PTI Perkembangan Industri

download PTI Perkembangan Industri

of 32

description

pti

Transcript of PTI Perkembangan Industri

DEFINISI

DEFINISITeknik Industriadalah cabang dari ilmuteknikyang berkenaan dengan pengembangan, perbaikan, implementasi, dan evaluasi sistem integral dari manusia,pengetahuan, peralatan,energi,materi, dan proses.

Teknik Industri adalah bidang memanage/mengatur suatu system. Memanage suatu system yaitu menggunakan seluruh elemen dari system/subsistem yang saling bersinergi dalam bekerja (pengembangan, perbaikan, dll) dengan tujuan efektif, produktif, dan efektif.Teknik Industri merupakan ilmu yang menjembatani antara ilmu keteknikan dan ilmu sosial.

Teknik Industri merupakan gabungan dari ilmu matematika, fisika, pengetahuan teknik dan aktivitas bisnis seperti system pemasaran, keuangan, pengembangan sumber daya manusia dan lain-lain, yang fundamental dengan prinsip-prinsip dan metode-metode dari desain dan analisis keteknikan.

Teknik Industri merupakan suatu disiplin ilmu gabungan dari ilmu keteknikan dan ilmu manajemen yang mempelajari tentang perancangan, penginstalan, dan perbaikan serta pengembangan suatu sistem yang integral yang terdiri dari manusia, material, peralatan, energi, dan informasi agar tercapai prosedur operasi/kerja sistem yang efektif dan efisien.

BIDANG KEAHLIAN Sistem ManufakturSistem Manufaktur adalah sebuah sistem yang memanfaatkan pendekatan teknik industri untuk peningkatankualitas,produktivitas, danefisiensi sistem integralyang terdiri dari manusia,mesin,material, energi, dan informasi melalui proses perancangan, perencanaan, pengoperasian, pengendalian, pemeliharaan, dan perbaikan dengan menjaga keselarasan aspek manusia dan lingkungan kerjanya. Jenis bidang keilmuan yang dipelajari dalam Sistem Manufaktur ini antara lain adalahSistem Produksi,Perencanaan dan Pengendalian Produksi,Pemodelan Sistem,Perancangan Tata Letak Pabrik, danErgonomi.

Manajemen IndustriManajemen Industri adalah bidang keahlian yang memanfaatkan pendekatan teknik industri untuk penciptaan dan peningkatannilai sistem usahamelalui fungsi dan proses manajemen dengan bertumpu pada keunggulan sumber daya insani dalam menghadapi lingkungan usaha yang dinamis. Jenis bidang keilmuan yang dipelajari dalam Manajemen Industri antara lain adalahManajemen Keuangan,Manajemen Kualitas,Manajemen Inovasi,Manajemen Sumber Daya Manusia,Manajemen Pemasaran,Manajemen KeputusandanEkonomi Teknik.

Sistem Industri dan Tekno EkonomiSistem Industri dan Tekno-Ekonomi adalah bidang keahlian yang memanfaatkan pendekatan teknik industri untuk peningkatan daya saing sistem integral yang terdiri atastenaga kerja,bahan baku,energi,informasi,teknologi, daninfrastrukturyang berinteraksi dengan komunitas bisnis, masyarakat, dan pemerintah. Bidang keilmuan yang dipelajari di dalam Sistem Industri dan Tekno Ekonomi antara lain adalahStatistika Industri,Sistem Logistik,Logika Pemrograman,Operational Research, danSistem Basis DataSEJARAHUniversal/International

Awal mula Teknik Industri dapat ditelusuri dari beberapa sumber berbeda.Frederick Winslow Taylorsering ditetapkan sebagaiBapak Teknik Industrimeskipun seluruh gagasannya tidak asli. Beberapa risalah terdahulu mungkin telah memengaruhi perkembanganTeknik Industriseperti risalahThe Wealth of NationskaryaAdam Smith, dipublikasikan tahun1776;Essay on PopulationkaryaThomas Malthusdipublikasikan tahun1798;Principles of Political Economy and TaxationkaryaDavid Ricardo, dipublikasikan tahun1817; danPrinciples of Political EconomykaryaJohn Stuart Mill, dipublikasikan tahun1848. Seluruh hasil karya ini mengilhami penjelasan pahamLiberal Klasikmengenai kesuksesan dan keterbatas dariRevolusi Industri.Adam Smithadalah ekonom yang terkenal pada zamannya. "Economic Science" adalah frasa untuk menggambarkan bidang ini di Inggris sebelum industrialisasi America muncul .

Kontribusi penting lainnya dan mengilhami Taylor adalahCharles W. Babbage. Babbage adalah profesor ahli matematika diCambridge University. Salah satu kontribusi pentingnya adalah buku yang berjudulOn the Economy of Machinery and Manufacturerstahun1832yang mendiskusikan banyak topik menyangkut manufaktur. Babbage mendiskusikan gagasan tentangKurva Belajar(Learning Curve), pembagian tugas dan bagaimana proses pembelajaran dipengaruhi, dan efek belajar terhadap peningkatan pemborosan. Dia juga sangat tertarik pada metode pengaturan pemborosan. Charles Babbage adalah orang pertama yang menganjurkan membangun komputer mekanis. Dia menyebutnya "analytical calculating machine" , untuk tujuan memecahkan masalah matematika yang kompleks.

Di Amerika Serikat selama akhir abad 19 telah terjadi perkembangan yang memengaruhi pembentukan Teknik Industri.Henry R. Townemenekankan aspek ekonomi terhadap pekerjaan insinyur yakni bagaimana seorang insinyur akan meningkatkan laba perusahaan? Towne kemudian menjadi anggotaAmerican Society of Mechanical Engineers(ASME) sebagaimana yang dilakukan beberapa pendahulunya di bidang Teknik Industri. Towne menekankan perlunya mengembangkan suatu bidang yang terfokus pada sistem manufactur. DalamIndustrial Engineering Handbookdikatakan bahwa "ASME adalah tempat berkembang biaknya Teknik Industri". Towne bersamaFredrick A. Halseybekerja mengembangkan dan memaparkan suatu Rencana Kerja untuk mengurangi pemborosan kepada ASME. Tujuan Recana ini adalah meningkatkan produktivitas pekerja tanpa berpengaruh negatif terhadap ongkos produksi. Rencana ini juga menganjurkan bahwa sebagian keuntungan dapat dibagikan kepada pekerja dalam bentuk insentif.

Henry L. Gantt(juga anggotaASME) menekankan pentingnya seleksi karyawan dan pelatihannya. Dia, seperti juga Towne dan Halsey, memaparkan paper dengan topik-topik seperti biaya, seleksi karyawan, pelatihan, skema insentif, dan penjadwalan kerja. Dia adalah penciptaDiagram Gantt(Gantt chart), yang saat ini merupakan diagram yang sangat populer digunakan dalam penjadwalan kerja. Sampai sekarangGantt chartdigunakan dalam bidang statistik untuk membuat prediksi yang akurat. Jenis diagram lainnya telah dikembangkan untuk tujuan penjadwalan sepertiProgram Evaluation and Review Technique(PERT) danCritical Path Mapping(CPM).

