puisi itu cinta

53
1. Indahnya Jatuh Cinta Disuatu malam yang dingin aku termenung melihat berkilaunya cahaya bintang . Aku hanya mampu menatap bintang seorang diri tanpa ada yang bisa menemani hanya dinginnya malam yang menemaniku. Aku membaringkan diri tepat diatas atap rumahku untuk menunggu sembari berharap adanya bintang jatuh yang kupercaya jika ada bintang jatuh dari langit lalu kita membuat permintaan maka permintaan itu akan datang. Belum sempat bintang jatuh hujan pun datang yang membuatku harus turun dari atap rumah. Ketika sedang turun tak sengaja aku melihat pemandangan indah yang berasal dari jendela rumah seberang. Tirai jendela

description

tentang percintaan anak muda remaja

Transcript of puisi itu cinta

Page 1: puisi itu cinta

1. Indahnya Jatuh Cinta

Disuatu malam yang dingin aku termenung melihat

berkilaunya cahaya bintang . Aku hanya mampu

menatap bintang seorang diri tanpa ada yang bisa

menemani hanya dinginnya malam yang menemaniku.

Aku membaringkan diri tepat diatas atap rumahku untuk

menunggu sembari berharap adanya bintang jatuh yang

kupercaya jika ada bintang jatuh dari langit lalu kita

membuat permintaan maka permintaan itu akan datang.

Belum sempat bintang jatuh hujan pun datang yang

membuatku harus turun dari atap rumah. Ketika sedang

turun tak sengaja aku melihat pemandangan indah yang

berasal dari jendela rumah seberang. Tirai jendela

tersebut nampaknya lupa ditutup oleh penghuninya.

Pemandangan ini membuatku berpikir untuk bertahan di

tangga. Aku tak bisa berhenti menatapnya walau hujan

turun semakin deras, hati ini penuh tanya siapakah

wanita ini ? karena sebelumnya aku belum pernah

melihat wanita ini. “ANDRE TURUN NGAPAIN

KAMU DIATAS LAMA-LAMA DISANA HUJAN

MAU SAKIT KAMU NDRE” teriak Ibu yang

Page 2: puisi itu cinta

menyadarkan aku dari lamunanku. nampaknya perutku

lapar, karena dari siang aku belum makan. “Bu, masak

apa? ” tanyaku, “oh belum masak kan seharian Ibu pergi

belanja” sahutnya. Sudahlah aku masak mie saja. Ketika

memasak mie diri ini tak sadar terbawa lamunan yang

mengingatkan wanita di seberang rumah. Tak sadar air

rebusan mie tumpah lalu mengenai tanganku dan aku

spontan berteriak kesakitan “WADUH!!!!” erangku.

Kesakitan ini menghentikan lamunanku. Aku dengan

sigap mematikan kompor. Ketika makan ibu bertanya

“ngapain tadi kamu lama-lama diatas?”, “biasa bu lihat

bintang” jawabku. “lihat bintang atau lihat tetangga

baru?” tembak ibu. “lihat bintang bu, memang kita ada

tetangga baru ya”aku bertanya dengan penuh rasa

penasaran. “sebelah rumah kita kan tetangga baru, baru

pindah dari jogja” jawab ibu. “oh” hanya kata itu yang

dapat keluar dari bibirku. “Yaudah bu, aku tidur duluan

besok kuliah jam tujuh pagi bu” aku pamit kepada ibu

dan berlalu kekamar. Dikamar aku tak bisa tidur. Aku

hanya dapat bertanya-tanya siapa dia? hujan pun

berhenti kala aku menatap langit. Nampaknya pengen

keatap rumah lagi untuk menunggu satu bintang.

Page 3: puisi itu cinta

Namun tak bisa karena hari sudah malam dan genteng

pasti licin akibat hujan. Aku melihat jam berapa

sekarang? Oh rupanya masih jam delapan malam.

Nampaknya aku bisa baca-baca bahan kuliah dulu

sebelum tidur. Tiba-tiba sedang khusyunya belajar

handphone bergetar. Siapa gerangan? Malam-malam

mengirim pesan singkat (SMS). Aku membaca SMS dari

nomor yang tak diketahui oleh ku dan berbunyi “hy

cowok boleh kenalan”. Aku pikir ini SMS dari teman

kampusku untuk memberitahu kuliah besok ngak jadi.

Rupanya orang iseng ngak ada kerjaan. Kulihat jam di

handphone masih menunjukan jam sepuluh malam tapi

aku malas buat melanjutkan belajar buat kuliah besok.

Sudahlah aku bereskan tas supaya besok kalau kesiangan

ngak begitu kaget. Maklum aku orangnya kalau tidur

susah dibangunkan alias tidur kebo hehehe. Ketika aku

membereskan tas tak sengaja keluar foto perempuan dari

tasku. Foto yang selama ini aku simpan di buku kuliah.

Ternyata itu foto seorang perempuan dikampus yang ku

idamkan. Nampaknya ingatan kejadian tadi petang dari

atas tangga rumah tentang tetangga baru itu buyar.

