PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …
Transcript of PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK UNTUK …
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
70
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMKUNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
oleh :
Anggita Maharani
Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Swadaya Gunung Jati
A. PendahuluanHasil studi PISA (Program for
International Student Assessment), yaitustudi yang memfokuskan pada literasibacaan, matematika, dan IPA,menunjukkan peringkat Indonesia barubisa menduduki 10 besar terbawah dari 65negara. Keikutsertaan Indonesia didalam studi International Trends in
International Mathematics and ScienceStudy (TIMSS) dan Program forInternational Student Assessment(PISA) sejak tahun 1999 jugamenunjukkan bahwa capaian anak-anakIndonesia tidak menggembirakan. Hasilstudi TIMSS (Trends in InternationalMathematics and Science Study)menunjukkan siswa Indonesia berada
Abstrak
Untuk mengatasi masalah belajar, guru perlu mengadakan pendekatan pribadidisamping pendekatan instruksional dalam berbagai bentuk yang memugkinkan gurudapat lebih mengenal dan memahami siswa serta masalah belajarnya. Dalam prosespelaksanaannya, Kurikulum 2013 memiliki pola pikir dimana peserta didik harusmemiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensiyang sama melalui pola pembelajaran interaktif antara guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam dan sumber/media lainnya. Pendidikan tidak bisadilepaskan dari psikologi. Kegiatan pendidikan seperti pengembangan kurikulum,Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konselingmerupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisadilepaskan dari psikologi. Salah satu ciri dari pembelajaran matematika yang diusungoleh Kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatansaintifik sangat relevan dengan teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teoriVygotsky.
Kata Kunci: Psikologi, Pembelajaran di SMK, Kurikulum 2013
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
71
pada ranking amat rendah dalamkemampuan1. memahami informasi yang komplek,2. teori, analisis dan pemecahan masalah,3. pemakaian alat, prosedur dan
pemecahan masalah dan4. melakukan investigasi.
Hal ini disebabkan antara lainbanyaknya materi uji yang ditanyakan diTIMSS dan PISA tidak terdapat dalamkurikulum Indonesia. Hasil studi inilah yangmelandasi lahirnya Kurikulum 2013 sebagaibentuk perubahan orientasi kurikulumdengan tidak membebani peserta didikdengan konten namun pada aspekkemampuan esensial yang diperlukan semuawarga negara untuk berperanserta dalammembangun negara pada masa mendatang.
Kurikulum 2013 telah diluncurkansecara resmi dan beberapa sekolah telahdijadikan percontohan termasuk sekolah-sekolah kejuruan (SMK). Guru-gurunyadilatih secara khusus dan mendapatpenunjang berupa buku ajar yangdisediakan oleh pemerintah. Dalampengembangannya, pemerintahmemberikan keleluasaan bagi SMK untukmengembangkan kejuruannya. Namunsampai saat ini masih belum tampak adanyapeningkatan mutu pendidikan SMK sejalandengan pemetaan mobilisasi lulusan SMK.Kebijakan pemerintah justru ditanggapioleh pengelola SMK dengan euforia. Izinpembangunan SMK dipermudah sehinggaSMK-SMK baru bermunculan. “Banyakpengelola yang mengutamakan sekolah ituberdiri tanpa memperhatikan bagaimanamengutamakan mengelola sumber dayamanusia dan mutu pendidikan di dalamnya”kata Samsudi dalam pidato padapengukuhanna sebagai Guru Besar seperti
dikutip Harian Kompas (Selasa, 15Desember 2009).