Sejarah Teknik Industri tidak lengkap tanpa menyebutFrederick Winslow Taylor. Taylor mungkin adalah pelopor Teknik Industri yang paling terkenal. Dia mempresentasikan gagasan mengenai pengorganisasian pekerjaan dengan menggunakanmanajemenkepada seluruh anggotaASME. Dia menciptakan istilah"Scientific Management"untuk menggambarkan metode yang dia bangun melalui studi empiris. Kegiatannya, seperti yang lainnya, meliputi topik-topik seperti pengorganisasian pekerjaan dengan manajemen, seleksi pekerja, pelatihan, dan kompensasi tambahan bagi seluruh individu yang memenuhi standar yang dibuat perusahaan.Scientific Managementmemiliki efek yang besar terhadapRevolusi Industri, baik diAmerikamaupun di luar negaraAmerika.

KeluargaGilbrethdiakui akan pengembangan terhadapStudi Waktu dan Gerak(Time and Motion Studies).Frank Bunker Gilbrethdan istrinyaDr. Lillian M. Gilbrethmelakukan penelitian mengenaiPemahaman Kelelahan(Fatigue),Skill Development,Studi Gerak(Motion Studies), danStudi Waktu(Time Studies).Lillian Gilbrethmemeliki gelasr Ph.D. dalam bidangPsikologiyang membantunya dalam memahami masalah-masalah manusia. Keluarga Gilbreth meyakini bahwa terdapat satu cara terbaik ("one best way") untuk melakukan pekerjaan. Salah satu pemikiran mereka yang siginifikan adalah pengklasifikasian gerakan dasar manusia ke dalam 17 macam, dimana ada gerakan yang efektif dan ada yang tidak efektif. Mereka menamakannyaTabel Klasifikasi Therbligs(ejaan terbalik dari kata Gilbreth). Gilbreth menyimpulkan bahwa waktu untuk menyelesaikan gerakan yang efektif (effective therblig) lebih singkat tetapi sulit untuk dikurangi, demikian sebaliknya dengan non-effective therbligs. Gilbreth mengklaim bahwa setiap bentuk pekerjaan dapat dipisah-pisah ke dalam bentuk pekerjaan yang lebih sederhana.

SaatAmerika SerikatmenghadapiPerang Dunia II, secara diam-diam pemerintah mendaftarkan para ilmuwan untuk meneliti perencanaan, metode produksi, dan logistik dalam perang. Para ilmuwan ini mengembangkan sejumlah teknik untuk pemodelan dan memprediksi solusi optimal. Lebih lanjut saat informasi ini terbongkar. lahirlahOperation Research. Banyak hasil penelitian yang masih sangat teoritis dan pemahaman bagaimana menggunakannya dalam dunia nyata tidak ada. Hal inilah yang menyebabkan jurang antara kelompokOperation Research(OR) dan profesi insinyur terlalu lebar. hanya sedikit perusahaan yang dengan sigap membentuk departemen Operation Research dan mengkapitalisasikannya.

Pada1948sebuah komunitas baru,American Institute for Industrial Engineers(AIIE), dibuka untuk pertama kalinya. Pada masa ini Teknik Industri benar-benar tidak mendapat tempat yang khusus dalam struktur perusahaan. Selama tahun1960dan sesudahnya, beberapa perguruan tinggi mulai mengadopsi teknik-teknik operation research dan menambahkannya pada kurikulum Teknik Industri. Sekarang untuk pertama kalinya metode-metode Teknik Industri disandarkan pada fondasi analisis, termasuk metode empiris terdahulu lainnya. Pengembangan baru terhadapoptimisasidalam matematika sebagaimana metode baru dalam analisis statistik membantu dalam mengisi lubang kosong bidang Teknik Industri dengan pendekatan teoritis.

Kemudian, permasalahan Teknik Industri menjadi begitu besar dan kompleks pada dan saat komputer digital berkembang. Dengan komputer digital dan kemampuannya menyimpan data dalam jumlah besar, insinyur Teknik Industri memiliki alat baru untuk mengkalkulasi permasalahan besar secara cepat. Sebelumnya komputasi pada suatu sistem memakan mingguan bahkan bulanan, tetapi dengan komputer dan perkembangan sub-program "sub-routines", perhitungan dapat dilakukan dalam hitungan menit dan dengan mudah dapat diulangi terhadap kriteria problem yang baru. Dengan kemampuannya menyimpan data, hasil perhitungan pada sistem sebelumnya dapat disimpan dan dibandingkan dengan informasi baru. Data-data ini membuat Teknik Industri menjadi cara yang kuat dalam mempelajari sistem produksi dan reaskinya bila terjadi perubahan.

IndonesiaSejarah Teknik Industri di Indonesia di awali dari kampus ITBInstitut Teknologi Bandungpada tanggal1 Januari1971. Sejarah pendirian pendidikan Teknik Industri di ITB tidak terlepas dari kondisi praktik sarjana mesin pada tahun lima-puluhan. Pada waktu itu, profesi sarjanaTeknik mesinmerupakan kelanjutan dari profesi pada zaman Belanda, yaitu terbatas pada pekerjaan pengoperasian dan perawatan mesin atau fasilitas produksi. Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor, karena di Indonesia belum terdapat pabrik mesin.

DiUniversitas Indonesia(www.ui.ac.id), keilmuan Teknik Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh puluhan, dan merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin. Sejak 30 Juni 1998, diresmikanlah Jurusan Teknik Industri (sekarang Departemen Teknik Industri) Fakultas Teknik Universitas Indonesia, situs resminya dihttp://www.ie.ui.ac.id/Kalau pada masa itu, dijumpai bengkel-bengkel tergolong besar yang mengerjakan pekerjaan perancangan konstruksi baja seperti yang antara lain terdapat di kotaPasuruandanKlaten, pekerjaan itu pun masih merupakan bagian dari kegiatan perawatan untuk mesin-mesinpabrik guladan pabrik pengolahan hasil perkebunan yang terdapat diJawa TimurdanJawa Tengah. Dengan demikian kegiatan perancangan yang dilakukan oleh para sarjana Teknik Mesin pada waktu itu masih sangat terbatas pada perancangan dan pembuatan suku-suku cadang yang sederhana berdasarkan contoh-contoh barang yang ada. Peran yang serupa bagi sarjana Teknik Mesin juga terjadi dipabrik semendan dibengkel-bengkel perkereta-apian.

Pada saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai sarjana Teknik Mesin dengan tugas pengoperasian mesin dan fasilitas produksi, tantangan utama yang mereka hadapi ialah bagaimana agar pengoperasian itu dapat diselenggarakan dengan lancar danekonomis. Jadi fokus pekerjaan sarjana Teknik Mesin pada saat itu ialah pengaturan pembebanan pada mesin-mesin agar kegiatan produksi menjadi ekonomis, danperawatan(maintenance) untuk menjaga kondisi mesin supaya senantiasa siap pakai.

