Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem...

11

Click here to load reader

description

Lukulo Upstream Watershed is one of watershed residing in Central Java covering 3 sub-province, Kebumen, Banjarnegara, and Wonosobo. Rain season discharge of Luk Ulo river mount sharply and very small at dry season. Most farms is used for the forest of production (pinus) and non irrigated dry field. Exploiting of natural resources which not according to land capability and regional planology, its can causes the happening of erosion, land slide, water deposit decrease and also generate the problem of floods, sedimentation and dryness. Infiltration capacity ill assorted with rainfall result some of rain turn into surface runoff which cause erosion. Evidence of erosion storey on the upstream watershed can be seen from height mount sedimentation of especial of the river stream exploited by society as mineral. Usage of remote sensing and GIS (Geographic Information System) can be used for the mapping of erosion storey that is using by USLE method. This research use Landsat TM satellite censor. Parameters which used in USLE methods is Rain Erosivity Index, Soil Erodibility Indek, Land Conservtion (CP), Length and Slope (LS), only Rain Erosivity Index which cannot be tapped by remote sensing. got result that very heavy erosion storey in Lukulo Upstream Watershed is countryside of Wadasmalang, Langse, Wonotirto, Kalibening, Denial, Kebutuhjurang, Seboro, Pagedangan, Gunungjati, Kebondalem, Duren, Lebakwangi and of Kedunggong, and heavy erosion class there are countryside of Giritirto and Pesangkalan.

Transcript of Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem...

Page 1: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113

PEMETAAN EROSI DAS LUKULO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM

INFORMASI GEOGRAFI

Puguh Dwi Raharjo dan Saifudin

Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl. Karangsambung KM.19 Kebumen, Jawa Tengah Telp.(0287) 5506953; HP +628156719080 Corresponding author: [email protected]

Abstract

Lukulo Upstream Watershed is one of watershed residing in Central Java covering 3 sub-province, Kebumen, Banjarnegara, and Wonosobo. Rain season discharge of Luk Ulo river mount sharply and very small at dry season. Most farms is used for the forest of production (pinus) and non irrigated dry field. Exploiting of natural resources which not according to land capability and regional planology, its can causes the happening of erosion, land slide, water deposit decrease and also generate the problem of floods, sedimentation and dryness. Infiltration capacity ill assorted with rainfall result some of rain turn into surface runoff which cause erosion. Evidence of erosion storey on the upstream watershed can be seen from height mount sedimentation of especial of the river stream exploited by society as mineral. Usage of remote sensing and GIS (Geographic Information System) can be used for the mapping of erosion storey that is using by USLE method. This research use Landsat TM satellite censor. Parameters which used in USLE methods is Rain Erosivity Index, Soil Erodibility Indek, Land Conservtion (CP), Length and Slope (LS), only Rain Erosivity Index which cannot be tapped by remote sensing. got result that very heavy erosion storey in Lukulo Upstream Watershed is countryside of Wadasmalang, Langse, Wonotirto, Kalibening, Denial, Kebutuhjurang, Seboro, Pagedangan, Gunungjati, Kebondalem, Duren, Lebakwangi and of Kedunggong, and heavy erosion class there are countryside of Giritirto and Pesangkalan.

Key words: Lukulo, Watershed, erosion, USLE, remote sensing and GIS

Pendahuluan

DAS Lukulo Hulu merupakan salah DAS

yang terletak di daerah Propinsi Jawa Tengah

dengan koordinat 340.000 mT – 365.000 mT dan 916.0000 mU - 917.5000 mU. Secara

Administrasi DAS Lukulo Hulu ini meliputi 3 (tiga) kabupaten, yakni Kabupaten Kebumen,

Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten

Wonosobo. DAS Luk Ulo mempunyai anak-anak sungai antara lain K.Kating, K. Sentol, K.

