PROSIDING - Unand

209

Transcript of PROSIDING - Unand

Page 1: PROSIDING - Unand
Page 2: PROSIDING - Unand
Page 3: PROSIDING - Unand

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI

“Kolaborasi dan Sinergi untuk Peningkatan Daya Saing Lulusan Pendidikan

Tinggi dalam Pasar Bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN"

Padang, 25 Oktober 2016

Editor

Dr. Rika Ampuh Hadiguna Fakultas Teknik, Universitas Andalas

Jonrinaldi, Ph.D Fakultas Teknik, Universitas Andalas

Dr. Yulia Hendri Yeni, SE., MT., Ak LP3M, Universitas Andalas

Dr. Nofialdi LP3M, Universitas Andalas

Nilda Tri Putri, Ph.D LP3M, Universitas Andalas

Editor Pelaksana

Nofri Dodi, ST, M.Pd, MT LP3M, Universitas Andalas

Aprianova, S.Kom LP3M, Universitas Andalas

Mitra Bestari

Prof. Togar M. Simatupang, Ph.D Institut Teknologi Bandung

Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, MSi Universitas Sriwijaya

Dr. Mahriyuni, M. Hum Universitas Negeri Medan

Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP Universitas Udaya

Dr. Adjar Pratoto Universitas Andalas

Page 4: PROSIDING - Unand

KATA SAMBUTAN

Dengan mengucapkan syukur ke hadhirat Allah s.w.t., laporan kegiatan “Seminar

Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi (SNPPT) II Tahun 2016 dengan tema

“Kolaborasi dan Sinergi untuk Peningkatan Daya Saing Lulusan Pendidikan Tinggi

dalam Pasar Bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN". telah selesai disusun. Kegiatan

SNPPT II Tahun 2016 telah dilaksanakan sesuai rencana dengan hasil sesuai dengan

harapan. Kegiatan dilaksanakan pada 25 Oktober 2016 di Hotel Grand Inna Muara,

Padang.

Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk

peningkatan daya saing lulusan melalui reformasi kurikulum dan/atau pengembangan

metoda pembelajaran. Dari seminar ini, diperoleh praktik baik dalam pengembangan

pendidikan tinggi, khususnya pengembangan kurikulum dan metoda pembelajaran, dari

peserta-peserta seminar dan narasumber untuk menghasilkan lulusan yang berdaya

saing tinggi dalam lingkungan yang semakin kompetitif di tengah ketidak pastian

keekonomian global.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

mendukung kegiatan ini sehingga dapat terlaksana dengan sukses.

Padang, 25 Oktober 2016

Ketua LP3M Unand,

Dr. Yulia Hendri Yeni, SE., MT., Ak

NIP 196407021990012001

Page 5: PROSIDING - Unand

PRAKATA

Prosiding ini adalah salah satu luaran dari Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan

Tinggi (SNPPT) II Tahun 2016 dengan tema “Kolaborasi dan Sinergi untuk

Peningkatan Daya Saing Lulusan Pendidikan Tinggi dalam Pasar Bebas Masyarakat

Ekonomi ASEAN” yang telah dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2016 di Padang,

Sumatera Barat.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menggalang ide, pengalaman, dan praktik-baik

dari kolega, akademisi, pakar pendidikan, dan pemangku kepentingan untuk dijadikan

landasan dalam perencanaan strategis peningkatan daya saing lulusan melalui reformasi

kurikulum peningkatan, teknik pembelajaran ataupun peningkatan kelembagaan

pendidikan tinggi. Penerima manfaat langsung dari kegiatan ini adalah program studi

dalam bentuk peningkatan kaasitas institusi melalui peningkatan kapasitas dosen dalam

pengembangan kurikulum dan metoda pembelajaran serta peningkatan mutu lulusannya.

Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

telah mendukung terselenggaranya kegaitan ini. Semoga prosiding ini memberikan

manfaat terhadap peningkatan mutu pendidikan tinggi di Indonesia.

Ketua Panitia Seminar,

Dr. Rika Ampuh Hadiguna, IPM

Page 6: PROSIDING - Unand

v

DAFTAR ISI

Kata Sambutan

iii

Prakata

iv

Daftar Isi

v

Implementasi Softskill Speedreading pada Kurikulum dan Pengaruhnya Terhadap

Peningkatan Pemahaman Membaca Mahasiswa di Fakultas Kedokteran

Universitas Syiah Kuala

Sofia, Tilaili Ibrahim, Iskandar Abdul Samad, Siti Sarah Fitriani

1

Penerapan Berbagai Metode SCL (Metode SGD, PBL Dan PjBL) Pada

Matakuliah PMPA Untuk Pengembangan Softskills Mahasiswa

Nuraini Budi Astuti , Zulvera, Elfi Rahmi, Rafnel Azhari

9

Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Vokasi Berbasiskan Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia/SKKNI (Studi Kasus Program Studi di

Politeknik ATI Padang)

Zulhamidi, Ester Edwar

17

Pengembangan dan Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw

Berbasis KBK Mengacu pada KKNI pada Program Studi Manajemen 2010

Universitas Trilogi Jakarta

M. Faisal

24

Teknologi Pasca Panen Ayam Potong (BROILER)

Milda Metia

32

Penerapan Project Based Learning (PjNL) Dalam Meningkatkan Kemampuan

Manajemen Kelompok Pada Kewirausahaan Teknologi

Rika Hariance, Afrianingsih Putri, Nofialdi

39

Resep Unggulan Peningkatan Nilai TOEFL

Iskandar Abdul Samad, Hizir, Usman Kasim, Siti Sarah Fitriani, Faisal Mustafa

48

Desain Visual Display Pada Ruang Proses Produksi (Studi Kasus PT. XYZ)

Riko Ervil

54

Page 7: PROSIDING - Unand

vi

Metoda Pembelajaran Peer Tutor Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan

Berpikir Kritis Dan Keterampilan Keperawatan Klinik

Yulastri Arif, Widya Francisca, Rezi Prima

61

Pengembangan Metode Pembelajaran Dan Asesmen Mahasiswa Pada Mata

Kuliah Arsitektur Dan Organisasi Komputer

Tati Erlina

70

Penerapan Metode Delphi dalam Perumusan Instrumen Audit Mutu Internal

Program Sarjana Universitas Andalas

Nilda Tri Putri, Difana Meilani, Ratri Fradinda Wulan

79

Penerapan Metode Project-Motivated Learning pada Mata Kuliah Matematika

Dasar

Mahdhivan Syafwan

87

Menuju Paradigma Baru Metode Pengajaran di Fakultas Teknik Universitas

Andalas Berdasarkan ABET dan KKNI–SNPT

Dedison Gasni

96

Pengembangan Metode Pembelajaran Project Based Learning Berbasis Internet

Dan Media Sosial

Muhammad Makky, Omil Charmyn Chatib

105

Penerapan Sistem Evaluasi Berbasiskan Rubrik dalam Pengukuran Capaian

Pembelajaran dalam Kompetensi Kemampuan Perancangan Lulusan di Jurusan

Teknik Mesin Universitas Andalas

Eka Satria, Meifal Rusli

112

Pembinaan Karakter/Agama Wujud Nyata dari Student Center Learning (SCL)

Nilma Suryani

123

Perumusan Capaian Pembelajaran Kurikulum Program Studi Sistem Komputer

Mengacu Pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

Derisma

131

Penerapan Metode Project Based Learning melalui Presentasi Blog dan Simulasi

Darwison

144

Page 8: PROSIDING - Unand

vii

Penerapan Penggunaan Media Belajar “LogBook” dalam Proses Belajar

Mahasiswa pada Mata Kuliah Teori Getaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Andalas

Nofri Dodi

151

Peranan dan Fungsi Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu

(LP3M) Universitas Andalas dalam Meningkatkan Akreditasi Program Studi di

Lingkungan Universitas Andalas Andalas

Nofri Dodi

162

Langkah Maju Universitas Andalas Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA)

Benny Dwika Leonanda

170

Implementasi Metode Socrates di Perguruan Tinggi Untuk Meningkatkan Daya

Saing Lulusan

Afrizal Aziz

179

Optimalisasi Pembinaan Karakter Mahasiswa Yang Berdaya Saing di Universitas

Syiah Kuala

Nur Wahyuniati, Marwan, Sofia

184

Peranan Laboratorium Bioteknologi Halal Mewujudkan Bioindustri untuk

Meningkatkan Pendapatan Rakyat

Endang Purwati, Hendri Purwanto

192

Pengembangan Metode Pembelajaran Studi Kasus (Case Study) Sebagai Salah

satu Upaya Peningkatan Daya Saing Mahasiswa Universitas Andalas

Verinita

196

Dampak Anticipatory Socialization terhadap Ethical Orientation Mahasiswa

Akuntansi Universitas Andalas

Hansel Jordan Wijaya, Yulia Hendri Yeni

201

Page 9: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

1

ISBN: 978-602-60613-0-0

Implementasi Softskill Speedreading pada Kurikulum dan

Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Pemahaman Membaca

Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Sofia1,2, Tilaili Ibrahim3, Iskandar Abdul Samad4,5, Siti Sarah Fitriani6

1Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu Unsyiah 2Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Darussalam-Banda Aceh

Email: [email protected] 3Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Darussalam-Banda Aceh

Email: [email protected] 4Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu Unsyiah

5Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Email: [email protected] 6Tim Pengembangan Mutu Akademik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Unsyiah

Email: [email protected]

Abstrak

Membaca adalah salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik

khususnya mereka yang belajar di tingkat universitas, karena dalam kegiatan

belajar mereka diharuskan untuk membaca berbagai referensi terkait bidang

ilmu masing-masing. Membaca membutuhkan strategi untuk membantu peserta

didik memahami bahan bacaan. Salah satu strategi membaca adalah

speedreading. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendesain dan menguji

bahwa pelatihan speedreading dapat meningkatkan kecepatan membaca dan

pemahaman pada mahasiswa. Metode yang dipakai adalah studi kasus dengan

melibatkan 252 mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Syiah Kuala

yang mengikuti enam kali sesi pelatihan dan tiap sesi lamanya 120 menit. Data

yang diambil adalah hasil tes membaca (pre-test dan post-test) dan juga

beberapa catatan dari observasi yang dilakukan di dalam kelas. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa enam kali sesi pelatihan dinyatakan cukup

dalam melakukan pelatihan untuk meningkatkan kecepatan membaca dan

pemahaman. Kegiatan pelatihan yang dilakukan dalam bentuk praktikum

menunjukkan bahwa kecepatan membaca berpengaruh kuat terhadap

pemahaman (r = 0,798).

Kata kunci: speedreading, softskill, pemahaman

Pendahuluan

Kemajuan di bidang informasi dan teknologi sangat memengaruhi perkembangan di bidang

pendidikan. Berbagai aplikasi dan produk teknologi yang dihasilkan mendorong proses

Page 10: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

2

ISBN: 978-602-60613-0-0

belajar mengajar berlangsung dengan baik. Perguruan Tinggi (PT) sebagai wadah

pendidikan bagi mahasiswa mengembangkan keilmuwan dan kreativitas akan terus

berupaya menyediakan dan memberikan pelayanan terbaik kepada para civitasnya

terutama kepada mahasiswa. Transfer ilmu pengetahuan dari dosen ke mahasiswa akan

optimal bila manajemen akademik PT disusun dan dijalankan secara baik serta didukung

dengan strategi dan perumusan teknik pembelajaran yang baik oleh PT.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat, meningkat

pula penerbitan bahan bacaan terkait ilmu pengetahuan pada bidang yang berbeda. Bahan

bacaan tersebut sangat bermanfaat khususnya bagi peserta didik dari jenjang sekolah dasar

sampai perguruan tinggi. Studi ini berasumsi bahwa peserta didik harus mempunyai

keterampilan membaca yang baik untuk dapat menyerap ilmu dari bahan bacaan yang

tersedia. Membaca adalah suatu proses mengkonstruksi makna da riteks yang dibaca

(Snow & Sweet, 2003) sehingga dapat dipahami dan dipergunakan sesuai kebutuhan ilmu

peserta didik. Tujuan dari aktifitas membaca adalah pemahaman (Palincsar, 2003). Pada

sebuah aktifitas belaja rmengajar, seorang guru ataupun dosen harus memastikan bahwa

peserta didik paham betulin formasi yang mereka baca. Untuk membantu pemahaman

membaca, peserta didik memerlukan strategi (Grabe, 2010). Guru ataupun dosen dapat

memperkenalkan strategi membaca dalam kegiatan belaja rmengajar.

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala sebagai fakultas yang memperoleh akreditasi

terbaik (A) di tahun 2016, telah menerapkan sistem pembelajaran dengan kurikulum

berbasis kompetensi dengan metode Problem-Based Learning (PBL) sejak tahun 2006.

Sistem dan metode pembelajaran seperti ini memberi peluang kepada mahasiswa

kedokteran untuk menguasai materi perkuliahan dengan baik yang juga terpapar dengan

ketrampilan klinik lebih awal. Selain itu, metode PBL juga menuntut mahasiswa

melaksanakan kegiatan belajar mandiri lebih banyak.

Metode PBL ini pertama sekali dikembangkan pada mahasiswa pendidikan dokter di

McMaster University pada tahun 1960-an. Metode ini terbukti mampu memberikan

pemikiran tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan kreatif, menghargai pendapat

orang lain, pembelajaran diri sendiri (self-directed learning), melaksanakan komunikasi

efektif, mengasah keterampilan kepemimpinan (leadership skills), dan penggunaan sumber

bacaan yang relevan dan bervariasi. Metode PBL bersifat integratif, terstruktur dengan

baik, memfasilitasi proses belajar melalui diskusi kelompok kecil dan besar, dan

memperbanyak waktu belajar mandiri. Metode ini juga terbukti mampu membantu

mahasiswa menyelesaikan permasalahan dalam memahami materi pada blok untuk

diselesaikan dengan cepat dan tepat (Barrows and Tamblyn, 1980).

Untuk mendorong tercapainya sasaran pembelajaran yang tepat bagi peserta didik di

fakultas kedokteran, peserta didik sangat memerlukan bimbingan dan arahan agar

menguasai materi kuliah dengan bahan ajar bervariasi. Salah satu keterampilan dasar yang

harus diberikan dan sangat membantu peserta didik adalah keterampilan membaca dengan

strategi speedreading.

Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh implementasi keterampilan

speedreadingsebagai softskilldalam meningkatkan kecepatan membaca dan pemahaman

Page 11: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

3

ISBN: 978-602-60613-0-0

terhadap bahan bacaan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

melalui pelatihan dalam bentuk praktikum.

Kajian Literatur

Speedreading

Kajian tentang membaca cepat (speedreading) telah banyak dibahas oleh para peneliti.

Krumian’s (1999) menyatakan bahwa dalam memperdalam kemampuan membaca cepat

untuk meningkatkan kecepatan dan pemahaman bacaan, perlu adanya pelatihan. Studi

Krumian ini merekomendasikan perlu adanya pelatihan yang banyak untuk dapat mencapai

tujuan itu. Keterampilan speedreading ini sangat membantu peserta didikmenjadi terampil

dalam memilih bahan bacaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dari tiap blok

dengan waktu yang efektif dan efisien. Speedreading merupakan salah satu teknik

membaca dengan cara menentukan pikiran pokok dengan melatih gerakan mata secara

cepat. Kecepatan membaca selalu diiringi dengan pemahaman terhadap bahan bacaan yang

dibaca.

Kemampuan membaca cepat memerlukan kemampuan motorik atau visual dan

kemampuan kognitif. Membaca cepat juga merupakan perpaduan antara kecepatan

membaca dengan pemahaman isi bacaan. Widiatmoko (2011) menganalisis bahwa ketika

seseorang membaca cepat dari suatu bahan baca, tujuan yang dicapai sebenarnya adalah

mengidentifikasi dan memahami makna dari bacaan tersebut seefisien mungkin dan

kemudian mentransfer informasi ini ke dalam memori jangka panjang dalam otak.

Membaca cepat merupakan aspek penting dalam mengajarkan proses membaca karena

pembaca yang terampil dapat dengan cepat dan mudah mengenal kata-kata yang tertera

pada teks bacaan. Pembaca yang mampu membaca cepat akan mampu memahami dengan

mudah, cepat dan akurat (Sa’ad, 2006).

Manfaat speedreading telah tercatat banyak oleh para peneliti yang mencoba keterampilan

ini dalam proses pembelajaran. Garaibah (2013) menyatakan dengan membaca cepat

mampu mencapai efisiensi dalam belajar; membaca merupakan hal menarik (Bergquist,

1984), menyediakan pembaca dengan bahan bacaan terkini yang bervariasi yang pada

akhirnya dapat memperluas wawasan, meningkatkan pemahaman karena pembaca mampu

mengambil intisari bacaan dari paragraf lebih akurat (Amarnah, 1998), serta mengenalkan

pembaca dengan pengetahuan dan penelitian ilmiah terbaru (Dudley, 1993).

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecepatan Membaca

Mengingat pentingnya keterampilan speedreading bagi peserta didik maka peserta didik

yang ingin mengembangkannya perlu mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi

keterampilan ini. Widiatmoko (2011) menyatakan bahwa untuk mampu membaca cepat

diperlukan modal membaca yaitu pengalaman, bahasa, metode, dan tujuan. Ada beberapa

metode yang digunakan dalam mengembangkan kecepatan membaca yaitu metode

kosakata, metode motivasi, metode bantuan alat, metode gerakan mata. Tiap-tiap metode

ini memiliki fokus berbeda. Metode kosakata meletakkan perhatiannya pada

perbendaharaan kata, metode motivasi meletakkan fokusnya pada minat seseorang

terhadap bacaan yang dibacanya, metode bantuan alat merupakan metode menggunakan

Page 12: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

4

ISBN: 978-602-60613-0-0

alat bantu berupa pensil, ujung jari atau alat penunjuk khusus dari kayu. Metode gerakan

mata difokuskan pada peningkatan kecepatan gerak mata dalam menelusuri unit-unit

bahasa dalam bacaan.

Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan studi kasus. Yin (2009) dan Nunan

(1992) mendefinisikan studi kasus sebagai sebuah investigasi satu atau banyak kasus untuk

mendapatkan informasi mendalam untuk kontek tertentu dimana kasus ini terjadi. Nilai

pre-test and post-test terhadap 252 mahasiswa di tahun pertama yang mengambil

matakuliah pada blok I, Communication and Learning Skills, Fakultas Kedokteran

Universitas Syiah Kuala dikumpulkan dan dianalisis. Kegiatan dilakukan dalam bentuk

praktikum. Peserta dibagi menjadi lima kelompok dan tiap kelompok mendapat perlakuan

yang sama. Tiap kelompok menjalani enam kali pelatihan. Peserta didik yang terlibat

dalam penelitian ini diberikan pelatihan dengan variasi materi.

Materi yang diberikan pada tiap-tiap pelatihan yaitu keterampilan kecepatan membaca

(P1), fiksasi bola mata dan faktor-faktor penghambat dalam membaca cepat (P2), teknik

skimming dan scanning, membaca grafik dan tabel (P3), keterampilan pemahaman bahan

bacaan, mencari ide pokok bacaan (P4), dan brain mapping (P5). Observasi juga dilakukan

pada setiap sesi perlakuan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan

rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya. Selain itu observasi dilakukan untuk

mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung diharapkan

dapat memberi perubahan untuk pengembangan keterampilan speedreading ini. Hasil dari

observasi dijadikan evaluasi sebelum pelatihan tahap berikutnya dilanjutkan. Setiap selesai

per sesi pelatihan dicatat umpan balik dan penghitungan nilai kecepatan membaca per

menit (kpm).

Analisis Data

Observasi yang dilakukan pada setiap pelatihan dicatat melalui deskripsi hambatan-

hambatan yang dialami peserta didik saat proses membaca dengan speedreading. Hasil

kecepatan membaca (kpm) diuraikan dalam persentase (%). Uji korelasi Pearson-r

digunakan untuk melihat pengaruh kecepatan membaca terhadap pemahaman bahan

bacaan.

Hasil dan Pembahasan

Peningkatan kecepatan membaca peserta didik dicatat setelah menjalani pelatihan

sebanyak enam kali. Gambar 1 menunjukkan pencapaian kecepatan membaca (kata per

menit/kpm) yang terus meningkat dengan bertambahnya frekuensi pelatihan yang

diberikan.

Page 13: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

5

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 1. Grafik rata-rata kecepatan membaca mahasiswa dari tiap pelatihan

Gambar 1 menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata kecepatan membaca mahasiswa

terlihat naik setelah pelatihan pertama dilakukan. Kecepatan membaca mahasiswa dari

awal hingga akhirpelatihan meningkat sekitar 50% yaitu dari 234 kpm menjadi 462 kpm.

Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan yang dilakukan berulang dan teratur terbukti dapat

meningkatkan kecepatan membaca mahasiswa.

Pemahaman dalam Membaca

Pemahaman dari kegiatan membaca pada studi inimenunjukkan hasil yang bervariasi.

Gambar 2 menampilkan nilai rata-rata pemahaman mahasiswa dari tiap pelatihan yang

dikuti.

Gambar 2. Rata-rata pemahaman mahasiswa dari tiap pelatihan

0

100

200

300

400

500

1 2 3 4 5 6

Kec

epat

an m

embac

a (k

pm

)

Pelatihan

0

20

40

60

80

0 1 2 3 4 5 6

Pem

aham

an (

%)

Pelatihan

Page 14: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

6

ISBN: 978-602-60613-0-0

Berdasarkan kecenderungan yang ditunjukkan pada gambar 2 dapat dilihat bahwa hasil

pengukuran tingkat pemahaman peserta didik dari setiap pelatihan bervariasi. Persentase

pemahaman dari kegiatan membaca dengan strategi speedreadingmenunjukkan penurunan

pada pelatihan ketiga (11%) namun mengalami peningkatan (19%) pada pelatihan

keempat. Penurunan pemahaman terjadi lagi pada pelatihan kelima (7%) namun terjadi

peningkatan pada pelatihan keenam (17%). Variasi penurunan dan kenaikan tingkat

pemahaman ini mungkin terjadi akibat pengaruh jenis materi yang diberikan pada

pelatihan. Pada pelatihan ketiga, materi yang diberikan adalah teknik skimming dan

scanning. Pada kegiatan sesi ini, peserta didikterlihat lebih fokus untuk meningkatkan

kecepatan membacanya dengan mempraktikkan metode skimming dan scanning sehingga

tidak terkonsentrasi untuk memahami bahan bacaan. Demikian pula pada pelatihan kelima,

materi yang diberikan adalah mencari ide pokok paragraf, yang mungkin

meyebabkanpeserta didik tidak fokus untuk memahami keseluruhan informasi yang

tersedia dari bahan bacaan karena lebih cenderung mencari ide pokok yang tepat dari tiap

paragraf. Walaupun terjadi penurunan pada beberapa pelatihan namun terlihat

kecenderungan peningkatan pemahaman membaca mahasiswa hampir31%.

Berdasarkan observasi dari tiap pelatihan, terdapat beberapa faktor yang berperan dalam

membaca cepat dari hasil studi ini yaitu jenis bacaan yang diberikan pada pelatihan,

motivasi, konsentrasi, kondisi lingkungan dan stamina saat melakukan kegiatan

membaca.Snow (2010) menyatakan bahwa pemahaman dapat dicapai ketika pembaca

memiliki kemampuan mengenal kata secara akurat, mampu mengerti makna kata-kata

yang dibaca, dan memiliki memori jangka pendek terhadap fonologi kata. Keterampilan

yang beragam dalam memahami bahan bacaan juga dipengaruhi pada kesalahan dalam

memberi arti pada kata-kata yang dibaca, tidak mengerti makna kata-kata yang dibaca dari

teks, tidak dapat menguraikan sintaks dari ucapan, serta tidak mengingat lagi kalimat

pertama pada sebuah paragraf saat melanjutkan membaca kalimat kedua. Instruksi yang

dapat diberikan pada pembaca agar kemampuan pemahaman bisa didapat yaitu dengan

melakukan monitoring diri sendiri (self-monitoring) guna memastikan bahwa proses

membacamerupakan proses membangun mental bukan hanya membaca kata-kata.

Sedangkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dalam

membaca adalah dengan visualisasi, membuat pertanyaan saat membaca, membuat

hubungan kata ke kata. Selain hal tersebut di atas,secara mendasar, latar belakang

keilmuwan dan motivasi juga memegang peran.Palicsar (2011) menyatakan selain faktor

dari jenis bahan bacaan, faktor kondisi lingkungan juga memengaruhi yaitu latar belakang

keilmuwan individu, pengalaman individu, ketertarikan, dan tujuan membaca.

Pengaruh Kecepatan Membaca terhadapPemahaman

Kecepatan membaca mahasiswa diuji pengaruhnya secara statistik terhadap pemahaman

dari bahan bacaan. Gambar 3 menunjukkan pengaruh kedua variabel tersebut.

Page 15: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

7

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 3. Pengaruh kecepatan membaca dan pemahaman dari bahan bacaan

Gambar 3 menunjukkan pengaruh antara kecepatan membaca dan pemahaman mahasiswa

dari kegiatan membaca. Analisis statistik dengan nilai Pearson-r = 0,798 menunjukkan

bahwa kecepatan membaca terhadap pemahaman bahan bacaan menunjukkan hubungan

yang kuat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatnya kecepatan membaca

seseorang maka pemahamannya juga dapat berpengaruh positif.

Alarfaj dan Alshumaimeri (2012) menambahkan bahwa peningkatan yang terjadi dalam

kecepatan membaca dan pemahaman ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

terarahnya tujuan membaca, jenis bahan bacaan, kesehatan penglihatan, IQ, kecenderungan

membaca, latar belakang bahasa, kebiasaan buruk dalam membaca, dan metode

pembelajaran tradisional.

