protein bakpao

34
I. Nomor Percobaan : 02 II. Nama Percobaan : Reaksi uji terhadap protein III. Tujuan Percobaan : Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam protein. IV. Landasan Teori : Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu 2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning. Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah Nursa’id Fitria Page 1

description

protein

Transcript of protein bakpao

Page 1: protein bakpao

I. Nomor Percobaan : 02

II. Nama Percobaan : Reaksi uji terhadap protein

III. Tujuan Percobaan : Untuk menguji kandungan yang terdapat

di dalam protein.

IV. Landasan Teori :

Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada

pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan

berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein

membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif

terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas

atau dipeptida.

Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas

akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu.

Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning.

Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam

nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah

menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana

basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga.

Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul

protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning

Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa.

Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan

ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti

eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka

protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel

air yang melingkupi molekul-molkeul protein.

Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik

pelarutnya.

Nursa’id Fitria Page 1

Page 2: protein bakpao

Protein seperti asam amino bebas memiliki titik isoelektrik yang berbeda-

beda. Titik Isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu dimana protein tidak

mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama,

sehingga tidak bergerak ketika diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik

(pI), suatu protein sangat mudah diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya

nol.

Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat

bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang

berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang

mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang tidak larut dalam air. Rambut dan kuku

adalah suatu jenis protein yan tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi,

sedangkan protein yang dalam bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah

bereaksi (Anna P, 1994).

Meskipun tidak ada sistem klasifikasi yang biasa diterima secara universal,

protein dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan, bentuk, fungsi biologi serta

struktur tiga dimensinya. Setelah system dengan pemakaian terbatas pada ilmu

biokimia klinik membedakan “albumin”, “globulin”, “histon”, dan lain-lain.

Berdasarkan kelarutannya dalam larutan garam akueso. Protein dapat pula

diklasiikasikan berdasarkan bentuk keseluruhannya. Jadi, protein globular (missal,

banyak enzim) mempunyai rantai polipeptida yang berpilin serta terlipat secara padat

rasionya tidak lebih dari 3-4. Protein pibrosa memiliki rasio aksial lebih besar dari 10

(Robert K, ).

Fungsi dari protein dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berikut ini,

yaitu (Jan Koolman-Klaus,) :

1. Membentuk dan empertahankan struktur.

Protein struktur bertanggung jawab terhadap stabilitas mekanik dari organ

dan jaringan.

2. Transport.

Protein transport yang terkenal adalah hemoglobin dari eritrosit yang sangat

diperlukan untuk mengangkut oksigen dan karbondioksida antara paru-paru dan

jaringan. Di dalam plasma darah juga ditemukan sejumlah protein dengan fungsi

transport. Albumin serum mengangkut asam lemak bebas dan bilirubin. Kanal ion

Nursa’id Fitria Page 2

Page 3: protein bakpao

dan protein membrane integral lainnya mengatur transport dari ion-ion dan metabolit

melalui membran biologik.

3. Perlindungan dan pertahanan.

Sistem imun melindungi organisme dari penyebab penyakit dan substansi

yang asing bagi tubuh. Contohnya ialah imunoglobulin G sebagai komponen yang

penting.

4. Pengendali dan pengatur.

Pada rantai sinyal biokimiawi protein-protein bekerja sebagai pembawa

sinyal maupun sebagai reseptor hormon. Sebagi contoh adalah kompleks antara

hormon insulin dan reseptor insulin. Protein yang berikatan dengan DNA

mempunyai peranan yang menentukan pada regulasi metabolisme zat-zat antara

diferensiasi suatu jaringan dan organ.

5. Katalisator.

Enzim merupakan kelompok yang sangat besar dengan protein yang beribu-

ribu. Enzim yan kecil mempunyai berat molekul sekitar 10-15 kDa, yang sedang

sekitar 100 kDa, dan yang terdiri dari 12 subunit mencapai ukuran   lebih dari 500

kDa.

6. Pergerakan.

Aktin dan myosin bersama-sama bertanggung jawab pada kontraksi otot dan

peristiwa gerak lainnya.