Sejalan dengan bermunculannyaSMK-SMK baru, maka peningkatankualitas lulusannya akan sangatdiperhitungkan. Industri dapat lebih leluasaselektif menerima lulusan SMK karenakuantitas lulusan yang semakin meningkat.Lebih lanjut Samsudi mengatakan bahwapendidikan SMK masih buruk. Banyakperusahaan yang lebih senang merekrutlulusan SMA karena dianggap lebihmemiliki kreativitas ketimbang lulusanSMK. Oleh karenanya, dalam kesempatanyang sama, Kartono selaku Kepala BidangPendidikan Menengah Dinas PendidikanJateng mengatakan kalau lulusan SMKtidak hanya dididik untuk mencaripekerjaan, tetapi juga dibekali dengankemandirian. Dengan demikian, lulusanSMK punya bekal untuk membuka usaha.Selain itu, lulusan SMK juga dibekalidengan kemampuan untuk mengikutipendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Guru merupakan salah satu elemenyang penting dalam sistem pendidikan disekolah. Seperti diungkapkan olehAunurrahman (2009) bahwa keberhasilanbelajar siswa disamping ditentukan olehfaktor-faktor internal, juga turutdipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktorekstern yang mempengaruhi asil belajarsiswa adalah:1. guru;2. Lingkungan Sosial (teman sebaya);3. Kurikulum Sekolah; dan4. Sarana dan Prasarana.
Tugas seorang guru adalahmembantu siswanya untuk mendapatkaninformasi, menggali ide-ide, keterampilan,nilai dan cara berfikir serta mengemukakanpendapat. Begitu pentingnya peran guru
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
72
sebagai transformer, sehingga dapatdikatakan bahwa tidak akan ada perubahandan peningkatan kualitas siswa jika tidakdidahului dengan perubahan danpeningkatan kualitas gurunya.
Salah satu kompetensi yang harusdimiliki guru adalah kompetensipedagogik termasuk didalamnyakompetensi yang terkait dengan tugasguru sebagai pembimbing. Selama prosespembelajaran berlangsung, seyoganyaseorang guru dapat membimbingsiswanya tentang bagaimana belajar yangsesungguhnya (learning how to learn)dalam rangka memecahkan masalah(learning how to solve problem). Untukmengatasi masalah belajar, guru perlumengadakan pendekatan pribadidisamping pendekatan instruksionaldalam berbagai bentuk yangmemugkinkan guru dapat lebih mengenaldan memahami siswa serta masalahbelajarnya. Demikian pula berupaya terusmenerus mengkaji dan mencoba berbagaibentuk pendekatan dan teknik-teknikinovatif guna mengatasi keadaan yangdapat menghambat tercapainya tujuanbelajar.
Kurikulum 2013 bertujuan untukmempersiapkan manusia Indonesia agarmemiliki kemampuan hidup sebagaipribadi dan warga negara yangberiman, produktif, kreatif, inovatif,dan afektif serta mampu berkontribusipada kehidupan bermasyarakat,berbangsa, bernegara, dan peradabandunia. Dalam proses pelaksanaannya,Kurikulum 2013 memiliki pola pikirdimana peserta didik harus memilikipilihan-pilihan terhadap materi yangdipelajari untuk memiliki kompetensiyang sama melalui pola pembelajaran
interaktif antara guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam dansumber/media lainnya. Kurikulum 2013menganut: (1) pembelajaan yangdilakukan guru (taught curriculum)dalam bentuk proses yangdikembangkan berupa kegiatanpembelajaran di sekolah, kelas, danmasyarakat; dan (2) pengalaman belajarlangsung peserta didik (learned-
curriculum) sesuai dengan latarbelakang, karakteristik, dan kemampuanawal peserta didik. Pengalaman belajarlangsung individual peserta didikmenjadi hasil belajar bagi dirinya,sedangkan hasil belajar seluruh pesertadidik menjadi hasil kurikulum.
Khususnya bagi siswa SMKuntuk setiap rumpun keahlian, umumnyamenganggap bahwa belajar di SMKadalah belajar produktif, yaitu belajarbagaimana mereka dapat meningkatkanketerampilan produktifnya agar diterimadi Industri. Ketika mempelajarimatematika, kebanyakan siswamenganggap dirinya tidak memilikikemampuan untuk memecahkan masalah-masalah matematis. Matematika dianggapsebagai pelajaran yang tidak pentingbahkan tidak wajib dipelajari di SMK.Matematika dianggap tidak memilikirelevansi terhadap mata pelajaranproduktif. Anggapan-anggapan semacamitu tentunya tidak dapat dibiarkan. Ketikasiswa dibiarkan menganggap matematikatidak berguna bagi kehidupannya, makasiswa tidak akan termotivasi untukmemperoleh pengalaman langsung yangdapat berpengaruh kepada kehidupannyadi masa datang. Oleh karena itu, sangatlahpenting bagi guru untuk mempelajaripsikologi Pembelajaran Matematika di
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
73
SMK agar permasalahan-permasalahanpmbelajaran yang muncul, dapat teratasi.
