Proyek Sumatran Tiger PERKEMBANGAN CAPAIAN PER … ·  · 2017-11-06... dalam program dan...

2
Proyek Sumatran Tiger RINGKASAN PROYEK DATA ACUAN DATA ACUAN PERKEMBANGAN CAPAIAN PER KOMPONEN INDIKATOR UTAMA KEBERHASILAN PROYEK Proyek Sumatran Tiger memberikan solusi jangka panjang dalam melindungi hutan, satwa liar dan ekosistem Sumatera melalui penguatan jaringan kerja kawasan konservasi yang dikelola secara efektif dengan dana yang memadai, didukung oleh upaya pengelolaan lestari kawasan hutan produksi yang berdekatan dan dukungan para pihak untuk mencapai pengelolaan lanskap secara berkelanjutan. GEF, lembaga keuangan internasional di bidang lingkungan menjadi donor utama bagi Proyek Sumatran Tiger. Sementara UNDP adalah kontraktor utama dan lembaga penjamin dalam proyek. Proyek Sumatran Tiger menggolongkan intervensi dalam 3 komponen utama. Ketiga komponen tersebut adalah: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi penanggung jawab pelaksanaan proyek didukung oleh mitra LSM (WCS, FFI, ZSL, FHK). Proyek dilaksanakan di empat lanskap prioritas di Sumatera yaitu: Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Berbak dan Sembilang (TNBS) dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Harimau sumatera adalah satu-satunya spesies harimau yang tersisa di Indonesia. Dua spesies lain yaitu harimau bali punah pada tahun 1940-an. Sementara harimau jawa punah pada tahun 1980-an. Ancaman terbesar bagi populasi harimau sumatera adalah deforestasi, perburuan serta konflik satwa liar. Untuk mengukur capaian indikator dalam peningkatan populasi harimau sumatera, proyek mendukung Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati dalam menyusun dokumen Panduan Pemantauan Harimau Sumatera. Panduan tersebut membantu pengelola kawasan konservasi habitat harimau sumatera untuk menyediakan data populasi secara ilmiah sehingga meningkatkan kualitas pengelolaan. Selain itu survei pemasangan kamera jebakan telah mulai dilakukan guna memantau populasi harimau Sumatra di lanskap-lanskap prioritas. KOMPONEN I - Meningkatnya efektivitas institusi pengelola kawasan konservasi Upaya perbaikan institusi pengelolaa dilakukan melalui berbagai kegiatan dalam 5 output yang dikembangkan. Output 1.1 ialah peningkatan kapasitas kelembagaan 5 institusi pengelola kawasan konservasi. Indikator capaiannya dilihat dari Kartu Nilai Pengembangan Kapasitas (CD Scorecard). CD Scorecard merupakan perangkat penilaian yang dikembangkan oleh Global Environment Facility (GEF) untuk mendukung proses pengawasan dan dinilai mampu mengintegrasikan kegiatan peningkatan kapasitas (capacity development) dalam program dan rancangan proyek. Guna meningkatkan kapasitas kelembagaan, proyek telah melakukan identifikasi kesenjangan keahlian dan tata kelola di lima taman nasional yaitu Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Berbak dan Taman Nasional Sembilang sesuai standar kompetensi profesional. Hasil analisis dari CD Scorecard di Gunung Leuser dan Bukit Barisan Selatan menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas perlindungan taman nasional dan sistem penegakan hukum di taman nasional. Tindaklanjut hasil identifikasi kesenjangan dan analisa data dasar CD Scorecard, proyek bekerja sama dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PUSDIKLAT) mengembangkan kurikulum patroli SMART-RBM sebagai bagian dari modul pelatihan tematik yang disahkan oleh pemerintah dan diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. Untuk memastikan kualitas pelatihan selanjutnya pada skala lanskap, proyek telah melaksanakan pelatihan bagi pelatih (training of trainer/ToT) SMART-RBM. Dimana peserta ToT ini akan menjadi tenaga utama dalam melakukan pelatihan personel kunci di taman nasional dalam hal SMART-RBM menggunakan modul pelatihan yang ada. Bertujuan untuk meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di lanskap prioritas di Sumatera melalui adopsi praktek manajemen yang baik di kawasan lindung dan lanskap produksi yang