PULVIS

37
PULVIS Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi (pulvis). Serbuk oral tidak terbagi terbatas pada obat yang relatif tidak poten seperti laksansia, antasida, makanan diet dan beberapa jenis analgetik tertentu, pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar yang lain. Serbuk tidak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur, keduanya untuk pemakaian luar. A. Jenis Serbuk 1. Pulvis Adspersorius Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar. Umumnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.

description

PHARMACY

Transcript of PULVIS

Page 1: PULVIS

PULVIS

Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang

dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena

mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih

larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa

yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam

bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum.

Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak

terbagi (pulvis). Serbuk oral tidak terbagi terbatas pada obat yang relatif tidak

poten seperti laksansia, antasida, makanan diet dan beberapa jenis analgetik

tertentu, pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar

yang lain. Serbuk tidak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur,

keduanya untuk pemakaian luar.

A. Jenis Serbuk

1. Pulvis Adspersorius

Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan

untuk obat luar. Umumnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya

berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.

- Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya yang digunakan untuk serbuk

tabur harus memenuhi syarat bebas bakteri ClostridiumTetani,

Clostridium Welchii, dan Bacillus Anthracis.

- Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.

- Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat

halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.

2. Pulvis Dentifricius

Serbuk gigi, biasanya menggunakan carmin sebagai pewarna yang

dilarutkan terlebih dulu dalam chloroform / etanol 90 %

Page 2: PULVIS

3. Pulvis Sternutatorius

Adalah serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melalui

hidung, sehingga serbuk tersebut harus halus sekali.

4. Pulvis Effervescent

Serbuk effervescent merupakan serbuk biasa yang sebelum ditelan

dilarutkan terlebih dahulu dalam air dingin atau air hangat dan dari proses

pelarutan ini akan mengeluarkan gas CO2, kemudian membentuk larutan

yang pada umumnya jernih. Serbuk ini merupakan campuran antara

senyawa asam (asam sitrat atau asam tartrat ) dengan senyawa basa

(natrium carbonat atau natrium bicarbonat).

Interaksi asam dan basa ini dalam air akan menimbulkan suatu

reaksi yang menghasilkan gas karbondioksida. Bila kedalam campuran

ini ditambahkan zat berkhasiat maka akan segera dibebaskan sehingga

memberikan efek farmakologi dengan cepat. Pada pembuatan bagian

asam dan basa harus dikeringkan secara terpisah.

Syarat : halus, kering, homogogen

Pulvis berdasarkan cara memberikannya ada 2 :

a. tidak terbagi-bagi : PULVIS

b. terbagi-bagi : PULVERES

Keuntungan bentuk sediaan serbuk :

a. penyebaran obat lebih luas dan lebih cepat daripada sediaan kompak

(tablet dan kapsul)

b. diharapkan lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair

c. lebih cepat di absorbsi,sebab dalam lambung obat akan mudah terbagi

d. jumlah volume obat yang tidak praktis /sukar dapat diberikan dalam

bentuk pulvis

e. memberikan kebebasan pada dokter untuk pemilihan obat/kombinasi obat

dan dosisnya

f. untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan obat.

Kerugian bentuk serbuk :

Page 3: PULVIS

a. Obat-obatan yang rusak oleh udara tidak boleh diberikan dalam bentuk

serbuk

b. Ex : garam-garam fero (mudah teroksidasi) menjadi garam feri,sebaiknya

diberikan dalam bentuk “coated tablet”

c. Membutuhkan waktu dalam meraciknya.

d. Tidak tepat untuk obat yang tidak enak rasanya.

Alat-alat pencampur serbuk antara lain :

a. Mortir dan stamper

b. Mengdoos (untuk serbuk yang mempunyai BJ yang besar) à doos =

pencampur serbuk

- Cara mencampur serbuk-serbuk yang jumlahnya sedikit ditambah serbuk

yang jumlahnya besar sedikit demi sedikit digerus sampai homogen.

Dalam mortir panas (memungkinkan air / cairan menguap agar tetap

kering).Belladonaeextr. dilarutkan dalam spiritus dilutus.

Ditambahkan kaolin kira-kira sama banyak,diaduk ad kering dan

homogen.

Setelah mortir dingin,ditambahkan phenul dan oil menth pip.Digerus

ad homogen.

Ditambah Bismuth subnitrat sedikit-sedikit kira-kira sama

banyak,aduk ad homogen.

