Pulau Derawan

download Pulau Derawan

of 21

Transcript of Pulau Derawan

Pulau DerawanPosted in: Bahari

Pulau Derawan terletak di Kepulauan Derawan, Kecamatan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur Satuan morfologi Pulau Derawan adalah dataran pantai bertopografi datar. Pantai pasir memiliki kemiringan lereng sekitar 7 11 dengan lebar 13,5 20 meter.

Di perairan sekitarnya terdapat taman laut dan terkenal sebagai wisata selam (diving) dengan kedalaman sekitar lima meter. Terdapat beraneka ragam biota laut di sini, diantaranya cumi-cumi (cuttlefish), lobster, ikan pipa (ghostpipe fish), gurita (bluering octopus), nudibranchs, kuda laut (seahorses), belut pita (ribbon eels) dan ikan skorpion (scorpionfishes). Pada batu karang di kedalaman sepuluh meter, terdapat karang yang dikenal sebagai Blue Trigger Wall karena pada karang dengan panjang 18 meter tersebut banyak terdapat ikan trigger (red-toothed trigger fishes). Sebuah pulau dengan permukaan air laut berwarna gradasi biru dan hijau yang memukau, hamparan pasir putih nan lembut, barisan pohon kelapa di pesisir pantai, dengan hutan kecil di tengah-tengah pulau yang merupakan habitat dari bermacam jenis tumbuhan dan hewan serta keindahan alam bawah laut yang mempesona. Tidak heran apabila pulau ini bisa menempati urutan ketiga teratas sebagai tempat tujuan menyelam bertaraf dunia dan menjadikan pulau ini sebagai pulau impian bagi para penyelam.

Di sekitar Pulau Derawan, sebanyak 28 titik menyelam telah teridentifikasi. Untuk menjelajahi semua titik ini setidaknya dibutuhkan sekitar 10 hari dengan satu kali menyelam di masing-masing titik. Untuk pindah dari satu titik ke titik lainnya, pengunjung bisa menggunakan kapal. Sementara itu, pengunjung juga bisa menjelajahi pulau dengan berjalan kaki. Dr. Carden Wallace dari Museum Tropis Queensland, Australia pernah meneliti kekayaan laut Pulau Derawan dan menjumpai lebih dari 50 jenis Arcropora (hewan laut) dalam satu terumbu karang. Tak salah kiranya jika Pulau Derawan terkenal sebagai urutan ketiga teratas di dunia sebagai tempat tujuan menyelam bertaraf internasional. Potensi Kepulauan Derawan Terumbu Karang Terumbu karang di Kepulauan Derawan tersebar luas pada seluruh pulau dan gosong yang ada di Kepulauan Derawan. Gosong-gosong yang ada di kepulauan ini diantaranya Gosong Pulau Panjang, Gosong Masimbung, Gosong Buliulin, Gosong Pinaka, Gosong Tababinga dan Gosong Muaras. Tipe terumbu karang di Kepulauan Derawan terdiri dari karang tepi, karang penghalang dan atol. Atol inilah yang telah terbentuk menjadi pulau dan terbentuk menjadi danau air asin. Survei Manta Tow 2003 menunjukkan tutupan rata-rata terumbu karang di Pulau Panjang adalah 24,25% untuk karang keras dan 34,88 untuk karang hidup. Terumbu karang di Pulau Derawan memiliki tutupan rata-rata karang karang keras 17,41% dan tutupan karang hidup 27,78%. Dengan jumlah spesies 460 sampai 470 menunjukkan bahwa ini menjadi kekayaan biodiversitas nomor dua setelah Kepulauan Raja Ampat. Areal terumbu karang yang utama :

Pulau Panjang bagian barat (inlet dan channel) Karang Muaras dengan diversitas tinggi, karang sehat, dan nilai estetika Karang Malalungun, diversity tinggi dengan struktur yang kompleks dengan berbagai habitat Karang Besar yang kaya habitat

Ikan Karang Survei ikan karang tahun 2003 menunjukkan bahwa kepulauan ini menghasilkan 832 spesies. Selain itu, diperkirakan sedikitnya 1.051 spesies terdapat di perairan Berau dengan jenis dominan Gobes (Gobiidae), Wrasses (Labridae), dan Damselfishes (Pomacentridae).

Penyu Hijau Terkadang saat duduk di ujung jembatan kayu yang mengarah ke laut, kita dapat menyaksikan penyu-penyu hijau itu hilir mudik di permukaan air yang bening. Saat menyelam kita pun di temani para penyu yang berenang di sekeliling kita. Sesekali bahkan penyu-penyu tersebut nampak berkeliaran di sekitar cottage yang berada di pesisir pulau. Saat malam tiba, beberapa penyu naik ke darat dan bertelur di sana. Pulau-pulau di sekitar Derawan Pengunjung dapat meninjau juga pulau lainnya yang berada di sekitar Derawan. Misalnya: Pulau Sangalaki, Maratua, dan Pulau Kakaban yang mempunyai keunikan tersendiri. Ikan Pari Biru (Manta Rays) yang memiliki lebar mencapai 3,5 meter berpopulasi di Pulau Sangalaki. Malah bisa pula ditemuijika cukup beruntungikan pari hitam dengan lebar bentang sayap 6 meter . Sedangkan Pulau Kakaban mempunyai keunikan yaitu berupa danau prasejarah yang ada di tengah laut, satu-satunya di Asia.

