PSAP 03 & 04

40
PSAP NOMOR 03 TENTANG LAPORAN ARUS KEUANGAN A. Pengertian Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas melalui kas umum negara/kas daerah selama periode tertentu. Pada dasarnya aktivitas keuangan pemerintah sebagian besar merupakan penerimaan dan pengeluaran kas negara/daerah dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran yang ditetapkan. Bahkan penentuan adanya hak dan kewajiban pemerintah diakui pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari kas umum negara/kas daerah. Hal ini sesuai dengan basis yang dianut yaitu basis kas menuju akrual. Laporan Arus Kas menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas. Arus kas masuk dapat berasal dari penerimaan tunai pendapatan, penjualan aset tetap, pencairan dana cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman bahkan penerimaan atas potongan pembayaran yang dilakukan pemerintah (PFK). Arus kas keluar misalnya pembayaran tunai belanja pegawai, belanja modal, pembayaran cicilan hutang, pemberian pinjaman, pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah, dan penyetoran kepada pihak ketiga (PFK) atas pemotongan yang telah dilakukan. Penerimaan dan pengeluaran kas dalam Laporan Arus Kas disajikan berdasarkan aktivitas-aktivitas keuangan pemerintahan.

description

PSAP 03 dan PSAP 04

Transcript of PSAP 03 & 04

PSAP NOMOR 03 TENTANG LAPORAN ARUS KEUANGAN

A. Pengertian Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai penerimaan

dan pengeluaran kas melalui kas umum negara/kas daerah selama periode tertentu. Pada

dasarnya aktivitas keuangan pemerintah sebagian besar merupakan penerimaan dan pengeluaran

kas negara/daerah dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran yang ditetapkan. Bahkan penentuan

adanya hak dan kewajiban pemerintah diakui pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari kas

umum negara/kas daerah. Hal ini sesuai dengan basis yang dianut yaitu basis kas menuju akrual.

Laporan Arus Kas menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas. Arus

kas masuk dapat berasal dari penerimaan tunai pendapatan, penjualan aset tetap, pencairan dana

cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman bahkan penerimaan atas

potongan pembayaran yang dilakukan pemerintah (PFK). Arus kas keluar misalnya pembayaran

tunai belanja pegawai, belanja modal, pembayaran cicilan hutang, pemberian pinjaman,

pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah, dan penyetoran kepada pihak ketiga

(PFK) atas pemotongan yang telah dilakukan.

Penerimaan dan pengeluaran kas dalam Laporan Arus Kas disajikan berdasarkan

aktivitas-aktivitas keuangan pemerintahan. Penerimaan dan pengeluaran dikelompokkan

berdasarkan aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut terdiri dari aktivitas operasi, investasi aset

nonkeuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas nonanggaran. Hal ini berbeda dengan

penyajian yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Pada dasarnya penerimaan dan pengeluaran yang tercantum dalam Laporan Arus Kas

sama dengan penerimaan dan pengeluaran yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Pendapatan dan belanja juga penerimaan dan pengeluaran pembiayaan seperti yang tercantum

dalam Laporan Realisasi Anggaran diakui berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas di kas

negara/daerah. Hal ini disebabkan basis yang dianut dalam penyajian Laporan Realisasi

Anggaran yaitu basis kas.

Akan tetapi ada transaksi keuangan pemerintah yang menimbulkan penerimaan dan

pengeluaran kas tetapi tidak dianggarkan. Artinya transaksi tersebut tidak tercantum dalam

Laporan Realisasi Anggaran. Transaksi atau aktivitas ini disebut transaksi nonanggaran.

Transaksi ini sebenarnya merupakan penerimaan kas untuk dan atas nama pihak lain yang harus

diserahkan kepada pihak tersebut. Oleh karena itu transaksi ini disebut transaksi perhitungan

pihak ketiga (PFK). Misalnya, pemerintah daerah diwajibkan memungut pajak penghasilan atas

pembayaran gaji atau honor yang dilakukan. Pemungutan tersebut untuk dan atas nama

Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak) dan harus disetor kepada Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak).

