PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas...

16
Petani di Desa Lioka, Kecamatan Towuti, menerapkan budidaya padi dengan pola SRI Organik untuk pertama kalinya pada musim tanam April- September 2016. Di Lioka, praktik Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan mendapat dukungan dari Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat. PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan Laporan Utama > Hal 9 Mencetak Herbalis di Tingkat Desa Dokter Manjawab > Hal 13 SADARI untuk Pencegahan Kanker Payudara Laporan Utama > Hal 5 Membangun Kemandirian Melalui Koperasi Informasi, Interaksi, Inspirasi KILAS PMDM > HAL 14 Listrik untuk Warga Kayu Tanduk WAWASAN > HAL 12 Cara Mengonsumsi Tanaman Obat SOSOK > HAL 12 Suryamin, Ketua Kelompok Tani Tapulemo: Mantap Terus Ber-SRI TabloidVerbeek @TabloidVerbeek EDISI 30 I FEBRUARI 2017 I 16 HALAMAN Dipublikasikan oleh Divisi Komunikasi PT Vale Indonesia Tbk - Tidak Diperjualbelikan - SCAN ME!

Transcript of PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas...

Page 1: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

Petani di Desa Lioka, Kecamatan Towuti, menerapkan budidaya padi dengan pola SRI Organik untuk pertama kalinya pada musim tanam April-September 2016. Di Lioka, praktik Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan mendapat dukungan dari Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat.

PTPM Pertanian Berkelanjutan

Mendongkrak Produktivitas Lahan

Laporan Utama > Hal 9Mencetak Herbalis di Tingkat Desa

Dokter Manjawab > Hal 13SADARI untuk Pencegahan

Kanker Payudara

Laporan Utama > Hal 5 Membangun Kemandirian

Melalui Koperasi

I n f o r m a s i , I n t e r a k s i , I n s p i r a s iKILAS PMDM > HAL 14

Listrik untuk Warga Kayu Tanduk

WAWASAN > HAL 12

Cara Mengonsumsi Tanaman Obat

SOSOK > HAL 12

Suryamin, Ketua Kelompok Tani Tapulemo:Mantap Terus Ber-SRI

TabloidVerbeek @TabloidVerbeek

E D I S I 3 0 I F E B R U A R I 2 0 1 7 I 1 6 H A L A M A N

D i p u b l i k a s i k a n o l e h D i v i s i K o m u n i k a s i P T V a l e I n d o n e s i a T b k- T i d a k D i p e r j u a l b e l i k a n -

SCAN ME!

Page 2: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 20172 EDITORIAL

Tabloid ini diterbitkan sebagai upaya mengampanyekan transparansi dari pelaksanaan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale. Juga sebagai media alternatif masyarakat dalam memperoleh informasi dan wawasan. Kirimkan kritik dan saran Anda untuk tabloid Verbeek melalui email atau surat ke alamat redaksi.

Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di Luwu Expo 2017 di Belopa. Stan Lutim menampilkan hasil olahan pertanian

organik seperti Beras Mulia dan rumput laut organik.

Pelindung: Dewan Direksi PT Vale | Penasihat: Basrie Kamba (Direktur Komunikasi & Hubungan Luar), Busman Dahlan Shirat (Senior Manajer Program Pengembangan Sosial) | Penanggung Jawab: Bayu Aji Suparam (Senior Manajer Komunikasi) | Redaktur Pelaksana: Sihanto B. Bela | Editor:La Ode M. Ichman, Aswaddin, Asriani Aminuddin, Ann Sjamsu, Iskandar Ismail, Baso Haris, Misdar | Redaksi: Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Maman Ashari, Wahyudi, Dimas Marendra | Fotografer: Harris Gunawan | Desain & Tata Letak: Luki Ahmadi Hari Wardoyo | Alamat Redaksi: Kantor Departemen Komunikasi & Urusan Luar, Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan - 92984.

Tabloid Verbeek@TabloidVerbeekTabloidVerbeekTabloid Verbeek08114056715 570946F9

Pembaca yang budiman,Ahli fisika yang dipandang sebagai ilmu-

wan terbesar abad ke-20, Albert Einstein, pernah menulis “the only source of know­ledge is experience”, satu-satunya sumber wawasan adalah pengalaman. Ketika kita tarik ke praktik budidaya Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) yang sudah berjalan di hampir seluruh wi-layah di Luwu Timur, ucapan penemu teo-ri relativitas itu punya korelasi kuat. Para pelaku System of Rice Intensification (SRI) Organik tak pernah lelah membagi peng-alaman satu sama lain demi memperkuat wawasan yang mereka miliki.

Seperti yang belum lama ini mereka la-kukan yaitu Lokakarya PSRLB. Selama dua hari, mereka mendiskusikan berbagai ca-paian yang telah mereka rasakan selama menjalani satu hingga tiga kali musim tanam padi organik. Petani juga mengungkapkan tantangan dan peluang. Satu per satu ma-salah diurai hingga akhirnya mereka meru-muskan sejumlah rekomendasi yang akan dibawa ke internal kelompok tani maupun masukan untuk Pemerintah Daerah.

Tonggak penting dalam PSRLB pun dica-pai. Salah satunya adalah pendirian kopera-si usaha tani. Dengan berdirinya koperasi, petani diharap akan lebih berdaya, mandi-ri, dan lebih sejahtera. Pembentukan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) di Desa Lioka juga merupakan capai-an penting yang menjadi tonggak keswada-yaan petani sekaligus peluang besar untuk, lagi-lagi, membagi pengalaman.

Tak hanya petani tanaman pangan yang ikut serta dalam lokakarya, pegiat tanaman obat juga dirangkul. Setelah satu tahun men-dapat pelatihan dan pendampingan, para ibu rumah tangga, anggota PKK, dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) sudah perca-ya diri menjual aneka produk olahan her-bal yang punya aneka manfaat kesehatan.

Lika-liku perjalanan praktik PSRLB sela-ma sekitar 1,5 tahun terakhir ini kami jadi-kan laporan utama. Beberapa kegiatan me-narik dalam Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) dan serah terima fasilitas publik dari PT Vale ke Pemkab Luwu Timur juga kami ulas dalam Verbeek edisi ke-30.

Selamat membaca.

FOTO-FOTO LAMA SOROWAKO DI FACEBOOK VERBEEK

Beberapa waktu belakangan ini saya lihat Face-book Verbeek menyajikan foto-foto lama Sorowako dan PT Vale. Menurut saya upaya yang dilakukan Redaksi Verbeek ini sangat menarik dan bagus agar kita semua tidak melupakan sejarah dan kenang-an indah yang patut kembali diingat sebagai ba-han refleksi kita ke depan. Terima kasih Verbeek.

Yermia Riezky via Facebook Tabloid Verbeek

Terima kasih atas apresiasinya. Semoga hal ter­sebut juga bermanfaat bagi pembaca lainnya.

BANYAK AKUN PALSU PT VALE DI MEDIA SOSIAL

Assalamualaikum. Beberapa waktu lalu di me-dia sosial banyak sekali tersebar akun PT Vale yang menginformasikan ada lowongan pekerjaan di perusahaan. Apakah hal itu benar? Yang mana alamat Facebook PT Vale yang asli dan dapat di-percaya ya? Soalnya ada beberapa akun PT Vale yang tersebar di media sosial dan sepertinya ada satu akun penipu yang selalu upload info loker.

Tirta Amarta via Facebook Tabloid Verbeek

Terima kasih atas laporannya. Sejauh ini PT Vale belum memiliki akun resmi di media sosial. Untuk sumber sumber informasi lowongan kerja yang be­nar, Anda dapat melihatnya melalui website res­mi PT Vale di vale.com/indonesia dan klik bagian “Karir”. Kami sarankan agar Anda jeli dan berhati­hati terhadap informasi lowongan kerja PT Vale di media sosial.

SURAT PEMBACA

MENELUSURI SEJARAHBeberapa waktu lalu Facebook Verbeek sempat

memposting asal-muasal musik bambu Sorowako dan banyak tanggapan dari pembaca. Termasuk mereka yang memberikan versi yang lain dari musik bambu Sorowako. Menurut saya sejarah yang diutarakan Ta-bloid Verbeek sangatlah perlu. Meski memang sulit un-tuk ditelusuri. Yang penting sekarang bagaimana kita dapat kembali membangkitkan alat musik ini karena banyak sekali yang suka dengar cuma tidak bisa ber-tahan lama karena personelnya berubah dan tidak ada regenerasi. Kegiatan ini misalnya perlu dikelola seperti marching band di sekolah-sekolah.

Joni Parinding via Facebook Tabloid Verbeek

Terima kasih masukan dan pandangannya. Semoga ke depan musiK bambu Sorowako dapat Berjaya dan berhasil melakukan regenerasi agar tradisi kesenian lokal ini senantiasa lestari.

Page 3: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 2017

LAPORAN UTAMA 3

Tanam tunggal, tanam horisontal, dan jarak tanam lebar merupakan prinsip dalam SRI Organik. Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, padi tumbuh subur dengan banyak anakan karena tidak saling berebut unsur hara. Hasilnya, lahan makin produktif.

Padi SRI Organik juga lebih sehat karena pola budidayanya memberi penekanan pada keseimbangan ekosistem. Serangga tidak lagi menjadi hama dan penggunaan bahan organik membuat tanaman tumbuh sehat

Dengan produksi padi yang berlipat ganda, kebutuhan benih untuk tanaman padi pola SRI organik hanya berkisai 5-7 kg per hektar lahan. Sangat berbeda dengan pola konvensional yang memerlukan benih 25-30 kg per hektar. Maka selain lebih produktif, padi SRI Organik juga lebih hemat biaya atau ongkos cabut.

PTPM Pertanian Berkelanjutan

Mendongkrak Produktivitas LahanSejak menerapkan pertanian ramah lingkungan, petani mendapati lahannya makin subur dan produktivitas meningkat.

S ekitar 65 petani menghadiri Loka-karya Pertanian Sehat Ramah Ling-kungan Berkelanjutan (PSRLB) yang

diadakan di area persawahan milik Tho-mas Lapu di Dusun Lagolo, Desa Wasu-ponda, pada 11-12 Januari 2017. Sejak pagi, petani tampak sibuk menyiapkan tenda, memasang spanduk untuk me-nyambut tamu-tamu undangan, menem-pel bahan presentasi seputar pertanian ra-mah lingkungan, hingga menata meja pa-meran. Beberapa di antara mereka sibuk menulis di kertas atau di buku catatan, sembari meminta opini dari rekan-rekan sesama petani. Ketika Verbeek mendekat, mereka menjawab, “Bikin bahan presen-tasi, Bu. Nanti kami maju satu-satu, bica-ra di depan.”

Pemandangan itu kontras dengan apa yang tampak di awal mereka mengenal System of Rice Intensification (SRI) Or-ganik. Dulu mereka malu-malu, duduk diam mendengarkan pemateri, dan sulit menjawab setiap kali fasilitator SRI Orga-nik melontarkan pertanyaan. Kini mereka terlihat percaya diri, bisa bercerita ten-tang pengalaman bertani dengan lantang, pandai menganalisis, dan makin kompak. “PSRLB punya nilai ekologi, ekonomi, dan sosiologi. Nilai yang terakhir diwujudkan melalui kearifan lokal dan praktik-praktik kemitraan yang muncul ke permukaan be-gitu petani menerapkan pertanian ramah lingkungan,” kata Ketua Yayasan Aliksa Organik SRI Alik Sutaryat. Petani yang makin cerdas, guyub, dan menghidupkan gotong-royong merupakan bukti nyata dampak sosial yang dibawa oleh PSRLB.

Sementara untuk mengukur nilai eko-logi dan ekonomi, cara paling mudah ada-lah mengalisis produktivitas lahan. Sing-kat kata, lahan yang subur tentu lebih produktif. Hal itu dirasakan petani yang sudah mempraktikkan pola budidaya SRI

Organik sepanjang tiga musim tanam ma-upun petani-petani yang baru musim per-tama beralih dari sistem konvensional ke SRI Organik.

