Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

18
PROSPEK PENYULUHAN DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN (KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN TANTANGAN) Disusun oleh: 1. Muh. Syukron (12921) 2. Riska Pengestika (12953) 3. Ade Intan Ch (12968) 4. Brigitta Anindita (12967) Mata Kuliah : Dasar-Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Dosen pengampu : Ir. Roso Witjaksono, M. S. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

description

Mengulai mengenai prospek pentingnya penyuluh pertanian dalam diseminasi teknologi pertanian

Transcript of Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

Page 1: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

PROSPEK PENYULUHAN DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI

PERTANIAN (KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN

TANTANGAN)

Disusun oleh:

1. Muh. Syukron (12921)

2. Riska Pengestika (12953)

3. Ade Intan Ch (12968)

4. Brigitta Anindita (12967)

Mata Kuliah : Dasar-Dasar Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian

Dosen pengampu : Ir. Roso Witjaksono, M. S.

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

I .PENDAHULUAN

Sektor pertanian hingga kini masih memiliki peranan yang strategis dalam

pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan

pembangunan. Peran strategis sektor pertanian bagi pertumbuhan ekonomi antara lain

penyedia bahan pangan, papan, sandang, penghasil devisa negara, penyedia bahan baku

industri, peningkatan kesempatan kerja, pengentasan kemiskinan, dan segenap manfaat

lainnya. Berdasarkan lansiran Badan Pusat Statistik tahun 2013 menyebutkan bahwa

sektor pertanian menyerap sekitar 35% tenaga kerja. Secara tidak langsung pertanian

merupakan unsur strategis yang dapat menghidupi mayoritas penduduk di Indonesia

(BPS, 2012).

Potensi bidang pertanian untuk memberikan pendapatan yang cukup tinggi

sebenarnya cukup besar, tetapi tergantung pada penyediaan dan diseminasi inovasi

teknologi pertanian yang benar-benar sesuai dengan kondisi biofisik, sosial, budaya dan

kapasitas petani. Di era globalisasi seperti saat ini pertanian memerlukan pembaharuan

informasi dan teknologi. Dalam rangka memperkuat informasi terhadap kaum tani

mengenai pertanian, penyuluhan sangat diperlukan dalam hal ini.

Berdasarkan sejarah, tercatat bahwa sumbangan sektor pertanian sangat tinggi

terhadap negara. program Bimas (Bimbingan Massal) contohnya, dapat mengantarkan

Indonesia swasembada beras melalui intensifikasi dan ekstensifikasi usaha pertanian.

pada saat itu, peran penyuluh sangat diutamakan karena dapat menyalurkan informasi

dan teknologi terbaru kepada petani. Adanya adopsi teknologi baru tersebut, menjadikan

peningkatan hasil produksi. Imbasnya, Indonesia dapat mencukupi kebutuhan makanan

pokok, salah satunya yakni beras.

Teknologi tepat guna yang dihasilkan oleh peneliti perlu disebarluaskan

penggunaannya pada proses usaha pertanian oleh penyuluh pertanian. Proses penyebaran

teknologi memiliki tujuan untuk mempermudah dan meningkatkan usaha pertanian

sehingga dihasilkan produksi yang maksimal sehingga tercapai kesejahteraan petani.

Dalam pelaksanaan dilapangan penyebaran teknologi pertanian memiliki kekuatan,

kelemahan, peluang, dan tantangan untuk kedepannya.

Page 3: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

II. PROSPEK PENYULUHAN DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

A. Pengertian Penyuluhan

Pengertian penyuluhan sering salah dimaknai oleh banyak orang. Dalam

perkembangannya, istilah penyuluhan semakin diperbaiki maknanya seperti yang

dikemukakan oleh Slamet (2000) yakni sebagai pemberdayaan masyarakat. Secara

umum, kegiatan penyuluhan ialah penyebarluasan (informasi),

penerangan/penjelasan, pendidikan non-formal (luar-sekolah), perubahan perilaku,

rekayasa sosial pemasaran inovasi (teknis dan sosial), perubahan sosial (perilaku

individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan, dll), pemberdayaan

masyarakat (community empowerment), dan penguatan komunitas (community

strengthening). Dapat dimpulkan bahwa penyuluhan pertanian merupakan sistem

pendidikan nonformal yang berupaya memberdayakan petani untuk memperbaiki

kehidupan dan penghidupannya, sehingga dapat lebih berpartisipasi dalam

pembangunan pertanian.

Sebagai terjemahan dari kata “extension”, penyuluhan dapat diartikan sebagai

proses penyebarluasan yang dalam hal ini, merupakan peyebarluasan informasi

tentang ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang dihasilkan oleh perguruan tinggi

maupun lembaga riset ke dalam praktek atau kegiatan praktis budidaya pertanian.

implikasinya yakni:

1) Sebagai agen penyebaran informasi, penyuluh tidak boleh hanya menunggu aliran

informasi dari sumber-sumber informasi (peneliti, pusat informasi, institusi

pemerintah, dll) melainkan harus secara aktif berburu informasi yang bermanfaat

dan atau dibutuhkan oleh masyarakat yang menjadi kliennya.Dalam hubungan ini,

penyuluh harus mengoptimalkan peman-faatan segala sumberdaya yang dimiliki

serta segala media/ saluran informasi yang dapat digunakan (media-masa, internet,

dll) agar tidak ketinggalan dan tetap dipercaya sebagai sumber informasi “baru”

oleh kliennya.

