PT.bw Plantation

25
III. LINGKUNGAN EKSTERNAL : PELUANG DAN ANCAMAN (SWOT ) Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategisa dalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi eksternal dan internal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas yaitu fungsi manajemen, konsumen,ditributor dan pesaing. Jadi perencanaan strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memilki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. Pengamatan lingkungan adalah pemantauan, pengevaluasian dan penyebaran informasi dari lingkungan eksternal kepada orang-orang kunci dalam perusahaan. Pengamatan lingkungan adalah alat manajemen untuk menghindari kejutan strategis dan memastikan kesehatan manajemen jangka panjang. Variabel-Variabel Lingkungan Dalam melakukan pengamatan lingkungan, manajer strategis pertama-tama harus mengetahui berbagai variabel yang ada dalam lingkungan sosial dan lingkungan kerja. Lingkungan sosial termasuk kekuatan umum yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas organisasi jangka pendek tetapi dapat dan sering kali dapat mempengaruhi keputusan jangka panjang. Beberapa hal yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah :

description

bw plantation

Transcript of PT.bw Plantation

III. LINGKUNGAN EKSTERNAL : PELUANG DAN ANCAMAN (SWOT)Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategisa dalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi eksternal dan internal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas yaitu fungsi manajemen, konsumen,ditributor dan pesaing. Jadi perencanaan strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memilki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.Pengamatan lingkungan adalah pemantauan, pengevaluasian dan penyebaran informasi dari lingkungan eksternal kepada orang-orang kunci dalam perusahaan. Pengamatan lingkungan adalah alat manajemen untuk menghindari kejutan strategis dan memastikan kesehatan manajemen jangka panjang.

Variabel-Variabel LingkunganDalam melakukan pengamatan lingkungan, manajer strategis pertama-tama harus mengetahui berbagai variabel yang ada dalam lingkungan sosial dan lingkungan kerja. Lingkungan sosial termasuk kekuatan umum yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas organisasi jangka pendek tetapi dapat dan sering kali dapat mempengaruhi keputusan jangka panjang. Beberapa hal yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah : Kekuatan ekonomi, yang mengatur pertukaran material, uang, energi dan informasi Kekuatan teknologi, yang menghasilkan penemuan pemecahan masalah Kekuatan hukum-politik, yang mengalokasikan kekuasaan dan menyediakan pemaksaan dan perlindungan hukum dan aturan-aturan Kekuatan sosiokultural, yang mengatur nilai-nilai, adat-istiadat dan kebiasaan lingkunganLingkungan kerja termasuk elemen-elemen atau kelompok yang berpengaruh langsung pada perusahaan dan pada gilirannya akan dipengaruhi oleh perusahaan. Kelompok ini terdiri dari pemerintah, komunitas lokal, pemasok, pesaing, pelanggan, kreditur, tenaga kerja/serikat buruh, kelompok kepentingan khusus dan asosiasi perdagangan. Lingkungan kerja perusahaan umumnya adalah industri dimana perusahaan dioperasikan. Manajer yang memonitor baik lingkungan sosial maupun kerja untuk mendeteksi faktor-faktor strategis yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dan kegagalan perusahaan.

A. LINGKUNGAN SOSIAL1. Kekuatan EkonomiBerikut adalah keadaan ekonomi dari PT.BW Plantation selama tahun 2012 :a. Pendapatan UsahaPendapatan usaha PT.BW Plantation pada tahun 2012 adalah sebesar Rp944,3 miliar atau meningkat 6,3% dibandingkan dengan pendapatan usaha pada tahun 2011 sebesar Rp888,3miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh adanya pertumbuhan volume penjualan CPO walaupun terdapat penurunan harga jual rata-rata bersih CPO dan PK. Disamping itu, PT.BW Plantation juga melakukan penjualan TBS kepada pihak ketiga sebanyak 24.555 ton sepanjang tahun 2012. Pada tahun 2012, volume penjualan CPO tercatat sebanyak 119.624 ton; meningkat 12,1% dibandingkan tahun 2011 sebanyak 106.735 ton. Volume penjualan PK tahun 2012 tercatat sebanyak 19.752 ton; menurun 6,9% dibandingkan dengan tahun 2011 sebanyak 21.220 ton. Harga jual rata-rata CPO selama tahun 2012 adalah sebesar Rp7.179,-/kg; menurun 3,6% dibandingkandengan harga jual rata-rata CPO selama tahun 2011 sebesar Rp7.447,-/kg. Sedangkan harga jual rata-rata PK selama tahun 2012 adalah sebesar Rp3.201,-/kg; menurun 27,3% dibandingkan dengan harga jual rata-rata PK selama tahun 2011 sebesar Rp4.402,-/kg.