Kedung Bener, K. Gebang, K. Cacaban, K. Mondo, K. Cangkring, K. Loning dan K. Maetan

dengan luas 675,53245 km2, sedangkan yang masuk wilayah Kebumen seluas 572,84365

km2. Panjang sungai sungai sekitar 68,5 km,

pola aliran dominan denritik di bagian atas hingga tengah, sedangkan dari tengah ke

bawah pola aliran berbentuk paralael hingga sub paralel. Fisiografi bagian upperstream

berupa perbukitan, pegunungan dan lembah

antar pegunungan. Curah hujan di bagian upperstream berkisar antara 2500 mm/tahun

sampai 3250 mm/tahun, dan bagian

downstream curah hujan kurang lebih 2600

mm/tahun. Daerah banjir ada di Kecamatan Buluspesantren dan Alian bagian selatan

masuk DAS Jeblok.

Kerusakan DAS sering dipicu oleh

perubahan tata guna lahan akibat naiknya

tingkat kebutuhan hidup manusia serta lemahnya penegakan hukum. Penggunaan

lahan merupakan bentuk intervensi manusia

terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun

spiritual. Perkembangan bentuklahan ditentukan oleh proses pelapukan dan

perkembangan tanah, erosi, gerakan massa

tanah, banjir, sedimentasi, abrasi marin, oleh agensia iklim., gelombang laut, gravitasi bumi,

dan biologi termasuk manusia. Perubahan bentuk lahan berpengaruh terhadap kondisi

tanah, tata air (hidrologi), potensi bahan tambang, potensi bencana seperti banjir,

erosi, dan longsor lahan, vegetasi, dan

Page 2: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

104 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113

kegiatan manusia dalam bidang pertanian,

permukiman, kerekayasaan, industri, rekreasi, dan pertambangan. Secara garis besar,

penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu penggunaan lahan

pertanian dan penggunaan lahan bukan

pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan ke dalam macam penggunaan

lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau

yang terdapat di atas lahan tersebut.

DAS Lukulo merupakan salah satu DAS

yang mempunyai tingkat erosi yang tinggi, hal

tersebut terlihat dari sedimen-sedimen yang dihasilkan. Proses terkikisnya dan terangkut

nya tanah oleh media alami yang berupa air (air hujan) memberikan sedimentasi yang

tinggi pada sungai dan terendapkan

membentuk poin bar-poin bar. Erosi ini dapat mempengaruhi produkti-vitas lahan yang

biasanya mendominasi DAS bagian hulu dan dapat memberikan dampak negatif pada DAS

bagian hilir (sekitar muara sungai) yang berupa hasil sedimen. Penggunaan data

penginderaan jauh dan pemodelan dengan

menggunakan SIG (sistem Informasi Geografis) dapat digunakan untuk prediksi

tingkat erosi suatu wilayah sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan DAS.

Bahan dan Metode

Kajian ini dilaksanakan pada DAS Luk Ulo

hulu yang meliputi sub DAS Loning, sub DAS Maetan, sub DAS Medono, sub DAS Lokidang,

sub DAS Cacaban, sub DAS Gebang dan sub DAS Welaran. Waktu kajian dilakukan antara

bulan Agustus – Oktober 2008. Bahan dan

peralatan yang diperlukan dalam kajian ini dapat dirinci sebagai berikut:

a. Beberapa peta tematik, di antaranya peta jaringan sungai di dalam DAS Luk Ulo

Hulu, peta RBI digital skala 1 : 25.000, Citra Landsat TM wilayah kajian, peta iklim

(peta curah hujan) serta data sekunder

curah hujan.

b. Komputer dengan aplikasi sofware untuk

SIG

c. Kertas kalkir, kertas milimeter, kertas dot grid, planimeter, kalkulator, penggaris,

peralatan menggambar dan alat tulis-menulis;

d. Perlengkapan survei lapangan dan peralatan lapangan

Analisis tingkat bahaya erosi dilakukan dengan cara memperkirakan (memprediksi) laju erosi

tanah pada satuan-satuan lahan. Sedangkan

untuk menghitung laju erosi tanah digunakan pendekatan persamaan “Universal Soil Loss Equation” (USLE) yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) sebagai berikut:

