Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

48
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perdagangan Elektronis (E- Commerce) Presented by: Strategic Development Institute (SDI) Public Expose

description

 

Transcript of Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Page 1: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perdagangan Elektronis (E-Commerce)

Presented by:

Strategic Development Institute(SDI)

Public Expose

Page 2: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

PENDAHULUAN

Page 3: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Peningkatan daya saing regional dan global

Kemunculan lembaga internasonal dan forum kerjasama seperti GATT, WTO, NAFTA, APEC, G-20, OPEC, ASEAN, dan ASEAN + 3 (China, Jepang, Korea) meningkatkan integrasi dan interaksi ekonomi dan perdagangan lintas negara.

Berdasarkan data WTO (2011), volume perdagangan dunia mencapai US$ 27,6 Trilyun (2010) dan populasi mencapai 6,9 miliar, dimana kekuatan ekonomi telah bergeser ke Asia, khususnya ASEAN + 3 menguasai 25% volume perdagangan (US$ 7,02 Trilyun) dengan populasi mencapai 2,1 Milyar jiwa (30%).

Teknologi Informasi (TI) adalah pilar utama globalisasi (information era). Liberalisasi komunikasi dan transaksi menstimulasi tumbuhnya perdagangan secara elektronik (ecommerce) sebagai media baru meningkatkan potensi transaksi dalam jejaring (daring), menciptakan model bisnis yang akseleratif, efisien, serta menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.

Interaksi regional melalui ME-ASEAN (2015) meningkatkan konektivitas ekonomi, volume perdagangan (pasar tunggal), dan moblilisasi manusia, barang, jasa, dan teknologi diantara negara ASEAN.

Page 4: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Peningkatan daya saing regional dan global

Total nilai transaksi perdagangan elektronis (e-commerce) di dunia tahun 2010 mencapai 572,5 Milyar USD dan diproyeksikan mengalami peningkatan konstan rata-rata per tahun sebesar 19%, sehingga tahun 2015 nilai transaksi e-commerce dunia diproyeksikan mencapai sebesar 1,4 Trilyun USD (worldstats.com)

Di Indonesia, tren pertumbuhan internet yang sangat potensial dan mencapai lebih dari 45 juta pengguna di tahun 2010 atau setara dengan 15% jumlah penduduk memicu pertumbuhan transaksi melalui media elektronis. Menurut IDC, statistik perdagangan elektronis di Indonesia sudah mencapai Rp. 35 Trilyun (2009) dan dipoyeksikan meningkat signifikan di tahun mendatang (IDC Reports)

Page 5: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Latar belakang –cont’d

Indonesia saat 2011 diperkirakan memiliki kurang-lebih 10,000 startup lokal berbasis elektronis.

Beberapa contoh dapat dilihat di www.startuplokal.org Beberapa contoh startup lokal yang sukses: Koprol (telah diakuisisi

Yahoo), Digli, dan Kulacak (layanan GPS). UMKM per 2010 telah menumbang devisa bagi negara sebesar

183,8 triliun rupiah (Firmanzah, 2011). Semakin banyak UMKM yang naik kelas dan berpartisipasi dalam perdagangan melalui internet.

Belum banyak yang menggunakan sarana elektronis, sehingga potensi penguatan daya saing pasar masih besar dan belum tergarap.

Rata-rata masih enggan menggunakan media elektronis karena masih gagap dan khawatir terhadap perlindungan.

Page 6: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Urgensi RPP Perdagangan Elektronis

Implementasi NSW tahun 2012, integrasi pasar modal (2013), integrasi perdagangan (2015), dan integrasi pasar perbankan (2020). Pasar tunggal ASEAN menuntut persiapan progresif.

Kesepakatan peningkatan sektor jasa sebagai priority integration meliputi kesehatan, e-commerce, layanan transportasi udara, logistik, dan pariwisata. Target porsi sektor jasa sebesar 70% dari PDB total negara ASEAN.

Tingginya peran internet, penetrasi perdagangan domestik dan internasional secara elektronik, namun pengembangan dan implementasi perdagangan dalam jejaring (daring) di Indonesia terkendala tiga faktor utama:

1. Infrastruktur teknologi informasi seperti pembangunan dan perkembangan jaringan broadband terkendala pendanaan dan inovasi.

2. Ketersediaan perangkat peraturan perundangan yang berlaku. Pengaturan transaksi elektronik hanya diatur dalam UU ITE dan belum adanya pengaturan di tingkat PP, terutama dari sisi ekonomi dan perdagangan.