Ditambah sisa Kaolin.

- Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Banyak sedikitnya jumlah obat bahan obat

2. Berat ringannya dari serbuk yang dicampur

3. kontras warna dari serbuk yang dicampur

4. sifat fisis dan kimia dari bahan yang dicampur

- Pemakaian serbuk dipakai untuk obat dalam (peroral) dan obat luar

1. Pemakaian dalam (peroral) à diletakkan pada botol bermulut lebar

(wadah yang paling baik,sebab :

a. Digunakan dengan takaran sendok

Page 4: PULVIS

b. Dengan botol dapat menghindari penguapan bagi bahan-bahan

yang mudah menguap.

c. Dengan botol dapat menghalangi pengaruh kelembaban

2. pemakaian luar

B. Serbuk Tabur/Pulvis Adspersorius (Dusting Powder)

Serbuk ringan untuk penggunaan permukaan topikal,dapat dikemas

dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan

penggunaan pada kulit.

1. Umumnya harus lewat ayakan 100 mesh à agar tidak menimbulkan iritasi

pada bagian yang peka. (1 mesh = dalam setiap panjang 1 inchi ada 100

lubang)

2. Bahan – bahan tambahan :

- Untuk mempertahankan kontak terhadap kulit,agar lama menempel.

Ex : Aluminium stearat

- Untuk menambah mudahnya serbuk “free flowing”(tersebar merata).

Ex : Talk

- Untuk mengabsorbsi keringat (menambah efek pendingin)

Ex : bentonit,butirat

- Umumnya penggunaan serbuk tabur untuk dermatologi

C. Pulveres

Pulveres atau Serbuk bagi adalah serbuk yang dibuat dalam bobot yang

lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok

untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah

meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang

mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam. Penyimpanan

dalam wadah tertutup baik. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan

obat satu per satu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang

jumlahnya sedikit. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg atau jumlah tidak dapat

ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang

Page 5: PULVIS

cocok. Serbuk yang terbagi dalam bobot yang sama,dibungkus menggunakan

bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.

- Pengemas : kertas perkamen,kertas yang dilapisi parafin,kertas selofan dll.

- Penulisan dalam R/:

a. Jumlah obat tiap bungkus

d.t.d (da tales dosis) = berikan menurut takaran yang tertulis tiap satu

bungkusnya.

b. Jumlah obat sekuruhnya dan banyaknya bungkusan yang dibuat

- Perhitungan dosis

a. Cara membagi serbuk dalam bungkus

- Dibagi atas penglihatan

- Tiap membagi paling banyak 10 bungkus bersama-sama

- Jika tiap bungkus mengandung obat keras >80% DM,kemudian

jumlah seluruhnya ditimbang à membaginya dengan

penglihatan,kemudian ditimbang satu persatu.

b. Cara membungkus :

Biasanya tiap bungkus 0.5 g (tetapi tidak mengikat)

- Elaeosacchara (gula minyak)

a. Campuran 2 g saccarum album dengan 1 tetes minyak menguap

(minyak atsiri)

b. Sebagai corrigens saporis/odoris (pengharum/pemanis)

c. Tidak boleh disimpan untuk persediaan

d. Saccarum album higroskopis diganti lactosum.

CARA PENYIAPAN

1. Membersihkan alat dan meja, menyetarakan timbangan,

2. Baca resep dengan baik, periksa kelengkapan resep.

3. Analisa resep dengan seksama apakah ada hal-hal yang harus

dilaporkan pada dokter mengenai bahan, kelengkapan ataupun sediaan.

Apakah ada hal-hal khusus mengenai bahan obat, sediaan atau cara

peracikan bahan yang dituangkan dalam KETERANGAN .

Page 6: PULVIS

4. Menghitung pemakaian dibandingkan dengan Dosis Maksimal atau

Dosis Lazim lalu disimpulkan jika perlu diberitahukan dokter.

5. Menghitung jumlah bahan yang dibutuhkan disesuaikan dengan bahan-

bahan yang tersedia.

6. Menuliskan cara pembuatan resep sesuai dengan spesifikasi sediaan

dan bahan.

