psikiatri
description
Transcript of psikiatri
LAPORAN PSIKIATRI
SKIZOFRENIA PARANOID DALAM REMISI PARSIAL
Disusun oleh:
M. Riefky K 1010221056
Dokter Pembimbing:
Dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN”
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUP PERSAHABATAN JAKARTA
2012
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Usia : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Porselen
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Oktober 2012,
pukul 11.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri untuk kontrol rutin karena obat akan
habis.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke poliklinik psikiatri RS Persahabatan untuk kontrol
rutin dan obatnya akan habis. Pasien tidak pernah putus obat. Saat ini
pasien masih mempunyai keluhan susah tidur, terkadang masih emosional,
dan terkadang masih mengalami halusinasi. Pasien masih sering melihat
halusinasi berupa adanya kembang setiap ia naik bus, melihat kambing
dipotong atau orang disembelih di sumur, kadang ia berhalusinasi darah
berceceran, kadang pasien juga melihat sosok yang mirip saudaranya yang
sudah meninggal yang mengajak dirinya untuk mati dan sebagainya.
Pasien juga sering mendengar suara teriakkan orang orang yang sangat
banyak ketika ia akan tidur. Pasien menyatakan bahwa dengan obat secara
rutin ia merasa lebih tenang dan halusinasi menjadi lebih jarang sekalipun
tidak bias hilang sama sekali. Pasien mengatakan walaupun ia melihat dan
mendengar hal-hal tersebut¸ia tetap percaya bahwa itu adalah
2
halusinasinya. Pasien meyakini sepenuhnya bahwa ia sedang sakit
sehingga apa yang dialaminya adalah tidak nyata, pasien pun tidak
menghiraukan halusinasi tersebut. Setiap pasien mengalami kejadian
seperti ini pasien dapat melakukan relaksasi dengan mengatur nafas.
Pasien menyangkal merasa digosipkan ketika menonton TV. Pasien
juga menyangkal pikirannya bisa dibaca ataupun dikendalikan orang lain.
Pasien tidak pernah merasa asing dengan dirinya. Namun pasien
pernah merasakan adanya perubahan pada lingkungannya, saat itu di
tahun 1994 (18 tahun yang lalu), pasien masih kuliah. Disinilah awalnya
penyakit dirasakan sangat mengganggu. Pada saat itu pasien sepulang
kuliah, sendirian menunggu bis di halte sambil merokok, tiba-tiba jalanan
berubah menjadi bewarna hijau. Ia berusaha tidak mempedulikan, ia
bergegas naik bis. Saat di bis muncul halusinasi berupa banyak darah dan
kembang bertaburan di dalam bis. Pasien juga melihat orang tanpa kepala.
Sejak itu paien sering merasa takut karena merasa seperti diikuti untuk
dijahati. Pasien mengatakan pernah merasakan halusinasi pada indra
pengecapannya, pasien menuturkan pada saat memakan sesuatu pasien
merasakan rasa pahit di lidahnya. Sedangkan orang lain tidak merasakan
seperti yang dikeluhkan oleh pasien. Pasien menuturkan pernah
merasakan di sekujur tubuhnya ada yang merayapi, seperti ada
kalajengking yang merayap dan sedang mencoba masuk kedalam telinga
pasien.
Sebenarnya keluhan pasien sudah bermula di tahun 1987 saat pasien
masih duduk di kelas 2 SMA. Pasien merasa sering emosional tanpa sebab
jelas, namun pasien dan keluarga menganggap ini hal biasa sehingga
belum diobati
Pada saat ini pasien tinggal di rumah milik pribadi orang tuanya.
Pasien tinggal bersama ayah ibu satu kakak dan adiknya. Pasien
merupakan anak ke empat dari enam bersaudara. Satu saudaranya telah
meninggal akibat penyakit lupus, 2 sudah menikah dan pisah rumah.
