PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

67
www.futurumcorfinan.com Page 1 PSAK 22 (revisi 2010) tentang Kombinasi Bisnis (adopsi International Financial Reporting Standard 3 “Business Combinations” (revisi 2008): Beberapa Implikasi terhadap Perpajakan BAGIAN 2 BAB 2 BIAYA-TERKAIT AKUISISI BISNIS 2.1 Biaya-Terkait Akuisisi Bisnis (Business Acquisition-Related Costs) Dalam suatu kombinasi bisnis, pada umumnya pihak pengakuisisi akan menjalani suatu proses akuisisi, atau dikenal sebagai proses merger dan akuisisi (M&A), yang merupakan serangkaian aktivitas yang akan (atau dapat juga tidak berakhir) pada terjadinya transfer kepemilikan dari pihak penjual ke pihak pembeli. Sukarnen DILARANG MENG-COPY, MENYALIN, ATAU MENDISTRIBUSIKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS DARI PENULIS Untuk pertanyaan atau komentar bisa diposting melalui website www.futurumcorfinan.com

Transcript of PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

Page 1: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 1

PSAK 22 (revisi 2010) tentang Kombinasi

Bisnis (adopsi International Financial

Reporting Standard 3 “Business

Combinations” (revisi 2008):

Beberapa Implikasi terhadap Perpajakan – BAGIAN 2

BAB 2

BIAYA-TERKAIT AKUISISI BISNIS

2.1 Biaya-Terkait Akuisisi Bisnis (Business Acquisition-Related Costs)

Dalam suatu kombinasi bisnis, pada umumnya pihak pengakuisisi akan menjalani suatu

proses akuisisi, atau dikenal sebagai proses merger dan akuisisi (M&A), yang merupakan

serangkaian aktivitas yang akan (atau dapat juga tidak berakhir) pada terjadinya transfer

kepemilikan dari pihak penjual ke pihak pembeli.

Sukarnen

DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,

ATAU MENDISTRIBUSIKAN

SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN

INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS

DARI PENULIS

Untuk pertanyaan atau komentar bisa

diposting melalui website

www.futurumcorfinan.com

Page 2: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 2

DePamphilis (2012: Halaman 138-139)1 memberikan menguraikan adanya 10 fase dalam

proses M&A, dimana dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelompok aktivitas yang berbeda, yaitu

aktivitas terkait keputusan pra-akuisisi dan paska-akuisisi. Negosiasi dengan ke-empat

aktivitas yang saling terkait dan bersamaan, merupakan fase yang krusial dalam proses

akuisisi. Keputusan untuk melakukan pembelian atau tidak jadi membeli akan ditentukan

sebagai suatu proses iterasi yang terus menerus terjadi melalui 4 (empat) aktivitas yang

membentuk fase negosiasi.

Fase-fase proses M&A dapat diringkaskan menjadi sebagai berikut:

Fase 1: Rencana Bisnis (Business Plan) – Mengembangkan rencana strategi untuk

keseluruhan bisnis.

Fase 2: Rencana Akuisisi (Acquisitions Plan) – Mengembangkan rencana akuisisi yang

mendukung rencana bisnis.

Fase 3: Mencari (Search) – Secara aktif mencari calon perusahaan atau bisnis target

akuisisi.

Fase 4: Menyaring (Screen) – Menyaring dan menetapkan prioritas atas calon perusahaan

atau bisnis target akuisisi.

Fase 5: Membangun Kontak Pertama (First Contact) – Memulai membangun kontak dengan

perusahaan atau bisnis target.

Fase 6: Negosiasi (Negotiation) – Menyusun dan memperbaharui kertas kerja penilaian,

menyusun struktur transaksi akuisisi, melakukan kajian menyeluruh (due diligence), dan

mengembangkan rencana pendanaan.

Fase 7: Rencana Integrasi (Integration Plan) – Mengembangkan suatu rencana untuk

mengintegrasikan bisnis yang akan diakuisisi ke dalam bisnis pihak pengakuisisi.

Fase 8: Penutupan Transaksi (Closing) – Memperoleh persetujuan yang terkait, mengatasi

isu-isu yang timbul paska-akuisisi, dan menjalankan transaksi penutupan.

Fase 9: Integrasi (Integration) – Melaksanakan integrasi paska-penutupan transaksi akuisisi.

Fase 10: Evaluasi (Evaluation) – Melaksanakan evaluasi paska-penutupan transaksi akuisisi.

Diagram alur proses M&A ditunjukkan di bawah ini:

1 DePamphilis, Donald M. Mergers, Acquisitions, and Other Restructuring Activities: An Integrated

Approach to Process, Tools, Cases, and Solutions. United States of America: Elsevier Inc., 2012. Edisi Ke-enam.

Page 3: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 3

DePamphilis (2012: Halaman 26----) juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa partisipan

yang terlibat dalam proses M&A, dimana pemain kunci akan mencakup perusahaan, firma,

dan individu-individu yang menyediakan jasa khusus selama proses M&A. Mereka meliputi

bank investasi (investment bank), konsultan hukum atau pengacara, akuntan, pengumpul

proxi (proxy solicitor) dan firma PR (public relations firms). Untuk konteks Indonesia, dapat

ditambahkan penilai bisnis.

Peran dari masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:

Nama Konsultan Peran

Bank investasi Menyampaikan masukan baik bersifat strategis dan taktis.

Mengidentifikasi kesempatan akuisisi.

Menyaring pihak pembeli dan penjual potensial.

Membangun kontak awal dengan pihak penjual atau pembeli.

Menyediakan dukungan negosiasi, penilaian dan panduan struktur

transaksi akuisisi.

Page 4: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 4

Nama Konsultan Peran

Beberapa “bank universal” yang besar (seperti Bank of

America/Merril Lynch) bahkan menyediakan operasional broker-

dealer signifikan, melayani klien-klien wholesale dan retail dalam

kapasitas brokerage dan advisory guna membantu kompleksitas

dan sering kebutuhan pendanaan besar untuk transaksi-transaksi

mega. Bank-bank investasi besar kemungkinan dapat membantu

dalam pendanaan transaksi-transaksi akuisisi besar karena mereka

memiliki hubungan dengan para kreditur institusi dan jaringan

distribusi broker.

Dapat membantu dalam proses IPO paska-akuisisi apabila akuisisi

dikaitkan dengan penerbitan saham ke publik, atau juga private

placement.

(dalam konteks di Amerika Serikat) Menyusun laporan opini

kewajaran (fairness opinion letters) – pernyataan pihak ketiga

terkait kewajaran harga transaksi yang diajukan terkait dengan

tender offer, penggabungan usaha, penjualan aset, atau leveraged

buyout.

Pernyataan opini kewajaran menguraikan harga, persyaratan dan

kondisi (terms and conditions) dari kesepakatan dalam konteks

transaksi yang dapat disebandingkan dan umumnya pernyataan opini

kewajaran ini diminta oleh sekitar 80% perusahaan-perusahaan target

dan hampir dari sepertiga pihak pengakuisisi. Opini kewajaran

umumnya akan memberikan informasi mengenai rentang nilai wajar,

dengan asumsi bahwa harga kesepakatan akan terjadi di dalam

rentang tersebut. Meskipun opini semacam ini dimaksudkan untuk

memberikan informasi kepada pihak investor, namun seringkali

mereka diperoleh sebagai proteksi hukum bagi anggota dewan direksi

terhadap kemungkinan pihak pemegang saham mempertanyakan

keputusan dewan direksi. Dalam catatan kaki no. 34, DePamphilis

(2012: Halaman 27) menyebutkan bahwa permasalahan-

permasalahan terkait dengan opini kewajaran termasuk konflik

kepentingan potensial dengan pihak bank investasi yang memperoleh

imbalan signifikan dari penerbitan pernyataan opini kewajaran. Dalam

banyak kasus, bank investasi yang membawa kesepakatan ke pihak

pengakuisisi adalah pihak yang sama, yang juga menerbitkan opini

kewajaran atas harga dan persyaratan dalam kesepakatan tersebut.

Lebih lanjut, pernyataan-pernyataan tersebut seringkali telah “out of

Page 5: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 5

Nama Konsultan Peran

date” pada saat para pemegang saham mengambil suara atas

kesepakatan tersebut, dan tidak menjelaskan apakah perusahaan

seharusnya bisa memperoleh kesepakatan yang lebih baik, dan

rentang nilai yang sangat lebar dalam pernyataan tersebut mengurangi

relevansinya. Pengadilan di Amerika Serikat setuju bahwa karena

opini-opini tersebut dikeluarkan untuk dewan direksi, bankir investasi

tidak memiliki kewajiban kepada para pemegang saham2.

Para peneliti telah mendapatkan bahwa pernyataan opini kewajaran

mengurangi secara signifikan resiko tuntutan hukum terkait dengan

transaksi-transaksi M&A dan mengurangi besarnya premi harga yang

dibayarkan untuk pihak target apabila pernyataan tersebut

mengakibatkan pihak pengakuisisi melakukan kajian menyeluruh dan

negosiasi kesepakatan yang lebih ketat3.

Bank investasi mengenakan tarif jasa profesional (advisory fee) yang

pada umumnya bervariasi dengan besarnya nilai transaksi. Seringkali

honorarium tersebut tergantung pada terjadinya kesepakatan, yang

dapat berkisar 1% sampai 2% dari nilai transaksi; dalam beberapa

kasus, honorarium tersebut dapat melampaui jumlah tersebut jika

pihak konsultan mencapai tujuan-tujuan tertentu. Honorarium untuk

menerbitkan opini kewajaran seringkali mencakup sekitar seperempat

dari total honorarium advisory yang dibayarkan untuk suatu transaksi4,

dan khususnya mereka dibayar terlepas apakah kesepakatan akhirnya

terjadi atau tidak.

Konsultan Hukum

atau Advokat

(lawyers)

Konsultan hukum atau advokat tentunya memainkan peran yang

integral dalam hampir semua transaksi M&A, dimana keterlibatan

mereka mencakup:

menyusun dan membangun struktur kesepakatan,

mengevaluasi resiko-resiko (hukum),

melakukan negosiasi atas persyaratan dan kondisi terkait

dengan pasal-pasal dalam kesepakatan, termasuk aspek

akuntansi dan perpajakan (dengan memperoleh masukan dari

2 Henry, David. A Fair Deal – But for Whom? Business Week: 2003. Halaman 108-109.

3 Kisgen, D.J., Qian, J., dan Song, W. Are Fairness Opinions Fair? The Case of Mergers and

Acquisitions. Journal of Financial Economics (edisi 91): 2009. Halaman 178-207.

4 Sweeny, P. Who Says It’s a Fair Deal? Journal of Accountancy (edisi 188): 1999. Halaman 6.

Page 6: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 6

Nama Konsultan Peran

akuntan dan konsultan pajak),

mengatur aspek pendanaan,

melakukan koordinasi terkait waktu (timing) dan urutan

kejadian untuk menutup transaksi, dan

memastikan bahwa keseluruhan proses M&A, baik sebelum,

selama dan sesudahnya, memenuhi ketentuan hukum dan

perundang-undangan yang berlaku (misalnya Undang-undang

Perseroan Terbatas, Undang-Undang Pasar Modal, ketentuan

investasi dari Badan Koordinasi Pasar Modal, perundang-

undangan Hak atas Kekayaan Intelektual, Undang-undang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat, ketentuan dari Bank Indonesia).

Tugas-tugas spesifik mencakup menyusun draf perjanjian pembelian

dan penjualan, dan dokumentasi lainnya yang terkait dengan

transaksi, menerbitkan pernyataan-pernyataan opini hukum kepada

pihak kreditur, dan turut dalam aktivitas kajian menyeluruh (dari aspek

hukum).

Untuk transaksi-transaksi yang kompleks, tim konsultan hukum atau

advokat bisa melibatkan banyak konsultan hukum dari berbagai latar

belakang keahlian spesialisasi, misalnya M&A (termasuk

restrukturisasi bisnis), ketentuan pasar modal (capital markets), pajak

perusahaan (corporate tax), kompensasi karyawan (employee

benefits), real estat, antitrust (larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat), sekuritas/efek, lingkungan, dan hak

atas kekayaan intelektual.

Akuntan Akuntan (melalui Kantor Akuntan Publik) pada umumnya terlibat dalam

audit atas laporan keuangan perusahaan target. Namun dalam

beberapa transaksi M&A, akuntan juga dapat:

memberikan masukan atas bagaimana struktur kesepakatan

sebaiknya dilaksanakan,

melaksanakan kajian menyeluruh dari aspek keuangan

(financial due diligence),

melakukan review atas laporan keuangan pro forma hasil

penggabungan usaha.

Konsultan Pajak Mengingat bahwa transaksi M&A dapat dilakukan dengan banyak

struktur transaksi, dimana masing-masing struktur akan memiliki

Page 7: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 7

Nama Konsultan Peran

implikasi perpajakan yang berbeda-beda untuk masing-masing pihak

yang terlibat. Implikasi perpajakan tersebut dapat mencakup antara

lain, pajak perusahaan dan perorangan (termasuk pajak atas

keuntungan atau kerugian dari pengalihan saham dan/atau aset

(capital gains or losses)), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), pajak atas

pengalihan saham melibatkan kepemilikan asing, dan isu transfer

pricing, serta (dalam konteks Amerika Serikat) gift and estate taxes.

Adanya kemungkinan konflik atas manfaat perpajakan terkait dengan

perjanjian M&A baik dari sudut pandang pihak yang diakuisisi dan

pihak pengakuisisi, pada umumnya transaksi M&A akan melibatkan

konsultan pajak. Konsultan pajak akan:

melakukan review atas struktur transaksi M&A guna

memberikan masukan atas struktur perpajakan yang paling

tepat untuk kesepakatan M&A, baik memberikan manfaat bagi

salah satu pihak atau kedua belah pihak.

Menyiapkan dokumen-dokumen dan pelaporan yang terkait

dengan M&A guna memenuhi undang-undang dan ketentuan

perpajakan.

Pengumpul proxi

(proxy solicitor)

Pengacara proxi lebih relevan dalam konteks Amerika Serikat, dimana

usaha-usaha untuk mengganti manajemen pengendali atau kebijakan

dari suatu perusahaan dengan cara memperoleh hak suara mewakili

pemegang saham lainnya. Dalam perebutan guna memperoleh

pengendalian atas dewan direksi suatu perusahaan target,

kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk mengumpulkan daftar

alamat para pemegang saham yang ada. Pihak pengakuisisi atau

pemegang saham yang menolak M&A akan menggunakan jasa dari

seorang pengumpul proxy untuk memperoleh alamat-alamat tersebut.

Manajemen perusahaan target kemungkinan juga menggunakan jasa

pengumpul proxi untuk menyusun strategi untuk memberikan edukasi

kepada para pemegang saham dan mengkomunikasikan mengapa

para pemegang saham harus mengikuti rekomendasi dari dewan

direksi.

Firma Public

Relationship

Dalam suatu M&A, apalagi kalau ia merupakan suatu pengambil-alihan

(takeover), baik mengalami tentangan (hostile takeover) atau tidak dari

pemegang saham atau perusahaan yang akan diakuisisi, perusahaan

pengakuisisi (dan kadangkala perusahaan yang diakuisisi) perlu atau

Page 8: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 8

Nama Konsultan Peran

menjadi penting untuk dapat mengkomunikasikan tujuan dan proses

M&A yang akan terjadi, baik kepada pemegang saham yang ada,

pihak kreditor, pihak investor, publik maupun otoritas yang berwenang.

Pada umumnya, diharapkan bahwa dari M&A yang terjadi, akan dapat

meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham (shareholder

value) dibandingkan dengan rencana bisnis yang akan dijalankan oleh

manajemen pemangku jabatan saat ini.

Mempertimbangkan luasnya cakupan komunikasi yang perlu

dilakukan, seringkali perusahaan pengakuisisi akan menggunakan

jasa dari firma public relationship untuk membantu dalam turut

“mengawal” proses M&A agar tujuan semula dapat dicapai.

Kantor Jasa

Penilai Publik

Penilai di sini dapat merupakan Penilai Usaha atau Penilai Properti,

yang akan menerbitkan Laporan Penilaian Usaha atau Properti5, yang

memuat pendapat penilai mengenai obyek penilaian serta menyajikan

informasi tentang proses penilaian.

Ketentuan Bapepam juga mensyaratkan dalam hal _________, penilai

usaha akan melakukan penugasan penilaian professional berupa

pemberian Pendapat Kewajaran (Fairness Opinion), dimana

merupakan suatu pernyataan dari pihak penilai untuk menyatakan

bahwa suatu transaksi yang akan dilakukan adalah wajar atau tidak

wajar. Penilai usaha sebelum memberikan pendapat kewajaran, wajib

melakukan analisis atas6:

1) Nilai dari obyek yang ditransaksikan;

2) Dampak keuangan dari transaksi yang akan dilakukan terhadap

kepentingan pemegang saham; dan

3) Pertimbangan bisnis yang digunakan oleh manajemen

perusahaan terkait dengan rencana transaksi yang akan

dilakukan terhadap kepentingan pemegang saham.

5 Untuk konteks pasar modal di Indonesia, dapat mengacu ke:

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-196/BL/2012 tentang Peraturan Nomor VIII.C.3 tentang Pedoman Penilaian Usaha dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal tanggal 19 April 2012.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-478/BL/2009 tentang Peraturan Nomor VIII.C.4 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti di Pasar Modal tanggal 31 Desember 2009.

6

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-196/BL/2012 tentang Peraturan Nomor VIII.C.3 tentang Pedoman Penilaian Usaha dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal tanggal 19 April 2012 point 21.b.

Page 9: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 9

Penggunaan jasa-jasa perusahaan, firma, konsultan dan personel-personel di atas tentunya

akan mengakibatkan perusahaan pengakuisisi akan mengeluarkan biaya-biaya terkait

akuisisi.

PSAK 22 (revisi 2010) paragraf 53 menyebutkan bahwa biaya-terkait akuisisi adalah biaya

yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi bisnis. Lebih lanjut, PSAK

22 (revisi 2010) memberikan contoh-contoh biaya-terkait akuisisi, yang tentunya tidak hanya

terbatas pada:

biaya makelar (finder’s fees),

advis,

hukum,

akuntansi,

penilaian dan

biaya professional atau konsultasi lainnya;

biaya administrasi umum, termasuk biaya pemeliharaan departemen akuisisi

internal; dan

biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek ekuitas.

Mengenai pencatatan biaya-terkait akuisisi tersebut pada laporan keuangan pihak

pengakusisi, PSAK 22 (revisi 2010) paragraf 53 mewajibkan pihak pengakuisisi mencatat

biaya-terkait akuisisi sebagai beban pada periode pada saat biaya tersebut terjadi dan jasa

diterima, dengan satu pengecualian, yaitu biaya untuk menerbitkan efek utang dan efek

ekuitas, dimana wajib diakui sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan:

Pengakuan dan Pengukuran dan PSAK 50 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian

dan Pengungkapan, atau PSAK revisinya tahun 2011.

Ketentuan bahwa biaya-terkait akuisisi wajib dibebankan ke laporan laba rugi pada periode

terjadinya biaya tersebut merupakan perubahan yang cukup signifikan dibandingkan dengan

IFRS 3 sebelumnya tahun 2004, dimana biaya-biaya yang menjadi beban pihak

pengakuisisi semata-mata dikeluarkan untuk tujuan melaksanakan transaksi kombinasi

bisnis, akan dimasukkan (atau dikapitalisasi) sebagai bagian dari nilai akuisisi (cost of

acquisition).

IFRS 3 (versi 2004: paragraf 24 dan 29) menyebutkan bahwa:

[Paragraf 24] The acquirer shall measure the cost of a business combination as the

aggregate of:

Page 10: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 10

(a) the fair values, at the date of exchange, of assets given, liabilities incurred or assumed,

and equity instruments issued by the acquirer, in exchange for control of the acquire;

plus

(b) any costs directly attributable to the business combination.

[Paragraf 29] The cost of a business combination includes any costs directly attributable to

the combination, such as professional fees paid to accountants, legal advisers, valuers and

other consultants to effect the combination. General administrative costs, including the

costs of maintaining an acquisitions department, and other costs that cannot be directly

attributed to the particular combination being accounted for are not included in the cost of

the combination: they are recognized as an expense when incurred.

