Puisi Chairil Anwar

download Puisi Chairil Anwar

If you can't read please download the document

description

cok nyan

Transcript of Puisi Chairil Anwar

Kumpulan Puisi Chairil Anwar AKUKalau sampai waktukuKu mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduliAku mau hidup seribu tahun lagiMaret 1943 DOAkepada pemeluk teguhTuhankuDalam termanguAku masih menyebut namamuBiar susah sungguhmengingat Kau penuh seluruhcayaMu panas sucitinggal kerdip lilin di kelam sunyiTuhankuaku hilang bentukremukTuhankuaku mengembara di negeri asingTuhankudi pintuMu aku mengetukaku tidak bisa berpaling13 November 1943 HAMPAkepada sriSepi di luar. Sepi menekan mendesak.Lurus kaku pohonan. Tak bergerakSampai ke puncak. Sepi memagut,Tak satu kuasa melepas-renggutSegala menanti. Menanti. Menanti.Sepi.Tambah ini menanti jadi mencekikMemberat-mencekung pundaSampai binasa segala. Belum apa-apaUdara bertuba. Setan bertempikIni sepi terus ada. Dan menantiSAJAK PUTIHBersandar pada tari warna pelangiKau depanku bertudung sutra senjaDi hitam matamu kembang mawar dan melatiHarum rambutmu mengalun bergelut sendaSepi menyanyi, malam dalam mendoa tibaMeriak muka air kolam jiwaDan dalam dadaku memerdu laguMenarik menari seluruh akuHidup dari hidupku, pintu terbukaSelama matamu bagiku menengadahSelama kau darah mengalir dari lukaAntara kita Mati datang tidak membelah CINTAKU JAUH DI PULAUCintaku jauh di pulau,gadis manis, sekarang iseng sendiriPerahu melancar, bulan memancar,di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.angin membantu, laut terang, tapi terasaaku tidak kan sampai padanya.Di air yang tenang, di angin mendayu,di perasaan penghabisan segala melajuAjal bertakhta, sambil berkata:Tujukan perahu ke pangkuanku saja,Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!Perahu yang bersama kan merapuh!Mengapa Ajal memanggil duluSebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!Manisku jauh di pulau,kalau ku mati, dia mati iseng sendiri.1946 DERAI DERAI CEMARAcemara menderai sampai jauhterasa hari akan jadi malamada beberapa dahan di tingkap merapuhdipukul angin yang terpendamaku sekarang orangnya bisa tahansudah berapa waktu bukan kanak lagitapi dulu memang ada suatu bahanyang bukan dasar perhitungan kinihidup hanya menunda kekalahantambah terasing dari cinta sekolah rendahdan tahu, ada yang tetap tidak terucapkansebelum pada akhirnya kita menyerah1949 Kumpulan Puisi Chairil AnwarAkuKalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduliAku mau hidup seribu tahun lagi Maret 1943 DIPONEGORODi masa pembangunan inituan hidup kembaliDan bara kagum menjadi apiDi depan sekali tuan menantiTak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.Pedang di kanan, keris di kiriBerselempang semangat yang tak bisa mati.MAJUIni barisan tak bergenderang-berpaluKepercayaan tanda menyerbu.Sekali berartiSudah itu mati.MAJUBagimu NegeriMenyediakan api.Punah di atas menghambaBinasa di atas ditindasSesungguhnya jalan ajal baru tercapaiJika hidup harus merasaiMajuSerbuSerangTerjang(Februari 1943)Budaya,Th III, No. 8Agustus 1954KRAWANG-BEKASIKami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasitidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,terbayang kami maju dan mendegap hati ?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.Kenang, kenanglah kami.Kami sudah coba apa yang kami bisaTapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawaKami cuma tulang-tulang berserakanTapi adalah kepunyaanmuKaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapanatau tidak untuk apa-apa,Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkataKaulah sekarang yang berkataKami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKenang, kenanglah kamiTeruskan, teruskan jiwa kamiMenjaga Bung Karnomenjaga Bung Hattamenjaga Bung SjahrirKami sekarang mayatBerikan kami artiBerjagalah terus di garis batas pernyataan dan impianKenang, kenanglah kamiyang tinggal tulang-tulang diliputi debuBeribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi(1948)Brawidjaja,Jilid 7, No 16,1957 YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUSkelam dan angin lalu mempesiang