7. Penyimpanan.

Pada benih-benih tumbuh-tumbuhan dijumpai protein cadangan khusus yang

juga penting untuk kebutuhan makanan manusia.

Sangat luar biasa pula bahwa semua protein di dalam semua makhluk, tanpa

memandang fungsi dan aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang

sama, yaitu 20 asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai

aktivitas biologi. Lalu apakah yang memberikan aktifitas enzimnya, protein lain

aktivitas hormon, dan lain lagi aktivitas antibody? Bagaimana kimiawi protein-

protein ini berbeda? Secara cukup sederhana, protein berbeda satu sama lain karena

masing-masing mempunyai deret unit asam amino sendiri-sendiri. Asam amino

merupakan abjad struktur protein, karena molekul-molekul ini dapat disusun dalam

jumlah deret yang hamper tidak terbatas, untuk membuat berbagai porotein dalam

jumlah yang hamper tidak terbatas pula (Albert L, 1982).

Nursa’id Fitria Page 3

Page 4: protein bakpao

Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan dalam bentuk enzim

(ribonuklease, tripsin), protein transport (hemoglobin, albumin serum, mioglobin,

lipoprotein), protein nutrient dan penyimpanan (gliadin = gandum, ovalbumin =

telur, kasein = susu, feritin), protein kontraktil (aktin, myosin, tubulin, dynein),

protein structural (keratin, fibroin, kolagen, elastin, proteoglikan), protein pelindung

(antibody, fibrinogen, trombin, toksin botuluni, toksin difteri, bias ular, risin),

protein pengatur (insulin, hormone tumbuh, kortikotropin, repressor). Atas dasar

kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi : albumin, globulin, dan

glutelin.

Protein dapat juga dikelompokkan berdasarkan atas jenis utama

konformasinya. Berdasarkan penggolongan ini terdapat 2 kelas utama protein, yaitu

protein fibrosa (serat) dan protein globular. Protein serat mempunyai konformasi

yang terikat saling secara lateral oleh beberapa jenis ikatan. Protein konformasi ini 

sering dimanfaatkan sebagai elemen struktural jaringan  karena mempunyai sifat

fisik yang kuat dan tidak larut dalam air. Contoh protein serat adalah kolagen, alfa-

keratin, dan sutera. Protein globular merupakan protein biologis aktif yang umum

dalam sistem kehidupan. Protein ini berbentuk bulat, kompak dan larut dalam air.

Protein globular biasanya memiliki struktur tersier dan kuartener, contohnya enzim

dan antibody ( Abdul H, 2001).

Dilihat dari aspek kepentingannya di dalam tubuh, asam amino alfa

diklasifikasikan ke dalam  ( Panjita H, 2006) :

1.    Asam amino alfa essensial, yaitu asam amino alfa yang sangat diperlukan

keberadaanya dalam tubuh tetapi tubuh tidak dapat memsintesis asam amino alfa

tersebut.

2.    Asam amino alfa semi-essensial, yaitu asam amino alfa walau disentesis dalam

tubuh namun jumlahnya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh terhadap asam

amino alfa tersebut.

3.    Asam amino alfa yang non-essensial, yaitu asam amino alfa yang diperlukan

oleh tubuh serta disentesis dalam tubuh dalam jumlah yang cukup memenuhi

kebutuhan tubuh terhadap asam amino alfa tersebut.

Pengadaan dan penyediaan asam amino menjadi sangat penting oleh karena

senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad

hidup untuk membentuk asam amino tidak sama. Misalnya tanaman tingkat tinggi

Nursa’id Fitria Page 4

Page 5: protein bakpao

mampu membentuk asam amino yang diperlukan bagi penyusun protein tubuhnya.

Sebaliknya hewan tingkat tinggi kemampuannya terbatas. Golongan jasad hidup ini

tidak dapat mensintesa asam amino essensial. Asam amino tersebut harus disediakan

dari luar

V. Alat dan Bahan :

Alat Bahan

Tabung reaksi

Gelas ukur

Pipet tetes

Rak tabung reaksi

Bunsen

Penjepit kayu

Kawat kasa

Kaki tiga

Gelas kimia

Spatula

Batang pengaduk

Corong

Kertas saring

Larutan kuning telur 1 dan 5%

Larutan putih telur 1dan 5%

Larutan albumin 1 dan 5%

Larutan susu cair 1 dan 5%

NaOH 2,5 N

CuSO4 0,1 N

HgCl2 0,2 M

Timbal Asetat 0,2 M

Larutan (NH4)2SO4

Reagen millon

Reagen untuk uji biuret

Asam asetat 1 M

H2O

VI. Prosedur Percobaan :

A. Uji Biuret

Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N ke dalam 3 ml larutan protein dan aduk.

