PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

75
PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut 2019 S-102

Transcript of PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

Page 1: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut

2019

S-102

Page 2: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL Pusat Informasi Geospasial Kelautan Indonesia Editor: Dyan Primana S.,

___Jakarta, Pushidrosal, 2019

iv + 68 hal, 21 cm ISBN:978-602-51221-4-9 1. Judul 1. Dyan Primana S.

Pusat Informasi Geospasial Kelautan Indonesia

Pengarang: Harjo Susmoro

Editor:

Dyan Primana S.

Perancang Isi: RudySalam

Desain Kover:

Untung Sugiarta

Cetakan Kedua: Oktober 2019

Penerbit: Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL Jl. Pantai Kuta V No. 1 Ancol Timur Jakarta Telp. 62-21-64714810 Fax: 62-21-64714819

www.pushidrosal.id [email protected]

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi

buku ini tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta, kecuali mencantumkan identitas pemegang hak cipta.

Page 3: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

KATA PENGANTAR

Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut

Informasi Geospasial Kelautan Nasional diselenggarakan oleh Pushidrosal yang secara organisasi berada dibawah Markas Besar TNI AL, namun secara fungsional Pushidrosal mempunyai peran lebih luas yaitu tidak saja melayani kepentingan TNI/TNI AL tetapi mengemban fungsi melayani kepentingan publik. Oleh karena itu sebagai Pusat Informasi Geospasial Kelautan Nasional, Pushidrosal bertugas mengumpulkan, mengelola, mengolah, menyimpan, mengamankan, menyebarluaskan Informasi Geospasial Kelautan. Dalam rangka menunjang pembangunan Pusat Informasi Data Spasial Kelautan Indonesia maka Pushidrosal saat ini telah dan sedang mengembangkan infrastruktur Hydrographic Data Center (HDC). Dengan adanya HDC, diharapkan semua data dan informasi tentang kelautanan mulai dari data hidrografi, oseanografi, kenavigasian, lingkungan laut maupun data kelautan lainnya dapat dihimpun, dikelola dengan baik, dan mudah diakses baik untuk kepentingan internal yaitu updating peta laut dan informasi kenavigasian lainnya maupun kemudahan untuk diakses oleh para stakeholder (pengguna).

Buku Pusat Informasi Geospasial Kelautan Indonesia berisikan tentang tugas dan fungsi Pushidrosal sebagai Pusat Informasi Geospasial Kelautan dan sistem yang telah dan akan terus dikembangkan dalam menjadikan Pushidrosal menjadi Pusat Informasi Geospasial Kelautan Indonesia.

Page 4: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

Dalam penyusunan Buku Pusat Informasi Geospasial Kelautan Indonesia tentunya masih memerlukan penyempurnaan, oleh karena itu saran dan masukan dari para pengguna menjadi bahan penyempurnaan buku ini. Akhir kata, diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dan bantuan, sehingga Buku Pusat Informasi Geospasial Kelautan Indonesia ini dapat diterbitkan.

Jakarta, Oktober 2019

Kepala Pushidrosal,

Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H.

Laksamana Muda TNI

NO PEJABAT PARAF TANGGAL

1. Waka 2. Koorsahli Pd. Draf 12-02-2018 3. Diropssurta Pd. Draf 22-02-2018 4. Kadispeta Pd. Draf 15-02-2018 5. Kasetum

Page 5: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

DAFTAR ISI

ISI

Hal

JUDUL......................................................................... i KATA PENGANTAR………………………………….… BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang ...................................... 1

2 Maksud dan Tujuan………..................... 4

3 Ruang Lingkup dan Tata Urut................ 4

BAB II PERAN PUSHIDROSAL SEBAGAI LEMBAGA HIDROGRAFI NASIONAL

4 Umum.................................................... 6 5 Peran Pushidrosal Dalam Mendukung

TNI Angkatan Laut Berkelas Dunia.....................................................

6

6 Peran Informasi Geospasial Kelautan Pushidrosal Terhadap Kebijakan Poros Maritim Dunia........................................

8

7 Peran Pushidrosal Dalam Kepentingan Global....................................................

12

8 Pembangunan Informasi Data Spasial Kelautan (IDSK) Terhadap Peran Pushidrosal............................................

14

BAB III

PERKEMBANGAN INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN

9 Umum.................................................. 16

10 Global.................................................. 18

11 Regional............................................... 25

12 Nasional............................................... 26

Page 6: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

BAB IV PENDIRIAN PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN PUSHIDROSAL

13 Umum................................................ 34

14 Pembangunan Infrastruktur Data Spasial Kelautan Pushidrosal Yang Diharapkan……………………….……

36

15 HDC Dalam Informasi Geospasial Kelautan Pushidrosal…….…………..

50

16 Pembentukan Pusdalops Pushidrosal Dalam Menunjang Informasi Geospasial Kelautan….

57

BAB V IMPLEMETASI PUSAT INFORMASI

DATA SPASIAL KELAUTAN INDONESIA DALA MMENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN

17 Umum ................................................. 61 18 19

Implementasi Informasi Geospasial Kelautan Indonesia Dalam Mendukung Tol Laut………………….. Penyajian Informasi Geospasial Kelautan Indonesia pada Aplikasi HDC.....................................................

62

64

BAB VI PENUTUP 68

Page 7: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pushidrosal sebagai lembaga hidrografi di Indonesia memiliki kewajiban-kewajiban untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh IHO, sehingga keberadaannya bila dikaitkan dengan kebijakan International Hydrographic Organization (IHO) yang disampaikan melalui Publikasi Khususnya M-2, yaitu: “The Need For National Hydrographic Services-IHO”, disampaikan bahwa hampir semua aktifitas manusia di muka bumi dan di bawah laut memerlukan pengetahuan hidrografi, atau dengan kata lain diperlukan pengetahuan tentang bentuk dan kondisi dasar lautnya termasuk karakteristik dan kemungkinan bahaya yang akan dihadapinya, sehingga dapat dikatakan di sini bahwa “tanpa hidrografi” maka:

a. Tidak akan ada kapal yang berlayar dengan aman;

b. Tidak akan ada pembangunan pelabuhan;

c. Tidak akan ada pengembangan infrastruktur di laut dan pantai;

d. Tidak akan ada perencanaan lingkungan laut yang akan diterapkan;

e. Tidak akan ada pesisir dan pulau yang dapat dipertahankan;

f. Tidak akan ada penyelamatan di laut yang dapat dilakukan;

g. Tidak akan ada model genangan yang dapat dikembangkan; dan

h. Tidak akan ada batas maritim yang dapat ditetapkan.

Page 8: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

2

Pernyataan IHO tersebut, menunjukkan bahwa peran hidrografi menjadi sentral di setiap kegiatan kemaritiman, sehingga keberadaan Pushidrosal sebagai Lembaga Hidrografi di Indonesia menjadi center of gravity dalam pembangunan kemaritiman nasional.

Penetapan Pushidrosal sebagai Kotama Pembinaan TNI Angkatan Laut melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2016 (Perpres No. 62 Tahun 2016) Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi TNI, dan diresmikan Kasal dengan Keputusan Kasal Nomor 16 Tahun 2016 tentang penambahan nama/struktur Organisasi Dinas Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut menjadi Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL(Pushidrosal) memiliki tugas melaksanakan pembinaan Hidro-Oseanografi (hidros) dalam rangka mendukung kepentingan TNI dan kepentingan sipil, dan menyiapkan data dan informasi wilayah pertahanan di laut dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut.

Tugas tersebut menjadikan Pushidrosal sebagai pengemban fungsi hidrografi militer/pertahanan dan sekaligus pengemban fungsi hidrografi sipil yang bertanggung jawab untuk menyediakan data dan informasi hidros di wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia yang akurat, mutakhir serta dijamin kesinambungannya. Tugas embanan lainnya adalah Pushidrosal selaku wakil negara di lembaga hidrografi dunia (International Hydrographic Organization-IHO) dan secara regional di Komisi Hidrografi Asia Timur (East Asia Hydrographic Commission-EAHC), memiliki peran strategis bagi negara Indonesia dalam diplomasi internasional dibidang hidrografi, termasuk juga dalam proses diplomasi batas maritim. Dalam kaitan hal ini, peran Pushidrosal menjadi sentral dalam membangun pengaruh kemaritiman di lingkup dunia melalui peran aktifnya di IHO maupun melalui forum Komisi Hidrografi di kawasan perairan regional Asia Timur (EAHC), Samudera Hindia Bagian Utara (NIOHC) dan Samudera Pasifik Bagian Barat Daya (SWPHC).

Seiring dengan perkembangan Iptek bidang informatika dan telekomunikasi saat ini, beberapa negara anggota IHO telah

Page 9: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

3

mengembangkan peran dan fungsi hidrografi dengan mengembangkan MSDI.Terkait dengan perkembangan MSDI di tingkat global, beberapa waktu yang lalu, PBB telah membentuk forum khusus yang menangani informasi geospasial yaitu UN-GGIM.United Nations Global Geospatial Information Management (UN-GGIM) merupakan sebuah program inisiatif dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai tindak lanjut dari Resolusi United Nations Economic and Social Council (ECOSOC) No. 24/ 2011, yang bertujuan untuk memainkan peran utama dalam menetapkan agenda bagi pembangunan informasi geospasial global serta mempromosikan penggunaannya dalam mengatasi berbagai permasalahan global yang bersifat multi-dimensional dan kompleks. Salah satu rekomendasi dari UN-GGIM adalah mendorong perkembangan pengelolaan informasi geospasial diantara negara-negara anggota, berbagi pengalaman dalam penyusunan kebijakan, peraturan yang mendukung, dan strategi pendanaan untuk mendorong dan mengembangkan langkah-langkah terbaik dalam pengelolaan informasi geospasial serta memfasilitasi dan mempromosikan peningkatan kapasitas di negara-negara berkembang. Selain itu, IHO sebagai leading sector bidang hidrografi juga memprioritaskan kerjasama dengan UN-GGIM dalam rangka mendorong lembaga hidrografi membangun MSDI.1 Belum lama ini IHO juga telah menandatangani kerjasama dengan Open Geospatial Consortium (OGC) untuk mengembangkan standar data spasial kelautan sebagai bentuk keseriusan IHO mendorong pembangunan MSDI sebagai program prioritas saat ini.2 Sebagai anggota IHO, Pushidrosal juga mengikuti perkembangan teknologi MSDI di tingkat global dengan mengirimkan personelnya untuk mengikuti training MSDI serta aktif dalam kegiatan dan pertemuan MSDI Working Group IHO.

Kebijakan Poros Maritim Dunia yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo memiliki latar belakang perlunya

1Robert Ward. (2016). The Changing Role of National Hydrographic

Offices in the 21stCentury. International Hydrographic Bireau, Monaco. 2IHB. (2016). Memorandum of Understanding Between The International

Hydrographic Organization And The Open Geospatial Consortium. Monaco.

Page 10: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

4

mengambil keuntungan dari posisi strategis Indonesia sebagai negara kepulauan yang menjadi akses perdagangan dunia lewat laut selama berabad-abad, namun belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.Untuk mewujudkannya dibutuhkan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian sesuai dengan peran masing-masing. Adanya kebijakan Poros Maritim Dunia (PMD) merupakan momentum bagi Pushidrosal sebagai organisasi yang memiliki greatest business terkait dengan informasi geospasial maritim Pushidrosal untuk meningkatkan perannya baik di tingkat nasional, regional maupun global dengan menerapkan standarisasi dan spesifikasi MSDI yang telah ditetapkan oleh IHO untuk membentuk, pengelolaan data dan informasi geospasial maritim yang efektif, efisien (Maritime Geospatial Information Centre) dan terintegrasi dengan IDSN agar berdayaguna dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan maritim nasional serta outcome bagi terdukungnya kebijakan Poros Maritim Dunia. Untuk itu pendirian Pusat Informasi Geospasial Kelautan Pushidrosal merupakan suatu keniscayaan dalam rangka pelaksanaan dukungan data geospasial kelautan di Indonesia. 2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Penyusunan naskah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang “Pendirian Pusat Informasi Geospasial Kelautan Pushidrosal”. b. Tujuan. Naskah ini disusun sebagai acuan dalam Pendirian Pusat Informasi Geospasial Kelautan Pushidrosal.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang lingkup. Penyusunan naskah ini disusun berdasarkan Rancangan Kebijakan Dasar Pembangunan Postur Pushidrosal Sampai Dengan Tahun 2037 (Blue Print s.d 2037) dan Buku Putih Pushidrosal. b. Tata urut. Penulisan Naskah ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :

Page 11: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

5

Bab I : Pendahuluan Bab II : Peran Pushidrosal Sebagai Lembaga Hidrografi Nasional Bab III : Perkembangan Informasi Geospasial Kelautan Bab IV : Pendirian Pusat Informasi Spasial Kelautan Pushidrosal Bab V :Implemetasi Pusat Informasi Data Spasial Kelautan Indonesia Dalam Mendukung Pembangunan Nasional dalam Bidang Kelautan. Bab VI : Penutup

Page 12: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

6

BAB II PERAN PUSHIDROSAL SEBAGAI LEMBAGA HIDROGRAFI

NASIONAL 4. Umum.

Sebagai Lembaga Hidrografi Nasional Pushidrosal mengemban fungsi hidrografi militer dan sekaligus mengemban fungsi hidrografi sipil di Indonesia yang bertanggung jawab untuk menyediakan data dan informasi hidros di wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia yang akurat, mutakhir serta terjamin ketersediaannya untuk mendukung pemanfaatan ruang laut nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia.Dalam upaya mengoptimalkan peran, tugas dan fungsi Pushidrosal sebagai Lembaga Hidrografi Nasional dan selaku Kotama Pembinaan TNI Angkatan Laut yang menyelenggarakan pembinaan hidro-oseanografi di Indonesia serta sekaligus sebagai wakil negara dan anggota di IHO maupun organisasi hidrografi di kawasan serta dalam rangka mendukung kepentingan nasional dilingkup pertahanan dan kemaritiman.

5. Peran Pushidrosal dalam Mendukung TNI Angkatan Laut Berkelas Dunia.

Indonesia dapat disebut sebagai negara maritim bila ditinjau dari aktivitas kemaritimannya. Bangsa Indonesia menjadikan laut sebagai ruang hidup sekaligus cara hidup, sehingga laut memiliki makna penting sebagai media pemersatu, media perhubungan, media pertahanan dan media penggalian sumber daya. Agar ruang hidup tersebut dapat memberikan kesejahteraan bangsa, dibutuhkan Angkatan Laut yang mampu menjaga dan menjamin keselamatannya. Dalam konteks ini TNI Angkatan Laut sebagai salah satu komponen pertahanan negara merupakan penjaga dan penjamin agar laut Indonesia tetap aman dalam perspektif hukum dan kedaulatan.

Tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh TNI Angkatan

Laut di tingkat nasional, regional dan global semakin komplek seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan keterlibatan di

Page 13: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

7

dalam berbagai inisiatif di kawasan Asia Pasifik dan dunia, membutuhkan TNI Angkatan Laut Berkelas Dunia. TNI Angkatan Laut Berkelas Dunia adalah TNI Angkatan Laut yang mampu menghadirkan kekuatannya di berbagai penjuru dunia.TNI Angkatan Laut yang berkelas dunia ini merupakan instrumen pendukung dalam pencapaian visi TNI Angkatan Laut Berkelas Dunia.

Peran Pushidrosal dalam mendukung TNI Angkatan Laut

salah satunya adalah memberi data dan informasi hidrografi militer secara lengkap dan akurat.

Angkatan Laut kelas dunia sebagai suatu paradigma yang memiliki karakter unggul (exellent) dan menjadi pusat keunggulan (center of excellent).Karakter tersebut harus selalu ditunjukkan atau ditampilkan secara konsisten dari waktu ke waktu. Karakter unggul tersebut antara lain: (1) sumber daya manusia yang unggul (excellent human resources). Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi adalah personel yang memiliki kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia yang tanggap, tanggon dan trengginas, dapat menggerakkan organisasi secara maksimum; (2) unggul teknologi (excellent technology). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, termasuk bidang keangkatanlautan. Ke depan, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi taktik penggunaan kekuatan sehingga melahirkan doktrin dan strategi baru sebagai landasan pembangunan kekuatan dan operasional di medan penugasan; (3) unggul organisasi (excellent organization). Organisasi sebagai dasar atau pondasi yang mampu secara fleksibel beradaptasi dengan kondisi internal dan perkembangan lingkungan strategis yang bergerak dinamis; (4) unggul kemampuan operasional (excellent operational capability). Operasi merupakan keluaran (output) kinerja Angkatan Laut yang dilaksanakan satuan-satuan operasional dan pangkalan-pangkalan untuk mendukung sustainability.

Dengan memiliki Angkatan Laut Berkelas Dunia, maka keuntungan yang dirasakan oleh bangsa Indonesia antara lain: pertama, meningkatkan efek penangkalan sehingga membuat

Page 14: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

8

negara lain berpikir lebih jauh sebelum menunjukkan niat berkonfrontasi secara langsung dan terbuka; kedua,membangun dan mendapatkan kepercayaan dari komunitas internasional; ketiga, meningkatkan posisi tawar di berbagai upaya penyelesaian persoalan kawasan maupun internasional sebagai bagian integral diplomasi pemerintah serta implementasi kebijakan politik luar negeri; keempat, mengamankan kepentingan nasional di dalam dan di luar kawasan.

Paradigma baru TNI Angkatan Laut Berkelas Dunia dengan visinya menujuTNI Angkatan Laut yang handal dan disegani serta berkelas dunia, maka visi tersebut telah sejalan dengan visi yang dibangun oleh Pushidrosal, yaitu: “Menjadikan Pushidrosal Sebagai Lembaga Hidrografi Nasional dan Pusat Informasi Geospasial Maritim Terbaik di Dunia”. Visi ini telah tercermin pada aktivitas fungsi diplomasi internasional di bidang hidrografi sebagaimana tercantum dalam Perpang TNI Nomor 34 Tahun 2016 dan Perkasal Nomor 16 Tahun 2016, bahwa dalam melaksanakan fungsi diplomasi internasional di bidang hidrografi, Pushidrosal berlaku sebagai wakil Pemerintah Republik Indonesia di lingkup internasional (IHO) dan di kawasan (EAHC dan NIOHC), selain itu pula Pushidrosal sebagai anggota delegasi Republik Indonesia pada diplomasi batas maritim.

6. Peran Informasi Geospasial Kelautan Pushidrosal Terhadap Kebijakan Poros Maritim Dunia.

Sebagaimana telah disebutkan secara spesifik dalam Teori Sea Power AT Mahan bahwa “the great extent of its sea-coast and its numerous inlets would have been elements of great strength” menunjukan bahwa geographical position; physical conformation; extent of territory merupakan elemen yang sangat penting serta daya dukung bagi Sea Power. Untuk mengetahui gambaran potensi sumber daya laut nasional sebagai daya dukung dari Sea Power tersebut dibutuhkan sebuah peta laut (data spasial kelautan) yang akurat dan mutakhir yang menggambarkan secara detail tentang karakteristik serta kondisi fisik dan geografis. Sehingga, sebuah negara akan mengetahui kekuatan atau kelemahannya dari elemen-elemen tersebut berdasarkan

Page 15: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

9

informasi yang di dapat dari peta laut. Oleh karena itu, data spasial merupakan bagian dari elemen penting Sea Power yang sangat menunjang keberhasilan misi PMD. Secara historis Pushidrosal telah memberikan kontribusi yang signifikan khususnya di bidang keselamatan pelayaran, dukungan terhadap TNI AL, diplomasi batas maritim, serta bidang lainnya dengan produk utamanya adalah peta laut dan publikasi nautika. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran lembaga hidrografi memiliki kontribusi secara langsung terhadap infrastruktur maritim nasional sebagaimana juga telah ditegaskan dalam publikasi IHO M2 yang berbunyi:

“The Hydrographic Services or Authorities of coastal States provide an essential contributionto national maritime infrastructures. National Hydrographic Services support safe and efficient navigation, foster national maritime development, help to safeguard life and property at sea, facilitate the protection of the marine environment and support the management and sustainable development of the national maritime zones. National Hydrographic Services also support national security and maritime defence.”3

Namun dengan era TIK dan kebutuhan data spasial kelautan yang terus berkembang untuk berbagai kepentingan (hydrographic is much more than just nautical chart)4, produk lembaga hidrografi telah memberikan kontribusi secara langsung untuk ekonomi berdasarkan beberapa penelitian. Sebagai contoh hasil penelitian beberapa negara anggota IHO menunjukkan bahwa rasio antara biaya pembangunan infrastrukur untuk Informasi Data Spasial Kelautan (IDSK) dan manfaat ekonomi

3IHO Publication M2. Op.cit. hal. 19.

4Hydrographic is much more than just nautical chart, is the theme for World

Hydrography Day on 21st June 2014. It means that the most widely-known use of hydrographic data is to make navigational (nautical) charts. Nautical charts enable mariners to navigate their ships and boats avoiding all known dangers along their intended routes. However, hydrographic data has many,many other uses, too. http://ahs.wildapricot.org/Resources/Documents/WHD2014_Background_brief.pdf, Diakses pada tanggal 04 Mei 2017, pukul 18.08 WIB.

Page 16: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

10

menunjukkan angka lebih dari 1:10.5 Dalam hal ini biaya pembangunan IDSK merupakan investasi ekonomi. Beberapa studi yang lain menunjukkan bahwa terdapat nilai ekonomi dari pemanfaatan teknologi geospasial di berbagai belahan dunia6 (Dapat dilihat pada Gambar 1.). Fakta lainnya yang terkait adalah di Amerika Serikat pembangunan di sektor kelautan memberikan nilai ekonomi yang sangat besar, seperti pada pada Tabel 1.7

Tabel 1. Economic Value of the Coastal Zone di Amerika Serikat.

5IHO Publication Circular Letter. Op.cit. hal.44.

6Geospatial Media. Op.cit. hal.41.

7Committee on National Needs. Op.cit. hal. 51.

No Bidang/Kegiatan Hasil Studi

Nilai Ekonomi

1 The movement of waterborne cargo contributes

(USDOT, 1999)

More than $742 billion to the U.S. gross domestic product and creates employment for more than 13 million individuals

2 Commercial and recreational fishing

(USDOT, 1999)

More than $111 billion to the economy annually

3 Coastal zone in California

(CSC, 2001)

$17.3 billion and 370,000 jobs

Page 17: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

11

(Sumber:Committee on National Needs for Coastal Mapping and Charting Ocean Studies Board Mapping Science. (2010). A Geospatial Framework for The Coastal Zone, National Needs for Coastal Mapping and Charting. The National Academies Press, Washington, D.C.,telah diolah kembali)

Oleh karena itu, Lembaga Hidrografi Nasional dalam hal ini

Pushidrosal dengan produk data spasial kelautan-nya yang dihasilkan dari adanya IDSK dapat dipastikan akan dapat memberikan kontribusi bagi kebijakan PMD khususnya dari nilai dan manfaat ekonomi sesuai dengan Pilar ke-4 PMD yaitu:“Ekonomi dan Infrastruktur Kelautan dan Peningkatan Kesejahteraan, meliputi: Sinergi kepentingan nasional strategis dalam menentukan kawasan pengembangan infrastruktur kelautan, pengembangan sistem konektivitas transportasi laut nasional, dan pengembangan dan pembangunan infrastruktur pelabuhan laut”.

4 Wildlife observation in the coastal zone

(USDOT, 1999)

Americans spent $18.1 billion on activities

5

78 million Americans participated in recreational boating, using about 16 million boats

(USDOT, 1999)

$19 billion on boats and boating activities

6 The economic impact of cruise lines

(USDOT, 1999)

$11.6 billion per year

Page 18: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

12

Gambar 1.Teknologi geospasial membawa manfaat ekonomi yang sangat signifikan bagi masyarakat di berbagai belahan dunia. (Sumber :Geospatial Media and Communications. (2017). Global Geospatial Industry Outlook 2017).

7. Peran Pushidrosal di Dalam Kepentingan Global.

Penggunaan sistem peta elektronik atau digital untuk navigasi dilaut telah direkomendasikan oleh IMO sehingga akan menggantikan peta analog/kertas yang telah berabad-abad digunakan oleh kapal dalam bernavigasi. Hal tersebut merupakan sebuah revolusi dalam bernavigasi di laut, sehingga lembaga hidrografi nasional pada suatu negara harus menyiapkan sistem produksi peta lautnya dalam rangka membuat informasi spasial kelautan dalam bentuk digital. Pada 1 Januari 2011, IMO menerbitkan sebuah konvensi tentang penggunaan peta elektronik dalam bernavigasi di laut dengan adanya SOLAS Chapter V tentang keselamatan navigasi yang diadopsi oleh Resolusi IMO-MSC.282(86). SOLAS Chapter V Nomor 19/2.1.4 menetapkan bahwa: “Semua kapal, semua ukuran, harus memiliki peta laut dan publikasi nautis untuk merencanakan dan menampilkan rute

Page 19: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

13

pelayaran kapal dan untuk merencanakan dan memantau posisi seluruh pelayaran. Sebuah sistem informasi elektronik diterima sebagai sistem yang memenuhi persyaratan tersebut”.

Berdasarkan Perpres RI Nomor 10 Tahun 2010, salah satu

tugas pokok Pushidrosal yang paling mendasar adalah mendukung keselamatan pelayaran. Pushidrosal juga berkewajiban untuk mematuhi dan melaksanakan ketetapan-ketetapan internasional terkait dengan keselamatan navigasi di laut dan juga dituntut untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produk-produknya, seperti peta laut dan publikasi nautika serta produk peta-peta tematik lainnya. Dengan adanya perkembangan teknologi navigasi, produk peta laut telah mengalami revolusi dari analog menjadi elektronik dan telah menjadi kewajiban bagi kapal-kapal pada Tahun 2018 sesuai dengan rekomendasi IMO. Konsekuensi logis dari kondisi demikan adalah munculnya tuntutan terhadap kualitas produk yang memenuhi standar internasional karena kualitas produk yang dihasilkan akan menjadi perhatian dan kepentingan nasional maupun internasional serta memiliki konsekuensi. Terkait dengan kewajiban penggunaan peta navigasi elektronik (ENC) tersebut, Pushidrosal telah memulai mempublikasikan ENC dengan standar metadata dan kodefikasi data spasial kelautan mengacu kepada standar IHO-S57 secara internasional sejak Tahun 2009 yang meliputi seluruh perairan Indonesia dan telah digunakan oleh kapal-kapal di seluruh dunia yang berlayar di perairan Indonesia. Selain itu, Pushidrosal juga memproduksi ENC Selat Singapura dan Selat Malaka (Malacca and Singapore Straits ENCs) yang merupakan salah satu perairan terpadat di dunia bersama-sama dengan Malaysia dan Singapura, dan East Asia ENC bersama-sama dengan anggota EAHC yang telah digunakan oleh kapal-kapal yang berlayar dari seluruh dunia yang melewatinya sejak Tahun 2005. Dengan demikian, Pushidrosal telah mengimplementasikan teknologi pemetaan dalam rangka menjamin keselamatan dan keamanan navigasi di laut di tingkat global.

Terkait dengan pemeliharaan dan pengembangan

standardisasi teknologi peta elektronik, Pushidrosal juga aktif mengikuti komite dan kelompok kerja (working group) di IHO yang

Page 20: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

14

menangani hal tersebut yaitu: NCWG (Nautical Cartography Working Group), ENCWG (ENC standards maintenance working group), dan S-100 WG untuk mengantisipasi perkembangan teknologi di masa depan. Kontribusi Pushidrosal dalam working group tersebut adalah diterimanya usulan Pushidrosal dalam membuat standar simbol dan kodefikasi digital “Building above thewater” pada standar publikasi IHO S-4 dan S-57 Encoding Bulletin pada Tahun 2015.

Selain itu, Pushidrosal sebagai anggota IHO dan EAHC di

tingkat regional juga aktif mengikuti pertemuan, kegiatan maupun program-program yang ada. Salah satunya adalah menjadi penyelenggara pelatihan tingkat regional tentang teknologi multibeam echosounder and seabed classification, maritime boundary delimitation, dan Hydrographic Survey for Disaster Management and Relief yang diikuti oleh anggota EAHC serta menerima perwira siswa dari negara lain seperti: China, Korea Selatan, Filipina, Thailand, Malaysia, Vietnam sebagai peserta didik kursus Surveyor Hidrografi Kategori B (IHO recognize) di Pusdikhidros dalam beberapa tahun terakhir. 8. Pembangunan Informasi Data Spasial Kelautan (IDSK) Terhadap Peran Pushidrosal.

Dengan terbangunnya IDSK yang andal, maka peran Pushidrosal sebagai lembaga hidrografi akan meningkat. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai parameter indikator keberhasilan, yaitu:

1) Terwujudnya Pushidrosal sebagai administrator IDSK (National Bathymetry Steward) serta regulasinya yang merupakan bagian dari IDSN. 2) Meningkatnya kepercayaan pengguna terhadap produk Pushidrosal. Hal tersebut dapat diukur dari ketersediaan dan akses ke data spasial kelautan yang meliputi seluruh wilayah Indonesia serta penggunaannya

Page 21: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

15

untuk kepentingan yang lebih luas untuk berbagai sektor baik di level nasional, regional maupun internasional. 3) Adanya partisipasi aktif Pushidrosal sebagai anggota IHO, EAHC serta organisasi internasional yang terkait dengan bidang hidrografi dan informasi geospasial seperti: FIG, ICA, IOC, ISO, OGC serta organisasi internasional lainnya. 4) Suksesnya VIMSAS-IMO sebagai bentuk audit untuk pengaturan dan penerapan instrumen wajib IMO yang telah diratifikasi Indonesia akan meningkatkan kepercayaan dunia internasional terhadap jaminan keselamatan pelayaran di Indonesia.