7. Membuat etiket dengan signa yang benar dan ceklist kebenaran etiket.

8. Menuliskan khasiat masing-masing bahan obat.

9. Menyiapkan pelayanan informasi obat ( PIO ).

CARA PERACIKAN

1. Cara Pengambilan dan Pelipatan Kertas Perkamen:

a. Ambilah kertas perkamen yang bersih.

b. Hitunglah jumlah kertas perkamen sesuai dengan jumlah serbuk

yang akan dibungkus/dibuat.

c. Lipatlah bagian atas dari kertas perkamen ± 1 cm.

d. Lipatlah bagian lain dari kertas perkamen hingga ujung bagian

kertas perkamen tersebut tepat berada dibagian lain dalam lipatan

pertama.

e. Buatlah bungkusan dengan cara melipat - lipat sehingga ujung

kertas perkamen yang satu dapat masuk pada bagian ujung kertas

lainnya.

f. Samakan besarnya bungkusan agar kelihatan rapih.

g. Usahakan besarnya bungkusan tidak memberikan kesan terlalu

kecil atau terlalu besar.

2. Cara Membagi dan Membungkus Pulveres

a. Setelah serbuk menjadi halus, keluarkanlah serbuk tersebut dengan

cara mengambil dengan menggunakan mika dari mortir, hingga

seluruh serbuk keluar, dan mortir tampak bersih, tampunglah

dengan kertas perkamen.

b. Bagilah serbuk keatas perkamen yang sudah tersusun rapi

Page 7: PULVIS

c. Mulailah dari kertas perkamen yang berada pada posisi barisan atas

dan paling kiri, dilanjutkan kearah kanan, menyusul pada baris

berikutnya dimulai dari bagian kiri.

d. Perhatikan dengan cermat agar pembagian serbuk sama banyak.

e. Mulailah membungkus serbuk dari posisi paling bawah dan paling

kanan.

f. Setelah semua serbuk terbungkus, susunlah bungkusan dengan

rapi, sama tinggi dan menghadap arah yang sama.

g. Untuk pulveres berjumlah maksimal dua belas bungkus dapat

dibagi sama rata menurut pandangan mata langsung.

h. Lebih dari dua puluh dikerjakan dengan dibagi dahulu dengan jalan

penimbangan lalu dibagi sama rata.

i. Untuk bahan-bahan yang pemakaiannya lebih dari 80% dari dosis

maksimalnya maka harus ditimbang satu persatu dengan cara

ditimbang hasil serbuknya, tentukan berat rata-rata dikurangi 5-10

mg lalu timbang satu persatu, jika pada penimbangan sisa bagi

sama rata.

3. Cara Menggunakan Mortir dan Stamper dalam Peracikan Pulveres

a. Mulut dari mortir senantiasa mengarah ke kiri.

b. Maksudnya agar ketika stamper dibersihkan stamper senantiasa

tetap pada mulut mortir.

c. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara

mika tetap berada di kepala stamper.

d. Mortir diletakkan diatas meja praktik dialasi dengan lap pada

waktu menggerus bahan obat.

e. Bila akan meletakkan stamper, letakkan selalu disebelah kanan dan

dialasi dengan kertas, kepala stamper harus mengarah kepada kita.

f. Stamper dipegang seperti memegang pulpen.

g. Putarlah stamper berlawanan dengan arah jarum jam.

h. Gerakan tangan sebatas pergelangan, sambil setelah stamfer

dibersihkan dengan menggunakan mika.

Page 8: PULVIS

i. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara

mika tetap berada dikepala stamper.

j. Ulangi beberapa kali sampai serbuk halus.

4. Cara Mencampur Bahan – Bahan Obat Dalam Serbuk.

a. Lapisilah mortir dengan sedikit bahan tambahan terlebih dahulu.

b. Dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit.

c. Bahan-bahan obat yang berwarna diaduk diantara dua lapisan zat

netral

d. Bahan obat yang kasar dihaluskan terlebih dahulu

e. Bahan obat yang berbobot/bermasa ringan dimasukkan terakhir,

begitu juga dengan bahan obat yang mudah menguap.

5. Cara Menata Serbuk dalam Kemasan

a. Kemasan pot yang ada, maka serbuk ditata dalam posisi lipatan

kertas menghadap kearah yang sama, dibuat rapi panjangnya

kurang lebih sama dan tidak besar pada salah satu sisi kertas

serbuk, etiket dan label yang tertempel diletakkan di dalam pot.

b. Jika tersedia plastik klip, maka penataan sedemikian sehingga

teratur satu posisi dan dirapikan menyesuaikan plastik klip, etiket

dan label berada diluar plastik disesuaikan dengan cetakan klip.

