Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

13
PSIKOLOGI PENDIDIKAN Pengukuran Penilaian Dan Evaluasi Hasil Belajar Nama : Rifqi NPM : 13110148 Semester : II e Pendidikan Guru Sekolah Dasar Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Hamzanwadi Pancor

Transcript of Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

Page 1: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

PSIKOLOGI PENDIDIKAN Pengukuran Penilaian Dan Evaluasi Hasil Belajar

Nama : Rifqi NPM : 13110148 Semester : IIe

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP)

Hamzanwadi Pancor

Page 2: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya

tugas kuliah berjudul “Evaluasi Hasil Belajar“ dapat diselesaikan. Shalawat serta salam

semoga tetap dilimpahkan pada Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga, sahabat,

serta umat-Nya.

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat bantuan dari beberapa pihak. Oleh

karena itu selayaknya kami mengucapkan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada

semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang

sebesar-besarnya. Kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Akhirnya, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan.

Pancor, 8 November 2013

Hormat Kami;

Penyusun

Page 3: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

i

Daftar Isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................................................. ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5

C. Tujuan Penulis ............................................................................................................................ 5

D. Manfaat Penulisan ..................................................................................................................... 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN PENGEVALUASIAN HASIL BELAJAR ...................................... 6

B. FUNGSI UJIAN SEBAGAI INSTRUMEN EVALUASI ....................................................................... 7

C. STRUKTUR SOAL UJIAN .............................................................................................................. 7

D. BEBERAPA KONSEP YANG BERKAITAN DENGAN EVALUASI ..................................................... 9

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 10

Page 4: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

ii

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seringkali dalam proses belajar mengajar (PMB) itu aspek evaluasi hasil belajar ini diabaikan. Artinya,

dosen, guru, atau instruktur terlalu memperhatikan saat yang bersangkutan memberikan pelajaran

saat membuat soal ujian atau soal praktikum berjalan rapi, namun saat membuat soal ujian atau soal

praktikum,yang bersangkutan sudah tidak lagi melihat sasaran belajar (sasbel) yang pernah

dibuatnya. Akibatnya, soal ujian yang dibuat seperti jatuh dari langit saja. Artinya dosen membuat

soal ujian menjadi seadanya atau seingatnya saja, tanpa harus memenuhi kriteria pembuatan soal

ujian yang baik dan benar, misalnya apakah soal ujian tersebut sudah sesuai dengan sasaran belajar

(sasbel) apakah memperhatikan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik

(gerak) dan sebagainya.

Dalam membuat soal ujian atau evaluasi hasil belajar, perlu diperhatikan hal-hal berikut :

Memberikan ukuran yang dipakai, seperti bagaimana mengukur, menilai,dan mengevaluasi

sebagai kata-kata kunci yang sering digunakan dalam diskusi materi evaluasi hasil belajar.

Mendiskusikan tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman tentang hal-hal apa

saja yang dapat dinilai melalui pelaksanaan suatu ujian, apakah sekedar memberI nilai untuk

menentukan lulus tidaknya mahasiswa atau siswa dari ujian tersebut ataukah ada tujuan-tujuan lain

yang ingin dicapai melalui ujian tersebut.

Melaksanakan standar penilaian ujian.ini berarti untuk melakukan penilaian yang baik,

dibutuhkan mutu ujian yang baik pula.Dalam praktik pengajaran ujian dilaksanakan dengan

memberikan serangkaian soal.Ujian akan sangat tergantung pada mutu ujian.semakin bermutu soal

yang diberikan,semakin terandalkan pula penilaian yang diperoleh.

Merancang soal-soal ujian dalam struktur soal sedemikian rupa sehingga jumlah maupun derajat

kesukaran soal tetap relevan dengan pencapaian sasaran belajar(sasbel)yang telah ditetapkan dalam

rancangan kegiatan belajar mengajar(RKBM).

Mengingat derajat kesukaran soal dapat berbeda satu dengan lainnya,tiap-tiap soal perlu

mendapat bobot soal menurut relevansinya dengan sasaran belajar.