Page 22: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

16

BAB III PERKEMBANGAN INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN

9. Umum

Dewasa ini manusia semakin beralih ke laut untuk mendapatkan sumber daya tambahan. Lebih dari 90% perdagangan dunia dibawa melalui laut dengan adanya dimensi kapal yang semakin besar dan jumlahnya yang semakin banyak.8 Pencarian jalur dan rute kapal baru juga banyak dilakukan banyak negara sebagai contoh jalur Kutub Utara yang menghubungkan rute dari Pasifik menuju Eropa tanpa melalui Asia, akan membutuhkan peta laut yang memiliki informasi lengkap guna menetapkan jalur baru tersebut. Kurangnya informasi yang memadai akan peta laut dengan adanya teknologi informasi akan menyebabkan resiko yang signifikan terhadap lingkungan laut dan ekonomi. Untuk menentukan korelasi atau pengaruh antara, hidrografi dengan ekonomi merupakan hal yang sangat sulit namun beberapa penelitian oleh beberapa negara anggota IHO9 menunjukkan bahwa rasio antara biaya pembangunan IDSK dan manfaat ekonomi menunjukkan angka lebih dari 1:10. Sebagai contoh pada sebagian besar kapal, penambahan draft/kedalaman 30 cm yang digambarkan pada peta laut memungkinkan setidaknya penambahan 2.000 ton muatan lebih banyak yang dapat dibawa10. Contoh lainnya adalah penumpang dari kapal pesiar modern dapat menghabiskan lebih dari US$ 250.000 di pelabuhan setiap harinya.11

Terkait dengan masih adanya keterbatasan IDSK di sebagian besar negara-negara dunia yang salah satunya adalah laut yang belum terpetakan dapat memengaruhi kegiatan perdagangan di dan lewat laut. Sebagai contoh sebuah rute

8Ibid hal.44.

9 Coochey J. (1992).An economic analysis of the benefits of the RAN

Hydrographic Programme.Australia.Brinkman U and Calverley S.L. (1993). Benefit: Cost assessment of the Canadian Hydrographic Service, Canada.

International Hydrographic Review, Vol II, 1993.

10Typical tonnes per centimetre tables.

11 Cruise Line International Association, 2010

Page 23: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

17

pelayaran akan lebih lama dari yang direncanakan dikarenakan kurangnya informasi dari peta laut. Penggunaan rute yang dalam dan lebih pendek akan menghemat waktu dan biaya serta memungkinkan penggunaan kapal yang berdimensi lebih besar dan bermuatan lebih banyak sehingga menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi industri dan perdagangan. Sebagaimana dimandatkan oleh SOLAS Chapter V12 bahwa suatu kapal tidak layak untuk berlayar jika tidak membawa peta laut yang paling mutakhir. Namun, data dari IHO menunjukkan bahwa setidaknya 50% perairan di seluruh dunia belum terpetakan secara merata. International Council for Science - SCOR menyebutkan bahwa kurang dari 10 % laut yang telah dipetakan memiliki resolusi yang sama dengan peta bulan dan planet mars.13 Untuk memperbaiki kondisi tersebut dibutuhkan kerjasama dan keterlibatan semua pihak yang berkepentingan dengan maritim khususnya lembaga hidrografi.

Selain mendukung perdagangan maritim, kantor hidrografi di setiap negara akan mendukung setiap aktifitas di laut termasuk keamanan navigasi, perlindungan lingkungan laut, pembangunan infrastruktur, pengelolaan zona pesisir, eksplorasi sumber daya kelautan (mineral, perikanan, dll), batas maritim, pertahanan dan keamanan maritim, manajemen penanggulangan bencana dan lainnya. Seluruh aktifitas tersebut sangat membutuhkan informasi hidrografi sebagai bagian penting dari IDSK. Dengan adanya perkembangan perdagangan maritim global serta eksploitasi dan pembangunan berkelanjutan tersebut mengakibatkan zona maritim menjadi perhatian utama pemerintah dan industri di banyak negara. Oleh karena itu, perkembangan lingkungan strategis pada tataran global, regional, dan nasional menjadi penting dan relevan untuk dibahas serta didiskusikan pada Bab ini. Selanjutnya, pada bagian akhir akan diidentifikasi peluang dan kendala dalam merumuskan dan menyusun strategi pembangunan IDSK guna meningkatkan peran Pushidrosal sebagai Lembaga Hidrografi Nasional dalam rangka mendukung kebijakan PMD.

12

http://solasv.mcga.gov.uk/. Diakses pada hari Minggu7Mei 2017 Pukul 23.35. 13

IHO Publication Circular Letter. Op.cit. hal.44.

Page 24: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

18

10. Global.

a. Manajemen Informasi Geospasial Global. Beberapa waktu yang lalu, PBB telah membentuk forum khusus yang menangani informasi geospasial yaitu UN-GGIM14.United NationsGlobal Geospatial Information Management (UN-GGIM) merupakan sebuah program inisiatif dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai tindak lanjut dari Resolusi United Nations Economic and Social Council (ECOSOC) No. 24/ 2011, yang bertujuan untuk memainkan peran utama dalam menetapkan agenda bagi pembangunan informasi geospasial global serta mempromosikan penggunaannya dalam mengatasi berbagai permasalahan globalyang bersifat multi-dimensional dan kompleks.Salah satu rekomendasi dari UN-GGIM adalah mendorong perkembangan pengelolaan informasi geospasial diantara negara-negara anggota, berbagi pengalaman dalam penyusunan kebijakan, peraturan yang mendukung, dan strategi pendanaan untuk mendorong dan mengembangkan langkah-langkah terbaik dalam pengelolaan informasi geospasial serta memfasilitasi dan mempromosikan peningkatan kapasitas di negara-negara berkembang. Selain itu, IHO sebagai leading sector bidang hidrografi juga memprioritaskan kerjasama dengan UN-GGIM dalam rangka mendorong lembaga hidrografi membangun IDSK.15 Belum lama ini IHO juga telah menandatangani kerjasama dengan Open Geospatial Consortium (OGC) untuk mengembangkan standar data spasial kelautan sebagai bentuk keseriusan IHO mendorong pembangunan IDSK sebagai program prioritas saat ini.16

14

http://ggim.un.org/. Diakses pada hari Kamis 30 Maret 2017 Pukul 17.00. 15

Robert Ward. (2016). The Changing Role of National Hydrographic Offices in

the 21stCentury. International Hydrographic Bireau, Monaco. 16

IHB. (2016). Memorandum of Understanding Between The International

Hydrographic Organization And The Open Geospatial Consortium. Monaco.

Page 25: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

19

b. Pembangunan Infrastruktur Data Spasial Kelautan di Amerika Serikat.

Sedikitnya terdapat 15 lembaga federal di Amerika Serikat yang terlibat dalam pengumpulan dan atau pengelolaan data spasial kelautan dengan fungsi dan tanggungjawab yang hampir sama. Sebagian besar lembaga terkait di negara bagian, institusi akademik, dan organisasi lainnya juga mengumpulkan dan menggunakan data spasial kelautan. Hal ini mengakibatkan terjadinya kekacauan dalam pengumpulan dan pengelolaan data sehingga terjadi tumpang tindih dan seringkali tidak ada koordinasi dalam pembuatan produk-produk peta laut atau informasi geospasial. Terjadinya kekacauan dan tumpang tindih pengelolaan data spasial tersebut justru akan mengurangi manfaat dari penggunaannya untuk berbagai kepentingan. Karena seharusnya data tersebut dapat dipertukarkan oleh setiap lembaga. Produk peta setiap lembaga juga tidak sama (unik) sehingga dapat menghemat anggaran negara. Menanggapi situasi ini, NOAA, dan USGS sebagai lembaga pemetaan terbesar serta beberapa institusi akademik dari berbagai universitas di Amerika Serikat membentuk komite yaitu Federal Geographic Data Committee (FGDC) untuk melakukan studi kebutuhan nasional dalam pemetaan laut. FGDC bertugas untuk mengidentifikasi dan menyarankan mekanisme untuk menangani kebutuhan nasional akan informasi geospasial kelautan. Selain itu, dilakukan identifikasi prioritas tertinggi dari kebutuhan data spasial, evaluasi potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan menentukan langkah untuk meningkatkan kolaborasi antar lembaga dan memastikan bahwa kebutuhan akan informasi geospasial kelautan oleh berbagai kepentingan dapat terpenuhi secara efisien dan tepat waktu.

Untuk memahami kebutuhan dan aktifitas dari berbagai institusi yang terlibat dalam pengelolaan data spasial kelautan, FGDC mencari informasi baik dari perspektif tiap lembaga maupun individu untuk menentukan visi pemetaan laut Amerika Serikat di masa yang akan

Page 26: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

20

datang. Visi tersebut akan membutuhkan strategi yang berdasarkan kerangka acuan terpadu tentang pengumpulan data, analisis dan produk informasi geospasial. Kerangka acuan tersebut juga termasuk mekanisme untuk memastikan komunikasi antar semua lembaga dan entitas yang terlibat untuk meminimalkan redundansi atau tumpang tindih kegiatan antar lembaga serta memaksimalkan efisiensi operasionalnya. Standar dan protokol internasional terkait pengumpulan data dan metadata untuk transformasi data dan integrasi menggunakan OGC agar data dapat dengan mudah diakses oleh semua pengguna melalui internet dari single portal digital. Saat ini portal digital FGDC sudah dapat diakses oleh pengguna di seluruh dunia.17

c. Pembangunan Infrastruktur Data Spatial Kelautan di Eropa.

Negara-negara yang tergabung dalam Uni-Eropa membangun IDSK dengan nama project INSPIRE. INSPIRE bertujuan untuk mendukung kebijakan lingkungan Uni-Eropa atau kegiatan lainnya yang mungkin berdampak pada ekonomi dan lingkungan. IDS Eropa ini akan memungkinkan pembagian informasi spasial lingkungan di antara organisasi di berbagai sektor serta memfasilitasi akses publik terhadap informasi geospasial di seluruh Eropa dan membantu pembuatan kebijakan lintas batas.

INSPIRE didasarkan pada infrastruktur informasi geospasial yang didirikan dan dioperasikan olehnegara-negara Anggota Uni Eropa. Petunjuk tersebut berisi 34 tema data spasial yang dibutuhkan untuk aplikasi lingkungan. Petunjuk ini mulai berlaku pada tanggal 15 Mei 2007 dan

17

Committee on National Needs for Coastal Mapping and Charting Ocean Studies Board Mapping Science. (2010). A Geospatial Framework for The Coastal Zone, National Needs for Coastal Mapping and Charting. The National Academies Press, Washington, D.C.

Page 27: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

21

akan dilaksanakan dalam berbagai tahap, dengan implementasi penuh yang disyaratkan pada tahun 2021.18

d. C4ISR dan GEOINT.

Dengan kemajuan di bidang teknologi informasi,dewasa ini dikenal sebuah sistem komando dan pengendalian yang disebut C4ISR. C4ISR berkembang dari komponen pendukung yang terkandung di dalam setiap kata di dalamnya yaitu Command, Control, Communications, Computers, Surveillance and Reconnaissance yang saat ini menjadi trend seiring fungsi serta peran C4ISR di dalam dunia kemiliteran.19 Siskodal berbasis C4ISR ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran akan ruang mandala perang (battlespace awareness20) yang akan sangat membantu pengambilan keputusan oleh pimpinan dan menunjukan adanya kesatuan komando, karenanya sistem ini harus didukung data-data dan informasi utama yaitu cuaca, medan dan musuh yang secara visual disajikan dalam bentuk peta digital baik 2D maupun 3D sebagai informasi geospasial. Sedangkan GEOINT (Geospatial Intelligence) adalah intelejen dari penggunaan dan analisis citra dan informasi geospasial tentang fitur dan kejadian dengan mengacu kepada ruang (posisi) dan waktu. GEOINT yang didefinisikan dalam US Code, terdiri dari citra, Imagery Intelligence (IMINT) dan informasi geospasial21(Dapat dilihat pada Gambar 2).

18

http://inspire.ec.europa.eu/about-inspire/563. Diakses pada hari Sabtu 6Mei

2017 Pukul 22.35. 19

C4ISR Architecture Working Group. (1997). C4ISR Architecture Frame Work version 2.0.Department of Defence USA. 20

David S. Albert, John J. Garstka and Frederick P. Stein. (1999). Network Centric Warfare : Developing and Leveraging Information Superiority. CCRP Publisher. 21

http://www.defence.gov.au/ago/geoint.htm.Diakses pada hari Sabtu 6Mei 2017 Pukul 22.00 dan National Geospatial Intelligence Agency.(2006). GEOINT Basic Doctrine Publication 1.0.National System for Geospatial Intelligence.National Geospatial Intelligence Agency. USA.

Page 28: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

22

Gambar 2.GEOINT yang didefinisikan dalam US Code, terdiri dari citra (Imagery), Imagery Intelligence (IMINT) dan informasi geospasial. (Sumber :National Geospatial Intelligence Agency. (2006). GEOINT Basic Doctrine Publication 1.0.National System for Geospatial Intelligence.National Geospatial Intelligence Agency. USA.)

Selain itu, terdapat banyak model peta militer digital seperti Additional Military Layers22 (AML)-nya NATO atau Digital Nautical Chart (DNC)-nya AL Amerika Serikat. Namun pada intinya peta militer tersebut memberikan informasi geospasial yang dibutuhkan baik untuk kebutuhan permukaan, bawah permukaan maupun udara. Secara khusus untuk kepentingan operasi militer produk peta dibuat menyesuaikan kebutuhannya yang disebut sebagai peta militer namun sistem integrasi informasi tersebut membutuhkan standar dan protokol tertentu seperti OGC23 untuk dapat menampilkan informasi geospasial tersebut secara simultan dari berbagai sumber. Selain itu, disiplin ilmu lainnya menggunakan GEOINT untuk mengembangkan

22

UKHO. (2007). Additional Military Layers Handbook. United Kongdom Hydrographic Office. Taunton, UK. 23

National Geospatial Intelligence Agency. (2006). GEOINT Standards Enabling a Common Vision. National Geospatial Intelligence Agency. USA.

Page 29: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

23

respon yang komprehensif terhadap masalah intelijen. Disiplin GEOINT menggabungkan data dari disiplin ilmu lainnya, seperti Human Intelligence (HUMINT), Signal Intelligence (SIGINT), Measurement and Signatures Intelligence (MASINT), dan Open-Source Intelligence (OSINT). Potensi paripurna dari GEOINT dapat diwujudkan ketika berbagai jenis data geospasial dan intelijen digabungkan, dianalisis dengan menggunakan informasi intelijen, kemudian diintegrasikan ke dalam produk geospasial tunggal24 dan selanjutnya produk tersebut dapat diakses dan ditampilkan dalam sistem C4ISR. Oleh karena itu C4ISR dan GEOINT saling terkait serta membutuhkan IDS yang andal.25

e. E-Navigation.