Kesimpulan

Speedreading merupakan softskill yang dapat digunakan sebagai strategi membaca bagi

mahasiswa yang teruji mampu meningkatkan pemahaman peserta didik. Pengaruh

kecepatan membaca terhadap pemahaman menunjukkan pengaruh yang kuat secara

statistik (r=0,798). Kecepatan membaca seseorang tergantung pada banyak faktor. Studi ini

menunjukkan faktor konsentrasi, pengalaman, jenis bacaan, dan banyaknya jumlah latihan

secara teratur memberi peran dalam peningkatan nilai kecepatan membaca peserta didik

terhadap pemahaman.

Daftar Pustaka

Alarfaj, A., & Alshumaimeri, Y. (2012). The effect of a suggested training program on

reading speed andcomprehension of Saudi female university students. Procedia - Social

and Behavioral Sciences 31, 612 – 628

y = 0.1099x + 22.216R² = 0.6383

0

20

40

60

80

200 250 300 350 400 450 500

Pem

aham

an (

%)

Kecepatan membaca (kpm)

r = 0,798

Page 16: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

8

ISBN: 978-602-60613-0-0

Amarnah, I. F. (1998). The Impact of the Proposal for the Development of Learning Skills

in Speed Reading for Tenth Grade Primary Students (Unpublished Masters thesis).

Yarmouk University.

Barrows, H.S., & Tamblyn, R. M. (1980). Problem-Based Learning: an approach to

medical education. New York, Springer Publishing

Bergquist, L. (1984). Rapid Silent Reading: Techniques for Improving Rate in

Intermediate Grades. Reading Teacher, 38(1), 50-53

Dudley, G. (1993). Studies in Speed-reading, A Fast Way to Increase Your Ability to

Learn. (Translated by Abdul Latif Aljmlaa). Tunis: Arab Organization for Education,

Culture and Science

Garaibah, S. A. A. (2013). The Effect of Single and Cooperative Learning in Reading

Comprehension and Reading Speed in the Arabic Language Among Students in the Sixth

and Tenth Grades in Jordan(Unpublished Dissertation). Amman Arab University

Grabe, W. (2010). Reading in a Second Language: Moving from Theory to Practice.

Cambridge University Press

Krumian, A.(1999). Critical analysis of the study of speed reading(Doctoral dissertation).

The Claremont Graduate University

Nunan, D. (1992). Research methods in language learning. Cambridge: Cambridge

University Press

Palincsar, A. S. (2003). Collaborative approaches to comprehension instruction.Rethinking

Reading Comprehension, 99-114

Palincsar, A.S., Schutz, K.M. (2011). Reconnecting strategy instruction with its theoretical

roots. Theory Into Practice.50(2), 85-92

Sa’ad, M. A. I. (2006). Weakness in reading and learning styles. Dr Elwafaa Publishing,

Alexandria

Snow, C.E. (2010). Reading Comprehension: Reading for Learning.Elsevier Ltd

Snow, C. E., & Sweet, A. P. (2003). Reading for comprehension. Rethinking Reading

Comprehension, 1-11

Widiatmoko, I. (2011) Super Speed Reading. Metode lengkap dan praktis

untukmeningkatkan kemampuan membaca. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Yin, R. K. (2009). Case Study Research (4th eds). Thousand Oaks: Sage Publication

Page 17: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

9

ISBN: 978-602-60613-0-0

Page 18: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

9

ISBN: 978-602-60613-0-0

Penerapan Berbagai Metode SCL (Metode SGD, PBL dan PjBL) pada

Matakuliah PMPA untuk Pengembangan Softskills Mahasiswa

Nuraini Budi Astuti1, Zulvera, Elfi Rahmi2, Rafnel Azhari3

1,2,3Universitas Andalas

Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Kampus Unand Limau Manis Padang

Email: [email protected]

Abstrak

Proses pembelajaran saat ini dituntut untuk bertransformasi dari transfer

pengetahuan oleh dosen kemahasiswa kepada upaya mengkonstruksi

pengetahuan secara bersama. Ini berarti penekanan proses pembelajaran

tidak lagi hanya sekedar berorientasi penguasaan ilmu (hardskill) namun juga

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan proses (softskills). Berdasarkan

hal tersebut tim dosen matakuliah Pembelajaran Masyarakat dan Pelatihan

Agribisnis (PMPA) pada Tahun Ajaran 2014/2015 memutuskan untuk merobah

metode pembelajaran yang awalnya hanya menerapkan satu metode saja yaitu

Metode Problem Based Learning (PBL) menjadi berbagai metode seperti

diskusi kelompok kecil dan project based learning selain tetap juga

menggunakan metode PBL.Perubahan ini diambil untuk mengatasi kekurangan

salah satu metode dengan keunggulan metode lainnya. Pemilihan metode tetap

dengan pendekatan Student Center Learning. Hasil dari penerapan tersebut

didapat bahwa terdapat indikasi yang memperlihatkan tumbuhnya softskills

mahasiswaberupa creative Intelegencecummunication skills, relationships

building, keterampilan sosialdan presentation skil, disamping hardskill berupa

penguasaan terhadap materi. Hal ini terlihat dari nilai akhir mahasiswa yang

berada pada kategori sangat baik dan baik. sedangkan persepsi mahasiswa

terhadap metode perkuliahan yang diberikan berada pada kategori positif.

Kata kunci: metode pembelajaran, softskills, hardskills

Pendahuluan

Proses pembelajaran/perkuliahan saat ini diharapkan tidak lagi “hanya” sekedar transfer

pengetahuan dari dosen ke mahasiswa namun lebih kepada upaya mengkonstruksi

pengetahuan secara bersama. Perubahan ini berimplikasi pada tuntutan akan perubahan

dalam proses perkuliahan atau metode perkuliahan dimana ilmu tersebut dikomunikasikan.

Hal ini sejalan dengan pendapat John Dewey, “True learning is based on discovery

guideed by mentoring rather than transmission of knowledge”. Untuk mewujudkan hal

tersebut maka perlu transformasi model pembelajaran dari berpusat kepada guru (teacher

centre learning/TCL) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre

learning/SCL).

Page 19: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

10

ISBN: 978-602-60613-0-0

Penerapan metode SCL dalam perkuliahan memberikan ruang kepada mahasiswa untuk

turut menetukan arah kegiatan belajar. Menurut O’neil (2001) kegiatan belajar yang

diarahkan oleh siswa sering dengan perencanaan pendidikan yang bersifat kolaboratif

antara guru dan para siswa, adalah kegiatan belajar yang lebih baik ketimbang yang

ditentukan dan diarahkan oleh guru.

Metode pembelajaran SCL ada banyak jenisnya diantaranya adalah diskusi. Diskusi sendiri

didefinisakan sebagai strategi instruksional atau pengarahan yang melibatkan siswa untuk

berbagi ide tentang satu topik umum (Eggen dan Kauchak, 2012). Metode SCl lainnya

adalah Metode Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran berbasis masalah atau lebih

dikenal dengan istilah PBL ini dapat diartikan sebagai seperangkat model mengajar yang

menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan

masalah, materi dan pengaturan diri (Hmelo-Silver, 2004 dalam Eggen dan Kauchak, 2012)

Penerapan satu metode saja dalam proses perkuliahan ternyata bukanlah tindakan yang

bijaksana karena antara satu metode dengan metode lainnya memiliki keunggulan dan

kelemahan masing-masing, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Reigeluth (1987) dalam

Taniredja, dkk (2013) menyatakan bahwa metode pembelajaran yang dipilih, tidak dapat

dilepaskan dengan teori pembelajaran, yang menanyakan, apa metode yang digunakan dalam

disain pembelajaran? Kapan akan digunakan? Jawabannya adalah metode dan situasi. Suatu

metode pembelajaran yang sama dapat membedakan hasil pembelajaran, jika kondisinya

berbeda.

Pada semester genap Tahun 2013/2014 TeamTeaching telah menerapkan metode

pembelajaran problem based learning (PBL) untuk Mata Kuliah Pembelajaran Masyarakat

dan Pelatihan Agribisnis dengan jumlah mahasiswa sebanyak 35 orang. Kelemahan dalam

perkuliahan semester lalu adalah:

1. Berkaitan dengan proses perkuliahan:

a. Pada awal perkuliahan mahasiswa tampak antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran. Namun antusiasme tersebut semakin lama semakin menurun karena

proses perkuliahan yang padat (seminggu dua kali pertemuan) dengan tugas yang

dirasa cukup memberatkan.

b. Kelemahan lain yang tampak adalah jika ada anggota kelompok yang tidak hadir

pada sesi saling ajar maka kelompok tersebut akhirnya tidak bisa berdiskusi secara

optimal karena materi menjadi tidak lengkap.

2. Berkaitan dengan hasil pembelajaran

Hasil pembelajaran baru memenuhi aspek kognitif dan afektif saja, sedangkan aspek

psikomotorik belum.

Utuk mengatasi masalah di atas, maka pada TA 2014/2015 tim MK PMPA mengambil

langkah berikut:

1. Mengkombinasikan beberapa metode pembelajaran berdasarkan topik perkuliahan.

topik perkuliahan ada 6, topik 1 sampai 4 menggunakan metode diskusi kelompok,

topik 5 menggunakan metode PBL dan topik ke 6 menggunakan metode praktek

(PjBL).

2. Untuk mencapai aspek psikomotorik, maka pada minggu ke 15 mahasiswa akan

ditugaskan untuk membuat sebuah projek yaitu sebuah rancangan pelaksanaan

pelatihan berdasarkan kebutuhan yang mereka identifikasi melalui observasi ke

lapangan.

Page 20: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

11

ISBN: 978-602-60613-0-0

Berdasarkan penjelasan di atas maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

apakah dengan menerapkan apakah metode SCL (SGD, PBL dan PjBL) dapat

mengembangkan softskills dan penguasaan hardskills, bagaimana sebaran nilai akhir

mahasiswa, dan bagai mana persepsi mahasiswa terhadap metode perkuliahan yang

diterapkan?

Tujuan penelitian adalah:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan perkulihan pada Mata Kuliah PMPA dan

pengembangan softskills.

2. Mengetahui sebaran nilai akhir mahasiswa sebagai hasil dari proses pembelajaran

pada Matakuliah PMPA

3. Mengukur persepsi mahasiswa terhadap kegiatan perkuliahan dengn menerapkan

metode SCL.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan pada mahasiswa yang mengambil matakuliah PMPA tahun 2014/2015

di Prodi Agribisnis, Faperta Unand. Pada tahun 2014/2015, jumlah mahasiswa yang

mengambil Mata Kuliah PMPA adalah sebanyak 28 orang. Adapun setting perkulihan

adalah sebagai berikut:

1. Minggu 1 - 12 proses perkuliahan dilakukan dengan metode diskusi kelompok

kecil. Setiap topik akan didahului oleh kuliah mimbar singkat dan dilanjutkan oleh

diskusi kelompok.

2. Minggu 13 - 14 proses perkuliahan menggunakan metode pembelajaran berbasis

masalah.

3. Untuk metode praktek diberikan diminggu terakhir yaitu minggu ke 15, hasil kerja

kelompok dalam bentuk modul pelatihan dikumpulkan pada jadwal UAS.

Parameter yang digunakan untuk tindakan kelas terdiri dari:

1) Hasil capaian pembelajaran mahasiswa

a. Penilaian proses pembelajaran dilakukan pada saaat pembelajaran berlangsung

yang terdiri dari peran aktif dalam diskusi, tugas individu, substansi makalah

kelompok dan tekhnik presentasi.

b. Penilaian hasil pembelajaran akan diukur dengan instrumen berupa: quiz dan soal-

soal ujian pada ujian tengah semester. Soal pada untuk quiz dan ujian tengah

semester dirancang berdasarkan kompetensi yang direncanakan pada RPS.

Kompetensi yang diukur melalui quiz dan soal ujian adalah level kemampuan

kognitif dan afektif. Untuk mengukur kemampuan prikomotorik akan digunakan

parameter berupa tugas akhir yaitu modul/proposal pelatihan yang dihasilkan

mahasiswa. Berikut ini komponen lengkap penilaian

Page 21: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

12

ISBN: 978-602-60613-0-0

Tabel 1. Komponen penilaian untuk Mata Kuliah PMPA

Komponen Bobot

(%) Penilai

Peran dan keaktifan dalam

kelompok 15

Mahasiswa (sebagai anggota

kelompok)

Substansi makalah kelompok dan

teknik presentasi 15 Dosen

UTS 25 Dosen

Quiz, tugas indvidu 20 Dosen

Tugas Akhir/UAS 25 Dosen

TOTAL 100

2) Persepsi mahasiswa terhadap kegiatan perkuliahan

Untuk mengetahui bagaimana efektifitas proses pembelajaran akan dilakukan survey

terhadap mahasiswa berkaitan dengan respon/persepsi mahasiswa terhadap metode

pembelajaran yang telah dilakukan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

kuesioner yang berisikan 15 pernyataan yang terkait dengan dosen, materi dan metode

pembelajaran. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan skala Likert (1 - 5),

dengan kategori penelian sebagai berikut:

Persepsi positif jika rata-rata nilai skor >nilai median

Persepsi negatif jika rata-rata nilai skor ≤ nilai median

Hasil dan Pembahasan

Pelaksanaan Kegiatan

Pada Semester Genap Tahun 2013/2014 Prodi Agribisnis Faperta Unand

telah menerapkan metode PBL pada Matakuliah Pembelajaran Masyarakat dan Pelatihan

Agribisnis. Ini merupakan matakuliah wajib pada Bidang Kajian Ilmu Penyuluhan Dan

Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis di Jurusan Sosial Ekonomi, Prodi Agribisnis, Fakultas

Pertanian Unand, yang ditawarkan disemester VI.

Pelaksanaan Metode Perkuliahan Diskusi Kelompok Kecil

Penerapan diskusi dalam proses perkulihan dibagi ke dalam tiga fase yaitu:

Tabel 2. Rincian pelaksanaan perkulihan dengan metode diskusi Fase Kegiatan Tujuan

Perkenalan dosen memberikan satu isu dan

pembuka diskusi

Menarik perhatian,

memberikan fokus bagi diskusi dan

mengaktifkan pengetahuan latar belakang

Eksplorasi

mahasiswa secara berkelompok

mengeksplorasi topik,

memperjelas pemikiran mereka

dan mengambil satu posisi

Mendorong keterlibatan mahasiswa

mendorong pemahaman yang mendalam

terhadap topik

mengembangkan pemikiran kritis dan

perkembangan sosial

Penutup Dosen merekap atau mempertegas

poin-poin utama dalam diskusi.

Menjernihkan poin-poin kesepakatan dan

perdebatan

Page 22: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

13

ISBN: 978-602-60613-0-0

Dalam prakteknya, pelaksanaan diskusi digabung dengan kerja kelompok. Menurut Ryan

dan Deci (2000) dalam Eggen dan Kauchak (2012), kerja kelompok, pembelajaran

kooperatif dan diskusi dapat membantu kebutuhan dasar siswa seperti kebutuhan untuk

tampak pintar dan kompeten serta kebutuhan untuk dapat terhubung dengan orang lain di

dalam lingkungan sosial.

Pelaksanaan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Metode PBL dirancang agar setiap mahasiswa mengikuti tahapan pembelajaran

sebagai berikut:

1. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem),

Pada tahap ini dosen menyampaikan skenario atau permasalahan dan mahasiswa

melakukan brainstorming dimana semua anggota kelompok mengungkapkan

pendapat, ide dan gagasan terhadap skenario yang diberikan, sehingga

memungkinkan timbulnya beragam alternatif jawaban. Tahapan ini akan

mendorong softskilsl berkaitan dengan kemampuan analisis terhadap masalah dan

kecakapan dalam berkomunikasi.

2. Pembelajaran mandiri (Self Learning)

Mahasiswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang

diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk buku teks, artikel tertulis

yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar

dalam bidang yang relevan. Pembelajaran mandiri ini akan melatih mahasiswa

untuk bertanggungawab terhadap tugas yang dibebankan kepadanya dan komitmen

untuk untuk menyelesaikan tugas.

3. Tahap investigasi

Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar mahasiswa mencari

informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan

yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan

yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat

dipahami.

4. Pertukaran pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah

pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya mahasiswa akan

berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan

solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan

dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok. Di sini juga akan mengasah

soft skill mahasiswa berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dan belajar

untuk bersabar mendengarkan pendapat orang lain (Woods, 1995 dan Duch, 2001).

Penerapan PBL dalam proses perkuliahan dibagi ke dalam empat sesi untuk menuntaskan

satu topik. Berikut ini adalah aktifitas perkuliahan dalam kelas dengan metode PBL:

1. Membagi mahasiswa kedalam kelompok-kelompok kecil, dimana angota kelompok

ditentukan dengan pertimbangan: keterwakilan gender, IPK dan hasil kuesioner Perry.

2. Sebelum kuliah dengan metode PBL dimulai, terlebih dulu dilakukan mini workshop

untuk memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang metode PBl.

3. Membagi perkuliahan dalam 4 Sesi untuk setiap topik perkuliahan kecuali pada

pertemuan pertama perkuliahan.

Page 23: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

14

ISBN: 978-602-60613-0-0

a. Sesi 1: pemberian pemicu kepada masing-masing kelompok dan perumusan

masalah. Pemicu yang diberikan tidak hanya dalam bentuk narasi namun bisa

juga dalam bentuk gambar-gambar. Sesi ini diakhiri oleh kesepahaman yang

sama mengenai masalah yang diangkat dan kesepakatan anggota kelompok

dalam pembagian tugas. Contoh pemicu pada Lampiran 1

b. Sesi 2: saling ajar, masing-masing anggota kelompok telah siap dengan teaching

note sesuai dengan isu yang diberikan. Diskusi kelompok berlangsung dalam

kelompok kecil. Sesi ini diakhiri dengan kesepakatan anggota mengenai

pemecahan masalah dan kerangka makalah.

c. Sesi 3: diskusi kelas oleh kelompok. Beberapa kelompok terpilih akan

mempresentasikan makalah mereka, dipandu oleh dosen.

d. Sesi 4: rekapitulasi oleh dosen dimana dosen merangkum dan menyempurnakan

materi serta penjelasan jika ada materi yang masih belum dimengerti oleh

mahasiswa.

Pengembangan softskill melalui metode diskusi kelompok kecil dan PBL

Softskill meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap.

Perkembangan softskill pada diri individu berbeda-beda yang dipengarui oleh kebiasaan

berfikir, berkata dan bertindak. Softskill sendiri digolongkan ke dalam dua macam yaitu

intrapersonal skill dan interpersonal skill.

Dari hasil pengamatan selama proses perkuliahan, softskills mahasiswa yang mengalami

perkembangan adalah sebagai berikut:

1. Mendorong perkembangan sosial seperti mendengarkan dengan penuh perhatian,

menyelesaikan kesepakatan secara dilomatis dan belajar untuk memahami sudut

pandang orang lain. ini adalah hasil dari aktiftas diskusi dan kerja kelompok.

2. Berfikir kreatif (creative intelegence): merupakan kemampuan dalam

menyelesaikan masalah serta fokus pada penyelesaian masalah bukan masalahnya.

Ini adalah hasil dari upaya mahasiswa dalam mencari jawaban/solusi atas

permasalahan yang diberikan.

3. Kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan ini berkembang

karena mahasiswa pada sesi saling ajar (teaching session) “diwajibkan” untuk

menjelaskan materi yang menjadi tugasnya kepada anggota kelompok sampai

dimengerti. Sesi ini juga membuat tidak ada mahasiswa yang pasif, karena setiap

mahasiswa memiliki kewajiban untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan

materi yang menjadi tugasnya secara bergantian. Ini juga sekaligus mendorong

berkembangnya presentation skill mahasiswa.

4. Hilangnya freerider dan terbangunnya hubungan kerjasama dalam kelompok

(relationship building). Nilai makalah kelompok sangat ditentukan oleh nilai kerja

individu dalam kelompok tersebut. Hal ini secara tidak langsung akan membuat

kelompok membangun pengawasan secara internal terhadap kerja masing-masing

anggotanya.

5. Tumbuhnya rasa tanggung jawab karena keberhasilan kelompok dalam

memberikan solusi terbaik atas permasalahan yang diberikan dipengaruhi oleh

kinerja anggota kelompok. Berkembangnya rasa tanggungjawab ini juga terlihat

dari tidak adanya mahasiswa yang terlambat dalam mengumpulkan tugas baik

berupa teaching note maupun makalah akhir kelompok.

Page 24: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

15

ISBN: 978-602-60613-0-0

Jika dikelompokan, maka softskill yang berkembang sebagai hasil pembelajaran tersebut

ke dalam dua bentuk, yaitu: 1). Intrapersonalskill terdiri dari rasa tanggung jawab dan

creative Intelegence; 2) Interpersonal skill yang terdiri dari cummunication skills,

relationships building, keterampilan sosialdan presentation skill.

Penerapan Metode PjBL

Metode PjBL merupakan pelengkap dari metode sebelumnya yang hanya menyentuh aspek

kognitif dan afektif saja. Dengan menugaskan mahasiswa untuk merancang sebuah

kegiatan maka ini akan mendorong berkembangnya kemampuan psikomotorik. Metode

PjBL dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Mahasiswa mengidentifikasi masalah dilingkungannya baik melalui observasi

maupun melalui bahan bacaan.

2. Hasil identifikasi masalah kemudian dijadikan dasar untuk merancang sebuah

rencana kegiatan pelatihan.

3. Hasil rancangan pelatihan disusun secara sistematis dalam bentuk laporan kerja

kelompok.

Sebaran Nilai Mahasiswa pada MK PMPA

Evaluasi diperlukan untuk mengetahui sejauhmana sebuah kegiatan telah berhasil

mencapai tujuannya (Wirawan, 2011). Evaluasi pada Matakuliah PMPA dilakukan dalam

bentuk penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa yang meliputi kecakapan proses dan

kemampuan penguasaan materi.

Selama proses perkuliahan terlihat bahwa lebih dari 80% mahasiswa aktif dalam diskusi

baik diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Keaktifan ditunjukan dalam bentuk

merespon pertanyaan maupun bertanya. Nilai untuk substansi makalah juga umumnya

memuaskan dan tekhnik presentasi yang baik. Berikut ini adalah sebaran nilai akhir

mahasiswa.

Tabel 3. Sebaran Nilai Mahasiswa pada Matakuliah PMPA

No Nilai Jumah mahasiswa Presentase (%)

1 Sangat baik (A dan A-) 5 20

2 Baik (B-, B, B+) 21 73

3 Cukup (C+) 2 7

Jumlah 28 100%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa masih ada 7% mahasiswa yang nilainya masuk kategori

cukup. Hal ini disebabkan karena yang bersangkutan tidak memenuhi semua komponen

penilaian proses seperti: tugas individu yang tidak lengkap, tidak ikut quiz, tidak aktif di

kelas, disamping nilai ujian yang rendah.

Persepsi Mahasiswa terhadap Proses Perkuliahan

Dari kuesioner yang disebarkan ke mahasiswa dengan skala penilaian 1 - 5, diperoleh rata-

rata penilaian 4 (empat), artinya ternyata mahasiswa memberikan respon yang positif baik

terkait dengan materi, kemampuan dosen maupun metode perkuliahan yang diterapkan

selama satu semester pada Mata Kuliah PMPA. Selain angket dengan pertanyaan tertutup,

Page 25: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

16

ISBN: 978-602-60613-0-0

juga diberikan pertanyaan terbuka berkaitan dengan kesan dan saran dari mahasiswa

mengenai Mata Kuliah ini. Berikut ini beberapa kutipan.

“Perkuliahan dengan SCL sangat bagus. dengan menggunakan metode SCL ini,

mahasiswa dapat mengembangkan kreatifitasnya degan mengetahui isu-isu yang sedang

terjadi serta dapat mendorong mahasiswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik.....”

“Kuliah PMPA asyik dan menyenangkan, sebab lebih banyak diskusi daripada

mendengarkan...”

“Matakuliah ini sangat menyenangan karena belajar dengan cara yang partisipatif

sehingga peserta belajar turut berperan aktif dalam perkuliahan. selain itu materi yag

dipelajari membangun daya kritis dari peserta untuk mengikuti perkulaihan...”

“Pada matakuliah ini membuat mahasiswa lebih mengutamakan softskill dan membuat

materi-materi lebih mudah dan lebih cepat untuk dimengerti”.

Kesimpulan

1. Metode pembelajaran SCL dapat dapat mendorong berkembangnya softskills dan

penguasaan hardskills yang lebih baik.

2. Metode pembelajaran pada Mata Kuliah PMPA yang menggabungkan beberapa

metode ternyata mampu meningkatkan keaktifan mahasiswa dikelas dan menghasilkan

nilai ahir yang sebagian besar berada pada kategori baik dan sangat baik.

3. Secara umum mahasiswa memberikan respon baik selain ditunjukan oleh tingkat

keaktifan di kelas juga persepsi yang positif terhadap proses perkuliahan dengan

metode SCL dalam Mata Kuliah PMPA.

Referensi

Eggen, Paul dan Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. edisi ke enam.

Penerbit PT. Indeks. Jakarta

O’neil, William F. 2001. Ideologi-ideologi Pendidikan. Penerbit Pustaka Pelajar.

Yogyakarta

Taniredja, Tukiran dkk. 2013. Model-model Pembelajaran Inovatif. Penerbit Alfabrta.