3
Pasien mengatakan bahwa di keluarganya yaitu ayah, kakak, adik,
menderita penyakit yang sama. Paman pasien juga menderita penyakit
yang sama namun tidak tinggal satu rumah. Anggota keluarga yang sakit
juga sudah rutin berobat, namun menurut keterangan pasien, keluhan yang
dialami kakaknya jauh lebih berat dari pasien. Keluarga pasien sangat
mendukung kesembuhan. Biaya berobat dan sehari-hari mengandalkan
uang pensiun ayah ditambah gaji kakak dan adik yang sudah bekerja.
Hubungan antar keluarga berjalan baik, namun hubungan dengan keluarga
besar kurang begitu baik. Pasien belum menikah.
Pasien lahir secara normal di bidan. Tidak ada penyulit sejak masa
kandungan hingga proses kelahiran. Masa kecil pasien hingga remaja
berjalan baik tanpa ada masalah interaksi sosial.
Pasien menjalani pendidikan hingga SMA. Saat SD dan SMP diakui
pasien tidak pernah ada masalah baik secara akademik maupun sosial.
Namun ketika SMA mulai ada masalah, ia merasa lebih sulit tidur dan
lebih mudah marah. Ketika SMA kelas 2 pasien tidak naik kelas, sehingga
pasien menjadi semakin emosional. Karena sifatnya ini pasien menjadi
dijauhi teman-temanya, pasien kurang mempunyai teman dekat, interaksi
sosial menurun sehingga memperparah keadaan emosi pasien. Namun
pasien berhasil menjalani pendidikan hingga lulus SMA. Pasien sempat
menjalani kuliah namun berhenti karena penyakit ini.
Sehari-hari pasienmembersihkan kamar, menonton TV. Pasien tidak
banyak berakifitas. Pasien kurang berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Awalnya pasien sempat bekerja tahun 1990 di pergudangan di
Batam, namun karena beratnya penyakit, pasien harus berhenti bekerja.
Pasien pernah mengkonumsi alkohol dan ganja sewaktu SD sampai
SMA. Tidak ada riwayat penggunaan narkoba. Pasien sudah tidak
merokok saat ini.
Saat ini pasien memiliki keinginan kuat untuk sembuh, kembali
bekerja dan memiliki pasangan hidup.
4
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada gangguan psikiatri sebelumnya.
2. Riwayat Gangguan Medik
Tidak ada riwayat gangguan medik.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikoaktif.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat pranatal: Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal
dan tidak ada penyulit selama dalam masa kandungan dan proses
persalinan.
b. Riwayat masa kanak-kanak dan remaja: Pasien tumbuh dan
berkembang sesuai umur sebagaimana anak seumurnya sehingga
pasien tidak ada gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
c. Riwayat masa akhir kanak-kanak: Pasien tumbuh dengan baik, tidak
ada masalah dalam berkehidupan sosial.
d. Riwayat pendidikan
Pasien menjalani pendidikan hingga SMA. Saat SD dan SMP diakui
pasien tidak pernah ada masalah baik secara akademik maupun sosial.
Namun ketika SMA mulai ada masalah, ia merasa lebih sulit tidur
dan lebih mudah marah. Ketika SMA kelas 2 pasien tidak naik kelas,
sehingga pasien menjadi semakin emosional. Karena sifatnya ini
pasien menjadi dijauhi teman-temanya, pasien kurang mempunyai
teman dekat, interaksi sosial menurun sehingga memperparah
keadaan emosi pasien. Namun pasien berhasil menjalani pendidikan
hingga lulus SMA. Pasien sempat menjalani kuliah namun berhenti
karena penyakit ini.
5
e. Riwayat pekerjaan
Saat ini pasien tidak memiliki pekerjaan. Awalnya pasien sempat
bekerja tahun 1990 di pergudangan di Batam, namun karena beratnya
penyakit, pasien harus berhenti bekerja.
f. Riwayat agama
Pasien beragama Islam dan termasuk taat dalam menjalankan
ibadahnya. Namun pasien menuturkan apabila sedang mendapat
serangan dari penyakitnya, pasien terkadang merasa malas untuk
beribadah.
g. Hubungan dengan keluarga
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan ayah, ibu dan
saudaranya. Keluarga pasien juga mendukung pasien untuk sembuh.