berdekatan, menggunakan pemulihan populasi harimau (tiger recovery) sebagai indikator kunci keberhasilan. EKOSISTEM LEUSER KERINCI SEBLAT BERBAK SEMBILANG BUKIT BARISAN SELATAN Meningkatkan efektivitas lembaga-lembaga pengelola kawasan konservasi melalui penguatan kapasitas pengelolaan adaptif dari Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) di tingkat pusat dan tingkat lanskap. Membangun sistem koordinasi lintas-sektoral pada lanskap prioritas melalui pembentukan kemitraan pengelolaan konservasi dengan fokus pada isu perdagangan ilegal satwa liar, pembangunan infrastruktur, dan perambahan pada zona penyangga Kawasan Konservasi serta mitigasi konflik manusia-satwa. Membangun sistem pembiayaan berkelanjutan untuk konservasi keanekaragaman hayati melalui demonstrasi mekanisme pembiayaan berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan pembiayaan jangka panjang pengelolaan kawasan konservasi pada lanskap prioritas. Peningkatan kepadatan Harimau Sumatra* sebesar >10% pada area inti di 4 lanskap sasaran** > Nilai CD Scorecard 5 Taman Nasional * Kepadatan = jumlah harimau dewasa secara individual/100km2 (±95% CIs). ** 4 lanskap yang mencakup 5 Taman Nasional. Kampar tidak termasuk. Estimasi Kepadatan 2013 0,52 (0,27-0,99) Estimasi Sasaran Kepadatan (Thn.5) 0,57 EKOSISTEM LEUSER KERINCI SEBLAT BERBAK SEMBILANG BUKIT BARISAN SELATAN Data acuan Pengembangan Kapasitas (2014) 69% Target Pengembangan Kapasitas (Tahun ke-5) 83% Data acuan Pengembangan Kapasitas (2014) 72% Target Pengembangan Kapasitas (Tahun ke-5) 85% Data acuan Pengembangan Kapasitas (2014) 69% Target Pengembangan Kapasitas (Tahun ke-5) 83% Data acuan Pengembangan Kapasitas (2014) 71% Target Pengembangan Kapasitas (Tahun ke-5) 81% Estimasi Kepadatan 2013 1,13 (0,64-2,00) Estimasi Sasaran Kepadatan (Thn.5) 1,24 Estimasi Kepadatan 2013 1,02 (0,50-1,51) Estimasi Sasaran Kepadatan (Thn.5) 1,12 SKOR RATA-RATA UNTUK 4 LANSKAP Estimasi Kepadatan 2013 1,06 Estimasi Sasaran Kepadatan (Thn.5) 1,17 Estimasi Kepadatan 2015 2.8 (1,2 - 3,2) Estimasi Sasaran Kepadatan (Thn.5) 3,08 Output 1.2 adalah penurunan ancaman harimau dan satwa mangsa sebesar >10% yang dilihat dari temuan jerat harimau/satwa mangsa per 100 km patroli rimba. Penguatan upaya patroli dilakukan antara lain melalui penyusunan 3 modul implementasi SMART-RBM. Ketiga dokumen ini selain diharapkan tidak hanya digunakan pada bentang alam prioritasi tetapi juga secara nasional pada semua kawasan konservasi yang mengunakan SMART-RBM. Penguatan upaya patroli dilakukan antara lain melalui penyusunan 3 modul implementasi SMART-RBM. Ketiga dokumen ini selain diharapkan tidak hanya digunakan pada bentang alam prioritasi tetapi juga secara nasional pada semua kawasan konservasi yang mengunakan SMART-RBM. Output 1.3 Peningkatan upaya patroli penegakan hukum. Kegiatan ini selaras pada output sebelumnya mengenai penguatan upaya patroli penegakan hukum. Namun demikian, pada output ini indikator yang diukur adalah besaran upaya patroli yang dilakukan setiap tahunnya. Data yang telah dihimpun hingga akhir Juni 2017 adalah: DATA ACUAN > Jarak Tempuh Patroli per Tahun Transforming Effecveness of Biodiversity Conservaon in Priority Sumatran Landscapes EKOSISTEM LEUSER KERINCI SEBLAT BERBAK SEMBILANG BUKIT BARISAN SELATAN Baseline (2013) 237 Capaian 2017 (Juni) 474,8 Target EOP (2020)* 261 Baseline (2013) 1.722 Capaian 2017 (Juni) 986,4 Target EOP (2020)* 1.895 Baseline (2013) 464 Capaian 2017 (Juni) 100,5 Target EOP (2020)* 511 Baseline (2013) 320 Capaian 2017 (Juni) 0 Target EOP (2020)* 352 Baseline (2013) 1.023 Capaian 2017 (Juni) 1.027 Target EOP (2020)* 1.126 Output 1.4 ialah laju deforestasi di kawasan inti taman nasional menurun <1%. Mengingat belum tersedianya data dasar untuk laju deforestasi pada saat dokumen proyek disusun, langkah awal yang dilakukan adalah dengan menyusun data tutupan hutan tahun pertama sebagai data dasar proyek. Buku Panduan SMART - RBM * Target EOP (2020) berlaku untuk seluruh bentang alam