Biaya-biaya yang dapat dimasukkan sebagai bagian dari nilai akuisisi hanya diperbolehkan

apabila biaya-biaya tersebut dapat secara langsung diatribusikan (directly attributable) ke

transaksi akuisisi. Dengan demikian, kalau terdapat biaya umum dan administrasi yang

pada umumnya tidak dapat diatribusikan langsung dengan adanya transaksi akuisisi, maka

pihak pengakuisisi tidak diperbolehkan mengalokasikan sebagian biaya umum dan

administrasi tersebut untuk dikapitalisasi ke nilai akuisisi. Karena proses kombinasi bisnis

adalah suatu proses yang dapat memakan waktu cukup lama, termasuk alotnya proses

negosiasi menyangkut harga dan persyaratan dan kondisi (terms and conditions) dari

perjanjian serta diperolehnya persetujuan dari otoritas berwenang, maka ada kemungkinan

biaya-biaya yang telah dikapitalisasi perlu dibebankan ke laporan laba rugi periode berjalan,

karena transaksi kombinasi bisnis tidak dapat atau tidak jadi dilaksanakan. Dari ketentuan

IFRS 3 (versi 2004), tampak bahwa kerugian operasional di masa depan (future operating

losses) yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat kombinasi bisnis tidak dapat

dimasukkan sebagai bagian dari nilai perolehan kombinasi bisnis.

Dari revisi 2008 IFRS 3, tampak bahwa kapitalisasi biaya-terkait akuisisi ke dalam nilai

akuisisi sudah tidak digunakan lagi7.

7 Lihat juga klarifikasi dari IFRIC Meeting: Staff Meeting dalam Agenda Reference Nomor 6A bulan

Mei 2009 dalam projek Amendments to IFRS3 and IAS27 dengan topik “Acquisition-Related Costs in a Business Combination”. Dapat diunduh dari http://www.ifrs.org/NR/rdonlyres/115B4555-5D9C-463E-89A2-F2B79FBFB5E8/0/0905ap6AobIFRS_3R_Acquisition_Related_Cost_in_a_Business_Combination.pdf. Staff menganggap bahwa biaya-terkait akuisisi pada umumnya dengan sendirinya tidak memenuhi definisi aset, yang definisinya sebagai berikut [Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement paragraf 49(a)]: An asset is a resource controlled by the entity as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the entity.

Page 11: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 11

Kembali kepada IFRS 3R (2008) sehubungan dengan biaya-terkait akuisisi, terdapat

beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ketentuan di atas:

Pertama, biaya-terkait akuisisi diperlakukan sebagai suatu transaksi yang terpisah

dari transaksi akuisisi itu sendiri, dan tidak merupakan bagian dari imbalan yang

dialihkan (consideration transferred)8.

Kedua, biaya-terkait akuisisi yang dibebankan sebagai beban periode terjadinya biaya

tersebut hanya apabila biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pihak

pengakuisisi dalam rangka kombinasi bisnis. Untuk itu, perlu dicermati atau

dipastikan terlebih dahulu bahwa transaksi akuisisi tersebut wajib memenuhi

persyaratan PSAK 22 (2010) bahwa ia merupakan suatu transaksi kombinasi bisnis9.

Apabila transaksi akuisisi tersebut bukan merupakan kombinasi bisnis maka perlakuan

akuntansi untuk biaya-terkait akuisisi tidak akan mengikuti PSAK 22 (revisi 2010)

tetapi PSAK lainnya yang berlaku.

Staff berpendapat bahwa suatu entitas wajib membukukan biaya-terkait akuisisi sesuai dengan standar yang digunakan untuk mencatat kombinasi bisnis. Meskipun biaya-terkait akuisisi bukan merupakan bagian dari transaksi pertukaran (exchange transaction), namun biaya-biaya tersebut tentunya memiliki kaitan dengan kombinasi bisnis. Oleh karena itu, Staff percaya bahwa biaya-terkait akuisisi yang menjadi beban pihak pengakuisisi sebelum diadopsinya IFRS 3R (2008) yang terkait dengan suatu kombinasi bisnis dimana kombinasi bisnis tersebut dibukukan sesuai dengan standar revisi, maka biaya terkait wajib dibebankan sebagai biaya periode berjalan, kecuali biaya-biaya tersebut dibukukan sesuai dengan IAS 32 dan IAS 39. 8 Perhatikan bahwa PSAK 22 (revisi 2010) menggunakan istilah “imbalan yang dialihkan” yang

merupakan bagian dari “nilai investasi (investment cost)” dalam menentukan perhitungan goodwill, dimana “nilai investasi” merupakan nilai agregat dari [paragraf 32 PSAK 22 (revisi 2010)]:

(i) Imbalan yang dialihkan yang diukur sesuai dengan Pernyataan ini, yang pada umumnya mensyaratkan nilai wajar tanggal akuisisi (lihat paragraf 37);

(ii) Jumlah setiap kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi yang diukur sesuai dengan Pernyataan ini; dan

(iii) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap (lihat paragraf 41 dan 42), nilai wajar pada tanggal akuisisi kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi pada pihak yang diakuisisi.

9 Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh

pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Transaksi yang kadangkala disebut sebagai “penggabungan sesungguhnya (true merger)” atau “penggabungan setara (merger of equals)” juga merupakan kombinasi bisnis sebagaimana istilah ini dipergunakan dalam Pernyataan ini [Lampiran – Istilah PSAK 22 (2010)]. Lebih lanjut disebutkan bahwa entitas menentukan apakah suatu transaksi atau peristiwa lain merupakan kombinasi bisnis dengan menerapkan definisi dalam Pernyataan ini yang mensyaratkan bahwa aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih merupakan suatu bisnis. Jika aset yang diperoleh bukan suatu bisnis, maka entitas pelapor mencatat transaksi atau peristiwa lain tersebut sebagai akuisisi aset. Paragraf B05-B12 memberikan panduan untuk mengidentifikasi suatu kombinasi bisnis dan definisi suatu bisnis [PSAK 22 (2010) paragraf 03]. Dalam ruang lingkup PSAK 22 (revisi 2010) paragraf 02(b) disebutkan bahwa PSAK 22 (revisi 2010) tidak diterapkan untuk akuisisi aset atau kelompok aset yang bukan merupakan suatu bisnis. Di sini PSAK 22 (revisi 2010) menggunakan istilah “akuisisi aset”, dimana dalam hal ini pihak yang diakuisisi tidak memenuhi definisi suatu bisnis sesuai dengan PSAK 22 (revisi 2010), maka akuisisi tersebut merupakan transaksi akuisisi aset atau kelompok aset.

Page 12: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 12

IFRS 3R (2008) menggunakan istilah “acquisition-related costs”, dan bukan

“acquisition-related expenses”.

Mengacu ke Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements

(Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) (tahun 2009)

paragraf 100(a) disebutkan bahwa biaya (cost), dalam istilah sederhana adalah

sejumlah kas atau kas ekivalen atau nilai wajar dari imbalan yang dibayarkan oleh

pihak pembeli. Namun demikian, dalam IAS/IFRS (atau PSAK) individu lainnya, biaya

(atau nilai) perolehan pada umumnya akan mencakup biaya transaksi (transaction

costs), misalnya dalam:

IAS 16 paragraf 16 dan 17,

IAS 38 paragraf 28, dan

IAS 39 paragraf 9.

Dalam IFRIC Update Juli 2009 (halaman 3)10 pada bulan Juli 2009, terkait bagaimana

biaya perolehan awal (initial carrying amount) dari investasi menggunakan metode

ekuitas harusnya ditentukan (mengacu ke IAS 28 tentang Investments in Associates

paragraf 11, atau adopsinya PSAK 15 (revisi 2009) tentang Investasi pada Entitas

Asosiasi paragraf 08), disebutkan bahwa:

The IFRIC noted that IFRSs consistently require assets not measured at fair value

through profit or loss to be measured at initial recognition at cost. Generally stated,

cost includes the purchase price and other costs directly attributable to the

acquisition or issuance of the asset such as professional fees for legal services,

transfer taxes and other transaction costs. Therefore, the cost of an investment in

an associate at initial recognition determined in accordance with paragraph 11 of IAS

28 comprises its purchase price and any directly attributable expenditure necessary to

obtain it.

Dalam Guidance on Implementing IAS 39 Financial Instruments: Recognition and

Measurement (catatan: panduan ini melengkapi, tapi bukan merupakan bagian dari

IAS 39) Section E Measurement, E.1 Initial Measurement of Financial Assets and

Financial Liabilities, E.1.1 Initial Measurement: Transaction Costs, dijelaskan sebagai

berikut:

Biaya transaksi wajib dimasukkan dalam pengukuran awal atas aset keuangan dan

liabilitas keuangan selain aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diukur pada nilai

wajar melalui laporan laba rugi. Bagaimana ketentuan ini diterapkan dalam praktik?

10

Dapat diunduh dari http://www.ifrs.org/NR/rdonlyres/2DED3CF2-147A-4830-A9AC-BDE2C0CA48BC/0/IFRIC0907.pdf.

Page 13: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 13

Dijelaskan:

Untuk aset keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi,

biaya transaksi ditambahkan (added to) nilai wajar pada saat pengakuan awal.

Untuk liabilitas keuangan, biaya transaksi dikurangkan (deducted from) nilai

wajar pada saat pengakuan awal.

Untuk instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi

(amortized cost), biaya transaksi selanjutnya dimasukkan (included) dalam

perhitungan biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode tingkat bunga

efektif, dan implikasinya, diamortisasi melalui laporan laba rugi sepanjang usia

instrumen tersebut.

Biaya transaksi yang diharapkan akan terjadi pada saat pengalihan (transfer)

atau pelepasan (disposal) atas suatu instrumen keuangan tidak dimasukkan (not

included) ke dalam pengukuran instrumen keuangan.

Dengan demikian, berdasarkan pemahaman di atas, tampaknya adanya

ketidakkonsistenan dalam IFRS terkait bagaimana perlakuan akuntansi untuk biaya-

terkait akuisisi, dimana:

untuk transaksi kombinasi bisnis (dimana bisnis tersebut memenuhi definisi

dalam PSAK 22 (revisi 2010), biaya-terkait akuisisi akan dibebankan secara

biaya periode berjalan,

untuk transaksi akuisisi (yang tidak memenuhi definisi dalam PSAK 22 (revisi

2010)), biaya-terkait akuisisi akan dikapitalisasi menjadi bagian dari nilai

tercatat atau perolehan akuisisi pada saat pengakuan awal, dan bukannya

dibebankan sebagai beban periode berjalan.

Misalnya, sebagaimana disebutkan dalam IFRIC Update Juli 2009, paragraf 11

IAS 28 atau paragraf 08 PSAK 15 (revisi 2009), biaya perolehan investasi pada

entitas asosiasi pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan, yang terdiri dari

harga pembelian (purchase price) dan biaya pengeluaran lainnya yang secara

langsung dapat diatribusikan guna memperoleh investasi pada entitas asosiasi.

Ketiga, biaya tersebut dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi

bisnis.

Di sini, setidak-tidaknya ada 2 (dua) isu yang terkait, yaitu:

a) Dari pihak pengakuisisi, tentunya mempertanyakan mengapa biaya-biaya yang

dapat diatribusikan secara langsung ke transaksi kombinasi bisnis, tidak boleh

dikapitalisasi ke nilai perolehan investasi.

Page 14: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 14

Dari sudut pandang pihak pengakuisisi, biaya-terkait akuisisi dikeluarkan tentunya

jelas dengan harapan bahwa biaya-biaya tersebut akan mendatangkan manfaat di

masa mendatang, namun demikian, PSAK 22 (revisi 2010) mewajibkan biaya-

biaya tersebut dibebankan dalam periode berjalan pada saat biaya tersebut timbul.

Menjawab pertanyaan di atas, IASB berpandangan bahwa:

Biaya-terkait akuisisi adalah bukan merupakan bagian dari pertukaran nilai

wajar (fair value exchange) antara pihak pembeli dan penjual untuk bisnis

tersebut. Namun mereka merupakan transaksi yang terpisah dimana pihak

pembeli (yaitu pihak pengakuisisi) membayar untuk nilai wajar dari jasa yang

diterimanya, jasa profesional mana diberikan oleh para perusahaan, firma atau

perorangan konsultan. Di samping itu, IASB juga mengamati bahwa biaya-biaya

tersebut, apakah untuk jasa yang dilakukan oleh pihak eksternal atau staff internal

dari pihak pengakuisisi, pada umumnya tidak merupakan aset dari pihak

pengakuisisi pada tanggal akuisisi karena manfaat yang diperoleh telah

digunakan (consumed) pada saat jasa tersebut diterima [IFRS 3R (2008) Basis for

Conclusions BC366].

Pada dasarnya biaya-terkait akuisisi dapat dibedakan ke dalam 2 (dua) kelompok,

sebagai berikut:

Biaya langsung (direct costs) yang timbul untuk akuisisi suatu bisnis,

mencakup biaya-biaya inkremental atau out-of-pocket, misalnya biaya

makelar (finder’s fees) dan imbalan/honorarium yang dibayarkan ke pihak

konsultan eksternal untuk jasa akuntansi, legal atau penilaian bisnis/saham.

Biaya tidak langsung (indirect costs) berupa biaya-biaya internal yang terjadi

secara periodik, misalnya biaya gaji dan tunjangan karyawan, operasional

kantor, dari departemen M&A atau corporate finance yang menangani M&A.

Biaya langsung dan tidak langsung di atas bisa saja terkait dengan transaksi

akuisisi yang kemudian berhasil dilakukan, atau bisa juga terkait dengan rencana

akuisisi yang tidak berhasil dilaksanakan, atau masih dalam tahap negosiasi.

IFRS 3R (2008) atau PSAK 22 (revisi 2010) mengambil posisi untuk

membebankan seluruh biaya-terkait akuisisi, baik biaya langsung maupun tidak

langsung tersebut di atas terkait dengan akuisisi, baik yang berhasil atau tidak

berhasil dilaksanakan di kemudian hari, kedalam laporan laba rugi, karena

dianggap tidak merupakan bagian dari (dan dengan demikian, tidak dimasukkan

ke dalam pengukuran):

Page 15: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 15

Nilai wajar imbalan yang dialihkan, atau

Aset yang diperoleh, atau liabilitas yang ditanggung, sebagai bagian dari

kombinasi bisnis.

Dalam aplikasi manajemen keuangan terkait analisa suatu proyek, disebutkan

perlu dibedakan antara:

biaya-biaya yang dapat dihindarkan (avoidable costs) dan

biaya-biaya yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable costs).

Pengeluaran biaya kajian menyeluruh (due diligence costs) dapat saja

dikategorikan sebagai biaya-biaya yang tidak dapat dihindarkan dari keseluruhan

proses investasi pada suatu bisnis. Pihak pengakuisisi jelas berkeinginan untuk

mengupayakan biaya kajian menyeluruh tersebut yang telah dikeluarkannya dapat

dipulihkan (recoverable) atau “balik modal” (recouped) terutama melalui

diperolehnya laba usaha paska-akuisisi. Dengan demikian, biaya kajian

menyeluruh tersebut seharusnya dikapitalisasi sebagai bagian dari total nilai

perolehan investasi bisnis. Di samping itu, jelas bahwa pihak calon pembeli (yaitu

pihak pengakuisisi) akan selalu memperhitungkan biaya-biaya tersebut ke dalam

jumlah (imbalan atau pembayaran) yang ia bersedia bayar kepada pihak yang

diakuisisi atau pemegang saham pihak yang diakuisisi. Dengan kata lain, dari

sudut pihak pengakuisisi atau pembeli, total investasi yang dia lakukan untuk

memperoleh suatu bisnis, akan selalu memperhitungkan jumlah yang ia bayarkan

langsung ke pihak penjual (yaitu pihak yang diakuisisi atau pemegang sahamnya),

ditambah biaya-biaya yang secara langsung tidak dapat dihindarkan dari transaksi

tersebut, termasuk biaya kajian menyeluruh.

IASB dalam IFRS 3R (2008) BC 368 menolak seluruh argumentasi di atas. IASB

mempertimbangkan bahwa dari sudut pandang pihak penjual suatu bisnis (yaitu

pihak yang diakuisisi atau pemegang sahamnya), tentunya jelas bahwa mereka

tidak akan bersedia untuk mau menerima suatu jumlah pembayaran untuk bisnis

yang akan dijualnya lebih rendah dari nilai wajar bisnis tersebut, atau setidak-

tidaknya harga jual bisnis tersebut yang bersedia dilepasnya adalah sebesar nilai

wajar bisnis tersebut. Tidak terdapat bukti-bukti yang cukup kuat yang dapat

memberikan indikasi bahwa pihak penjual suatu bisnis tertentu bersedia

menerima jumlah pembayaran yang lebih rendah dari nilai wajar bisnis tersebut

karena pihak pembeli tertentu telah mengeluarkan biaya-terkait akuisisi yang lebih

besar (atau lebih kecil) dibandingkan dengan pihak pembeli potensial lainnya.

Page 16: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 16

Dengan kata lain, pihak penjual bisnis tidak akan perduli kepada seberapa besar

biaya langsung atau tidak langsung (apakah dapat dihindarkan atau tidak dapat

dihindarkan) yang telah dikeluarkan oleh pihak pembeli (yaitu pihak pengakuisisi)

untuk suatu proses akuisisi bisnis. Mereka (sebagai pihak penjual) akan selalu

menginginkan bahwa bisnis dilepas pada nilai wajarnya dan bukan pada harga

penjualan lainnya setelah memperhitungkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan

pihak pembeli. Aturan ini akan berlaku atau akan diterapkan oleh pihak penjual

kepada semua pihak pembeli potensial. Dalam hal terdapat banyak calon pembeli,

bisa terjadi, masing-masing calon pembeli mengeluarkan total biaya yang

jumlahnya berbeda-beda antara satu calon pembeli dengan calon pembeli lainnya,

dan tentunya ini sama sekali tidak relevan untuk diperhitungkan dari sudut

pandang penentuan nilai wajar suatu bisnis.

IFRS 13 (diterbitkan pada bulan Mei 2011) tentang Fair Value Measurement

memberikan definisi nilai wajar sebagai berikut [paragraf 9]:

Fair value is the price that would be received to sell an asset or paid to transfer a

liability in an orderly transaction between market participants at the measurement

date11.

Dari definisi nilai wajar di atas, dapat diklarifikasi bahwa:

definisi nilai wajar dalam IFRS 13 adalah harga keluar saat ini (current exit

price), dan bukan merupakan harga masuk (entry price) [IFRS 13.BC36].

Harga keluar untuk suatu aset atau liabilitas (dalam hal ini bisnis yang hendak

dijual kepada calon pembeli adalah suatu aset dari sudut pandang pihak

penjual) secara konseptual berbeda dengan harga transaksi (harga masuk

atau harga belinya). Walaupun harga keluar dan harga masuk dapat saja

identik dalam banyak situasi, namun harga transaksi tidak dimaksudkan

sebagai nilai wajar dari suatu aset atau liabilitas pada saat pengakuan awal

sebagaimana diukur menurut IFRS 13.

Di samping itu, tujuan harga keluar dari pengukuran nilai wajar tetap berlaku

terlepas apakah pihak entitas pelapor ingin menjualnya, atau bisa menjual

11

Bandingkan dengan definisi nilai wajar sebelumnya: Fair value is the amount for which an asset could be exchanged, or a liability settled, between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction [IAS 32 paragraf 11]. Nilai wajar adalah nilai suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction) [PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 07].

Page 17: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 17

aset atau mengalihkan liabilitas tersebut pada tanggal pengukuran [IFRS

13.BC39-40].

Nilai wajar adalah harga keluar di pasar utama (atau pasar yang paling

menguntungkan) dimana pihak entitas pelapor akan melakukan transaksi.

Namun demikian, harga di pasar keluar tidak boleh ditambah atau dikurangi

dengan biaya-biaya transaksi [IFRS 13.25].

Selain itu, nilai wajar adalah pengukuran berbasis pasar, dan bukan

merupakan pengukuran berbasis entitas spesifik, dan dengan demikian, nilai

wajar akan ditentukan berdasarkan asumsi-asumsi yang akan digunakan oleh

para partisipan pasar dalam memberikan harga (pricing) atas aset atau

liabilitas [IFRS 13.BC31].

Tujuan pengukuran nilai wajar tidak berubah atau tidak ditentukan oleh tingkat

aktivitas di pasar keluar atau teknik-teknik penilaian yang dipergunakan.

Dengan demikian, nilai wajar tetap akan merupakan suatu harga keluar

berbasis pasar yang memperhitungkan kondisi pasar saat ini pada tanggal

pengukuran, bahkan jika telah terjadi penurunan yang signifikan pada volume

dan tingkat aktivitas untuk aset atau liabilitas yang bersangkutan [IFRS 13.15].

IASB juga berpendapat bahwa keinginan pihak pembeli tertentu termasuk

rencananya untuk bagaimana supaya biaya-terkait akuisisi dapat terpulihkan atau

“balik modal” di kemudian hari, adalah persoalan yang berbeda dan terpisah sama

sekali dari tujuan penentuan atau pengukuran nilai wajar suatu bisnis, suatu

tujuan yang menjadi fokus dari IFRS 3 (revised 2009) (atau dalam hal ini PSAK 22

(revisi 2010).

Dalam IFRS 3R.BC369, dijelaskan bahwa IFRS 3 yang lama (2004)

menggunakan model akumulasi-biaya (cost-accumulation model) dimana biaya-

terkait akuisisi dimasukkan sebagai bagian dari nilai tercatat aset yang diakuisisi.