Tambahkan setetes CuSO4 0,01 M. Aduk, jika tidak timbul warna,

tambahkan lagi setetes atau 2 tetes CuSO4

B. Pengendapan dengan logam

Ke dalam 3 ml larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi

percobaan dengan menggunakan Pb asetat 0,2 M.

Nursa’id Fitria Page 5

Page 6: protein bakpao

C. Pengendapan dengan Garam

Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat. Untuk pekerjaan

ini dilakukan pertama tambahkan jumlah sedikit dari garam tersebut, aduk

hingga melarut. Tambahkan lagi sedikit ammonium sulfat dan aduk lagi.

Kontinu sehingga sedikit garam tertinggal tidak terlarut. Apabila larutan

jenuh kemudian disaring. Uji kelarutan endapan di dalam air. Uji endapan

dengan reagen millon dan filtrat dengan uji biuret.

D. Uji Koagulasi

Tambahkan 2 tetes HOAc 1 M ke dalam 5 ml larutan protein. Letakkan

tabung dalam air mendidih selama 5 menit. Ambil endapan dengan batang

pengaduk. Uji kelarutan endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen

millon.

E. Pengendapan dengan alcohol

Tabung 1 2 3

Larutan protein 5 ml 5 ml 5 ml

HCl 0,1 M 1 ml - -

NaOH 0,1 M - 1 ml -

Buffer asetat pH 4,7 - - 1 ml

Etil alcohol 95% 6 ml 6 ml 6 ml

F. Denaturasi Protein

Tabung 1 2 3

Larutan protein 9 ml 9 ml 9 ml

HCl 0,1 M - - 1 ml

NaOH 0,1 M 1 ml - -

Buffer asetat pH 4,7 - 1 ml -

Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan

dinginkan pada temperature kamar. Dalam tabung mana yang keliahatan

Nursa’id Fitria Page 6

Page 7: protein bakpao

mengendap. Untuk tabung-tabung (1) dan (2) tambahkan 10 ml buffer

asetat pH 4,7. Tulis hasilnya.

VII. Hasil Pengamatan

PERLAKUAN PENGAMATAN

1. Uji Biuret

3 ml susu 1 % + 1 ml NaOH 2.5

N lalu ditambahkan lagi 3 tetes

CuSO4 0.01 N

3 ml susu ( putih keruh) +

NaOH 1 ml ( bening tak

berwarna) Putih Keruh +

CuSO4 0,01 N ( bening) →

larutan ungu keruh

3 ml putih telur 1% +1 ml

NaOH 2,5 N + 3 tetes CuSO4 0,01

N

3 ml putih telur 1% (bening) +

NaOH 1 ml (bening) → larutan

bening + 1 tetes CuSO4

(bening) → bening + 2 tetes

CuSO4 → ungu bening.

3ml kuning telur 1% + 1ml

NaOH 2,5 N + 3 tetes CuSO4

NaOH (bening) + kuning telur

(bening) larutan bening + 1

tetes CuSO4 (bening) bening

+ 2 tetes CuSO4 (bening)

ungu bening

3ml albumin 1% + 1 ml NaOH + 3

ml + 3 tetes CuSO4

Albumin (bening / tidak

berwarna) + NaOH (bening /

tidak berwarna) + CuSO4

(bening /tidak berwarna) →

larutan berwarna ungu.

2. Pengendapan dengan Logam

3 ml kuning telur 1% + 5 tetes

Pb (COOH)2

Kuning telur (tidak berwarna)

+ Pb (COOH)2 (tidak

berwarna) → terbentuk

endapan putih yang sangat

sedikit dan melayang. Warna

larutan agak memudar.