B. Pembelajaran Matematika di SMKJika dilihat dari aspek kompetensi
yang ingin dicapai, pelajaran matematikadi SMK bertujuan agar peserta didikmemiliki kemampuan1. memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsepdan mengaplikasikan konsep ataualgoritma, secara luwes, akurat, efisien,dan tepat, dalam pemecahan masalah;
2. menggunakan penalaran pada pola dansifat, melakukan manipulasimatematika dalam membuatgeneralisasi, menyusun bukti, ataumenjelaskan gagasan dan pernyataanmatematika;
3. memecahkan masalah yang meliputikemampuan memahami masalah,merancang model matematika,menyelesaikan model dan menafsirkansolusi yang diperoleh;
4. mengkomunikasikan gagasan dengantopik, tabel, diagram, atau media lainuntuk memperjelas keadaan ataumasalah;
5. menghargai kegunaan matematikadalam kehidupan, yaitu memiliki rasaingin tahu, perhatian, dan minat dalammempelajari matematika, serta sikapulet dan percaya diri dalam pemecahanmasalah;
6. menalar secara logis dan kritis sertamengembangkan aktivitas kreatifdalam memecahkan masalah danmengkomunikasikan ide.
Di samping itu mata pelajaranmatematika memberi kemampuan untukmenerapkan matematika pada setiapprogram keahlian dan membekali peserta
didik kemampuan bekerjasama.Kompetensi tersebut diperlukan agarpeserta didik dapat memiliki kemampuanmemperoleh, mengelola, danmemanfaatkan informasi untuk bertahanhidup pada keadaan yang selalu berubah,tidak pasti, dan kompetitif. Ruang lingkupmata pelajaran matematika meliputi aspek-aspek :1. Operasi Bilangan;2. Persamaan, Pertidaksamaan, dan
Matriks;3. Trigonometri;4. Barisan dan Deret;5. Geometri Dimensi Dua;6. Vektor;7. Statistika;8. Kalkulus
Salah satu pertanyaan yangpaling menantang yang dihadapi olehguru matematika adalah “apa manfaatmateri yang dipelajari?” Sobel &Maletsky (2003: 53) mengatakan bahwaakan sangat menumbuhkan motivasi bilakita bisa menjelaskan aplikasi dari materiyang akan dipelajari. Namun sebagaicatatan, Sobel & Maletsky (2003: 54)mengatakan bahwa apa yang difikirkansebagai aplikasi murni bagi seorang gurutidak perlu aplikasi yang dipakai olehmurid-murid. Seorang murid akan merasapuas jika melihat bagaimana matematikadigunakan untuk menguji sebua rik ataujalan pintas. Bagi mereka, hal tersebutmerupakan aplikasi dari materi yangdipelajari. Terlebih bagi siswa SMK yangsebetulnya banyak aplikasi matematikayang bisa diintegrasikan oleh guru sesuaidengan persepsi aplikasi yang difikirkansiswa. Salah satu contoh aplikasi yang bisadisampaikan guru matematika kepada siswaSMK misalnya menghitung persentase
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
74
kekuatan pelat (Q pelat) pada kelingan yangberimpit satu garis dengan rumus
Q Pelat =%100
T
DT
Jika jarak kedua paku keling dandiameternya diketahui.
