Psikologi.1
-
Upload
slamet-riyadi -
Category
Documents
-
view
22 -
download
0
Transcript of Psikologi.1
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 25
OBSERVASIONAL LEARNING : METODE PSIKOLOGIS
YANG DILUPAKAN DALAM PSIKOLOGIS OLAHRAGA.
Oleh : Shodiq Hutomono.
A. Latar Belakang
Didalam dunia olahraga, banyak sekali penelitian telah dilakukan
oleh para ahli termasuk didalamnya adalah penelitian psikologi olahraga.
Mengapa atlet mau berlatih keras, pendekatan apa yang dilakukan pelatih
supaya atletnya mau berlatih, faktor-faktor psikis apa saja yang
meyebabkan atlet dapat berprestasi optimal, dan masih banyak lagi yang
lainnya. Hanya saja masih terdapat kajian secara psikilogis yang jarang
disentuh atau mungkin dilupakan oleh para ahli psikologi olahraga yaitu
observasional learning.
Dengan adanya kenyataan tersebut, yang menguatkan Penny Mc
Cullagh dan Maureen R. Weiss (2002:131) untuk menulis mengenai
obsevasional learning ini, dengan maksud supaya pendekatan atau teori
psikologis olahraga yang mendukungnya dapat lebih dikenal dan
masyarakat olahraga tertarik untuk menggunakannya/mempraktikkannya.
Olahraga/pendidikan jasmani tidak seperti bidang pendidikan yang
lain yang cukup dilakukan dengan belajar teori, yang apabila atlet/siswa
ingin menguasai suatu teknik gerakan menjadi terampil, dia harus rajin
berlatih/belajar dalam artian gerak-gerak teknik yang sudah dimengerti
secara teori harus dipraktikkan. Dan oleh karena adanya suatu syarat untuk
menjadi terampil harus mempraktikkan. Gerakan inilah maka kajian
tentang observasional learning menjadi lebih bermakna/penting. Mengapa
demikian? yang pertama tentu saja karena didalam praktik
pelatihan/pembelajaran gerak olahraga para atlet/siswa terutama kelas
pemula memerlukan apa yang namanya contoh model gerakan yang betul
ditinjau dari sudut fisiologis, biomekanis dan kinesiologis. Yang kedua
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 26
tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaan gerakan agar supaya
menjadi terampil tersebut, dimungkinkan para atlet/siswa akan mengalami
cidera. Dalam keadaan cedera inilah atlet/siswa sangat membutuhkan
perhatian yang kadang-kadang hal ini diabaikan oleh pelatih/guru
olahraganya.
Sehingga arti penting dari kajian mengenai observasional learning ini
minimal mengingatkan pada para pelatih/guru olahraga, bahwa didalam
pembelajaran/pelatihan olahraga mereka harus tetap memperhatikan
atlet/siswa mereka yang sedang dirundung cedera. Disini juga akan
dibahas studi kasus mengenai para atlet/siswa yang mengalami cedera
berikut penanganannya menggunakan metode observasional learning.
B. Batasan Istilah
Pengertian mengenai observasional learning, penulis menggunakan
teori yang dikemukakan oleh Bandura (1977a, 1977b, 1986, 1997) yang
menyebutkan bahwa ada empat proses yang menguasai observasional
learning yaitu atensi/perhatian, retensi/ingatan, produksi/hasil dan
motivasi.
Berikutnya disebutkan peran penting teori self-efficacy dalam
metode observasional learning, dimana self-efficacy didefinisikan sebagai
keyakinan individu yang dapat membuat perilaku yang sukses dan sangat
penting untuk menghasilkan kemauan/hasrat. Self-efficacy ini didapatkan
dari empat sumber utama dari informasi yaitu penguasaan pengalaman
(mastery experiences), pengalaman yang seolah dialaminya sendiri
(vicarious experiences), kepercayaan verbal (verbal persuasion), dan
status fidiologis atau efektif (affective or physiological state), dimana ke-
empat dari sumber informasi tersebut berhubungan secara lagsung dengan
teknik modeling.
Self-modeling dan partisipan modeling adalah bagian dari mastery
experiences. Correct atau mastery models dan learning atau coping models
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 27
untuk teman sebaya adalah bagian dari verbal persuasion dan
physiological state.
Dari pengertian diatas bahwa self-effcacy dapat berhubungan
langsung dengan teknik modeling, memudahkan pemahaman dari bandura
bahwa ada empat proses untuk menguasai observasional learning.