Bandung

Wirawan. 2011. EVALUASI: Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. Rajawali Pers,

PT Raja Grafindo. Jakarta

Page 26: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

17

ISBN: 978-602-60613-0-0

Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Vokasi

Berbasiskan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia/SKKNI

(Studi Kasus Program Studi di Politeknik ATI Padang)

Zulhamidi1, Ester Edwar2

1Politeknik ATI Padang

Jalan Bungo Pasang, Tabing, Padang 25171

Email: [email protected] 2Politeknik ATI Padang

Jalan Bungo Pasang, Tabing, Padang 25171

Email: [email protected]

Abstrak

Tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh pengelola pendidikan, terutama

pendidikan tinggi vokasi adalah merancang kurikulum yang dapat menjawab

kebutuhan pasar. Politeknik ATI Padang sebagai salah satu institusi pendidikan

tinggi vokasi yang berada di bawah Kementerian Perindustrian juga

menghadapi tantangan yang sama terutama adanya tuntutan yang sangat

beragam dari seluruh stakeholders-nya. Tulisan ini mencoba menyajikan

sebuah gambaran kurikulum yang mencoba meramu semua keinginan

stakeholders dengan tetap berpedoman kepada aturan yang sudah ditetapkan

oleh DitJend DIKTI.

Kata kunci: pendidikan vokasi, kurikulum, SKKNI

Pendahuluan

Pendidikan vokasi atau yang biasa disebut oleh sebagian besar masyarakat sebagai

pendidikan kejuruaan merupakan salah satu jenis program pendidikan tinggi yang diakui

oleh negara sebagaimana tercantum pada Bagian Keempat tentang Pendidikan Tinggi dalam

Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan vokasi

seiiring dengan perkembangan dunia pendidikan pernah mengalami perlakuan sebagai

pendidikan yang bukan pilihan utama oleh masyarakat Indonesia, bahkan samapai dengan

hari ini. Pendidikan vokasi lebih merupakan tempat pelarian apabila calon siswa/mahasiswa

tidak diterima di perguruan tinggi program akademik. Perkembangan dunia pendidikan

beberapa tahun belakangan menunjukkan perkembangan menggembirakan yang ditandai

dengan adanya perhatian serius pemerintah untuk mengembangkan pendidikan vokasi.

Presiden Joko Widodo ketika melakukan kunjungan kerja ke Eropa pada pertengahan bulan

April 2016 menyatakan "Indonesia secara serius meniru pendidikan vokasi Jerman ini untuk

memajukan industri Indonesia”. Saat menggelar konperensi pers di Berlin, Jerman, Menteri

Luar Negeri Retno L.P. Marsudi juga memaparkan soal pendidikan vokasi ini, dimana

pemerintah fokus pada kerjasama pendidikan khusus ini untuk menjawab kebutuhan pasar.

Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah untuk mengembangkan pendidikan vokasi

Page 27: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

18

ISBN: 978-602-60613-0-0

sekaligus tantangan bagi dunia pendidikan untuk merancang sistem pendidikan yang akan

menjawab kebutuhan pasar tersebut.

Tahapan paling penting dalam membangun sebuah institusi pendidikan tinggi adalah

perancangan kurikulum. Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mendefenisikan kurikulum dengan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengertian yang lebih

kompleks tentang kurikulum disampaikan oleh Taylor dan Richard (Wagiran, 2013) yang

menyatakan bahwasanya kurikulum adalah isi pendidikan, pengalaman pendidikan, daftar

mata pelajaran (mata kuliah) yang harus dipelajari, bidang studi, dan aktivitas belajar yang

direncanakan. Definisi di atas menunjukkan bahwasanya kurikulum merupakan faktor utama

(main factor) yang menentukan keberhasilan sistem pendidikan sebuah instutusi pendidikan,

terutama sekali pendidikan tinggi.

Politeknik ATI Padang merupakan lembaga Pendidikan Tinggi dibawah Kementerian

Perindustrian yang menjalankan program pendidikan vokasi Diploma III (D III). Tantangan

yang selama ini penulis hadapi dalam penyusunan kurikulum adalah stakeholders yang

cukup beragam sehingga untuk mengakomodir semua masukan tersebut membutuhkan

diskusi yang kompleks dan cukup alot. Makalah ini disusun sebagai gambaran proses

perancangan kurikulum di Politeknik ATI Padang dengan tetap memperhatikan aturan main

yang sudah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DitJend DIKTI).

Pembahasan

Secara umum, tahapan penyusunan kurikulum sebagaimana ditetapkan oleh DitJend DIKTI

dapat dilihat seperti Gambar di bawah ini.

Gambar 1 Tahapan penyusunan kurikulum

(Sumber : DitJend DIKTI)

Analisis SWOT (University Values)

(Scientific Vision Prodi)

Tracer Study (Need Assessment)

(Market Signal)

Profil Lulusan

Rumusan Capaian Pembelajaran

(Learning Outcome)

Pemilihan bahan kajian: Tingkat keluasan,

Tingkat kedalaman,

Tingkat kemampuan

Matriks bahan kajian dengan capaian

Konsep mata kuliah dan besarnya SKS

Mata

Struktur Kurikulum & Rancangan

Asosiasi dan Stakeholders

Deskripsi KKNI & Standar BSNP

Konsep & Strategi Pembelajaran

Kebijakan Perguruan

Peta Keilmuan

Konsep Kurikulum

Page 28: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

19

ISBN: 978-602-60613-0-0

Tahapan awal dari penyusunan kurikulum yang penulis lakukan adalah dengan

mengumpulkan semua informasi dan masukan dari semua stakeholders, berikut ini beberapa

stakeholders yang kontribusinya cukup banyak dalam penyusunan kurikulum di Politeknik

ATI Padang.

a. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

(Pusdiklat Industri Kemenperin RI).

Pusdiklat Industri Kemenperin RI merupakan lembaga setingkat eselon II Kementerian

Perindustrian Republik Indonesia yang tugas utamanya adalah membina dan menyiapkan

tenaga kerja industri. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 3 tentang Perindustrian

pasal 16 dijelaskan bahwa pembangunan sumber daya manusia industri dilakukan untuk

menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten, meliputi: (1) wirausaha industri, (2)

tenaga kerja industri, (3) pembina industri, dan (4) konsultan industri. Pasal tersebut

kemudian diperjelas oleh Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2015 tentang

pembangunan tenaga kerja industri, bahwa pembangunan tenaga kerja industri dilakukan

melalui :

(1) pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi,

(2) pendidikan dan pelatihan industri berbasis kompetensi, dan

(3) pemagangan industri.

Berdasarkan peraturan tersebut maka Pusdiklat Industri Kemenperin RI merumuskan

strategi dan mengeluarkan kebijakan bahwasanya semua perguruan tinggi di bawah

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia diharuskan menggunakan Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai acuan kompetensi utama dalam

menyusun kurikulum. SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian, serta sikap kerja yang relavan

denganpelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan. SKNNI tersusun atas unit-unit kompetensi yang

menggambarkan kemampuan yang harus dikuasai oleh seseorang dalam satu bidang

pekerjaan. Penyusunan kurikulum yang mengacu kepada SKKNI pada dasarnya

memberikan kemudahan kepada pengajar untuk menyusun modul pembelajaran, karena

pada setiap unit kompetnsi nya telah diuraikan arah kemampuan dan keahlian yang harus

dikuasi oleh peserta didik/mahasiswa, tidak hanya secara teknis, akan tetapi juga

kemampuan untuk mengatur dan memanfaatkannya bersamaan dengan kompetnsi lain

yang telah dikuasai. Competency based learning starts with well-defined learning outcomes. The

structure for competency based learning comes from creating, managing, and

aligning sets of competencies to learning resources, assessments, and rubrics, with

analytics to track performance (Everhart, 2014).

Selain itu untuk menjamin kompetensi tenaga kerja industri yang dihasilkan, setiap

institusi pendidikan vokasi yang berada dibawah Kementerian Perindustrian diwajibkan

untuk memiliki Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) P1 dan Tempat Uji Kompetensi (TUK)

yang akan melaksanakan uji kompetensi dan mngeluarkan sertifikat kompetensi bagi

setiap lulusannya. Pelaksanaan uji kompetensi dan pemberian sertifikat kompetensi ini

mengacu kepada skema kompetensi yang harus dikuasai. Hal ini sejalan dengan arahan

perlunya setiap program studi untuk memiliki bangun kompetensi yang jelas, dimana

Page 29: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

20

ISBN: 978-602-60613-0-0

setiap akhir semester/tahun, mahasiswa telah menguasai dan kompeten pada satu bidang

tertentu.

b. Dunia Industri dan Dunia Usaha (DUDI)

Dunia Industri dan Dunia Usaha merupakan stakeholder yang selalu dilibatkan oleh

semua perguruan tinggi dalam setiap perbaikan kurikulum yang dilakukan. Permasalahan

yang sering terjadi antara DUDI dan perguruan tinggi adalah tertinggalnya perguruan

tinggi dalam mengadopsi perkembangan teknologi sehingga ketika lulusan memasuki

dunia kerja mereka akan membutuhkan waktu yang cukup lama ketika berinteraksi

dengan teknologi baru. Pada proses penyusunan kurikulum yang penulis lakukan, aspek

teknologi kembali muncul sebagai aspek utama yang harus dimasukkan ke dalam

penyusunan kurikulum terutama sekali berkaitan dengan teknologi informasi.

Masukan lain yang cukup mengemuka adalah adanya keinginan dari industri agar ketika

mahasiswa melakukan magang/kerja praktek adalah agar waktu yang dialokasikan oleh

perguruan tinggi cukup lama, minimal 2 (dua) bulan. Beberapa industri bahkan

menginginkan agar magang/kerja praktek yang dilakukan selama satu semester penuh

dimana mahasiswa dianggap sebagai karyawan perusahaan tersebut dan diberikan

imbalan atas pekerjaan yang dilakukannya. Dalam perancangan kurikulum ini penulis

mengakomodir masukan ini dengan mengalokasi waktu satu semester khusus yaitu pada

semester akhir perkuliahan.

c. Alumni

Pelibatan alumni dalam penyusunan kurikulum dimaksudkan untuk mengetahui seberapa

jauh kurikulum yang disusun sudah sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan di tempat

kerja. Pada proses penyusunan kurikulum yang telah penulis lakukan dua poin utama

yang menjadi perhatian alumni adalah pentingnya kemampuan bahasa inggris dan

kemampuan untuk berkomunikasi dan meyakinkan orang lain.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan beberapa masukan dari stakeholders

sebagaimana diringkaskan di bawah ini:

1. Kurikulum mesti berdasarkan Standar Kompetensi baik itu Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Internasional ataupun Standar Khusus.

2. Evaluasi capaian pembelajaran dilakukan dengan mekanisme uji kompetensi yang

dilakukan di Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1 (LSP P1) dan Tempat Uji

Kompetensi (TUK)

3. Perlunya memasukkan kemampuan di bidang teknologi informasi.

4. Magang/kerja praktek dilakukan lebih lama dari biasa yang dilakukan.

5. Peningkatan kemampuan bahasa inggris.

6. Soft skill kemampuan berkomunikasi dan meyakinkan orang lain.

Berdasarkan Gambar 1 di atas, tahapan awal yang dilakukan dalam merancang kurikulum

pendidikan tinggi adalah merumuskan capaian pembelajaran (learning outcome). Learning

outcome program studi keteknikan program Diploma-III sudah diuraikan secara baik yang

dapat diakses dari laman DitJend DIKTI.

Page 30: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

21

ISBN: 978-602-60613-0-0

Dikarenakan keterbatasan halaman maka uraian learning outcome tersebut dapat diringkas

seperti diringkas pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Uraian learning outcome program Diploma-III keteknikan

No Uraian Learning Outcome Jumlah Uraian

1 Sikap 10

2 Penguasaan Pengetahuan 8

3 Keterampilan Umum 7

4 Keterampilan Khusus Sesuai program studi yang diambil dari

judul unit SKKNI yang sesuai

Uraian learning outcome pada bagian keterampilan khusus disesuaikan dengan program

studi dan bidang keilmuan yang menjadi ciri khas setiap program studi. Pada penyusunan

kurikulum yang kami lakukan, uraian learning outcome pada bagian keterampilan khusus

diambil dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Pada penyusunan

kurikulum ini penulis memilih salah satu SKKNI dengan jumlah unit kompetensi yang

diadopsi menjadi bagian dari learning outcome sebanyak 50 unit kompetensi sehingga total

uraiannya sebanyak 75 buah.

Tahapan selanjutnya setelah merumuskan learning outcome adalah menyusun bahan kajian

yang pada akhirnya memunculkan nama mata kuliah berikut dengan jumlah Satuan Kredit

Semester (SKS) pada masing-masing kuliah. Penyusunan mata kuliah yang penulis lakukan

adalah dengan terlebih dahulu membagi jenis mata kuliah menjadi 2 (dua) bagian yaitu Mata

Kuliah Kompetensi dan Mata Kuliah Non Kompetensi (NK).

Mata Kuliah Kompetensi adalah mata kuliah yang dirumuskan dari learning outcome

keterampilan khusus yang pada penelitian ini terdiri dari 50 unit kompetensi. Semua unit

kompetensi dirumuskan menjadi beberapa mata kuliah. Mata Kuliah Non Kompetensi

adalah mata kuliah yang isinya selain dari learning outcome keterampilan khusus. Mata

Kuliah Non Kompetensi ini antara lain terdiri dari mata kuliah dasar seperti Pancasila,

Bahasa Indonesia dan Pendidikan Agama. Selain itu mata kuliah science, engineering

science, social science dan humaniora termasuk kedalam Mata Kuliah Non Kompetensi.

Secara lebih jelasnya penyebaran mata kuliah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Rancangan Susunan Mata Kuliah

SEMESTER I SEMESTER II

NO MATA KULIAH SKS NO MATA KULIAH SKS

1 Mata Kuliah Dasar 9 1 Mata Kuliah Non Kompetensi 14

2 Mata Kuliah Non Kompetensi 11 2 Mata Kuliah Kompetensi 6

TOTAL 20 TOTAL 20

SEMESTER III SEMESTER IV

NO MATA KULIAH SKS NO MATA KULIAH SKS

1 Mata Kuliah Non Kompetensi 12 1 Mata Kuliah Non Kompetensi 8

2 Mata Kuliah Kompetensi 10 2 Mata Kuliah Kompetensi 14

TOTAL 22 TOTAL 22

Page 31: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

22

ISBN: 978-602-60613-0-0

SEMESTER IV SEMESTER IV

NO MATA KULIAH SKS NO MATA KULIAH SKS

1 Magang Industri 20 1 Karya Tulis Akhir 5

2 Seminar Karya Tulis Akhir 1

TOTAL 20 TOTAL 6

Pada tahapan penyusunan mata kuliah, nama mata kuliah diturunkan langsung dari fungsi

utama yang ada pada Standar Kompetensi yang menjadi acuan dalam penyusunan

kurikulum. Standar Kompetensi yang menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum ini

adalah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Sistem Produksi Industri Agro

(PerMenakerTrans No 123 Tahun 2016) dimana sebagai salah satu contoh penamaan mata

kuliah diadopsi dari Fungsi Utama yaitu Merencanakan Poduksi dengan uraian unit

kompetensi sebagai berikut:

1. Merencanakan produksi sesuai dengan jenis produk

2. Merencanakan kebutuhan bahan baku utama dan penolong

3. Menentukan tingkat persediaan

4. Menganalisis kebutuhan kapasitas produksi sesuai dengan jenis produk

5. Menyusun jadwal produksi per jenis produk

6. Melaksanakan aktivitas pengendalian sistem produksi

Penentuan jumlah SKS didasarkan kepada beban yang harus diselesaikan oleh mahasiswa

untuk menyelesaikan 6 (enam) unit kompetensi di atas. Dari hasil perhitungan kami maka

didapatkan beban SKS nya adalah sebanyak 4 SKS dengan nama mata kuliah adalah

Merencanakan Produksi.

Analisa

Tujuan utama dari penyusunan kurikulum yang dilakukan adalah menselaraskan antara

kaidah penyusunan kurikulum dengan program yang diinginkan oleh Pusdiklat Industri

Kementerian Perindustrian yaitu Kurikulum yang berdasarkan keada Standar Kompetensi.

Uraian di atas sudah mengambarkan cukup jelas bagaimana sebuah kurikulum dapat

menggunakan standar kompetensi yang sesuia dengan bidang keilmuan program studi.

Selain itu kami juga mencoba mengakomodir keinginan dan harapan semua stakeholder

antara lain:

1. Perlunya memasukkan kemampuan di bidang teknologi informasi

Kemampuan ini dilakukan dengan cara memperkenalkan kepada mahasiswa

penggunaan beberapa perangkat lunak (software) seperti dalam melakukan simulasi

proses produksi, perancanaan produksi dan aplikasi Enterprise Resources Planning

(ERP)

2. Magang/kerja praktek dilakukan lebih lama dari biasa yang dilakukan.

Usulan ini kami akomodir dengan mengalokasikan secara khusus pada semester

akhir (lima) untuk pelaksanaan praktek industri secara penuh selama satu semester.

Teknik pelaksanaan dan pengelolaannya dapat disesuaikan dengan kondisi masing-

masing program studi.

3. Peningkatan kemampuan bahasa inggris.

Peningkatan kemampuan Bahasa Inggris dilakukan dengan menetapkan Mata Kuliah

Bahasa Inggris sebanyak dua kali pada dua semester berutan di semester akhir.

Pelaksanaan magang/kerja praktek dilakukan pada semester akhir selama satu

semester penuh.

4. Soft skill kemampuan berkomunikasi dan meyakinkan orang lain.

Page 32: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

23

ISBN: 978-602-60613-0-0

Kemampuan ini dapat terpenuhi dengan cara mengharuskan setiap mata kuliah

praktek dilakukan secara berkelompok. Selain itu dalam SKKNI juga telah

memasukkan secara khusus kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dengan

pihak lain, baik itu teman sejawat, atasan ataupun bawahan.

Penutup

Demikianlah tulisan singkat ini kami susun dengan kesimpulan bahwasanya kurikulum

berbasiskan kompetensi dapat dilakukan dengan mengadopsi Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia (SKKNI) yang sesuai dengan program studi masing-masing, bahkan

dengan melakukan adopsi tersebut akan dapat memberikan tahapan yang lebih jelas bagi

penguasaan keterampilan yang harus diberikan kepada peserta didik.

Daftar Pustaka

………, Alternatif Penyusunan Kurikulum mengacu kepada KKNI, diakses 20 Agustus

2016.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kemendikbud, Kurikulum Pendidikan Tinggi Sesuai KKNI, diakses 20 Agustus 2016.

DIKTI, 75 Capaian Pembelajaran/Kompetensi Lulusan Program Perguruan Tinggi, diakses

20 Agustus 2016.

Everhart, Deb. 3 Characteristics of Competncy Based Learning. 2014

Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 123 Tahun 2016 Tentang

Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Sistem Produksi Industri

Agro.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013

Tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi.

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang

Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Tim BELMAWA DIKTI 2015, Panduan Praktis Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi

2016, diakses 20 Agustus 2016.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

http://presidenri.go.id/pendidikan/ri-jerman-fokus-pada-kerja-sama-pendidikan-

vokasi.html. diakses 20 Agustus 2016.

http://bisnis.liputan6.com/read/2489058/saatnya-ri-belajar-pendidikan-vokasi-jerman.

diakses 20 Agustus 2016.

Page 33: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

24

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pengembangan dan Penerapan Model Cooperative Learning

Teknik Jigsaw Berbasis KBK Mengacu pada KKNI pada

Program Studi Manajemen 2010 Universitas Trilogi

Jakarta

M. Faisal

Universitas Trilogi

Jl. TMP. Kalibata Jakarta

Email: [email protected]

Abstract

The objective of this research is to evaluate the development and the application

of the Model of Jigsaw Cooperative Learning Techniques in order to fulfill

Universitas Trilogi real objectives and meet the Standard of National Higher

Education without affecting the image of the organization, and can provide

motivation to improve learning performance and improve productivity at the

University Trilogy. The steps of modified Borg & Gall research and development

model are : (1) assessing a list of relevant literature about the products that have

been made, (2) planning the learning objectives to be achieved, (3) developing

the initial draft, and (4) testing on the subject with a limited amount of the initial

draft, (5) revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage,

(6) reexamine the draft that has been revised based on the results of the first trial

in larger quantities subjects. The results show that the Model of Jigsaw

Cooperative Learning Techniques have a positive contribution to the

advancement and improvement of the quality of the learning process and meets

its behaviorally defined objectives.

Kata kunci: learning outcomes, entrepreneur, teamwork, empowerment,

transfer of knowledge and experience

Pendahuluan

Kurikulum Program Studi Manajemen S-1 tahun 2010 merupakan pengejawantahan dari :

1). Rencana Induk Perguruan Tinggi (RIP), 2). Visi, Misi, dan Tujuan Perguruan Tinggi, 3).

Visi, Misi, dan Tujuan Program Studi, serta 4). Peraturan Perundangan. Kurikulum yang

pada awalnya mengacu pada pencapaian kompetensi menjadi mengacu pada capaian

pembelajaran (learning outcomes). Secara khusus dengan adanya KKNI pada tahun 2010

Program Studi Manajemen Universitas Trilogi telah mengubah cara melihat kompetensi

seseorang, tidak lagi semata Ijazah tapi dengan melihat kepada kerangka kualifikasi yang

disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang

secara luas (formal, non formal, atau informal) yang akuntabel dan transparan.

Aspek yang paling berpengaruh terhadap capaian pembelajaran adalah strategi yang

diterapkan pada proses kegiatan pembelajaran. Sejatinya pembelajaran yang ideal adalah

Page 34: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

25

ISBN: 978-602-60613-0-0

pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh mahasiswa untuk terlibat aktif berkolaborasi

dan berkontribusi dalam menyusun pengetahuan, keterampilan dan sikap yang menjadi

kompetensi tujuan, untuk itu Kepala Program Studi pada tahun 2010 melakukan

Pengembangan dan Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw pada kurikulum

program studi manajemen 2010 yang Berbasis Kurikulum Berbasiss Kompetensi (KBK) dan

Mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Program Studi Manajemen S-1 telah memperkenalkan dan membangun Citra Universitas

Trilogi dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai pilar keteknopreneuran (penanaman

jiwa wirausaha/entrepreneur), kolaborasi (dimilikinya jiwa sosial, gotong royong dan

kerjasama), dan kemandirian (kekuatan untuk bertahan dan berdiri sendiri untuk

membangun apa yang diimpikannya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman) sejak

mahasiswa mulai kuliah hingga lulus (menjadi alumni); Superteam from the start till

graduates melalui proses kegiatan pembelajaran.

Selama sebelum tahun 2010, proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan lebih sering

menggunakan model cooperative learning dengan kegiatan presentasi dan diskusi, sehingga

ada beberapa mahasiswa yang terlihat kurang bersemangat untuk terlibat dalam proses

diskusi. Permasalahan dari penerapan kurikulum 2010 ini adalah apakah dengan

diterapkannya model pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw dapat

mencapai tujuan pembelajaran di program studi manajemen Universitas Trilogi dengan baik,

serta bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran cooperative learning dengan

teknik jigsaw di program studi manajemen Universitas Trilogi.

Pelaksanaan model pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw ini bertujuan

untuk mengurangi atau menghilangkan masalah-masalah yang terjadi guna mempertahankan

tingkat kepuasan (satisfactory levels), mencapai real goals organisasi dan memenuhi

peraturan perundang-undangan (Standar) Nasional Pendidikan Tinggi tanpa mempengaruhi

citra organisasi serta dapat memberi motivasi yang dapat memperbaiki learning

performance dan memperbaiki produktifitas di Universitas Trilogi.

Pembahasan

1. Skenario Pelaksanaan

Penelitian ini menggunakan model pengembangan Borg & Gall yang telah disederhanakan,

Penyederhanaan tahap-tahap pengembangan tersebut dilakukan dengan memodifikasi

langkah-langkah dari Borg & Gall yang telah dimodifikasi oleh Cunningham dalam Borg &

Gall (2003: 573), yakni : (1) mengkaji peraturan perundangan dan model pembelajaran

kooperatif teknik jigsaw yang relevan tentang produk yang telah dibuat; (2) merencanakan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; (3) mengembangkan draf awal; (4) uji coba

terhadap draf awal pada subjek dengan jumlah terbatas; (5) revisi terhadap draf awal

berdasarkan hasil uji coba; (6) menguji kembali draf yang telah direvisi berdasarkan hasil

uji coba pertama pada subyek jumlah yang lebih besar.

Page 35: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

26

ISBN: 978-602-60613-0-0

2. Hasil dan Pembahasan

Anita Lie (2004:69) mengatakan bahwa: "Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh

Aronson et al. sebagai metode cooperative learning. Dalam model ini guru memperhatikan

skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata

ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama

siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah

informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi."

http://www.duniapembelajaran.com/2014/12/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html

(Diakses pada 16-10-2016 pukul 10.00)

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Arronson dan rekan-rekannya

di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas

John Hopkin (Sugianto, 2010:45). Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif

yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu

variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota

menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan

keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan

pemahaman seluruh anggota.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri

dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya (Sudrajat, 2008:1).

Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi

yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak

mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh

peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008:56).

http://www.kajianpustaka.com/2013/09/model-pembelajaran-jigsaw.html (Diakses pada

16-10-2016 pukul 10.10)

Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya (Arends, 1997). Model ini merupakan model pembelajaran kooperatif dimana

siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan

bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan

bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada

anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Mahasiswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan

mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,

“mahasiswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).

Page 36: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

27

ISBN: 978-602-60613-0-0

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk berdiskusi

(dengan tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang

ditugaskan kepada mereka. Kemudian para mahasiswa itu kembali pada tim/ kelompok asal

untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka

pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif teknik

jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk

siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang

beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu

kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan

untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang

berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw

(Diakses pada 09-09-2016 pukul 14.50)

Penjelasan bagaimana mahasiswa dipersiapkan untuk bekerja sama dan bagaimana model

pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw diterapkan adalah seperti di bawah

ini.

