Psikologi Agama

51
PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA Oleh: Hidayat Ma’ruf

Transcript of Psikologi Agama

Page 1: Psikologi Agama

PSIKOLOGI AGAMAPSIKOLOGI AGAMA

Oleh: Hidayat Ma’ruf

Page 2: Psikologi Agama

PSIKOLOGI secara umum dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab

Page 3: Psikologi Agama

AGAMA (menurut Harun Nasution): Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib

yang harus dipatuhi. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia Mengikat dari ada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan

pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu

Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari sesuatu kekuatan ghaib. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini

bersumber pada suatu kekuatan ghaib Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan

perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat pada alam sekita manusia.

Ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rasul

Page 4: Psikologi Agama

PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA adalah cabang adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan dari psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya keadaan hidup pada umumnya (Prof Dr. Zakiah Daradjat)

Page 5: Psikologi Agama
Page 6: Psikologi Agama

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN AGAMA

A. Masa anak-anakPerkembangan rasa keagamaan pada usia anak-anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama orang tua. Pada masa kanak-kanak kesadaran terhadap agama belum berkembang dengan baik. Ciri-ciri perkembangan agama pada masa anak-anak:

1. Bersifat egosentris 2. bersifat konkrit antropormis3. ekspresif, inisiatif, dan

spontanitas4. Imajinatif

Page 7: Psikologi Agama

Pertama, tingkatan dongeng. Tingkatan ini dimulai pada anak usia 3-6 tahun. Dalam fase ini, seorang anak banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosional

Seorang pakar teologie, Ernest Harms, dalam bukunya The Development of Religions on Children, membagi perkembangan agama bagi anak-anak menjadi tiga tingkatan.

Kedua, tingkatan kenyataan. Tingkatan ini dimulai sejak awal masuk sekolah dasar sampai usia adolense. Pada masa ini, ide ke-Tuhanan anak telah mencerminkan konsep realistis. Ide keagamaan yang muncul pada anak dipacu atas dorongan emosional yang melahirkan konsep Tuhan

Page 8: Psikologi Agama

Ketiga, tingkatan individu. Pada fase ini, si anak telah memiliki interest emosi yang paling tinggi sejalan dengan bertambahnya usia.

Konsep keagamaan yang individualis ini dibagi tiga konsep dasar.

Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif (dipengaruhi oleh sebagian kecil fantasi).

Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni. Hal ini dibuktikan dengan pandangan yang bersifat perseorangan.

Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Di mana agama telah menjadi etos humanis pada diri anak dalam menghayati pelajaran agama.

Page 9: Psikologi Agama

Al Ghazali membagi 5 fase perkembangan anak:

1. Al-Janin Anak dalam kandungan/pranata2. Al-Tifl Memperbanyak latihan dan kebiasaan3. At Tamyiz Anak dapat membedakan baik-buruk4. Al-’Aql Perkembangan akal pada tingat sempurna5. Al-Auliya’ dan Al-Anbiya’ Akal manusia tertinggi, para nabi dan wali

Page 10: Psikologi Agama

Ayat yang berkaitan dengan perkembangan manusia menurut Al-qur’an

Page 11: Psikologi Agama

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al Hajj: 5)

Page 12: Psikologi Agama
Page 13: Psikologi Agama
Page 14: Psikologi Agama
Page 15: Psikologi Agama
Page 16: Psikologi Agama
Page 17: Psikologi Agama
Page 18: Psikologi Agama
Page 19: Psikologi Agama
Page 20: Psikologi Agama
Page 21: Psikologi Agama
Page 22: Psikologi Agama
Page 23: Psikologi Agama
Page 24: Psikologi Agama
Page 25: Psikologi Agama
Page 26: Psikologi Agama
Page 27: Psikologi Agama
Page 28: Psikologi Agama
Page 29: Psikologi Agama
Page 30: Psikologi Agama
Page 31: Psikologi Agama
Page 32: Psikologi Agama
Page 33: Psikologi Agama
Page 34: Psikologi Agama
Page 35: Psikologi Agama
Page 36: Psikologi Agama
Page 37: Psikologi Agama
Page 38: Psikologi Agama

Berdasarkan penelitian tiga pakar pendidikan anak dari Amerika, yakni Dr. Keith Osborn, Dr. Burton L. White, dan Prof. Dr. Benyamin S. Bloom, tingkat intelektual otak mengalami perkembangan sebagai berikut :

50% 30% 20%

Lahir 4 th 8 th 18 th

Tingkat perkembangan intelektual otak anak, sejak lahir sampai usia 4 tahun mencapai 50%. Oleh karena itu, pada masa empat tahun pertama ini sering disebut juga sebagai Golden Age (Masa Keemasan), karena si anak mampu menyerap dengan cepat setiap rangsangan yang masuk. Si anak akan mampu menghafal banyak sekali informasi, seperti perbendaharaan kata, nada, bunyi-bunyian, dsb. Hingga usia 8 tahun, anak telah memiliki tingkat intelektual otak sekitar 80 %. Perkembangan intelektual otak ini relatif berhenti dan mencapai kesempurnaannya (100%) pada usia 18 tahun. Jadi setelah usia 18 tahun, intelektualitas otak tidal lagi mengalami perkembangan.