b. Beban Pokok PenjualanBeban pokok penjualan Perusahaan per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp373,1 miliar; meningkat 36% dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar Rp274,3 miliar. Peningkatan beban pokok penjualan tersebut terutama disebabkan oleh karena meningkatnya beban perkebunan sebesar 41,6% menjadi Rp333,5 miliar pada tahun 2012 dibandingkan beban pabrikasi tahun 2011 sebesar Rp235,5 miliar. Peningkatan ini terjadi terutama akibat meningkatnya beban pemupukan maupun beban penyusutan, dan amortisasi akibat penambahan area menghasilkan sebanyak 7.964 hektar. Margin beban pokok Perusahaan untuk tahun 2012 adalah sebesar 39,5%; meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat sebesar 30,9%.c. Laba KotorLaba kotor Perusahaan menurun 7% menjadi Rp571,2 miliar pada tahun 2012 dibanding pencatatan pada tahun 2011 sebesar Rp614 miliar. Margin laba kotor menurun menjadi 60,5% pada tahun 2012 dari 69,1% pada tahun 2011. Penurunan margin laba kotor tersebut disebabkan karena adanya peningkatan beban pokok penjualan sebesar 36%.

d. Beban Penjualan Beban penjualan PT. BW Plantation pada tahun 2012 adalah sebesar Rp11,9 miliar; meningkat 58,3% dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp7,5 miliar. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya kenaikan ongkos angkut seiring dengan meningkatnya produksi TBS, CPO, dan PK Perusahaan. Margin beban penjualan Perusahaan pada tahun 2012 tercatat sebesar 1,3%; meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 0,8%.

e. Laba UsahaLaba usaha Perusahaan menurun 13,6% menjadi Rp417,3 miliar di tahun 2012 dari Rp483 miliar di tahun 2011. Margin laba usaha menurun 10,2% menjadi 44,2% pada tahun 2012 dari 54,4% pada tahun 2011. Penurunan ini terjadi karena adanya peningkatan beban pokok penjualan pada tahun 2012.

f. Pendapatan BungaPendapatan bunga Perusahaan menurun sebesar 63% menjadi Rp4,8 miliar pada tahun 2012 dari sebelumnya sebesar Rp12,9 miliar pada tahun 2011. Penurunan ini terjadi karena saldo kas dan setara kas rata-rata Perusahaan selama tahun 2012 mengalami penurunan.

g. Beban Bunga dan Beban Keuangan LainnyaBeban bunga Perusahaan dan beban keuangan lainnya meningkat 2,7% menjadi Rp70,4 miliar di tahun 2012 dibanding tahun 2011 yang tercatat Rp68,5 miliar. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan saldo pinjaman bank Perusahaan.

h. Peningkatan AsetPer 31 Desember 2012, aset konsolidasi Perusahaan tercatat sebesar Rp4,9 triliun; meningkat 36,9% dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp3,6 triliun. Peningkatan ini disebabkan oleh karena adanya peningkatan jumlah aset tidak lancar konsolidasian sebesar 30,9%. Peningkatan aset tidak lancar konsolidasian terjadi karena adanya peningkatan sebesar 175,1% pada sektor tanaman telah menghasilkan karena adanya reklasifikasi Tanaman Belum Menghasilkan ke Tanaman Telah Menghasilkan setelah adanya penambahan 7.964 Ha area menghasilkan pada tahun 2012.