Penting diperhatikan di sini yang disebutkan adalah aset (dan bukan bisnis) yang

diakuisisi. IASB pada saat yang sama mengakui bahwa semua akuisisi aset

adalah merupakan transaksi yang serupa (similar transactions), sehingga, secara

konsep, harusnya diperlakukan dengan cara yang serupa pula, terlepas apakah

aset tersebut diperoleh secara terpisah atau tersendiri, atau sebagai bagian dari

suatu kelompok aset yang dapat memenuhi definisi sebagai suatu bisnis. Namun

pada saat ini (yaitu pada saat penerbitan IFRS 3R (2008)), pihak IASB

sementara ini dapat menerima bahwa dengan memperlakukan akuntansi untuk

transaksi biaya-terkait akuisisi terpisah dari transaksi kombinasi bisnis, dimana

Page 18: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 18

biaya-biaya tersebut pada umumnya dibebankan sebagai biaya periode berjalan

pada saat biaya tersebut timbul untuk jasa-jasa yang sudah diterimanya terkait

dengan suatu kombinasi bisnis, akan mengakibatkan perbedaan dengan standar-

standar akuntansi atau praktek-praktek lainnya yang sudah diterima dimana

biaya-terkait akuisisi wajib atau diperbolehkan dikapitalisasi sebagai bagian dari

nilai perolehan dari suatu akuisisi aset.

Lebih lanjut, IASB berkesimpulan bahwa justru standar revisi ini (dimana

sebelumnya biaya-terkait akuisisi dikapitalisasi ke dalam nilai perolehan investasi

menjadi wajib dibebankan sebagai biaya periode berjalan), akan dapat

meningkatkan [kualitas] pelaporan keuangan.

Pertama, dengan menghilangkan ketidak-konsistenan dalam perlakuan

akuntansi untuk biaya-terkait akuisisi sehubungan dengan suatu kombinasi

bisnis. Justru apabila biaya-terkait akuisisi atas aset atau kelompok aset yang

memenuhi definisi suatu bisnis (menurut IFRS 3R atau PSAK 22 (revisi 2010)

tidak dibiayakan, maka IASB melihat bahwa biaya-terkait akuisisi tersebut akan

tercampur atau tergabung ke dalam nilai goodwill dan bukan nilai perolehan

aset yang bersangkutan, sebagaimana terjadi pada praktik dalam penerapan

IFRS 3 (2004). Karena dimasukkan ke dalam nilai goodwill, maka menjadi tidak

konsisten juga dengan akuntansi untuk akuisisi aset, karena justru dalam

pencatatannya dimasukkan ke dalam nilai goodwill, dan bukan nilai perolehan

aset yang bersangkutan.

Kedua, ketidak-konsistenan terkait perlakuan akuntansi untuk biaya-biaya

terkait akuisisi bisnis, sebagaimana diatur dalam IFRS 3 (2004), dapat

dihilangkan. Sebelumnya nilai akuisisi suatu bisnis termasuk biaya-biaya

langsung (direct costs) namun tidak termasuk biaya tidak langsung (indirect

costs) dan biaya langsung yang boleh dikapitalisasi hanya terkait dengan

transaksi akuisisi bisnis yang berhasil, sedangkan kalau tidak berhasil, biaya

langsung yang sudah sempat dikapitalisasi tersebut akan dibebankan ke

laporan laba rugi. Biaya tidak langsung terkait akuisisi bisnis, walaupun akuisisi

tersebut berhasil, namun tetap saja menurut standar akuntansi yang lama

(IFRS 3 (2004)) perlu dibiayakan. Ketidak-konsisten di atas telah ditiadakan

sama sekali dalam IFRS 3R (2008) dengan membiayakan semua biaya-terkait

akuisisi, terlepas apakah biaya-biaya tersebut merupakan biaya langsung atau

tidak langsung, dan apakah ia terkait dengan transaksi akuisisi bisnis yang

berhasil atau tidak.

Ketiga, dengan menerapkan prinsip pengukuran nilai wajar ke semua transaksi

kombinasi bisnis. Tentunya yang menjadi pertanyaan adalah apakah biaya-

Page 19: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 19

terkait akuisisi suatu bisnis merupakan bagian dari imbalan yang dialihkan

sebagai pertukaran dengan pihak yang diakuisisi. IASB berkesimpulan dalam

IFRS 3R (2008) bahwa biaya-terkait akuisisi bisnis tersebut bukan merupakan

bagian dari pertukaran nilai wajar antara pihak pembeli dan penjual bisnis

tersebut.

b) Biaya-terkait akuisisi bisnis yang wajib dibebankan sebagai biaya periode berjalan

adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi dalam rangka

kombinasi bisnis. Ketentuan ini dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya

penyalahgunaan, dimana pihak pengakuisisi dengan mengetahui bahwa biaya-

terkait akuisisi bisnis bukan lagi bagian dari nilai perolehan bisnis dan wajib

dibebankan ke laporan laba rugi, maka pihak pengakuisisi dapat saja melakukan

modifikasi atas transaksi sedemikian rupa sehingga pihak pengakuisisi tidak perlu

membebankan biaya-biaya tersebut. Salah satu caranya, adalah dengan meminta

pihak penjual membayarkan terlebih dahulu tagihan-tagihan dari pihak penyedia

jasa (catatan: tagihan dapat diatur untuk dialamatkan ke pihak penjual sebagai

pihak yang diakuisisi), lalu pihak penjual diminta membebankan biaya tersebut ke

dalam nilai penjualan bisnis. Pihak penjual bisa saja setuju dengan permintaan

dari pihak pembeli demi terjadinya transaksi penjualan. Dari sudut penting

kepentingan pihak penjual bisnis, yang penting, nilai penjualan bisnis pada saat

penutupan transaksi, selain dapat mencakup harga wajar penjualan bisnis yang

diminta oleh pihak penjual, akan dapat pula menutupi biaya-biaya yang sudah

dibayarkan terlebih dahulu oleh pihak penjual untuk kepentingan pihak pembeli

atau pengakuisisi. Dengan cara demikian, biaya-terkait akuisisi bisnis telah

dimasukkan ke dalam imbalan yang dialihkan, sehingga mengakibatkan nilai

wajar akuisisi dan nilai goodwill menjadi dinyatakan lebih besar (overstated).

IASB [IFRS 3R (2008).BC 370] menyadari adanya kemungkinan terjadinya

penyalahgunaan di atas, telah mengatur dalam paragraf 52 (dari PSAK 22 (revisi

2010), dimana disebutkan bahwa:

Transaksi yang dilakukan oleh atau atas nama pihak pengakuisisi atau utamanya

untuk kepentingan pihak pengakuisisi atau entitas hasil penggabungan, dan

bukan utamanya untuk kepentingan pihak yang diakuisisi (atau pemilik

sebelumnya) sebelum kombinasi, adalah mungkin merupakan suatu transaksi

terpisah. Berikut ini adalah contoh transaksi terpisah yang tidak dimasukkan

dalam menerapkan metode akuisisi (catatan penulis: yang berarti diperlakukan

terpisah dari nilai imbalan yang dialihkan kepada pihak yang diakuisisi dan aset

yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih dalam kombinasi bisnis):

Page 20: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 20

(a) Transaksi yang bertujuan untuk menyelesaikan hubungan yang telah ada

sebelumnya antara pihak pengakuisisi dan pihak yang diakuisisi;

(b) Transaksi yang memberikan remunerasi kepada karyawan atau pemilik

sebelumnya dari pihak yang diakuisisi untuk jasa masa depan; dan

(c) Transaksi yang merupakan penggantian kepada pihak yang diakuisisi

atau pemilik sebelumnya atas pembayaran biaya-terkait akuisisi pihak

pengakuisisi.

Jadi di sini, IFRS 3R (2008) atau PSAK 22 (revisi 2010) mewajibkan bahwa

pembayaran apapun yang dilakukan oleh pihak pengakuisisi ke pihak yang

diakuisisi (atau para pemegang saham atau pemilik terdahulu) sehubungan

dengan kombinasi bisnis yang merupakan pembayaran untuk barang atau jasa

yang bukan merupakan bagian dari bisnis yang diakuisisi, wajib dipisahkan

dan diatribusikan ke barang atau jasa yang bersangkutan, serta diperlakukan

sebagai suatu transaksi terpisah dari transaksi kombinasi bisnis itu sendiri.

IFRS 3R (2008) atau PSAK 22 (Revisi 2010) secara spesifik mengharuskan pihak

pengakuisisi untuk menentukan apakah bagian tertentu dari jumlah atau nilai

transfer ke pihak yang diakuisisi adalah terpisah dari imbalan yang dilakukan

untuk memperoleh bisnis pihak yang diakuisisi, serta aset yang diperoleh dan

liabilitas yang diambil-alih dalam suatu kombinasi bisnis. Dengan kata lain, pihak

pengakuisisi perlu membedakan antara:

nilai imbalan yang dialihkan terkait akuisisi bisnis12, dengan

jumlah pembayaran yang dilakukan ke pihak yang diakuisisi (atau pemegang

saham atau pemilik sebelumnya), dimana dapat saja jumlah pembayaran

tersebut mencakup nilai imbalan yang dialihkan dan pembayaran lainnya

dalam rangka biaya-terkait akuisisi bisnis.

12

Imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar, yang dihitung sebagai hasil penjumlahan dari nilai wajar tanggal akuisisi atas:

seluruh aset yang dialihkan oleh pihak pengakuisisi,

liabilitas yang diakui oleh pihak pengakuisi kepada pemilik sebelumnya dari pihak yang diakuisisi, dan

kepentingan ekuitas yang diterbitkan oleh pihak pengakuisisi. (Namun demikian, setiap bagian penghargaan pembayaran berbasis saham dari pihak pengakuisisi yang ditukarkan dengan penghargaaan yang dimiliki oleh karyawan pihak yang diakuisisi yang termasuk dalam imbalan yang dialihkan dalam kombinasi bisnis diukur sesuai dengan paragraf 30 dan bukannya dengan nilai wajar). Contoh bentuk potensial dari imbalan tersebut termasuk kas, aset lainnya, bisnis atau entitas anak dari pihak pengakuisisi, imbalan kontinjensi, instrumen ekuitas biasa atau preferen, opsi, waran dan kepentingan anggota dari entitas bersama. [PSAK 22 (revisi 2010) paragraf 37].

Page 21: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 21

Ketentuan di atas diatur dalam PSAK 22 (revisi 2010) bagian Menentukan Bagian

dari Transaksi Kombinasi Bisnis (Penerapan Paragraf 51 dan 52) B50, dimana

memberikan panduan sebagai berikut:

Pihak pengakuisisi wajib mempertimbangkan faktor-faktor di bawah ini, dimana

tidak saling meniadakan satu sama lain atau tidak secara individual dapat ditarik

kesimpulan, untuk menentukan apakah suatu transaksi adalah bagian dari

pertukaran untuk pihak yang diakuisisi atau apakah transaksi tersebut terpisah

dari kombinasi bisnis.

(a) Alasan terjadinya transaksi

Dengan memahami alasan mengapa para pihak dalam kombinasi bisnis (yaitu

pihak pengakuisisi dan pihak yang diakuisisi serta para pemiliknya, pihak direksi

dan para manajer – termasuk agen mereka) berkeinginan untuk mengadakan

suatu transaksi atau perjanjian tertentu, akan dapat memberikan suatu gambaran

terkait apakah transaksi atau perjanjian tersebut merupakan bagian dari imbalan

yang dialihkan dan aset yang diperoleh atau liabilitas yang diambil-alih atau

ditanggung. Misalnya, jika suatu transaksi dirancang sedemikian rupa terutama

untuk mendatangkan keuntungan bagi pihak pengakuisisi atau entitas hasil

penggabungan dan bukannya untuk keuntungan pihak yang diakuisisi atau

pemilik terdahulu sebelum kombinasi bisnis, maka bagian dari harga transaksi

yang dibayarkan tersebut (dan aset atau liabilitas lainnya yang terkait)

kemungkinan kecil menjadi bagian pertukaran untuk pihak yang diakuisisi.

Dengan demikian, pihak pengakuisisi akan memperhitungkan bagian tersebut

terpisah dari kombinasi bisnis.

(b) Pihak mana yang memprakarsai transaksi tersebut

Dengan memahami pihak mana yang memprakarsai transaksi dapat juga

memberikan gambaran mengenai apakah transaksi tersebut merupakan bagian

dari pertukaran untuk pihak yang diakuisisi. Misalnya, suatu transaksi atau

peristiwa lainnya yang diprakarsai oleh pihak pengakuisisi mungkin dilakukan

dengan tujuan untuk mendatangkan manfaat ekonomi di masa depan kepada

pihak pengakuisisi atau entitas hasil penggabungan dengan sedikit atau bahkan

tidak ada manfaat yang diterima oleh pihak yang diakuisisi atau pihak pemilik

terdahulunya sebelum kombinasi bisnis. Di lain pihak, suatu transaksi atau

perjanjian yang diprakarsai oleh pihak yang diakuisisi atau para pemilik

terdahulunya kemungkinan kecil untuk mendatangkan keuntungan bagi pihak

Page 22: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 22

pengakuisisi atau entitas hasil penggabungan dan lebih cenderung menjadi

bagian dari transaksi kombinasi bisnis.

(c) Waktu (timing) terjadinya transaksi

Dengan mengetahui waktu terjadinya transaksi juga dapat memberikan gambaran

mengenai apakah transaksi tersebut merupakan bagian dari pertukaran untuk

pihak yang diakuisisi. Misalnya, suatu transaksi antara pihak pengakuisisi dan

pihak yang diakuisisi yang terjadi selama proses negosiasi tentang persyaratan-

persyaratan dari kombinasi bisnis, mungkin telah dilakukan dalam rangka

mempertimbangkan kombinasi bisnis yang memberikan manfaat ekonomi masa

depan kepada pihak pengakuisisi atau entitas hasil penggabungan. Jika demikian,

pihak yang diakuisisi atau para pemilik terdahulunya sebelum kombinasi bisnis

cenderung akan menerima sedikit keuntungan atau bahkan tidak ada keuntungan

dari transaksi tersebut kecuali untuk keuntungan yang mereka terima sebagai

bagian dari entitas hasil penggabungan.

Biaya-Terkait Akuisisi Aset Bukan Bisnis

Suatu transaksi akuisisi aset atau kelompok aset yang tidak memenuhi definisi bisnis

menurut PSAK 22 (revisi 2010) 13 , maka transaksi tersebut diistilahkan sebagai suatu

transaksi “akuisisi aset”, transaksi mana dikecualikan dari ruang lingkup PSAK 22 (revisi

2010).

13

Lampiran A Bagian Istilah PSAK 22 (revisi 2010) memberikan definisi “bisnis” sebagai: Suatu rangkaian terpadu dari kegiatan dan aset yang mampu diadakan dan dikelola dengan tujuan memberikan hasil dalam bentuk dividen, biaya yang lebih rendah, atau manfaat ekonomi lainnya secara langsung kepada investor atau pemilik, anggota, atau peserta lainnya. PSAK 22 (revisi 2010) Lampiran B Panduan Aplikasi tentang Definisi Bisnis (Penerapan Paragraf 3) B07 sampai B12 memberikan panduan lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud suatu “bisnis” menurut PSAK 22 (revisi 2010). Dijelaskan bahwa suatu bisnis terdiri dari input dan proses yang diterapkan pada input tersebut dan mampu menghasilkan output. Walaupun bisnis biasanya menghasilkan output, akan tetapi output tidak disyaratkan untuk suatu rangkaian terpadu agar dapat disebut sebagai suatu bisnis [B07]. Penentuan apakah serangkaian aset dan aktivitas tertentu disebut sebagai suatu bisnis didasarkan pada apakah rangkaian terpadu itu dapat dilakukan dan dikelola sebagai suatu bisnis oleh pelaku pasar. Oleh karena itu, dalam mengevaluasi apakah rangkaian tertentu merupakan suatu bisnis, hal ini bukan merupakan suatu hal yang relevan apakah pihak penjual yang mengoperasikan rangkaian tersebut sebagai suatu bisnis atau apakah pihak pengakuisisi yang bermaksud mengoperasikan rangkaian tersebut sebagai suatu bisnis [B011]. Dalam hal tidak ada bukti sebaliknya, rangkaian aset dan aktivitas tertentu yang mempunyai goodwill dianggap sebagai suatu bisnis. Tetapi, suatu bisnis tidak harus mempunyai goodwill [B12].

Page 23: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 23

PSAK 22 (revisi 2010) pada bagian Ruang Lingkup [paragraf 02] memberikan petunjuk

bagaimana perlakuan akuntansi bagi pihak pengakuisisi dalam suatu transaksi akuisisi aset.

Dalam hal ini, diatur 2 (dua) hal, yaitu:

Pihak pengakuisisi melakukan identifikasi dan mengakui setiap aset teridentifikasi

yang diperoleh (termasuk aset yang memenuhi definisi dari, dan kriteria pengakuan

untuk, aset takberwujud sebagaimana diatur dalam PSAK 19 (revisi 2010) tentang

Aset Takberwujud) dan liabilitas yang diambil-alih.

Biaya perolehan dari kelompok aset tersebut dialokasikan kepada masing-masing

aset teridentifikasi dan liabilitas berdasarkan nilai wajar relatifnya pada tanggal

pembelian.

Walaupun tidak disebutkan, namun sebagaimana dijelaskan pada halaman ________, pada

umumnya, biaya perolehan aset yang bukan bisnis akan mencakup:

biaya pembelian aset, ditambah

biaya-terkait akuisisi aset.

Lebih lanjut disebutkan bahwa transaksi atau peristiwa akuisisi aset tersebut tidak

menimbulkan goodwill. Dengan demikian, seluruh biaya perolehan aset, yang terdiri dari

biaya pembelian ditambah biaya-terkait akuisisi/perolehan, akan dialokasikan ke masing-

masing aset teridentifikasi yang diperoleh berdasarkan nilai wajar relatifnya. Tidak ada

selisih lebih (atau kurang) biaya perolehan aset di atas (atau di bawah) nilai agregat nilai

wajar seluruh aset teridentifikasi yang diperoleh, yang diakui sebagai goodwill atau

pembelian dengan diskon. Kalaupun terjadi selisih lebih (atau kurang), selisih tersebut akan

dialokasikan secara proporsional ke masing-masing aset teridentifikasi berdasarkan nilai

wajar relatifnya.

Contoh:

PT Maju Lancar Selalu membeli seluruh aset dan liabilitas milik Bapak Hasan pada tanggal

1 Januari 2012 dengan nilai imbalan yang dialihkan ke Bapak Hasan sebesar Rp230 milyar

PT Maju Lancar Selalu mengeluarkan biaya-terkait akuisisi untuk jasa kantor konsultan

(kantor akuntan publik, konsultan pajak dan kantor jasa penilai publik serta konsultan

hukum) dan makelar (finder’s fee) dengan total biaya sebesar Rp5 milyar.

Aset dan liabilitas milik Bapak Hasan tidak memenuhi definisi bisnis menurut PSAK 22

(revisi 2010).

Rincian aset teridentifikasi dan liabilitas PT Maju Lancar Terus pada tanggal 1 Januari 2012

adalah sebagai berikut:

Page 24: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 24

Nilai Tercatat

(dalam ribuan

Rupiah)

Nilai Wajar

(dalam ribuan

Rupiah)

Kas 12.000.000 12.000.000

Piutang usaha – bersih 40.000.000 40.000.000

Persediaan 50.000.000 60.000.000

Aset tetap – tanah 30.000.000 100.000.000

Aset tetap – bangunan (sesudah

dikurangi akumulasi penyusutan)

25.000.000 20.000.000

Aset tetap – mesin dan peralatan

(sesudah dikurangi akumulasi

penyusutan)

75.000.000 70.000.000

Aset takberwujud – paten - 25.000.000

Total Aset 232.000.000 327.000.000

Liabilitas 100.000.000 100.000.000

Aset neto 132.000.000 227.000.000

Mengingat bahwa akuisisi atas aset neto milik Bapak Hasan tidak memenuhi definisi bisnis

menurut PSAK 22 (revisi 2010), maka akuisisi tersebut bukan merupakan transaksi

kombinasi bisnis, dan dengan demikian, dibukukan sebagai transaksi akuisisi aset, dan

seluruh nilai perolehan aset sebesar Rp235milyar (Rp230milyar + Rp5milyar) dialokasikan

ke setiap aset teridentifikasi dan liabilitas berdasarkan nilai wajar relatifnya pada tanggal 1

Januari 2012, sebagai berikut:

Nilai Wajar

(dalam ribuan

Rupiah)

Nilai Wajar

Relatif

(dalam % -

dibulatkan)

Nilai Perolehan

(dalam ribuan

Rupiah)

Kas 12.000.000 5 11.750.000

Piutang usaha – bersih 40.000.000 18 42.300.000

Persediaan 60.000.000 26 61.100.000

Aset tetap – tanah 100.000.000 44 103.400.000

Aset tetap – bangunan

(sesudah dikurangi akumulasi

penyusutan)

20.000.000 9 21.150.000

Aset tetap – mesin dan 70.000.000 31 72.850.000

Page 25: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 25

Nilai Wajar

(dalam ribuan

Rupiah)

Nilai Wajar

Relatif

(dalam % -

dibulatkan)

Nilai Perolehan

(dalam ribuan

Rupiah)

peralatan (sesudah dikurangi

akumulasi penyusutan)

Aset takberwujud – paten 25.000.000 11 25.850.000

Total Aset 327.000.000

Liabilitas (100.000.000) (44) (103.400.000)

Aset Neto 227.000.000 100 235.000.000

Opini Terkait Ketentuan Perpajakan

Dari segi ketentuan perpajakan, tampak tidak ada pengaturan spesifik mengenai apakah

biaya-terkait akuisisi apakah wajib dibebankan sebagai biaya tahun berjalan atau wajib

dikapitalisasi sebagai bagian dari imbalan dengan pihak yang diakuisisi (dalam hal ini berarti

dikapitalisasi sebagai bagian dari aset yang diperoleh atau liabilitas yang diambil-alih).

