Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem...
Click here to load reader
-
Upload
puguhdraharjo -
Category
Documents
-
view
316 -
download
7
description
Transcript of Puguh Dwi Raharjo - Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data an Jauh Dan Sistem...
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113
PEMETAAN EROSI DAS LUKULO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFI
Puguh Dwi Raharjo dan Saifudin
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl. Karangsambung KM.19 Kebumen, Jawa Tengah Telp.(0287) 5506953; HP +628156719080 Corresponding author: [email protected]
Abstract
Lukulo Upstream Watershed is one of watershed residing in Central Java covering 3 sub-province, Kebumen, Banjarnegara, and Wonosobo. Rain season discharge of Luk Ulo river mount sharply and very small at dry season. Most farms is used for the forest of production (pinus) and non irrigated dry field. Exploiting of natural resources which not according to land capability and regional planology, its can causes the happening of erosion, land slide, water deposit decrease and also generate the problem of floods, sedimentation and dryness. Infiltration capacity ill assorted with rainfall result some of rain turn into surface runoff which cause erosion. Evidence of erosion storey on the upstream watershed can be seen from height mount sedimentation of especial of the river stream exploited by society as mineral. Usage of remote sensing and GIS (Geographic Information System) can be used for the mapping of erosion storey that is using by USLE method. This research use Landsat TM satellite censor. Parameters which used in USLE methods is Rain Erosivity Index, Soil Erodibility Indek, Land Conservtion (CP), Length and Slope (LS), only Rain Erosivity Index which cannot be tapped by remote sensing. got result that very heavy erosion storey in Lukulo Upstream Watershed is countryside of Wadasmalang, Langse, Wonotirto, Kalibening, Denial, Kebutuhjurang, Seboro, Pagedangan, Gunungjati, Kebondalem, Duren, Lebakwangi and of Kedunggong, and heavy erosion class there are countryside of Giritirto and Pesangkalan.
Key words: Lukulo, Watershed, erosion, USLE, remote sensing and GIS
Pendahuluan
DAS Lukulo Hulu merupakan salah DAS
yang terletak di daerah Propinsi Jawa Tengah
dengan koordinat 340.000 mT – 365.000 mT dan 916.0000 mU - 917.5000 mU. Secara
Administrasi DAS Lukulo Hulu ini meliputi 3 (tiga) kabupaten, yakni Kabupaten Kebumen,
Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten
Wonosobo. DAS Luk Ulo mempunyai anak-anak sungai antara lain K.Kating, K. Sentol, K.
Kedung Bener, K. Gebang, K. Cacaban, K. Mondo, K. Cangkring, K. Loning dan K. Maetan
dengan luas 675,53245 km2, sedangkan yang masuk wilayah Kebumen seluas 572,84365
km2. Panjang sungai sungai sekitar 68,5 km,
pola aliran dominan denritik di bagian atas hingga tengah, sedangkan dari tengah ke
bawah pola aliran berbentuk paralael hingga sub paralel. Fisiografi bagian upperstream
berupa perbukitan, pegunungan dan lembah
antar pegunungan. Curah hujan di bagian upperstream berkisar antara 2500 mm/tahun
sampai 3250 mm/tahun, dan bagian
downstream curah hujan kurang lebih 2600
mm/tahun. Daerah banjir ada di Kecamatan Buluspesantren dan Alian bagian selatan
masuk DAS Jeblok.
Kerusakan DAS sering dipicu oleh
perubahan tata guna lahan akibat naiknya
tingkat kebutuhan hidup manusia serta lemahnya penegakan hukum. Penggunaan
lahan merupakan bentuk intervensi manusia
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun
spiritual. Perkembangan bentuklahan ditentukan oleh proses pelapukan dan
perkembangan tanah, erosi, gerakan massa
tanah, banjir, sedimentasi, abrasi marin, oleh agensia iklim., gelombang laut, gravitasi bumi,
dan biologi termasuk manusia. Perubahan bentuk lahan berpengaruh terhadap kondisi
tanah, tata air (hidrologi), potensi bahan tambang, potensi bencana seperti banjir,
erosi, dan longsor lahan, vegetasi, dan
104 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113
kegiatan manusia dalam bidang pertanian,
permukiman, kerekayasaan, industri, rekreasi, dan pertambangan. Secara garis besar,
penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu penggunaan lahan
pertanian dan penggunaan lahan bukan
pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan ke dalam macam penggunaan
lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau
yang terdapat di atas lahan tersebut.
