Ptk Biologi Sma

127
ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI BIOLOGI MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 Disusun oleh: SITI FATIMAH, S.Pd NIP. 510135672/19720919 200312 2 002 SMA Negeri 1 Babat-Lamongan Penelitian tindakan ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang timbul dalam pembelajaran Biologi, khususnya pada materi atau kompetensi dasar ”Mendeskripsikan ciri-ciri virus, replikasi dan peranannya dalam kehidupan” di kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008. Guru dengan berbagai cara telah mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran standar juga telah dilaksanakan, berbagai media pembelajaran yang ada di sekolah telah dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan telah pula diberikan untuk dilaksanakan oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas, mulai dari tugas melakukan observasi, melakukan eksperimen, membuat laporan singkat hasil eksperimen atau hasil observasi, mengerjakan LKS, dan lain sebagainya. Namun demikian, dalam berbagai kesempatan tanya jawab, diskusi kelas, maupun ulangan harian, aktivitas dan prestasi belajar mereka sangat rendah. Berdasarkan catatan guru, aktivitas siswa dalam tanya jawab dan diskusi kelas masing-masing hanya sebesar 30% dan 35% dari 40 siswa yang ada. Sebagian besar dari siswa justru memperlihatkan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti kelihatan bengong dan melamun, kurang bergairah, kurang memperhatikan, bermain-main sendiri, berbicara dengan teman ketika dijelaskan, canggung berbicara atau berdialog dengan teman waktu diskusi, dan lain sebagainya. Sementara itu dari hasil ulangan harian/ulangan blok, prestasi belajar mereka hanya sebesar 45% yang berhasil mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Padahal KKM yang ditetapkan bagi Kelas X SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 untuk mata pelajaran biologi (IPA) hanya sebesar 65.

Transcript of Ptk Biologi Sma

Page 1: Ptk Biologi Sma

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI BIOLOGI MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008

Disusun oleh: SITI FATIMAH, S.Pd

NIP. 510135672/19720919 200312 2 002

SMA Negeri 1 Babat-Lamongan

 

Penelitian tindakan ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang timbul dalam pembelajaran Biologi, khususnya pada materi atau kompetensi dasar ”Mendeskripsikan ciri-ciri virus, replikasi dan peranannya dalam kehidupan” di kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008. Guru dengan berbagai cara telah mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran standar juga telah dilaksanakan, berbagai media pembelajaran yang ada di sekolah telah dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan telah pula diberikan untuk dilaksanakan oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas, mulai dari tugas melakukan observasi, melakukan eksperimen, membuat laporan singkat hasil eksperimen atau hasil observasi, mengerjakan LKS, dan lain sebagainya. Namun demikian, dalam berbagai kesempatan tanya jawab, diskusi kelas, maupun ulangan harian, aktivitas dan prestasi belajar mereka sangat rendah.

Berdasarkan catatan guru, aktivitas siswa dalam tanya jawab dan diskusi kelas masing-masing hanya sebesar 30% dan 35% dari 40 siswa yang ada. Sebagian besar dari siswa justru memperlihatkan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti kelihatan bengong dan melamun, kurang bergairah, kurang memperhatikan, bermain-main sendiri, berbicara dengan teman ketika dijelaskan, canggung berbicara atau berdialog dengan teman waktu diskusi, dan lain sebagainya. Sementara itu dari hasil ulangan harian/ulangan blok, prestasi belajar mereka hanya sebesar 45% yang berhasil mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Padahal KKM yang ditetapkan bagi Kelas X SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 untuk mata pelajaran biologi (IPA) hanya sebesar 65.

Melihat data aktivitas dan prestasi belajar siswa yang demikian rendah tersebut jelas hal itu mengindikasikan adanya permasalahan serius dalam kegiatan pembelajaran yang harus segera dicarikan pemecahannya.

Page 2: Ptk Biologi Sma

Bertolak dari permasalahan tersebut kemudian dilakukan refleksi dan konsultasi dengan guru sejawat untuk mendiagnosis faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab timbulnya masalah. Dari situ diperoleh beberapa faktor kemungkinan penyebab, di antaranya adalah:

1.      faktor rendahnya minat dan motivasi belajar siswa;

2.      faktor penyampaian materi dari guru;

3.      faktor pengelolaan kelas; dan

4.      faktor kesulitan adaptasi dan kerjasama di antara siswa.

Dari berbagai faktor kemungkinan penyebab tersebut Guru lebih condong pada faktor ke-4, yaitu faktor kesulitan adaptasi dan kerjasama di antara siswa, dan hal itu diduga kuat sebagai faktor utama penyebab rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 pada mata pelajaran Biologi, khususnya pada materi/Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peranan virus dalam kehidupan”. Dugaan tersebut sangat beralasan, karena bagi siswa kelas X, suasana sekolah di lingkungan SMA adalah suasana baru, yang jelas berbeda dalam segala sesuatunya dengan suasana dan lingkungan sekolah mereka sebelumnya, baik itu menyangkut tempat, teman sekolah, mata pelajaran, guru, dan lain sebagainya, yang kesemuanya masih memerlukan waktu bagi mereka untuk beradaptasi dengan baik. Kesulitan siswa dalam beradaptasi, terutama dengan materi pelajaran di SMA dan dengan teman-teman sekelas, sangat mungkin menjadi penyebab utama rendahnya aktivitas mereka dalam pembelajaran dan juga rendahnya prestasi belajar yang mereka capai.

Sebagai langkah dan upaya pemecahan terhadap masalah yang timbul dalam pembelajaran biologi di Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat tersebut maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut pula dengan istilah Classroom Action Research. Pendekatan dari segi metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah “Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions atau Tim Siswa Kelompok Prestasi)”.

Banyak ahli berpendapat bahwa metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) memiliki keunggulan dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga dinilai bisa menumbuhkan sikap multikultural dan sikap penerimaan terhadap perbedaan antar-individu, baik itu menyangkut perbedaan kecerdasan, status sosial ekonomi, agama, ras, gender, budaya, dan lain sebagainya. Selain itu yang lebih penting lagi, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Pembelajaran kooperatif sangat menekankan tumbuhnya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran demi tercapainya prestasi belajar yang optimal.

Berdasarkan latar pemikiran yang telah terurai maka penelitian tindakan kelas ini diformulasikan dengan judul sebagai berikut: “UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI BIOLOGI MELALUI PENERAPAN

Page 3: Ptk Biologi Sma

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008)”.

Pada akhirnya diharapkan, melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD itu nantinya bisa memicu dan memacu tumbuhnya semangat kebersamaan, saling membantu dan saling memotivasi di antara siswa, yang pada gilirannya juga bisa meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar mereka pada bidang studi biologi, khususnya pada materi dan atau Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peranan virus dalam kehidupan”.

Adapun masalah utama yang ingin dicarikan pemecahannya melalui penelitian tindakan ini adalah:

1.      Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD bisa meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 pada bidang studi Biologi, khususnya pada materi/Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi dan peranan virus dalam kehidupan”?

2.      Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD bisa meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 pada bidang studi Biologi, khususnya pada materi/Kompetensi Dasar: “Mendiskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peranan virus dalam kehidupan”?

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Biologi di sini pada akhir siklus II mencapai hasil yang fantastis, ditunjukkan dengan besaran angka prosentase sebesar 87,5% atau mengalami peningkatan sebesar 25% dari siklus I. Sementara di sisi lain, aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan yang cukup mengesankan sampai ke tingkat yang serendah mungkin, ditunjukkan dengan besaran angka prosentase rata-rata sebesar 12,5% pada akhir siklus II, atau mengalami penurunan sebesar 27,5% dari siklus I.

Selanjutnya, terkait dengan prestasi belajar dan ketuntatasan belajar siswa, penelitian tindakan ini telah berhasil meningkatkan prestasi belajar dan atau ketuntasan belajar siswa sebesar 15% dari siklus I ke siklus II. Angka prosentase kenaikan prestasi belajar siswa ini sudah jauh melampaui kriteria pengujian hipotesis yang telah ditetapkan, yakni sebesar 10% kenaikan dari siklus I ke siklus II. Dengan ini maka 85% lebih (tepatnya, 87,5%) dari siswa subyek penelitian ini telah mengalami ketuntatasan belajar, yang berarti juga telah melampaui batas kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, yakni sebesar 85% siswa dalam kelas harus mencapai ketuntasan belajar sebagai syarat keberhasilan penelitian tindakan ini.

Dari hasil-hasil penelitian tindakan yang telah disebutkan, maka kedua hipotesis penelitian yang telah dirumuskan untuk menjawab kedua permasalahan utama yang ada dalam penelitian tindakan ini terbukti bisa diterima kebenarannya secara sah dan meyakinkan.

Page 4: Ptk Biologi Sma

Dari sini kemudian dirasakan perlu untuk memberikan saran, terutama kepada teman sejawat guru, jika menghadapi masalah yang sama atau mirip dengan masalah pembelajaran yang ada dalam penelitian tindakan ini, patut kiranya untuk dicoba mengatasinya melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, baik untuk bidang studi yang sama dengan ini ataupun untuk bidang studi yang lainnya. Mengingat satu dan lain hal, pembelajaran kooperatif tipe STAD di samping prosedur penerapannya sederhana dan mudah, dampak yang ditimbulkannya bagi peningkatan aktivitas belajar siswa sangat mengesankan dan sangat sesuai dengan tuntutan paradigma pendidikan yang berkembang belakangan ini, yakni pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan (PAIKEM) sesuai dengan motto: “learning is fun”.

 

Lamongan, Nopember 2007

 

Penulis

 

 

 

 

Page 5: Ptk Biologi Sma

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang Masalah

Sejak ditetapkannya Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tetang Standar Isi dan berikutnya

Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), maka di sekolah-

sekolah dari jenjang pendidikan dasar dan menengah diterapkan kurikulum baru yang dikenal

dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, disingkat KTSP, sebagai penyempurnaan

dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004. Semangat yang mendasari

pemberlakuan KTSP ini adalah semangat perubahan, perubahan dari suasana keterpasungan

menjadi suasana yang penuh dengan kebebasan dan kreativitas. Dari segi proses pembelajaran,

KTSP menghembuskan perubahan dari model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher

centered) menjadi model pembelajaran yang berpusat pada subyek didik (students centered),

perubahan dari kegiatan mengajar menjadi kegiatan membelajarkan, dan seterusnya, dan

seterusnya.

Penerapan KTSP membuat guru semakin pintar dan kreatif, karena mereka dituntut harus

mampu menyusun sendiri kurikulum yang sesuai dan tepat bagi peserta didiknya, guru dituntut

harus mampu merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah

ditetapkan. Hal ini jelas berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya yang datang dari dan

Page 6: Ptk Biologi Sma

dibuat oleh Pemerintah Pusat, dan guru hanya tinggal menerapkannya, sehingga nyaris tidak

memberikan ruang dan tantangan bagi perkembangan ide dan kreativitas dari guru.

Namun demikian, di balik perubahan-perubahan besar dan mendasar yang dihembuskan

oleh KTSP, tantangan yang dihadapi oleh guru tidaklah semakin ringan, melainkan semakin

berat. Penerapan Standar Isi dan Standar Kompetensi sebagai acuan dasar dalam penyusunan

KTSP membawa konsekuensi yang tidak ringan dalam implementasinya di lapangan. Itu berarti

KTSP menuntut adanya profesionalisme yang tinggi dari guru.

Dan dalam kaitannya dengan konsep pembelajaran biologi, KTSP menghendaki

dilakukakannya perubahan mendasar dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kesalahan yang

selama ini terjadi dalam penyelenggaraan pembelajaran biologi tidak boleh terulang lagi. Tugas

guru sekarang ini bukanlah ”mengajar biologi”, tetapi ”membelajarkan siswa tentang biologi”.

Itu berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada siswa, dan bukan pada guru. Guru

tidak lagi harus mendominasi kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah sampai berbusa-

busa, sementara siswa hanya duduk manis mendengarkan sambil bengong atau bahkan sampai

terkantuk-kantuk.

Biologi sebagai bagian dari Ilmu

Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang

lahir dan berkembang berdasarkan observasi

Page 7: Ptk Biologi Sma

dan eksperimen. Dengan demikian, belajar

Biologi tidak cukup hanya dengan

menghafalkan fakta dan konsep yang sudah

jadi, tetapi dituntut pula menemukan fakta-

fakta dan konsep-konsep tersebut melalui

observasi dan eksperimen. Melalui

pembelajaran biologi (IPA) siswa dilibatkan

secara aktif untuk melakukan eksplorasi

alam. Melalui proses inilah dapat

dikembangkan Keterampilan Sains

(Keterampilan Proses Ilmiah), sehingga

pengalaman belajar yang benar-benar

Page 8: Ptk Biologi Sma

bermakna tentang Sains dapat diperoleh

subyek didik.

Keterampilan-keterampilan dalam bidang

Sains (Biologi) meliputi:

    Observasi

    Klasifikasi, prediksi, inferensi

    Membuat hipotesis

    Mendisain dan melakukan percobaan

    Menggunakan alat ukur (pengamatan)

    Identifikasi variabel

    Mengontrol variabel

    Mengumpulkan data

    Mengorganisasi data (tabel, grafik, dll)

    Memaknakan data, tabel, dan grafik

Page 9: Ptk Biologi Sma

    Menyusun kesimpulan

    Mengkomunikasikan hasil/ide/secara tertulis atau lisan

Keterampilan Sains yang dimiliki siswa merupakan pintu gerbang untuk menguasai

pengetahuan yang lebih tinggi dan akhirnya merupakan kecakapan hidup (Life Skill), karena

dengan keterampilan Sains yang dimiliki, maka siswa secara mental siap untuk menghadapi

permasalahan yang terjadi dalam hidupnya.