Ketika ku melihat foto aku hanya mampu tersenyum-

Page 4: puisi itu cinta

senyum sendiri dan melihat indahnya malam . Tak sadar

aku menulis puisi tentang gadis pujaanku.

saat pertamaku bertemu denganmu hatiku berdebar-

debar

saat pertamaku memandangmu hatiku terpesona

saat pertamaku memanggilmu bibirku berasa bergetar

saat pertamaku menyentuhmu tanganku tak kuat

menahan ingin memegangmu

saat aku merasa ingin dicintai

saat aku merasa mencintai

saat aku mencintaimu

apakah kau mengizinkanku untuk mencintaimu

Itulah puisi yang aku tulis saat merasakan yang namanya

jatuh cinta untuk kali ini dan di selimuti lagu take me

now lagunya david gate, itulah yang aku tulis diselimuti

dengan indahnya bintang dimalam hari. Malam itu aku

merasakan ada yang berbeda dan aku pun bertanya

inikah yang dinamakan cinta? Malam semakin larut aku

pun melihat jarum jam yang selalu berputar tanpa arah

dan seakan-akan menghantuiku tepat di pukul dua belas

malam aku pun tertidur.

Page 5: puisi itu cinta

Tiba-tiba ada yang memanggilku dari belakang

dengan suara yang lembut dan nampaknya suara itu aku

kenal, menyebut namaku berulang-ulang “Andre…

Andre … sini mendekatlah padaku” suara indah

perempuan itu memanggil namaku, ya perkenalkan

namaku Andre Andika atau yang biasa dipanggil Andre,

usiaku saat ini delapan belas tahun yang sampai saat ini

masih menyandang predikat jomblo. Sudahlah cukup

segitu perkenalannya nanti dilanjut selama cerita,

sekarang kita lanjut ke ceritanya. Andre pun menoleh

dan memandanginya oh.. ternyata yang memanggil aku

adalah gadis yang aku impikan selama ini, iya …, iya

itulah dia, Revi gadis yang aku impikan selama ini disaat

tidur, disaat belajar hingga aku tidak bisa konsenterasi,

kemudian aku langsung menghampirinya dan aku

langsung berbicara tanpa basa-basi lagi karena aku sudah

tak sabar ingin berbicara dengannya walau hanya sedetik

saja “ sejujurnya kaulah yang ada dihatiku, aku ingin

selamanya kau ada dihatiku dan aku ada dihatimu” lalu

aku berkata. Itulah salah satu sifatku yang langsung ke

inti tanpa basa-basi terlebih dahulu. ” Andre, kamu ngak

salah ngomong ? apa ngegombal ? tapi sebenarnya kau

Page 6: puisi itu cinta

juga ada dihatiku” jawab Revi. aku pun semakin gugup

untuk berbicara dengannya aku paksakan untuk

berbicara dengan sekuat tenaga “apakah kau mau

menjadi kekasih hatiku dan kekasihku ?” aku berkata

dengan tergugup-gugup. “ Mmm.. gimana ya?” jawab

Revi, yang membuat hatiku penasaran disertai panas

dingin badan. Aku terus berusaha meyakinkan “aku

serius mencintai dan menyayangi kamu layaknya sang

bintang dan dewi rembulan” yakin ku. “apakah kau

benar dan yakin mencintaiku dan menyayangiku” lanjut

Revi, “iya aku serius vi, apa akau harus berteriak keliling

dunia” jawabku. “Tak perlu dengan kamu ngomong jujur

aja aku percaya” jawab Revi.”jadi ?” sahutku, “jadi

apa?” jawab revi. “apakah kau bersedia?” tanyaku.

“hmm gimana ya? Kamu inginnya apa?” Revi balik

bertanya kepadaku dan aku pun terdiam dibuatnya ”kok

diem” lanjutnya,”apapun jawabanmu akan kuterima

dengan sepenuh hati” jawabku, “bener nih, yakin ngak

nyesel” katanya, akupun mengangguk kepalaku “Andre

maaf yah kayanya aku ngak bisa nerima kamu” jawab

Revi, yang membuat aku kecewa “apa itu jawaban

kamu? Kalau itu yang terbaik buatku ngak apa-apa kok”

Page 7: puisi itu cinta

jawabku dengan nada sedih yang disembunyikan, “iya

aku ngak bisa nerima kamu sebagai pacar tetapi aku

nerima cinta dan hati kamu untuk ku” jawab revi yang

membuat hati ini lega di buatnya.” Revi aku ingin

mengucapkan satu kalimat untuk kamu” kata ku. “apa

kalimat itu?” diapun tak sabar ingin mendengarnya.Revi,

I L …. , “ belum selesai aku berkata seperti itu tiba – tiba

gedubrak aku pun jatuh dari tempat tidurku, dan aku

menyadarinya itu hanyalah mimpi, aku pun terdiam

sejenak tanpa memperhatikan apapun.

“ANDRE !!! BANGUN KAMU KULIAH JAM

BERAPA ? “ Teriak Ibuku

“jam tujuh bu” sahut ku agak bermalas-malasan

“TAHU NGAK SEKARANG JAM BERAPA?

SEKARANG SETENGAH TUJUH” sahut ibuku

“HAH, MATI AKU” Kataku. Gawat sekarang dosennya

si botak lagi bisa-bisa kalau telat lima menit Aku disuruh

bersihin W.C lagi. Maklumlah si botak itu dosen yang

paling killer di kampus jadi mahasiswanya pada takut

kena batunya, biasanya yang telat lebih dari tiga kali

Page 8: puisi itu cinta

nilai bisa E alias ngak lulus. Dan ngak masuk sekali

langsung ada kuliah tambahan sendiri.

Aku pun langsung berangkat tanpa mandi hanya cuci

muka dan sikat gigi, dengan membawa perlengkapan

mandi. Untuk persiapan mandi di kampus. He.. He..

