ptk tps rpp

download ptk tps rpp

If you can't read please download the document

Transcript of ptk tps rpp

Rabu, 07 April 2010 PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH KODE 006 PENINGKATAN KINERJA GURU-GURU ... DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARA N (RPP) INOVATIF MELALUI KERJA PRAKTEK DENGAN TEKNIK UMPAN BALIK BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.18 tahun 2007 tentang Sertif ikasi Guru Dalam Jabatan mewajibkan guru untuk memiliki Sertifikat Pendidik mela lui ujian Sertifikasi. Salah satu kompetensi yang dituntut adalah kompetensi ped agogik, dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi dan analisis hasil evaluasi serta tindak lanjut. Dari puluhan guru yang berada di bawah binaan penulis tak seorangpun mampu menunjukkan dan menggunakan RPP sesuai dengan pedoman penilaian sertifikasi. Khusus di , terdapat 3 (tiga) ora ng guru yang mengikuti sertifikasi. Namun tak satupun mampu menunjukkan RPP yang sesuai dengan pedoman sertifikasi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses P endidikan Dasar dan Menengah, merupakan acuan utama bagi guru dalam merencanakan proses pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, penilaian serta tindak lanjutny a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 telah disahkan pada t anggal 28 Maret 2007. Namun, hingga penelitian ini dilaksanakan RPP yang ditunju kkan guru-guru umumnya masih menggunakan skenario pembelajaran konvensional. Masih dominan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centre or iented). Menggunakan strategi pembelajaran ekspositori dengan didominasi oleh me tode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Hampir tidak ada RPP yang menggunakan str ategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre oriented) dengan pen dekatan diskoveri inkuiri. Tidak tampak adanya proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi oleh siswa. Pembuatan RPP adalah sangat urgen, menurut Hamzah B. Uno (2006:4) : Perbaikan ku alitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Peren canaan Pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pem belajaran. B. Identifikasi masalah Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab terjadinya hal itu antara lain : 1) Kurangnya tuntutan supervisor (Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah), karena m asih memperkenankan penggunaan RPP buatan ......., dengan anggapan bahwa karya b ersama dan dalam tingkat yang lebih tinggi pasti lebih baik. Walau dalam kenyata an tidak selalu sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. 2) Selama ini guru-guru terlena, karena telah ada RPP buatan Tim ....... Kabupat en. Walau RPP itu hanya ditunjukkan kepada pengawas sebagai bukti fisik. Namun, pelaksanaan di depan kelas berbeda dengan skenario yang tertulis dalam RPP terse but. Dengan demikian, ada dua faktor yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1) Komitmen guru. Sebagian besar guru terlena, hanya menggunakan RPP buatan ....... dengan anggapa n bahwa karya bersama dalam tingkat yang lebih tinggi pasti lebih baik. RPP itup un hanya sebagai bukti pisik saat ada supervisi. 2) Kemampuan guru. Akibat terlena, maka sebagian besar guru-guru tidak memiliki pengalaman belajar dalam menyusun RPP. Tidak adanya pengalaman belajar, menyebabkan guru tidak memi liki ketrampilan menyusun RPP. Pentingnya pengalaman belajar dalam meningkatkan ketrampilan guru menyusun RPP,

dapat dikaji dari pendapat beberapa ahli berikut ini. Kajian itu diharapkan dapa t mengarahkan jalan pikiran menuju pemecahan masalah yaitu : ? Peter Sheal : Menurut Peter Sheal (dalam Depdiknas 2003 : 7), pengalaman belajar paling optima l akan terjadi jika kegiatan pembelajaran sampai pada tingkat melakukan dan meng atakan (dalam hal ini kerja praktek dan presentasi hasil kerja).

Kerucut Pengalaman Belajar Peter Sheal ? J. Peaget : J. Peaget (dalam Ahmad Rohani, 2004:7) mengatakan : Seseorang berpikir sepanjang berbuat. Tanpa berbuat seseorang tidak akan berpikir. Agar ia berpikir sendiri (aktif) maka ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. ? Konsep learning by doing : Banyak cara untuk belajar, diantaranya belajar melalui bekerja (learning by doin g) yang telah sangat populer dalam dunia pendidikan. ? Kata-kata mutiara kuno : Kata-kata mutiara kuno yang sangat terkenal saya mendengar maka saya lupa, saya m elihat maka saya ingat, saya mengerjakan maka saya mengerti , masih sangat releva n hingga saat ini. Maka Kerja Praktek adalah pilihan strategi yang diharapkan mampu mengatasi masalah rendahnya komitmen dan kemampuan guru-guru menyusun RPP. Teknik Umpan Balik terha dap hasil kerja para guru diharapkan dapat memberikan penguatan dan arah untuk m elakukan penyempurnaan RPP. Untuk memenuhi tuntutan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 yang mengubah paradigma proses pendidikan dari pengajaran menjadi pembelajaran d an mengubah strategi ekspositori menjadi diskoveri inkuiri, diperlukan model RPP baru yang selanjutnya dalam penelitian ini disebut RPP INOVATIF . Alasan khusus bahwa penelitian ini dilakukan di ........... karena sekolah terse but adalah sekolah binaan penulis. Lain dari pada itu profil ........... sekolah yang memiliki beberapa keterbatasan dalam standar pendidik, yaitu sebanyak 31 % guru-guru ...........adalah guru non PNS. C. Rumusan Masalah dan Langkah-langkah Pemecahan Masalah Masalah-masalah pokok dalam penelitian ini adalah : 1). Apakah Kerja Praktek dengan Teknik Umpan Balik dapat meningkatkan komitmen g uru-guru ...........menyusun RPP Inovatif ? 2). Apakah Kerja Praktek dengan Teknik Umpan Balik dapat meningkatkan kemampuan guru-guru ...........menyusun RPP Inovatif? Langkah-langkah dan urutan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah :

D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1). Peningkatan komitmen guru-guru ...........menyusun RPP Inovatif dalam kegiat an Kerja Praktek dengan teknik Umpan Balik. 2). Peningkatan kemampuan guru-guru ...........menyusun RPP Inovatif dalam kegia tan Kerja Praktek dengan teknik Umpan Balik. E. Manfaat Penelitian 1). Sebagai contoh (model) pola pembinaan guru yang efektif dan efisien Pola-pola pembinaan guru selama ini menggunakan pola ekspos fakto. Dengan strete gi kerja praktek, pembinaan akan lebih efektif karena peserta didik diberi kesem patan melaksanakan praktek dan presentasi untuk mendapatkan pengalaman belajar d an ketrampilan. Pola kerja praktek juga sangat efisien karena tidak menggunakan waktu khusus, dapat dilakukan guru kapan dan dimana saja. 2). Peningkatan Kompetensi Pengawas. Salah satu kompetensi Pengawas Satuan Pendidikan dalam Peraturan Menteri Pendidi kan Nasional No.12 tahun 2007 adalah kompetensi Supervisi Akademik. Salah satu s ub kompetensi adalah membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelaja ran (RPP) , maka penelitian ini sangat bermanfaat dalam menciptakan model RPP yan g memenuhi Permendiknas No.41 tahun 2007. 3). Peningkatan Kompetensi Pedagogik Pendidik . RPP Inovatif, adalah RPP yang memenuhi tuntutan Permendiknas No.41 tahun 2007. G uru-guru ...

........, kemampuan menyusun RPP Inovatif, meningkatkan kompetensi pedagogik dal am penilaian sertifikasi, juga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.

ptk 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan proses belajar mengajar merupakan hal yang terpenting dalam kela ncaran suatu KBM, oleh karenanya dalam proses belajar mengajar ini lebih memperh atikan segala persiapan yang harus di persiapkan demi kelancaran poroses belajar mengajar itu, maka segala persiapan belajar itu harus di tata dengan rapi dan b enar, oleh sebab itu dalam proses pembelajaran harus diadakanya kontroling dari kepala sekolah agar, tercipta pembelajaran yang mengena kepada sasaran . Sekolah dasar cimanuk 2 berdiri pada tahun 1977 yang mana berlokasi di kampung c imanuk desa cimanuk kecamatan cimanuk, dimana terletak persis dipinggir jalan me lalui objek pariwisata cikoromoy. Pendirian sekolah dasar ini telah mendorong se mua pihak dalam menciptakan generasi yang lebih baik. Oleh karena itu setiap lan gkah dan tindakan yang di lakukan itu sesuai dengan apa yang telah direncanakan

sebelumnya, yaitu menciptakan manusia yang unggul dan bermartabat, oleh karenany a dalam menciptakan manusia yang unggul dan bermartabat perlu adanya rencana yan g matang dari semua pihak, kususnya para pendidik di lingkungan sekolah. Namun persiapan yang matang itu belumlah matang sepenuhnya karena adanya kendala kendala yang belum terselesaikan diantaranya sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai, selain itu kesadaran masyarakat sekitar minim akan pentingnya pen didikan bagi anak. Di samping itu pula tenaga pendidik yang ada sangatlah kurang, sehingga menghamb at proses belajar mengajar khususnya persiapan mengajar yang serba apa adanya ka rena kekurangan sarana dan prasarana yang tidak cukup memadai tersebut. Oleh karena itu peneliti mencoba melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada yang peneliti beri judul upaya meningkatkan mutu kinerja guru di bidang admi nistrasi kelas melalui supervisi kelas semoga dengan dilakukannya penelitian ini dapat merubah kinerja guru kearah yang lebih maju lagi, sehingga berpengaruh pad a keberhasilan proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik, sehingga berdamp ak pada pemahaman masyarakat, kususnya masyakarat sekitar Sekolah Dasar Negeri C imanuk 2. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan mengingat pentingnya mutu kerja guru a gar dapat meningkatkan kualitas guru kearah yang lebih baik lagi sehingga berdam pak pada perubahan yang nyata. B. Identifikasi masalah Dari latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan bahwa : 1. masih rendahnya kinerja guru dalam mempersiapkan administrasi kelas 2. tidak memadai adanya sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar guru. 3. masih lemahnya kesadaran guru dalam memotivasi kenerjanya C. Pembatasan masalah Dalam penelitian ini, masalah masalah yang telah teridentifkasi sebagaimana ters ebut diatas, maka penelitian ini di batasi pada masih rendahnya mutu kerja guru dalam mepersiapkan administrasi kelas

D. Rumusan masalah Berdasarlan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, m aka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut; 1. Bagaimana langkah-langkah yang tepat dalam memotivasi kenerja guru agar lebih baik dalam mempersiapkan administrasi kelas? 2. Bagaimana supervisi kelas di laksanakan dan diawasi oleh supervisor/kepala se kolah yang hubungannya dengan kinerja guru? 3. Apakah manfaat yang diperoleh dari supervisi itu? 4. Kegiatan apa saja supervisor yang telah dilakukan disekolah? 5. Manfaat apa saja hasil supervisi itu? E. Tujuan penelitian Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk ; 1. Meningkatkan mutu kinerja kearah yang lebih baik; 2. Mengetahui supervisi yang dilaksanakan dan di awasi oleh supervisior sesuai d engan kinerja guru. 3. Mengetahui manfaat yang diperoleh dari supervisi 4. Mengetahui kegiatan supervisior yang dilakukan di sekolah 5. Mengetahui manfaat supervisi F. Manfaat penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepala sekolah khusunya guru agar dapat meningkatkan kinerja dalam pembuata n administrasi kelas melalui supervisi kelas. Yang pada akhirnya dapat meningkat kan kualitas kerja guru yang lebih bermutu kedepannya.