Spesies khas dan dilindungi yang bisa dijumpai diantaranya ketam kelapa (Birgus latro), paus, lumba-lumba (Delphinus), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Erethmochelys fimbriata), dan dugong (Dugong dugon). Ketam kelapa dapat ditemukan di Pulau Kakaban dan Maratua. Paus dapat ditemukan di sekitar Pulau Maratua pada musim tertentu sedangkan lumba-lumba di sekitar Pulau Semama, Sangalaki, Kakaban, Maratua, dan Gosong Muaras. Penyu dapat ditemukan di sekitar Pulau Panjang, Derawan, Semama, Sangalaki dan Maratua serta Dugong di Pulau Panjang dan Semama. Spesies unik lain adalah Pari Manta (Manta birostris) yang terdapat di Pulau Sangalaki dan Pigmy Seahorse di Pulau Semama dan Derawan. Penginapan Pulau Derawan menyediakan fasilitas-fasilitas seperti cottage, Peralatan menyelam, Speedboat dan restoran. Pulau Derawan juga menyediakan penginapan yang tidak terlalu mahal yang dikelola oleh penduduk setempat. Rumah-rumah ini sederhana ini menjorok hampir 100 meter ke tengah laut membuat penghuninya leluasa melihat aneka ikan warna warni dan penyu yang lalu lalang bebas tanpa seorangpun mengganggu. Menu makanan sangat sederhana dengan dominan menu utama ikan laut dan makanan kaleng tentunya tidak mengurangi kenikmatan suasana siang dan malam di pulau ini. Akses Untuk bisa sampai di Pulau Derawan, wisatawan bisa langsung terbang selama kurang lebih 3 jam menuju Balikpapan dengan menggunakan pesawat dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta atau Denpasar. Dari Balikpapan, masih harus terbang menuju Tanjung Redeb selam satu jam dengan

menaiki pesawat KAL Star, Deraya atau DAS. Selain itu, Tanjung Redeb juga bisa dicapai melalui laut, dengan menaiki kapal dari Samarinda atau Tarakan ke Tanjung Redeb dilanjutkan dengan menyewa motorboat. Bagi yang belum datang dan menikmati Pulau Derawan, tentunya menjadikan Pulau Derawan ini tujuan kunjungan wisata utama keluarga. Tips untuk dapat berlibur di Pulau Derawan dengan harga yang lebih murah lakukan hal sebagai berikut :

Pilih Rute Jakarta-Balikpapan-Berau/TanjungBatu-Pulau Derawan. Pilih Penerbangan yang sedang Promo untu ticket murah sehingga dipesan jauh-jauh hari. Speedboat dipilih yang memiliki peralatan keselematan yang lengkap. Pliih penginapan rumah-rumah penduduk dan dekat dengan dengan fasilitas Cottage. Siapkan peralatan Snocker sendiri sehingga setiap waktu dapat berenang sehingga sepuasnya menikmati pemandangan terumbu karang dan ikan warna warni. Melakukan perjalanan Sekeluarga dan Kelompok sehingga lebih ringan dalam pembiayan Speedboad (Dihitung per Speedboad dg isi 5-40 Org). Siapkan Camera dan Handycam yang bisa tahan air. Siapakan budget tambahan untuk Diving bila biasa menyelam lebih dalam lagi 20-40 meter dari permukaan laut.

Sumber : http://www.iftfishing.com/city/wisata/bahari/pulau-derawan

Berpetualang ke Kepulauan Derawan (Kalimantan Timur)Posted by: funedutour4u on: May 12, 2009

In: cerita petualangan Comment!

By : Dian Sundari Tanggal : 20-26 December 2007 Lokasi : Kalimantan Timur Perjalanan Darat Balikpapan-Berau Kepulauan Derawan terletak di Laut Sulawesi, pada pesisir Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menghadap ke mulut muara Sungai Kelai dan dikenal dengan Delta Berau. Kepulauan ini terdiri atas enam gugusan pulau besar, yaitu Pulau Derawan, Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban, Pulau Maratua, Pulau Panjang, Pulau Samama, serta beberapa pulau kecil dan gugusan karang.

Terdapat 21 pulau di kepulauan ini. Gugus Kepulauan Derawan hanyalah sebagian kecil dari ratusan pulau di pesisir timur Kaltim yang berjumlah 248 pulau. Dari jumlah itu, 138 pulau belum mempunyai nama, dua pulau di antaranya Sipadan dan Ligitan hilang, menjadi milik Malaysia (Sumber : resep.web.id).