Sukses di panen perdanaAmbil contoh Margaretha, petani dari

Kelompok Tani Mandiri, Kecamatan Wa-suponda, yang selama ini hanya bisa me-manen sekitar 3 ton padi dari tiap hektar sawah miliknya, kini memetik hasil 6,8 ton per hektar dari lahan yang sama. “Justru ketika tidak pakai pupuk kimia malah bertambah hasilnya. Dulu awalnya se-perti tidak masuk akal, tapi setelah coba sendiri saya baru yakin bahwa memang benar tanah semakin subur jadi hasilnya juga makin bagus,” kata Margaretha yang belum lama terpilih sebagai Ketua Asosi-asi Masyarakat Organik (AKAR) Kecamat-an Wasuponda.

Senada dengan Margaretha, Thomas Lapu dari Kelompok Tani Sangkutubane, Kecamatan Wasuponda, juga merasakan kenaikan produktivitas lahan. “Selama pa-kai pola konvensional paling bagus saya pernah dapat 5 ton per hektar. Itu dulu sekali, sudah lama. Sekarang baru musim pertama pakai SRI Organik sudah dapat 6 ton. Padahal saya belum maksimal me-nerapkan SRI. Kompos yang saya tabur masih sedikit tapi hasil sudah terlihat,” kata Thomas yang kini menjabat Humas Asosiasi Masyarakat Organik (AKAR) Ke-camatan Wasuponda. Thomas menanam padi varietas Ciherang dan Mentik Susu dengan pola SRI Organik di lahan seluas 1 hektar. Di seluruh Kecamatan Wasupon-da, ada 14 petani yang merintis pertanian ramah lingkungan di lahan dengan luas total 6,2 hektar. Tidak hanya beras putih, padi merah juga dikembangkan di keca-matan tersebut dengan pola SRI Organik.

Di daerah barat, tepatnya di Kecama-tan Kalaena, petani yang baru memulai pola budidaya SRI Organik juga sudah merasakan manis-nya panen padi or-ganik. Lima orang petani memprak-tikkan SRI Orga-nik di lahan selu-as 2 hektar. Di sa-wah milik Kukuh Wasyono, misal-nya, lahan lahan 17 are yang dia garap berhasil memanen 11 karung gabah kering atau setara 1,37 ton. Padahal di sawah tetangga yang menggunakan sistem konvensio-

nal, tampak batang padi yang rapuh, ma-laimalai busuk, dan bulir hampa. Sawah -sawah yang digarap konvensional rat a-rata menghasilkan 3-4 karung dari luasan 17 are, bahkan banyak yang gagal panen atau terpaksa dipanen lebih cepat kare-na serangan hama yang kian merajalela.

“Di awal saya mencoba SRI Organik, saya yakin bakal puso. Ini mustahil. Se-panjang musim tanam, banyak cemooh yang kami dapat dari teman-teman peta-ni lainnya. Umur padi 15 hari, saya nya-ris putus asa karena saya melihat sawah di kanan-kiri sudah rimbun sementara sawah saya cuma rumput yang kelihat-an,” kata Kukuh yang menjabat Ketua Ke-lompok Tani Padi Organik Harapan, Desa Sumber Makmur.

Makin produktifPetani-petani yang tergabung dalam

KT Harapan Mulya, Desa Libukan Mandiri (kawasan Mahalona), Kecamatan Towuti, sudah bisa bercerita lebih banyak tentang pengalaman mereka menjalankan budi-daya padi ramah lingkungan. Di daerah tersebut, produktivitas lahan telah men-capai 8,5 ton per hektar di musim tanam ketiga. “Musim ketiga kami pakai varie-tas Mentik Susu. Dari tanam benih tung-gal bisa tumbuh anakan lebih dari 100,”

kata Ruslan, anggota KT Harapan Mulya. Dia menambahkan bahwa mesin panen sempat tidak bisa jalan akibat padi sa-ngat lebat. Hingga pertengahan Januari 2017, sudah 29,6 ton gabah kering diha-silkan petani Mahalona dan dipasok ke Koperasi Melati Agro dengan harga jual Rp 7.000/kg. Anggota KT Harapan Mul-ya mengombinasikan SRI Organik dengan pola tanam jajar legowo yang merupakan program Dinas Pertanian.

Petani Mahalona saat ini tengah me-ngembangkan varietas lokal yang mereka namai Putra Mahalona. “Berasnya lebih pulen, tidak keras biarpun didiamkan dari pagi sampai sore, dan umur panen lebih pendek dibandingkan Mentik Susu,” kata Sunarno, anggota KT Harapan Mulya. Di musim tanam keempat, mereka sepakat untuk menggunakan Putra Mahalona se-bagai varietas unggulan asli Luwu Timur.

Hingga musim ketiga, SRI Organik di-lakukan di 7 kecamatan di Luwu Timur (Towuti, Wasuponda, Nuha, Angkona, Ka-laena, Wotu dan Mangkutana dengan lu-asan total lahan 51,8 hektar dan jumlah pelaku tani 96 orang. Pelaksanaan budi daya SRI Organik didampingi oleh tenaga teknis penyuluh pertanian lapangan dan konsultan dari Yayasan Aliksa Organik SRI yang merupakan mitra PT Vale.[]

Page 4: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 2017

LAPORAN UTAMA4

Lokakarya kelompok tani di Desa Lioka, Kecamatan Towuti yang mendiskusikan rencanakan kerja tahun 2017 bersama pendamping.

PTPM Pertanian Berkelanjutan

Berbagi Pengalaman Melalui LokakaryaPara petani berdiskusi membahas capaian dan tantangan yang mereka hadapi sepanjang mempraktikkan pertanian organik untuk tanaman pangan maupun tanaman obat.

K etika 65 petani dari 12 desa di 6 ke-camatan se-Luwu Timur berkum-pul untuk membagi pengalaman,

tentu muncul suasana hangat, dan terbit diskusi-diskusi seru yang mencerahkan. Itulah yang terjadi dalam Lokakarya Per-tanian Sehat Ramah Lingkungan Berke-lanjutan (PSRLB) yang mengambil tema “Memuliakan Alam melalui Bertani Or-ganik Menuju Kemandirian, Kelestarian Alam, dan Kearifan Lokal”. Lokakarya yang diadakan pada 11-12 Januari 2017 itu juga terasa unik karena mengambil tem-pat di area persawahan di Dusun Lagolo, Desa Wasuponda, Kecamatan Wasuponda. Peserta duduk bersila di atas sawah yang sudah dipanen, beralas terpal, dan terli-bat dalam berbagai percakapan seputar pertanian ramah lingkungan.

Lokakarya merupakan wadah diskusi yang lantas dikaji dan dirumuskan men-jadi kumpulan rekomendasi yang akan disampaikan ke berbagai pihak, termasuk ke pemerintah. Rekomendasi tidak hanya dibawa ke pihak-pihak di luar petani, me-lainkan juga menjadi penguatan wawasan dan menguatkan kemitraan antar-pelaku pertanian ramah lingkungan. Lokakarya dua hari itu dihadiri oleh Kadis Pertani-an Muharif, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Rosmiyati Alwy, Ke-tua Asosiasi Masyarakat Organik (AKAR) AKAR Lutim Aris Situmorang, pengurus inti Asosiasi UKM Mutiara Timur Sulawesi Selatan, perwakilan Bappeda, para kepa-la desa, dan manajemen PT Vale yang di-wakili oleh Stakeholder Relations Senior Manager Tri Rahman Batara.

Lokakarya merupakan wujud kemi-traan strategis antara AKAR Lutim dan PT Vale. “Kami sangat berharap pene-rapan pertanian ramah lingkungan ini tidak hanya meningkatkan perekonomi-an petani melainkan harus memperbaiki aspek kesehatan. Di sisi lain, salah satu nilai PT Vale adalah menjaga kelestarian Bumi sehingga kami mengajak semua pi-hak untuk mendukung gerakan pertanian organik. Ini bukan sebuah gerakan sen-diri tapi harus komprehensif. Lokakarya merupakan momentum awal untuk bisa bergerak lebih besar dan lebih jauh lagi,” kata Tri Rahman Batara.

Selain petani tanaman pangan yang mempraktikkan pola budidaya System of Rice Intensification (SRI) Organik dari Kecamatan Nuha, Towuti, Wasuponda, To-moni, Kalaena, dan Mangkutana, Lokakar-ya juga diikuti oleh pegiat tanaman her-bal dan sayuran organik dari Kecamatan

Nuha dan Wasuponda. Lokakarya PSRLB ditutup dengan seremoni panen raya di Desa Wasuponda.

Diskusi kelompokLokakarya diawali dengan presentasi

dari masing-masing kecamatan. Perwaki-lan kelompok tani memaparkan suka -duka dan harapan mereka selama bera-lih dari pola konvensional ke SRI Organik. “Saya sudah mengalami bertani SRI Or-ganik selama dua musim tanam dengan luas area 20 are. Di musim pertama, saat itu ada serangan serangga penggerek ba-tang, padi pola konvensional panen dua karung sedangkan padi SRI Organik bisa 4 karung. Pada musim kedua, saya meng-atur jarak tanam dan struktur tanah su-dah enak diolah. Hasilnya, dari luasan 20 are menghasilkan 1 ton 450 kilogram. Ka-rena itu, pada musim tanam selanjutnya saya berencana menambah luasan tanam menjadi 2 hektar,” kata Sidik Purnomo, petani dari Kelompok Tani (KT) Makmur Lestari, Mangkutana.

Sementara dari kader herbal, ibu-ibu penggiatan tanaman obat dan sayur orga-nik Kecamatan Nuha menceritakan ber-tambah luasnya wawasan mereka tentang berbagai jenis tanaman obat keluarga (Toga) serta bahan organik yaitu mikro organisme lokal (MOL) dan kompos. Di tengah-tengah lokasi Lokakarya PSRLB, ibu-ibu dari Kecamatan Nuha (Desa Nikkel, Sorowako, Matano, dan Kelurahan Magani) dan Kecamatan Wasuponda (Desa Tabara-no) memajang aneka olahan tanaman obat dalam bentuk rebusan, simplisia, serbuk instan siap seduh, minuman segar, hing-ga sabun herbal. Peserta berkerumun di meja pameran, mengalisis isi olahan her-bal, serta tidak sedikit yang mencicipi dan membeli hasil olahan tersebut.

Setelah presentasi, Lokakarya PSRLB dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Peserta dibagi menjadi dua

kelompok diskusi, yaitu kelompok pe-tani padi SRI Organik dan kelompok kader herbal. Diskusi mereka fokus pada em-pat poin penting: Prinsip dalam PSRLB, apa yang telah berhasil dicapai, apa yang perlu diperbaiki, dan membuat rancang-an rekomendasi.

Kelompok petani padi SRI Organik me-nyebutkan bahwa mereka sudah mem-perbaiki struktur tanah, sudah menanam bibit usia muda, dan melakukan pember-sihan lahan tiap 10 hari. Sementara hal yang perlu diperbaiki antara lain waktu pembuatan kompos, pengamatan, serta strategi pengendalian hama dan penyakit. Kelompok kader herbal kompak menga-takan bahwa kegiatan mereka mendapat respon baik dari masyarakat dan sudah merasakan khasiat tanaman obat. Untuk hal yang perlu diperbaiki, mereka me-nyinggung seputar administrasi kelom-pok, sosialisasi ke masyarakat yang perlu lebih intens, dan masih perlu penambah-an jenis dan jumlah tanaman obat yang tersedia di kebun Toga.