2) Penyuluh harus aktif untuk menyaring informasi yang diberikan atau yang

diperoleh kliennya dari sumber-sumber yang lain, baik yang menyangkut

kebijakan, produk, metoda, nilai-nilai perilaku, dll. Hal ini penting, karena di

samping dari penyuluh, masyarakat seringkali juga memperoleh informasi/inovasi

dari sumber-sumber lain (aparat pemerintah, produsen/ pelaku bisnis, media masa,

LSM) yang tidak selalu “benar” dan bermanfaat/ mengun-tungkan

Page 4: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

masyarakat/kliennya. Sebab, dari pengalaman menunjukkan, informasi yang

datang dari “luar” seringkali lebih berorientasi kepada “kepentingan luar”

dibanding keberpihakannya kepada kepentingan masyarakat yang menjadi

kliennya.

3) Penyuluh perlu lebih memperhatikan informasi dari “dalam” baik yang berupa

“kearifan tradisional” maupun “endegenuous technology”. Hal ini penting,

karena informasi yang berasal dari dalam, di samping telah teruji oleh waktu,

seringkali juga lebih sesuai dengan kondisi setempat, baik ditinjau dari kondisi

fisik, teknis, ekonomis, sosial/budaya, maupun kesesuainnya dengan kebutuh-an

pengembangan komunitas setempat.

4) Pentingnya informasi yang menyangkut hak-hak politik masya-rakat, di samping:

inovasi teknologi, kebijakan, manajemen, dll. Hal ini penting, karena yang untuk

pelaksanaan kegiatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat seringkali sangat

tergan-tung kepada kemauan dan keputusan politik. Sebagai contoh, program

intensifikasi padi terbukti tidak banyak memberikan perbaikan kesejahteraan

petani. Demikian juga yang terjadi kaitannya dengan kebijakan impor beras, gula,

daging, dll.

B. Diseminasi inovasi / teknologi baru dalam pertanian

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh

seseorang. Kebaruan inovasi itu diukur secara subyektif, menurut pandangan individu

yang menangkapnya (Hanafi, 1981). Diseminasi Informasi/Inovasi, yaitu

penyebarluasan informasi/ inovasi dari sumber informasi dan atau penggunanya.

Tentang hal ini, seringkali kegiatan penyuluhan hanya terpaku untuk lebih

mengutamakan penyebaran informasi/inovasui dari pihak luar. Tetapi, dalam proses

pembangunan, informasi dari “dalam” seringkali justru lebih penting, utamanya yang

terkait dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, pengambilan keputusan kebijakan

dan atau pemecahan masalah yang segera memerlu-kan penanganan.

Informasi merupakan sumber daya penting dalam pertanian modern.

Perkembangan komputer dan perbaikan teknologi komunikasi memberikan petani

kesempatan untuk memperoleh informasi teknis dan ekonomi dengan cepat dan

menggunakannya secara efektif untuk pengambilan keputusan. Bertani bukan lagi

sekedar untuk hidup, tetapi sebagai usaha untuk memperoleh pendapatan yang baik

dengan menggunakan seluruh kesempatan yang ditawarkan oleh lingkungan. Untuk

Page 5: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

dapat bertahan, lahan pertanian harus dikelola secara efisien. Pelaku pengembangan

pertanian membutuhkan informasi inovasi pertanian yang memadai sebagai dasar

strategi perencanaan dan pertimbangan untuk pengembangan usaha tani lebih lanjut.

Begitu banyak hasil penelitian bidang pertanian yang telah dan sedang dilaksanakan,

serta akan terus ada penelitian-penelitian pertanian lain di masa depan. Hasil

penelitian bidang pertanian yang berupa informasi pertanian pada hakekatnya adalah

untuk memperbaiki atau memecahkan masalah yang ada dalam bidang pertanian.

Informasi hasil penelitian pertanian yang telah dihimpun dalam berbagai

media, bukan hanya sekedar konsumsi bagi para peneliti lain untuk dijadikan bahan

acuan, akan tetapi lebih penting dari itu adalah bagi para petani, untuk

mengembangkan usahataninya dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraannya, yang pada gilirannya untuk memenuhi kebutuhan hidup primer

seluruh umat manusia. Namun demikian, informasi hasil penelitian pertanian tersebut

belum optimal mencapai sasaran utama, yaitu para petani.

Diseminasi merupakan proses penyebarluasan hasil penelitian dan pengkajian

pertanian kepada pengguna,yang merupakan bagian integral dari kegiatan penelitian

dan pengembangan telah banyakdilakukan melalui berbagai kegiatan tergantung

sasaran dan hasil penelitian yang didiseminasikan. Hasil penelitian dapat berupa

komponen teknologi, paket teknologi, formula, data dan informasi serta alternatif

rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian baik di tingkat pusat maupun wilayah

(Adnyana, 1996).

Dalam pembangunan pertanian, peranan diseminasi menjadi semakin penting

terutama bagi para pelaku usaha pertanian dalam menghadapi tantangan yang semakin

berat pada era globalisasi dan perdagangan bebas. Para pelaku usaha pertanian

dituntut meningkatkan efisiensi usahanya agar dapat bersaing dengan para pelaku lain

baik dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu ketersediaan informasi akan

sangat membantu masyarakat petani-nelayan dalam meningkatkan usaha

pertaniannya.

