pTKI
-
Upload
adha-boedak-pakneng -
Category
Documents
-
view
216 -
download
2
description
Transcript of pTKI
PENGANTAR TEKNIK KIMIA DAN INDUSTRI
POTENSI MINYAK DAN GAS BUMI
PROVINSI RIAU
DISUSUN OLEH:
ADHA WIDONI
1407113105
TEKNIK KIMIA S1 A
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya yang
telah memberikan penulis kemampuan dan untuk menyelesaikan tugas makalah
Pengantar Teknik Kimia dan Industri. Makalah ini berisikan tentang daerah
potensi, sejarah eksplorasi, industri terkait dan produk yang dihasilkan serta sisa
cadangan terkini. Saya sebagai penulis dan juga mahasiswa Teknik Kimia
Universitas Riau ingin memberikan penjelasan yang cukup akan kompetensi dasar
yang harus dipenuhi, dan jelas akan materi yang disampaikan dalam makalah ini
serta banyak bermanfaat bagi pembaca sekalian. Makalah ini masih belum bisa
menjawab semua pertanyaan pembaca tentang Pengantar Teknik Kimia dan
Industri ini, maka saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Untuk
kesalahan yang terdapat dalam penulisan makalah ini, saya mohon maaf. Ucapan
terima kasih saya berikan kepada pembaca yang telah menjadikan makalah ini
sebagai referensi pelajaran.
Pekanbaru, Mei 2015
Penulis
ADHA WIDONI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Riau memiliki sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung
di perut bumi, berupa minyak bumi dan gas, serta emas, maupun kekayaan hasil
hutan dan perkebunannya, belum lagi kekayaan sungai dan lautnya. Seiring
otonomi daerah, secara bertahap mulai diterapkan sistem bagi hasil atau
perimbangan keuangan. Aturan baru dari pemerintahan reformasi, memberi
batasan dan aturan tegas mengenai kewajiban penanam modal, pemanfaatan
sumber daya dan bagi hasil dengan lingkungan sekitar.Pertambangan umum
berdenyut relatif pesat, ditandai dengan banyaknya perusahaan yang ikut andil
bergerak di bidang ini. Mereka seolah berlomba mengeruk isi perut bumi Riau,
mulai dari menggali pasir laut, granit, bauksit, timah, emas, batu bara, gambut,
pasir kuarsa sampai andesit. Di samping minyak dan gas timah juga merupakan
hasil tambang Riau. Konstribusi sektor pertambangan terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Riau mencapai Rp.57.927.709,65,- atau sekitar 41,68 %.
Karena itu, sektor pertambangan menjadi andalan provinsi dalam memperkokoh
perekonomiannya.
Perkebunan juga merupakan sektor andalan. Karet, kelapa, kelapa sawit,
kopi dan pinang adalah komoditas perkebunan yang selama ini banyak membantu
perekonomian penduduk pedesaan. Di saat krisis ekonomi melanda Indonesia
secara nasional, petani yang bekerja di sektor ini justru tetap survive, bahkan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Luas perkebunan karet mencapai
528.697,48 ha dengan hasil 463.053,52 ton, kebun kelapa mencapai 546.927,13
ha dengan hasil 629.926,80 ton, kebun kelapa sawit seluas 1.392.232,74 ha
dengan hasil 3.931.619,17 ton, kebun kopi seluas 10.040,50 ha dengan hasil
3.545,97 ton dan kebun pinang seluas 9.249,56 ha dengan hasil 6.960,72 ton.
1.2 Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
- Mengetahui Daerah potensi, sejarah eksplorasi, industry terkait dan produk
yang dihasilkan serta sisa cadangan makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Eksplorasi Migas
Industri minyak dan gas bumi telah terbukti menduduki peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Bahkan industri minyak dan
gas bumi telah menjadi unsur yang strategis dalam kaitannya dengan kepentingan
negara, geopolitik dan geoekonomi suatu wilayah. Terdapat kurang lebih 60
negara berkembang di penjuru dunia menggantungkan perekonomiannya dari
sektor industri minyak dan gas bumi.