Misalnya dalam penerapan partisipan models atlet terkenal/favorit,
siswa/atlet didalam berlatih/belajar akan penuh perhatian, kemudian dari
bekal tersebut siswa/atlet akan dapat mengingat gerakan-gerakan yang
dilakukan oleh model, dan diharapkan siswa/atlet akan dapat
memproduksi/menghasilkan gerakan-gerakan yang baik dan benar sesuai
dengan gerakan model, yang terakhir dari partisipan models tersebut dapat
lebih memotivasi diri atlet/siswa untuk menjadi lebih baik didalam
belajar/berlatih.
C. Modifikasi Ketrampilan Fisik dan Respon Psikologis
Ada beberapa variable yang utama dalam mendiskusikan observasional
learning sebagai metode untuk memodifikasi ketrampilan fisik (performance) dan
respon psikologis (self-efficacy) yaitu model, self-observation, dan imagery.
1. Tipe Model
Tingkat ketrampilan model adalah salah satu faktor yang paling penting untuk
mempertimbangkan kapan intervensi modeling dirancang. Kecenderungan yang
utama adalah memilih model yang dapat menjalankan tingkah laku dengan
sempurna (misalnya, correct model). Berikutnya ada metode alternative yaitu
yang mengekspos observer sebagai model yang mencoba belajar ketrampilan dan
dia tidak mempunyai performa yang patut dicontoh (misalnya learning model).
MccCullagh dan Caird (1990) telah melakukan penelitian tentang hal ini, dan
terbukti bahwa learning model lebih efektif daripada sekedar anak SMU melihat
gerakan yang betul yang diperagakan oleh model. Hebert dan Landin (1994)
memperluas studi tersebut dengan ketrampilan olahraga yang kompleks (forehand
tenis). Partisipan menerima feedback tentang penampilannya sendiri, melihat
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 28
learning model, dan mendengar feedback instruktur kepada model, menerima
kombinasi dari kedua perlakuan tersebut, atau menerima dengan tidak melakukan
demonstrasi. Ternyata kombinasi dari kedua perlakuan menghasilkan performa
yang terbaik, mengingat partisipan learning model menghasilkan performa yang
mirip yang dapat meningkat karena penerimaan feedback akibat dari hasil
pelaksanaan ketrampilannya sendiri.
Mengapa learning model sangat efektif? Lee, Swinnen, dan Serrien (1994)
menyarankan bahwa para observer mempunyai usaha kognitif yang lebih ketika
mereka melihat learning model yang sedang menerima feedback daripada ketika
mereka melihat correct model. Mereka harus berkonsentrasi dalam proses
informasi error sebagaimana mereka melihat seseorang yang sedang belajar dan
menerima feedback. Lebih jauh McCullagh dan Weiss (2001), mengatakan bahwa
self-efficacy yang lebih tinggi mungkin terlibat ketika para pelajar melihat usaha
keras lain yang mirip dan menguasai ketrampilan selama mereka mempunyai
pengalaman yang lebih sulit.
2. Self-Observasi
Ketika kita berpikir menggunakan demonstrasi untuk memodifikasi perilaku,
kita biasanya berpikir dari melihat perlakuan yang lain. Dowrick (1999),
menghubungkan riset yang sesungguhnya pada teknik model self-observasi dan
mempunyai gambaran tiga tipe dari self-observasi yaitu videotape feedback. Self-
modelling, dan feedforward. Videotape feedback menerima individu menjalankan
ketrampilan dan perilaku yang dimainkan kembali pada monitor video. Pelatih
dan konsultan psikologi olahraga mungkin melihat tape itu dengan pelaku
membuat komentar korektif. Self-modelling didefinisikan oleh Dowrick sebagai
“prosedur intervensi menggunakan observasi yang mengajak dirinya sendiri
dalam perilaku adaptif”. Tipe dari self-observasi ini biasanya membutuhkan
videotape asli yang diedit atau berupa gambar. Feedforward memperlihatkan
individu dalam berperilaku diluar apa yang dapat mereka capai secara aktual.
Teknik ini mungkin memperlihatkan ketrampilan baru yang berada diluar hal
yang akan disajikan oleh observer dan dapat digunakan untuk menanamkan
informasi teknik atau meningkatkan motivasi.