3. Ketersediaan perangkat keamanan sistem transaksi elektronik, khususnya perlindungan bagi konsumen dan produsen dari praktik perdagangan yang tidak wajar dan penyalahgunaan media elektronik untuk tindakan kriminal.

Page 7: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Maksud dan tujuan

Penulisan naskah akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Perdagangan Elektronis (e-commerce) bertujuan untuk:

1. Melakukan tinjauan, analisis kondisi, dan perkembangan perdagangan elektronis (e-commerce) di Indonesia dan dunia;

2. Melakukan tinjauan kerangka peraturan perundang-undangan mengenai tata cara pelaksanaan dan penerapan transaksi elektronis;

3. Mengembangkan tata cara pelaksanaan dan prosedur yang harus diatur dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan perkembangannya sesuai dengan kondisi yang berlaku di Indonesia;

4. Memberikan rekomendasi terstruktur (dalam pasal-pasal) bagi penyusunan RPP tentang Perdagangan Elektronis, serta amandeman UU dan PP yang dibutuhkan , kepada Kementerian Perdagangan RI.

Page 8: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Ruang lingkupRuang lingkup kegiatan penyusunan naskah akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Perdagangan Elektronis ditujukan untuk:

1. Menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan dan teknis yang berlaku dan terkait bagi penerapan regulasi yang mengatur perkembangan perdagangan elektronis (e-commerce);

2. Mengembangkan prosedur dan tata cara pelaksanaan untuk meningkatkan keselarasan diantara stakeholders dari mekanisme e-commerce, meliputi:

1.Praktik bisnis yang wajar (fair business practices);

2.Aksesabilitas dan disaksesabilitas;

3.Periklanan dan pemasaran;

4.Pengungkapan identitas bisnis dan lokasi;

5.Pengungkapan mekanisme kontraktual;

6.Implementasi mekanisme kesepakatan kontrak;

8. Aplikasi prinsip kerahasiaan (privacy setting);

9. Mekanisme pembayaran (payment system);

10. Mekanisme keamanan dan autentifikasi;

11. Resolusi konflik eksternal;

12. Aplikasi kerangka hukum dan konsensus;

13. Perubahan/modifikasi tata cara pelaksanaan.

3. Memberikan rekomendasi strategis terkait penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perdagangan elektroniS yang akan menjadi dasar Peraturan Pemerintah (PP) di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Page 9: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Metodologi kegiatan

Penelitian naskah akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)

Perdagangan Elektronis (e-commerce) di Kementerian Perdagangan

Republik Indonesia dilakukan dengan kombinasi antara studi kepustakaan

(aspek teoritis dan tujuan komparatif penerapan RPP e-commerce di negara

lain) dan metode pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitatif melalui

objek penelitian secara langsung dengan menggunakan metode penyebaran

kuesioner, indepth interview, focus group discussion (FGD), tabulasi dan

analisis data secara statistik kepada stakeholders utama yaitu Kementerian

Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Komunikasi dan

Informatika, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), Bank

Indonesia (BI), PPATK, YLKI, dan Penyedia web media jejaring sosial seperti

Toko Bagus dan Kaskus.

Page 10: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

TINJAUAN REGULASI

Page 11: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Tinjauan urgensi legislasi E-commerce

Mengapa diperlukan upaya legislasi untuk e-commerce?

1. Aspek legal

Mengintegrasikan berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada dan

seharusnya ada;

Mempromosikan persaingan usaha yang sehat di ranah dunia cyber.

2. Aspek kontrak online

Standar verifikasi legalitas e-document dan tandantangan elektronik;

Proteksi terhadap keamanan dan keandalan informasi;

Pengembangan tugas dan tanggung jawab iklim usaha e-commerce.

3. Aspek pembayaran elektronik (e-Payment)

Bagaimana melindungi konsumen dalam transaksi online dan pengaturan sistem

pembayaran baru.

4. Aspek promosi e-commerce

Mempromosikan keuntungan e-commerce, keterbukaan, dan pengurangan biaya dan

national competitiveness.

Page 12: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Tinjauan transaksi E-commerce dalam ranah hukum internasional

E-Commerce mulai diperkenalkan oleh UNCITRAL (United Nation Commission on

International Trade Law) pada tahun 1996, dalam bentuk rekomendasi dan hanya

ditujukan murni untuk perdagangan komersial.

Pada tahun 2000, European Union (EU) mulai memperkenalkan Electronic Commerce

Legal Issues Platform (E-CLIP II) bersamaan dengan diperkenalkannya Electronic

Commerce Directive (ECD) oleh European Commission pada KTT Lisbon (Lisbon

Summit).