1. Proses Kegiatan Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kewirausahaan (belajar

menjadi pengusaha menjadi sebelum lulus)

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Cara yang terbaik dalam mencetak pengusaha

adalah mendorong agar mahasiswa mencobanya sendiri, menghadapi realita dan belajar

bermitra dengan lembaga keuangan. Dengan kata lain, untuk belajar menjadi pengusaha

sebaiknya mahasiswa berpraktik langsung melakukan perencanaan lalu melaksanakan

rencana tersebut, dengan menggunakan dana dari bank. Mahasiswa diharuskan

mengajukan rencana bisnis ke bank untuk mendapatkan kredit sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Program Studi Manajemen S-1 khususnya dan Universitas Trilogi

umumnya bekerja sama dengan pihak Perbankan, Lembaga Keuangan, dan Instansi

terkait lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan dengan cara

membimbing mahasiswa sebagai nasabah yang sebenarnya.

a. Tahap Persiapan Proses Kegiatan Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan

Kewirausahaan

Di hari-hari pertama, mahasiswa Universitas Trilogi diharuskan mengikuti suatu

ujian kesiapan belajar. Mereka yang tidak paham penggunaan komputer dan internet

diharuskan belajar sampai lulus. Setelah itu, mereka harus belajar membaca cepat

buku teks berbahasa Inggris. Hari-hari pertama ini memberikan gambaran tentang

metoda belajar yang baik.

Dalam kuliah, mahasiswa mendapatkan tugas kelompok yang memaksa mereka

untuk bekerja secara kelompok dengan menginternalisaiskan model pembelajaran

coopertaive learning yang mengharuskan memperhatikan rekan sekerja, menyatakan

kritik terhadap kinerja rekan sekerja, bahkan menilai rekan sekerja. Tugas kelompok

kemudian harus meningkat menjadi kerja dalam organisasi. Kemudian pada mata

kuliah Pengantar Bisnis dan Manajemen ((Mata kuliah Keilmuan dan Keterampilan

(MKK) pada semester 1), mahasiswa harus menjalankan suatu bisnis sederhana

Page 37: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

28

ISBN: 978-602-60613-0-0

selama 2 hari (Business Games). Dana yang digunakan adalah dana yang

dipinjamkan oleh Universitas Trilogi berdasarkan suatu skema pembagian

keuntungan.

Pada mata kuliah Seni Pentas dan Proyek Pertunjukan (Mata kuliah Perilaku

Berkarya (MPB)) di semester 2, mahasiswa belajar untuk membentuk organisasi

yang bertujuan untuk membuat suatu pertunjukan besar. Setelah mereka belajar

meningkatkan kepercayaan diri, mengekspresikan diri secara individual dan

berkelompok membentuk suatu kelompok drama pada mata kuliah pada semester 1

(yaitu mata kuliah Seni Peran (Mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB))), mahasiswa

secara keseluruhan dituntut untuk dapat mempertunjukkan drama yang mereka buat

kepada publik. Pertunjukan ini dibiayai oleh Universitas Trilogi, karena waktu

persiapan yang sangat singkat dan untuk mengurangi kerumitan kegiatan. Meskipun

demikian, mahasiswa tidak dilarang untuk mencari sponsor yang dapat mereka

peroleh dengan memanfaatkan jejaring mereka. Pengunjung dicari oleh semua

mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Semua mahasiswa juga diberi target

menjual tiket. Hal ini bertujuan menumbuhkan sikap mandiri dan kolaborasi dalam

diri mahasiswa yang sesuai dengan nilai-nilai pilar Universitas Trilogi.

Semua pengalaman pada mata kuliah ini digunakan sebagai bahan kuliah, sehingga

diharapkan bahwa mahasiswa dapat dianggap cukup siap untuk menempuh Program

Pembelajaran Pengembangan Kewirausahaan selanjutnya yaitu mata kuliah Analisis

Kelayakan Bisnis (Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB)) dan Pengalaman

Kewirausahaan (Entrepreneurial Experiences) (Mata kuliah Keahlian Berkarya

(MKB)), serta Program Pembelajaran Corporate Social Responsibility yaitu mata

kuliah Pelayanan Komunitas dan Pembangunan Berkelanjutan pada semester–

semester selanjutnya.

b. Tahap Pelaksanaan Proses Kegiatan Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan

Kewirausahaan

Pembelajaran ini dimulai dengan penyusunan rencana bisnis. Rencana bisnis disusun

oleh suatu kelompok mahasiswa terdiri atas 4 – 6 mahasiswa. Aturan kelulusan mata

kuliah ini adalah ‘diterima oleh bank atau tidak lulus’. Mahasiswa menetapkan

beberapa alternatif barang konsumen (tidak boleh menjual saham, properti dan

menyelenggarakan event) dan mulai dengan mempelajarai pasarnya. Daftar barang

dikonsultasikan ke petugas bank, yang kemudian, memberi saran. Mahasiswa harus

melakukan survei pasar, menghubungi pemasok dan langkah-langkah lainnya yang

bermuara pada pengajuan kredit. Mahasiswa juga harus menyediakan agunan yang

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kuliah mata kuliah Analisis Kelayakan Bisnis ini akan memakan waktu selama satu

semester dan diakhiri dengan penandatangan akad kredit. Selanjutnya mahasiswa

menerima dana dari bank, menggunakannya dan mengembalikannya. Bank

mendapatkan nasabah yang memahami proses pengajuan kredit dan melunasinya.

Mahasiswa bukan hanya paham, tetapi betul-betul menghayati hubungan antara

dirinya sebagai nasabah dengan bank. Kronologi Pelaksanaan Proses Kegiatan

Pembelajaran di atas adalah sebagai berikut :

Page 38: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

29

ISBN: 978-602-60613-0-0

1. Mahasiswa dikelompokkan oleh pihak Universitas Trilogi dan tidak boleh

memilih rekan sekerja (awal Semester 4);

2. Kelompok mahasiswa menentukan sedikitnya 5 macam produk yang akan

dipasarkan dan dijual. Kelompok mahasiswa harus mencari informasi selengkap-

lengkapnya untuk masing-masing produknya.

3. Pertemuan dengan Petugas Bank dimulai dengan penjelasan singkat tentang

ketentuan bank. Penjelasan ini disambut dengan presentasi rencana awal dari

masing-masing kelompok mahasiswa. Petugas bank memberi tanggapan

terhadap 5 macam produk yang diajukan;

4. Kelompok mahasiswa menetapkan 2 atau 3 produk yang akan dipelajari lebih

lanjut, yaitu membuat survei pasar, menghitung kelayakan, analisis pesaing yang

digabungkan sebagai suatu rencana bisnis;

5. Kelompok mahasiswa berkonsultasi dengan Petugas Bank untuk menetapkan 1

atau 2 produk yang akan menjadi usahanya.

6. Kelompok mahasiswa mempresentasikan rencana bisnisnya ke Petugas Bank,

dan Petugas Bank memutuskan apakah rencana bisnis tersebut dapat diterima

atau tidak dan besar kredit yang dapat diberikan. Keputusan Petugas Bank adalah

Final;

7. Kelompok mahasiswa menyerahkan agunan, menandatangani Akad Kredit dan

menerima dana dari Bank (akhir Semester 4);

8. Kelompok mahasiswa menjalankan bisnisnya dan membayar cicilan sesuai

dengan yang disepakati dengan bank (selama Semester 5 pada mata kuliah

Pengalaman Kewirausahaan);

9. Kelompok mahasiswa menyelesaikan semua persyaratan bank dan perusahaan

siap dilikuidasi (akhir Semester 5 pada mata kuliah Pengalaman Kewirausahaan).

Kelompok mahasiswa mempresentasikan evaluasi bisnis mereka pada Petugas

Bank dan Petugas Bank memberikan saran-saran untuk pengembangan usaha

lebih lanjut.

10. Kelompok mahasiswa mempresentasikan hasil bisnisnya dan menawarkan

saham perusahaan pada khalayak ramai (orang tua, dosen dan alumni). Bila

perusahaan mereka berhasil dijual, maka bisnis dapat dilanjutkan di luar

kerangka pembelajaran di Universitas Trilogi. Jika ada bisnis mahasiswa yang

mengalami kerugian, maka mahasiswa harus mengembalikan pinjaman dengan

menggunakan agunan mereka. Adapun keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

pembelajaran mata kuliah di atas, harus digunakan dalam mata kuliah Pelayanan

Komunitas (semester 6) dan Pembangunan Berkelanjutan (semester 7) sebagai

ajang pembelajaran Corporate Social Responsibility.

2. Proses Kegiatan Pembelajaran Mata Kuliah Corporate Social Responsibility (CSR)

Dalam proses kegiatan pembelajaran mata kuliah ini mahasiswa harus memberdayakan

masyarakat, memberikan ‘kail’ bukan ‘ikan’. Mahasiswa melaksanakan KKN Tematik I

dan II (mata kuliah Pelayanan Komunitas dan Pembangunan Berkelanjutan (Mata kuliah

Berkehidupan Bermasyarakat (MBB)) pada semester 6 dan 7) dengan menjalankan

sebuah program pemberdayaan masyarakat serta melaksanakan kegiatan pengembangan

masyarakat sesuai arahan pembangunan manusia (human development) dalam rangka

mencapai target dan sasaran Millenium Development Goals. Mahasiswa dan Dosen

bersama-sama berkolaborasi melakukan adaptasi dan inovasi dalam bidang

Page 39: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

30

ISBN: 978-602-60613-0-0

pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Demikian halnya dengan

Universitas Trilogi sebagai penyelenggara program di atas, berkolaborasi dengan

Pemda, Bank dan Lembaga Keuangan, Koperasi, BKKBN, Masyarakat dan instansi

lainnya. Dengan teknik jigsaw dosen memperhatikan skemata atau latar belakang

pengalaman mahasiswa dan membantu mahasiswa mengaktifkan skemata ini agar bahan

pelajaran menjadi lebih bermakna. Mahasiswa bekerja sama dengan temannya dalam

suasana gotong royong (kolaborasi) dan mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Dengan proses kegiatan pembelajaran seperti ini, mahasiswa sebagai seorang

entrepreneur, individu atau pemimpin bisnis masa depan, mereka memahami apa dan

bagaimana langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk menjalankan sebuah

program pembangunan masyarakat, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa

melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat, kompetensi, potensi, sumberdaya

dan kemampuan lingkungan dalam wadah kerjasama masyarakat, pemerintah, swasta

dan lembaga lainnya.

Kegiatan pembelajaran seperti ini menjadikan program studi manajemen (khususnya)

sebagai menara air bukan menara gading oleh karena kolaborasi dosen pembimbing

lapangan (DPL) dan mahasiswa melaksanakan Getok Tular (Transfer of Knowledge &

Experiences) setelah mahasiswa menyelesaikan proses kegiatan pembelajaran mata

kuliah pengembangan kewirausahaan dan mengikuti sejumlah mata kuliah pengintegrasi

dan mata kuliah wajib program kekhususan/peminatan konsentrasi dan mata kuliah

pilihan dalam bidang Pasar Modal, Pemasaran, dan Perencana Keuangan pada semester

5 dan 6. Dengan demikian dapat dihasilkan wirausaha baru yang berjiwa sosial dan dapat

berkontribusi pada pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia.

Hasil Penelitian

Dari penerapan konsep pembelajaran model cooperative learning dengan teknik jigsaw

maka diperoleh hasil dari segi kevalidan, keterlaksanaan, kebermanfaatan dan keefektifan

perencanaan pembelajaran yang telah disusun berdasarkan angket dari responden serta hasil

nilai belajar mahasiswa selama uji skala perorangan, skala kecil dan skala lapangan dengan

uraian sebagai berikut, (1) tingkat kevalidan sebesar 90%, (2) tingkat keterlaksanaan sebesar

87%, (3) tingkat kemanfaatan sebesar 86% dan, (4) tingkat keefektifan sebesar 87%. Hal ini

mewujudkan kegiatan pembelajaran yang bermakna, nyaman, dan menyenangkan bagi

mahasiswa dengan memperhatikan pengorganisasian pelaksanaan pembelajaran, penataan

lingkungan fisik pembelajaran, dan penataan lingkungan sosial pembelajaran.

Kesimpulan

Rencana Induk Perguruan Tinggi (RIP), Visi, Misi, dan Tujuan Perguruan Tinggi, Visi, Misi,

dan Tujuan Program Studi, serta Terbitnya Peraturan Perudangan lainnya telah berdampak

pada kurikulum dan pengelolaannya di program studi manajemen. Strategi yang dilakukan

dengan menginternalisasikan pilar Universitas Trilogi pada setiap kegiatan pembelajaran,

yaitu teknopreneur, kolaborasi, serta kemandirian. Untuk menginternalisasikan ketiga nilai-

Page 40: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

31

ISBN: 978-602-60613-0-0

nilai pilar Universitas Trilogi maka diterapkan dan dikembangkan model pembelajaran

cooperative leaning dengan teknik jigsaw pada proses kegiatan pembelajaran dan praktek.

Daftar Pustaka

Borg, W.R., & Gall, M. D. 2003. Educational Research An Introduction (7th ed). New York:

Pearson Education Inc.

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/

http://www.duniapembelajaran.com/2014/12/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning (cara efektif dan menyenangkan pacu prestasi

seluruh peserta didik). Bandung: Nusa Media dari

http://www.kajianpustaka.com/2013/09/model-pembelajaran-jigsaw.html

Sudrajat, Akhmad. 2008. Cooperative Learning-teknik Jigsaw dari

http://www.kajianpustaka.com/2013/09/model-pembelajaran-jigsaw.html

Sugianto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka dari

http://www.kajianpustaka.com/2013/09/model-pembelajaran-jigsaw.html

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

http://www.kajianpustaka.com/2013/09/model-pembelajaran-jigsaw.html

Page 41: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

32

ISBN: 978-602-60613-0-0

Teknologi Pasca Panen Ayam Potong (BROILER)

Milda Metia

Fakultas Peternakan Universitas Andalas

Kampus UNAND Limau Manis1

Email: [email protected]

Abstrak

Produk Peternakan merupakan sumber protein hewani yang di sukai oleh

masyarakat Indonesia, terutama Sumatera Barat khususnya di Kota Padang

yang telah mengalami prosesing seperti sapi, domba, kambing dan ternak

unggas. Ternak yang umum di konsumsi adalah ayam ras pedaging yang

disebut broiler merupakan jenis ayam ras jantan atau betina unggulan hasil

rekayasa genetika atau persilangan dari ayam–ayam yang memiliki

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Adapun tujuan dari

Teknologi Pasca Panen Ayam Potong (Broiler) ini memberikan informasi

kepada kalangan masyarakat, petani peternak dan khususnya mahasiswa

peternakan bagaimana cara yang baik untuk mendapatkan hasil pemotongan

dari ternak unggas kususnya ayam potong (broiler). Karkas adalah bagian

dari ternak yang telah dikeluarkan darah, kulit, kaki serta bagian organ dalam

(jeroan). Karkas ayam bagian-bagiannya dapat potongan-potongan ayam

paha bawah (drumstik), paha atas (thigh), dada (breast), sayap atas (winglet),

sayap (wing) punggung dan brutu (caracass). Ayam broiler yang beredar di

pasaran dikenal dengan istilah ayam potong 4 (empat) yang dipanen pada

umur 3 Minggu/21 hari, dipotong menjadi 8 (delapan) bagian yang dipanen

pada umur 4 Minggu/28 hari dan potong 12 (dua belas) yang dipanen pada

umur 6 Minggu/42 hari. Dalam mencapai hal itu perlu dilakukan penanganan

sesuai dengan syariat Islam agar produk hasil pengolahan dapat dikonsumsi

secara halal oleh konsumen. Selain itu, produk hasil teknologi tersebut, harus

ASUH (aman, sehat, utuh dan halal). Ayam broiler yang diproduksi oleh UPT

Fakultas Peternakan yang telah di Packaging (pengemasan) di distribusikan

ke Coody Resto dan masyarakat sekitar kampus Fakultas Peternakan

Universitas Andalas.

Kata Kunci : Pasca Panen, Ayam Potong

Pendahuluan

Produk Peternakan merupakan sumber protein hewani yang di sukai oleh masyarakat

Indonesia, terutama Sumatera Barat khususnya di Kota Padang mengalami prosesing

seperti sapi, domba, kambing, dan ternak unggas. Ternak yang umum dikonsumsi

adalahayam ras pedaging yang disebut broiler merupakan jenis ayam ras jantan atau

betina unggulan hasil rekayasa genetikatau persilangan dari ayam-ayam yang memiliki

Page 42: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

33

ISBN: 978-602-60613-0-0

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam ras pedaging dipelihara

oleh mahasiswa dan dosen serta karyawan di UPT (Unit Pelaksana Teknis) Peternakan

Fakultas Peternakan Universitas Andalas ada dua perusahan penghasil bibit yaitu:PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm dan PT. JAPFA Comfeed Indonesi, TBK Jaya Farm. Ayam

broiler yang beredar di pasaran dikenal dengan istilah ayam potong 4 (empat) yang

dipanen pada umur 3Minggu/21 Hari, potong 8 (delapan) yang dipanen pada umur 4

Minggu/28 Hari dan potong 12(dua belas) yang dipanen pada umur 6Minggu/42Hari,

dimana prosesing karkas broiler ayam broiler pertama kali diambil dari peternak dan

mengalami transportasi ke tempat prosesing untuk diproses menjadi karkas kemudian baru

dipasarkan. Secara garis besar prosesing ini meliputi penyembelihan/pemotongan

(Bleeding), scalding, pencabutan bulu (picking),eviscerating (pengeluaran organ dalam),

pendinginan (chilling), seleksi menurut kwalitas (grading), pengepakan, penyimpanan dan

pemasaran.

Alat yang di pakai untuk pemotongan ayam ada 2 (dua) macam yaitu alat sederhana

dengan memakai pisau dan pemotongan memakai mesin potong ayam, di Indonesia pada

umumnya didalam pemotongan ayam masih memakai pisau.Dan pabrik-pabrik

pengolahan unggas memakai mesin potong yang canggih, secara modern dengan standar

SNI yang disebut Rumah Potong Ayam (RPA).

Adapun tujuan dari Teknologi Pasca Panen Ayam Potong(Broiler) ini memberikan

informasi kepada kalangan masyarakat, petani peternak khususnya mahasiswa peternakan

bagaimana cara yang baik untuk mendapatkan hasil pemotongan dari ternak unggas

kususnya ayam potong (broiler).

Masalah-masalah yang akan kami bahas dalam karya ilmiah ini diantaranya :

1. Apa saja tahapan-tahapan didalam teknologi pasca panen ayam potong(broiler)?

2. Pengenalan istilah yang ada dalam teknologi pasca panen ayam potong (broiler)?

3. Apa alat-alat yang dipakai untuk penyembelihan, pencabutan bulu supaya

mendapatkan kwalitas karkas yang baik?

4. Bagaimana cara dalam penyembelihan, scalding, pencabutan bulu, eviscerating

(pengeluaran organ dalam ), pembagian karkas ayam broler

chilling, grading dan packaging,

Tinjauan Pustaka

Pemeliharaan Ayam Broiler

Strain Ayam Pedaging

Banyak strain ayam pedaging yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan kelompok

ayam yang dihasilkan perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan

ekonomi tertentu. Contoh strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro. Jenis

strain ayam ras pedaging lainnya seperti : Super 77, Tegal 70, ISA, Kim Cross, Lohman

202, Hyline, Vdett, Missouri, Bromo, CP. 707, MB.202 Platinum.

Ayam Broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara khusus

untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4

kg tergantung pada efesiensinya perusahan, dan ayam broiler dipasarkan pada umur 6-8

Page 43: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

34

ISBN: 978-602-60613-0-0

minggu. Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang

yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai

pertumbuahan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak.

Pemberian Makan dan Minum

Pemberian ransum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan,

pemeliharaan panas tubuh dan produksi. Pakan yang diberikan harus memberikan zat

makanan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karborhidrat, protein, lemak,vitamin dan

mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.

Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi). Apabila

mengunakan pakan pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuahan

ayam, yang dibedakan menjadi dua tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur

1 sampai 20 hari), yang harus mengandung serat kasar protein minimal 23 %. Tahap

kedua disebut pengemukan ( umur 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %.

Jenis pakan tertulis pada kemasannya. Pemberian air minum untuk ayam broiler tersedia

terus menerus (ad libitum).

Pencegahan Penyakit dan Pengobatan

Untuk pencegahan penyakit diberikan vaksinasi Tetelo (Newcastle Disease/ND) pada umur

ayam 1-7 Hari melalui tetes mata. Penyakit yang sering menyerang adalah penyakit

Ngorok (chronic Respiratory Disease) ini merupakan penyakit pernapasan yang

disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Dimana gejala yang terlihat ayam

sering bersin dan ingus keluar lewat hidung serta gorok saat bernapas, pengobatan

dengan menggunakan antibiotik seperti Tylocin yang diberikan melalui air minum

(Cahyono, B,1997).

Kandang dan Idukan/Pemanasan

Kandang yang ideal untuk beternak ayam broiler adalah daerah yang terletak jauh dari

pemukiman penduduk, transportasi lancar, dekat sumber air dan arah ketimur ke barat

menghadap matahari terbit serta ventilasi cukup untuk pertukaran udara. Temperatur udara

dalam kandang dan suhu ideal kandang sesuai dengan umur ayam yaitu:

No. Umur /hari Suhu/0 C No. Umur/hari Suhu/0 C

1. 01-07 34-32 4. 21-28 24-23

2. 08-14 29-27 5. 28-35 23-21

3. 15-21 26-25

Tipe kandang ayam broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tampa panggung (litter),

kedua tipe kandang ini punya keuntungan dan kelemahan masing-masing. Didalam

pemeliharan DOC umur 1-7 hari di awal pemeliharaan kandang ditutupi plastikterpal untuk

menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya. Kepadatan

kandang yang ideal adalah 8-10ekor/m2.

Materi Dan Metode

Ternak unggas merupakan sumber protein hewani yang mengandung protein tinggi, mudah

didapat, harga terjangkau dan sudah memasyarakat serta disukai hampir semua orang atau

Page 44: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

35

ISBN: 978-602-60613-0-0

kalangan umum.Ternak unggas seperti seperti ayam broiler, itik, ayam kampung sangat

digemari atau diminati oleh masyarakat Sumatra Barat khususnya penduduk yang berada

dikota-kota di sumbar seperti Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, Solok, Padang Pajang dan

lain-lain. Penduduk Sumatera Barat pandai memasak beraneka macam masakan olahan

yang berasal dari ternak unggas yang terkenal dengan kalio ayam, gulai itik hijau masakan

khas Koto Gadang yang sangat populer di Indonesia. Ini menyebabkan permintaan

terhadap daging ayam meningkat pesat, maka dengan ini akan banyak bermunculan rumah

potong ayam ( RPA) sederhana.

Pada umumnya masyarakat yang berusaha atau membuka jasa pemotongan ayam bersifat

skala kecil yang berada kota besar, kota kecil, perkampungan di pasar tradisional

mengunakan alat pemotongan sederhana dengan memakai pisau yangn tajam. Kalu pisau

tidak tajam akan membuat lambat putus vena jagularis dan arteri corotis menyebabkan

ayam menderita lama matinya. Ini sesuai dengan pendapat Murtidjo,B.A. (1987) bahwa

pemotongan dilakukan dengan mengunakan pisau kecil, bagian yang dipotong adalah di

dasar rahang, tepat memotong vena jagularis dan arteri corotis.

Sesuai dengan Pemotongan dan pemrosesan terdapat beberapa tahapan yang lasim diikuti

dalam pemrosesan. Pasca- produksi ayam pedaging dalam industri pemotongan yang

sudah maju dengan jumlah pemotongan ayam yang banyak, maka tahapan proses pasca

produksi harus dilaksanakan secara sempurna. Sedangkan Murtidjo,B.A. (1987)

mengatakan bahwa proses pemotongan ayam secara modern, dilakukan dirumah Potong

Ayam (RPA).

Dalam pemotongan ayam semacam ini bisa diperoleh standar kualitas karkas yang baik,

karena dalam pemotongan digunakan peralatan yang digerakan secara otomatis dan teratur.

Karkas adalah bagian dari ternak yang telah dikeluarkan darah,kulit,kakiserta bagian organ

dalaam (jeroan). Karkas ayam bagian-bagiannya dapat potongan-potongan ayam paha

bawah (drumstik), paha atas (thigh), dada(breast), sayap atas (winglet), sayap (wing)

punggung dan brutu (caracass).

Langkah–langkah dalam proses pemotongan pada ayam broiler/ayam potong adalah:

Penyembelihan (Bleeding)

Pemotongan dilakukan dengan mengunakan pisau kecil, bagian yang dipotong adalah di

dasar rahang, tepat memotong vena jagularis dan arteri corotis. Darah dituntaskan dengan

ditampung. Lama penuntasan sekitar 50-70 detik.

Gambar 1 : Pisau penyembelihan Ayam Broiler

Page 45: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

36

ISBN: 978-602-60613-0-0

Scalding (Pencelupan dalam air panas)

Setelah ayam broiler dipotong rendamkan kedalam air panas dengan suhu tertentu.

Pencelupan bertujuan untuk memudahkan pencabutan bulu, pencelupan terlalu lama bisa

menyebabkan kulit terlalu lengket setelah dicabut bulunya. Pencelupan kedalam air panas

untuk mempercepat pencabutan bulu.