i. Peningkatan LiabilitasPer 31 Desember 2012, jumlah liabilitas konsolidasi Perusahaan adalah sebesar Rp3,2 triliun; meningkat 50,1% dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp2,2 triliun. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah liabilitas jangka panjang sebesar 66% menjadi Rp2,7 triliun dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp1,6 triliun. Peningkatan ini terjadi karena adanya penambahan fasilitas pinjaman untuk keperluan investasi kepada PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) sebesar Rp800 miliar. Sumber likuiditas utama Perusahaan pada tahun 2012 berasal dari kas yang dihasilkan kegiatan operasi, pencairan pinjaman bank, dan sisa dana dari penerbitan obligasi. Perusahaan memperkirakan bahwa kas yang dihasilkan dari kegiatan operasi, penerbitan obligasi,serta pencairan fasilitas pinjaman bank sampai saat ini sudah cukup untuk menjadi sumber likuiditas utama.

j. Pertumbuhan EkuitasPer tanggal 31 Desember 2012, ekuitas konsolidasi Perusahaan adalah sebesar Rp1,7 triliun; meningkat 16,9% dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp1,4 triliun. Peningkatan terjadi karena adanya peningkatan laba bersih sebesar Rp262,2 miliar. Pada tahun 2012, Perusahaan juga membagikan dividen kas yang berasal dari laba Perusahaan untuk tahun buku 2011 sebesar Rp48,5 miliar.

2. Kekuatan TeknologiPT. BW Plantation telah menerapkan beberapa teknologi untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas dari produk yang akan dihasilkan. Salah satunya adalah teknologi GPS-GIS. Teknologi GPS-GIS digunakan untuk menghasilkan pencitraan satelit yang memuat data relevan dalam membantu upaya Perusahaan untuk mengawasi perkebunan. Teknologi ini dapat menghasilkan: Pemetaan kebun secara lengkap dan komprehensif yang meliputi data distribusi blok kebun dan tahun tanam, komposisi dan jaringan jalan, drainase dan bangunanData lengkap untuk mengidentifikasi ketidakseragaman tanaman yang membantu penghitungan jumlah pokok serta kerapatan tanaman untuk mengaplikasikan program penyisipan dan pelengkapan tanamanSelain teknologi GPS-GIS, teknologi lain yang digunakan oleh PT.BW Plantation adalah teknologi yang bermanfaat untuk peningkatan proses panen. Pemindahan Tandan Buah Segar (TBS) ke tempat pengumpulan kini tidak lagi mengandalkan daya fisik dari pemanen melainkan menggunakan traktor mini yang dilengkapi dengan scissors lift gandeng. Sejak tahun 2007, PT.BW Plantation juga sudah mengimplementasikan bin transport system untuk mengirimkan TBS dari tempat pengumpulan ke PKS. Sistem ini tidak saja mengurangi jumlah truk yang digunakan, tetapi juga mengurangi risiko penanganan ganda saat pemrosesan TBS. Peningkatan lain yang dilakukan adalah termasuk pelatihan bagi para pemanen untuk mengetahui standar kematangan pohon kelapa sawit yang pasti dengan lebih konsisten dan memastikan bahwa semua buah yang terlepas dapat dikumpulkan.

3. Kekuatan Hukum-PolitikSesuai dengan Undang-Undang Perkebunan, terutama seperti yang tercantum dalam Permentan No. 26 tahun 2007 Pasal 11 tentang kewajiban membangun kebun untuk masyarakat minimal 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan, PT.BW Plantation membentuk suatu program bantuan terhadap pemilik lahan lokal yang dikenal dengan nama "Program Plasma".