Dalam satu dasawarsa terakhir telah terjadi perkembangan yang sangat pesat teknologi dalam navigasi dan komunikasi sistem. Penggunaan peta digital untuk bernavigasi yang telah digunakan sebelumnya sudah dapat menggabungkan tampilan seluruh sensor yang ada di kapal menjadi satu sistem yaitu ECDIS sehingga navigasi lebih efisien dan aman. Pengembangan peta digital yang lebih kompleks dan komunikasi yang tidak terputus, integrasi dan interface antara penyedia data, sistem pengendali armada serta kapal menjadikan navigasi jauh lebih efisien. Teknologi inilah yang disebut sebagai E-navigation. E-navigation adalah harmonisasi koleksi, integrasi, pertukaran, presentasi dan analisis informasi maritim di atas kapal dan di darat melalui sarana elektronik, untuk meningkatkan pelayanan dalam bernavigasi, keselamatan, keamanan dan perlindungan lingkungan laut.26E-navigation merupakan

24

National Geospatial Intelligence Agency.(2006). GEOINT Basic Doctrine Publication 1.0.National System for Geospatial Intelligence.National Geospatial Intelligence Agency. USA. 25

C4ISR and geospatial intelligence inherently require spatial data infrastructures that are interoperable, distributed, secure, temporally-enabled and enterprise-class.Geospatial Media. Op.cit. hal.41. 26

http://www.imo.org/en/OurWork/Safety/Navigation/Pages/eNavigation.aspx. Diakses pada hari Senin 8Mei 2017 Pukul 21.00.

Page 30: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

24

sistem yang lebih luas dari sekadar peta digital biasa karena meliputi seluruh sistem sensor elektronik (GPS, Radar, AIS, Radio pantai, Navtex, dll) dan sistem monitoring yang ada di darat. Untuk mewujudkan hal tersebut IHO mendorong terwujudnya infrastruktur data spasial yang handal untuk mendukung roadmap E-navigation tersebut.

f. Kelompok Kerja di IHO.

IHO adalah sebuah organisasi konsultasi dan teknis antar pemerintah yang didirikan pada Tahun 1921 untuk mendukung keselamatan navigasi dan perlindungan lingkungan laut. Salah satu tujuan IHO adalah mewujudkan koordinasi antara kantor hidrografi di seluruh dunia dalam rangka membuat keseragaman peta laut dan publikasi nautika yang digunakan sebagai alat bantu navigasi oleh pelaut di seluruh dunia. Perwakilan resmi setiap negara di dalam IHO biasanya adalah kepala kantor hidrografi nasional bersama staf teknisnya yang bertemu dengan interval 3 (tiga) tahunan di Monaco dalam sebuah konferensi. Konferensi tersebut meninjau kemajuan yang dicapai melalui komite, sub komite dan kelompok kerja.

IHO memiliki banyak kelompok kerja (working group) yang diarahkan untuk membangun standar pemetaan laut yang beranggotakan staf teknis dari kantor hidrografi, produsen software, akademisi dan pihak terkait lainnya. Dalam rangka memfokuskan kepada program prioritas IHO yang salah satunya adalah pembangunan IDSK, beberapa kelompok kerja telah berkembang untuk membuat standar data hidrografi yang lebih universal yaitu S-100 yang diharapkan akan selesai pada Tahun 2022,27 dalam rangka mendukung roadmap E-Navigation IMO.

27

https://www.iho.int/mtg_docs/com_wg/TSMAD/TSMAD_Misc/S-100 Info Paper _FinalJan2011.pdf.Diakses pada hari Minggu 7 Mei 2017 Pukul 22.00.

Page 31: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

25

11. Regional.

Dengan meningkatnya volume lalu lintas maritim dan kegiatan di laut seperti: rekreasi laut, perikanan, pembangunan pesisir serta pengembangan pelabuhan di Selat Malaka dan Singapura maka kapasitas dan kondisi selat untuk menangani pertumbuhan tersebut semakin padat. Kondisi lainnya yang mempengaruhi adalah adanya cuaca, rezim pasang surut dan meningkatnya industri perkapalan. Situasi tersebut dapat menyebabkan penundaan atau pengalihan perhatian, bongkar-muat yang lebih konservatif dan risiko kecelakaan di laut menjadi lebih tinggi.

Untuk mengatasi permasalahan keselamatan maritim tersebut Singapura memiliki sistem pemantauan posisi kapal berbasis radar yang efisien yang mencakup Selat Singapura. Pada tahun 1998, Indonesia, Malaysia, dan Republik Singapura bersama-sama menugaskan sistem pelaporan kapal wajib untuk bagian 300 kilometer paling padat dari dari One Fathom Bank sampai dengan Selat Singapura, yang menggabungkan radar dan identifikasi dan pelacakan kapal secara otomatis.28 Namun, dengan pertumbuhan lalu lintas yang sangat cepat ancaman tabrakan dan grounding masih signifikan dan semakin meningkat sehingga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Oleh karena itu, dibangun sebuah proyek dengan nama Marine Electronic Highway (MEH) untuk memenuhi kebutuhan dan justifikasi sistem teknologi informasi di Selat Malaka dan Singapura untuk mengatasi masalah keselamatan pelayaran lintas batas dengan melibatkan negara pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. Proyek MEH bertujuan untuk membentuk mekanisme regional di Selat Malaka dan Singapura untuk meningkatkan keamanan, keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut dengan kemitraan dengan Republik Korea, IHO, Asosiasi Internasional Pemilik Tanker Independen

28

http://www.mehsoms-sg.com/About/Background. Diakses pada hari Sabtu3Juni 2017 Pukul 22.35.

Page 32: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

26

(INTERTANKO) dan International Chamber of Shipping (ICS) serta dibawah koordinasi IMO.29

Sistem MEH dengan modul lingkungannya dapat digunakan dalam merespon dan mengendalikan pencemaran di laut seperti untuk memprediksi arah dan kecepatan tumpahan minyak dan bantuan untuk penanggulangan. Hal ini juga memungkinkan untuk menggunakan sistem tersebut untuk mengidentifikasi dan melacak kapal yang melakukan kegiatan ilegal. Secara teknis, MEH merupakan jaringan regional teknologi informasi kelautan yang terhubung melalui ENC dan ECDIS. Selain itu, data spasial berupa informasi dari Automatic Identification System (AIS), Radar, hidrografi, oseanografi seperti arus dan pasang surut laut, termasuk informasi cuaca dapat ditransmisikan atau diterima secara real-time dan simultan untuk meningkatkan kesadaran situasional pelaut serta mempermudah pergerakan kapal di perairan yang padat. Integrasi komponen keamanan maritim, perlindungan dan pengelolaan lingkungan laut dengan teknologi informasi geospasial merupakan salah satu aspek dari sistem MEH sebagai cikal bakal E-navigation.

12. Nasional.

a. Infrastruktur Data Spasial di Indonesia.

Berdasarkan buku Global Geospatial Industry Outlook 201730 pada Gambar 3. dapat dilihat bahwa Indonesia masih termasuk dalam kategori beginners (pemula) secara kapasitas kelembagaan dengan salah satu ukurannya adalah adanya pendidikan yang masih bersifat kejuruan dan interdisipliner. Kapasitas kelembagaan tersebut telah dihitung dari 50 negara dilakukan secara kumulatif dari berbagai jenis kursus yang tersedia di universitas masing-masing negara. Selain itu hitungan tersebut juga mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja terampil dari berbagai organisasi pemangku kepentingan, seperti

29

Ibid. hal. 58 30

Geospatial Media. Op.cit. hal.41.

Page 33: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

27

lembaga pemetaan nasional. Lebih lanjut, studi ini menemukan bahwa kapasitas kelembagaan di negara berkembang menunjukkan bahwa program studi yang ditawarkan untuk domain geospasial seperti geoinformatics dan marine cartography masih sangat sedikit dengan demikian sulit untuk menemukan tenaga kerja terampil di bidang geospasial.

Beberapa tahun yang lalu terbit sebuah kebijakan pemerintah terkait pengelolaan data spasial yang dikenal sebagai Kebijakan Satu Peta (One Map Policy). Salah satu tujuannya adalah memulai pembangunan IDS di Indonesia dengan sebagai leading sectornya adalah Badan Informasi Geospasial (BIG).

Gambar 3. Kategori kapasitas kelembagaan geospasial dari 50 negara dalam hal pendidikan geospasial dan ketersediaan tenaga kerja terampil. (Sumber : Global Geospatial Industry Outlook 2017)

Namun hingga saat ini penerapan IDS yang dibangun

masih berorientasi kepada data spasial darat (terrestrial).

Page 34: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

28

Selain itu, kebijakan tersebut belum menyentuh kepada standardisasi protokol dan infrastrukturnya terutama bidang kelautan. Kondisi tersebut sesuai dengan yang dihadapi Amerika Serikat dan Australia sekitar 2 (dua) dekade yang lalu, sesuai dengan yang telah dibahas pada Tinjauan Pustaka.

b. Data Spasial untuk Kepentingan Militer, Intelijen dan Siskodal.

Dengan kemajuan di bidang teknologi,dewasa ini banyak dibangun Siskodal baik di TNI, Puskodal TNI AL maupun instansi pemerintah lainnya seperti Bakamla, Dirjenhubla, BNPB, Basarnas, KKP untuk pengamatan, pengintaian, mitigasi maupun pusat tanggap darurat. Siskodal tersebut diciptakan untuk dapat melakukan komunikasi baik visual, audio maupun transfer data secara digital dan elektronik. Sehingga data dalam bentuk digital dapat diakses maupun didistribusikan secara cepat dan aman. Termasuk akses dan distribusi data spasial kelautan. Walaupun, saat ini Siskodal sudah menggunakan sistem visualisasi data spasial secara on-line namun masih menggunakan data dari sumber yang berbeda-beda yang tidak memiliki informasi pada area lautnya sebagai contoh akses data opensource yang bersumber dari provider swasta atau internet (contoh: googlemap, openstreet map, dll) sehingga tidak ada kesatuan persepsi dalam mengelola informasi terutama terkait dengan data spasial kelautan dan informasi tidak dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya. Sebagian lagi masih menggunakan akses secara off-line.Untuk kepentingan militer, intelejen, dan Siskodal tanggap darurat, perbedaan informasi cuaca, medan dan musuh dapat mengakibatkan kegagalan operasi. Selain itu, dalam latihan-latihan operasi militer masih banyak menggunakan peta kertas baik peta laut untuk kegiatan yang berkaitan dengan laut maupun peta topografi yang berkaitan dengan wilayah darat, disebabkan karena tidak tersedianya data spasial digital dan sistem visualisasinya yang memadai. Meskipun sebagian besar Siskodal sudah memiliki sistem

Page 35: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

29

komunikasi data secara digital namun belum memiliki standar protokol transfer data spasial yang merupakan komponen vital dalam infrastruktur data spasial.

Penggunaan Data Spasial diperlukan dalam analisa-analisa bidang Hidrografi untuk pembuatan Peta-peta Militer.

c. Data Spasial untuk kepentingan Keselamatan Pelayaran.

Berdasarkan Perpres RI No. 10/2010, salah satu tugas pokok Pushidrosal yang paling mendasar adalah mendukung keselamatan pelayaran. Pushidrosal juga berkewajiban untuk mematuhi dan melaksanakan ketetapan-ketetapan internasional terkait dengan keselamatan navigasi di laut dan juga dituntut untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produk-produknya, seperti peta laut dan publikasi nautika serta produk peta-peta tematik lainnya. Konsekuensi logis dari kondisi demikan adalah munculnya tuntutan terhadap kualitas produk yang memenuhi standar internasional, karena kualitas produk yang dihasilkan akan menjadi perhatian dan kepentingan nasional maupun internasional serta memiliki konsekuensi. Peta laut dan publikasi nautika produk Pushidrosal telah digunakan oleh para pelaut yang berlayar di perairan Indonesia baik yang memiliki bendera luar negeri maupun Indonesia. Dengan adanya perkembangan teknologi navigasi, produk peta laut telah mengalami revolusi dari analog menjadi elektronik dan telah menjadi kewajiban bagi kapal-kapal pada tahun 2018 sesuai dengan rekomendasi IMO.31

Terkait dengan kewajiban penggunaan peta navigasi elektronik (ENC) tersebut, Pushidrosal telah memulai mempublikasikan peta elektronik secara internasional sejak Tahun 2009 yang meliputi seluruh perairan Indonesia. Walaupun dengan keterbatasan kualitas data-nya yang sebagian besar masih berupa hasil survei hidrografi yang

31

http://www.ecdis-info.com/ecdis_regulations.html. Diakses pada hari Minggu 2 April 2017 Pukul 22.00.

Page 36: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

30

berumur lebih dari seratus tahun. Beberapa kecelakaan di laut terjadi akibat adanya rintangan navigasi yang belum terpetakan disebabkan karena luasnya wilayah perairan Indonesia. Sebagai contoh seperti yang baru-baru ini terjadi di perairan Raja Ampat sebuah kapal pesiar berbendera Bahama Caledonian Sky kandas karena menabrak karang yang belum terpetakan.32 Besar kemungkinan, kecelakaan terjadi karena terlalu percaya diri (over-relliance) dalam menggunakan peta elektronik, sedangkan berdasarkan data dari Pushidrosal peta elektronik di lokasi tersebut memiliki kategori Coastal (Sekala 1: 200.000) karena tidak ada data terbaru survei hidrografi di lokasi kecelakaan. Menurut kaidah dalam bernavigasi peta kategori Coastal tidak dapat digunakan untuk mendekat ke alur maupun pantai. Kejadian tersebut memiliki dampak yang luar biasa tidak hanya bagi keselamatan pelayaran namun juga bagi lingkungan laut dan pariwisata. Terkait dengan hal tersebut, IMO melalui Voluntary IMO Member States Audit Scheme (VIMSAS)33 telah melakukan audit terhadap Indonesia dan terdapat temuan bahwa sebagian besar wilayah laut Indonesia belum di survei dalam rangka mendukung keselamatan pelayaran.

32

https://maritim.go.id/jumat-pemerintah-lakukan-survei-bersama-asuransi-kapal-mv-caledonian-sky-di-radja-ampat/. Diakses pada hari Minggu 2 April 2017 Pukul 22.00. 33

Voluntary International Maritime Organization Member State Audit Scheme (VIMSAS) adalah Skema audit IMO untuk Negara anggota dalam rangka keselamatan pelayaran.www.imo.org/en/OurWork/MSAS/Documents/Voluntary. Diakses pada hari Sabtu 1 April 2017 Pukul 22.00.

Page 37: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

31

Gambar 4. Screen shot tampilan peta elektronik (ENCs) pada ECDIS Caledonian Sky beberapa saat setelah kandas di atas karang, dikirim sebagai laporan hidrografi pada tanggal 2 Maret 2017.34 (Sumber : Caledonian Sky)

d. Data Spasial untuk Penataan Zona Maritim.