Sebagai upaya untukmengoptimalkan proses dan hasilpembelajarannya, seorang guru seyogyanyamemiliki kemampuan dalam merancangskenario pembelajaran seperti pemilihanmetode pembelajaran, pemilihan alat/sumberbelajar, dan merancang bentuk evaluasi yangtepat serta memiliki kemampuan dalammengorganisasikan kelas termasukpengalokasian waktu dan pemilihan materibaik sesuai kurikulum maupun yang tidaktercantum secara eksplisit dalam kurikulum.
C. Pengertian Psikologi PembelajaranPentingnya pemahaman psikologi
diuraikan oleh Hill (2010:2) tentangbagaimana siswa mencari metode yangpembelajaran yang baik, guru yang inginmemperbaiki teknik pngajarannya di kelas,orang-orang di industri yang mencari carapelatihan bagi para pekerja mereka yangbaru, orangtua yang mencari cara terbaikdalam membesarkan anak-anaknya, parakonselor yang membatu kliennya secarasosial dan emosi, para pelatih binatang, danpara agen iklan yang berusahamemperknalkan produk kliennya kpadakonsumen.
Psikologi pembelajaran berasaldari kata “psikologi” dan “pembelajaran”.Asrori (2007:6) mendefinisikan psikologipembelajaran sebagai ilmu yang mengkajitentang mengapa, bilamana, dan bagaimanaproses pembelajarn berlangsung sebagaisuatu organisme. Siswa sebagai organisme
yang tumbuh dan berkembang memilikikarakteristik yang beragam dan amatkompleks. Ketika pembelajaran di kelasberlangsung, siswa memperoleh pengaruhdari beraneka ragam aspek yang ada didalam kelas. Sebagai buah dari apa yangdipelajarinya di dalam kelas, siswa memilikiperubahan pengetahuan, keterampilan, sikap,emosi, prilaku sosial dan berbagai reaksilainnya. Oleh sebab itu peran guru di dalamkelas tidak hanya sebagai pengajar, tetapisebagai pendidik sekaligus psikolog yangbertugas menganalisis situasi kompleks yangdihadapi siswa untuk kemudian memahamidan mencarikan solusi sesuai dengan prinsippembelajaran.
Sebuah kisah seorang siswabernama Alex yang suka denganmatematika, dikisahkan oleh Hill ketikapembelajaran matematika berlangsungmungkin dapat menginspirasi kita mengenaiperan psikologi bagi siswa. Topik yangdipelajari adalah mencari luas persegipanjang.Guru: bagaimanakah cara mencari luas
segitiga?(guru menggambar sebuahsegitiga dengan panjang salahsatusisi 4 cm dan satu sisi lagi 3 cm disebuah papan tulis lalu bertanyakepada siswa)
Alex : mencoba menerapkan aturanpersegi panjang tetapi dia tidaktahu bagaimana menerapkannya.
Guru: menggambar dua garis lagi,membuat sebuah persegi panjangdengan sisi miring dari segitigatersebut sebagai diagonalnya.
Alex: Luasnya 6, luas keseluruhanpersegi panjang adalah 12, danada dua segitiga dimana masing-
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
75
masing segitiga adalah setengahdari persegi panjang tersebut.
Guru: Bagus Skali! Luasnya adalahsetengah dari 4 dikali 3.Matematika sangat mudahdipahami apabila kalianmenelesaikannya dengan carademikian.Kisah tersebut nampak sederhana
dan dapat dilakukan oleh setiap guruterhadap siswanya termasuk guru SMK.Aspek psikologis yang dapat ditemukantelah melibatkan motivasi, prilaku, sukses,dan kegagalan yang dapat berlangsungdalam situasi sosial yang dialami seorangsiswa bersama teman-temannya di dalamkelas. Komponen sinergi yang dibangunoleh guru, siswa, dan lingkungan (richenvironment) akan sangat mendukungkonstruktivism.