Mekanisme Program Plasma :Perusahaan bertindak sebagai pengembang yang melakukan proses pengembangan lahan terlebih dahulu sebelum kemudian mengalihkannya kepada pemilik lahan lokal untuk dioperasikan dengan pengawasan dari pengembang. Di bawah perjanjian Program Plasma, pemilik lahan lokal harus menjual TBS mereka kepada pengembang dimana pengembang wajib membelinya pada harga formula yang ditetapkan pemerintah Indonesia dikurangi biaya yang dikeluarkan oleh pengembang untuk mengolah dan menjual TBS.Pengembangan Program Plasma di tiap kabupaten didanai dengan pinjaman dari bank milik Pemerintah Indonesia dengan persetujuan Bank Indonesia. Pengembang meminjam uang dari bank milik Pemerintah dengan menggunakan jaminan yaitu hak atas lahan terkait ataupun jaminan lainnya. Pada saat perkebunan matang, yakni tidak kurang dari 36 bulan setelah penanaman bibit kelapa sawit dan setelah pemeriksaan oleh bank milik pemerintah dan beberapa departemen pemerintah, pengembang mengalihkan pengoperasian perkebunan kepada pemilik lahan lokal. Pemilik lokal kemudian bertanggung jawab untuk meneruskan pembayaran pinjaman lanjutan kepada bank milik pemerintah. Sebelum tanaman dalam perkebunan mencapai usia matang, pinjaman tersebut dikenai bunga sebesar 16% per tahun, namun bunga ini tidak diwajibkan untuk dibayar, melainkan untuk dikapitalisasi. Pengembang diwajibkan untuk membayar pinjamannya dengan memotong dari pembayaran TDB kepada pemilik lahan lokal dan membayar kepada bank sebesar jumlah angsuran.Jumlah pokok pinjaman (ditambah bunga yang dikapitalisasi) akan tumbuh sebesar 12% per tahun setelah perkebunan matang. Pembayaran bunga ini akan akan dibayarkan setiap tiga bulan selama tujuh tahun yang dimulai pada saat pengembang mengalihkan proses pengelolaan perkebunan kepada pemilik lahan lokal. Pengembang diwajibkan untuk membayar pinjamannya dengan memotong dari pembayaran TDB kepada pemilik lahan lokal dan membayar kepada bank sebesar jumlah angsuran.

4. Kekuatan Sosiokultura. Aspek Lingkungan HidupSeluruh kegiatan operasional Perusahaan dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan hidup. Perusahaan tidak melakukan pembakaran sebagai metode untuk membuka lahan baru. Terkait aktivitas penanaman, Perusahaan selalu meminimalkan penggunaan pestisida dan berupaya menerapkan metode biologis dalam pengendalian hama dan pencegahan penyakit, guna meminimalkan dampak yang merugikan lingkungan. Ekstraksi minyak kelapa sawit (CPO) tidak melibatkan penggunaan bahan kimia sama sekali dan hanya terdiri dari proses-proses mekanis, seperti penguapan, pemerasan, dan pemisahan. Semua limbah yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit (PKS) dimanfaatkan kembali sehingga perusahaan menerapkan praktik nirlimbah. Semua limbah padat dimanfaatkan sebagai pupuk ataupun bahan bakar digunakan sebagai bahan bakar boiler atau didaur ulang sebagai pupuk janjang kosong. Adapun limbah cair pabrik dimanfaatkan sebagai pupuk pada lahan kebun melalui aplikasi limbah ke tanah.

b. Aspek Pengembangan Sosial dan KemasyarakatanProgram kerja CSR Perusahaan untuk pengembangan sosial dan kemasyarakatan pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:1. Peningkatan Kesehatan MasyarakatSalah satu komitmen Perusahaan memfasilitasi terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih baik adalah melalui pembangunan puskesmas dan penyediaan dokter beserta alat kesehatan secara gratiskepada masyarakat di sekitar perkebunan Perusahaan. Saat ini, setiap kebun memiliki satu dokter yang melayani masyarakat sekitar kebun sawit Perusahaan.

2. Peningkatan Kualitas PendidikanProgram pendidikan yang dilakukan Perusahaan selama tahun 2012 meliputi: Perbaikan fasilitas ruang kelas Penyediaan sarana bis jemputan bagi anak-anak sekolah Menyediakan guru yang berkualitas termasuk pelatihan kepada para guru di lingkungan sekolahan di perkebunan PerusahaanPerusahaan juga memberikan bantuan beasiswa bagi masyarakat sekitar perkebunan untuk bersekolah di jenjang yang lebih tinggi dengan harapan bahwa masyarakat sekitar dapat meraih masa depan yang lebih cemerlang. Pada tahun 2012, penggunaan dana untuk kegiatan Program Pengembangan Sosial Kemasyarakatan di atas mencapai sebesar Rp2,4 miliar.