Menurut hemat penulis, perlu kembali ke Pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) terkait pembukuan

atau pencatatan wajib pajak.

Penjelasan Pasal 28 ayat (7) paragraf terakhir UU KUP menyebutkan bahwa:

Dengan demikian, pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim

dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali

peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan lain.

Namun di lain pihak, penulis juga mencatat bahwa IASB sendiri tidak konsisten, di dalam

IFRS 3 (sebelum revisi tahun 2008), biaya-terkait akuisisi dikapitalisasi sebagai bagian dari

nilai perolehan.

IASB berpendapat bahwa biaya-terkait akuisisi bukan merupakan bagian dari pertukaran

nilai wajar antara pihak pembeli dan penjual dari suatu bisnis. Biaya-biaya tersebut

merupakan transaksi yang terpisah dimana pihak pembeli melakukan pembayaran sebesar

nilai wajar dari jasa yang diterima. IASB juga mengamati bahwa biaya-biaya tersebut pada

umumnya tidak mencerminkan aset dari pihak pengakuisisi pada tanggal akuisisi sebab

pihak pengakuisisi menerima manfaat pada saat jasa tersebut diberikan.

Page 26: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 26

Ketentuan untuk membiayakan biaya transaksi berbeda dari perlakuan atas biaya yang

sama ketika suatu entitas memperoleh suatu aset individual, dimana dalam hal ini, biaya-

biaya transaksi tersebut pada umumnya termasuk dalam biaya perolehan aset.

Bagaimanapun juga, IASB berkesimpulan bahwa standar revisi ini turut meningkatkan

pelaporan keuangan dengan mengeliminasi ketidakkonsistenan dalam akuntansi untuk

kombinasi bisnis.

Memang akan didapati bahwa dampak yang besar terhadap laporan laba rugi akan terjadi

pada tahun terjadinya akuisisi, namun dalam tahun-tahun selanjutnya, laba rugi yang

dilaporkan akan berkurang volatilitasnya pada saat uji penurunan nilai (impairment test) atas

goodwill secara tahunan akan dilakukan atas saldo awal yang berkurang, dibandingkan

dengan standar yang lama (sebelum revisi 2008).

2.2 Biaya-Terkait Akuisisi untuk Penerbitan Efek Utang dan Efek Ekuitas

Kombinasi bisnis dalam Lampiran A Istilah PSAK 22 (revisi 2010) didefinisikan sebagai:

Suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian

atas satu atau lebih bisnis.

Pihak pengakuisisi mungkin memperoleh pengendalian atas pihak yang diakuisisi dengan

beberapa cara, misalnya [PSAK 22 (revisi 2010) Lampiran B Panduan Aplikasi bagian

Identifikasi Kombinasi Bisnis (Penerapan Paragraf 3) B05):

(a) Dengan mengalihkan kas, setara kas atau aset lainnya (termasuk aset neto yang

merupakan suatu bisnis);

(b) Dengan menimbulkan liabilitas;

(c) Dengan menerbitkan kepentingan ekuitas;

(d) Dengan memberikan lebih dari satu jenis imbalan; atau

(e) Tanpa mengalihkan imbalan, termasuk yang hanya berdasarkan kontrak.

Jadi terkait dengan penerbitan efek utang atau efek ekuitas dalam suatu kombinasi bisnis,

imbalan yang dialihkan dari pihak pengakuisisi ke pihak yang diakuisisi (atau pemegang

saham atau pemilik sebelumnya) dapat juga berupa:

kas, dimana kas ini bisa saja berasal dari hasil penerbitan efek utang atau efek ekuitas

ke pihak eksternal.

efek utang atau efek ekuitas. Di sini pihak pengakuisisi menerbitkan efek utang atau

efek ekuitas yang kemudian diberikan kepada pihak yang diakuisisi (atau pemegang

saham atau pemilik sebelumnya).

Page 27: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 27

Dalam hal efek utang sebagai imbalan yang dialihkan (atau yang juga dikenal sebagai

“loan stock”14), maka pihak pemegang saham penjual bisnis, secara langsung atau

tidak langsung, telah menukarkan kepemilikan saham pada perusahaan atau bisnis

yang dijual, yang ditukar dengan kepemilikan pada efek utang pada perusahaan

lainnya. Dalam hal ini berarti suatu investasi ekuitas ditukar dengan investasi pada

instrumen berbunga tetap atau mengambang.

Dalam hal efek ekuitas (baik saham biasa atau saham preferen) sebagai imbalan yang

dialihkan, berarti pihak pemegang saham penjual bisnis mempertukarkan kepemilikan

ekuitas antara satu perusahaan yang dijual dengan saham perusahaan lainnya (share-

for-share exchange).

Terdapat kemungkinan efek utang yang diterbitkan berupa efek utang konvertibel

(convertible bond atau convertible loan stock), dimana pihak pemegang saham penjual

bisnis menukarkan kepemilikan sahamnya pada perusahaan atau bisnis yang dijual

dengan kepemilikan efek utang konvertibel yang diterbitkan oleh perusahaan lainnya,

yang dapat memiliki tingkat bunga tetap atau mengambang. Dengan demikian,

pemegang saham penjual bisnis memiliki opsi untuk mengkonversi efek utang

konvertibel tersebut menjadi investasi saham di kemudian hari. Tentunya apakah akan

dilakukan konversi di kemudian hari, akan sangat ditentukan oleh perkembangan

harga saham di kemudian hari, apakah menguntungkan atau tidak apabila dikonversi

ke saham. Apabila harga saham meningkat di kemudian hari, pihak pemegang efek

utang konvertibel ada kemungkinan akan menukarkannya. Sebaliknya apabila harga

saham mengalami penurunan, pihak pemegang efek utang konvertibel kemungkinan

tidak akan melakukan konversi guna tetap memperoleh pembayaran bunga yang

jumlahnya tetap atau mengambang. Persyaratan dan kondisi (terms and conditions)

dari isi perjanjian efek utang konvertibel dapat saja mempersyaratkan bahwa terdapat

jangka waktu periode pelaksanaan konversi yang dibatasi, atau harga konversi telah

ditentukan di muka, atau bahkan, konversi bersifat wajib dilakukan (mandatory

convertible bonds).

PSAK 22 (revisi 2010) paragraf 53 mewajibkan pihak pengakuisisi mencatat biaya-terkait

akuisisi sebagai beban pada periode pada saat biaya tersebut terjadi dan jasa diterima,

dengan satu pengecualian, yaitu biaya untuk menerbitkan efek utang dan efek ekuitas,

dimana wajib diakui sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan:

Pengakuan dan Pengukuran dan PSAK 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan:

Penyajian dan Pengungkapan, atau PSAK revisinya, yaitu:

14

Lewis, Richard, dan David Pendrill. Advanced Financial Accounting. England: Financial Times Prentice Hall, 2004. Edisi ketujuh. Halaman 365.

Page 28: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 28

PSAK 50 (revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian.

PSAK 55 (revisi 2011) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

Biaya-terkait akuisisi yang disebutkan dalam paragraf 53 yang dikeluarkan pihak

pengakuisisi sehubungan dengan suatu kombinasi bisnis, secara garis besar dapat

dibedakan ke dalam 2 (dua) kategori, sebagai berikut:

Pertama, biaya-biaya konsultan hukum, bankir investasi, akuntan dan pihak ketiga,

biaya road show, dan lain-lain;

Kedua, biaya-biaya terkait penerbitan dan pendaftaran instrumen atau efek utang dan

efek ekuitas. Misalnya:

a) biaya jasa profesional untuk membuat prospektus atau information memorandum

(dikenal sebagai info memo),

b) biaya pencetakan efek utang (misalnya obligasi, medium term notes, floating rate

notes, convertible bonds dan exchangeable securities) atau efek ekuitas (misalnya

saham biasa, saham preferen, dan waran),

c) biaya pengurusan pelaporan perubahan anggaran dasar atau akte pendirian ke

otoritas yang berwenang (misalnya, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia),

d) biaya notaris untuk perubahan anggaran dasar perusahaan,

e) biaya konsultan hukum untuk membuat draf dan finalisasi dokumen hukum terkait

efek utang atau efek ekuitas.

f) Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau

Pemegang Obligasi (RUPO) termasuk biaya pemasangan di surat kabar untuk

undangan rapat.

2.2.1 Biaya Transaksi untuk Penerbitan Efek Ekuitas

PSAK 50 (revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian mengatur bahwa biaya

transaksi yang timbul dari transaksi ekuitas, dicatat sebagai pengurang ekuitas, setelah

dikurangi dampak pajak penghasilan terkait [paragraf 38].

Lebih lanjut dalam paragraf 40 dikatakan bahwa:

Entitas pada umumnya membayar berbagai biaya dalam penerbitan atau perolehan kembali

instrumen ekuitasnya. Biaya tersebut antara lain berupa biaya pendaftaran dan komisi lain

yang ditetapkan, biaya yang dibayarkan kepada penasehat hukum, akuntan, dan penasehat

profesional lain, biaya percetakan dan materai. Biaya transaksi yang timbul dari transaksi

ekuitas dicatat sebagai pengurang ekuitas (setelah dikurangi dampak pajak

penghasilan), sepanjang biaya tersebut merupakan biaya tambahan yang dapat

diatribusikan secara langsung dengan transaksi ekuitas, tetapi diabaikan jika tidak dapat

Page 29: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 29

diatribusikan secara langsung. Biaya transaksi ekuitas yang diabaikan tersebut diakui

sebagai beban.

Jadi dari paragraf 38 dan 40 PSAK 50 (revisi 2010), biaya transaksi terkait penerbitan efek

ekuitas yang dapat diperlakukan sebagai pengurang ekuitas adalah biaya-biaya yang

secara langsung diatribusikan dengan transaksi ekuitas.

Dasar pemahaman perlakuan biaya transaksi terkait transaksi ekuitas sebagai pengurang

ekuitas dapat dijelaskan sebagai berikut

o Dalam IAS 32 tentang Financial Instruments: Presentation Basis untuk Kesimpulan

(Basis for Conclusions) BC33, dijelaskan perlakuan bahwa biaya yang dapat

diatribusikan secara langsung tersebut disajikan sebagai pengurang ekuitas

didasarkan kepada pemahaman bahwa biaya-biaya transaksi tersebut terjadi sebagai

suatu bagian yang diperlukan guna menyelesaikan suatu transaksi ekuitas, sehingga

seharusnya diperlakukan sebagai bagian dari transaksi dimana biaya-biaya tersebut

memiliki kaitan (langsung). Mengkaitkan transaksi ekuitas dengan biaya transaksinya

memberikan gambaran hasil neto yang diperoleh dari penerbitan efek ekuitas, dan

dengan demikian, perlu juga disajikan demikian di bagian Ekuitas di Laporan Posisi

Keuangan.

Ketentuan dalam PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 38 dan 40 di atas (yang merupakan

adopsi dari IAS 32) pada dasarnya mengambil perlakuan akuntansi yang sudah

dijelaskan dalam SIC-17 (2000) tentang Equity – Costs of an Equity Transaction. SIC-

17 yang sudah dicabut tersebut sehubungan dengan telah direvisinya IAS 32 pada

tahun 2003 (yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2005), menyebutkan bahwa15:

Transaction costs, defined as incremental external costs directly attributable to an

equity transaction, should be accounted for as a deduction from equity.

The Interpretation applies to transactions involving the issuance or acquisition of

instruments of the reporting enterprise that are classified by that enterprise as

equity and result in a net increase or decrease to equity. Typical examples of

equity transactions subject to the Interpretation would include the issuance of

common shares for cash and the acquisition by an enterprise of its own equity

instruments.

Costs of a stock exchange listing of shares already outstanding, a secondary

offering of shares, a share split, or a stock dividend would not be considered costs

of an equity transaction subject to the Interpretation.

15

Diambil dari http://www.iasplus.com/en/standards/interpretations/interp62.

Page 30: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 30

o Pendekatan di atas juga sejalan atau konsisten dengan prinsip umum dalam IAS 32

atau PSAK 50 (revisi 2010), sebagaimana disebutkan dalam paragraf 38, dimana

perlakuan atas bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang berkaitan dengan

instrumen keuangan. Kalau item tersebut terkait dengan instrumen ekuitas, item

tersebut akan dimasukkan ke dalam bagian ekuitas. Di lain pihak, jika item tersebut

terkait dengan instrumen yang dikategorikan sebagai liabilitas keuangan, maka item

tersebut dimasukkan dalam pendapatan atau beban. Secara lengkapnya paragraf 38

PSAK 50 (revisi 2010) menyebutkan bahwa:

Bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang berkaitan dengan instrumen

keuangan atau komponen yang merupakan liabilitas keuangan diakui sebagai

pendapatan atau beban dalam laporan laba rugi.

Distribusi kepada pemegang saham instrumen ekuitas didebit oleh entitas secara

langsung ke ekuitas, setelah dikurangi dampak pajak penghasilan terkait. Biaya

transaksi yang timbul dari transaksi ekuitas, dicatat sebagai pengurang ekuitas,

setelah dikurangi dampak pajak penghasilan terkait.

Dari paragraf di atas, dapat dipahami bahwa klasifikasi suatu instrumen keuangan di

laporan posisi keuangan atau neraca menentukan bagaimana bunga, dividen,

kerugian dan keuntungan terkait dengan instrumen tersebut akan dilaporkan di

laporan laba rugi. Dengan demikian, kerugian terkait dengan suatu instrumen

keuangan yang dikategorikan sebagai ekuitas pihak penerbit efek ekuitas tersebut

akan dilaporan oleh pihak penerbit efek ekuitas sebagai bagian dari mutasi atau

perubahan ekuitas dan tidak dibebankan ke laporan laba rugi.

Hal di atas dipertegas dalam paragraf 39 PSAK 50 (revisi 2010), sebagai berikut:

Klasifikasi instrumen keuangan sebagai liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas

menentukan apakah bunga, dividen, kerugian dan keuntungan terkait dengan

instrumen tersebut diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laporan laba rugi.

Jadi pembayaran dividen atas saham yang sepenuhnya diakui sebagai liabilitas, diakui

sebagai beban sebagaimana pembayaran bunga atas obligasi. Demikian juga,

keuntungan dan kerugian yang terkait dengan penebusan atau pembiayaan kembali

liabilitas keuangan diakui dalam laporan laba rugi, sedangkan penebusan atau

pembiayaan kembali instrumen ekuitas diakui sebagai perubahan ekuitas.

Perubahan nilai wajar instrumen ekuitas tidak diakui dalam laporan keuangan.

Di sini terdapat 3 (tiga) hal yang perlu mendapat penjelasan, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan instrumen ekuitas?

Page 31: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 31

PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 7 memberikan definisi instrumen ekuitas sebagai

setiap kontrak16 yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah

dikurangi dengan seluruh liabilitasnya.

Hak residual in tidak perlu merupakan hak proporsional dengan urutan yang sama

dengan seluruh hak residual lainnya, misalnya, ia dapat saja berupa suatu hak

atas jumlah tetap dari saham entitas yang dapat memiliki urutan atau kedudukan

pertama. Untuk tujuan penentuan apakah suatu instrumen keuangan merupakan

instrumen ekuitas dan bukan merupakan liabilitas keuangan, PSAK 50 (revisi

2010) atau IAS 32 mewajibkan pihak penerbit untuk menerapkan definisi

instrumen ekuitas yang diperluas, dimana disebutkan dalam paragraf 12 PSAK 50

(revisi 2010).

Paragraf 12 menjelaskan lebih lanjut bahwa:

Ketika penerbit menerapkan definisi di paragraf 7 (di atas) untuk menentukan

apakah instrumen keuangan merupakan instrumen ekuitas, dan bukan

merupakan liabilitas keuangan, maka instrumen tersebut merupakan instrumen

ekuitas jika, dan hanya jika, kedua kondisi (a) dan (b) berikut terpenuhi:

(a) Instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual:

(i) Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain;

atau

(ii) Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan

entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan

penerbit.

(b) Jika instrumen tersebut akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen

ekuitas yang diterbitkan entitas, instrumen tersebut merupakan:

(i) Nonderivatif yang tidak memiliki kewajiban kontraktual bagi penerbitnya

untuk menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas

yang diterbitkan entitas; atau

(ii) Derivatif yang akan diselesaikan hanya dengan mempertukarkan

sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu

instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Untuk tujuan ini, rights, opsi

atau waran untuk memperoleh suatu jumlah yang tetap instrumen

16

“Kontrak” dan “kontraktual” mengacu pada suatu kesepakatan antara dua pihak atau lebih, yang memiliki konsekuensi ekonomi yang jelas dan kecil peluangnya akan diabaikan oleh pihak-pihak yang terlibat, umumnya karena pemenuhan kesepakatan ini dapat dipaksakan secara hukum. Dengan demikian kontrak dan instrumen keuangan mungkin memiliki bentuk yang beragam dan tidak perlu dalam bentuk tertulis [PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 09].

Page 32: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 32

ekuitas yang dimiliki entitas untuk jumlah yang tetap dari berbagai mata

uang adalah instrumen ekuitas jika entitas menawarkan rights, opsi atau

waran prorata terhadap semua pemilik yang ada saat ini pada kategori

yang sama pada instrumen ekuitas nonderivatif yang dimiliki. Juga,

untuk tujuan ini instrumen ekuitas yang diterbitkan penerbit tidak

termasuk instrumen yang memiliki semua fitur dan memenuhi

persyaratan yang dijelaskan di paragraf 13 dan 14, atau paragraf 15

dan 16, atau instrumen yang merupakan kontrak untuk menerima atau

menyerahkan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas di masa yang

akan datang.

2. Bagaimana kalau biaya-biaya transaksi tersebut terkait dengan efek utang dan

juga efek ekuitas?

Terdapat petunjuk yang diberikan dalam paragraf 41 PSAK 50 (revisi 2010)

dimana disebutkan bahwa:

Biaya transaksi yang terkait dengan penerbitan instrumen keuangan majemuk

dialokasikan pada komponen liabilitas dan ekuitas dari instrumen secara

proporsional dengan alokasi hasil yang diperoleh. Biaya transaksi yang terkait

dengan lebih dari satu transaksi (misalnya biaya yang timbul dari penawaran atas

sejumlah saham dan pencatatan saham lainnya secara bersamaan) dialokasikan

pada seluruh transaksi tersebut dengan menggunakan dasar alokasi yang

rasional dan konsisten dengan transaksi serupa.

Contoh (7.67 buku PWC):

Ketentuan perlunya biaya transaksi terkait penerbitan instrumen keuangan

majemuk (mengandung baik efek utang dan efek ekuitas) dialokasikan pada

komponen liabilitas dan ekuitas dari instrumen secara proporsional dengan

alokasi hasil yang diperoleh (proceeds), tentunya sejalan dengan ketentuan IAS

32 atau PSAK 50 (revisi 2010) dimana mewajibkan adanya pemisahan penyajian

di laporan posisi keuangan suatu entitas atas komponen liabilitas dan ekuitas dari

dari suatu instrumen keuangan [majemuk] tunggal (single compound financial

instrument).

Paragraf 31 PSAK 50 (revisi 2010) secara jelas menyebutkan bahwa

Penerbit instrumen keuangan nonderivatif mengevaluasi persyaratan instrumen

keuangannya untuk menentukan apakah instrumen tersebut mengandung

komponen ekuitas dan liabilitas. Komponen-komponen tersebut

Page 33: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 33

diklasifikasikan secara terpisah sebagai liabilitas keuangan, aset keuangan,

atau instrumen ekuitas sesuai dengan ketentuan di paragraf 11.