Sejak minyak dan gas bumi ditemukan pertama kali di Indonesia oleh
Aeilko Janszoon Zijkler di Telaga Tunggal Sumatera Utara, maka kegiatan
pencarian emas hitam tersebut berlanjut ke wilayah lain di daerah jajahan
Belanda.
2.1.1 Zaman Penjajahan Belanda
Kegiatan eksplorasi minyak bumi di Indonesia dimulai sejak jaman
penjajahan Belanda. Kajian dan Laporan yang pertama kali diterbitkan berisi
tentang adanya potensi minyak bumi yang cukup prospektif di wilayah jajahan
Hindia Belanda dibuat oleh Cornelis de Groot pada tahun 1864. Dengan adanya
laporan tersebut maka para pelaku usaha di industri minyak bumi mulai tertarik
untuk mengeksploitasi kekayaan alam tersebut. Untuk mengatur kegiatan
penambangan minyak dan gas bumi, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1899
mengeluarkan undang-undang lndische Mijn Wet dan diumumkan dalam
Staatsblad Nomor 214 tahun 1899. Salah satu isi undang-undang tersebut adalah
bahwa pengusahaan dan penambangan di wilayah Hinda Belanda diatur menurut
wilayah konsesi penambangan. Undang-undang tersebut juga memberikan
peluang bagi sektor swasta untuk berpartisipasi dalam penambangan minyak dan
gas bumi. Pola kerja sama dalam undang-undang tersebut di dasarkan pada
pengakuan hak individual secara menonjol. Setelah diterbitkannya undang-undang
tersebut maka perusahaan besar minyak dunia mulai melakukan kegiatan
pencarian minyak di Hindia Belanda.
Usaha pencarian minyak bumi di Sumatera Tengah (baca: Riau) dimulai
pada tahun 1924. Pada saat itu Standard Oil Company of California mengajukan
hak eksplorasi minyak bumi kepada Pemerintah Hindia Belanda. Setelah
menunggu selama enam tahun, akhirnya pada tahun 1930 Pemerintah Hindia
Belanda menyetujui permintaan perusahaan Amerika tersebut untuk melakukan
eksplorasi minyak. Untuk melaksanakan operasinya di wilayah Hindia Belanda,
Standard Oil Company of California mendirikan perusahaan N.V Nederlandsche
Pacific Petroleum Maatschaappij (NPPM) pada bulan Juni 1930.
Pada tahun 1935, NPPM mendapat tawaran untuk melakukan eksplorasi seluas
600.000 hektar di Sumatera Tengah yang kemudian di dunia perminyakan dikenal
sebagai Rokan Block. Meskipun daerah Sumatera Tengah bukan daerah incaran,
karena belum banyak dieksplorasi dan dianggap kurang memberikan harapan,
tetapi tawaran Pemerintah Hindia Belanda akhirnya diterima juga oleh NPPM.
Setelah mendapatkan hak eksplorasi pada tahun 1935, NPPM segera
melakukan kegiatan secara sistemik di wilayah Sumatera Tengah yang dimulai
dari daerah aliran sungai Rokan. Hasil dari kegiatan penyelidikan geologi pada
tahun 1936 dan 1937 memberikan keyakinan bagi pihak NPPM, bahwa cadangan
minyak di Sumatera Tengah letaknya lebih ke selatan. Akhirnya NPPM meminta
kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk merubah daerah kerjanya sehingga
berbentuk seperti seekor kangguru menghadap ke barat.
Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya NPPM giat melakukan kegiatan
penelitian geologik, geofisik serta melakukan pengeboran sumur di wilayah
kerjanya. Sejak tahun 1937 sampai dengan 1941 telah dilakukan penelitian
seismik dengan luas 4.012 kilometer, termasuk melakukan pengeboran dengan
sistem counterflush sebanyak 34 sumur pada lokasi yang berbeda-beda.