Pada masa itu, seorang kepala pabrik yang umumnya berlatar-belakang pendidikan mesin, sangat ketat dan disiplin dalam pengawasan terhadap kondisi mesin. Di pagi hari sebelum pabrik mulai beroperasi, ia keliling pabrik memeriksa mesin-mesin untuk menyakini apakah alat-alat produksi dalam keadaan siap pakai untuk dibebani suatu pekerjaan.

Pengalaman ini menunjukan bahwa pengetahuan dan kemampuan perancangan yang dipunyai oleh seorang sarjana Teknik Mesin tidak banyak termanfaatkan, tetapi mereka justru memerlukan bekal pengetahuan manajemen untuk lebih mampu dan lebih siap dalam pengelolaan suatu pabrik dan bengkel-bengkel besar.

Sekitar tahun 1955, pengalaman semacam itu disadari benar keperluannya, sehingga sampai pada gagasan perlunya perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin dalam bidang pengelolaan pabrik.

Pada tahun yang sama, orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia karena terjadi krisis hubungan antara Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya, banyak pabrik yang semula dikelola oleh para administratur Belanda, mendadak menjadi vakum dari keadministrasian yang baik. Pengalaman ini menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus memikirkan gagasan pendidikan alternatif bidang keahlian di dalam pendidikan Teknik Mesin.

Pada awal tahun 1958, mulai diperkenalkan beberapa mata kuliah baru di Departemen Teknik Mesin, diantaranya:Ilmu Perusahaan,Statistik,Teknik Produksi,Tata Hitung OngkosdanEkonomi Teknik. Sejak itu dimulailah babak baru dalam pendidikan Teknik Mesin di ITB, mata kuliah yang bersifat pilihan itu mulai digemari oleh mahasiswa Teknik Mesin dan jugaTeknik KimiadanTambang.

Sementara itu pada sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik Mesin telah mulai menghasilkan sebagian sarjananya yang berkualifikasi pengetahuan manajemen produksi/teknik produksi. Bidang Teknik Produksi semakin berkembang dengan bertambahnya jenis mata kuliah. Mata kuliah seperti:Teknik Tata Cara,Pengukuran Dimensional,Mesin Perkakas,Pengujian Tak Merusak,Perkakas PembantudanKeselamatan Kerjacukup memperkaya pengetahuan mahasiswaTeknik Produksi.

Pada tahun 1966 - 1967, perkuliahan di Teknik Produksi semakin berkembang. Mata kuliah yang berbasis teknik industri mulai banyak diperkenalkan. Sistemman-machine-materialtidak lagi hanya didasarkan pada lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada lingkup yang lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah:Manajemen Personalia,Administrasi Perusahaan,Statistik Industri,Perancangan Tata Letak Pabrik,Studi Kelayakan,Penyelidikan Operasional,Pengendalian Persediaan Kualitas StatistikdanPrograma Linier. Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik Produksi secara resmi berubah menjadi Teknik Industri dan masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik Mesin ITB.

Pada tahun 1968 - 1971, dimulailah upanya untuk membangun Departemen Teknik Industri yang mandiri. Upaya itu terwujud pada tanggal 1 Januari 1971.

Prospek Lulusan Teknik IndustriSeorang lulusan Teknik Industri memiliki prospek kerja di bidang yang sangat luas antara lain adalah :

1. Bidang produksi/ operasi dan penjaminan mutu

2. Bidang teknologi informasi

3. Bidang pemasaran/manajemen bisnis

4. Bidang industri manufaktur

5. Bidang konsultasi manajemen

6. Bidang manajemen sumber daya manusia

7. Bidang pendidikan (dosen/peneliti)

Hubungan Teknik Industri dengan disiplin ilmu lain

Disiplin teknik industri tidak dapat dipisahkan dengan disiplin ilmu lain. Konsep teknik industri yang bertujuan untuk mendapatkan efisiensi kerja telah nyata-nyata membutuhkan bantuan dari disiplin ilmu lain, aplikasi disiplin teknik industri tersebut meluas ke segala bidang kehidupan tidak hanya diaplikasikan khusus pada industri saja, melainkan pada semua oprasi yang ada pada pemerintahan, perdagangan, jasa pelayanan, dan juga bidang kemiliteran.

Ilmu dasar Teknik IndustriTiga kritera yang harus dilakukan agar aplikasi dari ilmu teknik industri berhasil adalah kualitas, waktu dan biaya.tujuan teknik industri adalah menjamin bahwa produk atau jasa yang dihasilkan/diproduksi pada kualitas yang tepat, pada waktu yang tepat dan biaya yang tepat pula. ilmu-ilmu yang termasuk dalam analisi dan perancangan oprasi adalah:1. method enginering merupakan analisis perancangan kerja

2. pengukuran kerja merupakan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur kerja agar efektif dan efisien

3. ergonomi mempelajari tentang keterkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya, terutama dengan hasil rancangan kerja

4. perencanaan dan perancangan fasilitas

5. simulasi didefinisinya suatu metodologi untuk melakukan percobaan dengan menggunakan model dari sistem nyata

6. material handling dikonotasikan suatu perpindahan material atau bahan dari satu lokasi ke lokasi lain atau diantara stasiun kerja.

7. Riset oprasional

8. Sistem produksi didefinisikan aktifitas untuk mengolah atau mengatur penggunaan sumber daya (resources) pada penciptaan barang atau jasa bertujuan memperbaiki tingkat efektifitas dan efesiensi dalam proses produksi.Pegangan ( Hand Out ) PresentasiApa arti penting industri bagi pertumbuhan bangsa kita?

Sesungghuhnya, mesin pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terletak pada peningkatan produktivitas sektor industri. Ini yang sering tidak kita sadari bersama. Betul bahwa kita telah mengalami pergantian beberapa pemerintahan, namun kita seakan tidak pernah keluar dari krisis yang mendera sejak tahun 1998 karena sektor industrinya stagnan bahkan menurun. Policy maker yang memahami dinamika industri di Indonesia tidak banyak. Akibatnya, terapi yang dikeluarkan sering ad hoc, tidak memahami gambaran besar dan tidak menyentuh akar masalahnya. Cerita buramnya, jika produktivitas sektor industri seperti sekarang dalam jangka waktu 10 tahun ke depan, siapapun presidennya tidak akan mungkin mengembalikan ekonomi Indonesia seperti sebelum krisis. Ekonomi kita akan tetap rentan dari gejolak eksternal dan akibatnya political instability pun akan kerap menyapa kita. Siapapun presidennya, partai apapun yang menjadi pemenang, tetap akan punya tugas berat di masa yang akan datang.

Jadi, pengelolaan industri menjadi sangat strategis?