Kepulauan Derawan dapat ditempuh melalui 2 rute Rute pertama : Balikpapan Samarinda Berau Tanjung Batu Derawan Rute kedua : Balikpapan Samarinda Tarakan Tanjung Batu Derawan Keduanya bisa menggunakan angkutan darat maupun angkutan udara. Bagi pengunjung dari Jakarta, Anda bisa mengambil penerbangan ke Bandara Sepinggan di ibukota Propinsi Kalimantan Timur Balikpapan. Dari Balikpapan, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Berau atau ke Tarakan menggunakan pesawat udara kapasitas kecil (kurang lebih 1 jam perjalanan) menggunakan armada dari jasa penerbangan KAL Star, Deraya atau DAS. Jika sudah sampai di Tarakan atau Berau, Anda harus melanjutkan perjalanan via darat, biasanya ada beberapa mobil yang mereka sebut taksi (mobil-mobil seperti Avanza, Xenia, Kijang, dll) yang akan membawa Anda ke Tanjung Batu, disanalah Dermaga ke Kepulauan Derawan berada. Atau jika Anda memiliki waktu yang cukup luang dan untuk menghemat budget perjalanan, maka Anda bisa mengikuti jalur yang kami tempuh di akhir tahun 2007 lalu, yakni melalui darat via Berau. Kami berempat terbang dari Jakarta menggunakan armada penerbangan Air Asia, berangkat dari Bandara Sukarno-Hatta jam 6 pagi dan tiba 2 jam kemudian di Bandara Sepinggan (Balikpapan). Dari sana kami akan naik bus ke Samarinda, untuk bisa naik bis tujuan Samarinda terlebih dahulu kami harus 2 kali naik angkot. Pertama naik angkot warna hijau tua tujuan Terminal Damai (kurang lebih 30 menit), kemudian naik angkot warna hijau muda tujuan Terminal Batu Ampar (kurang lebih 45 menit). Kami diturunkan di tempat ngetemnya bis-bis tujuan Samarinda. Perjalanan ke Samarinda memakan waktu 2 jam. Bisnya penuh dan ngebut,

serta kami cukup lelah akibat perjalanan panjang dan kurang tidur jadi tidak begitu memperhatikan jalanan. Sekitar tengah hari, kami sampai di Terminal Sei Kunjang (Samarinda). Terminalnya kecil saja, ada beberapa bis besar dan beberapa angkot di sana. Kami makan siang dan beristirahat cukup lama di terminal Sei Kunjang ini. Lalu kami harus naik 1 angkot lagi (kurang lebih 1 jam perjalanan) untuk menuju Terminal Lempake, tempat mangkalnya bis-bis tujuan Berau. Sesampainya di sana, kira-kira jam 3 sore, ternyata kami harus kecewa karena bis terakhir tujuan Berau rupanya sudah penuh. Terpaksa kami harus memakai kendaraan carteran yang memang biasa digunakan penduduk setempat yang tidak kebagian bis umum. Kami berbagi kendaraan dengan 3 penumpang lokal lainnya, sewa per orang adalah sebesar Rp. 175.000, sedangkan jika menggunakan bis tarifnya hanya Rp135.000. Di Terminal Lempake ini banyak yang menawarkan mobil sewaan seperti ini, mobil-mobil yang ditawarkan seperti Avanza, Xenia, Kijang, dll keluaran terbaru dan berkualitas prima, karena beratnya jalur yang akan ditempuh jadi kondisi kendaraan harus benar-benar baik. Kami memulai perjalanan darat yang sangat panjang dan melelahkan menuju Berau ini kira-kira pada jam 5 sore. Kondisi jalan yang dilalui pada awalnya masih baik hingga melewati Kota Bontang dan Kota Sangata. Setelah itu kondisi jalanan mulai memburuk, sempit dan bolongbolong, meliuk-liku naik turun bukit dan hutan-hutan yang sudah banyak ditebang. Kami makan malam di Kota Bontang berupa nasi goring berwarna merah karena diberi caos dengan porsi yang diperuntukan bagi kuli pertambangan yang harus makan banayk karena memerlukan tenaga yang besar dalam bekerja. Gelap gulita menemani perjalan malam kami karena jarangnya rumah penduduk. Sekitar melewati tengah malam, di daerah Wahau, supir kami yang kelelahan menghentikan kendaraan di salah satu warung makan yang sudah sepi walaupun masih buka. Rupanya Pak Supir sudah sangat lelah dan mengantuk dan sudah tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan sehingga berniat untuk beristirahat di sini. Kami pun mau tidak mau harus ikut beristirahat, tiduran diselasar warung makan karena tidak ada penginapan, semalaman dikerubuti nyamuk-nyamuk hutan yang ganas. Pagihari kami kembali melanjutkan perjalanan. Jalanan semakin kecil dan rusak. Hutan yang kami lalui semakin lebat. Rumah penduduk sudah sangat jarang kami temui. Sinyal seluler sudah hilang timbul. Kami berpapasan dengan truk-truk besar pengangkut batu bara, kayu, dan solar. Dan kami melewati salah satu area penambangan batu bara yang sangat luas. Jalan ini meliuk-liuk di pinggang gunung, dibibir jurang yang sangat dalam yang telah merenggut banyak korban. Kata Pak Supir, baru saja minggu lalu ada sebuah truk yang terjun ke jurang dan supir serta keneknya tidak terselamatkan. Bahkan bangkai mobilnya masih belum di angkat dari dalam jurang karena medan yang sangat sulit. Di suatu titik di tengah hutan, jalan sudah tidak lagi beraspal. Kami berpapasan dengan bis dari arah Berau menuju Samarinda, suaranya sudah terdengar menderu-deru walaupun bisnya sendiri belum kelihatan. Tiba-tiba bis tersebut muncul dari balik tikungan dengan kecepatan tinggi, menderu-deru melewati kami diatas jalanan tanah yang licin akibat hujan subuh tadi.