Sepanjang tahun 1938-1944 dilakukan pengeboran eksplorasi sebanyak
sembilan sumur dengan temuan gas di Sebanga dan minyak di Duri dan Minas.
Penemuan tersebut merupakan tonggak terpenting dalam kegiatan eksplorasi
minyak dan gas bumi di Sumatera Tengah. Pertama, penemuan tersebut membuat
kegiatan eksploitasi sumber daya minyak dan gas bumi di Sumatera Tengah
menjadi semakin meningkat. Kedua, penemuan tersebut menjadi bukti bagi dunia
minyak dan gas bumi bahwa daerah Sumatera Tengah bukan merupakan daerah
kering seperti yang pernah diduga oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Menjelang kemerdekaan Republik Indonesia terdapat dua perusahaan
besar minyak asing yang beroperasi di wilayah Sumatera Tengah (baca:Riau).
Perusahaan pertama adalah NV. SVPM, yang kemudian dikenal STANVAC, yang
merupakan gabungan antara perusahaan Nederlandsche Koloniale Petroleum
Maatschappij (NKPM) dengan Standard Oil of New Jersey pada tahun 1933.
Kelompok ini beroperasi di Riau atau tepatnya sekitar Lirik.
Sedangkan perusahaan lainnya adalah NV Caltex Pacific Petroleum Maatschappij
yang merupakan gabungan usaha antara NV Nederlandsche Pacific Petroleum
Maatschappij (NPPM) dengan Texas Oil Company (TEXACO) pada tahun 1936.
Kelompok ini beroperasi di Sumatra bagian tengah (Blok Rokan, Sebanga, Duri,
Minas).
2.1.2 Zaman Penjajahan Jepang
Selama pendudukan Jepang, kegiatan pencarian minyak di Riau terhenti,
karena semua ladang minyak diambil alih oleh Jepang. Untuk kebutuhan bahan
bakar perang, tentara Jepang pada tahun 1944 melanjutkan kegiatan pemboran
pada sumur Minas. Dan akhirnya sumur Minas 1 berhasil diproduksi minyaknya
untuk pertama kali oleh tentara Jepang.
2.1.3 Tahun 1945 – 1960
Setelah Republik Indonesia merdeka, pelaku bisnis maupun tata cara
pengelolaan minyak dan gas bumi belum ada perubahan yang berarti. Dalam pasal
33 ayat (2) dan (3) Undang Undang Dasar 1945 telah disebutkan dengan jelas
tentang prinsip pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia dimana hasil
minyak bumi dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Namun karena belum ada undang-undang yang mengatur
maka, cara konsesi masih diberlakukan sampai dengan tahun 1959.
2.1.4 Tahun 1960 – 2000
Selanjutnya dikeluarkan Undang-undang (UU) Nomor 4 tahun 1960
tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, di mana antara lain diatur bahwa
bahan galian minyak dan gas bumi merupakan kekayaan nasional yang harus
dikuasai oleh negara. Dimana hak pengusahaannya dilaksanakan oleh Perusahaan
Negara. Sedangkan kontraktor hanyalah pihak yang bekerja untuk membantu
Perusahaan Negara dan menerima imbalan untuk hasil kerja tersebut.
Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 44 Tahun 1960 praktis
lndishce Mijn Wet tidak berlaku lagi di Indonesia dan secara otomatis semua
perusahaan asing yang beroperasi di wilayah Riau harus mengembalikan seluruh
wilayahnya kepada Pemerintah Indonesia. Dan selanjutnya pengelolaan industri
minyak dan gas bumi dilanjutkan oleh Negara.