Ya begitu, kalau dianalogikan dengan kendaraan, pemerintah itu hanya streering the wheel, mengendalikan engine of growth nya itu adalah sektor usaha. Sampai sekarang kita belum memiliki kebijakan industri yang eksplisit. Upaya-upaya ke arah itu sudah dilakukan oleh Menteri Perindustrian kita yang sekarang, tapi tetap saja industri yang ingin dikembangkan spektrumnya terlalu luas. Daya saing ekonomi kita kuat hanya bisa dicapai kalau produktivitas sektor industri kita meningkat dan itu hanya mungkin dicapai kalau ada inovasi teknologi yang terjadi di sektor idnsustri kita. Nah, insentif untuk mengembangkan teknologi di sektor industri ini yang belum kelihatan. Pembelajaran teknologi sering direduksi sebatas R&D, padahal setiap industri punya trajektori yang berbeda dalam mengembangkan teknologi ini. Jadi, tak melulu harus R&D. Ada reserve engineering leraning by doing learning by imitation, dan lain sebagainya. Jadi, seharusnya kita memiliki road map industri yang komprehensif yang menyatukan kebijakan industri, kebijakan teknologi, dan kebijakan pendidikan nasional.

Tapi, bukankah di masa orde baru kita punya konsep negara industri seperti yang terurai dalam beberapa Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)?

Repelita memang suatu konsep yang bagus dan sangat sistematis. Sayangnya warisan bagus itu tidak kita lestarikan. Kekeliruan konsep repelita orde baru kerena hanya mendefinisikan industrialisasi sebagai peningkatan proporsi atau kontribusi sektor industri terhadap ekonomi nasional. Padahal industrialisasi sejatinya bukan hanya peningktan proporsi dan kontribusi, tapi juga terjadinya pendalaman struktur industri. Nah, di Indonesia sepanjang orde baru proporsi sektor industri memang terus meningkat, tetapi pendalaman struktur industri kita tak pernah terjadi. Dengan kata lain, industrialisasi sebagaimana didengung-dengungkan selama ini itu tak pernah terjadi. Kita dari dulu sampai sekarang masih terjebak pada industri-industri tradisional yang technogical content-nya rendah. Tak pernah ada pergeseran yang signifikan. Kontributor kita pada ekspor masih didominasi oleh industri yang itu-itu saja seperti puluhan tahun silam. Masih didominasi tekstil, playwood, hasil-hasil komoditas pertanian, dan lain-lain yang bernilai tambah rendah.

Jadi, industri apa yang ideal dikembangkan di Indonesia?

Indonesia tidak memiliki banyak pilihan. Industri yang harus dikembangkan harus banyak menyerap tenaga kerja dan siap mengakomodir tenaga-tenaga kerja dengan engineering skill yang rendah. Jadi, pilihan kita sangat terbatas. Ya mulai dari tekstil, elektronik, playwood, hasil-hasil pertanian, dan perkebunan serta information technology (IT). IT ini bisa segera kita kembangkan karena memang pembelajarannya bisa cepat dan SDM-SDM kita relatif siap. Nah, dalam waktu cepat kita juga harus bergerak mengembangkan industri mesin perkakas (machine tools) yang merupakan jantung dari setiap industrialisasi di berbagai Negara. Tanpa keberadaan industri mesin perkakas tidak mungkin kita mengalami industrialisasi. Industri mesin perkakas adalah prioritas utama yang harus kita gesa dan kita beri insentif-insentif khusus. Dengan industri mesin perkakas yang kuat melahirkan industri-industri turunan yang punya konvergensi teknologi luar biasa. Ini akar masalah kita. Kita tidak punya indsutri yang mesin perkakasnya memadai yang mampu mendukung industri-industri kita yang lain. Barang barang modal kita hampir semuanya kita impor dan ini sangat tidak baik bagi perkembangan indsutri nasional kita ke depan. Lingkaran setan kertegantungan ini harus kita putus segera.

Mengapa idustrialisasi itu penting buat negara berkembang?

Kalau kita ingin ekonomi kita maju maka industrialisasi adalah keniscayaan. Dalam ilmu ekonomi ada yang namanya Marginal Productivity of Labor (MPL). Nah, di sektor pertanian MPL itu nol dan bahkan negatif. Artinya, tenaga kerja kita tak mungkin semuanya di serap di sektor pertanian karena pada titik tertentu tambahan tenaga kerja di sektor pertanian justru tak menghasilkan peningkatan produktivitas bahkan sebaliknya menurunkan produktivitas. Akibatnya, kelebihan tenaga kerja yang kita alami tersebut harus diserap oleh sektor industri. Industri tak harus identik dengan pabrik-pabrik atau kepulan-kepulan asap industri, produk-produk pertanian yang diberikan sentuhan teknologi adalah bagian dari industrialisasi itu.

Selama ini apa yang ingin dikembangkan pada industri kita?

Kita terlampau ingin semuanya dikembangkan

Lalu, sekarang kita harus bagaimana?

Tak ada jalan pintas dan quick fix solution. Menteri perindustrian harus berani tegas pada kolega-koleganya di kabinet bahwa kualitas pertumbuhan harus diperhatikan serius. Dan pertumbuhan berkualitas itu tak hanya bisa disandarkan pada peningkatan konsumsi tapi pada peningkatan produktivitas di sektor industri. Membangun industri yang kuat harus jadi visi besar pemerintahan ini. Fondasi yang kuat di bidang industri harus segera diletakkan demi kemaslahatan bangsa ini di masa yang akan datang.

Sayangnya, pemerintahan sekarang ini dan pemerintahan 5 dan 10 tahun ke depan tak banyak memiliki banyak kemewahan untuk membenahi sektor industri kita. Industri kita saat ini adalah industri yang memiliki kelemahan struktural yang sangat mendasar dan berat. Struktur industri kita sangat dangkal (shallow) dan tak lebih dari sekedar industri assembling dan foot loose industries.

Dangkalnya pendalaman sektor industri serta ketidakmampuan kita menggeser industri kepada yang bernilai tambah tinggi sering dialamatkan kepada buruknya iklim investasi. Di satu sisi memang benar, tapi yang paling mendasar adalah karena ketidakmampuan kita di sektor industri menguasai kemampuan teknologi yang memadai. Nyanyian tentang pembenahan sektor hukum, pemberantasan korupsi, perbaikan iklim investasi sudah terlalu sering kita dengar. Tapi, nyanyian tentang pentingnya teknologi di sektor industri nyaris tak terdengar. Sunyi sekali.

Maksudnya?

Nyanyian tentang teknologi liriknya seharusnya tak mesti berkisar di sekitar figur mantan presiden Habibie, ataupun ketidaksediaan anggaran R&D yang memadai di lembaga-lembaga riset pemerintah seperti LIPI dan BPPT. Terlalu memfokuskan diri, menaruh harapan besar, dan bertumpu pada lembaga-lembaga riset pemerintah sebagai aktor kunci pengembangan teknologi nasional di masa depan tidak saja salah kaprah secara teoritis empirik, tapi juga fatal bagi pengembangan teknologi nasional ke depan dan kemandirian ekonomi nasional dalam jangka panjang.