Transcript of Proyek Sumatran Tiger PERKEMBANGAN CAPAIAN PER … ·  · 2017-11-06... dalam program dan...

Proyek Sumatran Tiger

RINGKASAN PROYEK

DATA ACUAN

DATA ACUAN

PERKEMBANGAN CAPAIAN PER KOMPONEN

INDIKATOR UTAMA KEBERHASILAN PROYEK

Proyek Sumatran Tiger memberikan solusi jangka panjang dalam melindungi hutan, satwa liar dan ekosistem Sumatera melalui penguatan jaringan kerja kawasan konservasi yang dikelola secara efektif dengan dana yang memadai, didukung oleh upaya pengelolaan lestari kawasan hutan produksi yang berdekatan dan dukungan para pihak untuk mencapai pengelolaan lanskap secara berkelanjutan.

GEF, lembaga keuangan internasional di bidang lingkungan menjadi donor utama bagi Proyek Sumatran Tiger. Sementara UNDP adalah kontraktor utama dan lembaga penjamin dalam proyek.

Proyek Sumatran Tiger menggolongkan intervensi dalam 3 komponen utama. Ketiga komponen tersebut adalah:

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi penanggung jawab pelaksanaan proyek didukung oleh mitra LSM (WCS, FFI, ZSL, FHK). Proyek dilaksanakan di empat lanskap prioritas di Sumatera yaitu: Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Berbak dan Sembilang (TNBS) dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Harimau sumatera adalah satu-satunya spesies harimau yang tersisa di Indonesia. Dua spesies lain yaitu harimau bali punah pada tahun 1940-an. Sementara harimau jawa punah pada tahun 1980-an. Ancaman terbesar bagi populasi harimau sumatera adalah deforestasi, perburuan serta konflik satwa liar.

Untuk mengukur capaian indikator dalam peningkatan populasi harimau sumatera, proyek mendukung Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati dalam menyusun dokumen Panduan Pemantauan Harimau Sumatera. Panduan tersebut membantu pengelola kawasan konservasi habitat harimau sumatera untuk menyediakan data populasi secara ilmiah sehingga meningkatkan kualitas pengelolaan.

Selain itu survei pemasangan kamera jebakan telah mulai dilakukan guna memantau populasi harimau Sumatra di lanskap-lanskap prioritas.

KOMPONEN I - Meningkatnya efektivitas institusi pengelola kawasan konservasi

Upaya perbaikan institusi pengelolaa dilakukan melalui berbagai kegiatan dalam 5 output yang dikembangkan.

Output 1.1 ialah peningkatan kapasitas kelembagaan 5 institusi pengelola kawasan konservasi. Indikator capaiannya dilihat dari Kartu Nilai Pengembangan Kapasitas (CD Scorecard). CD Scorecard merupakan perangkat penilaian yang dikembangkan oleh Global Environment Facility (GEF) untuk mendukung proses pengawasan dan dinilai mampu mengintegrasikan kegiatan peningkatan kapasitas (capacity development) dalam program dan rancangan proyek.

Guna meningkatkan kapasitas kelembagaan, proyek telah melakukan identifikasi kesenjangan keahlian dan tata kelola di lima taman nasional yaitu Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Berbak dan Taman Nasional Sembilang sesuai standar kompetensi profesional.

