PSAP 03 & 04
description
Transcript of PSAP 03 & 04
PSAP NOMOR 03 TENTANG LAPORAN ARUS KEUANGAN
A. Pengertian Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas melalui kas umum negara/kas daerah selama periode tertentu. Pada
dasarnya aktivitas keuangan pemerintah sebagian besar merupakan penerimaan dan pengeluaran
kas negara/daerah dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran yang ditetapkan. Bahkan penentuan
adanya hak dan kewajiban pemerintah diakui pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari kas
umum negara/kas daerah. Hal ini sesuai dengan basis yang dianut yaitu basis kas menuju akrual.
Laporan Arus Kas menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas. Arus
kas masuk dapat berasal dari penerimaan tunai pendapatan, penjualan aset tetap, pencairan dana
cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman bahkan penerimaan atas
potongan pembayaran yang dilakukan pemerintah (PFK). Arus kas keluar misalnya pembayaran
tunai belanja pegawai, belanja modal, pembayaran cicilan hutang, pemberian pinjaman,
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah, dan penyetoran kepada pihak ketiga
(PFK) atas pemotongan yang telah dilakukan.
Penerimaan dan pengeluaran kas dalam Laporan Arus Kas disajikan berdasarkan
aktivitas-aktivitas keuangan pemerintahan. Penerimaan dan pengeluaran dikelompokkan
berdasarkan aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut terdiri dari aktivitas operasi, investasi aset
nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran. Hal ini berbeda dengan
penyajian yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Pada dasarnya penerimaan dan pengeluaran yang tercantum dalam Laporan Arus Kas
sama dengan penerimaan dan pengeluaran yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Pendapatan dan belanja juga penerimaan dan pengeluaran pembiayaan seperti yang tercantum
dalam Laporan Realisasi Anggaran diakui berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas di kas
negara/daerah. Hal ini disebabkan basis yang dianut dalam penyajian Laporan Realisasi
Anggaran yaitu basis kas.
Akan tetapi ada transaksi keuangan pemerintah yang menimbulkan penerimaan dan
pengeluaran kas tetapi tidak dianggarkan. Artinya transaksi tersebut tidak tercantum dalam
Laporan Realisasi Anggaran. Transaksi atau aktivitas ini disebut transaksi nonanggaran.
Transaksi ini sebenarnya merupakan penerimaan kas untuk dan atas nama pihak lain yang harus
diserahkan kepada pihak tersebut. Oleh karena itu transaksi ini disebut transaksi perhitungan
pihak ketiga (PFK). Misalnya, pemerintah daerah diwajibkan memungut pajak penghasilan atas
pembayaran gaji atau honor yang dilakukan. Pemungutan tersebut untuk dan atas nama
Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak) dan harus disetor kepada Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak).
Transaksi ini merupakan arus masuk dan keluar kas dan mempengaruhi posisi kas tetapi tidak
masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Transaksi nonanggaran menjadi faktor yang membedakan substansi Laporan Realisasi
Anggaran dan Laporan Arus Kas. Hal lain yang membedakan adalah penyajian. Penerimaan dan
pengeluaran kas dalam Laporan Realisasi Anggaran diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja
sedangkan penyajian dalam Laporan Arus Kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas keuangan
pemerintahan.
Pengertian kas dan setara kas yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran sama dengan
pengertian kas dan setara kas dalam neraca. Dalam Laporan Arus Kas terdapat tiga jenis kas
yang mempunyai nama dan jenis yang sama dalam neraca. Jenis kas dan setara kas yang
dimaksud untuk Pemda adalah Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran, dan Kas di
Bendahara Penerimaan. Saldo-saldo yang ditunjukkan dalam Laporan Arus Kas harus
menunjukkan jumlah yang sama dalam neraca.
B. Manfaat Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas bermanfaat untuk berbagai kepentingan. Informasi arus masuk dan
keluar kas dalam Laporan Arus Kas berguna untuk melihat transaksi kas di masa lalu dan
memprediksi arus kas di masa yang akan datang. Dalam paragraf 5, 6, dan 7 PSAP 03
mengungkapkan bahwa Laporan Arus Kas berguna:
1. Sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk
menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
2. ebagai alat pertanggung-jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode
pelaporan.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan
struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).