RekomendasiMuara dari Lokakarya PSRLB adalah

keluarnya sejumlah rekomendasi dan ren-cana tindak lanjut. Rekomendasi yang di-hasilkan antara lain muatan pendidikan petani lebih ditekankan pada proses pe-mahaman dan penyadaran. Hal tersebut didasarkan pada pengalaman bahwa ke-yakinan dari diri sendiri lebih kuat do-rongannya untuk melakukan pengem-bangan kegiatan usaha tani ramah ling-kungan. selain itu, petani juga menyimpul-kan perlu adanya program tindak lanjut dalam upaya menciptakan pelembagaan

PSRLB. Yang tak kalah penting adalah re-komendasi terkait pemberdayaan jaring-an pengusaha olahan industri rumahan untuk mengantisipasi gencarnya serbuan makanan berpenguat rasa, berpengawet, dan menggunakan pewarna non-alami.

Untuk rencana tindak lanjut, petani merumuskan enam kegiatan yaitu per-baikan kualitas dan kuantitas pengompo-san, pengurusan perizinan olahan Toga, pelaksanaan sekolah lapang di tiap lo-kasi pendampingan, pengembangan je-nis dan jumlah Toga, finalisasi sertifika-si, serta membangun imej, segmen, dan eskalasi pasar.

Rangkaian proses Introduksi dan im-plementasi PSRLB yang dilakukan di be-berapa wilayah terdampak operasional PT Vale Indonesia telah berjalan selama kurun waktu 2016 melalui Program Ter-padu Pemberdayaan Masyarakat (PTPM). Salah satu bentuknya adalah implemen-tasi pola budidaya SRI Organik untuk ta-naman pangan di Mahalona, Wasuponda, Nuha, Tomoni, Kalaena, dan Mangkutana. Selain itu juga ada kegiatan pengembang-an tanaman obat keluarga dan sayuran organik di Nuha dan Wasuponda.

PSRLB dilakukan setelah mempertim-bangkan banyak fakta, yaitu penurunan kesuburan tanah akibat penggunaan un-sur kimia berlebihan, produktivitas padi yang cenderung mandeg, pola konsumsi dan kesehatan masyarakat yang semakin rentan sebagai dampak mengkonsumsi pangan dan obat yang terkontaminasi ba-han kimia, serta terlupakannya kearifan lokal yang dekat dengan alam. Karena itu diperlukan upaya peningkatan produksi dan kualitas produk, efisiensi penggunaan sumberdaya, serta pemanfaatan potensi lokal melalui PSRLB.[]

Page 5: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 2017

LAPORAN UTAMA 5

Beras Mulia organik yang diproduksi petani Luwu Timur diserap oleh AKAR Lutim melalui Koperasi Melati Agro. Selain mendapat pemasukan dari hasil penjualan gabah kering panen, petani juga mendapat keuntungan dari hasil penjulan beras oleh Koperasi.

Dalam Lokakarya PSRLB, petani mendaftarkan diri menjadi anggota Koperasi Melati Agro. Koperasi usaha tani itu hingga kini telah berhasil menjaring sekitar 160 orang anggota.

PTPM Pertanian Berkelanjutan

Membangun Kemandirian Petani Melalui KoperasiCikal­bakal koperasi petani organik di Luwu Timur telah terbentuk. Wadah itu dirintis untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan memperluas pasar komoditas pertanian.

S udah satu tahun terakhir ini konsumen beras orga-nik bisa mendapatkan Beras Batara Guru di pasar maupun toko bahan makanan pokok di area Soro-

wako, Wawondula, Wasuponda, Malili, dan Mangkutana. Bahkan Beras Batara Guru yang merupakan hasil kerja keras petani-petani organik di Desa Libukan Mandiri, kawasan Mahalona, sempat bisa dinikmati warga Ma-kassar karena tersedia di gerai supermarket besar di ibukota Provinsi Sulsel itu. Sudah satu tahun beras non--pestisida dan pupuk kimia dari Lutim dipasarkan oleh PT Bumi Timur Agro, salah satu Badan Usaha Milik Dae-rah (BUMD) yang bergerak di bidang industri pertanian.

Pada panen pertama, gabah kering siap giling milik anggota Kelompok Tani (KT) Harapan Mulya, Desa Li-bukan Mandiri, Kecamatan Towuti, dibeli dengan harga Rp7.000 per kilogram oleh PT Bumi Timur Agro. Untuk musim tanam perdana, dari 29 ton gabah kering yang dipanen, petani Harapan Mulya mendapat pemasukan total Rp203 juta. Di panen kedua, pertengahan 2016, pe-tani-petani Mahalona yang sudah mempraktikkan pola budidaya System of Rice Intensification (SRI) Organik berhasil memanen 38 ton gabah kering. Produksi gabah kering siap giling mereka kembali diserap oleh PT Bumi Timur Agro dengan harga Rp6.500/kg.

Di panen ketiga, Desember 2016, petani bergejolak karena dihadapkan pada harga gabah yang kembali tu-run. PT Bumi Timur Agro mematok harga Rp6.300 un-tuk tiap kilogram gabah kering yang dihasilkan petani. “Kami kaget waktu itu. Kok bisa harganya turun lagi? Dari musim pertama sampai musim ketiga turun te-rus. Kalau begini terus jangan-jangan suatu saat peta-ni rugi,” kata Sujarwo, anggota KT Harapan Mulya yang di musim pertama penerapan SRI Organik gagal panen namun tidak patah semangat dan di musim kedua bisa panen lebih dari 4 ton/ha.

Merintis koperasiPara anggota KT Harapan Mulya lantas menghubungi

Ketua Asosiasi Masyarakat Organik (AKAR) Lutim Aris Situmorang untuk berdiskusi dan mencari jalan keluar atas masalah yang sedang mereka hadapi. “Satu hal yang saya salut dengan masyarakat AKAR adalah mereka ti-dak pernah takut dengan masalah. Setiap kali menemui kendala, mereka langsung mengajak diskusi. Tidak ada yang down lalu menyerah. Saya selalu bisa merasakan semangat mereka. Dan terbukti, ada hikmah di balik se-tiap masalah,” kata Aris.

Hikmah yang dimaksud adalah munculnya gagasan untuk mulai merintis koperasi petani organik. Maka la-hirlah Koperasi Melati Agro yang menghimpun kekuatan ekonomi dari pelaku, pegiat, pendukung, maupun pe-merhati pertanian organik di Luwu Timur untuk maju bersama demi kesejahteraan petani. Dalam data awal, jumlah anggota yang berhasil dikumpulkan nyaris se-banyak 200 orang. Dari simpanan pokok sebesar Rp1 juta yang dibayarkan tiap petani saat mendaftar menja-di anggota, terkumpul dana yang cukup untuk membeli 29,6 ton gabah kering yang dihasilkan petani Mahalona dengan harga Rp7.000 per kilogram. Petani Mahalona mendapat pemasukan Rp207 juta dan masih ada gabah kering siap giling yang sedang dipersiapkan untuk kem-bali dipasok ke Koperasi Melati Agro.

“Sekarang kami tidak bingung lagi mau jual beras ke-mana. Sudah ada koperasi yang menampung. Ini semua berkat kerja sama teman-teman di AKAR. Sesama petani,

kami tidak bersaing. Justru saling bantu. Baru sekarang kami rasakan yang seperti ini,” kata Ruslan, petani Ma-halona yang mendapat pemasukan Rp32 juta dari panen padi non-pestisida dan pupuk kimia di musim ketiga.

“Inilah cikal bakal kemandirian dan kedaulatan pe-tani. Praktik yang selalu terjadi selama ini, petani jual gabah ke pihak tertentu lalu merekalah yang mendapat keuntungan dari selisih harga beli gabah dan penjualan beras. Dengan koperasi, petani mendapat pemasukan dari penjualan gabah ditambah 60% keuntungan kope-rasi yang akan dikembalikan lagi ke petani-petani ang-gota koperasi. Ini sangat menguntungkan petani seka-ligus menstabilkan harga beras,” kata Aris.

Dalam Lokakarya Pertanian Sehat Ramah Lingkung-an Berkelanjutan (PSRLB), 11-12 Januari 2017, Asosiasi UKM Mutiara Timur Sulawesi Selatan juga menyinggung peran penting koperasi dalam dalam distribusi produk. “Pasar untuk beras organik terbuka lebar. Semakin ba-nyak peminatnya. Ketika petani di Luwu Timur sudah punya rencana masuk ke pasar ritel, keberadaan kope-rasi semakin penting untuk menghubungkan petani de-ngan pasar modern. Dengan berhimpun, kekuatan petani menjadi semakin besar, terutama terkait dengan kemam-puan suplai komoditas dan kendali mutu,” kata Ketua Asosiasi UKM Mutiara Timur Sulsel Hasidah Lipoeng.

Kisah sukses koperasi taniMembaca kisah sukses yang terjadi di daerah lain bisa

memacu semangat bagi petani di Luwu Timur untuk ber-kembang. Misalnya petani di daerah Anjatan, Kabupa-ten Indramayu, Jawa Barat, yang sebelum 2010 selalu memanen utang. Saat panen, gabah hasil petani harus dijual kepada tengkulak dengan selisih Rp200.000 sam-pai Rp300.000 per kuintal gabah kering panen.

Petani lantas mendirikan Koperasi Sri Asih pada 10 Juni 2010. Koperasi diharapkan menjadi solusi untuk memperbaiki kesejahteraan petani.

Anggota Koperasi Sri Asih awalnya hanya 10 orang. Tahun pertama, Sisa Hasil Usaha (SHU) tercatat hanya Rp750.000 dengan aset Rp3.500.000. Namun semangat anggota membuat koperasi itu terus tumbuh. Tak lebih dari lima tahun, 116 petani dari sejumlah kecamatan di Indramayu tergabung dalam koperasi tersebut. Asetnya pun berkembang hingga lebih dari Rp 480 juta dengan SHU Rp88,5 juta. Padahal, iuran wajib anggota hanya Rp350.000.

Di Desa Sidomulyo, Jember, Jawa Timur, juga ada ki-sah menarik. Di sana ada Koperasi Serba Usaha Ketaka-si yang didirikan oleh Warno bersama 32 orang petani kopi dari Kelompok Tani Sidomulyo I pada 2007. Ada dua alasan utama di balik terbentuknya Koperasi Keta-kasi: menguatkan nilai tawar Kelompok Tani di hadapan bank dan menghindarkan petani dari jeratan tengkulak.

Kini petani bisa meminjam modal ke koperasi dengan bunga yang besarnya disepakati bersama, biasanya an-tara 2%-3%. Seluruh hasil panen kopi yang dijual pe-tani ke koperasi dibeli oleh PT Indokom Citra Persada. Sejak 2015, Koperasi Ketakasi sudah memiliki pabrik pengolahan kopi, dengan kualitas mesin pengolahan yang cukup baik. Saat ini, Koperasi Ketakasi mempe-kerjakan 20 orang sebagai pengurus utama. Selain itu, koperasi juga mempekerjakan banyak petani Sidomul-yo di pabrik pengolahan biji kopi. Jumlah anggotanya pun meningkat, dari yang mulanya hanya 32 orang, kini menjadi 178 orang.[]

Page 6: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 2017

LAPORAN UTAMA6

(Kiri) Areal persawahan SRI Organik di Desa Ledu-ledu, Kecamatan Wasuponda. (Kanan Bawah) Sawah SRI Organik milik Kelompok Tani Tapulemo di Desa Nikkel, Sorowako, Kecamatan Nuha.

B egitu banyak kisah sukses yang kita dengar atau baca datang dari pe-tani-petani yang sudah memprak-

tikkan pola budidaya ramah lingkungan System of Rice Intensification (SRI) Orga-nik. Mereka dengan mantap menyebutkan kenaikan produktivitas di atas 50%, bah-kan ada yang 100%. Dengan hasil panen yang meningkat, kenaikan pendapatan te-rasa signifikan juga. Apalagi beras organik dihargai lebih tinggi dibandingkan beras yang didapat dari padi konvensional. Na-mun benarkah selalu demikian? Benar-kah petani selalu untung ketika beralih ke pola tanam SRI Organik?