3. Pengadaan Program PlasmaProgram Plasma dikembangkan oleh PT.BW Plantation sebagai salah satu bentuk wujud kepedulian terhadap masyarakat sekitar perkebunan. PT.BW Plantation turut serta menjalankan perannya sebagai institusi yang membangun ekonomi bangsa dengan cara memberikan kesempatan bagi pemilik lahan lokal untuk mengoperasikan perkebunan plasma di bawah pengawasan PT.BW Plantation. PT.BW Plantation menjalankan Program Plasma sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan perjanjian kerja sama program plasma.Perusahaan berpartisipasi dalam melaksanakan Program Plasma melalui perjanjian kerja sama untuk mengembangkan lahan yang dimiliki oleh pemilik lahan lokal. Perusahaan menanggung biaya pembangunan awal dalam bentuk pinjamann kepada pemilik lahan setempat. Pinjaman ini wajib dilunasi melalui hasil penjualan TBS yang dihasilkan di wilayah plasma.

B. Lingkungan KerjaBeberapa analisis yang dapat digunakan untuk mengamati lingkungan kerja pada PT.BW Plantation adalah :1. Analisis PasarTarget pemasaran utama Perusahaan adalah kilang penyulingan domestik yang kemudian disusul oleh konsumen domestik. Perusahaan tidak melakukan aktivitas jual beli kepada agen distribusi atau perusahaan dagang. Aktivitas pembelian oleh konsumen domestik dilakukan dengan cara penyelenggaraan tender secara tertutup paling sedikit satu bulan sekali. Pemenang tender kemudian akan membayar 80% harga jual yang telah ditetapkan pada saat penandatanganan kontrak, sisanya akan dibayarkan sebelum proses pengiriman dilakukan.Penentuan harga CPO yang dilakukan oleh Perusahaan mengacu kepada: Harga pengiriman CPO yang dilakukan oleh PT Astra Agro Lestari Tbk dan PT Perkebunan Nusantara (Persero) ke pelabuhan Kumai di Kalimantan atau Free On Board (FOB) Harga pasar untuk biaya, asuransi, dan pengangkutan ke pelabuhan Rotterdam Harga CPO yang diperdagangkan di Malaysia Derivatives Exchange (MDEX), Kuala LumpurSedangkan penentuan harga PK yang dilakukan oleh Perusahaan mengacu kepada harga pasar lokal yang umumnya mengikuti tren dari harga Palm Kernel Oil (PKO) di pasar Rotterdam dan MDEX di Kuala Lumpur. Perusahaan menentukan harga CPO dan PK terutama berdasarkan harga pasar yang berlaku di pasar internasional. Akan tetapi penentuan harga ini tidak selalu sama di setiap saatnya (fluktuatif) tergantung dari besarnya tingkat pasokan dan permintaan yang ada. Tingkat pasokan dipengaruhi oleh kondisi cuaca global, sedangkan permintaan terutama dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dunia, harga biodiesel, produk substitusi, dan perubahan kondisi ekonomi dunia.

2. Analisis IndustriBeberapa hal yang dapat diamati dalam analisis industri mengacu pada kerangka Porters Five Forces adalah :a. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli dan Penjual Minyak sawit, baik dalam bentuk mentah maupun sudah diolah, merupakan komoditas yang diperdagangkan secara kompetitif di pasar komoditas dunia dan melibatkan banyak pembeli dan penjual. Tidak ada satupun produsen / penjual, atau kelompok produsen/penjual, yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga CPO di pasar. Demikian pula dengan pembeli, pembeli tidak mempunyai kekuatan untuk dapat bertindak secara nyata dalam mempengaruhi harga pasar CPO.

b. Persaingan antar Perusahaan Dalam IndustriDengan semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan semakin meningkatnya pertumbuhan produksi CPO di Indonesia yang berada di atas tingkat konsumsi domestik CPO, maka persaingan antara perusahaan yang bergerak di perkebunan kelapa sawit cukup tinggi. Namun dengan terus meningkatnya konsumsi CPO di Dunia, maka produksi CPO di Indonesia tetap akan terserap di pasar. Persaingan dalam memperebutkan pasar secara intensif tidak terjadi secara nyata pada perusahaan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memproduksi CPO, melainkan terjadi pada tingkat downstream, yaitu pada produk - produk turunan lanjutan seperti minyak goreng, margarin, dan lain - lain.