Sesudah proses membuat.menstrukturkan,dan menentukan bobot soal,soal-soal tersebut

dapatlah disajikan melalui ujian.setelah itu dilakukan pengkuruan dan penilaian hasil ujian.

Langkah terakhir sudah barang tentu adalah pengambilan keputusan atas hasil evaluasi ujian.

Memperhatikan alur pemikiran di atas,aktivitas yang dilaksanakan mendiskusikan materi bahasan

secara urut sejak dan persiapan sebelum ujian sampai pengambilan keputusan sesudah

ujian.Pekerjaan tersebut berturut-turut,dalam pokok bahasan dilakukan kegiatan sebagai berikut:

Mengukur,menilai,mengevaluasi;

Mnetapkan fungsi penilaian;

Merancang soal bermutu;

Page 5: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

i

Kriteria soal bermutu;

Struktur soal;dan

Bobot soal;

Melakukan pengukuran dan penilaian hasil ujian;

Melakukan pengambilan keputusan.

B. Rumusan Masalah

Apakah pengertian evaluasi?

Apa saja jenis-jenis atau ragam evaluasi?

Apakah fungsi ujian sebagai instrumen evaluasi?

Bagaimanaksh struktur soal yang baik dan bermutu?

Apa saja konsep yang berkaitan dengan evaluasi?

C. Tujuan Penulis

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

dan untuk mengetahui permasalahan yang ada pada rumusan masalah diatas.

D. Manfaat Penulisan

Setiap usaha yang dilakukan tentunya mengharapkan suatu manfaat, begitu juga dalam penyusunan

makalah ini penulis mengharaapkan suatu manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dalam

penulisan makalah ini adalah:

Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan teori.

Sebagai bahan bacaan (refrensi) bagi guru dan mahasiswa dalam pembuatan makalah.

Page 6: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

ii

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN PENGEVALUASIAN HASIL BELAJAR

Mengevaluasi adalah proses mengukur dan memulai. Evaluasi juga dapat di artikan sebagai

penilaian terhadap tingkat keberhasilan mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam sebuah

program. Padanan kata evaluasi assessment yang menurut Tardif (1989) berarti proses penilaian

untuk menggambarkan prestasi yang di capai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah di

tetapkan. Selain kata evaluasi dan assessment ada pula kata lain yang searti dan relatif lebih

mansyur dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan. Adapun ragam evaluasi antara

lain :

a) Pre-test dan pos-test

Kegiatan pre-test di lakukun guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi

baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang

akan di sajikan.

b) Pos test

Pos test adalah kebalikan dari pretest, yakni kegiatan evaluasi yang di lakukan guru pada

setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas

materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan cukup dengan

menggunakan instrumen sederhana yang berisi item-item yang jumlahnya sangat terbatas.

c) Evaluasi prasyarat

Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi

materi baru yang akan diajarkan.

d) Evaluasi diagnostik

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan

mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrumen evaluasi jenis ini

dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapatkan

kesulitan.

e) Evaluasi formatif

Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan ulangan yang dilakukan pada setiap akhir

penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang

mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiaknosis (mengetahui penyakit/kesulitan)

kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan

pertimbangan rekayasa pengajaran remidial (perbaikan)

f) Evaluasi sumatif

Page 7: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

i

Ragam penilaian sumatif kurang lebih sama dengan ulangan umum yang dilakukan untuk

mengukur kinerja akademik ataun prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan

program pengajaran.