Dengan demikian proses belajar mengajar Biologi bukan sekedar transfer ilmu dari guru

kepada siswa. Pola interaksi seharusnya terjadi antara siswa dengan materi (obyek), dan guru

hanya bertindak sebagai motivator, fasilitator dan supervisor. Itulah perubahan mendasar dalam

pola pembelajaran biologi yang harus diakomodir dan disikapi secara positif oleh guru biologi

seiring dengan penerapan KTSP.

Namun demikian, meskipun sikap positif terhadap perubahan telah diakomodir oleh guru,

bukan berarti bahwa guru akan serta merta terbebas sama sekali dari masalah-masalah yang

berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas sepertinya akan

selalu memunculkan permasalahan seiring dengan perkembangan pribadi subyek didik dan

seiring pula dengan perkembangan sekolah dan tuntutan masyarakat yang semakin dinamis.

Terkait dengan itu tugas guru adalah merespon dan mencari pemecahan terhadap setiap masalah

yang timbul sepanjang masih dalam batas jangkauan kompetensi dan profesinya demi

terciptanya suasana belajar yang lebih baik dan kondusif dan demi tercapainya tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

Page 10: Ptk Biologi Sma

Seperti halnya yang terjadi dalam pembelajaran biologi di Kelas X-1 Semester I SMA

Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008, khususnya terhadap penguasaan materi/Kompetensi

Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peran virus dalam kehidupan”. Guru dengan

berbagai cara telah mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran standar juga telah dilakukan oleh guru, berbagai media pembelajaran yang ada di

sekolah telah dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan telah pula diberikan untuk dilaksanakan

oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas, mulai dari tugas melakukan observasi,

melakukan eksperimen, membuat laporan singkat hasil eksperimen atau hasil observasi,

mengerjakan LKS, dan lain sebagainya. Namun demikian, dalam berbagai kesempatan tanya

jawab, diskusi kelas, maupun ulangan harian, aktivitas dan prestasi belajar mereka sangat rendah.

Berdasarkan catatan guru, aktivitas siswa dalam tanya jawab dan diskusi kelas masing-masing

hanya sebesar 30% dan 35% dari 40 siswa yang ada. Sebagian besar dari siswa justru

memperlihatkan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti kelihatan bengong

dan melamun, kurang bergairah, kurang memperhatikan, bermain-main sendiri, berbicara dengan

teman ketika dijelaskan, canggung berbicara atau berdialog dengan teman waktu diskusi, dan

lain sebagainya. Sementara itu dari hasil ulangan harian/ulangan blok, prestasi belajar mereka

hanya sebesar 45% yang berhasil mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Padahal

KKM yang ditetapkan bagi Kelas X SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 untuk

mata pelajaran biologi (IPA) hanya sebesar 65.

Melihat data aktivitas dan prestasi belajar siswa yang demikian rendah tersebut jelas hal

itu mengindikasikan adanya permasalahan serius dalam kegiatan pembelajaran yang harus segera

dicarikan pemecahannya.

Page 11: Ptk Biologi Sma

Bertolak dari permasalahan tersebut kemudian dilakukan refleksi dan konsultasi dengan

guru sejawat untuk mendiagnosis faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab timbulnya

masalah. Dari situ diperoleh beberapa faktor kemungkinan penyebab, di antaranya adalah:

1.      faktor rendahnya minat dan motivasi belajar siswa;

2.      faktor penyampaian materi dari guru;

3.      faktor pengelolaan kelas; dan

4.      faktor kesulitan adaptasi dan kerjasama di antara siswa.

Dari berbagai faktor kemungkinan penyebab tersebut Guru lebih condong pada faktor ke-

4, yaitu faktor kesulitan adaptasi dan kerjasama di antara siswa, dan diduga kuat sebagai faktor

utama penyebab rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas X-1 Semester I SMA

Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 pada mata pelajaran Biologi, khususnya pada

materi/Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peranan virus dalam

kehidupan”. Dugaan tersebut sangat beralasan, karena bagi siswa kelas X, suasana sekolah di

lingkungan SMA adalah suasana baru, yang jelas berbeda dalam segala sesuatunya dengan

suasana dan lingkungan sekolah mereka sebelumnya, baik itu menyangkut tempat, teman

sekolah, mata pelajaran, guru, dan lain sebagainya, yang kesemuanya masih memerlukan waktu

bagi mereka untuk beradaptasi dengan baik. Kesulitan siswa dalam beradaptasi, terutama dengan

materi pelajaran di SMA dan dengan teman-teman sekelas, sangat mungkin menjadi penyebab

utama rendahnya aktivitas mereka dalam pembelajaran dan juga rendahnya prestasi belajar yang

mereka capai.

Page 12: Ptk Biologi Sma

Sebagai langkah dan upaya pemecahan terhadap masalah yang timbul dalam

pembelajaran biologi di Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat tersebut maka dilakukan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut pula dengan istilah Classroom Action Research.

Pendekatan dari segi metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam penelitian tindakan

ini adalah “Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-Achievement

Divisions)”.

Banyak ahli berpendapat bahwa metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

memiliki keunggulan dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran

kooperatif juga dinilai bisa menumbuhkan sikap multikultural dan sikap penerimaan terhadap

perbedaan antar-individu, baik itu menyangkut perbedaan kecerdasan, status sosial ekonomi,

agama, ras, gender, budaya, dan lain sebagainya. Selain itu yang lebih penting lagi, pembelajaran

kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork.

Pembelajaran kooperatif sangat menekankan tumbuhnya aktivitas dan interaksi di antara siswa

untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran demi

tercapainya prestasi belajar yang optimal.

Berdasarkan latar pemikiran yang telah terurai maka penelitian tindakan kelas ini

diformulasikan dengan judul sebagai berikut: “UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI BIOLOGI MELALUI PENERAPAN

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Penelitian Tindakan Kelas Pada

Siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008)”.

Pada akhirnya diharapkan, melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe

STAD itu nantinya bisa memicu dan memacu tumbuhnya semangat kebersamaan, saling

Page 13: Ptk Biologi Sma

membantu dan saling memotivasi di antara siswa, yang pada gilirannya juga bisa meningkatkan

aktivitas belajar dan prestasi belajar mereka pada bidang studi biologi, khususnya pada materi

dan atau Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peranan virus dalam

kehidupan”.

 

B. Rumusan Masalah

Untuk memberikan arahan bagi pelaksanaan penelitian, maka perlu dirumuskan masalah-

masalah pokok yang ingin dicarikan jawaban pemecahannya melalui penelitian tindakan ini,

sebagai berikut:

1.      Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD bisa meningkatkan aktivitas

belajar siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 pada

bidang studi Biologi, khususnya pada materi/Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri,

replikasi dan peranan virus dalam kehidupan”?

2.      Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD bisa meningkatkan prestasi

belajar siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 pada

bidang studi Biologi, khususnya pada materi/Kompetensi Dasar: “Mendiskripsikan ciri-ciri,

replikasi, dan peranan virus dalam kehidupan”?

 

C.     Tujuan Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan ini bertujuan:

Page 14: Ptk Biologi Sma

1.      Ingin mengetahui ada tidaknya peningkatan aktivitas belajar melalui penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat

Tahun Pelajaran 2007/2008 dalam bidang studi Biologi, khususnya pada materi/Kompetensi

Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peranan virus dalam kehidupan”.

2.      Ingin mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar melalui penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat

Tahun Pelajaran 2007/2008 dalam bidang studi Biologi, khususnya pada materi/Kompetensi

Dasar: “Mendiskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peranan virus dalam kehidupan”.

 

D.    Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang tidak diinginkan, maka perlu

diberikan batasan-batasan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1.      Penelitian tindakan ini hanya dilakukan terhadap siswa kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1

Babat Tahun Pelajaran 2007/2008.

2.      Penelitian ini berlaku dalam ruang lingkup kegiatan pembelajaran bidang studi Biologi,

khususnya pada materi atau Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan

peranan virus dalam kehidupan”.

3.      Rentang waktu pelaksanaan penelitian tindakan ini hanya berlangsung selama kurang lebih 3

(bulan) mulai dari awal bulan September sampai dengan akhir Nopember 2007.

Page 15: Ptk Biologi Sma

4.      Pelaku dan pelaksana penelitian tindakan ini dilakukan secara individual oleh guru bidang

studi yang bersangkutan sendiri.

 

E.     Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat, sekecil apapun, kepada:

1.      Siswa; mereka diharapkan bisa mengambil pelajaran yang berharga tentang betapa

pentingnya kerjasama, saling membantu dan saling memotivasi demi tercapainya tujuan

bersama yang diinginkan, termasuk salah satu di antaranya adalah demi tercapainya tujuan

pembelajaran dan prestasi belajar yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga, kelas atau

kelompok. Lebih dari itu, siswa secara sadar belajar menerapkan prinsip “simbiosis

mutualisme” dalam kehidupan riil di kelas, sebagaimana diajarkan dalam ilmu biologi, demi

kelangsungan hidup dan kemajuan ekosistem sekolah. Dengan kata lain, hasil penelitian ini

diharapkan bisa semakin meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa Kelas X-1

Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008 pada bidang studi Biologi,

khususnya pada penguasaan materi atau Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri,

replikasi dan peran virus dalam kehidupan”.

2.      Guru; hasil penelitian ini diharapkan bisa semakin meningkatkan kompetensi dan

profesionalisme guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif,

kreatif, inovatif dan menyenangkan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Sehingga dengan begitu aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa bisa

ditingkatkan secara optimal.

Page 16: Ptk Biologi Sma

3.      Sekolah; hasil penelitian ini setidaknya bisa menambah referensi dan khazanah bagi

kepustakaan sekolah, yang suatu saat mungkin berguna sebagai bahan pertimbangan dalam

menetapkan kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di sekolah setempat.

 

 

 

 

 

Page 17: Ptk Biologi Sma

BAB II

LANDASAN TEORI

 

A.     Aktivitas Belajar Siswa

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan

yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

bergantung pada bagaimana proses belajar itu dilakukan oleh peserta didik. Pertanyaannya

sekarang adalah, apakah belajar itu?

Dari pertanyaan sederhana tersebut tentu akan kita dapatkan beragam jawaban dengan

berbagai argumen yang tidak bisa dibilang sederhana. Hal itu wajar mengingat perbuatan yang

disebut belajar itu dalam kenyataannya memang ada bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Ada

yang berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan menghafal fakta-fakta. Guru yang

berpendapat demikian akan merasa puas jika murid-muridnya telah sanggup menghafal sejumlah

fakta di luar kepala. Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah sama dengan latihan,

sehingga hasil belajar akan nampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu yang bersifat

mekanis atau otomatis. Alhasil, banyak definisi tentang apa itu belajar, dan setiap orang

mempunyai pandangan yang berbeda satu sama lain.

Menurut James O. Whittaker (dalam Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991), belajar

dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan

Page 18: Ptk Biologi Sma

atau pengalaman (”Learning may be difined as the process by which behavior originates or is

altered through training or experience”).

Hampir senada dengan pendapat di atas, Howard L. Kingsley (dalam Abu Ahmadi dan

Widodo Supriyono, 1991) menyatakan sebagai berikut: “Learning is the process by which

behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training” {Belajar

adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek

atau latihan}.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam

pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan

bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.

Menurut Winarno Surakhmad (1980), belajar dapat dipandang sebagai hasil, sebagai

proses dan sebagai sebuah fungsi. Belajar dipandang sebagai hasil bilamana guru terutama hanya

melihat bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif. Yang diperhatikan adalah

menampaknya sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang dipelajari. Adapun belajar dipandang

sebagai proses dimaksudkan adalah sebagai proses di mana guru terutama melihat apa yang

terjadi selama murid menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai sesuatu tujuan.

Yang diperhatikan adalah pola-pola tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung.

Selanjutnya, belajar dipandang sebagai fungsi dimaksudkan adalah bilamana perhatian ditujukan

pada aspek-aspek yang menentukan atau yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku

manusia di dalam pengalaman edukatif.

Page 19: Ptk Biologi Sma

Sementara itu menurut Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses

yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.

Jadi, kata kunci dari belajar menurut pendapat tersebut adalah perubahan perilaku. Lebih

lanjut Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku yang diperoleh dari

belajar, sebagai berikut:

1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang

bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari

bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah

atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses

belajar.

2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan

kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga,

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu akan menjadi dasar bagi

pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.

3. Perubahan yang fungsional.

Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu

yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

Page 20: Ptk Biologi Sma

4. Perubahan yang bersifat positif.

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.

Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap

bahwa dalam proses belajar mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan

individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah

mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk

menerapkan prinsip-prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan

individu jika dia kelak menjadi guru.

5. Perubahan yang bersifat aktif.

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan

perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang Psikologi

Pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji

buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan

sebagainya.

6. Perubahan yang bersifat permanen.

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi

bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, siswa belajar mengoperasikan komputer,

maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan

melekat dalam diri siswa tersebut.