Pada tahun 1963 Perusahaan Negara yang ditunjuk untuk melanjutkan
pengelolaan minyak dan gas bumi di wilayah Riau membuat perjanjian kontrak
karya dengan kontraktor. PN Pertamina menandatangani perjanjian Kontrak
Karya (KK = Contract of work) untuk wilayah konsesi milik NPPM yaitu dengan
PT Caltex Pacific Indonesia (PT CPI). Dimana PT CPI yang didirikan pada bulan
Pebruari 1963 yang dimiliki oleh Chevron dan Texaco. Sedangkan PN Perniagaan
sebagai Perusahaan Negara menandatangani kontrak konsesi untuk wilayah milik
NV. SVPM dengan PT Stanvac Indonesia (PTSI).
Secara faktual PT CPI memegang hak pengelolaan yang paling besar di Riau.
Perjanjian Kontrak Karya PT CPI dengan PT Permina yang ditandatangani bulan
September 1963 meliputi Block Rokan I dan Rokan III dengan luas wilayah 9.030
km2. Dan pada tahun 1968 PT CPI juga mendapat tambahan empat daerah baru
( Sebanga, Minas Tenggara, Libo Tenggara dan Libo Barat Laut ) sehingga total
wilayah kerja PT CPI menjadi 9.898 km2. Luas wilayah pengelolaan PT CPI
menjadi semakin besar karena disamping melaksanakan kegiatan sebagai
kontraktor, PT CPI juga bertindak sebagai operator. Dalam hal ini PT CPI
menjadi operator bagi wilayah kerja Calasiatic/Chevron dan Topco/Texaco (C/T).
2.1.5 Tahun 2001 – Sekarang
Dengan latar belakang gerakan reformasi dimana terdapat semangat untuk
melakukan perbaikan dalam tata kelola pemerintahan, maka dikeluarkan Undang
Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Bagi masyarakat
daerah, lahirnya undang-undang ini dapat memberikan harapan baru tentang
kemandirian pengelolaan industri hulu minyak dan gas bumi. Pengelolaan industri
hulu minyak dan gas bumi oleh daerah didasarkan pada ketentuan Pasal 9 ayat 1
UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Dalam pasal tersebut
dikatakan bahwa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) diperbolehkan melakukan
kegiatan usaha sektor hulu dan hilir Minyak dan Gas Bumi. Kegiatan Usaha Hulu
bisa mencakup usaha di bidang eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi.
Sedangkan kegiatan usaha hilir mencakup kegiatan dalam bidang pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan serta penjualan minyak dan gas bumi.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya
alam salah satunya adalah minyak bumi, sektor minyak tidak pernah terlepas dari
polemik dibanyak negara termasuk Indonesia yang merupakan negara yang
memiliki cadangan minyak yang melimpah, namun yang terjadi cadangan minyak
tersebut justru di “kusai” oleh perusahaan asing dimana dari 47 wilayah kerja
pertambangan yang terdiri dari 25 kelompok majors (perusahaan minyak
internasional yang besar), terdiri Chevron dengan 7 wilayah kerja operasi,
Exxon/Mobile dengan 5 WKP, British Petroleum dengan 3 WKP, Gulf Resource
dengan 5 WKP, Total/Petro Fina dengan 2 WKP dan Majors lainnya dengan 3
WKP serta sisanya 22 WKP adalah tidak tergolong Majors. Indonesia merupakan
negara yang sangat strategis sehingga banyak menarik perhatian perusahaan-
perusahaan multinational corporation untuk berinvestasi.
Pada provinsi ini terdapat beberapa perusahaan berskala internasional yang
bergerak di bidang minyak bumi dan gas serta pengolahan hasil hutan dan sawit.
Selain itu terdapat juga industri pengolahan kopra dan karet. Beberapa perusahaan
besar tersebut diantaranya Chevron Pacific Indonesia anak perusahaan Chevron
Corporation, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk di Perawang, dan PT. Riau
Andalan Pulp & Paper di Pangkalan Kerinci.