Pada contoh diatas, alat ukur adalah instrumen pengukuran yang konkret. Instrumen pengukuran

dapat pula berupa ukuran abstrak. Lihat contoh berikut,

Kepada kedua orang ibu diberikan dua buah mangga. Keduanya diminta menentukan mana buah

yang matang dan mana yang mentah. Instrumen pengukuran di sini adalah warna buah, bau buah,

dan bentuk dfisik buah. Berdasarkan ubstryneb warna, bau, dan bentuk fisik buah, dapat ditentukan

mana buah yang matang dan mana yang tidak. Warna, bau, dan bentuk fisik buah merupakan

instrument pengukuran abstrak. Pengukuran oleh kedua ibu tersebut dengan menggunakan alat

ukur yang sama (warna, bau, bentuk fisik) akan menghasilkan kesimpulan yang sama mana buah

yang matang dan mana yang mentah. Apabila kepada kedua ibu itu diminta memilih di antara kedua

buah mangga itu, mungkin ibu pertama memilih buah yang matang dengan alasan rasanya pasti

enak, sedang ibu kedua akan memiih buah yang masih mentah karena ia sedang hamil muda. Di

sini,ibu itu menilai kedua buah mangga tersebut dan mengambil keputusan berdasarkan alasan

masing-masing subyektif.

Dalam dunia pendidikan, contoh di atas identik pula. Apabila dosen, mahasiswa dan sistem

pengajaran bersama-sama merupakan objek yang akan diukur dan diukur dengan alat ukur berupa

ujian (sekumpulan soal) akan menghasilkan alat ukur berupa angka. Untuk mengambil keputusan,

angka yang di peroleh itu ditransformasikan ke dalam nilaI A, B, C, dan seterusnya. Evaluasi hasil

belajar merupakan proses mulai dan menentukan objek yang diukur, mengukurnya, mencapai hasil

pengukuran, mentransformasikan ke dalam nilai, dan mengambil keputusan lulus tidaknya

mahasiswa, efektif tidaknya dosen mengajar ataupun baik buruknya interaksi antara dosen dan

mahasiswa dalam proses belajar mengajar.

Pada umumnya dosen menggunakan ujian untuk mengukur dan menilai hasil belajar mahasiswa.

Sesungguhnya, fungsi ujian tidaklah untuk itu saja. Ujian dapat berfungsi juga untuk alat

mengevaluasi efektivitas mahasiswa belajar.

B. FUNGSI UJIAN SEBAGAI INSTRUMEN EVALUASI

Suatu ujian dikatakan bermutu baik apabila ujian tersebut:

Menguji apa yang hendak diuji.Dengan perkataan lain, rancangan ujian harus relevan dengan

fungsi evaluasi mana yang diinginkan.

Terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik

Soal yang baik adalah soal yang berkualitas baik, yaitu soal yang valid, relevan, spesifik,

representatif, dan seimbang.

Soal yang baik adalah soal dikatakan valid apabila ingin mengukur apa yang hendak diukur dan

soal tersebut harus sebangun dengan sasaran belajar yang dingin dicapai.

C. STRUKTUR SOAL UJIAN

Page 8: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

ii

Salah satu kebiasaan buruk dalam menyusun soal ujian adalah kebiasaan membuat soal secara

tergesa-gesa karena banyaknya pekerjaan lain yang akan dillakukan dosen.akibatnya acap kali tanpa

disadari terdapat pokok-pokok bahasan yang tidak dinyatakan,sehingga dari materi yang diujikan

terdapat materi yang tidak terwakili dalam ujian padahal seyogianya semua pokok bahasan harus

terwakili dalam ujian sehingga ujian tesebut dapat diktakan ujian yang representatif.

Apapun materi yang diujikan, hakikatnya didasarkan pada materi perkuliahan dan buku bacaan wajib

serta sejumlah handout yang dibagikan.Materi perkuliahan yang sifatnya must know (harus

diketahui) merupakan materi terpenting dan karenanya harus dinyatakan paling banyak dalam ujian.

Mareri nice to know (sebaiknya diketahui) adalah materi yang sebaiknya diketahui pula oleh

mahasiswa untuk memperkaya wawasan ilmunya serta memperjelas materi must know yang

dipersyaratkan. Materi just know (tambahan pengetahuan)bukanlah materi yang ada sangkut

pautnya dengan pokok bahasan maupun sasaran belajar. Materi seperti ini dapat merupakan

intermezo dalam perkuliahan dan karenanya tidak perlu dinyatakan dalam ujian.suatu ujian

dikatakan seimbang apabila pokok bahasan tepenting juga ditanyakan paling banyak.