Nursa’id Fitria Page 7

Page 8: protein bakpao

3ml kuning telur 1% + 5 tetes

HgCl2

Kuning telur (tidak berwarna)

+ HgCl2 (tidak berwarna) →

larutan berwarna putih keruh.

3 ml putih telur telur 1% + 5

tetes Pb (COOH)2

Albumin (bening) +

Pb(COOH)2 (bening) → larutan

putih keruh terdapat endapan

3ml putih telur 1% + 5 tetes

HgCl2

Albumin (bening) + HgCl2 0,2

M (bening) → larutan putih

susu terdapat endapan

3ml susu 1% +5 tetes Pb

(COOH)2 0,2 M

Susu 1%(putih)+ HgCl 0,2 M

(bening)→larutan bening dan

terbentuk endapan putih

3ml susu 1% + 5 tetes HgCl 0,2

M

Susu 1%(putih)+ pb asetat (tak

berwarna) → larutan berwarna

putih pekat

3. Pengendapan dengan Garam

10 ml susu 1 % dijenuhkan dengan

ammonium sulfat sampe jenuh

setelah jenuh lalu disaring dengan

kertas saring,endapan dibagi

menjadi 2.uji kalarutan dengan

endapan yang pertama didalam air,

dan endapan yang ke dua denga

reagen millon dan filtratnya di uji

dengan biuret.

10 ml susu (putih keruh) 1 % +

ammonium sulfat (padatan

larutan putih keruh

Ada endapan garam.

- Endapan pertama + H2O

→ larutan putih keruh ada

endapan

- Endapan yang ke dua +

reagen millon → Putih

keruh ada endapan merah

bata

- Filtratnya + NaOH 5 tetes

→ Larutan bening (tak

berwarna) + CuSO4 →

bening

10 ml albumin 1 % + amonium

sulfat lalu dijenuhkan,setelah jenuh

10 ml albumin 1% (tidak

berwarna) + ammonium

Nursa’id Fitria Page 8

Page 9: protein bakpao

kemudian disaring,uji kelarutan

dari endapan dengan reagen millon

dan filtratnya dengan uji biuret

sulfat(padatan) → larutan putih

dan ada endapan

garam,kemudian endapan

disaring dan dibagi 2, dan

filtratnya diuji dengan biuret.

- Endapan ke 1 diuji dengan

air→larutan bening

- Endapan yang ke 2 diuji

dengan reagen millon →

larutan berwarna merah

bata

- Filtratnya + NaoH 5 tetes

(bening) + CuSo4( bening)

→ larutan (sedikit biru).

10 ml larutan putih telur 1%

dijenuhkan dengan ammonium

sulfat sampai jenuh setelah jenuh

lalu disaring dengan kertas saring,

endapan dibagi menjadi dua. Uji

kelarutan dengan endapan yang

pertama dalam air, dan endapan

yang kedua dengan reagen millon

dan filtratnya diuji dengan biuret.

10 ml larutan putih telur 1%

(tidak berwarna) + ammonium

sulfat (padatan berwarna putih)

→ larutan berwarna putih

keruh ada endapan garam,

kemudian endapan disaring

dibagi menjadi dua, filtrate

diuji dengan biuret.

- Endapan pertama diuji

dengan air → larutan

bening

- Endapan kedua diuji

dengan reagen millon

→larutan bening

- filtrate diuji dengan biuret

NaoH 5 tetes (bening) +

CuSo4( bening) → larutan

bening.

10 ml larutan kuning telur 1% 10ml kuning telur 1% (tidak

Nursa’id Fitria Page 9

Page 10: protein bakpao

dijenuhkan dengan ammonium

sulfat sampai jenuh setelah

jenuh lalu disaring dengan

kertas saring, endapan dibagi

menjadi dua. Uji kelarutan

dengan endapan yang pertama

dalam air, dan endapan yang

kedua dengan reagen millon dan

filtratnya diuji dengan biuret.

berwarna) + amonium sulfat

(padatan) → larutan putih dan

ada endapan garam,kemudian

endapan disaring dan dibagi 2,

dan filtratnya diuji dengan

biuret.