Penataan zona maritim atau istilah populernya Coastal Zone Management sangat membutuhkan data spasial yang akurat dalam rangka mengatur ruang laut agar sesuai dengan pemanfaatannya dan tidak terjadi tumpang tindih kepentingan di laut. Beberapa zona maritim selain batas maritim adalah batas wilayah kerja pangkalan, daerah latihan militer, daerah ranjau, wilayah pengelolaan perikanan, cagar alam laut, zona pelayaran seperti alur pelayaran, batas pelabuhan, area lego jangkar, karantina, alihmuat, kolam putar, Traffic Separation Scheme, dumping ground, area produksi migas, area pipa dan kabel bawah laut dan lain-lain. Zona maritim tersebut dikelola oleh tiap lembaga yang berbeda sesuai dengan tugasnya sehingga sangat memungkinkan terjadinya tumpang tindih

34

https://maritim.go.id. Op.cit. hal.64.

Page 38: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

32

kepentingan disebabkan tidak adanya informasi yang lengkap sebelum menentukan zona-zona maritim tersebut. Sebagai contoh adanya tumpang tindih antara daerah latihan kapal selam dengan produksi migas di Selat Madura.35 Contoh lain adalah adanya rencana reklamasi Teluk Jakarta yang membutuhkan rencana pengaturan dan kajian strategis yang akan banyak kepentingan seperti rencana pengembangan pelabuhan Tanjung Priok dan perlindungan lingkungan laut Teluk Jakarta seperti pada Gambar 5.

Upaya mengatasi tumpang tindih masih mengalami kendala karena banyaknya kepentingan di laut. Lembaga pemerintah yang memiliki otoritas menangani penataan ruang laut dalam hal ini Dirjen Tata Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan yang saat ini mengalami kesulitan akses data spasial kelautan yang masih tersebar di berbagai instansi karena belum adanya infrastruktur data spasial kelautan.

Gambar 5. Banyaknya kepentingan di Teluk Jakarta terkait dengan kajian lingkungan strategis untuk reklamasi (Sumber: Pushidrosal)

35

Peta Laut Indonesia nomor 82 Edisi Kesepuluh Tahun 2013 dikoreksi s.d. BPI No. 40-2014.

Page 39: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

33

e. Data Spasial untuk Kepentingan Diplomasi Batas Maritim. Indonesia memiliki batas maritim dengan sepuluh negara tetangga yang masih menyisakan berbagai permasalahan. Perundingan batas maritim merupakan agenda utama kebijakan politik luar negeri Indonesia yang masih dilakukan secara terus menerus oleh Indonesia hingga saat ini. Pushidrosal memiliki peranan yang sangat vital dalam mendukung diplomasi batas maritim dibawah koordinasi Kementerian Luar Negeri dengan memberikan dukungan teknis berupa rekomendasi garis batas dari hasil exercise dan analisis spasial yang mengacu kepada Technical Aspects on The Law of The Sea (TALOS) sebagai aspek teknis dari UNCLOS. Semakin lengkap dan akurat data spasial kelautan yang tersedia, maka hasil analisis akan semakin tajam. Hingga saat ini, data spasial dasar yang digunakan untuk penarikan batas maritim masih menggunakan peta laut raster dan stand-alone operation pernomor peta laut yang dibutuhkan. Penggunaan pernomor peta karena belum ada basisdata peta laut yang bisa diakses menggunakan software aplikasi analisis batas maritim. Selain data spasial dasar yang digunakan sebagai acuan penarikan garis batas, data spasial hasil exercise serta dokumen hasil konsinyasi dan perjanjian belum tersimpan dalam satu sistem yang terintegrasi. Dikarenakan dokumen hasil perjanjian tersimpan secara terpisah di arsip Kementerian Luar Negeri,maka pada saat dilakukan pencarian kembali dokumen lama tersebut beserta petanya yang akan digunakan sebagai bahan pelaksanaan perundingan mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama. Hal tersebut akan menentukan kesiapan sebuah diplomasi batas maritim karena data historis merupakan alat vital dalam perundingan. Sebagai contoh penentuan garis batas maritim RI-Singapura di Selat Singapura bagian Barat membutuhkan rekonstruksi garis batas di Selat Singapura bagian Tengah berdasarkanTreaty 1973 untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan posisi batas maritim.36

36

S.Supriyanto, Trismadi, M.Yazid, M. Qisthi Amarona. (2009). Geodetic

Page 40: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

34

BAB IV PENDIRIAN PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN

PUSHIDROSAL

13. Umum

Informasi Geospasial Kelautan Nasional diselenggarakan oleh Pushidrosal yang secara organisasi adalah dibawah Markas Besar TNI AL, namun secara fungsional Pushidrosal mempunyai peran lebih luas yaitu tidak saja melayani kepentingan TNI/TNI AL tetapi mengemban fungsi melayani kepentingan public. Oleh karena itu sebagai Pusat Informasi Geospasial Kelautan Nasional, Pushidrosal bertugas pengumpulan, mengelola, mengolah, menyimpan dan mengamankan, penyebarluaskan atau publikasi Informasi Geospasial Kelautan. Meskipun pada pelaksanaannya penyelenggaraan Informasi Geospasial Nasional tidak dilakukan oleh Pushidrosal secara tunggal, namun dilakukan secara bersama yaitu Pushidrosal sebagai wali data kekelautanan nasional bersama dengan stakeholder kelautanan lainnya.

Informasi Geospasial kelautan selanjutnya disajikan dalam

bentuk tabel informasi koordinat, peta cetak, peta digital, peta interaktif yang dapat diakses melalui teknologi informasi dan komunikasi, peta multimedia maupun model tiga dimensi dengan skala yang ditentukan berdasarkan tingkat ketelitian sumber data dan tujuan penggunaan sumber data Informasi Geospasial kelautan.

Penyimpanan dan pengamanan data Informasi Geospasial

merupakan cara menempatkan data pada tempat yang aman, tidak rusak dan tidak hilang guna menjamin ketersediaan Informasi Geospasial kelautan yaitu dilakukan sesuai dengan standar prosedur penyimpanan dan mekanisme penyimpanan untuk pengarsipan yaitu dengan media penyimpanan elektronik dan cetak. Untuk keamanan data Duplikat Informasi Geospasial juga

and Chart Datum Problem Arising from The Map Annexure of The Maritime Boundary Treaties in non-WGS Datum (Lesson Learned from

Indonesia Singapore Case). Advisory Board on The Law of The Sea, International Hydrographic Organisation. Monaco.

Page 41: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

35

disimpan di perpustakaan dan Arsip Nasional dengan tetap terjaga kerahasiaan data yang bersifat tertutup dan terjaga keutuhannya dan dapat diakses kembali ketika dibutuhkan.

Penyebarluasan data dan informasi merupakan kegiatan

pemberian akses, pendistribusian, dan pertukaran data dan informasi yang dilakukan menggunakan media elektronik dan media cetak, bersifat terbuka dan tertutup untuk klasifikasi data rahasia dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Untuk itu dibangun jaringan Informasi Geospasial secara terintegrasi untuk menyebarluaskan informasi secara elektronik.

Dalam rangka menjadikan Pushidrosal sebagai Pusat Data

dan Informasi Geospasial Nasional terbaik di dunia, Pushidrosal sedang membangun Hydrographic Data Center (HDC). Dengan sistem tersebut diharapkan semua data dan informasi tentang kelautanan mulai dari data hidrografi, oseanografi, kenavigasian, lingkungan laut maupun data kelautanan lainnya dapat dihimpun, dikelola dengan baik, dan mudah diakses baik untuk kepentingan internal yaitu updating peta laut dan informasi kenavigasian lainnya maupun kemudahan untuk diakses oleh para stakeholder/ pengguna. Pushidrosal juga berperan menjadi wali data kelautanan nasional yang dengan penguatan Pushidrosal sebagai lembaga Hidrografi Nasional yang didukung dengan regulasi yang kuat, bertugas menghimpun data survei hidrografi-oseanografi dan survei kelautan lainnya yang dikerjakan oleh para stakeholder baik pemerintah, swasta maupun pihak asing, sesuai peraturan per undang- undangan yang berlaku wajib menyerahkan atau memberikan copy data hasil survei yang dilaksanakan di seluruh perairan Indonesia, untuk selanjutnya dikelola, diolah, disajikan dalam bentuk peta dan informasi lainnya, diklasifikasikan kedalam kelompok terbuka dan rahasia untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas maupun untuk kepentingan pertahanan.

Page 42: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

36

14. Pembangunan Infrastruktur Data Spasial Kelautan Pushidrosal Yang Diharapkan

Sebagaimana telah dijelaskan pada Teori IDSK bahwa infrastruktur data spasial adalah suatu perangkat sistem manajemen data spasial yang menyangkut teknologi, kebijakan dan pengaturan kelembagaan yang berisi standar-standar dan petunjuk teknis, yang memfasilitasi ketersediaan dan akses ke data spasial.37 Maka dari itu, hasil dari IDSK adalah adanya ketersediaan dan akses ke data spasial kelautan pagi penggunanya. Berdasarkan hal tersebut diatas, komponen IDSK yang meliputi kebijakan dan pengaturan kelembagaan, SDM, standardisasi teknologi informasi geospasial, dan data geografis diharapkan dapat terwujud sesuai dengan penjelasan berikut:

a. Kebijakan dan Kelembagaan IDSK.

Pushidrosal sebagai salah satu lembaga yang mengelola data hidrografi disamping beberapa lembaga pemerintah lainnya di Indonesia merupakan lembaga yang tertua dan matang secara historis. Selain itu, produk yang dihasilkan oleh Pushidrosal berupa peta laut dan publikasi nautika merupakan data dasar dan informasi terlengkap bidang kelautan dibandingkan dengan produk yang dihasilkan oleh lembaga lainnya seperti BIG, LIPI Oseanografi, BPPT, P3GL, KKP, Dirjen Hubla, Kemen ESDM, dan Kemenpupera serta lembaga terkait lainnya baik pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu, Pushidrosal diharapkan dapat menjadi leading sector lembaga yang menangani pemetaan laut di Indonesia dalam menentukan kebijakan dan pengelolaan data spasial kelautan di Indonesia serta secara teknis sebagai walidata batimetri

37

SDI provides a basis for spatial data discovery, evaluation, andapplication for users and providers within all levels of government, the commercial sector, the non-profit sector, academia and by citizens in general.IHO Publication C-17. Op. cit. hal. 23.

Page 43: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

37

nasional atau administrator IDSK (National Bathymetry Steward38).

Momentum peningkatan status Pushidrosal menjadi Kotama baru diharapkan diikuti dengan kelembagaan dan kebijakan baru dalam rangka mengkompilasi dan mengintegrasikan data spasial kelautan agar tersedia untuk berbagai kepentingan dalam rangka mendukung kebijakan PMD. Khusus dalam menghadapi perkembangan lingkungan strategis seperti: roadmap IMO tentang E-navigation, temuan VIMSAS-IMO, KSP, dan C4ISR Pushidrosal diharapkan dapat menetapkan suatu kebijakan dalam rangka menjawab isu-isu tersebut yang terkait langsung dengan PMD.

Terkait dengan tumpang tindih pengumpulan dan pengelolaan data spasial kelautan oleh beberapa instansiserta belum adanya koordinasi dan pengaturan kelembagaan yang mengakomodasi tugas dan fungsi tersebut secara spesifik, Pushidrosal diharapkan juga dapat mengambil peran untuk menginisiasi pembentukan dewan (board) dan komite (committee) hidrografi nasional yang menangani pemetaan laut dalam menentukan kebijakan dan teknisnya. Model dewan dan komite tersebut dapat mengambil contoh dari Amerika Serikat dengan pembentukan FGDC yang telah berhasil meminimalkan redundansi atau tumpang tindih kegiatan antar lembaga serta memaksimalkan efisiensi operasionalnya sehingga dapat menghemat anggaran negara. Pembentukan dewan dan komite hidrografi nasional tersebut dapat mengacu kepada KSP (Perpres RI Nomor 9Tahun2016) dalam rangkamendorong pembangunan IDS di Indonesia karena hingga saat ini penerapan IDS yang dibangun dengan BIG sebagai leading sector-nya belum menyentuh data spasial kelautan dan masih berorientasi kepada data spasial darat (terrestrial). Dasar lainnya adalah jika pembagian tanggung jawab secara hukum masih tidak jelas maka pemilihan

38

Stewardship.Op. cit. hal. 30.

Page 44: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

38

organisasi yang paling tepat untuk melakukan tanggung jawab pengelolaan data spasial perlu mempertimbangkan beberapa kriteria diantaranya: organisasi yang bersangkutan memiliki greatest business terkait dengan data spasial yang dikelolanya, memiliki standar data terbaik, memiliki sistem penyimpanan dan pemeliharaan data yang baik, bersedia bekerjasama dengan lembaga terkait lainnya serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi terkait produknya.39 Dengan alasan tersebut, Pushidrosal dapat dikatakan sebagai lembaga yang paling memenuhi syarat dibandingkan dengan lembaga lainnya. Namun satu hal yang masih perlu ditingkatkan adalah sistem penyimpanan dan pemeliharaan data.

Untuk menjawab tantangan tersebut secara kelembagaan Pushidrosal harus memiliki bagian atau divisi yang secara spesifik yang menangani IDSK. Salah satunya adalah bagian yang menangani bidang standardisasi yang tugasnya mengelola standardisasi internasional maupun nasional dalam rangka membuat kerangka acuan kolaborasi antar lembaga serta pembuatan produk. Selain itu, sebagai administrator IDSK diharapkan Pushidrosal dapat meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam bidang data management berikut dengan SDM-nya karena dapat dipastikan bahwa volume data spasial kelautan yang dikelola akan bertambah besar.

b. Sumber Daya Manusia dan Kultur Kerja.

SDM merupakan faktor yang sangat memengaruhi kapasitas organisasi, karena keberhasilan dalam memecahkan masalah dan mencapai sasaran organisasi sangat ditentukan oleh kapasitas SDM-nya.40Dengan

39

Criteria for stewardshipselection.If statutory responsibility is shared or unclear, or if there is no legislative authority, then the selection of the most appropriate organisation to undertake the stewardship responsibilities for any particular dataset will need to include the consideration of criteria. Op. cit. hal. 30. 40

Capacity is the ability of individuals, institutions and societies to perform functions, solve problems, and set and achieve objectives in a sustainable

Page 45: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

39

meningkatnya proyek dan investasi geospasial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berdasarkan perkembangan lingkungan strategis yang diuraikan pada Bab IV, dipastikan akan membutuhkan kapasitas SDM dengan basis pengetahuan geospasial yang kuat. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa industri geospasial membutuhkan tenaga kerja geo-intelligent yang berpengalaman dengan domain geospasial dan terkait dengan konsep crowd sourcing, geografi, analisis visual dan peramalan (prediksi).41 Basis keilmuan dasar fundamental yang sangat mendukung industri geospasial adalah geodesi dan geomatika.42 Bidang studi tersebut akan memperkuat pengetahuan inti yang dibutuhkan dalam domain geospasial khususnya dalam rangka penelitian dan pengembangan.