Transaksi ini merupakan arus masuk dan keluar kas dan mempengaruhi posisi kas tetapi tidak

masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Transaksi nonanggaran menjadi faktor yang membedakan substansi Laporan Realisasi

Anggaran dan Laporan Arus Kas. Hal lain yang membedakan adalah penyajian. Penerimaan dan

pengeluaran kas dalam Laporan Realisasi Anggaran diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja

sedangkan penyajian dalam Laporan Arus Kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas keuangan

pemerintahan.

Pengertian kas dan setara kas yang ada dalam Laporan Realisasi Anggaran sama dengan

pengertian kas dan setara kas dalam neraca. Dalam Laporan Arus Kas terdapat tiga jenis kas

yang mempunyai nama dan jenis yang sama dalam neraca. Jenis kas dan setara kas yang

dimaksud untuk Pemda adalah Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran, dan Kas di

Bendahara Penerimaan. Saldo-saldo yang ditunjukkan dalam Laporan Arus Kas harus

menunjukkan jumlah yang sama dalam neraca.

B. Manfaat Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas bermanfaat untuk berbagai kepentingan. Informasi arus masuk dan

keluar kas dalam Laporan Arus Kas berguna untuk melihat transaksi kas di masa lalu dan

memprediksi arus kas di masa yang akan datang. Dalam paragraf 5, 6, dan 7 PSAP 03

mengungkapkan bahwa Laporan Arus Kas berguna:

1. Sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk

menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.

2. ebagai alat pertanggung-jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode

pelaporan.

3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam

mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan

struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).

Realisasi arus kas dapat dijadikan sebagai indikator arus kas di masa yang akan datang.

Kejadian yang akan datang dapat diperkirakan dari realisasi yang terjadi saat ini. Perkiraan atau

prediksi ini akan lebih baik kalau didasarkan pada data masa lalu lebih dari satu.

Arus kas merupakan transaksi penting dalam pemerintahan. Arus kas keluar dan masuk

merupakan prediksi sebelum terjadi. Sebuah Laporan Arus Kas menunjukkan realisasi arus kas

yang diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu, Laporan Arus Kas yang disusun dapat dijadikan

untuk menilai kecermatan taksiran yang telah dibuat sebelumnya.

Penerimaan dan penggunaan kas sebenarnya direncanakan dan disepakati dari awal. Oleh

karena itu penyajian laporan Arus Kas juga merupakan bentuk pertanggungjawaban.

Laporan Arus Kas sebagai pertanggungjawaban terkait juga dengan fungsi yang

menyajikannya. Laporan Arus Kas dibuat oleh unit yang memegang fungsi perbendaharaan.

Fungsi perbendaharaan yang dimaksud adalah Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum

Daerah sehingga merupakan bentuk pertanggungjawaban Bendahara Umum Negara/Bendahara

Umum Daerah.

Informasi mengenai arus kas juga dapat dijadikan bahan evaluasi aktiva bersih atau

ekuitas. Peningkatan jumlah kas akan meningkatkan juga ekuitas. Kas di Kas Daerah dan Kas di

Bendahara Pengeluaran dalam konteks Pemda akan dapat dilihat dalam rekening kelompok

ekuitas yaitu SiLPA. Sementara itu, Kas di Bendahara Penerimaan juga dapat dilihat dalam

kelompok ekuitas tetapi dengan nama akun Pendapatan Ditangguhkan. Hal ini merupakan

pencerminan konsep rekening yang saling menyeimbangkan (self balancing account).

Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan,

dan non anggaran memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk

menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi

tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi, investasi

aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.

Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya

transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran

pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga

utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.

Bentuk dan struktur Laporan Arus Kas merupakan kerangka atau acuan dalam penyajian

Laporan Arus Kas. Bentuknya terdiri dari uraian berbagai aktivitas yang disajikan secara stafel

diurutkan dari atas ke bawah. Penyajian didahului dengan arus kas masuk dan keluar berbagai

aktivitas. Kemudian disajikan saldo awal dan saldo akhir kas.