Pada saat ini pasien tinggal di rumah milik orang tua. Pasien tinggal di
rumah tersebut bersama kedua orang tuanya, adik dan kakak. Ayah,
kakak, adik dan paman memiliki penyakit yang sama dengan pasien.
h. Aktivitas sosial
Pasien kurang berinteraksi dengan orang lain.
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien yaitu ayah,
kakak, adik dan paman.
F. Situasi Sekarang
Pasien laki – laki umur 42 tahun, belum menikah saat ini pasien tidak
memiliki pekerjaan. Pasien saat ini tinggal di rumah orang tua bersama
kedua orang tuanya, satu adik dan satu kakaknya. Pasien dalam memenuhi
biaya pengobatannya mengadalkan dari uang pensiun ayahnya ditambah
penghasiklan kakak dan adik yang sudah bekerja dan tinggal pisah rumah.
Hubungan pasien dengan orang tua dan saudaranya baik – baik saja. Ada
masalah dalam bersosialisasi dengan orang lain, hal ini disebabkan
6
anggapan miring masyarakat terhadap dirinya dan keluarga yang memiliki
gangguan jiwa. Saat ini pasien memiliki keinginan kuat untuk sembuh,
kembali bekerja dan memiliki pasangan hidup.
G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya
Saat ini pasien memiliki keinginan kuat untuk sembuh, kembali bekerja
dan memiliki pasangan hidup.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Laki - laki usia 42 tahun, tampak sesuai dengan usia, berpakaian rapi,
ekspresi tenang, perawatan diri baik, warna kulit sawo matang.
2. Kesadaran
Kesadaran umum : Compos mentis
Kontak Psikologis : Dapat dilakukan, cukup wajar
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan : Baik
Aktifitas psikomotor : Pasien kooperatif, tenang, kontak mata
baik, tidak ada gerakan involunter dan dapat menjawab pertanyaan
dengan baik.
4. Pembicaraan
Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dan
dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
Kualitas : Bicara spontan, volume bicara normal, artikulasi jelas
dan pembicaraan dapat dimengerti
Tidak ada hendaya berbahasa
5. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif.
7
B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood
Pasien mengatakan alam perasaannya saat ini biasa saja
2. Afek
Ekspresi afektif luas
3. Keserasian
Mood dan afektif serasi
4. Empati
Pemeriksa tidak dapat merabarasakan perasaan pasien saat ini.
C. FUNGSI INTELEKTUAL / KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Taraf pendidikan
2. Pasien menjalani pendidikan hingga SMA. Saat SD dan SMP
diakui pasien tidak pernah ada masalah baik secara akademik
maupun sosial. Namun ketika SMA mulai ada masalah, ia merasa
lebih sulit tidur dan lebih mudah marah. Ketika SMA kelas 2
pasien tidak naik kelas, sehingga pasien menjadi semakin
emosional. Karena sifatnya ini pasien menjadi dijauhi teman-
temanya, pasien kurang mempunyai teman dekat, interaksi sosial
menurun sehingga memperparah keadaan emosi pasien. Namun
pasien berhasil menjalani pendidikan hingga lulus SMA. Pasien
sempat menjalani kuliah namun berhenti karena penyakit ini.
Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat ketika ditanya nama
presiden Indonesia yang pertama sampai presiden yang terakhir.
3. Daya kosentrasi
8
Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai
dengan selesai. Pasien juga dapat menjawab dengan benar pertanyaan
penjumlahan angka yang diberikan oleh dokter (100-7=93).
4. Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu saat berobat siang hari
Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di RS
Orang : Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter.
Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi
dan wawancara
5. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah
ketika pasien SD, SMP dan STM. Pasien juga dapat mengingat
sewaktu pasien duduk di bangku SD dan SMP, pasien termasuk
siswa yang berprestasi.
Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat bahwa pasien dapat menuju ke RS
Persahabatan dengan menggunakan metro mini bersama istrinya.
Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat 5 nama kota yang disebutkan oleh
dokter.
Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.
6. Pikiran abstrak
Baik, pasien mengerti makna dari pribahasa ungkapan “ tong kosong
nyaring bunyinya”. Pasien juga dapat menjawab apa arti dari ungkapan
kata dari “ Panjang Tangan”.
7. Bakat kreatif
Pasien tidak memiliki kegemaran.
9
8. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, karena pasien dapat mengerjakan segala sesuatunya tanpa
disuruh dan mampu mengurus dirinya sendiri.
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi : Terdapat riwayat halusinasi
Halusinasi auditorik
Halusinasi visual
Halusinasi olfaktorik
Ilusi : Tidak terdapat ilusi
2. Depersonalisasi dan derealisasi
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Ada
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : Baik, banyak ide/ gagasan pembicaraan dan
pasien dapat menjawab spontan bila diajukan pertanyaan
b. Kontinuitas : Koheren, mampu memerikan jawaban sesuai
pertanyaan
c. Hendaya berbahasa : tidak terdapat hendaya berbahasa
2. Isi pikiran
a. Preokupasi
Tidak terdapat preokupasi.
b. Gangguan pikiran: waham kejar
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, karena pasien bisa mengendalikan dirinya.
G. DAYA NILAI
10
Norma Sosial : Pasien kurang mampu bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Uji Daya Nilai : Baik, ketika ditanya apa yang akan pasien lakukan
jika melihat anak kecil terpisah dari ibunya di keramaian, pasien
menjawab akan merangkul anak tersebut dan mengembalikan anak
tersebut ke orang tuanya..
Penilaian realitas : Pada pasien saat ini terdapat gangguan penilaian
realitas yaitu terdapat halusinasi auditorik, olfaktorik dan riwayat
halusinasi visual serta ada riwayat waham kejar.
H. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Menurut penilaian pemeriksa sebagai dokter terhadap pasien yaitu saat
ini pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan harus mengkonsumsi obat –
obatan dalam jangka panjang. Pasien mengalami kemajuan dan keinginan
yang kuat untuk sembuh, sehingga pasien rajin kontrol dan minum obat
secara teratur. Pasien juga dapat mengatasi keadaan saat pasien merasa
kumat atau munculnya gejala, yaitu dengan cara relaksasi yang
dilakukannya.
I. TILIKAN / INSIGHT
Tilikan derajat 6, pasien sadar sepenuhnya tentang motif dan perasaan
dalam dirinya yang menjadi dasar dari gejala - gejalanya. Kesadaran itu
membantu dalam perubahan dalam kepribadian dan perilakunya di masa
yang akan datang, juga menimbulkan sikap keterbukaan terhadap ide-ide
yang baru tentang dirinya dan tentang orang-orang penting dalam
kehidupannya.
J. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Pemeriksa memperoleh kesan bahwa jawaban pasien dapat dipercaya
karena konsisten dalam menjawab pertanyaan.
11
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
i. Keadaan umum: baik, compos mentis
ii. Tanda vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Frekuensi nafas : Kesan dalam batas normal
Suhu : Afebris
iii. Sistem kardiovaskuler : tidak ditemukan kelainan
iv. Sistem muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
v. Sistem gastrointestinal : tidak ditemukan kelainan
vi. Sistem urogenital : tidak ditemukan kelainan
vii. Gangguan khusus : tidak ditemukan kelainan
B. Status Neurologis
i. Saraf kranial : tidak ditemukan kelainan
ii. Saraf motorik : tidak ditemukan kelainan
iii. Sensibilitas : tidak ditemukan kelainan
iv. Susunan saraf vegetatif : tidak ditemukan kelainan
v. Fungsi luhur : tidak ditemukan kelainan
vi. Gangguan khusus : tidak ditemukan kelainan
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki 44 tahun datang untuk kontrol dan obatnya sudah habis
Pasien merasa cocok dengan obat-obatan yang diberikan, bila tidak meminum
obat pasien merasa tidak nyaman.