Selain dari syarat-syarat yang telah dijelaskan di atas,suatu ujian dikatakan bermutu apabila ujian

tersebut terdiri atas serangkaian soal yang telah diorganisasikan dalam suatu struktur soal

sedemikian rupa sehingga soal itu akan menunjukkan representatif, seimbang dan relevansi dengan

sasaran belajar sekaligus. Tanpa struktur soal, rangkaian soal itu akan tidak terorganisasi, sehingga

bisa saja soal itu representatif tetapi tidak seimbang dan sebaliknya,dapat pula soal-soal tersebut

representatif dan seimbang tetapi kurang relevan dengan sasaran belajar. Demikian seterusnya

sehingga ujian tidak memenuhi syarat-syarat ujian yang bermutu seperti yang telah dijelaskan.

Harus disadari bahwa setiap soal mempunyai relevansi dengan sasaran belajar masing-masing.

Setiap soal dirancang untuk mencapai sasaran belajar tertentu karena parameter penghargaan yang

akan diberikan pada mahasiswa ditetapkan berdasarkan kesesuaian antara kemampuan kognitif

yang telah ditetapkan dalam sasasran belajar. Apabila kemampuan kognitif dalam soal sesuai dengan

kemampuan kognitif yang diminta dalam sasaran belajar dan mahasiswa mampu menjawab soal itu

dengan baik, berarti mahasiswa itu mampu mencapai sasaran belajar yang ditetapkan.

Harus disadari pula bahwa setiap soal masing-masing mempunyai derajat kesukaran untuk

menjawabnya. Soal dengan derajat kesukaran yag tinggi tentu saja memerlukan waktu dan

kemampuan berpikir yang lebih tinggi untuk menjawabnya daripada suatu soal yang derajat

kesukarannya untuk rendah.

Dalam ujian sebelumnya telah disebutkan bahwa ujian mempnyai fungsinya sendiri, sehingga soal

yang disusun untuk suatu ujian untuk mengukur efektivitas belajar mahasiswa tentulah berbeda

dengan cara penyusunan soal untuk mengukur kemampuan institusional mahasiswa. Padahal yang

pertama, ujian dimaksudkan untuk mengukur dan menilai kemampuan umum mahasiswa dalam

kelas, sedangkan dalam hal yang kedua, ujian dimaksudkan untuk mengukur dan menilai

kemampuan individual mahasiswa di antara mahasiswa lain dalam kelas. Dalam hal yang pertama

dosen ingin mendapatkan data antara lain, apakah sasaran belajar yang ditetapkannya sudah tepat,

terlalu tinggi atau terlalu rendah bagi mahasiswa dalam kelompok kelas itu. Dosen dapat pula

menilai apakah perlu dilakukan pemisahan antara kelompok, mahasiswa cepat belajar (fast learners)

dengan mahasiswa yang lamban (slow learners).

Page 9: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

i

Untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan individual mahasiswa, dibutuhkan beberapa

syarat. Pertama, soal ujian harus dibuat secara spesifik, artinya tingkat kemampuan dalam setiap

soal yang dibuat harus sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam sasaran belajr.

Mengapa penilaian di sini bukan dimaksudkan untuk mencari mahasiswa ”pintar” dan mahasiswa

bodoh melainkan murni ingin menilai apakah masing-masing mahasiswa telah atau belum mencapai

sasaran belajar. Kedua, penilaian dilakukan secara dikotomi artinya bobot yang diberikan sebagai

penghargaan kepada mahasiswa untuk setiap soal yang dikerjakannya harus ekstrem mendekati

atau ekstrem menjauhi bobot soal yang ditetapkan. Penilaian tegas ini dimaksudkan agar:

Membedakan secara jelas mahasiswa yang lulus dan mahasiswa yang tidak.

Mengurangi daerah ketidakpastian.