Nyanyian tentang teknologi sudah saatnya liriknya kita fokuskan ke sektor industri. Industri-industri strategis warisan Habibie adalah mutiara yang sudah sepatutnya diberi perhatian secara serius. Putera-puteri terbaik negeri ini yang bertebaran tak optimal dalam lembaga-lemabaga riset pemerintah seharusnya bisa bisa lebih dioptimalkan sebagai resource pool yang bisa didistribusikan dan dimanfaatkan oleh sektor industri. Kementerian Riset ke depan tak boleh lagi menjadi mercu suar redup tak berfungsi, sebagai fortfolio sisa tak berfungsi. Tapi, ia harus punya wibawa tinggi untuk mempengaruhi berbagai kebijakan kementerian perdagangan, perindustrian, keuangan, tenaga kerja, perikanan dan kelautan, pendidikan, dan lainnya. Negeri ini adalah negeri besar dan berkemampuan. Mimpi kita tentang kemandirian ekonomi akan tetap jadi ilusi kalau produk-produk sederhana seperti boneka, mainan, dan mainan lainnya yang dijajakan di pinggir-pinggir jalan dan sangat sederhana sekali teknologinya masih juga kita impor.Agenda ril ke depan menurut bang Zul?

Pemerintahan tak boleh lagi terjebak kepada mimpi-mimpi berjangka pendek yang menyesatkan. Hasil dan perubahan nyata harus segera diperlihatkan kepada masyarakat, tetapi fondasi ekonomi untuk sustainability jangka panjang perlu difikirkan secara serius. Membangun industrial base yang kokoh yang didukung oleh akumulasi kemampuan teknologi yang terencana dan intensif adalah PR yang serius, dan itu butuh proses yang agak panjang. Tapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah dan menjadi agenda kerja ke depan.

Pertama, pemerintah harus memiliki keberanian untuk menyadarkan setiap komponen bangsa bahwa tak ada jalan pintas dalam menyelesaikan krisis multidimensi yang kita hadapi. Jalan yang harus dilalui terlalu berliku, panjang, dan mendaki.

Kedua, pemerintah harus terus menjaga perbaikan dan kestabilan lingkungan ekonomi makro yang sudah dicapai sambil terus melakukan perbaikan infrastruktur serta perhatian yang serius pada dunia pendidikan yang terbaiklah yang memungkinkan tumbuh dan berseminya bibit-bibit industri yang tangguh di masa depan.

Ketiga, pemerintah harus segera memformulasikan visi strategi industri Indonesia. Pola industrialisasi yang diinginkan di masa depan sampai saat ini masih gelap sehingga tak ada sinyal yang memberikan sedikit asa kepada para investor. Tak ada petunjuk yang tegas dan jelas tentang kebijakan indsutri masa depan.

Keempat, pemerintah harus berani memberikan prioritas kepada industri-industri tertentu yang tetap eksis di saat krisis dan pada saat yang sama terus mendorong diversifikasi industri ke arah yang lebih punya kemampuan teknologi yang lebih baik. Asosiasi-asosiasi industri harus didorong untuk diberdayakan dalam proses ini.

Kelima, pemerintah harus berupaya menumbuhkan sistem pendukung (support system) yang mampu meng-up grade kemampuan teknologi industri-industri kita. Di sektor manufaktur misalnya, kita harus mempunyai institusi teknis yang mampu membantu mereka untuk menghasilkan produk-produk yang lebih canggih seperti kimia, motor sepeda, dan komponen-komponen elektronik.

Keenam, pemerintah harus berupaya, bila perlu memaksa para industrialis besar Indonesia atau perusahaan-perusahaan multinasional untuk mengembangkan supplier dan vendor network. Para konglomerat tak boleh dibiarkan bahagia dan puas dengan sekedar menjadi dealer dan pedagang.

Ketujuh, pemerintah melalui sistem pelatihan dan pendidikan yang lebih terencana dan terfokus harus mampu menghasilkan SDM yang berkemampuan dalam melakukan asimilasi teknologi asing ke industri lokal.

Kedelapan, pemerintah harus mampu mendorong lahirnya forum yang formal, dimana pemerintah dan industri bisa bertemu dan membicarakan permasalahan daya saing bangsa secara serius. Tumbuhnya kelompok lobby seperti Kadin dan asosiasi-asosiasi bisnis banyak berkonotasi politis dan untuk kepetingan jangka pendek.

Kesembilan, pemerintah harus menyuarakan secara eksplisit tentang perlunya sistem inovasi nasional, dimana kerjasama dan komunikasi intensif antar dunia usaha, lembaga-lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi bisa dilakukan.

Kesepuluh, data base tentang ilmuwan, para ahli di lembaga-lembaga riset pemerintah serta kompetensinya masing-masing harus mulai dibuat untuk kemudian informasinya bisa dishare dengan kalangan dunia usaha.

Akhirnya, semuanya memang harus berpulang kepada kemauan politik pemerintah sendiri. Perlu ada kerendahan hati secara kolektif untuk menumbuhkan semangat pengabdian pada kepentingan bangsa dan masyarakat. Bukan mementingkan kelompok dan golongan sambil menjalankan politics as usual, dimana nafsu berkuasa kadang mengalahkan akal sehat dan dorongan untuk berkarya.

Adam Smith John Adam Smith(lahir diKirkcaldy,Skotlandia,5 Juni1723meninggal diEdinburgh,Skotlandia,17 Juli1790pada umur 67 tahun), adalah seorangfilsufberkebangsaanSkotlandiayang menjadi pelopor ilmu ekonomi modern. Karyanya yang terkenal adalahbukuAn Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations(disingkatThe Wealth of Nations) adalahbukupertama yang menggambarkan sejarah perkembangan industri dan perdagangan diEropaserta dasar-dasar perkembanganperdagangan bebasdankapitalisme. Adam Smith adalah salah satu pelopor sistem ekonomiKapitalisme. Sistem ekonomi ini muncul pada abad 18 di Eropa Barat dan pada abad 19 mulai terkenal disana.

PengaruhThe Wealth of Nations salah satu usaha terawal untuk mempelajari bangkitnya industri dan perkembangan ekonomi di Eropa, merupakan pengawal ke disiplin akademis modern dari ekonomi. Ini memberi salah satu rasional intelektual paling dikenal untuk perdagangan bebas dan kapitalisme, memengaruhi secara luas tulisan ekonom selanjutnya.

Ada beberapa kontroversi atas perluasan dari keaslian Smith dalam Wealth of Nations. Beberapa berpendapat kalau karya tersebut menambah hanya sedikit dari ide yang sudah ada sebelumnya dari Anders Chydenius (The National Gain 1765), David Hume dan Baron de Montesquieu. Sebenarnya, banyak dari teori Smith hanya menjelaskan tren sejarah dari merkantilisme dan menuju perdagangan bebas dimana telah dikembangkan selama beberapa dekade dan memiliki pengaruh signifikan dalam kebijakan pemerintah. Bagaimanapun, karya Smith merangkum ide mereka secara komperhensif, dan juga menjadi salah satu buku paling berpengaruh dan penting saat ini dalam bidang ekonomi.

Karya Besar The Theory of Moral Sentiments(1759)

An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations(1776)

Essays on Philosophical Subjects(diterbitkan setelah 1795)

Lectures on Jurisprudence(diterbitkan setelah 1976)

Frederick Winslow TaylorFrederick Winslow Taylor (lahir 20 Maret 1856 meninggal 21 Maret 1915 pada umur 59 tahun) adalah seorang insinyur mekanik asal Amerika Serikat yang terkenal atas usahanya meningkatkan efesiensi industri. Ia dikenal sebagai "bapak manajemen ilmiah" dan merupakan pemimpin intelektual dari Gerakan Efesiensi.