Penyelenggaraan kegiatan diseminasi pertanian memiliki tujuan untuk

terjadinya efek kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi kesadaran, belajar

dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan

sikap. Serta efek konatif berhubungan dengan perilaku, dan niat untuk melakukan

suatu cara tertentu (Gonzales, 1998). Dari ketiga efek diseminasi tersebut diharapkan

dapat mendorong petani dapat berusaha tani lebih baik (better farming), berusaha tani

Page 6: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

lebih menguntungkan (better business), lebih sejahtera (better living), dan

bermasyarakat lebih baik.

Tingkat kegiatan diseminasi juga akan memberi peluang untuk memperoleh

tingkat umpan balik terhadap teknologi pertanian yang diperkenalkan dan identifikasi

kebutuhan petani dan pengguna teknologi lainnya. Makin tinggi tingkat kegiatan

diseminasi, makin jelas dan tinggi pula manfaat umpan balik dan makin terlihat jelas

pula kebutuhan nyata petani yang teridentifikasi. Kejelasan umpan balik dan

kebutuhan petani dan pengguna teknologi lainnya akan membantu peneliti tidak

hanya untuk penyediaan materi diseminasi teknologi tetapi juga untuk merumuskan

program penelitian jangka pendek maupun jangka panjang.

Diseminasi teknologi pertanian , umpan balik, dan kebutuhan & peluang

petani untuk menerapkan teknologi merupakan komponen saling terkait dan tidak bisa

dipisahkan satu dengan lainnya, teknologi pertanian yang didesiminasikan harus

sesuai dengan umpan balik dan identifikasi peluang dan kebutuhan, demikian pula

umpan balik tergantung dari kebutuhan dan peluang dan teknologi yang di

desiminasikan, demikian pula kebutuhan dan peluang penerapan teknologi

dipengaruhi oleh teknologi pertanian yang di desiminasikan dan umpan balik yang

telah disampaikan.

C. Manfaat kegiatan penyuluhan dalam diseminasi teknologi pertanian

Kegiatan penyuluhan dalam diseminasi teknologi pertanian memberikan

manfaat pengetahuan kepada petani, masyarakat, dan praktisi lain yang

berkecimpung di dunia pertanian akan informasi dan perkembangan teknologi baru

yang ada. Juga untuk menyadarkan petani agar menerapkan teknologi baru hasil riset

dan penelitian dari lembaga penelitian. Selain itu, menambah wawasan/pengetahuan

baru akan teknologi daam pertanian dari teknologi yang sudah ada dan meningkatkan

kesejahteraan petani lewat produksi pertanian yang meningkat karena penggunaan

teknologi baru.

Kegiatan diseminasi teknologi dalam pertanian yang dilakukan oleh para

penyuluh harus memenuhi persyaratan yakni, (i) Secara teknis layak dimanfaatkan,

dalam arti mempunyai potensi untuk meningkatkan produktivitas usaha pertanian, (ii)

Secara ekonomis menguntungkan, dalam arti memberikan peningkatan keuntungan,

dan (iii) Secara sosial diterima oleh masyarakat tani, dalam pengertian bahwa bila

teknologi tersebut dianjurkan penerapannya, maka akan diikuti oleh masyarakat tani

Page 7: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

(iv) Ramah lingkungan, ialah bahwa teknologi pertanian yang disediakan tidak

merusak lingkungan, terutama lingkungan alam, sehingga sumberdaya alam yang ada

terlestarikan.

Diseminasi Teknologi

Pertanian

Umpan Balik Identifikasi

i. Kebutuhan

ii. Peluang

Diseminasi Teknologi

Pertanian

Umpan Balik Identifikasi

i. Kebutuhan

ii. Peluang

Gambar 1. Keterkaitan Diseminasi, Umpan Balik dan Identifikasi Kebutuhan & Peluang

Pemahaman terhadap karakteristik individu dan kapasitas diri petani akan

menentukan tingkat potensi atau kesiapan petani dalam menerima teknologi yang

dikenalkan kepadanya; sebaliknya dengan mengetahui potensi dan tingkat kesiapan

petani dalam menerima teknologi pertanian, maka akan dapat teknologi pertanian

yang akan dikenalkan akan dapat disesuaikan dengan potensi dan kesiapan diri petani

tersebut. Dengan pendekatan ini, maka petani tidak hanya akan menerapkan teknologi

baru secara berkelanjutan, tetapi juga akan mengembangkan usaha pertaniannya

selalu dengan menerapkan teknologi baru. Hal ini menunjukkan pula bahwa teknologi

pertanian yang diperkenalkan kepada petani harus disesuaikan dengan kapasitas diri

dan kapasitas sumberdaya & sarana yang dimilikinya. Penyesuaian dengan kapasitas

petani, baik kapasitas diri maupun kapasitas sumberdaya & sarana, akan menjamin

keberlanjutan adopsi teknologi tersebut, bahkan akan dikembangkan sendiri oleh

petani yang bersangkutan.

