurutan yaitu : (1) Awareness (kesadaran)

    dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

    stimulus atau objek. (2)  Interest yaitu merasa tertarik terhadap suatu stimulus. (3)

     Evaluation yaitu menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

    terhadap dirinya. (4) Trial dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu

    sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. (5) Adoption yaitu dimana subjek

    telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

    stimulus. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

    yaitu :

    1)  Tahu (know), dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

    kembali (recall) tehadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

    atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

     paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    28/41

    dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,

    dan sebagainya.

    2)  Memahami (comprehension), suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

    tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

    secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau mengerti harus dapat

    menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

    terhadap objek yang telah dipelajari.

    3)  Aplikasi (application), kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

    diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

    sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan

     prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah ( problem solving cycle) didalam

     pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

    4)  Analisis (analysis), suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

    ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan

    masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

     penggunaan kata kerja; dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

    memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

    5) 

    Sintesis (synthesis), suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

     bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

    sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

    formulasiformulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan,

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    29/41

    meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

    rumusan yang telah ada.

    6)  Evaluasi (evaluation), kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

    terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

    kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

    ada.

    2.5.2  Sikap ( Attitude)

    Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang sifatnya masih tertutup

    terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya

    kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari merupakan

    reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Notoatmodjo (2008)

     bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

    merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

    aktivitas, akan tetapi baru merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu

    masih merupakan reaksi yang sifatnya masih tertutup, bukan merupakan reaksi

    terbuka dan tingkah laku yang terbuka.

    Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2008) menjelaskan bahwa sikap

    mempunyai 3 komponen pokok, yakni : (1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep

    terhadap suatu objek. (2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap

    suatu objek. (3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen

    ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    30/41

     penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosional

    memegang peranan yang sangat penting. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :

    1)  Menerima ( Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

    stimulus yang diberikan (objek).

    2)  Merespons ( Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena

    dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

    diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang tersebut telah

    menerima ide.

    3)  Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

    mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

    sikap tingkat tiga.

    4)  Bertanggungjawab ( Responsible), bertanggung jawab terhadap segala sesuatu

    yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

    2.5.3  Keterampilan atau Tindakan ( Practice)

    Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behaviour ).

    Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor

     pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping

    faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support ) dari pihak lain. Ada empat

    tingkatan dalam praktik atau tindakan, yakni :

    1)  Persepsi (Perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

    tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    31/41

    2)  Respon terpimpin (Guided Respons), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

    urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

    3)  Mekanisme (Mechanism), apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan

     benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah

    mencapai praktik tingkat tiga.

    4)  Adaptasi (adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

     berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa

    mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

    Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan

    wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau

     bulan yang lalu (recal). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni

    dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Keterampilan adalah

    kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu yang

     bersifat kekaryaan, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau

    menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis yang diperoleh melalui

     proses belajar dan berlatih. Dengan keterampilan yang dimiliki seorang pegawai

    diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan secara produktif. (Sulistiyani dan

    Rosidah, 2003).

    . Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung.

    Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

    terhadap suatu objek.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    32/41

    2.6. Uraian Tugas Pengelola Program Tuberkulosis Paru

    Petugas pengelola program TB paru adalah petugas yang bertangungjawab

    dan mengkoordinir seluruh kegiatan dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan

    evaluasi dalam program TB di Puskesmas. Adapun Tugas Pokok dan Fungsi Petugas

    Program TB paru di Puskesmas yaitu : (Depkes RI, 2009)

    a.  Menemukan Penderita

    Adapun tugas pokok petugas pengelola program penanggulangan TB paru,

    antara lain

    1.  Memberikan penyuluhan tentang TBC kepada masyarakat umum

    2.  Menjaring suspek (penderita tersangka) TBC

    3.  Mengumpul dahak dan mengisi buku daftar suspek Form Tb 06

    4.  Membuat sediaan hapus dahak

    5.  Mengirim sediaan hapus dahak ke laboratorium

    6.  Menegakkan diagnosis TB sesuai protap

    7.  Membuat klasifikasi penderita

    8.  Mengisi kartu penderita

    9.  Memeriksa kontak terutama kontak dengan penderita TB BTA (+)

    10.  Memantau jumlah suspek yang diperiksa dan jumlah penderita TBC yang

    ditemukan.

     b. Memberikan Pengobatan

    1.  Menetapkan jenis paduan obat

    2.  Memberi obat tahap intensip dan tahap lanjutan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    33/41

    3.  Mencatat pemberian obat tersebut dalam kartu penderita (form TB 01)

    4. 