Hasil analisis dari CD Scorecard di Gunung Leuser dan Bukit Barisan Selatan menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas perlindungan taman nasional dan sistem penegakan hukum di taman nasional.

Tindaklanjut hasil identifikasi kesenjangan dan analisa data dasar CD Scorecard, proyek bekerja sama dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PUSDIKLAT) mengembangkan kurikulum patroli SMART-RBM sebagai bagian dari modul pelatihan tematik yang disahkan oleh pemerintah dan diterapkan di seluruh wilayah Indonesia.

Untuk memastikan kualitas pelatihan selanjutnya pada skala lanskap, proyek telah melaksanakan pelatihan bagi pelatih (training of trainer/ToT) SMART-RBM. Dimana peserta ToT ini akan menjadi tenaga utama dalam melakukan pelatihan personel kunci di taman nasional dalam hal SMART-RBM menggunakan modul pelatihan yang ada.

Bertujuan untuk meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di lanskap prioritas di Sumatera melalui adopsi praktek manajemen yang baik di kawasan lindung dan lanskap produksi yang berdekatan, menggunakan pemulihan populasi harimau (tiger recovery) sebagai indikator kunci keberhasilan.

EKOSISTEM LEUSER

KERINCI SEBLATBERBAK SEMBILANG

BUKIT BARISAN SELATAN

Meningkatkan efektivitas lembaga-lembaga pengelola kawasan konservasi melalui penguatan kapasitas pengelolaan adaptif dari Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) di tingkat pusat dan tingkat lanskap.

Membangun sistem koordinasi lintas-sektoral pada lanskap prioritas melalui pembentukan kemitraan pengelolaan konservasi dengan fokus pada isu perdagangan ilegal satwa liar, pembangunan infrastruktur, dan perambahan pada zona penyangga Kawasan Konservasi serta mitigasi konflik manusia-satwa.

Membangun sistem pembiayaan berkelanjutan untuk konservasi keanekaragaman hayati melalui demonstrasi mekanisme pembiayaan berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan pembiayaan jangka panjang pengelolaan kawasan konservasi pada lanskap prioritas.

Peningkatan kepadatan Harimau Sumatra* sebesar >10% pada area inti di 4 lanskap sasaran**

> Nilai CD Scorecard 5 Taman Nasional

* Kepadatan = jumlah harimau dewasa secara individual/100km2 (±95% CIs).** 4 lanskap yang mencakup 5 Taman Nasional. Kampar tidak termasuk.

Estimasi Kepadatan 2013 0,52 (0,27-0,99)

Estimasi Sasaran Kepadatan (Thn.5) 0,57

EKOSISTEM LEUSER

KERINCI SEBLAT

BERBAK SEMBILANG

BUKIT BARISAN SELATAN

Data acuan Pengembangan Kapasitas (2014)

69%

Target Pengembangan Kapasitas (Tahun ke-5)

83%Data acuan Pengembangan Kapasitas (2014)

72%

Target Pengembangan Kapasitas (Tahun ke-5)

85%

Data acuan Pengembangan Kapasitas (2014)

69%

Target Pengembangan Kapasitas (Tahun ke-5)

83%

Data acuan Pengembangan Kapasitas (2014)

71%

Target Pengembangan Kapasitas (Tahun ke-5)

81%Estimasi Kepadatan 2013 1,13 (0,64-2,00)

Estimasi Sasaran Kepadatan (Thn.5) 1,24

Estimasi Kepadatan 2013 1,02 (0,50-1,51)

Estimasi Sasaran Kepadatan (Thn.5) 1,12

SKOR RATA-RATA UNTUK 4 LANSKAP

Estimasi Kepadatan 2013 1,06

Estimasi Sasaran Kepadatan (Thn.5) 1,17

Estimasi Kepadatan 2015 2.8 (1,2 - 3,2)

Estimasi Sasaran Kepadatan (Thn.5) 3,08

Output 1.2 adalah penurunan ancaman harimau dan satwa mangsa sebesar >10% yang dilihat dari temuan jerat harimau/satwa mangsa per 100 km patroli rimba.