Paragraf 11 PSAK 50 (revisi 2010) menyatakan bahwa:

Penerbit instrumen keuangan pada saat pengakuan awal mengategorikan

instrumen tersebut atau komponen-komponennya sebagai liabilitas keuangan,

aset keuangan, atau instrumen ekuitas sesuai dengan substansi perjanjian

kontraktual dan definisi liabilitas keuangan, aset keuangan, dan instrumen ekuitas.

Paragraf 32 PSAK 50 (revisi 2010) juga menekankan perlunya:

Entitas mengakui secara terpisah komponen-komponen instrumen keuangan

yang:

(a) Menimbulkan liabilitas keuangan bagi entitas; dan

(b) Memberikan opsi bagi pemegang instrumen untuk mengkonversi instrumen

keuangan tersebut menjadi instrumen ekuitas dari entitas yang bersangkutan.

Misalnya, obligasi atau instrumen serupa yang dapat dikonversi oleh

pemegangnya menjadi saham biasa dengan jumlah yang telah ditetapkan

merupakan instrumen keuangan majemuk. Dari sudut pandang entitas, instrumen

ini terdiri dari dua komponen:

Liabilitas keuangan (perjanjian kontraktual untuk menyerahkan kas atau

aset keuangan lainnya) dan

Instrumen ekuitas (opsi beli yang memberikan hak pada pemegangnya

selama jangka waktu tertentu untuk mengkonversi instrumen tersebut

menjadi saham biasa dengan jumlah yang telah ditetapkan).

Dampak ekonomi dari penerbitan instrumen seperti ini secara substansial sama

dengan penerbitan secara simultan instrumen kewajiban yang memiliki ketentuan

pelunasan dipercepat dan waran untuk pembelian saham biasa, atau penerbitan

instrumen utang yang dilengkapi dengan waran beli saham yang dapat dipisahkan

(detachable share purchase warrants). Dengan demikian, dalam semua kasus,

entitas menyajikan komponen liabilitas dan ekuitas secara terpisah dalam

laporan posisi keuangan.

IAS 32 BC.22 (terkait instrumen keuangan majemuk) menjelaskan dasar

pemisahan terkait dengan instrumen keuangan tunggal yang mengandung

komponen efek/instrumen liabilitas dan efek/instrumen ekuitas dimana ketentuan

ini pada dasarnya lebih merupakan masalah bentuk (a matter of form) dan

bukannya masalah substansi (a matter of substance) bahwa kepentingan liabilitas

Page 34: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 34

dan ekuitas kedua-duanya dihadirkan melalui suatu instrumen keuangan tunggal,

dan bukannya dipisahkan menjadi dua atau lebih instrumen yang terpisah. IASB

percaya bahwa posisi keuangan suatu entitas akan dapat mencerminkan keadaan

sesungguhnya (faithful representation) dengan penyajian terpisah antara

komponen liabilitas dan ekuitas yang terdapat dalam suatu instrumen tunggal.

Terkait pemisahan komponen instrumen liabilitas dan instrumen ekuitas, perlu

dibahas bagaimana memisahkan kedua komponen tersebut dari suatu instrumen

keuangan majemuk.

Paragraf 34 dan 35 PSAK 50 (revisi 2010) menjelaskan hal tersebut.

[Paragraf 34] PSAK 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan

dan Pengukuran atau PSAK 55 (revisi 2011) tentang Instrumen Keuangan:

Pengakuan dan Pengukuran mengatur hal-hal yang berhubungan dengan

pengukuran aset dan liabilitas keuangan. Instrumen ekuitas adalah instrumen

yang memberikan hak residual atas aset entitas setelah dikurangi seluruh

liabilitasnya. Oleh karenanya, ketika nilai tercatat awal suatu instrumen

keuangan majemuk dialokasikan pada komponen ekuitas dan liabilitas,

maka komponen ekuitas yang dialokasikan adalah jumlah residu dari nilai

wajar instrumen keuangan secara keseluruhan dikurangi dengan nilai

komponen liabilitas yang ditetapkan secara terpisah. Nilai dari setiap fitur

derivatif (seperti opsi beli) yang melekat pada instrumen keuangan majemuk

selain komponen ekuitas (seperti opsi konversi ekuitas) merupakan bagian dari

komponen liabilitas. Jumlah nilai tercatat yang dialokasikan ke komponen

liabilitas dan ekuitas pada saat pengakuan awal selalu setara dengan nilai

wajar dari instrumen tersebut secara keseluruhan. Tidak ada keuntungan atau

kerugian yang timbul dari pengakuan awal komponen instrumen secara terpisah.

[Paragraf 35] Sesuai dengan pendekatan yang dijelaskan di paragraf 34, penerbit

obligasi yang dapat dikonversi menjadi saham biasa pertama kali menentukan

nilai tercatat komponen liabilitas dengan mengukur nilai wajar liabilitas serupa

(termasuk fitur derivatif nonekuitas melekat) yang tidak memiliki komponen

ekuitas. Nilai tercatat instrumen ekuitas yang ditunjukkan oleh opsi untuk

mengkonversi instrumen tersebut menjadi saham biasa, ditetapkan dengan

cara mengurangkan nilai wajar liabilitas keuangan dari nilai wajar instrumen

keuangan majemuk secara keseluruhan.

Page 35: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 35

Versi sebelumnya IAS 32 (yaitu versi revisi 2003) tidak menyebutkan metode

tertentu yang digunakan untuk memisahkan nilai tercatat awal dari suatu

instrumen keuangan majemuk ke masing-masing komponen liabilitas dan ekuitas.

Namun IAS 32 (versi revisi 2003) menyarankan pendekatan-pendekatan yang

bisa dipertimbangkan, seperti [IAS 32.BC23]:

(a) Ditentukan terlebih dahulu nilai wajar instrumen keuangan majemuk secara

keseluruhan, dan kemudian ditentukan nilai wajar komponen instrumen yang

nilai wajarnya lebih mudah untuk diukur atau ditentukan, dan selisih antara

kedua nilai wajar tersebut, yang merupakan jumlah residu dialokasikan ke

komponen instrumen yang relatif nilai wajarnya tidak mudah ditentukan

(seringkali merupakan komponen ekuitas). Pendekatan ini dikenal sebagai

metode “with-and-without”.

Pendekatan ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) cara:

Pertama, dalam hal nilai wajar komponen instrumen keuangan liabilitas

lebih mudah diukur, maka yang menjadi nilai residunya akan

dialokasikan ke komponen instrumen ekuitas.

Kedua, dalam hal nilai wajar komponen instrumen keuangan ekuitas

lebih mudah diukur, maka yang menjadi nilai residunya akan

dialokasikan ke komponen instrumen liabilitas.

(b) Mengukur komponen liabilitas dan ekuitas secara terpisah dan, sejauh

diperlukan, menyesuaikan nilai tersebut secara pro rata agar jumlah nilai dari

kedua komponen secara keseluruhan sama dengan nilai instrumen keuangan

majemuk. Pendekatan ini dikenal sebagai metode “relative fair value”.

Dengan diterbitkannya IAS 39 pada tahun ____, International Financial Reporting

Standards mencakup ketentuan-ketentuan terkait pengukuran aset keuangan dan

liabilitas keuangan. IAS 39 paragraf 43 mewajibkan suatu liabilitas keuangan

diukur pada saat pengakuan awal pada nilai wajarnya. Dengan demikian,

metode “relative fair value” dapat menghasilkan nilai pada saat pengakuan awal

dari komponen liabilitas yang tidak sesuai dengan IAS 39 [IAS 32.BC25].

Metode “relative fair value” juga menimbulkan permasalahan tidak hanya pada

saat pengakuan awal tetapi juga pengakuan sesudah pengakuan awal. Sesudah

pengakuan awal, suatu liabilitas keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui

laporan laba rugi, akan diukur pada nilai wajar sesuai dengan IAS 39 (catatan:

pada bulan November 2009, ketentuan mengenai pengukuran aset dan liabilitas?

dalam ruang lingkup IAS 39 dipindahkan dari IAS 39 ke IFRS 9 Financial

Instruments), dan liabilias keuangan lainnya diukur pada biaya perolehan

Page 36: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 36

diamortisasi (amortized cost). Untuk komponen liabilitas dari suatu instrumen

keuangan majemuk yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi,

tentunya bagi suatu entitas yang menerapkan metode “relative fair value”, entitas

tersebut dapat mengakui keuntungan atau kerugian segera sesudah pengakuan

awal terjadi [IAS 32.BC26]. Pengakuan keuntang atau kerugian tersebut jelas

bertentangan dengan IAS 32 paragraf 31 atau PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 34,

yang menyatakan bahwa:

Tidak ada keuntungan atau kerugian yang timbul dari pengakuan awal komponen

instrumen secara terpisah.

Pendekatan yang kemudian dipilih adalah pendekatan dimana komponen

instrumen liabilitas perlu ditentukan terlebih dahulu (termasuk nilai dari fitur

derivatif non-ekuitas yang melekat (embedded), misalnya fitur opsi beli melekat

(embedded call feature)), dan nilai residunya dialokasikan ke komponen

instrumen ekuitas. Dengan demikian, kedua pendekatan di bawah ini menjadi

tidak dapat dipergunakan yaitu:

Pendekatan “relative fair value”.

Pendekatan “with-and-without” dimana nilai wajar komponen instrumen

ekuitas diukur terlebih dahulu, dan selisih yang terjadi antara nilai wajar

instrumen keuangan majemuk secara keseluruhan dengan nilai wajar

komponen instrumen ekuitas yang telah diukur terlebih dahulu di atas,

kemudian dialokasikan ke komponen instrumen liabilitas [IAS 32.BC28].

Pendekatan “with-and-without” ini juga tidak sejalan dengan pemahaman atas

instrumen ekuitas yang merupakan hak residual, dimana dalam Kerangka

Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (Framework for the

Preparation and Presentation of Financial Statements), dan juga IAS 32 dan

IAS 39, mendefinisikan instrumen ekuitas sebagai setiap kontrak yang

memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi

dengan seluruh liabilitasnya. Paragraf 67 Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan bahkan menyebutkan bahwa jumlah ekuitas

yang disajikan di laporan posisi keuangan atau neraca tergantung pada

pengukuran aset dan liabilitas [IAS 32.BC27].

Dengan dikeluarkannya kedua alternatif pendekatan di atas, maka hanya akan

tersisa satu pendekatan yaitu pendekatan “with-and-without” dimana nilai wajar

komponen instrumen liabilitas diukur terlebih dahulu, dan selisih yang terjadi

antara nilai wajar instrumen keuangan majemuk secara keseluruhan dengan nilai

Page 37: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 37

wajar komponen instrumen liabilitas tersebut, kemudian dialokasikan ke

komponen instrumen ekuitas.

Dengan tersisanya hanya ada satu pendekatan, maka:

ketentuan terkait pemisahan komponen instrumen ekuitas dan liabilitas dari

instrumen keuangan majemuk tunggal menjadi konsisten dengan ketentuan

dalam pengukuran awal liabilitas keuangan dalam IAS 39 (atau IFRS 9) dan

definisi dalam IAS 32 serta Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan dari suatu instrumen ekuitas sebagai suatu hak residual

[IAS 32.BC29].

tidak diperlukannya lagi estimasi untuk input dan penerapan model penilaian

opsi yang rumit untuk mengukur komponen ekuitas dari beberapa instrumen

keuangan majemuk [IAS 32.BC30].

Meningkatkan kesebandingan (comparabiity) dalam penyajian laporan

keuangan yang diterbitkan oleh para entitas yang menerapkan IAS 32 (atau

PSAK 50 (revisi 2009) terkait hanya terdapat 1 (satu) pendekatan yang dapat

dipergunakan [IAS 32.BC30].

PSAK 50 (revisi 2010) Contoh Ilustrasi No. 9 - 12 paragraf CI34-CI50 atau IAS 32

Illustrative Examples paragraf IE34-IE50 memberikan ilustrasi terkait bagaimana

memisahkan instrumen keuangan majemuk saat pengakuan awal.

Ilustrasi berikut diambil dari Contoh Ilustrasi 9 – 12 PSAK 50 (revisi 2010)

[Contoh 9] Ilustrasi terkait dengan pemisahan instrumen keuangan majemuk saat

pengakuan awal, sebagai berikut:

Sebuah entitas menerbitkan obligasi yang dapat dikonversi (convertible

bonds) sejumlah 2.000 lembar pada awal Tahun 1.

Obligasi tersebut berjangka waktu 3 (tiga) dan dijual sesuai nilai nominalnya,

yaitu Rp1.000 per obligasi, dengan hasil sebesar Rp2.000.000.

Bunga dibayarkan di muka setiap tahunnya berdasarkan tingkat bunga

nominal yaitu 6%.

Tiap obligasi dapat dikonversikan setiap saat hingga jatuh temponya menjadi

250 lembar saham biasa.

Ketika obligasi tersebut diterbitkan, tingkat bunga pasar untuk utang sejenis

tanpa hak konversi sebesar 9%.

Page 38: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 38

Sesuai dengan paragraf 31 PSAK 50 (revisi 2010), maka komponen liabilitas

harus diukur terlebih dahulu, dan selisih antara hasil yang diterima dengan nilai

wajar komponen liabilitas dialokasikan sebagai komponen ekuitas. Nilai wajar

komponen liabilitas dihitung menggunakan tingkat bunga diskonto 9%, yang

merupakan tingkat bunga pasar untuk obligasi sejenis yang tidak memiliki hak

konversi.

Keterangan Jumlah

(Rupiah)

Nilai sekarang dari pokok obligasi Rp2.000.000 yang

harus dibayar dalam tiga tahun

1.544.367

Nilai wajar dari bunga sebesar Rp120.000 yang harus

dibayar di muka setiap tahunnya selama tiga tahun

303.755

Total komponen liabilitas 1.848.122

Komponen ekuitas (Rp2.000.000 - Rp1.848.122) 151.878

Hasil penerbitan obligasi konvertibel 2.000.000

Sesuai dengan 41 PSAK 50 (revisi 2010), apabila timbul biaya transaksi terkait

dengan penerbitan obligasi konvertibel tersebut di atas, misalnya Rp100.000,

maka biaya transaksi yang terkait dengan penerbitan instrumen keuangan

majemuk dialokasikan pada komponen liabilitas dan ekuitas dari instrumen secara

proporsional dengan alokasi hasil yang diperoleh.

Menggunakan contoh ilustrasi PSAK 50 (revisi 2010) di atas, maka biaya

transaksi sebesar Rp100.000 dialokasikan sebagai berikut:

Jumlah

(Rupiah)

Dasar

Alokasi

(%)

Hasil Alokasi

Biaya

Transaksi

Komponen liabilitas 1.848.122 92.4 92.400

Komponen ekuitas 151.878 7.6 7.600

Total hasil penerbitan obligasi

konvertibel

2.000.000 100.0 100.000

Sesuai dengan paragraf 40 PSAK 50 (revisi 2010), biaya transaksi yang timbul

dari transaksi ekuitas di atas dicatat sepanjang biaya tersebut merupakan biaya

tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan transaksi ekuitas,

biaya transaksi dicatat sebagai pengurang ekuitas (setelah dikurangi dampak

pajak penghasilan, jika ada).

Page 39: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 39

Dengan demikian, komponen ekuitas di atas sebesar Rp151.878 akan disajikan

sebesar Rp144.278, sesudah dikurangi dengan alokasi biaya transaksi sebesar

Rp7.600.

[Contoh 10] Ilustrasi terkait dengan pemisahan instrumen keuangan majemuk

yang memiliki fitur derivatif melekat berganda, sebagai berikut:

Diasumsikan bahwa hasil (proceeds) yang diterima dari penerbitan selembar

callable convertible bond adalah sebesar Rp60.

Nilai obligasi sejenis tanpa opsi beli atau konversi ekuitas adalah sebesar

Rp57.

Berdasarkan model penetapan harga opsi (option pricing model), harga dari

sebuah fitur opsi beli yang dilekatkan pada sebuah obligasi tanpa opsi

konversi ekuitas adalah sebesar Rp2.

Dari contoh ilustrasi di atas, alokasi nilai komponen instrumen liabilitas dan

ekuitas berdasarkan paragraf 34 PSAK 50 (revisi 2010) adalah sebagai berikut:

Keterangan Jumlah

(Rupiah)

Nilai yang dialokasikan kepada komponen liabilitas (Rp57 – Rp2) 55

Nilai yang dialokasikan kepada komponen ekuitas (Rp60 – Rp55) 5

Total hasil penerbitan callable convertible bond 60

Apabila terdapat biaya-biaya transaksi dari penerbitan callable convertible bond

tersebut, maka biaya tersebut akan dialokasikan berdasarkan hasil yang

diperoleh, dimana menggunakan contoh ilustrasi, adalah 91.67% (55/60) untuk

komponen instrumen liabilitas dan 8.33% (5/60) untuk komponen instrumen

ekuitas.

Contoh Ilustrasi 11 dari PSAK 50 (revisi 2010) adalah terkait dengan pembelian

kembali instrumen yang dapat dikonversi, namun hanya akan diambil CI40 – CI41

mengenai alokasi hasil penerbitan instrumen yang bersangkutan.

Untuk penyederhanan ilustrasi, pada saat penerbitan instrumen tersebut,

Nilai nominal dari instrumen tersebut diasumsikan sama dengan nilai

tercatat agregat komponen liabilitas dan ekuitas dalam laporan keuangan,

jadi tidak ada premi atau diskon.

Setoran pajak dihapuskan dalam contoh ini.

Page 40: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 40

Keterangan contoh ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut:

Pada tanggal 1 Januari 1999, Entitas A menerbitkan sebuah debenture

(obligasi tanpa jaminan) dengan tingkat bunga kupon 10%, yang dapat

dikonversi dengan nilai nominal sebesar Rp1.000 dan akan jatuh tempo pada

tanggal 31 Desember 2008.

Debenture ini dapat dikonversi menjadi saham biasa Entitas A dengan harga

konversi Rp25 per lembar.

Bunga akan dibayar tunai setiap setengah-tahunan.

Pada tanggal penerbitannya, Entitas A dapat menerbitkan instrumen utang

berjangka 10 (sepuluh) tahun dengan tingkat bunga kupon 11%.

Dalam laporan keuangan Entitas A, nilai tercatat debenture pada saat

penerbitannya dialokasikan sebagai berikut:

Keterangan Jumlah

(Rupiah)

Komponen Liabilitas

Nilai kini dari 20 kali pembayaran bunga tengah-tahunan

sebesar Rp50 dengan tingkat bunga diskonto sebesar 11%

597

Nilai kini dari nilai nominal Rp1.000 yang jatuh tempo dalam

10 tahun dengan tingkat bunga diskonto sebesar 11%

majemuk setengah-tahunan (compounded)

343

Total komponen instrumen liabilitas 940

Komponen Ekuitas

Hasil residu yang merupakan selisih antara Rp1.000

dikurangi total komponen instrumen liabilitas Rp940

60

Total hasil yang diperoleh dari penerbitan debenture

konvertibel

1.000

Apabila terdapat biaya-biaya transaksi dari penerbitan debenture konvertibel

tersebut, maka biaya tersebut akan dialokasikan berdasarkan hasil yang

diperoleh, dimana menggunakan contoh ilustrasi, adalah 94.0% (940/1.000) untuk

komponen instrumen liabilitas dan 6.0% (60/1.000) untuk komponen instrumen

ekuitas.

3. Bagaimana dengan biaya transaksi yang terkait dengan lebih dari satu transaksi?

Page 41: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 41

Baris kedua dari paragraf 41 PSAK 50 (revisi 2010) memberikan petunjuk terkait

hal ini, dimana disebutkan bahwa:

Biaya transaksi yang terkait dengan penerbitan instrumen keuangan majemuk

dialokasikan pada komponen liabilitas dan ekuitas dari instrumen secara

proporsional dengan alokasi hasil yang diperoleh. Biaya transaksi yang terkait

dengan lebih dari satu transaksi (misalnya biaya yang timbul dari penawaran

atas sejumlah saham dan pencatatan saham lainnya secara bersamaan)

dialokasikan pada seluruh transaksi tersebut dengan menggunakan dasar

alokasi yang rasional dan konsisten dengan transaksi serupa.