Peningkatan kapasitas sumberdaya & sarana dari petani lebih mudah

dibandingkan dengan pengembangan kapasitas diri, yang memerlukan waktu cukup

lama dan usaha khusus. Peningkatan kapasitas sumberdaya & sarana telah banyak

dilakukan melalui program-program intensifikasi yang bertujuan lebih pada

perningkatan produkltivitas komoditas pertanian daripada peningkatan kapasitas diri

Page 8: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

petani. Akibatnya, begitu program atau proyek selesai, maka kembalilah petani ke

teknologi tradisionalnya, karena kapasitas diri dan kapasitas sumberdaya & sarana

mereka masih lebih sesuai dengan teknologi tradisional dibandingkan dengan adopsi

teknologi baru.

Sebaliknya, ada kemungkinan bahwa upaya diseminasi atau kegiatan

penyuluhan juga dapat mempengaruhi perkembangan tingkat kapasitas diri petani,

apabila kegiatan diseminasi tersebut secara bersungguh-sungguh diarahkan pula untuk

meningkatkan kapasitas diri petani. Kegiatan diseminasi teknologi pertanian yang

dilakukan selama ini sebenarnya sudah mengandung potensi untuk peningkatan

kapasitas diri petani.

Gambar 2. Pemahaman Diri dan Adopsi Teknologi

Kegiatan diseminasi yang dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan

keterampilan untuk menerapkan teknologi baru, misalnya melalui ceramah, pameran dan

percontohan, yang bisa dilakukan melalui alat bantu berupa film atau video yang

menggambarkan bagaimana menerapkan teknologi baru. Dengan cara ini petani akan dapat

mengadopsi teknologi baru, tetapi hanya sesuai dengan contoh dan sarana yang diberikan.

Adposi akan terhenti kalau bantuan sarana produksi dan arahan juga dihentikan.

Kapasitas

Karakteristik Pribadi:

•Tk Pendidikan

•Pegalaman Usaha

•Tk Pendapatan

•Pekerjaan:

-Pokok

-Sambilan

•dsb

Kapasitas diri:

•Pengetahuan

•keterampilan

•Sikap

•Percaya Diri

•Komitmen

•Kewirausahaan

•dsb

Kapasitas

Sumberdaya dan

Sarana:

•Lahan

•Modal Usaha

•Pasar

•dsb

Kemajuan Usaha

Kemampuan

Usaha

Kesempatan

Usaha

Teknologi Inovasi Lain

Penerimaan Inovasi:

•Kesesuaian

•Kerumitan

•Triabilitas

•Observabilitas

•Keuntungan

Adopsi Inovasi

Pengembangan

Usaha

PEMAHAMAN DIRI POTENSI/KESIAPAN DIRI PENGENALAN INOVASI

Kapasitas

Karakteristik Pribadi:

•Tk Pendidikan

•Pegalaman Usaha

•Tk Pendapatan

•Pekerjaan:

-Pokok

-Sambilan

•dsb

Kapasitas diri:

•Pengetahuan

•keterampilan

•Sikap

•Percaya Diri

•Komitmen

•Kewirausahaan

•dsb

Kapasitas

Sumberdaya dan

Sarana:

•Lahan

•Modal Usaha

•Pasar

•dsb

Kemajuan Usaha

Kemampuan

Usaha

Kesempatan

Usaha

Teknologi Inovasi Lain

Penerimaan Inovasi:

•Kesesuaian

•Kerumitan

•Triabilitas

•Observabilitas

•Keuntungan

Adopsi Inovasi

Pengembangan

Usaha

PEMAHAMAN DIRI POTENSI/KESIAPAN DIRI PENGENALAN INOVASI

Page 9: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

D. Prospek kegiatan penyuluhan dalam diseminasi teknologi pertanian

Prospek kegiatan penyuluhan dalam diseminasi teknologi pertanian sangat

baik karena banyak hasil inovasi teknologi baru yang belum diketahui oleh petani.

Juga adanya praktek-praktek/cara-cara baru/metode baru dalam kegiatan pertanian.

Kebutuhan tentang pentingnya informasi untuk diajarkan kepada petani juga penting

dan rendahnya tingkat pendidikan petani. Perlunya menginformasikan adanya

kebijakan baru dalam pertanian dan adanya masalah-masalah yang dihadapi di

lapangan.

Potensi bidang pertanian untuk memberikan pendapatan yang cukup tinggi

sebenarnya cukup besar, tetapi tergantung pada penyediaan dan diseminasi inovasi

teknologi pertanian yang benar-benar sesuai dengan kondisi biofisik, sosial, budaya

dan kapasitas petani. Telah banyak inovasi teknologi spesifik lokasi disediakan, tetapi

baru dengan memperhatikan faktor biofisik dan beberapa faktor demografi, dan

pemanfaatan inovasi teknologi masih terbatas. Demikian pula cara diseminasi inovasi

teknologi pertanian ataupun penyuluhan pertanian juga masih bersifat “top-down”

dan lebih berorientasi pada peningkatan produksi, dengan asumsi bahwa peningkatan

produksi pertanian akan meningkatkan pendapatan petani. Kenyataan menunjukkan

bahwa hal demikian tidak selalu benar, peningkatan produktivitas dan produksi tidak

selalu dapat meningkatkan pendapatan petani. Masih banyak faktor lain yang

mempengaruhi pendapatan petani. Hal-hal ini juga perlu diketahui dalam penentuan

cara pelaksanaan penyediaan dan diseminasi inovasi teknologi pertanian. Oleh karena

itu, prospek penyuluhan dalam diseminasi pertanian sangat dibutuhkan untuk

menunjang kegiatan budidaya pertanian.