Secara umum ruang lingkup pengaturan regulasi e-commerce berada dalam ranah hukum

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI/IPR), Pajak, Perlindungan Konsumen, Hukum

Kontrak, Pembayaran Elektronik, Hukum Perdata Internasional dan Hukum Privasi.

Page 13: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Maju –Amerika Serikat

Amerika Serikat termasuk negara pertama yang mengatur masalah e-commerce ini, dimulai pada tahun

1997, dengan 5 (lima) prinsip dasar pelaksanaan e-commerce, yaitu:

1. Sektor swasta harus memimpin sektor e-commerce ini;

2. Pemerintah harus menghindari adanya pembatasan transaksi e-commerce;

3. Saat keterilbatan pemerintah diperlukan, haruslah dalam kerangka dukungan (support) dan penegakan hukum haruslah senantiasa minimalis, konsisten, dapat diperkirakan/diperhitungkan (predictable) dan dalam lingkungan hukum komersial yang sederhana;

4. Pemerintah harus mengakui keunikan kualitas dari internet;

5. E-Commerce haruslah difasilitasi dalam kerangka global.

Atas dasar prinsip pelaksanaan e-commerce tersebut, dikembangkanlah kerangka hukum e-commerce

yang kemudian menjadi standar regulasi e-commerce di dunia (selain UNCITRAL), yaitu:

1. Uniform Commercial Code (UCC) untuk transaksi elektronik, dimana dinyatakan bahwa para pihak haruslah dapat melakukan hubungan bisnis di internet dengan syarat dan ketentuan apapun yang disepakati kedua pihak tersebut;

2. Perlindungan HAKI (IPR Protection), harus terbentuk adanya kesepekatan internasional terhadap pengakuan dan perlindungan HAKI;

3. Privasi, memastikan privasi individu dalam lingkungan berjaringan

4. Keamanan (security), keberadaan jaringan telekomunikasi yang aman dan andal, adanya upaya efektif untuk melindungi sistem informasi yang merupakan bagian dari jaringan tersebut, dan adanya upata efektif untuk melakukan otorisasi dan memastikan kerahasiaan dari informasi elektronik.

Page 14: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Maju –Uni Eropa

Uni Eropa (EU) sendiri telah memperkenalkan E-CLIP II dan ECD sebagai basis infrastruktur kegiatan e-

commerce di EU. Keberadaan Electronic Commerce Directive (ECD) bertujuan untuk mempersiapkan EU

ke knowledge based-economy dan meningkatkan kemampuan berkompetisi. ECD ini merupakan

harmonisasi peraturan terkait pelaksanaan e-commerce di EU, yang meliputi area:

1. Kedudukan hukum operator;

2. Kewajiban keterbukaan bagi operator;

3. Persyaratan keterbukaan bagi komunikasi komersial;

4. Keberlakuan dan Validitas dari kontrak elektronik

5. Tanggung jawab dari perantara internet (intermediary);

6. Penyelesaian sengketa secara online; dan

7. Peran dari negara (otoritas nasional)

Satu hal menarik adalah EU menetapkan domisili hukum dari operator adalah berdasarkan domisili hukum

fisik dari operator tersebut, terlepas dari letak server operator tersebut.

Page 15: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Berkembang -Korea

Korea (Selatan) telah mengatur e-commerce dengan komprehensif, dibuktikan dengan telah adanya 23

regulasi terkait e-commerce, diantaranya perlindungan konsumen pada transaksi elektronik; transaksi

finansial secara elektronik; promosi industri game, industri musik, industri perangkat lunak (software);

pengembangan industri e-learning; perlindungan privasi lokasi; tandatangan digital; dan e-government.

Satu hal menarik adalah adanya regulasi/kebijakan Pemerintah terhadap Electronic Commerce Reources

Centre (ECRC) yang memiliki tujuan untuk mendukung UKM (SME) demi meningkatkan volume

perdagangan.

Page 16: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Berkembang -ASEAN

ASEAN ternyata telah memiliki e-ASEAN Legal Framework yang ditetapkan pada KTT ASEAN tahun 1999 di Manila. Tujuan

dari e-ASEAN adalah mengembangkan rencana kerja komprehensif untuk pengembangan ICT ( Information and

Communication Technology) di bidang bisnis, masyarakat dan pemerintah.

