Pulau Sulawesi

download Pulau Sulawesi

of 6

description

Tugas

Transcript of Pulau Sulawesi

Pulau Sulawesi, saat ini terbagi enam wilayah pemerintah provinsi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan wilayah penelitian dalam pekerjaan ini. Provinsi Sulawesi Tenggara itu sendiri berdiri tanggal 22 September 1964 berdasarkan Undang-Undang Nomor 13/1964.LETAK

Secara orientatif Provinsi Sulawesi Tenggara berada pada bagian tenggara/ kaki kanan bawah dari Pulau Sulawesi. Provinsi yang berbatasan langsung adalah Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Selatan.

Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Secara geogafis Sulawesi Tenggara terletak di bagian Selatan khatulistiwa diantara 3 6 Lintang Selatan dan 120 45 124 60 Bujur Timur.

Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi NTT di Laut Flores. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku di Laut Banda. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan Di Teluk Bone.

Dari sisi letak secara nasional, Kota Bau-Bau merupakan kota yang memiliki letak strategis. Kota Bau-Bau adalah daerah penghubung (connecting area) antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI). bagi masyarakat daerah hinterlandnya (Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Bombana), Kota Bau-Bau berperan sebagai daerah akumulator hasil produksi dan distributor kebutuhan daerah tersebut.WILAYAH ADMINISTRATIF

Secara administratif wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara terbagi menjadi 12 kabupaten-kota, yaitu : Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupaten Kolaka Utara, Kota Kendari, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Konawe Utara dan Kota Bau-Bau.

LUAS WILAYAH

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara : 38.140 Km2 (1,44 % Luas Indonesia).FISIK DASARTopografi

Kondisi tanah daerah Sulawesi Tenggara umumnya bergunung, bergelombang berbukit-bukit. Permukaan tanah pegunungan yang relatif rendah digunakan untuk usaha mencapai luas 1.868.860 ha. Tanah ini sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut dan kemiringan tanahnya mencapai 40 derajat.Morfologi

Ditinjau dari morfologi wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan gugusan daratan jazirah Sulawesi bagian Tenggara : Pulau Buton, Pulau Muna, Pulau Kabaena, Pulau Wawonii, Kepulauan Wakatobi dan pulau-pulau lainnya baik yang bernama maupun tidak bernama.Bentuk Lahan

Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dibedakan dalam 7(tujuh) bentuk lahan utama yaitu daratan aluvial, daratan pantai, daratan piedmont, teras marin, coral reefs yang terangkat, Perbukitan, dan Pegunungan.

Bentuk lahan daratan aluvial terdiri dari daratan banjir (floodplain), Pelembahan berbentuk cekungan (Basin), Pelembahan sungai (valley) dan teras sungai. Penyebarannya terdapat disepanjang jalur aliran sungai termasuk meander, pelembahan dan cekungan yang terdapat di antara perbukitan serta di daerah-daerah bagian bawah pada wilayah bergelombang dan daratan piedmont, yang umumnya tersusun dari bahan endapan aluvium. Daratan pantai terletak di sepanjang pesisir pantai dengan bentuk wilayah datar, pesisir pantai (beaches), laguna, dan daerah pasang surut (tidal flat). Bahan yang menyusun bentuk lahan ini berasal dari endapan marin.

Bentuk lahan daratan piedmont merupakan daerah kaki perbukitan yang tersusun dari berbagai jenis batuan seperti batu pasir, batu sabak, batu ultra basa, batu gamping dan sedimen marin tak terperinci. Bentuk lahan teras marin merupakan teras laut yang terbentuk pada jaman kuarter sampai tersier dan tersusun dari bahan sedimen laut yang umumnya tidak kokoh (unconsolidated). Bentuk lahan coral reefs tersusun dari batu gamping yang terangkat. Bentuk lahan perbukitan dari proses pengangkatan, lipatan dan sebagian patahan serta intrusi. Batuan yang menyusun bentuk lahan ini terdiri atas batu gamping, napal, batu pasir, skis, filit, ultra basa, dan sedimen marin. Bentuk lahan pegunungan danproses pengangkatan, lipatan, patahan dan intrusi. Batuan penyusun bentuk lahan ini adalah batuan skis dan ultra basa.Klimatologi1. Musim

Keadaan musim di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, umumnya sama seperti daerah-daerah lain di Indonesia yang mempunyai dua musim, yakni musim Hujan dan musim Kemarau. Musim Hujan terjadi antara Bulan November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air. Musim Kemarau terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia sifatnya kering dan kurang mengandung uap air.

