PT MAL Tanpa Izin

22
Rabu, 17 April 2013 Dewan Pelalawan Temukan Bangunan PKS Tanpa Izin Kerumutan (SegmenNews.com)- Tim Panitia Khusus (Pansus) DPRD Pelalawan bersama BLH, BPN, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, serta Pemerintah Kabupaten dan desa turun meninjual lokasi perkebunan sawit milik PT Mekar Alam Lestari (PT MAL) di Kecamatan Kerumutan yang bermasalah dengan masyarakat tersebut, Selasa (15/4) lalu. Namun tim Pansus di kejutkan adanya temuan pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) milik PT MAL di areal perkebunananya tersebut. Sementara pihak BLH maupun Pemda Pelalawan tidak pernah mengeluarkan izin terkiat pembangunan PKS tersebut. Ketua Pansus DPRD Pelalawan Nasarudin SH MH yang memimpin peninjauan lapangan tersebut, mengaku sangat terkejut adanya bangunan PKS PT MAL itu. Setelah permasalahan CSR, KKPA dengan masyarakat setempat, serta perizinan kebun sawit mereka belum selesai di bahas di dewan. Tapi malah diam-diam membangun PKS di negeri Bono tersebut. “Hebat PT MAL ini, belum ada izin malah membangun PKS. Jadi berarti keberadaan PT PKS tidak terdaftar di Pelalawan. Sedangkan permasalahan sebelumnya juga belum ada penyelesaikan antara pihak perusahaan dengan masyarakat yang kini masih di bahas oleh tim Pansus. Makanya kita turun bersama-sama ingan instansi terkait untuk melakukan pengecekan. Tapi malah ada ditemukan bangunan PKS,” tegas Ketua Pansus didampingi Imustiar dari Komisi C DPRD Pelalawan. Sedangkan dari hasil peninjauan tersebut terlihat kesibukan aktifitas para pekerja sedang membangun pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di kawasan Hak Guna Usaha (HGU) mereka, parahnya selain tidak mengindahkan rekomendasi dewan agar tidak melanjutkan aktifitas pembangunan sebelum memperlihatkan perizinan yang diminta, pembangunan itu dilakukan oleh perusahaan sama sekali tidak memiliki izin apapun. Usai meninjau lokasi pembangunan pabrik yang ada di kawasan HGU mereka, rombongan langsung menuju ke Kantor PT MAL yang jaraknya tidak begitu jauh dari lokasi Pabrik, disana rombongan diterima oleh manajer kebun PT MAL Fahrudin Lubis beserta sejumlah staf. Namun ketika Fahrudin Lubis diminta untuk menunjukan sejumlah izin yang dimiliki PT MAL tidak dapat berbuat banyak dengan raut wajah memerah dan kebingungan. “Semuanya di urus di Pekanbaru pak yang mengurus izinnya,” katanya singkat. Kabid Amdal BLH Kabupaten Pelalawan, Eko Novitra mangaku pihaknya sejauh ini belum pernah mengeluarkan perizinan terkait lingkungan untuk syarat pembangunan PKS di PT MAL. Seharusnya izin itu harus dikeluarkan baru mulai dikerjakan pembangunan pabriknya, ini malah sebaliknya Pabrik sudah mulai berdiri namun izin belum dibuat. Jadi kita minta pihak perusahaan

Transcript of PT MAL Tanpa Izin

Page 1: PT MAL Tanpa Izin

Rabu, 17 April 2013Dewan Pelalawan Temukan Bangunan PKS Tanpa Izin

Kerumutan (SegmenNews.com)- Tim Panitia Khusus (Pansus) DPRD Pelalawan bersama BLH, BPN, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, serta Pemerintah Kabupaten dan desa turun meninjual lokasi perkebunan sawit milik PT Mekar Alam Lestari (PT MAL) di Kecamatan Kerumutan yang bermasalah dengan masyarakat tersebut, Selasa (15/4) lalu.Namun tim Pansus di kejutkan adanya temuan pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) milik PT MAL di areal perkebunananya tersebut. Sementara pihak BLH maupun Pemda Pelalawan tidak pernah mengeluarkan izin terkiat pembangunan PKS tersebut.Ketua Pansus DPRD Pelalawan Nasarudin SH MH yang memimpin peninjauan lapangan tersebut, mengaku sangat terkejut adanya bangunan PKS PT MAL itu. Setelah permasalahan CSR, KKPA dengan masyarakat setempat, serta perizinan kebun sawit mereka belum selesai di bahas di dewan. Tapi malah diam-diam membangun PKS di negeri Bono tersebut.“Hebat PT MAL ini, belum ada izin malah membangun PKS. Jadi berarti keberadaan PT PKS tidak terdaftar di Pelalawan. Sedangkan permasalahan sebelumnya juga belum ada penyelesaikan antara pihak perusahaan dengan masyarakat yang kini masih di bahas oleh tim Pansus. Makanya kita turun bersama-sama ingan instansi terkait untuk melakukan pengecekan. Tapi malah ada ditemukan bangunan PKS,” tegas Ketua Pansus didampingi Imustiar dari Komisi C DPRD Pelalawan.Sedangkan dari hasil peninjauan tersebut terlihat kesibukan aktifitas para pekerja sedang membangun pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di kawasan Hak Guna Usaha (HGU) mereka, parahnya selain tidak mengindahkan rekomendasi dewan agar tidak melanjutkan aktifitas pembangunan sebelum memperlihatkan perizinan yang diminta, pembangunan itu dilakukan oleh perusahaan sama sekali tidak memiliki izin apapun.Usai meninjau lokasi pembangunan pabrik yang ada di kawasan HGU mereka, rombongan langsung menuju ke Kantor PT MAL yang jaraknya tidak begitu jauh dari lokasi Pabrik, disana rombongan diterima oleh manajer kebun PT MAL Fahrudin Lubis beserta sejumlah staf.Namun ketika Fahrudin Lubis diminta untuk menunjukan sejumlah izin yang dimiliki PT MAL tidak dapat berbuat banyak dengan raut wajah memerah dan kebingungan.“Semuanya di urus di Pekanbaru pak yang mengurus izinnya,” katanya singkat.Kabid Amdal BLH Kabupaten Pelalawan, Eko Novitra mangaku pihaknya sejauh ini belum pernah mengeluarkan perizinan terkait lingkungan untuk syarat pembangunan PKS di PT MAL.Seharusnya izin itu harus dikeluarkan baru mulai dikerjakan pembangunan pabriknya, ini malah sebaliknya Pabrik sudah mulai berdiri namun izin belum dibuat. Jadi kita minta pihak perusahaan untuk menghentikan pembangunan sementara PKS sebelum mengurus perizinan yang diminta,” ujar Eko.Hal senada juga disampaikan oleh Rianto dari bagian perizinan, dia mengatakan untuk pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit ada tahapan-tahapan yang harus dilalui soal perizinan diantarany izin perinsip, izin lokasi, izin usaha produksi perkebunan, izin amdal, IMB bangunan.“Kita punya aturan, jangan main bangun saja tapa punya izin. Memang ini daerah mereka yang tidak memiliki aturan saja,” ungkap Rianto.Ditambahkan Nasarudin, bahwa hasil temuan pansus kalau PT MAL sudah melanggar sejumlah aturan dan tidak ada itikad baik untuk menuruti semua aturan pemerintah. Maka masalah ini nantinya akan di bicarakan dan dibahas