Kewajiban anggota ASEAN adalah:

1. Segera mengundangkan peraturan dan kebijakan nasional terkait transaksi e-commerce;

2. Memfasilitasi terbentuknya framework dari tandatangan digital;

3. Memfasilitasi penyelesaian, pembayaran transaksi elektronik yang bersifat regional, melalui mekanisme seperti gerbang pembayaran elektronik (electronic payment gateways)

4. Melakukan adopsi/ratifikasi terhadap perlindungan HAKI karena kegiatan e-commerce;

5. Melakukan tindakan mensosialisasikan proteksi data personal dan privasi konsumen; dan

6. Mendorong digunakannya penyelesaian sengketa alternatif (ADR) untuk transaksi online.

Tahun 2001, e-ASEAN telah menerbitkan Common Reference Framework for ASEAN e-Commerce Legal Infrastructure. Framework ini akan berperan sebagai panduan bagi anggota ASEAN yang belum memiliki draft dari peraturan e-commerce.

Page 17: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

MATERI MUATAN RPP PERDAGANGAN ELEKTRONIS DAN KETERKAITAN DENGAN HUKUM POSITIF LAIN

Page 18: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Peraturan Perundang-Undangan yang Menjadi Acuan

UU Informasi dan Transaksi Elektronik RUU Perdagangan RPP Penyelenggara Informasi dan Transaksi

Elektronik

RPP ini secara definitif sebetulnya merupakan turunan dari UU ITE yang mengamanatkan adanya pengaturan lebih lanjut terkait transaksi elektronis.

Page 19: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

UU Mata Uang UU Transfer Dana UU Pos UU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha yang

Sehat UU Perlindungan Konsumen UU Tindak Pidana Pencucian Uang RPP Penyelenggara Informasi dan Transaksi

Elektronis Peraturan BI terkait Transaksi Elektronis

Peraturan Perundang-Undangan yang Menjadi Referensi

Page 20: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Sistem Penyelenggaraan E-Commerce (dalam RPP PITE)

Kontrak Elektronis (sebagian dalam RPP PITE) Sistem Pembayaran Elektronis (dalam PBI) National Payment Gateway (dalam PBI) Sertifikasi Perdagangan Elektronis (diatur

sebagian dalam RPP PITE, teknis lebih detail dalam Permen)

Perlindungan Konsumen (UU PK&ITE, tetapi perlu perluasan perlindungan dalam RPP ini)

Beberapa hal yang penting tetapi tidak diatur dalam RPP ini

Page 21: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Subyek Hukum Perdagangan Elektronis Hak dan Kewajiban Merchant Hak dan Kewajiban Pelanggan Online Dispute Resolution Privacy Setting Data Retention Edukasi Konsumen Konfirmasi Transaksi dan Retain Payment

Hal yang Diatur Khusus dalam RPP ini

Page 22: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Hal-Hal yang Belum Diatur dan Masih Memerlukan Koordinasi Antar Instansi

Intermediary banking, terkait payment retention (in accordance with consumer protection) – dengan Bank Indonesia

Transaksi Elektronis, terkait Payment Gateway – dengan Kemkominfo, Bank Indonesia dan Kemenkeu

HAKI/IPR Protection, terkait perlindungan HAKI dalam perdagangan elektronis – dengan Ditjen HAKI

Page 23: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Hal-Hal yang Belum Diatur dan Masih Memerlukan Koordinasi Antar Instansi

Pajak atas transaksi elektronis – dengan Ditjen Pajak

Online Dispute Resolution, terkait mekanisme ADR secara elektronis – dengan Kemkumham dan BANI

Sertifikasi keandalan (teknis dan ekonomi), terkait keandalan merchant dalam melakukan perdagangan – dengan Kemkominfo

Page 24: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Hal-Hal yang Belum Diatur dan Masih Memerlukan Koordinasi Antar Instansi

• Single Identity Number (KTP Elektronis), terkait validitas pelanggan untuk menghindari potensi fraud – dengan Kemendagri

• Mata Uang untuk transaksi pembayaran, terkait UU Mata Uang – dengan BI dan Kemenkeu

• Mekanisme cross-border settlement, terkait e-ASEAN – dengan Kemkominfo dan Kemenlu

Page 25: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Hal-Hal yang Masih Memerlukan Perhatian

• Mekanisme State Guarantee, terkait sertifikasi merchant dan pelanggan

• Mekanisme Pembatasan Produk Penjualan, terkait limitasi sektoral seperti miras, senjata api, obat dengan resep dokter, dsb

• Mekanisme sanksi pelanggaran, terkait jenis sanksi yang tidak terkait pidana

• Mekanisme pemahaman law enforcement, untuk menghindari RPP ini beralih fungsi dari penguatan daya saing menjadi RPP represif

Page 26: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Materi muatan RPP Perdagangan Elektronis

Menurut ketentuan umum naskah akademik RPP Perdagangan

Elektronis, definisi Perdagangan Elektronis adalah:

Perdagangan elektronis adalah pertukaran barang atau jasa melalui internet atau media elektronik lainnya meliputi komunikasi, transaksi, mekanisme pembayaran, dan penyelesaian transaksi sesuai prinsip dasar yang berlaku pada perdagangan tradisional, dimana pembeli dan penjual melakukan pertukaran barang atau jasa dengan media uang.

Tingginya keterkaitan RPP Perdagangan Elektronis dengan hukum

positif, seperti UU ITE dan RPP lainnya, membuat RPP

Perdagangan Elektronis lebih berfokus pada substansi

perdagangan, bukan pada medium elektronis/teknis yang sudah

diatur oleh Kementerian Kominfo.

Page 27: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

1. Penyelenggaraan Perdagangan Elektronis

Pengaturan Badan Hukum:

RPP ini menitikberatkan pada bentuk badan hukum yang dapat

menyelenggarakan perdagangan elektronis.

Bentuk bukan sebuah mandatory, melainkan perlindungan

pemerintah (state guarantee) terhadap pelaku usaha yang

menundukkan dirinya pada pengaturan badan hukum RPP

Perdagangan Elektronis ini.

Keterkaitan sikap state guarantee dengan Lembaga Sertifikasi

Keandalan, membuat RPP ini akan mengatur lebih luas kepada

aspek ekonomi-perdagangan elektronis, bukan teknis seperti yang

telah diatur detail dalam hukum positif lainnya.

Page 28: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

1. Penyelenggaraan Perdagangan Elektronis –cont’d

Pemasaran dan Periklanan:

Penyelenggara perdagangan secara elektronik harus memuat data/informasi barang dan jasa, minimal:

a. Identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen dan lembaga usaha perdagangan;

b. Persyaratan teknis barang atau kualifikasi/standar teknis jasa yang ditawarkan;

c. Harga, cara pembayaran, dan penyerahan barang

d. Domisili produsen atau lembaga usaha perdagangan;

Selain itu, pelaku usaha perdagangan elektronis juga dapat mencantumkan data/informasi penting mencakup:

Perjanjian waktu dan metode pembayaran elektronis; Keberadaan informasi mengenai persyaratan dan prosedur kontrak elektronis; Keberadaan hak untuk membatalkan pemesanan barang bagi konsumen; Biaya komunikasi dalam melakukan permintaan informasi terkait perdagangan elektronis; Jangka waktu berlakunya penawaran harga; Penjelasan tentang durasi kontrak elektronis secara permanen atau berulang; Informasi tentang pemenuhan sertifikasi keandalan dan sertifikasi penyelenggaraan

perdagangan elektronis

Page 29: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

1. Penyelenggaraan Perdagangan Elektronis –cont’d

Pengaturan Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual

RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur mengenai pelarangan

penjualan barang-barang imitasi atas produk yang telah memiliki

HAKI dengan mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-

undangan mengenai HAKI.

Page 30: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

2. Sertifikasi Perdagangan Elektronis

RPP ini mengarahkan pentingnya sertifikasi atas perdagangan elektronis. Terdapat 2 (dua) sertifikasi yang harus/dapat diikuti oleh pelaku usaha perdagangan elektronis, yaitu: Sertifikasi Keandalan (diatur dalam RPP PITE); Sertifikasi Penyelenggara Pembayaran Elektronik (yang akan diatur oleh

Bank Indonesia) Sertifikasi keandalan mencakup kelayakan teknis (infrastruktur) dan ekonomi

(kemampuan ekonomi) seperti solvabilitas, rekomendasi perbankan, dan/atau laporan keuangan audited yang diaudit oleh auditor eksternal yang menunjukkan kemampuan pelaku usaha.

Sertifikasi penyelenggara pembayaran elektronik menitikberatkan eksistensi sertifikasi bagi merchant untuk menyelenggarakan pembayaran elektronik sebagai langkah meningkatkan keamanan dan kenyamanan bertransaksi online.

Page 31: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis

Perluasan tafsiran mengenai makna ‘perlindungan konsumen’ mencakup

seluruh aspek perlindungan konsumen yang melakukan perdagangan

elektronis, bukan konvensional, sehingga diperlkukan implementasi

perlindungan konsumen dalam koridor hukum positif lainnya.