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 29
3. Imagery dan Modelling sebagai Vicarious Experience
Imagery secara luas digunakan oleh pelatih, atlet, dan konsultan psikologi
olahraga selama memperbaiki ketrampilan fisik, mengubah respon emosional, dan
mempertinggi self-efficacy.
Perbedaan yang utama antara modeling dan imagery adalah jenis dari penggunaan
stimulus. Dalam studi modeling, stimuli eksternal seperti demonstrasi langsung
atau videotape diperlihatkan secara khusus kepada observer. Dengan intervensi
imagery, bukan stimulus eksternal yang disediakan. Malahan, pelaku menciptakan
gambaran internal yang berdasar pada pengalaman sebelumnya.
D. Isu-isu Perkembangan
Karena teori social-kognitif Bandura (1977, 1986) berkaitan dengan
peranan esensial dari proses atensi, retensi, produksi, dan motivasi, tingkat
perkembangan observer adalah faktor krusial untuk dipertimbangkan ketika
merancang intervensi model. Riset pada performa gerak menunjukkan bahwa
anak-anak tidak tumbuh secara penuh dalam perhatian, kecepatan proses visual,
dan proses control (misalnya labeling, rehearsal, dan organisasi) sampai kira-kira
umur 12 tahun (Galagher, French, Thomas & Thomas, 1996). Dasar pengetahuan
diasosiasikan dengan kemampuan menggunakan strategi belajar self-regulasi
(misalnya mengorganisasikan informasi, self-efficacy), perilaku (misalnya self-
reinforcement), dan emosi (misalnya merasa bangga dalam pekerjaan) menuju
meningkatnya suatu tujuan.
E. Model Anak-anak dari Ketrampilan Gerak
Riset pada model anak-anak untuk ketrampilan gerak menunjukkan
perkembangan fisik dan kognitif yang berbeda secara konsisten. Weise-Bjornstal
dan Weiss (1992), menggunakan analisis biomekanik untuk mengukur perbedaan
model-anak, menemukan bahwa penghargaan anak, mengingat, dan pelaksanaan
fisik dari lemparan bola softball yang baru meningkat dengan pemasangan yang
diundang untuk model dan tongkat yang tersedia.
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 30
F. Efek Psikologis dari Modelling
Meskipun peranan model dalam ketrampilan gerak anak masih sekedar
dilafalkan, namun efek motivasional dai intervensi modeling telah dipelajari
dalam domain fisik. Proses psikologis seperti self-efficacy, kecemasan, dan rasa
takut berpengaruh terhadap perilaku. Berdasarkan penelitian Schunk dan kawan-
kawan (Schunk, 1987; Schunk & Hanson, 1985, 1989; Schunk, Hanson $ Cox,
1987) telah memperlihatkan secara konsisten bahwa peer-model mempertinggi
self-efficacy, hasrat untuk belajar, dan performa dalam domain akademik.
Mekanisme yang utama dari model mempengaruhi respon psikologis dan motivasi
perilaku dengan melalui karakteristik model.
G. Peer Model
Schunk (1987, 1989, 1998) berpendapat bahwa peer model menyampaikan
informasi dan motivasi kepada obsever untuk strategi belajar, ketrampilan
peraturan sendiri, hasil yang diharapkan, dan self-efficacy. Proses psikologis disini
diterjemahkan untuk memotivasi perilaku dan untuk meningkatkan performa.
Untuk anak-anak, keuntungan peer model dari model orang dewasa adalah
kemampuan untuk mengidentifikasi yang lebih baik dengan ketrampilan dan
strategi belajar selama peer model focus pada strategi praktis yang dibawah
standar untuk anak-anak pelajar. Yang utama dari peer model mungkin untuk
membantu pada saat observer ragu-ragu terhadap kemampuannya dalam
mengerjakan tugas, tidak familiar terhadap ketrampilannya, atau mempunyai
pengalaman yang sulit atau rasa cemas sebelum performa dicoba.
Baru-baru ini, perhatian telah diarahkan kepada teknik peer-assisted
learning (lihat Topping & Ehly, 1998). Peer-assisted learning didefinisikan
sebagai hasil dari perngetahuan, ketrampilan, perhatian, dan perilaku social
melalui bantuan aktif dan pertolongan diantara status yang sederajat. Dengan
membantu yang lain belajar, penolong juga belajar dari dirinya sendiri. Metode
peer-assisted learning termasuk peer tutoring, counceling, pendidikan, model,
dan memantau. Lebih jauh, peer model adalah sekurang-kurangnya tempat
investigasi dalam berbagai domain pendidikan, termasuk olahraga. Berdasar pada
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 31
kepercayaan yang kuat pada bidang akademis dan media, peer model dapat
diadvokasi sebagai metode yang viable untuk memodifikasi ketrampilan gerak
anak dan respon psikologis.