Dan Aku pun bergegas berangkat dengan

angkot, selama perjalanan, aku pun terbayang

mimpi yang tadi apakah itu akan jadi kenyataan

atau hanya mimpi semata ? pertanyaan itu selalu

membayangiku, ketika sedang khusunya

ngelamun mataku pun tertuju dengan sebuah

bangunan yang aku kenal dan aku pun baru

menyadarinya setelah lima ratus meter

melewatinya, itu adalah kampusku. “KIRI PAK”

aku pun teriak tapi si supir tetap melaju

kendaraannya dengan cepat aku pun teriak lagi di

bantu dengan penumpang lain “KIRI PAK !!!!”

barulah angkot itu berhenti sekitar 1 km dari

tempat kuliahku. “mas ngak usah teriak-teriak

saya ngak budek ” kata si supir. Dalam hati aku

“pale lu kaga budek udah 1 km nih”. “mas-mas

Page 9: puisi itu cinta

ongkosnya kurang nih cuman seribu nih kurang

seribu lagi mas” lanjut si supir. Aku pun

merogoh sakuku menyerahkan uang seribuan

kepada sang supir. Aku pun menggerutu “giliran

kurang seribu dia ngeh, giliran di teriakin kaga

ngeh, nih supir kayanya kelainan deh”. Angkot

itu pun pergi menjauh dari ku. Kemudian aku

pun menyebrang dan berlari menuju kampusku

yang sudah terlewat jauh dari tempat

pemberhetian angkot budek itu, tiba-tiba

dibelakang ada yang teriak, “WOI NDRE, bareng

biar kita di omelin bareng”. Dalam hati saya sapa

yang teriak tuh gila juga tuh orang rupanya. Aku

pun berhenti dan menoleh kesumber suara

tersebut dengan mengira-ngira siapa orang yang

teriak-teriak kaya orang gila tadi. Rupanya si

Reki bila dideskripsikan anak ini berparas

tampan, wajahnya mirip dude herlino rambutnya

kribo tapi sifatnya rada-rada nyeleneh dan paling

pintar ngeles alias pintar buat alasan. Tiba-tiba

anak itu menepuk bahuku “woi ngelamun aja lo,

kesambet apa lo semalem” si Reki

Page 10: puisi itu cinta

menghilangkan lamunanku. “SETAN LO !!!”

Aku menjawab sambetan si kunyuk

Reki,”nyantai bro” si Reki sambil menepuk

bahuku, “lo kaya jin yang tiba-tiba muncul”

balasku ”sekarang jam berapa kuya?” lanjutku

“jam 7.15” dengan nada begonya “jam 7.15, telat

kuya, sekarang jadwal si botak” jawabku dengan

nada geram. “iya-iya,” lanjut si Reki pun tanpa

dosa berlari meninggalkanku. “WOI, KUYA

TUNGGUIN” Aku pun berteriak dan berlari

sekencangnya sambil menunjuk-nunjuk si Reki,

ya akhirnya aku pun tiba di depan kampusku

Universitas Mawar atau yang disingkat UWA, di

daerah ujung barat bandung dengan nafas ngos-

ngosan kaya orang dikejar setan.

Saat Aku berlari dengan kencang tak sengaja

aku menabrak seorang cewek yang berjalan

dengan sedikit santai di loby gedung fakultasku.

Dan cewek itupun terjatuh kedepanku. Cewek itu

pun mencoba bangkit sambil menggerutu “kalau

jalan lihat-lihat dong, pakai mata” kata si cewek

Page 11: puisi itu cinta

itu, “maaf, mbak terburu-buru” kataku sambil

membereskan barang-barangnya yang terjatuh

beserakan dilantai. ”terburu-buru sih, terburu-

buru tapi lihat-lihat dong” kata cewek itu sambil

menerima barang yang sudah aku bereskan. Aku

kaget ketika melihat yang kutabrak si Revi gadis

yang Aku impikan semalam. Bagai tersambar

geledek Aku tak mampu berbicara lagi yang ada

dipikirkanku kejadian semalam di mimpiku. Aku

kembali bertanya apakah dia benar-benar kekasih

hati aku? Pertanyaan itu yang membuat diriku

terdiam sejenak disertai dengan tatapan yang

semakin tertuju pada dirinya. Tiba-tiba di sakuku

terasa bergetar rupanya handphone ku bergetar-

getar pertanda ada SMS masuk. Aku pun

langsung membacanya sms itu berasal dari Reki

“Masuk lu kuya si botak mau ngabsen anak-anak

tuh” “HAH GILA” Aku terkejut dengan

masuknya SMS itu yang membuat semua mata

tertuju padaku. Aku pun berlalu

meninggalkannya sambil terburu-buru. Tanpa

kusadari dompetku terjatuh.

Page 12: puisi itu cinta

Tibalah aku di depan kelas dengan si botak

sudah mengajar dengan khusyunya dan si kuya Reki

yang sudah duduk di bangku kesayangannya di pojok

belakang kelas, tinggal diri ku yang harus bersiap-siap

terkena semprot pak botak. Karena sudah telat 30 menit.