7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Page 21: Ptk Biologi Sma

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka

pendek, jangka menengah maupun jangka panjang

8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi

termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya,

mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau

pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya

seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan

dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.

Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan

hasil belajar dapat berbentuk :

1.      Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis

maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan

sebagainya.

2.      Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan

lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol

matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan

(discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan

ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.

Page 22: Ptk Biologi Sma

3.      Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan

keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu

kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif.

Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif

lebih menekankan pada proses pemikiran.

4.      Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam

tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap adalah keadaan dalam diri individu

yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau

peristiwa, di dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan

kesiapan untuk bertindak.

5.      Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol

oleh otot dan fisik.

Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar

meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan

aspek-aspeknya. Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif,

mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak

mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif

(affective domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain).

Selanjutnya, perlu pula diketengahkan di sini empat pilar belajar sebagai landasan

pendidikan yang dikemukakan oleh organisasi pendidikan sedunia, yakni UNESCO (dalam

Nana Syaodih Sukmadinata, 2005), dalam rangka membangun kebersamaan masa depan

Page 23: Ptk Biologi Sma

memasuki abad ke-21 dan dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan

dunia yang semakin cepat. Keempat pilar belajar dimaksud adalah: : belajar mengetahui

(learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live

together), dan belajar berkembang secara utuh (learning to be).

1. Belajar mengetahui (learning to know)

Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan

informasi. Dewasa ini terdapat ledakan informasi dan pengetahuan. Hal itu bukan saja

disebabkan karena adanya perkembangan yang sangat cepat dalam bidang ilmu dan teknologi,

tetapi juga karena perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang

elektronika, memungkinkan sejumlah besar informasi dan pengetahuan tersimpan, bisa diperoleh

dan disebarkan secara cepat dan hampir menjangkau seluruh planet bumi. Belajar mengetahui

merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan.

Pengetahuan diperoleh dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan, melalui membaca,

mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan,

tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah, penerapan, dll. Pengetahuan dimanfaatkan

untuk mencapai berbagai tujuan: memperluas wawasan, meningkatakan kemampuan,

memecahkan masalah, belajar lebih lanjut, dll. Pengetahuan terus berkembang, setiap saat

ditemukan pengetahuan baru. Oleh karena itu belajar mengetahui harus terus dilakukan, bahkan

ditingkatkan menjadi knowing much (berusaha tahu banyak).

2. Belajar berkarya (learning to do)

Page 24: Ptk Biologi Sma

Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang

sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Belajar berkarya berhubungan erat dengan

belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Dalam konsep komisi Unesco,

belajar berkarya ini mempunyai makna khusus, yaitu dalam kaitan dengan vokasional. Belajar

berkarya adalah balajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. Sejalan

dengan tuntutan perkembangan industri dan perusahaan, maka keterampilan dan kompetisi kerja

ini, juga berkembang semakin tinggi, tidak hanya pada tingkat keterampilan, kompetensi teknis

atau operasional, tetapi sampai dengan kompetensi profesional. Karena tuntutan pekerjaan

didunia industri dan perusahaan terus meningkat, maka individu yang akan memasuki dan/atau

telah masuk di dunia industri dan perusahaan perlu terus bekarya. Mereka harus mampu doing

much (berusaha berkarya banyak).

3. Belajar hidup bersama (learning to live together)

Dalam kehidupan global, kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik,

daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup bersama dan bekerja sama

dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi, berkomonikasi, bekerja sama dan

hidup bersama antar kelompok dituntut belajar hidup bersama. Tiap kelompok memiliki latar

belakang pendidikan, kebudayaan, tradisi, dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa

bekerjasama dan hidup rukun, mereka harus banyak belajar hidup bersama, being sociable

(berusaha membina kehidupan bersama)

4. Belajar berkembang utuh (learning to be)

Page 25: Ptk Biologi Sma

Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut

pengembangan manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang

secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk

mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan seluruh aspek

kepribadiannya. Sebenarnya tuntutan perkembangan kehidupan global, bukan hanya menuntut

berkembangnya manusia secara menyeluruh dan utuh, tetapi juga manusia utuh yang unggul.

Untuk itu mereka harus berusaha banyak mencapai keunggulan (being excellence). Keunggulan

diperkuat dengan moral yang kuat. Individu-individu global harus berupaya bermoral kuat atau

being morally.

Masalahnya sekarang adalah bagaimana meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar

dari siswa atau subyek didik dalam suatu proses pembelajaran? Pertanyaan demikian sangatlah

penting dikemukakan mengingat lembaga pendidikan (baca, sekolah) dengan segala

komponennya itu didirikan dan diselenggarakan tidak lain adalah untuk memfasilitasi

kepentingan belajar siswa. Tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa pada hekekatnya

mereka (siswa) itulah yang menjadi pemilik sekolah. Berbagai pembekalan yang diberikan oleh

para guru di sekolah pada hakikatnya, menurut Wardiman Djojonegoro, untuk

menginternalisasikan tiga nilai dasar. Masing-masing adalah (1) membangun atau membentuk

siswa yang memiliki orientasi ke depan dengan ciri-ciri, antara lain luwes, tanggap terhadap

perubahan, dan memiliki semangat berinovasi; (2) senantiasa punya hasrat untuk

mengeksploitasi lingkungan dan kekuatan-kekuatan alam, artinya tidak tunduk pada nasib,

senantiasa memecahkan masalah yang dihadapi dan berusaha menguasai iptek, dan (3) memiliki

orientasi terhadap karya yang bermutu atau punya achievement orientation, antara lain ditandai

Page 26: Ptk Biologi Sma

oleh penilain yang tinggi terhadap hasil karya. Untuk menuju pada tiga nilai dasar tersebut siswa

harus dipacu kemauan belajarnya (Suyanto dan M.S. Abbas, 2001: 148).

Proses pembelajaran pada hakekatnya dimaksudkan untuk mengembangkan aktivitas dan

kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam

pelaksanaannya seringkali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik.

Banyak resep untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, di mana para peserta

didik dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas belajarnya secara optimal, sesuai dengan

kemampuannya masing-masing.

Gibbs (dalam E. Mulyasa, 2003:106) berdasarkan berbagai hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan,

komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Hasil

penelitian tersebut dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik akan

lebih kreatif jika:

a. dikembangkannya rasa percaya diri pada peserta didik, dan mengurangi rasa takut;

b. memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi ilmiah seara

bebas dan terarah;

c. melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya;

d. memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter; dan

e. melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara

keseluruhan.

Page 27: Ptk Biologi Sma

Kendatipun begitu, menurut E. Mulyasa (2003:107), kualitas pembelajaran sangat

ditentukan oleh aktivitas dan kreativitas guru dengan segala kompetensi profesionalnya.

Aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada aktivitas dan

kreativitas guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran, penyampaian dan pengembangan

materi pelajaran, pemilihan metode dan media pembelajaran, serta penciptaan lingkungan belajar

yang kondusif. Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan untuk meningkatkan aktivitas dan

kreativitas peserta didik. Pendekatan mana yang digunakan, harus disesuaikan dengan kondisi

lingkungan, kebutuhan peserta didik, dan tujuan yang ingin dicapai.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan aktivitas belajar siswa di sini adalah segala bentuk

kegiatan yang dilakukan oleh siswa terutama dalam proses pembelajaran di kelas atau di sekolah.

Bentuk kegiatan yang disebut aktivitas belajar itu dapat bermacam-macam, bisa berupa

mendengarkan, mencatat, membaca, membuat ringkasan, bertanya, menjawab pertanyaan,

berdiskusi, melakukan eksperimen, dan lain sebagainya, yang dengan itu semua dapat diketahui

bahwa kegitan pembelajaran berpusat pada siswa dan bukan pada guru. Guru hanya sekedar

berperan untuk memfasilitasi, membelajarkan, membimbing dan mengarahkan, serta

mengkoreksi dan mengevaluasi hasil belajar dari siswa.

 

B.     Prestasi Belajar

Istilah prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan hasil belajar.

Sebenarnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada

yang berpendapat bahwa pengertian prestasi belajar sama dengan hasil belajar. Akan tetapi ada

pula yang mengatakan bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasil

Page 28: Ptk Biologi Sma

belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu

semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek,

misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), prestasi adalah hasil yang telah dicapai

(dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan prestasi belajar diartikan

sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Nawawi (1981:100) mengemukakan pengertian hasil belajar sebagai keberhasilan murid

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari

hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

Selanjutnya Nawawi (1981:127) membedakan hasil belajar menjadi tiga macam yaitu:

a. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecakapan di dalam melakukan

atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat.

b. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang

dikerjakan, dan

c. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar memiliki cakupan

makna yang lebih luas dibanding prestasi belajar. Dengan kata lain, prestasi belajar adalah

sebagian dari hasil belajar pada mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu yang dinyatakan

dengan nilai atau angka berdasarkan tes yang dikembangkan dan diberikan oleh guru. Meskipun

Page 29: Ptk Biologi Sma

demikian, dalam tulisan ini kedua istilah tersebut dianggap identik dan karenanya bisa saling

dipertukarkan pemakaiannya.

Selanjutnya perlu dikemukakan di sini, bahwa hasil belajar (baca, prestasi belajar)

merupakan hasil dari proses yang kompleks. Hal itu disebabkan banyak faktor yang

mempengaruhi hasil atau prestasi belajar. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil atau prestasi belajar itu dapat dibedakan atas dua macam, yaitu faktor dari dalam diri

individu (baca, subyek didik) atau disebut faktor internal, dan faktor dari luar diri subyek didik,

atau disebut faktor eksternal. Baik buruknya kualitas kedua faktor ini akan banyak berpengaruh

terhadap baik buruknya hasil atau prestasi belajar. Semakin baik kondisi atau kualitas kedua

faktor tersebut dimiliki oleh subyek didik, maka cenderung semakin baik hasil atau prestasi

belajar yang bisa dicapai. Demikian pula sebaliknya, semakin buruk kondisi atau kualitas kedua

faktor dimaksud, maka cenderung semakin buruk pula hasil atau prestasi belajar yang dicapai.

Adapun faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

        Faktor fisiologi, seperti kondisi fisik dan kondisi indera.

        Faktor Psikologi, meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

        Lingkungan, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan alam.

        Faktor Instrumental, seperti kurikulum, bahan pengajaran, sarana dan fasilitas.

 

Page 30: Ptk Biologi Sma

C.     Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dikembangkan oleh Robert

Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang sebagai yang

paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif.

Belajar secara koperatif adalah strategi mengajar yang menyertakan partisipasi anak

dalam aktivitas belajar kelompok kecil yang mengembangkan interaksi positif. Pemikiran ini

mendiskusikan alasan untuk menggunakan strategi belajar secara koperatif di pusat dan kelas-

kelas, cara menerapkan strategi, dan keuntungan jangka panjang bagi pendidikan anak.

Belajar secara kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik, ini relatif mudah

diterapkan, dan tidak mahal. Anak-anak bertambah baik tingkah laku dan kehadirannya, serta

senang bersekolah adalah beberapa keuntungah belajar secara kooperatif (Slavin, 1987).

Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih

asih, dan silih asuh antara sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.”

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen

yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya (1)

saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual dan (4)

keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara

sengaja diajarkan”(Abdurrahman &Bintoro, 2000:78-790). Itulah unsur dasar yang terdapat

dalam metode pembelajaran kooperatif, yang perlu mendapatkan penjelasan lebih lanjut sebagai

berikut:

Page 31: Ptk Biologi Sma

1. Saling ketergantungan positif;

Dalam pembelajaran kooperatif guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa

merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud

dengan saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling

ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan

(b) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan dan

sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.

2. Interaksi tatap muka;

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka

sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan

sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber

belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena

ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.

3. Akuntabilitas individual;

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun

demikan, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran

secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh

guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok

yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan.

Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap

anggota kelompok harus memberikan urunan atau kontribusi demi kemajuan kelompok.

Page 32: Ptk Biologi Sma

Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas

individual.

4.      Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi;

Dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan

terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, mempertahankan pikiran logis,

tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam

menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi

secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antara pribadi tidak

hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

Selanjutnya, bagaimanakah peran guru dalam pembelajaran kooperatif?

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari model pembelajaran

tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukanan

sebagai berikut ini:

a. Merumuskan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan

oleh guru, yaitu tujuan akademik (Academic objectives) dan tujuan keterampilan bekerja

sama (collaboratives skill objectives). Tujuan akademis dirumuskan sesuai dengan taraf

perkembangan siswa dan analisis tugas atau analisis konsep. Tujuan keterampilan bekerja

sama meliputi keterampilan memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang lain dan

mengelola konflik.

b. Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tiap kelompok

belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6 siswa. Ada 3 (tiga) faktor yang

Page 33: Ptk Biologi Sma

menentukan jumlah anggota tiap kelompok belajar. Ketiga faktor tersebut adalah (1) taraf

kemampuan siswa, (2) ketersediaan bahan dan (3) ketersediaan waktu. Jumlah anggota

kelompok belajar hedaknya kecil agar tiap siswa aktif menjalin kerjasama menyelesaikan

tugas.

Ada sedikitnya 4 (empat) pertanyaan yang hendaknya dijawab oleh oleh guru saat akan

menempatkan siswa dalam kelompok. Keempat pertanyaan tersebut dapat dikemukanan

sebagai berikut:

1. Pengelompokan siswa secara homogen atau heterogen?

Pengelompokan siswa hendaknya heterogen. Heterogenitas kelompok mencakup jenis

kelamin, ras, agama (kalau mungkin) tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah) dan

sebagainya.