H. Aplikasi pada Cedera Olahraga
Hasil psikologis yang mengiringi cedera olahraga telah didokumentasi
secara baik dalam litelatur psikologi olahraga (lihat Brewer, 1998). Banyak
konsultan dan peneliti psikologi olahraga tertarik dalam intervensi yang dapat
memudahkan rehabilitasi fisik dan psikologis. Artikel terapan menyarankan
bahwa model dalam bentuk langsung atau model videotape (misal atlet yang
mengalami cedera yang sama atau pembedahan sebagai target atlet) mungkin akan
menjadi teknik yang efektif dalam proses rehabilitasi (Flint, 1999; Weiss &
Troxel, 1986). Dalam studi database, Gould, Udry, Bridges, dan Beck (1997)
mendapatkan strategi yang digunakan oleh atlet ski elit yang cedera dan
menemukan bahwa 10% dari respon dihubungkan untuk mencari dan
menggunakan sumber social. Satu dari strategi kunci yang digunakan oleh atlet
lain yang cedera sebagai model untuk mempertinggi motivasi.
Flint (1999) menyarankan bahwa model mungkin dapat sebagai intervensi
yang efektif dalam rehabilitasi untuk dua alasan utama. Pertama, video adalah alat
yang dapat dipakai pada kesempatan yang dapat diulang dan dengan jumlah
individu untuk memperlengkapi informasi tentang atlet yang cedera. Kedua,
dengan melihat rehabilitasi lain yang serupa dapat membantu mengurangi
kecemasan dan meningkatkan self-efficacy.
1. Studi Kasus dan Kemungkinan Intervensi
1. Makaila
Makaila adalah atlet panahan yang telah berlatih selama empat
tahun, yag mengalami penurunan prestasi yang sangatt drastis (bidikan
merosot, performa menurun), sehingga dia ragu-ragu untuk tampil pada
kompetisi yang akan datang.
Setelah mendiskusikan situasi, baik dengan pelatih maupun atlet,
konsultan psikologi olahraga mengembangkan beberapa self-modelling
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 32
video yang akan digunakan untuk memecahkan kemerosotan prestasi
Makaila, dan untuk membantunya mengatasi perhatiannya tentang
kompetitornya.
Pertama, dirasa pentig untuk mengembangan perpustakaan video,
baik dari Makaila maupun dari kompetitornya (diambil pada saat
pertemuan local ketika mereka tidak pada kompetisi yang sama). Kedua,
Makaila dan pelatihnya diperlihatkan videonya, dan terutama mengarah
pada bidikan yang terbaik sehingga mendapatkan skor yang tinggu (karena
pemisahan antara pemanah dan target adalah mungkin untuk mengubah
hasil pada video). Makaila menjadi terbiasa melihat dirinya sukses
membidik, dan video juga memperlihatkan bidikan yang jelek dari
kompetitornya. Menirukan kompetisi juga mempunyai kontribusi untuk
menuju sukses pada intervensi model.
2. Harrison
Pada saat berumur 10 tahun, Harrison menyayangi renang dan
aktivitas air lainnya. Dia mahir dalam berbagai gaya berenang dan
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi diantara teman sebayanya.
Hingga pada suatu hari, pada saat dia sedang santai berenang, temannya
dari kelompok yang lain tanpa sepengetahuannya mencekiknya, dan
membenamkan kepalanya dibawah air. Tidak mengetahui apa yang terjadi
padanya, Harrison mulai panik, dia memukul-mukul dibawah air, dan dia
tercekam oleh kecemasan yang sangat menyedihkan. Meskipun instruktur
menolong Harrison dalam waktu yang cukup, namun peristiwa tersebut
benar-benar traumatic, sehingga membuat Harrison marah, dia memanjat
tangga kolam, mengambil handuk dan berjalan pulang. Setelah itu dia
pergi meninggalkan kolan dan tak pernah kembali lagi.