Pasien mengeluhkan pernah mendengar suara – suara, melihat penampakan
makhluk halus hampir setiap hari, melihat objek yang seluruhnya berubah
12
warna menjadi hijau, mengecap sesuatu di lidahnya yang dirasakan berbeda
dengan orang lain, merasakan ada kalajengking yang merayap di badannya,
merasakan bahwa orang lain ada yang ingin berniat jahat terhadap dirinya.
Fungsi kognitif pada pasien masih baik, begitu pula dengan pengendalian
impuls masih baik. Selama ini pasien tidak pernah mengalami trauma di
kepala. Orientasi waktu, tempat, orang dan situasi baik.
Terdapat riwayat gangguan serupa pada keluarga, yaitu pada ayah, kakak,
adik kandung pasien dan pamannya.
Pasien mulai mengkonsumsi NAPZA pada saat duduk di bangku sekolah SD
yaitu alkohol dan ganja.
Pasien lahir secara normal dan cukup bulan, sejak kecil pasien diasuh dan
dibesarkan oleh orang tuanya sendiri. Masa kanak-kanak, remaja hingga
dewasa pasien memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik.
Pasien menempuh pendidikan dari SD sampai ke Perguruan Tinggi, pada
waktu kecil pasien termasuk siswa yang tidak terlalu menonjol dalam prestasi
belajar. Pasien sempat meneruskan ke bangku perguruan tinggi bamun
mengundurkan diri karena gejala dari gangguan yang dideritanya.
Keadaan umum baik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan.
Pasien merupakan anak ke tiga dari enam bersaudara, hubungan dengan orang
tua dan saudara kandung cukup baik.
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan saudara kandungnya di rumah
pribadi miliknya sendiri. Pasien tidak memiliki masalah dengan seluruh
penghuni di rumah tersebut. Pasien memiliki kendala dalam bidang ekonomi.
Diantara masih mengandalkan orang tua untuk biaya pengobatannya.
Pada pasien didapatkan beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
V. Formulasi Diagnosis
13
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat kelainan
pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna yang dapat
menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-hari
maka pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnosis Aksis I
Pada pasien ini tidak terdapat kelainan fisik yang menyebabkan
disfungsi otak, sehingga pasien ini bukan gangguan mental
organik(F.0).
Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif
dan minuman beralkohol. Maka pasien ini bukan gangguan mental
dan perilaku akibat NAPZA(F.1).
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita,
yang ditandai dengan adanya riwayat halusinasi visual, auditorik,
olfaktorik serta adanya riwayat waham kejar dan waham somatik
maka pasien termasuk gangguan psikotik (F.20).
Gangguan berupa halusinasi tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan
yaitu 18 tahun yang lalu, sehingga dikatakan menderita skizofrenia
(F.2)
Pada pasien ini ditemukan adanya riwayat halusinasi auditorik yaitu
mendengar suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri, halusinasi
visual melihat sesosok orang tanpa kepala, halusinasi, olfaktorik.
Pasien juga merasa ingin dijahati orang. Maka pasien ini dikatakan
menderita gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).
Saat ini keluhan mengenai gejala-gejala tersebut sudah agak
berkurang dan dapat kambuh jika pasien tidak meminum obat. Oleh
karena itu, pasien didiagnosis menderita gangguan skizofrenia
paranoid dalam remisi parsial (F20.5)
14
Diagnosis Aksis II
Pada masa kanak-kanak hingga remaja pasien tumbuh dan
berkembang dengan baik sebagaimana orang seumurnya dan dapat
bersosialisasi. Pendidikan yang ditempuh SD sampai SMP
berlangsung baik. SMA tidak naik kelas 1 kali, dan saat kuliah hanya
sebentar karena penyakit ini. Tidak terdapat gangguan kepribadian,
dan ciri-ciri retardasi mental. Maka pada aksis II tidak ada
diagnosis.