A = RKLSCP .........................................................................(1)

dimana :

A = jumlah tanah yang hilang (ton/ha/tahun)

R = erosivitas hujan tahunan rata-rata (mm/jam) K = indeks Erodibilitas Tanah

LS = Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng C = Pengelolaan Tanaman

Page 3: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

Raharjo. Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu 105

Gambar 1. Lokasi Penelitian DAS Lukulo Hulu Jawa Tengah

Erosivitas Hujan merupakan kemampuan

hujan untuk mengerosi tanah. Semakin tinggi

nilai erosivitas hujan suatu daerah, semakin besar pula kemungkinan erosi yang terjadi

pada daerah tersebut. Erodibilitas merupakan

suatu ketahanan dari tanah yang yang menunjukkan resistensi partikel tanah

terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah oleh adanya energi

kinetik air hujan dan ditentukan oleh sifat fisik

dan kimia tanah. Pada pembuatan peta indek panjang dan kemiringan lereng, panjang

lereng dapat diabaikan dan yang berpengaruh hanya kemiringan lereng (kemiringan lereng

berpengaruh 3x panjang lereng terhadap erosi) didasarkan pada satuan topografi pada

wilayah penelitian. Pengaruh vegetasi penutup

tanah terhadap erosi adalah (1) melalui fungsi melindungi permukaan tanah dari tumbukan

air hujan, (2) menurunkan kecepatan air larian, (3) menahan partikel-partikel tanah

pada tempatnya dan (4) mempertahankan

kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air (Chay asdak, 1995: 452). Gambar 2.

merupakan diagram alir penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Pemetaan Indeks Erosivitas

Pada daerah penelitian stasiun hujan yang

tercakup di dalam dan diluar area DAS meliputi 6 stasiun hujan, yaitu Alian,

Karangsambung, Karanggayam, Kali-gending,

Waduk Sempor dan Sadang. Data hujan yang digunakan merupakan data curah hujan

bulanan rata-rata DAS Lukulo Hulu dari tahun 1972 sampai tahun 2005. Semakin tinggi nilai

erosivitas hujan suatu daerah, semakin besar

pula kemungkinan erosi yang terjadi pada daerah tersebut. Tabel 1. Merupakan tabel

perhitungan nilai erosivitas setiap pos stasiun hujan.

Page 4: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

106 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Pada daerah penelitian indek erosivitas

berkisar antara 155 sampai 228. Penyebaran

indek-indek erosivitas DAS Lukulo hulu adalah sebagai berikut: Indek Erosivitas Hujan 218 –

228 terdapat dibagian utara yang meliputi desa Kebondalem, Duren, Lebak-wangi,

Majalengka, Gentansari, Kebutuh-duwur,

Gunungjati, Pagedongan, Twelagiri, Argosasoka, Ampelsari, Pasangkalan, Cenda-

na, Pringamba, Kedunggong, Kaliguwo,

Pesodongan, Ngasinan, Lamuk, Pucungkerep,

Gambaran, dan Panawaren. Daerah ini merupakan suatu daerah perbukitan dengan

jenis batuan yang komplek. Indek Erosivitas

Hujan 207 – 218 terdapat dibagian tengah DAS yang meliputi desa Petir, Wanadri,

sebagian Kebutuhjurang, Giritirto, Seboro, Sadang Kulon, Sadang Wetan, Wonosari,

Cangkring, Lancar, Somagede, Kalidadap,

Lebak, Ngadisono, dan Purwosari.