Suatu hari, guru Harrison memperkenalkannya dengan Peter,
seorang yang lebih tua darinya dan berasal dari kelas yang lain. Guru
tersebut menjelaskan bahwa pada awalnya Peter tidak suka berenang,
karena dia pernah melihat ada anak-anak jatuh dalam danau dekat
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 33
rumahnya dan dia menjadi takut karenanya. Tetapi hal itu sudah terlewati,
karena sekarang Peter sangat menyukai renang yang diperolehnya dari
teman sebayanya yang bisa menghilangkan ketakutannya melalui instruksi
satu per satu dan menggunakan bantuan alat floatation.
Peter sangat antusias untuk menunjukkan kepada Harrison
beberapa ketrampilannya dengan cara yang lucu (dengan pelampung,
meniup gelembung) yang didapat dari teman sebayanya sewaktu dia masih
takut dengan air, misalnya untuk mengurangi kecemasan sendiri dalam air,
dia membuat pertanyaan verbal seperti “Saya mengingatkan diri saya
sendiri, bahwa saya didalam air yang dangkal”, “Air terasa enak dan
menyenangkan ketika kamu mendapatkan ketrampilan”. Harrison dipindah
dengan kelas berenangnya Peter, dimana Peter melayaninya sebagai peer
coping model, dan guru mengajarkannya ketrampilan dengan cara
pengembangan yang tepat. Akhirnya Harrison kembali dalam kelasnya dan
secara perlahan-lahan dia membenamkan dirinya kedalam kelompoknya.
3. Felicia
Felicia direkrut oleh program bola basket perguruan tinggi. Dia
dapat dengan serius menunggu tes ketrampilannya pada kompetisi tingkat
tinggi. Pada sesi pertama dia mendapatkan sukses. Pada akhir
pertandingan dia memberikan sumbangan kemenangan yang dapat
mendorong timnya pada turnamen NCAA.
Pada suatu pertandingan, ketika dia melakukan lay-up dan
melakukan tembakan, dia merasakan kesakitan pada kakinya akibat
landing yang janggal. Setelah mendapatkan pertolongan, dia akhirnya
mengerti bahwa terjadi robek pada ligament anterior yang penting pada
kakinya. Selanjutnya dia harus menjalani operasi, dan akhirnya
membenamkan diri pada program rehabilitasi fisik yang diasuh oleh dokter
dan pelatih fisik. Dia kelihatan putus asa dan meninggalkan bagian dari
tim dengan rasa pesimis.
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 34
Pelatih fisik dan konsultan psikologi olahraga, memperkenalkan
Felicia pada Yolanda, seorang anggota tim sepakbola yang telah kembali
setelah musim pertandingan selesai untuk operasi ligament anterior dan
rehabilitasi. Yolanda member tekanan kepada Felicia dan secara aktif
memotivasi kemunduran emosionalnya serta memberikan informasi
mengenai petunjuk latihan fisik.
Peranan Yolanda sebagai peer coping model member kesempatan
kepada Felicia untuk kembali bergairah untuk latihan, dan bahkan dia
terlihat pada kelompok sosial untuk membantu atlet lain yang sedang
mengalami cedera.
J. Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Intervensi model adalah metode yang sangat efektif untuk memodifikasi
ketrampilan, respon psikologis, dan perilaku dalam konteks aktivitas fisik.
2. Teori, riset, dan penerapan memberikan alasan yang meyakinkan untuk
membebaskan model dari label “metode psikologis yang dilupakan dalam
psikologi olahraga”.
3. Learning model, teknik self-observasi, covert model (imagery), peer
model, dan coping model hanya sebagian kecil dari banyak intervensi yang
tersedia yang dapat digunakan baik anak-anak maupun ornag dewasa
dlaam latihan, kompetisi, dan situasi rehabilitasi.
BIODATA PENULIS :
Nama : Shodiq Hutomono.
Tempat dan Tgl lahir : Yogyakarta, 20 Mei 1964.
Pendidikan :
S1 Jurusan Pendidikan Kepelatihan di FPOK-IKIP Yogyakarta.
S2 Jurusan Ilmu Kesehatan Olahraga di UNAIR Surabaya.
Observasional Learning : Metode Psikologis Yang dilupakan dalam Psikologis
Olahraga
(Shodiq Hutomono)
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 1 Tahun 2011 35
Saat ini sedang menempuh S3 di UNESA Surabaya.
Pengalaman Kerja:
Dosen POK-FKIP Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
- PD I FKIP Universitas Tunas Pembangunan Surakarta tahun 1999-2002
- Dekan FKIP Universitas Tunas Pembangunan Surakarta tahun 2002-2005