Page 2: PT MAL Tanpa Izin

ditingkat tim Pansus setelah itu akan dikonsultasikan ke pusat terkait sanksi atas semua pelanggaran yang dibuat oleh Perusahaan,“Yang jelas nanti kita akan bahas dan kita akan kita pertanyakan soal sanksi untuk mereka ke pusat atas pelanggaran yang mereka buat, kalau kita menginginkan agar izin mereka di cabut dan dibekukan kegiatan mereka. Setelah tujuh tahun beroprasi bukan saja mengurus izin dan membayar pajak, tapi juga tidak terdaftar di Pelalawan hanya mencari untung di Pelalawan,” tambahnya. (dn/rz)- See more at: http://www.segmennews.com/2013/04/dewan-pelalawan-temukan-bangunan-pks-tanpa-izin#sthash.byAxjnpL.dpuf

Kamis,18 April 2013 Bukti Lemahnya Pengawasan PemerintahMasyarakat Pelalawan Kecewa Berdirinya PT MAL

PELALAWAN - Menindaklanjuti ditemukannya aktivitas pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit PT Mekar Alam Lestari (MAL) oleh tim Pansus DPRD Pelalawan di Kecamatan Kerumutan, Rabu (17/4) lalu, membuat sejumlah elemen masyarakat merasa kecewa. Pasalnya, mereka mempertanyakan soal pengawasan dari Pemerintah Daerah khususnya instansi terkait sehingga bisa sampai 'kecolongan' seperti ini.

"Jujur saja, saya terkejut kenapa bisa terjadi seperti itu, aneh bin ajaib. Masak ada perusahaan membangun pabrik yang sudah berjalan, namun tidak ada izin

Page 3: PT MAL Tanpa Izin

yang dikantongi sama sekali. Berarti ini bukti lemahnya pengawasan pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di Pelalawan. Karena itu, kita mempertanyakan sikap pemerintah daerah setelah ada temuan itu, sebab dikhawatirkan nanti akan berdampak pada perusahaan yang lain dan bisa saja mereka cemburu bahkan ikut-ikutan tidak membuat izin apabila ingin membangun di daerah ini," terang Ketua Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) Pelalawan Faizal SE MSi, Kamis (18/4).

Faizal mengatakan, bahwa memberikan kemudahan pada para investor untuk menanamkan modalnya di Pelalawan itu sah-sah saja, namun bukan berarti tidak mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Artinya, para investor akan diberikan kemudahan serta keringanan dalam setiap pengurusan perizinan yang dibutuhkan. Sehingga, kelengkapan administrasi perusahaan tersebut akan terpenuhi sehingga dengan begitu segala sesuatunya akan berjalan lancar.

"Ini malah sebaliknya, tidak mengikuti aturan dan membangun seenaknya saja. Padahal untuk membangun suatu pabrik itu dibutuhkan beberapa perizinan serta beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui diantaranya izin prinsip, izin lokasi, izin usaha produksi perkebunan, izin  Amdal, IMB bangunan serta perizinan lain. Ini dilakukan agar semua perusahaan yang ada bisa terdata dan bisa dikenakan pajak serta retribusi untuk peningkatan kas daerah, sementara kalu seperti ini kejadiannya, bagaimana Pemda bisa mengambil pajak dan retribusinya sedangkan pabrik saja meraka tidak mengurus perizinan dan mungkin malah tidak terdaftar," jelasnya.

Selain itu, sambungnya, dirinya mendukung upaya Tim Pansus beserta dinas terkait dalam menangani kasus pembangunan pabrik di PT MAL. Atas temuan ini, dirinya berharap persoalan ini dapat ditangani dengan serius dan dapat diselesaikan secara arif dan bijaksana. Sehingga, nantinya tidak menimbulkan rasa iri dari perusahaan sejenis yang ada di Pelalawan.

"Kami sangat mendukung upaya Tim Pansus dalam menangani kasus ini, berikan tindakan tegas dan bijaksana bagi perusahaan yang melanggar aturan. Kami juga setuju pihak perusahaan diminta untuk menghentikan aktifitas pembangunan pabrik itu sebelum masalahnya selesai," harapnya.

Kekesalan serupa juga disampaikan oleh Ketua Asosiasi Kelapa Sawit Indonesia Kabupaten Pelalawan, Jupri SE. Menurutnya, pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ilegal milik PT MAL dinilai terlalu berani mendirikan pabrik tanpa memiliki izin dari pemerintah daerah. Meskipun bangunan itu dibangun di kawasan Hak Guna Usaha (HGU) mereka.

