Pulp Mortal

7
PENDAHULUAN Anak-anak pada umumnya rentan terhadap karies. Karies tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan terbukanya pulpa. Tindakan yang selanjutnya dapat dilakukan ialah perawatan endodontik. Perawatan endodontik atau perawatan pulpa ialah perawatan yang dilakukan pada bagian dalam gigi1. Perawatan endodontik ini bertitik tolak pada pengambilan jaringan yang terinfeksi sehinggajaringan pulpa dan jaringan periapikal yang tersisa dapat melakukan regenerasinya. Perawatan pulpa pada gigi sulung terbagi atas perawatan pulpa indirek, pulp capping direk, pulpotomi, dan pulpektomi.2,3 Perawatan pulpa pada gigi sulung ini, memerlukan perhatian yang lebih, dikarenakan struktur dan anatomi gigi sulung yang berbeda dengan gigi permanen. Gigi sulung memiliki rongga pulpa yang relatif besar , tanduk pulpa lebih menonjol, dan email serta dentin yang lebih tipis.3,4 Idealnya, gigi non-vital sebaiknya dirawat dengan pulpektomi dan pengisian saluran akar. Akan tetapi, pulpektomi molar susu sering tidak praktis, dan oleh karena itu lebih ser ing digunakan teknik pulpotomi dua tahap. Pulpotomi tersebut pada akhirnya diikuti dengan penempatan medikamen di atas orifisi.4 FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN Seperti pada perawatan edontik pada umumnya, maka pada perawatan pulpotomi mortal ini perlu dilakukan tes vitalitas gigi terlebih dahulu, karena bila ternyata pulpa masih vital, maka dapat dilakukan pulpotomin satu kali kunjungan atau pulpotomi vital.3,4 Hal berikutnya ialah mengenai perbedaan dari morfologi dan anatomi dari gigi sulung dengan gigi permanen. Perbedaan ini baik dari ukuran maupun bentuknya. Serta ukuran kamar pulpanya yang lebih besar dengan tanduk pulpa yang lebih tinggi dibandingkan dengan gigi permanen.3,4 Selanjutnya adalah pemeriksaan melalui foto radiografi. Hal ini akan sangat membantu karena dapat menolong kita dalam menentukan panjang kerja, maupun ada atau tidaknya kelainan yang terdapat pada jaringan periapeks maupun jaringan di sekitar gigi tersebut.4,5 Selain itu, perlu diperhatikan prinsip perawatan edodontik yang menggunakan prinsip bedah umum, yaitu: bekerja secara asepsis, membuang jaringan yang rusak (debridement), mengalirkan cairan radang, merawat jaringan dengan menggunakan peralatan dan obat- obatan secara cermat dan hati-hati.1 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PULPOTOMI MORTAL Pulpotomi adalah pembuangan jaringan pulpa dari kamar pulpa, yang disertai pemberian medikamen diatas orifisi yang akan menstimulasi perbaikan sisa jaringan pulpa vital di akar tersebut.6 Indikasi pulpotomi mortal ini adalah untuk gigi non-vital dengan