- Endapan ke 1 diuji dengan

air→larutan bening

- Endapan yang ke 2 diuji

dengan reagen millon →

larutan dan endapan merah

bata

- Filtratnya + NaoH 5 tetes

(bening) + CuSo4( bening)

→ larutan bening sedikit

biru.

4. Uji Koagulasi

5 ml susu 1 % + 2 tetes

CH3COOH 1 M dipanaskan

Endapan di uji dengan reagen

millon

5 ml susu ( putih keruh) 1 % +

2 tetes CH3COOH ( bening ) 1

M dipanaskan → larutan putih

keruh ada endapan + reagen

millon. Larutan bening ada

endapan merah bata

5 ml kuning telur 1% + 2 tetes

CH3COOH 1M dipanaskan

5 ml kuing telur (bening) + 2

tetes CH3COOH (bening)

larutan bening dipanaskan

(5menit) larutan tetap bening

dan tidak ada endapan

5 ml putih telur 1% + 2 tetes

CH3COOH 1M dipanaskan

5 ml putih telur (bening) + 2

tetes CH3COOH (bening)

larutan bening dipanaskan

(5menit) larutan tetap bening

Nursa’id Fitria Page 10

Page 11: protein bakpao

dan tidak ada endapan

5 ml albumin 1% + 2 tetes

CH3COOH 1M dipanaskan

5 ml albumin (bening) + 2 tetes

CH3COOH (bening) larutan

bening dipanaskan (5menit)

larutan tetap bening dan tidak

ada endapan

5. Pengendapan dengan Alkohol

Susu

Tabung 1

5 ml susu 1% + 1 ml HCl 0,1 M +

6

ml alkohol 95 %

Tabung 2

5 ml susu 1 % + 1 ml NaOH

0.1M

+ 6 ml alkohol 95 %

Tabung 3

5 ml susu 1 % + 1 ml buffer

asetat

pH 4,7+ 6 ml alkohol 95 %

5 ml susu 1% ( putih keruh) + 1 ml

HCl 0,1 M ( bening)+ 6 ml alkohol 95

%(bening) → Putih keruh

5 ml susu 1 % ( putih keruh ) + 1 ml

NaOH 0.1M (bening)+ 6 ml alkohol 95

% (bening) → Larutan terbagi 2 fase,

bening dan putih keruh

5 ml susu 1 % ( putih keruh ) + 1 ml

buffer asetat pH 4,7 (bening)+ 6 ml

alkohol 95 % (bening) → larutan putih

keruh

Albumin

Tabung 1

Albumin + 1 ml HCl 0,1 M + 6 ml

alkohol 95%

Tabung 2

Albumin + 1 ml NaOH 0.1M + 6

ml alkohol 95 %

Albumin (bening)+ 1 ml HCl 0,1 M

(bening) + 6 ml alkohol 95% (bening)

→Larutan tak berwarna

Albumin (bening)+ 1 ml NaOH 0.1M

(bening)+ 6 ml alkohol 95 %

Nursa’id Fitria Page 11

Page 12: protein bakpao

Tabung 3

Albumin+ 1 ml buffer asetat pH

4,7 + 6 ml alkohol 95 %

(bening)→Larutan tak berwarna

Albumin (bening)+1 ml buffer asetat

pH 4,7 (bening)+ 6 ml alkohol 95 %

→Larutan tak berwarna

Putih telur

Tabung 1

Putih telur 5 ml + 1 ml HCl 0,1

M

+ 6 ml alkohol 95%

Tabung 2

Putih telur 5 ml + 1 ml NaOH

0.1M

+ 6 ml alkohol 95 %

Tabung 3

Putih telur 5 ml +1 ml buffer

asetat

pH 4,7 + 6 ml alkohol 95 %

Putih telur (bening)+ 1 ml HCl 0,1 M

(bening) + 6 ml alkohol 95%

(bening)→ Larutan putih ada endapan

putih

Putih telur (bening)+ 1 ml NaOH 0.1M

(bening)+ 6 ml alkohol 95 % (bening)

→Larutan putih ada endapan putih

Putih telur 5 ml (bening)+1 ml buffer

asetat pH 4,7 (bening)+ 6 ml alkohol

95 %(bening) → Larutan putih ada

endapan putih

Kuning Telur

Tabung 1

Kuning telur 5 ml + 1 ml HCl 0,1

M + 6 ml alkohol 95%

Tabung 2

Kuning telur 5 ml + 1 ml NaOH

0.1M + 6 ml alkohol 95 %

kuning telur (bening)+ 1 ml HCl 0,1 M

(bening) + 6 ml alkohol 95% (bening)

→Larutan kuning ada endapan putih

kuning telur (bening)+ 1 ml NaOH

0.1M (bening)+ 6 ml alkohol 95 %

(beningLarutan kuning ada endapan

Nursa’id Fitria Page 12

Page 13: protein bakpao

Tabung 3

Kuning telur 5 ml +1 ml buffer

asetat pH 4,7 + 6 ml alkohol 95 %

putih

Kuning telur 5 ml (bening)+1 ml

buffer asetat pH 4,7 (bening)+ 6 ml

alkohol 95 %(bening) → Larutan

kuning ada endapan putih

6. Denaturasi Protein

9 ml Larutan susu 1% + HCl 0,1 M

+ buffer asetat

Larutan susu (putih) + HCl

(tidak berwarna) + buffer asetat

( tidak berwarna) dipanaskan

→ Larutan putih ada endapan.

Buffer asetat + susu + NaOH 0,1

M

Larutan (tidak berwarna ) +

susu (putih) + NaOH 0,1M

dipanaskan → larutan kuning

keruh

9 ml Larutan susu 1% + buffer

asetat

Larutan susu (putih) + buffer

asetat (bening) dipanaskan →

larutan putih ada endapan

VIII. Persamaan Reaksi

a. Pengendapan dengan logam

NH3+ NH3

+ NH3+

R – CH – COO- + Hg2+ R – CH – COO – Hg – COO – CH –R

NH3+ NH3

+ NH3+

R – CH – COO- + Pb2+ R – CH – COO – Pb – COO – CH – R

Nursa’id Fitria Page 13

Page 14: protein bakpao

b. Pengendapan dengan garam

O O

[ - NHCHC – NHCHC - ]n NH2Cl + COOH + NH2CHCOOH

R R R R

c. Uji koagulasi

Dengan Reagen Millon

O O

- C – N – CH – C – N – CH - + Cu2+ OH O = C C = O

H R H R HN NH

Protein RCH HCR

Cu2+

O = C C = O

HN NH

RCH HCR

Kompleks Ungu

Dengan Air (H2O)

H H

R – C – COO- H2O R – C – COO- + H+

N+H3 N+H2

COO - COOH

H3N+ - C – H + H+ H2O H3N+ - C – H

R asam R

Nursa’id Fitria Page 14

kalor

H2O,H+

n

Page 15: protein bakpao

d. Denaturasi Protein

O O

[ - NHCHC – NHCHC - ] H2O, H+ H2NCHCO2H + H2NCHCO2H

R R kalor R R

COO - COOH

H3N+ - C – H + H+ H3N+ - C – H

R asam R

COO - COO -

H3N+ - C – H + OH- H2N – C – H + H2O

R basa R

IX. Pembahasan

Percobaan kali ini mengenai reaksi uji protein. Dimana percobaan kali ini

dibagi dalam enam bagian percobaan, diantaranya uji biuret, pengendapan

dengan logam, pengendapan dengan garam, uji koagulasi, pengendapan dengan

alcohol, dan denaturasi protein. Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui

serta mengidentifikasi kandungan protein melalui reaksi-reaksi uji protein.

Dalam percobaan ini kami menggunakan beberapa sampel yaitu telur mentah

yang diambil putih telur dan kuning telurnya, larutan susu cair, dan larutan

albumin yang sebelumny telah dibuat dengan konsentrasi berbeda 1 dan 5 %.

Percobaan pertama yaitu pengendapan dengan logam, pada percobaan ini

saya mengambil sampel kuning telur. Dimana ditunjukkan dengan adanya

perubahan warna larutan pada saat penambahan Pb(COOH)2, larutan menjadi

keruh dan terdapat endapan putih yang sangat sedikit melayang dilarutan,

sedangkan pada penambahan HgCl2, larutan menjadi keruh. Menurut teori akan

dihasilkan endapan putih apabila protein direaksikkan dengan logam. endapan

ini terjadi karena adanya reaksi logam Pb dengan protein. Logam Pb ini

merupakan logam yang mengadung ion positif. Dimana salah satu sifat dari

logam yang mengadung ion positif akan menghasilkan endapan jika

Nursa’id Fitria Page 15

Page 16: protein bakpao

direaksikan dengan protein. Begitu juga dengan logam Hg, namun pada hasil

yang kami dapatkan tidak ada endapan putih dari reaksi antara kuning telur dan

Hg.

Percobaan kedua yaitu pengendapan dengan garam dilakukan dengan

menambahkan sedikit demi sedikit garam amonium sulfat ke dalam larutan

protein secara kontinu sampai larutan jenuh. Pada percobaan ini, ketika ke

dalam larutan protein ditambahkan garam amonium sulfat sampai jenuh,

larutan protein mengendap membentuk endapan putih. Mengendapnya protein

disebabkan karena adanya kompetisi antara ion-ion garam amonium dengan

molekul protein untuk mengikat air. Dimana dalam pengendapan garam ini

akan dihasilkan endapan merah bata apabila larutan protein direaksikkan

dengan reagen millon. Hal ini dikarenakan karena reagen millon adalah larutan

merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrit. Pada dasarnya reaksi ini positif

untuk fenol-fenol dikarenakan terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus

hidroksifenil yang berwarna merah bata. Dalam percobaan ini putih telur yang

tidak menghasilkan endapan merah bata. Untuk kelarutan dalam air, semua

sampel larut dalam air.

Percobaan ketiga yaitu uji koagulasi dimana apabila suatu larutan

protein ditambahkan dengan larutan asam maupun basa akan terjadi

penggumpalan. Penggumpalan akan terjadi apabila dilakukan pemanasan

terhadap larutan protein. Pada percobaan ini larutan susu menghasilkan larutan

yang bening (tidak berwarna) dan terdapat endapan merah bata apabila

direaksikkan dengan reagen millon. Hal ini menunjukkan bahwa uji koagulasi

menghasilkan positif terhadap uji millon. Terjadinya koagulasi disebabkan

karena ion H+ dari CH3COOH terikat pada gugus negatif pada protein. Ketika

ion H+ dari asam asetat masuk ke dalam larutan, akan mempengaruhi

keseimbangan dan pengkutuban muatan dari molekul protein.

Terakhir denaturasi protein, dimana kami memakai sampel yaitu larutan

susu 1%. Denaturasi protein meliputi gangguan dan kerusakan yang mungkin

terjadi pada struktur sekunder dan tersier protein. Pemanasan akan membuat

protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun.

Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi

non kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan

Nursa’id Fitria Page 16

Page 17: protein bakpao

ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Pada tabung pertama larutan

susu ditambahkan dengan larutan HCl dan ditambah buffer asetat dan

dipanaskan larutan berwarna putih ada endapan. Pada tabung kedua larutan

yang dihasilkan berwarna kuning keruh. Sedangkan pada tabung ketiga larutan

yang dihasilkan larutan berwarna putih ada endapan. Namun terlihat perbedaan

dari tabung pertama dan ketiga yaitu pada endapan yang dihasilkan. Tabung

pertama lebih banyak menghasilkan endapan, mungkin dikarenakan karena

pengaruh dari HCl yang merupakan asam kuat. Karena berdasarkan literatur

yang mengatakan bahwa larutan yang bersifat kuat yakni pada percobaan ini

yang digunakan ialah HCL akan lebih banyak menghasilkan endapan. Maka

dari itu tabung pertama lebih banyak menghasilkan endapan daripada tabung

ketiga.

Nursa’id Fitria Page 17

Page 18: protein bakpao

X. Kesimpulan

1. Pada pengendapan logam, endapan yang dihasilkan bewarna putih dan

larutan yang keruh, endapan yang dihasilkan tersebut berasal dari protein

yang diuji, endapan ini terjadi karena adanya reaksi logam Pb dengan

protein.

2. Mengendapnya protein disebabkan karena adanya kompetisi antara ion-

ion garam amonium dengan molekul protein untuk mengikat air.

3. Pada pengendapan dengan garam, reagen millon akan bereaksi dengan

protein dan endapan yang dihasilkan yaitu endapan merah bata.

4. Terjadinya koagulasi disebabkan karena ion H+ dari CH3COOH terikat

pada gugus negatif pada protein. Ketika ion H+ dari asam asetat masuk

ke dalam larutan, akan mempengaruhi keseimbangan dan pengkutuban

muatan dari molekul protein.

5. Larutan yang bersifat kuat yakni pada percobaan ini yang digunakan

ialah HCL akan lebih banyak menghasilkan endapan.

Nursa’id Fitria Page 18

Page 19: protein bakpao

XI. Daftar Pustaka

Arbianto, Purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung:ITB

Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:Erlangga

Pudjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:Universitas Indonesia

Sukaryawan, Made. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Universitas Sriwijaya:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Nursa’id Fitria Page 19

Page 20: protein bakpao

XII. Jawaban Pertanyaan

a. Uji Biuret

1. Warna apa yang terjadi?

Jawaban: Warna ungu/violet

2. Mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4?

Jawaban: Harus dihindarkan kelebihan CuSO4 karena akan menghasilkan

warna larutan yang lebih pekat atau akan terbentuk garam

amonium.

3. Mengapa garam ammonium mengganggu?

Jawaban: Karena garam amonium akan mengganggu pengamatan

terhadap warna larutan.

4. Sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret

positif?

Jawaban: Zat lain yang memberikan uji biuret positif yaitu histidin dan

serin, juga urea.

b. Pengendapan Dengan Logam

1. Apa hasilnya?

Jawaban: Hasilnya adalah terbentuknya endapan putih.

2. Terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada

keracunan Pb dan Hg?

Jawaban: Putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan

Hg karena protein atau putih telur dapat mengikat Pb dan Hg.

c. Pengendapan dengan garam

1. Terangkan hasil-hasilnya?

Jawaban : Larutan protein setelah ditambah garam amonium sulfat akan

membentuk endapan, yang positif terhadap positif terhadap uji

Millon membentuk endapan merah bata. Dari semua sampel

hanya albumin yang memberikan warna merah muda. Dari

kelarutannya hanya sampel susu cair yang sukar melarut

Nursa’id Fitria Page 20

Page 21: protein bakpao

didalam air (pelarut), sedangkan ke-4 sampel lainnya tidak

mengalami kesulitan pada proses kelarutan.

d. Uji Koagulasi

1. Mengapa ditambahkan asam?

Jawaban : Ditambahkan asam bertujuan untuk mengkoagulasikan

protein.

2. Protein apa yang menggumpal pada pendidihan?

Jawaban : protein yang menggumpal yakni sampel protein susu bubuk

yang berdasarkan hasil pengamatan menghasilkan gumpalan

pada proses pemanasan.

e. Pengendapan dengan alkohol

1. Tabung-tabung mana yang menunjukkan protein yang tidak larut.

Apakah kelarutan albumin dalam air pada titik isoelektriknya?

Jawaban:

Tabung 1 dan 3 pada setiap sampel yang digunakan

ya, kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya.

f. Denaturasi protein

1. Sifat fisik apa dari protein yang mempengaruhi kelarutan dari protein

dalam percobaan ini.

Jawaban: sifatnya sangat peka terhadap lingkungan, apabila konfirmasi

molekul protein berubah, misalnya oleh perubahan suhu, pH

atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain,

maka keaktifan biokimianya berkurang.

2. Metode lain apakah yang digunakan untuk denaturasi protein?

Jawaban: yaitu metode pemanasan, metode kromatografi dan metode

pemurnian enzim.

3. Perubahan kimia apa yang berhubungan dengan denaturasi telur?

Jawaban: perubahan suhu, pH, dan pelarut organik.

Nursa’id Fitria Page 21

Page 22: protein bakpao

XIII. Gambar alat

Penjepit tabung tabung reaksi

Gelas ukur Bunsen

Beker gelas Pengaduk

Neraca digital Pipet tetes

Nursa’id Fitria Page 22