Thomas Malthus

Thomas Robert Malthus, FRS (lahir di Surrey, Inggris, 13 Februari 1766 meninggal di Haileybury, Hertford, Inggris, 23 Desember 1834 pada umur 68 tahun), yang biasanya dikenal sebagai Thomas Malthus, meskipun ia lebih suka dipanggil "Robert Malthus", adalah seorang pakar demografi Inggris dan ekonom politk yang paling terkenal karena pandangannya yang pesimistik namun sangat berpengaruh tentang pertambahan penduduk.

John Stuart MillJohn Stuart Mill (lahir di Pentonville, London, Inggris, 20 Mei 1806meninggal di Avignon, Perancis, 8 Mei 1873 pada umur 66 tahun) adalah seorang filsuf empiris dari Inggris. Ia juga dikenal sebagai reformator dari utilitarianisme sosial. Ayahnya, James Mill, adalah seorang sejarawan dan akademisi. Ia mempelajari psikologi, yang merupakan inti filsafat Mill, dari ayahnya. Sejak kecil, ia mempelajari bahasa Yunani dan bahasa Latin. Pada usia 20 tahun, ia pergi ke Perancis untuk mempelajari bahasa, kimia, dan matematika. Mill lahir pada tahun 1806 dan meninggal dunia pada tahun 1973.

Menurut Mill, psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan dasar yang menjadi asas bagi filsafat. Di sini, pandangannya berbeda dengan Comte. Tugas psikologi adalah menyelidiki apa yang disajikan oleh kesadaran, artinya sistem indrawi manusia dan hubungan-hubungannya. Mill berpendapat bahwa satu-satunya sumber bagi segala pengenalan adalah pengalaman. Oleh karena itu, induksi menjadi jalan kepada pengenalan.

Perkembangan Teknologi Industri di Indonesia

Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit membahas dan memberikan informasi tentang perkembangan teknologi industri khususnya di Indonesia. Sejarah Teknik Industri di Indonesia di awali dari kampus Universitas Sumatera Utara, Medan pada tahun 1965 dan dilanjutkan dengan Institut Teknologi Bandung. Sejarah pendirian pendidikan Teknik Industri di ITB tidak terlepas dari kondisi praktek sarjana mesin pada tahun lima puluhan. Pada waktu itu, profesi sarjana Teknik mesin merupakan kelanjutan dari profesi pada zaman Belanda, yaitu terbatas pada pekerjaan pengoperasian dan perawatan mesin atau fasilitas produksi. Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor, karena di Indonesia belum terdapat pabrik mesin. Di Universitas Indonesia, keilmuan Teknik Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh puluhan, dan merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin. Sejak 30 Juni 1998, diresmikanlah Jurusan Teknik Industri (sekarang Departemen Teknik Industri) Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Kalau pada masa itu, dijumpai bengkel-bengkel tergolong besar yang mengerjakan pekerjaan perancangan konstruksi baja seperti yang antara lain terdapat di kota Pasuruan dan Klaten, pekerjaan itu pun masih merupakan bagian dari kegiatan perawatan untuk mesin-mesin pabrik gula dan pabrik pengolahan hasil perkebunan yang terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dengan demikian kegiatan perancangan yang dilakukan oleh para sarjana Teknik Mesin pada waktu itu masih sangat terbatas pada perancangan dan pembuatan suku-suku cadang yang sederhana berdasarkan contoh-contoh barang yang ada. Peran yang serupa bagi sarjana Teknik Mesin juga terjadi di pabrik semen dan di bengkel-bengkel perkereta-apian.

Pada saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai sarjana Teknik Mesin dengan tugas pengoperasian mesin dan fasilitas produksi, tantangan utama yang mereka hadapi adalah bagaimana agar pengoperasian itu dapat diselenggarakan dengan lancar dan ekonomis. Jadi fokus pekerjaan sarjana Teknik Mesin pada saat itu ialah pengaturan pembebanan pada mesin-mesin agar kegiatan produksi menjadi ekonomis, dan perawatan (maintenance) untuk menjaga kondisi mesin supaya senantiasa siap pakai. Pada masa itu, seorang kepala pabrik yang umumnya berlatar-belakang pendidikan mesin, sangat ketat dan disiplin dalam pengawasan terhadap kondisi mesin. Di pagi hari sebelum pabrik mulai beroperasi, ia keliling pabrik memeriksa mesin-mesin untuk menyakini apakah alat-alat produksi dalam keadaan siap pakai untuk dibebani suatu pekerjaan.

Pengalaman ini menunjukan bahwa pengetahuan dan kemampuan perancangan yang dipunyai oleh seorang sarjana Teknik Mesin tidak banyak termanfaatkan, tetapi mereka justru memerlukan bekal pengetahuan manajemen untuk lebih mampu dan lebih siap dalam pengelolaan suatu pabrik dan bengkel-bengkel besar. Sekitar tahun 1955, pengalaman semacam itu disadari benar keperluannya, sehingga sampai pada gagasan perlunya perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin dalam bidang pengelolaan pabrik. Pada tahun yang sama, orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia karena terjadi krisis hubungan antara Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya, banyak pabrik yang semula dikelola oleh para administratur Belanda, mendadak menjadi vakum dari keadministrasian yang baik. Pengalaman ini menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus memikirkan gagasan pendidikan alternatif bidang keahlian di dalam pendidikan Teknik Mesin.

Pada awal tahun 1958, mulai diperkenalkan beberapa mata kuliah baru di Departemen Teknik Mesin, diantaranya : Ilmu Perusahaan, Statistik, Teknik Produksi, Tata Hitung Ongkos dan Ekonomi Teknik. Sejak itu dimulailah babak baru dalam pendidikan Teknik Mesin di ITB, mata kuliah yang bersifat pilihan itu mulai digemari oleh mahasiswa Teknik Mesin dan juga Teknik Kimia dan Tambang. Sementara itu pada sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik Mesin telah mulai menghasilkan sebagian sarjananya yang berkualifikasi pengetahuan manajemen produksi/teknik produksi. Bidang Teknik Produksi semakin berkembang dengan bertambahnya jenis mata kuliah. Mata kuliah seperti : Teknik Tata Cara, Pengukuran Dimensional, Mesin Perkakas, Pengujian Tak Merusak, Perkakas Pembantu dan Keselamatan Kerja cukup memperkaya pengetahuan mahasiswa Teknik Produksi.

Pada tahun 1966 1967, perkuliahan di Teknik Produksi semakin berkembang. Mata kuliah yang berbasis teknik industri mulai banyak diperkenalkan. Sistem man-machine-material tidak lagi hanya didasarkan pada lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada lingkup yang lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah : Manajemen Personalia, Administrasi Perusahaan, Statistik Industri, Perancangan Tata Letak Pabrik, Studi Kelayakan, Penyelidikan Operasional, Pengendalian Persediaan Kualitas Statistik dan Programa Linier. Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik Produksi secara resmi berubah menjadi Teknik Industri dan masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik Mesin ITB. Pada tahun 1968 1971, dimulailah upanya untuk membangun Departemen Teknik Industri yang mandiri. Upaya itu terwujud pada tanggal 1 Januari 1971.