Sebagaimana disebutkan dalam Teori Nature of Cartography43, kegiatan pembuatan peta membutuhkan kombinasi 3 (tiga) pengetahuan. Pertama, mapping sciences yang terdiri dari: Geodesy, Surveying, Photogrammetry, Remote Sensing and GIS. Kedua, environmental science yaitu disiplin ilmu yang terkait dengan tema peta yang akan dibuat. Sebagai contoh dalam pembuatan peta laut akan dibutuhkan pengetahuan tentang pasang surut laut, kenavigasian, sistem perambuan, dan lainnya. Ketiga adalah Human Thought and Communication, yaitu bagaimana peta tersebut dapat dipahami oleh pengguna sehingga tidak terjadi salah interpretasi.

manner. UNDP.(2009). Capacity Development: A UNDP Primer. United Nations Development Programme Bureau for Development Policy. New York.

41Geospatial Media. Op.cit. hal.41.

42For a country to have sound geospatial human resource, strong institutions for

fundamental studies in geodesy and geomatics is a must. Geospatial Media. Op.cit. hal.41. 43

Arthur H. Robinson, Joel L. Morrison, Phillip C. Muehrcke, A. Jon Kimerling, Stephen C. Guptill. (1995). Elements of Cartography. John Wiley and Sonc. INC. Canada.

Page 46: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

40

Contoh lainnya adalah pada pembuatan produk GEOINT dibutuhkan disiplin pengetahuan dan keahlian yang mencakup lebih dari sekedar sistem, teknologi, dan proses namun juga pengalaman operasional. Secara spesifik profesi tersebut disebut sebagai GEOINT Tradecraft 44 yang meliputi bidang: Aeronautical Analysis, Cartography, Geodetic Sciences, Geospatial Analysis, Imagery Analysis, Imagery Sciences, Marine Analysis, Regional Analysis, dan Source Analysis.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa dalam mengelola industri geospasial dibutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang sangat kompleks ditinjau dari sisi basis fundamental maupun praktis. Namun, di sebagian besar negara berkembang termasuk Indonesia, fokus studi tersebut masih sangat sedikit. Sebagaimana yang telah diuraikan pada Bab IV. Keterbatasan SDM tersebut juga terjadi di Pushidrosal, sebagaimana dijelaskan pada Bab III. Oleh karena itu, dalam rangka pembangunan IDSK, Pushidrosal diharapkan dapat memenuhi kebutuhan SDM yang memiliki domain geospasial tersebut sebagai basis fundamental pengetahuan yang linear dan relevan dengan domain geospasial. Sedangkan dari sisi praktis, Pushidrosal agar meningkatkan prasyarat keahlian dalam analisis spasial, spasial, pengelolaan data, positioning dan penginderaan jauh khususnya bidang Cartography dan Marine Analysis (Marine Cartography) sebagaimana disebutkan dalam GEOINT tradecraft untuk membuat produk informasi geospasial kelautan dengan menyediakan kursus dan pelatihan secara bertahap dan berlanjut.

Salah satu model pembinaan SDM profesi Marine Cartography (kartografi kelautan) yang dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka membangun kompetensi SDM dan meningkatkan prasyarat keahlian pengelola IDSK di Pushidrosal adalah model yang telah dibuat oleh Training,

44

National Geospatial Intelligence Agency. Op.cit. hal. 55.

Page 47: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

41

Research and Development Project (TRDC)45East Asia Hydrographic Commision (EAHC). Model pyramid training roadmap tersebut (Dapat dilihat pada Gambar 6.)adalah salah satu bentuk penyiapan SDM yang bertahap dan berlanjut untuk jangka panjang yang mengklasifikasikan level kartografer menjadi 3 (tiga) yaitu: Introductory, Intermediate, dan Advanced Technician. Model tersebut menunjukkan bahwa profesi kartografer melewati tahapan yang terukur dari pelatihan, pengalaman, dan evaluasi. Proses diawali dengan pelatihan dasar marine cartography, CAT-B dan lanjutan CAT-A, disertai dengan pengalaman On the Job Training (OJT) dan evaluasi secara bertingkat hingga memiliki kualifikasi instruktur.

Gambar 6. Pyramid training roadmap marine cartographer EAHC. (Sumber: TRDC website46).

45

TRDC(Training, Research and Development Center) the field of training and the number of the region to support the R & D center has been established as an organization under EAHC about the number of training programs in the field of identification, planning, promotion, and development of leadership, promoting research and development projects on budget support people identification, is responsible for research and development cooperation.. 46

Ibid. hal. 84.

Page 48: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

42

Selain membutuhkan ketersediaan SDM yang andal tugas Pushidrosal yang semakin kompleks terutama dalam pemeliharaan IDSK, mensyaratkan kultur kerja yang bersifat custodianship.47 Seorang data custodian bertanggungjawab atas keberadaan fisik data, pemeliharaan, ketersediaan dan penyebaran data sesuai dengan kepentingan organisasi.48 Sebagai data custodian, selain mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi juga dibutuhkan pengalaman praktis dan fokus yang penuh sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi profesional bagi seorang data custodian. Faktor yang mendukung custodianship berjalan dengan baik adalah penempatan personel sesuai keahliannya serta pembagian tugas pengelolaan data yang efektif berdasarkan struktur jabatan dan besarnya beban kerja. Sebagai contoh perbandingan jumlah kartografer dengan jumlah peta yang ada harus proporsional sehingga tidak kelebihan beban. Sejalan dengan kultur kerja yang bersifat custodianship, diharapkan setiap kegiatan tidak berbasis kepada project atau produk semata namun berdasarkan kepada penyelesaian pemenuhan liputan data spasial kelautan seluruh wilayah NKRI yang terencana.

c. Standardisasi Teknologi Informasi Spasial Kelautan.

Diperlukan sebuah standardisasi untuk memfasilitasi transfer data spasial antar sistem atau platform, dimana saja, dan kapan saja dikarenakan sistem jaringan komputer yang bervariasi dan model penyimpanan (storage) dan tipe data yang berbeda-beda. Terkait dengan hal tersebut, IDSK tidak hanya sebuah standar tipe data spasial kelautan tetapi juga sangat berhubungan dengan standar sistem jaringan, komunikasi dan penyimpanan sehingga IDSK akan membutuhkan beberapa standar internasional yang lain. Standardisasi teknologi informasi tersebut dikembangkan

47

Custodianship of spatial information is the act of ensuring appropriate care in the collection, storage, maintenance and supply of the information. Land

Information. Op. cit. hal.30. 48

Responsibilities for custodians. Land Information. Op. cit. hal.30.

Page 49: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

43

dan dipelihara oleh International Organisation for Standardisation (ISO). Selain itu secara spesifik organisasi yang menangani standardisasi data spasial yang juga mengadopsi beberapa standar dari ISO adalah OGC. Secara spesifik penyatuan standar data geografis tersebut dikelola oleh ISO Technical Committee 211 (ISO/TC211)49 dan OGC agar sesuai dengan standar industri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada umumnya. Kerjasama antara ISO/TC211 dan OGC pada intinya adalah dalam rangka mendefinisikan dan memelihara serta menjamin interoperabilitas manajemen data geografi yang meliputi: Pertama, Service Invocation Standard, yaitu standar yang mendefinisikan interfaces yang memungkinkan sistem yang berbeda untuk bekerja bersama atau sistem software geoprocessing yang dapat menyatukan beberapa standar, Kedua, Information Transactional Standards, yaitu standar yang mendefinisikan konten informasi geospasial atau kodefikasi informasi geospasial untuk menyatukan antara sistem processing yang berbeda.50 Salah satu bentuk aplikasi dari interoperabilitas sistem tersebut adalah adanya kemudahan untuk menampilkan peta elektronik (ENC) ke dalam web browser dengan konten data, standar tampilan dan kemutakhiran yang sama seperti tampilan ENC pada ECDIS (Dapat dilihat pada Gambar 7).

49

http://www.isotc211.org/. Diakses pada tanggal 07 Agustus 2017, Pukul 20.30

WIB. 50

SDI standards. Land Information. Op. cit. hal.30.

Page 50: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

44

Gambar 7. Kombinasi peta elektronik (ENC) ke dalam web browser dengan konten data, standar tampilan IHO S-52 dan kemutakhiran yang sama seperti ENC. (Sumber: Electronic Chart Center Primar Stavanger, Norwegia)

Teknologi tersebut merupakan salah satu produk dari IDSK yang juga telah direkomendasikan oleh IHO dengan istilah lazimnya web-map service (WMS)51 khususnya dalam rangka mendukung terwujudnya E-navigation52IMO hingga Tahun 2028. Selain itu, hal positif lainnya yang dapat diambil oleh Pushidrosal terkait dengan standar internasional adalah adanya kerjasama IHO yang memiliki domain data spasial kelautan dengan OGC untuk mengembangkan standar data spasial kelautan yang lebih universal yaitu S-10053(Dapat dilihat pada Gambar 8) yang dapat menggabungkan ENC dengan WMS. Terkait kebutuhan akan standardisasi data

51

http://appgis.dephut.go.id/appgis/wms.aspx. Diakses pada hari Sabtu 1 April 2017 Pukul 22.00. 52

http://www.imo.org/Safety/mainframe.asp?topic_id=1369. Diakses pada hari Sabtu 1 April 2017 Pukul 23.00. 53

IHO Publication S-100 Edition 3.0.0, April 2017, Universal Hydrographic Data Model. Published by International Hydrographic Organisation, Monaco.

Page 51: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

45

tersebut, S-100 dapat dikategorikan sebagai model standar yang paling ideal untuk diadopsi dalam rangka pembangunan IDSK. Selain itu, terdapat lebih dari 100 standar54ISO dan OGC yang diidentifikasi sebagai bagian solusi permasalahan standardisasi terkait arsitektur dan interoperabilitas serta penyebaran data spasial. Oleh karena itu, keanggotaan dan partisipasi aktif Pushidrosal dalam setiap kegiatan pada organisasi yang mengelola standar internasional seperti ISO, OGC dan IHO akan memberikan dampak yang positif dalam rangka membangun standardisasi IDSK.

Gambar 8. Ilustrasi S-100 yang dapat mengakomodasi dan melayani berbagai macam jenis data dan produk untuk berbagai kepentingan.

(Sumber: IHO Publication S-100 Edition 3.0.0, April 2017, Universal Hydrographic Data Model. Published by International Hydrographic Organisation, Monaco.

54

SDI standards.Spatial Data Infrastructure Cookbook V.1.1.New Zealand Geospatial Office.

Page 52: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

46

Terkait dengan percepatan pelaksanaan KSP yang mengacu pada satu referensi geospasial, satu standar, satu basis data, dan satu geoportal sebagai acuan teknis pembangunan IDSN menunjukkan telah ada kebijakan mengenai standardisasi data spasial di Indonesia. Namun penerapan IDS yang dibangun di Indonesia masih berorientasi kepada data spasial darat (terrestrial) sebagaimana yang terjadi di Amerika Serikat dan Australia berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dibahas pada Bab II. Dengan adanya model standar data spasial kelautan yang universal yaitu S-100 dapat digunakan sebagai solusi mengatasi permasalahan sulitnya menggabungkan data darat dan kelautan. Sebuah diagram integrasi IDSN dengan IDSK pada Gambar 9. dapat menjadi acuan dalam membangun koneksitas data spasial darat dengan data spasial kelautan dan data lainnya.

d. Data Geografis Kelautan.

Berdasarkan hasil analisis spasial yang telah disebutkan pada Bab III, lebih dari 90% data hidrografi di wilayah NKRI memilki kualitas rendah. Hal tersebut merupakan ancaman bagi pembangunan nasional khususnya untuk keselamatan pelayaran yang terdampak secara langsung. Melihat kemampuan total cakupan wilayah yang dapat disurvei oleh Pushidrosal sangat terbatas dibandingkan dengan luasnya wilayah laut NKRI yang harus dipetakan,55 perlu ditentukan skala prioritas untuk dapat mengurangi dominasi data hidrografi Belanda dengan data terbaru.

55

Rancangan Rencana Strategis. Op.cit. hal. 38.

Page 53: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

47

Gambar 9. Diagram koneksitas data spasial darat dengan data spasial kelautan menggunakan standardisasi OGC. (Sumber: IHO Publication C-17 - Edition 1.1.0, 2011, Global Spatial Data Infrastructure (GSDI) Cookbook, Spatial Data Infrastructures “The Marine Dimension”, Guidance for Hydrographic Offices. Published by International Hydrographic Organisation, Monaco.)

Page 54: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

48

Prioritas utama pembaruan data hidrografi adalah meliputi area yang dilewati oleh kapal yaitu area pelabuhan, alur pelayaran, selat sempit, selat strategis seperti: Selat Sunda, Selat Gelasa, Selat Karimata, dan lainnya, serta rute-rute pelayaran internasional. Untuk mendapatkan informasi tentang area-area tersebut dapat menggunakan Automatic Identification System (AIS) Ship Tracking atau GeneralBathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) yang menggambarkan rute-rute yang dilalui oleh kapal (Dapat dilihat pada Gambar 10). Selanjutnya identifikasi area dari AIS Ship Tracking tersebut digunakan sebagai dasar perencanaan jangka panjang maupun menengah untuk melaksanakan pengumpulan data hidrografi dan oseanografi baik dengan survei maupun dengan kerjasama. Untuk memenuhi prioritas utama tersebut Pushidrosal dapat bekerjasama dengan instansi terkait seperti Dirjen Perhubungan Laut, KKP, serta otoritas pelabuhan khusus.

Gambar 10. AIS Ship Tracking sebagai dasar perencanaan survei hidrografi. (Sumber: Puskodal Bakamla 2017).

Prioritas lainnya adalah bidang pertahanan, lingkungan laut serta eksplorasi dan eksploitasi SDA laut. Walaupun

Page 55: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

49

secara umum bidang pertahanan akan membutuhkan segala jenis data dan informasi kelautan, namun secara spesifik dapat ditentukan jenis data yang diperlukan yaitu kolom air untuk mendukung operasi kapal selam, pemetaan area ranjau dan bekas area ranjau dan area pendaratan amfibi serta daerah latihan militer lainnya. Dari bidang lingkungan, dibutuhkan informasi area-area konservasi laut, area cetaceans56 serta area sensitif (PSSA57) lainnya untuk mencegah terjadinya pencemaran akibat kecelakaan di laut. Dalam hal ini, Pushidrosal dapat bekerjasama dengan KKP, KLHK serta instansi terkait lainnya. Selanjutnya, data dan informasi yang terkait dengan eksplorasi dan eksploitasi SDA laut meliputi sumur-sumur minyak, platform, pipa dan kabel bawah laut serta instalasi lepas pantai lainnya yang juga memiliki arti penting bagi navigasi.