“Pagi pak! Maaf pak telat” kataku sambil ngos-ngosan

karena belum sempat bernafas. “ADA KEPERLUAN

APA ?” Tanya pak botak dengan lantang. “Izin masuk

mengikuti kuliah Bapak” jawab ku. “KULIAH-KULIAH

APA? KAU SUDAH TELAT BERAPA MENIT ?”

jawabnya. “Maaf pak, 30 menit tadi dijalan macet”

kataku “TIDAK ADA ALASAN SILAHKAN ANDA

TIDAK MENGIKUTI KULIAH SAYA” menyuruhku

untuk tidak ikut kuliah. “tapi pak” jawabku memelas.

“TIDAK ADA” dengan lantang dan aku berlalu

meninggalkan kelasku. Sambil berjalan aku berbicara

sendiri kaya orang kebingungan “mau pulang ke rumah

masuk kadang macan? Mau ke cafe tempat biasa

mangkal ngak ada temen? Yaudah ke kantin aja deh”.

Itulah keputusan yang menurutku tepat pada pagi hari

ketika diusir dari kelas. Ketika aku lewat depan salah

satu kelas pandangan ku tertuju kepada gadis dengan

Page 13: puisi itu cinta

rambut panjang terurai lalu matanya rada sipit, putih,

lucu. Ya itulah yang ada dalam benakku ketika ku

melihat dia. ya dialah revi gadis yang ada dalam

mimpiku. Langkahku sempat terhenti ketikaku

melihatnya saat dia memperhatikan dosen yang sedang

mengajarnya. “permisi mas, lantainya mau di pel” sahut

cleaning service yang sedang mengepel sambil menepuk

bahuku yang membangunkanku dari lamunan yang

membuat terdiam sekitar lima menit. “Oya mas, maaf

mas” jawabku. Aku melangkahkan kembali kakiku

sambil melamunkan gadis yang bernama Revi.

Lamunanku pun terhenti ketika ada suara

mirip wanita dari belakang memanggilku “Andre ….

Andre …. Jangan ngelamun aja dong, ntar kesambet

setan loh”. Langkahku pun terhenti ketika terdengar

langkah kaki semakin mendekat. Lalu Aku menoleh

yang kulihat seorang laki-laki yang tinggi perawakan

sangar . “ANDRE !!!” teriaknya, Aku terkejut ternyata

yang memanggil aku ternyata banci kampus yaitu Dado.

Memang Dado sangat terkenal oleh seluruh orang

dikampusku sebagai banci kampus walaupun muka

Page 14: puisi itu cinta

boleh dibilang sangar tapi sifatnya rada kewanitaan. “eh

ndre, muka lo biasa aja dong lihat gua, lo nafsu ya sama

eike” sahut Dado. “amit-amit gua nafsu sama lo, eh

banci lampu merah ngapain lo manggil ? kaga kuliah

lo ?” Tanyaku. “eh kurang ajar ya lo, eike kan bukan

banci lampu merah tapi banci taman lalu lintas, suka-

suka dong takutnya lo kan nafsu sama eike, kuliah masih

musim ye” jawabnya. “udah ah gua mau kekantin”

sambil berjalan. “eh ndre gua ikut dong” teriak banci itu.

Aku hanya dapat mengerutu “ah sial berharap dapat

gadis kenapa mendapat banci”. Tibalah dikantin yang

kulihat hanya beberapa stand makanan yang buka, dan

meja-meja yang kosong. Nampaknya pengunjungnya

cuman aku dan sibanci ini. Ah sial kenapa cuman kami

berdua saja, ntar aku disangka homo. Maklum aku sudah

menjomblo empat tahun hingga sekarang belum

mendapatkan cinta itu. Ah daripada berlama-lama disini

mending kewarung belakang kampus, mudah-mudahan

ada yang membuat mata dipagi ini semakin segar,

maklum saja warung belakang kampus memang daerah

kos-kosan yang rata-rata penghuni kosannya kaum hawa.

Aku berusaha meninggalkan banci itu dikantin ini saja,

Page 15: puisi itu cinta

tapi bagaimana caranya. “do, lo mesen dulu aja

makanan, ntar gua nyusul, kebetulan gua belum ‘nyetor’

ke toilet pagi ini” sahutku ke dado. “bareng deh ndre,

gua takut disini sendirian” kata si dado. Waduh gawat

nih anak makin ngelunjak ”eh ngapain lo ikut?” lanjut

aku. Nampaknya aku harus berpikir ulang gimana

caranya ninggalin nih banci. Akhirnya setelah lima menit

berpikir dapat juga idenya. “dado mau bantuin ngak?”

tawarku. “bantuin apa ndre?” sahutnya. “kan andre baru

sakit perut biasanya habis itu laper pesenin nasi goreng

mawut yang stand pojokan (sambil tanganku

menunjukan tempatnya) terus tolong tungguin ya”

jawabku. Karena aku tahu kalau tukang nasi goreng

ditempat itu terkenal lama. Dado hanya dapat

mengangguk saja. Aku pun berlalu tapi tiba-tiba banci

itu kembali memanggilku “ndre uangnya mana?”,

“dompet gue ketinggalan jadi gue minjem duit lo dulu ya

hehehe” sahutku. Aku berlari kaya orang yang kebelet

mau ngeluarin tabungan (baca : boker).