Penguatan juga dilakukan dengan meningkatkan fungsi dan mekanisme

kelembagaan yang kredibel untuk melindungi kepentingan konsumen dan

pelaku usaha perdagangan elektronis dari praktik penipuan dan kejahatan

elektronis.

Bentuk penguatan kelembagaan dapat melalui penguatan fungsi lembaga

keandalan sebagai pihak ketiga yang mengeluarkan sertifikat digital dan

menciptakan keamanan sistem penyelenggaraan elektronis mencakup 4

aspek utama yaitu authentification, integrity, non-repudation, dan

confidentiality.

Page 32: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis

Praktik bisnis yang adil (fair business practice)

RPP ini menekankan pentingnya membangun kepercayaan antara pelaku

usaha dan konsumen dalam perdagangan secara elektronik melalui

penerapan praktik bisnis yang adil dan tidak merugikan semua pihak.

Penguatan sistem hukum yang mengatur perlindungan kedua belah pihak,

kebijakan praktis, dan keandalan proteksi dengan tujuan untuk

meningkatkan kepercayaan konsumen dan menjaga keseimbangan hak

dan kewajiban kedua pihak dalam perdagangan elektronik

Pengembangan tujuan sesuai gagasan OECD yaitu untuk membangun pola

relasi simetris antara pelaku usaha dan konsumen. Kerjasama yang efektif

dari kalangan pemerintah, pelaku usaha, dan konsumen sangat dibutuhkan.

Page 33: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis

Transparansi dan pengungkapan informasi:

Pengungkapan informasi mengenai bisnis, meliputi legalitas dan

identitas bisnis, domisili, alamat email atau kontak elektronik lain, nomor

telepon, alamat registrasi, dan lisensi dan sertifikasi terkait yang dikeluarkan

oleh otoritas berwenang (misal: dokumen izin ekspor bagi pelaku usaha

yang memiliki cakupan perdagangan cross border).

Informasi mengenai barang/jasa, meliputi aksesabilitas konsumen untuk

mengunduh representasi barang sebagai rujukan melakukan transaksi dan

alat bukti ketika barang yang dikirim tidak sesuai dengan representasi yang

telah diunduh.

Informasi mengenai transaksi, meliputi keharusan pelaku usaha

perdagangan elektronik untuk merinci secara jelas dan detail terkait terms

and conditions dari transaksi, termasuk seluruh biaya yang harus

dikeluarkan oleh konsumen.

Page 34: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis

Aplikasi kerahasiaan atas hak-hak pribadi konsumen: Dalam dunia cyber, hak-hak pribadi berkaitan erat dengan permasalahan

perlindungan data-data pribadi karena mungkin saja data perseorangan

diakses oleh pihak yang tidak berhak.

Konsep privacy rights meliputi hal: – Data perorangan yang diartikan sebagai informasi yang berkaitan erat dengan

perorangan seperti data pribadi, data keadaan keuangan, rekam jejak pekerjaan, data kesehatan, dan rekam jejak kejahatan, dan

– Hak perseorangan adalah hak individual untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya. Terkait informasi elektronik, hak pribadi adalah hak seseorang untuk menentukan apakah informasi pribadi dapat disebarkan atau tidak kepada pihak lain.

RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur penerapan konsep privasi

yang memperhatikan aspek keamanan transaksi online secara holistik,

khususnya dalam melindungi kepentingan semua pihak.

Page 35: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

3. Perlindungan konsumen Perdagangan Elektronis

Informasi barang/jasa:

RPP Perdagangan Elektronis akan membagi persyaratan minimal informasi yang harus diberikan terkait barang dan jasa, termasuk tetapi tidak terbatas kepada:

Jenis Barang/Jasa Bentuk/Dimensi Barang Cara Penggunaan Pembatasan Penggunaan Harga total yang harus dibayar pelanggan

Chargebacks

RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur melalui ketentuan dari Bank Indonesia mengenai mekanisme retain payment dari konsumen ke merchant yang harus ditahan oleh penerima pembayaran elektronik sampai batas waktu tertentu (hingga produk diterima).

Edukasi Pelanggan

RPP Perdagangan Elektronis menekankan pentingnya pengaturan pasal secara lebih spesifik mengenai kewajiban pelaku usaha dan pemerintah untuk melindungi konsumen melalui peningkatan kesadaran konsumen terhadap penyelenggaraan perdagangan elektronik, serta peningkatan peran aktif konsumen dalam melakukan praktik bisnis melalui media elektronik.