Chevron merupakan salah satu perusahaan multinational corporation asal
Amerika yang bergerak dibidang migas, sebelumnya Chevron bernama Caltex
(California Texas Oil Company). Pada tahun 2001 perusahaan ini berganti nama
menjadi Chevron, padatahun 1944 perusahaan ini menemukan lapangan minyak
yang sangat komersial diMinas, Riau Indonesia. Lapangan ini kemudian menjadi
kunci utama bagi kegiatan bisnis Chevron di Indonesia karena Minas merupakan
sumur minyak terbesar di Asia Tenggara. Minas yang merupakan daerah
diProvinsi Riau juga merupakan tempat cadangan minyak bumi yang terbanyak di
Indonesia yang memiliki kualitas minyak terbaik. Sejak awal keberadaannya
Chevron sudah mendominasi produksi minyak di Indonesia, puncaknya adalah
pada tahun 1970 an produksi minyak Chevron menembus angka 1 juta barel/hari
dari 1,6 juta barel/hari produksi minyak Indonesia pada tahun itu. Pada tahun
1980 Chevron Pasific Indonesia membangun proyek Sistem Injeksi Uap terbesar
di dunia yang dinamakan Duri Steam Flood (DSF). Ini merupakan terobosan
inovasi terbaru yang dilakukan oleh Chevron untuk meningkatkan jumlah
produksi minyak yang berada di Lapangan Duri, Riau.
Dalam acara edukasi media yang diadakan Satuan Kerja Khusus Minyak
dan Gas (SKK Migas) di Batam, Kamis (28/11), pakar perminyakan dari Institut
Teknologi Bandung (ITB) Prof Dody Afdasyah mengungkapkan jumlah cadangan
positif minyak bumi Indonesia tinggal 3,8 miliar barel. Jumlah itu diperkirakan
bakal habis diproduksi dalam tempo 10 atau 15 tahun ke depan dengan perkalian
820.000 barel per hari. Kebutuhan dalam negeri 1,5 juta barel per hari tetap
bergantung pada bahan bakar minyak, terutama untuk memenuhi bahan bakar
transportasi laut, darat, udara, industri, serta kebutuhan rumah tangga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Provinsi Riau memiliki sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung
di perut bumi, berupa minyak bumi dan gas, serta emas, maupun kekayaan
hasil hutan dan perkebunannya, belum lagi kekayaan sungai dan lautnya.
Jumlah cadangan positif minyak bumi Indonesia tinggal 3,8 miliar barel.
Jumlah itu diperkirakan bakal habis diproduksi dalam tempo 10 atau 15
tahun ke depan dengan perkalian 820.000 barel per hari. Kebutuhan dalam
negeri 1,5 juta barel per hari tetap bergantung pada bahan bakar minyak,
terutama untuk memenuhi bahan bakar transportasi laut, darat, udara,
industri, serta kebutuhan rumah tangga.
Sejak minyak dan gas bumi ditemukan pertama kali di Indonesia oleh
Aeilko Janszoon Zijkler di Telaga Tunggal Sumatera Utara, maka kegiatan
pencarian emas hitam (baca:minyak bumi) tersebut berlanjut ke wilayah
lain di daerah jajahan Belanda.
DAFTAR PUSTAKA
Stanley, J,. L. , 1975 .Clays in industrial minerals and Roes, 4th ed, American
Institute Of
Minning, Metalurgieal and Petroleum Enginners Inc, New York, 1975,
( 519 – 575).
Diantika. 2011. Migas Provinsi Riau. thesis.umy.ac.id/datapublik/t26604.pdf.
Diakses pada
tanggal 20 Mei 2015.
Rafiq.2012.KilasBalikpengolahankelapasawit.https://
rafiqimtihan.wordpress.com/2012/10/
02/kilas-balik-pengelolaan-migas-di-riau/. Diakses pada tanggal 20 Mei
2015.
Aldo.2014. Provinsi Riau. http://aldo-shandy.blogspot.com/p/provinsi-
riau.html.Diakses pada
tanggal 20 Mei 2015.