Khusus pada bulan April, di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan, sehingga pada bulan ini dikenal sebagai bulan/musim Pancaroba.2. Curah Hujan

Curah hujan di wilayah ini umumnya tidak merata, hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah daerah semi kering. Wilayah daerah basah mempunyai curah hujan lebih dari 2.000 mm pertahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah Utara garis Kendari-Kolaka dan bagian Utara Pulau Buton dan Pulau Wawonii.

Sedangkan wilayah daerah semi kering mempunyai curah hujan kurang dari 2.000 mm pertahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah Selatan garis Kendari-Kolaka dan wilayah kepulauan di sebelah Selatan dan Tenggara jazirah Sulawesi Tenggara.

Pada Tabel 1.16 sampai dengan Tabel 1.19 disajikan data banyaknya hari hujan dan curah hujan dari beberapa stasiun penakar di Kabupaten Buton, Muna, Kendari dan Kolaka.3. Suhu Udara

Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat tersebut dari permukaan laut, makin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan laut akan semakin rendah suhu udara dan sebaliknya. Karena wilayah daratan Sulawesi Tenggara mempunyai ketinggian umumnya di bawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah Khatulistiwa, maka propinsi ini beriklim tropis. Rata-rata kecepatan angin di Kendari selama tahun 2005 mencapai tiga belas m/detik, dan tekanan udara mencapai 1.010,5 millibar.Hidrologi

Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai besar (lihat Gambar 4.13), umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga untuk kebutuhan industri dan rumah tangga dan juga irigasi. Sungai besar seperti Sungai Konaweha yang terletak di Kabupaten Kendari memiliki debit air + 200 m3 detik dan berdiri sebauh bendungan di Wawotobi yang mampu mengairi persawahan di daerah Kabupaten Kendari seluas 18.060 ha. Sungai-sungai besar tersebut seperti : sungai Konawe, di sungai ini berdiri Bendungan Wawotobi yang mampu mengairi sawah seluas 18.000 Ha. Selain itu masih banyak sungai-sungai di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang tekanan airnya berpotensi untuk pembangunan dan pengembangan irigasi seperti: Sungai Lasolo di Kabupaten Kendari, Sungai Roraya dan Sungai Sampolawa di Kabupaten Buton (Kecamatan Rumbia, Poleang dan Sampolawa), Sungai Wandasa dan Sungai Kabangka Balano di Kabupaten Muna, serta Sungai Laeya di Kabupaten Kolaka.

Di Kabupaten Konawe terdapat beberapa sungai besar yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian, irigasi, dan pembangkit tenaga listrik seperti : Sungai Konaweeha, Sungai Lahumbuti, Sungai Lapoa, Sungai Lasolo, Sungai Kokapi, Sungai Toreo, Sungai Andumowu, Sungai Molawe dan beberapa anak sungainya.

Kabupaten Kolaka memiliki beberapa sungai dan sumber mata air dari gunung. Sungai dan mata air tersebut memiliki potensi yang dapat dijadikan sumber tenaga, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan irigasi dan pariwisata. Sungai-sungai tersebut seperti Sungai Wolulu (di Kecamatan Watubangga), Sungai Oko-oko (di kecamatan Tanggetada), sungai Huku-huku (di Kecamatan Pomalaa), Sungai Baula (di kecamatan Baula), Sungai Lamekongga (di kecamatan Wundulako), Sungai Ladongi, Andowengga (di Kecamatan Ladongi), sungai Tokai (di Kecamatan Lambadia), Sungai Loea dan Sungai Simbune (di Kecamatan Tirawuta), Sungai Balandete, Kolaka (di kecamatan Kolaka), Sungai Manggolo (di Kecamatan Latambaga), sungai Wolo (di kecamatan Wolo), Sungai Tamboli dan Sungai Konaweeha (di Kecamatan Samaturu), Sungai Mowewe (di Kecamatan Mowewe), Sungai Konawe (di Kecamatan Uluiwoi).Oceanografi

Luas perairan Provinsi Sulawesi Tenggara diperkirakan mencapai 110.000 km2 atau 11.000.000 ha. Perairan tersebut sangat berpotensi untuk pengembangan Wisata Bahari dan usaha pengembangan perikanan di samping itu memiliki panorama laut yang sangat indah seperti yang ada di Pulau Wakatobi.

Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah perairan yang potensial untuk pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena di samping memiliki bermacam-macam hasil ikan, juga memiliki panorama laut yang sangat indah.

Beberapa jenis ikan hasil perairan laut Sulawesi Tenggara yang banyak ditangkap nelayan adalah : Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang dll, di samping itu terdapat pula hasil lain seperti : Teripang, Agar-agar, Japing-japing, Lola, Mutiara dll.

Hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kelautan Indonesia dan luar negeri menunjukkan bahwa Buton Timur (Kepulauan Tukang Besi) memiliki potensi perairan untuk wisata bahari yang sangat indah bila dibandingkan dengan daerah-daerah wisata bahari lainnya di Indonesia.

Jika hendak berkunjung ke Wakatobi bulan Juli-September harus siap menghadapi ombak setinggi gunung. Namun, bagi yang berjiwa petualang, ombak besar tidak menjadi halangan untuk mengunjungi gugusan kepulauan di antara Laut Banda dan Laut Flores itu. Bagi yang tidak sanggup menghadapinya, bulan Oktober sampai awal Desember merupakan pilihan terbaik menikmati keindahan di Wakatobi.

Karakteristik pantai setiap kawasan MCMA Provinsi Sulawesi Tenggara cukup bervariasi. Tipe pantai yang ditemukan, terdiri dari pantai berpasir, berlumpur dan berbatu, dengan topografi pantai landai sampai curam. Tipe pantai kawasan MCMA Kabupaten Buton lebih didominasi pantai berbatu, khususnya di kawasan KAGULAMAS, sedangkan untuk kawasan MCMA Kabupaten Muna dan Konawe lebih didominasi oleh pantai berlumpur, khususnya di kawasan NATIGI (Kabupaten Muna) dan kawasan BONSALA (Kabupaten Konawe). Panjang pantai kawasan MCMA di Kabupaten Buton sekitar 271,99 km untuk KAGULAMAS, kemudian LASELSAR sekitar 170,40 km dan 277,15 km untuk SABASIKAYA. Panjang pantai kawasan MCMA di Kabupaten Muna sekitar 397,61 km untuk WAKASUSUMAPA dan NATIGI sekitar 270,99 km. Kawasan MCMA Kabupaten Konawe terdiri dari BONSALA dan SONITE masing-masing dengan panjang pantai sekitar 338,98 km dan 198,29 km.

Perairan Sulawesi Tenggara memiliki morfologi laut yang beragam. Untuk wilayah perairan Sulawesi Tenggara bagian Barat, morfologi dasar lautnya memiliki profil yang cukup curam, dengan basin Banda Selatan yang menghampar dari Laut Banda ke arah Teluk Bone, sedangkan untuk Kepulauan Tukang Besi (Wakatobi), terletak pada Palung Butung (Tamascik, dkk, 1997) sehingga morfologi di sekitar kepulauan ini relatif curam. Pada wilayah Sulawesi Tenggara bagian Timur, profil dasar lautnya relatif lebih landai, terutama wilayah perairan jazirah Sulawesi Tenggara, Pulau Muna dan Pulau Buton bagian Dalam, dengan kedalaman berkisar antara 0 sampai 50 meter.

Perairan sekitar Pulau Muna relatif dangkal, secara geologis termasuk Mandala Sulawesi Timur kecuali Pulau Buton yang diduga merupakan bagian busur Kepulauan Banda. Pulau Muna dikelilingi oleh laut dalam, sebelah timur oleh Cekungan Banda dan sebelah selatan dan barat oleh Cekungan Bone. Kedalaman perairan sekitar Selat Tiworo, Selat Muna (Spelman) dan Selat Poleang dengan morfologi relatif datar dengan kedalaman maksimum 70 m. Di bagian selatan Selat Muna, selat Buton dan Wowonii morfologi dasar lautnya berbeda-beda menurut lokasinya. Bagian selatan dan tengah selat Buton memperlihatkan keadaan morfologi yang turun naik, dibagian tengah menyerupai suatu cekungan dengan kedalaman maksimum 378 m bertepian cukup terjal. Morfologi relatif datar dibagian utara Selat Buton dan bagian barat Selat Wawonii dengan kedalaman laut maksimum 100 m. Pada bagian selatan, tenggara dan sampai bagian utara Buton topografinya relatif curam dengan kedalaman mencapai 3.031 m. Kondisi yang sama juga dijumpai di Pulau Muna bagian selatan dan Pulau Wawonii bagian Timur dengan kedalaman mencapai 1.866 m dan 3.880 m laut .