Ternyata tidak otomatis demikian. Se-belum menuai keuntungan, para petani berjuang keras untuk benar-benar meng-aplikasikan prinsip dasar SRI Organik. Ketika ada tahap yang terlewat atau pe-tani putus asa di tengah jalan, produkti-vitas lahan tidak akan naik seperti yang diharapkan.

Ambil contoh Martin Bitte, anggota Kelompok Tani (KT) Samaturu’ di Desa Lioka, Kecamatan Towuti. Januari 2017, untuk pertama kalinya Martin memanen padi dari lahan seluas 0,3 hektar yang dia jadikan lahan percobaan pola budidaya SRI Organik. Hasilnya mengecewakan. Martin hanya mendapat 6 karung gabah kering. Padahal di lahan konvensional

yang juga miliknya, dia bisa memanen 18 karung gabah. Namun satu hal yang ajaib: Martin tidak jera. “Bukan SRI-nya yang salah, tapi saya belum sepenuhnya menjalankan apa yang disebutkan di prin-sip-prinsip SRI. Musim perdana ini saya tidak pakai kompos, hanya pakai pupuk kandang. Karena saya sudah tua jadi ti-dak sanggup lagi cacah-cacah hijauan dan buah untuk dijadikan bahan kom-pos,” kata Martin.

Meskipun gagal, Martin masih sema-ngat untuk kembali menjalankan pola budidaya SRI Organik di sawahnya. “Saya masih mau lanjut karena saya yakin yang organik lebih bagus untuk kesehatan dan untuk pemasukan petani. Ini masalahnya tinggal kompos saja.”

Selain terkendala dalam pembuatan kompos yang merupakan syarat mutlak dalam SRI Organik, 20 petani anggota KT Samaturu’ juga sama sekali belum pernah mendapatkan pelatihan pengenalan budi-daya SRI Organik. Meski demikian mereka sudah menjalankan pola tersebut di mu-sim tanam 2016-2017. Selama menjalani masa tanam, petani di Desa Lioka men-dapat pendampingan teknis dari Yayasan Aliksa Organik SRI, konsultan pertanian berkelanjutan yang bermitra dengan PT Vale dalam Program Terpadu Pengem-bangan Masyarakat (PTPM).

Bangkit dari kegagalanDi Desa Libukan Mandiri, kawasan Ma-

halona, Kecamatan Towuti, pun tak luput dari kegagalan. Beberapa petani di wila-yah yang disebut-sebut sebagai percon-tohan SRI Organik itu juga pernah me-nelan pil pahit. Sujarwo, anggota KT Ha-rapan Mulya, mengalami puso di musim perdana. “Mungkin karena tanah di sawah saya sudah benar-benar rusak jadi perlu waktu untuk pemulihan,” ujarnya. Berkat kegigihan dan kedisplinan menjalankan prinsip yang disyaratkan dalam budida-ya SRI Organik, di musim kedua Sujarwo bisa panen lebih dari 4 ton/ha dan 6 ton gabah kering di musim ketiga.

Sunarno, rekan Sujarwo di KT Hara-pan Mulya, justru mengalami penurunan hasil panen di musim ketiga. Jika musim pertama dan kedua rata-rata sawahnya bisa menghasilkan 4,5 ton gabah kering per hektar, di musim ketiga hanya 2,5 ton yang bisa dipanen dari luas lahan yang sama. “Kualitas kompos saya jelek. Kom-posisi kotoran hewan dan hijauan tidak ideal. Jauh lebih banyak hijauannya. Itu yang membuat produksi merosot,” kata Sunarno.

Tantangan tidak melulu datang dari teknik budidaya. Mental petani juga diu-ji. Kukuh Wasyono, Ketua Kelompok Tani

Padi Organik Harapan, Kecamatan Kala-ena, sempat hampir menyerah karena terus-terusan dicemooh teman-teman-nya dan nyaris putus asa karena padi-nya tak kunjung tumbuh. “Di awal saya mencoba SRI Organik, saya yakin bakal puso. Ini mustahil. Sepanjang musim ta-nam, banyak cemooh yang kami dapat dari teman-teman petani lainnya. Umur padi 15 hari, saya nyaris putus asa kare-na saya melihat sawah di kanan-kiri su-dah rimbun sementara sawah saya cuma rumput yang kelihatan,” kata Kukuh. Se-tiap kali melakukan penyiangan gulma, Kukuh mendapat olok-olok, “Gasrok te-rus!,” dari petani konvensional. Dia sudah rela jika ternyata di akhir musim tanam mengalami kegagalan total, sementara teman-temannya menikmati pesta panen.

Ternyata hasilnya justru terbalik. Dari lahan seluas 30 are, Kukuh men-dapatkan hasil 1 ton 890 kg. Sementara hasil panen petani konvensional turun 45% akibat serangan hama. Tekad dan semangat Kukuh membuahkan hasil. “Dari yang awalnya ragu, sekarang saya tambah banyak ilmu dan rencananya musim kedua akan menambah luasan SRI Organik menjadi 1,5 hektar,” kata Kukuh dengan mantap.[]

PTPM Pertanian Berkelanjutan

Banyak Belajar dari KegagalanTidak ada rumus pasti yang menjamin kenaikan produktivitas. Tanpa kerja keras dan disiplin petani menerapkan prinsip­prinsip pertanian sehat ramah lingkungan berkelanjutan, gagal panen menjadi konsekuensi logis.

Page 7: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 2017

LAPORAN UTAMA 7

Petani, pendamping teknis, dan tokoh masyarakat berdiskusi di lahan milik anggota Kelompok Tani Lioka Mekar. Di desa tersebut, kemitraan menjadi modal dasar yang sangat diperlukan untuk menopang keberhasilan pelaksanaan pertanian ramah lingkungan sehat berkelanjutan.

PTPM Pertanian Berkelanjutan

Kemitraan yang Saling MenguatkanDesa Lioka bertekad menggenggam predikat “Desa Organik”. Mereka punya modal besar: Kemitraan dengan tokoh masyarakat.

Desa Lioka memiliki potensi lahan produktif seluas 250 hektar dan baru 17 hektar di antaranya yang digarap. Di musim perdana budidaya padi SRI Organik, dua kelompok tani di Lioka mempraktikkan pertanian ramah lingkunagn di lahan seluas 4,75 hektar..

M emasuki Desa Lioka, Kecamatan Towuti, suasana pedesaan begitu terasa. Di kanan-kiri jalan poros,

hamparan sawah dan kebun terbentang sejauh mata memandang. Rumah-rumah kayu juga banyak dibangun para petani untuk menyimpan hasil panen, aneka per-alatan, dan sebagai rumah singgah untuk beristirahat. Tiba di Dusun Polapi, Verbe­ek disambut oleh pengurus dan anggota Kelompok Tani Lioka Mekar, penyuluh pertanian lapangan, dan seorang pende-ta. Pendeta?

Iya. Pendeta Daniel Siampa dari Ge-reja Kibaid Wawondula, adalah tokoh masyarakat di Lioka yang gencar meng-ampanyekan pertanian ramah lingkung-an. “Saya punya pemikiran, kalau kita mau sejahtera maka setiap orang ha-rus sehat dan mandiri secara ekono-mi. Jawaban atas dua syarat tersebut adalah pertanian organik. Ketika ber-tani organik, kita bisa dapat makanan dan obat-obatan yang sehat dan alami. Ketika bertani organik, kita bisa men-jual hasil panen yang harganya di atas komoditas konvensional. Masuk akal, to? Ketika saya sampaikan hal seper-ti ini di depan jemaat maupun di depan masyarakat luas, mereka menerima pe-mikiran saya,” kata Pendeta Daniel, yang juga Ketua Kelompok Keswadayaan Ma-syarakat (KKM) Desa Lioka, dengan pe-nuh semangat.

Inilah yang unik dari Lioka. Tekad me-raih predikat “Desa Organik” mendapat dukungan dari Pemerintah Desa dan to-koh masyarakat. Sehingga petani tidak merasa berjuang sendiri. Pendeta Dani-el mengawali “kampanye” di rumah sen-diri. Di pekarangannya yang semula tan-dus, dia membuktikan bahwa pemakaian kompos dan mikro organisme lokal bisa meningkatkan kesuburan tanah. Kini dia sudah bisa memanen beragam jenis sa-

yuran dan tanaman obat dari sepetak lahan di depan rumah. Melihat teladan tersebut, warga sekitar juga mulai meng-hidupkan lahan pekarangan untuk dita-nami berbagai tanaman yang mereka gu-nakan sehari-hari sebagai bahan pangan dan obat-obatan.

Maka tak heran jika Desa Lioka me-menangi Lomba Desa Siaga 2016 kate-gori Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tingkat Provinsi berkat peman-faatan lahan pekarangan. “Sudah lebih dari satu tahun warga Lioka menanam sayur dan tanaman obat di halaman rumah. Tidak ada yang pakai pupuk ki-mia kalau tanam di rumah karena sela-in berbahaya juga mahal harganya. Jadi kita pakai yang serba alami semua. Ke-bersihan, kerapian, dan keasrian desa juga selalu diperhatikan. Warga di sini mau sekali hidup sehat,” kata Rinawati Poendey, kader Posyandu Desa Lioka.

Dukungan Pemerintah DesaMeraih predikat “Desa Organik” bukan

perkara mudah. Apalagi petani di Lio-ka dihadapkan dengan kendala-kendala mendasar yang bisa menghalangi mereka dari praktik pertanian ramah lingkungan. Misalnya pola pikir sebagian besar petani yang masih sulit lepas dari penggunaan bahan-bahan kimia, sosialisasi yang be-lum maksimal karena keterbatasan tena-ga penyuluh pertanian, petani yang belum mendapat pelatihan seputar budidaya padi organik, hingga kendala teknis se-perti keterbatasan air, ketiadaan mesin pencacah bahan kompos, dan mahalnya harga kotoran hewan untuk bahan pem-buat kompos.

Namun Lioka punya modal besar: Du-kungan dan kemitraan. “Pemerintah Desa mendukung penuh gerakan organik ini. Kami akan lebih sering melakukan so-sialisasi tentang pentingnya pertanian

ramah lingkungan ke masyarakat. Mes-kipun di musim tanam perdana ini hasil sawah konvensional masih lebih bagus dibandingkan hasil padi organik, kami tetap memegang komitmen menjadikan Lioka sebagai “Desa Organik” karena saya sudah lihat sendiri di desa-desa lain bisa berhasil. Harusnya di Lioka juga berhasil. Tinggal kita evaluasi saja kekurangannya di mana, lalu kita perbaiki bersama,” kata Kepala Desa Lioka Ober Datte.

Ober menambahkan, tidak hanya padi yang menjadi komoditas organik di Lioka, melainkan meluas ke lada, sayur, buah-buahan, dan tanaman obat. Dia meyakini bahwa dengan beralih ke pola budidaya sehat ramah lingkungan ber-kelanjutan, tingkat kesehatan dan kese-jahteraan masyarakatnya akan mening-kat, sekaligus mewariskan lingkungan yang asri bagi generasi penerus. “Kalau soal perubahan pola pikir, saya rasa ti-dak terlalu sulit. Saat ini petani perlu

melihat contoh dulu. Kalau sudah ada satu atau dua kelompok yang berhasil, saya yakin yang lain akan ikut.