Situasi ini seringkali didapatkan dimana suatu entitas menawarkan sahamnya ke

publik melalui pasar modal, atau yang umum dikenal sebagai penawaran umum

saham perdana (Initial Public Offering – IPO). Dalam proses IPO, suatu entitas

akan menerbitkan saham baru (dapat berupa peningkatan modal dasar

(authorized capital stock), atau peningkatan modal ditempatkan (subscribed

capital stock)) yang ditawarkan kepada pihak investor guna memperoleh dana

segar dan, bersama-sama dengan saham yang sudah diterbitkan sebelumnya,

akan dicatatkan (listed) di bursa efek17. Di sini yang perlu dicermati, terdapat 2

(dua) saham yang dicatatkan di bursa efek, yaitu:

17

Dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) (http://www.idx.co.id/Home/Information/ForCompany/HowToBeaListedCompany/tabid/177/language/id-ID/Default.aspx) yang diakses pada tanggal 27 Juni 2012, diperoleh keterangan sebagai berikut: Saham yang dicatatkan di BEI dibagi atas dua papan pencatatan yaitu Papan Utama dan Papan Pengembangan dimana penempatan dari Perusahaan Tercatat didasarkan pada pemenuhan persyaratan pencatatan awal pada masing-masing papan pencatatan. Papan Utama ditujukan untuk Perusahaan Tercatat yang berskala besar, khususnya dalam hal nilai Aktiva Berwujud Bersih (Net Tangible Assets) yang sekurang-kurangnya Rp100 miliar. Sementara Papan Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang prospektif namun belum membukukan keuntungan. Persyaratan Pencatatan Saham adalah sebagai berikut: 1. Badan hukum Calon Perusahaan Tercatat berbentuk Perseroan Terbatas (PT). 2. Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam dan LK telah menjadi efektif. 3. Memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota Dewan Komisaris,

memiliki Direktur tidak terafiliasi, memiliki Komite Audit atau menyampaikan pernyataan untuk membentuk Komite Audit paling lambat 6 bulan setelah tercatat, memiliki Sekretaris Perusahaan.

4. Nilai nominal saham sekurang-kurangnya Rp100. 5. Calon Perusahaan Tercatat tidak sedang dalam sengketa hukum yang diperkirakan dapat

mempengaruhi kelangsungan perusahaan. 6. Bidang usaha baik langsung atau tidak langsung tidak dilarang oleh Undang-Undang yang

berlaku di Indonesia. 7. Khusus calon Perusahaan Tercatat yang bergerak dalam industri pabrikan, memiliki sertifikat

AMDAL dan tidak dalam masalah pencemaran lingkungan dan calon Perusahaan Tercatat yang

Page 42: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 42

a) Saham-saham yang sudah diterbitkan sebelum rencana IPO, saham mana

dimiliki oleh pemegang saham yang ada.

b) Saham-saham baru yang diterbitkan dalam rangka IPO dimana saham baru

tersebut ditawarkan ke investor publik.

Biaya-biaya yang terkait pada saham golongan a) di atas guna dicatatkan di bursa

efek bukan merupakan biaya transaksi terkait dengan penerbitan instrumen

ekuitas, melainkan semata-mata biaya yang dikeluarkan agar saham-saham

tersebut menjadi lebih dapat dijual ke publik (marketable), dan tidak dapat

dikatakan biaya-terkait penerbitan saham.

Dalam peristiwa yang lain, saham-saham golongan a) di atas dapat juga termasuk

dalam penjualan saham di pasar sekunder dimana saham-saham tersebut dijual

oleh pemegang saham yang ada kepada pihak investor lainnya, dan dalam hal ini,

pihak pemegang saham menerima pembayaran dari pihak investor. Dengan

demikian, transaksi ini tidak terkait dengan perusahaan karena perusahaan tidak

menerima hasil penjualan saham tersebut dalam akun bank-nya. Biaya-biaya

yang terkait dengan transaksi demikian bukan merupakan biaya-terkait transaksi

ekuitas, dan dengan demikian, akan dibebankan ke laporan laba rugi periode

berjalan.

Dari dua peristiwa di atas, dapat dilihat bahwa hanya biaya-biaya yang terjadi

guna penerbitan saham-saham baru untuk memperoleh tambahan modal, dalam

hal ini melalui penawaran umum perdana atau juga rights issue, yang merupakan

biaya transaksi terkait instrumen ekuitas dan dengan demikian, disajikan sebagai

pengurang ekuitas.

Ketentuan ini mengakibatkan perlunya bagi suatu entitas:

melakukan identifikasi biaya-biaya yang secara spesifik dapat diatribusikan

atau dikaitkan dengan penerbitan saham baru. Dalam hal ini biaya

transaksinya dicatat sebagai pengurang ekuitas.

melakukan identifikasi atas biaya-biaya inkremental yaitu biaya-biaya yang

hanya terjadi pengeluarannya karena adanya IPO atau rights issue, yang

kemudian dilakukan alokasi biaya-biaya inkremental tersebut antara saham-

saham baru dan saham-saham lama dengan menggunakan dasar alokasi

bergerak dalam industri kehutanan harus memiliki sertifikat ecolabelling (ramah lingkungan).

8. Persyaratan pencatatan awal yang berkaitan dengan hal finansial didasarkan pada laporan keuangan Auditan terakhir sebelum mengajukan permohonan pencatatan.

Page 43: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 43

yang rasional dan konsisten dengan transaksi serupa [paragraf 41 PSAK 50

(revisi 2010)].

Dalam paragraf 41 PSAK 50 (revisi 2010) tidak diberi penjelasan lanjutan

mengenai apa yang dimaksud dengan dasar alokasi yang rasional dan

konsisten. Rasio antara jumlah lembar saham lama dan lembar saham baru

dapat saja digunakan sebagai dasar alokasi yang rasional.

Dalam pertemuan IFRIC di bulan Juli 2008 (proyek Transaction Costs

Deducted from Equity (Agenda Paper 6D)18), terdapat pembahasan isu terkait

alokasi biaya transaksi yang terkait secara bersama-sama (jointly) ke lebih

dari 1 (satu) transaksi.

Disebutkan bahwa menurut IAS 32.38, biaya transaksi yang terkait dengan

lebih dari satu transaksi (misalnya biaya yang timbul dari penawaran atas

sejumlah saham dan pencatatan saham lainnya secara bersamaan)

dialokasikan pada seluruh transaksi tersebut dengan menggunakan dasar

alokasi yang rasional dan konsisten dengan transaksi serupa. Seumpama,

hanya ada satu jenis saham, maka terdapat pandangan bahwa biaya-biaya

yang timbul selama proses pencatatan (listing) saham yang ada bukan

merupakan biaya transaksi karena tidak terdapat kenaikan modal atau proses

pencatatan saham di bursa efek tidak mengakibatkan kenaikan modal

perusahaan. Biaya-biaya tersebut terjadi hanya untuk membuat saham-saham

tersebut lebih “dapat dijual (marketable)” dan oleh karenanya harus

dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi. Di lain pihak, biaya-biaya

yang terjadi dalam kaitannya penerbitan saham baru guna pengumpulan

modal adalah biaya-biaya transaksi dari instrumen ekuitas dan oleh karenanya

akan dibebankan atau sebagai pengurang dari ekuitas.

Dalam kejadian dimana timbul biaya yang atas, misalnya, 2 (dua) peristiwa

yang melibatkan saham, yaitu,

pertama, penawaran (offering) atas sejumlah saham baru, dan

kedua, pencatatan (listing) saham lainnya yang sudah ada sebelumnya

secara bersamaan di bursa efek, maka sebagai langkah pertama,

perusahaan perlu melakukan identifikasi atas biaya-biaya yang secara

khusus dapat diatribusikan ke penerbitan (issuance) saham baru.

18

Diunduh pada tanggal 27 Juni 2012 dari http://www.ifrs.org/NR/rdonlyres/2CEB67A5-387B-4721-A7D6-434FBD7E780D/0/0807ob6C.pdf Appendix A halaman 7.

Page 44: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 44

Biaya-biaya yang terkait dengan penerbitan dan pencatatan saham

baru tersebut akan diakui sebagai pengurang ekuitas, sedangkan

biaya-biaya sehubungan dengan pencatatan saham-saham yang

sudah ada sebelumnya di bursa efek akan dibebankan ke laporan laba

rugi.

Sebagai langkah kedua, dengan menggunakan dasar alokasi yang rasional

dan konsisten dengan transaksi serupa, semua biaya-biaya IPO lainnya yang

tersisa yang secara bersamaan terkait dengan kedua transaksi tersebut akan

dialokasikan berdasarkan jumlah lembar saham, yaitu jumlah lembar saham

saham baru yang diterbitkan (penerbitan saham mana mengakibatkan

peningkatan modal) ditambah lembar saham yang sudah ada sebelumnya

yang baru dicatatkan ke bursa efek.

Apakah akan digunakan untuk mengalokasikan ke saham yang sudah

diterbitkan sebelumnya:

a) proporsi jumlah lembar saham lama dibandingkan lembar saham baru,

atau

b) proporsi jumlah lembar saham lama dibandingkan (jumlah lembar saham

baru + jumlah lembar saham yang sudah diterbitkan sebelumnya).

Lebih lanjut, timbul pertanyaan, apakah adanya suatu periode “lock-up”

dimana pemegang saham yang ada tidak dapat menjual saham mereka untuk

jangka waktu tertentu sesudah IPO, apakah akan mempengaruhi metode

yang digunakan untuk mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi antara

saham-saham yang baru diterbitkan dan sebelumnya sudah ada. Apendix A

dari pertemuan IFRIC July 2008 menyebutkan bahwa adanya periode “lock-

up” seharusnya tidak memiliki dampak atas alokasi biaya transaksi.

Hal- hal di atas didiskusikan dalam pertemuan IFRIC di bulan Juli 2008

(proyek Transaction Costs Deducted from Equity (Agenda Paper 6D)19) terkait

ketentuan dalam IAS 32.27 (atau PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 38), dimana

terdapat ketentuan:

The transaction costs of an equity transaction are accounted for as a

deduction from equity (net of any related income tax benefit) to the extent they

are incremental costs directly attributable to the equity transaction that

otherwise would have been avoided.

19

Diunduh pada tanggal 27 Juni 2012 dari http://www.ifrs.org/NR/rdonlyres/2CEB67A5-387B-4721-A7D6-434FBD7E780D/0/0807ob6C.pdf.

Page 45: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 45

Isu yang diajukan ke IFRIC adalah sebagai berikut:

apa yang dimaksud dengan istilah “incremental” (tambahan) dan “directly

attributable” (secara langsung dapat diatribusikan). Latar belakan

pertemuan adalah adanya permintaan klarifikasi terkait isu di atas

mengingat terdapat berbagai pandangan yang berlaku dan diterapkan

dalam praktik. Pertanyaan adalah terkait (i) apakah biaya

inkremental/tambahan yang dimaksud harus terkait selalu dengan biaya-

biaya eksternal atau apakah biaya-biaya langsung internal suatu entitas

dapat juga dicakup didalamnya, dan (ii) apakah biaya-biaya langsung

mencakup biaya-biaya yang dapat secara langsung dialokasikan ke

transaksi ekuitas.

Di sini memang terdapat beberapa istilah yang berdekatan:

o biaya langsung (direct costs).

o biaya yang secara langsung dapat diatribusikan (directly

attributable costs).

o biaya eksternal.

o biaya langsung internal (internal direct costs).

Permasalahannya adalah sejauh mana biaya-biaya transaksi, dengan

berbagai istilah yang dapat dikaitkan tersebut, dapat dikurangkan dari

ekuitas. Biaya-biaya yang dapat diperlakukan sebagai pengurang

ekuitas dapat bervariasi mulai dari:

hanya biaya-biaya eksternal (dimana pemahaman ini sejalan

dengan ketentuan dalam SIC-17 (2000) tentang Equity – Costs

of an Equity Transaction (SIC-17 yang sudah dicabut tersebut

sehubungan dengan telah direvisinya IAS 32 pada tahun 2003

(yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2005)).

Pendekatan yang juga memasukkan biaya-biaya eksternal dan

internal yang secara ketat hanya mencakup biaya yang secara

langsung dapat diatribusikan ke transaksi ekuitas. Pendekatan

ini akan mengeluarkan biaya-biaya, sebagai contoh, semua

biaya gaji (payroll) yang bersifat non-variabel).

Pendekatan yang mencakup seluruh biaya-biaya eksternal dan

internal yang dapat dikaitkan atau diatribusikan ke transaksi

ekuitas.

Page 46: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 46

Dalam Lampiran A dari pertemuan IFRIC Juli 2008 tersebut

diberikan ilustrasi terkait penerapan IAS 32.37 menggunakan

contoh berikut ini:

Biaya gaji (payroll) untuk seorang manajer relasi investor (investor

relations manager) yang barusan diperkerjakan untuk membantu

proses penawaran saham umum perdana (IPO) dan ternyata

mengajukan pengunduran diri sesudah IPO terlaksana. Apakah

biaya gaji manajer tersebut selama masa kerjanya sampai IPO

terlaksana dapat diperlakukan sebagai pengurang ekuitas? Dalam

hal ini kondisi “inkremental/tambahan” terpenuhi, namun

demikian, tidak jelas apakah biaya-biaya tersebut dapat dikatakan

memenuhi ketentuan “secara langsung dapat diatribusikan”

sehubungan dengan IPO karena bisa saja kegiatan manajer

tersebut pada dasarnya lebih terkait dengan membangun

hubungan perusahaan dengan pihak investor dalam pengertian

yang lebih umum. Apakah ada perbedaan jika manajer hubungan

investor tersebut bukan merupakan karyawan perusahaan tapi

merupakan perorangan yang dipekerjakan secara freelancer

untuk membantu perusahaan selama proses IPO?

Biaya-biaya untuk kursus pelatihan bahasa bagi manajemen

perusahaan agar mampu menjalankan “road show” ke berbagai

negara asing. Apakah biaya-biaya tersebut dapat sebagai

pengurang ekuitas meskipun manfaat dari kursus pelatihan

bahasa tersebut pada umumnya dapat dipergunakan untuk

berbagai keperluan, dan tidak hanya untuk “road show”?

Fee sukses spesial (bonus) yang dibayarkan ke pihak manajemen

apabila IPO berhasil dilaksanakan. Apakah biaya-biaya tersebut

dapat dianggap secara langsung dapat diatribusikan ke IPO atau

menjadi bagian dari kompensasi atau gaji manajemen yang

bersifat normal (dan dengan demikian, diperlakukan sebagai

biaya overhead umum yang tidak memiliki kaitan langsung)?

Tentunya tantangan yang ada adalah bagaimana mengartikan istilah

“directly attributable (secara langsung dapat diatribusikan)” terkait

dengan istilah [biaya] “inkremental atau tambahan” seperti yang

digunakan dalam IAS 32.37, agar supaya dapat ditarik suatu garis

antara biaya-biaya yang dapat sebagai pengurang ekuitas dengan

Page 47: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 47

biaya-biaya yang harus diakui sebagai biaya dalam laporan laba rugi.

Dalam IAS 32.37 tampak bahwa hal ini tidak secara jelas diberikan

panduan terkait isu ini.

Menurut IAS 32.37, istilah “inkremental atau tambahan” berarti biaya-

biaya yang dapat dihindarkan atau tidak terjadi pengeluarannya

seandainya transaksi ekuitas tersebut tidak terjadi. Namun demikian,

istilah “inkremental” juga dapat ditemukan pada IAS/IFRS lainnya,

misalnya:

IAS 17.38 “Initial direct costs are often incurred by lessors and

include amounts such as commissions, legal fees and internal

costs that are incremental and directly attributable….”.

IAS 39.9 “Transaction costs are incremental costs that are

directly attributable ….”.

Tentunya dipahami bahwa suatu istilah hendaknya digunakan dalam

pengertian yang sama dalam semua IAS/IFRs kecuali istilah tersebut

memang dimaksudkan memiliki pengertian yang berbeda. Namun

kalaupun istilah “inkremental” dalam IAS 32.37ini memang

dimaksudkan berbeda, maka diharapkan bahwa hal ini memperoleh

penjelasan atau setidak-tidaknya diindikasikan demikian dalam

standar yang bersangkutan.

Isu kedua adalah terkait dengan apa yang dimaksud dengan transaksi

ekuitas. Sebagai contoh, apakah biaya-biaya yang terjadi guna

mencatatkan (listing) saham-saham yang sudah ada pada bursa efek

merupakan biaya dari suatu transaksi ekuitas.

Ketika saham-saham baru diterbitkan bersamaan dengan penawaran

saham umum perdana dari saham-saham yang ada, apakah seluruh

biaya yang terjadi terkait dengan suatu transaksi ekuitas?

Analisa staff IASB mengingatkan bahwa kejadian IPO tidak selalu

merupakan suatu transaksi ekuitas sebagaimana dimaksud dalam IAS

32.

Sebagaimana disebutkan di atas suatu IPO atau pencatatan saham di

bursa efek dapat saja terjadi tanpa penerbitan saham baru, atau

bersamaan dengan saham yang sudah diterbitkan sebelumnya

diperdagangkan di pasar sekunder. Biaya-biaya yang disebutkan di

Page 48: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 48

atas banyak bukan merupakan hasil dari suatu transaksi ekuitas, tapi

lebih merupakan biaya-biaya yang dapat secara langsung

diatribusikan ke peristiwa entitas menjadi perusahaan publik dan/atau

emiten20. Hanya biaya-biaya inkremental atau tambahan yang terkait

secara langsung dengan penerbitan instrumen ekuitas baru atau

akuisisi instrumen ekuitas yang sebelumnya beredar yang

memenuhi ketentuan IAS 32.

Staff IASB setuju kepada pemahaman bahwa biaya-biaya inkremental

atau tambahan tidak harus terbatas pada biaya-biaya eksternal

(tidak seperti SIC-17 yang hanya membatasi biaya-biaya inkremental

pada biaya eksternal). IASB dengan sengaja meniadakan ketentuan

bahwa biaya transaksi hanya terbatas pada biaya eksternal, guna

memperbolehkan entitas memperlakukan komisi yang dibayarkan ke

tenaga penjualan internal sebagai biaya akuisisi kontrak (yaitu biaya

transaksi) sama seperti komisi yang dibayarkan ke agen untuk

memperoleh kontrak yang sama.

Bagaimanapun juga, pihak staff IASB melihat bahwa seharusnya

pihak entitas tetap dapat:

o melakukan identifikasi atas biaya eksternal yang telah terjadi

sebagai alternatif biaya internal, dan

20

Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum dalam rangka menjaring dana bagi kegiatan usaha perusahaan atau pengembangan usaha perusahaan. Usaha mendapatkan dana tersebut dilakukan dengan menjual efek [efek utang atau efek ekuitas] kepada masyarakat luas melalui pasar modal. Ada sedikit perbedaan antara emiten dengan perusahaan publik. Pengertian emiten adalah perusahaan yang melakukan penawaran umum, sedangkan perusahaan publik adalah yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00,- (tiga miliar Rupiah) atau memiliki jumlah pemegang saham dan modal yang disetor yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 22). Ada sedikit perbedaan antara emiten dengan perusahaan publik, dimana kalau emiten sudah pasti perusahaan publik karena telah memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik dilihat dari jumlah pemegang saham dan modal minimal yang harus disetor. Emiten melakukan penawaran umum dan sahamnya diperdagangkan di bursa efek (yaitu pasar sekunder). Perusahaan publik belum tentu dapat dikategorikan sebagai emiten karena belum tentu perusahaan publik tersebut melakukan penawaran umum atau tercatat (listing) di bursa efek. Perusahaan publik dapat menjadi emiten pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka melakukan penawaran umum dinyatakan efektif karena sudah diterima dan memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPEM-LK). Namun sebagai perusahaan publik, kendati tidak melalui penawaran umum, perusahaan publik tetap wajib menyampaikan pernyataan pendaftaran ke BAPEPAM-LK. Baik emiten maupun perusahaan publik, keduanya tergolong dalam pengertian “Perusahaan Terbuka” (Tbk). Dikutip dari buku Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. M. Irsan Nasarudin, SH. dan Indra Surya, SH, LL.M. Jakarta: Prenada Media, 2004. halaman 151 dan 155.

Page 49: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 49

o biaya-biaya internal yang terjadi di luar pengeluaran yang berjalan

(on-going) atau rutin, sehingga tidak semata-mata alokasi atas

biaya gaji dari staf permanen yang seharusnya tetap dapat

ditugaskan ke proyek lainnya.

Kesimpulan staf IASB sebagai berikut:

Biaya transaksi yang diakui sebagai pengurang ekuitas menurut IAS 32.37

adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh entitas pada saat penerbitan atau

perolehan kembali instrumen ekuitas entitas itu sendiri.

Aktivitas lainnya yang dilaksanakan pada saat yang sama, misalnya menjadi

perusahaan publik atau mencatatkan saham di bursa efek bukan merupakan

bagian dari transaksi ekuitas.

Staff IASB percaya bahwa pengertian “inkremental” dan “secara langsung

dapat diatribusikan” secara memadai digunakan dengan cara yang sama di

seluruh IFRS. Dengan demikian, kedua istilah tersebut dapat diterapkan

secara konsisten.

c) Biaya-biaya transaksi apa saja yang dimaksudkan sebagai pengurang ekuitas?

Dalam penerbitan saham-saham baru (dan bahkan pembelian kembali saham

yang beredar), tentunya ada biaya-biaya yang perlu dikeluarkan oleh suatu

entitas. Biaya-biaya tersebut dapat mencakup biaya registrasi, biaya penjaminan

(underwriting fee), biaya broker (brokerage fee), honorarium konsultan hukum,

notaris, akuntan publik, bankir investasi dan penasehat profesional lainnya, biaya

pencetakan dokumen, dan lain-lain. Tentunya biaya-biaya ini masuk sebagai

biaya transaksi terkait, yang merupakan biaya inkremental, yang dapat

diatribusikan secara langsung dengan transaksi ekuitas. Artinya biaya-biaya

tersebut tidak akan terjadi kalau tidak ada instrumen ekuitas yang diterbitkan.