Dimana ada dua cara yang dipakai adalah :

Dengan air bersuhu 52-55 C selama 45 detik. Biasa dilakukan pada untuk ayam broiler

yang dipotong pada usia 5-6 minggu, agar dihasilkan kualitas karkas yang baik.Dengan air

bersuhu 55–60 C selama 90 detik Biasa dilakukan pada untuk ayam broiler yang dipotong

pada usia 7- 8 minggu. Kulit menjadi lebih kering.

Picking (pencabutan bulu)

Pencabutan bulu setelah proses pencelupan ayam potong kedalam dalam air panas selesai

baru proses pencabutan bulu ayam dilakukan dengan memakai mesin pencabut bulu 2

(dua) selinder berupa selinder karet, yang pada kedua permukaannya terdapat duri-duri

lunak yang terbuat dari karet. Kedua selinder berputar dengan arah yang berlawanan,

sehingga jika karkas ayam broiler diletakan didalamnya bulu-bulunya akan terkait dan

tercabut dari permukaannya.

Gambar 2 : Mesin Pencabut Bulu Ayam Broiler

Eviscerating (pengeluaran organ dalam )

Setelah selesai pencabutan bulu tahap selanjutnya adalah pengeluaran organ dalam atau

jeroan, termasuk kepala , kelenjer minyak, dan paru, setelah itu organ dalam tubuh di cuci

bersih. Untuk mengeluarkan organ dalam, juga dilakukan pemotongan kaki, kepala dan

leher sehingga diperoleh karkas.

Grading (seleksi menurut kwalitas)

Penggolongan karkas yang dilakukan di UPT Peternakan hanya berdasarkan bobot

badan/berat badan Ayam potong (broiler), dimana sebelum ayam dipotong dilakukan

penimbangan terlebih dahulu kemudian baru dipotong. Pembagian karkas berdasarkan

bobot badan dikelompokan 3 yaitu :7 ons s/d 1kg, 1 kg s/d 1,4 kg dan 1,5 kg.

Pembagian karkas ayam broler ayam broiler yang dilakukan di UPT Peternakan sesuai

dengan permintaan konsumen ada potong 4 (empat), potong 8 (delapan), dan potong 12

(belas) sesuai dengan umur ayam yang dipanen.

Page 46: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

37

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 3 : Karkas ayam sebelum dipotong, karkas ayam sesuai bagian-bagiannya, karkas

potongan empat, potongan delapan dan potongan dua belas.

Packaging (pengemasan)

Tahap selanjutnya adalah proses pengemasan dilakukan dengan memakai plastik kantong

putih. Caranya karkas dibungkus dengan plastik kemasan sehingga terbungkus selurunya.

Chilling (pendinginan)

Pendinginan bertujuan untuk menghilangkan panas badan yang tersisa, disamping untuk

mencegah bibit penyakit, dan bertujuan agar daging ayam potong tahan lama.

Pendinginan dapat dilakukan didalam dengan memakai freezer dengan suhu dibawah 10 0C.

Kesimpulan dan Saran

Didalam teknologi pasca panen ayam potong (broiler) dibutuhkan langkah- langkah

penanganan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil pemotongan dari ternak unggas

kususnya ayam potong baik ayam kampung khususnya ayam broiler. Dalam mencapai hal

itu perlu dilakukan penanganan sesuai dengan syariat islam, agar produk hasil pengolahan

dapat dikonsumsi secara halal oleh konsumen. Selain itu, produk hasil teknologi tersebut,

harus ASUH (aman, sehat, utuh dan halal). Ayam potong (broiler) yang diproduksi oleh

UPT Fakultas Peternakan yang telah di Packaging (pengemasan) di distribusikan ke

Coody Resto dan masyarakat sekitar kampus Fakultas Peternakan Universitas Andalas.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai jual dari produk ayam potong(broiler) tersebut

dibutuhkan penyuluhan tentang teknik-teknik yang baik dalam mengolahnya kepada

pedagang hasil ayam potong (broiler).

Daftar Pustaka

AKK. 1973. Berternak Ayam. Penerbit Kanisius Yokyakarta.

Cahyono, Bambang. 1995. Cara meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler).

Penerbit Pustaka Nusatama : Yokyakarta.

Cahyono, Bambang. Ayam Buras Pedaging. 1997. Cetakan ke VII, Tahun 2004.

Dewan Standardisasi Nasional (DSN). 1995. Karkas Ayam Pedaging, SNI 01-3924-1995.

Page 47: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

38

ISBN: 978-602-60613-0-0

Kamran. Z,M. Sarwar, M.Nisa, MA. 2008. Effect of low-protein diets having contant

energy-to-protein ratio on performanve and carcass characteristics of broiler chicken from

one to thirty days of age. Poultry Sci. 2008.87:468-474.

Leeson, S. And J. D. Summers. 1980. Production and carcass characteristics of the

broiler chickens. Poltry Science. 59 : 786-798.

Murtidjo, B . A. Pedoman Beternak Ayam Broiler 1987. Cetakan Ke 18, Tahun 11.

Pernebit Kanisius 1987.

Noroso. Panen Ayam Pedaging dengan Produksinya 2x Lipat. 2011. Cetakan keempat.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Kampung. Cetakan XXVIII. Pepustakan Nasional.

Tungga, Robin. N.S Budiana. Itik Peking. 2004. Cetakan I . Penebar Swadaya. Jakarta.

Karkas ayam broiler (Diakses pada tanggal 10 Februari 2015. Pukul 11.00

WIB).http://wwwtentangayam.wordpress.com/tagayam/karkas.Id.

Wikipedia.org/w.ki/unggas.

Page 48: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

39

ISBN: 978-602-60613-0-0

Penerapan Project Based Learning (PjBL) dalam Meningkatkan

Kemampuan Manajemen Kelompok pada Kewirausahaan Teknologi

Rika Hariance1, Afrianingsih Putri2, Nofialdi3

1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Fakultas Pertanian, Kampus Unand LimauManih

Email: [email protected]

Abstrak

Pentingnya membangun kompetensi softkill mahasiswa menjadi dasar untuk

membangun karakter individu mahasiswa baik dari sisi intrapersonal skill dan

interpersonal skill. Matakuliah Kewirausahaan Sosial dan Teknologi

merupakan matakuliah wajib pada semester VI pada kurikulum program studi

Agribisnis. Pada matakuliah ini, penerapan pembelajarannya tidak hanya

melakukan tatap muka tapi juga melaksanakan praktikum lapangan dengan

penerapan teori yang telah diperoleh di dalam kelas. Pelaksanaan praktek

lapangan ini, dilakukan dengan metode pembelajaran Project Based Learning

(PjBL). Dalam pembelajaran ini, mahasiswa bukan hanya dibangun jiwa

kewirausahaan tapi mampu menerapkan teknologi pertanian dan memiliki

kemampuan menerapkan teknologi tersebut secara sosial kepada masyarakat.

Dengan tindakan PjBL menunjukkan bahwa kemampuan bekerja dalam tim

yang dimiliki mahasiswa semakin baik, dimulai dari perencanaan,

pengorganisasian kerja, pelaksanaan dan evaluasi kerja halini ditunjukkan

dengan nilai rata-rata yang diperoleh oleh mahasiswa.

Kata Kunci : Project Based Learning, softkill, kewirausahaan

Pendahuluan

Matakuliah Kewirausahaan Sosial dan Teknologi merupakan matakuliah wajib pada

semester VI pada kurikulum program studi Agribisnis. Pada matakuliah ini, penerapan

pembelajarannya tidak hanya melakukan tatap muka tapi juga melaksanakan praktikum

lapangan dengan penerapan teori yang telah diperoleh di dalam kelas. Secara umum,

kompetensi yang diharapkan dalam matakuliah ini mahasiswa mampu menerapkan

kemampuan manajemen.

Pelaksanaan praktek lapangan ini, dilakukan dengan metode pembelajaran Project Based

Learning (PjBL). PjBL ini merupakan metode pembelajaran dengan pendekatan

konstuktivisme yakni metode pembelajaran dengan menuntut peserta didik menyusun

pengetahuannya sendiri (Bell, 1995). Dalam pembelajarannya peserta didik diberikan

kebebasan untuk merencanakan, melaksanakan project dan pada akhirnya menghasil produk

yang bisa ditampilkan kepada orang lain. Pendekatan ini mengembangkan paham

kontruktivisme dalam pembelajaran yakni

Page 49: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

40

ISBN: 978-602-60613-0-0

Dengan metode PjBL ini, akan membangun kompetensi softskill mahasiswa secara

intrapersonal dan interpersonal dan membentuk nilai-nilai dasar pada mahasiswa.

Kompetensi intrapersonal skill yang diharapkan membangun kemandirian dalam

melaksanakan suatu project, berpikir kritis dan mampu menganalisis masalah dan mencari

solusi dalam menyelesaikan masalah. Dari sisi interpersonal skill, penekanan pembelajaran

bagaimana bekerja dalam tim dan berkomunikasi lisan sesama tim. Sedangkan untuk

pembentukan nilai-nilai dasar penekanan dilakukan bagaimana mahasiswa mampu

berintegrasi, disiplin, kerja keras, santun dan memiliki etika serta mempunya kepecayaan

diri dalam membuat suatu keputusan atau pernyataan (Darwirson, 2015)

Dengan metode PjBL ini, diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan dalam melakukan

manajemen kelompok dan membangun karakter mahasiswa yang mampu berintekrasi dalam

kelompok dan diluar kelompok (masyarakat).

Metoda Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan lapangan, mahasiswa yang terdiri dari beberapa kelas akan digabungkan

dalam satu kelompok. Hal ini dimaksudkan, untuk membangun interpersonal skill

mahasiswa. Selama ini, mahasiswa hanya tergabung dalam satu kelompok yang berasal dari

satu kelas yang sama. Artinya, ada interaksi mahasiswa yang continue karena berada dalam

satu kelas dan satu kelompok yang sama. Persoalannya akan muncul, jika mahasiswa yang

berasal dari kelas yang berbeda kemudian digabungkan pada satu kelompok yang sama

dalam mengerjakan satu project, akan terdapat berbagai macam karakter yang berbeda

dalam satu tim.

Dalam pembelajaran ini, mahasiswa bukan hanya dibangun jiwa kewirausahaan tapi mampu

menerapkan teknologi pertanian dan memiliki kemampuan menerapkan teknologi tersebut

secara sosial kepada masyarakat. Selama ini, fokus mahasiswa hanya menyelesaikan project

dalam kelompok dan lingkungan kampus saja. Idealnya, ada transfer teknologi yang

diterapkan mahasiswa tersebut kepada lingkungan masyarakat sehingga ada interaksi

mahasiswa dengan masyarakat dalam bentuk penyuluhan teknologi yang telah dilaksanakan

oleh mahasiswa di lingkungan kampus.

Metodenya pelaksanaannya, mahasiswa mambuat project penerapan teknologi di

lingkungan kampus, kemudian project yang telah dilaksanakan pada akhir perkuliahan

disosialisasikan kepada masyarakat. Di sini, pembangunan karakter mahasiswa dalam

berkelompok dan pembangunan karakter mahasiswa berinteraksi dengan lingkungan di luar

kelompok menjadi bagian penting untuk menyelesaikan project yang dilaksanakan.

Pelaksanaan Kegiatan

Penerapan pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada mata kuliah Kewirausahaan

Sosial dan Teknologi dirancang dengan beberapa project produk yang berbeda dengan

konsep integrated farming system (pertanian terpadu: pertanian dan peternakan).

Pengembangan konsep ini dirancang dengan menggabungkan semua subsistem yang ada

dalam agribisnis. Subsistem dalam agribisnis mencakup : subsistem pembuatan, pengadaan

dan penyaluran sarana produksi (bibit, benih, pupuk), subsistem kegiatan produksi dalam

Page 50: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

41

ISBN: 978-602-60613-0-0

usaha tani yang menghasilkan berbagai produk pertanian dan subsistem pengumpulan,

pengolahan penyimpanan dan penyaluran produk pertanian (Firdaus, 2008).

1. Perencanaan

a. Mahasiswa yang terdiri tiga kelas (A, B, C) dibagi dalam 6 kelompok. Masing-

masing kelompok memiliki anggota kelompok yang berasal dari kelas A,B dan C.

Tujuan dari pembagian kelompok ini yang berasal dari kelas berbeda ini sebagai

bentuk penguatan manajemen antar individu dalam kelompok maupun antara

individu di luar kelompok serta interaksi antara sesama kelompok.

b. Masing-masing kelompok akan melaksanakan project dalam satu kawasan terpadu

yang menghasilkan produk yang berbeda. Pelaksanaan project masing-masing

kelompok saling terintegrasi satu sama lain. Sehingga disini dituntut softkill

mahasiswa dalam komunikasi dan interaksi serta bekerja sama antar anggota

kelompok dan antar kelompok.

c. Setelah pembentukan kelompok, tim dosen pengampu matakuliah dan praktikum

merancang rencana produk yang menjadi project kegiatan mahasiswa. Produk yang

ditetapkan sesuai dengan konsep integrated farming system yang diselaraskan

dengan kegiatan-kegiatan dimasing-masing subsistem agribisnis.

Subsistem pembuatan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi (bibit, benih,

pupuk). Pada subsistem ini, terdapat 2 kelompok yang akan melaksanakan

kegiatan pembuatan pupuk organik untuk komoditi pertanian dan pembuatan

pakan organik untuk komoditi peternakan.

Subsistem kegiatan produksi dalam usaha tani yang menghasilkan berbagai

produk pertanian dan subsistem pengumpulan. Pada subsistem ini, terdapat 4

kelompok terdiri dari 2 kelompok untuk kegiatan usaha pertanian, dan 2

kelompok pada usaha perternakan.

d. Setelah masing-masing kelompok mendapatkan produk yang akan

dilaksanakan,tahap selanjutnya masing-masing kelompok menyiapkan rancangan

proposal kegiatan sesuai dengan pembagian produk yang telah disusun. Pada

rancangan proposal tersebut mahasiswa merancang kegiatan mulai dari tahap

menyusun anggaran kegiatan, tahapan produksi, tahapan pemasaran hingga tahapan

sosialisasi. Tahapan penyusunan rencana kegiatan mahasiswa tersebut disesuaikan

dengan target kegiatan dalam jangka waktu 1 semester pembelajaran. Untuk bidang

pertanian, mahasiswa harus memilih usaha tani yang mampu menghasilkan produk

dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan. Begitu juga untuk usaha di bidang

peternakan.

e. Masing-masing kelompok harus memiliki buku laporan keuangan dan logbook

selama kegiatan project berlangsung. Logbook yang dimiliki terdiri dari logbook

pribadi maupun logbook kelompok. Pada logbook pribadi, terkait dengan kegiatan

yang dilakukan oleh anggota kelompok secara individu sedangkan logbook

kelompok terkait dengan kegiatan yang dilakukan secara kelompok.

f. Masing-masing kelompok akan dipantau oleh 2 orang asisten dosen. Tujuannya akan

kegiatan yang dilakukan oleh kelompok betul-betul dilaksanakan sesuai dengan

pencatatan di logbook.

2. Pelaksanaan Kegiatan

a. Manajemen Kelompok

Page 51: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

42

ISBN: 978-602-60613-0-0

Anggaran/ Biaya

Gambar 1. Pencatan Keuangan/ Modal Kelompok

Masing-masing kelompok memiliki pencatatan keuangan yang jelas sesuai

dengan teori yang diperoleh dalam matakuliah akuntasi. Pencatatan tersebut

dimulai dari pengumpulan dana (iuran dari masing-masing anggota

kelompok), biaya yang keluarkan selama produksi dan pendapatan yang

diperoleh dari kegiatan produksi.

Dalam pengumpulan dana, masing-masing anggota kelompok bersepakat

untuk menetapkan dana yang harus dikeluarkan oleh masing-masing anggota

sesuai dengan target produksi yang diinginkan. Kelompok dituntut untuk

mampu memagemen keuangannya sehingga dana yang sudah dikeluarkan

sesuai dengan target yang diinginkan.

Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan project, interaksi dan kerja sama masing-masing mahasiswa

dalam kelompok dan antar kelompok sangat diutamakan. Karena konsep yang

digunakan adalah pertanian terpadu dalam satu kawasan, maka masing-masing

kelompok yang saling terkait akan saling berinteraksi.

Masing-masing kelompok akan memiliki ketua kelompok, sekretaris dan

bendahara kelompok yang akan menjadi leader dalam memanajemen

kelompoknya. Nantinya, masing-masing kelompok akan saling berinterkasi satu

sama lain dalam hal proses produksinya. Untuk kelompok produk pertanian,

melaksanakan project produk hortikultura (secara vertical farming dan secara

bedengan ) dan untuk kelompok produk peternakan mengusahakan budidaya lele

terpal dan peternakan ayam pedaging. Sedangkan kelompok pembuatan pakan

dibagi atas pembuatan pakan lele dan ayam serta pembuatan bokasi untuk

tanaman.

1. Kegiatan produksi

a. Pada tahap awal kegiatan produksi, semua anggota kelompok akan

bekerjasama dalam memulai produksi. Mulai dari menyiapkan lahan,

menyiapkan alat, melakukan penanaman hingga pemeliharaan. Masing-

masing kelompok harus bisa membagi anggotanya untuk pembagian

tugas dalam awal pelaksanaan. Sehingga project yang dilaksanakan

bukan hanya dikerjakan oleh satu orang saja. Pembagian tugas tersebut

tertuang dalam logbook kelompok maupun logbook pribadi yang

dimiliki.

Page 52: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

43

ISBN: 978-602-60613-0-0

b. Masing-masing kelompok saling bekerja sama dalam melakukan

kegiatan produksi. Untuk kelompok yang membuat bokasi (pupuk) akan

memasarkan produknya, pemsaran dilakukan kepada pihak luar

kelompok dan juga pada kelompok yang mengusahakan produk

hotikultura. Begitu juga dengan kelompok yang membuat pakan ternak

akan bekerjasama dengan kelompok yang mengusahakan ternak lele dan

ayam. Untuk kelompok yang mengusahakan ternak bisa bekerja sama

dengan kelompok yang lain, misalnya dalam kerjasama pemanfaatan

kotoran ternak untuk pupuk organik.

Proses tawar menawar antar kelompok menjadi bagian penting dalam

pembelajaran ini bagaimana masing-masing kelompok mampu bekerja

sama dalam tim, dengan mengedepankan etika dalam berinteraksi.

c. Selama kegiatan produksi masing-masing anggota kelompok bersepakat

untuk melakukan pemeliharaan dengan membuat jadwal piket. Jadwal

piket tersebut berkaitan dengan menyiram tanaman, pemberian dan

lainnya. Di sini dituntut komitmen dan kerjasama anggota dalam

kelompok untuk melaksanakan jadwal piket yang telah disusun. Jika ada

anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugasnya sesuai jadwal,

maka kelompok akan menetapkan sanksi.

Gambar 2. Kelompok Pupuk Bokasi

d. Masing-masing kelompok saling bekerja sama dalam melakukan

kegiatan produksi. Untuk kelompok yang membuat bokasi (pupuk) akan

memasarkan produknya, pemsaran dilakukan kepada pihak luar

kelompok dan juga pada kelompok yang mengusahakan produk

hotikultura. Begitu juga dengan kelompok yang membuat pakan ternak

akan bekerjasama dengan kelompok yang mengusahakan ternak lele dan

ayam. Untuk kelompok yang mengusahakan ternak bisa bekerja sama

dengan kelompok yang lain, misalnya dalam kerjasama pemanfaatan

kotoran ternak untuk pupuk organik.

Proses tawar menawar antar kelompok menjadi bagian penting dalam

pembelajaran ini bagaimana masing-masing kelompok mampu bekerja

sama dalam tim, dengan mengedepankan etika dalam berinteraksi.

Selama kegiatan produksi masing-masing anggota kelompok bersepakat

untuk melakukan pemeliharaan dengan membuat jadwal piket. Jadwal

piket tersebut berkaitan dengan menyiram tanaman, pemberian dan

lainnya. Di sini dituntut komitmen dan kerjasama anggota dalam

Page 53: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

44

ISBN: 978-602-60613-0-0

kelompok untuk melaksanakan jadwal piket yang telah disusun. Jika ada

anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugasnya sesuai jadwal,

maka kelompok akan menetapkan sanksi.

Gambar 3. Kelompok Budidaya

Gambar 4. Kelompok Ternak Ayam Potong

Gambar 5. Kelompok Budidaya Vertikulture

Page 54: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

45

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 6. Kelompok Budidaya Lele

b. Setelah kegiatan produksi, masing-masing kelompok akan memasarkan produk yang

telah dikerjakan. Disini kelompok harus mampu mencari pasar yang mampu

menampung hasil produksi mereka. Selain memasarkan pada kelompok lain,

masing-masing kelompok juga harus memikirkan jika seandainya produk yang

mereka hasilkan tidak diminati pasar. Jika kelompok tidak mencari solusi tepat

terhadap masalah tersebut, maka kelompok akan menanggung kerugian dana dan

tenaga atas kegiatan yang dilakukan sebelumnya.

Sesuai dengan konsep PjBL sendiri, mahasiswa dituntut untuk mampu menganalisis

masalah yang terjadi dan mencari solusi dari masalah tersebut. Karena project

tersebut sudah dirancang sedemikian rupa, maka masalah-masalah dimuncul setelah

kegiatan produksi, harus mampu diselesaikan secara kelompok.

c. Tahap sosialisasi merupakan tahap akhir dari pelaksanaan kegiatan produksi. Disini

masing-masing kelompok harus mampu mensosialisasikan kegiatan yang telah

mereka lakukan ke masyarakat. Misalnya : sosialisasi bagaimana memanfaatkan

lahan yang sedikit dengan teknik vertical farming.

Output yang diharapkan disini, mahasiswa secara individu dan kelompok mampu

berkomunikasi dengan masyarakat dan siap menghadapi tantangan dan

permasalahan yang terjadi ditengah masayarakat. Untuk mampu memberikan

sosialisasi di tengah masyarakat, bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Karena

kondisi sosial dan tipe masyarakat yang berbeda menuntut mahasiswa untuk

kemampuan komunikasi dan interaksi dengan kondisi tersebut.

Gambar 7. Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan Kepada Masyarakat

Page 55: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

46

ISBN: 978-602-60613-0-0

d. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai bagaimana pembelajaran yang dilakukan sesuai

dengan kompetensi yang diharapkan. Evaluasi dilakukan dengan melakukan

penilaian terhadap kelompok maupun penilaian terhadap individu.

Penilaian yang dilakukan pada :

1. Kegiatan produksi yang dihasilkan

Keberhasilan dinilai apakah usaha yang dilakukan sudah sesuai dengan konsep yang

teori yang dipelajari dalam artian usaha yang dilakukan apakah sukses atau tidak.

2. Pasar

Disini penilaian dilakukan apakah produk yang dihasilkan memiliki pasar atau diserap

oleh pasar

3. Finansial

Penilaian dilakukan pada pencatatan keuangan : biaya, produksi serta pendapatan yang

diperoleh. Jika pendapatan produksi yang dihasilkan melebihi biaya yang dikeluarkan

maka kegiatan tersebut berhasil dilaksanakan

4. Logbook

Penilaian dilakukan dalam pencatatan kegiatan pribadi maupun kelompok dalam

logbook

5. Sikap dan Kehadiran

Penilaian terhadap sikap dan kehadiran berkaitan dengan penilaian kemampuan

berintegrasi, disiplin, kerja keras, santun dan memiliki etika serta mempunya

kepecayaan diri.

Hasil penilaian mahasiswa menunjukkan bahwa rata-rata nilai mahasiswa adalah 79,11.

Gambar 8. Penilaian Mahasiswa

Kesimpulan dan Saran

Pada tindakan PjBL pada kegiatan kewirausahaan teknologi yang dilakukan pada mata

kuliah Kewirausahaan Sosial dan teknologi pada Prodi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian menunjukkan bahwa kemampuan bekerja dalam tim yang dimiliki mahasiswa

Page 56: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

47

ISBN: 978-602-60613-0-0

semakin baik, dimulai dari perencanaan, pengorganisasian kerja, pelaksanaan dan evaluasi

kerja halini ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh oleh mahasiswa.

Daftar Pustaka

Bell,B.F. 1995. Children’s Science, Contructivisme and Learning in science, Victoria :

Deakin University Pers

Darwirson . 2015. Pengembangan Metode Pembelajaran Mikroprosesor Dan Antarmuka

Menggunakan Metode Project Based Learning. Prociding Seminar Nasional Pengembangan

Pendidikan Tinggi : 190-197

Firdaus, M.2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta

Page 57: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

48

ISBN: 978-602-60613-0-0

Resep Unggulan Peningkatan Nilai TOEFL

Iskandar Abdul Samad1,2, Hizir3, Usman Kasim4, Siti Sarah Fitriani5,

Faisal Mustafa6

1 Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bahasa Inggris

Universitas Syiah Kuala

Jalan Teuku Nyak Arief, Darussalam, Banda Aceh

Email: [email protected] 3 Wakil Rektor Bidang Akademik, Universitas Syiah Kuala

Jalan Teuku Nyak Arief, Darussalam, Banda Aceh

Email: [email protected] 4 Language Center, Universitas Syiah Kuala

Jalan Teuku Nyak Arief, Darussalam, Banda Aceh

Email: [email protected] 5Ketua Tim Penjaminan Mutu Akademik Prodi Bahasa Inggris,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bahasa Inggris

Universitas Syiah Kuala

Jalan Teuku Nyak Arief, Darussalam, Banda Aceh

Email: [email protected] 6 Language Center, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh-Indonesia

Jalan Teuku Nyak Arief, Darussalam, Banda Aceh

Email: [email protected]

Abstrak

Universitas yang mewajibkan nilai kemampuan bahasa Inggris, Test of English

as a Foreign Language (TOEFL) sebagai salah satu syarat untuk mengikuti

ujian akhir menekankan mahasiswa untuk bekerja keras untuk mencapainya.