Menurunnya perkembangan industri di Indonesia

Sekarang ini produk-produk Cina gencar memasuki pasar ekspor di banyak negara. Produk-produk Cina tidak hanya masuk ke negara-negara berkembang tapi juga mampu menembus negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa. Akibatnya, banyak industri di setiap negara yang khawatir pasar ekspornya akan berkurang. Dan mau tidak mau, setiap industri harus bersiap-siap melakukan repositioning strategi bisnisnya untuk menghadapi persaingan dengan produk Cina, tak terkecuali industri di Indonesia.

Khusus sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT), Indonesia mengalami penurunan ekspor sejak 2001 sebesar 6 persen, dari 7,8 miliar menjadi 7,1 miliar. Sedangkan Cina mengalami peningkatan ekspor 33,78 persen, Vietnam 1,8 persen dan India 13, 6 pesen. Untuk Industri mebel, produk Indonesia bersaing ketat dengan produk Cina di pasar ekspor Amerika. Namun Cina berhasil merebut pasar ekspor Amerika sebesar 2 miliar dollar AS. Berbeda dengan Indonesia yang hanya mampu meraih seperempatnya yakni 500 juta dollar AS. Ironisnya, sebagian besar bahan baku industri Cina berasal dari Indonesia.

Sekian informasi yang dapat disampaikan, untuk kekurangan dan komentar, silahkan anda kirim ke blog saya. Referensi yang saya gunakan adalah wikipedia dan google. Terima kasih telah membaca artikel saya, semoga bermanfaat.1. LATAR BELAKANG HISTORIS

Teknik Industri --istilah ini diterjemahkan dari kata " indusrial engineering " ---sebagai suatu disiplin ilmu keteknikan teknologi yang tergolong baru dibandingkan dengan disiplin ilmu keteknikan yang lain (teknik sipil, teknik mesin, teknik elektro, dan sebagainya ); lahir dan memiliki akar yang kuat dari proses Revolusi Industri yang berlangsung hampir dua abad yang lalu. Disiplin ini pada awalnya dikembangkan oleh beberapa individu (Tylor, Gilbreth, dll) yang berusaha untuk mencari metoda-metoda untuk meningkatka produktivitas kerja melalui stusi kerja yang lebih efektif-efisien dengan mengkaji interaksi kerja mannusia-mesin sebagai suatu sistem yang integral.

Sekitar satu abad yang lalu, Frederick Winslow Taylor (1856-1915 --- seorang insunyur mesin yang masih muda waktu itu ---mengembangkan teori " scientific management "-nya yang menghasilkan pradigma baru yang beranjak dari ekonomi agraris bergerak menuju ekonomi produksi (industri). Apa yang dikembangkan oleh Taylor dengan prinsip-prinsip "scientific management" yang diterapkan melalui studi-studi perancangan kerja (work study/design) tidaklah jauh berbeda dengan apa-apa yang dikerjakan oleh para sarjana teknik industri sekarang ini. Kalau bisa disimpulkan , fokus dari fungsi dan peran disiplin teknik industri akan berkisar pada 2 ( dua ) tema pokok yaitu "interfaces" dari manusia dan mesin dalam sebuah sistem kerja dan analisa sistem produksi (industri) untuk memperbaiki serta meningkatkan performans kerja yang ada. Kedua tema studi ini yang memberikan motifasi utama bagi Taylor untuk melakukan riset-riset di industri (Midvale & Bethlehem Steel Company) saat itu.

Apa yang dilakukan oleh Taylor dengan studi kerja-nya telah membuka lapangan baru dalam disiplin ilmu keteknikan (engineering) yang ternyata tidak harus selalu terlibat dalam masalah-masalah pengembangan teknologi produksi perangkat keras (perancangan produk, rancangan mesin /peralatan kerja, dsb); akan tetapi juga ikut bertanggung-jawab dalam masalah-masalah pengembangan teknologi produksi perangkat lunaknya (metode kerja/produksi, organisasi dan manajemen produksi,dsb) Penelitian kerja yang telah dilaksanakan oleh Taylor di pebrik baja Midvale Bethlehem telah menghasilkan banyak kemaslahatan dan membawa perubahan-perubahan dalam upaya meningkatkan produktivits melalui "sumber daya pasif", maka Taylor telah mengawali eksperimen-eksperimen untuk meningkatkan produktivitas melalui "sumber daya aktif" (manusia pekerja).

Tiga puluh tahun kemudian terjadi suatu "penyempurnaan" terhadap konsep manajemen ilmiah yang telah dikembangkan oleh Taylor. Dalam hal ini kita jumpai apa-apa yang telah dilakukan oleh pasangan suami-istri Frank & Lilian Gilberth --- seorang yang berlantar belakang teknik sipil dan psikolog --- yang mencoba lebih "memanusiawikan" prinsip-prinsip manajemen ilmiah-nya Taylor yang pendekatannya cenderung masih serba mekanistik (memperlakukan manusia seperti halnya manusia yang bisa di program secara linierdeterministik). Seperti halnya dengan Taylor, setudi yang dilakukan oleh Gilbreths tetap terfokus pada komponen manusia dalam siste kerja (sistem manusia mesin). Sinergi yang terjadi antara pasangan suami yang insinyur dan istri yang ahli prilaku manusia (psikolog) ini teraasa memberikan agin segar dan wawasan baru terhadap konsep/prinsip manajemen ilmiah yang telah dikembangkan oleh Taylor. Disini prilaku (behavior), maupun pada saat berinteraksi dengan lingkungan kerja fisik (kondisi ergonomis), maupun pada saat berinteraksi dengan sesama manusia yang lain (human relation) akan memberi pengaruh yang singnifikasi didalam segala upaya meningkatkan produktifitas kerja.

2. ARAH PERKEMBANGAN

Dalam sejarah disiplin teknik industri, setudi telaah kerja yang dilakuakn oleh Taylor dan Gilbreths sebaik titik awal muncul, tumbuh dan berkembangnya disiplin tersebut yang kemudian mampu memperkaya kazanah ilmu keteknikan yang ada. Disamping kedua tokoh ini, arah dan pertumbuhan disiplin teknik industri yang diwarnai oleh hasil kerja pionir-pionir lainnya seperti Henry Gantt (Bar/Gantt Charts), Harington Hemorson

Meskipun historis perkembangan disiplin teknik industri berangkat dari disiplin teknik mesin (mechanical engineering dan terutama sekali sangat berhubungan erat dengan sistem manufaktur yang proses transformasi-produksinya terjadi secara fisik; disiplin teknik industri telah berkembang luas dalam dua dekade terahir ini. Sesuai dengan "nature" industri yang pendefinisiannya sangat luas; yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik (manufaktur) atau jasa (service), sampai ke industri hulu/dasar yang banyak berhadapan dengan persoalan-persoalan teknis atau industri hilir yang lebih menonjolkan aspek-aspek ekonomis pemasarannya.Demikian juga problem yang harus dikaji oleh disiplin teknik industri yang awal mulanya lebih terkonsentrasi ke lantai produksi (mikro) terus melebar luas mengarah ke problem manajemen industri (perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengndalian sistem produksi ) yang harus pula mempertimbangkan faktor sistem lingkungan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini disiplin teknik industri mengkedepankan konsep sistem, analisis sistem dan pendekatan sistem dalam setiap proses pangambilan keputusan. Disiplin teknik industri melihat segala permasalahan industri dengan tinjauan dari aspek-aspek teknis (engineering) maupun non teknis ( sosial-ekonomis). Wawasan "tekno-sosio-ekonomis" akan mewarnai penyusunan kurikulum pendidikan teknik industri dan merupakan karakteristik yang khas dan membedakan disiplin ini dibandingkan dengan disiplin-disiplin lainnya.