Penekanan di atas adalah adanya biaya-biaya:

yang dapat diatribusikan secara langsung dan

bersifat inkremental.

Dengan demikian, biaya-biaya tidak langsung akan dibebankan ke laporan laba

rugi periode berjalan. Contoh-contoh biaya-biaya tidak langsung sebagai berikut:

biaya terkait gaji dan manfaat karyawan untuk level manajemen yang

mengalokasikan waktunya untuk menangani proses penerbitan instrumen

ekuitas,

Page 50: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 50

biaya-biaya overhead administrasi (yang lebih merupakan biaya tidak

langsung),

alokasi biaya-biaya umum dan administrasi (yang lebih merupakan biaya

tidak langsung),

biaya analisa terkait biaya versus manfaat (cost-benefit analysis)

penerbitan instrumen ekuitas versus instrumen liabilitas serta jenis

instrumen ekuitas yang akan diterbitkan,

biaya gaji dan manfaat karyawan yang mempersiapkan bahan-bahan

presentasi.

biaya “road show” dalam rangka IPO, yang lebih terkait dengan biaya

“memasarkan” saham perusahaan atau bahkan “memperkenalkan” kinerja

perusahaan ke publik atau calon investor, dan bukan lebih terkait pada

penerbitan instrumen ekuitas.

Biaya-biaya untuk melakukan riset dan menegosiasikan sumber-sumber

keuangan atau guna memastikan kecocokan (suitability) atau kelayakan

(feasibility) dari instrumen-instrumen tertentu21.

Alokasi biaya internal yang tetap dikeluarkan terlepas ada penerbitan

instrumen ekuitas atau tidak, misalnya remunerasi manajemen.

d) Apakah biaya-biaya terkait penerbitan instrumen ekuitas sebagai

pengurang ekuitas perlu diungkapkan?

PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 42 mengatur hal pengungkapan bahwa:

Jumlah biaya transaksi yang dicatat sebagai pengurang ekuitas dalam suatu

periode periode diungkapkan secara terpisah berdasarkan PSAK 1 (revisi 2009)

tentang Penyajian Laporan Keuangan. Jumlah pajak penghasilan terkait yang

diakui secara langsung di ekuitas dimasukkan dalam jumlah agregat pajak

penghasilan periode berjalan dan pajak penghasilan tangguhan yang

ditambahkan atau dibebankan pada ekuitas, yang diungkapkan berdasarkan

PSAK 46 (revisi 2010) tentang Pajak Penghasilan.

PSAK 46 (revisi 2010) mengatur hal-hal berikut ini:

Paragraf 87(a):

21

Australian Accounting Standards Board. Transaction Costs Arising on the Issue or Intended Issue of Equity Instruments. Urgent Issues Group. Abstract 23. Juni 2000. Halaman 6.

Page 51: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 51

Agregat pajak kini dan pajak tangguhan berkaitan dengan transaksi-transaksi

yang langsung dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas wajib

diungkapkan secara terpisah.

Paragraf 24:

Sesuai dengan PSAK 50 (revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian,

penerbit instrumen keuangan majemuk (contoh, convertible bond) dikelompokkan

ke dalam komponen instrumen liabilitas sebagai liabilitas dan komponen ekuitas

sebagai ekuitas. Mungkin saja dasar pengenaan pajak atas komponen

liabilitas pada pengakuan awal adalah sama dengan jumlah tercatat awal

jumlah liabilitas DAN komponen ekuitas. Hasil perbedaan temporer kena pajak

timbul dari pengakuan awal komponen ekuitas secara terpisah dari komponen

liabilitas. Oleh karena itu, pengecualian yang diatur pada paragraf 14(b) tidak

diterapkan. Akibatnya, entitas mengakui hasil liabilitas pajak tangguhan. Sesuai

dengan paragraf 63, pajak tangguhan dibebankan langsung pada jumlah tercatat

komponen ekuitas. Sesuai dengan paragraf 60, perubahan selanjutnya pada

liabilitas pajak tangguhan diakui pada laporan laba rugi sebagai beban

(penghasilan) pajak tangguhan.

Paragraf 63:

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui di luar laporan laba rugi apabila pajak

terkait pada pos-pos tersebut pada periode yang sama atau berbeda, diakui di

luar laporan laba rugi. Oleh karena itu, pada periode yang sama atau berbeda,

pajak kini dan pajak tangguhan terkait dengan pos-pos yang diakui:

(a) Dalam pendapatan komprehensif lain, harus diakui pada pendapatan

komprehensif lain (lihat paragraf 64).

(b) Langsung ke ekuitas, harus diakui langsung pada ekuitas (lihat paragraf

65).

Paragraf 65:

PSAK mensyaratkan atau mengizinkan pos-pos tertentu yang dapat

dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Contoh pos-pos tersebut

adalah:

(a) Penyesuaian pada saldo awal dari saldo laba yang dihasilkan dari perubahan

akuntansi yang diterapkan secara retrospektif atau perbaikan kesalahan (lihat

PSAK 25 (revisi 2009) tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi

Akuntansi, dan Kesalahan); dan

Page 52: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 52

(b) Jumlah tercatat yang ditimbulkan atas pengakuan awal komponen

ekuitas atas instrumen keuangan majemuk (lihat paragraf 24).

Lampiran B: Ilustrasi Penghitungan dan Penyajian dari PSAK 46 (revisi 2010)

dalam Contoh 4 terkait Instrumen Keuangan Majemuk, memberikan ilustrasi

contoh sebagai berikut:

Entitas menerima non-interest-bearing convertible loan (pinjaman konvertibel

tak berbunga) sebesar 1.000 pada tanggal 31 Desember X4 yang dapat

dibayar pada harga par pada tanggal 1 Januari X8.

Sesuai dengan PSAK 50 (revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan:

Penyajian, entitas mengelompokkan komponen instrumen liabilitas sebagai

liabilitas dan komponen ekuitas sebagai ekuitas.

Entitas menempatkan jumlah tercatat awal sebesar 751 pada komponen

liabilitas atas pinjaman konvertibel dan sebesar 249 pada komponen ekuitas,

atau total keseluruhan adalah 1.000.

Selanjutnya, entitas mengakui diskon diperhitungkan (imputed discount)

sebagai beban bunga pada tarif tahunan sebesar 10% atas jumlah tercatat

komponen liabilitas pada awal tahun, yaitu sebesar 751.

Otoritas pajak tidak mengizinkan entitas mengklaim setiap pengurangan atas

diskon yang terkait atas komponen liabilitas pinjaman konvertibel.

Tarif pajak sebesar 40%.

Perbedaan temporer terkait dengan komponen liabilitas dan liabilitas pajak

tangguhan serta beban (penghasilan) pajak tangguhan yang timbul adalah

sebagai berikut:

Tahun

X4 X5 X6 X7

Nilai tercatat awal komponen liabilitas 751

Beban bunga tahunan (10%) X5 75

Beban bunga tahunan (10%) X6 83

Beban bunga tahunan (10%) X7 91

Jumlah tercatat komponen liabilitas 751 826 909 1.000

Dasar pengenaan pajak 1.000 1.000 1.000 1.000

Perbedaan temporer kena pajak 249 174 91 -

Liabilitas pajak tangguhan awal pada

tarif 40%

- 100 70 37

Page 53: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 53

Beban pajak tangguhan ke ekuitas 100 - - -

Beban (penghasilan) pajak tangguhan - (30) (33) (37)

Liabilitas pajak tangguhan akhir pada

tarif 40%

100 70 37 -

Sebagaimana dijelaskan pada paragraf 25 PSAK 46 (revisi 2010), pada tanggal

31 Desember X4, entitas mengakui liabilitas pajak tangguhan yang dihasilkan

melalui penyesuaian jumlah tercatat awal komponen ekuitas atas pinjaman

konvertibel tak berbunga. Oleh karena itu, jumlah yang diakui pada tanggal

tersebut sebagai berikut:

Jumlah

Komponen liabilitas 751

Liabilitas pajak tangguhan 100

Komponen ekuitas (249 dikurang 100) 149

Total pinjaman konvertibel tak berbunga 1.000

Perubahan selanjutnya dalam liabilitas pajak tangguhan diakui pada laba rugi

sebagai penghasilan pajak (lihat paragraf 24 PSAK 46 (revisi 2010)). Oleh karena

itu, laba atau rugi entitas mencakup berikut ini:

Tahun

X4 X5 X6 X7

Beban bunga (termasuk diskon

diperhitungkan – imputed discount)

- 75 83 91

Beban (penghasilan) pajak tangguhan

(tarif 40%)

- (30) (33) (37)

- 45 50 54

2.2.2 Biaya Transaksi untuk Penerbitan Efek Liabilitas

Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, biaya transaksi adalah biaya inkremental yang dapat

secara langsung diatribusikan ke transaksi akuisisi atau penerbitan atau pelepasan suatu

liabilitas keuangan.

PSAK 55 (revisi 2011) paragraf 08 memberikan definisi apa yang dimaksud dengan biaya

transaksi.

Page 54: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 54

Biaya transaksi adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung pada

perolehan, penerbitan atau pelepasan aset keuangan atau liabilitas keuangan (lihat

Pedoman Aplikasi paragraf PA26). Biaya tambahan adalah biaya yang tidak akan terjadi

apabila entitas tidak memperoleh, menerbitkan atau melepaskan instrumen keuangan.

Pedoman Aplikasi paragraf 26 atau PA26 menyebutkan bahwa:

Biaya transaksi meliputi fee dan komisi yang dibayarkan pada para agen (termasuk

karyawan yang berperan sebagai agen penjual/selling agent), konsultan, perantara efek dan

pedagang efek, pungutan wajib yang dilakukan oleh pihak regulator dan bursa efek, serta

pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang dilakukan. Biaya-biaya transaksi tidak

termasuk premium atau diskonto utang, biaya pendanaan (financing costs), biaya

administrasi internal, atau biaya penyimpanan (holding costs).

Dalam Bagian “Summary of Changes from the Exposure Draft” IAS 39 tentang Financial

Instruments: Recognition and Measurement BC222(d), disebutkan bahwa:

The Standard amends the definition of transaction costs in the Exposure Draft to include

internal costs, provided they are incremental and directly attributable to the acquisition, issue

or disposal of a financial asset or financial liability.

Jadi di sini, biaya transaksi dalam IAS 39 mencakup baik biaya eksternal maupun biaya

internal, sepanjang biaya tersebut memenuhi 2 (dua) kriteria:

Merupakan biaya inkremental atau tambahan terkait adanya perolehan, penerbitan

atau pelepasan aset keuangan atau liabilitas keuangan.

Merupakan biaya yang dapat diatribusikan secara langsung ke perolehan,

penerbitan atau pelepasan aset keuangan atau liabilitas keuangan.

Dalam praktik, selain pembayaran yang dilakukan kepada pihak karyawan yang bertindak

sebagai agen penjual - suatu praktik yang umum didapatkan pada kontrak-kontrak asuransi

yang diperlakukan sesuai dengan IAS 39 sebagai instrumen keuangan – biaya gaji dan

manfaat karyawan yang dikeluarkan terlepas apakah pinjaman tersebut jadi diperoleh

tentunya bukan merupakan biaya tambahan. Demikian juga, biaya-biaya overhead atau

umum dan administrasi tidak dapat dikategorikan sebagai biaya transaksi.

Mengingat bahwa akuntansi pihak debitur untuk biaya-biaya transaksi merupakan sisi lain

(mirror) dari apa yang diakui oleh pihak kreditur, maka perlu dibahas di sini bagaimana pihak

kreditur mengakui penghasilan dari biaya-biaya transaksi tersebut.

Lampiran PSAK 23 (revisi 2010) tentang Pendapatan point 13 memberikan beberapa contoh

terkait penghasilan atas layanan keuangan (financial services fees).

Page 55: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 55

PSAK 23 membedakan penghasilan jasa atas layanan keuangan tersebut ke dalam:

(a) Penghasilan jasa yang merupakan bagian integral dari tingkat bunga efektif atas

instrumen keuangan.

(b) Penghasilan jasa yang dihasilkan saat jasa diberikan.

(c) Penghasilan jasa yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan yang signifikan.

Untuk jelasnya disebutkan dalam Lampiran PSAK 23 (revisi 2010) point 13:

Pengakuan pendapatan untuk penghasilan jasa atas layanan keuangan tergantung pada

tujuan dimana penghasilan jasa tersebut dinilai dan dasar akuntansi untuk instrumen

keuangan terkait. Deskripsi penghasilan jasa untuk jasa layanan keuangan mungkin tidak

mengindikasikan sifat dan substansi dari jasa yang diberikan. Oleh karena itu, perlu

dibedakan antara penghasilan jasa ke dalam ketiga kategori yang disebutkan di atas.

(a) Penghasilan jasa yang merupakan bagian integral dari tingkat bunga efektif atas

instrumen keuangan.

Penghasilan jasa semacam ini umumnya diperlakukan sebagai penyesuaian tingkat

bunga efektif. Namun, ketika instrumen keuangan diukur pada nilai wajar dengan

perubahan nilai wajar diakui dalam laporan laba rugi, penghasilan jasa diakui sebagai

pendapatan pada saat pengakuan awal instrumen.

(i) Penghasilan jasa awal mula (origination fees) yang diterima oleh entitas

sehubungan dengan pengadaan atau akuisisi aset keuangan selain aset

keuangan yang diklasifikasikan sebagai aset keuangan “pada nilai wajar melalui

laporan laba-rugi” sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2011).

Penghasilan jasa semacam ini mungkin termasuk kompensasi untuk kegiatan

seperti mengevaluasi kondisi keuangan peminjam, mengevaluasi dan mencatat

jaminan, agunan dan perjanjian jaminan lainnya, negosiasi persyaratan

instrumen, mempersiapkan dan memroses dokumen dan menutup transaksi.

Penghasilan jasa ini merupakan bagian integral dari penghasil suatu keterkaitan

dengan hasil instrumen keuangan dan bersamaan dengan biaya transaksi terkait

(sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 55 (revisi 2011) tentang Instrumen

Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran), ditangguhkan dan diakui sebagai

penyesuaian tingkat bunga efektif.

(ii) Penghasilan jasa atas komitmen yang diterima oleh entitas untuk pengadaan

suatu pinjaman ketika komitmen pinjaman tidak termasuk dalam ruang lingkup

PSAK 55 (revisi 2011).

Page 56: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 56

Jika terdapat kemungkinan besar entitas akan memulai perjanjian pinjaman

tertentu dan komitmen pinjaman tidak berada dalam ruang lingkup PSAK 55

(revisi 2011) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, maka

penghasilan jasa atas komitmen yang diterima dianggap sebagai kompensasi

bagi keterlibatan berkelanjutan dengan akuisisi instrumen keuangan dan

bersamaan dengan biaya transaksi terkait sebagaimana didefinisikan dalam

PSAK 55 (revisi 2011) ditangguhkan dan diakui sebagai penyesuaian terhadap

tingkat bunga efektif. Jika komitmen berakhir tanpa entitas membuat pinjaman,

maka biaya diakui sebagai pendapatan pada saat kadaluwarsa. Komitmen

pinjaman yang berada di dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2011)

diperlakukan sebagai derivatif dan diukur pada nilai wajar.

(iii) Penghasilan jasa awal mula (origination fees) yang diterima saat menerbitkan

liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

Penghasilan jasa ini merupakan bagian integral dari terlibatnya entitas dengan

liabilitas keuangan. Ketika liabilitas keuangan tidak dikategorikan sebagai “diukur

pada nilai wajar melalui laporan laba-rugi”, penghasilan jasa awal mula

(origination fees) yang diterima, termasuk biaya transaksi terkait (sebagaimana

didefinisikan dalam PSAK 55 (revisi 2011) tentang Instrumen Keuangan:

Pengakuan dan Pengukuran) yang terjadi, dimasukkan ke dalam nilai tercatat

awal liabilitas keuangan dan diakui sebagai penyesuaian terhadap tingkat bunga

efektif. Entitas membedakan penghasilan jasa dan penghasilan lain yang

merupakan bagian integral dari tingkat bunga efektif untuk liabilitas keuangan

dari penghasilan jasa awal mula dan biaya transaksi yang berkaitan dengan hak

untuk memberikan jasa, seperti jasa manajemen investasi.

(b) Penghasilan jasa yang dihasilkan saat jasa diberikan.

(i) Penghasilan jasa yang ditagihkan untuk jasa layanan atas pinjaman.

Penghasilan jasa yang ditagihkan oleh entitas untuk jasa pelayanan atas

pinjaman yang diakui sebagai pendapatan saat jasa diberikan.

(ii) Penghasilan jasa atas komitmen untuk pengadaan pinjaman jika komitmen

pinjaman tidak termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2011).

Jika tidak memungkinkan bahwa perjanjian pinjaman tertentu akan dimulai

dan komitmen pinjaman berada di luar lingkup PSAK 55 (revisi 2011), maka

penghasilan jasa atas komitmen diakui sebagai pendapatan atas dasar

proporsi waktu selama periode komitmen. Komitmen pinjaman di dalam ruang

Page 57: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 57

lingkup PSAK 55 (revisi 2011) diperlakukan sebagai derivatif dan diukur pada

nilai wajar.

(iii) Penghasilan jasa atas manajemen investasi.

Penghasilan jasa yang ditagihkan untuk mengelola investasi diakui sebagai

pendapatan saat jasa diberikan.

Biaya tambahan (incremental costs) yang dapat diatribusikan secara

langsung untuk memastikan kontrak manajemen investasi diakui sebagai aset

jika biaya tersebut dapat diidentifikasi secara terpisah dan dapat diukur

dengan andal dan terdapat kemungkinan besar bahwa biaya tambahan

tersebut dapat dipulihkan. Seperti dalam PSAK 55 (revisi 2011), biaya

tambahan adalah biaya yang tidak akan terjadi jika entitas tidak memastikan

kontrak manajemen investasi tersebut. Aset tersebut mewakili hak kontraktual

entitas untuk memperoleh manfaat dari penyediaan jasa manajemen

investasi, dan diamortisasi ketika entitas mengakui pendapatan terkait. Jika

entitas memiliki portofolio kontrak manajemen investasi, entitas dapat menilai

pemulihan kontrak tersebut secara portofolio.

Beberapa kontrak jasa keuangan melibatkan baik pengadaan satu atau lebih

instrumen keuangan maupun penyediaan jasa manajemen investasi.

Misalnya, kontrak tabungan bulanan jangka panjang terkait dengan

pengelolaan sejumlah efek ekuitas. Pemberi kontrak membedakan biaya

transaksi sehubungan dengan pengadaan instrumen keuangan dari biaya

untuk memastikan hak atas pemberian jasa manajemen investasi.

(c) Penghasilan jasa yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan yang signifikan.

Penghasilan jasa diakui sebagai pendapatan saat tindakan signifikan telah selesai,

seperti pada contoh di bawah ini:

(i) Komisi pembagian saham (allotment of shares) kepada klien.

Komisi diakui sebagai pendapatan saat saham telah dibagikan.

(ii) Penghasilan jasa untuk penempatan (placement fees) atas pengaturan suatu

pinjaman antara peminjam dan investor.

Penghasilan jasa diakui sebagai pendapatan saat pinjaman telah diatur.

(iii) Penghasilan jasa atas sindikasi pinjaman.

Page 58: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 58

Penghasilan jasa sindikasi yang diterima oleh entitas untuk mengatur

pinjaman dan entitas tidak mengambil bagian dari paket pinjaman untuk

dirinya sendiri (atau menahan bagian pinjaman pada suku bunga efektif yang

sama untuk risiko sebanding dengan peserta lain) adalah kompensasi untuk

jasa indikasi. Penghasilan jasa tersebut diakui sebagai pendapatan saat

sindikasi telah selesai.

Dari bacaan di atas, imbalan (fee) terkait layanan keuangan dapat dikelompokkan ke dalam

3 (tiga) kategori:

1. Imbalan terkait dengan awal mula pinjaman (loan origination fees)

Imbalan ini dapat berupa:

Imbalan yang dibebankan ke pihak debitur sebagai bunga “dibayar di muka”

atau untuk mengurangi tingkat bunga nominal pinjaman (penyesuaian atas

tingkat imbal hasil (yield) eksplisit).

Imbalan untuk memberikan kompensasi kepada pihak kreditur terkait kegiatan

pemberian kredit (loan origination activities), misalnya, mengevaluasi kondisi

keuangan pihak debitur, mengevaluasi dan mencatat jaminan, agunan dan

perjanjian jaminan lainnya, negosiasi persyaratan instrumen, mempersiapkan

dan memroses dokumen dan menutup transaksi.