Bab II Kajian Pustaka A. Pengantar Sekolah dasar cimanuk 2 merupakan sekolah dasar yang terletak di sebuah perkampungan yang padat penduduk yaitu terletak kampung cimanuk, yang mana letak nya sangat strategis untuk di jangkau dari berbagai arah tujuan. Dan terletak di jalan pariwisata cikoromoy, di mana setiap orang kenal tempat terebut, dan jala n menuju ke tempat pariwisata tersebut melalui sekolah dasar negeri cimanuk 2, d ari tahun ke tahun jumlah murid yang masuk kesekolah dasar negeri cimanuk sangat banyak karena, penduduk sekitar sudah mempercayai bahwa lulusan sekolah dasar n egeri cimanuk 2 mampu bersaing di tingkat sekolah yang lebih tinggi, hal ini ter bukti dengan banyaknya lulusan yang menorehkan prestasinya di sekolah dasar yang kemudian berlanjut ke sekolah yang lebih tinggi baik yang masuk ke suasta maupu n sekolah tinggi negeri. Jumlah murid pada sekolah dasar negeri cimanuk 2 dari tahun ke tahun semakin men ingkat, serta kualifikasi guru yang sudah bersertifikat guru profesional di seko lah dasar negeri cimanuk 2, namun dari sekian banyak kualifikasi guru yang sudah bersertifikat sebagai guru profesional masih banyak kendala-kendala yang konfle k yang semakin hari semakin bertambah, untuk itulah peneliti, melakukan sebuah p enelitian, yang mana penelitian ini melibatkan semua aspek yang ada terutama kin erja guru dalam pengadministrasian kelas yang melalui supervisi kelas. 1) Pengertian kinerja guru Pengertin kinerja guru secara harfiah, kinerja performasi kerja ada pula yang me ngartikan sebagai prestasi kerja, ada pulan yang mengatakan bahwa kinerja merupa kan pengindonesian kata performance, yang artinya yang bearti daya kerja, sedang kan menurut para ahli bahwa kinerja merupakan hasil interaksi antara motivasi de ngan ability, jadi yang dimaksud dengan kinerja guru disinii adalah bagaimana ke mampuan dan motivasi yang ada dalam diri guru guna melakukan kegiatan pembelajar an di sekolah, dengan demikian kinerja guru mempunyai erat dengan produktifitas yang dihasilkan dalam porses pembelajaran merupakan indikator kinerja seorang gu ru, Sebagian guru dianggap mutunya rendah. Benarkah demikian? Masalah rendahnya mutu sekolah di Indonesia ini sudah sangat sering dikeluhkan masyarakat.hal ini pera nan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah di pandang mempunyai kaitan langsung dengan rendah nya mutu guru.Orang tua melihat suatu sekolah terutama dilihat dari mutu gurunya , sebab mutu guru yang rendah menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula.Belum ta ntu dengan adanya sarana dan administrasi yang begitu memadai dapat meningkatkan mutu sekolah. Peningkatan kesejahteraan (gaji) guru lebih mampu meningkatkan mu tu dari pada melalui penyadiaan sarana.di Indonesia bahkan masih banyak sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belim terpenuhi. Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. La ntas masalah apa sajakah yang sebenarnya dihadapi oleh negara-negara berkembang? Apakah mutu guru yang rendah termasuk salah satu masalah yang dihadapi? Apakah penyebab mutu guru itu rendah? Sarana dan fasilitas pendidikan merupakan masalah bagi negara-negara berkembang terutama di Indonesia. Hingga saat ini Indonesia masih merupakan negara yang ren dah tinhkat pendidikannya disbanding negara- negara lain. hal ini dapat disebabk an kurangnya sarana dan fasilitas pendidikan, apalagi masih banyak sekolah yang sarana pendidikannya saja belum terpenuhi. Sarana dan fasilitas dapat menunjang

semangat belajar siswa apalagi dizaman yang modern saat ini, sehingga dapat dika takan bahwa dengan adanya sarana dan fasilitas yang memadai dapat meningkatkan m utu pendidikan. Dapat dipastikan apabila sarana dan fasilitas pendidikan yang me madai akan menciptakan generasi yang lebih berpotensi dan lebih tinggi tingkat p endidikannya. Disamping itu ternyata mutu guru jugu menjadi salah satu unsur yan g menentukan munculnya generasi muda yang berprestasi. Dapat dikatakan tinggi re ndahnya mutu sekolah juga dilihat dari tinggi rendahnya mutu guru. Dengan adanya sarana yang memadai belum tentu dapat meningkatkan mutu sekolah tanpa adanya mu tu guru yang tinggi, karena dengan peningkatan kesejahteraan guru lebih mampu me ningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Menyoal adalah mempermasalahkan tentang suatu hal. Dalam konteks ini yang diperm asalahkan adalah guru dan mutu yang seharusnya dimiliki. Guru merupakan salah sa tu unsur yang dianggap sangat menentukan tinggi rendahnya mutu sekolah. Dalam ke butuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan yang relatif terpenuhi nampak ba hwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan guru lebih mamp u meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Apabila dilihat dari seg i pelaku persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru. Kese jahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. Nonmaterial misalnya kemudaha n naik pangkat, suasana kerja yang sejuk dan perlundungan hukum. Adapun yang ter masuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan dan insentif lainnya. Aspek material khususnya gaji yang harus secara jujur diakui masih sangat minim. Selam a ini banyak guru yang mengeluhkan gaji yang terlalu rendah. Hal ini merupakan s alah satu alasan kurang optimalnya kinerja guru dalam memberikan suatu pengajara n. Suatu ironi memang, ketika semua pihak berusaha memajukan pendidikan, gaji gu ru justru menjadi faktor penghambat utama kemajuan tersebut. Alokasi anggaran se besar 20% pun bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan. Ketika banyak kebutuhan y ang harus dipenuhi maka anggaran sebesar itu akan dianggap sebagai suatu kesia-s iaan belaka. Satu hal yang luput ketika membicarakan mutu guru adalah kualitas y ang dimiliki. Ketika kurangnya gaji begitu dipermasalahkan maka kualitas yang se suai untuk mendapatkan gaji kurang diperhatikan. Kenaikan gaji cenderung hanya upaya mengimbangi laju inflasi. akibatnya secara r iil daya beli para guru umumnya tidak banyak meningkat. Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tidak terpisahkan. Dinegara-negara lain yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, misal Malaysia, mengajarkan bahwa prestasi kerja merupakan fungsi dari i mbalan. Makin tinggi imbalan maka makin tinggi kesungguhan, komitmen dan prodikt ivitas karja serta makin kecil kemungkinan adanya indisipliner (tindakan tidak t aat dengan peraturan yang ada). Belajar dari negara-negara yang tinggi tingkat p endidikannya itulah disediakan sekitar seperempat lebih anggaran untuk sektor pe ndidikan dan dari jumlah itu sebagian besar adalah untuk kesejahteraan guru. Jik a gaji guru meningkat maka akan meningkatkan pula status guru, sehingga mampu me narik calon-calon guru yang berkualitas. Lembaga pendidikan guru bukanlah idola calon mahasiswa atau orangtua, sebab dala m masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosi al status guru diamggap kurang baik karena pendapatannya rendah. Karena itu jabata n guru tidak menarik minat banyak orang dan jiga tidak menarik bagi para putra-p utri terbaik bangsa. Adanya kesempatan untuk menjadi guru yang sempit karena lem baga-lembaga pendidikan justru lebih mengangkat lulusan fakultas murni lantaran kemampuannya dianggap lebih menyebabkan kualitas dan kuantitas yang masuk lembag a pendidikaan guru juga merosot. Konsekuensinya mutu lulusan atau calon guru yan g dihasilkan merosot pula, akibatnya mutu pendidikan akan terus merosot pula. Me lihat kondisi pendidikan saat ini tidak banyak yang dilakukan dalam usaha menari k minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan guru selama faktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan terhadap profesi guru a mat terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, Mengingat pada waktu ini sekol ah terutama dikelola oleh pemerintah. Barangkali anggapan-anggapan yang kurang m enguntungkan bagi pendidikan guru seperti diatas yang menyebabkan calon guru kur ang memiliki motivasi yang kuat. Lebih parah lagi, sebagian yang dididik sebagai calon guru sekarang sebenarnya t idak ingin menjadi guru oleh karena mereka tahu bahwa profesi guru tidak memberi

kan kesempatan kepaada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu samp ai saat ini profesi guru dirasa sebagai kerja paksa artinya terpaksa jadi guru k arena bidang lain tidak bisa menampungnya, tetapi kerja paksa juga dapat diartik an kerja keras tetapi gajinya kecil. Dimasyarakat yang lebih mementingkan pada p emenuhan kebutuhan materi kedudukan atau pekerjaan guru kurang memperoleh nilai tinggi, sebab walaupun tugas guru itu mulia namun tidak memberi keuntungan mater i. Berdasarkan kondisi tersebut maka agaknya repot bagi pendidikan guru untuk me nangkis serangan atau kritik tentang mutu lulusannya.Masyarakat mengeluh anak-an aknya diajar oleh guru yang kurang bermutu disisi lain dikhawatirkan semakin mer osotnya minat calon mahasiswa yang ingin menjadi guru. Keluhan masyarakat dan ke khawatiran tersebut pada akhirnya dialamatkan kepada pemerintah juga. Selain faktor individu dan pendidikannya, sarana dan prasarana yang disediakan o leh suatu lembaga penyelenggara pendidikan baik termasuk sekolah negeri dan swas ta tampaknya perlu mendapat perhatian lebih. Saat ini sekolah-sekolah yang ada m asih kurang memperhatikan kelayakan sarana dan prasarana yang dimilikinya. Meman g tidak semua kebutuhan harus terpenuhi. Semua itu tergatung dengan kemampuan da n kebutuhan sekolah yang bersangkutan. Oleh sebab itu, ketersediaan sarana dan p rasarana tiap-tiap sekolah tidak dapat disamaratakan. Namun, untuk pendukung keg iatan belajar-mengajar yang bersifat dasar hendaknya tersedia dengan memadai. Ha l ini diperlukan agar aktifitas belajar mengajar dapat berjalan sesuai harapan, sehinga kinerja guru akan lebih optimal. Memang merupakan suatu dilema dan sangat ironis. Saat kita harus berbicara tenta ng kualitas pengajar maka sarana dan prasarana menjadi hal yang memegang peranan yang sangat penting. Ini dapat dilihat dari ketersediaan sarana untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Ketika kualitas guru yang ada baik, sarana dan prasa rana yang ada di sekolah tidak memadai. Sebaliknya, ada sekolah yang memiliki sa rana dan prasarana yang cukup memadai namun guru yang bersangkutan tidak memanfa atkannya. Entah karena tidak mau atau karena tidak memiliki kemampuan. Hal inila h yang seharusnya mulai disikapi oleh kalangan pendidikan sendiri. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini memang sudah bany ak kebijakan dan strategi untuk memperbaiki mutu sekolah namun hasilnya belum op timal. Jadi sejauh gaji guru masih relatife rendah tampaknya tidak mudah meningk atkan mutu pendidikan. Disitulah titik kelemahan pendidikan di Indonesia, sehing ga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu jika Indonesia benar-benar in gin meningkatkan mutu sekolah, maka sistem penggajian guru secepatnya diperbaiki . Rendahnya gaji guru saat ini sering disebut sebagai faktor utama penyebab turunn ya mutu pendidikan. Namun, benarkah hal itu yang terjadi. Saat ini kita juga har us mulai mempertanyakan kualitas guru secara keseluruhan. Apakah sudah menjadi s eorang guru yang profesional ataukah hanya bekerja demi uang. Apakah guru saat i ni bekerja dengan menggunakan prinsip do it atau hanya berorientasi pada duit. I tu yang harus kita perrtanyakan. Ketika guru hanya mementingkan duit maka profes i guru hanya dianggap suatu pekerjaan untuk menopang hidup. Guru tidak dianggap sebagai suatu profesi mulia yang akan mendidik generasi penerus bangsa. Sebalikn ya, dengan do it maka guru akan memuliakan profesinya sebagai seorang pendidik d an pengajar. Banyak hal selain mengajar yang dapat dilakukan guru untuk mendapat sumber dana. Salah satunya dengan mengadakan penelitian. Di Indonesia masih san gat sedikit guru yang dengan inisiatif sendiri melakuakan penelitian yang berkai tan dengan profesinya. Rata-rata guru hanya mengandalkan gaji yang diterima seba gai sumber pengahasilan. Pola pikir seperti inilah yang harus mulai dirombak unt uk mengembangkan pendidikan kita saat ini. Dari penelitian tindakan sekolah ini peneliti menyimpulkan beberapa hal yang men gakibatkan masih rendahnya mutu guru diantaranya: rendahnya kompetensi guru. Ren dahnya kompetensi guru ini disebabkan oleh kompleksitas kondisi yang mengeliling i guru. Adapun kondisi yang dimaksud adalah : a) masih banyak guru mengajar bukan pada bidang tugasnya. Hal demikian berakibat pada penguasaan dan penyampaian materi tidak dapat berlangsung secara optimal. Alasannya pun sangat bervariasi yakni, di sekolah tidak ada guru lulusan bidang studi tertentu dan demi pemerataan jam mengajar.