Sebegitu luasnya ruang lingkup yang bisa dimasuki untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri, bagaimanapun juga hal ini dapat dikelompokkan kedalam 3 ( tiga) topik pokok yang menjadi landasan utama pengembangan disiplin teknik industri. Pertama adalah berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Studi disini akan menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi / nilai tambah dan aliran material yang terjadi pada sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi dari produk akhir ( finished goods output ) yang keluar dari pabrik menuju konsumen. Topik kedua adalah berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang dipelajari dalam hal ini akan berkaitan dengan aliran informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut persoalan-persoalan manajemen industri. Pendekatan kedua ini dalam disiplin teknik industri akan memerlukan landasan yang kuat melalui penguasaan matematika, fisik dan engineering sciences. Selanjutnya topik ketiga cenderung untuk bergerak ke arah persoalan-persoalan yang bersifat makro dan strategis. Persoalan yang dihadapi seringkali sudah tidak ada lagi bersangkut-paut dengan problem yang timbul di lini produksi (sistem produksi) ataupun manajemen produksi / industri; melainkan sudah beranjak ke persoalan diluar dinding-dinding pabrik. Hal yang terahir inilah yang cenderung membawa disiplin teknik industri untuk terus menjauhi persoalan-persoalan teknis (eksak, fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di lini sistem produksi dan bergelut dalam persoalan non-teknis yang serba abstraktif-kualitatif.

3. PERAN PROFESI TEKNIK INDUSTRI DI MASA DEPAN

Begitu Luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri --- walaupun begitu yang masih patut diingat kesemuanya harus tetap berlandaskan ilmu-ilmu fisika, matematika dan sosial-ekonomis --- membawa persoalan sendiri bagi profesiona teknik industri (industrial engineer ) pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat " what should we do and where should we work?". Pertanyaan ini sebetulnya tidak mudah di jawab secara singkat, jelas dan memuaskan mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang yang berlatar-belakang keilmuan teknik industri sering berada dan bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang profesional teknik industri seringkali membanggakan kemampuan dirinya dalam hal merancang dan mengembangkan konsep-konsep yang berwawasan sistem dengan pendekatan yang bersifat komperhensif-integral. Pola pikir dan pola tindak yang berwawasan sistem inilah yang mungkin menjadi "strong basic" dari seorang profesional teknik industri dimasapun dia berada atau bekerja.

Beberapa indifidu yang sukses didalam meningkatkan kinerja perusahaan merasakan betul bagaimana disiplin teknik industri telah mampu menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya. Herm Reininga --- adalah President dari Collins Avionices and Comunications Division (CACD),--- USA --- adalah salah satu contoh manager yang sukses membawa seluruh aktifitas manufactuing CACD selama lebih dari satu dekade, karena latar belakang profesi teknik industri yang dimilikinya. Pada saat ditanyakan kiat kunci sukses yang diraihnya, Reininga menyatakan ".... The industrial engineering dagree gave me a system that the other didn't have. It gave me the ability to statistically analzed products and processes" (Boggs,1997). Hal yang senada dengan Reininga juga dinyatakan oleh susan Story --- Vice President dari Albama Power Co. --- seorang yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai nuclear engineer, tetapi merasakan bahwa sukses karier yang dicapainya lebih banyak ditunjang oleh keikutsertaanya didalam mengikuti "IE training " pada berbagai kesempatan yang dimilikinya. Pada saat menceritakan kiat-kiat suksesnya , Story menyatakan antara lain " ... a background in industrial engieenering gives you a creadibility you can't get otherwise. Industrial engineering combines the technical skill with the people skill and some business-type skills that proven to be important in project management and people management ...."(Boggs, 1996)

Kiat-kiat meriah sukses didalam merintis karier seseorang karena ilmu-ilmu TI yang dikuasai, tentunya masih banyak lagi yang bisa diperoleh dari berbagai kisah meraih sukses seseorang. Hal tersebut tidak hanya dijumpai di LN, melainkan bisa juga bisa dipetik dari apa yang pernah dinyatakan oleh seorang Cacuk Sudariyanto --- yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai insinyur pertambangan ITB --- pada saat mendongkrak kinerja PT. Telekomunikasi Indonesia bergerak ke arah bisnis global. Dalam pernyataanya didepan peserta kongres dan seminar ITSMI sekitara awal tahun 1990-an dan berbagai kesempatan lainnya, Cacuk menyatakan "kekagumannya" dengan ilmu-ilmu TI yang ternyata cukup efektif dalam memecahkan permasalahan manajemen industri. Begitu pula bagaimana seorang Kuntoro Mangkusubroto dengan latar belakang permasalahan yang kuat bidang operation research dan manajemen industri lainnya mampu melepaskan PT. Timah yang nyaris ambruk sampai menjadi sebuah perusahaan yang sehat. Meskipun pada saat itu orang belum mengenal konsep mengenai "reegineering" , akan tetapi apa yang telah dilakukan oleh kedua sarjana teknik tersebut betul-betul memberikan konstribusi nyata akan peranan disiplin dan profesi teknik indusri didalam "revitalisasi" kinerka perusahaan.

Tantangan global yang membawa dampak kearah suasana persaingan yang lebih keras, tentu saja akan memberikan nuansa perubahan san pradigma baru yang harus mampu diantisipasi oleh seorang manajer perusahaan mulai dari lini produksi/operasional sampai ke lini penentu kebijaksanaan dan pengambil keputusan strategis. Menghadapi situasi semacam ini tentu saja diperlukan seorang majer industri yang memiliki bekal kuat yang tidak saja menguasai kemampuan-kemampuan teknis operasional (enginereering design/processes) ; tetapi juga harus menguasai dengan baik kemampuan mengenai persoalan manusia (human skill), selain juga kemampuan didalam memformulasikan da melahirkan konsep-konsep baru yang secara efektif-efisien bisa memberikan terobosan dalam memecahkan permasalahan industri yang semakin kompleks dan penuh dengan ketidakpastian.

FOTO TOKOHADAM SMITH

FREDERICK WINSLOW TAYLOR

HENRY R. TOWNE

CHARLES BABBAGE

DAVID RICARDO