Tabel 1. Nilai Erosivitas di Pos Stasiun Hujan

Nama x y CH rata-rata bulanan (cm)

R (cm)

Alian 357121 9157251 24.52 171.42

Karangsambung 353042 9165420 26.65 192.02

Karanggayam 344300 9160682 22.73 154.61

Kaligendhing 354020 9162491 22.23 150.00

Waduk sempor 333873 9162245 34.48 272.52

Sadang 359731 9169107 29.00 215.40

Sumber : Datah Hujan Bulanan, Pengolahan SIG 2008

Indek Erosivitas Hujan 197 – 207 terdapat

dibagian tengah DAS yang meliputi desa

Glontor, Selogiri, Totogan, Pucangan, dan sebagian Wonosari ; Indek Erosivitas Hujan

186 – 197 terdapat dibagian tengah selatan yang meliputi desa Gunungsari, sebagian

Glontor, Kalibening, Wonotirto dan

Karangsambung. Indek Erosivitas Hujan 176 –

186 terdapat dibagian tengah selatan yang meliputi desa Kalirejo, sebagian Gunungsari,

Clapar, Logandu, Kebakalan, Banioro, Kalisan, Tlepok, dan Wadas malang. Indek Erosivitas

Data Hujan

Peta Jenis

Tanah

Citra Satelit RBI Digital

Intepretasi

Koreksi Geometrik/Radiometrik

Penutup Lahan

Kemiringan Lereng

Jenis Tanah

Isohyet Hujan Bulanan Rata-rata

Indeks CP

Indeks LS

Indeks Erodibilitas

Indeks Erosivitas

EROSI (ton/ha/thn)

Page 5: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

Raharjo. Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu 107

Hujan 165 – 176 terdapat dibagian tengah

selatan yang meliputi desa Pagebangan, sebagian Clapar, sebagian Logandu, sebagian

Kebakalan, sebagian Banioro, sebagian kalisan. Watumalang, dan Peniron. Indek

Erosivitas Hujan 155 – 165 terdapat didaerah

outlet pada DAS yang meliputi desa Karangrejo, Langse, dan Kaligending. Gambar

3. Merupakan Peta Indek Erosivitas Hujan DAS Lukulo Hulu.

Pemetaan Indeks Erodibilitas Tanah

Pada penelitian ini Erodibilitas tanah diukur di lab berdasarkan analisis contoh

tanah untuk tekstur, permeabilitas, kadar bahan organik, dan pengamatan klas struktur

tanah. Besar nilai K ditentukan dengan

menggunakan nomograf. Tabel 2. Merupakan Tabel nilai erodibilitas pada daerah penelitian

diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Erodibilitas DAS Lukulo Hulu

No. Kelas Luas (Ha) Nilai K Range Nilai

1 rendah 306.510 0.16 0.11 - 0.20

2 sedang 9166.317 0.27 0.21 - 0.32

3 tinggi 268.329 0.48 0.41 - 0.55

4 sangat tinggi 16852.065 0.60 0.56 - 0.64

Sumber : Data Klasifikasi Tanah, Pengolahan SIG 2008

Kelas erodibilitas rendah pada daerah penelitian mempunyai nilai K sebesar 0,16

dengan luas wilayah sebesar 306, 510 hektar. Sebaran lokasi ini berada dibagian sebelah

utara atau outlet DAS Lukulo Hulu yang

meliputi desa Peniron, Karangrejo, dan seba-gian Kaligending sedang kan kelas erodibilitas

sangat tinggi mempunyai nilai K sebesar 0,48 dengan luas wilayah sebe sar 16852,065 hek-

tar, lebih dari separuh luas DAS merupakan

kelas ini. Gambar 4. merupakan peta erodibi-litas DAS Lukulo Hulu

Tanah yang terdapat DAS Lukulo Hulu antara lain: kompleks podsolik merah keku-

ningan, podsolik kuning, dan regosol (sekitar perbukitan antiklin); kompleks litosol merah

kekuning-an, latosol coklat, podsolik merah

kekuningan dan litosol (merata diseluruh DAS). Latosol coklat tua kemerahan (hanya

sekitar 0,06%). Tanah podsolik merah kekuningan merupakan suatu tanah dengan

agregat yang jurang stabil serta permeabilitas

rendah sehingga tanah ini sangat mudah tererosi. Tanah regosol drainase dan porositas