Realisasi arus kas dapat dijadikan sebagai indikator arus kas di masa yang akan datang.
Kejadian yang akan datang dapat diperkirakan dari realisasi yang terjadi saat ini. Perkiraan atau
prediksi ini akan lebih baik kalau didasarkan pada data masa lalu lebih dari satu.
Arus kas merupakan transaksi penting dalam pemerintahan. Arus kas keluar dan masuk
merupakan prediksi sebelum terjadi. Sebuah Laporan Arus Kas menunjukkan realisasi arus kas
yang diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu, Laporan Arus Kas yang disusun dapat dijadikan
untuk menilai kecermatan taksiran yang telah dibuat sebelumnya.
Penerimaan dan penggunaan kas sebenarnya direncanakan dan disepakati dari awal. Oleh
karena itu penyajian laporan Arus Kas juga merupakan bentuk pertanggungjawaban.
Laporan Arus Kas sebagai pertanggungjawaban terkait juga dengan fungsi yang
menyajikannya. Laporan Arus Kas dibuat oleh unit yang memegang fungsi perbendaharaan.
Fungsi perbendaharaan yang dimaksud adalah Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum
Daerah sehingga merupakan bentuk pertanggungjawaban Bendahara Umum Negara/Bendahara
Umum Daerah.
Informasi mengenai arus kas juga dapat dijadikan bahan evaluasi aktiva bersih atau
ekuitas. Peningkatan jumlah kas akan meningkatkan juga ekuitas. Kas di Kas Daerah dan Kas di
Bendahara Pengeluaran dalam konteks Pemda akan dapat dilihat dalam rekening kelompok
ekuitas yaitu SiLPA. Sementara itu, Kas di Bendahara Penerimaan juga dapat dilihat dalam
kelompok ekuitas tetapi dengan nama akun Pendapatan Ditangguhkan. Hal ini merupakan
pencerminan konsep rekening yang saling menyeimbangkan (self balancing account).
Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan,
dan non anggaran memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk
menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi
tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi, investasi
aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.
Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya
transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran
pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga
utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.
Bentuk dan struktur Laporan Arus Kas merupakan kerangka atau acuan dalam penyajian
Laporan Arus Kas. Bentuknya terdiri dari uraian berbagai aktivitas yang disajikan secara stafel
diurutkan dari atas ke bawah. Penyajian didahului dengan arus kas masuk dan keluar berbagai
aktivitas. Kemudian disajikan saldo awal dan saldo akhir kas.
Struktur Laporan Arus Kas terdiri dari arus masuk dan keluar kas berbagai aktivitas.
Dari arus masuk dan arus masuk setiap aktivitas akan diperoleh arus kas bersih dari setiap
aktivitas. Arus kas bersih setiap aktivitas dijumlahkan sehingga diperoleh kenaikan atau
penurunan kas. Jika arus penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas positif berarti ada kenaikan
kas. Sebaliknya jika penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas negatif maka terjadi penurunan
kas. Kenaikan atau penurunan kas akan ditambahkan dengan saldo akhir sehingga diperoleh
saldo akhir. Saldo akhir yang dihasilkan dari penjumlahan ini harus sama dengan yang tercatat di
neraca untuk masing-masing akun yang berkaitan.
Aktivitas yang dijadikan dasar dalam penyajian Laporan Arus Kas terdiri dari aktivitas
operasi, aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Aktivitas operasi adalah aktivitas
penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama
satu periode akuntansi.
Aktivitas investasi aset nonkeuangan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap dan aset nonkeuangan lainnya.
Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan
komposisi investasi jangka panjang, piutang jangka panjang, dan utang pemerintah sehubungan
dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran. Aktivitas nonanggaran adalah
aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan pemerintah.