DAS Lukulo merupakan salah satu DAS
yang mempunyai tingkat erosi yang tinggi, hal
tersebut terlihat dari sedimen-sedimen yang dihasilkan. Proses terkikisnya dan terangkut
nya tanah oleh media alami yang berupa air (air hujan) memberikan sedimentasi yang
tinggi pada sungai dan terendapkan
membentuk poin bar-poin bar. Erosi ini dapat mempengaruhi produkti-vitas lahan yang
biasanya mendominasi DAS bagian hulu dan dapat memberikan dampak negatif pada DAS
bagian hilir (sekitar muara sungai) yang berupa hasil sedimen. Penggunaan data
penginderaan jauh dan pemodelan dengan
menggunakan SIG (sistem Informasi Geografis) dapat digunakan untuk prediksi
tingkat erosi suatu wilayah sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan DAS.
Bahan dan Metode
Kajian ini dilaksanakan pada DAS Luk Ulo
hulu yang meliputi sub DAS Loning, sub DAS Maetan, sub DAS Medono, sub DAS Lokidang,
sub DAS Cacaban, sub DAS Gebang dan sub DAS Welaran. Waktu kajian dilakukan antara
bulan Agustus – Oktober 2008. Bahan dan
peralatan yang diperlukan dalam kajian ini dapat dirinci sebagai berikut:
a. Beberapa peta tematik, di antaranya peta jaringan sungai di dalam DAS Luk Ulo
Hulu, peta RBI digital skala 1 : 25.000, Citra Landsat TM wilayah kajian, peta iklim
(peta curah hujan) serta data sekunder
curah hujan.
b. Komputer dengan aplikasi sofware untuk
SIG
c. Kertas kalkir, kertas milimeter, kertas dot grid, planimeter, kalkulator, penggaris,
peralatan menggambar dan alat tulis-menulis;
d. Perlengkapan survei lapangan dan peralatan lapangan
Analisis tingkat bahaya erosi dilakukan dengan cara memperkirakan (memprediksi) laju erosi
tanah pada satuan-satuan lahan. Sedangkan
untuk menghitung laju erosi tanah digunakan pendekatan persamaan “Universal Soil Loss Equation” (USLE) yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) sebagai berikut:
A = RKLSCP .........................................................................(1)
dimana :
A = jumlah tanah yang hilang (ton/ha/tahun)
R = erosivitas hujan tahunan rata-rata (mm/jam) K = indeks Erodibilitas Tanah
LS = Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng C = Pengelolaan Tanaman
Raharjo. Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu 105
Gambar 1. Lokasi Penelitian DAS Lukulo Hulu Jawa Tengah
Erosivitas Hujan merupakan kemampuan
hujan untuk mengerosi tanah. Semakin tinggi
nilai erosivitas hujan suatu daerah, semakin besar pula kemungkinan erosi yang terjadi
pada daerah tersebut. Erodibilitas merupakan
suatu ketahanan dari tanah yang yang menunjukkan resistensi partikel tanah
terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah oleh adanya energi
kinetik air hujan dan ditentukan oleh sifat fisik
dan kimia tanah. Pada pembuatan peta indek panjang dan kemiringan lereng, panjang
lereng dapat diabaikan dan yang berpengaruh hanya kemiringan lereng (kemiringan lereng
berpengaruh 3x panjang lereng terhadap erosi) didasarkan pada satuan topografi pada
wilayah penelitian. Pengaruh vegetasi penutup
tanah terhadap erosi adalah (1) melalui fungsi melindungi permukaan tanah dari tumbukan
air hujan, (2) menurunkan kecepatan air larian, (3) menahan partikel-partikel tanah
pada tempatnya dan (4) mempertahankan
kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air (Chay asdak, 1995: 452). Gambar 2.
merupakan diagram alir penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Pemetaan Indeks Erosivitas
Pada daerah penelitian stasiun hujan yang
tercakup di dalam dan diluar area DAS meliputi 6 stasiun hujan, yaitu Alian,
Karangsambung, Karanggayam, Kali-gending,
Waduk Sempor dan Sadang. Data hujan yang digunakan merupakan data curah hujan
bulanan rata-rata DAS Lukulo Hulu dari tahun 1972 sampai tahun 2005. Semakin tinggi nilai
erosivitas hujan suatu daerah, semakin besar
pula kemungkinan erosi yang terjadi pada daerah tersebut. Tabel 1. Merupakan tabel
perhitungan nilai erosivitas setiap pos stasiun hujan.