"Saya nilai temuan pansus ini Pemda 'kecolongan', soalnya kenapa bisa terjadi apakah tidak ada informasi masuk dari pemerintah desa atau memang sengaja pihak perusahaan tidak ada niat mengajukan izin pembangunan pabrik tersebut. Bagaimana perusahaan mau menempatkan tenaga lokal. Sementara, surat-surat izin prinsip saja tak dilakukan," bebernya.

Ditambahkannya, karena itu dinas terkait seperti KPPT, Dishut dan Perkebunan serta beberapa dinas terkait lainnya harus secepatnya menangani masalah ini. Soalnya, semua pembangunan serta izin bisa keluar dari dinas tersebut karena dengan adanya izin itu maka nantinya bisa diambil pajak dan retribusi yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor tersebut.

Page 4: PT MAL Tanpa Izin

"Kalau pihak perusahaan tidak juga melengkapi semua izin yang diminta, maka pemerintah daerah jangan segan-segan mencabut semua perizinan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut karena dinilai tidak kooperatif dan dinilai telah memberikan contoh buruk bagi perusahaan lain serta tidak berdampak positif bagi pembangunan Pelalawan," tutupnya. (rep02/hrc)

18 April 2013 Posted by RiauEditor Pengawasan Lemah, PKS PT. MAL Tak Kantongi Izin

PANGKALANKERINCI(riaueditor)-Terkait temuan Tim Panitia Khusus (Pansus) DPRD Pelalawan bersama instansi terkait, Selasa (16/4) lalu yang menemukan pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Mekar Alam Lestari (MAL) tak memiliki izin, menimbulkan kekecewaan sejumlah elemen masyarakat. Pengawasan pemerintah daerah dipertanyakan sehingga bisa ‘kecolongan’.Ketua Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) Kabupaten Pelalawan Faizal, SE, M.Si, Kamis (18/4) kepada riaueditor mengaku cukup terkejut mendengar temuan Tim Pansus tersebut. Lebih lagi PKS PT. MAL ini ternyata telah berjalan selama beberapa waktu.“Ada dugaan lemahnya pengawasan terhadap perusahaan yang ada di Pelalawan. Kita sangat mempertanyakan apa sikap dan tindak lanjut yang diambil pemerintah daerah terhadap temuan ini,” kata Faizal.Jika tidak ditindaklanjuti, kata Faizal nantinya bisa berdampak pada perusahaan yang lain yang ikut-ikutan membangun PKS tanpa mengurus izin terlebih dahulu.Lebih lanjut Faizal mengatakan, sah-sah saja bila pemerintah daerah memberikan kemudahan kepada investor untuk berinvestasi di Pelalawan. Namun itu bukan berarti tidak mengikuti aturan yang ada, “artinya para investor akan diberikan kemudahan serta keringanan dalam pengurusan perizinan yang dibutuhkan, dengan begitu segala sesuatunya akan berjalan lancar,” sebut Faizal lagi.Untuk membangun PKS seyogyanya harus melalui beberapa tahapan, diantaranya izin prinsip, izin lokasi, izin usaha produksi perkebuinan, Amdal, IMB

Page 5: PT MAL Tanpa Izin

serta perizinan lainnya. Hal tersebut dilakukan agar perusahaan terkait bisa terdata ndan bisa dikenakan pajak serta retribusi untuk pemasukan kas daerah.“Kalau begini bagaimana mau diambil pajak serta retribusinya, sementara perusahaan itu tidak memiliki izin dan mungkin juga tidak terdaftar,” tambahnya lagi.Ketua GRIB Pelalawan ini juga mendukung upaya Pansus dan dinas terkait untuk menangani masalah PT. MAL ini dengan serius. Pihaknya juga mendukung agar diberikan tindakan tegas terhadap perusahaan tersebut, seperti penghentian sementara aktifitas sebelum masalahnya selesai.Tak hanya Faizal, kekesalan serupa juga disampaikan oleh Ketua Asosiasi Kelapa Sawit Indonesia Kabupaten Pelalawan, Jupri. Dia menilai PT. MAL terlalu berani mendirikan pabrik tanpa izin dari pemerintah daerah, walau pun bangunan itu dibangun di kawasan Hak Guna Usaha (HGU) perusahaan.“Kenapa bisa terjadi, apakah tidak ada informasi dari pemerintah desa, atau memang sengaja pihak perusahaan tidak ada niat mengajukan izin pembangunan pabrik tersebut,” ungkap Jupri.Untuk itu, dinas terkait seperti KPPT, Dinas Perkebunan serta beberapa instansi terkait lainnya secepatnya menangani masalah ini. Sebab, semua pembangunan serta izin keluar dari dinas tersebut. Dengan adanya izin nantinya bisa diambil pajak dan retribusi yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).“Kalau pihak perusahaan tidak juga melengkapi semua izin yang diminta, agar pemerintah daerah mencabut semua perizinan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut karena dinilai tidak kooperatif dan dinilai telah memberikan contoh buruk bagi perusahaan lain serta tidak berdampak positif bagi pembangunan Pelalawan,” ujarnya.Selaku Ketua Apkasindo Pelalawan, pihaknya bukan tidak menyambut baik adanya investasi di Pelalawan, namun kemudahan yang diberikan tersebut harus mengikuti aturan yang ditetapkan. “Bukan seenaknya saja, seolah-olah beranggapan bahwa dia yang punya Negara ini, yang lain numpang,” cetus Ketua Apkasindo Pelalawan(zul)

Page 6: PT MAL Tanpa Izin

Kamis, 18 April 2013 Tak Miliki Izin, PKS PT MAL Buang Limbah Sembarangan

Pabrik Kelapa Sawit PT Mekar Alam Lestari (PT MAL) di Kecamatan Kerumutan ternyata tak mengantongi satu pun izin dari Pemerintah Kabupaten Pelalawan. Hal ini terungkap dari hasil pertemuan yang kesekian kalinya antara Tim Pansus DPRD Pelalawan bersama instansi terkait pada Selasa (16/4/2013) kemarin. Selain tidak memiliki izin, PKS itu diduga membuang limbah sembarangan.