D. Cara Pengemasan Serbuk

Secara umum serbuk dibungkus dan diedarkan dalam 2 macam

kemasan yaitu kemasan untuk serbuk terbagi dan kemasan untuk serbuk tak

terbagi. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau

tidak terbagi (pulvis).

1. Kemasan untuk serbuk terbagi

Pada umumnya serbuk terbagi terbungkus dengan kertas perkamen

atau dapat juga dengan kertas selofan atau sampul polietilena untuk

melindungi serbuk dari pengaruh lingkungan. Serbuk terbagi biasanya

dapat dibagi langsung (tanpa penimbangan ) sebelum dibungkus dalam

kertas perkamen terpisah dengan cara seteliti mungkin, sehingga tiap-tiap

Page 9: PULVIS

bungkus berisi serbuk yang kurang lebih sama jumlahnya. Hal tersebut

bisa dilakukan bila prosentase perbandingan pemakaian terhadapdosis

maksimal kurang dari 80 %. Bila prosentase perbandingan pemakaian

terhadap DM sama dengan atau lebih besar dari 80 % maka serbuk harus

dibagi berdasarkan penimbangan satu per satu.

Pada dasarnya langkah-langkah melipat atau membungkus kertas

pembungkus serbuk adalah sebagai berikut :

a. Letakkan kertas rata diatas permukaan meja dan lipatkan ½ inci

kearah kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga

keseragaman, langkah ini harus dilakukan bersamaan dengan lipatan

pertama sebagai petunjuk.

b. Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi-bagi ke tengah

kertas yang telah dilipat satu kali lipatannya mengarah keatas

disebelah seberang dihadapanmu.

c. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat keatas dan letakkanlah pada

kira kira garis lipatan pertama , lakukan hati-hati supaya serbuk tidak

berceceran.

d. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertasdan

lipatlah kehadapanmu setebal lipatan pertama.

e. Angkat kertas, sesuaikan dengan ukuran dos tempat yang akan

digunakan untuk mengemas, lipat bagian kanan dan kiri pembungkus

sesuai dengan ukuran dos tadi. Atau bila pengemasnya plastilk yang

dilengkapi klip pada ujungnnya usahahan ukuran pembungkus satu

dengan yang lainnya seragam supaya tampak rapi.

f. Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu persatu

dalam dos atau plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak

boleh ada serbuk dan tidak boleh ada ceceran serbuk.

2. Kemasan untuk serbuk tak terbagi

Untuk pemakaian luar, serbuk tak terbagi umumnya dikemas dalam

wadah kaleng yang berlubang-lubang atau sejenis ayakan untuk

memudahkan penggunaan pada kulit. Misalnya bedak tabur.

Page 10: PULVIS

Sedangkan untuk obat dalam, serbuk tak terbagi biasa disimpan

dalam botol bermulut lebar supaya sendok dapat dengan mudah keluar

masuk melalui mulut botol. Contohnya serbuk antacid, serbuk laksativa.

Wadah dari gelas digunakan pada serbuk yang mengandung bahan

obat higroskopis / mudah mencair, serbuk yang mengandung bahan obat

yang mudah menguap. Untuk serbuk yang komponennya sensitif terhadap

cahaya menggunakan wadah gelas berwarna hijau atau amber.

Page 11: PULVIS

PILULAE

Pilulae atau pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu

atau lebih bahan obat.sebagai zat tambahan adalah sebagai berikut:

a. Zat pengisi : akar manis atau bahan lain yang cocok.

b. Zat pengikat : sari akar manis, gum akasia, tragacan, ampuran bahan tersebut,

atau bahan lain yang cocok.

c. Zat pembasah : air, sirop, madu, campuran bahan tersebut atau bahan lain

yang cocok.

d. Zat penabur : likopodium atau talk, atau bahan lain yang cocok.

e. Zat penyalut : perak, balsam tolu, keratin, sirlak, kolopodium, gelatin, gula,

atau bahan lain yang cocok.

( Anonim, 1997, Farmakope Indonesia, Edisi III, 23 )

Pil adalah sediaan berbentuk bulat atau bulat telur dibuat menggunakan

massa pil. Massa pil dibuat dengan mencampur satu atau lebih bahan obat dengan

zat tambahan yang cocok, dicampur, dibasahi dengan pembasah yang cocok,

diaduk dan ditekan hingga jadi massa yang mudah digulung ( Formularium

Nasional ).