Berdasarkan penentuan skala prioritas yang telah disebutkan di atas, diharapkan Pushidrosal dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas data spasial kelautan dari sumber daya yang dimiliki sendiri. Selain itu melalui kerjasama Pushidrosal dapat memanfaatkan data survei yang berada di lembaga terkait lainnya baik pemerintah maupun swasta untuk memperkaya konten data pada produk peta lautnya serta sebagai solusi atas tidak termanfaatkannya data secara optimal akibat tumpang tindihnya pengelolaan data spasial kelautan. Pengkayaan konten data akan sangat bermanfaat untuk membangun seamless database dan ekstensifikasi produk peta laut untuk berbagai kepentingan. Selanjutnya, untuk memperoleh kualitas data yang baik tentunya sangat terkait dengan penetapan komponen IDSK yang lain yaitu standardisasi

56

www.ucmp.berkeley.edu/mammal/cetacea/cetacean.html. Diakses pada tanggal 04 Agustus 2017, Pukul 20.30 WIB. 57

A Particularly Sensitive Sea Area (PSSA) is an area that needs special protection through action by IMO because of its significance for recognized ecological or socio-economic or scientific reasons and which may be vulnerable to damage by international maritime activities. www.imo.org/en/OurWork/Environment/PSSAs/Pages/Default.aspx. Diakses pada tanggal 05 Agustus 2017, Pukul 20.30 WIB.

Page 56: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

50

ketelitian data. Dengan meningkatnya kuantitas data hidrografi dan oseanografi maka dibutuhkan sistem penyimpanan (storage) yang memadai serta data management and assessment yang andal untuk menjamin kualitas data tersebut. Secara umum, terobosan tersebut akan meningkatkan kualitas data (CATZOC) yang didominasi data hidrografi Belanda menjadi A1 atau A258 serta dapat menjawab temuan VIMSAS IMO.

15. HDC Dalam Informasi Geospasial Kelautan Pushidrosal

HDC adalah suatu bentuk aplikasi Sistem Informasi Geografis berbasis web yang merupakan pintu gerbang yang digunakan untuk menampilkan informasi aktual terkait dengan publikasi produk data hidro-oseanografi di Indonesia meliputi data survei pemetaan laut, data penerapan cuaca dan lingkungan laut serta data pendukung keselamatan navigasi pelayaran baik untuk kepentingan militer maupun umum.

Lingkup tugas utama tugas pokok Pushidrosal meliputi

bidang militer-pertahanan dan kepentingan umum (publik), menuntut kualitas produk yang dihasilkan (berupa data dan informasi hidros serta peta laut, peta-peta tematik dan publikasi kenautikaan) untuk dapat dipertanggungjawabkan secara profesional (memiliki tingkat akurasi sesuai ketentuan internasional dan mutakhir). Di sisi lain, dengan dihadapkan pada semakin menguatnya tuntutan (issue) yang terkait dengan keamanan kelautan (kelautane security) dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang survei dan pemetaan (Ilpengtek survei dan pemetaan) yang demikian cepat, maka dibutuhkan postur organisasi Pushidrosal yang memiliki kewenangan, kapasitas dan kedudukan lembaga yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan tersebut melalui kemudahan sharing data. Peran dan fungsi HDC diharapkan mampu mendukung kebijakan

58

CATZOC. IHO Publication S-65, Edition 2.0.0, April 2012 Electronic Navigational Charts (ENCs) Production, Maintenance and Distribution Guidance. Guide to the requirements and processes necessary to produce, maintain and distribute ENCs. Published by International Hydrographic Organisation, Monaco.

Page 57: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

51

Kapushidrosal dan dapat membantu tugas unsur staf Pushidrosal dalam menyiapkan dan menyediakan kebutuhan informasi digital terkait dengan peta laut, peta-peta tematik dan publikasi kenautikaan.

Ruang lingkup pekerjaan Hidrografi Data Center (HDC)

meliputi pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, pemutakhiran, visualisasi dan deseminasi. Adapun peran HDC dalam mendukung fungsi staf Pushidrosal adalah:

a. Otomatisasi transaksi data setiap Dinas sehingga data dapat diakses dengan mudah dan menghasilkan keseragaman dan sesuai dengan standarisasi yang diberlakukan, dengan tetap mengutamakan prinsip hak akses dan keamanan data, serta setiap data yang bisa diakses terpola dan terstruktur untuk proses pengolahan dan pemanfaatan lebih lanjut.

b. Sentralisasi data yang diolah dan dihasilkan oleh setiap Dinas sehingga data dengan mudah bisa menjadi kondisi terkini, terbaru, dan sudah terverifikasi, dan dengan mudah terintegrasi dengan aplikasi berbasis web atau via mobile untuk kepentingan data sharing, publikasi data, dan sebagainya.

c. Wadah Pengembangan Aplikasi (Publik dan Internal) yaitu tersedianya fasilitas untuk pengembangan aplikasi untuk me-utilisasi data yang dihasilkan, melakukan analisa kualitas data, hingga publikasi kepada khalayak umum serta tersedianya Command Center sebagai showcase produk Pushidros dan sarana ruang pertemuan dengan memanfaatkan produk yang telah dimiliki Pushidros.

Pusat Data Hidrografi atau Hydrographic Data Center (HDC) merupakan implementasi dari Marine Spatial Data Infrastructure (MSDI), merupakan suatu kerangka kerja/sistem terdiri dari komponen-komponen kunci yang relevan dengan perkembangan teknologi, kebijakan, sumber daya manusia, standar dan pengaturan kelembagaan yang memfasilitasi ketersediaan dan

Page 58: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

52

akses data spasial kelautan, meliputi integrasikan teknologi, kebijakan, standar, dan SDM di dalam sebuah lembaga pengelola data spasial, alur sistem kerja pengelolaan data spasial yang terstruktur, hubungan antara penyedia data dan penggunanya dalam akses data, berbagi dan menganalisis informasi geospasial antara instansi pemerintah terkait maupun untuk komersial, hardware dan software serta komponen lain yang diperlukan dalam rangka mendukung proses, danMSDI bukan merupakan pusat penyimpanan data.

Selain itu, beberapa hal yang merupakan kerangka kerja operasional sebuah MSDI adalah meliputi pencarian keberadaan sebuah data, penentuan standar sistem koordinat referensi sebuah data, interoperabilitas sebuah data dan data publishing, data sharing termasuk manajemen hak ciptanya, dan kerjasama dan komunikasi antara stakeholder. Guna mendukung penyelenggaraan MSDI tersebut, terdapat beberapa komponen penting dalam MSDI yang merupakan empat pilar SDI, yaitu:

a. Policy and governance, merupakan kebijakan penyelenggaraan SDI, meliputi : kultur organisasi, kemampuan dan pengetahuan SDM, pendidikan dan pelatihan, change management, serta best practice;

b. Technical standards, merupakan persyaratan tertentu tentang SDI yang terdiri dari penyesuain, konsistensi yang telah ditentukan oleh lembaga tertentu seperti IHO, OGC (Open Geospatial Concortium), ISO, dll;

c. Information system, merupakan komponen dari teknologi informasi dan komunikasi (ICT), yang meliputi: fisik (hardware), datalink, jaringan, transport, session, presentation, dan aplikasi untuk menghasilkan produk dan layanan; dan

d. Geographic content, adalah data yang memiliki referensi geografis dalam hal ini data hidro-oseanografi, data sumberdaya alam, data lingkungan dan lain sebagainya.

Page 59: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

53

Teknik pendekatan dalam manajemen data hidro-oseanografi saat ini sedang menuju era data centric dimana pada era sebelumnya dan sampai saat ini sebagian besar kantor hidrografi masih menggunakan pendekatan product centric. Keuntungan pendekatan data centric adalah proses pengolahan sebuah data yang akan menghasilkan produk disesuaikan dengan database, sehingga produk-produk yang akan dihasilkan dari database tersebut akan konsisten dan proses pengolahannya akan efisien. Sebaliknya kerugian pendekatan produk centric adalah pengolahan data akan dilakukan menyesuaikan produk-produk yang akan dihasilkan sehingga akan tidak efisien dan terjadi inkonsistensi informasi diantara setiap produk-produk karena tidak dikelola dalam satu database.

Setelah database didesain dan dimplementasikan serta data yang sesuai persyaratan sudah diunggah langkah berikutnya adalah mempublikasi data kepada user. Cara yang sama dengan publikasi adalah juga dibutuhkan untuk mendapatkan data dari sumber lain untuk kepentingan pengkayaan database. Data publishing adalah proses produksi dan penyebaran data atau informasi untuk pengguna. Aktifitas yang dilakukan pada data publishing adalah:

a. Discovery (Catalogue Services, Metadata). Publikasi sebuah produk dengan menampilkan katalog dan metadatanya saja dan pemberian layanan dilakukan setelah pemilihan produk dari katalog dan terjadi transaksi; b. Delivered (Physical Media, FTP). Proses pengiriman data dalam volume besar bisa dilakukan melalui File Transfer Protocol; c. View Services (WMS, WFS).Sebuah data dapat dipublikasikan dengan memberikan akses dalam bentuk visualisasi di web browser menggunakan sistem Web Map Service atau Web Feature Service; dan

Page 60: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

54

d. Download Services. Publikasi atau perolehan data juga dapat dilakukan dengan cara mengunduh.

Salah satu metode publikasi data yang paling efektif selain

produk ENC (spesifik untuk kepentingan navigasi yang digunakan di ECDIS) adalah menggunakan Web Map Service. Informasi pada web map service dapat dibuka melalui web browser atau aplikasi tertentu. Cara ini sangat efektif untuk menampilkan berbagai macam peta dalam multi-layer dan format menjadi satu tampilan.

Dengan kemajuan teknologi, kegiatan survei pemetaan dan

penelitian dapat dilakukan dengan lebih teliti dan akurat. Beberapa di antara sistem terbaru di dalam lingkup pekerjaan hidrografi adalah multibeam echosounder (MBES), Laser AirborneDepth Sounder (LADS), GPS geodetik yang dapat menghasilkan posisi dengan ketelitian sub-centimeter serta sistem DGPS dan GPS Kinematik. Di dalam bidang oseanografi terdapat peralatan currentmeter, wave recorder, automatic tide gauge, sensor CTD, XBT, SVP, ADCP, hingga system telemetry link yang dapat mengirimkan data-data di atas secara real time.

TNI Angkatan Laut memiliki sebagian instrumen tersebut di

atas, sementara beberapa di antaranya dimiliki instansi lain, namun dapat bekerja sama untuk digunakan Pushidros TNI AL. Dengan tersedianya sistem peralatan dan sumber daya manusia yang dapat diandalkan, TNI Angkatan Laut dapat memanfaatkan masa damai seperti saat ini untuk menghimpun data sebanyak-banyaknya. Kondisi sekarang ini, walaupun banyak kegiatan survei yang telah dilaksanakan, namun kegiatan pengumpulan data dari penelitian oseanografi harus dilakukan secara maksimal terutama untuk kepentingan militer.

Konsep data digital yang dituangkan ke atas peta kertas dan

Electronic Navigational Chart (ENC) serta ditampilkan oleh Electronic Chart Display and Information System (ECDIS) juga dapat dikembangkan kepada aspek militer, di mana peta bagi kapal perang memiliki lebih banyak informasi yang mengandung aspek hidrografi dan oseanografi taktis. Hal ini dapat diaplikasikan

Page 61: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

55

dengan cara memproduksi peta laut multi layer, di mana selain informasi navigasi biasa sebagaimana peta laut konvensional, peta laut militer memiliki lembar tambahan yang transparan yang berisi data anomali magnet, CTD, profil kecepatan suara dan lain-lain. Hal ini akan lebih baik lagi bila dapat ditampilkan dalam ECDIS khusus Militer yang dikenal dengan system Military ECDIS (M-ECDIS) atau Warship ECDIS (W-ECDIS).

Ruang laut bersifat tiga dimensi, sehingga selain memiliki bidang horisontal ruang laut juga memiliki bidang vertikal yang terdiri dari dasar laut, kolom air, dan permukaan laut itu sendiri. Dasar laut yang dimaksud di sini adalah dasar laut dan tanah dibawahnya. Dasar laut jika dikaitkan dengan kadaster selanjutnya dikenal dengan istilah kadaster dasar laut (seabed cadastre). Kepastian dan perlindungan hukum dalam pemanfaatan sumber daya kelautan sangat dibutuhkan demi menjaga agar tidak terjadi konflik dan tentu saja agar pihak yang berhak tidak dirugikan. Hal ini harus didukung oleh data dan informasi kelautan yang lengkap dan akurat. Untuk itu maka perlu dilakukan administrasi data dan informasi kelautan melalui pengumpulan data, penyimpanan data, dan pengelolaan data. Oleh sebab itu perlu dibentuk infrastruktur data spasial kelautan sebagai bagian dari infrastruktur data spasial nasional (IDSN). Sehingga akan tercipta suatu sistem yang dapat menyajikan semua data atau informasi secara menyeluruh, akurat, dan terbarui dalam bentuk spasial.

Jika pembangunan Hydrographic Data Center (HDC) dapat

terwujud, maka akan berkontribusi terhadap dukungan data bagi kepentingan pertahanan dan pembangunan nasional, yaitu meliputi:

a. Dimensi peperangan laut masa kini juga tidak terbatas dalam suatu skenario di mana kapal atas air selalu akan berhadapan dengan musuh sejenis serta pesawat udara. Media lain yang mesti turut diperhitungkan adalah bawah permukaan atau bawah air. Kapal Selam adalah mesin perang yang amat ditakuti oleh kapal atas air yang termodern sekalipun. Konsep peperangan bawah air mencakup manuvra kekuatan sendiri untuk melawan kapal selam serta kemampuan untuk mengoperasikan kapal selam

Page 62: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

56

sendiri secara padu dengan satuan teman di permukaan dan udara. Demi menjamin suatu operasi peperangan bawah air berjalan dengan sukses, mutlak diperlukan informasi data-data hidro-oseanografi. Dengan adanya HDC maka distribusi data hidro-oseanografi untuk peperangan permukaan, bawah air dan udara akan diperoleh dengan cepat, akurat dan terjamin kerahasiaannya; b. Bila pembangunan sektor kelautan diselaraskan dengan pendekatan ekonomi biru, maka pembangunan industrialisasi kelautan akan berlangsung secara berkelanjutan. Melalui konsep ekonomi biru, maka dapat dikembangkan dan tercipta ekonomi kelautan yang berwawasan lingkungan dengan pemanfaatan kawasan konservasi perairan yang baik dan tidak merusak lingkungan sehingga tercipta kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. Pendekatan pembangunan industrialisasi kelautan melalui konsep ekonomi biru merupakan model pendekatan pembangunan ekonomi yang tidak lagi mengandalkan pembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang berlebihan. Tetapi, merupakan suatu terobosan dalam pembangunan yang mementingkan ekonomi secara berkelanjutan serta berupaya untuk menjaga lingkungan menjadi lebih baik. Kebutuhan akan percepatan pembangunan kelautan yang akan memberikan dampak kepada pembangunan ekonomi nasional, akan memerlukan dukungan data-data hidro-oseanografi yang ada diDishidros. Data dan informasi tersebut sangat diperlukan oleh publik dan Pemerintah untuk ditindaklanjuti dalam rangka sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam membuat program-program pembangunan nasional secara berkelanjutan.