Struktur Laporan Arus Kas terdiri dari arus masuk dan keluar kas berbagai aktivitas.

Dari arus masuk dan arus masuk setiap aktivitas akan diperoleh arus kas bersih dari setiap

aktivitas. Arus kas bersih setiap aktivitas dijumlahkan sehingga diperoleh kenaikan atau

penurunan kas. Jika arus penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas positif berarti ada kenaikan

kas. Sebaliknya jika penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas negatif maka terjadi penurunan

kas. Kenaikan atau penurunan kas akan ditambahkan dengan saldo akhir sehingga diperoleh

saldo akhir. Saldo akhir yang dihasilkan dari penjumlahan ini harus sama dengan yang tercatat di

neraca untuk masing-masing akun yang berkaitan.

Aktivitas yang dijadikan dasar dalam penyajian Laporan Arus Kas terdiri dari aktivitas

operasi, aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Aktivitas operasi adalah aktivitas

penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama

satu periode akuntansi.

Aktivitas investasi aset nonkeuangan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas

yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap dan aset nonkeuangan lainnya.

Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan

komposisi investasi jangka panjang, piutang jangka panjang, dan utang pemerintah sehubungan

dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran. Aktivitas nonanggaran adalah

aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan,

belanja, transfer, dan pembiayaan pemerintah.

Aktivitas-aktivitas dalam penyajian Laporan Arus Kas diuraikan lebih rinci sebagai

berikut:

1. Aktivitas Operasi

Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan

operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas

operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.

Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:

1. Penerimaan Perpajakan;

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);

3. Penerimaan Hibah;

4. Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya; dan

5. Transfer masuk.

Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk pengeluaran:

1. Belanja Pegawai;

2. Belanja Barang;

3. Bunga;

4. Subsidi;

5. Bantuan Sosial;

6. Hibah;

7. Belanja Lain-lain; dan

8. Transfer keluar.

Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama dengan

persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat berharga tersebut

diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.

Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu entitas lain, yang

peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja, penyertaan modal, atau untuk

membiayai aktivitas periode berjalan, maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan

sebagai aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

2. Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan

Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan mencerminkan penerimaan dan

pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang

bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di

masa yang akan datang.

Arus masuk kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari:

1. Penjualan Aset Tetap;

2. Penjualan Aset Lainnya.

Arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari :

1. Perolehan Aset Tetap;

2. Perolehan Aset Lainnya.

3. Aktivitas Pembiayaan

Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto

sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk

memprediksi klaim pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap

pihak lain di masa yang akan datang.

Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:

1. Penerimaan Pinjaman;

2. Penjualan Surat Utang Negara Pemerintah;

3. Hasil Privatisasi Perusahaan Negara/Daerah;

4. Penjualan Investasi Jangka Panjang Lainnya; dan

5. Pencairan Dana Cadangan.

Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:

1. Pembayaran Cicilan Pokok Utang;

2. Pembayaran Obligasi Pemerintah;

3. Penyertaan Modal Pemerintah;

4. Pemberian Pinjaman Jangka Panjang; dan

5. Pembentukan Dana Cadangan.

4. Aktivitas Nonanggaran

Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas

bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus

kas dari aktivitas nonanggaran antara lain Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman uang.

PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah

Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes.

Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.

Arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputi penerimaan PFK dan kiriman uang

masuk. Sedangkan, arus keluar kas dari aktivitas nonanggaran meliputi pengeluaran PFK dan

kiriman uang keluar.

C. Metode Penyusunan Laporan Arus Kas

Ada dua bentuk penyajian laporan arus kas, yaitu metode langsung dan tidak langsung.

Perbedaan keduanya ada pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode

langsung, arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar.

Arus kas masukdan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran

kas, sedangkan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan cara

mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya

penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena pelepasan investasi.

Berikut ini diberikan contoh bentuk laporan arus kas dengan metode langsung dan metode tidak

langsung.