Sekitar jam 12 siang kami tiba di Terminal Berau Baru di Kota Tanjung Redeb (Ibukota Kabupaten Berau). Di sini kami akan bergabung dengan 2 teman lainnya yang berangkat menggunakan pesawat dari Balikpapan karena berangkat dari Jakartanya di hari berbeda dengan kami. Terminalnya tentu saja kecil dan sepi. Kami istirahat dan makan siang di terminal ini. Sungai Berau membelah Kota Tanjung Redeb (Ibukota Kabupaten Berau) ini. Di malam hari sepanjang sisi sungai dipenuhi penjual makanan beraneka ragam. Menjadi tempat gaul yang diminati seluruh lapisan masyarakat, terutama kaum muda.

Selanjutnya kami akan menuju Tanjung Batu, menggunakan taksi selama kurang lebih 3,5 jam (ongkos per orang Rp. 50.000). Dari Tanjung Batu inilah petualangan laut di sekitar Kepulauan Derawan dan Maratua akan kami mulai. Mengintip Surga Laut Pulau Derawan Untuk menuju ke Pulau Derawan ada beberapa speedboat dan perahu tradisional yang beroperasi di dermaga ini. Jika menggunakan speedboat waktu tempuh kurang lebih 30 menit, sewanya sekitar Rp.300.000 per perahu sekali jalan (untuk ukuran speedboat kecil). Sedangkan jika menggunakan perahu tradisional akan memakan waktu sekitar 1 jam, sewanya sekitar Rp.150.000 per perahu sekali jalan. Laut sore itu tampak tenang, langit tampak tenang walupun berawan. Burung-burung laut tampak beterbangan kian kemari, mencari ikan mungkin. Kami berperahu dengan nyaman menuju ke Pulau Derawan. Kami tidak memperoleh pemandangan sunset yang spektakuler karena mendung berawan. Kami tiba di dermaga Pulau Derawan jam 5:30 sore. Dengan bantuan Bang Iwan (penduduk setempat yang adalah kenalan salah satu teman kami di dunia internet), kami berhasil mendapatkan 2 kamar sederhana di serambi lantai 2 yang menghadap ke laut (Rp.50.000 per kamar per malam, fasilitas 2 single bed). Di dekat pondokan kami terdapat restoran kecil yang juga menyewakan kamar-kamar bagi para tamu. Di Pulau Derawan ini banyak terdapat motel kecil milik penduduk lokal (seperti Danakan, Derawan Lestari III, Derawan Lestari I & II. Penginapan HAMS dan Yogie Mas menyediakan kamar dengan harga sekitar Rp.45.000 sampai

Rp.100.000/malam) dan ada juga yang cukup besar, serta ada juga Derawan Dive Resort yang mewah. Pulau Derawan ini kecil saja. Rumah-rumah penduduk berderet rapi di kedua sisi jalur yang bisa disebut jalan. Rumah-rumahnya sudah berupa rumah tembok modern, tapi ada juga masih separuh rumah kayu. Ada beberapa warung makan. Tidak banyak aktifitas yang bisa dilakukan di malam hari. Di pagi hari kami berjalan-jalan di pantai yang berair sangat jernih. Banyak juga pengunjung yang sudah bermain-main di pantai sepagi ini. Pagi ini masih mendung jadi tidak ada sunrise indah. Pasirnya putih tapi tidak terlalu lembut. Ombaknya begitu tenang, dan airnya begitu jernih. Di dermaga yang ada di depan Derawan Dive Resort kami terkagum-kagum menikmati pemandangan bawah laut yang jelas terlihat. Kami melihat penyu batik berenang tenang melintasi bawah dermaga, juga manta sting ray kecil, dan si scorpion king. Terumbu karang warna warni terhampar begitu jelas di bawah sana. Ikan-ikan hias berwarna warni bergerombol kesana kemari. Luar biasa pemandangan ini!!! Kami sudah tidak sabar untuk ber-snorkelling.

Kami menyewa jaket pelampung di Derawan Dive Resort dan segera bersnorkell ke sana kemari di sekitar dermaga. Wowww.luar biasa sekali keanekaragaman hayati di sini. Kamera ampibi saya sibuk memotret sana sini. Tak henti hentinya kami berdecak kagum melihat segala keindahan bawah laut ini. Sayangnya tidak seorangpun diantara kami yang bisa menyelam. Ahhhkalau saja.. Puas bersnorkell, kami kembali ke pondokan untuk membersihkan diri dan untuk makan siang. Menunya.seafood tentu saja. Kami juga harus bersiap-siap untuk petualangan selanjutnya di pulau Semama, Sangalaki, Kakaban, Maratua, dan Nebuko. Untuk menjelajahi ke semua pulau itu kami menyewa perahu tradisional kecil seharga Rp.1.500.000 untuk 3 hari 2 malam bertualang. Perahunya kecil saja, ada ruangan kecil untuk menyimpan barang-barang dan untuk beristirahat bergantian. Di bagian belakang perahu ada tempat duduk-duduk yang diberi atap, kami duduk berdempetan didalamnya, salah seorang dari kami harus rela kepanasan karena tempatnya tidak muat untuk kami semua. Berburu Penyu di Pulau Sangalaki Kami berperahu selama 3 jam menuju Pulau Sangalaki. Lautan tampak tenang meskipun mendung. Kami mampir sebentar ke Pulau Semama yang tidak berpenghuni, yang saat itu sedang terkena pasang hingga pantai dan pohon-pohonnya terendam air. Ada 1 bangunan tidak terurus di Pulau Semama ini.