Aktivitas-aktivitas dalam penyajian Laporan Arus Kas diuraikan lebih rinci sebagai
berikut:
1. Aktivitas Operasi
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan
operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas
operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
1. Penerimaan Perpajakan;
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
3. Penerimaan Hibah;
4. Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya; dan
5. Transfer masuk.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk pengeluaran:
1. Belanja Pegawai;
2. Belanja Barang;
3. Bunga;
4. Subsidi;
5. Bantuan Sosial;
6. Hibah;
7. Belanja Lain-lain; dan
8. Transfer keluar.
Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama dengan
persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat berharga tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu entitas lain, yang
peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja, penyertaan modal, atau untuk
membiayai aktivitas periode berjalan, maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan
sebagai aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan
Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di
masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari:
1. Penjualan Aset Tetap;
2. Penjualan Aset Lainnya.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari :
1. Perolehan Aset Tetap;
2. Perolehan Aset Lainnya.
3. Aktivitas Pembiayaan
Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto
sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk
memprediksi klaim pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap
pihak lain di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
1. Penerimaan Pinjaman;
2. Penjualan Surat Utang Negara Pemerintah;
3. Hasil Privatisasi Perusahaan Negara/Daerah;
4. Penjualan Investasi Jangka Panjang Lainnya; dan
5. Pencairan Dana Cadangan.
Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
1. Pembayaran Cicilan Pokok Utang;
2. Pembayaran Obligasi Pemerintah;
3. Penyertaan Modal Pemerintah;
4. Pemberian Pinjaman Jangka Panjang; dan
5. Pembentukan Dana Cadangan.
4. Aktivitas Nonanggaran
Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus
kas dari aktivitas nonanggaran antara lain Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman uang.
PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah
Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes.
Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputi penerimaan PFK dan kiriman uang
masuk. Sedangkan, arus keluar kas dari aktivitas nonanggaran meliputi pengeluaran PFK dan
kiriman uang keluar.
C. Metode Penyusunan Laporan Arus Kas
Ada dua bentuk penyajian laporan arus kas, yaitu metode langsung dan tidak langsung.
Perbedaan keduanya ada pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode
langsung, arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar.
Arus kas masukdan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran
kas, sedangkan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan cara
mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya
penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena pelepasan investasi.
Berikut ini diberikan contoh bentuk laporan arus kas dengan metode langsung dan metode tidak
langsung.
Metode Langsung
PT ABC
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
(dalam Rupiah)
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :
Kas yang diterima dari pelanggan 951.000
Dikurangi :
Kas untuk membeli persediaan 555.200
Kas untuk membayar biaya operasi 259.800
Kas untuk membayar biaya bunga 14.000
Kas untuk membayar pajak 29.000
858.000
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000
Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)
(82.000)
Aliran kas bersih untuk kegiatan investasi
Aliran kas dari kegiatan keuangan :
Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000
Dikurangi :
Kas untuk membayar dividen 23.000
Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000
148.000
Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000
Kenaikan kas 23.000
Saldo kas pada awal tahun 26.000
Saldo kas pada akhir tahun 49.000
Dari laporan diatas terlihat bahwa arus kas yang berasal dari kegiatan operasional dirinci menjadi
penerimaan dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional dan pengeluaran kas
untuk berbagai kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan investasi dan keuangan juga dirinci
menurut jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan timbulnya penerimaan dan pengeluaran kas.
Sementara jika kita lihat contoh di bawah ini arus kas dari kegiatan operasional tidak dirinci
menurut sumber dan jenis penggunaannya, melainkan net income dikoreksi sehingga net income
tersebut berubah menjadi net cashflows dari operasi.