    Menentukan PMO (bersama penderita)

    5.  Memberi KIE (penyuluhan) kepada penderita, keluarga dan PMO

    6.  Memantau keteraturan berobat

    7.  Melakukan pemeriksaan dahak ulang untuk follow-up pengobatan

    8.  Mengenal efek samping obat dan komplikasi lainnya serta cara

     penanganannya

    9.  Menentukan hasil pengobatan dan mencatatnya di kartu penderita

    c. Penanganan Logistik

    1.  Menjamin ketersediaan OAT di puskesmas

    2.  Menjamin tersedianya bahan pelengkap lainnya (formolir, reagens, dll)

    3. Jaga mutu pelaksanaan semua kegiatan a s/d c

    Tenaga pelaksana teknis laboratorium puskesmas adalah 1 (satu) orang

    Pembantu analis atau lulusan SMA yang sudah diangkat menjadi pegawai negeri di

     puskesmas yang bersangkutan yang mempunyai minat di laboratorium, kemudian

    dilatih khusus dibidang labortorium. Apabila tidak memungkinkan dapat dilakukan

     pelatihan dengan sistem modul, atau dengan training yang terpogram.

    Adapun Tugas dan tanggung jawab tenaga pelaksana teknis laboratorium

     puskesmas, antara lain:

    1.  Melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai dengan pola kerja dan prosedur

    kerja yang ditetapkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    34/41

    2.  Menjaga kebersihan dan kerapihan ruang tunggu loket penerimaan spesimen,

    ruang kerja sepanjang hari.

    3.  Mengatur penyediaan alat tulis, formulir untuk penerimaan pasien.

    4.  Mengatur penyediaan peralatan untuk pengambilan atau pengumpulan spesimen,

    seperti pot sputum, spuit, lanset, kapas, alkohol, tabung reaksi, kaca obyek dan

    lain-lain.

    5.  Mengatur penyediaan peralatan untuk pemeriksaan, seperti pipet, reagen, lampu

    spirtus dan formulir-formulir hasil.

    6.  Melayani pasien, mencatat identitas dan permintaan pemeriksaan yang

    diperlukan.

    7.  Mengambil/mengumpulkan spesimen sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan yang

    diminta.

    8.  Menangani pesimen sesuai dengan kebuuhan pemeriksaan.

    9.  Melakukan pemeriksaan dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur kerja

    serta menjaga mutu hasil pemeriksaannya.

    10. Mencatat hasil pemeriksaan, dan mengontrol dan mencek hasil pemeriksaan.

    11. Bersama-sama penanggung jawab laboratorium, berusaha mencari dan

    memecahkan persoalan-persoalan apabila ada hasil pemeriksaan yang kurang

     baik.

    12. Melaksanakan dan mencatat penyerahan hasil pemeriksaan.

    13. Menangani, mengemas dan mengirimkan spesimen rujukan lengkap dengan serut

     pengantar/berita acara.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    35/41

    14. Mengambil dan mencatat hasil pemeriksaan spesimen rujukan dan

    menyampaikannya kepada yang berwenang atau berkepentingan.

    15. Menjaga keamanan kerja maupun lingkungan kerja.

    16. Meningkatkan pelayanan melalui peningkatkan kecepatan kerja tanpa

    meninggalkan ketelitian dan keamanan.

    17. Membimbing dan mengawasi tugas pembantu laboratorium.

    18. Merawat dan memelihara peralatan laboratorium sesuai dengan petunjuk yang

    digariskan.

    19. Melaporkan hal-hal yang menyangkut pemeriksaan laboratorium yang perlu

    segera dilaporkan kepada penanggung jawab laboratorium.

    20. Menyusun usulan kebutuhan laboratorium untuk diajukan kepada penanggung

     jawab laboratorium.

