PSMBA
-
Upload
hariadi-saputra -
Category
Documents
-
view
457 -
download
52
description
Transcript of PSMBA
I. Defenisi
Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah perdarahan yang terjadi dan berasal pada area
proksimal saluran pencernaan bagian proximal dari LigamentumTreitz. Yang termasuk organ –
organ saluran cerna di proximal Ligamentum Trieitzadalah esofagus, lambung (gaster), duodenum dan sepertiga
proximal dari jejunum.Kejadian perdarahan saluran cerna bagian atas merupakan yang paling sering
terjadidan sering ditemukan dibandingkan dengan kejadian perdarahan saluran cerna
bagian bawah. Lebih dari 50% kejadian perdarahan saluran cerna bagian atasdikarenakan ol
eh penyakit erosif dan ulseratif dari gaster dan/atau duodenum.
II. Epidemiologi
Di negara barat insidensi perdarahan akut PSMBA mencapai 100 per 100.000
penduduk/tahun, laki-laki lebih banyak dari wanita.Insidensi ini meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Di Indonesia kejadian yang sebenarnya di populasi tidak diketahui. Berbeda
dengan di negera barat dimana perdarahan karena tukak peptik menempati urutan terbanyak
maka di Indonesia perdarahan karena ruptura varises gastroesofagei merupakan penyebab
tersering yaitu sekitar 50-60%, gastritis erosiva hemoragika sekitar 25- 30%,tukak peptik sekitar
10-15% dan karena sebab lainnya < 5%.Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa perdarahan
yang terjadi karena pemakaian jamu rematik menempati urutan terbanyak sebagai penyebab
perdarahan PSMBA yang datang ke Rumah sakit. Mortalitas secara keseluruhan masih tinggi
yaitu sekitar 25%, kematian pada penderita ruptur varises bisa mencapai 60% sedangkan
kematian pada perdarahan non varises sekitar 9-12%. Sebahagian besar penderita perdarahan
PSMBA meninggal bukan karena perdarahannya itu sendiri melainkan karena penyakit lain yang
ada secara bersamaan seperti penyakit gagal ginjal, stroke, penyakit jantung, penyakit hati
kronis, pneumonia dan sepsis.
III. Etiologi
Menurut literatur dalam
Oxford Handbook of Clinical Medicine, 2010
, penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas yang paling sering ditemukan adalah:
1.Ulkus peptikum.
2.Sindrome Mallory-Weiss.
3.Varises esofagus.
4.Erosi Gastritis
5. Penggunaan Obat NSAID, Steroid, Anti trombolitik dan Antikoagulan.
6.Esofagitis.
7.Duodenitis.
8.Keganasan.
9.Idiopatik.
D an p en yeb ab t im bu ln ya p e r d a rah an sa l u r an ce rn a b ag i an a t as yan g j a r an g
ditemukan adalah:
1.Kelainan perdarahan.
2.Hipertensi portal gastropati.
3.Fistula aorto-enterikus.
IV. Patofisiologi
Pada gagal hepar seperti sirosis hepatis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena portta. Sebagai akibat terbentuknya saluran kolateral dalam
submukosa esophagus dan rectum serta dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah
dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka
vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah dan timbul varises.
Varises bila pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba – tiba, penurunan arus balik vena ke jantung dan
penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibtakan
penuurun perfusi jaringan.
Dalam merespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi
untuk mencoba memperthankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda – tanda dan gejala
utama yang terlihat. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan
mengakibatkan disfungsi seluler. Sel – sel akan berubah menjadi metabolism anaerob dan
terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan mengakibatkan /memberi efek pada seluruh
sistem tubuh dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut.
V. Gejala Klinis
Hematemesis atau muntah darah segar dan atau disertai hematin atau hitam yang
kemudian dilanjutkan dengan timbulnya melena. Hal ini terutama pada kasus dengan
sumber perdarahan di oesofagus dan gaster. Dan sumber perdarahan di duodenum
relative lebih sering bermanifestasi dalam bentuk melena atau tidak jarang dalam
bentuk hematoskezia. Hal ini banyak dipengaruhi dalam junlah darah yang keluar
persatuan waktu dan fungsi pylorus. Terkumpulnya darah dalam volume banyak dalam
waktu singkat akan menimbulkan reflex muntah sebelum komponen darah tercampur
dengan asam lambung (sehingga muntah darah segar). Hal ini berbeda dengan
perdarahan yang memberikan kesempatan darah yang terpapar lengkap dengan asam
lambung sehingga membentuk hematin hitam. Perdarahan yang masif, terutama yang
berasal dari duodenum, kadang tidak terpapar asam lambung dan keluar peranum dalam
bentuk darah segar atau hematoskezia atau merah hati. Berat ringannya perdarahan
dapat dinilai dari manifestasi klinis yang ada drajat turunnya kadar hemoglobin, serta
yang paling penting adalah adanya gangguan hemodinamik.
Kesimpulan
Penyebab perdarahan PSMBA dapat digolongkan menjadi dua kelompok, perdarahan
varises dan perdarahan non varises. Pengelolaan perdarahan saluran makanan secara praktis
meliputi evaluasi status hemodinamik, stabilasasi hemodinamik, melanjutkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain yang dibutuhkan. Untuk memastikan perdarahan
saluran makanan bagian atas atau bawah, mengekkan diagnosis pasti penyebab perdarahan
terapi spesifik.
Prioritas utama dalam menghadapi kasus perdarahan PSMBA adalah menentukan status
hemodinamik dan upaya resusitasi sebelum menggakkan diagnosis atau terapi lainnya.
Pemeriksaan endoskopi PSMBA merupakan cara terpilih untuk menegakkan diagnosis
penyebab perdarahan dan sekaligus berguna untuk menentukan hemostatis. Pada perdarahan
tukak lambung dapat dilakukan antara lain dengan penyuntikan adrenalin 1 : 10.000,
sedangkan pada perdarahan varises oesofagus dengan ligasi atau sklero terapi. Manfaat terapi
medik tergantung macam kelainan yang menjadi penyebab perdarahan. Somatostatin dapat
digunakan untuk menghentikan perdarahan PSMBA terutama pada perdarahan varises. Pada
perdarahan karena tukak peptik pemberian PPI intravena dosis tinggi bermanfaat untuk
mencegah perdarahan ulang.
Tinjauan Pustaka
1. Ilmu ajar penyakit dalam
2. Refarat Perdarahan saluran makan bagian atas eprints.undip.ac.id/31168/3/Bab_2.pd
3. Kegawat daruratan Gastroenterohepatologi