2. Bagaimana menempatkan siswa dalam kelompok? Ada dua jenis kelompok belajar

kooperatif, yaitu (1) yang berorientasi bukan pada tugas (non task orientied) dan (2) yang

berorientasi pada tugas (task oriented). Kelompok belajar kooperatif yang berorientasi

bukan pada tugas tidak menuntut adanya pembagian tugas untuk tiap angota kelompok.

Kelompok belajar semacam ini tampak seperti pada saat siswa mengerjakan soal-soal

LKS atau soal-soal latihan yang diberikan guru yang berbentuk prosedur penyelesaian

dan mencocokan pendapatnya antar kelompok satu dengan yang lain. Sedangkan

kelompok belajar yang berorientasi pada tugas menekankan adanya pembagian tugas

yang jelas bagi semua anggota kelompok. Kelompok belajar semacam ini tampak seperti

pada saat siswa melakukan kunjungan ke kebun binatang sehingga harus disusun oleh

Page 34: Ptk Biologi Sma

panitia untuk menentukan siapa yang menjadi ketua, sekretaris, bendahara, seksi

transportasi, seksi konsumsi, dan sebagainya. Siswa yang baru mengenal belajar

kooperatif dapat ditempatkan dalam kelompok belajar yang berorientasi pada tugas, dari

jenis tugas yang sederhana hingga yang kompleks.

3. Siswa bebas memilih teman atau ditentukan oleh guru? Kebebasan memilih teman sering

menyebabkan kelompok belajar menjadi homogen sehingga tujuan belajar kooperatif

tidak tercapai. Anggota tiap kelompok belajar hendaknya ditentukan secara acak oleh

guru. Ada tiga teknik untuk menentukan anggota kelompok secara acak yang dapat

digunakan oleh guru. Ketiga teknik tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Berdasarkan metode sosiemetri. Melalui metode sosiometri guru dapat menentukan

siswa yang tergolong disukai oleh banyak teman (bintang kelas) hingga yang paling

tidak disukai atau tidak memiliki teman (terisolasi). Berdasarkan metode sosiometri

tersebut guru menyusun kelompol-kelompok belajar yang di dalam tiap kelompok ada

siswa yang tergolong banyak teman, yang tergolong biasa, dan yang terisolasi.

2) Berdasarkan kesamaan nomor. Jika jumlah siswa dalam kelas terdiri atas 30 siswa

misalnya, dan guru ingin membentuk 10 kelompok belajar yang terdiri dari 1 hingga

10, maka para siswa yang bernomor sama dikelompokkan sehingga terbentuk 10

kelompok siswa dengan masing-masing beranggotakan 3 orang siswa yang memiliki

karakteristik heterogen.

3) Menggunakan teknik acak berstrata. Para siswa dalam kelas lebih dahulu

dikelompokkan secara homogen atas dasar jenis kelamin dan atas dasar

Page 35: Ptk Biologi Sma

kemampuannya (tinggi, sedang, rendah) dan sebagainya. Setelah itu, secara acak

siswa diambil dari kelompok homogen tersebut dan dimasukkan ke dalam sejumlah

kelompok-kelompok belajar yang heterogen.

4. Bagaimana menentukan tempat duduk siswa? Tempat duduk siswa hendaknya disusun

agar tiap kelompok dapat saling bertatap muka tetapi cukup terpisah antara kelompok

yang satu dengan kelompok lainnya. Susunan tempat duduk dapat dalam bentuk

lingkaran atau berhadap-hadapan.

c. Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif. Cara menyusun bahan

ajar dan penggunaannya dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat menentukan tidak hanya

efektifitas pencapaian tujuan belajar siswa. Bahan ajar hendaknya dibagikan kepada semua

siswa agar mereka dapat berpartisipasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Jika kelompok belajar telah memiliki cukup pengalaman, guru tidak perlu

membagikan bahan ajar dengan berbagai petunjuk khusus. Jika kelompok belajar belum

banyak pengalaman atau masih baru, guru perlu memberi tahu para siswa bahwa mereka

harus bekerja sama, bukan bekerja sendiri-sendiri. Ada sedikitnya 3 (tiga) macam cara untuk

meningkatkan saling ketergantungan positif. Ketiga macam cara tersebut dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1) Saling ketergantungan bahan. Tiap kelompok hanya diberi satu bahan ajar dan kelompok

harus bekerja sama untuk mempelajarinya.

2) Saling ketergantungan informasi. Tiap anggota kelompok diberi bahan ajar yang berbeda

bentuk untuk selanjutnya disatukan untuk disintesiskan. Bahan ajar juga dapat disajikan

Page 36: Ptk Biologi Sma

dalam bentuk “jigsaw puzzle” sehingga dengan demikian tiap siswa memiliki bagian dari

bahan yang diperlukan untuk melengkapi atau menyelesaikan tugas.

3) Saling ketergantungan menghadapi lawan dari luar. Bahan ajar disusun dalam suatu

bentuk pertandingan antara kelompok yang memiliki kekuatan seimbang sebagai dasar

untuk meningkatkan saling ketergantungan positif antar anggota kelompok.

Keseimbangan kekuatan antar kelompok perlu diperhatikan karena pretandingan antar

kelompok yang memiliki kekuatan seimbang atau memiliki peluang untuk kalah atau

menang yang sama dapat meningkatkan motivasi belajar.

d. Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif. Saling

ketergantungan positif dapat diciptakan melalui pembagian tugas kepada tiap anggota

kelompok dan mereka bekerja untuk saling melengkapi. Dalam mata pelajaran Biologi

misalnya, seorang anggota kelompok diberi tugas sebagai peneliti, yang lainnya sebagai

penyimpul, yang lainnya lagi sebagai penulis, dan yang lainnya lagi sebagai pemberi

semangat dan ada pula yang menjadi pengawas terjalinnya keja sama. Penugasan untuk

memerankan suatu fungsi semacam itu merupakan metode yang efektif untuk melatih

keterampilan menjalin kerja sama.

e. Menjelaskan tugas akademik. Ada beberapa aspek yang perlu disadari oleh para guru dalam

menjelaskan tugas akademik kepada para siswa. Beberapa aspek dimaksud dapat

dikemukanan sebagai berikut:

1) Menyusun tugas sehingga siswa menjadi jelas mengenai tugas tersebut. Kejelasan tugas

sangat penting bagi para siswa karena dapat menghindarkan mereka dari frustasi atau

Page 37: Ptk Biologi Sma

kebingungan. Dalam pembelajran kooperatif siswa yang tidak dapat memahami tugasnya

dapat bertanya kepada kelompoknya sebelum bertanya kepada guru.

2) Menjelaskan tujuan belajar dan mengaitkannya dengan pengalaman siswa di masa

lampau.

3) Menjelaskan berbagai konsep atau pengertian atau istilah, prosedur yang harus diikuti

atau pengertian contoh kepada para siswa.

4) Mengajukan berbagai pertanyaan khusus untuk mengetahui pemahaman para siswa

mengenai tugas mereka.

f. Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama. Menjelaskan tujuan

dan keharusan bekerja sama kepada para siswa dilakukan dengan contoh sebagai berikut:

1) Meminta kepada kelompok untuk menghasilkan suatu karya atau produk tertentu. Jika

karya kelompok berupa laporan, tiap anggota kelompok harus menandatangani laporan

tersebut sebagai tanda bahwa ia setuju dengan isi laporan kelompok dan dapat

menjelaskan alasan isi laporan tersebut.

2) Menyediakan hadiah bagi kelompok. Pemberian hadiah merupakan salah satu cara untuk

mendorong kelompok menjalin kerja sama sehingga terjalin pula rasa kebersamaan

antara anggota kelompok. Semua anggota kelompok harus saling membantu agar masing-

masing memperoleh skor hasil belajar yang optimal karena keberhasilan kelompok

ditentukan oleh keberhasilan tiap anggota.

Page 38: Ptk Biologi Sma

g. Menyusun akuntabilitas individual. Suatu kelompok belajar tidak dapat dikatakan benar-

benar kooperatif jika memperbolehkan adanya anggota kelompok tertentu saja yang

mengerjakan seluruh pekerjaan kelompok. Suatu kelompok belajar juga tidak dapat

dikatakan benar-benar kooperatif jika memperbolehkan adanya anggota yang tidak

melakukan apapun demi kelompoknya. Oleh karena itu, untuk menjamin agar seluruh

anggota kelompok benar-benar menjalin kerjasama dan agar kelompok mengetahui adanya

anggota kelompok yang memerlukan bantuan atau dorongan, guru harus sering melakukan

pengukuran untuk mengetahui taraf penguasaan tiap siswa terhadap materi yang sedang

dipelajari.

h. Menyusun kerja sama antara kelompok. Hasil positif yang ditemukan dalam suatu kelompok

belajar kooperatif dapat diperluas ke seluruh kelas dengan menciptakan kerja sama antar

kelompok. Nilai tambahan dapat diberikan jika seluruh siswa di dalam kelas meraih standar

mutu yang tinggi. Jika suatu kelompok telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik para

anggotanya dapat diminta untuk membantu kelompok-kelompok lain yang belum selesai.

Upaya semacam ini memungkinkan terciptanya suasana kehidupan kelas yang sehat, yang

memungkinkan semua potensi siswa berkembang optimal dan terintegrasi.

i. Menjelaskan kriteria keberhasilan. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bertolak dari

penilaian acuan patokan (criterium referenced). Pada awal kegiatan belajar guru hendaknya

menerangkan secara jelas kepada siswa mengenai bagaimana pekerjaan mereka akan dinilai.

j. Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan. Perkataan kerjasama atau gotong royong sering

memiliki konotasi dan penggunaan yang bermacam-macam. Oleh karena itu guru perlu

mendefinisikan perkataan kerja sama tersebut secara operasional dalam bentuk berbagai

Page 39: Ptk Biologi Sma

perilaku, antara lain dapat dikemukakan dengan kata-kata seperti “Tetaplah berada dalam

kelompokmu”, “Berbicaralah pelan-pelan”, “Berbicaralah menurut giliran,” dan sebagainya.

Jika kelompok mulai berfungsi secara efektif, perilaku yang diharapkan dapat mencakup hal-

hal sebagai berikut:

1) Tiap anggota kelompok menjelaskan bagaimana memperoleh jawaban.

2) Meminta kepada tiap anggota kelompok untuk mengaitkan pelajaran baru dengan yang

telah dipelajari sebelumnya.

3) Memeriksa untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok memahami bahan yang

dipelajari dan menyetujui jawaban-jawabannya.

4) Mendorong semua anggota kelompok agar berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas.

5) Memperhatikan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang dikatakan oleh anggota

lain.

6) Jangan mengubah pikiran karena berbeda dari pikiran anggota lain tanpa penjelasan

yang logis.

7) Memberikan kritik kepada ide, bukan kepada pribadi.

k. Memantau perilaku siswa. Setelah semua kelompok mulai bekerja, guru harus menggunakan

sebagian besar waktunya untuk memantau kegiatan siswa. Tujuan pemantauan, guru harus

menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur atau strategi untuk menyelesaikan tugas,

menjawab pertanyaan dan mengajarkan keterampilan menyelesaikjan tugas kalau perlu.

Page 40: Ptk Biologi Sma

l. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas. Pada saat melakukan

pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur atau strategi untuk

menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengerjakan keterampilan menyelesaikan

tugas kalau perlu.

m. Melakukan intervensi untuk mengerjakan keterampilan bekerja sama. Pada saat memantau

kelompok-kelompok yang sedang belajar, guru kadang-kadang menemukan siswa yang tidak

memiliki keterampilan untuk menjalin kerja sama yang cukup dan adanya kelompok yang

memiliki masalah dalam menjalin kerja sama. Dalam kondisi semacam itu, guru perlu

memberikan nasihat agar siswa dapat bekerja efektif.

n. Menutup pelajaran. Pada saat pelajaran berakhir, guru perlu meringkas pokok-poko

pelajaran, meminta kepada siswa untuk mengemukakan ide atau contoh, menjawab

pertanyaan dan mengevaluasi hasil belajar mereka.

o. Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa. Guru menilai kualitas pekerjaan atau

hasil belajar para siswa berdasarkan penilaian acuan patokan. Para anggota kelompok

hendaknya juga diminta untuk memberikan umpan balik mengenai kualitas pekerjaan dan

hasil belajar mereka.

p. Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok. Meskipun waktu belajar di kelas

terbatas, diperlukan waktu untuk berdiskusi dengan para siswa untuk membahas kualitas

kerja sama antar anggota kelompok pada hari itu. Pembicaraan dengan para siswa dilakukan

untuk mengetahui apa yang telah dilakukan dengan baik dan apa yang masih perlu

ditingkatkan pada hari berikutnya.

Page 41: Ptk Biologi Sma

Demikian itulah gambaran umum tentang peran yang harus dilakukan oleh guru dalam

penerapan metode pembelajaran kooperatif.

Badeni (1998), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan

pengajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan, khususnya dalam keterampilan

interpersonal siswa.

Nur (1996: 25) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul

dalam membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang sulit, tetapi juga sangat berguna

untuk menumbuhkan kerjasama, berfikir kritis, kemauan membantu teman dan sebagainya. Pada

prinsipnya model pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan tingkah laku kooperatif

antar siswa sekaligus membantu siswa dalam pelajaran akademisnya.