D. Psikologi Pembelajaran Matematikadalam Perspektif Kurikulum 2013
Hubungan psikologi danmatematika adalah hubungan psikologisebagai (1) kognisi studi matematika yaituperkembangan otak, akuisisi, danpenerapan kemampuan matematika; (2)perasaan dan sikap terhadap matematika;dan (3) penggunaan matematika dalampsikologi. Dalam hal hubungan psikologisebagai kognisi, mempelajari teori-teoribelajar atau disebut juga dengan psikologibelajar merupakan hal yang berkaitandengan perkembangan intelektual (mental)siswa.
Teori-teori dalam pembelajaranmenjadi perlu diketahui dan dipahami olehpara guru agar dapatmengimplementasikannya dalam prosespembelajaran.
Guru dalam menjalankanperannya sebagai pembimbing, pendidikdan pelatih bagi siswanya dituntutmemahami tentang berbagai karaktersiswa, sehingga dapat menjalankan tugasdan perannya secara efektif, yang padagilirannya dapat memberikan kontribusinyata bagi pencapaian tujuan pendidikandi sekolah. Di sinilah arti pentingPsikologi Pendidikan bagi guru.Penguasaan guru tentang psikologipendidikan merupakan salah satukompetensi yang harus dikuasai guru,yakni kompetensi pedagogik.
Lebih dari sepuluh dekade, paraprofesional pendidikan menyusun sebuahsistem untuk mengukur kualitasmengajar dan bagaimana menyediakanguru yang berkualitas melalui beberapakelompok seperti National Council for
Accreditation of Teacher Education
(NCATE), the Interstate New Teacher
Assesment and Support Consortium
(INTASC), dan the National Board for
Proffesional Teaching Standards
(NBPTS). Salah satu standar calon guruyang efektif sesuai NCATE adalahpengetahuan konten pedagogik. Dimanaguru memiliki pengetahuan dasar tentangstrategi mengajar dengan melibatkan isi,pengetahuan pedagogik, danketerampilan sesuai standar lembagauntuk membantu seluruh siswa dalambelajar. Mereka dapat memfasilitasisiswa mempelajari mata pelajaran danmempresentasikannya secara bermaknadan terintegrasi dengan teknologi (Martin& Loomis, 2007: 32). Lalu, apa yangdikatakan oleh para psikolog tentang guruyang efektif? Menurut William Glasser(Martin & Loomis, 2007: 29) setiapmanusia memiliki lima kebutuhan dasar:
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
76
cinta, kekuatan, perlindungan,kebahagiaan, dan keberlangsungan hidup.Glasser mengidentifikasikan 6 kondisidasar kualitas mengajar di sekolah:1. sekolah harus hangat dan membangun
kelas yang sportif;2. siswa harus diminta untuk melakukan
hal-hal yang bermakna;3. siswa selalu diminta melakukan yang
terbaik yang dapat mereka lakukan;4. siswa diminta untuk mengevaluasi
pekerjaan mereka dan memperbaikinya;5. kualitas bekerja yang selalu baik;6. kualitas bekerja yang tidak pernah
destruktif.Persepsi psikologi lain tentang
pendidikan dikemukakan oleh Combs(Martin & Loomis, 2007: 29) mengenaibeliefs. Beliefs merupakan pembawaanlahir dan terintegrasi dalam kepribadianseseorang. Guru yang baik memeriksakeyakinannya dan merubahnya secarajelas. Teacher beliefs sangat pentinguntuk perkembangan proffesional.Immanuel Kant (Mason, 2002: 29)menunjukkan bahwa suksesi pengalamantidak menambahkan hingga pengalamansuksesi itu dan menunjukkan mengapamemperhatikan nilai disengajadiperlukan. Noticing nampak merupakangagasan yang sederhana dan tidak jelas.Namun pada kenyataannya untukmengubah tindakan kita, maka masukakal untuk bekerja dan memperdalamkepekaan kita untuk melihat aspek yangberbeda dari praktek profesional.