Page 36: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

4. Perlindungan bagi Penyelenggara Perdagangan Elektronis

Verifikasi Identitas Pelanggan: 

Untuk memastikan bahwa perlindungan terhadap merchant juga memadai,

perlu adanya sebuah mekanisme yang memastikan kebenaran identitas

pelanggan. Hal ini sebenarnya dapat diselesaikan dengan adanya Single

Identity Number (SIN) yang masih dalam taraf perencanaan tender oleh

Kemeterian Dalam Negeri.

Dapat pula diusulkan penggunaan tanda tangan elektronis untuk

mempermudah integritas verifikasi pelanggan. Hanya patut

dipertimbangkan mengenai populasi dari tanda tangan elektronis ini (digital

signature/DS) dan penetrasi penggunaannya dalam komunitas pengguna

media elektronis di Indonesia.

Page 37: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis

Kontrak Elektronis:

Perjanjian Perdagangan Elektronis adalah bentuk perjanjian jual beli yang

memiliki kekuatan hukum yang sama dengan perjanjian konvensional,

dimana bukti transaksi elektronik diakui ekuivalen dengan bukti dokumen

yang ditulis (Pedoman UNCITRAL)

Diperlukan ketentuan-ketentuan baru terkait perdagangan elektronik dalam

koridor hukum positif di Indonesia dengan penekanan pada:

Hubungan sejajar antara pelaku usaha dan konsumen Memberikan ruang tawar lebih luas

bagi konsumen dalam format kontrak baku.

Pemberlakuan sistem “3 klik” dalam kesepakatan kontrak transaksi perdagangan elektronik.

Pengakuan tanda tangan elektronis dan data message.

Akseptabilitas penggunaan media online lain sebagai alat pembuktian kesepakatan kontrak

elektronik, seperti video conference.

Page 38: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis

Konfirmasi Jual-Beli 

RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur tentang detail konfirmasi

perjanjian jual beli yang harus dipenuhi oleh konsumen, sehingga

konsumen tidak melakukan kesepakatan sebelum seluruh persyaratan

terpenuhi.

Pengaturan mekanisme acceptance berkaitan tentang pernyataan telah

diterimanya suatu penawaran oleh konsumen. Pihak yang memberikan

penawaran harus menjelaskan secara terperinci metode penerimaan jika

penawaran tersebut diakseptasi (dalam bentuk konfirmasi), serta harus

dipastikan bahwa perjanjian online yang disepakati sudah memilki

pengamanan khusus seperti tanda tangan digital (digital signature).

Page 39: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis

Metode pembayaran

RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur tentang keamanan metode

pembayaran yang dilakukan oleh konsumen, khususnya terkait keberadaan

resiko pembayaran menggunakan digital, seperti penipuan menggunakan

sarana perbankan (banking fraud), pembajakan kartu kredit (carding), akses

ilegal ke sistem informasi, dan pencurian data.

Dapat dikaji pendirian dan pengembangan sistem national payment

gateway sebagai model pembayaran alternatif.

Eksistensi dan pengaturan model bisnis national payment gateway

diharapkan dapat meningkatkan aspek kenyamanan dan keamanan

bertransaksi secara elektronik dalam lingkup B2B, B2C, dan C2C.

Page 40: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Perdagangan Elektronik:

Penyelenggara perdagangan elektronis yang bekerjasama dengan

penyedia jasa keuangan (PJK) untuk penyelesaian pembayaran transaksi

wajib memastikan PJK memiliki tingkat kesehatan yang baik sesuai

penilaian berkala oleh otoritas pengawas terkait.

Penyelenggara perdagangan elektronis wajib melakukan due diligence

untuk menilai tingkat kepatuha PJK terhadap peraturan berlaku.

Penyelenggara perdagangan elektronis wajib membuat perjanjian

kerjasama yang memenuhi arm’s length principle dengan PJK sebelum

memulai kerjasama dalam penyelesaian transaksi pembayaran.

Page 41: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

6. Penyelesaian sengketa Perdagangan Elektronis

Mekanisme penyelesaian sengketa: 

RPP Perdagangan Elektronis akan menitikberatkan kepada mekanisme ADR

(Alternative Dispute Resolution), termasuk mediasi, negosiasi dan arbitrase

terhadap semua hubungan yang bersifat privat. Sementara hubungan publik

akan diarahkan langsung kepada mekanisme pengadilan.

Mekanisme Online Dispute Resolution (ODR): RPP Perdagangan Elektronis menekankan pentingnya kebebasan mengakses

informasi yang jelas dan benar tentang prosedur ODR, peningkatan kemampuan

teknikal konsumen, dan pemahaman terhadap keberadaan payung hukum tentang

prosedur ODR terkait dengan perdagangan elektronik.