b) Guru tidak konsen pada tugasnya. Guru masih mencari uang melalui pekerjaan la in. Hal ini disebabkan gaji yang diterima tidak mencukupi untuk menopang kebutuh an hidupnya. Konsentrasi kesibukannya justru lebih tinggi untuk pekerjaan lain, bukan pekerjaan yang berkaitan dengan persiapan proses pembelajaran. c) Masih banyak guru gagap teknologi, wawasan kependidikannya picik, keterampila n mengajar kurang optimal, tidak terampil mengoperasikan komputer, cakrawala pan dang wawasan kependidikan yang dapat diakses melalui internet tak dapat tercapai oleh karena belum mengenal internet d) Motivasi kerja guru yang rendah. Motivasi kerja yang rendah ini dapat disimak melalui sikapnya dalam mempersiapkan RPP, silabus, perangkat penilaian dan pera ngkat pembelajaran lainnya. Pengadaan perangkat pada umumnya hanya berupa foto k opi teman sekolah lain. Hal lain sebagai indikator motivasi kerja rendah adalah belum terciptanya budaya membaca bagi kalangan guru. Artinya, membaca untuk mena mbah pengetahuan yang berkaitan dengan materi pelajaran dari berbagai referensi ataupun membaca rang berkaitan dengan wawasan kependidikan belum banyak dilakuka n oleh sebagian besar guru. Padahal membaca mempunvai kontribusi yang sangat bes ar bagi pengembangan profesi guru. Berdasarkan kondisi di atas perlu adanya gera kan serentak memperbaiki mutu guru Indonesia. Gerakan ini menyangkut pihak pemer intah, lembaga pencetak guru, kemauan guru itu sendiri dan masyarakat sebagai ag en pemasok calon guru maupun pengguna guru. Melalui penelitian ini terdapat banyak sekali kinerja guru dalam pengadministras ian yang belum terlaksana secara sempurna dan tepat waktu, serta mengena pada ap a yang menjadi tujuan utama dalam kinerja guru sebagai pengadminitrasian kelas, maka melalui supervisi atau perbaikan kearah yang lebih baik lagi untuk menuju k inerja guru dalam pengadministrasian kearah yang lebih baik lagi, sehingga sesua i dengan supervisi kelas b) supervisi kelas 1) Pengertian Dan Sasaran Supervisi Kelas Dalam organisasi pendidikan (dalam hal ini sistem sekolah), istilah supervisi su dah lama dikenal dan dibicarakan. Istilah supervisi kelas mengacu kepada misi utam a pembelajaran, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan prestasi akademik. Dengan kata lain, supervisi kelas adalah keg iatan yang berurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelaja ran di sekolah. Dalam konteks profesi pendidikan, khususnya profesi mengajar, mutu pembelajaran merupakan refleksi dari kemampuan profesional guru. Karena itu, supervisi kelas berkepentingan dengan upaya peningkatan kemampuan profesional guru yang berdampa k terhadap peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Dengan demikian fungs i supervisi kelas adalah salah satu mekanisme untuk meningkatkan kemampuan profe sional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik pula. Dalam analisis terakhir, keefektifan supervisi kelas indikatornya adalah peningkatan hasil belajar peserta didik. Sasaran supervisi kelas adalah: a. Proses pembelajaran peserta didik. b. Menjadikan kepala sekolah dan guru sebagai professional learners. c. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk memiliki kemampuan manajemen sumber daya pendidikan a. Proses pembelajaran peserta didik. Proses pembelajaran peserta didik mempunyai tujuan untuk meningkatkan mutu prose s dan hasil pembelajaran. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, se perti: guru, peserta didik, kurikulum, alat dan buku-buku pelajaran, serta kondi si lingkungan sosial dan fisik sekolah. Dalam konteks ini, guru merupakan faktor yang paling dominan. Karena itu, supervisi kelas menaruh perhatian utama pada u paya-upaya yang bersifat memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih mampu dalam melaksanakan tugas pokokn ya, yaitu melaksanakan dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diref leksikan dalam kemampuan-kemampuan, antara lain: (1) Kemampuan merencanakan kegi atan pembelajaran; (2) Kemampuan melaksanakan kegiatan pembelajaran; (3) Kemampu an menilai proses dan hasil pembelajaran;(4) Kemampuan memanfaatkan hasil penila ian bagi peningkatan layanan pembelajaran; (5) Kemampuan memberikan umpan balik

secara tepat, teratur, dan terus-menerus kepada peserta didik; (6) Kemampuan mel ayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar; (7) Kemampuan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan; (8) Kemampuan mengembangkan dan memanfaatk an alat bantu dan media pembelajaran; (9) Kemampuan memanfaatkan sumber-sumber b elajar yang tersedia; (10) Kemampuan mengembangkan interaksi pembelajaran (strat egi, metode, dan teknik) yang tepat; dan (11) Kemampuan melakukan penelitian pra ktis bagi perbaikan pembelajaran. b. Menjadikan kepala sekolah dan guru sebagai professional learners. Sasaran lain dari supervisi pendidikan adalah menjadikan kepala sekolah dan guru sebagai professional learners, yaitu para profesional yang menciptakan budaya b elajar dan mereka mau belajar terus menyempurnakan pekerjaannya. Budaya ini memu ngkinkan terjadinya peluang inovasi dari bawah (bottom-up innovation) dalam pros es pembelajaran Pemberdayaan akuntabilitas profesional guru hanya akan berkembang apabila diduku ng oleh penciptaan budaya sekolah sebagai organisasi belajar. Istilah organisasi belajar dimaksudkan sebagai suatu organisasi di mana para anggotanya menunjukka n kepekaan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dan berupaya untuk mengatasi m asalah tersebut tanpa desakan atau perintah dari pihak luar. Kepala sekolah dan guru tidak hanya bekerja menunaikan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadany a, melainkan pula memiliki sikap untuk selalu meningkatkan mutu pekerjaannya, da n oleh karenanya mereka terus belajar untuk mempelajari cara-cara yang paling ba ik. Mereka dapat dikelompokkan sebagai professional learners . c. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk memiliki kemampuan manajemen sumbe r daya pendidikan Kemampuan manajemen sumber daya pendidikan meliputi kemampuan dalam pengadaan, p enggunaan/pemanfaatan, dan merawat/memelihara. Hal ini disebabkan karena aspek y ang akan mendukung pemberdayaan akuntabilitas profesional guru adalah tersediany a sumber daya pendidikan untuk mendukung produktivitas sekolah, khususnya menduk ung proses pembelajaran yang bermutu. Alat peraga, alat pelajaran, fasilitas lab oratorium, perpustakaan, dan sejenisnya sangat diperlukan bagi terwujudnya prose s pembelajaran yang bermutu. Sumber daya pendidikan seperti itu memungkinkan pes erta didik terlibat secara aktif melalui bervariasinya kegiatan pembelajaran yan g lebih kaya. 2. Prinsip-Prinsip Supervisi Kelas Supervisi kelas dilaksanakan atas dasar keyakinan sebagai berikut: a. Pengawasan terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran (PBM) hendaknya menar uh perhatian yang utama pada peningkatan kemampuan profesional gurunya, yang pad a gilirannya akan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran; b. Pembinaan yang tepat dan terus-menerus yang diberikan kepada guru-guru berkon tribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran; c. Peningkatan mutu pendidikan melalui pembinaan profesional guru didasarkan ata s keyakinan bahwa mutu pembelajaran dapat diperbaiki dengan cara paling baik di tingkat sekolah/kelas melalui pembinaan langsung dari orang-orang yang bekerjasa ma dengan guru-guru untuk memperbaiki mutu pembelajaran; d. Supervisi yang efektif dapat menciptakan kondisi yang layak bagi pertumbuhan profesional guru-guru. Kondisi ini ditumbuhkan melalui kepemimpinan partisipatif , di mana guru-guru merasa dihargai dan diperlukan. Dalam situasi seperti ini ak an lahir saling kepercayaan antara para pembina (pengawas, kepala sekolah) denga n guru-guru, antara guru dengan guru, dan di antara pembina sendiri. Guru-guru a kan merasa bebas membicarakan pekerjaannya dengan pembina jika ada keyakinan bah wa pembina akan menghargai pikiran dan pendapatnya; e. Supervisi yang efektif dapat melahirkan wadah kerjasama yang dapat mempertemu kan kebutuhan profesional guru-guru. Melalui wadah ini, guru-guru memiliki kesem patan untuk berpikir dan bekerja sebagai suatu kelompok dalam mengidentifikasi d an memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari di bawah bimbingan pembina dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran; f. Supervisi yang efektif dapat membantu guru-guru memperoleh arah diri, memaham i permasalahan-permasalahan yang dihadapi sehari-hari, belajar memecahkan masala h yang dihadapi sehari-hari dengan imajinatif dan kreatif. Dalam suasana seperti itu, pemikiran dan alternatif pemecahan masalah, maupun gagasan inovatif akan m