Kami tiba di Pulau Sangalaki menjelang malam hari. Pulau Sangalaki ini adalah pusat konservasi penyu. Untuk bisa berkunjung ke sini, terlebih dahulu harus memiliki surat ijin SIMAKSI (Surat Ijin Memasuki Kawasan Konservasi). Kami tidak memiliki SIMAKSI ini jadi kami agak mengalami sedikit kesulitan dan hampir-hampir tidak diijinkan untuk menginap di pulau ini. Untunglah berkat salah satu saudara dari teman kami yang rupanya pejabat tinggi di Kementrian KLH di Jakarta, akhirnya kami diijinkan menginap di salah satu kamar yang ada di balai konservasi. Di Pulau ini juga terdapat 1 bangunan milik Sangalaki Dive Lodge yang cukup besar. Pengelola yang ada di situ mengijinkan kami untuk menggunakan fasilitas kamar mandi dan dapur untuk memasak. Kebetulan waktu itu sedang ada sekelompok murid SMA yang sedang belajar konservasi jadi suasana cukup ramai. Di malam hari kami mengelilingi pulau untuk mencari penyu yang sedang atau akan bertelur, tapi kami rupanya sedang tidak beruntung. Kami tidak menemukan satu ekor kura-kura pun di sana. Kami hanya menemukan jejak kura-kura yang cukup besar yang rupanya telah kembali ke lautan. Di pagi hari laut kembali surut hingga hamparan pantai berbatu karang timbul di permukaan , memperlihatkan kerang kerang dan ikan-ikan kecil yang terperangkap dalam kubangan air menunggu kembali dijemput sang pasang. Pada saat-saat seperti ini biasanya digunakan untuk berburu kerang laut yang nikmat, tapi harus berhati-hati terhadap si manta sting ray kecil beracun yang suka bersembunyi mengubur dirinya dengan pasir pantai. Buntutnya yang beracun sangat berbahaya. Kami menemukan beberapa manta sting ray kecil pada saat menaiki perahu kami kembali untuk melanjutkan petualangan kami. Di beberapa spot di sekitar Pulau Sangalaki, kami kembali bersnorkell. Pemandangan bawah laut di sini pun tak kalah indahnya dengan yang di Pulau Derawan. Saat kecapaian dan lapar karena bersnorkell kami akan naik ke perahu untuk menyantap mie rebus yang dimasak di atas perahu atau menyantap biscuit-biskuit yang kami bawa dari Jakarta. Hilang sudah kepenatan pekerjaan rutin yang biasa membebani kami setiap hari. Di sini kami hanyalah sekelompok petualang bebas. Bermain Bersama Ubur-ubur Kakaban Puas bersnorkell di sana sini, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Kakaban. Kami sudah tidak sabar untuk melihat sendiri danau ubur-ubur air tawar yang ada di tengah Pulau Kakaban. Setibanya di Pulau Kakaban, laut masih surut hingga perahu kami tidak bisa merapat di dermaga kayu yang ada disana. Kami pun segera menceburkan diri ke laut dan sibuk menikmati keindahan pemandangan bawah laut sambil berusaha berenang menuju dermaga. Laut yang surut sangat menyulitkan kami karena terlalu dangkal untuk direnangi tetapi terumbu karang yang terhampar didepan kami sangat tidak mungkin untuk diinjak, apalagi kalau tidak memakai alas kaki. Kami harus pandai-pandai memilih permukaan yang tidak ditumbuhi terumbu karang hidup. Sesampainya di bawah dermaga kayu, kami segera memanjat ke atas dermaga yang cukup tinggi. Dari dermaga ini terdapat jalan yang terbuat dari papan-papan kayu, menembus hutan

hingga ke danau Kakaban. Dan tampaklah di depan kami sebuah danau berair tawar yang sangat penuh dengan ubur-ubur berwarna putih kecoklatan, begitu banyaknya ubur-ubur ini, berenang memantul-mantul dan berkepak-kepak dari bawah ke atas dan sebaliknya. Ubur-ubur yang besar tampak mendekam di dasar danau, yang kecil tampak berenang di permukaan. Menakjubkan!!!