106 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Pada daerah penelitian indek erosivitas
berkisar antara 155 sampai 228. Penyebaran
indek-indek erosivitas DAS Lukulo hulu adalah sebagai berikut: Indek Erosivitas Hujan 218 –
228 terdapat dibagian utara yang meliputi desa Kebondalem, Duren, Lebak-wangi,
Majalengka, Gentansari, Kebutuh-duwur,
Gunungjati, Pagedongan, Twelagiri, Argosasoka, Ampelsari, Pasangkalan, Cenda-
na, Pringamba, Kedunggong, Kaliguwo,
Pesodongan, Ngasinan, Lamuk, Pucungkerep,
Gambaran, dan Panawaren. Daerah ini merupakan suatu daerah perbukitan dengan
jenis batuan yang komplek. Indek Erosivitas
Hujan 207 – 218 terdapat dibagian tengah DAS yang meliputi desa Petir, Wanadri,
sebagian Kebutuhjurang, Giritirto, Seboro, Sadang Kulon, Sadang Wetan, Wonosari,
Cangkring, Lancar, Somagede, Kalidadap,
Lebak, Ngadisono, dan Purwosari.
Tabel 1. Nilai Erosivitas di Pos Stasiun Hujan
Nama x y CH rata-rata bulanan (cm)
R (cm)
Alian 357121 9157251 24.52 171.42
Karangsambung 353042 9165420 26.65 192.02
Karanggayam 344300 9160682 22.73 154.61
Kaligendhing 354020 9162491 22.23 150.00
Waduk sempor 333873 9162245 34.48 272.52
Sadang 359731 9169107 29.00 215.40
Sumber : Datah Hujan Bulanan, Pengolahan SIG 2008
Indek Erosivitas Hujan 197 – 207 terdapat
dibagian tengah DAS yang meliputi desa
Glontor, Selogiri, Totogan, Pucangan, dan sebagian Wonosari ; Indek Erosivitas Hujan
186 – 197 terdapat dibagian tengah selatan yang meliputi desa Gunungsari, sebagian
Glontor, Kalibening, Wonotirto dan
Karangsambung. Indek Erosivitas Hujan 176 –
186 terdapat dibagian tengah selatan yang meliputi desa Kalirejo, sebagian Gunungsari,
Clapar, Logandu, Kebakalan, Banioro, Kalisan, Tlepok, dan Wadas malang. Indek Erosivitas
Data Hujan
Peta Jenis
Tanah
Citra Satelit RBI Digital
Intepretasi
Koreksi Geometrik/Radiometrik
Penutup Lahan
Kemiringan Lereng
Jenis Tanah
Isohyet Hujan Bulanan Rata-rata
Indeks CP
Indeks LS
Indeks Erodibilitas
Indeks Erosivitas
EROSI (ton/ha/thn)
Raharjo. Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu 107
Hujan 165 – 176 terdapat dibagian tengah
selatan yang meliputi desa Pagebangan, sebagian Clapar, sebagian Logandu, sebagian