Ada banyak variasi pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif.  Setiap

pendekatan memberi penekanan pada tujuan tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa. Salah satu dari model pemebelajaran kooperatif adalah model atau tipe STAD

(Sudent Teams-Achievement Divisions) atau dapat diterjemahkan dengan istilah “Tim Siswa

Kelompok Prestasi”.

Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu adanya kerja sama

dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok ter tergantung keberhasilan

individu. Namun demikian, setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota

yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi

diantara siswa untuk saling memotivasi, saling membantu dalam menguasai materi pelajaran

guna mencapai prestasi yang optimal.

Page 42: Ptk Biologi Sma

Model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang dikembangkan

oleh Slavin, dkk tersebut secara garis besar terdiri dari 6 (enam) langkah, sebagai berikut:

1.      Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut

prestasi, jenis kelamin, suku, dll);

2.      Guru menyajikan pelajaran;

3.      Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.

Anggota yang tahu dan mengerti menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota

dalam kelompok itu mengerti dan memahami materi yang dipelajari;

4.      Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, anggota

dalam suatu kelompok tidak boleh saling membantu;

5.      Memberi evaluasi; dan

6.      Kesimpulan.

Dari berbagai pendapat tersebut kiranya bisa diambil suatu kesimpulan, bahwa metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar

siswa di kelas. Dan dari situ pula diduga kuat bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat menjadi salah satu solusi alternatif untuk memecahkan masalah yang timbul dalam

pembelajaran biologi di kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008,

khususnya terhadap materi atau Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi dan

peranan virus dalam kehidupan”.

Page 43: Ptk Biologi Sma

 

 

 

D. Hipotesis Tindakan

Bertolak dari kerangka pemikiran yang telah terurai kiranya dapat dirumuskan hipotesis

tindakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1.      Bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran Biologi,

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun

Pelajaran 2007/2008, khususnya pada materi atau Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-

ciri, replikasi dan peranan virus dalam kehidupan”.

2.      Bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran Biologi,

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun

Pelajaran 2007/2008, khususnya pada materi atau Kompetensi Dasar: “Mendeskripsikan ciri-

ciri, replikasi dan peranan virus dalam kehidupan”.

 

 

 

 

Page 44: Ptk Biologi Sma

 

 

 

 

 

Page 45: Ptk Biologi Sma

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.     Lokasi, Subyek dan Waktu Penelitian

Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, lokasi atau tempat dilaksanakannya

penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Babat yang terletak di ibu kota wilayah Kecamatan Babat,

Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur.

Dari segi letak geografis, ibu kota wilayah Kecamatan Babat ini berada di persimpangan

jalan ke arah wilayah kabupaten Jombang, Bojonegoro dan Tuban. Bahkan dari segi batas

wilayah, Kecamatan Babat ini berbatasan dekat dengan wilayah Kabupaten Bojonegoro dan

Kabupaten Tuban. Karena itu maklum jika siswa-siswi SMA Negeri 1 Babat ini juga banyak

yang berasal dari luar wilayah Kabupaten Lamongan, atau dengan kata lain banyak yang berasal

dari wilayah Kabupaten Bojonegoro dan Tuban.

Adapun subyek penelitian dalam hal ini adalah siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri

1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008.

Selanjutnya berkaitan dengan masalah waktu, penelitian ini dilaksanakan dalam rentang

waktu selama kurang lebih 3 (tiga) bulan, mencakup keseluruhan tahapan yang diperlukan, mulai

dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penulisan laporan penelitian. Tepatnya,

Page 46: Ptk Biologi Sma

penelitian ini dijadwalkan dan dilaksanakan mulai awal bulan September sampai dengan akhir

bulan Nopember 2007.

B.     Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas, disingkat PTK. Penelitian

tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti

penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang dilakukan

terhadap subyek penelitian di kelas tersebut.

Menurut DR.Sulipan,M.Pd, dalam tulisannya yang disusun untuk Program Bimbingan

Karya Tulis Ilmiah Online (http://www.ktiguru.org) berjudul ”Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research)”, pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt

Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc

Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah

satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu di mana peneliti melakukan

pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber daya manusia.

Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas,

menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian para guru atau

kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti

para peneliti konvensional pada umumnya. Adapun tujuan penelitian tindakan kelas itu tidak lain

adalah untuk memecahkan masalah, memperbaiki kondisi, mengembangkan dan meningkatkan

kualitas pembelajaran di kelas.

Page 47: Ptk Biologi Sma

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:82), penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-

hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan

pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan

adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahana masalah yang memanfaatkan tindakan

nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi

dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut

dapat saling mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut;

1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan

penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan

peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik inferensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai

mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat

sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunalkan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan

dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat

mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

Page 48: Ptk Biologi Sma

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-

going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang

tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi,

2002:82).

Menurut Sukidin, dkk (2002:54), ada 4 (empat) macam bentuk penelitian tindakan kelas,

yaitu : (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaborasi, (3)

penelitian tindakan simultan terintegratif dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan itu ada persamaan dan perbedaannya.

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan guru sebagai peneliti, dimana

guru terlibat langsung secara penuh dalam proses pelaksanaan penelitian, mulai dari tahap

menyusun perencanaan, melakukan tindakan, melakukan observasi dan tahap refleksi.

Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini, kalaupun ada, peranannya sangat kecil dan tidak

dominan. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan.

Ada banyak model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi secara

garis besar suatu penelitian tindakan lazimnya memiliki 4 (empat) tahapan yang harus dilalui,

yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah

berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi empat tahapan, yaitu

tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan tahap refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan

dihentikan jika dirasa sudah cukup memenuhi kebutuhan dan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan.

Page 49: Ptk Biologi Sma

Sesuai dengan jenis rancangan penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam

Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang

berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan)

dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah

direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1

berikut:

 

 

 

 

Page 50: Ptk Biologi Sma

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 51: Ptk Biologi Sma

 

 

 

 

Gambar 1: Alur PTK

Penjelasan alur diatas adalah:

1.Rancangan/rencana awal. Sebelum mengadakan penelitian, terlebih dahulu menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen

penelitian dan perangkat pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2.Pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini guru menerapkan tindakan yang telah disusun dan

direncanakan sebelumnya, yang tidak lain adalah langkah-langkah kegiatan pembelajaran

terkait dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah dipilih dan

ditetapkan.

3.Pengamatan atau observasi. Tahap ini pelaksanaannya bersamaan dengan tahap

sebelumnya, yakni pelaksanaan tindakan. Dan jika pelaksana tindakan (guru) sekaligus

bertindak sebagai pengamat (dalam penelitian tindakan individual, di mana guru bertindak

sekaligus sebagai peneliti tanpa kolaborasi dengan pihak lain), maka instrumen pengamatan

sebaiknya telah disiapkan secara terstruktur dan sistematis.

Page 52: Ptk Biologi Sma

4. Refleksi. Tahap ini merupakan kegiatan untuk merenungkan dan memikirkan kembali

tindakan-tindakan yang sudah maupun yang belum dilakukan, keberhasilan dan

kekurangannya, hambatan-hambatan yang dihadapi selama melakukan tindakan, dan lain

sebagainya. Apabila guru pelaksana tindakan juga berstatus sebagai pengamat (peneliti),

maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya

kembali, melakukan ”dialog” dengan dirinya sendiri untuk menemukan hal-hal yang sudah

dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rencana, atau untuk menemukan hal-

hal yang masih perlu diperbaiki. Dalam hal seperti ini maka guru melakukan ”self

evaluation”, introspeksi, oto-kritik, dan sebagainya yang sudah barang tentu diharapkan bisa

bersikap obyektif. Dan untuk menjaga obyektifitas yang diharapkan seringkali diperlukan

hasil refleksi itu divalidasi atau minimal dikonsultasikan dengan teman sejawat, ketua

jurusan, kepala sekolah, atau pihak lain yang kompeten dalam bidang itu. Jadi pada intinya,

kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi tindakan, analisis, pemaknaan, penjelasan,

penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus penelitian berikutnya.

 

C.     Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah

(1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan

dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk

memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk

mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal. Di samping itu tes

juga berguna untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat

Page 53: Ptk Biologi Sma

dilihat di mana kelemahan, khususnya pada bagian mana dari materi atau kompetensi dasar

berikut indikator-indikatornya yang belum dikuasai siswa.

Selain tes, alat pengumpul data lain yang dipergunakan dalam penelitian tindakan ini

adalah format observasi berupa tabel-tabel isian yang telah dipersiapkan dan disusun secara

terstruktur dan sistematis, sehingga guru tinggal membubuhkan tanda centang atau check list

pada kolom-kolom tabel isian format observasi yang sesuai dengan aspek pengamatan. Di

samping itu dipergunakan juga teknik pengumpulan data yang bersifat dokumenter melalui

tugas-tugas prtofolio dan catatan-catatan pelajaran yang telah dibuat oleh siswa.

 

D.    Variabel dan Data Penelitian

Beberapa pakar mengatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas hanya dikenal adanya

variabel tunggal, yaitu variabel tindakan. Namun beberapa pakar lain, sebagaimana dikemukakan

oleh DR.Sulipan,M.Pd, menyebutkan terdapat dua variabel, yaitu variabel tindakan dan

variabel masalah, karena tindakan yang dilakukan adalah untuk memecahkan masalah.

Sehubungan dengan yang disebut belakangan itu maka dalam penelitian ini yang menjadi

variabel penelitian adalah “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD” sebagai

variabel tindakan, atau dalam penelitian konvensional dikenal dengan sebutan “variabel bebas”

atau “variabel pengaruh” (independent variable), sedangkan “Aktivitas Belajar dan Prestasi

Belajar Siswa” sebagai variabel masalah, atau dalam penelitian konvensional dikenal dengan

istilah “variabel terikat” atau “variabel terpengaruh” (dependent variable).

Page 54: Ptk Biologi Sma

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian tindakan ini dilihat dari sifatnya ada yang

berupa data kuantitatif dan ada pula yang berupa data kualitatif, atau kombinasi dari keduanya.

Data kuantitatif terutama adalah data yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa, yang

datanya akan dijaring melalui alat tes tertulis yang dibuat sendiri oleh guru. Sedangkan data

kualitatif adalah data yang berhubungan dengan aktivitas belajar siswa dalam kegiatan

pembelajaran di kelas, seperti ketekunan dan kerajinannya dalam kegiatan pembelajaran, tingkat

keaktifannya dalam tanya jawab, semangat dan motivasinya dalam belajar, partisipasinya dalam

diskusi dan kerja kelompok, dan lain sebagainya. Untuk data kualitatif ini pengumpulan datanya

terutama dilakukan melalui format observasi dalam bentuk tabel isian yang telah dipersiapkan

sebelumnya dan disusun secara terstruktur dan sistematis. Selain itu juga dilakukan pengumpulan

data dengan teknik dokumentasi melalui lembar-lembar portofolio dan catatan-catatan pelajaran

dari siswa yang relevan.

 

E. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan jenis rancangan penelitian yang dipakai di sini, yaitu penelitian tindakan

kelas (classroom action research), maka teknik analisis data yang relevan dan yang diterapkan

adalah teknik analisis deskriptif-kualitatif. Dengan teknik ini maka data yang telah dikumpulkan

dari hasil penelitian akan disortir dan selanjutnya disajikan dalam bentuk prosentase atau tabel

distribusi untuk selanjutnya dilakukan penafsiran dan pemaknaan secara kualitatif dalam bentuk

seperti, tinggi-rendah, tuntas-tidak tuntas, aktif-tidak aktif, dan lain sebagainya sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 55: Ptk Biologi Sma

F.      Prosedur Penelitian

Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa penelitian tindakan kelas

berjalan melalui siklus-siklus dalam sebuah spiral, di mana setiap siklus terdiri dari 4 (empat)

tahapan kegiatan yang terus berulang dan meningkat. Sejalan dengan itu maka prosedur

pelaksanaan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk tahapan-tahapan siklus yang

berkesinambungan dan berkelanjutan, di mana untuk setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan

langkah yang secara garis besar adalah: 1) membuat perencanaan tindakan perbaikan, 2)

implementasi atau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan, 3) melakukan observasi atau

pengamatan atas tindakan perbaikan yang dilakukan, dan 4) melakukan refleksi, termasuk di

dalamnya analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa

diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai rencana dan tindakan mana yang

masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

Untuk lebih jelasnya, prosedur pelaksanaan penelitian ini bisa dipaparkan sebagai

berikut:

Siklus I : meliputi tahapan langkah-langkah sebagai berikut:

1.      Perencanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

        Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah;

        Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar;

Page 56: Ptk Biologi Sma

        Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar;

        Memilih bahan pelajaran yang sesuai;

        Menentukan skenario pembelajaran sesuai dengan pendekatan yang telah dipilih, yang dalam

hal ini adalah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD;

        Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan;

        Menyusun lembar kerja siswa;

        Menyusun format observasi;

        Mengembangkan format evaluasi;

        Dan lain-lain persiapan yang berhubungan dengan pelaksanaan tindakan dan kegiatan

pembelajaran.