Tipe pasang surut yang terjadi di perairan ini merupakan tipe campuran dominan ganda (semi diurnal). Ketinggian pasang surut berkisar 1 2 m. Pada musim barat, arus di sekitar perairan Sulawesi Tenggara bergerak relatif dari arah barat ke arah timur dan timur laut, sedangkan di bagian timur jazirah Sulawesi Tenggara (di sekitar Pulau Buton) arus permukaan bergerak relatif ke arah selatan dikarenakan adanya pembatas (boundary) oleh pulau-pulau kecil di sekitar daerah tersebut. Pada musim timur (mulai bulan April), terjadi pembalikan arah arus, dimana arus bergerak relatif dari arah utara, dan di ujung Pulau Buton berputar ke arah barat, sedangkan pada bulan Juni dan Agustus, arah arus semakin dominan bergerak ke arah barat. Pada bulan Desember, arah arus kembali berubah arah ke arah timur dan timur laut .

Salinitas perairan Kabupaten Buton berkisar 18 36 ppt, sedangkan untuk Kabupaten Muna berkisar 29 36 ppt dan Kabupaten Konawe berkisar 10 -37 ppt. Pada umumnya, salinitas terendah setiap kawasan ditemukan pada daerah muara sungai dan bertepatan dengan musim hujan, sedangkan salinitas tertinggi ditemukan agak jauh dari pantai dan bertepatan dengan musim kemarau.

pH perairan kawasan Provinsi Sulawesi Tenggara berkisar 7,0 8,5, dengan pH tertinggi ditemukan di Kecamatan Sampolawa, Batauga, Kadatua dan Siompu (Kabupaten Buton) dan di Kecamaatan Kulisusu dan Pasir Putih (Kabupaten Muna).

Konsentrasi Oksigen terlarut (DO) berkisar 3,5 8,5 ppm, dengan nilai DO tertinggi ditemukan di Kecamatan Bondoala (Kabupaten Konawe) dan Kecamatan Kulisusu (Kabupaten Muna), sedangkan terendah ditemukan di Kecamatan Lasalimu (Kabupaten Buton) dan Kecamatan Wawonii Barat (Kabupaten Konawe). Konsentrasi nitrat Kabupaten Buton berkisar 0,067 0,950 ppm, di mana nilai tertinggi terdapat di Kecamatan Siompu dan terendah di Kecamatan Lakudo. Konsentrasi nitrat di Kabupaten Muna berkisar 0,011 0,598 ppm, di mana tertinggi ditemukan di Kecamatan Parigi/Kabangka dan terendah di Kecamatan Napabalano. Di Kabupaten Konawe, konsentrasi nitrat berkisar 0,030 0,719 ppm, dimana Kecamatan Wawonii Barat merupakan yang tertinggi dan terendah di Kecamatan Sawa. Konsentrasi fosfat di Kabupaten Buton berkisar 0,040 0,620 ppm, kemudian untuk Kabupaten Muna berkisar 0,011 0,270 ppm dan 0,119 0,217 ppm untuk Kabupaten Konawe. Konsentrasi silikat yang diperoleh pada Kabupaten Buton berkisar 0,002 0,022 ppm.

Kelimpahan plankton cukup bervariasi. Di Kabupaten Buton berkisar 140 7.006 ind/lt untuk fitoplankton dan 19 6.665 ind/lt untuk zooplankton, Kabupaten Muna berkisar 266 25.631 ind/lt untuk fitoplankton dan 119 1.130 ind/lt untuk zooplankton, dan di Kabupaten Konawe berkisar 35 3.300 ind/lt untuk fitoplankton dan 35 2.665 ind/lt untuk zooplankton.