Penguatan upaya patroli dilakukan antara lain melalui penyusunan 3 modul implementasi SMART-RBM. Ketiga dokumen ini selain diharapkan tidak hanya digunakan pada bentang alam prioritasi tetapi juga secara nasional pada semua kawasan konservasi yang mengunakan SMART-RBM.

Penguatan upaya patroli dilakukan antara lain melalui penyusunan 3 modul implementasi SMART-RBM. Ketiga dokumen ini selain diharapkan tidak hanya digunakan pada bentang alam prioritasi tetapi juga secara nasional pada semua kawasan konservasi yang mengunakan SMART-RBM.

Output 1.3 Peningkatan upaya patroli penegakan hukum. Kegiatan ini selaras pada output sebelumnya mengenai penguatan upaya patroli penegakan hukum. Namun demikian, pada output ini indikator yang diukur adalah besaran upaya patroli yang dilakukan setiap tahunnya. Data yang telah dihimpun hingga akhir Juni 2017 adalah:

DATA ACUAN > Jarak Tempuh Patroli per Tahun

Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Priority Sumatran Landscapes

EKOSISTEM LEUSER

KERINCI SEBLAT BERBAK

SEMBILANG

BUKIT BARISAN SELATAN

Baseline (2013) 237

Capaian 2017 (Juni) 474,8

Target EOP (2020)* 261

Baseline (2013) 1.722

Capaian 2017 (Juni) 986,4

Target EOP (2020)* 1.895

Baseline (2013) 464

Capaian 2017 (Juni) 100,5

Target EOP (2020)* 511

Baseline (2013) 320

Capaian 2017 (Juni) 0

Target EOP (2020)* 352

Baseline (2013) 1.023

Capaian 2017 (Juni) 1.027

Target EOP (2020)* 1.126

Output 1.4 ialah laju deforestasi di kawasan inti taman nasional menurun <1%. Mengingat belum tersedianya data dasar untuk laju deforestasi pada saat dokumen proyek disusun, langkah awal yang dilakukan adalah dengan menyusun data tutupan hutan tahun pertama sebagai data dasar proyek.

Buku Panduan SMART - RBM

* Target EOP (2020) berlaku untuk seluruh bentang alam

DATA ACUAN

DATA ACUAN

> Jumlah kasus kejahatan satwa liar yang diajukan ke persidangan

> Peningkatan sebesar >25% untuk masing-masing dari tiga skor komponen dalam Financial Sustainability Scorecard

KOMPONEN III- Keberlanjutan pembiayaan pengelolaan keanekaragaman hayati pada bentang alam prioritasTerdapat 3 output dalam komponen 3, yakni:Output 3.1 yaitu lima rencana pembiayaan yang baru sudah tersedia untuk PA sasaran terpilih pada akhir proyek dan anggaran meningkat sebesar 10%.Output 3.2 ialah dua rencana pembiayaan berkelanjutan yang dibuat untuk kawasan produksi melalui mekanisme bisnis dan kanekaragaman hayati (PES, sumbangan sektor swasta dan skema tanggung jawab sosial perusahaan serta kompensasi keanekaragaman hayati) yang melibatkan kemitraan publik-swasta (PPP)Output 3.3 adalah peningkatan sebesar >25% masing-masing tiga skor komponen Financial Sustainability Scorecard

Proyek

Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Priority Sumatran Landscapes

Sumatran Tiger

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANGd. Manggala Wanabakti,

Blok 1, Lt.15, Ruang B7 Jl. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta, 10270 Telp/ Fax. : +62 21 578 5299

Email : [email protected]