    21. Membantu membuat reagen untuk keperluan laboratorium puskesmas.

    Sedangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan didalam gedung antara lain: (a)

    terhadap spesimen yang dapat diperiksa sendiri, meliputi kegiatan, (b) Penerimaan

     pasien, (c) Pengambilan/pengumpulan spesimen, (c) penanganan spesimen, (d)

    Pencatatan hasil pemeriksaan, (e) Pengecekan/pengontrolan hasil pemeriksaan, (f)

    Penyampaian hasil pemeriksaan terhadap spesimen yang harus dirujuk, meliputi :(1)

    Pengambilan/pengumpulan spesimen, (2) Penanganan spesimen, (3) Pengemasan

    spesimen, (4) Pengiriman spesimen, (5) Pengambilan hasil pemeriksaan, (6)

    Pencatatan hasil pemeriksaan, (7) Penyampaian hasil pemeriksaan. Sedangkan

    kegiatan di luar gedung puskesmas, meliputi (1) kegiatan di pos-pos pelayanan lain

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    36/41

    dalam wilayah puskesmas yang bersangkutan (puskesmas pembatu posyandu). Dapat

    dilakukan bersama perawat/bidan, meliputi : (a) Melakukan tes screening HB, (b)

    Melakukan pengambilan spesimen yang kemudian dikirim ke laboratorium

     puskesmas, (2) Memberikan penyuluhan sehubungan dengan laboratorium dan (3)

    kegiatan dilapangan dalam rangka program kesehatan lain, dapat dilakukan oleh

    tenaga laboratorium bersama petugas lain dalam kegiatan bersangkutan.

    Sesuai dengan pedoman Penanggulangan TB Paru, setiap petugas pengelola

     program TB paru perlu ditingkatkan kualitas sumber daya manusianya.

    Pengembangan SDM adalah suatu proses yang sistematis dalam memenuhi

    kebutuhan ketenagaan yang cukup dan bermutu sesuai kebutuhan. Proses ini meliputi

    kegiatan penyediaan tenaga, pembinaan (pelatihan, supervisi, kalakarya/on the job

    training), dan kesinambungan (sustainability). Tujuan Pengembangan Sumber Daya

    Manusia dalam program TB adalah tersedianya tenaga pelaksana yang memiliki

    keterampilan, pengetahuan dan sikap (dengan kata lain “kompeten”) yang diperlukan

    dalam pelaksanaan program TB, dengan jumlah yang memadai pada tempat yang

    sesuai dan pada waktu yang tepat sehingga mampu menunjang tercapainya tujuan

     program TB nasional. Didalam bab ini istilah pengembangan SDM merujuk kepada

     pengertian yang lebih luas, tidak hanya yang berkaitan dengan pelatihan tetapi

    keseluruhan manajemen pelatihan dan kegiatan lain yang diperlukan untuk mencapai

    tujuan jangka panjang pengembangan SDM yaitu tersedianya tenaga yang kompeten

    dan profesional dalam penanggulangan TB (Depkes RI, 2009).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    37/41

      Ketenagaan dalam program penanggulangan TB memiliki standar-standar

    yang menyangkut kebutuhan minimal (jumlah dan jenis tenaga) untuk

    terselenggaranya kegiatan program TB di suatu unit pelaksana. Pada Unit Pelayanan

    Kesehatan UPK) puskesmas yang terdiri dari (1) Puskesmas Rujukan Mikroskopis

    dan Puskesmas Pelaksana Mandiri: kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih

    terdiri dari 1 dokter, 1 perawat/petugas TB, dan 1 tenaga laboratorium, (2) Puskesmas

    satelit : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter dan 1

     perawat/petugas TB, dan (3) Puskesmas Pembantu: kebutuhan minimal tenaga

     pelaksana terlatih terdiri dari 1 perawat/petugas TB. Sedangkan jenis pelatihan yang

    wajib dalam program TB, terdiri dari : (1) Pendidikan/pelatihan sebelum bertugas

    ( pre service training), dengan memasukkan materi program penanggulangan

    tuberkulosis strategi DOTS`dalam pembelajaran/kurikulum Institusi pendidikan

    tenaga kesehatan. (Fakultas Kedokteran, Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan

    Masyarakat, Fakultas Farmasi dan lain-lain), (2) Pelatihan dalam tugas (in service

    training), Dapat berupa aspek klinis maupun aspek manajemen program Pelatihan

    dasar program TB (initial training in basic DOTS implementation),dan Pelatihan

    lanjutan (continued training/advanced training): pelatihan untuk mendapatkan

     pengetahuan dan keterampilan program yang lebih tinggi (Depkes RI, 2009). 

    Penelitian kualitatif yang dilakukan Sahat P Manalu H dan Friskarini K

    (2009) di Kabupaten Tangerang Banten, menjelaskan bahwa petugas kesehatan

    sangat berperan terhadap keberhasilan penanggulangan TB Paru, dalam bentuk

     penyuluhan, pendataan kasus TB Paru, serta membangun kerjasama melalui lintas

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    38/41

    sektor seperti kecamatan, kelurahan tentang stratgei pendekatan dengan masyarakat

    dalam penanggulangan TB Paru.