Akhirnya aku bisa lolos dari serangan tuh

banci. Aku berlari ke warung belakang dengan sedikit

Page 16: puisi itu cinta

memutar dari jalur yang biasanya. Kalau lewat jalur

biasa bisa kelihatan sama banci itu. Karena jalur ini

harus kembali melewati ruangan kuliah tak sengaja aku

melihat gadis impian ku itu sedang bertanya kepada

dosen. Aku terkagum rupanya gadis ini sudah cantik

pintar pula. Ah sudahlah perutku sudah keroncongan,

meminta diberikan amunisi. Aku pun berlalu dan hanya

dapat membayangkannya saja. Rupanya diwarung

belakang lebih rame yang pengunjungnya senasib

denganku. Hanya saja mereka lebih beruntung karena

tidak bersama banci tersebut. “ndre, sini lo” panggil

sahabatku. Boy nama orangnya, type orangnya sok gaul

dan satu hal yang paling aku benci ialah sok ganteng.

Padahal muka pas-pasan dan masih mending aku. “Boy

lo ngak masuk kuliah?” sahutku. “kesiangan bro,biasa

tadi malem habis ngedisko di embassy ” sahut boy

dengan bangganya. “embass atau ember boy orang lo

lagi bokek kan kiriman dari kampung belum nyampe”

sahutku yang membuat muka si boy merah. Tak sadar

aku melihat banyak orang di warung tersebut dan mereka

menahan tawa pembicaraan aku dan boy. Aku

mendatangi si boy dan meminta maaf “ sorry bro, lo lagi

Page 17: puisi itu cinta

mulai duluan” . “iye-iye kurang ajar lo” jawab boy

dengan menginjak kakiku dengan keras yang membuat

kaki ini sakit. Aku tahu ia memakai pantofel sepatu yang

terkenal berat sementara aku mengunnakan sepatu

crocks tipis dapat dibayangkan gimana sakitnya.”satu

sama” bisiknya kepadaku dengan muka gembira. “ satu

sama sih satu sama tapi mending lo lepasin kaki lo atau

gue tonjok muka lo” jawabku sambil berbisik. Akhirnya

siboy melepaskan injakannya. Lega rasanya kaki ini

walaupun masih cenat-cenut. “eh lo tadi telat berapa

menit?” tanyanya. “biasa boy tiga puluh menit” jawabku.

“kok lama amat didalamnya sudah satu jam nih, lo

ngapain aja didalam, bersihin w.c ya?” imbuhnya sambil

tertawa terbahak-bahak. “bukan masalah itu”

sahutku.”lalu?”.” gua tadi kekantin tapi pas dijalan gua

dipanggil sama banci taman lawang nah sialnya tuh

banci kaga mau lepas” lanjutku. “lo lupa bayar tadi

malem kali, makanya punya cewek jadi kaga usah ngajak

banci jadinya lo suruh bayarkan” jawabnya sambil

ketawa.”sekarang tuh banci lo taro mana ndre?”. “gua

tinggal dikantin aja, gue bohongin aja” jawabku dengan

muka kesal karena si boy puas ketawanya.

Page 18: puisi itu cinta

“teh, kopi susunya satu sama pisang molennya empat ya

teh, lo udah mesen boy” aku bilang ke sang penjaga

warung. “nyantai bro gua udah mesen kok” jawab boy.

“kopinya kang, hati-hati ya kang masih panas” sang

penjaga warung memanggilku untuk mengambil kopi

susu yang aku pesan. “teh ada piring ngak buat minum

kopinya? ” pintaku, “ada kang” jawab sang penjaga

warung sambil memberikan piring kecil, maklum kata

orang kopi kalau masih panas biar cepat dingin tuangkan

minumannya ke piring kecil. Tapi kalau secara logika

ada benarnya karena luas penampangnya lebih besar.

Kenapa jadi ngomongin piring dan kopi? Kembali

keceritanya deh. “teh molennya mana? Biar enak sambil

ngopi ” pintaku sambil menggoda teteh-teteh penjaga

warung. Kalau menurut aku sama mahasiswa yang lain

teteh penjaga warung ini termasuk cantik dan bohay.

“sabar atuh kang kan masih digoreng” jawabnya.

Page 19: puisi itu cinta

2. Apakah mimpiku dapat terjadi

dikehidupan nyata?

Akhirnya pisang molen yang kupesan matang juga. “

kang, molennya sudah matang“ panggilnya.“ Makasih ya

teh“jawabku sambil mengambil pisang molen. Ketika

sedang asyik minum kopi yang masih panas. Tiba-tiba

seseorang dari belakang menepukku sambil teriak

memanggil “WOI NDRE! LO DISINI“ kagetnya. Sontak

membuat aku kaget dan tak sengaja aku menyemprot

kopi yang sedang diminum ke arah muka boy. Semburan

tersebut membuat seisi warung tertawa melihat kejadian

tersebut. Aku memalingkan badanku yang kulihat

ternyata Reki. Manusia gila yang membuat aku terlambat

dan tidak bisa mengikuti kuliah alias manusia pembawa

sial.“ Kambing lo ndre, kalau dendam jangan nyembur

Page 20: puisi itu cinta

muka gua dong kaya dukun aja lo“ lirih boy.“ Sorry boy,

gua kan ngak sengaja bro, tuh si kunyuk yang kagetin

gua ( sambil menunjuk ke arah Reki), panas ngak bro?“

tanyaku sembari meminta maaf.“ Panas sih kaga ndre,

tapi malunya itu lho“ Sahut reki sambil tertawa

puas.“DIEM LO NYUK“ hentak Boy yang membuat

reki diam.“ Teh ada tisue?“ boy meminta ke penjaga

warung untuk membersihkan mukanya yang terkena

kopi semburanku.“ Boy nih ada lap piring buat bersihin

muka lo yang kotor biar bersih dan ganteng“ ungkapku

sembari memberikan kain lap piring yang membuat aku

dan reki tertawa puas.“ Lo kata muka gua piring“ jawab

boy sambil mengambil tissue dari penjaga warung.“ kan

biar mengkilap bro” sahut reki. “ eh ki, tadi kuliah

gimana? Ada pengumuman ngak?“ tanyaku.“ Ya seperti

biasa membosankan, ngak ada lo berdua kaga rame

kuliahnya, kata dosennya minggu depan kita ada kuis“

jawab reki. Tumben nih orang jawabnya nyambung.