PT Vale, melalui Program Terpadu Pe-ngembangan Masyarakat (PTPM), juga memberi dukungan bagi gerakan “Desa Organik” di Lioka dengan menempatkan seorang pendamping teknis yang selalu siap melayani kebutuhan konsultasi para petani. “Di Lioka ini kami kerja tim. Sudah jelas siapa mengerjakan apa. Ada Peme-rintah Desa yang membantu sosialisasi, tokoh masyakarat yang terus mengajak dan memberi contoh, kita juga punya ma-najer kompos yang mengelola fasilitas dan kebutuhan kompos, dan ada petani dengan masing-masing tugasnya dalam praktik pertanian ramah lingkungan. Kami di sini semua bermitra,” kata Sa-epul, pendamping teknis dari Yayasan Aliksa Organik SRI, konsultan pertanian sehat ramah lingkungan berkelanjutan yang bermitra dengan PT Vale.[]

Page 8: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 2017

LAPORAN UTAMA8

D i antara hamparan sawah milik 20 anggota Kelompok Tani (KT) Samaturu’, Desa Lioka, Kecamat-

an Towuti, menyeruak sebuah bangun-an besar berlantai keramik, rangka kayu yang kokoh, dan dilengkapi meja-kursi. Di bagian depan dan samping bangunan terpampang spanduk bertuliskan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swa-daya (P4S). Setelah Lioka menjadi desa pertama yang memiliki Asosiasi Masya-rakat Organik (AKAR) Tingkat Desa, desa tersebut kembali membuat terobosan dengan mengukuhkan P4S pada 10 Ok-tober 2016.

P4S merupakan lembaga pelatihan di bidang pertanian yang dibentuk, dikelola, dan dimiliki oleh petani yang menekan-kan kemandirian, pemberdayaan, serta keswadayaan. Singkat kata, P4S adalah

wadah bagi petani untuk menggali ilmu dari sesama petani. KT Samaturu’ bercita--cita suatu hari bisa menjadi tuan rumah bagi berbagai macam kegiatan pelatihan dan pemagangan demi meningkatkan ka-pasitas petani maupun masyarakat desa secara luas. Sebagai modal, KT Samaturu’ sudah memiliki prasarana yang layak un-tuk melaksanakan pelatihan dan instru-men kelembagaan untuk mengelola or-ganisasi P4S.

P4S memiliki peran yang sangat stra-tegis dalam mempercepat penyebarluas-an dan penerapan teknologi tepat guna di kalangan petani dan masyarakat pede-saan. Tak hanya sebagai lokasi pelatihan dan pertemuan pengurus P4S, bangunan

v

permanen di lahan KT Samaturu’ juga diproyeksikan menjadi tempat rekreasi keluarga lengkap dengan restoran yang menyajikan menu serba-organik yang diberi nama Taman Organik Sejahtera atau disingkat TOS.

“Di Luwu Timur, baru Lioka yang pu-nya P4S. Kami berharap banyak bahwa di sini nanti kita bisa bertukar wawasan dan pengalaman antar-petani atau antara petani dan tenaga ahli. Di sinilah tempat yang dalam bayangan kami akan menja-di tempat belajar sekaligus rekreasi. Se-muanya dikelola oleh petani,” kata Juli-us Tangkaba, Ketua P4S Lioka sekaligus pemilik lahan TOS.

InovasiSejak menerapkan pertanian sehat ra-

mah lingkungan berkelanjutan, pertani-an di Desa Lioka sarat inovasi. Sebelum-nya tidak terpikir dalam benak mereka untuk membentuk asosiasi, mendirikan P4S, atau membuat sebuah wahana re-kreasi berkonsep back to nature.

Pendampingan dan dukungan yang mengalir deras menjadi pemicunya. "Coba dari dulu PT Vale mengalokasi-kan dana program sosialnya untuk model pendampingan begini, kita sudah sukses sekarang, sudah bisa mandiri. Selama bertani, baru kali ini kelompok menda-pat pendampingan," kata Julis. Dia me-nambahkan, dukungan dari Kepala Desa, Penyuluh Pertanian Lapangan, dan tokoh masyarakat juga telah memberi motivasi sekaligus memuluskan jalan untuk terus berkembang.

Sebagai kegiatan awal, Kelompok Tani Samaturu' mulai memproduksi mikro or-ganisme lokal (MOL) dan dikemas dalam jerigen. MOL yang mereka hasilkan su-dah banyak dipesan oleh petani tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Jika ada rekan sesama petani yang ingin belajar membuat kompos dan MOL, ang-gota KT Samaturu' terbuka untuk mem-bagi wawasan.

Inspirasi suksesP4S bukanlah hal yang baru di Indo-

nesia. Bahkan di beberapa daerah, P4S sukses mengantar para petani menjadi mandiri dan warga desa semakin sejah-tera. Contohnya P4S Maju Bersama di Kabupaten Aceh Tengah yang berhasil terpilih sebagai P4S Terbaik se-Indone-sia pada 2015. P4S Maju Bersama pim-pinan seorang petani bernama Zaini itu jaya berkat perkebunan kopi Gayo selu-as enam hektar. Kopi dari kebun Zaini memenangi Festival Kopi Arabica di Bali pada 2010 dan sejak itu dibanjiri tamu warga negara asing. P4S Maju Bersama merupakan satu-satunya pusat pelatih-an pertanian di Aceh Tengah. Di tempat itu diajarkan budidaya kopi, penangan-an pasca-panen, serta manajemen usa-ha tani. Zaini sebagai tutornya, dibantu enam orang tim teknis lain dari masya-rakat setempat. Kadang ia juga mengun-dang tutor tamu untuk menambah wa-wasan petani.

Zaini sendiri adalah petani kopi oto-didak. Pengetahuannya tentang budida-ya kopi berasal dari belajar sendiri dan

pengalamannya sebagai petani. Itulah alasan Zaini mendirikan P4S Maju Ber-sama. Dia ingin membagi pengetahuan-nya dengan sesama petani dan masya-rakat umum yang berhasrat mendalami budidaya kopi.

Selain itu ada P4S Karya Nyata di Desa Kubang Jaya, Kabupaten Kampar, Pro-vinsi Riau. Menurut pakar pertanian Dr. Soemitro Arintadisastra, inovasi yang dilakukan P4S Karya Nyata merupakan salah satu siasat terbaik untuk percepat-an mencapai swasembada pangan dan mampu menekan angka kemiskinan na-sional. P4S Karya Nyata memiliki lahan percontohan Program Desa serta Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi yang mengedepankan pemanfaatan lahan sem-pit untuk menghasilkan berbagai kebu-tuhan rumah tangga.

Di atas lahan 1.500 meter persegi, se-tiap rumah tangga dapat memelihara 4-6 ekor sapi, ayam petelur yang meng-hasilkan sekitar 50 butir telur per hari, dan ada kolam ikan. Sapi yang dipeliha-ra warga menghasilkan lebih kurang 40 liter kotoran cair per hari untuk diolah menjadi pupuk cair (bio urin) yang har-ganya bisa mencapai Rp25 ribu per li-ter. Sementara kotoran padat dari dapat menghasilkan biogas sebagai alternatif bahan bakar. Sementara untuk tanam-an, rumah tangga mandiri dapat mena-nam berbagai jenis sayuran yang menja-di kebutuhan pokok, mulai dari bawang, jamur, cabai, dan lainnya.

P4S tidak hanya dinikmati oleh peta-ni melainkan bisa diakses oleh seluruh masyarakat desa. Di P4S Karya Nyata, ibu-ibu rumah tangga diberi pelatihan menjahit dan mendapat pinjaman mesin jahit. Mereka pun bisa membuka usaha skala rumah tangga, menambah pengha-silan, dan secara otomatis menjadi lebih berdaya.

Petani tanaman herbal juga tidak mau kalah dengan rekan-rekannya petani ta-naman pangan. P4S Merapi Farma Herbal di DI Yogyakarta telah dikenal oleh ma-syarakat luas sebagai penghasil jamu. Se-jak awal 2014, P4S Merapi Farma Herbal sudah dilengkapi dengan joglo jamu, pon-dok makan, area bermain aneka perma-inan tradisional Jawa, bumi perkemahan, dan beberapa bangunan limasan sebagai pondok inap. Di sanalah para petani dari berbagai daerah di Indonesia belajar ten-tang ramuan herbal, menambah wawas-an tentang cara mengelola tempat wisa-ta edukatif, sekaligus belajar tentang ke-lembagaan tani. P4S Merapi Farma Her-bal mendapatkan penghargaan sebagai P4S Terbaik Kelas Utama tahun 2013.[]

Sanggar tani P4S Lioka yang berada di tengah area persawahan milik Kelompok Tani Samaturu’. Selain memiliki Asosiasi Masyarakat Organik (AKAR) Desa, Lioka juga sudah menyiapkan sebuah wadah bagi petani untuk belajar dari sesama petani.

PTPM Pertanian Berkelanjutan

Menguatkan Swadaya dan Kelembagaan PetaniMelalui P4S, petani mendapat kesempatan untuk menimba ilmu dari sesama petani.

5 Azas P4S1. Keswadayaan2. Demokrasi3. Kekeluargaan4. Manfaat5. Keterpaduan

6 Prinsip P4S1. Kerakyatan dan

Keberpihakan2. Kemandirian3. Kemitraan dan Kerja Sama4. Integrasi dan Sinergi5. Bertahap dan

Berkelanjutan6. Pengembangan Usaha

Page 9: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 20179LAPORAN UTAMA

Aneka tanaman berbentuk rumput-rumputan yang dulu hanya dipandang sebagai tanaman liar bahkan dianggap gulma, kini dibudidayakan oleh anggota KWT Mandiri karena ternyata punya khasiat medis.

Dalam Lokakarya PSRLB di Wasuponda, pegiat tanaman herbal melakukan diskusi kelompok yang membahas kendala mereka dalam budidaya dan pengolahan tanaman obat. Selain itu, mereka juga mengadakan pameran sederhana untuk memperkenalkan khasiat tanaman obat kepada sesama petani.

“K emana pun melangkah, kami ingin menjadi berkat bagi sesame.” Itulah cita-cita mulia yang dilontarkan Alsri Kenda, petani tanam-

an obat yang sudah dikenal sebagai herbalis di desanya, Desa Tabarano, Kecamatan Wasuponda. Alsri merupa-kan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Mandiri yang sejak April 2016 mulai membudidayakan dan mengo-lah aneka tanaman obat di kebun percontohan sekali-gus rumah herbal yang dibangun oleh Pemerintah Desa Tabarano dan PT Vale. Kini, Alsri dan rekan-rekannya sesama petani herbal tidak hanya menyehatkan diri dan keluarga, melainkan sudah kerap mengirim obat tradi-sional dalam bentuk simplisia ke kerabatnya di Palopo dan Makassar.

Menjadi herbalis andal juga merupakan impian Ika Daria, rekan Alsri di KWT Mandiri. “Meskipun kami ti-dak punya pendidikan formal, tapi kami mendapat ilmu langsung dari dokter ahli dan kami punya kemauan keras untuk belajar,” kata Ika. Di Rumah Toga Tabarano seluas 0,5 hektar, saat ini sudah tersedia lebih dari 100 jenis tanaman obat yang dapat dimanfaatkan untuk menga-tasi berbagai keluhan kesehatan. Rumput meniran, daun sidaguri yang semula tumbuh liar dan tidak ada yang melirik, kini menjadi “harta karun” tak ternilai yang di-budidayakan dan dirawat dengan teknik budidaya yang baik dan benar. Tidak hanya tanaman obat, KWT Man-diri juga sudah bisa menghasilkan sayuran organik un-tuk dikonsumsi sendiri oleh para anggota kelompok.

Dari pengelolaan tanaman herbal maupun hasil ola-hannya, 21 orang anggota KWT Mandiri dan anggota Tim Penggerak PKK Desa Tabarano mampu menghim-pun pemasukan yang diputar untuk operasional Rumah Toga. Di 2017, KWT Mandiri punya target membentuk asosiasi petani herbal dan mendirikan angkringan jamu di Puskesmas Wasuponda. Harapan mereka adalah me-nyehatkan lebih banyak orang sekaligus menambah pen-dapatan rumah tangga yang berdampak pada kesejah-teraan anggota Kelompok Wanita Tani.