Awalnya saya merasa ngeri untuk menceburkan diri ke danau yang penuh dengan ubur-ubur itu. Tapi menurut informasi, ubur-ubur ini tidak menyengat seperti ubur-ubur lainnya. Teman-teman saya sudah menceburkan diri dan sibuk bersnorkell mengintip para ubur-ubur, bahkan memegang dan mengangkatnya di atas telapak tangan ke permukaan danau. Tanpa air, uburubur ini jadi seperti kue apem atau kue serabi cokelat, kenyal seperti jeli. Air di danau ini sangat sejuk. Mungkin karena rimbun dinaungi pepohonan. Menurut beberapa informasi dari internet, katanya ada goa bawah air yang tembus dari danau ini menuju lautan. Tapi informasi ini tidak begitu jelas. Kami tinggalkan Danau Kakaban dengan berjuta-juta jelly fish di dalamnya, dilanjutkan dengan ber-snorkell di depan dermaga. Di sini terbentuk tebing karang yang sangat curam, ditumbuhi dengan berbagai jenis terumbu karang beraneka warna dan bentuk. Taman bermain yang cantik ini penuh diisi berbagai jenis ikan laut warna warni. Terasa begitu nyaman dan damai mengambang diam diantara ribuan ikan-ikan itu. Hari sudah semakin siang, bersnorkell membuat perut kami keroncongan. Kami makan mie seduh yang airnya dimasak diatas perahu. Kami benar-benar merasa sudah seperti manusia perahu. Makan dan tidur diatas perahu. Lalu kami melanjutkan berperahu menuju Pulau Maratua. Bersirobok dengan rombongan penyu Sore hari kami tiba di perairan sekitar Pulau Maratua yang sedang pasang. Kami mampir sebentar di Maratua Paradise Resort. Dalam perjalanan menuju dermaga Pulau Maratua kami berpapasan dengan serombongan penyu yang sedang bermigrasi. Sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan. Air laut yang jernih membuat penyu-penyu tersebut terlihat jelas dari atas perahu, penyu-penyu berukuran besar melintas di kiri kanan perahu kami, membuat kami semua histeris karena takjub. Di dermaga kayu Pulau Maratua, pantainya seperti terlihat kotor dengna banyaknya gelondongan kayu yang terdampar. Katanya kayu-kayu tersebut terbawa arus sungai yang sedang banjir.

Anak-anak kecil tampak asyik bermain air, melewatkan waktu di sore hari yang cukup cerah ini. Kami bermalam di Pondok Wisata yang ada di dekat dermaga.

Pulau Maratua ini, kalau di peta terlihat seperti huruf U, kami berada di sisi U yang luar, untuk memutari pulau Maratua menuju sisi U bagian dalam, diperlukan waktu 1 hari berperahu, tapi hanya diperlukan waktu 15 menit berjalan kaki memotong pulau, melintasi perkampungan Maratua. Pagi hari kami menuju dermaga yang ada disisi U bagian dalam. Tujuan kami selanjutnya adalah Pulau Nabucco, pulau kecil yang ada di ujung kaki si pulau U. Dermaga yang ini membelah hutan bakau. Saat itu langit sangat cerah dan lautpun tampak tenang. Anak-anak tampak bermain-main diatas perahu-perahu kecil. Kami menyewa perahu kecil seharga Rp.100.000 untuk mengantarkan kami ke Nebucco. Di Pulau Nebucco ini terdapat 1 dive resort. Saat tengah hari laut disekitar Nebucco ini mengalami surut. Hingga hanya tersisa sedikit laut yang masih berair, pulau-pulau karang yang tadinya terendam air bermunculan. Dasar laut yang kini tidak berair berubah menjadi daratan yang luas. Kepiting-kepiting kecil bermunculan dari lubang-lubang persembunyiannya. Saling menyapa dengan sesamanya. Selamat Berpetualang ..!!! Sumber : http://funedutour4u.wordpress.com/2009/05/12/berpetualang-ke-kepulauan-derawankalimantan-timur/

Indah nya Kepulauan Derawan (Part 1)Tiket bis berwarna kuning lusuh telah saya pegang. Di Terminal Pal 6 Banjarmasin inilah perjalanan panjang menuju Kepulauan Derawan di Kaltim dimulai. Sebuah kepulauan yang disinyalir sebagai tempat kedua terkaya di dunia dalam hal keberagaman biota laut setelah Raja Ampat. Daya tarik lain Derawan adalah Danau Kakaban, danau purba berumur jutaan tahun yang didalam nya terperangkap jutaan ekor ubur-ubur tak menyengat. Danau jenis ini hanya ada dua lokasi di seluruh dunia, yakni Derawan dan Republik Palau.

Bis yang saya tumpangi lumayan panas. Karena bis yang saya pilih adalah bis non

AC. Perjalanan darat selama sekitar 15 jam menuju Balikpapan di dominasi pada malam hari. Maka saya dapat membayangkan betapa dinginnya perjalanan itu jika bis bongsor yang saya tumpangi menggunakan AC.

Secara perlahan bis berwarna coklat ini meninggalkan Banjarmasin. Langit di luar jendela bis terlihat sangat cerah. Riuh rendah suara kendaraan bermotor bercampur dengan suara obrolan penumpang lain di dalam bis adalah hal lumrah di dalam angkutan massal seperti ini. Tak ada yang bisa saya ajak bicara selama 1 jam pertama perjalanan ini, karena bangku di samping saya masih kosong. Novel Negeri 5 Menara yang selalu tertunda saya baca akhir nya menjadi pilihan terakhir untuk mengisi waktu. Saya segera terbawa ke dalam kisah novel yang isi nya sangat inspiratif. Yakni kisah perjalanan sekelompok anak pesantren yang juga bisa meraih mimpi.

Bis merapat ke tepi jalan persis di seberang Masjid Agung Al Karomah Martapura. Saya masih berada di Kalsel. Beberapa penumpang nampak tergesa-gesa menaiki bis. Salah satu nya adalah Aiman, seorang pria muda asal Martapura yang mau

menuju Batu Kajang, salah satu kecamatan di sekitar perbatasan Kalsel dan Kaltim. Kami pun sesekali mengobrol.