Metode Tidak Langsung
Metode Tidak LangsungPT ABCLAPORAN ARUS KASUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007(dalam Rupiah)
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi : Laba bersih menurut laporan laba rugi 90.500Ditambah :Biaya depresiasi 18.000Penurunan persediaan kantor 8.000Kenaikan hutang jangka pendek 16.800Kenaikan hutang biaya 1.200
44.000Dikurangi :Kenaikan biaya dibayar dimuka 1.000Kenaikan piutang usaha 9.000Penurunan hutang pajak 1.500Laba penjualan aktiva tetap 30.000
41.500Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000 Aliran kas yang berasal dari kegiatan
investasi :Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000
Kas keluar untuk membeli peralatan(157.000)
(82.000)
Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan investasi Aliran kas dari kegiatan keuangan : Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000Dikurangi :Kas untuk membayar dividen 23.000
Kas untuk membayar hutang obligasi125.000
148.000Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000Kenaikan kas 23.000Saldo kas pada awal tahun 26.000Saldo kas pada akhir tahun 49.000
PSAP NOMOR 04 TENTANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A. Tujuan dan Ruang Lingkup
Tujuan Pernyataan Standar ini mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada
Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan ruang lingkupnya adalah
Pernyataan Standar ini harus diterapkan pada:
a. Laporan Keuangan untuk tujuan umum oleh entitas pelaporan;
b. Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan Keuangan untuk tujuan umum oleh
entitas yang bukan merupakan entitas pelaporan.
pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi
atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan keuangan
meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang
disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan.
B. Fungsi Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar rinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas
Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan umum.
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. setiap posdalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silangdengan
informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan.Catatan atas Laporan Keuangan
dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas
hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan.
Oleh karena itu, Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat
mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Untuk menghindari
kesalahpahaman, catata atas laporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana perkembangan posisi dan kondisi keuangan/fiskal
entitas pelaporan serta bagaimana hal tersebut tercapai sehingga memudahkan pengguna dalam
memahami laporan keuangan.
Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca laporan keuangan.
Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran mempunyai potensi kesalahpahaman dalam
memahami konsep akuntansi akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor
komersial cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan.
Untuk itu, diperlukan pembahasan umum dan referensi ke pos-pos laporan keuangan menjadi
penting bagi pembaca laporan keuangan. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan
akuntansi yang diterapkan akan membantu pembaca untuk dapat menghindari kesalahpahaman
dalam membaca laporan keuangan.
Kebijakan fiskal yang perlu di uangkapkan dalam catatn atas laporan keuangan adalah
kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan pendapatan, efesiensi belanja, dan penentuan
sumber atau pengguna pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan
penyusunan APBD,sasaran, program dan prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi
/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar surat utang Negara.
Kondisi ekonomi makro yang perlu di uangkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan APBD
berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro tersebut antara lain produk domestik
bruto/produk harga minyak, tingkat suku bunga, dan neraca pembayaran.
Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan mengikuti standar
berlaku yang mengatur tentang pengungkapan untuk pos-pos yang berhubungan. Misalnya,
pernyataan standar akuntansi pemerintah tentang persediaan mengharuskan pengungkapan
kebijakan akuntansi yang di gunakan dalam pengukuran persediaan.Untuk memudahkan
pembaca laporan, pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan dapat di sajikan secara
narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengiktisarkan seacara
ringkas dan padatkondisi dan posisi keuangan entitas laporan.
C. Dasar Penyajian Laporan Keuangan dan Pengungkapan Kebijakan Akuntansi
Keuangan
Dalam menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan
dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan akuntansi.Beberapa rujukan yang paling umum
dan karenanya paling mengikat sebagai dasar hukum penyajian laporan keuangan adalah, antara
lain tetapi tidak terbatas pada:
1) Pasal 23 ayat (1) UUD 1945
2) Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara
3) Pasal yang mengangkut pertanggungjawaban dari Undang-undang tentang APBN dan
Perda APBD
4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
5) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2003 tentang.
Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu mendasari penyusunan laporan
keuangan, biasanya tidak diungkapkan secara spesifik.Pengungkapan diperlukan jika tidak
mengikuti asumsi atau konsep tersebut disertai alasan dan penjelasan.
Sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, asumsi dasar dalam
pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu
kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
(a) Asumsi kemandirian entitas;
(b) Asumsi kesinambungan entitas; dan
(c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
Asumsi kemandirian entitas berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit
yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak
terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi
terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan
melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan
aset dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas
kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat
keputusan entitas, serta terlaksana tidaknya program yang telah ditetapkan.
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan
likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan
dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis
dan pengukuran dalam akuntansi.
D. Pengungkapan Kebijakan Akuntansi Keuangan
Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan danmenjelaskan prinsip-
prinsip akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang
secara material mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan
Arus Kas. Pengungkapan juga harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil
dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai.