uncul dari bawah dalam upaya menyempurnakan proses pembelajaran tanpa menunggu i nstruksi atau petunjuk dari atas. Dengan demikian, supervisi yang efektif dapat merangsang kreativitas guru untuk memunculkan gagasan perubahan dan pembaruan ya ng ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran; dan g. Supervisi yang efektif hendaknya mampu membangun kondisi yang memungkinkan gu ru-guru dapat menunaikan pekerjaanya secara profesional, ketersediaan sumber day a pendidikan yang diperlukan memberi peluang kepada guru untuk mengembangkan pro ses pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan supervisi kelas diwujudkan oleh para supervisor dalam bentuk sikap dan tindakan yang dilakukan dalam interaksi antara supervisor dengan guru-guru. Kegi atan tersebut selain memperhatikan konsep/teori di atas sebagai landasan dan key akinan dalam melaksanakan tugas dan fungsionalnya, supervisor juga perlu memperh atikan dan berpedoman pada prinsip-prinsip supervisi, yaitu ; a. Supervisi hendaknya dimulai dari hal-hal yang positif; b. Hubungan antara para pengawas dengan guru-guru hendaknya didasarkan atas hubungan kerja secara profesional; c. Pembinaan profesional hendaknya didasarkan pada pandangan objektif; d. Pembinaan profesional hendaknya didasarkan atas hubungan manusiawi yang sehat; e. Pembinaan profesional hendaknya mendorong pengembangan inisitif dan kreativitas guru-guru; f. Pembinaan profesional harus dilaksanakan terus-menerus dan berkesinambungan; g. Pembinaan profesional hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan masingmasing guru; dan h. Pembinaan profesional hendaknya dilaksanakan atas dasar rasa kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan, dan keteladanan. 2). Peranan Dan Perilaku Supervisor a. Peranan Supervisor Pembinaan profesional dilakukan karena satu alasan, yaitu memberdayakan akuntabi litas profesional guru yang pada gilirannya meningkatkan mutu proses dan hasil p embelajaran. Untuk maksud tersebut, para supervisor hendaknya melakukan peranan sebagai berikut: 1) Peneliti. Seorang supervisor dituntut untuk mengenal dan memahami masalah-mas alah pengajaran. Karena itu ia perlu mengidentifikasi masalah-masalah pengajaran dan mempelajari faktor-faktor atau sebab-sebab yang mempengaruhinya. 2) Konsultan atau Penasihat. Seorang supervisor hendaknya dapat mem-bantu guru u ntuk melakukan cara-cara yang lebih baik dalam mengelola proses pembelajaran. Ol eh sebab itu, para pengawas hendaknya selalu mengikuti perkembangan masalah-masa lah dan gagasan-gagasan pendidikan dan pengajaran mutakhir. Ia dituntut untuk ba nyak membaca dan menghadiri pertemuan-pertemuan profesional, sehingga ia memilik i kesempatan untuk saling tukar informasi tentang masalah-masalah pendidikan dan pengajaran yang relevan, yaitu gagasan-gagasan baru mengenai teori dan praktik pengajaran. 3) Fasilitator. Seorang supervisor harus mengusahakan agar sumber-sumber profesi onal, baik materi seperti buku dan alat pelajaran maupun sumber manusia yaitu na rasumber mudah diperoleh guru-guru. Dengan perkataan lain, hendaknya supervisor dapat menyediakan kemudahan-kemudahan bagi guru dalam melaksanakan tugas profesi onalnya. 4) Motivator. Seorang supervisor hendaknya membangkitkan dan memelihara kegairah an kerja guru untuk mencapai prestasi kerja yang semakin baik. Guru-guru didoron g untuk mempraktikkan gagasan-gagasan baru yang dianggap baik bagi penyempurnaan proses pembelajaran, bekerjasama dengan guru (individu atau kelompok) untuk mew ujudkan perubahan yang dikehendaki, merangsang lahirnya ide baru, dan menyediaka n rangsangan yang memungkinkan usaha-usaha pembaruan dapat dilaksanakan dengan s ebaik-baiknya. 5) Pelopor Pembaharuan. Para supervisor jangan merasa puas dengan cara-cara dan hasil yang sudah dicapai. Pengawas harus memiliki prakarsa untuk melakukan perba ikan, agar guru pun melakukan hal serupa. Ia tidak boleh membiarkan guru mengala

mi kejenuhan dalam pekerjaannya, karena mengajar adalah pekerjaan dinamis. Guruguru perlu dibantu untuk menguasai kecakapan baru, untuk itu para supervisor har us menyusun program latihan dan pengembangan dengan cara merencanakan pertemuan atau pena-taran sesuai dengan kebutuhan setempat. Supervisi sebagai pembinaan pr ofesional guru diwujudkan dalam perilaku para supervisor sebagai pembina. b. Perilaku Supervisor Perilaku supervisor tergantung pada pemahamannya mengenai tujuan pembinaan profe sional. Jika dianalisis, tingkat kualitas perilaku pembinaan berwujud: (1) mempe rhatikan, (2) mengerti atau memahami, (3) membantu dan membimbing, (4) memupuk e valuasi diri bagi perbaikan dan pengem-bangan, (5) memupuk kepercayaan diri, dan (6) memupuk, mendorong bagi pengembangan inisiatif, kreativitas, dan pertumbuha n diri secara profesional. Supervisor diharapkan memiliki perilaku pembinaan profesionalnya pada tingkat te rtinggi. Secara rinci ciri supervisor yang baik adalah (1) Baik hati, (2)Murah h ati, (3) Mendengarkan Anda, (4) Menyemangati Anda, (5) Mempercayai Anda, (6) Men jaga kepercayaan diri, (7) Memberi kesempatan untuk memahami, (8) Membantu Anda, (9) Mendengar dan memperhatikan pendapat Anda., (10) Menyampaikan hasil kerja A nda, (11) Tidak gampang menyerah, (12) Membuat Anda merasa pintar, (13) Menggang gap mitra, (14) Menyatakan kebenaran, (15) Memaafkan 3. Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Dalam melaksanakan proses supervisi pengajaran, terdapat empat tahap kegiatan ya ng memerlukan kriteria serta teknik tertentu, agar dapat berjalan lancar, yaitu: (1) Tahap Perencanaan, (2) Tahap Pelaksanaan, (3) Tahap Pelaporan dan (4)Tahap Tindak Lanjut. 1. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan supervisor harus menyiapkan dan menentukan metode serta p endekatan yang akan digunakan dalam kegiatan supervisi. Beberapa kriteria dan teknik perencanaan supervisi antara lain: (1) mengadakan p ertemuan dengan guru dalam suasana yang menyenangkan, tidak mengancam dan menakuti ; (2) menentukan bersama segi apa yang harus diamati selama pelajaran berlangsun g dan bagaimana mencatat hasil observasi; (3) jika ada, supervisor menanyakan pe ngalaman penampilan masa lalu untuk melihat segi-segi atau sub-keterampilan yang akan diperbaiki atau disempurnakan; dan (4) berdasarkan pertemuan awal dengan g uru tersebut, maka supervisor menyiapkan dan menyusun format program supervisi y ang digunakan untuk mengarahkan kegiatan supervisi yang akan dilaksanakan. Program supervisi yang baik disusun secara realistis yang dikembangkan berdasark an kebutuhan setempat di sekolah itu atau di wilayah itu. Untuk menyusun program seperti itu, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi Masalah Proses Pembelajaran Mengidentifikasi masalah-masalah proses pembelajaran yang dihadapi guru sehari-h ari yang ada di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melakukan observasi kelas, menyelenggarakan rapat sekolah, wawancara informal atau pertem uan pribadi dengan guru, menghadiri pertemuan MGBS, SPKG/PKG, analisis laporan d aya serap, dan cara lain yang dapat dilakukan sesuai dengan kreativitas para pem bina sendiri. b. Menganalisis Masalah Masalah-masalah profesional yang berhasil diidentifikasi, selanjutnya perlu dika ji lebih lanjut dengan maksud untuk memahami esensi masalah yang sesungguhnya da n faktor-faktor penyebabnya, selanjutnya masalah-masalah tersebut diklasifikasi dengan maksud untuk menemukan masalah yang mana yang dihadapi oleh kebanyakan gu ru di sekolah atau di wilayah itu. c. Merumuskan cara-cara pemecahan masalah Dalam proses pengkajian terhadap berbagai cara pemecahan yang mungkin dilakukan, setiap alternatif pemecahan dipelajari kemungkinan keterlaksanaannnya dengan ca ra mempertimbangkan faktor-faktor peluang yang dimiliki, seperti fasilitas dan k endala-kendala yang mungkin dihadapi. Alternatif pemecahan masalah yang terbaik adalah alternatif yang paling mungkin dilakukan, dalam arti lebih banyak faktorfaktor pendukungnya dibandingkan dengan kendala yang dihadapi. Di samping itu, a lternatif pemecahan yang terbaik memiliki nilai tambah yang paling besar bagi pe ningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa.

d. Implementasi Pemecahan masalah Saat yang paling kritis dalam setiap upaya perbaikan pengajaran adalah apakah gu ru-guru mempraktikkan gagasan yang telah dipahaminya di kelas. Hasil pemecahan m asalah bukan sekedar untuk dipahami, akan tetapi yang lebih penting adalah pelak sanaannya di kelas. Hal ini sangat penting, karena upaya perbaikan atau pembahar uan pengajaran apapun tidak akan mempunyai dampak terhadap peningkatan proses da n hasil belajar mengajar apabila tidak dipraktikkan di kelas. e. Evaluasi dan Tindak lanjut Evaluasi dalam supervisi adalah proses pengumpulan informasi yang diperlukan unt uk selanjutnya digunakan bagi upaya perbaikan pengajaran lebih lanjut. Bahan-bah an yang diperoleh tersebut selanjutnya dimanfaatkan untuk menyusun kegiatan tind ak lanjut yang sekaligus menjadi masukan penyusunan program pembinaan selanjutny a B. Usulan dan inovasi yang diharapkan Adapun usulan dari peneliti terhadap kenyataan yang ada pada sekolah dasar neger i cimanuk 2 mekalui penelitian tindakan sekolah ini yaitu : 1. Perlu adanya pembinaan guru dalam pengadminitrasian kelas 2. Perlu adanya kualifikasi guru yang berprofesional bukan hanya sekedar sertifi kat guru profesional saja.

Bab III Metode Penelitian A. Pentahapan Penelitian Tindakan Berangkat dari keinginan peneliti sebagai kepala sekolah, kearah yang lebih baik dalam mengupayakan mutu kinerja guru dalam pengadminitrasian kelas melalui supe rvisi kelas, maka di lakukan penelitian tindakan sekolah ini. Yaitu dengan cara : Pengumpulan data yaitu data yang sesuai dengan keadaan di lapangan, khususnya ca ra kinerja guru dalam pengadministrasian kelas melalui supervisi kelas, yang pen eliti tuangkan dalam bentuk tulisan-tulisan yang peneliti rangkai menjadi sebuah karya tulis sebagai acuan demi melakukan perubahan. B. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian ini berlokasi di sekolah dasar negeri cimanuk 2 yang mana pene litian ini pada waktu proses belajar mengajar guru, dan waktu waktu luang sepert i istirahat. Dan penelitian ini memakan waktu kurang lebih satu bulan. C. Subjek penelitian Ada pun yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru sebagai administator kela s dan tindakan kelas, serta melibatkan supervisior sebagai peneliti.

D. Tindakan Ada pun tindakan peneliti sebagai supervisior dalam penelitian ini yaitu melakuk an beberapa tindakan yang menuju kepada sekolah yang diinginkan yaitu Situasi sekolah Situasi yang diharapkan 1. Kinerja guru dalam pembuatan RPP dan administrasi lainya tidak tepat waktu 2. Kurangnya kemampuan guru dalam pengadministrasian kelas sehingga menghambat p ada kinerjanya 1. Kinerja guru dalam pengadministrasian tepat waktu 2. Kemampuan guru yang mampu mengadministrasikan segala bentuk tugas sekolah ter utama pengadminitrasian kearah yang baik E. Teknik pengumpulan data Adapun tekhnik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu penelitian langsung melalui fakta yang nyata dan deskriftif dari sumber-sumber yang ada.