Kebakalan, sebagian Banioro, sebagian kalisan. Watumalang, dan Peniron. Indek
Erosivitas Hujan 155 – 165 terdapat didaerah
outlet pada DAS yang meliputi desa Karangrejo, Langse, dan Kaligending. Gambar
3. Merupakan Peta Indek Erosivitas Hujan DAS Lukulo Hulu.
Pemetaan Indeks Erodibilitas Tanah
Pada penelitian ini Erodibilitas tanah diukur di lab berdasarkan analisis contoh
tanah untuk tekstur, permeabilitas, kadar bahan organik, dan pengamatan klas struktur
tanah. Besar nilai K ditentukan dengan
menggunakan nomograf. Tabel 2. Merupakan Tabel nilai erodibilitas pada daerah penelitian
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai Erodibilitas DAS Lukulo Hulu
No. Kelas Luas (Ha) Nilai K Range Nilai
1 rendah 306.510 0.16 0.11 - 0.20
2 sedang 9166.317 0.27 0.21 - 0.32
3 tinggi 268.329 0.48 0.41 - 0.55
4 sangat tinggi 16852.065 0.60 0.56 - 0.64
Sumber : Data Klasifikasi Tanah, Pengolahan SIG 2008
Kelas erodibilitas rendah pada daerah penelitian mempunyai nilai K sebesar 0,16
dengan luas wilayah sebesar 306, 510 hektar. Sebaran lokasi ini berada dibagian sebelah
utara atau outlet DAS Lukulo Hulu yang
meliputi desa Peniron, Karangrejo, dan seba-gian Kaligending sedang kan kelas erodibilitas
sangat tinggi mempunyai nilai K sebesar 0,48 dengan luas wilayah sebe sar 16852,065 hek-
tar, lebih dari separuh luas DAS merupakan
kelas ini. Gambar 4. merupakan peta erodibi-litas DAS Lukulo Hulu
Tanah yang terdapat DAS Lukulo Hulu antara lain: kompleks podsolik merah keku-
ningan, podsolik kuning, dan regosol (sekitar perbukitan antiklin); kompleks litosol merah
kekuning-an, latosol coklat, podsolik merah
kekuningan dan litosol (merata diseluruh DAS). Latosol coklat tua kemerahan (hanya
sekitar 0,06%). Tanah podsolik merah kekuningan merupakan suatu tanah dengan
agregat yang jurang stabil serta permeabilitas
rendah sehingga tanah ini sangat mudah tererosi. Tanah regosol drainase dan porositas
terhambat karena sering membentuk padas, pada umum-nya belum membentuk agregat
sehingga peka terhadap erosi. Litosol merupakan tanah yang masih muda karena
bahan induk-nya sering kali dangkal atau
tampak tanah sebagai batuan padat yang padu. Latosol merupakan suatu tanah yang
telah mengalami pelapukan intensif. Dari jenis tanah yang ada di DAS Lukulo Hulu yang
litosol yang kurang resisten erosi akan tetapi
untuk jenis tanah di DAS Lukulo Hulu sebagian
besar resisten terhadapa erosi. tidak subur dan mengurangi kekuatan memproduksi
tanaman
Aliran berlebih dari tempat yang paling
rendah mengakibatkan air memotong tanah
menjadi saluran yang kecil seperti pergerakan-nya ke bawah pada lereng tersebut. Hal yang
sama pada beberapa tempat proses ini menimbulkan permukaan yang dipotong oleh
parit yang sangat dangkal (riil). Tanah-tanah
yang terbawa erosi menyebabkan sedikit kerusakan terutama menjadikan lapisan sub
soil hilang.
Pemetaan Indeks Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
Kelas kemiringan dapat dihitung dengan
menggunakan analisis dari DEM (Digital Elevation Model) yang dibuat dengan
pemodelan pad SIG. Tabel. 3. Merupakan hasil analisis DEM untuk menghitung indek faktor
LS. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa
daerah DAS Lukulo hulu ini merupakan suatu DAS dengan kemiringan lereng yang relatif
tinggi, sehingga angka-angka pengaliran aliran permukannya besar. Daerah-daerah dengan
topografi yang tinggi dengan tidak ada/jarang penutup lahan yang efektif maka akan
mempengaruhi kepekaan tanah untuk ter-
erosi. Selama kemiringan meningkat maka kecepatan aliran permukaan meningkat yang
meningkatkan kekuatan pengikisan tanah.