Pendidikan tidak bisa dilepaskandari psikologi. Kegiatan pendidikanseperti pengembangan kurikulum, ProsesBelajar Mengajar, sistem evaluasi, danlayanan Bimbingan dan Konselingmerupakan beberapa kegiatan utama
dalam pendidikan yang di dalamnya tidakbisa dilepaskan dari psikologi. Berbagaialiran psikologi yang mewarnaipendidikan pada intinya merupakan kajianpsikologis yang memberikan kontribusipada dunia pendidikan agar dapat berjalandengan tidak mengabaikan aspek perilakudan kepribadian siswa. Kajian psikologisdalam pengembangan kurikulumseyogyanya memperhatikan keunikanyang dimiliki oleh setiap individu, baikditinjau dari sisi intelektual, kemampuan,sikap, motivasi, perasaan sertakarakterisktik-karakteristik individulainnya. Kurikulum seyogyanya mampumemberikan kesempatan kepada setiapindividu untuk dapat berkembang sesuaidengan potensi yang dimilikinya, baikdalam hal subject matter maupun metodepenyampaiannya.
Salah satu ciri dari pembelajaranmatematika yang diusung oleh Kurikulum2013, adalah pembelajaran denganmenggunakan pendekatan saintifik sangatrelevan dengan teori belajar yaitu teoriBruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.
E. Teori Presentasi BrunerTeori Bruner dikenal dengan
“belajar penemuan” atau “discoverylearning”. Jeromi Bruner dalam teorinyamengatakan bahwa belajar matematikaakan berhasil jika proses pengajarandiarahkan kepada konsep-konsep danstruktur-sruktur yang terbuat dalam pokokbahasan yang diajarkan, disampinghubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur (MKPBM2001: 44). Discovery termasuk ke dalamtpe penalaran induktif karena siswa belajardari contoh yang spesifik ke formula yang
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
77
lebih umum dalam bentuk konsep danprinsip. Discovery learning seringkali jugadisebut dengan nama lain seperti problembased, inquiry, experiental, dankonstuktivist. Situasi discoverydigambarkan dengan siswa yang belajarpengetahuan baru yang relevan dengandomain dan kemampuan pemecahanmasalah secara umum sebagai rumusumum, pengujian hipotesis danmenemukan informasi (Scunk, 2009: 280).
Pada lampiran iv PeraturanMenteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 81A Tahun2013, untuk mencapai kualitas yang telahdirancang dalam dokumen kurikulum,kegiatan pembelajaran perlu menggunakanprinsip yang:1. berpusat pada peserta didik,2. mengembangkan kreativitas peserta
didik,3. menciptakan kondisi menyenangkan
dan menantang,4. bermuatan nilai, etika, estetika, logika,
dan kinestetika, dan5. menyediakan pengalaman belajar yang
beragam melalui penerapan berbagaistrategi dan metode pembelajaran yangmenyenangkan, kontekstual, efektif,efisien, dan bermakna.
Kurikulum 2013 menganutpandangan dasar bahwa pengetahuan tidakdapat dipindahkan begitu saja dari guru kesiswa. Siswa merupakan subjek yangmemiliki kemampuan secara aktifmencari, mengolah, mengkonstruksi, danmenggunakan pengetahuan. Untuk itupembelajaran harus memberikankesempatan siswa untuk mengkonstruksipengetahuan dalam proses kognitifnya.Ketika proses pembelajaran berlangsung,siswa didorong untuk menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasikompleks, mengecek informasi barudengan yang sudah ada dalamingatannya, dan melakukanpengembangan menjadi informasi ataukemampuan yang sesuai denganlingkungan dan jaman tempat dan waktuia hidup.
Bruner mengemukakan bahwadalam proses belajarnya, anak melewati3 tahap yaitu:a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini anak secara langsungterlihat dalam memanipulasi
b. Tahap IkonikDalam tahap ini anak tidak langsungmemanipulasi objek seperti yangdilakukajn siswa pada tahap enaktif
c. Tahap SimbolikPada tahap ini anak tidak lagi terikatdengan objek-objek pada tahapsebelumnya.
Dalil yang dihasilkan Brunerberdasarkan pengamatannya (MKPBM,2001: 45) adalah dalil-dalil penyusunan(construction theorem), dalil notasi(notation theorem), dalil kekontrasan dandalil keanekaragaman (contras and
variation theorem), dan dalil pengaitan(connectivity theorem).