Pada umumnya para petani di Indonesia berpendapatan rendah, sehingga

banyak yang mempunyai sifat-sifat yang menghambat kemajuannya, seperti: (i)

kapasitas diri petani yang rendah, (ii) pendidikan rendah, sehingga pengetahuan dan

wawasannya juga terbatas, yang berakibat pula pada daya inisiatif yang rendah pula,

(iii) apatis akibat usaha yang telah dilakukan bertahun-tahun tidak menghasilkan

seperti yang diharapkan, (iv) kemauan usaha rendah, karena keadaan lingkungannya

yang tidak mendukung untuk melakukan usaha, (v) kurang percaya diri akibat

usahanya yang sering tidak berhasil, sehingga komitmen terhadap usaha pertanian

juga rendah, (vi) tidak memiliki modal dan sarana baik untuk produksi maupun

pengolahan hasil produksi, dan (vii) kurang terjangkau prasarana dan sarana sehingga

tertinggal dari petani lainnya dalam informasi ataupun pembangunan.

Page 10: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

Selain itu, belum banyak terjadi perubahan tingkat pendidikan yang berarti

terhadap tenaga kerja pertanian, di Indonesia. Hal ini menunjukkan pula bahwa

pendekatan kepada petani dalam pembangunan pertanian harus berubah pula. Potensi

untuk meningkatkan kontribusi petani dalam pembangunan pertanian umumnya dan

meningkatkan pendapatannya cukup meningkat. Selain itu, petani mempunyai potensi

yang cukup besar untuk dapat dikembangkan, antara lain, (i) jumlahnya yang cukup

banyak, (ii) mempunyai potensi sebagai individu yang masih dapat dikembangkan,

terutama kapasitas, pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya, (iii) mereka sudah biasa

untuk mengatasi masalah yang sulit, dan (iv) berpengalaman dalam memanfaatkan

sumberdaya yang minimum. Potensi-potensi ini perlu dimanfaatkan dalam

penyediaan inovasi teknologi pertanian melalui penyuluh sehingga dapat diterapkan

dengan sebaik-baiknya.

Sifat inovasi/teknologi penting yang umumnya menjadi perhatian para petani,

meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Tingkat kesesuaian inovasi/teknologi dengan keadaan dan kebiasaan di lokasi

petani. Teknologi baru yang mempunyai banyak kesamaan dengan teknologi

yang biasa diterapkan oleh petani akan mempunyai potensi yang lebih besar

untuk diterima dan diadopsi oleh petani daripada yang benar-benar baru.

b. Tingkat kompleksitas atau kerumitan menentukann dapat tidaknya

inovasi/teknologi diterima dan diadopsi oleh petani. Termasuk dalam kerumitan

ini ialah tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk

menerapkan teknologi, mudah tidaknya memperoleh sarana produksi yang

diperlukan untuk mengadopsi teknologi yang dikenalkan/ dianjurkan, dan pasar

untuk hasil usahanya.

c. Umumnya petani tidak akan begitu saja menerima teknologi baru untuk di adopsi

di semua lahannya. Mereka ingin mencoba dulu teknologi tersebut sebelum

memutuskan untuk menerapkannya di lahannya. Mudah tidaknya suatu teknologi

baru di coba akan menentukan tingkat penerimaan atau adopsi teknologi tersebut.

d. Berdasarkan pengamatan petani sendiri, teknologi yang mudah diamati

penampilannya dan memberikan perbedaan yang menonjol dibandingkan dengan

yang biasa di gunakan akan lebih cepat di terima dan diadopsi daripada yang sulit

Page 11: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

diamati dan kurang menunjukkan kelebihan dibandingkan dengan penampilan

teknologi yang biasa di pergunakan.

e. Keuntungan yang dapat diharapkan dari inovasi/teknologi. Keuntungan dalam

hal ini ialah keuntungan nyata yang dapat diterima oleh petani yang

bersangkutan, berdasarkan hasil mencoba teknologi yang diperkenalkan/

dianjurkan atau berdasarkan pengalaman teman petani lain.

E. Tantangan kegiatan penyuluhan dalam diseminasi teknologi pertanian

Kegiatan penyuluhan dalam diseminasi teknologi pertanian akan menghadapi

berbagai masalah yang timbul , baik dari dalam maupun dari luar. Pertumbuhan

populasi penduduk di tengah-tengah semakin sempitnya lahan pertanian, sehingga

usaha tani harus terus meningkatkan produktivitas, mutu produk, dan semakin

meningkatkan efisiensinya, sesuai dengan perubahan perilaku masyarakat luas

sebagai konsumen sekaligus penerima manfaatnya. Di samping itu, kegiatan

penyuluhan pertanian akan semakin banyak memerlukan dukungan teknologi

informasi dan komunikasi, baik interpersonal maupun penggunaan multimedia.