Sedang asyik berbincang dari kejauhan tampak seorang

gadisyang semalam kuimpikan dengan baju putihnya

diimbangin dengan kulitnya yang cerah sedang

menunggu. “ woi!! lo ngelamun aja bro” panggil boy

Page 21: puisi itu cinta

yang tak membuatku berpaling melihat keindahan ini. “

lihatin apa sih lo?” sahut reki.

Tiba-tiba sebuah sedan merah berhenti tepat didepan

gadis yang kuimpikan. Seorang pria ganteng itu

menghampiri sambil memberikan ciuman pada pipi

kanan gadis yang bernama Revi. Kemudian pria tersebut

membukakan pintu mobilnya. Revi pun masuk ke sedan

merah tersebut. Sedan merah itu telah pergi membawa

Revi serta impian dan hatiku. Nampaknya aku tak ingin

berlama-lama di tempat ini. Hancur hati ini ingin

menangis rasanya karena tamparan itu datang ketika aku

sedang kasmaran.“ boy, ki gua duluan ya, gua mau

ngerjain tugas dulu ya, gua lupa ngerjain tugas“

omongku.“ ngak biasanya lo kaya gini?“ heran Reki. “

iya lo ndre“ imbuh boy yang mengiyakan pernyataan

reki. “ Teh jadi berapa?” panggilku ke penjaga warung.“

Apa aja kang?“ sahut penjaga warung.“kopi satu sama

pisang molennya empat, jadi berapa semuanya?“ kataku

sambil mencari dompet.“ Jadi Rp 5.000 kang“ jawab

penjaga warung. Waduh gawat nih dompet aku kemana

perasaan tadi bawa dompet. “ eh lo berdua jangan iseng

Page 22: puisi itu cinta

dong, balikin dompet gua” tuduhku ke sahabataku reki

dan boy.” gue kaga iseng bro, ngapain juga gua ngambil

dompet lo?” tangkis boy. “ apa lagi gua bro? jatuh

dijalan kali bro” tanggap reki. Ya Tuhan dompetku

kemana. “ gua minjem duit ceban dong” kataku sambil

berharap kepada mereka berdua agar mau meminjamkan

uangnya. “ gua ada goceng nih bro” kata si boy sambil

memberikan selembar lima ribuan. “ gua juga segitu

bro” jawab boy sambil memberikan lima lembar uang

seribuan. “ makasih bro, ini teh uangnya” sahutku sambil

memberikan selambar limaribuan. Aku berusaha mencari

dompetku. Aku susuri jalan yang tadi kulalui namun

hasilnya tidak ada. Aku berpikir pasti ada di si Dado.

Akhirnya tibalah dikantin, rupanya disana Dado masih

setia menunggu.”do masih disini aja lo?” tanyaku sambil

mengahampirinya. “iya” jawabnya dengan penuh rasa

bete. “ sorry ndre nasi goreng pesenan lo udah gua

makan” lanjutnya. “ngak apa-apa do, lo lihat dompet gua

ngak?” tanyaku tanpa basa-basi. “kaga lah ndre, tadikan

lo ngomong dompet lo ketinggal dirumah” imbuhnya.

“makasih do” lanjutku sembari berjalan dan

Page 23: puisi itu cinta

meninggalkan kantin sambil mencari dompetku.

Memang sih isinya ngak seberapa, tapi aku takut

ketahuan karena di dompetku ada foto Revi gadis

impianku yang berdampingan dengan diriku. Aku

mencari kantor office boy di kampusku. “ permisi pak.

Mau nanya kalau tadi ada dompet jatuh, apa disimpan

disini?” sahutku sambil mengetuk pintu yang kebetulan

pintunya tak ditutup dan ada beberapa orang yang

sedang bersantai. “ oh biasanya kalau ada dompet jatuh

kita simpan di kantor satpam” jawab salah satu petugas.

“ makasih pak” sahutku sambil berjalan menuju ke pos

satpam yang letaknya persis di depan gerbang

kampusku.

Tibalah di kantor satpam, kebetulan ada seseorang yang

berjaga disana. “ permisi pak, numpang nanya ? Apa ada

dompet yang disimpan disini?” tanyaku. “ kalau dompet

banyak, kapan jatuhnya ?” jawab petugas yang berjaga. “

tadi pagi pak” lanjutku. “ maaf dik, pagi ini belum ada

barang yang di bawa kesini” jawab petugas tersebut

sambil melihat buku daftar yang ditemukan. “terima

kasih pak” sahutku sambil meninggalkan kantor satpam.