KemitraanNuansa kemitraan begitu kental dalam mengembang-

kan tanaman obat di Desa Tabarano. Semangat KWT

Mandiri membudidayakan dan mengolah obat-obatan tradisional mendapat dukungan dari Pemerintah Desa Tabarano yang lantas membangun Rumah Toga (Tanam-an Obat Keluarga) melalui Dana Desa. Dukungan PT Vale melalui Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) diwujudkan melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan. Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) PT Vale juga masuk untuk mendanai pembangunan ru-mah produksi Toga dan penataan taman. Sementara Di-nas Ketahanan Pangan membangun rumah kompos dan rumah MOL (Mikro Organisme Lokal).

“Kalau dulu-dulu itu warga desa seringnya dapat pe-latihan satu kali saja dari PT Vale atau dari pihak lain. Setelah itu lepas. Sekarang ini berbeda. Kami menda-pat pendampingan yang manfaatnya besar sekali untuk terus menambah kemampuan masyarakat dan memo-tivasi,” kata Kepala Desa Tabarano Rimal Manuk Allo. “Pemerintah Desa akan terus mendukung kegiatan ini. Sekarang kami sedang membangun Balai Desa yang nan-tinya akan dilengkapi kantin. Di kantin itulah anggota KWT dan ibu-ibu PKK bisa berjualan minuman herbal nantinya,” lanjut Rimal.

KWT Mandiri tidak hanya “jago kandang”. Berkat ino-vasi yang mereka lakukan, Juara I Lomba Desa Siaga Aktif 2016 tingkat Kabupaten mereka raih. Tahun ini, mere-ka mewakili Luwu Timur untuk berlaga di ajang serupa di Tingkat Provinsi. Produk-produk olahan herbal KWT Mandiri juga sudah ditampilkan dalam pameran Hari Aksara di Pare-pare pada akhir 2016 silam.

Tantangan: PerizinanUntuk membagi pengalaman ke sesama petani, meng-

gali permasalahan, dan merumuskan rekomendasi ser-ta rencana tindak lanjut, Asosiasi Masyarakat Organik (AKAR) Luwu Timur mengadakan Lokakarya Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) yang diadakan di Desa Wasuponda, 11-12 januari 2017. Da-lam kesempatan tersebut, para petani dan pengolah ta-naman herbal dari Desa Tabarano bertukar cerita de-ngan praktisi herbal dari Kelurahan Magani dan Desa Nikkel, Kecamatan Nuha.

Di antara sejumlah tantangan yang ditemui para pe-

giat tanaman obat, masalah perizinan dan ketahanan produk cukup mengemuka. “Kami belum terlalu bisa menggarap pemasaran karena masih terkendala urusan izin,” kata Ika Daria. Dalam waktu dekat, KWT Mandiri akan mengajukan izin Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) ke Dinas Kesehatan. Dalam Lokakarya PSRLB yang juga menghadirkan pengurus inti Asosiasi UKM Mutiara Timur Sulawesi Selatan, dijelaskan bahwa obat herbal harus mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) jika ingin masuk ke pasar ritel. “Izin BPOM butuh waktu lama dan persyaratannya cukup banyak, namun bukan tidak mungkin ada UKM herbal dari Luwu Timur yang kelak akan merambah pasar ritel nasional,” kata Ketua Asosiasi UKM Mutiara Timur Sulawesi Selatan Hasidah Lipoeng.

Selain itu, peserta Lokakarya juga menyepakati bebe-rapa rencana tindak lanjut, antara lain menambah jenis dan jumlah tanaman obat serta membangun imej pasar tentang obat herbal tradisional.[]

PTPM Pertanian Berkelanjutan

Mencetak Herbalis di Tingkat DesaSejak berkenalan dengan budidaya dan pengolahan tanaman obat, anggota KWT Mandiri punya “senjata” untuk menggapai kemandirian dan memberi manfaat bagi sesama.

Page 10: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 201710 PROFIL

Suryamin, Ketua Kelompok Tani Tapulemo, Kecamatan Nuha

Mantap Terus Ber-SRIPetani kader yang teguh menjalankan pola budidaya SRI Organik meskipun sempat gagal.

M atahari belum terik ketika Verbe­ek mengunjungi petak-petak sa-wah milik Suryamin yang berada

di Desa Nikkel, Kecamatan Nuha. Ketua Kelompok Tani Tapulemo itu sudah siap dengan pakaian dinasnya: kaos dan celana pendek, caping, dan tanpa alas kaki. Sa-wahnya pun sudah rapi dicaplak dengan ukuran 30x30 cm. Ditemani empat orang pendamping teknis, Suryamin langsung turun ke sawah sembari memegang nam-pan berisi bibit padi. “Lihat, dari satu begi-ni nanti jadi banyak,” kata dia sambil me-megang sebatang bibit dan menunjukkan kepada Verbeek dengan senyum merekah.

Suryamin merupakan satu dari petani kader yang telah mengikuti pembelajaran dasar ekologi dan prinsip dasar SRI Orga-nik pada Juni 2015. Pelatihan itu menjadi bagian dari Program Terpadu Pengem-bangan Masyarakat (PTPM) yang meru-pakan bentuk kemitraan antara PT Vale dan Pemerintah Daerah.

Setelah menjalani musim perdana dan berhasil panen, pada akhir Januari 2017, untuk kali kedua, Suryamin melakukan penanaman padi dengan pola System of Rice Intensification (SRI) Organik. Mes-kipun di musim perdana hasilnya masih jauh dari yang dia harapkan, namun se-mangat tergambar jelas saat dia mena-nam satu demi satu bibit yang dia semai selama 7 hari. Produktivitas lahan yang meningkat menjadi harapan Suryamin ketika dia memanen padi organik pada Mei 2017. Berikut petikan perbincangan Verbeek dengan Suryamin yang sesekali juga terlihat sedang menjala ikan air ta-war di Danau Matano.

SRI Organik lagi ya, Pak, untuk musim ini?

Jelas. Ini saya yakin bagus, jadi saya lanjutkan. Orang bilang SRI itu repot, ah kata siapa? Repot sedikit tapi kalau ha-silnya bagus, kenapa tidak?

Memang hasilnya bagus musim kemarin?

Belum. Tapi namanya juga masih bel-ajar. Lagipula saya salah waktu mena-namnya. Saya pakai varietas yang umur panennya lama tapi waktu tanamnya ber-samaan dengan konvensional. Jadi ketika konvensional sudah panen semua, padi saya belum bisa panen. Itu hama lari se-mua ke tempat saya. Coba kalau saya ta-namnya duluan, pasti tidak kena hama.

Jadi gagal total musim lalu?

Tidak. Biar terse-rang hama parah se-kali, saya masih bisa panen 6 kandu (seki-tar 300 kg, red) dari dua petakan (sekitar 7 are, red) yang SRI. Totalnya musim ke-marin saya panen 20 kandu (sekitar 1 ton, red) dari seperempat hektar sawah saya, yang SRI dan konvesi-onal. Memang hasilnya masih relatif sama, yang SRI dan konvensional, tapi kan SRI saya belum maksimal musim perda-na kemarin. Nanti kalau sudah lebih baik, semoga saja hasilnya juga lebih banyak yang SRI karena saya tambah luasan SRI musim ini.

Berapa luasan musim ini, Pak?Saya tambah jadi 13 are musim ini.

Untuk mengendalikan hama musim ini, apa yang Anda lakukan?

Saya tidak pakai varietas yang umur panennya lama. Musim ini saya pakai varietas Inpari 4. Lagipula yang SRI saya tanam lebih dulu di-bandingkan kon-vensional jadi semoga ti-dak lagi k e n a

walang sangit.

Selain Anda, adakah anggota Kelompok Tani Tapulemo lain yang sudah mencoba pola SRI Organik?

Ada dua lagi teman saya yang sudah ikut SRI. Hasilnya kurang-lebih sama de-ngan saya, masih belum maksimal. Tapi

mereka juga masih tetap yakin dengan SRI dan masih mau tanam lagi.

Kenapa yang lain tidak

mau ikut SRI juga?

M e -reka bi-

lang re-pot. Saya

sudah kata-kan, “Paling kau

repot satu minggu per-tama untuk jagai ini padi, tapi setelah itu tidak re-pot lagi”. Saya juga su-

dah bilang sama mere-ka kalau ini padi he-mat. Bagaimana tidak

hemat? Bibit cuma perlu sedikit saja tapi hasilnya ba-nyak. Juga tidak perlu lagi beli ra-

cun dan pupuk. Tapi, ya, begitulah. Tidak apa-apa bagi saya kalau mereka belum mau ikut. SRI ini kan butuh keikhlasan dan mungkin mereka belum lihat hasil yang bagus jadi belum percaya.

Tapi teman­teman Anda sudah ada yang coba rasa beras organik?

Kemarin waktu saya panen, ada orang yang coba beras saya. Terus dia mau tukar dengan berasnya. Saya bilang, “Ah, tidak mau. Berasmu jelek. Itu beras Urea, be-ras racun”. Jadi memang lain rasa beras organik ini, lebih enak. Siapa saja yang coba, langsung suka, padahal awalnya saya tidak bilang kalau ini beras organik.

Selain rasa berasnya yang enak, apa lagi yang membuat Anda yakin sekali melanjutkan pola SRI Organik?

Ini beras sehat. Sudah jelas lebih se-hat dibanding beras konvensional karena sama sekali tidak pakai kimia. Sudah lama saya tidak pakai pupuk kimia dan racun hama yang dapat merusak kualitas tanah dan dapat berakibat buruk bagi kesehat-an. Sekarang saya tinggalkan juga pupuk kimia yang lain dan tidak lagi pakai racun. Yang jelas, saya mantap ber-SRI terus. Ti-dak akan saya tinggalkan ini.[]

Page 11: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 201711WAWASAN

Mengapa harus SRI Organik? Ini Perbedaannya.

Sekilas tentang SRI Organik

Sejarah mencatat ke-suksesan pola budidaya SRI. Teknologi SRI yang diperkenalkan UNDP dan Pemerintah Maharashtra, India, telah berhasil me-ningkatkan produktivi-

tas tanaman pangan 40-80% sekaligus

mengurangi ke-butuhan irigasi hingga nyaris

40%. Teknologi tersebut juga menaikkan pemasuk-an keluarga, dari 20.000 Rupee menjadi 70.000 Ru-pee (sekitar Rp14 juta) per musim tanam.

Budidaya padi model SRI Organik secara umum mampu meningkatkan ha-sil sekitar 40%dibanding-kan budidaya model kon-vensional. Peningkatan ha-sil hanya dialami oleh pe-tani yang telah melakukan kegiatan SRI lebih dari dua

musim. Faktor pendorong dalam percepatan adop-si teknologi SRI oleh pe-tani antara lain sistem pe-nyuluhan yang mudah di-mengerti petani, frekuensi penyuluhan yang intensif, lokakarya petani yang di-lakukan rutin oleh petani sendiri, dan orientasi pem-belajaran petani yang me-nekankan perubahan pola pikir dan perilaku yang ra-mah lingkungan.[]

Komponen

Umur di persemaian

Pengolahan lahan

Jumlah benih yang ditanam

Rendemen (beras yang didapat dari gabah

Jarak tanam

Posisi akar waktu tanam

Pengairan

Penyiangan

Pengujian benih

Metode Konvensional

20-30 HSS (hari setelah semai)

2-3 kali

Rata-rata 5 benih/lubang

50-60%

20x20cm

Tidak teratur

Terus digenang

Fokus pada pemberantasan gulma

Tidak dilakukan

Metode SRI Organik

7-10 HSS

4 kali

1 benih/lubang (tanam tunggal)

60-70%

40x40cm

1 benih/lubang (tanam tunggal)

1 benih/lubang (tanam tunggal)

Fokus pada pengelolaan perakaran

• Dilakukan penguji-an benih. Benih yang dipakai hanya yang masuk kategori:

• Benih benar-benar tua dan kering.

• Benih bernas (tidak kopong).

• Murni, tidak tercam-pur dengan jenis lain.

• Bebas dari hama dan penyakit.