Secara umum, kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan Keuangan menjelaskan hal-hal
berikut ini:
(a) Entitas pelaporan;
(b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
(c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;
(d) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan-
ketentuan masa transisi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan oleh suatu
entitas pelaporan;
(e) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.
Pengungkapan entitas pelaporan yang membentuk suatu laporan keuangan untuk tujuan
umum akan sangat membantu pembaca laporan untuk dapat memahami informasi keuangan
yang disajikan pada laporan keuangan. Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam
menganalisis informasi yang ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas pelaporan dan
komponennya mempunyai potensi kesalahpahaman pembaca dalam mengidentifikasi
permasalahan yang ada.
Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah menyarankan
penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan keuangan pemerintah, pernyataan
penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan keuangan pemerintah semestinya
diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk
pernyataan kesesuaiannya dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Hal ini
akanmemudahkan pembaca laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera
pada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai contoh, penjelasan mengenai basis akuntansi ini adalah sebagai berikut.
a) Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBN/D yaitu basis kas,
b) Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal ini aset, kewajiban, dan
ekuitas dana, yaitu basis akrual.
Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basis–basis pengukuran yang digunakan
sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan. Apabila lebih dari satu basis pengukuran
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang disajikan harus cukup
memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan basis pengukuran
tersebut.
Dalam menentukan perlu tidaknya suatu kebijakan akuntansi diungkapkan, manajemen
harus mempertimbangkan manfaat pengungkapan tersebut dalam membantu pengguna untuk
memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan-kebijakan
akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-
hal sebagai berikut:
(a) Pengakuan pendapatan;
(b) Pengakuan belanja;
(c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
(d) investasi;
(e) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud
(f) Kontrak-kontrak konstruksi;
(g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
(h) Kemitraan dengan pihak ketiga;
(i) Biaya penelitian dan pengembangan;
(j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
Dalam hal menguraikan kebijakan akuntansi tentang aset lancar, khususnya Pesediaan,
misalnya, bagian ini dapat berisikan uraian sebagai berikut:
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang ataui perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan oeprasional pemerintah, dan barang-barang dimaksdukan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan dicatat di neraca berdasarkan:
· harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian,
· harga standar apabila diperoleh dengan memprodukdsi sendiri,
· harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lain seperti
donasi/rampasan.
(k) Pembentukan dana cadangan;
(l) Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
(m) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
Setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan- kegiatan dan kebijakan-kebijakan
yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan
informasi untuk pengakuan pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran
wajib,
Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pos-pos yang disajikan
dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Pernyataan Standar ini.
Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu disesuaikan dengan kondisi entitas
pelaporan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi
entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan.
Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi yang paling tepat dan
penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:
a. Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut seharusnya diakui dalam penyusunan
laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau
disembunyikan.
b. Substansi Mengungguli Bentuk Formal
Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai dengan hakekat
transaksi dan realita kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau kejadian.
c. Materialitas
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup material yang
mempengaruhi evaluasi atau keputusan- keputusan.
Contoh penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang mencakup pendapatan, belanja,
pembiayaan, aset, kewajiban dan ekuitas dana adalah sebagai berikut:
a) Pengakuan Pendapatan pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara/Daerah
b) Pengakuan Belanja pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Negara/Daerah
c) Pengakuan Pembiayaan pada saat kas diterima pada/ keluar dari Kas Umum
Negara/Daerah
d) Jenis-jenis sumber daya/kekayaan yang dapat dikelompokkan sebagai aset secara umum
dan aset secara khusus yang terdiri dari aset lancar, investasi, aset tetap, dana cadangan. Selain
itu, dalam bagian ini pun diuraikan cara penilaiannya.
e) Jenis-jenis kewajiban yang dapat dikelompokkan kewajiban jangka pendek dan kewajiban
jangka panjang. Mengingat instrumen keuangan yang berkaitan dengan kewajiban jangka
panjang mengandung kompleksitas yang masih belum banyak diketahui awam, bagian ini perlu
ditambahi dengan penjelasan mengenai aspek-aspek khusus yang berkaitan dengan berbagai
instrumen hutang jangka panjang seperti obligasi dan lain-lain.