Bagi mahasiswa, bahasa Inggris jarang digunakan di dalam kehidupan sehari-

hari sehingga mereka menganggap kemampuan ini sulit dicapai.

Pemberlakuan ini pun mendapatkan berbagai kritik dari kalangan mahasiswa,

yang kemudian di respon oleh pejabat universitas dengan program Mata

Kuliah Umum Bahasa Inggris (MKUBI) dan Unit Pendampingan Program

Pembelajaran Bahasa Inggris (UP3BI). Hasil pre-test dan post-test TOEFL

terhadap 1916 digunakan dalam studi ini. Studi ini menginvestigasi keefektifan

dua program unggulan ini dalam membantu mencapai nilai yang diharapkan.

Kata kunci: Kemampuan Bahasa Inggris, komplain, respon terhadap

komplain.

Pendahuluan

Universitas di dunia mengsyaratkan nilai tes Bahasa Inggris seperti TOEFL dan IELTS

sebagai salah satu dokumen yang harus dilampirkan saat memasukkan aplikasi studi. Nilai

Page 58: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

49

ISBN: 978-602-60613-0-0

tes ini memperlihatkan kemampuan seseorang menguasai bahasa Inggris. Universitas di

luar negeri seperti negara Amerika, mayoritas universitas di negara ini mengsyaratkan

calon mahasiswanya untuk mendapatkan nilai TOEFL minimum 550; sementara

universitas di Australia mengsyaratkan nilai IELTS minimum 6.5. Universitas di dua

negara ini berasumsi bahwa dengan nilai sebanyak itu, calon mahasiswa mampu mengikuti

proses belajar-mengajar di dalam kelas dengan baik tanpa ada kendala dengan

pendengaran, diskusi dan lainnya.

Sedikit berbeda dengan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), di universitas ini, nilai tes

TOEFL tidak diberlakukan saat proses memasukkan aplikasi lamaran, namun tes TOEFL

ini diberlakukan kepada mahasiswa saat akan mengikuti sidang skripsi terakhir.

Pemberlakuan persyaratan ini menuai berbagai kritikan dari kalangan mahasiswa. Kritikan

ini bisa dilihat pada berbagai media seperti media Detak Unsyiah (2015), dimana

mahasiswa menganggap bahwa pemberlakuan syarat mendapatkan nilai TOEFL sebanyak

450 ini menghambat mereka menyelesaikan studi di Unsyiah. Bagi mahasiswa,

pemberlakuan ini di anggap sebagai ambisius yang dilakukan oleh Unsyiah. Para

mahasiswa beranggapan bahwa bidang studi yang mereka tidak begitu butuh nilai TOEFL

ini. Dengan kata lain, tanpa kemampuan bahasa asing ini, mereka juga bisa mendapatkan

pekerjaan yang layak setelah menyelesaikan studi di kampus ini. Komplain inilah membuat

pejabat universitas mencari jalan keluar lewat program Mata Kuliah Umum Bahasa Inggris

(MKUBI) dan Unit Program Pendampingan Pembelajaran Bahasa Inggris (UP3BI).

Dua program unggulan, MKUBI dan UP3BI telah diterapkan semenjak semester ganjil

2015. Kedua program ini fokus pada pengajaran TOEFL. Bahan dan teknik pengajarannya

disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kemampuan nilai TOEFL. Para pengajar dan

kakak asuh fokus pada pengajaran Listening Comprehension, Structure & Written

Expression, dan Reading Comprehension. Bahan yang digunakan oleh staf pengajar

seragam untuk masing-masing program, sehingga satu kelas dengan lainnya mendapatkan

materi yang sama.

Dua program ini merupakan kebijakan yang diambil oleh pejabat Unsyiah dalam merespon

komplain dari mahasiswa. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk menginvestigasi

sejauhmana resep unggulan MKUBI dan UP3BI berefek positif terhadap peningkatan nilai

TOEFL mahasiswa.

Kajian Literatur

Test of English as a Foreign Language (TOEFL)

Tes TOEFL merupakan tes standar untuk mengukur kemampuan penutur bahasa Inggris

sebagai bahasa asing. Biasanya tes ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk bisa

masuk ke perguruan tinggi di Amerika dan negara berbahasa Inggris lainnya. Namun

demikian, saat ini, tes ini juga menjadi persyaratan untuk menempuh pendidikan lanjutan

di universitas di dalam negeri. Bahkan di banyak universitas, seperti Universitas Syiah

Kuala (Unsyiah) dan Universitas Mataram, TOEFL menjadi syarat untuk mengikuti ujian

skripsi dan lulus pada program yang diambilnya (Unsyiah, 2010; Susanti, 2016). TOEFL

sebagai tes yang standar dan terpercaya (Warfield, et.al., 2003; Aliponga, 2013; Gear,

1996) membuat lebih dari 9000 institusi pendidikan di seluruh dunia mempercayai

keabsahan tes ini (Website ETS, 2016).

Page 59: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

50

ISBN: 978-602-60613-0-0

Tes TOEFL ini juga terbagi atas tiga kategori dengan kadar pengakuan yang berbeda.

Pertama, TOEFL Internasional; tes ini diakui oleh semua institusi pendidikan di dunia.

Kedua, TOEFL Institusional; tes ini bersifat institutional bermakna bahwa hanya

universitas tertentu yang mengakui nilai ini. Ketiga, TOEFL prediction; tes ini sifatnya

lokal. Hanya institusi pelaksana tes ini saja yang mengakuinya. Tes TOEFL Prediction ini

terdiri dari tiga bagian; listening, structure & written expression dan reading

comprehension (Phillips, 2001). Mahasiswa direkomendasikan untuk mengikuti tes

TOEFL prediction sebelum mengikuti tes TOEFL institutional dan Internasional. Selain

harganya yang terjangkau, TOEFL prediction ini juga memberikan informasi tentang

generic feature yang didapatkan pada tes TOEFL institutional dan internasional. Dengan

mengetahui generic feature sebagai genre element (Samad, 2015), tes ini diasumsikan

membantu mahasiswa menjawab soal dengan baik.

Komplain

Bahasan tentang komplain yang terjadi di kalangan mahasiswa terhadap persyaratan

Bahasa Inggris telah banyak didiskusikan di literatur. Di Korea, hasil riset Choi (2008)

menunjukkan bahwa pemberlakuan persyaratan ini telah membawa dampak negatif

terhadap mahasiswa di antaranya, pertama, terjadinya pemaksaan terhadap mahasiswa

untuk mengikuti tes dan mencapai nilai yang disyaratkan. Kedua, beban dana yang harus

dikeluarkan oleh mahasiswa untuk mengikuti berbagai pelatihan untuk mencapai nilai yang

telah ditentukan. Hal serupa juga terjadi di negara Amerika, dimana lembaga pendidikan

disana harus mengikuti semua persyaratan yang telah ditentukan oleh sistem pengadilan

negara. Komplain ini muncul ke permukaan karena kegagalan pemerintahan dalam

penyediaan program pengajaran kepada pelajar Bahasa Inggris untuk mencapai standar

kurikulum akademik mewajibkan (Mahoney, MacSwan and Thompson, 2005).

Metode Penelitian

Riset ini merupakan studi kasus, menginvestigasi kemampuan mahasiswa dalam

mendapatkan nilai TOEFL yang diharapkan oleh Unsyiah. Menurut Yin (2009) studi kasus

merupakan sebuah investigasi sebuah kasus ataupun banyak kasus dalam mendapatkan

informasi yang mendalam terhadap sebuah kontek dimana kasus ini terjadi.

Peserta riset

Dalam pengumpulan data, riset ini melibatkan 1916 mahasiswa. Mereka ini adalah

mahasiswa yang sedang kuliah pada semester satu di Unsyiah. Sebelum mereka mulai

mengambil mata kuliah Bahasa Inggris MKU, mereka diwajibkan untuk mengikuti pre-test

dan juga post-test, di akhir semester. Jadi hasil inilah yang dikumpulkan dan dianalisa

untuk menjawab pertanyaan riset ini.

Instrumen

Instumen yang dipakai dalam pengumpulan data adalah hasil pre-test dan post-test. Hasil

ini didapatkan dari Pusat Bahasa, pelaksana resmi tes TOEFL di Unsyiah.

Page 60: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

51

ISBN: 978-602-60613-0-0

Analisis data

Data pre-test dan post-test ini dianalisa secara quantitative. Data ini ditampilkan dalam

bentuk table dan juga graphic. Skor yang didapatkan oleh mahasiswa ini di klasisfikasikan

dalam tuju kelompok.

Hasil

TOEFL tests

Data yang ditampilkan di bawah ini adalah hasil pre-test dan post-test 1916 mahasiswa

baru yang mengikuti program Bahasa Inggris MKU dan UP3BI. Lebih jelasnya, silakan

melihat grafik 1 di bawah ini.

Grafik 1. Nilai pre-test and post-test.

Grafik 1 di atas ini menunjukkan perbedaan nilai yang dicapai oleh mahasiswa saat pre-test

dan post-test. Nilai di atas ini di klasifikasikan dalam tujuh kelompok dengan rentang nilai

tertentu. Ketujuh kelompok ini adalah mereka yang memiliki nilai di atas 550, 500-547,

477-497, 450-473, 400-477, 350-397, dan 257-347 (kelompok 1-7, secara berurutan). Dari

grafik di atas bisa kita lihat bahwa jumlah peserta pada kategori 6 & 7 semakin menurun.

Sementara pada kelompok 2-5, terjadi peningkatan jumlah pesertanya. Artinya, telah

terjadi peningkatan kemampuan mahasiswa terhadap TOEFL. Meskipun, jumlah

peningkatan ini belum terlalu signifikan, namun tren penigkatan ini bisa terlihat. Secara

umum, hasil tes ini menunjukkan adanya perubahan yang positif setelah melampau dua

program unggulan Unsyiah ini.

1 7 16 37

231

872

752

0 12 19

99

415

742

368

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

>550 500-547 477-497 450-473 400-477 350-397 257-347

Pre-test

Post-test

Page 61: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

52

ISBN: 978-602-60613-0-0

Kesimpulan

Nilai TOEFL yang tinggi menjadi syarat untuk menempuh studi di negara berbahasa

Inggris. Juga nilai tertentu diberlakukan bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan

studinya di Unsyiah. Bagi mahasiwa Unsyiah, pemberlakuan syarat ini mendapatkan

respon yang negatif. Pejabat Unsyiah merespon komplain mahasiswa ini dengan

mengambil langkah positif yaitu dengan menyediakan program MKU dan UP3BI dengan

fokus pengajaran TOEFL. Kedua program unggulan ini telah memperlihatkan

keberhasilannya. Program unggulan ini mampu menumbuhkan kesadaran untuk belajar

TOEFL. Dengan demikian, pemberlakuan TOEFL di Unsyiah tidak menjadi sebuah

permasalahan lagi.

Daftar Pustaka

Aliponga, J. (2013). Reading Journal: Its Benefit for Extensive Reading. International

Journal of Humanisties and Social Sciences, 3(2), 73-80.

Choi, I. (2008). The Impact of EFL Testing on EFL Education in Korea. Language

Testing, 25(1), 39-62.

Detak Unsyiah. (2015, March 13). TOEFL Terbukti Hambat Yudisium. Retrieved from

http://detak-unsyiah.com/headline/toefl-terbukti-hambat-yudisium.html.

Gear, J. G. (1996). Cambridge Preparation for the TOEFL Test. New York: Cambridge

University Press.

Haugh, M. (2016). Complaints and Troubles Talk About the English Language Skills of

International Students in Australian Universities. Higher Education Research

&Development.

Luxia, Q. (2007). Is testing an efficient agent for pedagogical change? Examining the

intended washback of the writing task in a high-stakes English test in China. Assessment in

Education: Principles, Policy & Practice, 14(1), 51-74.

Mahoney, K., MacSwan, M., & Thompson, J. (2005). The conditions of English language

learners in Arizona: 2004. Retrieved from www.terpconnect.umd.edu/~macswan/

EPSL0405-106-AEPI.pdf.

Nunan, D. (1992). Research Methods in Language Learning. Cambridge University Press.

Philips, D. (2001). Longman Preparation Course for the TOEFL test. London: Longman

Samad, I.A (2015). Improving Students’ Competence in Thesis Defence Examination

(TDE) in Indonesian University. Unpublished Dissertation, University of New England

(UNE), Armidale, Australia.

Susanti, N. W. M. (2016). The Use of Paper-based TOEFL as A Gate Keeper for

Graduation:

Page 62: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

53

ISBN: 978-602-60613-0-0

A Case Study at English Department Universitas Mataram. In: The 61 TEFLIN

International Conference, 2014, Universitas Sebelas Maret.

ETS (2016). The TOEFL Test. https://www.ets.org/toefl. Diakses pada tanggal 4 Oktober

2016.

Unsyiah (2010). Panduan Administrasi Akademik Program Sarjana dan Diploma

Universitas Syiah Kuala. Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh

Warfield, W., Laribee, R., & Geyer, R.W. (2013). Examining Results and Establishing

Benchmark Data from TOEFL ITP test. American Academic and Scholarly Research

Journal, 5(3), 191-198.

Yin, R. K. (2009). Case Study Research: Design and Methods. United States: Library of

Congress Cataloguing-in-Publication Data.

Page 63: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

54

ISBN: 978-602-60613-0-0

Desain Visual Display Pada Ruang Proses Produksi

(Studi Kasus PT. XYZ)

Riko Ervil

Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang

Jalan Prof. DR, Hamka N0.121 Padang

Email: [email protected]

Abstrak

PT. XYZ merupakan perusahaan vulkanisir ban yang merekondisi kembali ban

kendaraan roda empat yang masih layak pakai, sehingga dapat dimanfatkan

serta digunakan kembali. Pada saat ini Visual display yang terdapat pada

ruangan produksi masih sangat kurang baik berupa teks dan symbol. selain

penempatan atau letak visual display yang kurang tepat, penulisan juga tidak

tepat, Hal ini ditinjau dari segi tingginya huruf, lebarnya huruf, tebalnya huruf,

jarak antara dua huruf, serta jarak antara kata. Dengan visual display yang

tidak sempurna tersebut, dapat mengakibatkan para pekerja tidak

mengindahkan peringatan yang tertera serta sulit untuk membacanya. Kalau

dilihat secara sekilas visual display tersebut seperti coretan-coretan di dinding.

Akibat dari kurang baiknya visual display yang ada pada saat ini, maka terjadi

beberapa kecelakaan kerja. Untuk mengatasi permasalahan yang ada diatas,

maka dalam penelitian ini dilakukan analisa kontras ratio antara warna latar

dengan warna tulisan visual display. Kontras rasio merupakan perbedaan dua

buah warna, jika tingkat kontras suatu objek rendah, maka kemampuan untuk

melihat objek menjadi rendah. Penentuan jarak pandang visual display yang

akan didesain berdasarkan ukuran huruf. Menghitungkan ketajaman

penglihatan (Vusual Acuity) yaitu kemampuan seseorang untuk membedakan

suatu objek dengan objek lain. Mendesain Visual display serta penempatannya

serta menentukan tinggi dari visual display tersebut. Dari hasil penelitian yang

dilakukan, dihasilkan kombinasi warna dua buah desain Visual display.

menggunakan tulisan warna hitam dan warna latar putih dengan kontras ratio

93%. Desain Visual display pertama untuk ditempatkan secara permanen

dengan jarak pandang 20 m agar mudah terlihat oleh para pekerja, dengan

visual acuity (ketajaman penglihatan) 2 menit busur, penempatan visual display

ini pada dinding ruang proses produksi. dengan jarak 180 cm dari lantai

sehingga tidak tertutup oleh peralatan dan mesin yang ada. Dengan penerapan

hasil penelitian pada ruang proses produksi, maka diharapkan dapat

menghindari terjadinya kecelakaan yang terjadi pada ruang produksi baik itu

kecelakaan yang bersifat ringan bahkan kecelakaan berat yang dapat

menyebabkan cacat tetap sampai meninggal dunia. Karena jika terjadi

kecelakaan pada perusahaan dapat menyebabkan kerugian pada perusahaan

bahkan proses produksi dapat dihentikan sampai proses penyelidikan selesai

dilakukan. Kata kunci : Visual Display, Kontras ratio, ukuran huruf, Pemilihan warna, Visual

Acuity.

Page 64: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

55

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pendahuluan

Visual display adalah Display yang memberikan informasi kepada pekerja melalui

penglihatan, dengan kata lain visual display adalah bagian dari lingkungan yang perlu

memberikan informasi pada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar. Visual display

berfungsi sebagai suatu sistem komunikasi yang menghubungkan antara fasilitas kerja,

antara mesin kepada manusia serta antara manusia dengan lingkungan kerjanya.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mencoba melakukan penelitian pada salah satu

perusahaan yang bergerak dalam bidang vulkanisir ban dengan meremajakan kembali ban-

ban yang tidak layak pakai, sehingga dapat dimanfatkan serta digunakan kembali. Proses

operasi yang terdapat dalam perusahaan ini dibagi dalam dua jenis yaitu, proses panas dan

proses dingin. Peneliti menemukan kurangnya visual display yang berupa teks dan simbol

merupakan peringatan-peringatan tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Selain

penempatan/letak visual display serta penulisan yang tidak tepat, hal ini ditinjau dari segi

tingginya huruf, lebarnya huruf, tebalnya huruf, jarak antara dua huruf, serta jarak antara dua

kata. Sehingga dapat mengakibatkan para pekerja tidak mengindahkan peringatan tersebut

serta sulit untuk membacanya. Kalau dilihat secara sekilas visual display tersebut seperti

coretan-coretan di dinding yang tidak ada artinya sama sekali. Akibat dari kurang perhatian

terhadap visual display, Maka sering terjadi kecelakaan ringan pada waktu proses produksi

berlangsung. Sehingga dapat menghambat proses produksi yang mengakibatkan

berkurangnya volume produksi.

Peneliti mengamati adanya kebocoran pipa uap di sekitar area peralatan kerja. Namun tidak

ada peringatan-peringatan akan adanya bahaya uap panas bagi pekerja maupun orang lain

yang berada dilokasi tersebut. Begitu pula disekitar mesin curring alat untuk memasak ban

dengan temperatur yang sangat panas, tentunya diperlukan adanya visual display yang

mengingatkan akan adanya bahaya bila menyentuh peralatan tersebut jika mesin dalam

keadaan beroperasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah agar dapat mendesain visual

display yang berbentuk teks dan simbol, sehingga dapat memberikan informasi dengan

jelas. Sehingga dalam mengoperasikan peralatan dan mesin, pekerja dapat menghindari

terjadinya kecelakaan ringan bahkan terkadang kecelakaan berat disetiap bulannya.

Metodologi Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengamati visual display yang ada di ruang proses

produksi saat ini. Selain letak visual display tidak tepat, sehingga kurang adanya penekanan

yang mengakibatkan para pekerja tidak mengindahkan peringatan tersebut. Kurangnya

pencahayaan mengakibatkan visual display tersebut susah untuk membacanya. Kalau dilihat

secara sekilas visual display tersbut seperti coretan-coretan di dinding. Agar lebih jelasnya

dapat kita lihat pada gambar dibawah ini :

Page 65: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

56

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 1. Visual display pada dinding ruang produksi

Gambar 2. Visual display pada stasiun work shop

Untuk mendesain visual display yang berbentuk teks dan simbol, maka dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berukut :

1. Dengan menghitung kontas ratio antara warna latar dan warna tulisan display.

2. Penentuan jarak pandangan display yang akan didesain berdasarkan ukuran huruf.

3. Menentukan ketajaman penglihatan (Visual Acuity).

4. Mendesain visual display serta penenempatan visual display.

Contras Ratio

Kontras ratio adalah perbedaan dua warna. Jika pada suatu objek tingkat kekontrasan rendah,

maka kemampuan untuk melihat objek kurang. Kekontrasan dapat diukur dengan :

Persentase Contras Ratio = L Max−Lmin

L max x 100 %

Dimana :

L Max = Luminance warna latar.

L Min = Luminance warna tulisan.

Page 66: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

57

ISBN: 978-602-60613-0-0

Analisa Ukuran Huruf.

Untuk analisa ukuran huruf ini digunakan untuk membaca jarak tertentu, rumus yang dipakai

sebagai berikut : (Pulat, 1996)

H = 0,0086 x D + K1 + K2

Dimana :

H = Tinggi karakter/objek (cm)

D = Jarak Visual (m/cm)

K1 = Faktor kolerasi untuk kondisi iluminasi dan pandangan (cm)

K2 = Faktor kolerasi untuk sifat pesan yang membawa display (cm).

Ketajaman Penglihatan (Visual Acuity).

Yaitu kemampuan seseorang untuk membedakan suatu objek dengan objek lainnya. Dapat

ditentukan dengan sudut penglihatan :

VA = 3438 x H

D

Dimana :

H = tinggi karakter/objek, (cm)

D = jarak pengamatan ke objek, Ketajaman (acuity) =1

VA

Penglihatan normal memiliki acuity = 1 (VA = 1 menit).

Mendesain Visual display serta Penempatannya.

Untuk penempatan visual display serta menentukan tinggi dari visual display tersebut, maka

berpedoman pada data antropometri studi gerak dan jangkaun tubuh manusia atau

masyarakat indonesia yang didapat dari antropometri masyarakat Indonesia yaitu tinggi

tubuh pria pada posisi tegak dengan presentil 95% yaitu 173 cm, ditambah faktor

kelonggaran sol sepatu, serta helem 4 cm, serta ditambah kelonggaran dinamis 3 cm.

Sehingga tinggi display 180 cm.

Hasil dan Pembahasan

Dari perhitungan dan desain visual display pada pembahasan, dapat dianalisa bahwa kontras

ratio antara latar dan tulisan harus diperhatikan berdasarkan persentase luminance masing-

masing dengan warna latar putih serta tulisan hitam. Tingkat ketajaman dan kemampuan

penglihatan pada jarak 20 meter adalah sebesar 2 menit busur sedangkan untuk jarak 5 meter

adalah sebesar 2 menit busur. tingkat ketajaman prnglihatan (visual acuity) dikatakan baik

dan semakin tinggi, karena untuk penglihatan manusia normal adalah 1 menit busur. Serta

semakin tinggi nilai acuity, maka semakin mudah untuk melihat objek ukuran kecil.

Untuk ukuran tulisan visual display yang ditempatkan pada dinding ruang produksi dan pada

papan perhatian, serta pada lokasi yang berbahaya maka akan dapat terlihat, dan dapat dibaca

dengan jelas. Sehingga mudah untuk dipahami pada jarak 20 meter dan jarak 5 meter. Untuk

warna latar serta tulisan menggunakan dua warna yaitu untuk warna tulisan hitam,

Page 67: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

58

ISBN: 978-602-60613-0-0

sedangkan untuk warna latar putih. Dimana paduan kedua warna tersebut memiliki

kekontrasan 93 %. Sehingga dapat menambah daya akomodasi serta kemampuan adaptasi

mata untuk dapat menyesuaikan diri pada kondisi pencahayaan sumber imformasi. Dan

dapat membantu mata untuk membedakan objek dengan cermat. Maka visual display akan

lebih mudah dimengerti, mudah dipahami oleh pekerja maupun karyawan. Sehingga tidak

ada kemungkinan dalam kesalahan membaca, memahami visual display. Agar lebih jelasnya

dapat kita lihat pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Ukuran Huruf yang Didesain

Ukuran huruf Jarak pengamatan

20 meter/ 2000 cm 5 meter /500cm

Tinggi huruf 18 cm 5 cm

Lebar huruf 12 cm 3,3 cm

Tebal huruf 3 cm 0,8 cm

Jarak antara 2 huruf 3,6 cm 1cm

Jarak antara 2 kata 7,2 cm 2 cm

Untuk penempatan visual display serta menentukan tingginya visual display tersebut yaitu

180 cm. Berpedoman pada data antropometri studi gerak dan jangkauan tubuh manusia, yang

didapat dari antropometri masyarkat Indonesia yaitu tinggi tubuh pria pada posisi tegak

dengan presentil 95%.

Setelah peneliti melakukan penelitian dan pembahasan tentang visual display ini, maka

penulis membandingkan visual display pada saat kondisi rill dengan teori. Agar lebih

jelasnya dapat kita lihat pada tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2. Perbedaan Display Kondisi Saat Ini Dengan Hasil Penelitian

Perbedaan Kondisi Saat Ini Display yang diusulkan

Ukuran visual

display

Visual display yang

berukuran kecil dan tidak

teratur tinggi hurufnya, serta

tidak jelas dan tidak tepat.

Ukuran visual display telah

disesuaikan dari segi tinggi huruf,

tebal huruf, lebar huruf, jarak antara

huruf dan jarak antara kata dengan

kata.

Warna latar dan

tulisan visual

display

Bercampur dengan berbagai

gangguan atau coret-coretan

lain yang umumnya hanya

tulisan didinding

Memakai waran latar kuning dan

tulisan hitam, sehingga mudah dilihat

dan dibaca, dipahami dengan jelas.

Serta kontras ratio akan terlihat

dengan jelas antar latar dan tulisan.

Penempatan

visual display

Kurangya pencahayaan

disekitar visual display

membuat visual display

tidak diperhatikan bahkan

dengan jarak tertentu sulit

untuk dibaca dan dipahami,

serta tidak jelas.

Visual display diletakan pada area

yang berbahaya serta tingakat

pencahayaan yang cukup dalam

ruang produksi pada proses panas.

Sehingga setiap pekerja maupun

karyawan yang berada dilokasi

tersebut dapat membaca dan

mengerti dari maksud dan tujuan

visual display. Serta tidak tertutup

dengan mesin-mesin yang dapat

menghalangi pandangan terhadap

visual display.