Kebutuhan benih 30-40 kg/ha 5-7 kg/ha

Page 12: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 201712 WAWASAN

Pada Lokakarya PSRLB di Kecamatan Wasuponda, Januari 2017, pegiat tanaman obat dari Kecamatan Nuha dan Wasuponda membawa olahan herbal dalam bentuk minuman segar dan simplisia. Mereka juga memaparkan cara mengonsumsi tanaman obat kepada peserta Lokakarya PSRLB.

D i sekitar kita, semakin banyak orang yang memanfaatkan berbagai ta-naman sebagai obat tradisional. Di

pagi dan sore hari, terutama pada hari libur, ibu-ibu PKK berkerumun di kebun percontohan di desa masing-masing un-tuk membudidakan tanaman obat keluar-ga. Di sela kesibukan sehari-hari, mereka juga masih menyempatkan diri merawat tanaman obat di pekarangan rumah. Ane-ka tanaman yang dulu dipandang seba-gai gulma atau rumput liar kini dijaga baik-baik karena besar manfaatnya bagi kesehatan.

Bahkan anggota Tim Penggerak PKK dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) kini sudah memasarkan obat--obatan herbal yang dibudidayakan se-cara alami dan diolah dengan teknik se-derhana. Mereka mengolah seluruh bagi-an tanaman seperti sambiloto, meniran, dan pegagan, atau mengambil bagian ter-tentu dari tanaman, seperti rimpang jahe dan temu lawak yang membawa manfaat kesehatan.

Sebagai konsumen, bagaimana cara kita mengonsumsi obat herbal? Secara sederhana, tanaman obat bisa dikonsum-si dalam bentuk segar maupun kering (simplisia). Keduanya sama-sama per-lu direbus sebelum dikonsumsi. Verbeek menyajikan teknik konsumsi obat herbal tanpa menurunkan kualitas dan khasiat obat tersebut.

1. Pastikan TakaranSaat Anda meramu tanaman obat, per-

hatikan takarannya dengan teliti untuk mendapatkan manfaat optimal. Takaran

yang aman untuk simplisia dalam satu kali perebusan adalah 10-30 gram. Se-dangkan untuk bahan segar atau basah adalah 30-60 gram. Takaran tersebut un-tuk penggunaan satu hari.

Takaran air yang digunakan untuk me-rebus ramuan harus disesuaikan dengan jumlah jenis tanaman yang diramu. Jika dalam satu resep obat tradisional terdiri dari dua bahan tanaman, maka gunakan air 600 ml. Tiga bahan tanaman menggu-nakan 800 ml air sedangkan empat bahan tanaman menggunakan 1 Iiter air.

2. Rebus dengan BenarSebelum merebus, cuci bahan ramuan

untuk membersihkan kotoran yang me-nempel. Iris atau potong-potong bahan ramuan jika ukurannya cukup besar agar penyerapan kandungan bahan efektif. Gu-nakan wadah dari bahan tanah liat (ge-rabah), seperti kuali tanah dan hindarkan penggunaan wadah dari bahan aluminium karena dapat merusak senyawa atau bahan kimia yang terkandung dalam bahan. Wa-dah berbahan keramik atau kaca juga bisa digunakan untuk merebus tanaman obat.

Gunakan api kecil hingga sedang saat merebus. Walaupun api besar lebih ce-pat membuat ramuan matang, tetapi da-pat merusak kandungan senyawa yang dibutuhkan untuk pengobatan. Ketika air mendidih, aduk beberapa saat, lalu matikan api. Diamkan 5-10 menit agar senyawa aktif dalam tanaman obat ter-larut sempurna dan serbuk mengendap di dasar wadah, kemudian saring. Obat herbal siap dikonsumsi. Jika Anda ingin menambahkan pemanis, seperti gula batu

atau madu, kon-sultasikan terle-bih dulu dengan herbalis.

Hindari pere-busan berulang dari bahan ramu-an karena khasiat-nya akan hilang. Se-baiknya, perebusan satu paket bahan ramu-an untuk dikonsumsi satu hari saja.

3. Perhatikan DosisDalam satu hari, ramuan dapat dimi-

num 2 sampai 3 kali. Kadang-kadang, ada ramuan yang sifatnya keras sehing-ga bisa diminum dengan dosis kecil saja. Dosis aman untuk orang dewasa dalam satu kali minum antara 100 sampai 200 ml. Sedangkan dosis yang dianjurkan un-tuk anak-anak yaitu setengah dari dosis orang dewasa. Konsultasikan dosis obat dengan herbalis.

4. Konsumsi di Waktu yang TepatEfek samping tanaman obat sangatlah

kecil jika diandingkan dengan efek sam-ping obat kimia. Jika obat kimia banyak yang menimbulkan rasa tidak nyaman di perut jika diminum dalam kondisi perut kosong, obat herbal jarang menyebabkan efek serupa. Meski demikian, mengetahui waktu yang tepat untuk mengonsumsi obat herbal akan membuat proses pe-nyembuhan semakin efektif.

Ramuan tanaman obat idealnya dimi-num satu jam sebelum makan atau dua jam

se-telah

makan. Hal itu di-

maksudkan agar obat dapat diserap oleh tubuh secara mak-simal. Jika Anda tidak bisa minum ramuan obat tradisional dalam keadaan perut ko-song, minumlah ramuan setelah makan.

5. Konsisten dan SabarUmumnya penyembuhan penyakit me-

lalui obat tradisional membutuhkan wak-tu cukup lama, tetapi efek yang ditimbul-kan bersifat perlindungan, konstruktif, dan berimplikasi positif terhadap organ lain yang lemah maupun yang kuat. Hal itu tentu berbeda dengan cara kerja obat kimia yang serba instan sehingga lang-sung terasa efeknya namun tidak melin-dungi dan membangun tubuh yang sehat dalam jangka panjang.

Karena itu, konsumen obat herbal per-lu keyakinan, konsistensi, dan kesabaran. Berdasarkan pengalaman banyak orang, seseorang yang menderita penyakit kro-nis perlu mengonsumsi obat herbal mini-mal satu bulan agar kondisi kesehatannya membaik.[]

Cara Mengonsumsi Tanaman ObatAgar mendapatkan manfaat yang maksimal, perlu teknik khusus untuk meramu tanaman obat.

Page 13: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 201713DOKTER MENJAWAB

S ecara nasional, peringatan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Ker-ja (K3) Nasional diperingati setiap

tanggal 12 Januari hingga 12 Februari. Secara rutin, PT Vale menggelar berba-gai kegiatan dalam rangkaian Bulan K3. Tahun 2017, salah satu kegiatan penting dan menarik yang bisa diikuti oleh ma-syarakat adalah seminar kesehatan yang bertema “Deteksi Dini Kanker Payudara”. Seminar kesehatan dilakukan di Malili, Wasuponda, dan Sorowako, diikuti oleh anggota Ikatan Keluarga Vale Indonesia (IKVI) serta masyarakat umum.

Tema pencegahan kanker payudara tidak sembarang dipilih. International Agency for Research on Cancer (IARC) menyebutkan bahwa kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan per-sentase kasus baru tertinggi di dunia, ya-itu sebesar 43,3%, dan persentase kema-tian akibat kanker payudara mencapai 12,9%. Berdasarkan data Riset Kesehat-an Dasar 2013, prevalensi kanker pa-yudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1.000 perempuan. Riset yang sama juga menyebutkan bahwa Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indo-nesia dengan kasus kanker payudara ter-tinggi setelah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, dan DKI Jakarta.

Namun bukan berarti vonis kanker payudara adalah akhir dari hidup seseo-rang. IARC menyebutkan, kanker payu-dara memiliki persentase kematian yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan penemuan kasus baru. Artinya, jika pe-nyakit tersebut dapat dideteksi dan di-tangani sejak dini maka kemungkinan sembuh akan lebih tinggi.

Pentingnya SADARIPenyakit kanker adalah penyakit yang

timbul akibat pertumbuhan tidak normal

sel jaringan tubuh yang berubah menja-di sel kanker. Sampai saat ini, penyebab psati kanker payudara belum diketahui. Yang diketahui adalah faktor-faktor risi-ko yang dapat meningkatkan terjadinya penyakit kanker payudara. Faktor risiko tersebut adalah merokok dan menjadi perokok pasif, pola makan yang buruk (tinggi lemak, rendah serat, mengandung zat pengawet/pewarna), mendapat haid pertama di usia kurang dari 12 tahun, me-nopause setelah usia 50 tahun, melahir-kan anak pertama setelah usia 35 tahun, dan tidak pernah menyusui anak. Faktor lain yang juga meningkatkan risiko ada-lah pernah mengalami operasi pada pa-yudara yang disebabkan oleh tumor dan faktor genetik.

Dengan deteksi dini, persentase ke-sembuhan dari kanker payudara semakin besar. Skirining dapat ditempuh dengan empat cara: periksa payudara sendiri (SA-DARI), periksa payudara klinis (SADA-NIS), USG payudara, dan mammografi.

SADARI menjadi langkah paling awal, pa-ling penting, dan tanpa biaya. SADARI dilakukan sebulan sekali pada 7-10 hari setelah hari pertama haid. Jika Anda me-nemukan benjolan atau perubahan pada payudara dibanding kondisi bulan sebe-lumnya, maka segeralah memeriksakan diri ke dokter karena ada kemungkinan benjolan tersebut adalah sel kanker.

Jika sel kanker bisa dideteksi sedini mungkin, dengan ukuran benjolan masih kurang dari 1 cm, dan ditangani secara cepat dan tepat, harapan untuk sembuh hampir 100%. Penggunaan obat-obatan harus sesuai dengan anjuran dokter.

Untuk pemeriksaan yang lain, misalnya mammografi, Anda harus berkonsultasi dengan dokter. Mammografi adalah pe-meriksaan dengan sinar-X dosis rendah yang dapat mendeteksi kanker payudara walaupun belum teraba benjolan. Dokter biasanya menyarankan Anda untuk me-lakukan mammografi jika terdapat kela-inan pada payudara, misalnya ada rasa nyeri, terasa benjolan, terjadi perubah-an warna/bentuk/konsistensi payuda-ra, atau keluar cairan yang tidak normal dari puting maupun dari kulit payudara. Mammografi biasanya dilakukan untuk wanita berusia 35 tahun ke atas.

Teknik SADARIPeriksa payudara sendiri penting di-

lakukan setiap wanita sejak pertama kali haid atau sejak usia sekitar 12 tahun. Ada 6 langkah melakukan SADARI:

1 Amati dengan teliti payudara Anda di depan cermin, tanpa berpakaian, dengan kedua lengan diangkat ke

atas kepala.

2 Rapatkan dan tekanlah telapak ta-ngan dengan kuat sehingga payuda-ra menonjol ke depan. Amati kem-

bali apakah ada benjolan, kulit mengerut seperti kulit jeruk, cekungan seperti le-sung pipi, atau puting susu yang tertarik ke dalam.

3 Pencet dan urutlah pelan-pelan dae-rah sekitar puting sampai ke ujung puting dan amati. Apakah keluar

cairan yang tidak normal, seperti cairan putih kekuningan yang terkadang ber-campur darah? Pada wanita menyusui, bedakan cairan tersebut dengan ASI.

4 Pada posisi berbaring, letakkan ban-tal di punggung. Posisikan tangan kanan di belakang kepala dan gu-

nakan tangan kiri untuk memeriksa pa-yudara kanan. Raba payudara dengan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis yang dirapatkan. Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tapi mantap, di-mulai dari pinggir sampai ke puting sea-rah jarum jam.

5 Lakukan hal yang sama untuk pa-yudara kiri (tangan kiri di bawah kepala, tangan kanan meraba pa-

yudara kiri).