Bis terus melaju hingga akhir nya menjemput penumpang kembali di terminal kecil di Tanjung. Pada sekitar pukul 12 malam, bis kembali merapat. Kali ini adalah sebuah rumah makan yang di kiri kanan nya adalah hutan lebat. Saya tak berminat makan, karena masih kenyang. Dan saya yakin, menu makanan di warung ini adalah masakan yang tidak begitu enak tapi harga nya selangit. Sama seperti nasib warung makan persinggahan bis lainnya di provinsi manapun di Indonesia.

Fajar menjelang ketika saya tiba di pelabuhan penyeberangan fery di Penajam, Kaltim. Ratusan kapal nelayan dan speedboat tampak berjejer di sekitar pelabuhan. Langit begitu cerah, sayang rasa nya jika saya hanya menghabiskan waktu di dalam kabin kapal. Muara Teluk Balikpapan ini terlihat sangat sibuk. Kapal kecil maupun besar lalu lalang di sekitar nya. Teluk Balikpapan yang disinyalir sebagai salah satu tempat di dunia yang kaya akan ekosistem saat ini menghadapi masalah yang cukup serius. Karena pemerintah setempat membangun Jembatan Pulau Balang

yang menghubungkan Balikpapan dan Penajam Paser Utara. Banyak ancaman serius yang menghadang Teluk Balikpapan dan Hutan Lindung Sungai Wain di sekitar nya, yakni ancaman terhadap bekantan dan pesut teluk yang merupakan hewan endemik Kalimantan. Inilah Indonesia, demi alasan pertumbuhan laju ekonomi maka apapun akan dilakukan.

Saya akhir nya tiba di Balikpapan. Saya memiliki beberapa jam waktu luang untuk mengelilingi sebagian sudut-sudut Balikpapan sebelum akhir nya terbang ke Tarakan. Saya beruntung karena Andy kenalan saya yang juga anggota Couchsurfing berbaik hati menjemput dan mengajak jalan-jalan di sekitar Kota Minyak Balikpapan. Sarapan perdana di Balikpapan adalah nasi pecel, sedangkan Andy memilih menu nasi kuning.

Kelar sarapan, saya langsung di giring ke sebuah pantai di sekitar Pertamina. Namanya Pantai Melawai, sebuah pantai kecil dan nyaris tak ada pasir nya. Dari sini saya bisa menyaksikan langit biru dan lalu lalang kapal besar. Andy kembali menggiring saya ke sudut lain Balikpapan, yakni Gunung Dubs. Sebuah dataran

tinggi yang di atas nya saya bisa menyaksikan Balikpapan dari atas bukit. Saya bahkan diajak ke sebuah jembatan yang diyakini banyak warga Balikpapan sangat angker. Keterbataan waktu memaksa saya harus segera menuju Bandara Internasional Sepinggan. Disana saya menemui kawan lain bernama Anno yang pernah jalan bareng ke Tana Toraja, Sulsel di tahun lalu. Aroma nasi goreng Solaria tercium samar-samar. Kami sempat mengobrol sejenak hingga kemudian saya harus memasuki ruang tunggu bandara. Di dalam ruang tunggu, saya menemui beberapa kenalan baru yang juga akan ke Pulau Derawan.

Kota Tarakan di utara Kalimantan akhir nya terlihat. Pesawat mendarat mulus di Bandara Internasional Juwata. Bandara kecil yang ternyata memiliki rute luar negeri. Bandara milik Pemko Tarakan ini ternyata masih membangun gedung baru yang lebih besar di samping gedung lama. Di sekitar ruang pengambilan bagasi, saya ternyata kembali bertemu dengan teman sesama trip ke Tana Toraja. Pertemuan dengan Marlina ini benar-benar tidak sengaja. Dia juga mau ke Pulau Derawan bersama puluhan traveler lain dari Jakarta.

Speedboat berukuran sedang telah menunggu saya dan rombongan di Pelabuhan Tengkayu Tarakan. Setelah semua penumpang lengkap, speedboat kami pun melaju meninggalkan Tarakan. Langit sangat cerah dan lautan agak sedikit bergelombang. Saya makin tidak sabar untuk segera tiba di Derawan.

Perjalanan sekitar 2,5 jam di lautan lepas akhir nya berujung di sebuah dermaga kayu di Derawan. Perairan di sekitar Derawan sangat jernih. Membuat saya ingin segera bercebur. Namun saya mengurungkannya, karena harus segera membereskan barang bawaan ke penginapan. Hal pertama di Derawan adalah menikmati suasana matahari tenggelam di barat pulau. Namun awan tebal ternyata menutup sunset sore ini. Saya pun segera menuju dermaga kayu yang menjorok ke lautan. Pemandangan nya sangat indah, saya bisa menyaksikan laut lepas dengan leluasa. Di dermaga itu saya kembali bertemu dengan Eva, traveler asal Surabaya yang pernah saya kenal ketika Eva jalan-jalan di Pasar Terapung Lok Baintan Banjarmasin tahun lalu. Kami memang telah merencanakan trip Derawan pada waktu yang sama. Hingga akhir nya trip ini benar-benar terwujud.