c. Halangan Masuknya Pesaing Baru Perusahaan yang ingin masuk kedalam industri perkebunan kelapa sawit dituntut untuk mengeluarkan investasi yang besar karena skala usaha di perkebunan kelapa sawit yang besar dan padat karya, sehingga sektor perkebunan kelapa sawit memberikan barrier to entry yang besar. Beberapa faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit adalah ketersediaan lahan yang luas, kebutuhan tenaga kerja yang cukup banyak dan produksi perkebunan kelapa sawit akan optimal dan efisien apabila dilakukan di daerah tropis. Oleh karenanya tidak banyak wilayah yang dapat mengembangkan perkebunan kelapa sawit dengan skala yang sangat besar seperti di Indonesia dan Malaysia.

d. Potensi Pengembangan Produk SubstitusiMinyak kelapa sawit selama ini merupakan bahan dasar untuk minyak pangan maupun minyak non pangan yang bersaing langsung dengan minyak kedelai, minyak biji sesawi dan minyak bunga matahari. Namun kelapa sawit memiliki beberapa keunggulan produksi dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya. Biaya pengolahan untuk produksi minyak sawit per ton juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya. Keunggulan lainnya dari minyak sawit adalah terdapatnya kestabilan pasokan. Produksi minyak dari tanaman tahunan seperti kedelai, lebih rawan terhadap faktor cuaca, sebaliknya kelapa sawit dapat mulai dipanen pada tahun ketiga sejak penanaman hingga sekitar umur 25 tahun, lebih tahan terhadap faktor cuaca.

C. PELUANG DAN ANCAMANBerdasarkan analisis lingkungan sosial dan kerja maka dapat dirumuskan beberapa peluang dan ancaman yang dimiliki PT.BW Plantation, yaitu :1. Peluang (Opportunity)Peluang merupakan kondisi yang akan berkembang di masa yang akan datang. Kondisi yang akan terjadi tersebut merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.Beberapa peluang yang dimiliki oleh PT.BW Plantation adalah :a. Tingginya permintaan akan kebutuhan minyak kelapa sawit (CPO) Tingginya permintaan akan kebutuhan minyak kelapa sawit (CPO) di pasaran dunia diprediksi akan mendorong harga minyak sawit meninggi. Hal ini terkait semakin banyaknya kegunaan CPO antara lain untuk bahan bakar nabati (biodiesel) dan produk oleochemical. Bahan bakar nabati (BBN)Kebijakan pemerintah mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) sebagai altenatif bahan bakar minyak (BBM) memberi peluang besar bagi industri kelapa sawit untuk lebih berkembang. Sementara itu di pasar dunia, dalam 10 tahun terakhir, penggunaan atau konsumsi minyak sawit tumbuh sekitar rata-rata 8%-9% per tahun. Ke depan, laju pertumbuhan ini diperkirakan akan terus bertahan, bahkan tidak tertutup kemungkinan meningkat sejalan dengan trend penggunaan bahan bakar alternatif berbasis minyak nabati atau BBN seperti biodiesel. Produk oleochemicalPertumbuhan penggunaan minyak sawit itu dipicu oleh peningkatan jumlah penduduk dunia dan semakin berkembangnya trend pemakaian bahan dasar oleochemical pada industri makanan, industri shortening, pharmasi (kosmetik). b. Produksi Kedepan yang Menjanjikan Pada 2007-2009, tanaman menghasilkan BWPT hanya sekitar 12.000 hektar yang mulai meningkat menjadi 14.011 hektar. Karena BWPT masih memiliki 28.121 hektar tanaman belum menghasilkan yang secara bertahap akan menghasilkan di tahun-tahun mendatang (mengingat usia komersial 3 tahun), PT.BW Plantation memperkirakan bahwa tanaman menghasilkan PT.BW Plantation akan meningkat signifikan pada tahun-tahun berikutnya. Sejalan dengan pertumbuhan tanaman menghasilkan, produksi PT.BW Plantation akan meningkat tajam dalam 3 tahun ke depan. c. Pengadaan Program PlasmaProgram Plasma dikembangkan oleh PT.BW Plantation sebagai salah satu bentuk wujud kepedulian terhadap masyarakat sekitar perkebunan. Melalui Program Plasma ini, Perusahaan optimis bahwa sistem ini akan dapat menghasilkan kegiatan operasional yang lebih efisien. Dengan menetapkan proses pengelolaan yang serupa antara perkebunan Program Plasma dengan perkebunan inti Perusahaan, sejak tahun 2005 hasil perkebunan Program Plasma meningkat secara signifikan dengan hasil yang dapat dibanggakan. Pada tahun 2012, jumlah pembayaran untuk TBS dari hasil Program Plasma sebelum dipotong pembayaran peminjaman, biaya operasional tahunan, dan jasa manajamen mencapai angka Rp29,2 miliar, lebih tinggi 26% daripada tahun 2011 yang tercatat sebesarRp23,2 miliar.