Metode Langsung

PT ABC

LAPORAN ARUS KAS

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007

(dalam Rupiah)

 Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :  

Kas yang diterima dari pelanggan 951.000

Dikurangi :

Kas untuk membeli persediaan 555.200

Kas untuk membayar biaya operasi 259.800

Kas untuk membayar biaya bunga 14.000

Kas untuk membayar pajak 29.000

858.000

Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000

 Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :  

Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000

Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)

(82.000)

Aliran kas bersih untuk kegiatan investasi

 Aliran kas dari kegiatan keuangan :  

Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000

Dikurangi :

Kas untuk membayar dividen 23.000

Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000

148.000

Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000

Kenaikan kas 23.000

Saldo kas pada awal tahun 26.000

Saldo kas pada akhir tahun 49.000

Dari laporan diatas terlihat bahwa arus kas yang berasal dari kegiatan operasional dirinci menjadi

penerimaan dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional dan pengeluaran kas

untuk berbagai kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan investasi dan keuangan juga dirinci

menurut jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan timbulnya penerimaan dan pengeluaran kas.

Sementara jika kita lihat contoh di bawah ini arus kas dari kegiatan operasional tidak dirinci

menurut sumber dan jenis penggunaannya, melainkan net income dikoreksi sehingga net income

tersebut berubah menjadi net cashflows dari operasi.

Metode Tidak Langsung

Metode Tidak LangsungPT ABCLAPORAN ARUS KASUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007(dalam Rupiah)

 Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :  Laba bersih menurut laporan laba rugi 90.500Ditambah :Biaya depresiasi 18.000Penurunan persediaan kantor 8.000Kenaikan hutang jangka pendek 16.800Kenaikan hutang biaya 1.200

44.000Dikurangi :Kenaikan biaya dibayar dimuka 1.000Kenaikan piutang usaha 9.000Penurunan hutang pajak 1.500Laba penjualan aktiva tetap 30.000

41.500Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000 Aliran kas yang berasal dari kegiatan  

investasi :Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000

Kas keluar untuk membeli peralatan(157.000)

(82.000)

Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan investasi Aliran kas dari kegiatan keuangan :  Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000Dikurangi :Kas untuk membayar dividen 23.000

Kas untuk membayar hutang obligasi125.000

148.000Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000Kenaikan kas 23.000Saldo kas pada awal tahun 26.000Saldo kas pada akhir tahun 49.000

PSAP NOMOR 04 TENTANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

A. Tujuan dan Ruang Lingkup

Tujuan Pernyataan Standar ini mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada

Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan ruang lingkupnya adalah

Pernyataan Standar ini harus diterapkan pada:

a.    Laporan Keuangan untuk tujuan umum oleh entitas pelaporan;

b.    Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan Keuangan untuk tujuan umum oleh

entitas yang bukan merupakan entitas pelaporan.

pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi 

atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan keuangan

meliputi laporan keuangan yang disajikan  terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang

disajikan dalam dokumen  publik lainnya seperti laporan tahunan.

B. Fungsi Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar rinci atau analisis atas nilai

suatu pos yang disajikan dalam laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas

Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai

bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan umum.

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. setiap posdalam Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca, Dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silangdengan

informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan.Catatan atas Laporan Keuangan

dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas

hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan.

Oleh karena itu, Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat

mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Untuk menghindari

kesalahpahaman, catata atas laporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana perkembangan posisi dan kondisi keuangan/fiskal

entitas pelaporan serta bagaimana hal tersebut tercapai sehingga memudahkan pengguna dalam

memahami laporan keuangan.

Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca laporan keuangan.

Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran mempunyai potensi kesalahpahaman dalam

memahami konsep akuntansi akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor

komersial cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan.

Untuk itu, diperlukan pembahasan umum dan referensi ke pos-pos laporan keuangan menjadi

penting bagi pembaca laporan keuangan. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan

akuntansi yang diterapkan akan membantu pembaca untuk dapat menghindari kesalahpahaman

dalam membaca laporan keuangan.