Farmakope Indonesia : Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung

satu atau lebih bahan obat.

Sediaan pil dibuat untuk bahan obat yang mempunyai bau dan rasa yang tidak

enak, untuk obat yang bekerja disaluran usus, diberi bersalut.

Menurut beratnya pil dapat dibedakan sebagai berikut :

- Bolus /boli : beratnya lebih besar dari 300 mg

- Pil : beratnya antara 60 – 300 mg

- Granul : beratnya 30 mg ( lebih kecil dari 60 mg )

Peraturan-peraturan umum pada pembuatan pil-pil. ( Van Duin, 1947 )

1. Bobot pil-pil: antara 100 -150 mg, rata-rata 120mg.

2. Zat pengisi: untuk pil yang jumlah obatnya sedikit, hendaklah memakai

radix sekurang-kurangnya dua kali sebanyak succus. ( 2 : 1 ).

Page 12: PULVIS

Jika bahan berkhasiatnya cukup banyak kita bisa pakai pulvis pro pilulae

yaitu campuran sama banyak radix dan succus ( 1 : 1 )

3. Zat pengikat : jika mungkin kita memakai succus liqiuiritiae dan pada

umumnya 2 g untuk 60 pil.

4. Pada pembuatan pil harus ditambahkan suatu cairan supaya dengan

pengempalan diperoleh suatu masa yang homogen dan cukup baik untuk

dikerjakan selanjutnya. . untuk ini dipakai Aqua gliserinata.

5. Menyelesaikan masa pil; setelah pembuatan masa pil, maka jika perlu masa itu

dibagi bagi dalam beberapa bagian dan siap digulung dan dipotong, kemudian

pada akhirnya pil-pil dibulatkan pada alat pembulat dengan penabur

licopodium.

A. Cara Pembuatan

Dibuat masa pil dengan mencampur serbuk obat, zat pengisi dan zat

pengikat dan digerus yang halus. Setelah campuran serbuk ditetesi dengan

pembasah, biasanya digunakan Aqua Glycerinata sambil digerus dan ditekan

sampai diperoleh masa yang saling mengikat dan plastis. Pemberian Aqua

Glycerinata dapat mencegah pil pada penyimpan tidak terlalu mengeras,

karena gliserin tidak mudah menguap.

Tetapi pemberian Aqua Glycerinata jangan terlalu kebanyakan agar pil

tidak menjadi lembek.

Untuk memperoleh pil yang baik bukan karena pemberian zat

pembasah yang berlebihan tetapi tergantung cara penggerusan dan cara

penekanan pada masa yang baik.

Sebagai pembasah dapat pula digunakan sirupus simplex atau ekstrak

kental. Setelah terbentuk masa pil dibuat batang dengan cara digulung-gulung

dengan papan kayu yang datar pada alat papan pil lalu dipotong menurut

panjang batang masa pil yang sama. Lalu batang ini digulung-gulungkan

sampai panjang tertentu dan dipotong dengan pisau pemotong yang ada pada

alat papan pil, akhirnya pil yang belum bulat itu digelinding-gelindingkan

pada papan pembulat pil supaya bulat. Pada alat papan pil biasanya terdapat

Page 13: PULVIS

30 lubang kanal dan pada pembuatan pil supaya menyesuaikan besarnya pil

dengan lubang kanal tersebut.

Untuk mencegah masa pil melekat pada alat, maka papan ditaburi

dengan lycopodium yang merupakan lapisan tipis agar pil tidak

berbintik.setelah pil menjadi bulat akhirnya digelinding-gelindingkan pada

papan pembulat pil dengan dilapisi Lyopodium yang lebih tebal supaya

diperoleh pil dengan lapisan lycopodium yang rata dan akhirnya pil dihitung

melalui pada alat pembuat pil. ( Anief, 1990, Ilmu Meracik Obat Praktek dan

Teori ).

B. Keseragaman Bobot

Berat pil bila dibandingkan dengan berat pil rata-rata tidak boleh

menyimpang dari ketentuan Farmakope. Menurut Farmakope ed III :

Timbang 20 pil satu persatu kemudian hitung bobot rata-rata :

Bobot rata-rata Penyimpangan terbesar terhadap

bobot rata-rata yang diperbolehkan

18 pil 2 pil

100 – 250 mg 10 % 20 %

250 – 500 mg 7,5 %

Keterangan :

Tidak boleh lebih dari 18 pil yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata

lebih besar dari harga yang tercantum pada kolom.