d. Rendahnya Free Fatty Acid (FFA) membawa harga jual rata-rata menjadi lebih tinggiSebagai dampak dari semakin baiknya infrastruktur dan juga peralatan baru yang digunakan dalam pemanenan dan pengolahan, PT.BW Plantation mampu meningkatkan kualitas CPO produksinya. Hal ini juga selaras dengan permintaan akan CPO berkualitas dari para pelanggan. Infrastruktur yang lebih baik dan peralatan baru, terwujud ke dalam waktu yang lebih singkat untuk memproduksi CPO. Hasilnya, PT.BW Plantation mampu menurunkan kandungan FFA di dalam CPO dari sekitar 3,5% pada Januari 2011 hingga menjadi sekitar 2% pada Desember 2011. Dengan rendahnya FFA, para pelanggan menganggap produk PT.BW Plantation sebagai produk yang berkualitas. Kemudian, PT.BW Plantation dapat menjual produk mereka dengan harga CPO yang premium dan kualitas yang optimum. e. Pabrik pengolahan CPO baru dengan teknologi baruPT. BW Plantation baru saja mengoperasikan pabrik CPO-nya pada bulan Juni 2012 yang lalu. Pabrik tersebut berlokasi di Kalimantan Tengah dengan kapasitas terpasang 30 ton per jam. Dengan demikian, kapasitas pabrik pengolahan CPO PT. BW Plantation akan menjadi 135 ton per jam dari sebelumnya 105 ton per jam, yang merupakan kapasitas dari dua pabrik pertamanya. Berita baik terkait pabrik baru adalah pabrik tersebut dilengkapi dengan teknologi terkini yang disebut Oblique Sterilizer. Teknologi baru ini menggunakan diagonal tube untuk merebus TBS, menggantikan dolly sebagai tempat untuk merebus TBS. Sebagai hasilnya, jumlah pekerja yang dibutuhkan dan ruang yang digunakan untuk memproses TBS berkurang. Tahun ini PT. BW Plantation juga akan memulai pembangunan pabrik CPO keempat terletak di Kalimantan Timur dangan kapasitas total 60 ton per jam. Pabrik ini juga akan dilengkapi dengan teknologi modern yang akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi.