Makan malam pertama di Derawan adalah dengan menyantap ikan kakap merah bakar di RM. Avril. Selain ikan nya yang enak, warung sederhana ini juga menyediakan sambal tomat yang sangat nikmat. Menikmati indah nya ribuan bintang di ujung jembatan kayu adalah hal menarik yang saya lakukan setelah makan malam. Benar-benar indah. Hingga akhir nya rasa kantuk memaksa saya untuk segera kembali ke penginapan.

Pagi menjelang. Saya tergesa-gesa menyaksikan matahari terbit di salah satu dermaga di sekitar Derawan Dive Resort. Puas menikmati sunrise, saya segera mengarahkan pandangan ke air laut di sekitar dermaga. Ternyata apa yang dikatakan banyak orang tentang mudah nya bertemu penyu hijau di Derawan terbukti juga. Saya dengan mudah menyaksikan 4 ekor penyu berukuran seperti tudung nasi yang berenang di air jernih khas Derawan. Penyu-penyu tersebut sedang mencari makan berupa dedaunan yang hanyut di air.

Malam kedua di Pulau Derawan adalah menikmati ikan baronang bakar di RM. Avril. Lagi-lagi sambal tomat nya sangat nikmat. Puas makan malam, saya langsung bergabung dengan teman-teman lainnya untuk menyaksikan penyu bertelur. Namun malam ini ternyata gagal, karena penyu yang nyaris sudah menemukan lubang telur merasa terusik oleh kedatangan kami. Penyu raksasa itupun pergi ke lautan. Saat penyu mencari lubang dan bahkan sedang menggali lubang, penyu sangat sensitif dengan suara berisik dan cahaya lampu termasuk senter. Namun jika penyu tersebut sedang mengeluarkan telur nya, maka memegang badan penyu pun bukan jadi soal. Sebagai pengobat rasa kecewa, saya pun mengganti nya dengan menyaksikan hamparan bintang di dermaga kayu. Meski agak diganggu oleh serombongan turis lokal yang berkaraoke ria dengan norak nya.

Pagi menjelang, saya mencoba mencicipi kuliner khas Derawan, yakni nasi atau ketan yang dimasak dengan batok bulu babi. Beras atau ketan mentah di masukan ke dalam batok bulu babi, lalu dimasak hingga matang.

Aktivitas memberi makan penyu dengan daun pisang adalah hal paling langka yang saya alami. Saya hanya bermodalkan daun pisang segar untuk mengundang kehadiran penyu. Daun pisang tersebut cukup dikaitkan dengan seutas tali, lalu mengikatnya di dermaga. Jika beruntung, beberapa ekor penyu sekaligus akan memakan daun pisang tersebut. Seperti yang saya alami bersama beberapa teman saat ini. Hanya berselang beberapa menit saja, penyu-penyu berhasil kami datangkan. Bahkan ada yang nekad bercebur untuk memegang badan penyu.

Siang harinya, snorkeling di Coral Garden Pulau Derawan adalah aktivitas utama di hari ketiga saya di Derawan. Saya agak meragukan, apakah keberagaman terumbu karang nya bisa sehebat nama nya. Ternyata penamaan tersebut tidaklah mengada-ada. Coral berbagai bentuk dan warna telihat sangat rapat di dalam lautan. Ikan warna-warni termasuk ikan badut di dalam film animasi Finding Nemo dengan mudah saya temui. Spot selanjutnya adalah gusung pasir. Sebuah hamparan sangat bersih di tengah lautan. Gusung pasir ini terbentuk jika air laut sedang surut. Banyak gusung pasir di sekitar Derawan. Kami memilih gusung pasir yang ada di sebelah barat Derawan. Sangat indah.

Di malam terakhir di Derawan, saya dan kawan-kawan akhir nya menyaksikan juga penyu bertelur di sekitar lapangan voli pantai. Salah seorang petugas WWF dengan senang hati mengajak saya dan rombongan untuk menyaksikan penyu mengeluarkan telur nya. Hingga larut malam, kami tetap berada di sekitar penyu. Saya pikir kapan lagi saya bisa menemui pengalaman seperti ini. Saya tak peduli dengan rasa kantuk yang menyerang.

Hari terakhir, saya isi kembali dengan snorkeling di sekitar dermaga di Derawan. Cukup menceburkan diri dengan peralatan snorkel lengkap tanpa diantar dengan speedboat, saya bisa menyaksikan hamparan terumbu karang. Meski tidak sepadat Coral Garden dan Pulau Kakaban. Di ujung dermaga Derawan Dive Resort, saya dan kawan-kawan bahkan bisa memberi makan ribuan ekor ikan yang saya tidak tahu apa nama nya. Cukup melempar segenggam nasi putih, koloni ikan segera menyambar nasi tersebut.

Pengalaman indah menjelajah pulau-pulau di sekitar Derawan, semakin menggelitik pikiran saya terhadap salah satu dialog di serial Korea yang isi nya tentang Bali yang menurut serial tersebut adalah surga terakhir di dunia. Saya benar-benar tidak sependapat!

Sumber : http://kalimantanku.blogspot.com/2011/06/indah-nya-kepulauan-derawanpart-1.html