Sangat berbeda dengan menilai kemampuan individual mahasiswa dalam kelas,disini hanya akan

milai apakah rata-rata nilai mahasiswa dapat atau tidak dapat mencapai sasaran belajar, apakah

sasaran belajar terlalu tinggi atau terlalu rendah bagi mereka, apakah mahasiswa pada umumnya

belajar secara efektif, dan hal-hal umum lainnya. Hasil penilaian di sini tidaklah dimaksudkan untuk

menentukan kelulusan seorang mahasiswa melainkan menjadi masukan bagi dosen sendiri dalam

memperbaiki proses belajar mengajarnya, ataupun masukan bagi pengambil keputusan di tingkat

jurusan ataupun fakultas untuk memperbaiki ’’peraturan dan kebijaksanaan’’ lainnya.

Oleh karena itu, syarat-syarat penilaian umum inipun berbeda dengan syarat-syarat penilaian khusus

di atas. Disini, soal yang dibuat dapat meliputi tingkat kemampuan yang tidak selalu harus sama

dengan tingkat kemampuan rata-rata mahasiswa dalam kelas. Apabila untuk suatusoal mahasiswa

sebagian besar mampu menjawabnya dengan baik, mungkin karena sebagian besar mahasiswa

dalam kelas itu adalah mahasiswa tergolong pintar, mungkin pula karena soal terlalu mudah,

ataupun mungkin karena dosen telah mengajar efektif.

D. BEBERAPA KONSEP YANG BERKAITAN DENGAN EVALUASI

a. Validitas Instrumen

Hakikat validitas adalah berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa

yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Pengertian validitas seperti yang dikutip

dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang dikarang oleh Scarvia B. Anderson dan

kawan-kawan disebutkan “A test is valid if it measures what it purpose to measure” atau

pengertiannya kurang lebih “sebuah tes dikatakan valid disebut dengan istilah sahih.penentuan

sahih tidaknya suatu alat instrumen bukan ditentukan oleh instrumen itu sendiri, tetapi ditentukan

dari hasil pengetesan atau skor yang diperoleh dari alat instrumen itu.

Jenis vailiditas ada 4 macam yang berasal dan dasar pembagian jenis, yaitu:

a) Validitas isi (content validity). Sebuah tes dikatakan memmiliki validita isi apabila mengukur

tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.Karena

materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini serinng juga disebut

validitas kurikuler.

b) Validitas konstruksi (construct validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi

apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir

seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus. Dengan katal lain, jika butir-butir

Page 10: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

ii

soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai denga aspek berpikir yang menjadi

tujuan instruksional. Seperti halnya validitas isi, validitas konstruksio dapat diketahui dengan

cara memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek TIK. Pengerjaannya

dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman.

c) Validitas ”ada sekarang” (conccurrent ini umum dikenal dengan validitas empiris. sebuah tes

dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman.jika ada istilah

”sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan

hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data

pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sejarang.concurrent).

d) Validitas Prediksi (predicitive validity). Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu

megenai hal yang akan jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas

prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang

akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah

sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam

mengikuti kuliah di masa yang akan datang. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes

diharapkan mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan mengikuri kuliah.Jika nilai tesnya

tinggi tentu menjamin keberhasilannya lebih kelak. Sebaliknya seorang calon ikatakan tidak

lulus tes karena memiliki nilai tes yang rendah jadi diperkirakan akan tidak mampu

mengikuti perkuliahan yang akan datang.

Sebaliknya alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes

mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. Jika ternyata siapa yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal

dalam ujian semester 1 dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya lebih merendah maka tes

masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi. Ruang lingkup bahasan dari validitas tes

meliputi: (1) macam validitas, (2) cara menentukan validitas tes, (3) validitas butir atau validitas

item, (4) aplikasi penerapan rumus-rumus paa ahli dalam menentukan validitas suatu tes.