Tentang penggunaan media penyuluhan, seiring dengan kemajuan teknologi dan

perubahan kebutuhan masyarakat, perlu dikembangkan pemanfaatan media

elektronika, utamanya multimedia dan teleconference. Meskipun demikian,

penggunaan media-cetak dan media interpersonal tetap harus dikembangkan guna

mendukung kegiatan ”sekolah-lapang” dan proses ”belajar-bersama” yang

partisipatif. Kegiatan penyuluhan pertanian akan semakin banyak memerlukan

dukungan teknologi informasi dan komunikasi, baik interpersonal maupun

penggunaan multimedia.

Seiring berjalannya waktu penyuluhan mulai bergeser dari agen transfer

teknologi mulai merambah dalam tataran penyedia public goods. Tantangan masa

depan pertanian adalah penyuluh memiliki fungsi transfer teknologi, fasilitasi, dan

fungsi penasihat. Teknologi informasi dan komunikasi perlu dimanfaatkan dan

dikuasai untuk menunjang berbagai fungsi tersebut (Subejo,2013). Dalam pemaparan

tema penyuluhan pertanian harus mengikuti isu yang sedang berkembang di

masyarakat luas sehingga besar harapan petani mampu menjawab tantangan

perubahan iklim dan perdagangan bebas. Sehingga terbentuklah petani yang memiliki

mindset yang menguntungkan.

Page 12: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

Secara umum, rumusan tantangan penyuluhan dalam kegiatan diseminasi

teknologi baru ialah sebagai berikut:

1. Perlunya pengembangan Informasi dan teknologi pembangunan pertanian

yang dibutuhkan masyarakat untuk memperoleh informasi dan ide-ide baru guna

mengembangkan usahataninya agar dapat menghadapi kompleksitas pola permintaan

konsumen, mengurangi kemis-kinan, serta terus menjaga kelestarian sumberdaya

alam dan ling-kungannya.

2. Pembiayaan penyuluhan dan penyebar-luasannya yang melekat pada mandat

yang diembannya, yaitu:

a) Tugas-tugas pokok

b) Ketergantungannya terhadap kebijakan pemerintah dan fungsi lembaga-

lembaga lainnya

c) Masalah-masalah yang diakibatkan dan berdampak pada kemauan politik

serta dukungan finansialnya

d) Keterandalannya sebagai lembaga layanan informasi dan pengetahuan baru

e) Keberlanjutan fiskal, dan

f) Interaksinya dengan tumbuh dan berkembangnya ilmu penge-tahuan dan

teknologi.

Khusus yang berkaitan dengan proses adopsi inovasi ada sepuluh hambatan

atau barrier adopsi, yang meliputi:

1) Kompleksitas, yang disamping mempersulit kermampuan petani untuk

memahami dan menerapkannya, seringkali juga berakibat pada meningkatnya

resiko (kegagalan) yang akan dideritanya.

2) Divisibilitas, yang seringkali tidak dijumpai dalam rekomendasi penyuluh yang

lebih cenderung menawarkan “paket teknologi” yang harus dilaksanakan secara

serentak (simultan).

3) Inkompatibilitas, yang sering tidak sesuai dengan tujuan petani dan

usahataninya.

4) Nilai ekonomis inovasi, yang tidak selalu dapat memenuhi nilai-nilai non-ekonomi

yang dikehendaki oleh petaninya.

5) Resiko dan ketidak-pastian, yang tidak hanya disebabkan oleh ketergantungan

usahatani kepada kondisi alam dan lingkungannya yang menetukan keberhasilan

panennya, tetapi juga resiko dan ketidak-pastian pemasaran/harga produk.

Page 13: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

6) Konflik informasi, karena petani menerima informasi dari beragam sumber yang

belum tentu sepakat terhadap kemanfaatan serta dapatnya diterapkan.

7) Keharusan penggunaan modal dari luar, yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh

petani sendiri, seperti: benih, pestisida, peralatan, dan mesin-mesin pertanian.

8) Biaya intelektual, khususnya terhadap inovasi yang datang dari luar yang belum

mampu dipahami oleh petaninya, sehingga mereka harus mengeluarkan biaya-

intelektual sebelum dapat mengadopsinya.

9) Hilangnya fleksibilitas, yang biasanya dimiliki oleh petani tradi-sional, untuk

menyesuaikan komoditi dan pola usahataninya dengan keadaan iklim dan kondisi

alam lain yang tidak menentu.

10) Prasarana fisik dan sosial (kelembagaan) yang belum tentu tersedia dengan mutu

dan layanan sebaik yang diharapkan.

Berkaitan dengan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh kegiatan

penyuluhan pertanian tersebut ada delapan tantangan-generik yang sedang dihadapi

penyuluhan pertanian dalam diseminasi teknologi pertanian, yaitu:

1) Skala dan kompleksitas dari tugas-tugas penyuluhan. Skala, berkaitan dengan luas

wilayah dan jumlah manusia yang terlibat. Sedang kompleksitas berkaitan dengan

sumber infor-masi, stakeholders, serta mitra-kerja dalam kegiatan penyuluhan

(pembangunan) pertanian.

2) Ketergantungannya terhadap kebijakan pemerintah dan fungsi lembaga-lembaga

lainnya, yang berakibat pada efektivitas inves-tasi penyuluhan, efektivitas

kelembagaan dan kebijakan, serta efisiensi pemanfaatan sumberdaya yang dapat

diakses.

