PUNGUTAN TERHADAP PEDAGANG DI CAR FREE DAY JALAN...

95
PUNGUTAN TERHADAP PEDAGANG DI CAR FREE DAY JALAN IJEN KOTA MALANG PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Siti Aminatus Sakdiyah 15220040 JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2019

Transcript of PUNGUTAN TERHADAP PEDAGANG DI CAR FREE DAY JALAN...

PUNGUTAN TERHADAP PEDAGANG DI CAR FREE DAY JALAN IJEN

KOTA MALANG PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata

Satu Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Siti Aminatus Sakdiyah

15220040

JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

“Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia

rubah dengan tangannya, jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan jika

ia tak mampu dengan lisan, maka dengan hatinya. Dan itu adalah iman yang

paling lemah”

(HR. Muslim)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamd li Allâhi Rabb al-‘Ălamĭn, la Hawl wala Quwwat illa bi Allah al-

‘Ăliyy al-‘Ădhĭm, dengan hanya rahmat-Mu serta hidayah-Nya penulisan skripsi

yang berjudul “Pungutan Terhadap Pedagang Di Car Free Day Jalan Ijen Kota

Malang Perspektif Maslahah Mursalah” dapat diselesaikan. Shalawat dan Salam

senantiasa kita haturkan kepada Baginda kita, Nabi Muhammad SAW sebagai suri

tauladan dan umat manusia. Semoga kita tergolong orang-orang yang beriman dan

mendapat syafaat dari beliau di akhirat kelak. Amin.

Dengan bimbingan maupun pengarahan dan hasil diskusi dari berbagai

pihak dalam proses penulisan skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati

penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang.

2. Dr. Saifullah, S.H, M. Hum, selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Dr. Fakhruddin, M.H.I, selaku Ketua Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas

Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Dr. H. Noer Yasin, M.H.I, selaku Wali Dosen. Terimakasih penulis haturkan

karena selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dari semester

awal hingga saat ini.

5. Dr. H. Nasrullah, Lc, M. Th.I. selaku sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.

Terimakasih atas bimbingan dan motivasi yang diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik.

viii

6. Dr. H. Noer Yasin, M.H.I, selaku penguji utama, Iffaty Nasyi’ah, MH, selaku

ketua, Dr. H. Nasrullah, Lc, M. Th.I. selaku sekertaris dalam pelaksanaan sidang

skripsi, terimakasih banyak atas dukungan dan arahan selama sidang skripsi dengan

baik dan lancar.

7. Segenap Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang yang telah mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Semoga

Allah SWT memberikan pahalanya yang sepadan kepada beliau.

8. Staf karyawan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang, penulis ucapkan terimakasih atas partisipasinya dalam

penyelesaian skripsi ini.

9. Para informan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan

informasi yang sangat penting demi kelanjutan penilitian ini.

10. Kepada Orang tua penulis, Ibu Siti Sopiyah dan Bapak Munip terimakasih

telah menjadi motivator dan inspirator terhebat dalam hidup saya, yang telah

mengiringi setiap langkah saya, yang selalu memberikan nasehat dan

pengarahan agar menjadi seseorang yang lebih baik lagi, dan juga yang selalu

memberikan do’a tulus disetiap sujudnya untuk kebaikan saya .

11. Serta berbagai pihak yang turut serta membantu proses penyelesaian penulisan

skripsi iniyang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca. Penulis sangat

menyadari bahwa karya sederhana ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan pengetahuan,kemampuan, wawasan dan pengalaman penulis.oleh

ix

karena itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi ini.

Malang, 27 Mei 2018

Penulis,

Siti Aminatus Sakdiyah

NIM. 15220040

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah pemindah alihan tulisan Arab ke dalam tulisan

Indonesia (Latin), bukan terjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

termasuk dalam kategoriini ialah nama Arab dari bangsa Araba, sedangkan nama

Arab dari bangsa Arab ditulis sebagaimana ejaan bahasa nasionalnya, atau

sebagaimana yang tertulis dalam buku yang menjadi rujukan. Penulisan judul

buku dalam gootnote maupun daftar pustaka, tetap menggunakan ketentuan

transliterasi.

Banyak pilihan dan ketentuan transliterasi yang dapat digunakan dalam

penulisan karya ilmiah, baik yang standar internasional. Nasional maupun

ketentuan yang khusus digunakan penerbit tertentu. Transliterasi yang digunakan

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

menggunakan EYD plus, yaitu transliterasi yang didasarkan atas Surat Keputusan

Bersama (SKB) Menteri Agama Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,

22 Januari 1998, No. 159/1987 dan 0543.b/U/1987, sebagaimana tertera dalam

buku Pedoman Transliterasi bahasa Arab (A Guidge Arabic Transliteration), INIS

Fellow 1992.

A. Konsonan

Tidak dilambangkan = ا

B = ب

T = ت

Ta = ث

dl = ض

th = ط

dh = ظ

(mengahadap ke atas) ‘ = ع

xi

J = ج

H = ح

Kh = خ

D = د

Dz = ذ

R = ر

Z = ز

S = س

Sy = ش

Sh = ص

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

w = و

h = ه

y = ي

Hamzah (ء) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak di

awal kata maka dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak

dilambangkan, namun apabila terletak di tengah atau akhir kata, maka

dilambangkan dengan tanda koma di atas (‘), berbalik dengan koma (‘) untuk

penggantian lambang ع.

B. Vokal, Panjang dan Diftong

Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latinvokal fathah

ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan

bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:

Vokal Panjang Diftong

a = fathah

i = kasrah

Â

î

menjadi qâla قال

menjadi qîla قيل

xii

u = dlommah û دون menjadi dûna

Khusus untuk bacaan ya’ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan

“ î ”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya’

nisbat diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya’ setelah

fathah ditulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut:

Diftong Contoh

aw = و

ay = ي

menjadi qawlun قول

menjadi khayrun خير

C. Ta’marbûthah )ة(

Ta’ marbûthah (ة( ditransliterasikan dengan “t” jika berada di tengah

kalimat, tetapi ta’ marbûthah tersebut berada di akhir kalimat, maka

ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnyaالرسلة اللمدرسة menjadi al-

risala li-mudarrisah, atau apabila berada di tengah-tengah kalimat yang terdiri

dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka dytransiterasikan dengan

menggunakan “t” yang disambungkan dengan kalimat berikut, miasalnya الله في

menjadi fi rahmatillâh رحمة

xiii

D. Kata Sandang dan Lafdh al-Jalâlah

Kata sandang berupa “al” )ال(dalam lafadh jalâlah yag erada di tengah-

tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan. Perhatikan contoh-

contoh berikut :

1. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan………………………

2. Al-Bukhâriy dalam muqaddimah kitabnya menjelaskan …………..

3. Masyâ’Allah kânâ wa mâlam yasyâ lam yakun

4. Billâh ‘azza wa jalla

E. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun itu hanya berlaku

bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila terletak di awal kata,

hamzah tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh : شيء - syai’un أمرت - umirtu

النون - an-nau’un تأخذون -ta’khudzûna

F. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il (kata kerja), isim atau huruf, ditulis

terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah

lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harakat yang

xiv

dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan

juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh : وان الله لهو خير الرازقين - wa innalillâha lahuwa khairar-râziqȋn.

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam

transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf capital seperti

yang berlaku dalam EYD, diantaranya huruf capital digunakan untuk menuliskan

oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal kata sanfangnya.

Contoh : وما محمد الآ رسول = wa maâ Muhammadun illâ Rasûl

inna Awwala baitin wu dli’a linnâsi = ان اول بيت وضع النا س

Penggunaan huruf capital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan

arabnya memang lengkap demikian dan jika penulisan itu disatukan dengan kata

lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf capital tidak

dipergunakan.

Contoh : فتح قريب و نصر من الله = nasاrun minallâhi wa fathun qarȋb

مرجميعاالا لله = lillâhi al-amru jamȋ’an

Begi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman

transliterasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ilmu tajwid.

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iv

BUKTI KONSULTASI ........................................................................................... v

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................. x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xv

ABSTRAK ......................................................................................................... xviii

ABSTRAC ........................................................................................................... xix

........................................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan penelitian .......................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

E. Definisi Operasional..................................................................................... 7

F. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 11

B. Kerangka Teori

1. Konsep Pungutan

xvi

a. Definisi Pungutan .......................................................................... 18

b. Faktor Penyebab Pungutan ............................................................ 19

c. Definisi Pungutan Dalam Hukum Islam ....................................... 20

d. Dasar Hukum Dan Sanksi Pungutan Dalam Islam ....................... 21

2. Konsep Pedagang

a. Definisi Pedagang .......................................................................... 26

b. Kategori Pedagang ......................................................................... 27

3. Definisi Car Free Day ......................................................................... 28

4. Konsep Maslahah Mursalah

a. Definisi Maslahah .......................................................................... 28

b. Jenis-jenis Maslahah ...................................................................... 30

c. Definisi Maslahah Mursalah .......................................................... 34

d. Syarat-syarat Menjadikan Hujjah Maslahah Mursalah .................. 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 39

B. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 40

C. Lokasi Penelitian .................................................................................. 40

D. Metode Pengambilan Sampel ............................................................... 40

E. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 41

F. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 42

G. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 45

B. Pelaksanaan Praktek Pungutan Terhadap Pedagang Di Car Free Day

Jalan Ijen Kota Malang ........................................................................ 48

xvii

C. Pungutan Terhadap Pedagang Di Car Free Day Jalan Ijen Kota

Malang Perspektif Maslahah Mursalah ............................................... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 66

B. Saran ........................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 72

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 75

xviii

ABSTRAK

Siti Aminatus Sakdiyah, 15220040, Pungutan Terhadap Peadagang Di Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang Perspektif Maslahah

Mursalah, Skripsi jurusan Hukum Bisnis Syari’ah, Fakultas

Syari’ah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

Malang, Pembimbing: H. Nasrulloh, M. Th. I.

Kata Kunci: Pungutan , Pedagang, Maslahah Mursalah.

Manusia memiliki kebebasan dalam memenuhi kebutuhannya, kebebasan

merupakan unsur dasar manusia, namun kebebasan itu tidak berlaku mutlak,

kebebasan tersebut dibatasi oleh manusia yang lain. Seperti halnya hubungan

antara pedagang dengan pembeli, bahkan tidak dipungkiri adanya pihak ketiga

dalam transaksi yang dibutuhkan, dengan sketsa tersebut maka kegiatan yang

saling membutuhkan menjadi sangat diperlukan, seperti halnya praktek pungutan

terhadap pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang, pedangang

membutuhkan tempat untuk berdagang dan disinilah peran Paguyuban yang

mempunyai andil dalam memintai pungutan bagi pedagang dengan timbal balik

Paguyuban menampung, mengelola, menertibkan, dan menjaga keamanan bagi

para pedanag dalam kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang.

Penelitian ini memfokuskan pada dua rumusan masalah yaitu, pertama.

Bagaimana pelaksanaan praktek pungutan terhadap pedagang di Car Free Day

Jalan Ijen Kota Malang, kedua. Bagaimana pungutan terhadap pedagang di Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang perspektif maslahah murshalah. Penelitian ini

tergolong penelitian empiris atau penelitian lapangan dengan menggunakan

pendekatan secara yuridis sosiologis, pengumpulan data dilakukan dengan cara

langsung ke lapangan yaitu dengan melakukan observasi, wawancara, dan

dokumentasi,dengan pihak terkait mengenai pungutan yang dilakukan oleh

Paguyuban terhadap pedagang yang berdagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota

Malang.

Hasil penelitian dari permasalahan pungutan terhadap pedagang di Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang perspektif maslahah mursalah ada dua yaitu

yang pertama tentang praktek pelaksanaan pungutan yang dilakukan oleh

Paguyuban mempunyai dua jenis pungutan bagi pedagang yang mengikuti

paguyuban yaitu pungutan awal tahun atau biaya administrasi pendaftaran dan

pungutan yang dilakukan setiap minggunya pada kegiatan Car Free Day Jalan

Ijen Kota Malang berlangsung, hasil yang kedua adalah pungutan perspektif

maslahah mursalah yang dibahas dalam segi macam-macam maslahah dilihat

dari segi dibenarkan dan tidaknya oleh dalil syara’ terbagi menjadi tiga

maca, dan pungutan terhadap pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

termasuk kedalam Maslahah Mulghah ( ملغاةمصلحة ), karena pungutan dikatakan

maslahah hanya dari segi diterimanya menurut akal tanpa adanya atau

memperhatikan tuntunan syariat agama.

xix

ABSTRACT

Siti Aminatus Sakdiyah, 15220040, Illegal Levies Against The Traders in Car

Free Day an Ijen Street Malang Maslahah Mursalah Prespective,

Thesis majoring in Sharia Business Law, Faculty of Sharia, Islamic

State University Maulana Malik Ibrahim Malang, Advisor: H.

Nasrulloh, M. Th. I.

Keywords: Illegal Levies, Traders, Maslahah Mursalah.

Humans have their freedom to nget their needs, freedom is a basic

human element, but freedom is not absolutely valid, freedom is limited by other

humans. As a relationship between the traders the buyers, and the third party also

in their transaction they need, in that transaction, the activities of each other are

very necessary, as is illegal levies on Ijen Street, Malang. The traders need a place

to do their trade activity,in this occation the illegal levies association ask the

levies from the traders and they will accommodates, manage, regulate, and

maintair security for the traders on Ijen Street, Malang.

The study focus on two problem points, the are. First, How is the

practice of illegal levies on Car Free Day Ijen Street, Malang. Second, How is the

illegal levies on Car Free Day Ijen Street, Malang, whit the maslahah murshalah

perspective. This research is classified as empirical research that using.

Qualitative approach, the data collection directly in the location, by concloucting

the observation interviews, and documentation, with relevant parties regarding to

the illegal levies that carried out by the illegal levies association from the traders

who trade on Car Free Day Ijen Street Malang.