Rapat Pansus terakhir yang digelar oleh tim Pansus terdiri dari semua komisi di DPRD, pihak perusahaan dari PT MAL, tidak bisa menunjukkan semua perizinan yang diminta oleh dewan sehingganya dalam rapat pansus tersebut Dewan merekomendasikan agar pihak perusahaan untuk tidak melakukan aktifitas perusahaan sebelum melengkapi dan menunjukan semua bukti perizinan yang diminta, kata ketua Pansus PT, Mal Nasarudin SH MH saat itu.

Namun karena tidak ada itikad baik memperlihatkan perizinan yang diminta Selasa (16/4) kemarin tim Pansus yakni ketua pansus Nasarudin SH MH dan anggota pansus Imustiar dari komisi C didampingi oleh instansi terkait dari Perizinan, BLH, BPN, Kehutanan dan Perkebunan bersama aparatur sejumlah desa sekitar perusahaan melakukan peninjauan langsung ke lokasi PT MAL yang ada di kecamatan Kerumutan.

Hasil peninjauan tersebut terlihat kesibukan aktifitas para pekerja sedang membangun pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di kawasan Hak Guna Usaha (HGU) mereka, parahnya selain tidak mengindahkan rekomendasi dewan agar tidak melanjutkan aktifitas pembangunan sebelum memperlihatkan perizinan yang diminta, pembangunan itu dilakukan oleh perusahaan sama sekali tidak memiliki izin apapun.

"Hebat PT MAL ini, sudah dilarang masih juga dikerjakan, padahal mereka tidak memiliki izin apapun untuk membangun pabrik pengolahan kelapa sawit mereka," katanya.

Page 7: PT MAL Tanpa Izin

Usai meninjau lokasi pembangunan pabrik yang ada di kawasan HGU mereka, rombongan langsung menuju ke kantor PT MAL yang jaraknya tidak begitu jauh dari lokasi pabrik. Di sana, rombongan diterima oleh manajer kebun PT MAL Fahrudin Lubis beserta sejumlah staf, dengan waktu yang tidak begitu lama, Fahrudin Lubis dicecar sejumlah pertanyaan oleh dewan dan pegawai dari instansi terkait soal izin pembangunan pabrik kelapa sawit milik PT MAL.

Dengan raut muka sedikit bingung karena tidak bisa menunjukan sejumlah perizinan yang diminta, Lubis mengaku bahwa urusan perizinan yang di urus oleh pihak manajemen PT MAL dilakukan di Pekanbaru. ''Semuanya diurus di Pekanbaru, Pak,'' ujarnya singkat.

Menyikapi masalah ini, Eko Novitra selaku Kabid Amdal dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pelalawan manngaku bahwa pihaknya sejauh ini belum pernah mengeluarkan perizinan terkait lingkungan untuk syarat pembangunan Pabrik kelapa sawit di PT MAL. Dan seharusnya izin itu harus dikeluarkan baru mulai dikerjakan pembangunan pabriknya, ini malah sebaliknya Pabrik sudah mulai berdiri namun izin belum dibuat. Untuk itu, dirinya meminta kepada pihak manajemen untuk menghentikan pembangunan pabrik tersebut sebelum mengurus perizinan yang diminta.

Hal senada juga disampaikan oleh Rianto dari bagian perizinan. Menurutnya, untuk pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit ada tahapan-tahapan yang harus dilalui soal perizinan diantaranya izin prinsip, izin lokasi, izin usaha produksi perkebunan, izin amdal, IMB bangunan. "Ini sama sekali tidak punya izin berani membangun, seperti berada di dalam daerah yang tidak memiliki aturan saja kalian," katanya.

Atas temuan itu, Ketua Pansus PT MAL Nasarudin didampingi oleh Imustiar menyampaikan bahwa dari hasil temuan pansus PT MAL turun ke lapangan dan sudah terbukti bahwa PT MAL sudah melanggar sejumlah aturan dan tidak ada itikad baik untuk menuruti semua aturan maka masalah ini nantinya akan dibicarakan dan dibahas ditingkat tim Pansus setelah itu akan dikonsultasikan ke pusat terkait sanksi atas semua pelanggaran yang dibuat oleh Perusahaan. **mc-gr

Page 8: PT MAL Tanpa Izin

Jum’at, 19 April 2013 Pemkab Pelalawan Kecolongan,PT MAL Operasikan PKS Tanpa Izin

Pansus DPRD Pelalawan menemukan fakta PT MAL melanggar ketentuan. Perusahaan tersebut mengoperasikan pabrik kelapa sawit tanpa izin.

Riauterkini-PANGKALANKERINCI- Hasil temuan Pansus DPRD Pelalawan di kecamatan Kerumutan terhadap PT Mekar Alam Lestari (MAL) memiliki Pabrik Kelapa Sawit tanpa mengantongi ijin.Kondisi ini, membuat sejumlah elemen masyarakat merasa kecewa. Mereka mempertanyakan soal pengawasan dari Pemerintah Daerah khususnya instansi terkait sehingga bisa sampai 'kecolongan' seperti ini.

"Jujur kita terkejut kenapa bisa terjadi seperti itu, aneh bin ajaib. Masak ada perusahaan membangun pabrik yang sudah berjalan namun tidak ada izin yang dikantongi sama sekali, berarti ini diduga lemahnya pengawasan kita terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di Pelalawan. Karena itu, kita juga mempertanyakan sikap pemerintah daerah setelah ada temuan itu sebab dikhawatirkan nanti akan berdampak pada perusahaan yang lain dan bisa saja mereka cemburu bahkan ikut-ikutan tidak membuat izin apabila ingin membangun di daerah ini," terang Ketua Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) Pelalawan Faizal SE, M.Si,Kamis (18/4/13).

Faizal mengatakan bahwa memberikan kemudahan pada para investor untuk menanamkan modalnya di Pelalawan itu sah-sah saja, namun bukan berarti tidak mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Artinya, para investor akan diberikan kemudahan serta keringanan dalam setiap pengurusan perizinan yang dibutuhkan sehingga kelengkapan administrasi perusahaan tersebut akan terpenuhi sehingga dengan begitu segala sesuatunya akan berjalan lancar.

"Ini malah sebaliknya, tidak mengikuti aturan dan membangun seenaknya saja. Padahal untuk membangun suatu pabrik itu dibutuhkan beberapa perizinan serta beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui diantaranya izin prinsip, izin lokasi, izin usaha produksi perkebunan, izin Amdal, IMB bangunan serta perizinan lain. Ini dilakukan agar semua perusahaan yang ada bisa terdata dan bisa dikenakan pajak serta retribusi untuk peningkatan kas daerah, sementara kalu seperti ini kejadiannya, bagaimana Pemda bisa mengambil pajak dan retribusinya sedangkan pabrik saja meraka tidak mengurus perizinan dan mungkin malah tidak terdaftar," ungkapnya.

Selain itu, sambungnya, dirinya mendukung upaya Tim Pansus beserta dinas terkait dalam menangani kasus pembangunan pabrik di PT MAL. Atas temuan ini, dirinya berharap persoalan ini dapat ditangani dengan serius dan dapat diselesaikan secara arif dan bijaksana sehingga nantinya tidak menimbulkan rasa iri dari perusahaan sejenis yang ada di Pelalawan.

"Kami sangat mendukung upaya Tim Pansus dalam menangani kasus ini, berikan tindakan tegas dan bijaksana bagi perusahaan yang melanggar aturan. Kami juga setuju pihak perusahaan diminta untuk menghentikan aktifitas pembangunan pabrik itu sebelum masalahnya selesai," harapnya.***(feb)

Sumber: http://www.riauterkini.com/hukum.php?arr=58871

Page 9: PT MAL Tanpa Izin

Minggu, 25 Agustus 2013 - 20:34:58 WIBBesok, Pansus PT MAL Sampaikan Hasil Rekomendasi

TERKAIT:

 

1.900 Hektare Lahan PT MAL Dikembalikan ke Negara

 

PELALAWAN-Tim Panitia Khusus DPRD Pelalawan terkait PT Mekar Alam Lestari (PT MAL) di Kecamatan Kerumutan, besok, Senin (26/8/2013) akan melaporkan hasil rekomendasi melalui rapat paripurna.

"Ya, sesuai jadwal Badan Musyawarah (Bamus) DPRD, Senin besok (26/8), kita

Page 10: PT MAL Tanpa Izin

memang ada rapat paripurna DPRD. Dalam rapat nanti, ada sejumlah agenda yang kita paripurna-kan, dimana salah satunya yakni penyampaian hasil rekomendasi tim Pansus DPRD terhadap PT MAL yang dinilai arogan karena diketahui dan ditemukan sejumlah bukti bahwa kegiatan mereka di Pelalawan, Mulai dari pembangunan kebun sampai pabrik tidak dilengkapi perizinan," terang Ketua Pansus DPRD terkait PT MAL, Nasarudin, Minggu (25/8/2013).

Nasar mengatakan bahwa penyampaian hasil rekomendasi tim Pansus DPRD pada pimpinan DPRD ini merupakan hasil akhir atau hasil kesimpulan yang disampaikan oleh tim Pansus yang melibatkan sejumlah instansi terkait serta pemerintahan desa dan kecamatan, soal keberadaan PT MAL di Pelalawan yang dianggap penuh dengan masalah.

Dijelaskannya, bahwa kasus PT MAL ini muncul, sebelumnya berawal dari kemarahan warga beberapa desa sekitar perusahaan. (Andy Indrayanto)- See more at: http://www.halloriau.com/read-pelalawan-37395-2013-08-25-besok-pansus-pt-mal-sampaikan-hasil-rekomendasi-.html#sthash.CMm02WlG.dpuf

Minggu, 08 September 2013 20:14 WIB

PT MAL Terbukti Kelola Lahan 1.900 Hektare dan Dirikan Pabrik Ilegal

PANGKALAN KERINCI, GORIAU.COM - Hasil Panitia Khusus legislator Pelalawan menemukan titik terang terkait persoalah PT Mekar ALam Lestari (PT MAL). Temuan tersebut mengejutkan, ternyata perusahaan berkelas nasional ini mengelola lahan seluas 1.900 hektare dan mendirikan pabrik secara ilegal atau tanpa izin yang jelas.

Perusahaan yang berlokasi di Kecamatan Kerumutan sebelumnya menyatakan bahwa lahan tersebut merupakan lahan PT MAL II yang disulap dari kawasan hutan menjadi perkebunan bodong yang saat ini sudah berbuah.

Buntut dari laporan masyarakat ke DPRD Pelalawan dan tidak adanya keterbukaan dari pihak manajemen perusahaan akhirnya anggota DPRD mencium aroma masalah di perusahaan itu, setelah ditelusuri dengan membentuk tim pansus maka DPRD  melalui tim pansusnya menemukan

Page 11: PT MAL Tanpa Izin

sejumlah masalah yang cukup besar diantaranya mulai dari perizinan, pembangunan pabrik tanpa izin sampai penguasaan kawasan hutan seluas 1900 hektar yang disulap menjadi kebun mereka.

Sehingga lewat rekomendasi tim pansus DPRD terhadap PT MAL mereka meminta kepada Bupati agar lahan seluas itu dikembalikan ke negara dan difungsikan kembali menjadi kawasan hutan. Artinya, baik pihak perusahaan maupun masyarakat tidak berhak menguasai lahan perkebunan itu apalagi mengambil buahnya untuk keuntungan pribadi karena lahan seluas itu saat ini sudah dinyatakan berstatus qou.