Page 39: Psikologi Agama

B. Masa remaja

• Beralih dari agama masa kanak-kanak yang diperoleh dari lingkungan menuju agama iman yang sifatnya sungguh personal dan pribadi. Namun lingkungan masih memiliki pengaruh dalam kehidupan beragama kaum remaja

• Pada masa remaja akhir untuk pertama kali individu mampu memikul tanggungjawab penuh terhadap keyakinan agama mereka

Page 40: Psikologi Agama

Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress). Karena mereka mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. (Stanley Hall, 1991)

Shalat: sujud, …

Puasa: mengendalikan nafsu, …

dst.

Page 41: Psikologi Agama
Page 42: Psikologi Agama
Page 43: Psikologi Agama

C. Masa dewasa • Menerima kebenaran agama berdasarkan

pertimbangan pemikiran yang matang tidak hanya ikut-ikutan

• Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkahlaku

• Bersikap positif terhadap ajaran agama dan berusaha untuk memperdalam pemahaman agama

• Bersikap lebih terbuka dan realistis terhadap ajaran agama

• Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial

Page 44: Psikologi Agama

• Kehidupan beragama mencapai tingkat kemantapan

• Cenderung lebih mudah menerima pendapat keagamaan

• Perasaan takut akan kematian berdampak pada pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan akherat

Page 45: Psikologi Agama

Hakekat manusia

Unsur materi, berasal dari tanah

Nafs al muthma’innah / Qalb

Nafs al lawwamah /’Aql

Nafs laammaratun bi al su’ / Hawa

Unsur immateri, dinamakan ruh/nafs

Page 46: Psikologi Agama

Qalb, ‘aql,

hawamembentuk

Prib

adi

sehattidak sehat

=

=

qalb + ‘aql

agamaMemberi petunjuk

mengendalikan

hawa

hawamenguasai

qalb + ‘aql

Page 47: Psikologi Agama

Taubahاال أعلمكم مادواؤكم وداؤكم ؟ قالوا: بلى يا رسول الله. فقال:

داؤكم الذنوب ودواؤكم التوبةBukankah aku telah mengajarimu apa yang disebut obat (psikoterapi) dan penyakit

(psikopatologi) ?. Mereka menjawab: Tentu ya Rasulallah . Beliau bersabda:

Penyakit itu adalah dosa, sedang obatnya adalah tobat.Puasa Berpuasalah niscaya kamu sehat : صـومـوا تـصـحـوا

Muhasabah حاسبوا انفسكم قبل تحاسبواEvaluasilah diri kalian sebelum kalian dievaluasi

Dzikrullah الذين امنوا وتطمئن قلوبهم بذكرالله اال بذكر الله تطمئن القلوب

Orang-orang yang beriman hati mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah, dengan dzikrullah hati menjadi tenteram

Page 48: Psikologi Agama

Agama dalam Pandangan Psikolog

• Agama sebagai gejala psikis (neurosis) yang tidak sehat

• Tuhan merupakan proyeksi Ortu-Super

• Impian manusia yang mendalam adalah menjadi mahakuasa (libido)

• Kenyataannya dunia penuh penyakit dan maut. Ini mendatangkan frustasi karena ketidakberdayaan manusia.

• Orang dewasa mulai bersikap seperti anak kecil yang berupaya mempengaruhi orang tuanya (dengan senyum, tangis, bujukan, rengekan, protes, memohon…)

• Manusia membayangkan ortu Super (Tuhan, dewata dll) yang dapat memelihara, melindungi, mengampuni, membantu (bila perlu dengan mujizat)

Sigmund Freud

Page 49: Psikologi Agama

Agama dalam Pandangan Psikolog

• Agama Penyembuh orang yang neurosis

• Manusia pada umumnya menderita neurosis karena kebingungan menemukan makna hidup, terutama berhadapan dengan kematian.

• Pertanyaan yang penting itu tidak bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan, tetapi oleh agama.

• Jung memasukkan unsur agama dalam terapinya.

Carl Gustav Jung

Page 50: Psikologi Agama

Perkembangan Iman

• Iman (agama) bersifat aktif dan dinamis

James Fowler

Proyektif Intuitif:Ortu sbg proyeksi

Mitis Literal:Dongeng dan cerita

Sebagai makna

Sintetis Konvensional:Ada Perhatian pada

Hubungan antar pribadi

Refleksif Individuatif:Iman “milik sendiri”

Iman yang logis

Iman yang Konjungtif:Hasil renungan dalam

Interaksi dengan orang lain

Iman yang universal:Pemberian makna

kehidupan

Page 51: Psikologi Agama