C. Bahan-Bahan Pembentuk Pil :

1. Bahan pengisi : diperlukan untuk memperbesar volume pil sehingga

diperoleh bentuk dengan berat yang diinginkan. Sebagai bahan pengisi

dapat dipakai radix liquiritriae, amilum, laktosa, dan bahan lain yang

cocok. Bolus alba dipakai untuk bahan obat yang bersifat oksidator

Untuk mendapatkan massa pil yang baik dipakai radix liquiritiae sebagai

pengisi dan succus liquiritiae sebagai pengikat. Bila bahan obat sedikit :

Page 14: PULVIS

radix jumlahnya 2x jumlah succus. Bila bahan obat banyak, jumlah radix

dipakai sama banyak dengan jumlah succus. ( ppp = pulvis pro pilulae ).

2. Bahan Pengikat : berfungsi untuk mengikat bahan serbuk sehingga

diperoleh massa yang kompak Bahan pengikat yang sering digunakan

yaitu succus liquiritiae, mucilago gom arab, mucilago tragacanth,

mucilago amylum manihot dan bahan lain yang cocok Yang palin baik

dipakai adalah succus liquiritiae dengan jumlah 2 gram untuk 60 pil ( atau

menurut beberapa peneliti dapat dipakai 1/3 kali berat pil ). Dengan

pemakaian pengisi radix dan succus sebagai pengikat pil, maka massa pil

yang diperoleh sangat baik . Pemakaian pulvis gummosus sebagai

pengikat yaitu 500 mg untuk 60 pil. Pil yang dihasilkan menjadi keras dan

sukar pecah maka dianjurkan memaki pulvis gummosus bersama-sama

dengan succus yang jumlahnya lebih banyak. Ini terutama untuk obat yang

jumlahnya besar dan membutuhkan bahan pengikat yang banyak. Jika

harus dipakai PGS sendiri untuk obat-obat yang volume besar, jimlahnya

dapat dipakai 1 – 1,5 g untuk 60 pil. Bahan pengikat tersebut

membutuhkan bahan pembasah air untuk mendispersikan nya dalam air.

Bahan pengikat yang tidak mengandung air adalah adeps lanae dan

vaselin. Bahan pengikat ini digunakan untuk zat berkhasiat yang dapat

terurai oleh air atau bereaksi satu dengan yang lain oleh adanya air dan

bahan-bahan yang mudah tereduksi.

Misalnya :

a. Obat yang bereaksi asam dengan bikarbonas dapat bereaksi

membebaskan CO2

b. Aspirin, meditren, ascal, rusak oleh adanya air, (terhidrolisa ).

c. Digitalis folia dengan adanya air fermennya menguraikan

glikosidanya

d. Zat-zat higroskopis : CaCl2, Hexamin, Chloral hydrat dipakai dengan

radix liquiritiae ditambah dengan adeps lanae.

Page 15: PULVIS

Keburukan pil dengan bahan pengikat adeps lanae/ vaselin adalah pil sukar

pecah. Untuk mengatasinya perlu ditambahkan bikarbonas.

3. Bahan Pembasah : ditambahkan untuk memperoleh massa pil yang baik

sehingga dapat digulung dan dicetak. Pembasah yang sering dipakai:

a. aqua gliserinata

b. sirup simpleks

c. madu dan campuran bahan tersebut

Pembasah yang paling baik yaitu aqua gliserinata karena pada

waktu pil mengering gliserin masih tertinggal pada pil sehingga sediaan

tidak menjadi keras.

4. Bahan Penabur : berfungsi untuk mencegah pil melekat satu dengan yang

lainnya atau masa pil tidak melekat pada alat pemotong pil. Bahan penabur

yang biasa dipakai lycopodium, talk dan bahan lain yang cocok.

Penabur lycopodium untuk pil-pil yang berwarna dan tidak

mengandung lemak

Talk untuk pil berlemak atau pil yang berwarna putih dan pil-pil

dengan bahan obat oksidator

Bahan penabur tidak diperlukan untuk pil yang diberi penyalut, hanya

dapat diberi sedikit talk supaya tidak melekat satu dengan yang lainnya.