"Memang benar lahan itu saat ini status quo, artinya masyarakat dan perusahaan harus menghormati hasil rekomendasi tim pansus DPRD yaknilahan seluas 1900 hektar itu harus dikembalikan ke Negara dan difungsikan menjadi kawasan hutan kembali. Soalnya, lahan itukan tadinya kawasan hutan yang di garap secara illegal oleh PT MAL tanpa memiliki izin dan untuk itu masyarakat dan perusahaan dilarang mengelolah lahan itu lagi. Kalau mau dikelola maka mereka harus mengantongi izin dari Kementrian Kehutanan," kata salah satu anggota Komisi B DPRD PelalawanDrs H Abdul Anas Badrun pada sejumlah media, Minggu (8/9/2013).

Anas juga menegaskan bukan hanya lahan saja yang dipermasalahkan dari hasil temuan tim Pansus DPRD melainkan banyak permasalahan lain yang direkomendasikan Dewan untuk PT MAL agar ditaati. Diantaranya melengkapi perizinan yang kurang termasuk izin membangun pabrik kelapa sawit yang saat ini sudah berdiri namun tidak ada izin sama sekali. Sehingga sanksinya kepada pihak perusahaan diminta untuk tidak melanjutkan pembangunan pabrik kelapa sawit itu yang saat ini masih dalam tahap pengerjaan.

"Yang terpenting lagi mereka dari perusahaan juga harus memenuhi kewajiban mereka untuk membangunkan kebun KKPA kepada masyarakat lima desa yang ada di sekitar perusahaan itu," jelasnya.

Ditambahkannya, untuk itu pihaknya meminta kepada pemerintah daerah yakni dari pihak Eksekutif agar rekomendasi hasil tim Pansus DPRD segera di sampaikan ke Satker masing-masing dan disampaikan juga kepada pihak perusahaan untuk ditaati dan ditindaklanjuti demi kepentingan bersama.(ilm)Editor: fzr- See more at: http://www.goriau.com/berita/pelalawan/pt-mal-terbukti-kelola-lahan-1900-hektare-dan-dirikan-pabrik-ilegal.html#sthash.SgT3Kpem.dpuf

Page 12: PT MAL Tanpa Izin

Rabu, 11 September 2013 PT MAL Harus Hentikan Operasional

TRIBUNPEKANBARU.COM, PANGKALAN KERINCI - Dewan Perwakilan Rakyat Daerahh (DPRD) Pelalawan mengimbau PT Mekar Alam Lestari (MAL) harus menghentikan operasionalnya di areal PT MAL II. Pasalnya, lahan seluas 1.900 hektar itu terbukti tidak memiliki izin apapun, sejak digarap sekitar lima tahun lalu.Keputusan itu berdasarkan hasil kejar Panitia Khusus (Pansus) DPRD Pelalawan akhir Agustus lalu yang disampaikan melalui sidang paripurna. PT MAL yang membangun kebun kelapa sawit di areal II tidak dapat menunjukkan izin-izin yang berkaitan dengan pembukaan lahan dan penggarapannya menjadi konsesi perusahaan. Alhasil, perusahaan pengolahan kelapa sawit itu harus mennyetop aktivitasnya di atas tanah itu."Itu sama saja dengan aktivitas perambahan lahan atau illegal logging. Pasalnya, lahan itu awalnya kawasan hutan milik negara yang digarap dan dibangun menjadi kebun milik perusahaan. Ternyata perusahaan tidak memiliki izin apapun pun. Itu berdasarkan hasil Pansus kita," terang Ketua Pansus, Nasaruddin kepada Tribun, Selasa (10/9).Ketua Komisi A ini menegaskan, PT Mal menggarap lahan milik negara dengan luas tak tanggung-tanggung hingga mencapai 1.900 hektar yang terletak di Kecamatan Kerumutan. Lahan itu harus dikembalikan lagi ke negara dan tetap menjadi kawasan hutan. Namun harapan sangat minim, lantaran lebih dari setengah dari luas lahan, kebun kelapa sawit sudah berdiri kokoh. Usianya memasuki lima tahun dan telah menghasilkan tanda buah segar (TBS). Seluruh keputusan terkait hal itu terletak pada Pemkab Pelalawan.Dalam hal ini, lanjut Nasarudin, Bupati Pelalawan sebagai kepala daerah harus secepatnya melakukan eksekusi atas putusan Pannsus DPRD itu. Karena, kewenangan untuk mengeksekusi keputusan itu berada ditangan pemerintah selaku eksekutif dan dewan hanya merumuskan dan memutuskan saja. Minimal untuk mengimbau perusahaan menghentikan operasional dan memerintahkan untuk keluar dari areal perkebunan bodong itu.

Page 13: PT MAL Tanpa Izin

"Keputusan lanjutannya tergantung kepala daerah, apakah langsung ditanggapi atau diteruskan atau bagaimana. Mereka yang menjadi eksekutornya, kita hanya melegislasi saja," tegas Nasar.Bupati Pelalawan, HM Harris tidak dapat dikonfirmasi, lantaran sedang ke luar kota sejak Senin (9/9) lalu. Nomor ponselnya yang dihubungi tidak aktif dan pesan singkat yang dikirim tidak berbalas. Demikian juga dengan Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Pelalawan, Hambali juga tidak dapat dimintai penjelasan.Penulis: johanes Editor: zulham