Page 24: puisi itu cinta

Disaat bersamaan kulihat sedan merah yang tak asing

bagiku lewat depan kampus dan berhenti di seberangku.

kemudian turunlah gadis impianku dari sedan merah

dengan muka tampak kesal. Ada apa dengan gadis

impianku ? ungkapku dalam hati. Gadis itu nampaknya

sedang berantem dengan pria yang membawa mobil

merah. Tapi bagaimana dengan dompet aku? Mengapa

tiba-tiba aku memikirkan gadis itu? Sudahlah tak usah

dipikirkan dia belum tentu gadis tersebut memikirkanku.

Aku pun masih berdiri dengan tatapan kosong tepat di

depan kantor satpam. “ Permisi mas saya numpang

lewat” suara anggota satpam kampus menyadarkan aku

dari tatapan kosong yang tanpa arti.

Aku berjalan menuju perpustakaan sambil memikirkan

dompetku. Aku hanya memikirkan bagaimana jika

dompet itu ada yang menemukan lalu di foto dan di

upload ke media jejaring sosial (misal : facebook, twitter,

dll). Matilah aku apabila dompetku ditangan yang salah.

Bisa gawat, takutnya gadis impianku malah membenci

bukan mencintai. Tak sadar aku menabrak pintu

perpustakaan yang dibuka oleh seseorang dari dalam.

Page 25: puisi itu cinta

Tak ayal membuat badanku terjatuh ke lantai. Sontak

kejadian itu menimbulkan keriuhan di luar perpustakaan.

Ada yang menahan tawa bahkan ada yang terbahak

ketika melihat kejadian ini. Daripada berlama-lama

disini dan menambah dosa orang lain. Mending aku

masuk kedalam perpustakaan untuk menenangkan diri.

Diperpustakaan aku tak membaca apapun. Aku hanya

mencoret sebuah kertas untuk dijadikan puisi.

Tak pernah kurasakan pedih yang mendalam

Tak pernah kuinginkan hati ini perih hanya karena cinta

Aku tak tahu harus berbuat apa

Aku tak ingin menangis walau hati ini menangis

Belum selesai puisi kubuat tiba-tiba ada yang

mengangetkan dan membuyarkan lamunan tentang gadis

cantik itu. “ Woi Ndre, tumben siang gini lo mangkal di

perpus kesurupan apa lo biasanya dikantin jam segini?”

Sahut seseorang pria dengan suara bassnya.“Eh elo

Rand, ya biasalah lagi ngadem, wah banyak amat bawa

bukunya rand? Sahutku ke Randy, kalau boleh dibilang

randy ini termasuk golongan orang pintar dan ganteng

Page 26: puisi itu cinta

menurutku. Sebenarnya boleh dibilang kalau temanku

satu ini tidak mempunyai kekasih. Mungkin dia memang

ngak punya niat untuk memiliki kekasih atau dia trauma

karena diputusin oleh kekasihnya yang lama. “ Andre,

kenape lu bengong ? pasti lu lagi mikirin cewek ye atau

lagi patah hati ?” panggilnya yang sedang melamun

karena memikirkan keanehan dia. “sok tahu lo, kata

siapa ah gua biasa aja” terangku. “ Nih ada buktinya

(Sambil mengambil kertas coretan puisi dari meja), nih

buat siapa puisinya?” tembak randy. “ ada deh hanya

saya dan tuhan saja yang tahu” jawabku sambil merebut

kertas coretan dari randy. “jadi mau main rahasia nih

sama sahabatmu sendiri” seloroh randy. Aku pergi

meninggalkan anak itu tanpa berbicara sepatah katapun.

“ndre, bentar” panggil Randy. “ngapain sih tuh anak

manggil aku sudah tahu orang lagi kesel” gumamku.

Randy pun menghampiriku sambil menyerahkan sebuah

barang “ndre gua cuman mau ngasih nih barang, nih

handphone lo kan, lain kali jangan jorok jadi anak” ujar

randy. “sial aku kira mau minta maaf, tapi tak apalah

yang penting handphone ngak hilang” gumamku dalam

hati untuk kedua kalinya kepada si randy.

Page 27: puisi itu cinta

Ketika meninggalkan perpustakaan aku melihat

ada sosok gadis yang tak asing sedang duduk sendiri dan

menangis di lorong kampus. Bukankah itu Revi ada

apakah dengan gadis itu yang membuatnya menangis?

siapakah yang membuat Revi menangis? ingin hati

kesana namun kupikir bukan menjadi pemecah masalah

malah menanmbah masalah. Pasti Revi akan berbicara

seperti ini, “Mau apa kamu kesini? Pasti mau ngegombal

ya?” pikirku. Ah tapi tidak mungkin dia seperti itu,

paling juga dia akan berbicara “biarkan aku sendiri,

jangan ikut campur” pikirku. Aku hanya mampu

meratapi dari kejauhan betapa kasihannya gadis itu.

Namun aku tidak mampu berbuat banyak karena dia

sudah mempunyai kekasih. Walaupun hati kecil ingin

kesana tapi diri ini mendadak menjadi kaku. Ketika

situasi seperti ini selalu saja hati dan pikiran selalu

berperang tapi kali ini pemenangnya adalah pikiran. Aku

selalu tidak pernah habis pikir mengapa pikiran dan hati

kadang tidak sejalan. Ah sudahlah tidak perlu dipikirkan

lagi pula cuman buang waktu dan pikiran saja. Terlihat

jam dinding lorong menunjukan pukul dua siang, saatnya

kuliah siang. Tapi gimana Revi masa seorang gadis

Page 28: puisi itu cinta

cantik seperti dia menangis seorang diri. Apa aku

menghampiri saja? Atau aku tinggal? Sudahlah aku coba

hampiri saja, kali ini hatilah pemenangnya. Aku

mencoba mendekati Revi, namun belum selangkah

bergerak. Tiba-tiba dari belakangku dua

orangperempuan berteriak dan berlari mendekati Revi.