6 Beri perhatian khusus pada area di sekitar ketiak karena di situlah area yang paling sering ditemukan ben-

jolan payudara.[]

SADARI untuk Pencegahan Kanker PayudaraOleh dr. Herlina L. Dinge, SpB, Mkes, Spesialis bedah RS Inco

Cegah kanker dengan CERDIK. Cek kesehatan secara berkala. Enyahkan asap rokok. Rajin beraktivitas fisik. Diet sehat dengan

kalori seimbang. Istirahat yang cukup. Kelola stres

Page 14: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 201714 EVENT

Presdir dan CEO PT Vale Nico Kanter dan Bupati Luwu Timur Thoriq Husler menandatangani dokumen serah terima sarana dan prasarana publik di Malili, 25 Januari 2017.

Acara serah terima fasilitas publik dimeriahkan dengan pertandingan tenis persahabatan antara SKPD Luwi Timur, manajemen PT Vale, dan para penghobi tenis.

Lapangan tenis yang dihibahkan PT Vale kepada Pemda Luwu Timur yang berada di Komplek Pemerintah Lutim, Puncak Indah, Malili. Fasilitas ini dibangun untuk mendukung program regenerasi dan pencarian petenis muda serta mendukung penyelenggaraan event-event kejuaraan olahraga lainnya.

P T Vale menyerahkan hibah berupa fasilitas, sarana dan prasana publik kepada Pemerintah Kabupa-ten Luwu Timur yang berlangsung di Aula Rumah

Jabatan Bupati, Malili, 25 Januari 2017 silam. Hibah se-nilai Rp9.830.741.093 itu berwujud fasilitas kebun bi-bit (nursery) dan lapangan tenis yang berada di Malili, penyerahan alat kesehatan untuk mendukung pelayan-an pemeriksanaan kesehatan di Puskesmas Nuha serta sarana-prasana pendukung pelayanan kedukaan serta kegiatan pemerintah dan masyarakat. Serah terima hibah dilakukan langsung Presiden Direktur & CEO PT Vale Indonesia Tbk Nico Kanter kepada Bupati Luwu Timur Muhammad Thorig Husler.

“Hibah ini merupakan bagian dari komitmen PT Vale dalam berkontribusi di fasilitas dan sarana publik Luwu Timur. Kami akan terus melihat hal lainnya agar peru-sahaan dapat terus berkontribusi karena Vale bagian dari masyarakat Luwu Timur,” ujar Presdir & CEO PT Vale Nico Kanter.

Pada sambutannya, Bupati Luwu Timur Muhammad Thorig Husler menyampaikan terima kasih atas kontri-busi dan kepedulian PT Vale kepada pembangunan Luwu Timur. “Harapan ke depan, pemerintah dan investor se-perti PT Vale bisa semakin harmonis dan bersama-sama memajukan daerah,” ujar Muhammad Thorig Husler.

Sebelumnya, acara juga dimeriahkan dengan pertan-dingan tenis persahabatan antara SKPD Luwu Timur, manajemen PT Vale dan penggiat olahraga tenis di Luwu Timur. Acara serah hibah juga diisi dengan makan ma-lam bersama dan silahturahmi.

Terkait hibah Lapangan Tenis yang berlokasi di de-pan rumah jabatan bupati ini, Kepala Dinas Pariwisa-ta, Budaya, Pemuda dan Olahraga Luwu Timur Hamris Darwis, mengucapkan terima kasih. Dengan keberadaan fasilitas ini Pemkab Luwu Timur berencana menggelar event-event olahraga dengan menggunakan lapangan tenis tersebut. “Tahun ini kami akan gelar pertandingan tenis dan karate tingkat regional di sini,” ujar Hamris.

Fasilitas ini juga akan sangat membantu Pemkab da-lam merealisasikan rencana regenerasi dan melahirkan

petenis-petenis berbakat di Luwu Timur. “Selain itu, la-pangan ini juga dapat diakses oleh masyarakat umum,” tambah dia.

Kepada Dinas Pertanian Luwu Timur Muharif, terkait nursery, juga mengucapkan terima kasih atas dukungan PT Vale kepada Pemerintah Kabupaten Luwu Timur di program penghijauan lingkungan. Nursery Malili nan-tinya diproyeksikan dan difungsikan sebagai “mesin penghasil” tanaman untuk reboisasi dan revegetasi la-han kritis di Luwu Timur. “Soalnya 70% area Luwu Ti-mur merupakan hutan. Beberapa waktu belakangan

banyak dibuka warga secara tidak bertanggung jawab dan ditinggalkan begitu saja. Nursery ini nantinya akan menyiapkan tanaman untuk reboisasi lahan tersebut,” tambah Muharif.

Selain memproduksi tanaman reboisasi, Nursery Malili juga diproyeksikan akan menjadi kebun bibit ta-naman produksi seperti kakao dan kelapa sawit. “Nan-tinya bibit-bibit tersebut akan didistribusikan kepada petani-petani yang ingin membudidayakan tanaman tersebut,” tambah Muharif.[]

PT Vale Hibahkan Fasilitas dan Sarana Publik kepada Pemda Luwu TimurMenjembatani program penghijauan pemerintah dan regenerasi atlet.

Page 15: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 201715KILAS PMDM

Peserta pelatihan menjahit mengikuti proses belajar dengan penuh antusias. Mereka belajar membuat pola, teknik jahit dasar, hingga membuat

pakaian jadi yang memerlukan keahlian lanjut. Peserta merupakan perwakilan dari tiap desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Nuha.

Mesin genset kapasitas 23 PK dilengkapi dinamo yang merupakan bantuan PMDM kepada warga Dusun Kayu Tanduk, Desa Matano. Mekanisme pengelolaan listrik di dusun tersebut layak menjadi percontohan bagi desa-desa lain karena mengedepankan prinsip keswadayaan dan keberlanjutan.

P uluhan tahun menghuni kampung, warga Du-sun Kayu Tanduk, Desa Matano, Kecamatan Nuha, belum pernah merasakan penerangan

listrik. Namun jika kini ada tamu yang berkunjung ke dusun terpencil yang terletak di perbatasan Desa Kawata (Kecamatan Wasuponda) dan Desa Matano itu, malam hari sudah bisa dinikmati dengan terang--benderang. Bahkan beberapa warga sudah bisa menyalakan televisi dan membeli antena parabola untuk menangkap siaran berbagai stasiun televisi.

Semua itu memungkinkan berkat bantuan peng-adaan mesin genset berkapasitas 23 PK dan dinamo kapasitas 15.000 Watt. Mesin tersebut sudah difung-sikan sejak akhir 2016. Ada 29 KK yang menerima manfaat langsung dari kegiatan pengadaan tersebut. Masing-masing KK mendapat jatah maksimal 3 titik lampu yang hanya boleh dinyalakan di malam hari se-

lama 4 jam. Mereka dikenai iuran bulanan Rp45.000 per KK. Dalam satu bulan, terkumpul iuran sebesar Rp1.305.000 yang digunakan untuk membeli solar seharga Rp1.200.000. Angka itu didapat dari besar-an penggunaan solar per malam sebanyak 6 liter dengan harga per liter di dusun tersebut Rp7.500. Sisa saldo iuran dibelikan oli dan pelumas mesin.

“Pengadaan dan pemasangan kabel dilakukan se-cara swadaya oleh masyarakat dusun. Ke depan akan dibuat Peraturan Desa untuk mengatur pengelolaan mesin genset, untuk gaji operator yang hingga se-karang belum ada, termasuk mengatur sanksi buat masyarakat yang melanggar tata tertib pemakai-an listrik,” kata Asir Patata, pengelola listrik Dusun Kayu Tanduk. Selain penerangan, dusun tersebut juga mendapat bantuan akses air bersih dari PMDM 2015. (Laporan dan foto: Alwi Chaidir)[]

S ebanyak 24 warga Desa Nikkel, Desa Sorowa-ko, dan Kelurahan Magani mengikuti pelatihan menjahit lanjutan yang merupakan bagian dari

Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) Kecamatan Nuha bidang peningkatan kapasitas masyarakat. Kegiatan tersebut diadakan di Aula PKK Kelurahan Magani pada 23 Januari hingga 18 Februari 2017.

“Kegiatan ini merupakan usulan dari masya-rakat. Hasil dari musyawarah desa penetapan usulan itulah yang kami jalankan. Dari kegiatan ini, diharapkan ibu-ibu yang mengikuti pelatihan jahit menjahit dapat menambah penghasilan, se-tidaknya untuk memenuhi keperluan rumah tangga mereka,” kata Ketua Forum Lintas Pelaku (FLP) Ke-

camatan Nuha Pdt. John Daud dalam acara pembu-kaan yang juga dihadiri oleh PTPM Officer PT Vale Iskandar Parani dan Fasilitator PMDM-Kecamatan Nuha Ideham.

Setiap desa/kelurahan diwakili oleh 8 peserta dan dipandu oleh Isnawaty sebagai instruktur. Pe-serta belajar cara membuat pola, mengukur, menulis ukuran, dan sebagainya. Mereka diberikan modul pelatihan dan berbagai perlengkapan, seperti kain, gunting, meteran, pensil dan kapur jahit, kelengkap-an mesin, hingga sertifikat di akhir. Pelatihan terse-but secara keseluruhan menyerap anggaran PMDM Kecamatan Nuha 2016 sebesar Rp19.140.300. (La­poran: Warda Aryani, Darna Darwis)[]

Listrik untuk Warga Dusun Kayu Tanduk

Pelatihan Menjahit untuk Warga Kecamatan Nuha

Page 16: PTPM Pertanian Berkelanjutan Mendongkrak Produktivitas Lahan · surat ke alamat redaksi. Staf Dinas Koperindag Luwu Timur Rianty Mansyur berpose sambil memegang tabloid Verbeek di

VERBEEK EDISI 30 | 201716 GALERI FOTO

Galeri FotoMomen yang tertangkap kamera sepanjang pelaksanaan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM). Jika Anda memiliki foto-foto yang terkait dengan pelaksanaan PTPM, silakan kirim ke Redaksi Tabloid Verbeek melalui email [email protected] (ukuran foto minimal 500KB). Foto yang dimuat akan mendapatkan suvenir menarik.

Kondisi jalan produksi di Dusun Tole-Tole, Desa Kawata, Kecamatan Wasuponda, sebelum dan

sesudah dilakukan pekerjaan perkerasan. Lebar jalan dari 2 meter menjadi 3,5 meter. Dana PMDM

Rp120 juta digunakan untuk melakukan perkerasan jalan sepanjang 1.700 meter. Masyarakat

mendapatkan akses jalan yang lebih lebih baik ke area perkebunan. Jalan yang dilengkapi parit

tersebut membuat lingkungan sekitar bebas dari genangan air saat turun hujan. (Foto: Alwi Chaidir)

Di Desa Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti, dana PMDM sektor pendidikan selama dua tahun anggaran

(2015 dan 2016) digunakan untuk membangun sebuah prasarana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Dengan total anggaran sebesar Rp155 juta, Desa Libukan Mandiri kini memiliki PAUD dengan dua ruang

kelas dan sebuah kantor guru. Karena belum pernah memiliki gedung PAUD, selama ini siswa TK di desa

tersebut belajar di salah satu bangunan Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). (Foto: Faisal Halim)

Di Desa Bantilang, Kecamatan Towuti, anggaran PMDM sektor kesehatan sebesar Rp86 juta untuk

membangun sebuah Posyandu. Inilah bangunan Posyandu pertama di desa tersebut. Sebelumnya,

pelaksanaan Posyandu tiap bulan terpaksa menumpang di rumah-rumah warga sekitar. Anggaran PMDM

sudah dialokasikan sejak 2014 namun realisasi pembangunan gedung Posyandu tersendat dan baru

selesai pada 2016. (Foto: Faisal Halim)

Masih di Desa Libukan Mandiri, PMDM juga membangun Posyandu Mekarsari di dua tahun

anggaran (2015 dan 2016) dengan total anggaran sebesar Rp105 juta. Selain itu, dana PMDM 2015

senilai Rp 15 juta juga digunakan untuk membangun plat duicker sebagai tanggul pengaman di area depan Posyandu. (Foto: Faisal Halim