2. AncamanAncaman merupakan suatu kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.Beberapa ancaman yang menganggu kondisi maupun kinerja PT.BW Plantation adalah :a. Fluktuasi harga CPOHarga CPO yang cenderung fluktuatif menjadi ancaman terutama dan paling utama bagi PT.BW Plantation karena fluktuasi harga CPO ini tentu saja akan mempengaruhi pendapatan usaha perusahaan.b. Faktor lingkungan yang dapat menghambat perkembangan industri perkebunanHal paling penting dalam sebuah usaha dalam bidang pertanian adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan sang komoditas. Begitu pula dengan kelapa sawit PT.BW Plantation yang juga tak lepas hubungannya dengan faktor lingkungan. Faktor iklim seperti iklim yang ekstrem, cuaca tidak menentu, curah hujan yang tinggi bahkan gangguan hama penyakit merupakan suatu ancaman tersendiri bagi pertumbuhan kelapa sawit yang akan mempengaruhi volume produksi CPO yang dihasilkan oleh PT.BW Plantation.c. Sistem tender tertutup yang dapat mengurangi daya tawar terhadap harga jualPenjualan hasil produksi CPO dan KPO yang dilakukan oleh PT.BW Plantation dengan menggunakan sistem tender tertutup dimana hasil produksi CPO dan KPO hanya dijual kepada beberapa pembeli yang sudah masuk ke dalam anggota tender sehingga tidak membuka kesempatan bagi pembeli diluar anggota tender. Hal ini menyebabkan daya tawar terhadap hasil produksi CPO dan KPO menjadi lebih rendah terhadap harga jualnya.d. Kebijakan pemerintah dalam Permentan No.98/2013 mengenai ekspansi lahanDalam Permentan No.98/2013 dijelaskan bahwa Pemerintah membatasi perizinan kelapa sawit maksimal 100 ribu hektar. Hal ini menjadi ancaman bagi perusahan karena perusahan memiliki batasan luas jika ingin melakukan ekspansi lahan untuk meningkatkan produksi. e. Kenaikan UMR secara globalKenaikan UMR secara global akan mempengaruhi besarnya pendapatan bersih yang akan diperoleh oleh PT. BW Plantation dimana pendapatan bersih akan menurun karena biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji atau upah karyawan dan tenaga kerja PT.BW Plantation akan bertambah besar.

ANALISIS EFAS

Faktor Strategis EksternalBobotPeringkatSkor TerbobotKeterangan

Peluang :1. Tingginya permintaan akan kebutuhan minyak kelapa sawit (CPO)

.20

5

1.00Hal ini terkait semakin banyaknya kegunaan CPO antara lain untuk bahan bakar nabati (biodiesel) dan produk oleochemical.

2. Produksi ke depan yang menjanjikan .204.80BWPT masih memiliki 28.121 hektar tanaman belum menghasilkan yang secara bertahap akan menghasilkan di tahun-tahun mendatang (mengingat usia komersial 3 tahun)

3. Pengadaan program plasma

.052.10Jumlah pembayaran untuk TBS dari hasil Program Plasma meningkat 26% atau mencapai angka Rp29,2 miliar di tahun 2012.

4. Rendahnya Free Fatty Acid (FFA) membawa harga jual rata-rata menjadi lebih tinggi

.052.10Dengan rendahnya FFA, para pelanggan menganggap produk PT. BW Plantation sebagai produk yang berkualitas. Sehingga PT.BW Plantation dapat menjual produk mereka dengan harga jual rata-rata CPO yang lebih tinggi.

5. Pabrik pengolahan CPO baru dengan teknologi baru.052.10Pabrik baru yang juga dilengkapi dengan teknologi modern ini akan menghasilkan produktivitas CPO yang lebih tinggi

Ancaman :1. Fluktuasi harga CPO.2051.00Fluktuasi harga CPO ini tentu saja akan mempengaruhi pendapatan usaha perusahaan

2. Faktor lingkungan yang dapat menghambat perkembangan industri perkebunan.052.10Faktor iklim seperti iklim yang ekstrem, cuaca tidak menentu, curah hujan yang tinggi bahkan gangguan hama penyakit merupakan suatu ancaman tersendiri bagi pertumbuhan kelapa sawit yang akan mempengaruhi volume produksi CPO yang dihasilkan oleh PT.BW Plantation.

3. Sistem tender tertutup yang dapat mengurangi daya tawar terhadap harga jual.103.30Daya tawar terhadap hasil produksi CPO dan KPO menjadi lebih rendah terhadap harga jualnya karena hasil produksi CPO dan KPO hanya dijual kepada beberapa pembeli yang sudah masuk ke dalam anggota tender

4. Kebijakan pemerintah dalam Permentan No.98/2013 mengenai ekspansi lahan.052.10Dalam Permentan No.98/2013 dijelaskan bahwa Pemerintah membatasi perizinan kelapa sawit maksimal 100 ribu hektar.

5. Kenaikan UMR secara global.052.10Kenaikan UMR secara global akan menurunkan besarnya pendapatan bersih yang akan diperoleh oleh PT. BW Plantation.

TOTAL1.003.70