Kebijakan fiskal yang perlu di uangkapkan dalam catatn atas laporan keuangan adalah

kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan pendapatan, efesiensi belanja, dan penentuan

sumber atau pengguna pembiayaan. Misalnya penjabaran rencana strategis dalam kebijakan

penyusunan APBD,sasaran, program dan prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi

/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar surat utang Negara.

Kondisi ekonomi makro yang perlu di uangkapkan dalam catatan atas laporan keuangan

adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan APBD

berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro tersebut antara lain produk domestik

bruto/produk harga minyak, tingkat suku bunga, dan neraca pembayaran.

Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan mengikuti standar

berlaku yang mengatur tentang pengungkapan untuk pos-pos yang berhubungan. Misalnya,

pernyataan standar akuntansi pemerintah tentang persediaan mengharuskan pengungkapan

kebijakan akuntansi yang di gunakan dalam pengukuran persediaan.Untuk memudahkan

pembaca laporan, pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan dapat di sajikan secara

narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengiktisarkan seacara

ringkas dan padatkondisi dan posisi keuangan entitas laporan.

C. Dasar Penyajian Laporan Keuangan dan  Pengungkapan Kebijakan Akuntansi

Keuangan

Dalam menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan akuntansi.Beberapa rujukan yang paling umum

dan karenanya paling mengikat sebagai dasar hukum penyajian laporan keuangan adalah, antara

lain tetapi tidak terbatas pada:

1)      Pasal 23 ayat (1) UUD 1945

2)      Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara

3)      Pasal yang mengangkut pertanggungjawaban dari Undang-undang tentang APBN dan

Perda APBD

4)      Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

5)      Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem

Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

6)      Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2003 tentang.

Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu mendasari penyusunan laporan

keuangan, biasanya tidak diungkapkan secara spesifik.Pengungkapan diperlukan jika tidak

mengikuti asumsi atau konsep tersebut disertai alasan dan penjelasan.

Sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, asumsi dasar dalam

pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu

kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:

(a)    Asumsi kemandirian entitas;

(b)   Asumsi kesinambungan entitas; dan

(c)    Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).

Asumsi kemandirian entitas berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit

yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak

terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi

terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan

melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan

aset dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas

kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat

keputusan entitas, serta terlaksana tidaknya program yang telah ditetapkan.

Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut

keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan

likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.

Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan

dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis

dan pengukuran dalam akuntansi.

D. Pengungkapan Kebijakan Akuntansi Keuangan

Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan danmenjelaskan prinsip-

prinsip akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang

secara material mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan

Arus Kas. Pengungkapan juga harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil

dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai.

Secara umum, kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan Keuangan menjelaskan hal-hal

berikut ini:

(a)    Entitas pelaporan;

(b)   Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;

(c)    Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;

(d)   sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan-

ketentuan masa transisi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan oleh suatu

entitas pelaporan;

(e)    setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.

Pengungkapan entitas pelaporan yang membentuk suatu laporan keuangan untuk tujuan

umum akan sangat membantu pembaca laporan untuk dapat memahami informasi keuangan

yang disajikan pada laporan keuangan. Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam

menganalisis informasi yang ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas pelaporan dan

komponennya mempunyai potensi kesalahpahaman pembaca dalam mengidentifikasi

permasalahan yang ada.

Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah menyarankan

penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan keuangan pemerintah, pernyataan

penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan keuangan pemerintah semestinya

diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk

pernyataan kesesuaiannya dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Hal ini

akanmemudahkan pembaca laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera

pada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai contoh, penjelasan mengenai basis akuntansi ini adalah sebagai berikut.

a)      Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBN/D yaitu  basis kas,

b)      Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal ini aset, kewajiban, dan

ekuitas dana, yaitu basis akrual.

Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basis–basis pengukuran yang digunakan

sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan. Apabila lebih dari satu basis pengukuran

digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang disajikan harus cukup

memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan basis pengukuran

tersebut.