F. Teknik anlisis data Dalam teknik anlisis data peneliti menggunakan peneliti deskriftif teoritis yang bersifat nyata yaitu Situasi sekolah Situasi yang diharapkan 1. Kinerja guru dalam pembuatan RPP dan administrasi lainya tidak tepat waktu 2. Kurangnya kemampuan guru dalam pengadministrasian kelas sehingga menghambat p ada kinerjanya 1. Kinerja guru dalam pengadministrasian tepat waktu 2. Kemampuan guru yang mampu mengadministrasikan segala bentuk tugas sekolah ter utama pengadminitrasian kearah yang baik ptk 3 ToT CALON INSTRUKTUR KKG TAHUN 2009 PRIHATIN DENGAN SALAH SATU SEKOLAH DI KAB. LANDAK PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH BAGI PENGAWAS SEKOLAH Ditulis oleh jeperis di/pada 23 Maret, 2009 A. Pengantar Ada enam dimensi kompetensi pengawas satuan pendidikan yang telah disyahkan oleh BSNP dengan Peraturan Menteri No. 12 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas. Ke enam dimensi kompetensi tersebut adalah kompetensi kepr ibadian, kompetensi social, kompetensi supervise manajerial, kompetensi supervis e akademik, kompetensi evaluasi pendidikan dan kompetensi penelitian pengembanga n.

Pada bulan November tahun 2006 bersamaan dengan uji publik standar kualifikasi d an kompetensi pengawas satuan pendidikan yang dilaksanakan BSNP di 33 propinsi, Direktorat Tenaga kependidikan melaksanakan uji coba tes kompetensi pengawas pen didikan menengah dengan mengunakan instrumen uji kompetensi yang telah disusun b erdasarkan enam dimensi kompetensi di atas. Hasil uji coba tes kompetensi pengaw as satuan pendidikan menunjukkan bahwa secara nasional nilai rata-rata penguasaa n kompetensi pengawas satuan pendidikan adalah 39,55 dari maksimum skor 70 atau baru mencapai 56,50 %. Penguasaan kompetensi tersebut dinilai masih rendah sebab belum mencapai 69 %. Khusus untuk pengawas pendidikan menengah nilai rata-ratan ya mencapai 39,74 artinya sedikit berada di atas rata-rata nasional (39,74 > 39, 55). Dari enam dimensi kompetensi pengawas satuan pendidikan, ada tiga dimensi kompet ensi yang nilainya di bawah nilai rata-rata keseluruhan kompetensi. Ketiga kompe tensi tersebut adalah kompetensi supervisi manajerial (37,18), kompetensi superv isi akademik (36,30) dan kompetensi penelitian dan pengembangan (38,15). Penelitian dan pengembangan merupakan salah satu kegiatan pengembangan profesi y ang dapat dilakukan oleh pengawas. Terdapat lima macam kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan pengawas yaitu : 1. Melaksanakan kegiatan penelitian tindakan sekolah dalam bidang pendidikan/ kepengawasan ; 2. Menyusun pedoman pelaksanaan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial 3. Menyusun petunjuk teknis pelaksanaaan tugas pokok dan fungsi pengawas; 4. Menciptkan karya seni; 5. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan dan kepengawasan.. Semua unsur pengembangan profesi memerlukan kemampuan dalam bidang penelitian da n pengembangan. Terlebih lagi kegiatan pengembangan profesi yang pertama yakni m elaksanakan kegiatan penelitian tindakan sekolah dalam bidang pendidikan/ kepeng awasan. Kegiatan ini sangat penting bagi pengawas mengingat penelitian tindakan sekolah bagi pengawas berfungsi ganda. Pertama berfungsi untuk kepentingan penem bangan profesi dan kepentingan tugas pokok kepengawasan. B. SUBSTANSI PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN Ada 3 aspek yang perlu disepakati yaitu : (1). Kajian kepengawasan sebagai dasar dalam menentukan tema dan judul serta perumusan masalah penelitian tindakan kep engawasan, (2) hakekat penelitian tindakan yang direfleksikan dalam penyusunan p roposal PTS, pelaksanaan PTS serta (3) kesepakatan bersama atas beberapa petunju k teknis. Tugas pokok pengawas sebagai dasar dalam menentukan tema/atau judul atau masalah penelitian tindakan kepengawasn adalah sebagai berikut : a. Kegiatan memantau : - supervisi akademik : 1. Pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar s iswa 2. Keterlaksanaan kurikulum tiap mata pelajaran - Supervisi manajerial : 1. Pelaksanaan ujian nasional PSB dan ujian sekolah 2. Pelaksanaan standar nasional pendidikan b. Kegiatan menilai :

- supervisi akademik : kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran/bim bingan - Supervisi manajerial : Kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok f ungsi dan tanggung jawabnya. c. Kegiatan membina : - Supervisi akademik : 1. Guru dalam menyusun silabus dan RPP 2. Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas/laboratorium/lapangan 3. Guru dalam membuat, mengelola dan menggunakan media pendidikan dan pembelajar an 4. Guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan 5. Guru dalam mengolah dan menganalisis data hasil penilaian 6. Guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas - Supervisi manajerial : 1. Kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi se kolah 2. Kepala sekolah dalam mengkoordinir pelaksanaan program bimbingan knseling d. Kegiatan melaporkan dan tindak lanjut. - Supervisi akademik : 1. Hasil pengawasan akademik pada sekolah-sekolah yang me njadi binaanya 2. Menindaklanjuti hasil-hasil pengawasan akademik untuk meningkatkan kemampuan profesional guru - Supervisi manajerial :1. Hasilpengawasan manajerial pada sekolah-sekolah binaa nya 2. Menindaklanjuti hasil-hasil pengawasan manajerial untuk menngkatkan mutu peny elenggaraan pendidikan. C. PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN Penelitian tindakan kepengawasan adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan ol eh pengawas satuan pendidikan dalam melaksanakan tugas-tugas kepengawasan pada s ekolah binaannya. Tujuan : untuk memecahkan masalah dan atau model pemecahan masalah dalam melaksa nakan pengawasan di sekolah-sekolah binaannya. Model penelitiannya menempuh langkah : perencanaan tindakan engamatan refleksi. tindakan observasi/p

Masalah pokok pengawasan mencakup masalah pengawasan akademik dan masalah pengaw asan manajerial yang dihadapi pengawas dalam sekolah-sekolah binaannya. Adapun langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pengawas dalam melakukan peneliti an tindakan kepengawasan adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan proposal PTS

2. Pelaksanaan PTS oleh Pengawas pada sekolah binaan 3. Penulisan Laporan hasil PTS 4. Penulisan artikel ilmiah (Dari berbagai sumber). ptk4 PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH TAHUN 2010-2011 DI KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh : ACHMAD ROSYIDI, S.Pd NIP. 19590922 198409 1 001 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KUTAI TIMUR PENGAWAS TK/SD TAHUN 2010 A. Latar Belakang Masalah Guru yang professional harus memiliki 5 kompetensi yang salah satunya adalah pen yusunan program yaitu menyusun RPP untuk mempersiapkan dalam proses pembelajaran . Hal ini ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Stan dar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kua lifikasi dan Kompetensi Akademik Guru, dan Permendiknas Nomor 10 Tahun 2009 tent ang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Dalam realitasnya, sebagian besar guru kesulitan dalam menyusun RPP. Salah satu penyebabnya: 1. Terdapat 30 % guru yang membuat RPP dan sudah menerapkan pada disekolahnya 2. Terdapat 30% guru yang sudah mengikuti pelatihan penyusunan RPP namum belum b isa menerapkan pada sekolahnya; 3. Terdapat 40 % guru yang belum pernah mengikuti pelatihan dalam penyusunan RPP , mereka hanya copy paste pada rekannya. Kondisi tersebut, tentu saja tidak dapat dibiarkan terus menerus, tetapi harus a da solusi atau tindakan nyata dari kalangan para pengawa pembina. Berkaitan deng an itu, para guru harus dibina dan difasilitasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyusun RPP. B. Perumusan Masalah dan Cara Pemecahannya Upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP sesungguhnya dapat dilakuka n dengan berbagai cara, antara lain melalui pelatihan, mengikutsertakan guru dal am seminar-seminar dan workshop, menyediakan berbagai panduan dan modul, semilok a, serta berbagai upaya lainnya. Namun dengan mempertimbangkan segala keunggulan dan kelemahannya, maka yang lebih tepat adalah Pelatihan simulasi . Pertimbanga nnya, dengan simulasi guru lebih proaktive dan membentuk karekter diri dalam upa ya untuk menyusun RPP. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, masalah penelitia n dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian: apakah melalui pelatihan p enyusunan pembuatan RPP dapat meningkatkan kinerja guru mapel matematika pada Se kolah Binaan SD Kabupaten Kutai Timur ? Rencana Pemecahan : o Rencana pemecahan masalah ini dilakukan dengan pelatihan simulasi penyusunan R PP pada guru mapel matematika untuk meningkatkan kinerja guru. o Adapun pengambilan keputusan tersbut dapat merubah paradigma guru didalam meny usun RPP yang sesuai dengan ketercapaian kompetensi dasar yang dituntut di dalam KTSP. C. Tujuan Penelitian Tindakan

Sejalan dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama dalam penyusunan RPP adal ah membantu Guru Mapel matematika dalam menyusun RPP sehingga dapat menjadi acua n di dalam proses pembelajaran, sehingga ketuntasan minimal dapat tercapai.

D. Manfaat Penelitian Tindakan Penelitian tindakan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan. Pert ama, memberikan manfaat yang besar dalam pemecahan masalah guru dalam penyusunan RPP yang. Kedua, Keberadaan guru mapel matematika semakin diakui dan di kalanga n para guru. Ketiga, kemampuan pengawas sekolah dapat lebih meningkat untuk mela kukan pembinaan kepada guru. Keempat, kemampuan guru maupun kemampuan para siswa di sekolah dipastikan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut meningkat. E. Kajian Pustaka Penelitian ini memerlukan referensi yang relevan dengan konsep, prinsip, dan pro sedur pelaksanakan penelitian tindakan sekolah, seperti buku-buku dan jurnal ten tang topik penelitian pada umumnya yang berkaitan langsung dengan penelitian tin dakan. Di samping itu, perlu juga melakukan kajian pustaka tentang RPP, seperti kedudukan, tugas pokok, fungsi, peranan, dan program-program serta kinerja yang dapat dilaksanakan oleh guru. Selanjutnya, perlu pula melakukan kajian terhadap kemungkinan dampak yang dapat diperoleh dari pemberdayaan guru di Sekolah. F. Metode Penelitian 1. Jenis Tindakan Penelitian ini dilaksanakan di SD Binaan Kabupaten Kutai Timur, khususnya guru m ata pelajaran matemtika. Jumlah guru yang terlibat sebanyak 45 orang guru. 2. Persiapan Tindakan Pelaksanaan penelitian ini akan didahului dengan melakukan persiapan berupa sken ario kegiatan, jadwal waktu dan tempat, narasumber yang diperlukan, sarana pendu kung lainnya, seperti sumber belajar, lembar observasi, serta rubrik penilaian p roposal dan laporan penelitian sekolah yang dibuat. 3. Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan ini akan mengintrodusir pemberdayaan guru mapel matemtika SD pada SD di Kabupaten Kutai Timur dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai ber ikut: Seiring dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan guru akan dilakukan pengamatan terhadap proses dan progres serta hasil-hasil lainnya. Untuk keperluan ini, pene liti melaksanakan sendiri dengan bantuan alat lembar observasi serta rubrik, yan g dipersiapkan sebelumnya. 4. Evaluasi dan Refleksi Pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi dalam bentuk forum presentasi propos al dan laporan singkat hasil penelitiannya, dengan meminta bantuan reviewer dari kalangan perguruan tinggi. Berdasarkan hasil yang diperoleh selama proses kegiatan pemberdayaan guru serta hasil evaluasi yang dilakukan akan dilanjutkan dengan refleksi, untuk menemukan hal-hal positif dan hal-hal negatif yang masih memerlukan perbaikan. 5. Siklus Tindakan Penelitian ini akan dikakukan minimal dalam dua siklus. Pada siklus pertama, pen eliti akan melaksanakan tindakan seperti yang sudah dipaparkan dalam rencana/per siapan di atas. Pada siklus kedua atau setersusnya akan mengimplementasikan renc ana yang sudah direvisi berdasarkan hasil dan temuan pada siklus pertama atau se belumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki Wibawa, 2004. Penelitian Tindakan Kelas (Editor: Suwondo, Imam Sutadji, d an Johan Susanto). Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen. Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan ad an Pelatihan (TOT) Pengembanngan Profesi bagi Jabatan Funngsional Guru, 11-20 Ju li 2002 di Balai Penataran Guru (BPG) Semarang. Suharsimi, Suhardjono dan Supardi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kasbolah, K, 1980, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta, Depdikbud LBRD Loan . ptk6 PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH UPAYA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PENYERAPAN DUDI (DUNIA KERJA DAN DUNIA INDUSTRI ) TERHADAP LULUSAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SANGATTA