The results of the research are detemine in two result, the are. First the

practice of illegal levies that carried out by the illegal levies Association cloud be

decided in two types, the are initial levies or registration fees and the levies that

carry out in every week the Car Free Day Ijen Street, Malang. There the activity

taken place, the second result is the maslahah mursalah perspective of illegal

levies which are discussed in terms of the maslahah type wich in the activities the

right or not by the syara 'argument cloud be decided into three result, and the

illegal levies on Car Free Day Ijen Street, Malang. Is included in Maslahah al-

Mulghah (المصلحة الملغاة), due to the illegal levies cloud be said maslahah from their

acceptance as per reason without paying attention on the guidance of religious

sharia.

xx

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai mahluk sosial hakikatnya saling membutuhkan

satu sama lain, dalam setiap tindakan akan didasari dengan kebutuhan

yang harus dicapai dan semua itu dilakukan dengan adanya hubungan

yang saling membutuhkan. Sudah menjadi kodrat Tuhan bahwa dalam

setiap kegiatan yang dilakukan tidak lepas dengan saling kerjasama dan

mengahasilkan mufakat yang dirasakan menguntungkan,

Manusia memiliki kebebasan dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya, kebebasan merupakan unsur dasar manusia, namun

kebebasan itu tidak berlaku mutlak, kebebasan itu dibatasi oleh manusia

yang lain. Seperti halnya hubungan antara pedagang dengan pembeli,

bahkan tidak dipungkiri adanya pihak ketiga dalam transaksi yang

dibutuhkan, dengan sketsa tersebut maka kegiatan yang saling

membutuhkan menjadi sangat diperlukan, bahkan kegiatan tersebut bisa

menimbulkan unsur-unsur yang baru berupa kemanfaatan dari suatu hal

yang dianggap buruk dan dapat diterima, atau sesuatu yang buruk tersebut

tetap menjadi penghalang dalam kegiatan yang dilakukan dalam kemudian

harinya.

Namun demikian ulasan tersebut perlu adanya komitmen antara

semua pihak yang berkaitan dalam kehidupan sosial ini, kebudayaan yang

bersangkut paud dengan masyarakat, penyelenggara pelayanan publik,

2

penegak hukum semua ditarik akan adanya sebuah kebutuhan ekomi yang

melingkupi lapisan tersebut. Akan tetapi pasti akan ada perubahan budaya

dalam kaitan tersebut yang menyebabkan perubahan dalam pola

masyarakat, seperti hal adanya penyelenggara pelayanan publik yang

belum maksimal sehingga dimanfaatkan oleh oknum yang ingin

memperoleh keuntungan sendiri dan menarik diri dalam kata kebutuhan

bahkan bermanfaat dalam kesempatan yang dilakukan terhadap transaksi

ekonomi sekala kecil seperti pungutan yang terjadi dalam pelaksanaan

perdagangan di Car Free Day jalan Ijen kota Malang.

Penjelasan tersebut, dapat ditarik dengan banyak masyarakat yang

memilih berhadapan dengan penyelenggara pelayanan publik yag tidak

resmi seperti halnya pungutan yang dilakukan oknum-oknum atau

masyarakat biasa. Pungutan ini merambah pada lapisan masyarakat

dengan ekonomi kecil sehingga masyarakat merasa saling membutuhan

untuk memenuhi yang dinginkanya, seperti halnya pelaksanaan pungutan

yang dilakukan sekumpulan oknum mengatas namankan dengan sebutan

“Paguyuban”. Paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berprofesi

tukang parkir dalam proses perdagangan di Car Free Day Jalan Ijen kota

Malang. Praktek yang dilakukan adalah anggota yang bertugas dari

Paguyuban tersebut menampung pedagang, menyediakan, menjaga, dan

mengatur tempat bagi pedagang di Car Free Day Jalan Ijen kota Malang.

Dengan begitu seorang anggota tersebut menarik sejumlah uang dari

3

semua pedagang yang sudah dibagi tugas dalam Paguyuban secara

terorganisir.

Selain penjelasan tersebut kegiatan ini banyak pedagang yang

merasakan manfaat dalam mengikuti Paguyuban, sehingga apakah

tindakan pungutan yang dilakukan Paguyuban ini bisa dikatakan maslahah

dan dapat menjadi dasar hukum diperbolehkanya pungutan yang dilakukan

Paguyuban terhadap pedagang. Apakah kegiata ini banyak mengahsilkan

maslahah untuk kalayak umum dengan dasar adanya timbal balik manfaat

yang di peroleh pedagang dari hubunganya dengan Paguyuban.

Para pedagang membutuhkan tempat berdagang dengan permanen

sehingga tidak akan ada tindakan serobotan dari pedagang lain atau

pedagang baru yang akan berdagang di Car Free Day jalan Ijen kota

Malang di karenakan anggota yang bertugas dari Paguyuban tersebut

menjagakan tempatnya dan mengatur ketertiban bagi para pedagang yang

sudah lama ataupun yang baru, maka para pedagang tersebut menerima

pungutan yang dilakukan anggota Paguyuban yang bertugs dalam wilayah

tersebut. Maka terciptalah seuatu keterbutuhan yang melingkupi dalam

hubungan perekonomian tersebut. Menurut Irjen pol Boy Rafli Amar

selaku Divisi Humas Polri mengatakan ada faktor yang menyebabkan

praktik pungutan terjadi di berbagai penyelenggara pelayanan publik di

Indonesia yaitu, adanya keinginan dari para penyelenggara pelayanan

publik untuk mendapat penghasilan lebih. Kemudian, para penyelenggara

ini memanfaatkan posisi jabatannya yang dianggap strategis.

4

Dalam kenyataan yang ada di Indonesia pungutan belum ada

pejelasan yang pasti dalam hukum konvensional hanya disamakan dengan

kata penipuan atau pemerasan, dan dasar hukum dalam KUHP pasal 378

tentang penepiuan. Akan tetapi dengan berkembangnya suatu transaksi

perekonomian dan tututan dalam memenuhi kebutuhan masing-masing

individu maka semua jalan bisa dilakukan dengan dalih banyak manfaat

yang didapatkan dalam pihak-pihak yang melakukan transaksi

perekonomian, saling membutuhkan dan dibutuhkan menjadi dasar

berkembangnya suatu pungutan yang ada dalam saat ini.

Pungutan yang dilakukan oleh paguyuban terbagi menjadi dua

jenis dan yang menjadi daya tarik dalam pungutan ini selain banyaknya

manfaat yang dirasakan oleh para pedagang adalah tidak adanya

pemaksaan bagi pedagang dalam mengikuti paguyuban, hanya saja setiap

pedagang harus memenuhi kewajibanya terhadap paguyuban yaitu

membayar pungutan yang dilakukan setiap hari Minggunya dalam

kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

Barulah disini perspektif maslahah mursalah diperlukan dengan

adanya tujuan bagaiamana interaksi yang dihasilkan atas uraian di atas

dapat mengubah suatu hukum dengan adanya kemaslahatan atau

kemfaatan dengan saling menguntungkan dan menjadi kebutuhan yang

dapat diterima dalam kalangan lingkungan tersebut, menurut Wahbah

Zuhaili maslahah mursalah adalah beberapa sifat yang sejalan dengan

tindakan dan tujuan syara “tetapi tidak ada dalil tertentu dari syara” yang

5

membenarakan atau menggugurkan, dan dengan ditetapkannya hukum

padanya akan tercapai kemaslahatan dan tertolak kerusakan dari manusia.

Jadi maslahah mursalah adalah kemaslahatan yang tidak memiliki dasar

sebagai dalilnya dan juga tidak ada dasar sebagai dalil yang

membenarkanya.

Hal tersebut yang telah diuraikan di atas membuat peneliti ingin

meneliti lebih jauh bagaimana praktek pungutan terhadap pedagang di Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang perspektif maslahah mursalah, dengan

begitu hasilnya diharapkan akan menjadi pengetahuan yang dapat

dijadikan bahan referensi dan dapat dipercaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahanya antara

lain dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan praktek pungutan terhadap pedagang di Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang?

2. Bagaimana pungutan terhadap pedagang di Car Free Day Jalan Ijen

Kota Malang perspektif maslahah murshalah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat diambil tujuan dari

penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan praktek pungutan terhadap pedagang di

Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang.

6

2. Untuk mengetahui pungutan terhadap pedagang di Car Free Day Jalan

Ijen Kota Malang perspektif maslahah murshalah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi perkembangan

Ilmu Hukum khususnya dalam ruang lingkup kesadaran

masyarakat akan pentingnya pencegahan bahkan penolakan

pungutan.

b. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk

dijadikan arah penelitian yang lebih lanjut pada masa yang

akan dating.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi anggota Paguyuban

Diharapkan dapat mempunyai kesadaran akan hukum sehingga

tidak memanfaatkan keadaan yang terjadi dalam suatu waktu

untuk memperuntung diri sendiri dan merugikan khalayak

banyak. Jikalau dalam praktek pungutan tersebut sebagai salah

satu pelayanan publik maka diharapakan adanya turun tangan

dari pemerintahan setempat dan legal dalam hukumnya.

7

b. Bagi Pedagang

Diharapkan dalam hasil penelitian ini pedagang yang ada di

Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang, dapat tegas dalam

penolakan dengan adanya praktek pungutan yang ilegal tanpa

adanya surat resmi dari pemerintahan setempat yang di

wakilkan oleh pelayanan publik yang benar dan dapat

dipercaya.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

menambah wawasan sehingga dapat mendidik berfikir dan

bertindak kritik terhadap segala ketimpangan yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari.

E. Definisi Oprasional

Definisi oprasional merupakan penjelasan atas konsep atau

variabel penelitain yang ada dalam judul penelitian, adanya penjelasan ini

sangat berguna untuk memahami dan membatasi dengan jelas penafsiran

penelitian maupun pembaca agar penelitian ini dapat tetap terfokus sesuai

dengan kajian yang diharapkan peneliti.

1. Pungutan Terhadap Pedagang Car Free Day

Pungutan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pungutan sejumlah uang terhadap pedagang di Car Free Day Jalan

Ijen Kota Malang yang dilakukan oleh Paguyuban. Asal mula

berdirinya paguyuban adalah sekumpulan tukang parkir yang

8

berada di kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

berinisiatif untuk menampung, mengelola, menertibkan, dan

menjaga keamanan pedagang yang berdagang dalam kegiatan

tersebut. Pungutan yang dilakukan oleh Paguyuban terbagi menjadi

dua jenis pungutan yaitu pungutan yang diminta pada awal tahun

pertama dan hanya dilkukan satu kali bagi pedagang yang

mengikuti paguyuban, pungutan ini sering disebut dengan biaya

administrasi, dan pungutan yang kedua adalah pungutan yang

dimintai pada kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

berlangsung.

2. Perspektif Maslahah Mursalah

Pungutan dalam perspektif maslahah mursalah terfokus

dalam macam-macam maslahah ddilihat dari segi dibenarkan oleh

tidaknya oleh dalil syara’, dan macam maslahah tersebut terbagi

menjadi tiga macam. Sedangkan pungutan yang dibahas dalam

penelitian ini termasuk kedalam macam maslahah yang kedua yaitu

maslahah al mulghah atau maslahah yang ditolak, maslahah yang

dianggap baik oleh akal tetapi tidak diperhatikan oleh syara’ dan

ada petunjuk syara’ yang menolaknya.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih mempermudah pembahasan masalah secara garis besar

terhadap penyusunan skripsi ini maka penulis menyusun dalam tiga bagian

yaitu:

9

1. Bagian Pendahuluan Skripsi

Pendahuluan memuat judul, persetujuan pembimbing, halaman

pengesahan, pernyataan, motto, dan persembahan, kata pengantar, abstrak,

dan daftar isi.

2. Bagian Isi Skripsi

Bab I (satu) Pendahuluan merupakan bab yang berisi latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

opresional, dan sistematika pembahasan.

BAB II (dua) Tinjauan Pustaka merupakan bab yang berisi tentang

penelitain terdahulu dan tinjaun pustaka yang menguraikan tinjauan

tentang pungutan terhadap pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota

Malang perspektif maslahah mursalah.

BAB III (tiga) Metode Penelitian merupakan bab yang berisi

tentang jenis dan pendekatan penelitian, sumber dan jenis data, metode

pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data dan uji

keshahihan data. Hal ini bertujuan agar bisa dijadikan pedoman dalam

melakukan kegiatan.

BAB IV (empat) Hasil penelitiandan pembahasan merupakan bab

yang berisi tentang penguraian bagaimana praktek pelaksanaan pungutan

terhadap pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota dan bagaimana

pungutan terhadap pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

perspektif maslahah mursalah. Analisis hasil tersebut diperoleh dari

10

lapangan. Pada bab ini akan disajikan data-data hasil wawancara dan studi

literatur, tentu saja menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan.

BAB V (lima) Penutup merupakan bab yang berisi simpulan dan

saran terkait hasil penelitian yang telah dilakukan penulis.

3. Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir ini meliputi daftar pustaka serta lampiran-lampir

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Hasil Penelitian terdahulu merupakan refrensi bagi peneliti untuk

melakukan penelitian tentang pungutan terhadap pedagang di Car Free

Day Jalan Ijen Kota Malang perspektif maslahah mursalah. Sehingga

dalam penelitian tersebut terdapat kesamaan dan perbedaan permasalahan

penelitian. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai

korelasi dengan penelitian penulis, antara lain:

a. Adissti Fauziah, jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta yang dibuat tahun 2018

dengan judul “ Penanggulangan Tindak Pidana Pungutan Liar Di

Wilayah Hukum Polres Kota Yogyakarta” penelitian ini adalah

penelitian empiris, menggunakan studi lapangan dengan tehnik

pengumpulan data penelitian ini dengan cara wawancara kepada

anggota tim satuan tugas sapu bersih pungutan, menggunakan

pendekatan yuridis empiris dan sifat penelitian ini adalah deskriptif

analitik.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah apa saja upaya-upaya

yang telah dilakukan oleh tim satuan tugas sapu bersih pungutan

dalam menanggulangi tindak pidana pungutan diwilayah hukum kota

polres Yogyakarta, dengan cara memasang poster-poster dan

melakukan himbauan sosialisasi kepada para pejabat pelayanan publik

12

agar sadar akan adanya hukum dan tidak akan melakukan tindakan

pungutan , akan tetap sosialisasi ini tidak melibatkan masyarakat agar

sadar akan adanya hukum dan dapat membntu dalam pencegahan

penyelengara pungutan , sehingga adanya ketidak simbangan ini

pungutan di wilayah polres kota Yogyakarta tetap berkembang1.

b. Andi Anisa Tenri Bintoeng. Jurusan Depertemen Hukum Pidana

fakultas hukum, Universitas Hasanuddin, dibuat pada tahun 2018.

Berjudul “Tinjauan Kriminologis Terhadap Pungutan Liar Oleh

penyelenggara Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus

Di Kota Makasar Tahun 2015-2017)”, penelitian ini adalah penelitian

empris dengan tehnik pengumpulan data penelitian ini dengan cara

wawancara kepada Kejaksaan Negeri Makassar, Departemen

Pendidikan, Ombudsman Makassar. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa faktor pungutan oleh lembaga pendidikan di sekolah terletak

di hukum kota Makassar adalah menggeser moral pendidik ke dalam

kepribadian materialis, peluang yang diberikan oleh orang tua dan

siswa untuk melakukan pungutan , tidak ada aturan dan mekanisme

upervisory dari instansi terkait pada dana pendidikan yang diatur

sendiri oleh sekolah, mekanisme hukuman untuk pelaku ringan dan

hanya memiliki efek jera sementara.