Dalam menentukan perlu tidaknya suatu kebijakan akuntansi diungkapkan, manajemen

harus mempertimbangkan manfaat pengungkapan tersebut dalam membantu pengguna untuk

memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan-kebijakan

akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-

hal sebagai berikut:

(a)    Pengakuan pendapatan;

(b)   Pengakuan belanja;

(c)    Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;

(d)   investasi;

(e)    Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud

(f)    Kontrak-kontrak konstruksi;

(g)   Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;

(h)   Kemitraan dengan pihak ketiga;

(i)     Biaya penelitian dan pengembangan;

(j)     Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;

Dalam hal menguraikan kebijakan akuntansi tentang aset lancar, khususnya Pesediaan,

misalnya, bagian ini dapat berisikan uraian sebagai berikut:

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang ataui perlengkapan yang dimaksudkan

untuk mendukung kegiatan oeprasional pemerintah, dan barang-barang dimaksdukan

untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan dicatat di neraca berdasarkan:

·         harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian,

·         harga standar apabila diperoleh dengan memprodukdsi sendiri,

·         harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lain seperti

donasi/rampasan.

(k)   Pembentukan dana cadangan;

(l)     Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;

(m) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.

Setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan- kegiatan dan kebijakan-kebijakan

yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan

informasi untuk pengakuan pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran

wajib,

Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pos-pos yang disajikan

dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan

kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Pernyataan Standar ini.

Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu disesuaikan dengan kondisi entitas

pelaporan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi

entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan.

Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi yang paling tepat dan

penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:

a.       Pertimbangan Sehat

Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut seharusnya diakui dalam penyusunan

laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau

disembunyikan.

b.      Substansi Mengungguli Bentuk Formal

Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai dengan hakekat

transaksi dan realita kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau kejadian.

c.       Materialitas

Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup material yang

mempengaruhi evaluasi atau keputusan- keputusan.

Contoh penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang mencakup pendapatan, belanja,

pembiayaan,  aset, kewajiban dan ekuitas dana adalah sebagai berikut:

a)      Pengakuan Pendapatan pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara/Daerah

b)      Pengakuan Belanja pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Negara/Daerah

c)      Pengakuan Pembiayaan pada saat kas diterima pada/ keluar dari Kas Umum

Negara/Daerah

d)     Jenis-jenis sumber daya/kekayaan yang dapat dikelompokkan sebagai aset secara umum

dan aset secara khusus yang  terdiri dari aset lancar, investasi, aset tetap, dana cadangan. Selain

itu, dalam bagian ini pun diuraikan cara penilaiannya.

e)      Jenis-jenis kewajiban yang dapat dikelompokkan kewajiban jangka pendek dan kewajiban

jangka panjang. Mengingat instrumen keuangan yang berkaitan dengan kewajiban jangka

panjang mengandung kompleksitas yang masih belum banyak diketahui awam, bagian ini perlu

ditambahi dengan penjelasan mengenai aspek-aspek khusus yang berkaitan dengan berbagai

instrumen hutang jangka panjang seperti obligasi dan lain-lain.

f)       Penjelasan mengenai Ekuitas Dana harus meyakinkan bahwa ekuitas dana merupakan

kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dengan utang pemerintah. Selanjutnya

dijelaskan bahwa Ekuitas Dana lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan ekuitas Dana Cadangan.

g)      Penjelasan mengenai Ekuitas Dana harus meyakinkan bahwa ekuitas dana merupakan

kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dengan utang pemerintah. Selanjutnya

dijelaskan bahwa Ekuitas Dana lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan ekuitas Dana Cadangan.

h)      Penjelasan mengenai Ekuitas Dana harus meyakinkan bahwa ekuitas dana merupakan

kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dengan utang pemerintah. Selanjutnya

dijelaskan bahwa Ekuitas Dana lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan ekuitas Dana Cadangan.

E.  Informasi yang Termuat Pada Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai

suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.

Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang

diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta

pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan

keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen- komitmen lainnya.

Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan

keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain:

(a)    Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian

target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam

pencapaian target;

(b)   Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;

(c)    Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan

akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting

lainnya;

(d)   Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan

(e)    Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan

dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan

penerapan basis kas;

(f)    Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak

disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Secara lengkap informasi yang harus di muat pada catatan Atas Laporan keuangan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan yang dipertegas dengan Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2006 tentang

laporan keuangan dan kinerja pemerintah dan peraturan menteri dalam negeri Nomor13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah adalah sebagai berikut:

Bab I        Pendahuluan

1.1.      Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan

Memuat penjelasan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan.

1.2.      Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan.

Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai

landasan hukum penyusunan laporan keuangan.

1.3.      Sistematika penulisan Catatan atas Laporan Keuangan.

Memuat penjelasan mengenai sistematika isi catatan atas laporan keuangan

Bab II       Ekonomi Makro, kebijakan keuangan, dan pencapaian target kinerja APBD

         2.1.   Ekonomi makro

Memuat penjelasan mengenai asumsi makro ekonomi yang mendasari penyusunan

laporan keuangan. Informasi yang disajikan memuat tentang posisi dan kondisi ekonomi makro

periode berjalan di bandingkan dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan anggaran

pertama kali dan penjelasan-penjelasan atas perubahan anggaran yang di lakukan.

         2.2.   Kebijakan keuangan

         Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan dalam penyusunan laporan

realisasi anggaran dan neraca daerah. Informasi yang di sajikan memuat tentang posisi dan

kondisi keuangan periode berjalan di bandingkan dengan periode sebelumnya dibandingkan

dengan anggaran sehubungan dengan realisasi anggaran.

         2.3.   Indikator pencapaian target kinerja APBD

                       Memuat penjelasan mengenai indikator pencapain target kinerja APBD, berupa

indikator program dan kegiatan yang di laksanakan pada tahun pelaporan. Indikator pencapaian

target menyajikan informasi tentang pencapaian efektifitas dan efesiensi program dan kegiatan

yang dilaksanakan. 

Bab III     Ikhtisar pencapaian kinerja Keuangan

         3.1.   Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan.

                   Memuat ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja APBD, berupa realisasi

pencapaian efektifitas dan efesiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan.

3.2.   Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah di tetapkan.

          Memuat hambatan dan kendala yang di hadapi dalam pencapaian target kinerja

yang telah ditetapkan, baik kendala dan hambatan yang bersifat dapat dikendalikan maupun yang

tidak dapat di kendalikan (force majeur)

Bab IV     Kebijakan Akuntansi

         4.1.   Entitas Akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah

                              Memuat informasi tentang entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan

daerah.

         4.2.   Basis Akuntansi yang mendasari peyusunan laporan keuangan

Memuat informasi tentang basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan

keuangan daerah.

         4.3.   Basis pengukuran yang mendasari peyusunan laporan keuangan

Memuat informasi tentang basis pengukura atas penyusunan pos-pos   laporan keuangan

daerah.

  4.4.    Penerapan Kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam standar

pemerintah

            Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang telah diterapkan dan kebijakan

akuntansi yang belum di terapkan sesuai dengan ketantuan yang ada dalam Standar Akuntansi

Pemerintah dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Bab V       Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan

5.1       Rincian dan penjelasan masing-msing pos-pos Laporan Keuangan

                  5.1.1    Pendapatan

                              Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos pendapatan:

a.       Pendapatan Asli Daerah.

b.      Dana perimbangan.

c.       Lain-lain pendapatan yang sah.

                  5.1.2    Belanja

Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos belanja:

a.       Belanja pegawai

b.      Belanja barang dan jasa

c.       Belanja modal

d.      belanja bunga

e.       Belanja subsidi

f.       Belanja hibah

g.      Belanja sosial

h.      Belanja bagi hasil

i.        Belanja tidak terduga

                  5.1.3    Pembiayaan

                  5.1.4    Aset

                              Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos aset:

a.       Aset lancar

b.      Investasi jangka panjang

c.       Aset tetap

d.      Dana cadangan

e.       Aset lain-lain

                  5.1.5    Kewajiban

Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos kewajiban:

a.       Kewajiban jangka pendek

b.      Kewajiban jangka panjang

                  5.1.6    Ekuitas Dana

Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos ekuitas dana:

a.       Ekuitas dana lancar

b.      Ekuitas dana investasi

c.       Ekuitas dana cadangan

5.2.      Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan

penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerpaan basis

kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual.

         Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang di haruskan oleh pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintah. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan

dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan

penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual. Rekonsiliasi

ditunjuk untuk menyajikan hubungan antara laporan kinerja keuangan dengan laporan realisasi

anggaran. Laporan rekonsiliasi dimulai dengan penambahan atau pengukuran ekuitas yang

berasal dari lapoaran kinerja yang disusun berdasarkan basis akrual.

        

Bab VI     Penjelasan atas informasi-informasi non keuangan

Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian maupun dari

laporan keuangan yaitu:

a.       Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut berada.

b.      Penjelasan mengena sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya.

c.       Ketentuan perundang-undangan yang menjadi kegiatan operasionalnya.

d.      Penggantian manajemen pemerintah selama tahun berjalan.

e.       Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru.

f.       Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada neraca

g.      SPenggabunagan atau pemekaran entitas pada tahun berjalan.

h.      Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang harus

ditanggung pemerintah.

Bab VII    Penutup

Memuat uraian penutup yang dapat berupa simpulan-simpulan penting tentang laporan

keuangan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010

TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah adalah pemerintah pusat

dan pemerintah daerah. 2. Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,

pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta

penginterpretasian atas hasilnya. 3. Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat

SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan

keuangan pemerintah. 4. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya

disingkat PSAP, adalah SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. 5. Kerangka

Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah konsep dasar penyusunan dan pengembangan

Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam

mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintahan. 6. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang

selanjutnya disingkat IPSAP, adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut atas PSAP.

7. Buletin . . .

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 3

7. Buletin Teknis SAP adalah informasi yang berisi penjelasan teknis akuntansi sebagai pedoman

bagi pengguna. 8. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset,

utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan,

belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang

ditetapkan dalam APBN/APBD. 9. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah SAP yang

mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan

ekuitas dana berbasis akrual. 10. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya

disingkat KSAP, adalah komite sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara yang bertugas menyusun SAP. 11. Sistem Akuntansi Pemerintahan

adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk

mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di

lingkungan organisasi pemerintah.

Pasal 2 (1) SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP. (2) SAP dilengkapi dengan Kerangka

Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

Pasal 3 (1) PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dilengkapi dengan IPSAP

dan/atau Buletin Teknis SAP.

(2) IPSAP . . .

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 4

(2) IPSAP dan Buletin Teknis SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan diterbitkan

oleh KSAP dan diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan. (3)

Rancangan IPSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Badan Pemeriksa

Keuangan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum IPSAP diterbitkan.

BAB II PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Pasal 4 (1) Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual. (2) SAP Berbasis Akrual sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam bentuk PSAP. (3) SAP Berbasis Akrual sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. (4)

PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 5 (1) Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 ayat (2), perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat

pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. (2) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disusun oleh KSAP sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam

penyusunan SAP.

(3) Rancangan . . .

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 5

(3) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh KSAP

kepada Menteri Keuangan. (4) Menteri Keuangan menyampaikan usulan rancangan perubahan

PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk mendapat

pertimbangan.

Pasal 6 (1) Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan yang mengacu pada SAP. (2)

Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri

Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. (3) Sistem

Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan

gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.

(4) Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam

Negeri.

Pasal 7 (1) Penerapan SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dapat

dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi

penerapan SAP Berbasis Akrual. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis

Akrual secara bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pemerintah pusat diatur

dengan Peraturan Menteri Keuangan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP

Berbasis Akrual secara bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pemerintah daerah

diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Pasal 8 . . .

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 6

Pasal 8 (1) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dinyatakan

dalam bentuk PSAP. (2) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. (3) PSAP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan

dari Peraturan Pemerintah ini.

BAB III KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4503) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; dan

2. Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penyelenggaraan akuntansi

pemerintahan sepanjang belum diubah dan tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini,

dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 10

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar . . .

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 7

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.