108 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113
Gambar 3. Peta indek Erosivitas Hujan DAS Lukulo Hulu
Gambar 4. Peta Erodibilitas Tanah DAS Lukulo Hulu
Raharjo. Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu 109
Tabel 3. Penilaian Kelas Kemiringan Lereng (LS)
Topografi Kemiringan Lereng (%)
Nilai LS Hektar
Landai 0 - 5 0,25 3950,280
Agak curam 5 -15 1,20 7455,290
curam 15 - 35 4,25 8960,463
sangat curam 35 -50 9,50 3888,190
terjal > 50 12,00 2381,101
Sumber : Peta RBI, Pengolahan SIG 2008
Kecepatan aliran air permukaan meningkat
dua kali lipat energi kinetik atau kekuatan mengikis empat kali lipat dan menyebabkan
jumlah bahan dengan ukuran partikel-partikel tertentu yang dapat diangkut meningkat 32
kali lipat. Aliran permukaan banyak membentuk riil-riil sungai yaitu merupakan
erosi parit, apabila aliran permukaan didaerah
ber topografi tinggi tersebut semakin banyak maka tanah yang tererosi juga akan semakin
banyak. Erosi karena percikan, percikan partikel-partikel tanah ke dalam udara oleh
pukulan buitr-buitr air hujan menyebabkan
gerakan murni tanah ke arah bawah lereng, hal ini juga meningkat dengan kemiringan
lereng. Gambar 5. Merupakan Peta Kemiringan Lereng (LS) DAS Lukulo Hulu.
Pemetaan Konservasi Tanah dan Pengelolaan Tanaman
Vegetasi merupakan faktor yang penting dalam terjadinya erosi, air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah akan dapat tertahan dalam
tajuk-tajuk vegetasi sehingga tenaga kinetik air tidak langsung mengenai permukaan
tanah. Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah (1) melalui fungsi
melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, (2) menurunkan kecepatan air
larian, (3) menahan partikel-partikel tanah
pada tempatnya dan (4) mem-pertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap
air (chay asdak, 1995: 452). Tabel 4. merupakan tabel nilai konservasi dan
pengelolaan tanaman DAS Lukulo Hulu. Nilai faktor CP 0.00 merupakan suatu penggunaan
lahan yang tidak memerlukan suatu konservasi
karena semua lahannya tidak ditanami oleh tanaman, aliran air tidak berfungsi dalam
melakukan penggerusan permukaan.
Sebagai contoh Jenis penggunaan
pemukiman dan tubuh air tidak memerlukan
sutau konservasi tanah dan pengelolaan tanaman yang merupakan 100% tanah
tertutup. Tubuh air merupakan suatu tempat terkonsentrasinya beberapa sedimen dari
permukaan pada DAS. Dalam konversi nilai CP terhadap tabel perkiraan factor CP berbagai
jenis penggunaan lahan di jawa (abdurachman
dkk.,1984) jenis penggunaan lahan tanah ladang didaerah penelitian merupakan
tanaman pertanian biji-bijian. Tanaman ini biasanya mempunyai tingkat penguraian tanah
tinggi sehingga tanah akan menjadi remah-
remah dan mudah ter-erosi. Gambar 6. Merupakan peta indek konservasi tanah dan
pengolahan tanaman DAS Lukulo Hulu.
Tabel 4. Nilai Konservasi dan Pola Tanam DAS Lukulo Hulu
Keterangan Nilai CP Konservasi Tanah dan Pengelolaan Tanaman Luas(ha)
Air Tawar 0.00 - 354.8
Belukar/Semak 0.10 Sebagian Berumput 2283.7
Hutan 0.5 tanpa tumbuhan bawah tanpa seresah 776.3
Kebun 0.02 kebun-talun 11050.4
Pasir Darat 1.00 100% endapan 26.7
Pemukiman 0.00 100% tanah tertutup 1906.5
Rumput 0.02 penutupan tanah sebagian ditumbuhi alang-alang 2.5
Sawah 0.02 padi urigasi 764.1
Sawah Tadah Hujan 0.28 1 tahun tanam - 1 tahun bero 4506.4
110 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113
Tanah Ladang 0.51 tanaman pertanian biji-bijian 4964.1
Sumber : Citra Satelit, RBI Digital, Pengolahan SIG 2008
Gambar 5. Peta Indek Panjang dan Kemiringan Lereng DAS Lukulo Hulu
Dari peta tersebut dapat diketahui bahwa pada DAS Lukulo hulu ini sebagian besar nilai
CP 0.02. Nilai CP 0.00 tersebut merupakan jenis penggunaan lahan pemukiman dan
tubuh air. Jenis penggunaan lahan tanah
ladang yang mempunyai nilai CP besar yaitu 0.51 juga banyak tersebar di lokasi penelitian
serta lahan hutan yang ditanamai pohon pinus tanpamempunyai tanaman bawah dan seresah
CP 0.5. Penyebaran CP 1.00 yaitu berupa
endapan tererosi hanya terlihat di satu bagian di sekitar sungai yang hal tersebut
menandakan bahwa daerah lokasi pengendapan tersebut merupakan suatu
daerah yang landai dan sering terkena banjir.