Metode pre-emptive adalah upaya atau upaya pencegahan

kejahatan dari awal atau awal, yang lebih bersifat psikologis atau

1 Adissti Fauziah, Penanggulangan Tindak Pidana Pungutan Liar Di Wilayah Hukum Polres

Kota Yogyakarta, (Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018)

13

tindakan moral untuk mengundang atau menghimbau kepada pendidik

untuk dapat mematuhi setiap norma yang berlaku. Metode pencegahan

adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan mencegah kejahatan

dengan mengendalikan dan mengendalikan tindakan, atau

menciptakan suasana yang kondusif untuk mengurangi dan menekan

kejahatan lebih lanjut agar tidak berkembang di masyarakat2.

c. Syamsir Alam, jurusan Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan fakultas

Syariah Dan Hukum Universitas Alauddin Makasar, dibuat pada tahun

2017, judul penelitian adalah “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Tindak Pidana Pungutan Liar (Studi Kasus Di Kbaupaten Takalar)”.

Jenis penelitian ini kualitatif lapangan dengan pendekatan yang

digunakan adalah: yuridis, sosiologis, dan normatif syar’i. Adapun

sumber data penelitian ini adalah sumber data primer dengan cara

turun langsung kelapangan dan data sekunder melalui studi

kepustakaan. Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan

adalah wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pungutan liar adalah

pungutan yang melebihi ketentuan yang ada atau pungutan yang tidak

resmi yang dilakukan oleh pejabat negara dalam memperkaya diri

sendiri. Pungutan terjadi karena adanya peluang dari pejabat dan

masyarakat itu sendiri. Dalam hukum Islam Pungutan Termasuk

perbuatan yang haram karena mengandung unsur Kezaliman. Adapun

2 Andi Anisa Tenri Bintoeng. Tinjauan Kriminologis Terhadap Pungutan Liar Oleh

penyelenggara Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus Di Kota Makasar Tahun

2015-2017) (Universitas Hasanuddin, 2018).

14

yang sudah dilakukan oleh satuan tugas sapu bersih pungutan Takalar

yaitu dengan melakukan sosialisasi ke kantor pelayanan masyarakat,

membuat baliho, memberi himbauan kepada masyarakat3.

d. Sanjaya Bayu Akbar, mahasiswa hukum Universitas Muhammadiyah

Malang, dibuat pada tahun 2018, dengan judul penelitannya adalah

“Peran Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar Kota Malang

Dalam Mengurangi Tindak Pidana Pungutan Liar”. Penelitian ini

menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, sumber data

primer diperoleh dari lapangan dan sumber data sekunder dari

dokumentasi dan peraturan perundang-undangan dan teknik

pengumpulan datanya berupa wawancara dengan responden Satuan

Tugas Sapu Bersih Pungutan liar Kota Malang dan masyarakat yang

menjadi korban pungutan liar di Kota Malang sebagai pengambilan

data primer.

Hasil dari penelitian tersebut dianalisis secara deskriptif

kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, maka melihat peran Satuan

tugas Sapu bersih Pungutan liar Kota Malang kurang optimal, seperti

halnya minimnya laporan yang masuk terkait pungli, tidak bekerja

secara proaktif, kecilnya angka produktivitas yang dihasilkan oleh

Pokja-pokja yang dimiliki Satuan tugas Sapu bersih Pungutan liar

Kota Malang. Kesimpulannya Melihat lemahnya peran Satuan tugas

3 Syamsir Alam, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana Pungutan Liar (Studi Kasus Di

Kabaupaten Takalar. (Universitas Alauddin Makasar, 2017)

15

Sapu bersih Pungutan Kota Malang, maka prospek yang dihasilkan

kurang maksimal4.

Adapun di dalam penelitian ini antara keempat penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh para mahasiswa diberbagai universitas dengan

penelitian yang diteliti oleh penulis disini terdapat persamaan dan

perbedaan dalam penelitian tersebut. Persamaan yang dilakukan oleh

keempat penelitian terdahulu dengan penelitian yang diteliti oleh penulis

yaitu sama-sama membahas tentang pungutan dan penelitian yang

dilakukan sama-sama melakukan penelitian lapangan atau penelitian

empiris.

Sedangkan letak perbedaanya dari empat penelitian yang sudah

diuraikan dengan penelitian yang diteliti oleh penulis adalah pembahsan

ataupun tujuan yang akan di jelaskan. Penelitian yang diteliti oleh penulis

terfokus kepada titik kebutuhan padagang dalam pungutan sehingga

diperlukanya pandangan yang berdasarkan maslahah mursalah dalam

menyikapi realita yang terjadi di Car Free Day jalan Ijen kota Malang.

Tujuan dari penulisan ini yang paling utama adalah untuk

mengetahui bagaimana pelaksanaan praktek pungutan terhadap pedagang

di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang dan untuk mengetahui bagaiaman

pungutan terhadap pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

perspektif maslahah murshalah. Selain itu untuk menggali tingkat

kesadaran masyarakat dalam adanya hukum yang mengatur tentang

4 Sanjaya Bayu Akbar, Peran Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Kota Malang Dalam

Mengurangi Tindak Pidana Pungutan Liar . (Universitas Muhammadiyah Malang, 2018)

16

pungutan dan sehingga penyelenggara pelayanan publik dapat

memaksimalkan tugas yang sudah di amanti untuk mengatur system

perdagangan yang ada di Car free day jalan Ijen Kota Malang, dan

terlepas dari tujuan tersebut dalam praktek pungutan ini apa bisa

menimbulkan sebuah manfaat atau maslahah yang dapat menguntungkan

dalam transaksi antara anggota paguyuban berserta pedagang sehingga

dalam praktek pungutan dapat diterima dengan iklas dan menimbulakan

kebaikan yang saling menguntungkan sehingga hukum dasar akan praktek

pungutan akan menjadi diperbolehkan bila dalam peneltian menimbulkan

maslahah atau kemanfaatan dan menyampingkan kemuhdorotan.

Tabel 1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

Nama peneliti,

Perguruan

Tinggi, dan

Tahun

Judul Persamaan Perbedaan

Adissti Fauziah,

Universitas

Islam Sunan

Kalijaga

Yogyakarta

yang dibuat

tahun 2018.

Penanggulangan

Tindak Pidana

Pungutan Liar

Di Wilayah

Hukum Polres

Kota

Yogyakarta

Fokus

penelitian

pada

pungutan

dan

menggunakan

penelitian

Terletak pada

objek

penelitian

penanggulanga

n praktek

pungutan dan

penelitian

17

empiris. dilakukan di

Yogyakarta.

Andi Anisa

Tenri Bintoeng

Universitas

Hasanuddin

Makasar yang

dibuat pada

tahun 2018.

Tinjauan

Kriminologis

Terhadap

Pungutan Liar

Oleh

penyelenggara

Pendidikan Di

Sekolah

Menengah Atas

(Studi Kasus Di

Kota Makasar

Tahun 2015-

2017)

Fokus

penelitian

pada

pungutan

dan

menggunakan

penelitian

empiris.

Terletak pada

objek

penelitian

kriminologs

pungutan oleh

penyelenggara

pendidikan dan

penelitian

dilakukan di

Kota Makasar

Syamsir Alam,

Universitas

Alauddin

Makasar, yang

dibuat pada

tahun 2017.

Tinjauan Hukum

Islam Terhadap

Tindak Pidana

Pungutan Liar

(Studi Kasus Di

Kabupaten

Takalar)

Fokus

penelitian

pada

pungutan

dan

menggunakan

penelitian

Terletak pada

objek

penelitian yang

menekankan

hukum islam

pada pungutan

dan penelitian

18

empiris. dilakukan di

Kabupaten

Takalar.

Sanjaya Bayu

Akbar,

Universitas

Muhammadiyah

Malang, dibuat

pada tahun

2018

Peran Satuan

Tugas Sapu

Bersih Pungutan

Liar Kota

Malang Dalam

Mengurangi

Tindak Pidana

Pungutan Liar

Fokus

penelitian

pada

pungutan

dan

menggunakan

penelitian

empiris.

Terletak pada

objek peran

tugas satuan

sapu bersih

pungutan dan

penelitian

lakukan di Kota

Malang.

B. Kerangka Teori

1. Konsep Pungutan

a. Definisi Pungutan

Pungutan adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau

pegawai negeri sipil (PNS) atau pejabat negara dengan meminta

pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak berdasarkan

peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut5. Istilah lain

yang digunakan oleh masyarakat tentang pungutan adalah uang

sogokan, uang pelicin, atau salam tempel, lebih sederhananya

5 Fahmi Ramadhan Firdaus. “Pengertian Tentang Pungli”, http://www. kompasiana.com. 2017.

Diakses 10 November 2018, pukul 20:05 WIB

19

pungutan adalah interaksi antara petugas dengan masyarakat yang

didorong oleh kepentingan pribadi6.

Dalam kasus pungutan tidak terdapat secara pasti dalam

KUHP, namun demikian pungutan dapat disamakan dengan perbuatan

pidana pemerasan, penipuan, korupsi, dan gratifikasi yang diatur

dalam KUHP dan Undang-undang Tipikor sebagai berikut:

Pasal 378 KUHP Tentang Penipuan

"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai

nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun

dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk

menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang

maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan

pidana penjara paling lama 4 tahun."

b. Faktor Penyebab Pungutan

Faktor penyebab pungutan secara umum dapat diklasifikasikan

menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal berkaitan dengan pelaku pungutan sebagai pemegang amanat

berupa jabatan dan wewenang yang diembannya, antara lain:

a. Ingin memperoleh kemawan hidup

b. Kondisi sosial ekonomi

c. Lemahnya iman dari pelaku pungutan

d. Penyalahgunaan kekuasaan dan wewewnang

e. Rendahnya pendapatan penyelenggara negara

f. Kemiskinan dan keserakahan

6 Soedjono Dirdjosisworo. Pungli: Analisa Hukum & Kriminologi, Cetakan Ke-2 (Bandung: Sinar

Baru. 1983), 36 .

20

g. Budaya memberi upeti

h. Imbalan dan hadiah

i. Apatis/tidak mau tahu

j. Gagalnya pendidikan agama dan etika

Sedangkan faktor eksternal berupa sistem pemerintahan dan

kepemimpinan serta pengawasan yang tidak seimbang sehingga bisa

membuka peluang terjadinya pungutan . Yaitu:

a. Kelemahan mekanisme organisasi

b. Penegakan hukum yang tidak konsisten

c. Lemahnya pengawasan

d. Budaya permisif/serba membolehkan

c. Definisi Pungutan dalam Hukum Islam

Pungutan dalam hukum Islam disebut dengan Risywah

(Penyuapan). Secara etimologis kata risywah berasal dari bahasa Arab

yang masḍar atau verbal nounnya bisa dibaca رشوة - رشوة atau رشوة

(huruf ra‟-nya dibaca kasrah, fathah atau ḍammah) yaitu upah,

hadiah, komisi atau suap. Ibnu Manzhur juga mengemukakan

penjelasan Abul Abas tentang makna kata risywah, ia mengatakan

bahwa kata risywah mempunyai pengertian seperti anak burung

merengek-rengek ketika mengangkat kepalanya kepada induknya

untuk disuapi7.

7 H. M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Islam (Jakarta: Amzah 2011) 89.

21

Adapun secara terminologis, risywah adalah sesuatu yang

diberikan dalam rangka mewujudkan kemashlahatan atau sesuatu

yang diberikan dalam rangka membenarkan yang batil/salah atau

menyalahkan yang benar8.

Dalam sebuah kasus, risywah melibatkan tiga unsur utama,

yaitu pihak pemberi (al-rāsyi), pihak penerima pemberian tersebut (al-

murtasyi) dan barang bentuk dan jenis pemberian yang

diserahterimakan. Akan tetapi, dalam kasus risywah tertentu boleh

jadi bukan hanya melibatkan unsur pemberi, penerima, dan barang

sebagai objek risywah-nya, melainkan juga melibatkan pihak keempat

sebagai broker atau perantara antara pihak pertama dan kedua, bahkan

bisa juga melibatkan pihak kelima, misalnya, pihak yang bertugas

mencatat peristiwa atau kesepakatan para pihak dimaksud.

d. Dasar Hukum Dan Sanksi Pungutan Dalam Islam

Hukum perbuatan risywah disepakati oleh para ulama adalah

haram, khususnya risywah yang terdapat unsur membenarkan yang

salah dan atau menyalahkan yang mestinya benar. Akan tetapi, para

ulama menganggap halal sebuah bentuk suap yang dilakukan dalam

rangka menuntut atau memperjuangkan hak yang mesti diterima oleh

pihak pemberi suap atau dalam rangka menolak kezaliman,

kemudaratan, dan ketidakadilan yang dirasakan oleh pemberi suap.

8 H. M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Islam. 89.

22

Berkaitan dengan sanksi hukum bagi pelaku risywah,

tampaknya tidak jauh berbeda dengan sanksi hukum bagi pelaku

ghulul, yaitu hukum takzir sebab keduanya tidak termasuk dalam

ranah qisas dan hudud. Dalam hal ini, Abdullah Muhsin al-Thariqi

mengemukakan bahwa sanksi hukum pelaku tindak pidana suap tidak

disebutkan secara jelas oleh syariat (Alquran dan hadis), mengingat

sanksi tindak pidana risywah masuk dalam kategori sanksi-sanksi

ta’zir yang kompetisinya ada di tangan hakim. Untuk menentukan

jenis sanksi yang sesuai dengan kaidah-kaidah hukum Islam dan

sejalan dengan prinsip untuk memelihara stabilitas hidup

bermasyarakat sehingga berat dan ringannya sanksi hukum harus

disesuaikan dengan jenis tindak pidana yang dilakukan, disesuaikan

dengan lingkungan di mana pelanggaran itu terjadi, dikaitkan dengan

motivasi-motivasi yang mendorong sebuah tindak pidana dilakukan9.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Alquran memang

tidak menyebutkan sanksi bagi pelaku risywah10. Misalnya dua fiman

Allah SWT berikut ini:

9 H. M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Islam, 103. 10 M. Nurul Irfan, Gratifiksi dan Kriminalitas Seksual Dalam Hukum Pidana Islam (Jakarta:

Amzah 2014) 47.

23

“Dan janganlah (sebagian) kamu memakan harta sebagian

yang lain di antara kamu dengan jalan batil dan (janganlah) kamu

membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat

memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan

berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”. (QS al-Baqarah: 188).

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita

bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi)

datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah

(perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika

kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi

mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara

mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil,

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil”. (Al-Maidah:

42)

Kedua ayat ini dipahami oleh ulama memiliki hubungan yang

sangat erat dengan tindakan risywah walaupun dalam kedua ayat ini

tidak dijelaskan tentang sanksi, jenis dan tata laksana pemberian

sanksi tersebut para pihak yang terlibat tetap harus dihukum sebab

terdapat hadis yang menyatakan bahwa semua pihak yang terlibat

dinyatakan terlaknat.