Page 68: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

59

ISBN: 978-602-60613-0-0

Jarak visual

display

Jarak visual display yang

ada hanya dapat terbaca

dengan jarak 5 meter. Dan

beberapa huruf yang tidak

jelas terbaca karena tinggi

hurufnya tidak teratur, serta

adanya huruf yang

bertumpang dindih ( tidak

ada jarak antara huruf

dengan huruf)

Visual display pada area yang

berbahaya serta pada dinding

produksi dapat dengan jelas terbaca

pada jarak 20 meter/ 2000 cm karena

ruang produksi memiliki luas 750 m,

lebar 25 meter. Sedangkan untuk

visual display pada papan peringatan

dapat dengan jelas terbaca pada jarak

5 meter/ 500 cm, sehingga dengan

jarak tersebut sudah dapat menerima

informasi yang dismapaikan melalui

visual display teresebut dan tidak

akan mendekat pada area yang

dianggab berbahaya.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut Visual display yang didesain

dapat menyampaikan informasi secara tepat tanpa menimbulkan keraguan dari pembaca

selaku penerima informasi. Visual display yang di desain menggunakan warna tulisan hitam

sedangakan untuk latar menggunakan warna putih dengan kontras ratio 93%. Hasil desain

diutamakan penempatan diarea proses panas yang berbahaya, dan ditempatkan pada dinding

dengan jarak visual 20 m, dan memiliki visual acuity (ketajaman penglihatan) 2 menit busur.

Dan satu lagi ditempatkan dipapan peringatan dengan jarak pengamatan 5 m, visual acuity

2menit busur. Visual display tersebut diletakkan dengan ketinggian 180 cm dari lantai,

sehingga visual display tidak tertutup dengan mesin-mesin maupun beda-benda lain yang

dapat menghalangi pandangan terhadap visual display.

Dengan penerapan hasil penelitian pada ruang proses produksi, maka diharapkan dapat

menghindari terjadinya kecelakaan yang terjadi pada ruang produksi baik itu kecelakaan

yang bersifat ringan bahkan kecelakaan berat yang dapat menyebabkan cacat tetap sampai

meninggal dunia. Karena jika terjadi kecelakaan pada perusahaan dapat menyebabkan

kerugian pada perusahaan bahkan proses produksi dapat dihentikan sampai proses

penyelidikan selesai dilakukan.

Daftar Pustaka

Bridger, RS. (2003) . Introduction To Ergonomic, 2nd Edition, Taylor & Francis, London.

Nurmianto, Eko. (2004). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi pertama,

Surabaya,Indonesia.

Nurmianto, Eko. (2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi kedua, Surabaya,

Indonesia.

Nasution S. (2006). Metode Research, PT. buni Aksara, Jakarta Indonesia 2006.

Page 69: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

60

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pulat, Mustapa. (1996). Fundamental of Industrial Ergonomic, Waveland PressInc.

Oklahoma.

Wignjosoebroto, Sritomo. (2008). Ergonomi Studi Gerak dan waktu, Edisi pertama,

Surabaya Indonesia.

Page 70: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

61

ISBN: 978-602-60613-0-0

Metoda Pembelajaran Peer Tutor Sebagai Upaya Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keterampilan Keperawatan Klinik

Yulastri Arif1, Widya Francisca2, Rezi Prima3

1 Universitas Andalas

Padang

Email: [email protected] 2 STIKes Purna Bhakti Husada

Batusangkar

Email: [email protected]

3 STIKes Purna Bhakti Husada

Batusangkar

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penggunaan metoda

pembelajaran peer tutor mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

keterampilan keperawatan klinik pada mata kuliah Keterampilan Dasar

Keperawatan. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperiment

(eksperimen semu) dengan subjek mahasiswa Tingkat I Diploma Tiga

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Purna Bhakti Husada yang

berjumlah 80 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen

yang dibimbing dengan metoda peer tutor dan kelompok pembanding (kontrol)

yang dibimbing dengan metode konvensional. Pengambilan sampel dilakukan

dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan

uji praktek klinik setelah diberikan perlakuan untuk melihat kemampuan

berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinik. Analisa data dilakukan

dengan cara membuat tabulasi dan diolah dengan menggunakan rumus mean

dan dilakukan perhitungan presentasi distribusi frekwensi. Selanjutnya untuk

mengetahui nilai pengaruh metoda pembelajaran peer tutor terhadap

kemampuan berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinik dilakukan

dengan uji statistik t. Hasil penelitian menunjukan hasil bahwa nilai uji praktek

kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok pembanding (kontrol).

Hasil tersebut ditunjukkan dengan uji t dimana didapatkan hasil –t hitung

(11.86) > -t tabel (1.66) yang berarti secara statistik terdapat perbedaan yang

signifikan antara metode pembelajaran peer tutor dan metode konvensional

dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan

keperawatan klinik. Melihat hasil penelitian ini, strategi pembelajaran peer

tutor perlu terus dikembangkan pada pembelajaran mata kuliah pratikum

keperawatan lainnya, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

dan keterampilan keperawatan klinis dalam mencapai standar kompetensi

keperawatan.

Kata kunci : berpikir kritis, keterampilan keperawatan klinik, peer tutor

Page 71: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

62

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pendahuluan

Berpikir kritis sangat diperlukan oleh perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Menurut Fesler dan Birc (2005) kemampuan berpikir kritis akan menumbuhkan sikap

perawat yang percaya diri, berpandangan konseptual, kreatif, fleksibel, rasa ingin tahu,

berpikiran terbuka, tekun dan reflektif sehingga akan meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan yang diberikan. Kemampuan berpikir kritis sudah mulai ditumbuhkan disaat

perawat menempuh pendidikan melalui pembelajaran pratikum sehingga membantu

mahasiswa mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola pasien.

Banyaknya keluhan tentang pelayanan kesehatan memperlihatkan bahwa kemampuan kritis

yang dimiliki tenaga kesehatan masih bermasalah Penelitian Elizabeth et al (2012)

melaporakan bahwa hanya 80% mahasiswa keperawatan di Sweden yang memiliki

kemampuan baik dalam berpikir kritis. Di Indonesia belum ada data yang pasti tentang

kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan ini walaupun pemerintah sudah

mencanangkan bahwa lulusan perguruan tinggi keperawatan harus mampu

mengintegrasikan intellectual skill, knowledge dan afektif dalam sebuah perilaku secara utuh

(Dirjen Dikti, 2008).

Kemampuan berpikir kritis merupakan dasar dalam praktek keperawatan. Pendidikan

keperawatan sebagai lembaga yang melahirkan para calon professional dalam bidang

keperawatan menyadari kondisi tersebut, sehingga proses mendorong tumbuhnya

kemampuan berpikir kritis ini ditumbuhkan melalui proses pendidikan akademik dan proses

pendidikan profesional yang salah satunya dilakukan melalui pembelajaran klinik

keperawatan. Melalui praktek klinik di rumah sakit dan tatanan kesehatan lainnya peserta

didik belajar bagaimana situasi nyata memberi pelayanan kepada klien/pasien secara

langsung.

Pembelajaran klinik tidak hanya membutuhkan pembimbing klinik yang mampu

memberikan stimulasi, dorongan dan bimbingan, namun juga membutuhkan fasilitas praktek

yang lengkap serta tersedianya waktu pelaksanaan praktek yang memadai untuk menunjang

keberhasilan pembelajaran klinik. Keberhasilan pembelajaran klinik yang ditandai dengan

tercapainya kompetensi atau capaian pembelajaran. Pencapaian kompetensi atau capaian

pembeljaran klinik ini sangat dipengaruhi oleh hubungan antara pembimbing dengan peserta

didik. King dan Gerwik (2001) menyatakan bahwa pengaruh hubungan antara guru dengan

murid dapat bersifat positif atau negatif pada pertumbuhan afektif dan kognitif. Hubungan

yang terjalin dengan baik akan berdampak positif sebaliknya hubungan buruk akan

berdampak buruk juga atau negative.

Pembelajaran klinik di perguruan tinggi keperawatan Indonesia memiliki berbagai

permasalahan seperti wahana praktek yang tidak berimbang dengan jumlah mahasiswa yang

praktek, perubahan manajemen pembiayaan praktek di rumah sakit yang semakin mahal

sehingga berkontribusi menurunkan kwalitas lulusan tenaga kesehatan (Pusdiknakes, 2003)

serta terbatasnya kuantitas dan kualitas pembimbing klinik yang mayoritas masih

berpendidikan sarjana dan diploma tiga.

Upaya yang ditumpuh untuk mengatasi terbatasnya wahana praktek adalah dengan

mengoptimalkan penggunaan laboratorium keperawatan yang ada di institusi pendidikan,

Page 72: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

63

ISBN: 978-602-60613-0-0

namun permasalahan lain yang dihadapi adalah terbatasnya peralatan, kasus simulasi yang

tidak adekuat dan terbatasnya waktu dosen sebagai pembimbing sehingga mahasiswa tidak

semua melewati pengalaman belajar untuk kompetensi yang ditetapkan baik kompetensi

keterampilan maupun kompetensi berpikir kritis. Menurut Suparno (2007) pembelajaran

laboratorium harus dikonstruksi sendiri oleh mahasiswa melalui pembelajaran aktif dan

merumuskan sendiri sehingga mahasiswa kompeten dalam keterampilan dan proses

berpikirnya. Untuk mencapai kondisi ini maka proses belajar klinik mahasiswa keperawatan

diarahkan pada pembelajaran student center.

Salah satu metoda pembelajaran student center yang bisa digunakan untuk mengatasi

berbagai permasalahan diatas adalah melalui metoda pembelajaran peer tutor atau tutor

teman sebaya. Konsep pelaksanaan pembelajaran peer tutor dilandasi teori konstruktivisme.

Menurut Supriyatno (2008) kedekatan peer tutor dengan mahasiswa menyebabkan

pembelajaran dengan peer tutor ini lebih efektif dibandingkan belajar langsung. Oleh karena

itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah strategi pembelajaran peer tutor ini

mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kilinik mahasiswa

keperawatan dilaboratorium keperawatan.

Metode penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu

(Quasi Eksperiment). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh strategi pembelajaran

peer tutor terhadap kemampuan berpikir kritis dan keterampilan klinik keperawatan

mahasiswa diploma tiga keperawatan. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Diploma

Tiga Keperawatan Stikes Purna Bhakti Huasada berjumlah 80 orang yang dibagi menjadi 2

kelompok yaitu kelompok eksperimen yang dibimbing dengan metoda peer tutor/tutor teman

sebaya dan kelompok pembanding (kontrol) yang dibimbing dengan metode

konvensional.Teknik pengamabilan sampel dilakukan dengan purposive sampling.

Penelitian ini menggunakan dua instrument yaitu Instrumen A untuk mengukur kemampuan

berpikir kritis, terdiri dari daftar pertanyaan berupa kuesioner dan instrument B berupa

lembar observasi keterampilan keperawatan klinik pemasangan infuse dan pemasangan

Naso Gastric Tube. Uji Validitas instrument A dilakukan dengan Pearson Product Moment

dengan hasil 0,895 sedangkan pengujian reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha dengan hasil

sebesar 0,924 sehingga instrumen dikatakan valid dan reliabel.

Analisis Data untuk variable berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinik merupakan

data numeric. Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univarite dan Bivariat.

Analisis univariat bertujuan untuk melihat karakteristik responden, kemampuan berpikir

kritis dan keteranpilan keperawaan klinik sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok

kontrol dan perlakuan, sedangkan analisis bivariatnya dilakukan dengan uji t test

berpasangan.

Page 73: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

64

ISBN: 978-602-60613-0-0

Hasil penelitian

Karakteristik subjek penelitian

Rata-rata usia responden pada kedua kelompok tidak jauh berbeda yaitu 20.86 tahun pada

kelompok intervensi dan 19 tahun pada kelompok control. Rentang usia pada kedua

kelompok sama yaitu usia paling muda 16 tahun dan usia paling tua 26 tahun. Usia responden

setara pada kedua kelompok. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Mahasiswa Menurut Umur pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

(n=80)

Bila dilihat karakteristik jenis kelamin dan jurusan pada waktu SMA/SMU pada kedua

kelompok sebagian besar berjenis kelamin perempuan dan jurusan terbanyak adalah jurusan

IPS. Karakteristik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setara dalam jenis

kelamin dan jurusan dengan p-value >0.05. Secara rinci disajikan pada Tabel 2

Tabel 2. Jenis Kelamin, Jurusan di SMU pada Kelompok Intervensi dan Kontrol (n=80)

Kemampuan berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinik responden sebelum

diberikan intervensi pada kelompok interveni dan kontrol

Page 74: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

65

ISBN: 978-602-60613-0-0

Skor rata-rata kemampuan berpikir kritis sebelum intervensi pada kedua kelompok hampir

sama yaitu 78.23 dan 78.43 demikian juga dengan rata-rata keterampilan keperawatan klinik

yang tidak jauh berbeda antar dua kelompok tersebut yaitu 117.26 dan 117.28.

Berdasarkan hasil uji statistik disimpulkan rata-rata kemampuan berpikir kritis dan

keterampilan keperawatan klinis sebelum perlakuan tidak ada perbedaan yang bermakna

antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol atau dengan kata lain rata-rata

kemampuan berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinis sebelum perlakuan antar

kelompok homogen (P>0,005). Secara rinci disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Keperawatan Klinik Sebelum

Intervensi (n=80)

Perubahan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinik

responden sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok

Perubahan skor rata-rata kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah intervensi pada

kelompok intervensi sebesar 12.37 atau meningkat sebesar 15.81%, sedangkan pada

kelompok kontrol juga terjadi perubahan kemampuan berpikir kritis, namun tidak sebesar

perubahan pada kelompok intervensi yaitu meningkat sebesar 3.2 atau meningkat sebesar

4%. Secara statistik perubahan kemampuan ini bermakna pada responden yang diberikan

pembelajaran tutor teman sebaya (p=0,00) .

Demikian juga perubahan rata-rata kemampuan keterampilan keperawatan klinik responden

yang diintervensi dengan strategi pembelajaran tutor teman sebaya jauh lebih besar

dibandingkan dengan strategi konvensional yaitu pada kelompok intervensi rata-rata

keterampilan keperawatan klinik sesudah dan sebelum meningkat sebesar 11.07 atau

persentase peningkatan keterampilan sebesar 9.44%, sedangkan pada kelompok kontrol

keterampilan ini hanya meningkat 0.78 atau persentase perubahan keterampilan keperawatan

klinik hanya sebesar 0.66%. Secara statistik perubahan keterampilan keperawatan klinik

pada kelompok intervensi setelah perlakuan berbeda bermakna (p=0,01), sedangkan pada

Page 75: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

66

ISBN: 978-602-60613-0-0

kelompok kontrol perubahan ini tidak memiliki perbedaan bermakna (p=0.62) . Secara rinci

dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Perubahan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Keperawatan Klinik

Setelah Bimbingan Tutor Teman Sebaya (n=80)

Hasil Belajar Akhir (Kemampuan Kritis dan Keterampilan Keperawatan Klinik)

Setelah Intervensi Pada Kedua Kelompok.

Hasil belajar akhir ini merupakan gabungan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan

keperawatan klinik mahasiswa diploma Tiga Keperawatan yang merupakan suatu

kemampuan yang utuh dalam mencapai kompetensi pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat

pada tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Hasil belajar setelah intervensi pada kelompok Strategi Pembelajaran

Tutor Teman Sebaya dan Pembelajaran Konvensional (n=80)

No Strategi Pembelajaran n Rata-rata Nilai (%)

1 Tutor Teman Sebaya 40 97.20

2 Konvensional 40 83.40

Tabel 5 memperlihatkan bahwa rata-rata hasil belajar akhir yang merupakan gabungan

kemampuan berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinik pada responden yang

diberikan pembelajaran turor teman sebaya lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar

akhir pada kelompok strategi pembelajaran konvensional. Dari hasil analisis data didapatkan

hasil uji t 11.86>t tabel (1.66) atau nilai p< alpha, sehingga didapatkan simpulan ada

pengaruh yang bermakna strategi pembelajaran tutor teman sebaya terhadap hasil bejar akhir

mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan.

Page 76: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

67

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pembahasan

Karakteristik mahasiswa diploma tiga keperawatan

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian besar mahasiswa Diploma Tiga

Keperawatan adalah berjenis kelamin perempuan. Secara general karakteristik memberikan

gambaran bahwa profesi perawat lebih diminati ole peserta didik wanita karena masyarakat

memandang profesi keperawatan cocok dengan wanita yang memiliki jiwa keibuan dan

kemampuan merawat lebih baik, namun kondisi ini tidak ada hubungannya dengan

kemampuan dan kompetensi perawat. Menurut hasil penelitian Umi dan Devita (2012) kemampuan berpikir kritis perawat dalam proses keperawatan tidak di pengaruhi oleh umur,

jenis kelamin, artinya ada factor lain yang sangat penting yang berpengaruh dalam

kemampauan berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinik ini seperti faktor proses

pembelajaran , interaksi dosen dan mahasiswa serta proses pembimbing dalam upaya

memfasilitasi peserta didik dalam mencapai tujuan ( Reilly & Obermann, 2009).

Kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan sebelum dan sesudah intervensi.

Kemampuan berpikir kritis dan Keteramilan Keperawatan Klinik sangat penting bagi

perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa

kemampuan kritis mahasiswa sebelum intervensi berada rata-rata baik (78.23 dan78.43 ).

Walaupun belum memiliki kemampuan maksimal, namun kemampuan berpikir kritis yang

paling dominan dimiliki mahasiswa keperawatan adalah kemampuan dalam Total Recall

atau mengingat kembali data-data yang diperlukan. Kemampuan mengingat data-data pasien

sangat diperlukan perawat dalam mengambil keputusan klinis keperawatan sehingga

keputusan terhadap masalah yang dihadapi pasien bersumber dari data yang relevan, seperti

data yang bersumber dari keluhan pasien, data pemeriksaan penunjang. Kemampuan kritis

Total Recall ini merupakan dasar penting dalam membuat perencanaan pelayanan

keperawatan agar tindakan keperawatan yang diberikan efektif dan efisien untuk

menyelesaikan masalah kesehatan pasien dan keluarga. Analisis item kuesioner

memperlihatkan kemampuan total recall yang memiliki skor rata-rata paling tinggi adalah

mengingat identitas pasien dan tanda-tanda vital pasien ( 73,45). Menurut Nanda (2010),

identitas dan data vital pasien merupakan data penting dalam memberikan terapi

keperawatan karena dasar pelayanan keperawatan bertujuan memenuhi respon pasien yang

unik dan berbeda walaupun dengan kondisi patologi yang sama. Hasil analisis kuesioner

juga menginformasikan kemampuan kritis mahasiswa yang skor paling rendah adalah

kemampuan news idea dan creativity (56.01). Rendahnya kemampuna ini tentu saja

berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa dalam mencoba cara baru dalam

menyelesaikan masalah pasien . Hasil penelitian Hamlet dan Metaliosa (2015) melaporkan

ide kretivitas tindakan pelayanan keperawatan berkorelasi sangat kuat dengan lama hari

rawat pasien. Artinya kreativitas perawat akan sangat menentukan kecepatan penyembuhan

pasien. Bila dilihat hasil kemampuan kritis mahasiswa setelah intervensi meningkat pada

kedua kelompok, namun persentase peningkatan yang paling maksimal adalah pada

kelompok intervensi yaitu meningkat sebesar 15.81% atau rata-rata kemampuan berpikir

kritis mahasiswa pada kelompok tutor sebaya lebih tinggi 8.37% dibandingkan dengan

kemampuan kritis mahasiswa yang dibimbing dengan bimbingan konvensional. Walaupun

perubahan kemampuan kritis ini belum mencapai rata-rata maksimal, namun yang paling

Page 77: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

68

ISBN: 978-602-60613-0-0

menggembirakan adalah skor perubahan paling tinggi terjadi pada kemampuan berpikir

kritis dalam news idea dan creativity mahasiswa.

Keterampilan keperawatan klinik mahasiswa keperawatan sebelum dan sesudah

intervensi

Rata-rata Keterampilan Keperawatan Klinik mahasiswa sebelum intervensi sama pada

kedua kelompok , namun sangat berbeda setelah intervensi. Perbedaan keterampilan

keperawatan klinik pada mahasiswa tutor teman sebaya meningkat lebih dari 9%

dibandingkan dengan kelompok bimbing konvensional. Berdasarkan analisis lembar

observasi perubahan keterampilan keperawatan klinik yang paling tinggi adalah dalam

kemampuan melakukan prosedur persiapan alat dan evaluasi pasca tindakan, sedangkan

keterampilan keperawatan klinik yang mengalami perubahan paling rendah adalah

keterampilan kritikal pada tindakan pemasangan infuse seperti pemilihan lokasi tusukan,

sterilitas alat ,cara memegang IV Chatt, tehnik mengukur slang NGT serta keterampilan

edukasi. Rendahnya keterampilan kritikal ini tentu saja ada hubungan dengan kemampuan

kritis yang dimiliki mahasiswa.

Hasil belajar akhir (kemampuan kritis dan keterampilan keperawatan klinik) setelah

intervensi pada kedua kelompok

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rata-rata hasil belajar akhir mahasiswa kelompok

tutor teman sebaya lebih tinggi dibandingkan dengan bimbingan konvensional, dengan

perbedaan rata-rata sebesar diatas14 poin dan secara statistik berbeda bermakna. Penelitian

yang sama dilakukan oleh Yudiernawati dan Wahyuningsri (2015) juga menunjukan adanya

perbedaan rata-rata hasil belajar klinik mahasiswa yang dibimbing dengan tutor teman

sebesar 6.10 point dibandingkan dengan pembelajaran langsung . Kondisi ini terjadi karena

teman sebaya memiliki hubungan yang lebih dekat dibandingkan dengan dosen

pembimbing. Mahasiswa akan leluasa menyampaikan materi , pertanyaan dan kesulitan

belajarnya pada teman sendiri, begitu juga teman yang menerima materi dapat dengan

mudah menerima materi yang diberikan sehingga kepercayaan diri mahasiswa dapat tercipta

dan stress belajarnya bisa menurun. Rasa percaya diri yang tinggi dan stress belajar yang

rendah akan berkorelasi positif dengan hasil akhir belajarnya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat disimpulkan

1. Rata- rata kemampuan berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinik mahasiswa

sebelum intervensi pada kedua kelompok sama.

2. Rata-rata kemampuan berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinik mahasiswa

pada kelompok tutor teman sebaya setelah intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan

kemampuan berpikir kritis dan keterampilan keperawatan klinik mahasiswa pada

kelompok konvensional.

3. Terjadi Perubahan yang bermakna terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang

dibimbing dengan kelompok tutor teman sebaya dan konvensional.

4. Perubahan keterampilan keperawatan klinik hanya bermakna pada mahasiswa yang

dibimbing dengan kelompok tutor teman sebaya.

Page 78: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

69

ISBN: 978-602-60613-0-0

5. Rata-rata kemampuan akhir mahasiswa yang dibimbing dengan tutor teman sebaya lebih

tinggi dibandingkan dengan bimbingan konvensional.

Daftar Pustaka

Fesler-Birch, D.M. (2005). Critical Thinking and Patient Outcomes: A Review. Nursing

Outlook,53,59-65

Jill, E., Davis, D., Ekeocha, S., Kidd M,J., Moucdougall,C., Mathew, P et al. (2012). The

Effectiveness of Case Based Learning in Health Profession Education. A BEME Systematic

Review: BEME Guide No. 23,Medical Teacher

Johnson, N. Constructive conflict in the schools. Journal of Social Issues 50 (1): 117-137.

King, V. G 7 Gerwik, N. A ( 19981 ), Humanizing Nursing Education: A Confluent

Approach Trough Group Process, Wake Filed, Massachusets: Nursing Resources

Reilly, D. E & Obermann, M. H ( 1999 ), Pengajaran Klinis dalam Pendidikan

Keperawatan. Jakarta : EGC

Solikhah umi & Elsanti Devita. (2012). Pengaruh Bedside Teaching Terhadap Penugasan

Kasus dan Keterampilan Mahasiswa Praktik Klinik Keperawatan. Journal Keperawatan

Soedirman,Volume 7, No 3,November 2012

Yudiernawati, A., & Wahyuningsri. (2015). Strategi Pembelajaran Pratikum Teman Sebaya

Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Skill Keperawatan. Prosiding PIT Himpunan

Perawat Manajer Indonesia, November 2015.

Page 79: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

70

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pengembangan Metode Pembelajaran dan Asesmen Mahasiswa Pada

Mata Kuliah Arsitektur dan Organisasi Komputer

Tati Erlina

Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Andalas

Email: [email protected]

Abstrak

Tuntutan agar perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang bermutu dan sesuai

dengan kebutuhan pasar kerja semakin besar. Untuk merespon hal tersebut,

Universitas Andalas melakukan berbagai pembenahan, salah satunya yaitu

mendorong dosen untuk berkreasi dalam mencapai capaian pembelajaran baik

dari segi hardskills maupun softskills melalui penerapan metode Student

Centered Learning (SCL). Salah satu metode SCL yang dapat diterapkan adalah

metode Collaborative Learning. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh penerapan model Pembelajaran Collaborative Learning

dengan modifikasi strategi Guided Reciprocal Peer Questioning dan penilaian

berdasarkan “rekam jejak” terhadap capaian pembelajaran Mata Kuliah

Arsitektur dan Organisasi Komputer baik dari segi hardskills maupun softskills.