terhambat karena sering membentuk padas, pada umum-nya belum membentuk agregat

sehingga peka terhadap erosi. Litosol merupakan tanah yang masih muda karena

bahan induk-nya sering kali dangkal atau

tampak tanah sebagai batuan padat yang padu. Latosol merupakan suatu tanah yang

telah mengalami pelapukan intensif. Dari jenis tanah yang ada di DAS Lukulo Hulu yang

litosol yang kurang resisten erosi akan tetapi

untuk jenis tanah di DAS Lukulo Hulu sebagian

besar resisten terhadapa erosi. tidak subur dan mengurangi kekuatan memproduksi

tanaman

Aliran berlebih dari tempat yang paling

rendah mengakibatkan air memotong tanah

menjadi saluran yang kecil seperti pergerakan-nya ke bawah pada lereng tersebut. Hal yang

sama pada beberapa tempat proses ini menimbulkan permukaan yang dipotong oleh

parit yang sangat dangkal (riil). Tanah-tanah

yang terbawa erosi menyebabkan sedikit kerusakan terutama menjadikan lapisan sub

soil hilang.

Pemetaan Indeks Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Kelas kemiringan dapat dihitung dengan

menggunakan analisis dari DEM (Digital Elevation Model) yang dibuat dengan

pemodelan pad SIG. Tabel. 3. Merupakan hasil analisis DEM untuk menghitung indek faktor

LS. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa

daerah DAS Lukulo hulu ini merupakan suatu DAS dengan kemiringan lereng yang relatif

tinggi, sehingga angka-angka pengaliran aliran permukannya besar. Daerah-daerah dengan

topografi yang tinggi dengan tidak ada/jarang penutup lahan yang efektif maka akan

mempengaruhi kepekaan tanah untuk ter-

erosi. Selama kemiringan meningkat maka kecepatan aliran permukaan meningkat yang

meningkatkan kekuatan pengikisan tanah.

Page 6: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

108 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113

Gambar 3. Peta indek Erosivitas Hujan DAS Lukulo Hulu

Gambar 4. Peta Erodibilitas Tanah DAS Lukulo Hulu

Page 7: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

Raharjo. Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu 109

Tabel 3. Penilaian Kelas Kemiringan Lereng (LS)

Topografi Kemiringan Lereng (%)

Nilai LS Hektar

Landai 0 - 5 0,25 3950,280

Agak curam 5 -15 1,20 7455,290

curam 15 - 35 4,25 8960,463

sangat curam 35 -50 9,50 3888,190

terjal > 50 12,00 2381,101

Sumber : Peta RBI, Pengolahan SIG 2008

Kecepatan aliran air permukaan meningkat

dua kali lipat energi kinetik atau kekuatan mengikis empat kali lipat dan menyebabkan

jumlah bahan dengan ukuran partikel-partikel tertentu yang dapat diangkut meningkat 32

kali lipat. Aliran permukaan banyak membentuk riil-riil sungai yaitu merupakan

erosi parit, apabila aliran permukaan didaerah

ber topografi tinggi tersebut semakin banyak maka tanah yang tererosi juga akan semakin

banyak. Erosi karena percikan, percikan partikel-partikel tanah ke dalam udara oleh

pukulan buitr-buitr air hujan menyebabkan

gerakan murni tanah ke arah bawah lereng, hal ini juga meningkat dengan kemiringan

lereng. Gambar 5. Merupakan Peta Kemiringan Lereng (LS) DAS Lukulo Hulu.