Konsentrasi kemudahan penggunaan
lahan untuk ter-erosi penyebarannya bayak
terdapat disebelah barat dan tengah pada DAS Lukulo Hulu yang sebagian besar berupa
tanah ladang dengan tanama pertanian yang berupa biji-bijian. Secara kerapatan tajuk
tanaman ini merupakan tanama dengan
kerapatan jarang, bertekstur kasar, kemampuan tanaman dalam stroughfall dan
streamfall sangat kecil, sehingga penggerusan
permukaan tanah terhadap aliran air permukaan besar.
Pemetaan Erosi (USLE)
Pemetaan erosi pada penelitian ini meng-
gunakan metode USLE yang merupakan per-
kalian antara nilai erosivitas, nilai erodibilitas, faktor kelerengan serta faktor pengelolaan
lahan. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi maka tingkat erosi dalam DAS dapat
dipetakan secara spasial. Proses pemetaan
erosi dengan menggunakan metode USLE ini merupakan suatu overlay dari beberapa
parameter yang telah dilakukan suatu penghitungan. DAS Lukulo hulu merupakan
suatu DAS dengan tingkat erosi yang relatif tinggi, hal tersebut karena daerah ini merupa-
kan daerah yang hampir sebagian besar per-
mukaannya berupa perbukitan serta kondisi tanah yang kurang resisten atau mudah ter-
bawa oleh tenaga kinetik air hujan. Tabel 5. merupakan tabel tingkatan erosi pada DAS
Lukulo Hulu
Raharjo. Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu 111
Gambar 6. Peta Konservasi Tanah dan Pengolahan Tanaman DAS Lukulo Hulu
Tabel 5. Tabel Erosi DAS Lukulo Hulu
Tingkat Erosi Jumlah (ton/ha/tahun) Luas, (hektar)
sangat ringan < 15 13787.088
ringan 15 - 60 6076.038
sedang 60 - 180 3804.078
berat 180 - 480 1564.231
sangat berat > 480 1399.518
Sumber : Hasil Perhitungan dan Analisis SIG 2008
Tingkat erosi sangat berat di DAS Lukulo
hulu ini sekitar 1399.518 hektar dan erosi berat sekitar 1564.231 hektar, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian wilayah dalam DAS Lukulo hulu sudah mempunyai tingkatan
erosi kritis. Daerah dengan tingkat erosi sangat berat terdapat di sekitar desa
Wadasmalang, langse, Wonotirto, Kalibening,
Pesangkalan, Kebutuhjurang, Seboro, Pagedangan, Gunungjati, Kebondalem, Duren,
Lebakwangi dan kedunggong. Tingkat erosi berat paling banyak ditemukan di desa
giritirto, pesangkalan, dan tersebar merata
pada DAS dengan luasan yang kecil. Tingkat erosi sedang pada DAS Lukulo Hulu ini banyak
ditemukan di desa Kalibening, Giritirto, Kebutuhjurang, Selogiri, Kebutuhduwur,
Duren, Seboro, Kedunggong, Pasodongan, Kalidadap, Ngasinan, Lebak, Purwosari,
Pucungkerep, Gambaran, dan lamuk. Untuk
jenis tingkatan erosi ringan dan sangat ringan hampir di setiap desa terdapat zona ini.
Gambar 7. Merupakan peta erosi DAS Lukulo Hulu.
Wilayah yang mempunyai kriteria erosi sangat ringan seluas 13787.088 hektar
(51,77%) dengan jumlah erosi kurang dari 15
ton/ha/tahun banyak ditemukan di formasi karangsambung, di daerah basalt, dan gabro.
Formasi karangsambung merupakan suatu formasi dengan tanah berupa lempung
sehingga air susah untuk permeabilitas. Krite-
ria erosi ringan yang ada di DAS Lukulo Hulu seluas 6076.038 hektar (22,82%) dengan
jumlah erosi 15 sampai 60 ton/ha/tahun banyak ditemukan di daerah formasi watu-
randa, formasi peniron, daerah sekis dan filit,
112 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No. 2 (2008) p: 103-113
dan anggota batu gamping formasi napal.