24

Dalam beberapa hadis tentang risywah, disebutkan dengan

pernyataan:

“Allah melaknat penyuap dan penerima suap”.

Para pihak yang terlibat dalam risywah dinyatakan terlaknat

atau terkutuk, hal ini menjadikan risywah dikategorikan ke dalam

daftar dosa-dosa besar11. Namun, karena tidak ada ketentuan tegas

tentang jenis dan tata cara menjatuhkan sanksi maka risywah

dimasukkan dalam kelompok tindak pidana takzir. Abdul Aziz Amir

mengatakan bahwa karena dalam teks-teks dalil tentang tindak pidana

risywah ini tidak disebutkan jenis sanksi yang telah ditentukan maka

sanksi yang diberlakukan adalah hukuman ta’zir12.

Lebih lanjut al-Thariqi menjelaskan bahwa sanksi atau ta’zir

bagi pelaku jarimah/tindak pidana risywah merupakan konsekuensi

dari sikap melawan hukum Islam dan sebagai konsekuensi dari sikap

menentang/bermaksiat kepada Allah. Oleh karena itu, harus diberi

sanksi tegas yang sesuai dan mengandung (unsur yang bertujuan)

untuk menyelamatkan orang banyak dari kejahatan para pelaku tindak

pidana, membersihkan masyarakat dari para penjahat, lebih-lebih

budaya suap-menyuap termasuk salah satu kemunkaran yang harus

diberantas dari sebuah komunitas masyarakat, sebagaimana sabda

11 H. M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Islam .103 12 H. M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Islam.104.

25

Rasulullah, “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran

maka ubahlah kemungkaran itu dengan tangannya....” (HR. Muslim,

al-Tirmidzi, al-Nasa’i, dan Ahmad). Mencegahkemungkaran dengan

tangan sebagaimana perintah dalam hadis pada dasarnya merupakan

tugas pemerintah dan instansi yang berwenang untuk mencegah

kemungkaran tersebut13.

Pernyataan al-Thariqi memang sangat logis, yaitu bahwa

kemungkaran-kemungkaran yang terjadi di masyarakat, apalagi

kemungkaran kolektif seperti problem suap-menyuap merupakan

salah satu bentuk korupsi di Indonesia, harus ditangani langsung oleh

pemerintah dan bekerja sama dengan semua komponen bangsa. Sebab,

tidak mungkin individu-individu tertentu akan berusaha memberantas

tradisi korupsi yang terjadi di hampir semua lini dan sektor kehidupan.

Upaya pemerintah selama ini bukan hanya di masa reformasi bahkan

sejak Orde lama dan Orde Baru berbagai peraturan dan sederet

undang-undang telah bermunculan untuk berupaya memberantas

korupsi, tetapi seperti yang bisa dilihat hasilnya masih belum

memuaskan.

Beberapa peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk

menanggulangi dan memberantas korupsi di negeri ini sudah jauh

lebih baik dan ideal bila dibandingkan dengan konsep yang masih

merupakan doktrin hukum yang terdapat dalam kitab-kitab fiqih.

13 M. Nurul Irfan, Gratifiksi dan Kriminalitas Seksual Dalam Hukum Pidana Islam, 49.

26

Berbagai peraturan perundang-undangan merupakan bentuk konkret

dari konsep ta’zir yang ditawarkan oleh fiqh jinayah, yaitu sebuah

sanksi hukum yang tidak dijelaskan secara tegas mengenai jenis dan

teknis serta tata cara pelaksanaannya oleh Alquran dan hadis-hadis

Rasulullah, melainkan diserahkan kepada pemerintah dari hakim

setempat.

2. Konsep Pedagang

a. Definisi Pedagang

Perdagangan pada zaman dahulu adalah sebuah bentuk yang

disebut dengan dagang tukar, jika seseorang ingin memiliki sesuatu

yang tidak dapat dibuatnya sendiri ia berusaha memperolehnya

dengan cara bertukar. Yakni dengan suatu barang yang tidak perlu

baginya, demikianlah hanya barang dengan barang sajalah yang

dipertukarkan (pertukaran in natura) misalnya tembakau dengan padi.

Sedangkan pengertian pedagang sendiri dijelaskan dalam pasal 2

(lama) KUHD14 yang berbunyi “pedagang adalah mereka yang

melakukan perbuatan perniagaan (daden van koophandel) sebagai

pekerjaanya sehari-hari” sedangkan perbuatan perniagaan adalah

terfokus dalam perbuatan pembelian, sedangkan perbuatan penjualan

tidak termasuk kedalamnya karena perbuatan penjualan merupakan

tujuan dari perbuatan pembelian tersebut (membeli barang untuk

menjualnya kembali).

14 Farida Hasyim, Hukum Dagang (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), 2.

27

b. Kategori Pedagang

Secara sederhana penegrtian Pedagang adalah mereka yang

melakukan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaannya sehari-hari.

Perbuatan perniagaan pada umumnya merupakan perbuatan pembelian

barang untuk dijual lagi15. Pedagang dapat dikategorikan menjadi:

a) Pedagang Menengah/ Agen/ Grosir adalah pedagang yang

membeli atau mendapatkan barang dagangannya dari distributor

atau agen tunggal yang biasanya akan diberi daerah kekuasaan

penjualan/ pedagang tertentu yang lebih kecil dari daerah

kekuasaan distributor.

b) Pedagang Eceran/ Pengecer adalah pedagang yang menjual

barang yang dijual langsung ke tangan pemakai akhir atau

konsumen dengan jumlah satuan atau eceran.

Uraian yang di atas dapat ditarik kesimpulan pemahaman

tentang perilaku pedagang yang terjadi saat ini, perilaku pedagang

adalah suatu tanggapan atau reaksi pedagang terhadap rangsangan

atau lingkungan yang ada di sekitar. Perilaku pedagang juga

merupakan sebuah sifat yang dimiliki oleh setiap orang pedagang,

untuk menangkap reaksi yang telah diberikan oleh lingkungan

terhadap keadaan yang telah terjadi sekarang.

15 C.S.T. Kensil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 15.

28

3. Definisi Car Free Day

Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau dalam bahasa

Inggris disebut sebagai Car Free Day bertujuan untuk

mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan

ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Kegiatan

ini biasanya didorong oleh aktivis yang bergerak dalam bidang

lingkungan dan transportasi. Tema penting dalam hari bebas

kendaraan bermotor, adalah “tinggalkan kendaraan bermotor di rumah

dan berjalan kakilah atau gunakan kendaraan tidak bermotor atau pun

menggunakan kendaraan umum untuk perjalanan panjang16”.

Setelah keberhasilan Car Free Day di Jakarta yang diikuti

antusiasme masyarakat, kegiatan hari tanpa kendaraan bermotor

diselenggarakan juga di Kota Malang yang dipusatkan di sepanjang

jalan Ijen (Ijen Boulevard). Car free day ini diluncurkan pada 18

Desember 2011 oleh Wali kota Malang saat itu. Selain jalan-jalan dan

naik sep1eda, masyarakat juga disuguhkan dengan Pasar Minggu yang

menyediakan jajanan khas di pagi hari di Jl. Semeru dan sekitarnya.

4. Konsep Maslahah Mursalah

a. Definisi Maslahah

Maslahah (مصلحة) berasal dari kata shalaha (صلح) dengan

penambahan “alif” diawalnya yang secara arti kata berarti “baik”

lawan dari kata “buruk” atau “rusak”. Ia adalah mashdar dengan arti

16 Wikipedia, Hari Bebas Kendaraan Bermotor,

https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_bebas_kendaraan_bermotor . Diakses pada tanggal 24 Februari

2019 pada pukul 15:31 WIB

29

kata shalȃh (صلاح) yaitu “manfaat” atau “terlepas daripadanya

kerusakan”. Kata maslahah yang dalam Bahasa Indonesia dikenal

dengan maslahat, maslahah ini secara bahasa atau secara etimologi

berarti manfaat, faedah, bagus, baik, kebaikan, guna atau kegunaan17.

Maslahah merupakan bentuk masdar (adverd) dari fi’il (verb) salaha.

Dengan demikian terlihat bahwa, kata maslahah dan kata manfaat

yang juga berasal dari Bahasa Arab mempunyai makna atau arti yang

sama atau dijelaskan sebagai “perbuatan-perbuatan yang mendorong

kepada kebaikan manusia”.

Sedangkan menurut istilah syara’ atau epistemology,

maslahah dalam artian bukan hanya didasarkan pada pertimbangan

akal dalam menilai baik buruknya sesuatu, bukan pula karena dapat

mendatangkan kenikmatan dan menghindarkan kerusakan; tetapi lebih

jauh yaitu bahwa apa yang dianggap baik oleh akal juga harus sejalan

dengan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum yaitu memelihara

lima prinsip pokok kehidupan.

Maslahah diartikan oleh para ulama Islam dengan rumusan

hampir bersamaan, di antaranya Al-Khawarizmi menyebutkan,

maslahah adalah memelihara tujuan hukum Islam dengan menolak

bencana/kerusakan/hal-hal yang merugikan diri manusia. Sedangkan

ulama telah berkonsensus, bahwa tujuan hukum Islam adalah untuk

memelihara agama, akal, harta, jiwa dan keturunan atau kehormatan.

17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, cet ke 2, 1996) 634.

30

Tidak jauh berbeda dengan al-Khawarizmi di atas, al-Ghazali

merumuskan maslahah sebagai suatu tindakan memlihara tujuan

syara’ atau tujuan hukum Islam, sedangkan tujuan hukum Islam

menurut al-Ghazali adalah memelihara lima hal diatas. Setiap hukum

yang mengandung tujuan memelihara salah satu dari lima hal diatas

disebut maslahah, dan setiap hal yang meniadakannya disebut

mafsadah, dan menolak mafsadah disebut maslahah.18

Dalam kaitannya dengan ini, al-Syatibi mengartikan maslahah

dari dua pandangan, yaitu dari segi terjadinya maslahah dalam

kenyataan dan dari segi tergantungnya tuntutan syara’ kepada

maslahah.

1) Dari segi terjadinya maslahah dalam kenyataan, berarti sesuatu

yang kembali kepada tegaknya kehidupan manusia, sempurna

hidupnya, tercapai apa yang dikehendaki oleh sifat syahwati dan

aklinya secara mutlak.

2) Dari segi tergantungnya tuntutan syara’ kepada maslahah, yaitu

kemaslahatan yang merupakan tujuan dari penetapan hukum

syara’. Untuk menghasilkannya Allah menuntut manusia untuk

berbuat.

b. Jenis-jenis Maslahah

Kekuatan maslahah dapat dilihat dari segi tujuan syara’ dalam

menetapkan hukum. Juga dapat dilihat dari segi tingkat kebutuhan dan

18 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Kencana, 2014), 367.

31

tuntutan kehidupan manusia kepada lima prinsip pokok kehidupan

yaitu agama, akal, harta, jiwa dan keturunan atau kehormatan..

1) Dari segi kekuatannya sebagai hujah dalam menetapkan hukum,

maslahah ada tiga macam, yaitu:

a) Mashlahah dharȗriyah (مصلحة الضرورية( adalah kemaslahatan yang

keberadaannya sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia; artinya,

kehidupan manusia tidak punya arti apa-apa bila satu saja dari

prinsip yang lima itu tidak ada. Segala sesuatu yang secara

langsung menjamin atau menuju pada keberadaan lima prinsip

tersebut adalah baik atau maslahah dalam tingkat dharȗri.19

b) Maslahah hȃjiyah (مصلحة الحاجية) adalah kemaslahatan yang tingkat

kebutuhan hidup manusia kepadanya tidak berada pada tingkat

dharȗri. Bentuk kemaslahatannya tidak secara langsung bagi

pemenuhan kebutuhan pokok yang lima, tetapi secara tidak

langsung menuju ke arah sana seperti dalam hal memberi

kemudahan bagi pemenuhan kehidupan manusia.

Seperti dalam hal menuntut ilmu agama untuk tegaknya

agama; makan untuk kelangsungan hidup; mengasah otak untuk

sempurnanya akal; melakukan jual beli untuk mendapatkan harta.

Semua itu merupakan perbuatan baik atau maslahah dalam tingkat

hȃji.

19 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, 371.

32

c) Maslahah tahsȋniyah (مصلحة التحسنية) adalah maslahah yang

kebutuhan hidup manusia kepadanya tidak sampai tingkat dharȗri,

juga tidak sampai tingkat hȃji; namun kebutuhan tersebut perlu

dipenuhi dalam rangka memberi kesempurnaan dan keindahan bagi

hidup manusia.

Tiga bentuk maslahah tersebut, secara berututan

menggambarkan tingkatan peringkat kekuatannya. Yang kuat adalah

maslahah dharȗriyah, kemudian dibawahnya adalah maslahah

hȃjiyah dan berikutnya maslahah tahsȋniyah. Dharȗriyah yang lima

itu juga berbeda tingkat kekuatannya, yang secara berurutan adalah:

agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Perbedaan tingkat kekuatan

ini terlihat bila terjadi perbenturan kepentingan antar sesamanya.

Dalam hal ini harus didahulukan dharȗri atas hȃji; dan didahulukan

hȃji atas tahsȋni.

2) Dari segi kandungan maslahah, ulama Ushul Fiqh membaginya

kepada dua bagian, yaitu:

a) Maslahah al-Ammah, yaitu kemaslahatan umum yang menyangkut

kepentingan orang banyak. Kemaslahatan umum itu tidak berarti

untuk kepentingan semua orang, tetapi bias berbentuk kepentingan

mayoritas umat.

b) Maslahah al-Khashshah, yaitu kemaslhatan pribadi dan ini sangat

jarang sekali, seperti kemaslahatan yang berkaitan dengan

33

pemutusan perkawinan seseorang yang dinyatakan hilang

(mafqud).

3) Dari adanya keserasian dan kesejalanan anggapan baik oleh akal itu

dengan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum, ditinjau dari maksud

usaha mencari dan menetapkan hukum, maslahah itu juga disebut

dengan munȃsib, maslahah terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a) Maslahah al-Mu’tabarah (مصلحة المعتبرة), yaitu maslahah yang

diperhitungkan oleh syȃri’, baik langsung maupun tidak langsung,

yang memberikan penunjuk pada adanya maslahah yang menjadi

alasan dalam menetapkan hukum.

Dari langsung tidaknya petunjuk (dalili) terhadap

maslahah tersebut, maslahah terbagi menjadi dua:

1. Munȃsib mu’atstsir (المناسب المئثر), yaitu ada petunjuk langsung

dari pembuat hukum (Syari’) yang memerhatikan maslahah

tersebut. Maksudnya, ada petunjuk syara’ dalam bentuk nash

atau ijma’ yang menetapkan bahwa maslahah itu dijadikan

alasan dalam menetapkan hukum.