Pemetaan Konservasi Tanah dan Pengelolaan Tanaman

Vegetasi merupakan faktor yang penting dalam terjadinya erosi, air hujan yang jatuh ke

permukaan tanah akan dapat tertahan dalam

tajuk-tajuk vegetasi sehingga tenaga kinetik air tidak langsung mengenai permukaan

tanah. Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah (1) melalui fungsi

melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, (2) menurunkan kecepatan air

larian, (3) menahan partikel-partikel tanah

pada tempatnya dan (4) mem-pertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap

air (chay asdak, 1995: 452). Tabel 4. merupakan tabel nilai konservasi dan

pengelolaan tanaman DAS Lukulo Hulu. Nilai faktor CP 0.00 merupakan suatu penggunaan

lahan yang tidak memerlukan suatu konservasi

karena semua lahannya tidak ditanami oleh tanaman, aliran air tidak berfungsi dalam

melakukan penggerusan permukaan.

Sebagai contoh Jenis penggunaan

pemukiman dan tubuh air tidak memerlukan

sutau konservasi tanah dan pengelolaan tanaman yang merupakan 100% tanah

tertutup. Tubuh air merupakan suatu tempat terkonsentrasinya beberapa sedimen dari

permukaan pada DAS. Dalam konversi nilai CP terhadap tabel perkiraan factor CP berbagai

jenis penggunaan lahan di jawa (abdurachman

dkk.,1984) jenis penggunaan lahan tanah ladang didaerah penelitian merupakan

tanaman pertanian biji-bijian. Tanaman ini biasanya mempunyai tingkat penguraian tanah

tinggi sehingga tanah akan menjadi remah-

remah dan mudah ter-erosi. Gambar 6. Merupakan peta indek konservasi tanah dan

pengolahan tanaman DAS Lukulo Hulu.

Tabel 4. Nilai Konservasi dan Pola Tanam DAS Lukulo Hulu

Keterangan Nilai CP Konservasi Tanah dan Pengelolaan Tanaman Luas(ha)

Air Tawar 0.00 - 354.8

Belukar/Semak 0.10 Sebagian Berumput 2283.7

Hutan 0.5 tanpa tumbuhan bawah tanpa seresah 776.3

Kebun 0.02 kebun-talun 11050.4

Pasir Darat 1.00 100% endapan 26.7

Pemukiman 0.00 100% tanah tertutup 1906.5

Rumput 0.02 penutupan tanah sebagian ditumbuhi alang-alang 2.5

Sawah 0.02 padi urigasi 764.1

Sawah Tadah Hujan 0.28 1 tahun tanam - 1 tahun bero 4506.4

Page 8: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

110 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113

Tanah Ladang 0.51 tanaman pertanian biji-bijian 4964.1

Sumber : Citra Satelit, RBI Digital, Pengolahan SIG 2008

Gambar 5. Peta Indek Panjang dan Kemiringan Lereng DAS Lukulo Hulu

Dari peta tersebut dapat diketahui bahwa pada DAS Lukulo hulu ini sebagian besar nilai

CP 0.02. Nilai CP 0.00 tersebut merupakan jenis penggunaan lahan pemukiman dan

tubuh air. Jenis penggunaan lahan tanah

ladang yang mempunyai nilai CP besar yaitu 0.51 juga banyak tersebar di lokasi penelitian

serta lahan hutan yang ditanamai pohon pinus tanpamempunyai tanaman bawah dan seresah

CP 0.5. Penyebaran CP 1.00 yaitu berupa

endapan tererosi hanya terlihat di satu bagian di sekitar sungai yang hal tersebut

menandakan bahwa daerah lokasi pengendapan tersebut merupakan suatu

daerah yang landai dan sering terkena banjir.

Konsentrasi kemudahan penggunaan

lahan untuk ter-erosi penyebarannya bayak

terdapat disebelah barat dan tengah pada DAS Lukulo Hulu yang sebagian besar berupa

tanah ladang dengan tanama pertanian yang berupa biji-bijian. Secara kerapatan tajuk

tanaman ini merupakan tanama dengan

kerapatan jarang, bertekstur kasar, kemampuan tanaman dalam stroughfall dan

streamfall sangat kecil, sehingga penggerusan

permukaan tanah terhadap aliran air permukaan besar.