3) Ketidak-mampuan untuk menelusuri hubungan penyebab dan akibat yang

ditimbulkan oleh kegiatan penyuluhan, kaitannya dengan: masalah-masalah yang

dihadapi, dukungan politis, alokasi anggaran, dan akuntabilitas kegiatan penyuluhan.

4) Komitmen dan dukungan politis, terutama pada kondisi seringnya terjadi

pergantian (pemegang) kekuasaan.

5) Akuntabilitas, yang menyangkut kinerja penyuluhan, kinerja personil, dan kinerja

staf yang berhubungan dengan petani (penyuluh, peneliti, dll)

6) Kelayakan sebagai lembaga layanan pengetahuan dan informasi, yang harus

menjangkau semua kelompok-sasaran, aparat peme-rintah di lapis terbawah, dan

stakeholders lain yang memerlu-kannya

Page 14: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

7) Keberlanjutan operasionalisasi fiskal dan sumberdaya yang lain, baik karena

ketidakpastian anggaran maupun rendahnya pengem balian dana yang telah

digunakan untuk kegiatan penyuluhan.

8) Interaksi dengan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan kaitannya dengan mutu

pesan-pesan yang disamapaikan melalui kegiatan penyuluhan, yang tercermin pada

keterkaitan antara penyuluhan dengan penelitian.

Khusus yang menyangkut interaksi atau keterkaitan antara kegiatan

penyuluhan dan penelitian, terdapat tiga hal pokok yang perlu dicermati, yaitu:

1) Efektivitas adopsi teknologi, karena kesenjangan tingkat pendi-dikan antara

peneliti, penyuluh, dan masyarakat penggunanya.

2) Tantangan penelitian, kaitannya dengan tingginya biaya atau kor-banan yang harus

ditanggung penggunanya

3) Pentingnya memerankan “pengusaha yang berhasil” sebagai aktor-panutan yang

sekaligus dapat dijadikan tenaga sukarela dalam kegiatan penyuluhan pertanian.

F. Kekuatan penyuluhan dalam diseminasi teknologi pertanian

Kekuatan kegiatan penyuluhan dalam diseminasi teknologi pertanian yaitu

(Rivera and Cary, 1991) yaitu:

a. Iklim ekonomi dan Politik, yaitu perlunya diseminasi publik kepada

masyarakat seiring dengan majunya perekonomian dan perpolitikan negara. Krisis

ekonomi dan politik yang melanda pada akhir abad 20, banyak negara yang tidak

lagi mampu membiayai kegiatan publik di tengah-tengah tuntutan demokratisasi.

Karena itu, kegiatan penyuluhan harus dilaksanakan secara lebih efisien untuk dapat

melayani kelompok sasaran yang lebih luas. Akibatnya, penyuluhan menjadi penting

karena dapat mengefisienkan sumberdaya, tenaga, waktu, dan biaya karena

mempermudah jalannya diseminasi teknologi baru dari pusat ke masyarakat.

b. Konteks sosial di wilayah pedesaan yaitu masyarakat pedesaan relatif

berpendidikan, lebih banyak memperoleh informasi dari media masa serta terbuka

dari isolasi geografis, lebih memiliki aksesibilitas dengan kehidupan bangsanya

sendiri dan dunia internasional sehingga mempermudah kegiatan diseminasi

teknologi pertanian karena masyarakat makin terbuka akan hal baru mengenai

aturan/kebijakan, persyaratan pasar, serta kebutuhan masyarakat akan beragam

Page 15: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

layanan seperti: pelatihan, spesialisasi, pelatihan kompetensi dan bentuk-bentuk

organisasi.

c. Sistem Pengetahuan yang meningkat menjadikan kegiatan diseminasi mudah

diterima, diadopsi, dan disebarluaskan sehingga akan mudah terjadi perubahan dari

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang apada akhirnya menjadikan petani

menerapkan teknologi baru tersebut dan eknologi informasi

d. Perkembangan telekomunikasi dan penggunaan komputer pribadi/ PC akan

sangat berpengaruh terhadap kegiatan penyuluhan pertanian di masa depan.

Kelompok sasaran yang memiliki kemam-puan memanfaatkan teknologi

informasi/IT akan relatif lebih independen. Dengan demikian, fungsi penyuluh tidak

lagi “menyampaikan pesan” melainkan lebih bersifat fasilitatif dan konsultatif, dan

karena itu akan menuntut jalinan interaksi partisipatip yang semakin intensif dengan

kelompok-sasarannya.

G. Kelemahan penyuluhan dalam diseminasi teknologi pertanian

a. Pemanfaatan sumberdaya pembangunan

Sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh

beraga dinas/ instansi, maka sering terjadi kegiatan penyuluhan tentang suatu aspek

kehidupan yang sama tetapi dilaksanakan oleh banyak pihak, padahal semestinya

dapat dilakukan oleh seorang penyuluh yang sama. Praktek-praktek penyuluhan

seperti ini dapat dilihat misalnya pada penyuluhan kesehatan masyarakat, yang

dilakukan oleh : PKK dan Puskesmas (melalui Posyandu), Penyuluh Pertanian

(melalui UPGK), juru penerang, LSM, dll.

b. Ketidakpaduan dan Kompetisi antar Sektor

Seperti telah disinggung, kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh

masing-masing dinas/ instansi terkait seringkali menjadi tidak padu bahkan cenderung

berebut lahan dan popularitas, demi tercapainya target-target sektoral atau

subsektoral. Sehingga tidaklah mengherankan jika keadaan seperti itu dapat

menimbulkan kesenjangan psikologis antar aparat penyuluhan di lapangan.