Diagnosis Aksis III
Pada anamnesis pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien ini
tidak ditemukan riwayat. Maka pada aksis III tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis IV
Pasien merupakan anak ke-4 dari 6 bersaudara. Pasien tinggal
bersama orangtuanya, dan saudaranya dan selama ini dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan biaya pengobatan berasal dari
gaji pensiunan ayahnya. Di sisi lain kakak adik dan ayahnya juga
punya penyakit yang sama dan butuh berobat juga. Perekonomian
keluarga sering dirasakan pas-pasan dan kadang kurang. Saat ini
pasien tidak memiliki pekerjaan. Pasien kurang mampu untuk
bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya. Pasien juga
belum menikah. Maka diagnosis Aksis IV pada pasien ini adalah
terdapatnya gangguan dalam perekonomian, pekerjaan, keluarga
dan interaksi sosial.
Diagnosis Aksis V
Pada pasien didapatkan gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dan menetap dalam fungsi, secara umum masih baik dalam
15
sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain. Maka pada aksis V
didapatkan GAF Scale 70-61.
VI. Evaluasi multiaksial
Aksis I : Gangguan skizofrenia paranoid dalam remisi parsial
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Gangguan perekonomian, pekerjaan,keluarga dan sosial
Aksis V : GAF Scale 70 - 61.
VII. Daftar Problem
Organobiologik : Ayah, kakak, adik dan paman pasien memiliki
penyakit yang sama
Psikologis :
Terdapat riwayat gangguan menilai realita berupa
Halusinasi auditorik
Halusinasi visual
Halusinasi olfaktorik
Terdapat pula gangguan isi pikir berupa
Waham kejar
Waham somatik
Saat ini pasien tidak memiliki pekerjaan yang membuat
perekonomiannya kurang dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari maupun
untuk berobat.
VIII. Prognosis
Prognosis Ke Arah Baik
Pasien patuh minum obat dan rutin kontrol ke poliklinik.
Keluarga mendukung pasien untuk sembuh.
16
Tidak ditemukan tanda dan gejala efek samping pemakaian obat-
obatan anti-psikotik.
Pasien dapat melakukan relaksasi untuk menanggulangi serangan
yang akan timbul.
Pasien masih memiliki keinginan untuk sembuh, bisa bekerja dan
punya pasangan hidup.
Prognosis Ke Arah Buruk
Bila tidak minum obat, pasien masih merasa lebih sering
berhalusinasi.
Perjalanan penyakit sudah berlangsung cukup lama (18 tahun).
Respon pengobatan pada pasien ini kurang optimal.
Sehingga kesimpulan prognosis pada padien berdasarkan wawancara diatas
sebagai berikut :
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Fungtionam : Dubia Ad bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad malam
X. Terapi
Psikofarmaka :
Stelazine 3 x 5 mg
Hexymer 3 x 2 mg
Psikoterapi :
Pada pasien
o Edukasi pentingnya minum obat secara teratur dan kontrol rutin setiap
bulan.
17
o Bila pada saat keluhan datang dan pasien merasa ketakutan, pasien
dapat mencari perlindungan dari anggota keluarganya atau jika masih
mengganggu juga segera kontrol ke dokter.
o Mencoba mengalihkan pikiran-pikiran negatif dengan mengisinya
dengan kegiatan positif yang bermanfaat.
o Lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri . FK UI. Jakarta. 2003.
2. Maslim, Rusdi. D, SpKJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa.
Cetakan Pertama. PT Nuh Jaya. Jakarta. 2001.
3. Maslim, Rusdi. Dr, SpKJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
Ketiga. PT Nuh Jaya, Jakarta. 2007.
19