f) Penjelasan mengenai Ekuitas Dana harus meyakinkan bahwa ekuitas dana merupakan
kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dengan utang pemerintah. Selanjutnya
dijelaskan bahwa Ekuitas Dana lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan ekuitas Dana Cadangan.
g) Penjelasan mengenai Ekuitas Dana harus meyakinkan bahwa ekuitas dana merupakan
kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dengan utang pemerintah. Selanjutnya
dijelaskan bahwa Ekuitas Dana lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan ekuitas Dana Cadangan.
h) Penjelasan mengenai Ekuitas Dana harus meyakinkan bahwa ekuitas dana merupakan
kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dengan utang pemerintah. Selanjutnya
dijelaskan bahwa Ekuitas Dana lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan ekuitas Dana Cadangan.
E. Informasi yang Termuat Pada Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan
keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen- komitmen lainnya.
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan
keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain:
(a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian
target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target;
(b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
(c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya;
(d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan
(e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan
penerapan basis kas;
(f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Secara lengkap informasi yang harus di muat pada catatan Atas Laporan keuangan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan yang dipertegas dengan Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2006 tentang
laporan keuangan dan kinerja pemerintah dan peraturan menteri dalam negeri Nomor13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
1.1. Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan
Memuat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan.
1.2. Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan.
Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai
landasan hukum penyusunan laporan keuangan.
1.3. Sistematika penulisan Catatan atas Laporan Keuangan.
Memuat penjelasan mengenai sistematika isi catatan atas laporan keuangan
Bab II Ekonomi Makro, kebijakan keuangan, dan pencapaian target kinerja APBD
2.1. Ekonomi makro
Memuat penjelasan mengenai asumsi makro ekonomi yang mendasari penyusunan
laporan keuangan. Informasi yang disajikan memuat tentang posisi dan kondisi ekonomi makro
periode berjalan di bandingkan dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan anggaran
pertama kali dan penjelasan-penjelasan atas perubahan anggaran yang di lakukan.
2.2. Kebijakan keuangan
Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan dalam penyusunan laporan
realisasi anggaran dan neraca daerah. Informasi yang di sajikan memuat tentang posisi dan
kondisi keuangan periode berjalan di bandingkan dengan periode sebelumnya dibandingkan
dengan anggaran sehubungan dengan realisasi anggaran.
2.3. Indikator pencapaian target kinerja APBD
Memuat penjelasan mengenai indikator pencapain target kinerja APBD, berupa
indikator program dan kegiatan yang di laksanakan pada tahun pelaporan. Indikator pencapaian
target menyajikan informasi tentang pencapaian efektifitas dan efesiensi program dan kegiatan
yang dilaksanakan.
Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja Keuangan
3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan.
Memuat ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja APBD, berupa realisasi
pencapaian efektifitas dan efesiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan.
3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah di tetapkan.
Memuat hambatan dan kendala yang di hadapi dalam pencapaian target kinerja
yang telah ditetapkan, baik kendala dan hambatan yang bersifat dapat dikendalikan maupun yang
tidak dapat di kendalikan (force majeur)
Bab IV Kebijakan Akuntansi
4.1. Entitas Akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah
Memuat informasi tentang entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan
daerah.
4.2. Basis Akuntansi yang mendasari peyusunan laporan keuangan
Memuat informasi tentang basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan
keuangan daerah.
4.3. Basis pengukuran yang mendasari peyusunan laporan keuangan
Memuat informasi tentang basis pengukura atas penyusunan pos-pos laporan keuangan
daerah.
4.4. Penerapan Kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam standar
pemerintah
Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang telah diterapkan dan kebijakan
akuntansi yang belum di terapkan sesuai dengan ketantuan yang ada dalam Standar Akuntansi
Pemerintah dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Bab V Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan
5.1 Rincian dan penjelasan masing-msing pos-pos Laporan Keuangan
5.1.1 Pendapatan
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos pendapatan:
a. Pendapatan Asli Daerah.
b. Dana perimbangan.
c. Lain-lain pendapatan yang sah.