description

pm

Transcript of Pulp Mortal

Page 1: Pulp Mortal

PENDAHULUANAnak-anak pada umumnya rentan terhadap karies. Karies tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan terbukanya pulpa. Tindakan yang selanjutnya dapat dilakukan ialah perawatan endodontik.Perawatan endodontik atau perawatan pulpa ialah perawatan yang dilakukan pada bagian dalam gigi1. Perawatan endodontik ini bertitik tolak pada pengambilan jaringan yang terinfeksi sehinggajaringan pulpa dan jaringan periapikal yang tersisa dapat melakukan regenerasinya.Perawatan pulpa pada gigi sulung terbagi atas perawatan pulpa indirek, pulp capping direk, pulpotomi, dan pulpektomi.2,3Perawatan pulpa pada gigi sulung ini, memerlukan perhatian yang lebih, dikarenakan struktur dan anatomi gigi sulung yang berbeda dengan gigi permanen. Gigi sulung memiliki rongga pulpa yang relatif besar , tanduk pulpa lebih menonjol, dan email serta dentin yang lebih tipis.3,4Idealnya, gigi non-vital sebaiknya dirawat dengan pulpektomi dan pengisian saluran akar. Akan tetapi, pulpektomi molar susu sering tidak praktis, dan oleh karena itu lebih ser ing digunakan teknik pulpotomi dua tahap. Pulpotomi tersebut pada akhirnya diikuti dengan penempatan medikamen di atas orifisi.4FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKANSeperti pada perawatan edontik pada umumnya, maka pada perawatan pulpotomi mortal ini perlu dilakukan tes vitalitas gigi terlebih dahulu, karena bila ternyata pulpa masih vital, maka dapat dilakukan pulpotomin satu kali kunjungan atau pulpotomi vital.3,4Hal berikutnya ialah mengenai perbedaan dari morfologi dan anatomi dari gigi sulung dengan gigi permanen. Perbedaan ini baik dari ukuran maupun bentuknya. Serta ukuran kamar pulpanya yang lebih besar dengan tanduk pulpa yang lebih tinggi dibandingkan dengan gigi permanen.3,4Selanjutnya adalah pemeriksaan melalui foto radiografi. Hal ini akan sangat membantu karena dapat menolong kita dalam menentukan panjang kerja, maupun ada atau tidaknya kelainan yang terdapat pada jaringan periapeks maupun jaringan di sekitar gigi tersebut.4,5Selain itu, perlu diperhatikan prinsip perawatan edodontik yang menggunakan prinsip bedah umum, yaitu: bekerja secara asepsis, membuang jaringan yang rusak (debridement), mengalirkan cairan radang, merawat jaringan dengan menggunakan peralatan dan obat-obatan secara cermat dan hati-hati.1INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PULPOTOMI MORTALPulpotomi adalah pembuangan jaringan pulpa dari kamar pulpa, yang disertai pemberian medikamen diatas orifisi yang akan menstimulasi perbaikan sisa jaringan pulpa vital di akar tersebut.6Indikasi pulpotomi mortal ini adalah untuk gigi non-vital dengan beberapa faktor yang memengaruhinya, yaitu riwayat sakit spontan, pembengkakan atau kemerahan pada mukosa, adanya sinus, mobilitas gigi, lunak pada perkusi. Selain itu juga secara radiografis terlihat resopsi patologis atau destruksi tulang periradikuler. Juga pada pulpa pada tempat yang terbuka tidak berdarah.4Sementara, indikasi umum untuk perawatan pulpotomi adalah4:1. Pasien kooperatif2. Pasien dengan kelainan perdarahan (missal, hemophilia) di mana pencabutan akan memerlukan pasien untuk tinggal di rumah sakit.3. Pasien dengan pengalaman jelek pada pencabutan sebelumnya; pulpotomi lebih disukai dari pada pencabutan untuk alasan-alasan psikologis, dan dapat dibenarkan bahkan jika tidak terdapat indikasi untuk melakukan konservasi gigi.Kemudian, indikasi untuk gigi yang dapat dilakukan pulpotomi adalah2,4:1. Ketidaksanguppan menghentikan perdarahan yang terjadi pada sisa pulpa terpotong selama melakukan pulpotomi formokresol sekali kunjungan.2. Gigi geligi susu di mana semua molar lengkap, atau dimana pengaruh pencabutan sebelumnya telah dikontrol baik oleh “balancing extraction” atau ”space maintainer”.3. Gigi geligi campuran dimana diketahui bahwa terdapat ruangan yang terbatas untuk erupsi gigi: kaninus dan premolar tetap. Space maintainer sangat penting dalam kasus-kasus seperti ini, akan tetapi mempertahankan gigi susu lebih disukai daripada pemakaian space maintainer buatan.4. Gigi geligi campuran dimana diketahui terdapat kekurngan ruangan yang cukup banyak bagi erupsinya gigi kaninus dan premolar teap.Kontraindikasi umum untuk pulpotomi pada gigi sulung, yaitu:

Page 2: Pulp Mortal

1. Pasien dari keluarga yang mempunyai sikap yang kurang memperhatikan atau kurang baik terhadap kesehatan gigi dan konservasi gigi geligi (kecuali sikap ini dapat diubah).2. Pasien dengan kerja sama yang kurang baik bagi perawatan pulpa (kecuali hal ini dapat diperbaiki melalui penatalaksaan tingkah laku).3. Pasien dengan penyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik. Walaupun perawatan pulpa dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika, tidak dapat dipastikan bahwa infeksi akan hilang selama perawatan.4. Pasien dengan kesehatan umum yang buruk (missal, diabetes, penyakit ginjal kronik, leukemia); pasien-pasien ini mempunyai daya tahan yang buruk terhadap infeksi dan kualitas penyembuhan yang buruk.Kontraindikasi untuk keadaan giginya adalah4:1. Gigi geligi dimana pengaruh pencabutan sebelumnya belum dikontrol.2. Gigi geligi campuran dimana diketahui terdapat sedikit kekurangan ruangan bagi erupsi gigi-gigi kaninus dan premolar tetap.3. Gigi dengan abses akut.4. Gigi geligi dimana lebih dari dua atau tiga gigi mempunyai pulpa yang terbuka.5. Gigi geligi dengan kerusakan mahkota yang besar dan menyeluruh sehingga restorasi setelah perawatan selesai tidak mungkin dilakukan.6. Gigi dengan karies menembus dasar kamar pulpa.7. Gigi yang sudah mendekati waktu eksfoliasinya.8. Gigi dengan resorpsi akar patologis yang telah lanjut.TEKNIK/ PROSEDUR OPERATIF PULPOTOMI MORTAL1,4,5Teknik pulpotomi mortal ini dilakukan dalam dua kali kunjungan. Kunjungan PertamaPada kunjungan pertama, dilakukan pembuangan jaringan karies dan pembuatan preparasi akses. Yang pertama perlu dilakukan ialah melakuakn isolasi terhadap gigi tersebut dengan menggunakan rubber dam, maupun cotton roll.Selanjutnya, dilakukan preparasi kavitas serta eksavasi karies yang dalam. Debris serta pulpa yang telah nekrosis di bagian koronal , yaitu kamar pulpa juga dibuang dengan menggunakan “hand instruments” disertai dengan irigasi yang banyak..Dapat digunakan sodium hypochlorite, yang juga berfungsi sebagai antimikrobial.Instrumentasi kanal yang terbatas dapat dilakukan pada gigi anterior maupun posterior. Dengan panduan yang akurat dari radiografi praoperatif, files ukuran kecil dapat dimasukkan dengan hati-hati ke dalam kanal, dan menjaga supaya dapat lebih pendek 2-3mm dari ujung akar sesuai hasil radiografi untuk meminimalisasi bahaya dari overinstrumentasi. Radiografi dapat digunakan untuk memastikan panjang kerja.Dinding kanal kemudian dikikir menggunakan file dengan lembut, gerakan yang kasar untuk membuang debris yang melekat serta dibersihkan dengan irigasi. Harus diingat bahwa preparasi dilakukan terbatas untuk debridement, kemudian bentuk kanal yang luas sesuai dengan pembuangan dentin yang berlebih tidak diharuskan. Setelah mengeringkan kanal pulpa dengan paper point. Selanjutnya adalah peletakkan bahan medikamen, yaitu dengan menggunakan cooton pellet yang telah dibasahi dengan formokresol (uapnya saja yang digunakan) atau dengan beechwood creosote yang kemudian diletakkan pada kamar pulpa, di atas pulpa bagianBahan medikamen tersebut dibiarkan sampai kunjungan berikutnya, yaitu sekitar 7-10 hari kemudian atau 1-2 minggu bila menggunakan beechwood creosote, dengan tujuan untuk memperbaiki jaringan pulpa yang masih tersisa dan membunuh mikroorganisme yang masih tersisa setelah preparasi kanal.

Kunjungan KeduaTahap pertama adalah membuang tambalan sementara, dengan sebelumnya dilakukan terlebih dahulu isolasi terhadap gigi tersebut. Selanjutnya keluarkan tambalan sementara dan cotton pellet yang mengandung beechwood creosote.Pada kunjungan kedua ini, setelah kapas yang mengandung formokresol atau beechwood creosote. dibuang, selanjutnya letakkan pasta untuk menutupi pulpa di bagian akar. Setelah itu serap pasta dengan kapaakar.s basah secara perlahan dalam tempatnya.Akar dari gigi sulung secara fisik sedang dalam proses resorpsi seiring dengan akan erupsinya gigi

Page 3: Pulp Mortal

permanent, dan beberapa bahan pengisi yang akan diletakkan di kanal gigi tersebut haruslah dapat diresorbsi dengan baik.Zink oxide-eugenol yang slow-setting tersebut dibuat dengan mencampurkan bubuk zink oksida dengan eugenol merupakan bahan yang sering dipilih. Konsistensi dari bahan tersebut dapat disesuaikan untuk dapat diletakkan dengan baik dengan berbagai metode. Perlu diingat, pasta tersebut diletakkan dengan oenekanan yang kuat ke dalam saluran akar dengan menggunakan kapas pellet.Setelah pemberian pasta zink oxide-eugenol selesai dilakukan, dilakukan restorasi gigi terhadap gigi tersebut, yaitu pembuatan stainless steel crown, ataupun dengan tumpatan amalgam. Setelah satu bulan dan bila tidak ada gejala klinik, gigi dites vitalitasnya. Untuk menimbulkan respons aliran listrik dinaikkan sedikit. Apabila tidak ada reaksi maka berarti perawatan tidak berhasil baik dan perlu dilakukan puklpektomi. Bila respons dalam batas-batas normal,kavitas ditutup dengan tumpatan tetap. Pemeriksaan ulang vitalitas dan radiologic dilakukan secara periodik setiap 6 bulan selama 2 atau 3 tahun.

PENILAIAN KEBERHASILAN2Setelah pulpotomi gigi sulung, nyeri memang jarang timbul. Hal ini bias mnyesatkan pandangan para klinisi dengan menganggap bahwa perawatannya berhasil seratus persen. Demikian juga mereka.yang tidak membuat pengecekan ulang dengan radiograf merasa bahwa perawatan pulpa molar sulungnya jarang mengalami kegagalan.Tindak lanjut 6 bulan setelah perawatan hendaknya meliputi pemeriksaan atas tanda dan gejala, sedangkan radiograf periapeks dibuat pada masa antara 12-18 bulan pasca perawatan. Adanya kegoyangan patologik, fistula, dan mungkin juga nyeri (biasanya terhadap perkusi), merupakan bukti suatu kegagalan perawatan. Tanda kegagalan secara radiografik diwujudkan oleh terlihatnya pembesaran daerah radiolusen, dan oleh adanya resorpsi akar interna atau eksterna. Kerusakan tulang mungkin akan dijumpai di daerah furkasi dan tidak di apeks. Tanda keberhasilan secara radiografik diwujudkan oleh terlihatnya perbaikan tulang serta tidak adanya tanda dan gejala. Sedangkan gigi-gigi yang tidak menunjukkan pembesaran atau pengecilan daerah radiolusen harus dianggap berhasil jika tidak disertai oleh tanda dan gejala, dengan catatan, perubahan radiolusensi radiografiknya harus diperiksa dengan teliti.

PEMBAHASANPulpotomi mortal adalah pemotongan jaringan pulpa pada bagian koronal yang telah mengalami infeksi, maupun nekrosis pada gigi non vital.Tindakan pulpotomi mortal ini dilakukan pada gigi sulung dikarenakan gigi sulung memiliki anatomi dan morfologi yang berbeda dengan gigi permanen, serta fungsinya yang berbeda, yaitu sebagai penyedia tempat gigi permanen setelahnya untuk tumbuh.Gigi sulung ini, yang apabila sedang dalam masa resorpsi akar, dimana gigi permanennya juga dalam masa erupsi, sehingga perlu untuk dipertahankan, karena gigi sulung tersebut berfungsi sebagai pemberi tempat bagi gigi berikutnya yang akan tumbuh. Selain itu, juga dapat dilakukan pada gigi yang dibutuhkan untuk menjaga oklusi antar gigi.Tahap kerja pada pulpotomi mortal terdiri atas dua kali kunjungan. Pada kunjungan pertama dilakukan preparasi akses serta eksavasi atau debridement terhadap seluruh jaringan karies serta debris yang melekat pada kamar pulpa. Tahap selanjutnya adalah pemberian medikamen, seperti formokresol, dengan cotton pellet, dan selanjutnya ditumpat dengan tumpatan sementara dalam waktu 7-10 hari kemudian sampai kunjungan berikutnya.Pada kunjungan kedua, dilakukan debridement kembali, restorasi sementara serta kapas yang diletakkan di dasar kamar pulpa dibuang. Setelah itu diletakkan medikamen untuk mengisi kamar pulpa, selanjutnya dibuat restorasi permanen, yang pada umumnya digunakan mahkota stainless steel, maupun dengan tumpatan amalgam.Selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah pemeriksaan secara berkala untuk memeriksa keberhasilan dari perawatan pulpotomi mortal tersebut.Selain itu, juga perlu diingatkan pada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya agar perawatan pulpotomi tersebut dapat berhasil.DAFTAR PUSTAKA1. Akbar SSM. Perawatan endodontik konvensional dan proses penyembuhannya. Jakarta: Lembaga

Page 4: Pulp Mortal

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1989: 1-36.2. Kennedy DB. Konservasi gigi anak: paediatric operative dentistry. Ed. 3. Alih bahasa. Sumawinata N, Sumartono SH. Jakarta: EGC, 1993: 213-73.3. Harty FJ. Endodontik klinis: endodontics in clinical practice. Ed. 3. Alih bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates, 1992: 292-9.4. Andlaw RJ. Perawatan gigi anak: a manual of paedodontics. Ed. 2. Alih bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: Widya Medika, 1992: 107-165. Whithworth JM, Nunn JH. Paediatric endodontics. In: Paediatric dentistry. 2nd edn. Editor. Welbury RR. New York: Oxford University Press, 2003: 175-6.6. Tarigan R. Perawatan pulpa gigi (endodontik). Ed. 2. Jakarta: EGC, 2004: 101.

Endo IntrakanalEndo intrakanal adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa yang sudah mati seluruhnya. Endo intrakanal merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula. Tahapan perawatan endo intrakal sama dengan perawatan pulpektomi, perbedaan perawatannya adalah pada pemakaian anastesi, pada perawatan endo intrakanal tidak memerlukan anastesi karena gigi dalam kondisi non vital.Indikasi endo intrakanal :- Nekrosis pulpa totalis.- Perawatan ulang.- Kelainan periapikalKontraindikasi endo intrakanal :- OH jelek - Tidak mempunyai nilai estetik / fungsional - Fraktur dengan arah vertikal -Mengganggu pertumbuhan gigi tetangga - Resorbsi interna / eksterna meliputi setengah akarLangkah-langkah perawatan endo intrakanal :1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.2. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan saliva.3. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.4. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah.5. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.6. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan menggunakan jarum lentulo.8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau seng fosfat.10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.