Kamis, 3 Oktober 2013 DPRD Pelalawan mengimbau PT Mekar Alam Lestari (MAL) harus menghentikan operasionalnya di areal PT MAL II.TRIBUNPEKANBARU.COM, PANGKALAN KERINCI - DPRD Pelalawan mengimbau PT Mekar Alam Lestari (MAL) harus menghentikan operasionalnya di areal PT MAL II. Pasalnya, lahan seluas 1.900 hektare di Kecamatan Kerumutan itu terbukti tidak memiliki izin apapun, sejak digarap sekitar lima tahun lalu. Keputusan itu berdasarkan hasil kejar Panitia Khusus (Pansus) DPRD Pelalawan akhir Agustus 2013, yang disampaikan melalui sidang paripurna. PT MAL yang membangun kebun kelapa sawit di areal II tidak dapat menunjukkan izin-izin yang berkaitan dengan pembukaan lahan dan penggarapannya menjadi konsesi perusahaan. Alhasil, perusahaan pengolahan kelapa sawit itu harus menyetop aktivitasnya di atas tanah itu."Itu sama saja dengan aktivitas perambahan lahan atau illegal logging. Pasalnya, lahan itu awalnya kawasan hutan milik negara yang digarap dan dibangun menjadi kebun milik perusahaan. Ternyata perusahaan tidak memiliki izin apapun. Itu berdasarkan hasil Pansus kita," terang Ketua Pansus, Nasaruddin kepada Tribun, Rabu (2/10).Ketua Komisi A ini menegaskan, lahan itu harus dikembalikan lagi ke negara dan tetap menjadi kawasan hutan. Namun harapan sangat minim, lantaran lebih dari setengah dari luas lahan sudah ditanami kelapa sawit. Usianya memasuki lima tahun dan telah menghasilkan tanda buah segar (TBS). Seluruh keputusan terkait hal itu terletak pada Pemkab Pelalawan.Dalam hal ini, lanjut Nasarudin, Bupati sebagai kepala daerah harus secepatnya melakukan eksekusi atas putusan Pansus DPRD itu. Karena, kewenangan untuk mengeksekusi keputusan itu berada di tangan pemerintah selaku eksekutif dan dewan hanya merumuskan dan memutuskan saja. Minimal untuk mengimbau perusahaan menghentikan operasional dan memerintahkan untuk keluar dari areal yang tak berizin itu. "Keputusan lanjutannya tergantung kepala daerah, apakah langsung ditanggapi atau diteruskan atau bagaimana. Mereka yang menjadi eksekutornya, kita hanya melegislasi saja," tegas Nasar.Sebelumnya, Ketua Fraksi Demokrat Bersatu DPRD Pelalawan, Abdul Anas Badrun menjelaskan, tahapan keputusan di tingkat legislatif sudah final dan dilaksanakan hingga selesai. Yakni, mengeluarkan hasil pansus yang diputuskan dalam sidang paripurna. Beberapa rekomendasi telah diberikan oleh dewan kepada Pemkab Pelalawan untuk dieksekusi secepatnya.Anggota Pansus lainnya, Eka Putra menambahkan, berdasarkan hasil kinerja panitia yang melibatkan seluruh instansi terkait dan elemen bersangkutan,

Page 14: PT MAL Tanpa Izin

perusahaan perkebunan sawit itu tidak memiliki izin apapun dalam menggarap lahan seluas 1.900 hektare yang disebut sebagai PT MAL II. Mulai dari izin prinsip, operasional, hingga dokumen kelengkapan seperti HGU atau sejenisnya sama sekali tidak ada. Hal itu diketahui ketika panitia khusus melakukan kunjungan ke PT MAL dan memintai sejumlah dokumen keabsahan operasional perusahaan. Padahal, kawansan hutan yang disulap menjadi perkebunan sawit itu telah berlangsung selama lima tahun. Dimana sawit perusahaan sudah mulai menghasilkan sebagai pasokan untuk PKS miliknya sendiri. Sehingga Pansus meminta perusahaan keluar dari areal kebun dan menghentikan operasinal di lahan bodong itu. Disamping itu, persolan izin Analisi Dampak Lingkungan (Amdal) belum tuntas. Dikatakannya,  jangankan untuk PT MAL II izin pada PT MAL I saja banyak bermasalah. Izin mendirikan dan operasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) tidak lengkap. Belum lagi, lahan PT MAL I seluar 4.500 hektar tidak menjalankan amanat Undang-udang yang mengatur bahwa, 10 persen  kebun perusahaan harus diberikan kepada masyarakat tempatan untuk diolah sebagai KKPA. Kemudian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai pajak pendapatan bagi daerah pun tak diurus hingga sekarang. (joe/TRIBUN PEKANBARU CETAK)Penulis: johanes Editor: zulham

Page 15: PT MAL Tanpa Izin

Jumat, 11 Oktober 2013Penguasaan Lahan Ilegal PT MAL, Kadishut Pelalawan Diperiksa Kejati Riau

PEKANBARU, RIAUAKSI.com-Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kabupaten Pelalawan, Hambali, kembali diperiksa penyidik Pidana Khusus (Pidsus) Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau, Jumat (11/10/13).Kemarin, ia juga diperiksa penyidik untuk dimintai keterangan terkait penguasaan 1900 hektare lahan tanpa ilegal yang dilakukan PT Mekar Alam Lestari (MAL) Pelalawan.Asisten Pidsus Kejati Riau, Amril Rigo SH, melalui Kasi Penyelidikan, Rachmat Lubis SH, mengatakan perusahaan tersebut sudah menguasai lahan sejak tahun 2007, di Pelalawan. Penguasaan itu diduga ilegal karena tidak didukung surat resmi."Penyelidikan ini berdasarkan laporan masyarakan. Kemudian ditindaklanjuti dengan mengumpulkan bukti dan pemeriksaan saksi," jelas Rachmat dikonfirmasi wartawan.Pemeriksaan terhadap Hambali baru pertama kali. Ia merupakan orang pertama yang diperiksa dalam kasus ini. Selanjutnya, penyidik akan mengagendakan pemanggilan terhadap instansi terkait lainnya."Ini pemeriksaan pertama. Kita akan telusuri bagaimana pihak perusahaan memperoleh lahan tersebut. Apakah diperoleh secara bertahap atau sekaligus," tutur Rachmat.Kasus itu bergulir dari laporan masyarakat ke DPRD Pelalawan, terkait lahan yang dikelola PT MAL dan tidak terbukanya manajemen perusahaan memberikan informasi pada masyarakat.Berdasarkan laporan itu, Panitia Khusus DPRD Pelalawan melakukan penelusuran ke lapangan. Hasilnya, pembangunan pabrik diduga tanpa izin. Di samping itu, lahan 1.900 hektare yang digarap perusahaan merupakan kawasan hutan rakyat, yang tidak boleh ditebang secara masif.Atas temuan itu, DPRD Pelalawan merekomendasikan ke bupati supaya PT MAL mengembalikan lahan ke negara untuk difungsikan lagi jadi kawasan hutan. (R4/Ms)

Kamis, 31 Oktober 2013 2Direktur PT MAL Diperiksa Terkait Izin Lahan di Pelalawan

Page 16: PT MAL Tanpa Izin

Jaksa terus mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi terkait penguasaan lahan tanpa izin oleh PT MAL. Kini gantia direktur perusahaan diperiksa.