Fungsi validitas instrumen adalah untuk menentukan kesahihan instrumen sehingga jika instrumen

tersebut digunakan mengumpulkan data atau digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang

tidak diragukan lagi hasil yang diperoleh dari instrumen tersebut. Adapun kegunaannya untuk

menyeleksi item-item mana dari yang telah disusun perlu direvisi atau dibuang. Disamping itu, dapat

diketahui kualitas instrumen yang digunakan sebagai pengumpul data.

b. Reliabilitas Instrumen

Hakikat reliabilitas instrumen berhubungan dengan masalah kepercayaan. Maksudnya suatu

instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika dapat memberikan hasil

yang tetap. Pengertian reliabilitas instrumen juga berhubungan dengan masalah ketetapan hasil

instrumen. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak

berarti. Dengan demikian reliabilitas instrumen adalah derajat alat tersebut dalam mengukur apa

saja yang diukurnya.

Jenis-jenis reliabilitas instrumen dijelaskan sebagi berikut:

a) Jenis paralel (equivalent), yaitu dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujusan, tingkat

kesukaran dn susunan,tetapi butir-butir soalnya berbeda.

Page 11: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

i

b) Jenis tes ulang (test retest method). Jenis ini dilakukan orang untuk menghindari

penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya

memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali, karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua

kali, maka jenis ini dapat disebut dengan single test double trial method.

c) Jenis belah dua atau split half method. Jenis ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes

dan dicobakan satu kali. Oleh karena itu disebut juga single test single trial method.

Selanjutnya, fungsi reliabilitas instrumen paling tidak ada empat fungsi yang dapat dikemukakan,

yakni sebagai berikut:

Reliabilitas Instrumen sebagian merupakan fungsi dari panjangnya instrumen itu. Semakin

panjang sebuah tes akan semakin besar pula reliabilitasnya.

Reliabilitas instrumen sebagian merupakan fungsi dari heterogeitas kelompok. Koefisien

reliabilitas bertambah tinggi seiring dengan bertambah besarnya penyebaran atau

heterogenitas subjek yang mengerjakan tes tersebut.

Reliabilitas suatu tes sebagian merupakan fungsi dari kemampuan individu yang

mengerjakan tes tersebut. Suatu instrumen mungkin reliabel pada satu tingkat kemampuan,

tetapi mungkin tidak reliabel untuk tingkat yang lain.

Reliabilitas untuk sebagian,jika dalam penelitian adalah fungsi dari sifat variabel yang sedang

diukur. Beberapa variabel yang menjadi sasaran pelelitian ada yang memberikan ukuran-

ukuran konsisten lebih sering jika dibandingkan dengan variabel lainnya.

Page 12: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

ii

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Padanan kata evaluasi assessment yang menurut Tardif (1998) berarti proses penilaian untuk

menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

Ragam evaluasi meliputi, pre-test dan pos-test, evaluasi prasyarat, evaluasi diagnostik, evaluasi

formatif, evaluasi sumatif.

Alat ukur adalah instrumen yang konkret. Instrumen pengukuran dapat pula berupa ukuran

abstrak.

Fungsi ulian sebagai instrumen evaluasi dikatakan bermutu apabila, mengujiapa yang hendak

diuji dan terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik.

Konsep yang berkaitan dengan evaluasi yaitu, validitas instrumen dan reliabilitas instrumen.

Jenis validitas ada 4 macam yang berasal dari pembagian jenis, yaitu validitas isi, validitas

konstruksi, validitas empiris dan validitas prediksi.

Adapun jenis-jenis reabilitas instrumen, yaitu jenis paralel, jenis tes ulang, dan jenis belah dua

atau split half method.

Page 13: Psikologi pendidikan, penilaian, pengukuran, instrumen, dan evaluasi belajar

i

DAFTAR PUSTAKA

Ormrod, J.E. 2003. Educational Psychology:develovinglearners〖 4〗^th ed. New Jersey: Merril

Prentice Hall.

Eggen & Kauchak. 2007. Educational Psychology. Windows on Classrooms. Australia: Pearson

International Edition.

Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology Active Learning Edition. Edisi I dan II. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Santrock, J.W. 2007. Psikologi Pemdidikan. Jakarta: Kencana Prenadan Group