Page 16: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

c. Keterbatasan wawasan dan pola pikir aparat penyuluh

Keterbatasan wawasan dan pola berpikir sektoral (atau bahkan sub-sektor

yang dimiliki oleh aparat penyuluh di lapangan harus dihadapi, sebagai akibat demi

tercapainya target-target sektor/ sub-sektornya. Perilaku seperti ini, nampaknya telah

dapat diselesaikan dengan baik di meja rapat koordinasi (baik pada saat perencanaan

atau pemantauan/ evaluasi). Akan tetapi dalam pelaksanaan di lapangan, penyakit

seperti itu sangat sulit disem-buhkan karena sebagai aparat yang baik, harus dapat

mengamankan dan mensukseskan program serta target dinas/ instansinya sendiri-

sendiri.

d. Kepentingan masyarakat sasaran

Ditinjau dari kepentingan masyarakat selaku penerima manfaat penyuluhan,

kegiatan penyuluhan pembangunan yang diprogram dan dilaksanakan oleh beragam

instansi sektoral (melalui penyuluhnya masing-masing) akan menyita waktu dan

perhatian tokoh-tokoh masyarakat yang bersangkutan hanya untuk menerima

kehadiran, mendengar kan penyuluhan, dan kegiatan lain yang dirancang oleh

masing-masing penyuluhnya; sehingga waktu yang tersedia untuk mengelola

kegiatannya sendiri, dan waktu serta perhatiannya untuk mengorganisir dan

menggerakkan partisipasi anggotanya menjadi relatif sangat terbatas.

Page 17: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

III. PENUTUP

Kegiatan diseminasi teknologi pertanian sangat diperlukan untuk menunjang

keberlanjutan sektor pertanian. Kegiatan ini mutlak diperlukan di Indonesia

mengingat masih sedikitnya petani maju yang sudah berhasil di sektor pertanian.

Diseminasi teknologi baru merupakan harapan petani dan pemerintah karena dapat

mengubah pengetahuan petani yang sebelumnya tidak mengerti teknologi peningkatan

produksi menjadi tahu. Selain itu, petani dengan adanya teknologi baru hasil riset

dapat mensejahtarakan petani karena petani makin terampil dalam operasional usaha

tani, mampu menciptakan pola dan sistem budidaya tanaman yang tepat, dan pada

akhirnya meningkatkan produktivitas tanaman yang imbasnya pada peningkatan

keuntungan petani. Tidak hanya itu, melalui peningkatan produksi hasil pertanian,

Indonesia akan mendapat devisa lewat komoditas ekspor sehingga mendongkrak

perekonomian bangsa, meningkatkan kesempatan kerja, dan memberatas rantai

kemiskinan.

Dalam praktiknya, kegiatan penyuluhan dalam diseminasi teknologi pertanian

tidak lepas dari hambatan dan tantangan. Hasil perkembangan riset perlu di update

secara terus menerus sehingga menjadikan pekerjaan tersendiri bagi para peneliti dan

penyuluh yang menerima informasi tersebut. Selain itu, juga memerlukan penguaaan

materi dari penyuluh, metode penyuluhan yang tepat, dan ajakan yang tepat dengan

kondisi petani agar mereka mau mengadopsi teknologi baru tersebut. oleh karena itu,

teknologi baru yang akan disebarluaskan harus memenuhi tiga syarat yani, secara

teknis dapat diterapkan, secara ekonomi menguntungkan, dan secara sosial dapat

diterima, serta ramah lingkungan.

Page 18: Prospek Penyuluhan Dalam Diseminasi Teknologi Pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, M.O. 1996. Proses perakitan, pengkajian dan pengembangan teknologi

pertanian.Prosiding Lokakarya BPTP/LPTP se Indonesia, BPTP Naibonat 1996.

BPS. 2012.Sosial Kependudukan, BPS Jakarta.

Gonzales, H. 1988. Efek komunikasi massa dalam Amri Jahi. Komunikasi Massa dan

Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga : Suatu Pengantar. Gramedia.

Jakarta.

Hanafi, Abdillah. 1981. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.

Rivera, W.M., and Gustafson,D.J.(1991). New roles and responsibilities for public sector

agricultural extension. In W.M. Rivera and Gutafson (Eds), Agricultural extension:

Worldwide institutional evolution and forces for changes. Amsterdam: Elsevier

Science Publishers.

Rivera, WM. and J.W. Cary. 1997. Privatizing Agricultural Extension. In. Swanson (ed).

Improving Agricultural Extension. Rome: FAO.

Slamet, M. 2000. Memantapkan Posisi dan Meningkatkan Peran Penyuluhan Pembangunan

Dalam Pembangunan. Disampaikan dalam Seminar Pemberdayaan Sumberdaya

Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani di Bogor, 25-26 September 2000.

Swanson. 1997. Improving Agricultural Extension. Rome: FAO.

Subejo. 2013. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Jakarta : Universitas

Indonesia Press.