5.1.2 Belanja
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos belanja:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja modal
d. belanja bunga
e. Belanja subsidi
f. Belanja hibah
g. Belanja sosial
h. Belanja bagi hasil
i. Belanja tidak terduga
5.1.3 Pembiayaan
5.1.4 Aset
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos aset:
a. Aset lancar
b. Investasi jangka panjang
c. Aset tetap
d. Dana cadangan
e. Aset lain-lain
5.1.5 Kewajiban
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos kewajiban:
a. Kewajiban jangka pendek
b. Kewajiban jangka panjang
5.1.6 Ekuitas Dana
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos ekuitas dana:
a. Ekuitas dana lancar
b. Ekuitas dana investasi
c. Ekuitas dana cadangan
5.2. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerpaan basis
kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual.
Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang di haruskan oleh pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintah. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan
penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual. Rekonsiliasi
ditunjuk untuk menyajikan hubungan antara laporan kinerja keuangan dengan laporan realisasi
anggaran. Laporan rekonsiliasi dimulai dengan penambahan atau pengukuran ekuitas yang
berasal dari lapoaran kinerja yang disusun berdasarkan basis akrual.
Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi non keuangan
Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian maupun dari
laporan keuangan yaitu:
a. Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut berada.
b. Penjelasan mengena sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya.
c. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi kegiatan operasionalnya.
d. Penggantian manajemen pemerintah selama tahun berjalan.
e. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru.
f. Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada neraca
g. SPenggabunagan atau pemekaran entitas pada tahun berjalan.
h. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang harus
ditanggung pemerintah.
Bab VII Penutup
Memuat uraian penutup yang dapat berupa simpulan-simpulan penting tentang laporan
keuangan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010
TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah adalah pemerintah pusat
dan pemerintah daerah. 2. Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta
penginterpretasian atas hasilnya. 3. Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat
SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah. 4. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya
disingkat PSAP, adalah SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. 5. Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah konsep dasar penyusunan dan pengembangan
Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam
mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan. 6. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang
selanjutnya disingkat IPSAP, adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut atas PSAP.
7. Buletin . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 3
7. Buletin Teknis SAP adalah informasi yang berisi penjelasan teknis akuntansi sebagai pedoman
bagi pengguna. 8. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset,
utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang
ditetapkan dalam APBN/APBD. 9. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah SAP yang
mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan
ekuitas dana berbasis akrual. 10. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya
disingkat KSAP, adalah komite sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara yang bertugas menyusun SAP. 11. Sistem Akuntansi Pemerintahan
adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk
mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di
lingkungan organisasi pemerintah.
Pasal 2 (1) SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP. (2) SAP dilengkapi dengan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
Pasal 3 (1) PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dilengkapi dengan IPSAP
dan/atau Buletin Teknis SAP.
(2) IPSAP . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 4
(2) IPSAP dan Buletin Teknis SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan diterbitkan
oleh KSAP dan diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan. (3)
Rancangan IPSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum IPSAP diterbitkan.
BAB II PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Pasal 4 (1) Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual. (2) SAP Berbasis Akrual sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam bentuk PSAP. (3) SAP Berbasis Akrual sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. (4)
PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 5 (1) Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (2), perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. (2) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun oleh KSAP sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam
penyusunan SAP.
(3) Rancangan . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 5
(3) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh KSAP
kepada Menteri Keuangan. (4) Menteri Keuangan menyampaikan usulan rancangan perubahan
PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk mendapat
pertimbangan.
Pasal 6 (1) Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan yang mengacu pada SAP. (2)
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. (3) Sistem
Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan
gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
(4) Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam
Negeri.
Pasal 7 (1) Penerapan SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dapat
dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi
penerapan SAP Berbasis Akrual. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis
Akrual secara bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pemerintah pusat diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pemerintah daerah
diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Pasal 8 . . .
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 6
Pasal 8 (1) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dinyatakan
dalam bentuk PSAP. (2) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. (3) PSAP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Pemerintah ini.
BAB III KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4503) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; dan
2. Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penyelenggaraan akuntansi
pemerintahan sepanjang belum diubah dan tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini,
dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 10
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar . . .