PROVINSI KALIMANTAN UTARA€¦ · Sebagai provinsi termuda di Indonesia, Kalimantan Utara yang baru...
Transcript of PROVINSI KALIMANTAN UTARA€¦ · Sebagai provinsi termuda di Indonesia, Kalimantan Utara yang baru...
ii
SAMBUTAN KEPALA DINAS P3AP2KB
PROVINSI KALIMANTAN UTARA
Syukur Alhamdulillah, akhirnya Buku Profil Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) Kalimantan Utara ini bisa diselesaikan. Data dan informasi yang
terkandung di dalamnya sangat penting. Bisa digunakan sebagai umpan balik
atas pelaksanaan pembinaan dan pendampingan terhadap ABK yang telah
dilaksanakan selama ini. Juga bisa digunakan sebagai bahan masukan untuk
menyusun program-program terkait ABK yang lebh baik di masa depan.
Sebagai provinsi termuda di Indonesia, Kalimantan Utara yang baru
memasuki tahun ke 5 berjalan di tahun 2017, memiliki tugas berat dalam
melaksanakan pembangunan karena memiliki bidang garapan kerja yang
sangat luas. Fokus penataan sistem pemerintahan dan pembangunan
infrastruktur yang gencar dilakukan oleh Pemerintah Kalimantan Utara saat ini,
tidak boleh mengurangi komitmen dan semangat semua pihak untuk
meningkatkan perhatian dan kepedulian terhadap nasib ABK. Bagaimanapun,
ABK adalah generasi penerus. Dengan segala keterbatasan maupun
keluarbiasaan yang mereka miliki harus dapat dikembangkan potensinya
menjadi generasi yang mandiri di masa depan.
Dengan semangat, “semua anak adalah anak kita”, mari kita tingkatkan
perhatian dan kepedulian terhadap ABK dengan aksi nyata. Semoga apa yang
kita lakukan untuk para ABK di Kalimantan Utara, dapat mengantarkan mereka
mampu menjadi generasi yang cerdas dan mandiri.
Terima kasih.
Tanjung Selor, 12 Juni 2017 Kepala DP3AP2KB Prov. Kaltara, ttd Drs. S U R Y A N A T A, MM NIP : 196 10828 198012 1 003
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
bimbingan dan hidayah-Nya, akhirnya buku Profil Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017 ini dapat diselesaikan.
Keberhasilan penyusunan buku ni tentu atas partisipasi dan bantuan banyak
pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Untuk itu disampaikan banyak
terima kasih.
Buku ini adalah buku profil pertama tentang ABK di Provinsi Kalimantan
Utara. Data dan informasi tentang ABK yang ada dalam buku profil ini sangat
penting bagi semua pihak yang memiliki tanggunjawab dan kepedulian terhdap
nasib ABK. Data dan informasi dalam buku profil ini juga bisa dijadikan sebagai
dasar dalam pengambilan kebijakan untuk program-program terkait ABK yang
lebih baik di masa depan.
Semoga keberadaan buku ini bisa memberi kontribusi positif untuk
keberhasilan pembangunan di Kalimantan Utara. Kami menyadari bahwa buku
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan lebih lanjut.
Terima kasih.
Tanjung Selor, 12 Juni 2017
Tim Penyusun
iv
TIM PENYUSUN
Penanggungjawab : Drs. Suryanata, MM
Koordinator : Drs. Deddy Sudana
Syamsaimun, S.Pi, MP
Editor : Aulia Rahman, S.Ikom
Penulis : Dr. Arif Jauhar Tontowi, MM
Nuraini Asri, A.Md.KL
Pengolah Data : Kilam Kuleh, S.Pd
Yustin Mety Damma, ST
Marsuryani, SKM
Hj. Ainun Farida
Maisaroh, S.IP
Caroline S. Tandirerung, S.ST
v
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ I
SAMBUTAN KEPALA DINAS PPPA & PPKB PROV. KALTARA ....... Ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. Iii
TIM PENYUSUN .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK/GAMBAR ................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................................ 1
B. TUJUAN .......................................................................... 4
C. LANDASAN HUKUM ....................................................... 4
D. SUMBER DATA .............................................................. 5
E. SISITIMATIKA PENULISAN ........................................... 6
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI
KALIMANTAN UTARA
A. PENGERTIAN DAN KARAKTERITIK ABK ..................... 7
B. JUMLAH ABK DI KALIMANTAN UTARA ........................ 29
C. PERMASALAH ................................................................ 32
D. TINDAKAN YANG DILAKUKAN ..................................... 37
E. JUMLAH YAYASAN/LEMBAGA ..................................... 39
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNG
JAWAB
A. PENANGANAN ............................................................... 41
1. Layana Medis ................................................................... 41
2. Layanan Pendidikan ......................................................... 43
3. Layanan sosial ................................................................. 48
vi
4. Perhubungan (Aksesibilitas) ............................................ 49
5. Pekerjaan Umum ............................................................. 49
6. Masyarakat ....................................................................... 49
B. PENDAMPINGAN ........................................................... 54
1. Orang Tua ........................................................................ 55
2. Masyarakat ....................................................................... 56
3. Tokoh Masyarakat ............................................................ 56
C. TANGGUNJAWAB .......................................................... 57
1. Keluarga ........................................................................... 58
2. Masyarakat ....................................................................... 58
3. Pemerintah ....................................................................... 58
BAB IV ANALISIS DATA
A. HAK SIPIL DAN KEBEBASAN ........................................ 62
B. HAK KESEHATAN .......................................................... 63
C. HAK PENDIDIKAN .......................................................... 71
D. KEBERHASILAN ABK .................................................... 73
BAB V KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI
A. KOMITMEN DAN KEBIJAKAN ....................................... 77
B. IMPLEMENTASI ............................................................. 78
BAB VI PENUTUP
A. SIMPULAN ...................................................................... 80
B. REKOMENDASI .............................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Rekapitulasi Jumlah ABK Berdasarkan Jenis Kelamin
dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara, ahun
2016 .................................................................................
30
Tabel 4.1. Data ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi
ABK di Kabupaten Bulungan, Tahun 2016 ......................
64
Tabel 4.2. Data ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi
ABK di Kota Tarakan, Tahun 2016 ..................................
66
Tabel 4.3. Data ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi
ABK di Kabupaten Nunukan, Tahun 2016 .......................
68
Tabel 4.4. Data ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi
ABK di Kabupaten Malinau, Tahun 2016 ........................
70
viii
DAFTAR GRAFIK/GAMBAR
Grafik 2.1. Perbandingan Jumlah ABK Berdasarkan Kabupaten /
Kota di Kalimantan Utara, Tahun 2016 ............................
30
Grafik 2.2. Perbandingan Jumlah ABK Berdasarkan Jenis Kelamin
dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara, Tahun 2016 .
31
Gambar 3.1. Seputar kegiatan belajar dan prestasi para ABK di
Provinsi Kalimantan Utara ...............................................
48
Gambar 3.2. Penanganan ABK oleh Aktivis PATBM ............................ 50
Gambar 3.3. Anak ABK yang Berhasil Menjadi Mahasiswa ................. 51
Gambar 3.4. Profil dan Kegiatan Yayasan Bening Hati Memberi
Terapi Kepada ABK di Tarakan Kalimantan Utara ..........
52
Gambar 3.5. ABK dan Kegiatannya di Yayasan Karya Murni
Keuskupan Tanjung Selor Kalimantan Utara ...................
53
Gambar 3.6. Kondisi “Berat” Beberapa ABK di Kalimantan Utara
(2017) ...............................................................................
54
Gambar 3.7. Oran Tua Mengasuh ABK ................................................ 56
Gambar 3.8. Pendampingan ABK oleh Anggota Masyarakat ............... 57
Gambar 4.1. Jumlah ABK yang Memiliki dan Tidak Memiliki Akta
Kelahiran di Kalimantan Utara .........................................
62
Gambar 4.2. Keadaan ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Klasifikasi ABK di Kabupaten Bulungan, Tahun 2016 .....
65
Gambar 4.3. Keadaan ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Klasifikasi ABK di Kota Tarakan, Tahun 2016 .................
67
Gambar 4.4. Keadaan ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Klasifikasi ABK di Kabupaten Nunukan, Tahun 2016 ......
69
Gambar 4.5. Keadaan ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Klasifikasi ABK di Kabupaten Malinau, Tahun 2016 ........
71
Gambar 4.6. ABK Yang Sekolah di SLB dan Tidak Sekolah di SLB .... 72
ix
Gambar 4.7. Para ABK Menerima Hadiah Kejuaraan di SLB Malinau
Kaltara ..............................................................................
73
Gambar 4.8. ABK berprestasi dalam berbagai Lomba Seni dari
Tarakan di Tingkat Provinsi dan Nasional .......................
74
Gambar 4.9. ABK dari SLB Tanjung Selor Juara Harapan 2 ................ 74
Gambar 4.10 ABK dari SLB Tanjung Selor Juara Harapan 2 ................ 75
Gambar 4.11 ABK dari SLB Malinau Mendapat Penghargaan Sebagai
Juara ................................................................................
76
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I PENDAHULUAN Page 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kalimantan Utara adalah provinsi terbaru (ke 34) di Indonesia yang
terletak di bagian utara pulau besar Kalimantan. Provinsi ini berbatasan
langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan
Serawak, Malaysia Timur. Ibu kotanya di Tanjung Selor dengan luas
wilayah 72.567.49 km² (28,018.46 mil²). Berdasarkan data dari BPS
Kalimantan Timur, tahun 2016 jumlah penduduk Kalimantan Utara adalah
666.333 jiwa, dengan kepadatan penduduk 10/km². Suku asli yang
mendiami wilayah ini adalah Suku Bulungan, Suku Dayak dan Suku
Tidung. Agama yang ada adalah Agama Islam, Katolik, Protestan, Budha,
Hindu, dan Konghucu. Bahasa sehari-hari adalah Bahasa Indonesia,
Bahasa Bulungan, Bahasa Dayak dan Bahasa Tidung.
Wilayah Kalimantan Utara dibagi menjadi 5 wilayah administrasi,
yang terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten sebagai berikut:
- Kota Tarakan, populasi 239.973, ibukota Tarakan
- Kabupaten Bulungan, populasi 226.322, ibukota Tanjung Selor
- Kabupaten Malinau, populasi 62.460, ibukota Malinau
- Kabupaten Nunukan, populasi 140.567, ibukota Nunukan
- Kabupaten Tana Tidung, populasi 22.841, ibukota Tideng Pale
Kalimantan Utara terbentuk berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2012
tanggal 22 April 2014 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB)
Provinsi Kalimantan Utara yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota.
Sekalipun sebagai provinsi baru dengan dukungan infrastruktur yang
masih kurang memadai, masyarakat Kalimantan Utara memiliki tekad dan
semangat besar untuk membangun wilayah ini menjadi wilayah yang
maju. Hal ini sebagaimana semboyan Gubernur Provinsi Kalimantan Utara
“sekarang di belakang, kelak terdepan”. Tekad dan semangat ini tentu
bukan tanpa alasan. Potensi sumber daya alam dan kearifan lokalnya
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I PENDAHULUAN Page 2
yang kaya dan berlimpah, didukung oleh posisi wilayah ini yang strategis
di antara jalur perdagangan internasional, serta karakter keterbukaan
masyarakatnya dalam menerima berbagai perubahan, merupakan
kekuatan besar dalam mendorong terwujudnya perubahan posisi
Kalimantan Utara dari terbelakang menjadi terdepan. Bahkan dalam
forum-forum ilmiah, banyak disebutkan bahwa Kalimantan Utara
berpotensi menjadi Rising Star di Asia Tenggara. Hal ini tentu menjadi
spirit dan mimpi besar bagi masyarakat di Kalimantan Utara, untuk
menjadikan provinsi ini di masa depan, bisa berkembang sejajar dengan
beberapa negara maju seperti Korea Selatan, Hongkong, dan Cina.
Melihat potensi besar Kalimantan Utara utara di masa depan,
membangun regenerasi merupakan langkah srategis yang harus
dilakukan sejak dini. Menyiapkan anak-anak sebagai pewaris yang
tanggung dalam estafet kepemimpinan, serta menjadikannya sebagai
pengelola yang handal dalam memberdayakan seluruh potensi yang
dimiliki oleh provinsi ini di masa depan adalah sebuah keniscayaan.
Tanpa usaha ini, mustahil kejayaan Kalimantan Utara di masa depan akan
menjadi kenyataan.
Our children is our future, anak-anak kita adalah masa depan kita.
Bagaimana kelangsungan hidup suatu bangsa tergantung pada generasi
mudanya. Masa anak adalah masa emas yang sangat menentukan
kualitas dan capaian perkembangan pada masa-masa selanjutnya. Oleh
karena itu perlu perhatian yang serius untuk menjamin kelangsungan dan
kualitas hidup anak-anak, tumbuh kembang secara optimal, ketahanan
dan keselamatan dari berbagai resiko yang membahayakan, serta
mendapat kesempatan luas untuk berpartisipasi sosial sesuai dengan
kemampuan dan kemanusiaannya yang diakui sebagai hak yang melekat
pada setiap anak. Perhatian tersebut bukan hanya berkenaan dengan
kepentingan terbaik bagi anak-anak tetapi juga menjamin kesejahteraan
generasi yang akan datang serta masa depan bangsa dan negara yang
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I PENDAHULUAN Page 3
lebih baik. Demikian pula seharusnya yang diperoleh dan dialami oleh
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia, Nomor 10 Tahun 2011, bahwa
ABK adalah anak yang mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik,
mental-intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara
signifikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Meningkatnya jumlah ABK dari tahun ke tahun seharusnya menjadi
perhatian kita bersama. Perlakuan diskriminasi yang dialami oleh ABK
adalah salah satu bentuk permasalahan yang harus diatasi secara serius.
Dalam pendidikan, mereka kurang mendapat pendidikan yang sama
dengan anak-anak lain karena terbatasnya jumlah guru yang memiliki
keahlian mendidik mereka. Selain itu, sekolah yang mampu menampung
dan mendidik mereka juga sangat terbatas dan sering terkendala.
Masalah lainnya adalah masih adanya orang tua, keluarga dan
masyarakat yang berpendapat bahwa ABK adalah anak yang dikutuk
yang perlu disembunyikan bahkan masih ada yang dipasung. Kondisi ini
yang menyebabkan pemenuhan hak ABK terabaikan.
Berkembangnya jumlah ABK yang terjadi selama ini menunjukkan
semakin pentingnya informasi dan pengelolaan data ABK dalam banyak
aspek. Pada saat yang sama kebutuhan akan data tersebut semakin
tinggi, sehingga dituntut ketersediaan data dan informasi ABK.
Sehubungan dengan hal tersebut, Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Provinsi Kalimantan Utara, menyusun buku Profil Anak Berkebutuhan
Khusus. Profil ABK sangat bermanfaat untuk melihat kondisi dan
karakteristik ABK di Provinsi Kalimantan Utara.
Tetapi karena keterbatasan data, publikasi ini belum dapat
menggambarkan kondisi ABK secara lengkap untuk mengetahui
pemenuhan haknya. Oleh sebab itu, melalui publikasi ini juga diharapkan
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I PENDAHULUAN Page 4
seluruh pihak terkait dapat terus meningkatkan ketersediaan data ABK di
berbagai bidang. Agar program, kebijakan dan kegiatan yang akan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga dapat memberikan
manfaat yang optimal dalam pemenuhan haknya.
B. TUJUAN
Profil anak berkebutuhan khusus (ABK) ini disusun dengan tujuan:
1. Menyusun profil ABK baik dalm konteks jumlah, proporsi jenis kelamin,
usia, jenjang pada satuan pendidikan, prestasi, aspek terkait
pemenuhan hak-haknya hingga sistem layanan yang ada di Provinsi
Kalimantan Utara.
2. Menyajikan data dan informasi yang terkait dengan aspek
perlindungan ABK
3. Meningkatkan komitmen untuk melaksanakan penyusunan profil di
daerah
4. Menggunakan data terpilah ABK dalam penyusunan, kebijakan dan
kegiatan.
C. LANDASAN HUKUM
Beberapa landasan hukum yang mendasari kewajiban penyusunan
profil anak berkebutuhan khusus (ABK) ini adalah :
1. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 16, Tahun 1997, tentang
Statistik
2. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2011, tentang Pengesahan
Konvensi-konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan
Daerah
4. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014, tentang Perubahan atas
Undang-undang 23 Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak
5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016, tentang Penyandang
Disabilitas
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I PENDAHULUAN Page 5
6. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015, tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009,
tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan
dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa
8. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011, tentang Kebijakan
Penanganan Berkebutuhan Khusus
9. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Nomor 5 Tahun 2014, tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Data Gender dan Anak
10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 71 Tahun 1999, tentang
Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat dan Orang Sakit pada Sarana
dan Prasarana Perhubungan.
11. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Utara
12. Rancangan Perda Provinsi Kalimantan Utara tentang Perlindungan
Anak.
D. SUMBER DATA
Data bahan penyusunan profil ABK diperoleh dari berbagai
sumber, yaitu :
1. Hasil pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh :
- Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
- Lembaga Pendidikan (Sekolah Inklusif, PKBM, SLB)
- Layanan Kesehatan (RS, Puskesmas, Pusat Terapi)
- Panti-panti Sosial, Rumah Singgah Pemerintah/Swasta
- Organisasi Masyarakat yang menangani ABK.
2. Hasil sensus/pencacahan dan survei yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik dan SKPD.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I PENDAHULUAN Page 6
3. Hasil survei/penelitian/kajian yang dilakukan oleh SKPD maupun
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kalangan akademisi.
4. Hasil survei dan verifikasi lapangan yang dilakukan oleh tim penyusun
profil ABK Kalimantan Utara.
E. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan. Menyajikan tentang latar belakang, tujuan,
landasan hukum, sumber data, sistematika penulisan.
BAB II : Kondisi anak berkebutuhan khusus di Kalimantan Utara.
Menyajikan tentang permasalahan umum, tindakanyang
dilakukan, jumlah ABK, jumlah yayasan/lembaga yang
mengurus ABK.
BAB III : Penanganan, pendampingan dan tanggung jawab.
Menyajikan tentang penanganan layanan medis, layanan
pendidikan dan layanan fisik. Pendampingan dan tanggung
jawab oleh orang tua / keluarga, sekolah, masyarakat dan
pemerintah
BAB IV Analisis Data. Menyajikan tentang hak sipil dan kebebasan,
pendidikan, pendidikan meliputi formal, indformal dan non
formal, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan seni budaya,
kesehatan (jasmani dan rohani), sosial (layanan, bantuan,
aksesibilitas, dan fasilitas), keberhasilan ABK (31 Hak
Anak/Pengembangan Hak-Hak Anak lainnya)
BAB V : Kebijakan dan implementasinya. Menyajikan tentang
kebijakan dan implementasi terkait ABK yang telah
dilaksanakan di Kalimantan Utara.
BAB VI : Penutup. Menyajikan simpulan dan rekomendasi hasil
penyusunan profil ABK di Kalimantan Utara.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 7
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
DI KALIMANTAN UTARA
A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK ABK
Agar ada pemahaman yang sama tentang ABK, maka sebelum
mengetahui jumlah dan menjelaskan tentang permasalahan–
permasalahan terkait ABK di Kalimantan Utara, perlu dijelaskan terlebih
dahulu konsep secara detail tentang pengertian ABK dan karakteristik
yang ada pada mereka. Dengan adanya kesamaan pemahaman ini,
diharapkan semua pihak akan memiliki persepsi yang sama serta mampu
menumbuhkan semangat, perhatian atau kepedulian yang seragam dalam
melakukan pembinaan atau penanganan terbaik untuk para ABK.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak
Berkebutuhan Khusus mendefinisikan Anak Berkebutuhan Khusus adalah
anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental,
intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan
dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain yang seusia dengannya. Berdasakan pengertian ini, ada
dua hal pokok yang membedakan anak berkebutuhan khusus dengan
yang bukan yaitu, adanya keterbatasan atau keluarbiasaan sehingga
memerlukan penanganan khusus agar anak tersebut tetap mampu
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai poensi yang dimiliki.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia, Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus, ada 12 jenis ABK
(dalam Profil ABK Sumatera Barat, 2016) seperti berikut :
1. Anak tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya
penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (blind) atau sebagian (low
vision).
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 8
a. The Blind (Buta Total), yaitu penyandang tunanetra yang
memiliki tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang.
Adakalanya masih dapat melihat gerakan-gerakan tangan atau
membedakan gelap dan terang. Dan tidak mampu melihat
cahaya (tuna netra yang memiliki visus 0).
b. Low Vision (Kurang Lihat), yitu tunanetra yang memiliki
ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m. Kurang melihat (kabur)
tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter dan
penglihatan hanya mampu berespon terhadap cahaya, benda
yang cukup besar atau dengan warna yang mencolok.
2. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan
pendengaran, baik menyeluruh ataupun sebagian, dan biasanya
memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara. Tunarungu
terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar :
a. Tunarungu ringan yaitu tunarungu yang mengalami tingkat
ketulian 25-45dB. Kemampuan memahami percakapan:
kesulitan dalam merespon suara-suara yang datangnya agak
jauh, memiringkan kepala dalam usaha mendengar. Tidak selalu
bereaksi bila disapa, mengalami kesulitan dalam melakukan
percakapan.
b. Tunarungu sedang yaitu tunarungu yang mengalami tingkat
ketulian 46-70dB. Kemampuan memahami percakapan: hanya
dapat mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet secara
berhadapan, tidak dapat mengikuti diskusi-diskusi di kelas,
mengalami kesulitan dalam melakukan percakapan bila tidak
menatap wajah lawan bicara, mengalami kesukaran untuk
menangkap suara pada jarak jauh, mengalami kesukaran untuk
menangkap suara pada jarak jauh, mengalami kesukaran untuk
mendengar dalam lingkungan yang bising dan pemakaian ABM
sangat bermanfaat.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 9
c. Tunarungu berat, yaitu tunarungu yang mengalami tingkat
ketulian 71-90dB. Kemampuan mendengar percakapan: hanya
dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekatdan
diperkeras, akan sangat sedikit memahami percakapan bila
menatap wajah lawan bicara yang bersuara keras, kemampuan
untuk menangkap percakapan yang wajar sehari-hari hampir tak
mungkin. Pemakaian ABM sangat bermanfaat.
d. Tunarungu sangat berat, yaitu tunarungu yang mengalami
tingkat ketulian 90dB ke atas. Kemampuan memahami
percakapan pada taraf ini seseorang sudah tidak dapat
merespon suara sama sekali, masih mungkin merespon suara
melalui getaran-getaran suara yang ada, tak mungkin
melangsungkan percakapan wajar sehari-hari, pemakaian ABM
masih akan ada manfaatnya, lebih mengandalkan kemampuan
visual.
3. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensia yang
signifikan berada dibawah rata-rata anak seusianya dan disertai
dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul
dalam masa perkembangannya. Berdasarkan kapasitas
intelektualnya anak tunagrahita diklasifikasi sebagai berikut :
a. Tunagrahita ringan, memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar 50-
70. Anak tunagrahita pada tingkatan ini disebut juga mampu
didik. Secara sosial mampu menyesuaikan diri pada lingkungan
yang lebih luas dan mampu melaksanakan pekerjaan setingkat
semi terampi.
b. Tunagrahita sedang, memiliki tingkat kecerdasan berkisar 30-50.
Disebut juga mampu latih. Mampu melakukan keterampilan
mengurus diri sendiri, mampu beradaptasi dengan lingkungan
terdekat serta mampu melakukan pekerjaan rutin dengan
pengawasan dan terlindung.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 10
c. Tunagrahita berat dan sangat berat, memiliki tingkat kecerdasan
di bawah 30. Sepanjang kehidupan mereka sangat tergantung
pada bantuan dan perawatan orang lain. Anak ini juga disebut
mampu rawat. Berkomunikasi secara sederhana dalam batas
tertentu. Dan ada yang masih mampu dilatih mengurus dirinya
sendiri.
4. Anak tunadaksa adalah anak yang secara umum menunjukkan
ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk menjalankan fungsi tubuh
seperti dalam keadaan normal. Anak tunadaksa dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Cerebral Palsy (CP), dalam taraf ringan anak dapat berjalan
tanpa alat bantu, mampu berbicara dan dapat menolong dirinya
sendiri. Dalam taraf sedang, anak memerlukan bantuan untuk
berjalan, latihan berbicara, dan mengurus dirinya sendiri. Pada
taraf berat, anak memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi,
berbicara dan menolong dirinya sendiri. Berdasarkan letaknya
mencakup, spastic yaitu pada sebagian atau seluruh ototnya.
Dykenisia yaitu gerakan yang tidak terkontrol. Rigid yaitu terjadi
kekakuan pada seluruh tubuh dan sulit untuk digerakkan. Ataxia
yaitu gangguan keseimbangan, koordinasi mata dan tangan.
Serta campuran yaitu mengalami kelainan ganda atau lebih.
b. Polio, dalam tipe spinal terjadi kelumpuhan pada otot-otot leher,
sekat dada, tangan dan kaki. Tipe bulbair yaitu kelumpuhan
fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi yang menyebabkan
adanya gangguan pada pernafasan. Tipe bulbispinalis yaitu
gangguan antara tipe spinal dan bulbair.
5. Anak tuna laras adalah anak yang memiliki masalah atau hambatan
dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta penyimpangan
penyesuaian perilaku.
6. Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) atau Attention Deficit and Hyperactivity Disorder/ADHD
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 11
adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan dan
neurologis, gangguan pengendalian diri, masalah dalam hal
atensi/perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang menyebabkan
kesulitan berperilaku, berfikir, dan mengendalikan emosi.
7. Anak dengan gangguan spektum autisma atau AutismSpectrum
Disorder/ASD adalah dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu
kemampuan komunikasi, interaksi sosial, dan pola-pola perilaku
yang repetitif dan stereotive.
8. Anak tunaganda adalah anak yang memiliki dua atau lebih gangguan
sehingga diperlukan pendampingan, pelayanan, pendidikan khusus,
dan alat bantu belajar yang khusus.
9. Anak lamban belajar atau Slow Learner adalah anak yang memiliki
potensi intelektual sedikit di bawah rata-rata tetapi belum termasuk
gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non
akademik
10. Anak dengan kesulitan belajar khusus atau Specific Learning
Disabilities adalah anak yang mengalami hambatan atau
penyimpangan pada satu atau lebih proses psikologis dasar, berupa
ketidakmampuan mendengar, berpikir, berbicara, membaca,
menulis, mengeja dan berhitung. Ada tiga kategori dengan kesulitan
belajar khusus, yaitu :
a. Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca (disleksia)
b. Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
c. Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
11. Anak dengan gangguan komunikasi adalah anak yang mengalami
hambatan dalam komunikasi verbal yang efektif, seperti terlambat
bicara, pemakaian bahasa di bawah usia, keganjilan dalam artikulasi,
penggunaan bahasa yang aneh, gagap, intonasi atau ekspresi diri
yang buruk, dan gangguan bicara secara menyeluruh.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 12
12. Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah
anak yang memiliki skor intelegensi yang tinggi (gifted), atau mereka
yang unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik,
seni, olah raga, dan kepemimpinan.
Setiap ABK tentu memiliki keterbatasan dan keluarbiasaan yang
berbeda-beda, sehingga setiap ABK juga harus mendapatkan
penanganan yang sesuai agar dapat tumbuh dan berkembang optimal.
Oleh krena itu perlu dijelaskan ciri atau karakteristik tertentu berdasarkan
klasifikasi ABK dan faktor-faktor penyebabnya (disadur dari profil ABK
Sumatera Barat, 2016), yaitu seperti berikut:
1. Anak Tunanetra
Beberapa karakteristik anak tunanetra adalah :
a. Segi Fisik
Secara fisik anak tunanetra tampak pada organ
penglihatan/mata. Pada anak tunanetra dengan kebutaan total
beberapa kerusakan nyata tampak pada kedua matanya. Dan ada
juga bagian bola mata tampak jernih tetapi tidak bisa melihat. Sering
menekan bola mata dengan jari. Untuk anak buta sebagian atau low
vision, beberapa kasus mata tampak merah, bola mata keruh,
terdapat bintik putih di tengah bola mata, dan terkadang bersinar
seperti mata kucing. Dan ada juga yang mengalami bola mata
bergerak sangat cepat.
b. Segi Motorik
Hilangnya indra penglihatan tidak berpengaruh secara
langsung pada keadaan motorik anak tunanetra akan tetapi
keterbatasan pengalaman visual memberi pengaruh terhadap
orientasi lingkungan. Seperti menabrak sesuatu atau tersandung bila
berjalan dan meraba-raba bila mencari sesuatu.
c. Segi Perilaku
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 13
Anak tunanetra sering menunjukkan perilaku stereotip, seperti
sering menekan bola mata, membuat suara dengan jari,
menggoyang-goyangkan kepala dan badan atau berputar-putar.
d. Segi Akademik
Secara umum kemampuan akademik anak-anak tunanetra
sama dengan anak pada umumnya. Namun keterbatasan
penglihatan berpengaruh pada kemampuan membaca dan menulis.
Dengan kondisinya tunanetra mempergunakan berbagai alternatif
media atau alat untuk membaca dan menulis sesuai dengan
kebutuhannya seperti penggunaan huruf braille atau huruf cetak
dengan berbagai alternatif ukuran.
e. Segi Pribadi dan Sosial
Keterbatasan visual anak tunanetra mengakibatkan
keterbatasan dalam memperoleh pengalaman dan berpengaruh
pada hubungan sosial, sehingga mereka terlihat memiliki sikap
curiga yang berlebihan pada orang lain, mudah tersinggung, dan
ketergantungan dengan orang lain.
2. Tunarungu
Karakteristik anak tunarungu adalah :
a. Segi Akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa
mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang
rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung
sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak
seusianya.
b. Segi Sosial Emosional
Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat
dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi. Mereka sukar
menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain,
sukarnya menyesuaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada
dirinya sendiri (egocentris), sehingga jika mereka memiliki keinginan,
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 14
mereka menuntut untuk harus dipenuhi. Perasaan takut atau
khawatir terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia
tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.
Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah
menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu. Anak tunarungu
cenderung (bertindak tanpa peduli dampaknya). Dalam bertindak
mereka cenderung kaku (rigidity), pendiam dan terkesan kaku.
Mereka juga memiliki sifat lekas marah dan mudah tersinggung,
polos, kurang mampu menjaga perasaan dan rahasianya.
c. Segi fisik/kesehatan
Dari segi fisik bagi anak tunarungu yang mengalami gangguan
pada organ keseimbangan di bagian telinga, cenderung
memperlihatkan cara berjalan kaku dan agak membungkuk. Namun
untuk anak yang tidak bermasalah dengan organ keseimbangan cara
berjalannya sama dengan anak lain pada umumnya. Gerak matanya
lebih cepat, gerakan tangannya cepat/lincah, dan pernafasannya
pendek. Sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama
dengan teman sebayanya namun beberapa dari mereka sering
mengalami infeksi pada bagian telinga.
d. Segi bahasa dan bicara
Segi bahasa dan berbicara secara signifikan hambatan akibat
ketunarunguan yang mereka alami, miskin kosa kata dan memiliki
gangguan dalam berbicara. Dalam berbahasa dipengaruhi emosional
atau visual order yaitu anak lebih memaksimalkan kemampuan
penglihatannya dalam berkomunikasi. Anak tunarungu disebut juga
insan permata karena kecenderungannya lebih mengandalkan
kemampuan penglihatannya untuk memahami lawan bicaranya.
Biasanya anak lebih memerhatikan gerak bibir dan ekspresi lawan
bicaranya. Bahasa mereka merupakan hasil interaksi dengan hal-hal
yang konkret. Mereka cenderung sulit diajak berkomunikasi tentang
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 15
hal-hal abstrak di luar logika. Berbicara lebih keras daripada anak
seusianya, cenderung berteriak dan sering salah mengucapkan kata.
3. Tunagrahita
Beberapa karakteristik tunagrahita :
a. Intelektual
Dalam pencapaian tingkat kecerdasan anak tunagrahita di
bawah rata-rata dengan anak seusianya. Capaian tingkat usia
mental setingkat dengan anak kelas II sampai IV SD. Dalam belajar
sulit memahami masalah terutama yang bersifat abstrak. Anak
tunagrahita mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian.
Jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih, kurang
tangguh dalam menghadapi tugas. Cepat lupa dan mengalami
kesukaran mengungkapkan kembali suatu ingatan, kurang mampu
membuat asosiasi serta sukar membuat kreasi baru.
b. Segi Sosial
Dalam kemampuan sosial anak tunagrahita mengalami
kelambatan dibanding anak seusianya. Dalam pergaulan mereka
kesulitan dalam mengurus, memelihara dan memimpin diri sendiri.
Sangat tergantung dengan pengurusan orang lain.
c. Segi Emosi
Perkembangan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda
sesuai dengan tingkat ketunagrahitaannya masing-masing. Anak
yang cukup berat ketunagrahitaannya hampir tidak memperlihatkan
dorongan untuk mempertahankan diri, dalam keadaan haus dan
lapar tidak menunjukkan tanda-tanda, jika ada sesuatu yang
berbahaya atau yang menyakitkan dirinya tidak mampu menjauhkan
diri dari sumber bahaya tersebut. Kehidupan emosinya lemah,
dorongan biologisnya dapat berkembang tetapi penghayatannya
terbatas pada perasaan senang, takut, marah, dan benci. Anak yang
tidak terlalu berat ketunagrahitaannya mempunyai kehidupan emosi
yang hampir sama dengan anak seusianya namun kurang kaya dan
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 16
beragam. Serta kurang mampu menghayati perasaan bangga,
tanggung jawab dan hak sosial.
d. Segi Kemampuan dalam Berbahasa
Pada anak tunagrahita kemampuan dalam berbahasa pada
umumnya terlambat dibanding anak seusianya bahkan ada yang
tidak dapat berbicara. Hal ini tidak saja disebabkan oleh
keterbatasan mereka dalam memahami hal-hal yang bersifat abstrak
namun juga berhubungan dengan gangguan artikulasi dan
pembentukan bunyi-bunyi suara dan kata.
e. Segi Kemampuan dalam Bidang Akademis
Anak tunagrahita kesulitan dalam bidang akademis terutama
membaca, pemahaman, dan berhitung. Namun jika dilatih dengan
intensif dapat mengerjakan hitungan sederhana yang bersifat
aplikatif.
4. Tunadaksa
Karakteristik anak tunadaksa antara lain :
a. Segi Kemampuan Motorik
Kemampuan motorik anak tunadaksa secara signifikan
mengalami keterbatasan. Beberapa anggota tubuh dan alat
geraknya kaku/lemah/lumpuh. Mereka kesulitan dalam gerak,
gerakan mereka tidak sempurna, tidak lentur atau juga tidak
terkendali. Sebagian anggota gerak mereka tidak lengkap atau tidak
sempurna, mengecil dari ukuran biasa. Sikap tubuh mereka juga
mengalami gangguan, mereka sulit untuk berdiri/duduk/berjalan.
Secara umum kemampuan motorik mengalami kekakuan,
kelumpuhan dan gerakan-gerakan yang tidak terkendali, yang secara
langsung berdampak pada kemampuan motorik kasar dan motorik
halus mereka.
b. Segi Kecerdasan/Intelektual
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 17
Kemampuan intelektual/kecerdasan anak tunadaksa cukup
bervariatif. Mulai dari tingkat paling cerdas (Genius) sampai paling
rendah.
c. Segi Bahasa dan Bicara
Pada kasus anak tunadaksa dengan gangguan cerebral
palsymengalami keterbatasan dalam berbicara. Hal ini disebabkan
karena kelainan pada motorik otot-otot wicara dan alat artikulasi.
Perlu adanya latihan yang terus menerus dan interaksi dengan
lingkungan agar bahasa dan bicara mereka menjadi jelas dan mudah
dimengerti. Untuk anak dengan kasus polio atau anak yang
mengalami ketidak sempurnaan alat-alat gerak pada umumnya
perkembangan kemampuan bahasa bicara mereka sama dengan
anak-anak seusianya.
d. Segi Emosi dan Penyesuaian Sosial
Perkembangan emosi dan penyesuaian sosial anak
tunadaksa sangat dipengaruhi oleh penerimaan lingkungan keluarga
dan masyarakat luas. Mereka yang diterima dan diberi kesempatan
untuk berpartisipasi akan membentuk kematangan emosi dan
penyesuaian diri yang lebih baik. Namun bagi anak tunadaksa yang
ditolak dan didiskriminasikan akan tumbuh menjadi pribadi tidak
percaya diri, merasa rendah diri, mudah tersinggung, suka
menyendiri serta sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
atau teman sebaya.
5. Tunalaras
Anak tunalaras memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Segi Perilaku
Perilaku anak tunalaras mengalami gangguan. Mereka sering
melakukan tindakan agresif, merusak dan mengganggu. Sering
terlibat dalam perkelahian, memukul dan menyerang. Sulit
berkonsentrasi pada satu pekerjaan dan tidak bisa diajak
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 18
bekerjasama dengan orang lain. Suka membangkang dan
berbohong, mengancam, mencuri, dan tidak bisa diberi kepercayaan.
b. Segi Emosi/Perasaan
Anak tunalaras sering mengalami kecemasan, ketakutan
tanpa jelas penyebabnya, tertekan, bimbang dan menangis serta
merasa rendah diri.
c. Segi Sosial
Anak tunalaras mengalami kesulitan untuk bergaul dengan
lingkungan yang lebih luas. Mereka justru cenderung mempunyai
geng jahat, melakukan kegiatan-kegiatan anarkis dengan sesama
anggota gengnya dan mereka sangat loyal dengan kelompoknya.
Mereka sering terlibat pada kegiatan melanggar hukum atau norma
masyarakat.
d. Segi Akademis
Kemampuan akademis anak tunalaras sangat dipengaruhi
oleh perilaku dan kesulitan mereka dalam berkonsentrasi dan fokus
pada pelajaran, sehingga mereka sering tidak naik kelas, hasil
belajarnya jauh di bawah rata-rata. Sering bolos dan melanggar
peraturan di sekolah.
6. Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif
(GPPH) Karakteristik anak GPPH ini adalah :
a. Segi Akademi
Dari segi akademis anak dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif ini mengalami gangguan sebagai akibat dari
kesulitan mereka dalam berkonsentrasi atau memusatkan perhatian,
mereka asyik sendiri seperti tidak mau mendengar, perhatian mereka
sangat cepat teralih atau suka mengalihkan pembicaraan atau yang
dibahas pada saat belajar di sekolah. Dalam belajar atau
melaksanakan tugas harus diingatkan dan diarahkan terus-menerus.
b. Segi Bahasa dan Berbicara
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 19
Anak GPPH suka membicarakan topik yang mereka sukai
saja dan terkadang berulang-ulang. Mereka susah fokus pada satu
pembicaraan dan suka mengalihkan pembicaraan. Mereka akan
menceritakan dan menanyakan hal yang sama dalam waktu yang
berulang-ulang. Namun mereka masih bisa diajak untuk
berkomunikasi.
c. Segi Emosi
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif
sering mengalami kesulitan dalam menahan keinginan. Mereka
terobsesi dengan keinginan mereka. Dan suka terburu-buru saat
mendekati sesuatu, tidak teliti dan kurang pertimbangan dalam
mengambil resiko atau dalam mengambil kesempatan tanpa proses
berfikir yang panjang. Sehingga mereka sering cedera dan terluka.
Sikapnya tidak sabar dan suka interupsi.
d. Segi Gerak Motorik
Anak GPPH karena sifat hiperaktifnya kesulitan dalam
mengendalikan gerakan, sangat sulit disuruh untuk istirahat. Mereka
tidak dapat bertahan duduk lama dan selalu bergerak ingin pergi
atau meninggalkan tempat serta banyak berganti-ganti
posisi/gerakan. Terkadang menggerak-gerakkan jari tidak bertujuan
atau stimulasi diri.
7. Autisma
Karakteristik anak dengan gangguan autisma adalah :
a. Segi Interaksi Sosial
Anak autisma dalam melakukan sosialnya mengalami
keganjilan dibandingkan anak pada umumnya, seperti : menolak bila
ada yang hendak memeluk, tidak mengangkat kedua lengannya bila
diajak untuk digendong, sebagian anak autisma acuh dan tidak
bereaksi terhadap pendekatan orang tuanya. Sebagian lainnya
merasa terlalu cemas bila berpisah dengan orang tuanya. Gagal
dalam mengembangkan permainan bersama teman-teman
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 20
sebayanya. Mereka lebih suka asyik sendiri, mulai tampak pada
masa kanak-kanak. Tidak mampu memahami aturan-aturan yang
berlaku dalam interaksi sosial. Sulit untuk memahami ekspresi wajah
orang, ataupun untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Segi Komunikasi dan Pola Bermain
Anak autisma mengalami keterlambatan dalam berbahasa
dan berbicara. Mereka tidak mampu memahami ucapan yang
ditujukan padanya. Bila tertarik dengan sesuatu objek benda,
biasanya mereka mengambil tangan orang yang didekatnya untuk
dipakai mengambil objek yang dimaksud. Mereka juga mengalami
kesukaran dalam memahami arti kata-kata serta penggunaan
bahasa yang sesuai konteksnya. Mereka sering mengulang kata-
kata yang baru saja mereka dengar atau yang pernah ia dengar
sebelumnya tanpa maksud digunakan untuk berkomunikasi. Sering
berbicara pada diri sendiri dan mengulang-ulang potongan lagu atau
iklan televisi dan mengucapkannya dalam suasana yang tidak
sesuai. Anak autisma tidak tahu kapan gilirannya berbicara,
bagaimana memilih topik pembicaraan, mereka sering mengulang
pertanyaan walaupun mereka telah mengerti jawabannya atau
memperpanjang topik pembicaraan yang mereka sukai tanpa
memperdulikan lawan bicaranya. Mereka sukar mengatur volume
dan intonasi suaranya, sulit dalam mengekspresikan perasaan/emosi
melalui suara. Mereka sering tidak menggunakan perasaannya untuk
merasakan perasaan orang lain.
c. Segi Aktivitas dan Minat
Pada aspek aktivitas dan minat, anak autis dalam bermain,
cenderung stereotipe, diulang-ulang dan tidak kreatif. Beberapa anak
menggunakan alat mainannya tidak sesuai dengan yang
seharusnya. Anak autisma menolak adanya perubahan lingkungan
dan rutinitas baru.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 21
Dalam hal minat juga terbatas. Mereka bisa berjam-jam
memainkan satu benda tertentu sampai sulit untuk dialihkan.
Keterikatannya kepada benda sangat kuat. Jika ada benda yang
sangat disukai mereka akan membawanya kemana pergi. Mereka
juga menyukai objek yang berputar seperti kipas angin dan mesin
cuci.
d. Segi Kognitif
Kemampuan kognitif anak autisma cukup bervariatif.
Ditemukan anak autisma mengalami retardasi mental, dengan
derajat retardasinya rata-rata sedang. Beberapa orang penyandang
autisma menunjukkan kemampuan memecahkan masalah yang
sangat luar biasa, seperti mempunyai daya ingat yang sangat baik
seperti mampu mengingat dan menghafal lagu atau iklan dengan
sangat baik.
e. Segi Perilaku Motorik
Kebanyakan anak autisma menunjukkan adanya stereotipe,
seperti bertepuk-tepuk tangan, menggoyang-goyangkan tubuh, ada
juga diantara mereka yang menunjukkan perilaku motorik berlebihan
(hiperaktif) terutama terjadi pada anak usia pra sekolah atau belum
pernah mendapatkan terapi. Namun sebaliknya, dapat pula terjadi
penampilan perilaku yang kurang (hypoaktif). Beberapa anak
autisma juga memperlihatkan gangguan pemusatan perhatian dan
impulsivitas, juga ditemukan mereka yang mengalami koordinasi
motorik yang terganggu seperti kesulitan mengikat tali sepatu,
menyikat gigi, memotong makanan, dan mengancingkan baju.
f. Segi Kebiasaan Tidur dan Makan
Beberapa dari anak autisma sering mengalami gangguan
tidur. Mereka mengalami pola tidur yang terbalik, pada siang hari
anak sering mengantuk, sebaliknya pada malam hari anak sulit tidur.
Gangguan makan juga dialami oleh anak autisma, mereka hanya
menyukai makanan tertentu saja berdasarkan bau dan teksturnya.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 22
g. Segi Emosi
Beberapa anak autisma menunjukkan perubahan mood yang
tiba-tiba, mungkin menangis atau tertawa tanpa alasan yang jelas.
Mereka sering nampak tertawa sendiri, dan beberapa anak mungkin
nampak mudah menjadi emosional. Rasa yang menyebabkan
kadang-kadang muncul terhadap objek yang sebetulnya tidak
menakutkan. Beberapa anak dari autisma menunjukkan perilaku
yang membahayakan diri sendiri atau juga orang lain, seperti
menggigit, membenturkan kepala, mencubit diri sendiri,
tempertantrums, ledakan agresivitas tanpa pemicu, dan tidak
mengerti bahaya.
8. Anak Tunaganda
Karakteristik anak tunaganda adalah :
a. Segi Interaksi Sosial
Perpaduan dua atau lebih hambatan yang dimiliki anak
tunaganda mengakibatkan mereka sulit untuk menjalin hubungan
atau interaksi sosial dengan lingkungan terdekat maupun lingkungan
masyarakat. Perlu pendampingan intensif dan penerimaan serta
melibatkan mereka untuk berpartisipasi di berbagai kegiatan agar
mereka terbiasa dengan lingkungan lebih luas.
b. Segi Bahasa dan Berbicara
Perkembangan bahasa dan berbicara anak tunaganda sangat
dipengaruhi oleh variasi hambatan yang mereka miliki. Untuk anak
yang mengalami keterbatasan penglihatan sekaligus pendengaran
berpengaruh pada input bahasa yang mereka peroleh. Mereka lebih
cenderung berkomunikasi dengan perabaan, dan menggunakan
bahasa isyarat dengan meraba tangan lawan bicaranya. Begitu juga
anak dengan gangguan autisme dan sekaligus tunarungu, masalah
yang diakibatkan oleh autismanya harus diselesaikan terlebih dahulu
sebelum memulai tahapan komunikasi. Mereka memiliki kemampuan
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 23
yang sangat terbatas dalam mengekspresikan keinginan ataupun
mengerti orang lain, berperilaku dan berinteraksi secara konstruktif.
c. Segi Fisik dan Motorik
Anak tunaganda pada umumnya mengalami keterlambatan
perkembangan fisik dan motorik sebagai akibat dari
kekompleksitasan persoalan yang mereka miliki.
d. Segi Perilaku
Anak yang mengalami dua atau lebih hambatan sering
berperilaku tidak biasa dan tidak bertujuan. Seperti menggosok-
gosokkan jarinya ke wajah, melukai diri, membentur-benturkan
kepala, mencabuti rambut dan sebagainya. Sering kali tidak mampu
mengurus kebutuhan dasar mereka sendiri, seperti makan,
berpakaian, buang air kecil/besar dan sebagainya.
9. Anak Lambat Belajar
Karakteristik anak lambat belajar sebagai berikut :
a. Segi Intelegensi
Anak lambat belajar mempunyai intelegensi berkisar 70
sampai 90. Kemampuan anak yang memiliki intelegensi demikian
biasanya mengalami kesulitan pada beberapa mata pelajaran
terutama pada hafalan dan pemahaman, untuk pelajaran yang
bersifat abstrak mereka terkendala untuk memahaminya. Nilai hasil
belajar mereka cenderung rendah. Dalam menyelesaikan tugas-
tugas akademik mereka sering terlambat dibandingkan dengan
teman-teman seusianya. Mereka membutuhkan waktu yang lama
dan berulang-ulang dalam menyelesaikan tugas baik yang akademik
maupun non akademik.
b. Segi Bahasa
Dalam berkomunikasi anak-anak lambat belajar mengalami
masalah dalam menyampaikan ide dan gagasan serta memahami
percakapan orang lain. Untuk mengatasi kesulitan mereka sebaiknya
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 24
dalam berkomunikasi dengan anak menggunakan bahasa yang
sederhana.
c. Segi Emosi
Anak-anak lambat belajar cenderung mempunyai emosi yang
kurang stabil, mudah meledak-ledak, cepat marah dan sensitif.
Mereka cepat patah semangat terutama dalam keadaan tertekan.
d. Segi Sosial
Anak kesulitan belajar lebih suka berteman dengan anak yang
jauh lebih muda dari usianya. Jika bermain mereka lebih memilih
menjadi pemain yang pasif atau penonton.
e. Perilaku dan Moral
Perilaku dan moral berkembang seiring dengan kematangan
kognitifnya. Anak lambat belajar cukup tahu dengan peraturan yang
berlaku dan cenderung berperilaku sesuai aturan namun mereka
tidak memahami untuk apa peraturan itu dibuat. Hal ini disebabkan
oleh kemampuan memori mereka yang terbatas atau memori pendek
hingga mereka sering lupa.
10. Anak dengan Kesulitan Belajar
Karakteristik anak kesulitan belajar adalah :
a. Segi Kognitif
Anak kesulitan belajar mempunyai kognitif yang normal akan
tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga
terjadi academic retardation yakni terjadinya kesenjangan antara apa
yang mestinya dilakukan anak dengan apa yang dicapai secara
nyata. Sering dijumpai kasus anak yang memiliki masalah dengan
membaca menunjukkan kemampuan berhitung yang tinggi.
b. Segi Akademik
Masing-masing jenis anak kesulitan belajar memiliki
kemampuan akademik yang berbeda sesuai dengan jenis kesulitan
yang dialaminya.
1) Anak dengan kesulitan belajar membaca (disleksia)
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 25
Anak disleksia perkembangan membacanya lambat dan
sering terjadi kesalahan dalam membaca. Hal ini diiringi dengan
kemampuan memahami isi bacaan juga rendah. Dalam menulis
sering terjadi huruf yang hilang dalam satu kata pada awal, tengah
atau akhir kata. Atau sulit membedakan huruf atau angka yang
hampir sama, seperti huruf d dan b, huruf u dan n, huruf M dan W.
Baik dalam menulis maupun membaca sering tidak mengindahkan
tanda baca.
2) Anak dengan kesulitan belajar menulis (disgrafia)
Anak disgrafia dalam mengerjakan tugas menulis
membutuhkan waktu yang lebih lama dari teman-teman seusianya.
Sering salah dalam menulis atau tertukar antara huruf p dan q, huruf
p dan b, huruf v dan u atau dengan n, angka 2 dengan 5, angka 6
dengan 9 dan sebagainya. Hasil tulisannya sering susah untuk
dibaca. Dalam penulisan huruf atau angka sering
salah/terbalik/hurufnya hilang. Anak dengan disgrafia sulit untuk
menulis lurus dia kertas yang tidak bergaris.
3) Anak dengan kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
Anak dengan diskalkulia mengalami kesulitan dalam
membedakan tanda baca atau simbol-simbol dalam matematika.
Mereka bermasalah dalam mengoperasikan bilangan, sering keliru
dalam membilang dengan berurutan. Sering terbalik dalam
membedakan angka 6 dan 9, angka 17 dan 71, angka 3 dan 8 dan
lain sebagainya. Dan mereka sulit dalam membedakan bangun-
bangun geometri.
c. Segi Bahasa
Kemampuan berbahasa anak dengan kesulitan belajar sangat
dipengaruhi oleh perkembangan kognitif mereka. Karena proses
berbahasa pada hakekatnya adalah proses kognitif. Kemampuan
berbahasa mereka berpengaruh terhadap hasil belajar. Beberapa
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 26
dar mereka sering terkendala dalam memahami dan menyatakan
fikiran.
d. Segi Motorik
Masalah motorik merupakan masalah yang umum terjadi pada
anak dengan kesulitan belajar. Mereka bermasalah pada
keterampilan motorik perseptual. Keterampilan ini diperlukan dalam
pengembangan keterampilan meniru rancangan atau pola.
Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan anak dalam
menggambar, menggunakan gunting atau menulis, keterampilan ini
membutuhkan antara tangan dan mata. Dan di banyak kasus yang
terjadi anak kesulitan belajar bermasalah dengan keterampilan ini.
e. Segi Sosial-Emosional
Segi sosial emosional anak berkesulitan belajar sering
berhadapan dengan kelabilan emosional dan keimpulsifan. Kelabilan
emosional terlihat pada sering berubahnya suasana hati dan
temperamen. Keimpulsifan tampak pada sikap lemahnya
pengendalian terhadap dorongan-dorongan untuk berbuat atau
melakukan sesuatu tindakan.
11. Anak dengan Gangguan Komunikasi
Karakteristik yang tampak pada anak gangguan komunikasi
antara lain : ketika anak itu baru dilahirkan tidak langsung menangis.
Dalam masa perkembangannya sangat jarang menangis, beberapa dari
mereka juga sulit untuk mengunyah dan menelan saat makan dan minum.
Pada saat usia 12 bulan mereka belum menunjukkan tanda-tanda untuk
berbicara, atau jika sudah berbicara perbendaharaan kata atau kalimat
mereka terbatas atau sangat minim. Mereka kesulitan dalam menyusun
kalimat sederhana dan terkadang hanya menyebutkan suku kata atau
akhirannya saja. Beberapa dari mereka terdapat kelainan organ bicara,
misalnya bibir sumbing atau kelainan bentuk lidah.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 27
Akibat gangguan komunikasi ini, bicara mereka sulit untuk
dimengerti, sering sulit untuk dipahami oleh orang di sekitar
sehingga berakibat pada kemampuan bersosialisasi. Mereka
sering menyendiri atau menarik diri dan tidak mau bergaul.
12. Anak dengan Potensi Kecerdasan Istimewa dan/atau Bakat
Istimewa (CIBI)
Karakteristik anak CIBI ini adalah sebagai berikut :
a. Segi Kognitif
Ada perbedaan struktur otak sehingga anak CIBI mampu
memfungsikan kedua belahan otak secara terintegrasi sehingga
mewujudkan perilaku kreatif. Kecerdasan mereka yang diatas rata-
rata membuat komitmen terhadap tugas sangat tinggi. Mereka
memiliki kemampuan berfikir analitis, integratif dan evaluatif.
Mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu hal.
Kemampuan berfikir mereka superior terutama dalam berfikir
abstrak, menggeneralisasikan fakta, memahami makna, dan
memahami hubungan. Mereka biasanya memiliki kesiapan belajar
lebih awal dan minat baca dalam. Mereka biasanya memiliki
kesiapan belajar lebih awal dan minat baca dalam berbagai bidang
pengetahuan serta minat yang luas terhadap masalah manusia di
dunia. Mereka cenderung menunjukkan kemampuan yang tinggi
dalam bidang matematika, terutama dalam memecahkan masalah.
b. Segi Fisik
Pola perkembangan fisik anak CIBI sama dengan anak pada
umumnya. Reaksi-reaksi fisik terjadi lebih cepat dan lebih awal
dibandingkan dengan anak biasa. Hal ini berhubungan dengan
kemampuan intelektual mereka yang lebih mampu menyerap
informasi dan stimulus dari luar. Perkembangan psikomotorik dan
kemampuan koordinasi mereka cenderung baik dan lebih cepat dari
teman seusianya.
c. Segi Emosi
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 28
Segi emosi anak CIBI cenderung menunjukkan kekukuhan
dalam pendirian sebagai manifestasi adanya kepercayaan diri yang
kuat dalam upaya mencapai hasil dari sesuatu yang diusahakannya.
Mereka cukup peka terhadap kejadian disekitarnya dan senang akan
hal-hal baru. Beberapa dari anak CIBI ini memiliki kecenderungan
emosi negatif, diantaranya mudah tersinggung, sikap egois dan sulit
untuk menyesuaikan diri.
d. Segi Sosial
Anak CIBI cenderung merasa lebih senang dan puas dengan
keadaan dirinya dan hubungan antar pribadinya. Mereka lebih
mandiri dan kurang menerima terhadap pendapat sebaya, mereka
lebih dominan dan cenderung mampu mengendalikan lingkungan
dan lebih kompetitif. Sifat kepemimpinan cukup baik, sering terlibat
dalam berbagai kegiatan dan kepedulian sosial. Mereka cenderung
memilih kawan yang mempunyai intelektual yang sama.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelahiran anak yang
tergolong ABK, diantaranya faktor medis, herediter, gizi, virus
ataupun proses melahirkan. Beberapa faktor penyebabnya antara
lain :
1. Kawin sedarah
Ada tradisi di masyarakat yang cenderung untuk menikah
dengan karib kerabat, antara anak dan kemenakan atau masih ada
hubungan saudara untuk menguatkan kekerabatan di keluarga
tersebut. Namun hal ini berdampak pada persamaan gen yang
dominan sehingga peluang melahirkan anak berkebutuhan khusus
sangat besar.
2. Kondisi psikologis ibu ketika hamil
Banyak hal yang bisa membuat kondisi seorang ibu ketika
hamil dalam keadaan tertekan atau stres. Hal ini akan meningkatkan
adrenalin ibu sepanjang hamil. Kondisi tertekan dan stres ibu hamil
akan berdampak pada kondisi bayi saat dilahirkan.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 29
3. Pola makan ibu ketika hamil
Beberapa kasus menunjukkan bahwa kebiasaan ibu yang
selalu mengkonsumsi minuman kaleng atau makanan instan ketika
hamil ternyata berdampak pada kelahiran anak dengan kebutuhan
khusus.
4. Pola asuh
Ada beberapa anak yang terlahir sebagai anak tidak
berkebutuhan khusus, namun karena pola asuh yang salah pada
masa perkembangannya maka anak tumbuh menjadi anak
berkebutuhan khusus. Pola asuh ini bisa berupa terlalu mengekang
anak, tidak boleh bermain di luar rumah hanya boleh di dalam rumah
saja. Atau bisa berupa penggunaan berbagai bahasa di satu
keluarga, sehingga pada saat anak berada pada fase pemerolehan
bahasa, anak jadi bingung menangkap konsep. Beberapa kasus
anak sudah berusia 3-4 tahun namun belum bisa berbicara, anak
menjadi speech delay. Pola asuh yang terlalu keras juga
menyebabkan anak takut untuk berbicara dan gagap. Akibatnya
anak mengalami gangguan dalam berkomunikasi.
B. JUMLAH ABK DI KALIMANTAN UTARA
Mengetahui jumlah ABK sangat penting. Hal ini merupakan
langkah awal untuk bisa memetakan keberadaan mereka di Kalimantan
Utara. Dengan mengetahui keberadaan para ABK maka dapa dibuat
perencanaan tindakan atau penanganannya secara proporsiona. Namun
sampai saat ini belum ada data representatif yang menggambarkan
kondisi ABK di Provinsi Kalimantan Utara detail dan akurat. Masih ada
data yang kosong di kabupaten/kota. Data yang disajikan berikut ini
berasal dari hasil registrasi di 5 kabupaten/kota. Adapun data yang
berhasil direkapitulasi yaitu Kota Tarakan, Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung.
Berikut rincian data ABK di Provinsi Kalimantan Utara.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 30
Tabel 2.1 Rekapitulasi Jumlah ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara, Tahun 2016
No Kabupaten
/Kota Laki-Laki
% Perem-puan
% Total %
1 Bulungan 206 31,6 150 34,7 354 32,7
2 Tarakan 248 38,0 138 31,9 386 35,6
3 Nunukan 115 17,6 72 16,7 187 17,3
4 Malinau 59 9,0 57 13,2 116 10,7
5 Tana Tidung 24 3,7 15 3,5 39 3,6
Kalimantan Utara 652 100,0 432 100,0 1.083 100,0
Sumber Data : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Bappeda, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, Tahun 2017
Pada tahun 2016, Kalimantan Utara memiliki ABK sebanyak 1.083
anak yang terdiri atas 652 anak laki-laki dan 432 anak perempuan. Jumlah
tersebut tersebar di 5 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Bulungan 354
anak (32,7%), Kota Tarakan 386 anak (35,6%), Nunukan 187 anak
(17,3%), Malinau 116 anak (10,7%), dan Tana Tidung 39 anak (3,6%).
Jumlah paling banyak berada di Kota Tarakan.
Perbandingan jumlah ABK di 5 kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Kalimantan Utara, dapat dilihat sperti pada grafik berikut ini :
Grafik 2.1 Perbandingan Jumlah ABK Berdasarkan Kabupaten/Kota
di Kalimantan Utara, Tahun 2016
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 31
Sedangkan perbandingan jumlah ABK berdasarkan jenis kelamin
laki-laki dan perempuan di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2016, dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
Grafik 2.2
Perbandingan Jumlah ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara, Tahun 2016
Pada grafik di atas, terlihat bahwa pada tahun 2016 jumlah ABK
laki-laki sebanyak 652 anak atau 60%. Sedangkan jumlah ABK
perempuan sebanyak 432 anak atau 40% saja dari total ABK 1.083 anak.
Jika kemudian diperinci menurut kabupaten dan kota, di Bulungan ABK
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 32
laki-laki berjumlah 206 anak (58,2%) sedangkan perempuan berjumlah
150 anak (42,4%). Di Tarakan, laki-laki berjumlah 248 anak (64,2%),
sedangkan perempuan berjumlah 138 anak (35,8%). Di Nunukan, laki-laki
berjumlah 115 anak (61,5%), sedangkan perempuan berjumlah 72 anak
(38,5%). Di Malinau, laki-laki berjumlah 59 anak (50,9%) sedangkan
perempuan berjumlah 57 anak (49,1%). Dan di Tana Tidung, laki-laki
berjumlah 24 anak (61,5%), sedangkan perempuan berjumlah 15 anak
(38,5%). DI kalimantan Utara jumlah ABK didominasi oleh anak laki-laki.
Fenomena di atas sejalan dengan hasil penelitian, bahwa anak
laki-laki memang lebih banyak yang didiagnosa berkebutuhan khusus
dibanding perempuan. Faktor genetik dan lingkungan sangat
berpengaruh. Dibanding anak laki-laki, anak perempuan membutuhkan
mutasi genetik yang ekstrem untuk mengembangkan gangguan
perkembangan. Hal ini yang menyebabkan anak perempuan lebih jarang
didiagnosa autisme. Gangguan perkembangan yang dialami anak laki-laki
berkebutuhan khusus antara lain gangguan perilaku, emosional,
gangguan bicara dan komunikasi, serta kesulitan bersosialisasi.
C. PERMASALAHAN
Anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya membutuhkan bantuan, layanan pendidikan, layanan sosial,
layanan bimbingan konseling, dan berbagai macam layanan lainnya yang
bersifat khusus. Oleh karena itu ABK membutuhkan penanganan yang
berbeda dengan anak lain-lainnya, mulai dari mendidik, perawatan
kesehatan sampai pada lingkungan sekitar. Apabila penanganannya
berhasil maka mereka akan menjadi anak-anak yang berhasil pula.
Mereka akan menjadi calon generasi muda bangsa yang berbakat dan
sangat berharga.
Namun demikian ABK masih sering mendapat perlakuan
diskriminasi bahkan dipandang dan diperlakukan tidak seperti anak
seusianya. Padahal, mereka sama seperti anak-anak lainnya yang butuh
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 33
pendidikan dan perhatian. Kondisi inilah yang masih sering terjadi dan
harus segera dicarikan solusinya.
Seperti halnya di daerah-daerah lainnya di Indonesia, anak
berkebutuhan khusus (ABK) di Kalimantan Utara telah mendapat
perhatian yang serius, baik ketika masih menjadi satu wilayah dengan
Kalimantan Timur atau setelah berdiri sendiri sebagai provinsi baru
dengan nama Kalimantan Utara. Pembinaan atau penanganan terhadap
ABK tetap dilakukan secara berkelanjutan. Dalam kaitannya dengan
pemekaran wilayah sehingga terbentuk pemerintahan baru, penanganan
ABK masih banyak dihadapkan pada berbagai kendala dan tantangan.
Sebagai provinsi yang baru menginjak usia 5 tahun berjalan,
pemerintah masih lebih banyak fokus pada pembenahan dan
pengembangan sistem pemerintahan serta pembangunan infrastruktur
dasar dan investasi agar proses pembangunan memiliki akselerasi yang
maksimal. Hal ini dirasakan, menjadi faktor utama yang menyebabkan
koordinasi dan integrasi penanganan ABK yang melibatkan keluarga,
masyarakat dan pemerintah masih perlu dilakukan banyak penguatan,
baik secara kelembagaan maupun hubungan personal. Ke depan, semua
pihak yang berkempetingan dengan ABK tentu harus terus meningkatkan
komitmen, kebijakan dan partisipasinya agar nasib ABK semakin baik.
Berdasakan hasil seminar dan focus group discussion (FGD) yang
beberapa kali diselenggarakan oleh tim penyusun buku profil ABK
kalimantan Utara, menghasilkan beberapa temuan permasalahan di
lapangan. Kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan SKPD dan
lembaga-lembaga swadaya masyarakat pada bulan Maret s.d. Mei 2017
di wilayah Kalimantan Utara tersebut, akhirnya dapat menggali dan
merumuskan beberapa permasalahan yang dihadapi dalam melakukan
pembinaan atau penanganan ABK. Permasalahan-permasalahan tersebut
kemudian dirumuskan menjadi pemasalahan umum dan permasalahan
khusus, seperti berikut:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 34
1) Kurangnya pemahaman dan penerimaan orang tua terhadap ABK,
misalnya ABK tidak diberikan akses untuk berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Misalnya seperti yang terjadi di beberapa
tempat yaitu di Desa Gunung Sari Kabupaten Bulungan, Desa
Sebawang Kabupaten Tana Tidung, dan bahkan juga terjadi di
Tanjung Selor yang notabene adalah ibukota Provinsi Kalimantan
Utara. Pada beberapa tempat tersebut masih ada beberapa ABK
yang keberadaannya seperti terisolasi atau tersembunyi di rumah.
2) Pemahaman masyarakat Kalimantan Utara tentang ABK masih
terbatasi, seperti yang terjadi pada para pendidik di sekolah
reguler. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penolakan dari
beberapa sekolah reguler untuk menerima peserta didik ABK
dengan alasan bisa menurunkan reputasi sekolah.
3) Penerimaan lingkungan terhadap keberadaan ABK juga masih
terbatas dan masih terkesan diskriminasi. Ditandai dengan adanya
sikap apatis dan kurang peduli jika di sekitarnya ada ABK.
4) Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mampu
menangani ABK sesuai kompetensinya masih sangat terbatas
sehingga di lapangan banyak ABK tidak tertangani sebagaimana
mestinya. Data jumlah guru dan kualitasnya masih kurang. Dari
data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan
Utara tahun 2017, menunjukkan hanya 56 guru, dengan latar
belakang pendidikan SMA/sederajat sampai dengan S1, dan yang
berstatus sebagai PNS 20 orang.
5) Fasilitas untuk deteksi dini/assessment awal bagi ABK masih
kurang. Contoh belum ada fasilitas BERA di RSU sehingga orang
tua harus memeriksakan anaknya keluar daerah. BERA
(Brainstem Evoked Response Audiometry) adalah suatu tes yang
bersifat obyektif, tidak invasive untuk memeriksa respon
elektrofisologis saraf pendengaran sampai batang otak dengan
memberikan rangsangan bunyi.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 35
6) Masih sangat kurang tenaga psikolog tumbuh kembang untuk
mengetahui klasifikasi ABK dan memberikan terapi yang tepat.
Hanya ada 1 orang psikolog praktisi swasta, Ibu Fanny Sumajouw,
S.Psi. Berdomisili di Kota Tarakan, melayani ABK se-Kalimantan
Utara. Ke depan, setiap kabupaten seharusnya memiliki tenaga
psikolog.
7) Orang tua yang memiliki ABK memasuki usia pubertas cukup
kesulitan dalam menjelaskan masalah reproduksi pada ABK.
8) Kurangnya pengetahuan pendidik dalam penanganan ABK di
sekolah reguler. Sangat kurang pemberian pelatihan-pelatihan
keterampilan penanganan bagi ABK untuk sekolah yang ditunjuk
sebagai sekolah inklusi.
9) Kurangnya pengetahuan pekerja sosial dalam melakukan
pendampingan terhadap ABK.
10) Penerimaan para siswa di sekolah regular terhadap kehadiran
ABK juga sering menimbulkan permasalahan. Tidak jarang ABK
menjadi bahan ejekan dan olokan.
11) Belum dilaksanakannya pendataan ABK di Kalimantan Utara
secara akurat dan berkelanjutan.
12) Belum ditemukannya metode terbaik untuk membantu para ABK
dan keluarganya tentang bagaimana cara meningkatkan
kesadaran diri dan kemampuan mereka, untuk melakukan
perubahan cara berpikir dan bertindak secara mandiri pada
kehidupan mereka sendiri.
13) Jumlah yayasan/lembaga yang menangani ABK masih terbatas.
Ada beberapa permasalahan spesifik dalam penanganan anak
berkebutuhan khusus adalah yaitu :
1. Belum ada aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus pada
sarana dan prasarana publik.
2. Masih banyaknya anak berkebutuhan khusus yang belum memiliki
akta kelahiran.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 36
3. Dalam Bidang Pendidikan, yaitu :
- Terbatasnya jumlah sekolah umum (negeri dan swasta) yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi.
- Terbatasnya jumlah Sekolah Luar Biasa dan sarana prasarana
yang memadai.
- Terbatasnya kualitas dan kuantitas guru/pembimbing khusus.
- Terbatasnya akses terhadap informasi tentang program
pendidikan anak berkebutuhan khusus.
- Terbatasnya keterampilan keahlian kerja bagi anak
berkebutuhan khusus.
- Kurangnya promosi dan pemasaran hasil kreativitas anak
berkebutuhan khusus.
4. Dalam Bidang Kesehatan adalah :
- Belum semua fasilitasi pelayanan kesehatan yang ramah anak
berkebutuhan khusus.
- Belum optimalnya anak berkebutuhan khusus memperoleh
akses pelayanan kesehatan.
- Belum memadai layanan spesialis di Provinsi Kalimantan
Utama.
- Belum adanya kartu pelayanan kesehatan bagi ABK.
5. Bidang Perlindungan. Masih terjadi pelanggaran hak atas anak
berkebutuhan khusus, seperti kasus pemasungan ABK di
Kabupaten Nunukan.
6. Bidang Partisipasi :
- Kurangnya kesempatan dan penghargaan bagi anak
berkebutuhan khusus.
- Kurangnya keikutsertaan anak berkebutuhan khusus dalam
kegiatan anak.
- Belum ada komunitas untuk orang tua ABK
Di samping munculnya permasalahan-permasalah tersebut,
pada umumnya ABK masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 37
Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan ABK
secara optimal. Masih ada juga keluarga/masyarakat yang
menganggap keberadaan ABK merupakan aib/kutukan, sehingga
mereka dikucilkan, bahkan diisolasi dari lingkungan pergaulan. Hal ini
mengakibatkan banyak hak-hak ABK tidak terpenuhi sebagaimana
mestinya.
D. TINDAKAN YANG DILAKUKAN
Menghadapi permasalahan yang menjadi kendala dan tantangan
dalam membina dan menangani ABK, sebagaimana dijelaskan di atas,
diperlukan strategi yang tepat dalam bertindak agar berhasil optimal.
Tentu tidak mudah untuk menentukan tindakan apa yang tepat dalam
menangani seluruh ABK, apalagi jumlahnya yang relatif banyak dan
tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Utara yang
wilayahnya sangat luas.
Berdasarkan data dan informasi, tidak bisa dipungkiri bahwa
sebenarnya, pemerintah, masyarakat, keluarga ABK, telah mengambil
perannya masing-masing dalam melakukan tindakan untuk ABK.
Pemerntah melalui beberapa sekolah luar biasa (SLB) yang ada di
beberapa kabupaten dan kota, yaitu di Bulungan, Nunukan, Malianu dan
Tarakan, merupakan tindakan nyata untuk melakukan penanganan
terhadap ABK. Ada juga beberapa lembaga swadaya masyarakat di
kabuapten Bulungan dan Kota Tarakan didirikan oleh masyarakat untuk
memberikan pelayanan bagi para ABK. Setiap keluarga ABK, sesuai
dengan kompetensi dan kemampuan yang dimilikinya tentu juga telah
melakukan tindakan-tindakan dalam menangani ABK.
Sekalipun pemerintah, sebagian masyarakat, dan para keluarga
ABK telah melakukan perannya dalam melakukan tindakan terhadap ABK
di kalimantan Utara, namun semuanya belum tampak dilakukan secara
terintegrasi dan tekoordinasi menjadi satu kesatuan tindakan terpadu.
Padahal tindakan terhadap ABK menjadi kurang efektif jika apa yang
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 38
dilakukan di sekolah, di masyarakat dan di dalam keluarga ABK tidak
menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan. Dalam rangka
menumbuhkan perilaku mandiri pada setiap diri ABK harus ada tindakan
yang singkron antara pemerintah, masyarakat dan keluarga ABK. Sebab,
pada setiap lingkungan, ABK sangat memerlukan perlakuan dan tindakan
yang sama dan terus menerus, untuk bisa membentuk perilaku yang
menjadi pembiasaan sehingga menjadi anak yang mandiri.
Oleh karena itu, supaya mencapai hasil yang optimal, tindakan
terhadap para ABK memerlukan langkah-langkah yang bersumberdaya
masyarakat di bawah koordinasi, kontrol atau pembinaan dari pemerintah.
Dalam buku panduan bina diri ABK bersumberdaya masyarakat (2016),
dijelaskan langkah-langkah tindakan tersebut adalah seperti berikut:
Persiapan, meliputi:
a. Inisiatif dari keluarga, masyarakat (forum ABK), pemerintah
setempat.
b. Mempersiapkan surat-surat/dokumen yang berhubungan dengan
pihak-pihak terkait.
c. Memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan.
d. Mepersiapkan berbagai pertemuan yang berhubungan dengan
penanganan ABK bersumberdaya masyarakat.
e. Mempersiapkan materi-materi untuk sosialisasi dan pelatihan.
f. Mepersiapkan undangan dan memberitahukan kepada orang tua
ABK.
Pelaksanaan:
a. Membawa surat-surat/dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan pihak-pihak terkait.
b. Mengadakan pertemuan dengan pemerintah setempat (RT, RW,
Kelurahan, dan Kecamatan) untuk program-program kegiatan yang
akan dilakukan
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 39
c. Mengadakan pertemuan dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,
tokoh adat dan kader untuk sosialisasi
d. Mengadakan pelatihan untuk kader
e. Melakukan pendataan sesama kader
f. Melakukan deteksi awal bersama kader
g. Membuat laporan hasil pendataan dan deteksi awal
h. Menyusun tindak lanjut program perorangan/kelompok ABK
i. Pelaksanaan pertemuan program perorangan/kelompok ABK
j. Monitoring dan Evaluasi
Dalam melakukan tindakan bersumberdaya masyarakat ini akan
menghadapi banyak tantangan, misalnya:
a. Untuk dapat bekerja sama dengan masyarakat diperlukan proses
yang lama.
b. Sulitnya mencari kader.
c. Kurangnya dukungan dari pemerintah setempat.
d. Kurangnya dukungan dari orang tua/keluarga.
e. Keterbatasan kemampuan dan keterampilan orang tua ABK dalam
membina dan mendampingi ABK.
f. Keterbatasan sarana dan prasarana (klinik atau tempat terapi).
g. Keterbatasan dana yang dialokasikan untuk penanganan ABK.
h. Sulitnya transportasi dan komunikasi menuju tempat kegiatan.
E. JUMLAH YAYASAN/LEMBAGA
Penanganan ABK secara kelembagaan sangat tergantung dari
jumlah yayasan atau lembaga yang memiiliki kepedulian secara khusus
untuk menagani para ABK. Secara kelembagaan, pemerintah di
Kalimantan Utara telah melakukan tindakan penanganan ABK melalui
beberapa SLB yang ada di Kabupaten Bulungan, Nunukan, Malinau, dan
Kota Tarakan, dengan jumlah masing-masing 1 sekolah. Satu-satunya
kabuapten yang belum memiliku SLB adalah Tana Tindung. Sekolah
inkulsi secara resmi belum tersedia di Kalimantan Utara. Namun dalam
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB II KONDISI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KALIMANTAN UTARA Page 40
kenyataannya, ada anak-anak ABK yang sekolah di sekolah reguler. Hal
ini bisa ditemui seperti di SDN 06 Tanjung Selor, ada 6 anak ABK yang
sekolah di sana.
Dari elemen masyarakat, juga ada beberapa yayasan yang
didirikan secara khusus untuk melakukan penanganan terhadap ABK.
Yayasan Karya Murni di Keuskupan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan
adalah yayasan yang memfokuskan diri pada penanganan anak-anak
disabilitas atau autis. Yayasan Bening Hati di Kota Tarakan adalah
yayasan yang didirikan untuk memberikan terapi agar ABK lebih memilki
kemandirian sehingga pada akhirnya bisa sekolah di sekolah reguler.
Yayasan dan lembaga lainnya yang tercatat adalah Yayasan Sinar
Bintang Utara Tanjung Selor dan lembaga pendidikan anak usia dini
(PAUD) Benuanta yang memberikan pelayanan 1 orang ABK didampingi
dengan 1 orang guru.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 41
BAB III
PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNG JAWAB
A. PENANGANAN
Penanganan dalam buku profil ini, bisa berupa beberapa bentuk
layanan yang seharusnya diberikan kepada para ABK, seperti layanan
kesehatan, pendidikan dan fisik. Penanganan ABK yang baik harus
melibatkan orang tua/keluarga, masyarakat maupun pemerintah secara
terpadu. Tanpa melibatkan ketiganya, sulit penanganan ABK akan
berhasil. Sebab ABK tidaklah sama dengan anak-anak normal lainnya.
ABK memerlukan keterlibatan secara mendalam dan intensif di setiap
lingkungan di mana berada.
Lalboe, dkk, (2014) menjelaskan, ABK memiliki keunikan
tersendiri dalam karakteristiknya dan berbeda dari anak-anak pada
umumnya. Oleh karena itu, dalam memberikan pelayanan pada ABK perlu
adanya penyesuaian, sesuai dengan kebutuhan dari ABK tersebut.
Namun demikian, bukan berarti layanan yang diberikan selalu berbeda
dengan anak-anak pada umumnya. Sebagai contoh dalam layanan
pendidikan dibutuhkan seorang guru yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan serta pemahaman mengenai cara memberikan layanan
yang baik terhadap ABK agar mereka dapat berkembang secara optimal.
Beberapa bentuk layanan yang dapat diberikan kepada ABK
sesuai dengan kebutuhannya masing-masing yaitu :
1. Layanan Medis
Layanan medis bagi anak berkebutuhan khusus dapat
memberikan kepuasan terhadap diri dan keluarga, layanan yang diberikan
dapat secara langsung bagi ABK atau pun terhadap sarana yang
dibutuhkan. Kualitas layanan dapat dikatakan baik dan memuaskan
apabila yang diterima sesuai yang diharapkan. Salah satu cara
penanganan ABK adalah dengan memberikan cinta dan perhatian lebih.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 42
Melalui terapi yang tepat, ABK mampu mendapatkan hidup yang relatif
lebih normal.
Di bawah ini ada beragam cara yang dianjurkan untuk ditempuh
oleh para orang tua dalam rangka layanan medis untuk meningkatkan
kualitas hidup ABK, yaitu :
a. Adanya screening hipotiroid congenital (SHC) untuk bayi
Beberapa kegiatan yang terkait dengan hal tersebut adalah;
1. Kegiatan SHC (screening hipotiroid congenital) tujuannya untuk
deteksi dini bayi 24-78 jam jika kekurangan hormon tiroid bisa
diatasi lebih awal.
2. Pelatihan untuk tenaga kesehatan tahun 2016-2017 Pelatihan
tentang stimulasi deteksi intervensi dini tumbang anak, sudah
dilaksanakan di semua faskes di kab/kota.
3. Kunjungan ke sekolah-sekolah oleh dinas kesehatan kab/kota
yang dilaksanakan oleh puskemas.
b. Screening dan deteksi ABK
Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan terkait dengan
screening dan deteksi ABK, yaitu :
1. Memberi fasilitas tidak mengantri bagi ABK saat berobat (menjadi
pasien prioritas), terutama bagi ABK yang memiliki gangguan
perilaku dan gangguan emosional.
2. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada semua tenaga kesehatan
di puskesmas untuk program SDIDTK (stimulasi deteksi intervensi
dini tumbuh kembang).
3. Melaksanakan pelatihan untuk tenaga kesehatan tahun 2016-
2017 tentang stimulasi deteksi intervensi dini tumbang anak, di
semua faskes di kab/kota.
4. Memberikan buku pedoman, KIE, brosur, dan leaflet, tentang
pelayanan kesehatan anak dengan disabilitas bagi semua tenaga
kesehatan.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 43
5. Diprogramkan ke depan ABK memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak seperti pelayanan
imunisasi, pemenuhan gizi seimbang dan pemantauan tumbuh
kembang anak. Untuk kebutuhan ini diupayakan ada penambahan
dokter yang mengerti masalah ABK. Segera setelah mengetahui
masalah yang terjadi pada seorang anak, maka dianjurkan segera
menghubungi dokter untuk melakukan evaluasi masalah.
Kemudian merujuk anak ke dokter spesialis kebutuhan khusus
setelah memastikan masalah pada anak.
6. Diupayakan ABK memperoleh pelayanan dokter, dokter spesialis,
terapis dan tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan jenis dan
derajat kecacatannya.
7. Akan dibentuk tim yang ditujukan untuk menangani kebutuhan
ABK. Tim tersebut dapat terdiri dari konselor, terapis, dan orang
tua si anak dalam rangka mengembangkan potensi terbesar yang
dimiliki ABK.
8. Memberi pelajaran kepada ABK tentang kesehatan reproduksi dan
kesehatan diri
9. Memberi jaminan pemeliharaan kesehatan terhadap ABK dari
keluarga-keluarga yang tidak mampu, pengemis, dan anak
terlantar, serta memberi akses kepada ABK untuk
mendapatkan`pelayanan pada posyandu, pos kesehatan desa,
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, puskesmas, rumah
sakit, maupun P2TP2A.
10. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang cara memberi
perhatian, kasih sayang, pembelajaran dan pendampingan yang
benar kepada ABK.
2. Layanan Pendidikan
Dalam mendidik dan menangani ABK ini tentu perlu cara yang
khusus pula. Kesabaran, wawasan serta ilmu pengetahuan sangat
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 44
dibutuhkan agar mampu mengarahkan mereka secara tepat. Perhatian
khusus pada ABK tidak bisa dilakukan sendiri, apalagi jika orang tua
sangat sibuk dengan pekerjaan. Perlu konsultasi dengan dokter anak dan
juga ahli psikologi anak, sebab dalam mengajar ABK memerlukan cara
yang khusus dan harus tepat. Setiap anak, termasuk ABK berhak
mendapatkan pendidikan yang berkualitas baik di sekolah inklusif maupun
sekolah reguler.
Di Kalimantan Utara, sekolah inklusi dalam prakteknya sudah
terlaksana namun regulasinya belum ada. Saat ini sedang disiapkan
regulasi (pergub) tentang sekolah inklusi. Diharapkan dalam waktu yang
tidak terlalu lama segera bisa disahkan.
Prinsip-prinsip pengajaran pendidikan inklusif perlu dilatihkan
kepada praktisi (Kepala Sekolah, Guru dan Pengawas) agar kebutuhan
anak didik berkebutuhan khusus dapat terpenuhi dan mereka bisa belajar
secara maksimal. Tentu saja guru juga harus mengikuti pelatihan
pendidikan inklusif yang praktis dan komprehensif agar dapat memahami
dan menerapkan lebih baik strategi-strategi yang digunakan dalam
pendidikan inklusif.
Berikut adalah cara mengajarkan atau mendidik anak
berkebutuhan yaitu :
a. Bersikap baik dan positif.
b. Menggunakan pola kelas yang sesuai, seperti pola kelas membentuk
huruf “U” lebih dianjurkan daripada bentuk berjajar. Selain berguna
untuk memberi ruang gerak bagi anak-anak pengguna kursi roda,
pola “U” juga mempermudah kontak mata antara guru dengan anak-
anak yang memiliki hambatan pendengaran seperti penyandang
tunarungu. Selain itu mempermudah anak penyandang tunanetra
mmendengarkan penjelasan guru dengan lebih baik. Perubahan
kelas menjadikan pembelajaran tidak monoton atau membosankan
baik bagi orang tua maupun anak-anak. Beberapa pola sekolah bagi
anak berkebutuhan khusus yang ada di Kalimantan Utara, yaitu :
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 45
- Sekolah SLB
Kesadaran masyarakat/orang tua ABK khususnya untuk
menyekolahkan anaknya ke sekolah luar biasa mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat saat penerimaan siswa baru jumlah
pendaftar melebihi kuota yang tersedia.
- Sekolah Inklusi
Pemahaman program inklusi masih perlu ditingkatkan. Masih
banyak orang tua ABK yang memaksakan anaknya untuk masuk
sekolah reguler atau sekolah dengan program inklusi tanpa
melihat kesiapan belajar dari anak tersebut.
- Layanan Terapi
Layanan-layanan terapi yang tersedia masih perlu dibenahi dan
distandarisasikan. Mengingat layanan-layanan terapi tersebut
belum ada payung hukumnya.
c. Berbicara dengan dengan posisi wajah menghadap siswa.
d. Memanfaatkan semua metode komunikasi.
e. Menggunakan strategi pengajaran yang efisien.
f. Mengutamakan dukungan teman sebaya.
g. Memanfaatkan materi pengajaran yang ada sebaik mungkin.
h. Memberikan penjelasan kepada semua anak mengenai disabilitas.
i. Membuat kelas dengan akses yang mudah.
j. Membagi pengalaman.
Beberapa dokumentasi layanan pendidikan kepada ABK di
Kalimantan Utara, sebagamana di sajikan dalam gambar foto berikut ini:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 46
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 47
Sumber Foto: SLB Tanjung Selor, Koran Rasar Tarakan, dan Badan
PPPA Malinau (2017)
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 48
Sumber Foto: Badan PPPA Kota Tarakan (2015)
Gambar 3.1. Seputar kegiatan belajar dan prestasi para ABK
di Provinsi Kalimantan Utara
3. Layanan Sosial
Beberapa bentuk pelayanan sosial terhadap ABK yang telah
dilaksanaklan adalah:
a. Meningkatkan dan memperluas jangkauan pelayanan bagi
penyandang disabilitas/ABK.
b. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi penyandang disabilitas/ABK yang
terdaftar sebagai siswa SLB.
c. Pemberian bantuan berupa alat bantu fisik bagi penyandang
disabilitas/ABK.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 49
4. Perhubungan (aksesibilitas)
Beberap fasilitas yang telah disediakan terkait dengan bidang
perhubungan untuk para ABK di Kalimantan Utara dalah:
a. Penyediaan Toilet khusus pada penyandang disabilitas/ABK di
pelabuhan dan Bandara.
b. Penyediaan Rambu-Rambu lalu lintas (data lokasi), seperti crossline.
5. Pekarjaan Umum (PU)
Sebagai provinsi baru, Kalimantan Utara sedang mengejar
peningkatan pembangunan di bidang infrastruktur. Terkait dengan
kebutuhan ABK, telah diprogramkan pembangunan sarana-sarana seperti
berikut:
a. Direncanakan membangun asrama untuk ABK yang tinggal jauh dari
lokasi SLB/sekolah inklusi.
b. Pengelolaan asrama bekerja sama dengan Dinas/Instansi Sosial
Kabupaten Tana Tidung bekerja sama dengan Dinas Sosial Provinsi
Kalimantan Utara
c. Direncanakan menambah bangunan SLB di Kabupaten Tana Tidung
paling lambat Tahun 2021.
6. Masyarakat
Partisipasi masyarakat terhadap keberadaan ABK di Kalimantan
Utara sudah cukup banyak. Hal ini bisa dilihat dari beberapa aktifitas
masyarakat terkait dengan ABK, seperti berikut ini:
a. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diselenggarakan oleh
masyarakat menerima murid tanpa membeda-bedakan kondisi fisik
dan psikis anak.
b. Untuk ABK diberikan perlakuan khusus misalnya 1 ABK ditangani
oleh 1 guru.
c. Melaksanakan pelatihan bagi pendidik ABK.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 50
d. Aktivis Desa Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
(PATBM), melaksanakan pendampingan bagi ABK yang ada di
lingkungannya. Salah satu kegiatan dokumentasi yang dilakukan
oleh aktifvis adalah seperti berikut:
Sumber Foto: Aktivis PATBM Gunungari Kab. Bulungan (2016)
Gambar 3.2.
Penanganan ABK oleh Aktivis PATBM
e. Perguruan Tinggi Swasta menerima ABK sebagai mahasiswa seperti
yang dilakukan di Universtitas Kaltara Tanjung Selor dan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bultar-Tarakan. Salah satu dokumen
anak ABK yang berhasil menjadi mahasiswa Univ. Kaltara Tanjung
Selor, seperti berikut ini:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 51
Sumber Foto: KKN-BBM Unversitas Kaltara 2016
Gambar 3.3. Anak ABK yang Berhasil Menjadi Mahasiswa
f. Sudah ada beberapa lembaga swadaya masyarakat yang peduli
terhadap nasib para ABK di Kalimantan Utara. Berapa lembaga
diantaranya seperti, Yayasan Bening Hati di Kota Tarakan
memberikan pelayanan, pendampingan dan Terapi, terhadap ABK.
Beberapa lembaga swadaya masyarakat lainnya yang turut
berpartisipasi dalam menangani ABK adalah Yayasan Sinar Bintang
Utara, Yayasan Karya Murni di Keuskupan Tanjung Selor khusus
untuk penyandang disabilitas dan autis, PAUD AZKA yang
memberikan pelayanan untuk ABK, dan PAUD BENUANTA yang
memberikan pelayanan 1 orang ABK didampingi dengan 1 orang
guru.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 52
Sebagian dokumentasi profil dan kegiatan yang dilakukan oleh
Yayasan Bening Hati dan Yayasan Karya Murni disajikan
sebagaimana dalam gambar berikut ini:
➢ Profil dan kegiatan Terapi di Yayasan Bening Hati Tarakan
Sumber foto : Yayasan Bening Hati (2017)
Gambar 3.4. Profil dan Kegiatan Yayasan Bening Hati Memberi Terapi Kepada
ABK di Tarakan Kalimantan Utara
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 53
➢ ABK di Yayasan Karya Murni Tanjung Selor
Sumber : Yayasan Karya Murni Tanjung Selor (2017)
Gambar 3.5.
ABK dan Kegiatannya di Yayasan Karya Murni Keuskupan Tanjung Selor Kalimantan Utara
g. Masyarakat memiliki keinginan kuat untuk membentuk Komunitas
Orangtua yang memiliki ABK. Dalam hal ini, Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Kalimantan Utara dalam
waktu dekat akan memfasilitasi pembentukan komunitas. Inisiatif ini
dilakukan karena keadaan ABK sangat beragam. Ada yang
kondisinya ringan, sedang, dan berat. Perlakuan dalam penanganan,
pendampingan dan tanggunjawab menjadi berbeda-beda, yang
harus benar-benar dipahami dan dikuasasi oleh setiap keluarga,
sehingga bisa memperlakukan ABK dengan benar.
Beberapa kondisi yang manunjukkan keadaan ABK yang
memerlukan penangananan berat ditemukan di beberapa daerah,
seperti di Tanjung Selor, Tana Tidung, dan Nunukan. Sebagian
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 54
dokumentasi para ABK yang memerlukan penanganan berat adalah
seperti disajikan dalam foto-foto berikut ini:
Sumber Foto: Aktivis PATBM dan DP3AP2KB Kalimantan Utara (2017)
Gambar 3.6.
Kondisi “Berat” Beberapa ABK di Kalimantan Utara (2017) B. PENDAMPINGAN
Pendampingan ABK harus dilakukan oleh semua pihak, yaitu
orang tua, masyarakat, dan tokoh-tokoh masyarakat. Keterlibatan pihak-
pihak tersebut akan memperkuat keberhasilan ABK menuju kemandirian.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 55
Dalam pembinaan selanjutnya, secara terpadu antara orang tua,
masyarakat dan para tokoh masyarakat harus memahami karakteristik
dan langkah-langkah pengelolaan ABK , termasuk bagaimana cara
memberikan layanan khususnya di rumah atau dalam lingkungan
masyarakat. Pendampingan terhadap ABK dapat berjalan dengan baik
jika mampu mengakomodir kebutuhan anak, maka upaya-upaya yang
harus dilakukan adalah seperti berikut:
1. Orang Tua
Orang tua adalah orang pertama yang harus memberikan
pendampingan kepada ABK, sebab orang tualah yang paling tahu kondisi
ABK sejak awal. Sedini mungkin orang tua harus memiliki pemahaman
yang cukup tentang karakteristik dan kebutuhan secara individual ABK.
Orang tua akan menjadi faktor utama dalam mempengaruhi tumbuh
kembang anak, sebab sebagian besar hidup anak berada di samping
orang tuanya. Keterlibatan orang tua dalam mendidika dan melatih anak
akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Ada beberapa fungsi orang tua dalam melakukan pendampingan
terhadap ABK, yaitu:
- Sebagai pendamping utama, yaitu mendampingi untuk mencapai
tujuan layanan dan penanganan dan pendidikan.
- Sebagai pembela, yaitu yang dianggap paling mengerti,
mengusahakan dan menjaga hak anak dalam mendapatkan layanan
pendidikan sesuai dengan karakteristik kekhususannya.
- Sebagai sumber, yaitu sumber data yang lengkap dan benar
mengenai diri anak ketika akan mendapatkan tindakan intervensi
perilaku yang sesuai.
- Sebagai guru, yaitu berperan menjadi pendidik bagi anaknya di luar
jam sekolah.
- Sebagai penentu karakteristik dari jenis kebutuhan dan perlakukan
yang tepat diberikan kepada anaknya terutama ketika di luar jam
sekolah.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 56
Di Kalimantan Utara, sayangnya belum terbentuk komunitas orang
tua ABK. Komunitas ini sangat mendesak untuk dibentuk. Dengan adanya
komunitas orang tua ABK, maka mereka dapat saling berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan pendampingan terbaik
kepada ABK. Dengan adanya komunitas ini juga akan memudahkan bagi
pemerintah ketika akan melakukan berbagai kegiatan penguatan
pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam mendampingi ABK
secara benar.
Sumber Foto : DP3AP2KB Provinsi Kalimantan Utara (2017)
Gambar 3.7. Orang Tua Mengasuh ABK
2. Masyarakat
Masyarakat juga tidak kalah penting perannya dalam memberikan
pendampingan kepada para ABK. Salah satu yang harus dilakukan oleh
masyarakat adalah menciptakan lingkungan yang ramah ABK. Dalam
lingkungan yang penuh dengan kepedulian dan ramah terhadap ABK,
maka ABK akan merasa nyaman hidup di tengah-tengah mereka. Rasa
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 57
nyaman ini akan sangat berpengaruh secara positif terhdap tumbuh
kembang mereka.
Perhatian juga dapat dilakukan dengan melibatkan ABK dalam
berbagai kegiatan bersama masyarakat, misalnya kerja bakti dan
menyelenggarakan kagiatan-kegiatan hari-hari besar, dan lain-lain.
Dengan memberi kesempatan kepada para ABK untuk berpartisipasi
secara aktif dalam beberap event bersama, berarti sudah tidak ada
diskriminasi terhadap ABK. Hal ini juga menandakan bahwa masyarakat
telah mampu menciptakan menjadi lingkungan masyarakat insklusi.
Dengan demikian, para ABK dan masyarakat secara bersama-sama telah
siap untuk membangun kehidupannya secara harmonis di masa depan.
Sumber Foto: DP3AP2KB Provinsi Kalimantan Utara (2017)
Gambar 3.8. Pendampingan ABK oleh Anggota Masyarakat
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 58
3. Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat merupakan sosok anggota masyarakat yang
dianggap bisa dijadikan panutan. Tokoh agama, tokoh adat, tokoh
pemerintahan, tokoh pemuda, tokoh perempuan, dan tokoh-tokoh lainnya
di Kalimantan Utara banyak sekali jumlahnya. Masyarakat Kalimantan
Utara bersifat cinta damai, sangat terbuka dan mudah menerima berbagai
perubahan yang baik. Tokoh-tokoh masyarakat sangat besar perannya
dalam memberikan pengaruh kepada anggota masyarakat. Oleh karena
itu, tokoh-tokoh masyarakat bisa dijadikan sebagai pioner dalam
meningkatkan peran masyarakat agar lebih intens dalam memberikan
pendampingan kepada para ABK. Pemerintah bisa melakukan koordinasi
dengan para tokoh masyarakat di Kalimantan Utara untuk melakukan
pendampingan secara bersama-sama kepada ABK.
Koordinasi dengan para tokoh masyarakat untuk memberikan
pendampingan juga mendesak dilakukan. Di samping peran keluarga
yang sangat strategis dalam pendampingan ABK, peran masyarakat juga
tidak kalah pentingnya. Peran masyarakat bisa digerakkan melalui tokoh-
tokoh yang dipandang memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan
masyarakat. Jika tokoh-tokoh masyarakat yang kemudian secara
langsung mau memberikan pemahaman dan menggerakkan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam melakukan pendampingan kepada ABK maka
hasilnya akan sangat optimal. Lingkungan peduli dan ramah ABK akan
relatif lebih mudah dibangun dengan melibatkan peran para tokoh
masyarakat.
C. TANGGUNJAWAB
Dengan semboyan, “semua anak adalah anak kita”, yang selama
ini dikumandangkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia, maka melakukan penanganan
dan pendampingan anak-anak berkebutuhan khusus menjadi
tangjungjawab semua pihak, baik secara individual maupun kelembagaan.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 59
Jadi, tanggunjawab terhadap ABK adalah tanggujawab semua pihak.
Dengan semangat memikul tanggunjawab bersama terhadap ABK, maka
beban akan terasa lebih ringan. Keluarga, masyarakat dan pemerintah
harus bergotong-rayong dalam memberikan penanganan dan
pedampingan terhadap para ABK.
Tanggungjawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah, dijelaskan
seperti berikut:
1. Keluarga
Dari keluargnya para ABK ada. Mereka terlahir dari ayah dan
ibunya yang merupakan keluarga pertamanya. Maka keluarga adalah
pihak ertama yang memiliki tanggunjawab terhadap tumbuh kembang
ABK. Sebagian besar hidup ABK juga berada dalam lingkungan
keluarganya. Maka keluarga harus memahami dengan benar bagaimana
cara memberikan penanganan dan pendampingan terhadap ABK.
Berkaitan dengan tanggujawab keluarga terhadap ABK, maka
orang tua memiliki tugas-tugas spesifik yang harus dipahami dan
dijalankan. Lalboe, dkk, (2014), merumuskan tugas-tugas orang tua
terhadap ABK adalah seperti berikut:
a. Menerapkan pola asuh yang baik.
b. Membahagiakannya dalam kondisi apapun.
c. Membuat dia senang dan gembira.
d. Selalu bersabar dalam menghadapinya walaupun itu cukup sulit.
e. Memberikan yang terbaik untuk mereka.
f. Menjaga hatinya agar tidak bersedih dan kecewa.
g. Meringankan beban mereka selama mampu.
h. Menghargai dia, walaupun dia sebagai anak berkebutuhan khusus.
i. Mendoakannya agar selalu tabah menjalankan kehidupannya.
j. Mengajarkannya agar menjadi anak yang baik dan berbakti kepada
kedua orang tuanya.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 60
2. Masyarakat
Secara kelembagaan maupun personal, masyarakat memiliki
tanggujawab terhadap ABK. Tanggunjawab ini terutama bagaimana ABK
bisa diterima dengan baik di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Jika
ABK bisa diterima dengan baik hidup di tengah-tengah masyarakat, maka
tumbuh kembangnya tidak akan menemui banyak hambatan. Kesadaran
secara kolektif seperti ini perlu ditumbuhkembangkan. Lalboe, dkk, (2014)
merumuskan beberapa tanggunjawab masyarakat seperti berikut:
a. Masyarakat harus bersikap tidak mngucilkan ABK dan menghargai
mereka.
b. Masyarakat harus melapor kepada tokoh masyarakat (RT/RW), LSM,
instansi terkait seperti forum komunikasi keluarga dengan anak cacat
(FKKDA), jika menemukan ABK yang tidak mendapat pelayanan
selayaknya. Misalnya ada ABK yang dipasung, dikurung atau
disembunyikan.
c. Masyarakat memberikan dukungan untuk memperoleh pelayanan
yang dibutuhkan sesuai hak-hak mereka, seperti pendidikan yang
layak di sekolah luar bias (SLB), sekolah reguler, dan lembaga
pendidikan lain bagi ABK yang ada di masyarakat, serta pelayanan
kesehatan.
d. Masyarakat dapat mendukung ABK agar mereka dapat bermain dan
berperan serta di bidang kesehatan sesuai dengan kemampuannya,
seperti juru pemantau jentik (jumantik).
3. Pemerintah
Pemerintah merupakan pihak yang bertanggunjawab untuk
mengatur agar kehidupan masyarakat bisa berlangsung secara
berkeadilan sosial. Para ABK sebagai bagian dari anggota masyarakat
harus mendapat pelayanan secara adil tanpa diskriminasi, sehingga
mereka merasakan keadilan dalam kehidupan sosialnya. Dengan
kewenangan yang dimiliki, pemerintah harus mengatur agar hak-hak para
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB III PENANGANAN, PENDAMPINGAN DAN TANGGUNGJAWAB Page 61
ABK bisa terpenuhi sebagamana mestinya. Untuk mewujudkan
tanggungjawab ini, maka pemerintah harus melakukan beberapa
tanggunjawabnya sebagaimana dijelaskan oleh Hayani, dkk (2016), yaitu:
a. Pemerintah daerah harus membuat pergub, perwako atau perbub
untuk menindaklanjuti pemenuhan dan pelaksanaan undang-undang
dan peraturan yang telah digariskan di tingkat pusat.
b. Mengalokasikan dana dari APBD untuk pemenuhan hak dan
kebutuhan anak berkebutuhan khusus baik dari segi pendidikan,
medis, maupun kesejahteraan sosial.
c. Memberikan akses yang seluas-luasnya bagi penyandang disabilitas
atau anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan akses yang
sesuai dengan kebutuhan mereka pada fasilitas publik, seperti
pembuatan trotoar yang akses untuk tunanetra, tangga yang akses
bagi pengguna kursi roda aksesibilitas lainnya.
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum pendidikan yang dapat
diakses secara mandiri oleh anak berkebutuhan khusus.
e. Mendorong adanya empati bagi para pembuat kebijakan terhadap
anak berkebuthan khusus.
f. Mendorong peran swasta untuk ikut serta membantu
memberdayakan anak berkebutuhan khusus.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 62
BAB IV ANALISIS DATA
A. HAK SIPIL DAN KEBEBASAN
Dalam hak sipil dan kebebasan salah satunya adalah hak atas
identitas. Harus dipastikan bahwa seluruh anak tercatat dan memiliki
kutikan akta kelahiran sebagai pemenuhan tanggungjawab negara atas
nama dan kewarganegaraan anak (termasuk tanggal kelahiran dan
silsilahnya). Jumlah ABK yang memiliki akta kelahiran disajikan dalam
bentuk grafis seperti berikut ini:
Sumber: Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil Prov. Kaltara 2017
Grafis 4.1. Jumlah ABK yang Memiliki dan Tidak Memiliki Akta Kelahiran
di Kalimantan Utara
Berdasarkan jumlah ABK di Kalimantan Utara sebanyak 1.083
anak, ada persoalan yang harus segera dituntaskan terkait dengan salah
satu hak sipil dan kebebasan mereka yaitu, tentang kepemilikan akta lahir.
Data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil)
Provinsi Kalimantan Utara mencatat, hanya 369 orang atau 36% dari
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 63
jumlah ABK yang sudah memilik akta lahir, sisanya sebanyak 714 orang
atau 64% belum memiliki akta lahir. Belum ada upaya khusus yang
lakukan untuk meningkatkan jumlah ABK agar mendapat akta kelahiran
secara keseluruhan. Namun dalam tahun 2017 ini, Dispendukcapil
mentargetkan 80% dari penduduk Kalimantan Utara umur 0-18 tahun
(usia anak) memiliki akta kelahiran. Berdasarkan target ini diharapkan
jumlah ABK yang memiliki akta kelahiran juga dapat meningkat secara
signifikan jumlahnya hinga mencapai 80%.
Minimnya ABK yang memiliki akta lahir dapat disebabkan karena
banyak orang tua dengan ABK yang tidak mendaftarkan kelahiran
anaknya yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
- Faktor ekonomi.
- Letak geografis.
- Pernikahan usia dini.
- Pernikahan siri.
- Persyaratan administrasi yang rumit.
B. HAK KESEHATAN
Dalam deklarasi HAM PBB pasal 25 ayat 1 dinyatakan bahwa,
setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan
dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya. Jadi setiap orang,
termasuk para ABK harus mendapat layanan kesehatan yang memadai
sesuai dengan keadaannya. Bagi ABK, Pelayanan kesehatan harus di
sesuaikan dengan klasifikasi ABK. Dengan klasifikasi yang berbeda-beda,
maka layanan kesehatan yang diberikan juga harus disesuaikan. Oleh
karena itu untuk menyesuaikan layakan kesehatan kepada setiap ABK
terlebih dahulu harus diketahui klasifikasi ABK.
Berdasarkan data yang ada, kondisi ABK berdasarkan klasifikasi
ABK yang tersebar di seluruh sekolah luar biasa (SLB) di wilayah
Kalimantan Utara, disajikan data ABK di kabupaten dan kota seperti
berikut:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 64
1. Kabupaten Bulungan
Ada 4 kategori ABK yang ada di Kabupaten Bulungan seperti
disajikan dalam tabel dan grafis berikut ini:
Tabel 4.1.
Data ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi ABK di Kabupaten Bulungan, Tahun 2016
Jenis ABK Jenis Kelamin
Total L P
Tunanetra 0 0 0
Tunarungu 5 2 7
Tunagrahita 7 12 19
Tunadaksa 2 0 2
Tunalaras 0 0 0
ADHD 6 0 6
Tunaganda 0 0 0
Lamban Belajar 0 0 0
Kesulitan Belajar 0 0 0
Total 14 20 34 Sumber : DPPPAPPKB Bulungan, 2016
Berdasakan data dalam tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk
grafik seperti berikut:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 65
Grafik 4.2. Keadaan ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi ABK
di Kabupaten Bulungan, Tahun 2016
Jumlah ABK di Kabupaten Bulungan sebanyak 34 anak masuk dala
4 klasifikasi. Dari jumlah tersebut sebagian besar adalah perempuan, yaitu
sebanyak 20 anak (58,8%), sisanya adalah laki-laki sebanyak14 anak
(41,2%). Sebagian besar masuk dalam klasifikasi tuna grahita, yaitu
sebanyak 19 anak, dengan komposisi 12 anak laki-laki dan 7 anak
perempuan. Klasifikasi berikutnya adalah tuna rungu sebanyak 7 anak
dengan komposisi 5 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Masuk dalam
klasifikasi ADHD sebanyak 6 anak laki-laki dan tunadaksa sebanyak 2
anak laki-laki.
2. Kota Tarakan
Ada 5 kategori ABK di Kota Tarakan, seperti yang disajikan dalami
dalam tabel dan grafis berikut ini:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 66
Tabel 4.2 Data ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi ABK
di Kota Tarakan, Tahun 2016
Jenis ABK Jenis Kelamin
Total L P
Tunanetra 0 1 1
Tunarungu 21 11 32
Tunagrahita 71 47 118
Tunadaksa 5 2 7
Tunalaras 0 0 0
ADHD 14 0 14
Tunaganda 1 0 1
Lamban Belajar 0 0 0
Kesulitan Belajar 0 0 0
Total 112 61 173 Sumber : DPPPAPPKB Tarakan, 2016
Berdasakan data dalam tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk
grafik seperti berikut:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 67
Grafik 4.3. Keadaan ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi ABK
di Kota Tarakan, Tahun 2016
Jumlah ABK di Kota Tarakan sebanyak 173 anak masuk dalam 5
klasifikasi. Dari jumlah tersebut sebagian besar adalah laki-laki, yaitu
sebanyak 112 anak (64,7%), sisanya adalah perempuan sebanyak 61
anak (35,3%). Sebagian besar masuk dalam klasifikasi tuna grahita, yaitu
sebanyak 118 anak, dengan komposisi 71 anak laki-laki dan 47 anak
perempuan. Klasifikasi berikutnya adalah tunarungu sebanyak 32 anak
dengan komposisi 21 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Masuk
dalam klasifikasi ADHD sebanyak 14 anak semuanya laki-laki. Tunadaksa
sebanyak 10 anak dengan komposisi 5 anak laki-laki dan 2 anak
perempuan. Selanjutnya tunanetra sebanyak 1 anak perempuan.
3. Kabupaten Nunukan
Ada 5 kategori ABK yang ada di Kabupaten Nunukan seperti
disajikan dalam tabel dan grafis berikut ini:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 68
Tabel 4.3. Data ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi ABK
di Kabupaten Nunukan, Tahun 2016
Jenis ABK Jenis Kelamin Total
L P
Tunanetra 1 0 1
Tunarungu 7 7 14
Tunagrahita 31 11 42
Tunadaksa 2 0 2
Tunalaras 0 0 0
ADHD 7 1 8
Tunaganda 0 0 0
Lamban Belajar 0 0 0
Kesulitan Belajar 0 0 0
Total 48 19 67 Sumber : DPPPAPPKB Nunukan, 2016
Berdasakan data dalam tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk
grafik seperti berikut:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 69
Grafik 4.4 Keadaan ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi ABK
di Kabupaten Nunukan, Tahun 2016
Jumlah ABK di Kabupaten Nunukan sebanyak 67 anak masuk
dalam 5 klasifikasi. Dari jumlah tersebut sebagian besar adalah laki-laki,
yaitu sebanyak 48 anak (71,6%), sisanya adalah perempuan sebanyak 19
anak (28,4%). Sebagian besar masuk dalam klasifikasi tunagrahita, yaitu
sebanyak 42 anak, dengan komposisi 11 anak laki-laki dan 11 anak
perempuan. Klasifikasi berikutnya adalah tunarungu sebanyak 14 anak
dengan komposisi 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Masuk dalam
klasifikasi ADHD sebanyak 7 anak semuanya laki-laki. Tunadaksa
sebanyak 2 anak laki-laki. Selanjutnya tunanetra sebanyak 1 anak laki-
laki.
4. Kabupaten Malinau
Ada 4 kategori ABK yang ada di Kabupaten Malinau seperti
disajikan dalam tabel dan grafis berikut ini:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 70
Tabel 4.4. Data ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi ABK
di Kabupaten Malinau, Tahun 2016
Jenis ABK Jenis Kelamin
Total L P
Tunanetra 0 0 0
Tunarungu 10 6 16
Tunagrahita 20 9 29
Tunadaksa 2 6 8
Tunalaras 0 0 0
ADHD 10 2 12
Tunaganda 0 0 0
Lamban Belajar 0 0 0
Kesulitan Belajar 0 0 0
Total 42 23 65 Sumber : DPPPAPPKB Malinau, 2016
Berdasakan data dalam tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk
grafik seperti berikut:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 71
Grafik 4.5 Keadaan ABK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi ABK
di Kabupaten Malinau, Tahun 2016
Jumlah ABK di Kabupaten Nunukan sebanyak 65 anak masuk
dalam 4 klasifikasi. Dari jumlah tersebut sebagian besar adalah laki-laki,
yaitu sebanyak 42 anak (64,6%), sisanya adalah perempuan sebanyak 23
anak (35,4%). Sebagian besar masuk dalam klasifikasi tunagrahita, yaitu
sebanyak 29 anak, dengan komposisi 20 anak laki-laki dan 9 anak
perempuan. Klasifikasi berikutnya adalah tunarungu sebanyak 16 anak
dengan komposisi 10 anak laki-laki dan 6 anak perempuan. Masuk dalam
klasifikasi ADHD sebanyak 12 anak dengan komposisi 10 anak laki-laki
dan 2 anak perempuan. Tunadaksa sebanyak 8 anak dengan komposisi 2
anak laki-laki dan 6 anak perempuan.
C. HAK PENDIDIKAN
Hak pendidikan juga merupakan hak dasar yang harus diberikan
kepada anak-anak Indonesia. ABK juga harus mendapatkan kesempatan
menikmati pendidikan dengan tidak mendapatkan diskriminasi apa pun.
Seperti tertuang dalam dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan, bahwa setiap anak
berhak mendapatkan pendidikan tanpa adanya diskriminasi yaitu tanpa
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 72
adanya perbedaan baik yang mampu/tidak mampu, normal/tidak
normal/disabilitas, maupun berdasarkan gender.
Tidak seluruh ABK di Kalimantan Utara dapat menikmati
pendidikan formal. Dari jumlah ABK sebanyak 1.083 anak, hanya
sebanyak 339 anak atau sebesar 31,3% yang mengenyam pendidikan di
SLB. Hal ini ditunjukkan sebagaimana gambar grafis berikut ini.
Sumber Data: Data Skunder Diolah (2017)
Grafik 4.6. ABK Yang Sekolah di SLB dan Tidak Sekolah di SLB
ABK yang mengeyam pendidikan SLB di Kalimantan Utara
jumlahnya masih belum mengembirakan, yaitu hanya sebesar 31 % dari
keseluruhan. Diperkirakan, sebagian besarnya tidak mengenyam
pendidikan formal atau bersekol ah disekolah reguler namun belum
terdata. Di samping itu, di Kabupaten Tana Tidung belum ada SLB. Hal ini
mengakibatkan para ABK di daerah ini belum ada data yang menunjukkan
mereka bersekolah.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 73
Tabel 4.1. Jumlah Peserta Didik di SLB Kalimantan Utara Berdasarkan
Kabupaten/Kota dan Tingkat Pendidikan Tahun 2016
NO. Kab/Kota SDLB SMPLB SMALB Jumlah
1. Kabupaten Bulungan 21 13 0 34
2. Kota Tarakan 139 29 5 173
3. Kabupaten Nunukan 51 11 5 67
4. Kabupaten Malinau 43 19 3 65
Jumlah 254 72 13 339
Sumber: DP3P2KB Provinsi Kalimantan Utara, 2017.
Berdasakan data dalam tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk
grafik seperti berikut:
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 74
Grafik 4.7.
Jumlah Peserta Didik di SLB Kalimantan Utara Berdasarkan Kabupaten/Kota dan Tingkat Pendidikan Tahun 2016
Dari total peserta didik ABK sebanyak 339 anak yang
bersekolah di SLB di seluruh Kalimantan Utara, paling banyak bersekolah
di SLB Tarakan, yaitu sebanyak 173 anak atau 51%. Selebihnya di
Nunukan sebanyak 67 anak atau 20%, Malinau sebanyak 65 anak atau
19%, dan Bulungan sebanyak 34 anak atau 10%. Jika dilihat berdasarkan
klasifikasi tingkat pendidikan, paling banyak adalah pada level sekolah
dasar total sebanyak 254 anak dengan sebaran di Bulungan 21 anak,
Tarakan 139 anak, Nunukan 51 anak dan Malinau 43 anak. Pada level
sekolah menengah pertama total sebanyak 72 anak, dengan sebaran, di
Bulungan sebanyak 13 anak, Tarakan 29 anak, Nunukan 11 anak, dan
Malinau sebanyak 19 anak. Sedangkan pada level sekolah menengah
atas total sebanyak 13 anak, dengan sebaran, di Bulungan belum ada,
Tarakan sebanyak 5 anak, Nunukan 5 anak, dan Malinau 3 anak.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 75
D. KEBERHASILAN ABK
Dokumentasi yang menjelaskan tentang prestasi atau keberhasilan
para ABK di Kalimantan Utara sangat minim. Sebenarnya banyak prestasi
yang telah mampu diraih oleh para ABK di Kalimantan Utara. Namun data
dalam bentuk dokumentasi berupa foto-foto ketika para ABK menerima
piagam pengharagaan atau tropy kejuaraan tidak mudah ditemukan di
sekolah. Sekolah tidak menyimpan dokumentasi prestasi siswa dengan
baik. Beberapa prestasi ABK yang yang sempat terdokumentasi dari
beberap sumber, disajikan dalam foto-foto berikut ini:
Sumber : SLB Malinau, Kaltara, 2017.
Gambar 4.7. Para ABK Menerima Hadiah Kejuaraan Tingkat Sekolah
di SLB Malinau Kaltara
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 76
Sumber: Radar Tarakan, 6 Mei 2017.
Gambar 4.8. ABK berprestasi dalam berbagai Lomba Seni dari Tarakan
di Tingkat Provinsi dan Nasional
Sumber : SLB Tanjung Selor, Kaltara 2016.
Gambar 4.9. ABK dari SLB Tanjung Selor Juara Harapan 2
pada Lomba Kreasi Daur Ulang di Tanjung Selor
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 77
Sumber: SLB Tanjung Selor, Kaltara, 2016.
Gambar 4.8. ABK dari SLB Tanjung Selor Juara Harapan 2
Lomba Kreasi Daur Ulang di Tanjung Selor
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB IV ANALISIS DATA Page 78
Sumber: SLB Malinau Kaltara, 2017.
Gambar 4.11. ABK dari SLB Malinau Mendapat Penghargaan
Sebagai Juara pada O2SN Provinsi Kaltara
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I KOMITMEN DAN IMPLEMENTASI Page 77
BAB V KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI
A. KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Sekalipun pemerintah definitif baru terbentuk sejak tahun 2016, namun
komitmen Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara terkait Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) sudah ada. Secara eksplisit, memang belum disebutkan tentang
ABK, namun arah kebijakan pemerintah yang tertuang dalam RPJMD Provinsi
Kalimantan Utara periode 2016-2021 telah memberi perhatian khusus terhadap
para penyandang disabilitas atau dalam pelaksanaannya bisa dikembangkan untuk
menyasar kepentingan para ABK. Hal ini terlihat dari adanya beberapa arah
kebijakan dan program dalam RPJMD yang biasa diarahkan untuk kepentingan
para ABK, yaitu :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pembinaan para penyandang cacat dan
trauma melalui Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma
sebagai leading sector pelaksana Dinas Sosial Tenaga kerja dan Transmigrasi
(Dinsosnakertrans).
2. Peningkatan mutu pendidikan luar biasa di seluruh wilayah perkotaan,
pedalaman, pesisir dan perbatasan, meningkatkan kuantitas dan kualitas
sarana dan prasarana pendidikan luar biasa melalui program pendidikan luar
biasa sebagai leading sector pelaksana Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga.
3. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan reproduksi dan
penyiapan kehidupan berkeluarga dengan program kesehatan reproduksi
remaja, sebagai leading sector Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
(DP3AP2KB).
4. Meningkatkan ketahanan keluarga dan pemberdayaan keluarga melalui
program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang anak, sebagai leading sector Dinas Pemberdayaan
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I KOMITMEN DAN IMPLEMENTASI Page 78
Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana (DP3AP2KB).
Berangkat dari arah kebijakan dan program yang tertuang dalam RPJMD
tersebut, maka kepentingan para ABK bisa diperjuangkan. Masih ada beberapa
arah kebijakan dan program yang bisa dikembangkan untuk menyasar para ABK,
seperti misalnya kebijakan dan program yang terkait dengan kesehatan, sarana
dan prasarana, pengembangan SDM, dan sebagainya.
Komitmen dan kebijakan pemerintah yang secara khusus difokuskan
untuk penanganan dan pendampingan terhadap ABK sebagian sudah ada, namun
juga masih dan sebagian yang lainnya sedang dalam proses. Beberapa kebijakan
tersebut seperti:
1. Rancangan Peraturan Daerah tentang Perlindungan Anak.
2. Peraturan Gubernur tentang Anak Berkebutuhan Khusus (dalam proses).
3. Peraturan Daerah tentang Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di setiap
kabupaten dan kota.
B. IMPLEMENTASI
Komitmen dan kebijakan pemerintah merupakan landasan awal untuk
mengimplementasikan semua program atau kegiatan yang berkaitan dengan
kebutuhan para ABK. Kebijakan yang dirancang secara eksplisit biasanya
cenderung memiliki daya lebih kuat dalam mendorong implementasi program di
lapangan. Namun kebijakan yang masih bersifat implisit, yaitu belum secara
tekstual menyebutkan kepentingan ABK, bukan berarti segala program dan
kegiatan terkait dengan kebutuhan para ABK tidak bisa dilaksanakan. Kebijakan
pemerintah yang bersifat umum sepanjang masih ada menyangkut kepentingan
kaum disabilitas, keluarga, dan anak-anak tersebut, masih dapat menjadi payung
dan memberikan peluang yang luas untuk memasukkan disain kegiatan-kegiatan
terkait kebutuhan ABK.
Selama ini komitmen pemerintah terhadap nasib para disabilitas
sebenarnya sudah cukup banyak dinyatakan. Memang belum terlihat masif.
Namun implementasi beberapa sarana dan prasarana yang ramah ABK sudah
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I KOMITMEN DAN IMPLEMENTASI Page 79
mulai banyak ditemukan. Di bandara, di pelabuhan, di rumah sakit, di jalan dan
berapa tempat sosial lainnya sudah mulai tampak. Memang masih sangat perlu
ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Terutama usaha melibatkan para ABK
dalam berbagai event-event terbuka bersama-sama masyarakat masih sangat perlu
ditingkatkan.
Adanya berbagai permasalahan umum dan khusus yang selama ini
menjadi kendala dalam mengembangkan potensi ABK menuju kemandirian
sebagaimana dijelaskan dalam bab sebelumnya, menuntut adanya upaya lebih
fokus dan lebih serius. Kompetensi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap
ABK ternyata masih sangat perlu ditingkatkan. Pemerintah harus bergerak lebih
cepat untuk meningkatkan kompetensi pihak-pihak yang memiliki pengaruh, yang
ada di lingkungan ABK, yaitu keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan, para
pekerja sosial, dan para personil di lingkungan pemerintah itu sendiri. Diperlukan
upaya-upaya yang lebih responsif ABK terhadap semua pihak yang
berkepentingan tersebut.
Praktik-praktik yang telah berkembang di masyarakat baik yang bersifat
individual (keluarga) atau kelembagaan terkait kepedulian atau partisipasi
masyarakat terhadap para ABK, bisa diselaraskan dengan program-program yang
sedang dirancang atau sedang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Integrasi
partisipasi dengan menyatukan langkah pemerintah daerah, masyarakat, dan
keluarga ABK merupakan langkah terpadu yang kokoh. Tiga elemen ini bisa terus
dikembangkan sebagai pilar utama terpadu dalam rangka memperkuat
keberhasilan program yang memperjuangkan kepentingan ABK. Dengan konsep
terpadu seperti ini, maka bebannya menjadi semakin ringan. Karena semua
elemen bergandengan tangan dan bergerak bersama-sama maka upaya akan
terlihat semakin kuat dan hasilnya pun tentu akan lebih optimal ketimbang
bergerak sendiri-sendiri tidak terkoordinasi.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I KOMITMEN DAN IMPLEMENTASI Page 80
BAB VI PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil
simpulan seperti berikut:
1. Pembinaan ABK masih menghadapi banyak kendala, terutama
terkait dengan minimnya pemahaman yang benar tentang ABK,
dan lemahnya kompetensi SDM yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan memadai dalam membina ABK, baik itu yang berasal
dari anggota keluarga, masyarakat, pelaksana pembina /
pendamping ABK, dan aparat di lingkungan pemerintah daerah.
2. Persoalan lainnya yang masih menjadi kendala yaitu, SDM yang
bekerja untuk ABK secara kuantitas dan kualitas masih kurang,
belum ada pendataan khusus untuk ABK, terbatasnya fasilitas
umum untuk ABK, belum ada legalitas pembentukan sekolah
inklusi, belum terbentuknya forum / komunitas orang tua yang
memiliki ABK, masih kurangnya yayasan/lembaga yang
menangani ABK baik secara kualitas dan kuantitas, masih sangat
kurang dan tidak merata jumlah SLB, dan belum ada putera
daerah yang dikirim untuk mengikuti pendidikan bagi guru SLB.
3. Jumlah ABK di Kalimantan Utara cukup besar. Sebagian besar
belum memiliki akta kelahiran, dan masih banyak yang belum
mengenyam pendidikan formal.
4. Penanganan, pendampingan dan tanggungjawab terhadap ABK
sudah berjalan cukup baik, apakah di lingkungan pemerintah
daerah maupun masyarakat. Namun dipandang belum optimal
karena masih terkesan parsial, belum terkoordinasi dan
terintegrasi.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I KOMITMEN DAN IMPLEMENTASI Page 81
5. Komitmen dan kebijakan pemerintah terhadap penanganan dan
pembinaan ABK sudah cukup nyata. Namun kebijakan yang
bersifat eksplisit masih kurang.
6. Semua elemen masyarakat sudah terlibat dalam implementasi
penanganan dan pembinaan terhadap ABK namun belum
terintegrasi dan terkoordinasi menjadi satu kesatuan terpadu.
B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil pembahasan dalam profil ini, maka
direkomendasikan hal-hal seperti berikut:
1. Pemerintah membuka formasi tenaga pendidik/guru bagi SLB di
Provinsi Kalimantan Utara, sebanyak 100 orang dengan alokasi
20 orang per kabupaten/kota.
2. Pendataan ABK secara periodik dan berkelanjutan oleh instansi
teknis
3. Pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana SLB
4. Pembentukan sekolah inklusi
5. Pelatihan tenaga pendidik dan tenaga pendamping yang
menangani ABK
6. Pembentukan forum/komunitas orang tua yang memiliki ABK
7. Mendorong untuk terbentuknya lebih banyak yayasan yang
menangani ABK.
8. Mendorong untuk terbentuknya lebih banyak SLB di
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara.
9. Pengiriman putera daerah untuk mengikuti pendidikan untuk
menjadi guru SLB.
10. Sosialisasi yang intens dan terus-menerus kepada masyarakat
tentang ABK dan penanganannya.
Profil ABK Kalimantan Utara 2017
BAB I KOMITMEN DAN IMPLEMENTASI Page 82
11. Mengembangkan konsep penanganan dan pembinaan ABK
secara terpadu dengan melibatkan keluarga, masyarakat, dan
pemerintah secara terintegrasi dan terkoordinasi.
83
DAFTAR PUSTAKA
Hayani, dkk, 2016, Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Sumatera
Barat, Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Sumatera Barat.
Lalboe, dkk, 2014, Profil Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun 2014,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan, Kementerian Pemberdayaan erempuan dan Perlindungan Anak republik Indonesia
Royanto, dkk, 2016, Panduan Bina Diri Anak Berkebuthan Khusus
Bersumberdaya Masyarakat, 2016, Deputi Bidang Perlindungan Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021, Badan Perencana
Pembangunan Provinsi Kalimantan Utara. Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Utara 2016, diterbitkan
oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. Winarsih, dkk, 2016, Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
Bagi Pendamping (Orang Tua, Keluarga, dan Masyarakat, 2016 dan 2017, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.