2.      Tindakan

Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksanaan tindakan perbaikan dalam kegiatan

pembelajaran sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan dengan mengacu pada skenario

pembelajaran yang telah direncanakan, yang dalam hal ini terdiri dari urut-urutan tindakan

sebagai berikut:

        Guru membuka pelajaran dengan terlebih dahulu melakukan apersepsi untuk menyiapkan

mental dan membangkitkan motivasi belajar siswa serta memberitahukan tujuan yang ingin

dicapai dari kegiatan pembelajaran;

Page 57: Ptk Biologi Sma

        Siswa membentuk kelompok kecil beranggotakan 5 orang yang dibentuk secara acak sesuai

arahan dari guru;

        Siswa mendengarkan secara aktif penjelasan materi pelajaran secara global dari guru tentang

ciri-ciri virus reproduksi dan replikasinya;

        Siswa mengamati gambar-gambar atau foto-foto virus yang telah disiapkan oleh guru dan

dibagikan kepada setiap kelompok;

        Siswa melakukan tanya jawab dengan guru seputar materi pelajaran dan gambar-gambar

virus yang telah disampaikan oleh guru;

        Setiap kelompok diminta membuat dan merumuskan kesimpulan tentang materi yang telah

dipelajari di bawah bimbingan guru;

        Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswa mencatat tugas kelompok yang diberikan oleh guru

untuk membuat rangkuman materi tentang virus beserta ciri-ciri dan reproduksi/replikasinya

sebagai bahan untuk diskusi kelas pada pertemuan yang akan datang;

3.      Pengamatan

Tahap pengamatan atau observasi ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan perbaikan di atas. Teknik pelaksanaannya untuk pengamatan ini dilakukan dengan

menggunakan format observasi terstruktur yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu berupa tabel-

tabel isian untuk setiap aspek pengamatan dari aktivitas belajar siswa. Dengan demikian, sambil

melakukan tindakan (perbaikan), guru melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar setiap

siswa dalam proses pembelajaran.

Page 58: Ptk Biologi Sma

4.      Refleksi

Tahap ini merupakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, tindakan mana yang

sudah berhasil sesuai dengan rencana dan mana yang perlu diperbaiki sebagai acuan untuk

menyusun rencana tindakan pada siklus berikutnya.

Siklus II: meliputi tahapan langkah-langkah seperti pada siklus I, tetapi berbeda bentuk

dan sifat tindakan yang dilakukan. Bahkan boleh dikata, sikulus II ini merupakan perbaikan dan

peningkatan dari siklus I dengan tetap mengacu pada hasil tindakan dan perbaikan pembelajaran

yang ingin dicapai, sebagai berikut:

1.      Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II ini mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

        Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi berikut penetapan

alternatif pemecahannya;

        Merumuskan rencana pembelajaran sebagai kelanjutan sekaligus perbaikan dari rencana pada

siklus sebelumnya;

        Pengembangan program tindakan yang perlu untuk mengatasi masalah yang muncul ataupun

yang belum teratasi melalui tindakan pada siklus I.

2.      Tindakan

Page 59: Ptk Biologi Sma

Pelaksanaan program tindakan pada siklus II ini mengacu pada identifikasi masalah yang

muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan,

antara lain melalui urut-urutan langkah sebagai berikut:

        Guru membuka pelajaran dengan terlebih dahulu melakukan apersepsi untuk menyiapkan

mental dan membangkitkan motivasi belajar siswa, serta untuk menjajagi kemampuan

pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya;

        Siswa duduk bersama anggota kelompoknya masing-masing dan mendengarkan secara aktif

penjelasan materi pelajaran dari guru tentang peranan virus dalam kehidupan;

        Siswa terlibat aktif tanya jawab dengan guru tentang materi pelajaran yang telah dibahas.

Dalam kesempatan ini antar anggota kelompok tidak boleh saling membantu.

        Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswa mencatat tugas kelompok yang diberikan oleh guru

untuk dikerjakan di luar kelas (Pekerjaan rumah) berupa membuat klipping dari koran, majalah

ataupun internet dengan tema “Perkembangan virus dan dampaknya bagi kehidupan manusia”.

Setiap anggota kelompok harus menyumbangkan minimal satu judul/topik kliping sesuai dengan

tema tersebut disertai komentar pribadi seperlunya dan dengan jelas mencantumkan nama

penyusunnya. Kliping yang dibuat oleh setiap anggota kelompok tersebut kemudian disatukan

dan menjadi milik hasil kerja kelompok yang bersangkutan dengan tetap memperlihatkan nama

masing-masing anggota kelompok kontributor (di bagian dalam kliping) di samping

menyebutkan nama-nama anggota kelompok di bagian sampul depan kliping.

        Pada pertemuan tatap muka selanjutnya, setiap kelompok siswa mempresentasikan hasil

kerja kelompoknya di depan kelas secara bergiliran disertai dengan tanya jawab antar siswa antar

Page 60: Ptk Biologi Sma

kelompok. Dalam kesempatan ini siswa dalam suatu kelompok harus kompak dan saling

membantu dalam bertanya maupun dalam menjawab;

        Pada akhir kegiatan diskusi kelas, siswa membuat kesimpulan hasil diskusi di bawah

bimbingan guru.

        Setelah itu sampai akhir jam pelajaran, siswa secara individual mengerjakan soal Post tes

yang diberikan oleh guru.

3.      Pengamatan (Observasi)

Sama seperti pada siklus I, tahap ini guru melakukan observasi sesuai dengan format

yang sudah disiapkan dan mencatat semua yang terjadi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung.

5.      Refleksi

Tahap ini juga sama seperti pada siklus I, yaitu meliputi kegiatan-kegiatan, antara lain

sebagai berikut:

        Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.

        Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.

        Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus

III (Jika masih diperlukan).

Siklus III (bila diperlukan).

Page 61: Ptk Biologi Sma

G.    Indikator Keberhasilan dan Indikator Proses

Untuk mengetahui apakah penelitian tindakan ini berhasil mencapai tujuannya maka

perlu ditetapkan indikator keberhasilan dan indikator proses berikut kriteriannya masing-masing.

Dengan adanya indikator keberhasilan maka dapat dilakukan pengukuran dan mudah diketahui

apakah penerapan tindakan ini sudah tepat atau belum. Demikian pula dengan indikator proses,

perlu ditetapkan langkah-langkah pokok tindakan untuk mencapai keberhasilan yang telah

digariskan dalam indikator keberhasilan.

Dengan demikian maka tolok ukur atau kriteria keberhasilan penelitian ini dapat dilihat

dari dua sisi, yaitu dari sisi proses dan dari sisi hasil. Dari sisi proses, keberhasilan penelitian ini

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dipilih sebagai alternatif

pemecahan masalah dapat dilihat dari adanya perubahan tingkah laku belajar siswa yang relevan

atau yang positif secara signifikan, seperti meningkatnya motivasi belajar siswa di kelas,

meningkatnya partisipasi belajar siswa, meningkatnya keberanian bertanya dan berpendapat,

meningkatnya atensi atau perhatian siswa dalam proses pembelajaran, meningkatnya

kemampuan mendengarkan, meningkatnya kreativitas belajar siswa, meningkatnya interaksi

belajar siswa, dan lain sebagainya.

Sedangkan keberhasilan dari sisi hasil dapat dilihat dari meningkatnya prestasi hasil

belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa secara signifikan sesuai dengan acuan yang telah

ditentukan dalam penelitian ini. Prinsip penilaian yang diterapkan di sini sedapat mungkin

mengacu pada Penilaian Berbasis Kelas atau Berbasis Peserta Didik, artinya penilaian dilakukan

sepenuhnya oleh guru terhadap seluruh aspek dan proses kegiatan belajar siswa dengan

Page 62: Ptk Biologi Sma

isntrumen penilaian yang bervariasi dengan tetap memperhatikan perbedaan kemampuan

individual siswa. Oleh karena itu Pedoman acuan penilaian yang ditentukan dalam penelitian

ini untuk mengukur kemajuan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa ditetapkan berdasarkan

kriteria PAP (Penilaian Acuan Patokan). Berdasarkan kriteria PAP, kemajuan hasil belajar siswa

melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dikatakan meningkat secara

signifikan manakala dari hasil evaluasi di akhir tindakan penelitian (siklus), seluruh siswa atau

secara klasikal 85% dari siswa telah berhasil mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran Biologi pada kelas X Semester I SMA Negeri

1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008, yang dalam hal ini adalah sebesar 65. Atau secara

prosentase, kemajuan hasil belajar siswa di sini dikatakan meningkat secara signifikan manakala

nilai rata-rata hasil belajar siswa di akhir tindakan menunjukkan peningkatan sebesar 10% dari

hasil belajar sebelumnya. Dan dengan begitu berarti menandai berakhirnya siklus pelaksanaan

program tindakan.

Berikut ini ditetapkan kisi-kisi indikator keberhasilan dan indikator proses sebagai

berikut:

 

 

 

 

 

Page 63: Ptk Biologi Sma

 

Tabel 1: Kisi-kisi Indikator Keberhasilan

No Variabel Masalah

 

Pemecahan

Masalah

Indikator Keberhasilan

 

1 1.Aktivitas belajar siswa

 

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

 

Meningkatnya aktivitas belajar siswa sebesar 10-20% secara kumulatif dalam aspek-aspek berikut:

  Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat

  Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru)

  Kerjasama dalam mengerjakan tugas  kelompok

  Kreativitas belajar (membuat catatan, ringkasan, dan lainnya)

  Interaksi dengan guru selama kegiatan pembelajaran

  Interaksi dengan sesama siswa selama pembelajaran (komunikasi dalam kelompok belajar)

  Partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran (memperhatikan dan mendengarkan, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru)

2.Menurunnya aktivitas yang tidak relevan dengan belajar, sebagai berikut:

Page 64: Ptk Biologi Sma

  Tidak memperhatikan penjelasan guru

  Asyik bermain sendiri

  Melamun dan tidak bergairah belajar

  Mengobrol sendiri dengan teman dalam proses belajar

  Mengerjakan tugas lain2 2.Prestasi belajar

siswa

 

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Sebanyak 85% dari siswa telah mencapai ketuntasan belajar sesuai KKM yang telah ditetapkan, yaitu 65.

 

 

 

Tabel 2: Kisi-kisi Indikator Proses

No

 

Variabel Tindakan Indikator Proses Urutan Kegiatan Instrumen Pengumpul

Data1

 

 

 

2

 

Pembentukan kelompok belajar secara acak terstruktur;

Pemberian dan penyematan nomor identifikasi siswa selama proses; belajar berlangsung

Pemberian tugas kelompok;

1. Interaksi dengan sesama siswa dalam proses belajar;

2. Kerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok;

3. Motivasi dan kegairahan

1. Guru mengarahkan pembentukan kelompok beranggotakan 5 orang secara heterogen berdasarkan gender, sekolah asal, dan kecerdasan.

2. Guru membagikan tanda nomor

      Format observasi

      Lembar portofolio siswa;

      Buku catatan pelajaran siswa.

Page 65: Ptk Biologi Sma

 

 

 

3

 

4

 

5

 

 

 

 

6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Guru memfasilitasi diskusi kelas;

Guru melakukan tanya jawab tentang penguasaan materi dengan seluruh siswa di kelas;

Guru memberikan post tes tertulis ke-1 dan ke-2 dan pada pertemuan selanjutnya menyampaikan hasil evaluasi kepada siswa dan mengumumkannya di depan kelas;

Pemeriksaan portofolio dan buku catatan belajar siswa.

dalam proses belajar;

4. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat;

5. Kreativitas belajar siswa (membuat catatan, ringkasan, dan lainnya);

6. Interaksi dengan guru selama kegiatan pembelajaran;

7. Partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.

 

 

 

identifikasi yang harus disematkan pada diri siswa selama proses belajar di kelas untuk memudahkan observasi dan penilaian proses;

3. Guru menyampaikan kriteria penilaian hasil dan penilaian proses

4. Guru memberikan tugas kelompok dan mengarahkan perlunya pembagian peran yang jelas di antara anggota kelompok;

5. Guru memfasilitasi dan membimbing diskusi kelas;

6. Guru memandu tanya jawab tentang penguasaan materi;

7. Guru membagikan lembar soal post tes ke-1 dan ke-2, dan pada pertemuan berikutnya membagikan dan mengumumkan hasilnya kepada siswa;

8. Guru memeriksa

Page 66: Ptk Biologi Sma

7

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

hasil portofolio dan buku catatan pelajaran siswa.

 

         

 

Selanjutnya perlu pula dikemukakan di sini kriteria penilaian hasil sehubungan dengan

penguasaan siswa terhadap materi atau kompetensi dasar dan kriteria penilaian proses terkait

dengan aktivitas belajar siswa, sebagai berikut:

Tabel 3

Kriteria Penilaian Prestasi Belajar

No NiIai Kriteria1 < 65 Tidak Tuntas (Remidi)2 65 - 75 Tuntas dan cukup3 76 - 90 Tuntas dan Memuaskan

Page 67: Ptk Biologi Sma

(Pengayaan)4 91 - 100 Tuntas dan Sangat

Memuaskan (Pengayaan)

Tabel 4

Kriteria Aktivitas Siswa Yang Relevan Dengan Belajar

No Nilai/Frekuensi Kriteria1 < 40 Rendah Sekali2 41 - 55% Rendah3 56 – 70% Cukup4 71 – 85% Tinggi5 86 – 100% Tinggi Sekali

 

 

 

Tabel 5

Kriteria Aktivitas Siswa Yang Tidak Relevan Dengan Belajar

No Nilai/Frekuensi Kriteria1 1 – 20% Rendah Sekali2 21 - 40% Rendah3 41 – 60% Cukup4 61 – 80% Tinggi5 81 – 100% Tinggi Sekali

 

Indikator keberhasilan dan indikator proses yang telah ditetapkan tersebut dengan

sendirinya juga merupakan kriteria penerimaan ataupun penolakan hipotesis penelitian

(tindakan) yang telah dirumuskan di bagian awal penelitian.