Pemetaan Erosi (USLE)

Pemetaan erosi pada penelitian ini meng-

gunakan metode USLE yang merupakan per-

kalian antara nilai erosivitas, nilai erodibilitas, faktor kelerengan serta faktor pengelolaan

lahan. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi maka tingkat erosi dalam DAS dapat

dipetakan secara spasial. Proses pemetaan

erosi dengan menggunakan metode USLE ini merupakan suatu overlay dari beberapa

parameter yang telah dilakukan suatu penghitungan. DAS Lukulo hulu merupakan

suatu DAS dengan tingkat erosi yang relatif tinggi, hal tersebut karena daerah ini merupa-

kan daerah yang hampir sebagian besar per-

mukaannya berupa perbukitan serta kondisi tanah yang kurang resisten atau mudah ter-

bawa oleh tenaga kinetik air hujan. Tabel 5. merupakan tabel tingkatan erosi pada DAS

Lukulo Hulu

Page 9: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

Raharjo. Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu 111

Gambar 6. Peta Konservasi Tanah dan Pengolahan Tanaman DAS Lukulo Hulu

Tabel 5. Tabel Erosi DAS Lukulo Hulu

Tingkat Erosi Jumlah (ton/ha/tahun) Luas, (hektar)

sangat ringan < 15 13787.088

ringan 15 - 60 6076.038

sedang 60 - 180 3804.078

berat 180 - 480 1564.231

sangat berat > 480 1399.518

Sumber : Hasil Perhitungan dan Analisis SIG 2008

Tingkat erosi sangat berat di DAS Lukulo

hulu ini sekitar 1399.518 hektar dan erosi berat sekitar 1564.231 hektar, hal ini

menunjukkan bahwa sebagian wilayah dalam DAS Lukulo hulu sudah mempunyai tingkatan

erosi kritis. Daerah dengan tingkat erosi sangat berat terdapat di sekitar desa

Wadasmalang, langse, Wonotirto, Kalibening,

Pesangkalan, Kebutuhjurang, Seboro, Pagedangan, Gunungjati, Kebondalem, Duren,

Lebakwangi dan kedunggong. Tingkat erosi berat paling banyak ditemukan di desa

giritirto, pesangkalan, dan tersebar merata

pada DAS dengan luasan yang kecil. Tingkat erosi sedang pada DAS Lukulo Hulu ini banyak

ditemukan di desa Kalibening, Giritirto, Kebutuhjurang, Selogiri, Kebutuhduwur,

Duren, Seboro, Kedunggong, Pasodongan, Kalidadap, Ngasinan, Lebak, Purwosari,

Pucungkerep, Gambaran, dan lamuk. Untuk

jenis tingkatan erosi ringan dan sangat ringan hampir di setiap desa terdapat zona ini.

Gambar 7. Merupakan peta erosi DAS Lukulo Hulu.

Wilayah yang mempunyai kriteria erosi sangat ringan seluas 13787.088 hektar

(51,77%) dengan jumlah erosi kurang dari 15

ton/ha/tahun banyak ditemukan di formasi karangsambung, di daerah basalt, dan gabro.

Formasi karangsambung merupakan suatu formasi dengan tanah berupa lempung

sehingga air susah untuk permeabilitas. Krite-

ria erosi ringan yang ada di DAS Lukulo Hulu seluas 6076.038 hektar (22,82%) dengan

jumlah erosi 15 sampai 60 ton/ha/tahun banyak ditemukan di daerah formasi watu-

randa, formasi peniron, daerah sekis dan filit,

Page 10: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

112 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113

dan anggota batu gamping formasi napal.