Kriteria erosi sedang mempunyai luasan sebesar 3804.078 hektar (14,28%) dengan
jumlah erosi 60 sampai 180 ton/ha/tahun dan penyebarannya di sebelah barat dan timur
pada DAS Lukulo Hulu. Kriteria erosi berat
mempunyai luasan sebesar 1564.231 hektar (5,87%) dengan jumlah erosi 180 sampai 480
ton/ha/tahun dan erosi sangat berat seluas 1399.518 hektar dengan jumlah erosi lebih
dari 480 ton/ha/tahun (5,26%). Meskipun luasan erosi dengan kriteria berat dan sangat
berat ini hanya sedikit akan tetapi kriteria erosi
berat sam pai sangat berat terjadi pada DAS Lukulo Hulu.
Sungai Lukulo mempunyai tipe sungai yang meander pada sungai utamanya,
bentukan-bentukan lahan tersebut akibat
tenaga fluvial. Bentuklahan fluvial dipenga-ruhi oleh adanya tenaga air yang mengalir
sehingga proses erosi, transportasi dan sedimentasi dari material-material permukaan
di proses pada zona ini. Karena adanya proses
meandering maka pada sungai tersebut banyak ditemukan poin bar-poin bar yang
merupakan material yang terendapkan oleh transportasi air. Proses hydrolic action yang
berupa menumbuk, menggerus dan menggendapkan sangat intensif terjadi.
Pertumbuhan penduduk yang semakin padat
akan diiringi dengan peningkatan kebutuhan lahan.
Gambar 7. Peta Erosi DAS Lukulo Hulu
Kelestarian sumberdaya alam menjadi
terganggu, sebagai akibatnya hutan atau
vegetasi semakin berkurang dan lahan mengalami kerusakan. Pengurangan luas
hutan sampai saat ini masih berarti sebagai suatu kerusakan hutan akibat eksploitasi
terhadap sumberdaya alam tersebut yang kurang memperhatikan azas kelestarian,
disamping akibat kebakaran hutan dan juga
sebab-sebab lain di dalam pengelolaan hutan.
Kondisi ini juga didukung oleh adanya
penambangan - penambangan yang
mengakibatkan kerusakan lingkungan. Zona-zona wilayah yang mempunyai kondisi
fisiografi berupa perbukitan akan semakin tidak terkontrol oleh kerusakan-kerusakan
tersebut sehingga permukaan semakin tidak stabil.
Raharjo. Pemetaan Erosi Das Lukulo Hulu 113
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara fisik DAS Lukulo
hulu sebagian besar mempunyai tingkat kelerengan yang curam yaitu sekitar 33,64 %
dengan curah hujan tinggi lebih dari 3.000
mm/th sehingga DAS Lukulo hulu ini memiliki aliran permukaan yang tinggi dan
mengakibatkan erosi -sedimentasi pada sistem sungai. Dengan menggunakan data pengin-
deraan jauh dan SIG kelas erosi sangat berat
di DAS Lukulo Hulu meliputi desa Wadas-malang, Langse, Wonotirto, Kalibening,
Pesangkalan, Kebutuhjurang, Seboro, Page-dangan, Gunungjati, Kebondalem, Duren,
Lebakwangi dan Kedunggong, dan kelas erosi berat terdapat di desa giritirto, pesangkalan,
dan tersebar merata pada DAS.
Daftar Pustaka
Blij, Muller. 1993. Phisical Geography of The Global Environment. Jonh Wiley & Sons lnc.
Canada M, Darmawijaya. 1992. Klasifikasi Tanah Dasar
Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan
Pertanian di Indonesia Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada
University Press Priyatna 2001. Indek Erodibilitas dan potensi
erosi pada kebun kopi rakyat dengan umur
dan lerengb yang berbeda . Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian. Volume 3, Nomor 2. hal:
84-88 Strahler. 1951. Physical Geography. Jonh
Wiley & Sons lnc. Canada Yusmandani. 2002. Pengukuran Bahaya Erosi
Sub DAS Cipaminggis Kabupaten Bogor.
Buletin Teknik Pertanian. Vol. 7 Nomor 2. Hal 44 – 47
http://rsandgis.com diakses tgl 13 September 2008 jam 09.31 wib
http://geo.unesa890m.com. 14 Sept-2008,
jam 10.00