 

 

Page 68: Ptk Biologi Sma
Page 69: Ptk Biologi Sma

BAB IV

HASIL PENELITIAN

 

A.     Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun

Pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 40 orang siswa, terdiri dari 19 putra dan 21 putri.

Adapun obyek penelitian tindakan kelas ini tidak lain adalah variabel tindakan dan variable

masalah. Variabel tindakan dimaksud adalah “penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD”,

sedangkan variabel masalah terdiri dari “aktivitas belajar siswa” dan “prestasi belajar siswa”.

Hasil penelitian terkait dengan kedua variabel penelitian tersebut dapat dilihat pada bagian

berikut ini.

 

B.     Hasil Penelitian

Penelitian ini berjalan dalam dua siklus, yang dalam setiap siklusnya berlangsung dua

kali pertemuan atau pembelajaran tatap muka (setiap pertemuan = 2 x 45 menit). Setiap siklus

penelitian terdiri dari 4 (empat) tahap kegiatan utama, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan

dan refleksi. Data yang dikumpulkan dalamsetiap siklus adalah data yang berhubungan dengan

aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa melalui instrumen pengumpul data yang telah

Page 70: Ptk Biologi Sma

ditetapkan, dalam hal ini adalah melalui format observasi dan lembar soal tes yang telah

disiapkan oleh guru.

Hasil Observasi terhadap aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus setelah diolah dapat

dilihat pada tabel 6 berikut ini :

 

 

Tabel 6

Data Aktivitas Belajar Siswa (N = 40)

 

No

 

INDIKATOR PROSES

KetercapaianSiklus I Siklus II

f % f %1 Keberanian siswa dalam bertanya dan

mengemukakan pendapat22 55 33 82,5

2 Motivasi dan kegairahan dalam proses belajar (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok)

26 65 35 87,5

3 Kerjasama dalam kelompok 26 65 37 92,54 Kreativitas belajar siswa (membuat

catatan, ringkasan)28 70 35 87,5

5 Interaksi dan komunikasi dengan sesama siswa selama pembelajaran  (dalam kerja kelompok)

25 62,5 34 85

6 Interaksi dan komunikasi dengan guru selama kegiatan pembelajaran

24 60 36 90

7 Partisipasi siswa dalam pembelajaran  (memperhatikan dan mendengarkan, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).

25 62,5 38 95

Rata-rata 25 62,5 35 87,5

 

Page 71: Ptk Biologi Sma

Berdasarkan data pada tabel 6 tersebut diketahui bahwa aktivitas belajar siswa

mengalami peningkatan dari 62,5% pada siklus I meningkat menjadi 87,5% pada siklus II, yang

berarti mengalami peningkatan sebesar 25%.

Selanjutnya,  bagaimana data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran,

dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

 

 

 

 

 

 

Tabel 7

Data Aktivitas Siswa Yang Kurang Relevan Dengan Pembelajaran

(N = 40)

 

No

 

INDIKATOR PROSES

KetercapaianSiklus I Siklus II

f % f %1 Asyik bermain sendiri 16 40 7 17,52 Tidak/kurang memperhatikan

penjelasan dari guru atau teman sekelas

18 45 5 12,5

Page 72: Ptk Biologi Sma

3 Mengobrol dan bercanda sendiri dengan teman

12 30 6 15

4 Melamun dan kurang bergairah belajar

22 55 8 20

5 Mengerjakan tugas pelajaran lain 10 25 0 100Rata-rata 16 40 5 12,5

Berdasarkan data pada tabel 7 diatas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan

dengan kegiatan pembelajaran mengalami penurunan, dari 40% pada siklus I menjadi 12,5%

pada siklus II, yang berarti mengalami penurunan sebesar 27,5% pada akhir siklus II.

Selanjutnya, prestasi hasil belajar dan atau ketuntasan belajar siswa terhadap materi

pokok pembelajaran “virus, berikut ciri-ciri, replikasi dan peranannya dalam kehidupan” setelah

data diolah dan disederhanakan dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini (Data mentahnya dapat

dilihat pada Lampiran 8).

 

 

 

 

 

Tabel 8

Data Prestasi Belajar Siswa

 

No

 

Kriteria Penilaian

KetercapaianSiklus I Siklus II

f % f %1 Tidak Tuntas (Remidi) 11 27,5 5 12,52 Tuntas 18 45 21 52,53 Tuntas Memuaskan (Pengayaan) 8 20 10 25

Page 73: Ptk Biologi Sma

4 Tuntas Sangat Memuaskan (Pengayaan)

3 7,5 4 10

N = 40   40  

Dari data pada tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar dan atau ketuntasan

belajar siswa dari siklus I ke siklus II cenderung mengalami peningkatan yang relatif besar. Dari

11 siswa (27,5%) yang tidak tuntas pada siklus I menurun menjadi hanya 5 siswa (12,5%) yang

tidak tuntas dan memerlukan remidi pada akhir siklus II. Seiring dengan itu jumlah siswa yang

tuntas tetapi tidak perlu pengayaan juga meningkat, dari 18 siswa (45%) pada siklus I meningkat

menjadi 21 siswa (52,5%) pada siklus II. Siswa dalam kategori tuntas tetapi tidak memerlukan

pengayaan ini merupakan jumlah yang terbesar dalam sebaran distribusi. Berikutnya adalah

siswa yang “tuntas dengan predikat memuaskan” dan “sangat memuaskan”, masing-masing

sebanyak 8 (20%) dan 3 (7,5%) pada siklus I dan hanya meningkat sedikit pada akhir siklus II,

yaitu masing-masing menjadi 10 (25%) dan 4 (10%). Baik yang tuntas memuaskan maupun

yang tuntas sangat memuaskan, keduanya adalah termasuk kategori siswa yang perlu

mendapat program pengayaan. Jumlah siswa dalam kategori yang terakhir itu secara kumulatif

pada akhir siklus II adalah sebanyak 14 siswa (35%).

 

C.     Pembahasan Hasil

Dari data hasil penelitian yang telah tersaji pada tabel 6, 7, dan 8 tersebut dengan jelas

diketahui bahwa aktivitas belajar siswa dalam segala aspek pengamatan mengalami peningkatan

yang sangat berarti dari siklus I ke siklus II. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD melalui tindakan guru yang berupa pembentukan kelompok belajar secara acak

terstruktur ditambah dengan pemberian dan penyematan tanda nomor identifikasi selama proses

Page 74: Ptk Biologi Sma

belajar untuk memudahkan observasi dan penilaian sepertinya cukup ampuh untuk menggugah

motivasi dan gairah belajar siswa. Siswa seolah menjadi sangat terkesan dengan penciptaan

suasana belajar dan proses penilaian yang tampak serius dan resmi dari guru. Mereka berusaha

untuk tampil sebaik mungkin dalam rangka mendapat penilaian yang terbaik dari guru selama

proses pembelajaran. Apalagi setelah mereka mengetahui tentang aturan main dalam penilaian

proses maupun penilaian hasil.

Itulah kiranya yang mendorong siswa untuk, sepertinya, berlomba dan terpacu

meningkatkan aktivitas belajar mereka di kelas. Dari yang semula kelihatan pemalu dan pendiam

berubah menjadi pro-aktif dalam berinteraksi dan berkomunikasi, baik dengan guru maupun

apalagi dengan teman sekelas atau teman kelompok belajarnya; dari yang semula pemalas,

pelamun dan kurang bergairah belajar mendadak menjadi rajin dan bersemangat belajar; dari

yang semula kelihatan peragu dan penakut berubah menjadi penuh percaya diri dalam kegiatan

tanya jawab; dari yang semula kelihatan “cuek” dan egois berubah menjadi penuh “atensi” dan

mau berbagi dengan teman. Hal itu semua terbukti dari data hasil penelitian sebagaimana

tersajikan pada tabel 6 di atas, di mana aktivitas belajar siswa dalam segala aspek pengamatan

dari 62,5% pada siklus I meningkat menjadi 87,5% pada akhir siklus II, yang berarti naik sebesar

25%. Berdasarkan kriteria penilaian aktivitas belajar yang telah ditetapkan (lihat tabel 4 Bab

III), prosentase aktivitas belajar sebesar 87,5% itu tergolong tinggi sekali. Demikian pula angka

prosentase kenaikan sebesar 25% tersebut jelas jauh melampaui kriteria keberhasilan penilaian

proses sekaligus kriteria pengujian hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, yakni

sebesar 10%. Dengan demikian maka hipotesis penelitian (tindakan) pertama yang dirumuskan

di bagian terdahulu dalam penelitian ini bisa diterima kebenarannya secara meyakinkan. Hal itu

berarti, bahwa “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran

Page 75: Ptk Biologi Sma

Biologi, khususnya pada materi/Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi dan

peranan virus dalam kehidupan” terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas X-1

Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008.

Memang harus diakui, bahwa dengan model pembelajaran kooperatif seperti yang

diterapkan dalam penelitian tindakan ini suasana belajar di kelas menjadi “kesannya” agak ramai

dan cenderung gaduh. Sesekali sering terdengar suara tepukan meriah dan gelak tawa riang dari

para siswa untuk memberikan “applause” dan support atau karena munculnya spontanitas

perilaku jenaka dari teman sekelas ketika berdiskusi ataupun saat mengerjakan tugas-tugas

kelompok dan tanya jawab.. Meskipun begitu suasana kelas tetap kondusif bagi proses

pembelajaran, dan bahkan siswa sepertinya merasakan adanya suasana belajar yang

menyenangkan (joyful learning atau learning is fun). Hal ini setidaknya terbukti dari semakin

menurunnya secara signifikan aktivitas siswa yang tidak relevan dengan belajar dari siklus I ke

siklus berikutnya, sebagaimana terlihat dari sajian data pada tabel 7 di atas, dari 40% aktivitas

siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran pada siklus I turun menjadi 12,5% pada siklus

II. Dan berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan untuk ini (lihat tabel 5 Bab III),

angka prosentase 12,5% itu tergolong rendah sekali. Itu artinya apa? Penerapan tindakan melalui

pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti bisa mereduksi atau mengurangi sampai seminimal

mungkin aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran.

Demikian pula halnya bila ditinjau dari segi hasil, data hasil belajar atau prestasi belajar

siswa sebagaimana tersajikan pada tabel 8 di atas dengan jelas membuktikan bahwa telah terjadi

peningkatan yang sangat signifikan pada prestasi belajar siswa, dari semula hanya 29 siswa (18 +

8 + 3 ) atau sebesar 72,5% yang tuntas belajar pada siklus I meningkat menjadi 35 siswa (21 +

Page 76: Ptk Biologi Sma

10 + 4) atau sebesar 87,5% pada akhir siklus II, yang berarti mengalami peningkatan sebesar

15% untuk kategori ini. Sementara itu untuk kategori penilaian hasil yang lain, yakni kategori

siswa yang tidak tuntas, dari semula sebanyak 11 siswa (27,5%) yang tidak tuntas pada siklus I

berkurang secara drastis menjadi hanya 5 siswa (12,5%) yang tidak tuntas pada akhir siklus II,

yang berarti berkurang sebesar 15%.

Meskipun angka prosentase kenaikan bagi yang tuntas maupun prosesntase pengurangan

bagi yang tidak tuntas dari siklus I ke siklus II tersebut tidak terlalu fantastis, yakni masing-

masing hanya, kebetulan sama 15%, namun bila dihubungkan dengan kriteria keberhasilan yang

telah ditetapkan sebelumnya untuk pengujian hipotesis, yakni kenaikan 10%, maka hal itu sudah

lebih dari cukup membanggakan. Terlebih lagi bila dilihat dari segi kriteria keberhasilan secara

klasikal yang telah ditetapkan, yakni sebesar 85% dari seluruh siswa dalam kelas harus mencapai

ketuntasan belajar, sementara dari penilaian hasil di akhir siklus II ini hanya menyisakan 12,5%

yang tidak tuntas (yang berarti 87,5% siswa telah mencapai ketuntasan belajar), maka dari situ

dapat dipahami lebih jauh bahwa tindakan guru melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini telah berhasil mencapai tujuannya. Dengan demikian pula maka hipotesis penelitian

(tindakan) kedua yang dirumuskan dalam penelitian ini terbukti dapat diterima kebenarannya

secara sah dan meyakinkan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

pembelajaran Biologi, khususnya pada materi atau kompetensi dasar “mendeskripisikan ciri-ciri

virus, replikasi dan peranannya dalam kehidupan” terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008.

 

 

Page 77: Ptk Biologi Sma

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 78: Ptk Biologi Sma

BAB V

PENUTUP

 

A.     Simpulan

Simpulan utama yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan jawaban

terhadap masalah penelitian yang telah dirumuskan, sebagai berikut:

1.      Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada bidang studi Biologi, khususnya

pada materi atau kompetensi dasar “mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi dan peranan virus

dalam kehidupan” terbukti telah berhasil meningkatkan sebesar 25% (dari semula 62,5%

pada siklus I menjadi 87,5% pada akhir siklus II) dari aktivitas belajar siswa Kelas X-1

Semester I SMA Negeri 1 Babat Tahun Pelajaran 2007/2008.