Diharapkan melalui pembangunan HDC dapat menjadi

pusat penyajian data-data serta informasi hidro-oseanografi dan informasi kekelautanan lainnya, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi pengguna laut, institusi kementerian dan lembaga serta TNI/TNI Angkatan Laut dalam memperolah data hidro-oseanografi yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan

Page 63: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

57

dalam rangka menunjang tugas pokok masing-masing kementerian dan lembaga terkait kebijakan dan stategi kelautan.

16. Pembentukan Pusdalops Pushidrosal Dalam Menunjang Informasi Geospasial Kelautan

Penetapan Pushidrosal sebagai Kotama Pembinaan TNI

Angkatan Laut melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2016 (Perpres No. 62 Tahun 2016) Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi TNI, dan diresmikan Kasal dengan Keputusan Kasal Nomor 16 Tahun 2016 tentang penambahan nama/struktur Organisasi Dinas Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut menjadi Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL(Pushidrosal) memiliki tugas melaksanakan pembinaan hidro-oseanografi (hidros) dalam rangka mendukung kepentingan TNI dan kepentingan sipil, dan menyiapkan data dan informasi wilayah pertahanan di laut dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut.

Sebagai representasi kelembagaan Hidrografi Nasional, Pushidrosal juga memiliki amanah sebagai wali data hidrografi nasional di Indonesia melalui tugas pokok dan fungsinya, bertanggung jawab terhadap terjaminnya kualitas data atas semua pekerjaan hidrografi guna menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan laut di perairan Indonesia sesuai yang ditetapkan oleh International Hydrographic Organization (IHO) dengan memperhatikan aspek keamanan guna kepentingan pertahanan dan keamanan nasional.

Dalam pelaksanaan tupoksi sebagai Lembaga Hidrografi Nasional perlu dilaksanakan pengendalian Operasi sehingga Pembentukan Pusdalops Pushidrosal menjadi keniscayaan. Pusdalops Pushidrosal sebagai Pusat Informasi Geospasial Kelautan harus mampu memberikan kontribusi terkait bidang kelautanan baik informasi, data dan segala permasalahan terkait bidang Hidro-Oseanografi di Indonesia. Hal ini merupakan bentuk pelayanan Pushidrosal baik kepada Militer maupun sipil terkait Pushidrosal sebagi Lembaga Hidrografi Nasional.

Page 64: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

58

a. Sharing data untuk mendukung Pusdalops Pushidrosal. Pusdalops Pushidrosal sebagai pusat informasi geospasial kelautan Indonesia membutuhkan data-data pendukung dari stakeholder kelautan di Indonesia. Sinergitas antara stakeholder kelautan di Indonesia Pusdalops Pushidrosal adalah kunci utama terbentuknya Pushidrosal menjadi pusat informasi geospasial kelautan di Indonesia. Dengan banyaknya stakeholder kelautan di Indonesia tentunya upaya sinergitas sharing data tidaklah mudah dilaksanakan. Diperlukan upaya-upaya yang terprogram dan terstruktur dalam pelaksanaannya. Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan dalam rangka terlaksananya sharring data adalah sebagai berikut :

1) Sosialisasi. Sosialisasi ke stakeholder kelautan merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengertian penting dan manfaatnya untuk Pushidrosal menjadi pusat informasi kelautan Indonesia. Dengan kegiatan sosialisasi ini diharapkan para stakeholder memahami dan mendukung sehingga terbentuk sinergitas stakeholder kelautan dengan Pusdalops Pushidrosal. 2) Koordinasi.Beberapa stakeholder kelautan di Indonesia mempunyai tugas pokok dan peran untuk melaksanakan publikasi data dan informasi ke masyarakat maupun institusi terkait. Dengan melaksanakan koordinasi yang baik akan tercipta sharring data dan informasi ke Pushidrosal dalam rangka mendukung perkuatan Pusdalops Pushidrosal. 3) Kerja sama. Sharing data juga dapat dilaksanakan melalui kerjasama saling menguntungkan (MoU) antara Pushidrosal dengan stakeholder terkait. Dengan melaksanakan kerjasama

Page 65: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

59

yang resmi akan memberikan batasan yang jelas sesuai kesepakatan data dan informasi yang akan di-sharing-kan melalui Pusdalops Pushidrosal. 4) Integrasi. Cara ini dilaksanakan dengan mengintegrasikan Pusdalops Pushidrosal dengan Pusdatin yang ada di masing-masing stakeholder terkait. Sharing data dapat dilaksanakan melalui persyaratan akses data yang telah disepakati, agar data yang terintegrasi sesuai dengan kesepakatan dua belah pihak. Integrasi ini memungkinkan data selalu ter up date di data basenya masing-masing stakeholder, sehingga dukungan data terhadap Pusdalops Pushidrosal merupakan data yang terkini.

b. Sarana dan Prasarana Pendukung Pusdalops

Kondisi ideal yang diharapkan adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi sebagai pengelola dan penyedia data serta informasi hidrografi dan oseanografi nasional, dibutuhkan sarana prasarana sebagai berikut;

1) Suprastruktur, berupa kebijakan dan tata kelola IT yang menyeluruh dalam bentuk Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria yang menjadi acuan dalam pengelolaan data dan informasi; dan 2) Infrastruktur, berupa prasarana pengolahan dan pengelolaan data yang memadai, terpusat, dan dikelola sesuai dengan standar dan best practice yang berlaku umum dalam pengelolaan IT.

Kedua sarana dan prasarana ini dibutuhkan untuk mampu memenuhi kebutuhan Pusdalops Pushidrosal di masa depan, yang tidak hanya berhubungan dengan pemangku kepentingan TNI AL, tetapi juga berkaitan dengan simpul - simpul jejaring global. HDC yang telah dibangun oleh Pushidrosal diharapkan dapat menjadi

Page 66: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

60

pusat penyajian data-data terkonsolidasi seputar informasi hidrografi dan oseanografi. Data hasil survei dan informasi yang dihasilkan dan dipersiapkan untuk dipergunakan sebagai pendukung keputusan maupun monitoring regular bagi Pimpinan Pushidrosal khususnya dan pemangku kepentingan pada umumnya.

Page 67: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

61

BAB V IMPLEMETASI PUSAT INFORMASI DATA SPASIAL

KELAUTAN INDONESIA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN.

17. Umum Dalam pengelolaan sumber daya kelautan di Indonesia guna mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan terdapat cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi kelautan tersebut. Namun sebelum melakukan pengelolaan dan pengembangan sebaiknya dilakukan perencanaan terlebih dahulu sehingga dapat diketahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh pemerintah dalam melaksanakan pembangunan kelautan tersebut serta potensi apa yang ada dan dapat dikembangkan, pihak mana saja yang terkait dalam pengelolaan potensi kelautan dalam pembangunan tersebut, serta dana yang dibutuhkan.

Selain persiapan perencanaan pembangunan yang dilakukan pada masing-masing stakeholder yang terkait, masih ada beberapa cara untuk menyempurnakan perencanaan dalam sebuah pembangunan dibidang sektor kelautan. Salah satunya adalah penggunaan teknologi sistem informasi.Indonesia sebagai negara berkembang yang bisa dikatakan teknologi di negara Indonesia cukup pesat, pemakaian program-program komputer dalam rangka mengefektifkan dan mengefisienkan pelaksanaan sebuah kegiatan perencanaan pembangunan. Program komputer yang cukup dikenal dalam hal pembangunan sektor adalah Geographic Information System (GIS).

Pusat Informasi Geospasial Kelautan Pushidrosal menyajikan berbagai data kelautan terutama dibidang hidrografi dan oseanografi guna mendukung pembangunan nasional dibidang kelautan. yang mana pada dasarnya dimaksud agar sektor tersebut dapat berkembang menuju tingkat perkembangan pembangunan yang diinginkan. Melalui terwujudnya keterpaduan antara data yang ada melalui sistem informasi geospasial kelautan Pushidrosal dalam penggunaannya dapat mendukung, menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan nasional

Page 68: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

62

juga meningkatkan keserasian antar bidang sektor dan keterpaduan antar sektor pembangunan dengan prinsip–prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Pada dasarnya Pusat Informasi Geospasial Kelautan

Pushidrosal pendekatan pembangunan sektor di bidang kelautan yang digunakan untuk lebih mengefisiensikan pembangunan dan konsepsi ini terus berkembang disesuaikan dengan tuntutan waktu, teknologi dan kondisi sektor bidangnya. Terdapat beberapa manfaat pada Pusat Informasi Geospasial Kelautan Pushidrosal dalam membantu pemerintah agar lebih mudah menjalankan kewenangan didalam pengelolaan kelautan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan mengimplementasikan sistem informasi data pada pemanfaatan sumber daya kelautan khususnya pengembangan potensi kelautan dan program Tol Laut.

18. Implementasi Informasi Geospasial Kelautan Indonesia Dalam Mendukung Tol Laut.

Sesuai dengan kebijakan Presiden Joko Widodo pengertian Tol Laut merupakan konsep memperkuat jalur pelayaran yang dititik beratkan pada pembangunan sumber daya kelautan dengan mengkoneksikan jalur pelayaran dari barat ke timur Indonesia dan juga mempermudah akses niaga dari negara-negara kawasan Pasifik bagian selatan ke negara Asia bagian Timur. Konsep tersebut diharapkan dapat membuka akses regional dengan cara membuat dua pelabuhan besar bersekala Internasional diatas 3.000 TEU atau sekelas kapal Panamax 6000 TEU.

Page 69: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

63

Gambar 11. Skema Peluang Pelayanan Logistik Industri dan

Perdagangan Internasional.

Pusat Informasi Geospasial Kelautan Pushidrosal dapat

mendukung implementasi kebijakan nasional tersebut dengan

menyediakan informasi berupa jalur pelayaran nasional,

penggunaan peta e-navigasi guna mendukung keselamatan

bernavigasi dilaut, penyediaan informasi sumber daya alam

kelautan peta-peta kolaborasi dan updating dan publikasi petunjuk

atau kepanduan bahari guna mendukung pelayaran nasional dan

internasional.Secara khusus melalui kebijakan pemerintah dalam

menetapkan “one map policy”, memperlihatkan kontribusi

Pushidrosal secara nyata melalui produk peta dan informasi bahari

untuk kepentingan para stakeholder. Aplikasi yang tersedia

dalam web portal HDC dapat mendukung penyajian informasi-

informasi kelautan diantaranya data kedalam perairan, pemetaan

kabel dan pipa bawah laut, sebaran karang, kedangkalan, dan

alur-alur pelayaran yang aman.

Page 70: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

64

19. Penyajian Informasi Geospasial Kelautan Indonesia pada Aplikasi HDC.

Terbukanya akses regional melalui implementasi tol laut

diharapkan dapat memberikan peluang bagi dunia pelayaran

industri kargo/logistik nasional untuk berperan dalam distribusi

internasional, dimana dengan penetapan dua pelabuhan yang

berada di wilayah depan sebagai hub-internasional yaitu

pelabuhan Kuala Tanjung dan Pelabuhan Bitung yang ditetapkan

dalam konsep wilayah depan logistik nasional.

Gambar 12. Tampilan informasi pelabuhan Kuala Tanjung

pada HDC Pushidrosal.

Page 71: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

65

Gambar 13. Tampilan informasi pelabuhan Bitung pada

HDC Pushidrosal

Penetapan kedua pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan hub-internasional tentunya harus didukung dengan berbagai data yang akan menjadi potensi bagi dunia pelayaran khususnya dalam keselamatan bernavigasi bagi kapal-kapal niaga yang berukuran besar. Maka selanjutnya hal ini dapat dijadikan dasar sebagai modal awal dalam mengelola informasi yang dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, daerah atau para investor lokal maupun asing. Dalam bisnis pelayaran tentu sangat dibutuhkan informasi yang akurat mengenai rute jarak tempuh yang akan dilalui oleh masing-masing kapal.

Gambar 14. Informasi lembar peta laut pada rute pelayaran

Bitung dan Belawan.

Page 72: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

66

Kedua gambar diatas merupakan contoh penyediaan

informasi rute peta pelayaran yang apabila akan menuju dari-ke

pelabuhan Belawan maupun pelabuhan Bitung. Pada aplikasi

peta pelayaran informasi akan tersedia lembar peta yang berisi

data nomor peta, sekala dan datum yang dibutuhkan bagi kapal

yang akan melaksanakan pelayaran. Peta ini dapat berupa peta

kertas maupun peta digital (ENC) yang dapat diakses melalui

website resmi Pushidrosal.

Pembangunan di bidang kelautan tidak hanya menyangkut

soal moda transportasi laut saja, tetapi juga melibatkan data

tentang sumber daya alam dan permasalahan lingkungan yang

ada di suatu daerah. Potensi kelautan umumnya saling berkaitan

dengan dengan kondisi geografis, ekonomi sosial dan budaya

masyarakat pesisir. Produk Pushidrosal selain menyediakan

informasi peta, juga terdapat informasi mengenai data lingkungan

geografi kelautan. Informasi yang tersedia menyangkut geografi

maritm tersaji dalam aplikasi Peta Kolaborasi. Peta ini merupakan

perpaduan informasi yang dikumpulkan berdasarkan data dari

instansi terkait diantaranya Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan

Statistik, Badan Informasi Geospasial (BIG), Lapan, BMKG dan

lain-lain. Informasi ini dapat diperoleh melalui HDC sesuai dengan

kebutuhan pengguna.

Page 73: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

67

Gambar 15. Contoh tampilan informasi peta kolaborasi pada

lokasi Teluk Jakarta.

Untuk aplikasi publikasi nautika masih dalam pengelolaan

dan pengembangan sehingga informasi ter-update mengenai

produk Berita Pelaut Indonesia (BPI) dalam versi bahasa

Indonesia dan Indonesian Notices to Marines dalam versi bahasa

Inggris dapat diperoleh melalui website resmi Pushidrosal

http://www.pushidrosal.id/. Updating belum dilaksanakan karena

masih terkendala dalam pengembangan aplikasi yang akan

tingkatkan menjadi versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Page 74: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

68

BAB V

PENUTUP

Sebagai Lembaga Hidrografi Nasional di Indonesia,

Pushidrosal mempunyai tanggung jawab dalam pengembangan

Informasi Geospasial Kelautan. Pembentukan Pusat Informasi

Geospasial Kelautan Indonesia merupakan amanat IHO yang

harus dilaksanakan untuk mendukung kepentingan militer maupun

pembangunan nasional.

Buku Pusat Informasi Geospasial Kelautan Indonesia merupakan gambaran dari Pusat Informasi Geospasial Indonesia sebagai tindak lanjut dari visi Pushidrosal Sebagai Lembaga Hidrografi Nasional dan Pusat Informasi Geospasial Kelautan Terbaik di Dunia Dalam Mendukung Indonesia Menjadi Poros Maritim Dunia.

Jakarta, Oktober 2019 Kepala Pushidrosal,

Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H. Laksamana Muda TNI

Page 75: PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN INDONESIA

“ Hidrografi Bukan Hanya Sekedar Peta Laut Hidrografi Adalah Kunci Gerbang Perekonomian

dan Ujung Tombak Pertahanan Laut Suatu Negara”

(Laksda TNI Dr.Ir.Harjo Susmoro, S.Sos.,S.H.,M.H)