Psoriasis Vulgaris Merupakan Penyakit Autoimun

6
Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz dan Kobner Pada Pasien ini didapatkan dari anamnesis terdapat bercak- bercak Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal. 3 Pada stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pingir. 2,6 Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta transparan. Plak eritematous yang tebal menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi. 2,6,8 Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi. Pada kasus ini didapatkan dari pemeriksaan hanya di temukan plak eritematosa multiple dengan ukuran numular disertai dengan skuama yang berlapis lapis (psoriaformis) jadi pada kasus ini sesuai dan didapatkan juga hipopigmentasi multiple dengan ukuran numular disebabkan krn penyembuhan dari plak eritematosa dari psoriasis vulgaris dalam teori nya seharusnya tahap penyembuhannya eritema yang ditengahnya harusnya menghilang dan hanya dipinggir saja. Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut, lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku. 1,2,5,6 Pada pasien ini hanya terdapat di punggung, kedua lengan atas dan bawah, kedua tungkai atas bawah berarti sesuai dengan tempat

description

vuyblbk

Transcript of Psoriasis Vulgaris Merupakan Penyakit Autoimun

Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar,  berlapis-lapis dan transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz dan Kobner Pada Pasien ini didapatkan dari anamnesis terdapat bercak-bercak Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang  bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal.3 Pada stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan     hanya terdapat di pingir.2,6 Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta transparan. Plak eritematous yang tebal menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi.2,6,8 Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi. Pada kasus ini didapatkan dari pemeriksaan hanya di temukan plak eritematosa multiple dengan ukuran numular disertai dengan skuama yang berlapis  –  lapis (psoriaformis) jadi pada kasus ini sesuai dan didapatkan juga hipopigmentasi multiple dengan ukuran numular disebabkan krn penyembuhan dari plak eritematosa dari psoriasis vulgaris dalam teori nya seharusnya tahap penyembuhannya eritema yang ditengahnya harusnya menghilang dan hanya dipinggir saja. Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut, lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku.1,2,5,6 Pada pasien ini hanya terdapat di punggung, kedua lengan atas dan bawah, kedua tungkai atas bawah berarti sesuai dengan tempat predikleksi psoriasis. Gambar 6. Daerah Predileksi Psoriasis vulgaris 

1. Obat sitostatik Obat yang digunakan adalah metotreksat, mekanisme kerja obat ini yang spesifik dalam menghambat terjadi inflamasi dan tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obat golongna NSAID. Dosis mulai dari 3 x2,5mg dengan interval 12 jam dalam seminggi dengan dosis total 7,5 mg,  jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg -5 mg per minggu.

2. Levodopa Obat ini di pakai untuk parkinson , diantara nya penderita parkinson sekaligus psoriasis, dengan dosis 2 x 250 mg atau 3 x 500 mg, efek samping nya berupa mual, muntah, anoreksia, hipotensi dan gangguan psikis.

3. DDS (Diaminodifenilsulfon) Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa tipe barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek samping nya anemia hemolitik, methemoglobinemia dan agranulositosis.

4. Etretinat dan asitretin Etretinat merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis yang sukar di sembuhkan dengan obat- obat lain menginggat efek sampingnya. Pada psoriasis obat tersebut mengurangin proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosis pada bulan pertama diberikan 1mg/kgBB, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikan menjadi 1 ½ mg/kbb. Asitretin merupakan metabolik aktif etetinat yang utama. Kelebihannya hanya waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100 hari.

5. Siklosporin Efeknya ialah imunosupresif, dosis nya 6 mg/kgbb sehari, bersifat nefrototoksik dan hepatotoksik, hasil pengobtan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi ke kambuhan.

Pengobatan topikal 1. Kortikosteroid

Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian dibalut dengan perban oklusif kering. Yang menjadi pilihan adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat 0,05%, Fluocinolone 0.01% atau 0.025%, hidrokortison valerat 0,2%, triamcinolone, fluocionida.

Clobetasol Topical steroid super poten kelas I, dengan menekan mitosis dan menambah sintesi protein yang mengurangi inflamasi dan menyebabkan vasokontriksi.

Betametahasone dipropionate cream 0,05% Merupakan anti inflamasi kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi sel leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler.

Triamcinolone 0,025%, 0,1%, 0,5% atau ointment Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler. Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara intralesi, biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat diperhatikan karena pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atropi.

Fluocinolone 0.01% atau 0.025% Topical kosrtikosteroid potensi tinggi yang mengahmbat proliferasi sel . mempunyai sifat imunosupresif dan anti inflamasi.

Preparat Ter 1,2,3,8 Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti radang.Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan: 1. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis oleh karena pemakaian pada lesi luas. 2. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang  bijaksana. 3. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik. Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara lebih efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari  batubara, sebaliknya psoriasis akut dipilih ter dari kayu. Preparat tar seperti liquor  

carbonis detergent 2-5% dalam salep dipakai untuk pengobatan psoriasis yang kronis. Diduga mempunyai efek yang menghambat proliferasi keratinosit. Efeknya akan meningkat bila dikombinasi dengan asam salisilat 2-5%, akan efektif jika diaplikasikan pada daerah-daerah yang optimal misalnya lengan, dan kaki. Asam salisilat merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topikal, efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik yaitu menunjang pembentukan keratin yang baru, konsentrasi tinggi 3 -20%

bersifat keratolitik dan dipake untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada kasus ini asam salisiat diberikan hanya 3%, efek desmolitik asam salisilat ini terbukti meningkatkan penetrasi kortikosteroid topikal.

AntihistaminPemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi keluhan  pruritus dengan memblokir efek pelepasan anti histamine secara endogen.namun  peran dan keuntungannya dalam mengatasi pruritus lokal sangat rendah. Beberapa obat antihistamin lainnya yaitu:

dipenhidramin,untuk mengurangi gejala pruritus yang disebabkan oleh  pelepasan histamine

Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja cukup lama (Long acting), mempunyai selektivitas tinggi pada reseptor histamin - H1  perifer dan tidak menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik

chlorpheniramine, bekerja sama dengan histamin atau permukaan reseptor H1  pada sel efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori

Hidroxyzine, reseptor H1 antagonis di perifer. Dapat menekan aktiviras histamine diregio subkortikal sistem saraf pusat,

Klonazepam, untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor-reseptor di SSP, termasuk system limbic dan pembentukan reticular. Efeknya  bisa dimediasi melalui reseptor GABA.

Cetirizin HCl adalah antihistamin antagonis H1 generasi kedua, terbukti lebih nyaman dan menguntungkan karena tidak menimbulkan efek mengantuk sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien.

 Ditranol (antralin) Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 -0,8 % dalam pasta, salep atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi,  penyembuhan dalam 3 minggu.  Tazaroten Merupakan derivat vitamin A, misalnya etretinat atau acitretin. Mempunyai efek menghentikan diferensiasi dan proliferasi keratinosit dan bersifat anti inflamasi, dengan menghambat fungsi netrofil. Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa generalisata ataupun lokalisata, dan eritroderma psoriatik. Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0.05 % dan 0,1%. Bila dikombinasikan dengan steroid topical potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangin iritasi. Pengobatan dengan sinar Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara GoeckermanKarena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan  pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.

1,2