2. Munȃsib mulȃim (المناسب الملائم), yaitu tidak ada petunjuk

langsung dari syara’ baik dalam bentuk nash atau ijma’ tentang

perhatian syara’ terhadap maslahah tersebut, namun secara

tidak langsung ada. Maksudnya, meskipun syara’ secara

langsung tidak menetapkan suatu keadaan menjadi alasan untuk

34

menetapkan hukum yang disebutkan, namun ada petunjuk

syara’ bahwa keadaan itulah yang ditetapkan.

b) Maslahah al-Mulghah (المصلحة الملغاة), atau maslahah yang ditolak,

yaitu maslahah yang dianggap baik oleh akal tetapi tidak

diperhatikan oleh syara’ da nada petunjuk syara’ yang menolaknya.

Contoh yang sering terjadi di masyarakat yaitu mengenai

emansipasi wanita. Hal ini dianggap kedudukan wanita sama

halnya dengan laki-laki demikian juga dalam hal memperoleh harta

warisan. Namun, hukum Allah telah jelas dan ternyata berbeda

dengan apa yang dikira baik oleh akal, yaitu hak waris anak laki-

laki adalah dua kali lipat hak waris anak perempuan.

c) Maslahah al-Mursalaat (المصلحة المرسلة) atau yang biasa disebut

Istihlah (الاستصلاح), yaitu apa yang dipandang baik oleh akal,

sejalan dengan menetapkan hukum; namun tidak ada petunjuk

syara’ yang memperhitungkannya dan tidak ada pula petunjuk

syara’ yang menolaknya.

c. Definisi Maslahah Mursalah

Maslahah mursalah terdiri dari dua kata yang hubungan

keduanya dalam bentuk sifat-maushuf, atau dalam bentuk khusus

yang menunjukkan bahwa ia merupakan bagian dari al-mashlahah.

Tentang arti maslahah telah dijelaskan sebelumnya, sedangkan kata

al-mursalah adalah isim maf‟ul dari fi‟il madhi tsulasi dengan

panambahan “alif” dipangkalnya sehingga secara etimologis berarti

35

terlepas atau bebas. Kata terlepas atau bebas ini bila dihubungkan

dengan kata maslahah maksudnya terlepas atau bebas dari

keterangan yang menunjukkan boleh atau tidaknya dilakukan20.

Sedangkan Wahbah Zuhaili menjelaskan maslahah mursalah

adalah beberapa sifat yang sejalan dengan tindakan dan tujuan syara

“tetapi tidak ada dalil tertentu dari syara” yang membenarakan atau

menggugurkan, dan dengan ditetapkannya hukum padanya akan

tercapai kemaslahatan dan tertolak kerusakan dari manusia. Jadi

maslahah mursalah adalah kemaslahatan yang tidak memiliki dasar

sebagai dalilnya dan juga tidak ada dasar sebagai dalil yang

membenarkanya.

Sedangkan menurut asy-Syatibi dari golongan mazhab

Malikiyah sebagai orang yang paling popular dan kontropersi

pendapatnya tentang maslahah mursalah mengatakan bahwa

maslahah itu (maslahat yang tidak ditunjukkan oleh dalil khusus

yang membenarkan atau membatalkan) sejalan dengan tindakan

syara’.

Dari beberapa defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan

tentang hakikat maslahah mursalah yaitu sesuatu yang baik menurut

akal dengan pertimbangan dapat mewujudkan kebaikan dan

menghindarkan keburukan bagi manusia, dimana apa yang baik

menurut akal juga selaras dengan tujuan syara menetapkan hukum

20 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 2, 354.

36

dan apa yang baik menurut akal dan selaras dengan tujuan syara

tersebut tidak ditemukan petunjuknya secara khusus baik berupa

pengakuannya maupun penolakannya. Maslahah mursalah dalam

beberapa literatur disebut dengan maslahah muthlaqah atau munasib

mursal dan ada juga yang mengistilahkannya dengan istislah.

Perbedaan penamaan ini tidak membawa perbedaan pada hakikat

pengertiannya.

Jumhur ulama ushul fiqh sepakat menyatakan bahwa

maslahah mursalah secara prinsipnya dapat dijadikan sebagai salah

satu alasan menetapkan hukum sekalipun dalam penerapan dan

penempatan syaratnya mereka berbeda pendapat. Menurut ulama

Hanafiyah, untuk menjadikan maslahah mursalah sebagai dalil

disyaratkan maslahah tersebut berpengaruh terhadap hukum. Artinya

ada ayat, hadis atau ijma’ yang menunjukkan bahwa sifat yang

ditunjuk sebagai kemaslahatan itu merupakan suatu illat (motivasi

hukum) dalam penetapan suatu hukum, atau jenis hukum yang

menjadi sifat motivasi hukum tersebut dipergunakan oleh nash

sebagai motivasi suatu hukum21.

Dengan demikian, menurut Hanafiyah, menghilangkan

kemudaratan termasuk dalam konsep maslahah mursalah dan dapat

dijadikan sebagai salah satu metode penetapan hukum dengan syarat

sifat kemaslahatan itu terdapat dalam nash atau ijma’ dan jenis

21 Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, (Depok: Elsa, 2018) 160.

37

kemaslahatan itu sama dengan jenis sifat yang didukung oleh nash

atau ijma’. Untuk menjadikan maslahah mursalah sebagai dalil

penetapan hukum, ulama Hanafiyah menetapkan persyaratan yaitu

1. Kemaslahatan tersebut sesuai dengan kehendak syara‟ dan

termasuk ke dalam kemaslahatan yang didukung nash secara

umum.

2. Kemaslatan tersebut bersifat rasional dan pasti, bukan sekedar

perkiraan sehingga hukum yang ditetapkan melalui maslahah

mursalah itu benar-benar memberikan manfaat dan menghindari

kemudaratan

3. Kemaslahatan tersebut menyangkut orang banyak, bukan

kepentingan pribadi atau kelompok kecil tertentu22.

d. Syarat-Syarat Menjadikan Hujjah Maslahah Mursalah

Syarat dasar pembentukan hukum maslahah mursalah

sebagai berikut:

1) Berupa maslahah yang sebenarnya, bukan maslahah yang

bersifat dugaan. Yang dimaksud dengan ini yaitu agar dapat

direalisir pembentukan hukum suatu kejadian itu, dan dapat

mendatangkan keuntungan atau menolak madharat.

2) Berupa maslahah yang umum, bukan maslahah yang

perseorangan. Yang dimaksud dengan ini yaitu agar dapat

direalisir bahwa dalam pembentukan hukum suatu kejadian dapat

22 Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, (Depok: Elsa, 2018) 163.

38

mendatangkan keuntungan kepada kebanyakan umat manusia,

atau dapat menolak madharat dari mereka, dan bukan

mendatangkan keuntungan kepada seseorang atau beberapa orang

saja diantara mereka.

3) Pembentukan hukum bagi maslahah ini tidak bertentangan

dengan hukum atau prinsip yang telah ditetapkan oleh nash atau

ijma’. Jadi tidak sah mengakui maslahah yang menuntut adanya

kesamaan hak diantara anak laki-laki dan perempuan dalam hal

pembagian harta warisan.23

4) Maslahah mursalah diamalkan dalam kondisi yang

memerlukan, yang seandainya masalahnya tidak diselesaikan

dengan cara ini, maka umat akan berada dalam kesempitan hidup,

dengan arti harus ditempuh untuk menghindarkan umat dari

kesulitan.24

23 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh), (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1996), 131. 24 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, 383.

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ketiga tentang metode penelitian yang merupakan tujuh bagian yang

meliputi, jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, metode

pengambilan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan

metode pengolahan data. Paparan selanjutnya sebagai berikut.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian empiris, yaitu penelitian yang didasarkan pada fakta, realita, dan

permasalahan yang ada dalam masyarakat.25 Pendekatan empiris dilakukan

dengan meneliti langsung ke lapangan yaitu dengan melakukan observasi dan

wawancara dengan pihak terkait mengenai pungutan yang dilakukan oleh

Paguyuban terhadap pedagang yang berdagang di Car Free Day Jalan Ijen

Kota Malang.

Setelah data yang digunakan terkumpul kemudian menuju ke

identifikasi masalah dan menuju ke penyeleseian masalah yang di telaah

berdasarkan hukum Islam yang terfokus ke maslahah mursalah, sedangkan

mengenai objeknya adalah Paguyuban dan pedagang yang berada di Car Free

Day Jalan Ijen Kota Malang.

25 Soerjono Soekanto, Pengantar penelitian Hukum, (Jakarta:Universitas Indonesia Press, 1986),

46

40

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatakan yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang berbsis pada norma

hukum normatif (peraturan perundang-undang), tapi bukan mengkaji

mengenai sistem norma dalam aturan perundangan, namun mengamati reaksi

dan interaksi yang terjadi ketika norma itu bekerja dalam masyarakat26.

C. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis meneliti atau melakukan observasi

langsung kepada kordinator paguyuban dan pedagang yang ada di Car Free

Day Jalan Ijen Kota Malang.

D. Metode Pengambilan Sampel

Suatu penelitian tidak dapat dilakukan terhadap semua yang menjadi

objek penelitian, oleh karena agar penelitian dapat dilakukan perlu ditempuh

dengan cara-cara tertentu seperti pengakjian objek dan penyeldikan yang

dapat dilakukan untuk pengambilan sample atau hasil. Cara ini dilakukan

dengan mengabil beberapa atau sebagian saja yang di anggap resperenatif dan

penting yang dapat mewakili suatu objek penelitian tersebut.

Berekenan dengan hal tersebut yang menjadi sampel dalam penelitian

ini adalah pendapat para pedagang dengan adanya pungutan yang dilakukan

oleh oknum yang mengatas namakan mereka dengan Paguyuban dan sumber

wawancara dari kordinator paguyuban tentang system kerja dan fungsi

paguyuban tersebut. Alasan penulis meneliti dalam sampel ini dikarenakan

26 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum (Bandung: CV. Bandung Maju, 2008),

159.

41

ingin membahas dalam prepektif atau pandangan maslahah mursalah tentang

adanya pungutan terhadap para pedagang di Car Free Day jalan Ijen Kota

Malang.

Tehnik pengambilan sample penelitian ini adalah purposive sample

yakni metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan cermat sehingga

relevan dalam penelitian yang mempunyai ciri-ciri dan karakteristik

tertentu27, karakteristik dan ciri-ciri sampel disini adalah para pedagang dan

anggota paguyuban yang berinteraksi secara langsung dalam kegiatan Car

Free Day jalan Ijen Kota Malang.

E. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah berupa

data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari hasil

empiris yang dilakukan di dalam masyarakat. Sumber data primer dalam

penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan kordinator paguyuban

yang berwenang yaitu Bapak Yadi yang memegang kawasan dekat

Museum Brawijaya, dan para pedagang yang dipilih secara acak seperti

mengambil satu pedagang cilok dari banyaknya pedagang cilok yang ada

di kawasan tersebut. Yang meliputi hasil dari wawancara adalah setuju

atau tidaknya para pedagang dengan adanya pungutan yang dilakukan

oleh anggota paguyuban dan hal positif yang menjadi manfaat atas

27 Djarwanto, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1998), 15.

42

adanya paguyupan di kawasan pedagang Car Free Day jalan Ijen Kota

Malng.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang lebih dulu di kumpulkan dan di

laporkan oleh orang di luar penyusunan sendiri melalui studi

kepustakaan, buiku, literature, surat kabar, dokumen, Peraturan

Perundang-undangan, laporan dan sumber data tertulis lainya yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti penulis yaitu tentang pungutan

terhadap pedagang di Car Free Day jalan Ijen Kota Malang perspektif

maslahah mursalah.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam upaya mengumpulkan data penulis menggunakan metode

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi lapangan / wawancara

Tehnik pengumpulan data ini dengan cara penulis terjun langsung

kelokasi penelitian dengan tujuan memperoleh data data yang dikehendaki

lengkap dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait

seperti kordinator paguyuban dan para pedagang yang ada di Car Free

Day jalan Ijen Kota Malang. Percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang di

wawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu28.

Dalam penelitia ini penulis melakukan metode wawancara nonstruktural

28 Amiruddin, Pengantar Penelitin Hukum (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), 270.

43

atau secara langsung tanpa adanya persiapan peranyaan dalam praktek

wawancara tersebut, penulis dalam penelitian ini mewawancarai Bapak

Yadi yang ada di kawasan perdagangan sebelah Museum Brawijaya di

Car Free day jalan Ijen Kota Malang dan para pedagang yang di ambil

secara acarak seperti pegadang Tanaman Hias, pegadang Kebab, pedagang

Cilok,pedagang Rajut, pedagang Es Jeruk Peras, pedagang Beanie, dan

masih banyak lagi dengan mengambil jawaban dari meraka atas adanya

pungutan yang terjadi terhadap para pedagang. Dan manfaat adanya

paguyuban yang ada di antara para pedagang.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu suatu pengumpulan data dengan cara

menginventarisasi dan mempelajari peraturan hukum Islam, buku-buku,

tulisan-tulisan, dan dokumen-dokumen yang lain, dengan semua data

tersebut yang berhubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis, di

sini permasalahan yang menjadi bahan pertinjaun adalah tentang maslahah

mursalah dalam pungutan terhadap pedagang.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan penting

baik dari lembaga atau organisasi maupun perorangan29. Dokumentasi

dalam penelitian ini adalah berupa pengambilan gambar atau foto peneliti

dengan para sumber wawancara untuk memperkuat hasil penelitian.

29 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Press, 2005), 35.

44

G. Metode Pengolahan Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data

ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan oleh data.

Dari musan atas dapat kita tarik garis besarnya bahwa analisis data

bermaksud untuk mengumpulan data. Setelah data dari lapangan terkumpul

dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka penulis akan

mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis

secara kualitatif.

Analisis kualitatif adalah suatu tehnik ang menggambarkan dan

menginterprestasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan

perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada

saat itu. Sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh

tentang keadan sebenarnya30.

Setelah berbagai macam data terkumpul dari hasil pengumpulan data,

maka proses selanjutnya adalah mengelola data atau menganalisis data,

tujuanya adalah aagar memperoleh data yang terstruktur baik dan sistematis.

30 Rony Hanitijo, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimeter, (Jakarta: Ghalis, 1994), 57.

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab keempat ini menyajikan butiran paparan data temuan penelitian dan

hasil penelitian, berikut pemaparanya.