“REVI….. kamu kenapa sayang?” teriak salah satu dari

mereka. Ternyata mereka adalah geng centil yaitu

gengnya Revi yang berisikan tiga orang perempuan.

Mereka bertiga tidak bisa dipisahkan, kalau boleh

dideskripsikan geng ini memang terkenal karena mereka

bertiga adalah model kampusku dan ketiga-tiganya kalau

boleh dibilang cantik semua. Hanya satu dari mereka

yang menurutku sempurna yaitu Revi karena anak ini

cantik luar dalam (jangan ngeres dulu ya, maksudnya

dalam disini adalah hatinya) dan satu lagi dia tidak matre

tidak seperti rekan yang lainnya. Ya sudahlah aku pergi

ruangan kuliah saja, Revi sudah ada yang menemani ini.

Kaki ini akhirnya melangkah menuju ruangan kuliah.

Baru saja masuk kelas boy dan reki menghampiriku.

“dari mana aja lo? Gua cariin kemana-mana ngak ada,

udah gua cari ke got juga ngak ada” sahut boy. “sial lo

Page 29: puisi itu cinta

kira gua tikus got apa? Biasa habis dari perpus. Jawabku.

“ tumben lo keperpus palingan juga ngelihat anak baru

lagi baca bukan belajar, ya kan? Ujar reki. “kaga gua

ngerjain tugas kok” jawabku santai.”eh ndre tas lo

mana?” tanya boy. “di perpus” jawabku. Suasana pun

hening seketika, dan aku menyadari tasku berada di

locker perpustakaan. “perpus!! Astaga tas gua disitu”

ujarku dan tanpa dikomando aku pun berlari layaknya

orang dikejar anjing. Belum sampai diperpustakaan aku

tak sengaja menabrak orang. Waduh ternyata yang

kutabrak adalah dosen yang akan mengajar siang ini.

“Maaf pak ngak sengaja, saya buru-buru pak” ujarku

sambil meminta maaf. “emangnya kamu mau kemana?

Bukannya kamu harus kuliah saya? Jawab dosenku.

“matilah aku” ujarku dalam hati.“mau ke toilet pak

(alasan klasik sih padahal mau ngambil tas yang ada

tugas dari dosen ini) iya pak saya udah ngak tahan buang

air pak” jawabku, “ya sudah, cepat sana” ujar dosenku.

“maaf ya pak” kataku sambil kembali berlari dan

meninggalkan dosen tersebut.

Page 30: puisi itu cinta

Akhirnya aku tiba diperpustakaan dengan nafas

terengah-engah, maklum perpustakaan kampus ini

dilantai dasar sementara ruangan kuliahku dilantai enam

dan dikampus ini tidak ada lift jadi kalau mau kemana-

mana harus naik-turun tangga. Ketika aku mengambil tas

dalam loker perpustakaan. Aku terkaget dengan suara

perempuan yang tidak begitu asing “kang, tasnya masih

mau disimpan diloker?” tanya perempuan tersebut.

Ketika aku menoleh kebelakang yang bertanya kepadaku

adalah gadis yang ada didalam mimpiku tadi malam, iya

itu revi gadis pujaanku selama ini. Seketika aku diam

membisu dan tidak bisa berbuat apa-apa, yang ada dalam

pikiranku adalah kejadian mimpiku tadi malam, apakah

mimpiku dapat terjadi dikehidupan nyata ?

“Kang gimana?” suara itu mengejutkanku dan

mengehentikan lamunanku. “oya, ngak dipakai lagi kok,

pake aja loker ini, tapi entar bilang ibu perpus ya.”

Ujarku. “kang, boleh minta tolong ngak?” pintanya

dengan sopan, “oh, boleh, ada apa?” jawabku, “apapun

buat kamu tidak ada yang tidak mungkin, kamu minta

bulan aku ambilin ko” aku ngegombal dalam hati. “

Page 31: puisi itu cinta

akang yang lapor ya, soalnya saya takut” pintanya. “

hmm.. iya deh” balasku. Memang ibu perpustakaan di

kampusku tergolong paling galak, apalagi kalau ada

mahasiswa telat mengembalikan buku siap-siap aja kena

marahnya beliau. "boleh kok tapi bareng kamu ya”

ujarku. Aku sangat beruntung sekali karena bisa

mendekati gadis pujaanku ini. Tanpa aku sia-siakan

waktu yang berharga kalau kata pepatah”mengambil

kesempatan dalam kesempitan”. Sambil menunggu

antrian pengembalian buku. Emang sih dikampusku ini

terkenal paling lama dalam urusan peminjaman dan

pengembalian buku soalnya cuman ada satu

perpustakaan dan satu penjaga, padahal mahasiswanya

banyak sekali. Sambil menunggu antrian jantung ini

rasanya berdetak kencang dan gugup. “kang, maaf ya

tadi sedikit lancang sama akang, pada saat kejadian tadi

pagi” ujar revi. “oh, iya aku juga minta maaf yah,

kebetulan tadi saya juga buru-buru karena udah telat”

jawabku gugup. Maklumlah namanya juga ngobrol

dengan gadis pujaan rasanya beda.