Kriteria erosi sedang mempunyai luasan sebesar 3804.078 hektar (14,28%) dengan

jumlah erosi 60 sampai 180 ton/ha/tahun dan penyebarannya di sebelah barat dan timur

pada DAS Lukulo Hulu. Kriteria erosi berat

mempunyai luasan sebesar 1564.231 hektar (5,87%) dengan jumlah erosi 180 sampai 480

ton/ha/tahun dan erosi sangat berat seluas 1399.518 hektar dengan jumlah erosi lebih

dari 480 ton/ha/tahun (5,26%). Meskipun luasan erosi dengan kriteria berat dan sangat

berat ini hanya sedikit akan tetapi kriteria erosi

berat sam pai sangat berat terjadi pada DAS Lukulo Hulu.

Sungai Lukulo mempunyai tipe sungai yang meander pada sungai utamanya,

bentukan-bentukan lahan tersebut akibat

tenaga fluvial. Bentuklahan fluvial dipenga-ruhi oleh adanya tenaga air yang mengalir

sehingga proses erosi, transportasi dan sedimentasi dari material-material permukaan

di proses pada zona ini. Karena adanya proses

meandering maka pada sungai tersebut banyak ditemukan poin bar-poin bar yang

merupakan material yang terendapkan oleh transportasi air. Proses hydrolic action yang

berupa menumbuk, menggerus dan menggendapkan sangat intensif terjadi.

Pertumbuhan penduduk yang semakin padat

akan diiringi dengan peningkatan kebutuhan lahan.

Gambar 7. Peta Erosi DAS Lukulo Hulu

Kelestarian sumberdaya alam menjadi

terganggu, sebagai akibatnya hutan atau

vegetasi semakin berkurang dan lahan mengalami kerusakan. Pengurangan luas

hutan sampai saat ini masih berarti sebagai suatu kerusakan hutan akibat eksploitasi

terhadap sumberdaya alam tersebut yang kurang memperhatikan azas kelestarian,

disamping akibat kebakaran hutan dan juga

sebab-sebab lain di dalam pengelolaan hutan.

Kondisi ini juga didukung oleh adanya

penambangan - penambangan yang

mengakibatkan kerusakan lingkungan. Zona-zona wilayah yang mempunyai kondisi

fisiografi berupa perbukitan akan semakin tidak terkontrol oleh kerusakan-kerusakan

tersebut sehingga permukaan semakin tidak stabil.

Page 11: Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem Informasi Geografi

Raharjo. Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu 113

Kesimpulan

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara fisik DAS Lukulo

hulu sebagian besar mempunyai tingkat kelerengan yang curam yaitu sekitar 33,64 %

dengan curah hujan tinggi lebih dari 3.000

mm/th sehingga DAS Lukulo hulu ini memiliki aliran permukaan yang tinggi dan

mengakibatkan erosi -sedimentasi pada sistem sungai. Dengan menggunakan data pengin-

deraan jauh dan SIG kelas erosi sangat berat

di DAS Lukulo Hulu meliputi desa Wadas-malang, Langse, Wonotirto, Kalibening,

Pesangkalan, Kebutuhjurang, Seboro, Page-dangan, Gunungjati, Kebondalem, Duren,

Lebakwangi dan Kedunggong, dan kelas erosi berat terdapat di desa giritirto, pesangkalan,

dan tersebar merata pada DAS.

Daftar Pustaka

Blij, Muller. 1993. Phisical Geography of The Global Environment. Jonh Wiley & Sons lnc.

Canada M, Darmawijaya. 1992. Klasifikasi Tanah Dasar

Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan

Pertanian di Indonesia Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada

University Press Priyatna 2001. Indek Erodibilitas dan potensi

erosi pada kebun kopi rakyat dengan umur

dan lerengb yang berbeda . Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian. Volume 3, Nomor 2. hal:

84-88 Strahler. 1951. Physical Geography. Jonh

Wiley & Sons lnc. Canada Yusmandani. 2002. Pengukuran Bahaya Erosi

Sub DAS Cipaminggis Kabupaten Bogor.

Buletin Teknik Pertanian. Vol. 7 Nomor 2. Hal 44 – 47

http://rsandgis.com diakses tgl 13 September 2008 jam 09.31 wib

http://geo.unesa890m.com. 14 Sept-2008,

jam 10.00