Facebook: @SumatranTigerID Twitter: @SumatranTigerID www.sumatrantiger.id

EKOSISTEM LEUSER

KERINCI SEBLAT BERBAK-SEMBILANG

BUKIT BARISAN SELATAN

Baseline (2013) 3

Capaian 2017 (Juni) 1

Target EOP (2020)* 9

Baseline (2013) 3

Capaian 2017 (Juni) 9

Target EOP (2020) 9

Baseline (2013) 0

Capaian 2017 (Juni) 2

Target EOP (2020)* 9

Baseline (2013) 1

Capaian 2017 (Juni) 2

Target EOP (2020)* 9

Output 2.2 adalah jumlah staf Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; pemda provinsi/kabupaten; otoritas perencana pembangunan regional (Bappeda/Dinas PU) berpartisipasi dalam proyek inovatif bidang kehutanan dan keanekagaman hayati.Output 2.3 merupakan pengembangan sistem pemantauan harimau, satwa mangsa dan habitat serta pengoperasiannya di bentang alam sasaran dan areal sekitarnya. Sistem pemantauan ini telah dijelaskan pada indikator utama proyek yakni terselesaikannya Panduan Pemantauan Harimau Sumatera.Pada tataran implementasi, panduan tersebut telah diujicobakan di keempat bentang alam prioritas. Output 2.4 bertujuan lebih dari 95% laporan konflik manusia-harimau (KHM) dipelajari dan ditanggapi sesuai dengan protokol mitigasi (Permenhut 48) di tahun ketiga proyek. Beberapa langkah telah ditempuh untuk mencapai target tersebut.Kajian spasial terhadap kejadian konflik dari 2001-2016 dilakukan guna mengidentifikasi daerah-daerah dengan kejadian KHM yang tinggi. Hasil tersebut guna mempersiapkan upaya pencegahan dan penanggulangan KHM untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.

DATA ACUAN > Hasil Penilaian METT

EKOSISTEM LEUSER

KERINCI SEBLAT BERBAK

SEMBILANG

BUKIT BARISAN SELATAN

Baseline (2014) 63%

Capaian 2016 67%

Target EOP (2020)* 76%

Baseline (2014) 64%

Capaian 2016 62%

Target EOP 76%

Baseline (2014) 53%

Capaian 2016 60%

Target EOP (2020)* 75%

Baseline (2014) 59%

Capaian 2016 62%

Target EOP (2020)* 75%Baseline (2014) 69%

Capaian 2016 68%

Target EOP (2020)* 77%

KOMPONEN II - Terbangunnya sistem koordinasi lintas sektoral pada bentang alam prioritas

Upaya perbaikan institusi pengelolaan dilakukan melalui berbagai kegiatan dalam 5 output yang dikembangkan.

Output 2.1 adalah jumlah kasus kejahatan satwa liar yang diajukan ke proses persidangan, sebagai hasil dari peningkatan kerjasama lintas sektoral meningkat >25%.

Kegiatan untuk menghasilkan output ini dilakukan antara lain penguatan kerjasama yang sudah dilakukan pegelola TN Kerinci Seblat dengan 4 POLDA sekitar. Kerjasama yang telah dijalin sejak 2015 dilakukan pembaharuan di tahun 2017 dan dilanjutkan dengan penyusunan rencana aksi yang lebih konkrit.

Mereplikasi kerjasama yang dikembangkan di bentang alam Kerinci Seblat, pada bulan Agustus 2017 Balai Besar TN Gunung Leuser sepakat berkerja sama dengan POLDA Aceh dalam upaya pemberantasan tindak pidana terhadap satwa liar. Kerjasama ini akan memperkuat upaya-upaya penegakkan hukum di wilayah Aceh.

Upaya lain untuk mendukung proses penegakkan hukum pada keempat bentang alam adalah pengoperasian jaringan informan yang menyuplai data-data mengenai perburuan dan tindak pidana satwa liar lainnya guna dikembangkan dalam proses penegakkan hukum.

Output 1.5 adalah membaiknya efektivitas pengelolaan pada 5 taman nasional sasaran yang mencakup 3.185.359 hektar.

Indikator efektivitas pengelolaan dan hasil penilaian yang dilakukan di tahun 2016 oleh KLHK pada kelima taman nasional adalah sebagai berikut:

Hingga Juni 2017 belum terdapat aktivitas yang dilakukan. Sesuai dengan tata waktu yang telah disusun, aktivitas pada output 3.1 akan dilakukan pada semester kedua 2017.

No KomponenSkor Keberlanjutan Keuangan (%)

Data Acuan (2014) Target (Tahun ke-5)

1Kerangka hukum, regulasi dan kelembagaan.

42% 53%

2Perencanaan bisnis dan perangkat untuk manajemen hemat-biaya.

24% 30%

3Perangkat untuk menghasilkan pendapatan.

35% 44%

* Target EOP (2020) berlaku untuk seluruh bentang alam

* Target EOP (2020) berlaku untuk seluruh bentang alam