ODR sendiri belum memiliki payung hukum positif di Indonesia dimana pengarahan

pengaturan ODR sebaiknya ditempatkan di bawah koordinasi BANI (Badan Arbitrase

Nasional Indonesia) sebagai pihak yang memiliki kewenangan melakukan ADR

(Alternative Dispute Resolution) di Indonesia.

ODR akan diatur sebagai berikut: 1) Pengaturan mengenai Metoda Konsensual, dan

2) Pengaturan mengenai Metoda Ajudikatif.

Page 42: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

6. Penyelesaian Sengketa Perdagangan Elektronis

Mekanisme ganti rugi lintas negara (ASEAN): 

Pentingnya pengaturan kesepakatan mekanisme ganti rugi lintas negara

(cross border redress), khususnya mendukung kebijakan pasar tunggal dan

penerapan jaringan komunikasi lintas regional melalui e-ASEAN

Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kepercayaan konsumen

dalam perdagangan elektronis, karena dimungkinkan adanya cross border

complaint meningkatkan posisi tawar konsumen terhadap pelaku usaha

(vendor) yang berdomisili di negara lain.

Penguatan regulasi dan aspek kelembagaan terutama sinkronisasi

kebijakan perlindungan konsumen lintas negara ASEAN dibutuhkan untuk

menciptakan iklim bisnis online yang efektif mendorong peningkatan

volume perdagangan dan daya saing nasional dan regional.

Page 43: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

SANKSI

RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur mengenai sanksi

administratif bagi pelanggaran terhadap ketentuan

penyelenggaraan perdagangan elektronik, baik bagi penyelenggara

(merchant) maupun bagi pelanggan (consumer). 

Sanksi yang akan dijatuhkan kepada merchant berupa denda

administratif, peringatan di web merchant sampai kepada

pembekuan kegiatan perdagangan elektronis.

Sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelanggan berupa denda

administratif, peringatan di web merchant (blacklist) sampai dengan

pelarangan transaksi melalui perdagangan elektronis.

Page 44: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Terima Kasih

Page 45: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

Consultant profile

Page 46: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

BRIEF PROFILE:

Aji Jaya Bintara, MSM is a managing director of Strategic Development Institute

(SDI) and lecturer at Accounting program in Faculty of Economic and Business,

University of Indonesia, where He specializes in Banking, Restructuring, and

Strategic Management. He has advised clients and involved in multidisciplines

background and various areas, such as corporate restructuring, strategic

planning and execution, feasibility study, and capital raising program. His clients

comes from various industries such as mining and coal, transportation,

manufactures, media, automotive, and heath care business. He also involves in

publishing Strategic Development Institute (SDI) articles, learning center and

social relations programs, strategy handbook, and corporate governance studies

and research.

He obtained Master of Science Management degree and Bachelor degree on

Economics with Cumlaude Honors (best graduate), both from Faculty of

Economics University of Indonesia (FEUI). Previously, he worked for

multinational consultancy firms such as Ernst &Young and KPMG, and his last

professional positions as an expert staff of SME/Commercial Director of

Commonwealth Bank of Australia.

Page 47: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

BRIEF PROFILE:

W.P Yudiantoro, Senior Consultant on Strategic Development Institue, a Governance Consultant with broad experience on Policy & Regulation Making, Boards (BoD & BoC) Role and Responsibilities. Focus on SoE (BUMN) Governance. Vast experiences in energy, telecommunication and broadcasting industries

Strong background in corporate law and corporate action, especially in Board engagement, Board role and responsibilities, Decision Making Process, Business Plan Development, Corporate Compliance, Corporate Governance and Code of Conduct Development. Currently act as Expert on Governance, Regulation and Policy for Board of Governor TVRI and Member of Compliance Committee PT Pembangkitan Jawa-Bali. Also act as Strategic Supervisory Board for PT Perusahaan Listrik Negara Projects on becoming Non-Listed Public Company (NLPC)

Page 48: Public Expose RPP Perdagangan Elektronis

BRIEF PROFILE:

Viktor Fanggidae, consultant at Strategic Development Institute, with research interest spanned from Information technology, business systems to banking regulations and financial systems.

Obtained his bachelor of computer science, he furthered his study in business system analysis and awarded a high distinction award in Masters of Business Systems at Monash University, Melbourne.

Combining his micro knowledge in IT and meso skills in business process analysis, currently Viktor moving into the more macro domain of regulations and financial systems, particularly in banking, and presently serving as the unit head of policy review and regulatory compliance at the Commonwealth Bank of Australia, Jakarta.