2.      Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada bidang studi Biologi, khususnya

pada materi atau kompetensi dasar “mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi dan peranan virus

dalam kehidupan” terbukti juga telah berhasil meningkatkan sebesar 15% (dari semula 27,5%

yang tidak tuntas pada siklus I berkurang menjadi 12,5% yang tidak tuntas pada akhir siklus

II) dari prestasi belajar atau ketuntasan belajar siswa Kelas X-1 Semester I SMA Negeri 1

Babat Tahun Pelajaran 2007/2008.

Dengan demikian maka tindakan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada bidang studi Biologi di sini telah berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.

Page 79: Ptk Biologi Sma

 

B.     Saran

Mengingat hasil-hasil penelitian yang telah dicapai di sini, maka disarankan:

1.      Kepada siswa; mereka para siswa hendaknya lebih meningkatkan kerjasamanya dalam

kegiatan pembelajaran, terutama dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan

oleh guru. Dengan begitu maka selain akan menimbulkan rasa saling asah, saling asih dan

saling asuh di antara siswa juga akan mempermudah upaya pencapaian tujuan pembelajaran

di sekolah.

2.      Kepada teman sejawat, guru; jika menghadapi masalah pembelajaran yang sama atau yang

mirip dengan masalah yang ada dalam penelitian ini, kiranya patut dicoba untuk diatasi

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pada bidang studi yang sama

dengan ini ataupun untuk bidang studi yang lain. Mengingat satu dan lain hal, model

pembelajaran kooperatif tipe STAD selain prosedurnya mudah dan sederhana, dampaknya

sangat terasa bagi peningkatan aktivitas belajar siswa sesuai dengan tuntutan dan trend

pembelajaran yang berkembang akhir-akhir ini.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmadi,Abu,Drs., dan Supriyono,Widodo,Drs., Psikologi Belajar, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1991.

De Porter,Bobbi dan Hernacki,Mike dalam Abdurrahman,Alwiyah (penerjemah), Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung, Kaifa, 2002.

Page 80: Ptk Biologi Sma

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI; Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990.

Mulyasa,E., Dr.,M.Pd., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2003.

--------------------------, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2003.

Gordon,Thomas, dalam Mudjito,Drs.,MA. (Penyadur); Guru Yang Efektif, Cara Mengatasi Kesulitan Dalam Kelas, Jakarta, CV Rajawali, 1984.

Hamalik,Oemar,Dr., Perencanaan dan Manajemen Pendidikan, Bandung, Penerbit CV Mandar Maju, 1991.

Madya,Suwarsih,Prof.,Ph.D., Teori dan Praktik, Penelitian Tindakan (Action Research), Bandung, Penerbit Alfabeta, 2006.

Pemerintah RI; UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Penerbit Cemerlang, 2003.

-------------------; UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bandung, Penerbit Citra Umbara, 2006.

Surakhmad,Winarno,Dr.,M.Sc.,Ed.; Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung, Penerbit Jemmars, 1980.

Sunarto,H.,Prof.,Dr. dan Hartono, Ny.B.Agung,Dra.; Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1999.

Sudjana,Nana,Dr.; Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Penerbit PT Remaja, 1989.

Suyanto,Prof.,Drs.,M.Ed.,Ph.D. dan Abbas,M.S.,Drs.,M.Si.; Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa, Yogyakarta, Penerbit Adi Cita Karya Nusa, 2001.

Sulipan,Dr., Artikel Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Online, “Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)”, http://www.ktiguru.org/

 

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Page 81: Ptk Biologi Sma

Format Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Siklus I dan II

 

No

NAMASISWA  

Keberanian

bertanya

 

Motivasi

belajar

Kerja

Sama dlm ke-

lompok

Kreativi-

tas belajar

Interaksi

Sesama

siswa

Interaksi

Dengan

guru

Partisipa

si dalam

pembelajaran

    Ya Tdk Ya

Tdk

Ya

Tdk

Y T Y T Y T Y T

1                              2                              3                              4                              5                              6                              7                              8                              9                              40                              

Lampiran II

Format Observasi

Aktivitas Siswa Yang Kurang Relevan Dengan Pembelajaran

Siklus I dan II

No NAMASISWA  

Asyik bermain

sendiri

Kurang memperhatikan penjelasan guru

Berbicara sendiri dengan teman

Melamun dan kurang bergairah

Mengerjakan tugas

pelajaran lain

    Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk1                      2                      3                      4                      5                      

Page 82: Ptk Biologi Sma

6                      7                      8                      9                      40                      

 

Lampiran III

INTRUMEN PENILAIAN MEMBUAT RANGKUMAN MATERI

Standar Kompetensi :

Kompetensi Dasar :

Tanggal Penilaian :

 

No Nama siswaKriteria /Aspek

Skor 

Nilai1 2 3 3 5 6

1.                  2.                  3.                  4.                  5.                  6.                  7.                  8.                  9.                  40.                  

 

Kriteria:

1.      Kelengkapan dan keluasan cakupan materi

2.      Keruntutan sitematika rangkuman

3.      Kecermatan dan ketepatan bahasa

4.      Kerapian tulisan

Page 83: Ptk Biologi Sma

5.      Ketepatan waktu pengumpulan

6.      Keanekaragaman sumber informasi

 

Lampiran IV

INSTRUMEN PENILAIAN KLIPING

Standar Kompetensi :

Kompetensi Dasar :

Indikator :

Tanggal Penilaian :

 

No Nama siswaKriteria /Aspek

Skor 

Nilai1 2 3 3 5 6

1.                  2.                  3.                  4.                  5.                  6.                  7.                  8.                  9.                  40.                  

 

Kriteria:

1.      Bentuk susunan kliping

2.      Kesesuaian judul dengan tema

3.      Kesesuaian artikel dengan tema

4.      Kedalaman isi artikel

Page 84: Ptk Biologi Sma

5.      Ketepatan komentar dan kesimpulan

6.      Keanekaragaman Sumber informasi yang diacu

 

Lampiran V

INSTRUMEN OBSERVASI KEGIATAN PRAKTIKUM KELOMPOK

Standar Kompetensi :

Kompetensi Dasar :

Indikator :

Tanggal Penilaian :

 

No

 

Nama siswa

Kriteria /Aspek  

Skor

 

Nilai1 2 3 4 5

1.                2.                3.                4.                5.                6.                7.                8.                9.                40.                

 

Kriteria:

1.      Persiapan alat dan bahan

2.      Kesesuaian pelaksanaan dengan cara kerja

3.      Inisiatif dalam bekerja

4.      Kontribusi dan partisipasi dalam kelompok

5.      Kerapian dan kebersihan tempat setelah bekerja

Page 85: Ptk Biologi Sma

 

Lampiran VI

INSTRUMEN PENILAIAN LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KELOMPOK

Standar Kompetensi :

Kompetensi Dasar :

Indikator :

Tanggal Penilaian :

 

No

 

Nama siswa

 

Kriteria/aspek

 

Skor

 

Nilai1 2 3 4 5 6    

1.                  2.                  3.                  4.                  5.                  6.                  7.                  8.                  9.                  40.                  

 

Kriteria:

1.      Bentuk susunan sistematika laporan

2.      Kelengkapan laporan (judul, tujuan, alat bahan, cara kerja)

3.      Kontribusi dalam kelompok

4.      Kerjasama dalam kelompok

5.      Keberanian bertanya dan menjawab dalam diskusi

6.      Partisipasi dalam diskusi

Page 86: Ptk Biologi Sma

 

Lampiran VII

FORMAT OBSERVASI DISKUSI KELOMPOK

 

No NAMASISWA  

Kelancaran

bahasa

Keruntutan Penalaran

Keberanian bertanya dan menjawab

Kesesuaian pertanyaan

dan jawaban

Kerjasama

Dalam kelompok

    Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk1                      2                      3                      4                      5                      6                      7                      8                      9                      40                      

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran VIII

FORMAT PENILAIAN PORTOFOLIO DAN CATATAN PELAJARAN

No NAMASISWA  

Kerapian

Catatan dan portofolio

Kelengkapan

Catatan dan

Keruntutan sistematika penulisan

Keruntutan bahasa

penulisan

Kemampuan penalaran membuat

kesimpulan

Page 87: Ptk Biologi Sma

portofolio    Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk1                      2                      3                      4                      5                      6                      7                      8                      9                      40                      

 

Lampiran IX:

Data Aktivitas Belajar Siswa

 

No

 

INDIKATOR PROSES

KetercapaianSiklus I Siklus II

f % f %1 Keberanian siswa dalam bertanya dan

mengemukakan pendapat22 55 33 82,5

2 Motivasi dan kegairahan dalam proses belajar (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok)

26 65 35 87,5

3 Kerjasama dalam kelompok 26 65 37 92,54 Kreativitas belajar siswa (membuat

catatan, ringkasan)28 70 35 87,5

5 Interaksi dan komunikasi dengan sesama siswa selama pembelajaran  (dalam kerja kelompok)

25 62,5 34 85

6 Interaksi dan komunikasi dengan guru selama kegiatan pembelajaran

24 60 36 90

7 Partisipasi siswa dalam pembelajaran  (memperhatikan dan mendengarkan, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).

25 62,5 38 95

Rata-rata 25 62,5 35 87,5

 

 

Page 88: Ptk Biologi Sma

 

 

 

 

 

Lampiran X

DATA AKTIVITAS SISWA

YANG TIDAK RELEVAN DENGAN PEMBELAJARAN

 

 

No

 

INDIKATOR PROSES

KetercapaianSiklus I Siklus II

f % f %1 Asyik bermain sendiri 16 40 7 17,52 Tidak/kurang memperhatikan

penjelasan dari guru atau teman sekelas

18 45 5 12,5

3 Mengobrol dan bercanda sendiri dengan teman

12 30 6 15

4 Melamun dan kurang bergairah belajar

22 55 8 20

5 Mengerjakan tugas pelajaran lain 10 25 0 100Rata-rata 16 40 5 12,5

 

Lampiran XI

FORMAT PENILAIAN PRESTASI DAN KETUNTASAN BELAJAR

SIKLUS I DAN II

Standar Kompetensi :

Kompetensi Dasar :

Indikator :

Page 89: Ptk Biologi Sma

Tanggal Penilaian :

 

NO NAMA SISWA SIKLUS I SIKLUS IINilai TT T TM TSM Nilai TT T TM TSM

1                      2                      3                      4                      5                      6                      7                      8                      9                      40                      

RATA-RATA                    

 

Keterangan:

TT : Tidak Tuntas/Remidi

T : Tuntas

TM : Tuntas Memuaskan/Pengayaan

TSM : Tuntas Sangat Memuaskan/Pengayaan

 

 

 

Lampiran XII

DATA HASIL PRESTASI BELAJAR SISWA

SIKLUS I DAN II

NO NAMA SISWA SIKLUS I SIKLUS IINilai TT T TM TSM Nilai TT T TM TSM

1 Aditya M. 52 √       69   √    2 Afan Hamzah 93       √ 95       √

Page 90: Ptk Biologi Sma

3 Anita Puji Y. 88     √   90     √  4 Ardiansyah 62 √       68   √    5 Ayu Rohmana 73   √     75   √    6 Azza Linata I. 56 √       62 √      7 Dewi Nasyiatul 60 √       73   √    8 Dwi Ayu S. 82     √   87     √  9 Eko Firmansyah 75   √     83     √  10 Ellok Shoffil I. 62 √       68   √    11 Ertinda D.S. 72   √     75   √    12 Gesang K. 70   √     75   √    13 Hasty Tiana.S. 60 √       63 √      14 Henti Nurdiana 91       √ 95       √15 Hesti Setiawati 80     √   93       √16 Holly Aphrodita 91       √ 95       √17 Ida Rahayu 60 √       69   √    18 Intan Dewi P. 80     √   85     √  19 Khoirul Sodikin 62 √       67   √    20 M.As Sidiq 79     √   83     √  21 M.Rizal Basori 55 √       61 √      22 M.Fanani Rois 70   √     73   √    23 M.Alim Safiro 73   √     75   √    24 Mys Sri A.D. 72   √     74   √    25 Noyan Faris S. 72   √     75   √    26 Retno Sulistiyo 79     √   84     √  27 Rhea Rahma A. 67   √     72   √    28 Roidatul R. 89     √   90     √  29 Sonni Anggara 70   √     75   √    30 Sri Susi Susanti 69   √     74   √    31 Sulis Ikhwanul 70   √     75   √    32 Taufiq M.D. 85     √   88     √  33 Tika Anggraeni 70   √     75   √    34 Tri A. Buhori 60 √       63 √      35 Wahyu S.Efendi 68   √     77     √  36 Yusuf Ihwanudi 69   √     72   √    37 Zumrotus S. 70   √     74   √    38 M.Nur Firdaus 60 √       63 √      39 Laila Nur 75   √     82     √  40 Indra M. 73   √     75   √    

Jumlah Frekuensi 11 18 8 3   5 21 10 4

 

 

Lampiran XIII

Page 91: Ptk Biologi Sma

 

FOTO DAN GAMBAR PROSES PEMBELAJARAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 92: Ptk Biologi Sma

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 93: Ptk Biologi Sma

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 94: Ptk Biologi Sma

http://massholeh.webs.com/ptkbiologisma.htm