Riauterkini-PEKANBARU-Setelah Hambali, Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kabupaten Pelalawan. Diperiksa tim penyidik pidana khusus (pidsus) Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau. Terkait penguasaan lahan tanpa izin oleh PT Mekar Alam Lestari (MAL) di Pelalawan.

Kamis (31/10/13) siang, tim penyidik melakukan pemeriksaan terhadap Juvendiwan, Direktur PT MAL. Juvendiwan yang datang memenuhi panggilan penyidik sekitar pukul 11.00 WIB itu, diperiksa oleh jaksa penyidik diruangan Pidsus Kejati Riau.

Kasi Penyidik (Kasidik) Kejati Riau, Rachmad Lubis SH, ketika dikonfirmasi wartawan membenarkan adanya pemeriksaan terhadap Direktur PT MAL tersebut. Namun ketika ditanya lebih jauh, tentang pemeriksaan Juvendiwan ini. Rachmat mengaku belum mendapat laporan dari jaksa penyidiknya.

" Nantilah ya, saya sedang berada diluar. Coba saja tanyakan kepada jaksa penyidiknya Misrinal. Hanya saja pemeriksaan ini hanya sebatas memintai keterangan saksi," ujarnya.

Dijelaskan Rachmat,kita menindak lanjuti laporan masyarakat. Terkait penguasaan lahan seluas 1.900 hektare (Ha) oleh PT MAL, di kawasan Kerumutan Kabupaten Pelalawan.

Dalam hal ini, PT MAL menguasai lahan tanpa memiliki surat resmi pada tahun 2007 silam.

Sebelumnya dikatakan Rachmat, kasus ini berawal dari adanya laporan masyarakat ke DPRD Pelalawan terkait lahan yang dikelola PT MAL dan tidak terbukanya manajemen perusahaan memberikan informasi pada masyarakat.

Berdasarkan laporan itu, Panitia Khusus DPRD Pelalawan melakukan penelusuran ke lapangan. Hasilnya, Pansus menemukan sejumlah masalah yang cukup besar mulai dari perizinan, pembangunan pabrik tanpa izin sampai penguasaan kawasan hutan seluas 1.900 hektar yang disulap menjadi kebun oleh perusahaan.

Sebelumya, pihak perusahaan menyatakan lahan tersebut merupakan lahan PT MAL II yang disulap dari kawasan hutan menjadi perkebunan bodong yang saat ini sudah berbuah. Tim Pansus lalu merekomendasikan PT MAL pada bupati dan meminta lahan itu dikembalikan pada negara untuk difungsikan lagi jadi kawan hutan.

Saat ini. Lahan tersebut berstatus quo. Baik pihak perusahaan maupun masyarakat tidak boleh mengelola lahan dan mengambil hasil kebun. ***(har)

Jumat, 01 November 2013 - 07:32:44 WIBRambah Hutan, Jaksa Periksa Dirut PT MAL

 

PEKANBARU - Direktur Utama (Dirut) PT Mekar Alam Lestari (MAL), Jufendi Wan diperiksa oleh jaksa Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau, Kamis (31/10/2013). Jufendi

Page 17: PT MAL Tanpa Izin

dimintai keterangan terkait penguasaan lahan tanpa izin oleh PT Mekar Alam Lestari (MAL) di Pelalawan.

Kepala Kejati Riau, Eddy Rakamto SH melalui Kasi Penkum dan Humas Kejati, Mukhzan, mengatakan, Jufendi dimintai keterangan sebagai saksi. "Pemeriksaa berlangsung dari pagi hingga siang hari," ujar Mukhzan.

PT MAL yang berlokasi di kawasan Kerumutan Kabupaten Pelalawan menguasai lahan 1.900 hektar tanpa memiliki surat resmi pada tahun 2007 silam. Dalam kasus ini, sebelumnya jaksa telah memeriksa Kepala Dinas Kehutanan Pelalawan, Hambali.

Informasi dihimpun, kasus berawal dari adanya laporan masyarakat ke DPRD Pelalawan terkait lahan yang dikelola PT MAL dan tidak terbukanya manajemen perusahaan memberikan informasi pada masyarakat.

Berdasarkan laporan itu, Panitia Khusus DPRD Pelalawan melakukan penelusuran ke lapangan. Hasilnya, Pansus menemukan sejumlah masalah yang cukup besar mulai dari perizinan, pembangunan pabrik tanpa izin sampai penguasaan kawasan hutan seluas 1.900 hektar yang disulap menjadi kebun oleh perusahaan.

Sebelumya, pihak perusahaan  menyatakan lahan tersebut merupakan lahan PT MAL II yang disulap dari kawasan hutan menjadi perkebunan bodong yang saat ini sudah berbuah. Tim Pansus lalu merekomendasikan PT MAL pada bupati dan meminta lahan itu dikemvalikan pada negara untuk difungsikan lagi jadi kawan hutan.

Saat ini. Lahan tersebut berstatus quo. Baik pihak perusahaan maupun masyarakat tidak boleh mengelola lahan dan mengambil hasil kebun. (Linda N/MRNetwork)- See more at: http://www.halloriau.com/read-hukrim-39896-2013-11-01-rambah-hutan-jaksa-periksa-dirut-pt-mal.html#sthash.vzGPkFBI.dpuf