diriku,menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugudi Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dinginaku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datangdan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;tapi kini hanya tangan yang bergerak lantangtubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku1949CINTAKU JAUH DI PULAUCintaku jauh di pulau,gadis manis, sekarang iseng sendiriPerahu melancar, bulan memancar,di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.angin membantu, laut terang, tapi terasaaku tidak 'kan sampai padanya.Di air yang tenang, di angin mendayu,di perasaan penghabisan segala melajuAjal bertakhta, sambil berkata:"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!Perahu yang bersama 'kan merapuh!Mengapa Ajal memanggil duluSebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!Manisku jauh di pulau,kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.1946DOAkepada pemeluk teguhTuhankuDalam termanguAku masih menyebut namamuBiar susah sungguhmengingat Kau penuh seluruhcayaMu panas sucitinggal kerdip lilin di kelam sunyiTuhankuaku hilang bentukremukTuhankuaku mengembara di negeri asingTuhankudi pintuMu aku mengetukaku tidak bisa berpaling13 November 1943PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNOAyo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janjiAku sudah cukup lama dengan bicaramudipanggang diatas apimu, digarami lautmuDari mulai tgl. 17 Agustus 1945Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimuAku sekarang api aku sekarang lautBung Karno ! Kau dan aku satu zat satu uratDi zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayarDi uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh(1948)Liberty,Jilid 7, No 297,1954PRAJURIT JAGA MALAMWaktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,bermata tajamMimpinya kemerdekaan bintang-bintangnyakepastianada di sisiku selama menjaga daerah mati iniAku suka pada mereka yang berani hidupAku suka pada mereka yang masuk menemu malamMalam yang berwangi mimpi, terlucut debu......Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !(1948) Puisi Chairil AnwarChairil Anwar, seorang penyair legendaris Asal Indonesia yang amat terkenal dengan karya puisinya. Tak sedikit karyanya yang bertema Cinta, berikut ini adalah kumpulan puisi cinta karya Chairil Anwar yang bisa membuat kita merinding ketika membacanya.TAMANTaman punya kita berduatak lebar luas, kecil sajasatu tak kehilangan lain dalamnya.Bagi kau dan aku cukuplahTaman kembangnya tak berpuluh warnaPadang rumputnya tak berbanding permadanihalus lembut dipijak kaki.Bagi kita bukan halangan.Karenadalam taman punya berduaKau kembang, aku kumbangaku kumbang, kau kembang.Kecil, penuh surya taman kitatempat merenggut dari dunia dan nusiaMaret, 1943LAGU BIASADi teras rumah makan kami kini berhadapanBaru berkenalan. Cuma berpandanganSungguhpun samudra jiwa sudah selam berselamMasih saja berpandanganDalam lakon pertamaOrkes meningkah dengan Carmen pula.Ia mengerling. Ia ketawaDan rumput kering terus menyalaIa berkata. Suaranya nyaring tinggiDarahku terhenti berlariKetika orkes memulai Ave MariaKuseret ia ke sanaMaret 1943SAJAK PUTIHbuat tunanganku Miratbersandar pada tari warna pelangikau depanku bertudung sutra senjadi hitam matamu kembang mawar dan melatiharum rambutmu mengalun bergelut sendasepi menyanyi, malam dalam mendoa tibameriak muka air kolam jiwadan dalam dadaku memerdu lagumenarik menari seluruh akuhidup dari hidupku, pintu terbukaselama matamu bagiku menengadahselama kau darah mengalir dari lukaantara kita Mati datang tidak membelahBuat miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati dialam ini!Kucuplah aku terus, kucuplahDan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku18 Januari 1944HAMPAkepada Sri yang selalu sangsiSepi di luar, sepi mendesak-desakLurus-kaku pohonan. Tak bergerakSampai ke puncakSepi memagutTak suatu kuasa-berani melepaskan diriSegala menanti. Menanti-menanti.Sepi.Dan ini menanti penghabisan mencekikMemberat-mencengkung pundaUdara bertubaRontok-gugur segala. Setan bertampikIni sepi terus ada. Menanti. Menanti.Maret 1943 SENJA DI PELABUHAN KECILbuat Sri AjatiIni kali tidak ada yang mencari cintadi antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah dan air tidur hilang ombak.Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap.1946