A. Deskripsi Objek Penelitian

Pedagang yang berjualan di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

dalam penelitian ini adalah pedagang yang berjualan pada hari Minggu setiap

bulanya dalam kegiatan Car Free Day yang pelaksanaanya berada di

sepanjang Jalan Ijen Kota Malang. Pedagang di sini sangat beragam mulai

dari pedagang jajanan, pedagang baju, pedagang kerudung, pedagang sandal,

pedagang rajutan hias, pedagang makanan dan minuman dingin, dan masih

banyak lagi pedagang-pedagang yang mencari rezeki di Car Free Day Jalan

Ijen Kota Malang.

Sebetulnya dalam rangkaian kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota

Malang tidak diperkenankan adanya pedagang yang berdagang sehingga

dalam kegiatan ini harus bersih dari adanya pedagang yang berdagang

sepanjang jalan Ijen Kota Malang seperti yang di katakana oleh Ibu lia selaku

HRD Radio Jawa Pos Radar Malang.

“Kegiatan Car Free Day dalam sejarahnya tidak diperbolehkan adanya

pedagang yang berjualan sepanjang Jalan Ijen, dikarenakan akan

mengganggu kegiatan karena mengurangi tempat atau mempersempit

jalan untuk olahraga antara lain untuk Senam Zumba yang dipandu oleh

Radio Radar Malang Jawa Pos dan jalan-jalan atau lari-lari yang

dilakukan masyarakat untuk berolahraga, sehingga pedagang hanya

diperboehkan di kawasan Pasar Minggu, dan kegiatan Car Free Day Jalan

Ijen Kota Malang gratis tanpa adanya pungutan atau biaya buat

46

masyarakat yang ingin meramaikan kegiatan ini karena kegiatan ini

diadakan dan bertujuan untuk masyarakat sebagai wadah untuk

bersosialisi sesama masyarakat dan menyediakan tempat untuk

berolahraga dalam ruang terbuka yang nyaman dan aman31.”

Sehingga pedagang yang berjualan dalam kegiatan ini menyebar di

jalan terusan atau sambungan yang mengarah langsung ke jalan Ijen Kota

Malang. Seperti pedagang yang peneliti observasi berada di kawasan

Museum Brawijaya Kota Malang. Dengan adanya pedagang yang banyak

jumlahnya maka menjadi alasan berdirinya suatu kumpulan atau kelompok

yang mengatas namakan dengan paguyuban. Asal mula berdirinya

Paguyuban ini adalah sekumpulan tukang pakir yang ada di kegiatan Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang berinisiatif untuk menampung, mengelola,

menertibkan dan menjaga keamanan pedagang yang berdagang di kawasan

Museum Brawijaya Kota Malang. Seperti yang di jelaskan oleh bapak Yadi

selaku kordinator Paguyuban yang berwenang.

“Sejarahnya kita itu tukang parkir mbak, kita bukan pedagang yang ada

di kegiatan ini, kita kasian karena pedagang yang berada di Jalan

Pahlawan Trip itu dibubarkan, maka dari itu kita tampung pedagangnya,

kita taruh di sebelah kawasan Museum Brawijaya ini, saya izinkan ke

Satpol PP dengan alasan tidak mengganggu rumah sakit dan gereja32.”

Awal mula tukang parkir beroprasi di kawasan Pasar Minggu yang

letaknya di belakang Stadion Gajayana Kota Malang, di karenakan adanya

pembubaran Pasar Minggu sehingga para tukang parkir ini membuat

perkumpulan dengan naman “Paguyuban” yang beragotakan para tukang

parkir lainya yang beroprasi di sekitaran Jalan Ijen Kota Malang dalam

31 Yulianti, wawancara (Malang, 24 Januari 2019) 32 Yadi, wawancara (Malang 7 April 2019)

47

kegiatan Car Free Day selanjutnya para anggota Paguyupan tersebut

beroprasi di kawasan Museum Brawijaya selain itu bertepatan dengan adanya

pembubaran pedagang yang berada di dekat Gereja Katolik Santa Peraw an

Maria dan di dekat Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Husada Bunda

dikarenakan adanya pedagang yang berdagang di Jalan Pahlawan Trip terusan

Jalan Ijen sangat mengganggu kegiatan beribadatan setiap Hari Minggunya di

gereja tersebut dan menganggu akses jalan menuju RSIA Huasada Bunda33.

Sehingga para pedagang yang berasal dari pasar minggu ataupun yang

berasal dari kawasan geraja dan rumah sakit oleh Paguyuban tersebut di

tampung di kawasan daerah Museum Brawijaya Kota Malang, Dengan

memperoleh izin dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) maka

kumpulan Paguyuban ini bisa berjalan setiap Hari Minggunya di kegiatan Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang dengan menampung, mengelola,

menertibkan, dan menajaga para pedagang yang berjualan sehingga para

pedagang ini tertib dalam penataan segi tempat dan posisi agar tertata rapi.

Setiap anggota yang termasuk dalam Paguyuban tersebut mempunyai

pembagian peran masing-masing seperti ada yang mengatur dan menjaga

sepedah montor yang terparkir alias masih tetap berprofesi sebagai tukang

parkir, ada yang menjaga ketertiban pedagang dalam penetiban tempat

jualanya sehingga tidak ada yang melanggar atau menserobot tempat

pedagang lainya kareana sudah ditentukan luas dan lebarnya setiap pedagang

yang berdagang, ada yang bertugas dalam menjaga keamanan dari tindak

33 Yadi, wawancara (Malang 7 April 2019)

48

kriminalitas bagi para pembeli ataupun orang-orang yang berjalan-jalan

untuk melihat dan membeli setelah lelah dalam melakukan olahraga dalan

kegiatan Car Free Day dengan salah satunya sarana dengan memasang bener

“AWAS PENCOPET JAGA BARANG ANDA”, dan ada yang bertugas

dalam mengambil pungutan terhadap pedagang setiap minggunya untuk uang

kebersihan dan uang untuk parkir tempat pedagang.

B. Pelaksanaan Praktek Pungutan Terhadap Pedagang Di Car Free Day

Jalan Ijen Kota Malang.

Pelaksanaan praktek pungutan yang terjadi dalam kegiatan Car Free

Day Jalan Ijen Kota Malang berawal dari pembubaran pedagang yang berada

di Pasar Minggu, kawasan Gereja Katolik Santa Perawan Maria dan di dekat

Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Husada Bunda, sehingga para pedagang

ditampung di kawasan Museum Brawijaya Kota Malang oleh Paguyuban.

Sebelum didirikanya tempat untuk menampung semua pedagang tersebut di

kawasan Museum Brawijaya Kota Malang, Bapak Yadi sudah meminta izin

kepada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), sehingga kegiatan tersebut

berlansung sampai sekarang tanpa adanya hambatan dari pihak aparat

berwenang.

“Saya mintakan izin ke Satpol PP mbak biar aman, awal-awal kita disini

itu mau dibubarkan atau diminta oleh pihak museum, karna saya sudah

minta izin ke Satpol PP maka saya lawan dan saya pertahanin mbak,

karena ini masuk tanggung jawab kami untuk keamanan dan kenyaman

bagi para pedagang yang ikut Paguyuban saya34.”

34 Yadi, wawancara (Malang 7 April 2019)

49

Pelaksanaan praktek pungutan yang dilakukan oleh anggota

Paguyuban ada dua jenis pungutan yaitu pungutan pada awal tahun mengikuti

dan hanya dipungut sebanyak satu kali, pungutan ini disebut dengan biaya

administrasi seperti pendaftran untuk mengikuti atau bergabung ke

Paguyuban, dan jenis kedua pungutan yang dilakukan oleh anggota

Paguyuban adalah pungutan setiap Hari Minggunya pada saat kegiatan Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang berlangsung, pungutan ini untuk biaya

kebersihan setelah acara selesei dan uang untuk parkir tempat, dalam

pungutan yang kedua ini ada perbedaan dalam jumlah dikarenakan tergantung

pada lebar dan luas tempat pedagang tersebut berdagang.

Sepertihalnya yang dikatakan oleh Bpak Yadi menjelaskan system

pungutan yang dilakukan oleh Paguyuban untuk para pedagang

“Untuk system pungutan mbak semua saya pukul ratakan

setiap pedagangnya, awal untuk mengikuti itu saya tarik tiga ratus ribu

mbak, semua pedagang sama, uang ini bisa dicicil setiap minggunya, Dp

dulu seratus ribu dan perminggu bisa nyicil lima puluh-lima puluh di

minggu selanjutnya, dari uang ini pedagang nanti akan mendapatkan

kaos anggota paguyuban saya. Selanjutnya pungutan perminggunya

mbak, buat uang kebersihan dan uang tempat parkir mereka berjualan,

pungutan yang ini ada bedanya, kalua pedagang cilok hanya saya pungut

dua puluh ribu, beda kalua pedagang baju atau pedagang makanan kaya

nasi campur dan soto ayam kampong ini saya tarik tiga puluh ribu mbak,

kan tempatnya beda lebarnya ama pedagang cilok itu35”.

Pendaftran bagi pedagang yang akan mengikuti paguyuban tersebut

dikenai biaya administrasi pada awal tahun pertama mengikuti paguyuban

dan pembayaranya bisa dengan cara diansur atau dicicil setiap hari

Minggunya pada kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang, sehingga

35 Yadi, wawancara (Malang 7 April 2019)

50

tidak memberatkan pedagang yang akan mengikuti paguyuban. Biaya

administrasi tersebut sebanyak Rp. 300,000,-. Dalam pembayaran

administrasi ini pedagang diharuskan membayar terlebih dahulu Rp.

100.000,- untuk uang muka atau down payment (DP), selanjutnya kurangan

dari Rp. 300,000,- yaitu Rp. 200.000,- bisa dibayarkan dengan cara

mengangsurnya atau dicicil setiap hari Minggunya pada waktu kegiatan Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang berlangsung. Pungutan yang kedua dimintai

pada setiap Hari Minggunya dalam kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota

Malang akan dikenai biaya Rp. 20,000,- sampai dengan Rp. 30,000,- untuk

uang kebersihan dan parkir tempat berdagang. Perbedaan pungutan yang

terjadi setiap hari Minggu berdasarkan luas dan lebar tempat berdagang

sehingga akan ada perbedaan yang terlihat jelas seperti halnya pedagang cilok

dengan pedagang kerudung akan berbeda dalam setiap pembayaran pungutan

di mingguanya karena luas dan lebar tempat berdagangnya pedagang cilok

dengan pedagang kerudung berbeda, sehingga pedagang cilok akan di tarik

pungutan sebesar Rp. 20.000,- dan pedagang kerudung akan di tarik pungutan

sebesar Rp. 30,000,-.

Biaya administrasi yang dipungut pada tahun peratama hanya akan

dipungut satu kali asalkan pedagang tersebut tidak keluar atau meninggalkan

Paguyuban. Jikalau pedagang tersebut keluar dari Paguyuban dan selang

waktu lama pedagang tersebut ingin bergabung lagi dengan Paguyuban.

Pedagang tersebut akan mengikuti system pungutan yang baru atau awal.

Biaya administrasi ini berbeda dengan pungutan yang dilakukan oleh anggota

51

Paguyuban setiap minggunya di kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota

Malang. Bila pungutan mingguan ini akan menjadi biaya parkir tempat

pedagang dan biaya kebersihan kawasan Museum Brawijaya setelah kegiatan

Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang selesei. Sehingga setelah kegiatan

tersebut Museum Brawijaya dan jalan sekitaranya akan tetap terjaga

kebersihanya.

Biaya administrasi yang Rp. 300.000,- diambil Rp. 100.000,- untuk

pembuatan kaos yang akan di kasihkan kembali kepada pedagang sebagai

anggota Paguyuban, ini adalah salah satu sarana yang diberikan oleh pihak

Paguyuban, seperti yang dikatakan oleh bapak Yadi ,

“Dari uang pungutan tiga ratus ribu itu mbak, yang seratus ribu nanti saya

buatkan kaos dan saya kasihkan ke pada pedagang yang udah ikutan dan

lunas bayar biaya administrasinya36”.

Pedagang yang sudah mengikuti Paguyuban dan sudah melunasi biaya

admistrasi akan mendapatkan kaos dengan bertuliskan Car Free Day pada

bagian belakang kaos dan tulisan kecil dengan kalimat yang sama di bagian

depan kaos. Dengan mengikuti Paguyuban akan menadapatkan banyak

manfaat atau keuntungan seperti:

1. Kaos anggota Paguyuban

2. Tempat berdagang

3. Terjaganya tempat pedagang (tempat yang permanen bagi setiap

pedagang)

4. Keamanan tempat perdagangan

36 Yadi, wawancara (Malang 7 April 2019)

52

5. Ketertiban bagi setiap pedagang dan lalulintas pada kawasan

perdagangan tersebut.

6. Penataan tempat pedagang sehingga akan terlihat rapi dan strategis,

system dalam penataan tempat bagi pedagang yang menjualkan barang

yang sama akan mendapatkan jarak yang efektif, sehingga dalam

persaingan antara pedagang yang menjualkan barang yang sama tetap

berjalan dengan lancar dan aman.

Bagi pedagang yang tidak mengikuti Paguyuban oleh Bapak Yadi

dibebaskan atau lebih jelasnya para pedagang tidak dipaksa untuk mengikuti

Paguyuban.

“Untuk pedagang yang gak ikut Paguyuban saya bebaskan mbak,

terserah dia mau ikutan apa tidak, saya juga tidak memaksa, tapi jangan

harap tempat berdagangnya nanti tatap atau permanen, kan nanti bisa

kegeser atau di srobot ama pedagang yang lain mbak, tapi wajibnya yang

tidak mengikuti Paguyuban itu bayar pungutan minguan yang saya patok

dua puluh sampai tiga puluh mbak.37”

Bagi pedagang baru ataupun pedagang yang sudah lama tetapi tidak

mengikuti atau tidak termasuk kedalam Paguyuban dalam kawasan Museum

Brawijaya, dari pihak Paguyuban tidak memaksakan kehendak untuk

mengikuti Paguyuban, hanya di wajibkan membayar pungutan setiap hari

Minggu dalam kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang. Biaya

pungutan setiap Hari Minggunya sama dengan biaya setiap Hari Minggu bagi

pedagang yang sudah mengikuti Paguyuban. Tetapi yang membedakan

seorang pedagang tersebut yang tidak mengikuti Paguyuban adalah sebagai

berikut:

37 Yadi, wawancara (Malang 7 April 2019)

53

Tempat pedagang untuk berjualan tidaklah permanen atau tidak tetap,

sehingga dalam setiap Hari Minggunya dalam kegiatan Car Free Day Jalan

Ijen Kota Malang, tempat berdagangnya akan selalu berpindah-pindah,

sehingga kejadian ini akan sangat merugikan bagi pedagang yang sudah

mempunyai banyak pelanggan, selanjutnya adalah tempat yang akan

disedikan juga tidak strategis, kalua pedagang yang mengikuti Paguyuban

tempat berdagangnya akan diberikan jarak yang efekti bagi pedagang yang

menjualkan barang yang sama akan tetapi pedagang yang tidak mengikuti

paguyuban akan mendapatkan tempat yang ada di belakang dan kemungkinan

tempat penataanya akan tidak rapi dan tidak strategis, ini akan berdampak

pada system pemasaran atau promosi setiap pedagang yang menjualkan

barang yang sama.