5. Bahan Penyalut : gunanya

a. Untuk menutupi rasa obat yang tidak enak

b. Supaya permukaan pil lebih bagus

c. Melindungi isi pil terhadap udara terutama pengaruh oksidasi

d. Untuk mencegah pecahnya pil didalam lambung terutama untuk obat

yang diharapkan pecah dalam usus bukan dilambung misalnya salut

enteric

Jenis-jenis penyalut :

- Argentum foliatum

- Balsem tolutanum dalam chloroform (10 % tolubalsem dalam

chloroform)

- Collodium

Page 16: PULVIS

- Gelatin

- Gula

- Keratin

- Salol

- Schellak

D. Pembuatan Pil

Bahan-bahan obat yang telah dihaluskan dicampur dengan bahan

tambahan lain seperti bahan pengisi dan bahan pengikat setelah homogen,

tambahkan sedikit-sedikit bahan pembasah dengan pipet tetes ( pembasah

aqua gliserinata ) sampai diperoleh massa yang baik dan kompak. Massa pil

digulung menjadi batangan diatas papan pil yang sudah ditaburi sedikit talk

ukur panjangnya sesuai dengan jumlah pil yang dikehendaki dan potong

dengan alat pemotong pil. Kemudian dibulatkan dengan alat pembulat pil.

Page 17: PULVIS

SOLUTIO

A. Definisi

Solutio, larutan: adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih

zat kimia yang terlarut, misalnya terdispersisecara molekuler dalam pelarut

yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-

molekul dalam larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan

jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan

diencerkan atau dicampur. ( Anonim, 1997, FI ed IV, hal 15-16 )

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia

yang terlarut. Mis : terdispersi secara molecular dalam pelarut yang sesuai

atau campuran pelarut yang saling bercampur.

Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata,

maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan

jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan

diencerkan atau dicampur.

Zat pelarut disebut solvent, zat yang terlarut disebut solute.

Jenis larutan :

a. Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang

terlarut.

b. Larutan jenuh : larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang

dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.

c. Larutan lewat jenuh : larutan yang mengandung jumlah zat A yang

terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.

B. Interaksi Pelarut – Zat Terlarut

Berhubungan dengan kelarutan suatu zat dalam pelarut maka dapat

terjadi interaksi antara pelarut-pelarut, pelarut dengan zat terlarut dan zat-zat

terlarut.

Page 18: PULVIS

Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Polaritas

Kelarutan suatu zat memenuhi aturan ”like dissolves like” artinya solute

yang polar akan larut dalam solvent yang polar, solute yang non polar

akan larut dalam solvent yang bersifat non polar.

Garam-garam anorganik larut dalam air

Alkaloid basa larut dalam kloroform

2. Co-solvency

Co-solvency adalah peristiwa kenaikkan kelarutan suatu zat karena adanya

penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.

Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air-gliserin.

3. Kelarutan

Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :

a. Larut dalam air

o Semua garam klorida larut, kecuali : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2

o Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth

subnitras

o Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

b. Tidak larut dalam air

o Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3,

(NH4)CO3

o Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH,

NH4OH, BaO, Ba(OH)2

o Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3,

(NH4)PO4

4. Temperatur

Zat padat pada umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat

tersebut bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan

panas.

Zat terlarut + pelarut + panas larutan

Page 19: PULVIS

Beberapa zat lain justru tidak larut jika suhunya dinaikkan (bersifat

eksoterm), karena pada kelarutannya menghasilkan panas.

Zat terlarut + pelarut larutan + panas

Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, minyak atsiri, gas-gas yang larut.

5. Salting Out

Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan besar

dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama

atau terbentuknya endapan karena ad reaksi kimia.

Contoh :

Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedlam air tersebut

ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih

besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri

akan memisah.

6. Salting In

Peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu senyawa organik dengan

penambahan suatu garam dalam larutannya. Contoh : riboflavin tidak larut

dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum

karena terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4.

7. Pembentukan Kompleks

Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang

larut dengan membentuk garam kompleks.

Contoh : Iodium larut dalam KI atau NaI jenuh.

KI + I2 KI3

HgI2 + 2 KI K2HgI4

Kecepatan kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh :

o Ukuran partikel : makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin

luas solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

o Suhu : pada umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan solute.

o Pengadukan

Page 20: PULVIS

C. Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Solutio

Keuntungan :

1. Merupakan campuran homogen

2. Dosis dapat mudah diubah-ubah dalam pembuatan.

3. Dapat diberikan dalam larutan encer kapsul atau tablet

4. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi.

5. Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna.

6. untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.

Kerugian :

1. Volume bentuk larutan lebih besar.

2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.

3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.