Imbalan lainnya yang terkait secara langsung dengan proses awal mula

pinjaman (sebagai contoh, imbalan yang dibayarkan ke pihak kreditur sebagai

kompensasi atas pemberian pinjaman yang rumit atau memberikan

persetujuan kredit secara cepat).

Tampak dari karekteristik imbalan di atas bahwa mereka pada dasarnya merupakan

bagian integral untuk timbulnya keterlibatan yang mengakibatkan hadirnya instrumen

keuangan (baik instrumen liabilitas maupun instrumen ekuitas), dan bersama-sama

dengan biaya (yang merupakan fee bagi pihak kreditur) awal mula kredit langsung

(direct loan origination costs), diperlakukan dalam pengukuran awal suatu instrumen

keuangan sebagai berikut:

Ketika suatu aset keuangan atau liabilitas keuangan diakui pada awalnya (initial

recognition) sebagai tidak dikategorikan “diukur pada nilai wajar melalui laporan

laba-rugi”, biaya-biaya transaksi (sesudah dikurangi imbalan atau fee yang

diterima, jika ada) yang dapat diatribusikan secara langsung ke perolehan atau

penerbitan instrumen keuangan akan ditambahkan (added to) ke nilai wajar awal

(initial fair value).

Page 59: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 59

Untuk aset keuangan, biaya-biaya transaksi tersebut ditambahkan pada nilai

tercatat awal yang diakui.

Untuk liabilitas keuangan, biaya-biaya transaksi tersebut dikurangi dari nilai

tercatat awal yang diakui. Ini berlaku baik untuk instrumen keuangan baik yang

dicatat menggunakan biaya yang diamortisasi (amortized cost) maupun aset

keuangan tersedia untuk dijual (available-for-sale) [PSAK 55 (revisi 2011)

paragraf 43].

Paragraf 43 PSAK 55 (revisi 2011) terkait pengakuan awal aset keuangan dan

liabilitas keuangan menyebutkan bahwa:

Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau liabilitas keuangan, entitas

mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan

tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya

transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau

penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan tersebut.

Untuk instrumen keuangan yang “diukur pada nilai wajar melalui laporan laba-

rugi”, biaya-biaya transaksi (sesudah dikurangi imbalan atau fee yang diterima

atau dibayarkan) tidak akan ditambahkan atau dikurangi dari nilai wajar awal, tapi

segera diakui dalam laporan laba-rugi pada saat pengakuan awal.

Biaya-biaya transaksi yang diharapkan akan terjadi pada saat pengalihan atau

pelepasan instrumen keuangan tidak dimasukkan ke dalam pengukuran

instrumen keuangan. [IAS 30 paragraf IG E1.1]

Contoh PWC page 9007.

2. Imbalan terkait dengan komitmen untuk memberikan kredit (loan commitment fees).

Imbalan komitmen adalah imbalan yang dibebankan oleh pihak kreditur terkait

dengan kesepakatan atau perjanjian pemberian kredit. Kadangkala mereka diacu

sebagai imbalan fasilitas (facility fees) karena telah membuat suatu fasilitas kredit

tersedia selama jangka waktu kredit kepada pihak debitur. Perlakuan akuntansinya

tergantung:

apakah mungkin atau tidak mungkin bahwa entitas akan memulai perjanjian

pinjaman tertentu, dan

apakah komitmen pinjaman berada dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi

2011) [kapan komitmen pinjaman dalam ruang lingkup PSAK 55?).

Page 60: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 60

Terkait komitmen pinjaman yang masuk dan tidak masuk dalam ruang lingkup

PSAK 55 (revisi 2011) akan diuraikan di bawah ini.

PSAK 55 (revisi 2011) paragraf 03 menguraikan adanya 3 (tiga) komitmen

pinjaman yang diberikan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi

2011):

(a) Komitmen pinjaman yang diberikan yang ditetapkan entitas sebagai liabilitas

keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui [laporan] laba rugi. Entitas

yang memiliki pengalaman di masa lalu dalam menjual aset yang dihasilkan

dari komitmen pinjaman yang diberikan segera setelah penerbitannya

menerapkan PSAK 55 (revisi 2011) ini untuk semua komitmen pinjaman yang

diberikan ke dalam kelompok yang sama.

(b) Komitmen pinjaman yang diberikan yang dapat diselesaikan secara neto

dengan kas atau dengan penyerahan atau penerbitan instrumen keuangan

lainnya. Komitmen pinjaman yang diberikan ini adalah derivatif. Komitmen

pinjaman yang diberikan tidak dianggap diselesaikan secara neto hanya

karena pinjaman yang diberikan dibayar secara cicilan (contoh, pinjaman

yang diberikan untuk pembangunan properti yang dibayar secara cicilan

sesuai dengan kemajuan penyelesaian kontrak konstruksi).

(c) Komitmen untuk menyediakan pinjaman yang diberikan pada tingkat suku

bunga dibawah suku bunga pasar. Paragraf 47(d) menjelaskan pengukuran

selanjutnya atas liabilitas yang timbul dari komitmen pinjaman yang diberikan

tersebut.

Komitmen pinjaman didefinisikan dalam IAS 39.BC15 sebagai “firm commitments to

provide credit under pre-specified terms and conditions” (komitmen pasti untuk

menyediakan kredit dalam persyaratan dan kondisi yang telah dirinci sebelumnya).

Terdapat pertanyaan dalam proses panduan aplikasi IAS 39, terkait apakah

komitmen pinjaman oleh pihak bank merupakan derivatif yang diukur pada nilai

wajar menurut IAS 39, karena suatu komitmen untuk membuat suatu pinjaman

tersedia pada tingkat suku bunga tertentu selama jangka waktu yang ditentukan,

pada dasarnya memenuhi definisi suatu derivatif. IASB berpendapat bahwa suatu

komitmen pinjaman merupakan suatu opsi yang ditulis oleh pihak bank dan

diberikan kepada pihak calon debitur untuk memperoleh suatu kredit pada

tingkat suku bunga tertentu.

IAS 39.BC16 lebih lanjut menjelaskan posisi praktis yang diambil oleh pihak IASB,

yaitu walaupun komitmen pinjaman memenuhi definisi suatu instrumen keuangan

Page 61: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 61

derivatif, dimana untuk menyederhanakan akuntansi baik pemegang maupun

penerbit komitmen pinjaman, IASB memutuskan untuk mengecualikan komitmen

pinjaman tertentu dari ruang lingkup IAS 39. Dampak dari pengecualian ini

mengakibatkan suatu entitas tidak akan mengakui dan mengukur perubahan nilai

wajar dari komitmen-komitmen pinjaman tersebut yang disebabkan oleh perubahan

dalam tingkat suku bunga pasar atau rentang kredit (credit spread). Ini akan

konsisten dengan hasil pengukuran pinjaman jika pemegang komitmen pinjaman

menjalankan haknya untuk memperoleh pendanaan, karena perubahan tingkat

suku bunga pasar tidak akan mempengaruhi suatu aset yang diukur pada biaya

perolehan diamortisasi (amortized cost) (dengan asumsi mereka tidak ditetapkan

sebagai kategori selain pinjaman dan piutang (catatan: IFRS 9 tentang Financial

Instruments, IFRS mana belum diadopsi ke PSAK di Indonesia, yang diterbitkan

pada bulan November 2009, menghilangkan kategori pinjaman dan piutang).

Dari tiga komitmen pinjaman yang disebutkan termasuk dalam ruang lingkup PSAK

55 (revisi 2011) paragraf 03, maka kemungkinan besar, akan banyak komitmen

pinjaman yang tidak akan masuk dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2011)

sehingga tidak diperlakukan sebagai suatu derivatif (dimana akan diukur pada nilai

wajarnya). Misalnya, komitmen pinjaman diberikan yang tidak dapat diselesaikan

secara neto dengan kas atau dengan penyerahan atau penerbitan instrumen

keuangan lainnya, akan dikeluarkan dari ruang lingkup IAS 39 atau PSAK 55 (revisi

2011).

Namun demikian perlu diperhatikan bahwa seluruh komitmen pinjaman yang

diberikan (baik dikecualikan atau tidak dikecualikan dari ruang lingkup PSAK 55

(revisi 2011):

tetap diwajibkan mengikuti persyaratan penghentian pengakuan dari PSAK

55 (revisi 2011) (lihat paragraf 51-78 dan Pedoman Aplikasi paragraf PA36-

PA63) 39 ini [PSAK 55 (revisi 2011) paragraf 02 (h)].

tetap tercakup dalam ruang lingkup PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan:

Pengungkapan [paragraf 04], yang merupakan adopsi dari IFRS 7 tentang

Financial Instruments: Disclosures.

Lengkapnya paragraf 04 PSAK 60:

Pernyataan ini berlaku untuk instrumen keuangan yang diakui dan yang tidak

diakui. Instrumen keuangan yang diakui termasuk aset keuangan dan

liabilitas keuangan dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2006) tentang

Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, atau PSAK 55 (revisi

2011) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Instrumen

Page 62: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 62

keuangan yang tidak diakui termasuk beberapa instrumen keuangan

yang meskipun di luar ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2006) atau PSAK

55 (revisi 2011), namun termasuk dalam ruang lingkup Pernyataan ini

(yaitu PSAK 60) (seperti beberapa komitmen pinjaman).

Pihak Penerbit Komitmen Pinjaman

Pihak yang mengeluarkan atau menerbitkan komitmen pinjaman yang tidak masuk

dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2011) wajib menerapkan PSAK 57 (revisi

2009) tentang Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi [PSAK 55 (revisi

2011) paragraf 02 (h)].

PSAK 57 (revisi 2009) paragraf 66-68 menyebutkan bahwa:

jika suatu entitas terikat dalam suatu kontrak yang memberatkan (onerous

contract), maka kewajiban kini menurut kontrak tersebut diukur dan diakui

sebagai provisi [paragraf 66].

Kontrak memberatkan didefinisikan sebagai kontrak yang menimbulkan biaya

yang tidak dapat dihindarkan dalam memenuhi kewajiban menurut kontrak dan

biaya tersebut melebihi manfaat ekonomi yang diperkirakan akan diterima. Biaya

yang tidak dapat dihindarkan dalam kontrak. Biaya yang tidak dapat dihindarkan

dalam kontrak mencerminkan biaya neto terendah untuk terbebas dari ikatan

kontrak, yaitu mana yang lebih rendah antara biaya memenuhi kontrak dengan

denda atau kompensasi yang dibayar jika entitas tidak memenuhi kontrak

[paragraf 68].

Banyak kontrak dapat dibatalkan tanpa membayar kompensasi atau denda

kepada pihak lain sehingga tidak ada kewajiban, misalnya pesanan pembelian

yang sifatnya rutin. Kontrak lain mengatur hak dan kewajiban setiap pihak dalam

kontrak. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan kontrak tersebut

memberatkan, maka kontrak tersebut masuk dalam lingkup PSAK 57 (revisi

2009) ini dan terdapat liabilitas yang diakui. Kontrak eksekutori yang tidak

memberatkan berada di luar ruang lingkup PSAK 57 (revisi 2009) [paragraf 67].

Kontrak eksekutori didefinisikan oleh IAS 37 tentang Provisions, Contingent

Liabilities and Contingent Assets paragraf 03 sebagai “contracts under which

neither party has performed any of its obligations or both parties have partially

performed their obligations to an equal extent” (terjemahan bebas: kontrak

dimana tidak ada satupun pihak yang telah melaksanakan kewajiban mereka

Page 63: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 63

atau kedua belah pihak telah menjalankan kewajiban mereka secara parsial

dengan cakupan yang sama).

PSAK 57 (revisi 2009) tidak diterapkan terhadap kontrak eksekutori kecuali

kontrak tersebut termasuk kontrak memberatkan sebagaimana dijelaskan dalam

paragraf 66-68 PSAK 57 (revisi 2009).

Dari bacaan di atas, maka bagi pihak penerbit komitmen pinjaman, apabila

komitmen pinjaman tersebut tidak masuk dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi

2011), maka apabila komitmen pinjaman tersebut kemudian menjadi kontrak yang

memberatkan menurut PSAK 57 (revisi 2009), maka kewajiban kini menurut

kontrak tersebut diukur dan diakui sebagai provisi [paragraf 66 PSAK 57 (revisi

2009)].

Hak atas fee apapun bagi pihak penerbit komitmen pinjaman akan dibukukan

sesuai dengan PSAK 23 (revisi 2010) tentang Pendapatan yang telah diuraikan di

atas.

Pihak Pemegang Komitmen Pinjaman (Calon Debitur)

Tidak terdapat ketentuan akuntansi terkait bagaimana pihak pemegang komitmen

pinjaman atau calon debitur, namun dapat dikatakan bahwa komitmen pinjaman

tersebut masih bersifat kontrak eksekutori. Apabila terdapat fee yang terhutang

akibat komitmen pinjaman yang diperoleh dari pihak penerbit komitmen pinjaman,

maka fee tersebut akan dibukukukan sebagai biaya sesuai dengan persyaratan

dalam komitmen pinjaman tersebut.

Apabila komitmen pinjaman tersebut kemudian tertuang menjadi perjanjian kredit

dan terjadi penarikan dana, maka pinjaman yang diperoleh tersebut akan dicatat

dan diungkapkan sebagai suatu liabilitas keuangan sesuai dengan PSAK 50

(revisi 2010) dan PSAK 55 (revisi 2011) (dan juga IFRS 9 tentang Financial

Instruments).

Liabilitas keuangan didefinisikan dalam PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 07 sebagai

berikut:

Liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa:

(a) Kewajiban kontraktual:

(i) Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain;

atau

Page 64: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 64

(ii) Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan

entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan

entitas tersebut;

(b) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan

instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:

(i) Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk

menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang

diterbitkan entitas; atau

(ii) Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan

mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan

sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Untuk

tujuan ini, hak, opsi atau waran untuk memperoleh suatu jumlah yang

tetap instrumen ekuitas yang dimiliki entitas untuk jumlah yang tetap

dari berbagai mata uang adalah instrumen ekuitas jika entitas

menawarkan rights, opsi atau waran prorata terhadap semua pemilik

yang ada saat ini pada kategori yang sama pada instrumen ekuitas

nonderivatif yang dimiliki. Juga, untuk tujuan ini instrumen keuangan

ekuitas yang diterbitkan entitas tidak termasuk instrumen yang

mempunyai fitur opsi jual yang dikategorikan sebagai instrumen ekuitas

sesuai dengan paragraf 13 dan 14, instrumen yang mensyaratkan suatu

kewajiban terhadap entitas untuk menyerahkan kepada pihak lain

bagian prorata aset neto hanya pada saat likuidasi dan dikategorikan

sebagai instrumen ekuitas sesuai dengan paragraf 15 dan 16, atau

instrumen yang merupakan kontrak untuk menerima atau menyerahkan

instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas tersebut di masa yang akan

datang.

Sebagai pengecualian, suatu instrumen yang memenuhi definisi

liabilitas keuangan dikategorikan sebagai instrumen ekuitas jika

memiliki semua fitur dan memenuhi kondisi di paragraf 13 dan 14 atau

paragraf 15 dan 16.

Dari pembahasan terkait komitmen pinjaman, maka dapat disimpulkan terkait

penghasilan jasa dari komitmen pinjaman sebagai berikut:

(i) Jika terdapat kemungkinan besar entitas akan memulai perjanjian pinjaman

tertentu dan komitmen pinjaman tidak berada dalam ruang lingkup PSAK 55

(revisi 2011), maka penghasilan jasa atas komitmen yang diterima dianggap

sebagai kompensasi bagi keterlibatan berkelanjutan dengan akuisisi

instrumen keuangan dan bersamaan dengan biaya transaksi terkait

Page 65: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 65

sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 55 (revisi 2011) ditangguhkan dan

diakui sebagai penyesuaian terhadap tingkat bunga efektif. Jika komitmen

berakhir tanpa entitas membuat pinjaman, maka biaya diakui sebagai

pendapatan pada saat kadaluwarsa. [PSAK 23 (revisi 2010) Lampiran

paragraf 13 (a) (ii), atau IAS 18 Appendix paragraf 14 (a) (ii)].

(ii) Sebaliknya, jika tidak memungkinkan bahwa perjanjian pinjaman tertentu

akan dimulai dan komitmen pinjaman berada di luar lingkup PSAK 55 (revisi

2011), maka penghasilan jasa atas komitmen diakui sebagai pendapatan

atas dasar proporsi waktu selama periode komitmen. [PSAK 23 (revisi 2010)

Lampiran paragraf 13 (b) (ii), atau IAS 18 Appendix paragraf 14 (b) (ii)].

(iii) Komitmen pinjaman di dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2011)

diperlakukan sebagai derivatif dan diukur pada nilai wajar [PSAK 23 (revisi

2010) Lampiran paragraf 13 (a) (ii) dan (b) (ii), atau IAS 18 Appendix

paragraf 14 (a) (ii) dan (b) (ii) dan PSAK 55 (revisi 2011) paragraf 03 atau

IAS 39 paragraf 2(h).4].

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa akuntansi pihak debitur adalah merupakan

cerminan (mirror) dari apa yang dibukukan pihak kreditur, maka akuntansi untuk

pihak debitur dalam membukukan biaya-biaya transaksi terkait instrumen keuangan

adalah sebagai berikut:

Sejauh terdapat kemungkinan bahwa beberapa atau seluruh fasilitas kredit

akan ditarik atau dicairkan, fee fasilitas (facility fee) akan dibukukan sebagai

biaya transaksi (sebagaimana didefinisikan menurut PSAK 55 (revisi 2011)

atau IAS 39). Dalam hal ini, fee fasilitas akan ditangguhkan dan diperlakukan

sebagai suatu biaya transaksi pada saat penarikan fasilitas kredit terjadi, dan

tidak akan diamortisasi sebelum penarikan terjadi. Biaya transaksi yang

ditangguhkan tersebut kemudian diakui sebagai penyesuaian terhadap

tingkat bunga efektif.

Sebagai contoh, perjanjian kredit mensyaratkan bahwa penarikan atas

fasilitas kredit hanya dapat dilakukan jika terdapat suatu proyek tertentu

(underlying business) yang didukung oleh rencana bisnis yang disetujui

terlebih dahulu. Jika dari total pagu kredit sebesar Rp100 miliar, dan

kemungkinan hanya Rp75 miliar yang akan dicairkan, maka hanya ¾ (atau

75%) dari total fee fasilitas yang merupakan biaya transaksi, yang akan

ditangguhkan sampai saat penarikan atau pencairan terjadi.

Page 66: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 66

Sejauh tidak terdapat bukti yang mendukung kemungkinan bahwa beberapa

atau seluruh pagu kredit akan ditarik, fee fasilitas merupakan pembayaran

untuk layanan likuiditas, yaitu, untuk menjamin ketersediaan pembiayaan

dengan persyaratan dan kondisi yang telah ditentukan sebelumnya selama

jangka waktu kredit. Dengan demikian, sejauh kemungkinan penarikan atau

penggunaan fasilitas kredit adalah kecil, fee fasilitas akan dikapitalisasi

sebagai pembayaran dimuka untuk layanan dan diamortisasi selama jangka

waktu kredit yang terkait. Ketersediaan fasilitas pembiayaan dengan syarat

dan kondisi yang sudah ditentukan sebelumnya pada dasarnya mirip seperti

manfaat untuk suatu entitas dalam cara yang sama dengan memiliki polis

asuransi. Jika pembiayaan diperlukan di kemudian hari akibat kejadian

tertentu yang tidak dapat diperkirakan, adanya fasilitas pinjaman menjamin

bahwa entitas tersebut tetap dapat memperoleh pembiayaan ini dengan

syarat-syarat dan kondisi yang sudah diketahui sebelumnya, terlepas apapun

kondisi ekonomi di masa depan.

3. Suatu entitas dapat juga menerima imbalan terkait penyediaan suatu layanan,

misalnya loan servicing fee, atau untuk pelaksanaan tindakan yang signifikan,

misalnya imbalan penempatan (placement) untuk mengatur suatu perjanjian

pemberian kredit antara dua belah pihak, dan imbalan terkait sindikasi pinjaman.

Imbalan-imbalan ini bukan merupakan bagian integral dari suatu pemberian kredit

atau perolehan pinjaman, dan untuk itu, tidak dapat menjadi bagian dari

pengukuran instrumen keuangan. Imbalan tersebut akan diakui sebagai

pendapatan pada laporan laba rugi dimana titik pengakuan pendapatan diatur

dalam Bagian Lampiran paragraf 13(b)(i) dan 13(c)(i)-(iii) PSAK 23 (revisi 2010).

Dari sisi penerima jasa layanan di ata, fee tersebut akan diakui sebagai beban

periode berjalan pada laporan laba rugi.

~~~~~~ ####### ~~~~~~

Page 67: PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi

www.futurumcorfinan.com

Page 67

Disclaimer

This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of

writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have

been compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any

representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising

from the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is

not intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your

advisors for specific advice.

This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the

authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com

© FUTURUM. All Rights Reserved