Rata-rata pedagang yang sudah berjualan di kegiatan Car Free Day

Jalan Ijen Kota Malang mengikuti Paguyuban atau tidak mengikuti

Paguyuban semua setuju dan menerima dengan adanya pungutan yang

dilakukan oleh anggota Paguyuban, seperti pedagang Ibu Surya yang

menjualkan mainan lumba-lumba balon air sabun

“ Setuju banget mbak, kalua mbaknya ingin jualan juga di sini ikutan aja

ama Paguyuban, sangat membantu mbak tempatnya di tata rapi dan

jualan yang seperti saya di kasih jarak jadi gak mati mbak jualan saya38”.

Ibu Surya bahkan menyarakan bagi pedagang baru yang akan

berdagang dalam kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang untuk

mengikuti Paguyuban dikarenakan adanya keuntungan seperti yang sudah

38 Suryati, wawancara (Malang, 24 Maret 2019)

54

dijelaskan di atas. Selain Ibu Surya ada pedagang yang lainya yang juga

menyarankan untuk mengikuti paguyuban yaitu Ibu Ika pedagang sandal laki-

laki dan sandal perempuan.

“Alhamdulillah mbak, ikut aja Paguyuban mbak, sangat mebantu kok dan

walaupun keuntunganku ya pas-pasan tapi saya bersyukur ikutan

paguyuban mbak39.”

Para pedagang yang sudah berjualan dan mengikuti paguyaban

merasa sangat dibantu dan membutuhkan jasa dari paguyuban tersebut, Selain

adanya keuntungan dengan adanya Paguyuban para pedagang mengaku tidak

merasa keberatan dengan adanya pungutan pada awal tahun pertama dan

setiap hari Minggunya dalam kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang.

Stelah diwawancarai rata-rata pedagang tidak merugi walaupun keuntungan

sangat minim atau sedikit. Asalkan tempat berdagang para pedaganng

tersebut aman dan tetap maka selama itupula para pedagang menyetujui

berhubungan dengan para anggota Paguyuban.

C. Pungutan Terhadap Pedagang Di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

Perspektif Maslahah Murshalah

Pungutan yang terjadi kepada para pedagang di Car Free Day Jalan

Ijen Kota Malang sudah berlangsung lama, dan kegiatan tersebut sudah

menjadi budaya bagi hubungan yang terjadi anatara pedagang dengan orang

yang meminta pungutan ataupun dalam penelitian ini disebut dengan

Paguyuban. Persoalan-persoalan seperti inilah yang muncul dalam kehidupan

perekonomian sekarang, dikarenakan perkembangan yang sangat pesat maka

39 Ika, wawancara, (Malang 24 Maret 2019)

55

diperlukanya penyeleseian masalah dari segi hukum. Tidak hanya dengan

hukum yang sudah ada ataupun pendapat dari tokoh-tokoh dengan metode

konvensional pada zaman terdahulu.

Solusi dalam menangani masalah tersebut dapat dilakukan dengan

melalui cara maslahah, dalam upaya ini maslahah menjadi dasar alternative

berijtihad dalam kegiatan manusia agar dapat sesuai dengan tatanan hukum

Islam. Sehingga dalam permaslahan ini penggunaan maslahah mursalah

sebagai dalil syariat dalam mengisntinbahtkan atau untuk penetapan suatu

hukum untuk permaslahan yang terjadi. Maka dari itu penulis akan terfokus

dan membatasi dalam menganalisis permasalahan ini dengan macam-macam

maslahah dari sudut adanya keserasian dan kesejalanan anggapan baik oleh

akal itu dengan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum, ditinjau dari maksud

usaha mencari dan menetapkan hukum, maslahah itu juga disebut dengan

munȃsib.

Pendapat dari ulama Al-Gazali tentang maslahah mursalah yang

terdapat dalam kitab cibtaan beliau yaitu kitab Mustashfȃ min Ilmi al Ushȗl

menguraikan secara detail dan komprehensif sehingga dalam pendapat yang

diuraikan kedalam kitab Mustashfȃ min Ilmi al Ushȗl dapat mengambarkkan

dan menjelaskan pandangan tentang konsep maslahah mursalah. Menurut

Al-Gazali, maslahat dilihat dari segi dibenarkan dan tidaknya oleh

dalil syara’ terbagi menjadi tiga macam40:

40 Zainal Anwar, dalam jurnal yang berjudul, “Pemikiran Ushul Fiqih Al-Gazali Tentang Al

Maslahah Al Mursalah (Studi Eksplorasi Terhadap Kitab Al Mustashfa Min Ilmi Al-Ushul Karya

Al-Gazali), (IAIN Imam Bonjol Padang, 2015), 59.

56

1. Maslahah Mu’tabarah ( معتبرةمصلحة )

Maslahah Mu’tabarah ( معتبرةمصلحة ) artinya yang diperhitungkan

oleh syȃri’, baik langsung maupun tidak langsung, yang memberikan

penunjuk pada adanya maslahah yang menjadi alasan dalam menetapkan

hukum. Dapat ditarik analisis bagi permaslahan pungutan terhadap

pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang yang dilakukan oleh

anggota Paguyuban, pungutan ini tidak dapat dimasukkan ke Maslahah

Mu’tabarah ( معتبرةمصلحة ) dikarenakan permaslahan ini tidak cukup baik

atau sempurna seperti halnya permasalahan yang didukung oleh

syara’atau dapat diperhitungan oleh syara’, dikarenakan adanya dalil

yang sudah menolak atau melarang adanya tindakan pungutan . Sehingga

tidak ada petunnjuk bagi kemaslahatan yang menjadi alasan dalam

penetapan hukum dalam pungutan yang dilakukan oleh Paguyuban.

Pungutan sudah melanggar perintah Allah SWT untuk mencari

harta dengan cara yang halal dan menjauhi jalan yang batil. Meski agama

memerintahkan setiap muslim untuk mencari nafkah, ada persyaratan

untuk meraih nafkah itu sehingga masuk dalam status halal dan

thayyibah.

57

"Dan janganlah (sebagian) kamu memakan harta sebagian yang

lain di antara kamu dengan jalan batil dan (janganlah) kamu membawa

(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian

dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu

mengetahui." (QS al-Baqarah: 188).

Kepentingan-kepentingan kemaslahatan yang dapat

dipertimbangkan oleh syara’, sperti halya kepentingan yang melindungi

kehidupan, agama, keluarga, akal, dan kekayaan, dan ada yang

menambahkan kehormatan.41. Sedangkan dalam permasalahan pungutan

yang dilakukan oleh anggota Paguyuban, kepentingan-kepentingan

termasuk melindungi pengaturan transaksi ekonmi dalam hidup para

pedagang dan Paguyuban karena Paguyuban melindungi dalam hal

menjaga ketertiban, keamananan, mengelola, dan menampung semua

pedagang. Dari segi melindungi agama pungutan sudah tidak termasuk

karena adanya dalil yang melarang praktek pungutan , jikalau pungutan

termasuk kedalam melindungi agama maka persoalan ini akan

berkembang pada ranah yang negatif dan dilarang. Dari segi melindungi

keluarga juga tidak ada sangkut pautnya sama sekali karena pungutan

hanya bertumpu kepada orang yang memungut dan yang dipungut yaitu

Paguyuban dan pedagang, dari segi melindungi akal, pungutan tidak

seperti larangan dalam minuman keras yang dapat merusak akal,

sehingga pungutan hanya membahas tentang bersedianya pedagang di

41 Dr. Muhammad Muslehuddin, Filsafat Hukum Islam Dan Pemikiran Orientalis, (Yogyakarta,

Tiara Wacana Yogya, 1991) 129.

58

Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang dalam mengikuti Paguyuban atau

tidak dan membayar uang sebgai pungutan yang diminta oleh

Paguyuban. Dari segi melindungi kekayaan pungutan ini seharusnya

menangkap orang yang memungut pungutan secara karena tidak adanya

anjuran resmi dari pemerintah jadi pungutan yang dilakukan oleh

Paguyuban hanya untuk kuntungan Paguyuban.

Pungutan atau bisa disebut dengan risywah, yang secara

terminologis adalah sesuatu yang diberikan dalam rangka mewujudkan

kemashlahatan atau sesuatu yang diberikan dalam rangka membenarkan

yang batil/salah atau menyalahkan yang benar42. Hukum perbuatan

risywah disepakati oleh para ulama adalah haram, pungutan yang

dilakukan oleh Paguyuban sifatnya tidak resmi atau tidak ada sangkut

pautnya dengan pemerintah yang seharusnya memberikan pelayanan

publik bagi para pedagang. Dengan cara memberikan ruang seperti

sosialisasi, pemberdayaan dan penataan bagi para pedagang dan sebagai

payung bagi Paguyuban agar menjadi resmi dalam kegiatan di Car Free

Day Jalan Ijen Kota Malang.

2. Maslahah Mulghah ( ملغاةمصلحة )

Maslahah Mulghah ( ملغاةمصلحة ) atau maslahah yang ditolak, yaitu

maslahah yang dianggap baik oleh akal tetapi tidak diperhatikan oleh

syara’ dan ada petunjuk syara’ yang menolaknya. Lebih jelasnya

kemaslahatan ini diserahkan penuh kepada manusia dalam

42 H. M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Islam, 89.

59

menyikapinya, bila ingin mengambil kemaslahatan ini maka akan

mendatangkan kebaikan kedepanya dan jikapun tidak mengabil

kemaslahatan ini maka tidak akan menimbulkan dosa.

Pungutan yang dilakukan oleh Pauguyuban dalam kegiatan Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang bisa dikatan Maslahah Mulghah ( مصلحة

maslahah yanng dianggap baik oleh akal atau dapat diterima oleh ,(ملغاة

akal, dengan banyaknya manfaat yang diperoleh oleh pedagang yang ada

di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang karena Paguyuban disini

menampung pedagang yang sudah dibubarkan oleh Satpol PP yang asal

mula tempat berdagangnya di jalan Pahlawan Trip dan Paguyuban

memberikan atau menyediakan tempat baru untuk berdagang bagi

pedagang, sehingga tempat yang baru ini tidak akan menganggu sarana

ataupun instansi yang menjadi alasan pembubaran oleh Satpol PP.

Maslahah yang dianggap baik dan dapat diterima oleh akal disisni

adalah timbal baliknya bagi pedagang dengan adanya Paguyuban, selain

Paguyuban yang menampung pedagang, Paguyuban juga menjaga

keamanan, mengelola, mentertibkan, menyediakan tempat sehingga

tempat berdagang setiap pedagang tetap atau permanen, memberikan

kaos atau baju tanda bila pedagang tersebut mengikuti Paguyuban dari

hasil pungutan atau biaya administrasi yang awal dimintai oleh

Paguyuban, sehingga pedagang yang mengikuti Paguyuban merasakan

manfaat yang banyak dan sangat membantu dalam kegiatan berdagang

para pedagang.

60

Selain timbal balik yang dirasakan banyak manfaatnya oleh

pedagang, Paguyuban memebrikan kebebasan bagi pedagang yang ingin

mengikuti Paguyuban atau tidak mengikuti Paguyuban. Tidak adanya

sifat paksaan dalam hubungan Paguyuban dengan para pedagang dalam

hal pungutan tersebut, jika pedagang ingin mengikuti Paguyuban maka

akan dimintai biaya administrasi dan biaya perminggunya dalam kegiatan

di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang, jika pedagang tersebut tidak

ingin mengikuti Paguyuban maka hanya diwajibkan membayar pungutan

yang ada di setiap Hari Minggunya dalam kegiatan di Car Free Day

Jalan Ijen Kota Malang.

Sehingga permaslahan pungutan terhadap pedagang di Car Free

Day Jalan Ijen Kota Malang bisa masuk kedalam macam maslaha ini,

karena dianggap baik dan dapar diterima bagi akal, dan dalam prakteknya

pungutan yang dilakukan oleh Paguyuban tidak mengandung unsur

paksaan dan saling membutuhkan antara pedagang dan Pauguyuban.

Walaupun sebenarnya pungutan itu termasuk kedalam hal yang dilarang

bagi agama dikarenakan sudah banyaknya dalil yang melarang atau

menolak adanya pungutan ini. Terlepas dari banyaknya dalil yang

melarang pungutan. Eksistensi yang paling utama dalam masalah

pungutan terhadap pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

dalah banyaknya manfaat yang dirasakan dan dlam prakteknya dilakukan

secara saling membutuhkan dan tanpa paksaan.

61

3. Maslahah Mursalaat ( مرسلةمصلحة )

Maslahah Mursalaat ( مرسلةمصلحة ) atau yang biasa disebut Istihlah

yaitu apa yang dipandang baik oleh akal, sejalan dengan ,(الاستصلاح)

menetapkan hukum; namun tidak ada petunjuk syara’ yang

memperhitungkannya dan tidak ada pula petunjuk syara’ yang

menolaknya.

Adapun maslahah pada dasarnya dari definisi yang diuraikan oleh

Al-Gazali adalah ungkapan dari menarik manfaat dan menolak mudarat,

tetapi bukan itu yang dimaksud, sebab menarik manfaat dan menolak

mudarat adalah tujuan manusia, dan kebaikan manusia itu akan terwujud

dengan meraih tujuan-tujuan mereka, yang dimaksud dengan maslahat

ialah memelihara tujuan syara‛ /hukum Islam, dan tujuan syara’ dari

manusia itu ada lima, mencakup agama (hifdz din), jiwa (hifdz nafs), akal

(hifdz aql), keturunan (hifdz nasl), dan harta benda mereka (hifdz maal).

Setiap yang mengandung upaya memelihara kelima hal prinsip ini

disebut maslahat, dan setiap yang menghilangkan kelima prinsip ini

disebut mafsadat dan menolaknya disebut maslahah43.

Al-Gazali memberi tiga syarat untuk maslahah agar dapat dijadikan

sebagai hujjah mu’tabarah (yang diakui), ketiga syarat itu adalah44:

a. Maslahah tersebut harus daruriat (primer), yaitu salahsatu bagian dari

kekuatan maslahah yang menurut Al-Gazali, Mashlahah dharȗriyah

43 Zainal Anwar, dalam jurnal yang berjudul, “Pemikiran Ushul Fiqih Al-Gazali Tentang Al

Maslahah Al Mursalah (Studi Eksplorasi Terhadap Kitab Al Mustashfa Min Ilmi Al-Ushul Karya

Al-Gazali), (IAIN Imam Bonjol Padang, 2015), 60. 44 Mustafa Ahmad al-Zaqra, Hukum Islam Dan Perubahan Sosial, (Jakarta, Radar Jaya Offset,

2000) 73.