    Penelitian Samsuarsyah (2006) tentang Komitmen dan kinerja petugas

    Pengelola TB- paru pada puskesmas Di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok

    Selatan, menjelaskan bahwa komitmen petugas pengelola TB paru sangat

     berpengaruh terhadap hasil kerja penanggulangan TB Paru.

    Penelitian Tirtana Tanggab B (2011), di Wilayah Jawa Tengah, menjelaskan

     bahwa keteraturan dan lama berobat pasien Tuberkulosis Paru dengan Resistensi

    Obat Tuberkulosis berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan.

    2.7. Landasan Teori

    Menurut Anderson dan Newman (1968) dalam Sarwono (2004), bahwa salah

    satu faktor penting yang mempengaruhi pelayanan kesehatan adalah faktor petugas

    kesehatan, mencakup karakteristik petugas kesehatan dan kompetensi petugas

    kesehatan, termasuk didalam pelayanan imunisasi.

    Menurut Ilyas (2006) yang mengutip pendapat Gibson (1987) beberapa faktor

    yang mempengaruhi kinerja petugas adalah kemampuan, ketrampilan, latar belakang

     pendidikan, motivasi kerja, sikap dan kepribadian, dukungan organisasi berupa

    kompensasi, kebijakan, insentif, gaya kepemimpinan dan desain pekerjaan.

    Menurut Hasibuan (2004) yang mengutip pendapat Keith dan Davis bahwa

    kinerja pegawai atau petugas diberbagai instansi sangat dipengaruhi oleh kompetensi

    (kemampuan dan ketrampilan) dan motivasi. Ada 3 (tiga) komponen variabel yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    39/41

    mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu variabel individu, variabel organisasi

    dan variabel psikologis. Ketiga variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang

     pada akhirnya berpengaruh pada kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas

     pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.

    Kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat prestasi kerja petugas

     pengelola program TB paru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam

     program penanggulangan TB paru.

    Menurut Wibowo (2008), kompetensi adalah suatu kemampuan untuk

    melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas

    keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap.

    Menurut Thoha (2008), kompetensi ada 3 (tiga) jenis yaitu : (1) kompetensi

    teknis, lebih menekankan kepada pencapaian efektifitas kerja, (2) kompetensi

     perilaku (konsep diri, ciri diri dan motif individu), yang lebih menekankan kepada

     perilaku produktif yang harus dimiliki dan diperagakan oleh petugas agar dapat

     berprestasi, dan (3) kompetensi pengetahuan dan keterampilan individu, yang lebih

    ditujukan kepada pelatihan dan pendidikan.

    Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2006) berpendapat bahwa koordinasi

    adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu

    yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang

    seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

    Koordinasi berhubungan dengan tugas untuk menyatukan usaha agar berhasil

    dalam mencapai tujuan organisasi, adanya disparitas masing-masing tugas dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    40/41

    organisasi cenderung timbul kekuasaan memisahkan diri dari tujuan organisasi secara

    keseluruhan, maka dengan adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas

    diantara unit-unit atau bagian-bagian organisasi untuk mencapai tujuan organisasi

    (Hasibuan, 2006).

    Koordinasi adalah perwujudan kerjasama, saling membantu, menghargai serta

    menggambarkan penghayatan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unsur

    dalam organisasi. Artinya dengan adanya koordinasi maka akan berdampak terhadap

    efektivitas kerja dan prestasi kerja (Malthis, 2004).

    Koordinasi dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

    oleh pengelola program TB paru dalam mensingkronkan dan menyelaraskan seluruh

    konsep dan kegiatan yang dilakukan dalam upaya penanggulangan TB paru di

    wilayah kerja puskesmas, baik koordinasi lintas program di puskesmas misalnya

    koordinasi dengan program penyuluhan kesehatan dan program kesehatan

    lingkungan, koordinasi dengan pimpinan misalnya memberikan laporan dan meminta

    arahan dari pimpinan puskemas terkait dengan penanggulangan TB paru , maupun

    koordinasi lintas sektoral misalnya bekerja sama dengan perangkat desa dalam

     pelacakan dan penemuan kasus.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 puskesmas progam TB

    41/41

    2.8. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

    KOORDINASI

    KOMPETENSI

    Kinerja Pengelola Program

    Penganggulangan TB Paru