Berikut ini langkah Langkah-
langkah Operasional Implementasi dalam
Proses Pembelajaran:
1. Menentukan tujuan pembelajaran
Melakukan identifikasi karakteristik
peserta didik (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya)
2. Memilih materi pelajaran.
Menentukan topik-topik yang harus
dipelajari peserta didik secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi)
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
78
3. Mengembangkan bahan-bahan belajar
yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari
peserta didik
4. Mengatur topik-topik pelajaran dari
yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik
5. Melakukan penilaian proses dan hasil
belajar peserta didik
Menurut Syah (Kmendikbud
2013: 30) dalam mengaplikasikan strategi
discovery learning di kelas, ada beberapa
prosedur yang harus dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar secara umum
sebagai berikut:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian
rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini
pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta
didik dalam mengeksplorasi bahan.
2. Problem statement (pernyataan/
identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation
langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah) (Syah dalam
kemndikbud 2013: 30). Memberikan
kesempatan peserta didik untuk
mengidentifikasi dan menganalisa
permasalahan yang mereka hadapi,
merupakan teknik yang berguna dalam
membangun peserta didik agar mereka
terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
3. Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung
guru juga memberi kesempatan kepada
para peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis (Syah dalam
kmendikbud, 2013: 31). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis,
dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini
adalah peserta didik belajar secara aktif
untuk menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi, dengan demikian secara tidak
disengaja peserta didik menghubungkan
masalah dengan pengetahuan yang telah
dimiliki.
4. Data processing (pengolahan data)
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
79
Menurut Syah (kmendikbud 2013:
31) pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para peserta didik baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya,
lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan
bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu (Djamarah dalam kemendikbud,
2013: 31). Data processing disebut juga
dengan pengkodean coding/kategorisasi
yang berfungsi sebagai pembentukan
konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut peserta didik akan mendapatkan
pengetahuan baru tentang alternatif
jawaban/ penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis
5. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik
melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing (Syah dalam
kemendikbud 2013: 31). Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi
yang ada, pernyataan atau hipotesis yang
telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.
6. Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik
kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah
dalam kemendikbud, 2013: 32).
Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi. Setelah menarik
kesimpulan peserta didik harus
memperhatikan proses generalisasi yang
menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau
prinsip-prinsip yang luas yang mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnya
proses pengaturan dan generalisasi dari
pengalaman-pengalaman itu.
F. Psikologi Perkembangan Kognitif
Piaget
Teori Piaget (Kemendikbud. 2013:
2) menyatakan bahwa belajar berkaitan
dengan pembentukan dan perkembangan
skema (jamak skemata). Skema adalah
suatu struktur mental atau struktur kognitif
yang dengannya seseorang secara
intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi
lingkungan sekitarnya (Baldwin dalam
kemendikbud 2013: 2). Skema tidak pernah
berhenti berubah, skemata seorang anak
akan berkembang menjadi skemata orang
dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan skemata disebut dengan adaptasi.
Proses terbentuknya adaptasi ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi merupakan proses
kognitif yang dengannya seseorang
mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa
persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun
pengalaman baru ke dalam skema yang sudah
ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat
berupa pembentukan skema baru yang dapat
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
80
cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada
atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang
ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya
penyeimbangan atau ekuilibrasi antara
asimilasi dan akomodasi.
Berdasarkan hasil penelitinannya,Piaget (MKPBM, 2001: 39) mengemukakan 4tahap perkembangan kognitif dari setiapindividu sesuai dengan perkembanganusianya, yaitu:1. Tahap Sensori Motor (lahir – 2 thn)
Pada tahap ini pengalaman yangdiperoleh anak berasal dari perbuatan fisik.2. Tahap Pra Operasional ( 2 – 7 thn)
Pada tahap ini anak sudah mngalamipengorganisasian oprasi konkret brupatindakan-tindakan kognitif sprtimengklasifikasikan (classifying), menatabenda (seritation), dan membilang(counting).