Oleh: JAMHARI SP NUPTK : 7737 7476 5020 0022 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MUHAMMADIYAH 1 SANGATTA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rakhma tnya penulis dapat mengikuti Diklat Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah dan Kepa la Sekolah perioda tanggal 21 s.d 26 September 2010 tahap in service learning-1 K erjasama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bi dang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) dengan LPMP Kalimantan Timur. Proposal PTS dengan judul Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia Kerja Dan Dunia Industri Terhadap Lulusan Pada Smk Muhammadiyah 1 Sangatta ini disusun sebagai bagian dan merupakan tugas Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dari Pelatihan tahap pertama (in service learning-1) tersebut, yang selanjutnya untuk ditindaklanjuti/ diimplementasikan dalam Pelatihan tahap kedua (on the job lear ning) yang diselenggarakan selama 1 (satu) bulan di Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK) Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur Kalimantan Timur Berkat bantuan rekan sejawat dan arahan dari narasumber maka proposal ini dapat terwujud, semoga ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran, kh ususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur Kalimantan Timur Samarinda, 26 September 2010.

Penulis, JAMHARI SP DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar Daftar Isi A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Perumusan Masalah E. Pemecahan Masalah F. Tujuan Penelitian G. Manfaat Penelitian H. Kajian Pustaka / Teoritis 1. Pengantar 2. Pengajaran Orientasi Link And Match I. Metode Penelitian Daftar Pustaka Lampiran - lampiran 2 3 4 5 5 6 6 6 7 7 7 10 16 21

A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan SMK ibarat mengasah pisau bermata dua; Mata kanan dipersiapkan p ada penyiapan tenaga terampil sehingga mampu mengisi peluang kerja. Sementara Ma ta kiri lulusan SMK juga harus mampu bersaing di Perguruan Tinggi. Kenyataan bah wa lulusan SMK tidak sedikit melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun demikian tid ak semua lulusan SMK mampu bersaing di dunia kerja. Berbagai faktor mempengaruhi tingkat persaingan kerja; penguasaan teknologi tertinggal; attitude yang belum siap, serta jiwa kemandirian yang belum terbangun dengan matang. Pada persaingan ke Perguruan Tinggi SMK masih dianak tirikan, prestasi siswa SMK belum bisa dip ergunakan masuk di Perguruan Tinggi tanpa seleksi. Berbeda dengan siswa SMA yang berprestasi (Mendiknas, kaltim post, jum at 14 Mei 2010), pada jalur regulerpun r ata-rata kalah bersaing dengan lulusan SMA, karena materi test di Perguruan Ting gi lebih banyak materi umum yang dominan di ajarkan pada SMA. Berfokus pada SMK sebagai lembaga pendidikan untuk penyiapan tenaga terampil / s kill. Maka kompetensi lulusan harus relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Perkem bangan penerapan teknologi yang cukup pesat pada dunia industri belum sepadan de ngan penguasaan teknologi bagi guru dan siswa serta kemampuan sekolah mengadakan peralatan teknologi terbaru. Sehingga kenyataan yang ada selama ini tingkat day a saing lulusan SMK Muhammadiyah 1 Sangatta dalam mengisi peluang kerja di Wilay ah Kutai Timur khususnya masih rendah dan masih kalah bersaing dengan tenaga ker ja dari luar Kutai Timur. Dengan penelitian ini diharapkan akan diketahui dan temukan solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas lulusan siswa SMK Muhammadiyah 1 Sangatta. Sehingga mampu bersaing dalam pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di Dunia Usaha dan Dunia Indust ri di Kutai Timur khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya. B. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Kompetensi lulusan SMK Muhammadiyah 1 Sangatta belum sesuai yang diharapka n oleh pasar kerja; 2. Kompetensi guru rendah dan tertinggal khususnya pada penguasaan perkembang an teknologi; 3. Beban ngajar guru khususnya produktif banyak ; rata rata diatas 32 jam per minggu;

4. Sarana alat praktik siswa tertinggal dan kurang; 5. Motivasi belajar siswa rendah; C. PEMBATASAN MASALAH Dalam penelitian ini, dari masalah masalah yang telah teridentifikasi sebagaiman a tersebut diatas, maka penelitian ini dibatasi pada rendah penyerapan lulusan o leh Dunia Usaha dan Industri . D. PERUMUSAN MASALAH Berdasarlan latar belakangdan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, ma ka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut; Bagaimana langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kualitas kompetensi lulus an agar dapat terserap di Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dudi) ? E. PEMECAHAN MASALAH Sebagaimana rumusan masalah tersebut diatas, maka dalam pemecahan masalah pada p enelitian ini akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut ; 1. Melakukan IHT ( In House Trining) sekolah, guru dan perwakilan Industri 2. Workshop penyusunan KTSP dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari hasi l IHT. 3. Melakukan penelitian kualitatif yang menganalisis ; 1. Standar Kompetensi Lulusan, 2. Standar kompetensi penerimaan tenaga kerja oleh DUDI 3. Penguasaan d an kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan pemanfaat media alat pembelajara n. F. TUJUAN PENELITIAN Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk ; 1. Meningkatkan penyerapan Dudi terhadap lulusan; 2. Mengetahui langkah langkah yang tepat dalam upaya keterserapan lulusan di Dudi. G. MANFAAT PENELITIAN Penelitian Tindakan Sekolah diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Kepala Seko lah dalam memecahkan masalah kualitas lulusan, meningkatnya kepedulian Dudi untu k terlibat langsung maupun tidak langsung dalam upaya peningkatan kualitas pendi dikan, pada akhirnya meningkatnya keterserapan lulusan pada Dudi. H. KAJIAN PUSTAKA / TEORITIS 1. Pengantar Ditinjau secara sistemik, pendidikan kejuruan pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan. Evans & Edwin (1978:24) mengemukakan bahwa pendidi kan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan indivi du pada suatu pekerjaan atau kelompok pekerjaan. Harris seperti yang dikuti p oleh Slamet (1990:2), menyatakan pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai individu untuk kebutuhan sosialnya. Menurut House Committee on Education and Labour (HCEL ) pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidika n dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia k erja yang dipandang sebagai latihan keterampilan (Malik, 1990:94). Nationa l Council for Research into Vocational Education Amereka Serikat (NCRVE, 1981:15), Pendidikan kejuruan merupakan subsistem pendidikan yang secara khusus membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki lapangan kerja. bahwa salah satu ciri pendidikan kejuruan dan yang sekaligus membedakan den gan jenis pendidikan lain adalah orientasinya pada penyiapan peserta didik u ntuk memasuki lapangan kerja. bahwa pendidikan kejuruan mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pa da bidang tertentu, berarti pula mempersiapkan mereka agar dapat memperoleh kehi dupan yang layak melalui pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing s erta norma-norma yang berlaku. Ciri pendidikan kejuruan sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja dapat dime ngerti karena secara historis pendidikan kejuruan merupakan perkembangan dari l atihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola magang (apprenticeship) (E vans & Edwin, 1978:36). Pada pola latihan dalam pekerjaan peserta didik belajar sambi l langsung bekerja sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus ditu

njuk sebagai instruktur, sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan men dapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Walaupun demikian pola la tihan dalam pekerjaan memiliki keunggulan karena peserta didik dapat lang sung belajar pada keadaan yang sebenarnya sehingga mendorong dia belajar secara inkuiri (Elliot, 1983:15). Ditinjau dari tujuannya, menurut Thorogood (1982:328) di sebagian besar negara O rganization for Economic cooperation and Development (OECD) pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1) memberikan bekal keterampilan individual dan keterampilan y ang laku di masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis d apat menopang kehidupannya, (2) membantu peserta didik memperoleh atau mempert ahankan pekerjaan dengan jalan memberikan bekal keterampilan yang berkaitan den gan pekerjaan yang diinginkannya, (3) mendorong produktivitas ekonomi secara reg ional maupun nasional, (4) mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk menopang p erkembangan ekonomi dan industri, (5) mendorong dan meningkatkan kualitas masyar akat. Sedangkan Thorogood, Evans seperti yang dikutip oleh Wenrich & Wenrich (1974:63 ) menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1) menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh masyarakat, (2) meningkatkan pilihan pekerjaa n yang dapat diperoleh oleh setiap peserta didik, dan (3) memberikan motivasi ke rja kepada peserta didik untuk menerapkan berbagai pengetahuan yang diperolehnya . Pendidikan tingkat SMK di samping mengemban tugas pendidikan secara umum , pendidikan kejuruan mengemban misi khusus, yaitu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus menghasilkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berdasarkan struktur programnya, khususnya dalam kaitan dengan bagaimana s ekolah kejuruan mendekatkan programnya dengan dunia kerja ( Hadiwiratama (1980:60-69) membagi sekolah kejuruan menjadi lima kategori, yaitu 1. program pengarahan kerja (pre vocational guidance education), 2. program persiapan kerja (employability preparation education), 3. program persiapan bidang pekerjaan secara umum (occupational area preparat ion education), 4. program persiapan bidang kerja spesifik (occupational specific educa tion), dan 5. program pendidikan kejuruan khusus (job specific education). Pada program pengarahan kerja, sekolah memberikan pengetahuan dasar dan u mum tentang berbagai jenis pekerjaan di masyarakat sekaligus menumbuhkan apresia si terhadap berbagai pekerjaan tersebut, sedangkan pada program persiapan kerja, sekolah memberikan dasar-dasar sikap dan keterampilan kerja, meskipun masih ber sifat umum. Dengan program ini diharapkan peserta didik mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan, meskipun tentunya masih harus melalui l atihan di dalam pekerjaan. Untuk program persiapan bidang pekerjaan secara umum, sekolah memberikan bekal guna meningkatkan kemampuan bekerja untuk bidang pekerjaan yang memerlukan peng etahuan, peralatan yang sejenis. Dengan program ini diharapkan peserta didi k mempunyai pilihan lapangan pekerjaan yang lebih jelas dan lebih cepat mengiku ti latihan di dalam pekerjaan. Program persiapan kerja yang spesifik memberikan bekal yang sudah mengarah kepad a jenis pekerjaan tertentu, meskipun belum pada suatu perusahaan tertentu. Lebih khusus lagi adalah program pendidikan kejuruan khusus yang sudah terar ah pada pekerjaan khusus, yaitu mendidik siswa untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh suatu perusahaan tertentu. Kesiapan mental untuk mengembangkan dirinya serta keterampilan dasar untuk seti ap kali dapat menyesuaikan diri kembali pada perubahan tertentu (retrainability) . Dengan bekal tersebut diharapkan lulusan sekolah kejuruan tidak hanya terpanc ang pada jenis pekerjaan yang ada, tetapi juga terdorong untuk mewujudkan lapangan kerja baru dengan mengembangkan prakarsa dan kreativitasnya secara optimal. 2. Pengajaran Orientasi Link And Match Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah

yang mempunyai misi khusus. SMK bertujuan mengutamakan penyiapan siswa untuk m emasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional (Peraturan Pemerint an No.29/1990) sebagai tenaga kerja tingkat menengah pada DUDI. Implementasi dar i SMK yang berorientasi pada dunia kerja, didasarkan pada kebijakan link and mat ch (keterkaitan dan kesepadanan). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995) me rumuskan bahwa secara filosofis link and match merupakan cara pandang bahwa pend idikan adalah bagian integral dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pendid ikan harus dirancang dan dilaksanakan dalam kaitan yang harmonis dan selaras den gan aspirasi dan kebutuhan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga ha silnya akan benar-benar sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang dirasakan oleh mas yarakat. Kebutuhan masyarakat dalam pembangunan adalah sangat luas, bersifat mul tidimensional dan multisektoral mulai dari kebutuhan peserta didik, kebutuhan ke luarga, kebutuhan untuk pembinaan warga negara yang baik, dan kebutuhan dunia ke rja (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993). Secara harfiah link berarti ada pertautan, keterkaitan, atau hubungan interaktif , dan match berarti cocok, sesuai, serasi, atau sepadan (Departemen Pendidikan d an Kebudayaan, 1995). Dalam kaitan ini link and match diartikan sebagai proses p endidikan yang seharusnya sesuai dan terkait langsung dengan kebutuhan pembangun an, sehingga hasilnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan tersebut, baik jumlah, mu tu, jenis, maupun waktunya. Tujuan link and match adalah untuk mendekatkan antar a supply dan demand mutu SDM, terutama yang berhubungan dengan kualitas ketenaga kerjaan, dimana dunia pendidikan sebagai penyedia SDM dan dunia kerja serta masy arakat sebagai pihak yang membutuhkan. Link and match pada dasarnya menyangkut u paya peningkatan sistem pendidikan agar benar-benar berfungsi sebagai wahana ata u instrumen bagi pembangunan dan perubahan sosial, sekaligus bermanfaat sebagai investasi untuk pembangunan masa depan. Secara konseptual dimensi link and match dapat dibedakan menjadi dua bagian, yai tu dimensi internal dan dimensi eksternal. Dimensi internal menyangkut tiga aspek: 1. secara vertikal, dimana program pembangunan pendidikan dan pengembangan ke budayaan harus benar-benar terpadu dan terkait dengan implementasinya di lapanga n,; 2. secara horizontal yaitu upaya meningkatkan keterkaitan secara terpadu dan selaras dengan program pembangunan pendidikan dan pembangunan kebudayaan pada be rbagai unit kerja di lingkungan Lembaga Pendidikan, dan; 3. secara spesial, yaitu upaya untuk meningkatkan keterkaitan secara terpadu dan selaras antara program dengan pelaksanaan pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dimensi eksternal terkait dengan peran dan fungsi pendidikan sebagai instrumen p embangunan nasional khususnya perubahan sosial dalam konteks global. Dimensi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidi kan agar lebih sesuai dengan tuntutan seluruh bidang pembangunan nasional. Implementasi pendidikan berorientasi link and match adalah ; 1. Praktik Kerja Industri (Prakerin)/Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Prakerin atau PSG merupakan perkembangan dari magang yaitu belajar sambil bekerja atau be kerja sambil belajar langsung dari sumber belajar dengan aspek meniru sebagai un sur utamanya dan hasil belajar/bekerja itu merupakan ukuran keberhasilannya. Sistem ganda (dual sistem) dalam hal ini merupakan model penyelenggaraan pendidi kan kejuruan dimana perencanaan dan pelaksanaan pendidikan diwujudkan melalui ke mitraan antara dunia kerja dengan sekolah, dan penyelenggaraan pendidikan berlan gsung sebagian di sekolah dan sebagian lagi di dunia usaha atau industri. Pendidikan dilaksanakan pada dua tempat yaitu pembelajaran dilaksanakan berbasis sekolah (school based learning) dan berbasis kerja (work based learning). Siswa berstatus sebagai pemagang di industri dan sebagai siswa di SMK. Sebagai sistem pendidikan kejuruan yang melaksanakan pembelajaran di sekolah dan industri, yan g mana pembelajaran di sekolah dan pelatihan di industri merupakan dua komponen yang berasal dari program yang tidak terpisahkan. Tujuan dari Prakerin/PSG adalah: a. menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, b. memperkokoh link and match antara SMK dan dunia kerja,

c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan ten aga kerja berkualitas, dan d. memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). 2. Magang Guru di Dudi Teknologi adalah akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan kebutuhan ma nusia dalam mengolah dan menghasilkan karya. Guru sebagai produk pendidikan seca ra berkelanjutan harus di update pengetahuan dan kompetensinya dengan ilmu penge tahuan dan teknologi terbaru, yang belum diperoleh di Perguruan Tinggi. Magang guru bisa dilakukan di dua tempat ; 1. Dunia Usaha dan Industri; sebagai pengguna produk pendidikan; hal ini akan memungkinkan sharing pengetahuan sebagai bahan evaluasi materi kompetensi yang diajarkan pada siswa serta kurikulum implementasi sebagai bagian yang dari kurik ulum sekolah. 2. Workstation / Lembaga-Lembaga Diklat; Secara kelembagaan memiliki kualitas dan jaminan mutu. 3. Bursa Kerja Bagi Dudi Salah satu indikator keberhasilan pendidikan SMK adalah tingkat keterserapan sis wa/alumni di Dunia Kerja. Semakin banyak dan cepat alumni SMK diserap di dunia k erja maka masyarakat semakin banyak memilih SMK tersebut. Untuk itu hal yang per lu diperhatikan dalam penyelenggaraan SMK adalah membangun kemitraan dengan Dudi sebanyak-banyaknya, serta memiliki program kompetensi keahlian yang diperlukan oleh Dudi. 4. Kurikulum Implementasi Yang dimaksud dengan kurikulum implementasi adalah penerapan kurikulum sesuai de ngan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum ini sebagai tambahan terhadap kurikulum yang sudah ada. Kurikulum implementasi memberikan bekal tambahan bagi siswa sejalan dengan bidang kompetensi keahlian y ang ada di sekolah. Pengajar kurikulum implementasi bisa dari karyawan Dudi atau guru yang telah dimagangkan pada Dudi. 5. Asessor Ujian Praktik Kejuruan Ujian Praktik Kejuruan dilaksanakan sebagai bagian dari Ujian Nasional SMK. Seba gai penguji / asesor adalah salah satunya dari Dunia Usaha dan Industri pasangan ; pola penilaian didasarkan pada attitude dan unjuk kerja secara indivual (BSNP ;nomor ; 0024/SK-Pos/BSNP/XII/2009; POS UN 2009/2010). Ujian Praktik Kejuruan un tuk memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa pada bidang keahlian yang dip elajari selama di sekolah. Akhirnya bahwa kurikulum SMK khusus kompetensi kejuruan akan menjadi tanggungjaw ab sekolah dan Dudi. Pelaksanaan pembelajaran komponen pendidikan adaptif, dan t eori kejuruan menjadi tanggung jawab sekolah. Komponen pendidikan praktik dasar profesi dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara sekolah dengan dunia usaha /industri pasangannya, sedangkan komponen pendidikan praktik keahlian profesi me njadi tanggung jawab institusi pasangan masing-masing sekolah. Kebijakan kemitraan muncul karena disadari bahwa penguasaan keahlian profesiona l yang sebenarnya hanya dapat dicapai melalui kerja nyata di tempat kerja yang s ebenarnya dan bukan di sekolah. Sekolah mampu memberikan kemampuan dasar kejurua n yang kuat, sehingga dengan bekal kemampuan dasar kejuruan yang kuat dapat memb antu siswa dalam mendalami pelatihan-pelatihan kerja yang lebih kompleks dan spe sifik di dunia kerja. Dengan demikian, kemitraan SMK dengan dunia usaha dan indu stri bukan lagi merupakan hal penting, tetapi merupakan keharusan. Suatu hal yang perlu dicermati oleh sekolah dan dunia usaha yaitu adanya perbeda an sistem nilai yang berlaku pada kedua lembaga tersebut. Di sekolah umumnya has il kerja dinilai dengan angka 0-10 atau 10-100, resiko gagal masih ditolerir, to leransi penggunaan waktu agak longgar, kegagalan dan keterlambatan tidak selalu diartikan sebagai kerugian, semangat dan motivasi siswa tergantung kecakapan gur u, sulit membentuk etos kerja karena lingkungan sekolah santai, lamban mengikuti kemajuan Ipteks, lingkungan teori, dan praktik yang dilakukan masih merupakan s imulasi. Di lingkungan dunia usaha/industri hasil pekerjaan diukur dengan diteri ma atau ditolak, resiko kegagalan bisa fatal berarti rugi uang dan reputasi rusa k, penggunaan waktu yang ketat, kegagalan dan keterlambatan dianggap/sebagai ker

ugian, lingkungan kerja memberi kesempatan setiap orang untuk meningkatkan kuali tas dan produktivitas kerjanya, kondisi mendorong membentuk etos kerja, lebih ce pat mengikuti kemajuan Ipteks, lingkungan kerja dan praktik yang dilakukan beror ientasi pasar. Mengingat adanya perbedaan yang mendasar antara sistem nilai yang berlaku di sek olah dan dunia kerja, maka sekolah benar-benar mempersiapkan siswanya sebelum ma suk dunia kerja. Persiapan tersebut meliputi pengetahun kerja, keterampilan kerj a, sikap/budaya kerja, dan harus mencari informasi tentang kebutuhan akan indust ri pasangannya tentang kemampuan dasar kerja yang harus dikuasai siswa sebelum d iterjunkan dalam praktik di dunia kerja. Program kemitraan atau Kerjsama sekolah dan Dunia Usaha/Industri apabila terbang un secara baik akan memberikan nilai tambah bagi Dudi, sekolah maupun siswa. a. Nilai tambah bagi dunia usaha adalah, (1) dapat mengetahui secara tepat ku alitas peserta didik yang belajar dan bekerja di perusahaan, (2) pada batas-bata s tertentu selama masa pendidikan peserta didik adalah tenaga kerja yang dapat m emberi keuntungan, (3) selama proses pendidikan melalui bekerja di industri, pes erta didik lebih mudah diatur dalam disiplin, seperti kepatuhan terhadap aturan perusahaan, (4) dunia usaha dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk menca ri ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan, dan (5) memberi kepuasan b agi dunia usaha karena ikut serta menentukan hari depan bangsa melalui pendidika n sistem ganda. b. Nilai tambah bagi sekolah adalah lebih terjaminnya pencapaian: (1) tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik, (2) tanggungan biaya pendidikan menjadi ringan, (3) terdapat kesesuaian antara program pendidi kan dengan kebutuhan lapangan kerja, dan (4) memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan. c. Nilai tambah bagi peserta didik adalah: (1) hasil belajar akan lebih berma kna, karena setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengemban gkan diri secara berkelanjutan, (2) waktu untuk mencapai keahlian profesional me njadi singkat, (3) keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga da n percaya diri tamatan, yang selanjutnya dapat mendorong mereka untuk meningkatk an keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994). I. METODE PENELITIAN 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur, mulai t anggal 1 Oktober sampai dengan 1 November 2010. 2. Personalia Penelitian dilaksanakan oleh peneliti sendiri, Jamhari SP. sebagai kepala SMK Mu hammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur, bersama-sama dengan kolaborator yaitu, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Tita Indriani S.Pd dan Wakil Kepala Sekolah bida ng Humas Ambang Dwi Sapto dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana A hmad Natsir, ST. 3. Disain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Sekolah. Langkah-lang kah penelitian direncanakan 2 siklus seperti terlihat pada Gambar 1:

Gambar: Rencana Siklus 1 sampai Siklus 2 Langkah-langkah penelitian dalam gambar di atas dapat dijelaskan dalam Tabel 6:

Tabel 1: Rencana langkah-langkah PTS SIKLUS LANGKAH RENCANA KEGIATAN HASIL Siklus 1 Perencanaan Identifikasi masalah dan penetapan tindakan Perumusan skenario tindakan Persiapan tindakan: instrumen, kolaborator, jadwal, dsb. Penentuan macam-macam data yang diperlukan dan bagaimana cara memperolehnya. Identifikasi kompetensi-kompetensi yang menjadi standar penerimaan karyawan d i Dudi. Dan indentifikasi kompetensi-kompetensi lulusan yang tertuang dalam KTSP dengan indikator Masalah: Keterserapan Lulusan ke Dudi Tindakan: Promosi lulusan. Standar Skill penerimaan tenaga kerja oleh Dudi. K esesuaian Kompetensi lulusan dengan Skill yang diinginkan oleh Dudi. Apakah kesesuaian kompetensi lulusan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh p asar kerja/Dudi dapat meningkatnya keterserapan lulusan ke pasar kerja ? Rencana tindakan: Promosi lulusan kepada Dudi yang relevan. Membangunan kerjasama dalam peningk atan kualitas pendidikan. Kepala sekolah menjalin kerjasama dengan Dudi sebanyak-banyaknya. Kepala sekolah dan Dudi melakukan sosialisasi kepada siswa tentang standar, k etentuan dan kriteria Dudi dalam penerimaan tenaga kerja.. Tindakan dilakukan sampai semua guru, siswa mendapatkan tindakan. Instrumen dan panduan pengisiannya terlampir. Pelaksanaan Tindakan dilakukan sesuai rencana selama dua minggu. Tindakan dilakukan bersama-sama dengan kolaborator, minimal salah satu harus selalu bersama-sama selama tindakan dilakukan. Tindakan dapat dilaksanakan sesuai skenario. Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan instrumen Data diperoleh sesuai prosedur Seluruh kejadian dalam proses tindakan dicatat dalam lembar observasi dan cat atan lapangan Data kuantitatif Data kualitatif Catatan peristiwa selama proses tindakan Refleksi Evaluasi tindakan dan data-data yang diperoleh Pertemuan membahas hasil evaluasi Merencanakan langkah-langkah siklus 2 Masalah atau kesulitan yang dial ami Peristiwa yang terjadi di luar skenario Rencana langkah-langkah siklus 2. Siklus 2 Perencanaan Pemasaran lulusan secara tertulis. Ke Dudi Rencana langkah sesuai hasil refleksi siklus 1. Pelaksanaan Pelaksanaan sesuai skenario siklus 2 Pengamatan Pengamatan sesuai rencana siklus 2 Refleksi Evaluasi siklus 2 Kesimpulan, saran, rekomendasi

4. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan PTS ini disusun berdasarkan pada indikasi permasalahan ya ng telah diuraikan di depan, yaitu: No Indikator Pencapaian 1. Kompetensi Lulusan sesuai dengan harapan DUdi 100% 2. Siswa kelas 12 sudah diterima di Dudi oleh Dudi untuk tahun pelajaran yan g berjalan menunggu pengumuman UN. 70% 3. Ratio ketersdiaan media pembelajaran praktik dengan siswa 90%

5. Jadwal Penelitian No. Kegiatan Mgu-1 Mgu-2 Mgu-3 Mgu-4 1. Penyusunan Proposal 26 September 10 2. Koordinasi dan Peren-canaan awal 3. Pemberian Informasi kepada guru dan Siswa strumen 4. Refleksi & Perencanaan 5. Pelaksanaan Siklus - 1 6. Observasi Siklus - 1 7. Penyebaran angket -1 8. Pengolahan Data - 1 9. Refleksi & Perencanaan 10. Pelaksanaan Siklus - 2 11. Observasi Siklus - 2 12. Penyebaran angket -2 13. Pengolahan Data - 2 14. Refleksi dan Pembahasan 15. Kesimpulan 16. Penyusunan Laporan

Keterangan Dilakukan bersama guru Penjelasan in

6. Rencana Anggaran Honorarium Ketua Peneliti : Rp. 500.000,Anggota Peneliti/Observer @ 200 rb : Rp. 400.000.Pembimbing : Rp. 500.000,Tenaga Administrasi : Rp. 100.000.- + Jumlah : Rp.1.500.000.Bahan Habis dan Peralatan Penelitian Perlengkapan peneliti : Rp. 100.000 Buku-buku literatur : Rp. 1.000.000.Pembelian ATK: kertas A4 HVS, tinta, dll. : Rp. 1.000.000.-+ Jumlah : Rp. 2.100.000.Transportasi/Perjalanan Transport 4 orang/hari @ Rp 150rb : Rp. 1.000.000.Persiapan dan Pelaporan Penyusunan proposal : Rp. 100.000.Pengolahan dan analisis data : Rp. 100.000.Penulisan draft laporan penelitian : Rp. 100.000.Penulisan naskah akhir : Rp. 100.000.Penjilidan dan pengiriman laporan : Rp. 100.000.-+ Jumlah : Rp. 500.000.Rapat, Diskusi dan Seminar Rapat dan diskusi tim ahli 3x Rp.500rb : Rp. 2.500.000.Seminar hasil penelitian : Rp. 500.000.Jumlah : Rp. 3.000.000.Jumlah Seluruh Anggaran Honorarium : Rp. 2.500.000.Bahan habis dan peralatan penelitian : Rp. 1.500.000.Transportasi : Rp. 1.000.000.-

Persiapan dan laporan pembelajaran : Rp. 500.000.Rapat, diskusi dan seminar : Rp. 3.000.000.-+ Jumlah Total Anggaran : Rp. 8.500.000.DAFTAR PUSTAKA BSNP, nomor 0024/SK-Pos/BSNP/XII/2009, Tentang POS UN 2009/2010 Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-20 09. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. . (2006). Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI ) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Elliot, Janet. (1983). The organization of productive work in secondary technica l and vocational education the united Kingdom. London: Unesco. Evans, R. N. & Edwin, L. H. (1978). Foundation of vocational education. Columbus , OH: Charles E. Merril Publishing Company. Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan, kewiraswasta an, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti. Miner, Jacob. (1974). Family Insvesment in Human Capital: Earning of W oman. Journal of Political Economy 82 (2). Pp.48-56. National Council for Research into Vocational Education (NCRVE). (1981). Towards a theory of vocational educational. Columbus, Ohio: NCRVE Publication. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Stan dar Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Slamet. (1990). Pondasi pendidikan kejuruan. Lembaran perkuliahan. Yogyak arta: Pascasarjana IKIP Yogyakarta. Thorogood, Ray. (1982). Current themes in voational education and training polic ies, Part I. Industrian and Commercial Training 9, pp. 328-331. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: D epartemen Pendidikan Nasional. Wenrich, Ralph C. & Wenrich, William J. (1974). Leadership in administration o f vocational education. Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Co.

LAMPIRAN I JADWAL KEGIATAN PENELITIAN Judul Penelitian : Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia Kerja Dan Dunia Industri) Terhadap Lulusan Pada

SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Peneliti Kolega : : Jamhari SP ...................................................... Keterangan Dilakukan bersama .... Penjelasan in

No. Kegiatan Mgu-1 Mgu-2 Mgu-3 Mgu-4 1. Penyusunan Proposal 26 Agustus 10 2. Koordinasi dan Peren-canaan awal ..... kolega 3. Pemberian Informasi kepada peserta diklat strumen 4. Refleksi & Perencanaan 5. Pelaksanaan Siklus - 1 6. Observasi Siklus - 1 7. Penyebaran angket -1 8. Pengolahan Data - 1 9. Refleksi & Perencanaan 10. Pelaksanaan Siklus - 2 11. Observasi Siklus - 2 12. Penyebaran angket -2 13. Pengolahan Data - 2 14. ........dst.nya......... 15. Kesimpulan 16. Penyusunan Laporan

LAMPIRAN II RENCANA ANGGARAN PENELITIAN Judul Penelitian : Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia Kerja Dan Dunia Industri) Terhadap Lulusan Pada SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Peneliti Kolega No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. : : Jamhari SP ...................................................... Keterangan

Uraian Biaya (Rp.) Penyusunan Proposal Kertas HVS A-4/80 gram Tinta HP-Laserjet Tinta HP-Deskjet Buku Referensi Penggandaan Penjilidan Pelaksanaan penelitian

9. ..... dst.nya 10. 11. JUMLAH Terbilang : ........................................... Samarinda, 26 Setember 2010

Jamhari SP NUPTK : 7737 7476 5020 0022

ptk6 Dokumen tanpa judul PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI PENGEMBANGAN PROGRA M PERUSAHAAN SISWA SMAN 1 RANTAU PULUNG PADA SEMESTER GANJIL TAHUN 2010 Oleh : TAUFIK HIDAYAT, M.Pd NIP. 195901151998021001 SMA NEGERI 1 RANTAU PULUNG DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat nya penulis dapat mengikuti Diklat Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah dan Kepa la sekolah periode tanggal 21 s/d 26 September 2010 tahap in-service learning-1 K erja sama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Pendidik Bidan g Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) dengan LPMP Kalimantan Timur Proposal PTS dengan judul Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Program Perusahaan Siswa di SMAN 1 Rantau Pu lung pada Semester Ganjil tahun Pelajaran 2010 ini disusun sebagai bagian dan m erupakan tugas Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dari pelatihan tahap pertama (i n service learning-1) tersebut, yang selanjutnyauntuk ditindak lanjuti diimpleme ntasikan dalam pelatihan tahap ke dua (on-the job learning) yang diselenggarakan selama satu bulan. Berkat bantuan rekan sejawat dan arahan nara sumber maka proposal ini dapat terwujud, semoga ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembe

lajaran khususnya di SMAN 1 Rantau Pulung Kecamatan rantau Pulung Kabupaten Kuta i Timur. Samarinda 26 September 2010 Penulis DAFTAR ISI Halaman Kata Pengatar Daftar Isi A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Perumusan Masalah E. Pemecahan Masalah F. Tujuan Penelitian G. Manfaat Penelitian H. Kajian Pustaka/Teoritis I. Metode Penelitian Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran

A. Latar Belakang Di era dunia global dewasa ini kewirausahaan merupakan trend ba ru mengarahkan pada diri generasi muda untuk mandiri. Berkaitan dengan hal tersebut, SMAN 1 Rantau Pulung yang berdir i di tengah msayarakat berpenduduk 80 % berlatar belakang sebagai petani dan seb agian besar tidak mampu untuk membiayai anak-anak mereka untuk melanjutkan belaj ar di Perguruan tinggi. Kecamatan Rantau Pulung pada saat ini dijadikan sebagai daerah pengembangan agribisnis oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, yang harapannya d i masa yang akan datang na