62

( ضرورية)مصلحة , Maslahah hȃjiyah (مصلحة الحاجية), Maslahah

tahsȋniyah (مصلحة التحسنية).

Adanya relevansi dan korelasi antara maslahah dan tujuan-tujuan

pokok syariah, maka maslahah tidak boleh kontradiktif, dengan salah

satu dalil syariat yang pasti atau qath’i, namun harus selalu sejalan

dengan maslahah-maslahah yang ingin diwujudkan oleh syariat45.

Permaslahan pungutan terhadap pedagang di Car Free Day Jalan

Ijen Kota Malang tidak bisa masuk kedalam permasalahan yang

darurat atau primer, karena permasalahan pungutan ini sudah ada

dalil yang menolak dan tidak sesuai dengan memelihara tujuan syara‛

/hukum Islam, dan tujuan syara’ dari manusia itu ada lima, mencakup

agama (hifdz din), jiwa (hifdz nafs), akal (hifdz aql), keturunan (hifdz

nasl), dan harta benda mereka (hifdz maal).

Pungutan yang dilakukan oleh Paguyuban tidak termasuk kedalam

kemaslahatan yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh kehidupan

manusia; artinya, kehidupan manusia tidak punya arti apa-apa bila

satu saja dari prinsip yang lima itu tidak ada. Segala sesuatu yang

secara langsung menjamin atau menuju pada keberadaan lima prinsip

tersebut adalah baik atau maslahah dalam tingkat dharȗri.46

Walaupun pungutan tidak dapat dijadikan maslahah para pedagang

juga masih bisa berdagang dengan lancar di setiap kegiatan di Car

Free Day Jalan Ijen Kota Malang ataupun bergadang selain pada

45 Zain Musthofa as Salafi, Dirasah Ushul Fiqih, (Lamongan: Forum Dirosah Tholabah, 2009)167. 46 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, 371.

63

kegiatan tersebut, sehingga tidak ada yang berubah bila pungutan ini

tidak dijadikan kemaslahatan.

b. Maslahah tersebut harus qath’i (pasti), maksudnya maslahah tersebut

pasti dapat menyampaikan kepada tujuan syara’ yang daruriyat.

Permaslahan pungutan pasti terjadi dalam setiap kesempatan, karena

banyaknya orang yang ingin menguntungkan dirinya sendiri, tapi

dari itu semua pasti ada timbul baliknya, jika dari pemerintah Kota

Malang memberikan wadah untuk menampung Paguyuban tersebut

maka kegiatan perdagangan yang ada di Car Free Day Jalan Ijen

Kota Malang akan berlangsung secara resmi dan legal. Sehingga

pemerintah Kota Malang akan melakukan pemberdayaan, sosialisasi,

dan penataan bagi para pedagang dan Paguyuban.

c. Maslahah terrsebut harus kulliyat (umum). Maksudnya dapat

menolak kemadaratan masyarakat atau kaum muslimin bukan

perorangan. Yang dimaksud dengan ini yaitu agar dapat direalisir

bahwa dalam pembentukan hukum suatu kejadian dapat

mendatangkan keuntungan kepada kebanyakan umat manusia, atau

dapat menolak madharat dari mereka, dan bukan mendatangkan

keuntungan kepada seseorang atau beberapa orang saja diantara

mereka.

Pungutan terhadap pedagang yang terjadi di Car Free Day Jalan

Ijen Kota Malang belum masuk kedalam kulliyah atau umum,

dikarenakan uang yang ditrima oleh Paguyuban hanya untuk

64

keuntungan Paguyuban saja, dari setiap penarikan atau praktek dari

pungutan pihak Paguyuban meberikan dua jenis penarikan akan

tetapi dari Paguyyuban tidak memaksa seseorang ppedagang tesebut

untuk memngikuti paguyuban atau tidak, tapi bagi pedagang yang

tidak mengikuti Paguyuban hanya diwajibkan bayar pungutan

perminggunya sedangkan pedagang yang mengikuti Paguyuban

diwajibkan bayar biaya administrasi dan pungutan perminggunya.

Manfaat untuk pedagang adalah pedagang mempunyai tempat

untuk berdagang karena Paguyuban menampung semua pedagang

dan Paguyuban juga menjaga, mengelola, menertibkan, dan menata

tempat berdagang, khusus untuk pedagang yang mengikuti

Paguyuban akan diberikan kaos anggota Paguyuban, dilihat dari sisi

berhak tidaknya pedang tersebut menraik pungutan bisa dikatan

tidak berhak kalau ditinjau dari tempat berdagang untuk berdagang

semua pedagang dikarenakan jalan yang digunakan pedagang adaah

jalan umum, bukan jalan milik Paguyuban. Sehingga bila Paguyuban

menarik uang dalam artian buta parkir tempat para pedagang bisa

dikatakan hanya untuk keuntungan para anaggoa Paguyuban.

Sehingga kesimpulan dari analasis permasalahan ini pungutan

terhadap pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang termasuk

kedalam maslahah Maslahah Mulghah ( ملغاةمصلحة ) atau maslahah yang

ditolak, yaitu maslahah yang dianggap baik oleh akal tetapi tidak diperhatikan

oleh syara’ dan ada petunjuk syara’ yang menolaknya. Karena dari hasil

65

analisis permasalahan pungutan tidak bisa masuk kedalam Maslahah

Mu’tabarah ( معتبرةمصلحة ) dan Maslahah Mursalaat ( مرسلةمصلحة ).

66

BAB V

PENUTUP

Bab kelima sebagai penutup yang memaparkan dua bagian, meliputi

kesimpulan dan saran, pemaparan lebih lengkap sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas pada

bab sebelumnya dalam penelitian ini maka dapat ditarik dua kesimpulan,

yaitu:

1. Pelaksanaan praktek pungutan yang terjadi dalam kegiatan Car Free Day

Jalan Ijen Kota Malang dilakukan oleh sekumpulan orang yang berprofesi

tukang parkir dan menyebut kumpulan tersebut dengan nama Paguyuban.

Paguyuban dalam prakteknya memberikan keuntungan atau manfaat bagi

pedagang dengan menampung, mengelola, menertibkan, dan menjaga

tempat berdagang bagi para pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota

Malang. Pungutan yang dilakukan oleh Paguyuban ada dua jenis yang

harus dibayarkan oleh pedagang yang mengikuti Paguyuban, pungutan

tersebut, yaitu pungutan pada awal tahun mengikuti Paguyuban atau bisa

disebut dengan biaya administrasi pendaftaran untuk masuk Paguyuban

sebanyak Rp. 300.000,- dan pungutan yang pertama ini hanya dibayarkan

satu kali pada awal masuk Paguyuban dan sistemnya membayar uang

muka terlebih dahulu sebesar Rp. 100.000,- dan sisanya Rp. 200.000,-

bisa dibayar dengan cara mengansur atau mencicil pada minggu

berikutnya dalam kegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang,

sedangkan pungutan yang kedua adalah pungutan untuk biaya kebersihan

67

tempat berdagang dan parkir tempat berdagang bagi para pedagang

dikegiatan Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang dan pungutan ini

dibayarkan pada saat kegiatan berlangsung setiap minggunya. Pungutan

yang kedua ini berbeda setiap pedagangnya dan besarnya pungutan

berdasarkan dari luas dan lebarnya tempat pedagang uuntuk berdagang.

Besarnya pungutan dari Rp. 20.000,- sampai dengan Rp. 30.000,- .

sedangkan bagi pedagang yang tidak ingin mengikuti Paguyuban, dari

pihak Paguyuban sendiri tidak memaksakan kehendak para pedagang,

akan tetapi hanya diwajibkan membayar pungutan yang kedua yaitu

pungutan yang dibayarkan setiap minggunya untuk kebersihan dan parkir

tempat berdagang.

2. Pungutan terhadap pedagang di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

perspektif maslahah mursalah, dibahas dengan menganalsis permasalahan

tersebut terfokus dalam pandanagan menurut Al-Gazali, maslahat

dilihat dari segi dibenarkan dan tidaknya oleh dalil syara’ terbagi

menjadi tiga macam47, yaitu Maslahah Mu’tabarah (مصلحة معتبرة),

Maslahah Mulghah ( ملغاةمصلحة ), Maslahah al-Mursalaat ( مرسلةمصلحة ).

Dan permasalahan pungutan ini masuk kedalam Maslahah Mulghah

( ملغاةمصلحة ), karena pungutan dikatakan maslahah hanya dari segi

diterimanya menurut akal tanpa adanya atau memperhatikan tuntunan

syariat agama atau ditolak oleh syara’.

47Zainal Anwar, dalam jurnal yang berjudul, “Pemikiran Ushul Fiqih Al-Gazali Tentang Al

Maslahah Al Mursalah (Studi Eksplorasi Terhadap Kitab Al Mustashfa Min Ilmi Al-Ushul Karya

Al-Gazali), (IAIN Imam Bonjol Padang, 2015), 59.

68

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang sudah dipaparkan adanya pedagang

yang berjualan di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang menjadi ladang bagi

sekumpulan orang yang menginginkan keuntungan. Seperti halnya

Paguyuban. Oleh karena itu semoga dari pihak Pemerintah Kota Malang

dapat turun tangan dalam menyikapi persoalan tersebut, seperti membuat

payung untuk menaungi Paguyuban dan para pedagang, sehingga kegiatan

yang berhubungan antara Paguyuban dan para pedagang dapat dikatan resmi

dan legal. Dan Pemerintah Kota Malang bisa mensosialisasikan bagaimana

sistem dan peraturan untuk dimengerti dan ditaati bagi Paguyuban dan para

pedagang, melakukan pemberdayaan dan penataan bagi Paguyuban dan para

pedagang, sehingaa pungutan yang dilakukan ini menjadi transparan dan jelas

untuk mafaat atau keuntungan bersama karena kegiatan Car Free Day Jalan

Ijen Kota Malang menjadi ladang yang bagus bila dikembangkan dengan baik

dan menjadi destinasi yang uatama dalam ruang publik keharmonisan

masyarakat.

69

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Al-Banna, Jamal. Nahwa Fiqh Jadid 3, terj. Hasibullah Satrawi dan Zuhairi

Misrawi, (Jakarta: Erlangga, 2008)

Al-Zaqra, Mustafa Ahmad. Hukum Islam Dan Perubahan Sosial, (Jakarta, Radar

Jaya Offset, 2000)

Amin, Ma’ruf. Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, (Depok: Elsa, 2018)

As Salafi, Zain Musthofa. Dirasah Ushul Fiqih, (Lamongan: Forum Dirosah

Tholabah, 2009)

C.S.T. Kensil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum

Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, cet ke 2, 1996)

Dirdjosisworo, Soedjono. Pungli: Analisa Hukum & Kriminologi, Cetakan Ke-2

(Bandung: Sinar Baru. 1983)

Hanitijo, Rony. Metode Penelitian Hukum Dan Jurimeter, (Jakarta: Ghalis, 1994)

HB, Sutopo. Pengantar Penelitiann Kulitatif Dasar-dasar Teoritis dan Praktis,

(Surakarta: Sebelas Maret University Press, 1988)

Hasyim, Farida. Hukum Dagang (Jakarta: Sinar Grafika, 2016)

Irfan, H. M. Nurul. Korupsi dalam Hukum Islam (Jakarta: Amzah 2011)

Irfan, H. M. Nurul. Gratifiksi dan Kriminalitas Seksual Dalam Hukum Pidana

Islam (Jakarta: Amzah 2014)

70

Khallaf, Abdul Wahhab. Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh),

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996)

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Cet. 2, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)

Muslehuddin, Dr. Muhammad. Filsafat Hukum Islam Dan Pemikiran Orientalis,

(Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 1991)

Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh, Jilid 2, (Jakarta: Kencana, 2011)

Soekanto, Soerjono. Pengantar penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 1986)

Yuslem, Nawir. Kitab Induk Ushul Fiqh, (Bandung; Cita Pustaka, 2007)

Penelitian dan Jurnal

Alam, Syamsir. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana Pungutan (Studi

Kasus Di Kbaupaten Takalar. (Universitas Alauddin Makasar, 2017)

Akbar, Sanjaya Bayu. Peran Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Kota Malang

Dalam Mengurangi Tindak Pidana Pungutan . (Universitas

Muhammadiyah Malang, 2018)

Anwar, Zainal. dalam jurnal yang berjudul, “Pemikiran Ushul Fiqih Al-Gazali

Tentang Al Maslahah Al Mursalah (Studi Eksplorasi Terhadap Kitab Al

Mustashfa Min Ilmi Al-Ushul Karya Al-Gazali), (IAIN Imam Bonjol

Padang, 2015)

Bintoeng, Andi Anisa Tenri. Tinjauan Kriminologis Terhadap Pungutan Oleh

penyelenggara Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus Di

Kota Makasar Tahun 2015-2017) (Universitas Hasanuddin, 2018).

71

Fauziah, Adissti. Penanggulangan Tindak Pidana Pungutan Di Wilayah Hukum

Polres Kota Yogyakarta, (Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2018)

Wawancara

Bapak Yadi di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

Ibu Lia selaku HRD Radio Jawa Pos Radar Malang

Ibu Suryati selaku penjual mainan lumba-lumba balon air Sabun

Ibu Ika selaku penjual sandal dan sepatu untuk laki-laki dan perempuan

Website

Firdaus, Fahmi Ramadhan. “Pengertian Tentang Pungli”, http://www.

kompasiana.com. 2017. Diakses 10 November 2018, pukul 20:05 WIB

Wikipedia, Hari Bebas Kendaraan Bermotor,

https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_bebas_kendaraan_bermotor. Diakses

pada tanggal 24 Februari 2019 pada pukul 15:31 WIB

72

Lampiran-lampiran

Wawancara dengan Bapak Yadi selaku koordinator Paguyuban di Car Free Day

Jalan Ijen Kota Malang

Wawancara dengan Ibu Suryati selaku penjual mainan lumba-lumba balon air

sabun di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

73

Wawancara dengan Ibu ika selaku pedagang sandal dan sepatu untuk laki-laki dan

perempuan di Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang

74

Dokumentasi dengan para pedagang Car Free Day Jalan Ijen Kota Malang.

75

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Aminatus Sakdiyah

Tempat Tanggal Lahir : Blitar, 14 Oktober 1997

Alamat : Dusun Kedungrejo, RT/RW 003/003, Desa

Kedungwungu, Kecamatan Binangun, Kabupaten

Blitar

No. HP : 085745826392

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. RA Perwanida Kedungwungu

2. MI Mambaul Ulum Kedungwungu

3. MTsN Jambewangi Selopuro

4. MAN Tlogo Blitar

5. Jurusan Hukum Bisnis Syariah, Fakultas Syariah, UIN Malik Ibrahim Malang