D. Cara Mengerjakan Obat dalam Larutan

Natrium bikarbonat gerus tuang.

Natrium bikarbonat + Na salisilat; Na bikarbonat digerus tuang,

kemudian ditambah Na salisilat. Untuk mencegah perubahan warna pada

larutan ditambahkan Na pyrophospat 0,25 % dari berat larutan.

Sublimat (HgCl2), untuk tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan

atau dikocok-kocok dalam air panas, kemudian disaring setelah dingin.

Kadar sublimat dalam obat mata : 1 : 4000

Seng klorida melarutkan seng klorida harus dengan air sekaligus,

kemudian disaring. Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka akan

terbentuk seng oksiklorida yang sukar larut dalam air.

Kamfer dilarutkan dalam spiritus fortior (96%) dua kali berat kamfer

dalam botol kering, kocok-kocok kemudian tambahkan air panas

sekaligus, kocok lagi.

Etract opii dan extract ratabhiae dilarutkan dengan cara dtaburkan ke

dalam air sama banyak, diamkan selama ¼ jam.

Succus liquiritiae

Dengan digerus tuang, bila jumlahnya kecil

Page 21: PULVIS

Dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.

Calcii lactas dan calcii gluconas

Bila jmlah air cukup, setelah dilarutkan disaring untuk mencegah

kristalisasi. Bila jumlah air tidak cukup disuspensikan dengan

penambahan PGS dibuat mixtura agitanda.

Codein

Digerus dengan air 20 kalinya, setelah larut diencerkan sebelum

dingin.

Dengan alkohol 96% sampai larut, lalu segera encerkan dengan air.

Diganti dengan HCl codein sebanyak 1,17 kalinya.

Pepsin

Tidak larut dalam air tetapi larut dalam HCl encer.

Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 kalinya, kemudian

ditambahkan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak

boleh disimpan.

Nipagin dan Nipasol kelarutan 1 : 2000

Nipagin pengawet untuk larutan air.

Nipasol pengawet untuk larutan minyak.

Dilarutkan dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan.

Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam

sediaan yang diawetkan

Fenol diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100

bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 kali jumlah yang diminta.

E. Macam-macam Sediaan Larutan

1. Potiones (Obat Minum)

Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau

lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna

yang larut dalam air atau berbentuk emulsi atau suspensi.

Page 22: PULVIS

2. Elixir

Sediaan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis,

pengawet, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan

sebagai pelarut digunakan campuran air-etanol.

Etanol berfungsi untuk mempertinggi kelarutan obat. Elixir dapat pula

ditambahkan glycerol, sorbitol, atau propilenglikol.

3. Sirup

Sirup simplex, mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25

%b/v

Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau

tanpa zat tambahan, digunakan untuk pengobatan.

Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat

pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk

menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.

4. Netralisasi

Obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian

basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Mis; solutio citratis

magnesii.

5. Saturatio

Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dan basa tetapi gas

yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.

Pembuatan:

a. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia.

Mis NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.

b. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.

c. 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam

dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne

knop sehingga gas yang terjadi tertahan.

6. Potio Effervescent

Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.

Pembuatan :

Page 23: PULVIS

Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio

Langkah 3 : seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam basa dengan hati-

hati, segera tutup dengan sampagne knop.Gas CO2 umumnya digunakan

untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-kadang

dimasudkan untuk menyegarkan rasa minuman.

Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent

adalah :

Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10

bagian dan tertutup kedap dengan gabus atau karet yang rapat.

Kemudian diikat dengan sampagne knop.

Tidak boleh mengandung bahan obat yang sukar larut,

karena tidak boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah

karena botol berisi gas dalam jumlah besar.

Penambahan Bahan-bahan

Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam

a. Zat netral dalam jumlah kecil. (jumlah besar dilarutkan dalam asam

sebagian dilarutkan dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah

airnya).

b. Zat-zat mudah menguap.

c. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid

d. Sirup

Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa

a. Garam dari asam yang sukar larut. Mis Natrii benzoas, Natrii salisilas.

b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium

dan amonium harus ditambahkan ke dalm bagian basanya, bila tidak

akan terbentulk endapan kalium atau amonium dari asam tartrat.

7. Guttae (drop)

Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila

tidak dnyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan

cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang

Page 24: PULVIS

setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebtkan

dalam Farmakope Indonesia.

Pediatric drop : obat tetes yang diguanakan untuk anak-anak atau bayi.