3. Tahap Operasi Kongkret (7 – 11 thn)Pada tahap ini anak sudah memahamioperasi logis dengan bantuan bendakongkret
4. Tahap Operasi Formal (11 – dewasa)Anak pada tahap ini sudah mampumelakukan penalaran denganmenggunakan hal-hal yang abstrak.
G. Psikologi Sosial Vygotsky
Vygotsky (kemendiknas, 2013: 3)
dalam teorinya menyatakan bahwa
pembelajaran terjadi apabila peserta didik
bekerja atau belajar menangani tugas-tugas
yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu
masih berada dalam jangkauan kemampuan
atau tugas itu berada dalam zone of proximal
development daerah terletak antara tingkat
perkembangan anak saat ini yang
didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan
orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
mampu. Terdapat dua buah konsep penting
dalam teori Vygotsky yaitu Zone of
Proximal Development (ZDP) dan
Scaffolding.
Teori Vygotsky menekankan pada
interaksi sosial yaitu kerjasama, saling
bertukar pendapat antara sesama siswa
ataupun antara siswa dengan guru dalam
pembelajaran. Rusman (2010: 244)
menjelaskan perkembangan intelektual
terjadi pada saat individu berhadapan dengan
pengalaman baru dan menantang serta ketika
mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang dimunculkan. Dalam upaya
mendapatkan pemahaman, individu
berusaha mengkaitkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan awal yang dimilikinya
kemudian membangun pengertian baru.
Menurut Vygotsky jalan pikiran
seseorang harus dimengerti dari latar sosial-
budaya dan sejarahnya. Artinya bahwa untuk
memahami jalan pikiran seseorang harus
dilihat dari asal-usul tindakan sadarnya, dari
interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah
hidupnya. Vygotsky meyakini bahwa
interaksi sosial dengan teman lain memacu
terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa.
H. Kesimpulan
Pada akhirnya yang menjadi
tujuan dalam strategi discovery learning
menurut Bruner (Kemendikbud, 2013: 28)
adalah hendaklah guru memberikan
kesempatan kepada muridnya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang
scientist, historin, atau ahli matematika.
Jurnal Euclid, vol.1, No.2
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.1, No.2, pp. 60-136©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
81
Dan melalui kegiatan tersebut peserta didik
akan menguasainya, menerapkan, serta
menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi
dirinya. Karakteristik yang paling jelas
mengenai discovery sebagai strategi
mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-
tingkat inisial (pemulaan) mengajar,
bimbingan guru hendaklah lebih berkurang
dari pada strategi-strategi mengajar lainnya.
Hal ini tak berarti bahwa guru
menghentikan untuk memberikan suatu
bimbingan setelah problema disajikan
kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang
diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya
melainkan pelajar diberi responsibilitas
yang lebih besar untuk belajar sendiri.
Proses pembelajaran pada
Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-
langkah pendekatan ilmiah (scientific
appoach) dalam proses pembelajaran
meliputi menggali informasi melaui
pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan
dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata
pelajaran, materi, atau situasi tertentu,
sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak
selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.
Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-
nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari
nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.[
I. DAFTAR RUJUKAN
Aunurrahman. (2009). Belajar danPembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran.Bandung: CV Wacana Prima
Hill, W. F. (2010). Theories of Learning.Bandung: Nusa Media
Kementrian Pendidikan Nasional. (2013)Kemendikbud. Pendekatan danStrategi PembelajaranSD/SMP/SMA/SMK. Jakarta.
Loomis, K.S & Martin, D. J. (2007).Building Teachers A ConstructivictApproach to Introduction Education.USA: Wadsworth.
Mason, J. (2002). Researching Your OwnPractice The Discipline of Noticing.New York: Routledge
Rusman. (2010). Model-modelPembelajaran MengembangkanProfesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sobel, M. A & Maletsky, E. M. (2003).Mengajar Matematika. Jakarta:Erlangga