Metode penelitian yang diterapkan adalah tindakan kelas yang dilakukan

dengan mengikuti tahapan: (1) penyusunan rencana tindakan, (2) pelaksanaan

rencana, (3) pengamatan atas tindakan, (4) refleksi kegiatan dan dalam

penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Analisis data dilakukan dengan

membandingkan hasil belajar persentase capaian nilai akhir sesuai dengan

parameter PTK dan peningkatan skor dari siklus 1 ke siklus 2. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada peningkatan skor dari siklus 1 ke siklus 2. Selain itu,

berdasarkan angket yang disebarkan, diketahui bahwa respon rata-rata

mahasiswa terhadap penerapan metode ini adalah bernilai baik (3) terutama

respon terhadap poin-poin yang terkait dengan pengembangan softskills.

Kata kunci: Collaborative Learning, soft skills, Arsitektur dan Organisasi

Komputer

Pendahuluan

Dewasa ini, terdapat ketimpangan yang cukup besar antara kompetensi yang dimiliki lulusan

perguruan tinggi dengan kompetensi lulusan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Oleh karena

itu, tuntutan agat perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang bermutu dan sesuai dengan

kebutuhan pasar kerja juga semakin besar. Untuk merespon hal tersebut, Universitas Andalas

melakukan berbagai pembenahan dan mendorong dosen untuk berkreasi dalam mencapai

capaian pembelajaran. Capaian pembelajaran yang dimaksud tidak hanya mencakup aspek

hardskills mahasiswa, tetapi juga softskills. Dengan demikian, diharapkan lulusan yang

dihasilkan memiliki daya saing tinggi, mempunyai jiwa kewirausahaan dan berkarakter.

Page 80: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

71

ISBN: 978-602-60613-0-0

Arsitektur computer adalah salah satu matakuliah inti yang wajib ada dalam setiap

kurikulum ilmu komputer dan teknik komputer (IEEE & ACM, 2004). Merujuk pada hal

tersebut, dalam struktur kurikulum Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknologi

Universitas Andalas, matakuliah Arsitektur dan Organisasi Komputer menjadi salah satu

matakuliah pada kelompok matakuliah kompetensi utama dengan bobot 3 (tiga) SKS dan

ditawarkan pada semester III. Kelulusan pada matakuliah ini menjadi syarat bagi mahasiswa

untuk dapat mengikuti matakuliah Sistem Operasi (semester IV, 3 SKS) dan Sistem Waktu

Nyata (semester V, 2 SKS).

Matakuliah ini berkontribusi besar dalam usaha mencapai kompetensi yang ditawarkan

program studi Sistem Komputer Universitas Andalas, terutama kompetensi bagian pertama

(FTI, 2014) yaitu sistem tertanam (embedded systems). Hal ini didukung oleh materi

Arsitektur dan Organisasi Komputer yang memiliki jangkauan luas tentang isu perancangan

dan konsep sistem komputer. Pemahaman yang baik dan menyeluruh oleh mahasiswa

tentang konsep yang digunakan dalam matakuliah arsitektur dan organisasi komputer dapat

diaplikasikan dalam mengikuti matakuliah lain, khususnya tentang bagaimana komputer

menyediakan dukungan arsitektur terhadap matakuliah Bahasa Pemrograman dan Sistem

Operasi. Penguasaan ketiga matakuliah tersebut oleh mahasiswa (Arsitektur dan Organisasi

Komputer, Bahasa Pemrograman dan Sistem Operasi) memegang peranan penting dalam

mencapai kompetensi embedded systems.

Proses pembelajaran matakuliah Arsitektur dan Organisasi Komputer selama ini dinilai

belum mampu memberikan hasil yang optimal. Metode pembelajaran yang diterapkan belum

mengintegrasikan secara eksplisit dan proporsional hardskills dan softskills sebagai learning

outcomes yang harus dicapai dalam rencana dan proses pembelajaran. Oleh karena itu,

pengampu matakuliah perlu merubah pendekatan dalam proses pembelajaran dengan

menerapkan proses pembelajaran berbasis mahasiswa yang dikenal dengan Student

Centered Learning (SCL) dan menggunakan metode “rekam jejak” dalam penilaian proses.

Sesuai dengan karakteristik matakuliah Arsitektur dan Organisasi Komputer yang

diterapkan pada jurusan Sistem Komputer Universitas Andalas yang terdiri dari kelas yang

cukup besar dan tingkat kemampuan mahasiswa yang beragam, maka metode SCL yang

diterapkan adalah model Cooperative Learning (CoL), yaitu sebuah pedagogi yang pusatnya

terletak dalam asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna bersama dan proses

tersebut selalu memperkaya dan memperluas wawasan individu (Barkley, 2012). Metode

CoL yang diterapkan pada matakuliah ini dilaksanakan dengan modifikasi strategi Guided

Reciprocal Peer Questioning. Tujuan dari teknik ini (Afrizal, 2014) adalah untuk membuat

diskusi diantara kelompok mahasiswa tentang materi tertentu. Untuk mendukung

pengembangan metode pembelajaran tersebut, metode asesmen yang tepat juga perlu

diterapkan. Penilaian hasil melalui Tugas, UTS dan UAS seperti yang diterapkan

sebelumnya, perlu diimbangi dengan penilaian proses. Oleh karena itu, diterapkan metode

“rekam jejak” untuk penilaian proses yang berperan dalam penentuan nilai akhir mahasiswa.

Dengan pengembangan proses pembelajaran dan metode asesmen pada matakuliah ini,

diharapkan learning outcomes yang diharapkan, baik dari segi hardskills maupun softskills

dapat dicapai.

Page 81: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

72

ISBN: 978-602-60613-0-0

Metodologi dan Strategi Pencapaian Keluaran

a. Metode Penelitian

Metode penelitian yang diakukan adalah berupa penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Suharsimi, 2016) adalah suatu

penelitian yang dilakukan oleh guru/dosen yang sekaligus bertindak sebagai peneliti di

kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang,

melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. Tujuannya

adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya

melalui suatu tindakan dalam siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua

siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi. Tahap tindakan pada siklus kedua merupakan perbaikan dan

pengembangan dari siklus pertama, sehingga dalam penyusunannya harus

memperhatikan hasil refleksi pada siklus yang pertama. Secara skematis, siklus kegiatan

tindakan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi, 2006)

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peserta kelas matakuliah Arsitektur dan Organisasi Komputer

pada Tahun Pengajaran Ganjil 2015/2016 di jurusan Sistem Komputer Fakultas

Teknologi Informasi Universitas Andalas. Jumlah peserta kelas matakuliah tersebut

berjumlah 58 orang, dimana 46 diantaranya adalah mahasiswa angkatan 2014

(mengambil matakuliah ini pertama kalinya) dan sisanya adalah mahasiswa angkatan

2013, 2012, 2011 dan 2010 (mengambil pertama kalinya atau mengulang).

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) observasi, dan

(2) angket untuk mengetahui pendapat mahasiswa tentang proses pembelajaran Arsitektur

dan Organisasi Komputer menggunakan metode CoL.

d. Parameter PTK

Adapun kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas pada kuliah Arsitektur dan

Organisasi Komputer ini adalah :

Page 82: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

73

ISBN: 978-602-60613-0-0

1. Tercapainya hasil pembelajaran seperti yang sudah ditetapkan pada RPS dimana

pengukurannya dilakukan dari perolehan Nilai Akhir A setidaknya oleh 25% dari

keseluruhan peserta, Nilai B 60% mahasiswa dan Nilai Akhir C oleh 12% mahasiswa

dan Nilai E dan D paling banyak oleh 3% mahasiswa.

2. Mahasiswa memberikan respon rata-rata pada kategori BAIK terhadap proses

perkuliahan yang diperoleh dari data angket respon mahasiswa.

Hasil dan Pembahasan

Sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan PTK yang terdapat pada Gambar 1, pelaksanaan

PTK dilakukan dengan dua siklus, masing-masing siklus melalui tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Siklus 1

Proses pembejaran pada siklus 1 dilaksanakan pada pertemuan 2 sampai pertemuan 7.

a. Perencanaan pembelajaran

Pengembangan Metode Pembelajaran dan Asesmen Mahasiswa pada Matakuliah Arsitektur

dan Organisasi Komputer ini dimulai dengan pengembangan Rencana Pembelajaran (RPS).

Perbaikan RPS dilakukan dengan melengkapi elemen-elemen yang tidak ada pada RPS yang

lama.

Elemen-elemen yang ditambahkan pada RPS yang baru adalah:

1. Latar belakang matakuliah (belum ada pada RPS lama)

2. Deskripsi matakuliah (belum ada pada RPS lama)

3. Tujuan/capaian pembelajaran (sudah ada pada RPS lama tapi terlalu umum, pada belum

memasukkan elemen penguasaan ilmu dan keterampilan, peningkatan softskills dan

pembentukan tata nilai secara eksplisit)

4. Metode pembelajaran (sudah ada pada RPS lama tapi tidak menggambarkan peran

mahasiswa dan dosen secara terperinci)

5. Penilaian (menambahkan elemen penilaian softskills yang belum ada pada RPS lama)

6. Norma Akademik (tidak jauh berbeda dengan RPS lama)

7. Bahan, sumber informasi, dan referensi (menambahkan dan mengupdate referensi pada

RPS lama)

Selain itu, dalam penyusunan RPS baru, penulis menjadikan panduan yang ada pada CE

2004 (IEEE & ACM, 2004) tentang pembelajaran matakuliah Aristektur dan Organisasi

Komputer sebagai bahan pertimbangan. Pertimbangan tersebut diantaranya adalah: the need

for local adaptation, dimana kedalaman topik pembahasan perlu didefinisikan sedemikian

rupa sehingga dapat mencapai level abstraksi yang sesuai dengan kebutuhan. Karena

panduan matakuliah ini secara international tidak secara gamblang menetapkan jumlah SKS

tertentu yang diperlukan untuk matakuliah ini, maka perlu disesuaikan dengan kebutuhan

lokal terutama jumlah SKS matakuliah ini yang dialokasikan pada masing-masing

universitas. The need for adequate laboratory resources yang ditetapkan pada CE 2004 juga

perlu disiasati pada RPS sehingga topiknya dapat dijangkau dan dipahami sedemikian rupa

dengan keterbatasan fasilitas labor yang dimiliki. Panduan pada CE 2004 juga menekankan

pentingnya pengembangan softskills pada matakuliah ini terutama communication skills dan

teamwork skills.

Page 83: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

74

ISBN: 978-602-60613-0-0

b. Pelaksanaan

1. Pengembangan metode pembelajaran

Teknis penerapan model CoL dengan modifikasi strategi Guided Reciprocal Peer

Questioning pada matakuliah ini dimulai dari dosen. Dosen mempersiapkan materi

perkuliahan berupa slide berbahasa Inggris. Pokok bahasan yang dimasukkan dalam slide

tersebut disesuaikan dengan pokok bahasan yang sudah ditetapkan pada RPS untuk setiap

pertemuannya. Pada awal semester, mahasiswa dibagi atas kelompok-kelompok yang

terdiri atas mahasiswa yang memiliki kemampuan beragam dan bertanggungjawab

sebagai presenter pada setiap pertemuan. Dalam satu pertemuan, terdapat 2 atau tiga

kelompok yang bertugas sebagai presenter. Sebelum presentasi, kelompok presenter

ditugaskan untuk menterjemahkan materi pada slide yang sudah disiapkan dan

mempelajari buku teks atau sumber lainnya terkait topik tersebut. Kelompok presenter

didorong untuk mengembangkan kreatifitas mereka dalam memodifikasi tampilan,

membuat animasi untuk mengilustrasikan konsep serta menambahkan informasi dalam

slide tersebut sehingga lebih menarik dan komunikatif. Dalam satu semester, setiap

anggota kelompok hanya mendapat giliran satu kali untuk melakukan presentasi.

Mahasiswa yang tidak sedang bertugas melakukan presentasi, diinstruksikan untuk

membaca dan mempelajari slide yang sama dan buku sumber agar dapat mengikuti materi

yang disampaikan oleh presenter dengan baik dan dapat memberikan pertanyaan yang

tidak hanya bersifat superficial. Sebelum setiap kelompok mulai memaparkan materinya,

dosen memberikan brainstorming dengan memberikan pertanyaan secara random pada

mahasiswa terkait topik sebelumnya dan topik yang akan disajikan oleh kelompok

penyaji. Setelah itu, dosen memberikan gambaran secara garis besar dan keterkaitan satu

materi dengan yang lainnya. Anggota grup yang bertugas mempresentasikan materi

secara bergantian, diikuti dengan komentar dan pertanyaan dari peserta kelas lainnya.

Grup presenter bertugas menjawab pertanyaan audiens. Di bagian akhir penampilan

setiap kelompok, dosen mengulas topik dengan memberikan penekanan pada bagian yang

tidak ter-cover dengan baik oleh penyaji.

2. Pelaksanaan asesmen mahasiswa

Penilaian terhadap capaian pembelajaran matakuliah Arsitektur dan Organisasi Komputer

mencakup penilaian proses dan penilaian hasil. Secara keseluruhan, aspek penilaian

terdiri atas UTS, UAS dan “rekam jejak”, dimana UTS dan UAS merupakan sumber

penilaian hasil. Sedangkan untuk penilaian proses, dilakukan dengan sistem “rekam

jejak” dimana pada setiap pertemuan dosen merekam peran aktif mahasiswa dalam

sebuah tabel. Tabel tersebut berisi elemen-elemen penilaian yang poinnya dapat

dikumpulkan mahasiswa selama proses pembelajaran. Elemen penilaian untuk

mahasiswa yang tergabung dalam kelompok yang bertugas sebagai penyaji dibagi atas

beberapa bagian, yaitu kualitas penterjemahan (trans), ruang lingkup pembahasan (cov),

kualitas penyajian (pres), dan kemampuan menjawab pertanyaan (answr). Sedangkan

bagi peserta, elemen penilaian adalah komentar atas penampilan kelompok penyaji

(comm), pengajuan pertanyaan (quest) dan penambahan informasi atau jawaban

pertanyaan yang sudah dijawab oleh penyaji (addinfo). Elemen penilaian proses lainnya

adalah nilai laporan percobaan yang dilakukan secara mandiri dengan menggunakan

software simulasi. Jumlah poin yang sudah dikumpulkan dapat dilihat mahasiswa saat

review topik pembahasan pada setiap pertemuannya. Dengan demikian mahasiswa dapat

melihat perkembangan hasil belajarnya dan akumulasi poin yang sudah mereka

kumpulkan. Sistem penilaian tersebut diharapkan dapat merubah sudut pandang

Page 84: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

75

ISBN: 978-602-60613-0-0

mahasiswa tentang pentingnya berproses dalam rangka mencapai sebuah tujuan. Ujian

akhir tidaklah satu-satunya poin yang menentukan kesuksesan sebuah proses

pembelajaran.

Dari beberapa elemen penilaian yang sudah dijelaskan, terdapat aktifitas yang dapat

mengasah softskills mahasiswa, yaitu, communication skills (salah satunya melalui

presentasi dan pengajuan pertanyaan) serta teamwork skills (diasah oleh mahasiswa ketika

mempersiapkan dan mengerjakan tugas presentasi kelompok). Kegiatan tersebut juga

mengasah self control mahasiswa, dimana penyaji harus siap dikritik oleh peserta tentang

kinerja kelompoknya saat presentasi. Selain itu, sesi kritik dan saran yang dilakukan setelah

penyajian masing-masing kelompok dapat mengasah kemampuan mahasiswa dalam

memberikan kritik dengan Bahasa yang tepat. Elemen-elemen penilaian tersebut terintegrasi

dalam penilaian “rekam jejak” yang dilakukan pada matakuliah ini. Dengan demikian, selain

dapat memahami topik dengan baik, mahasiswa sekaligus dapat mengasah softskillsnya.

Tabel 1 Elemen Penilaian Proses dan Jangkauan Nilai Kode

Elemen

Elemen Penilaian Peran Jangkauan

Nilai

Keterangan

a. Terjemahan slide (trans) Penyaji 0 – 100 Nilai Kelompok

b. Ruang Lingkup pembahasan (mat) Penyaji 50 – 100 Nilai kelompok

c. Penyajian (pres) Penyaji 50 – 100 Nilai Individu

d. Kemampuan menjawab pertanyaan (answr) Penyaji 1 - 5 Nilai Individu

e. Pemberian Komentar (comm) Audiens 1-3 Nilai Individu

f. Pengajuan pertanyaan (quest) Audiens 1-5 Nilai Individu

g. Menambahkan jawaban atas pertanyaan audien

lain atau dosen saat review materi (addinfo)

Audiens 1-5 Nilai Individu

𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐩𝐫𝐨𝐬𝐞𝐬

=𝐭𝐫𝐚𝐧𝐬 + 𝐦𝐚𝐭 + 𝐩𝐫𝐞𝐬 + 𝐚𝐧𝐬𝐰𝐫 + 𝐜𝐨𝐦𝐦 + 𝐪𝐮𝐞𝐬𝐭 + 𝐚𝐝𝐝𝐢𝐧𝐟𝐨

𝟑

Presentasi kelompok beserta elemen-elemen penilaian yang tercakup didalamnya, nilai UTS

dan nilai UTS, masing-masing berkontribusi 30% dari penentuan nilai akhir. Sedangkan

10% persen lainnya dialokasikan untuk nilai tugas yang dikerjakan mahasiswa.

c. Pengamatan

Bersamaan dengan proses pelaksanaan metode pembelajaran CoL pada matakuliah ini,

pengampu melakukan pengamatan terhadap jalannya pelaksanaan tersebut. Tujuan dari

pengamatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan metode

pembelajaran CoL terhadap perkembangan beberapa aspek proses pembelajaran dan metode

asesmen yang diterapkan. Pengamatan difokuskan pada seberapa jauh realisasi RPS yang

sudah dibuat, persentase jumlah mahasiswa yang mempelajari topik terkait setiap

pertemuan, tingkat respon dan partisipasi mahasiswa dalam proses pembelajaran,

perkembangan softskills mahasiswa terkait keterampilan berkomunikasi dan bekerja dalam

kelompok, bertanggungjawab dan terbuka terhadap kritik.

d. Refleksi

Refleksi dilaksakan terhadap kekurangan atau kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan

model CoL yang diterapkan, dan selanjutnya dilaksanakan langkah perbaikan.

Page 85: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

76

ISBN: 978-602-60613-0-0

1. Secara garis besar realisasi RPS dalam hal cakupan pembelajaran dapat tercapai, akan

tetapi dalam hal kedalaman pembahasan tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena ada

kelompok presenter yang menghilangkan bagian-bagian slide yang harus dibahas.

2. Mengingat matakuliah ini sarat dengan konsep dasar dan kaya dengan istilah-istilah yang

mungkin baru bagi mahasiswa, maka sangat penting untuk memastikan bahwa mahasiswa

sudah mempelajari topik yang akan dibahas sebelum pertemuan kuliah terkait. Hal ini

dapat diketahui langsung dari jawaban mahasiswa ketika ditanyakan, kualitas pertanyaan

yang mereka lontarkan pada presenter, maupun kemampuan untuk memberikan informasi

tambahan disaat ada pertanyaan yang tidak terjawab oleh presenter. Pada pertemuan 2

dan 3, persentase mahasiswa yang membaca buku teks terkait topik yang dibahas masih

rendah.

3. Respon dan partisipasi mahasiswa dalam kuliah ini dapat diamati dari antusiasme

mahasiswa dalam memberikan kritik, masukan pertanyaan dan menambahkan jawaban

dalam proses pembelajaran. Ada kecendrungan bahwa respon dan partisipasi dalam kelas

terbatas pada orang yang cendrung sama dan dalam persentasi yang cukup kecil.

4. Sebagian mahasiswa yang sudah mau berpartisipasi masih kaku dan kesulitan dalam

mengungkapkan pendapatnya.

5. Masih ada mahasiswa yang datang terlambat bahkan setelah beberapa puluh menit setelah

kuliah dimulai.

Siklus 2

Untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan pencapaian pada siklus I, maka dibuat

perencanaan untuk siklus 2 dibuat sebagai berikut:

1. Pengampu perlu mengingatkan mahasiswa untuk tidak menghilangkan bagian yang sudah

diberikan

2. Pada setiap akhir pertemuan pengampu tidak lupa memotivasi mahasiswa untuk

mempelajari materi tersebut sebelum dibahas di kelas.

3. Pengampu memotivasi mahasiswa untuk lebih aktif dan memberikan reward untuk setiap

aktifitas seperti kritik, saran, pertanyaan dan penambahan informasi yang diberikan

mahasiswa terkait topic yang sedang dibahas.

4. Pengampu melarang dan tidak membiarkan satu mahasiswa yang berpartisipasi aktif

diolok-olok oleh mahasiswa lain,

5. Memperkecil batas toleransi keterlambatan.

Proses pembelajaran pada siklus 2 dimulai pada pertemuan 8 sampai 14. Kegiatan

pembelajaran pada siklus ini hampir sama dengan siklus 1.

Pencapaian Parameter PTK

Berdasarkan parameter PTK yang sudah ditetapkan, diketahui bahwa pencapaian hasil

pembelajaran yang diketahui dari persentase nilai yang diperoleh mahasiswa belum

maksimal. Persentase nilai hasil mid semester adalah nilai A 19% mahasiswa, nilai B oleh

32%. Dalam perolehan nilai yang tergolong gagal yaitu nilai D dan E, parameter PTK

tercapai, dimana hanya 2% mahasiswa yang mendapatkan nilai tersebut, selebihnya nilai

yang peroleh adalah C. Hal ini dapat terlihat pada gambar 2.

Page 86: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

77

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 2 : Perbandingan parameter PTK dengan realisasi siklus 1

Belum tercapainya parameter PTK dalam hal nilai ini dapat disebabkan oleh beberapa hal :

1) belum optimalnya penerapan CoL pada proses pembelajaran, 2) penetapan target nilai

yang terlalu tinggi, 3) Belum sesuainya reward yang diberikan pada mahasiswa disaat

pemberian nilai “rekam jejak”, 4) Soal dan penilaian UTS yang belum seimbang.

Pemberian angket respon mahasiswa tentang penerapan metode pembelajaran CoL

dilakukan pada pertemuan akhir semester. Hasil pengolahan angket pada Gambar 3 dapat

dijadikan sebagai gambaran, dimana,

Gambar 3 Angket Respon Mahasiswa

Pe

rse

nta

se

Nilai

Chart Title

Parameter PTK

Realisasi

Page 87: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

78

ISBN: 978-602-60613-0-0

Kesimpulan

1. Penerapan Metode Pembelajaran Collaborative Learning (CoL) dalam proses

pembelajaran matakuliah Arsitektur dan Organisasi Komputer dapat meningkatkan

prestasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus 1 hasil

belajar mahasiswa belum tercapai sesuai dengan parameter PTK, tapi menunjukkan

tingkat ketidaklulusan yang sangat kecil, dibawah 3 persen.

2. Peningkatan softskills mahasiswa dapat berkembang dengan penerapan metode CoL,

terbukti dari respon mahasiswa yang memberikan nilai rata-rata baik pada angket yang

yang disebarkan, terutama komponen yang terkait dengan keterampilan berkomunikasi

(communicative skills), keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah (thinking

skills and problem solving skills), kekuatan kerja tim (team work force).

Daftar Pustaka

Afrizal, dkk (2014), Panduan Praktis Pelaksanaan Student Centered Learning (SCL):

Meningkatkan interaksi mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran, LP3M Unand.

Arikunto, Suharsimi (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Barkley dkk, (2012). Collaboratives Learning Technique. Jakarta: Nusa Media.

FTI Unand (2014), Buku Pedoman Akademik 2014/2015, FTI Unand

IEEE & ACM (2004), Computer Engineering 2004: Curriculum Guidelines for

Undergraduate Degree Programs in Computer Engineering, National Science Foundation,

USA

Page 88: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

79

ISBN: 978-602-60613-0-0

Penerapan Metode Delphi dalam Perumusan Instrumen Audit Mutu

Internal Program Sarjana Universitas Andalas

Nilda Tri Putri1, Difana Meilani2, Ratri Fradinda Wulan 3

1Universitas Andalas

Jln. Limau Manis, Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat

Email: [email protected] 2Universitas Andalas

Jln. Limau Manis, Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat

Email: [email protected] 3Universitas Andalas

Jln. Limau Manis, Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat

Email: [email protected]

Abstrak

Penetapan Standar mutu internal yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan

aktivitas pendidikan pada perguruan tinggi harus ditujukan pada pemenuhan

Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) dan peningkatan mutu secara

berkelanjutan. Seiring dengan telah ditetapkannya Universitas Andalas dan

beberapa prodi berakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan

Tinggi (BAN-PT) yang mendorong peningkatan mutu ke tingkat internasional,

serta telah ditetapkannya SNPT terbaru melalui Permenristek Dikti No. 44

tahun 2015, Universitas Andalas perlu merevisi standar mutu internal khususya

instrumen audit mutu yang saat ini diterapkan agar sesuai dengan SNPT terbaru

dan sebagai persiapan untuk melaksanakan akreditasi internasional. Penelitian

ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen audit mutu program sarjana usulan

yang dirancang dengan mengadaptasi kriteria penilaian yang digunakan oleh

lembaga akreditasi perguruan tinggi yaitu BAN-PT, Asean University Network

of Quality Assurance (AUN-QA) dan Accreditation Board for Engineering and

Technology (ABET) serta disesuaikan dengan SNPT 2015. Perumusan standar

mutu usulan dilakukan dengan metode Delphi dengan melibatkan beberapa ahli

dibidang penjaminan mutu Universitas Andalas. Instrumen audit mutu internal

usulan yang dihasilkan terdiri dari 8 standar, 45 komponen dan 128 kriteria

penilaian.

Kata Kunci: Instrumen Audit, Kriteria Penilaian, Delphi

Pendahuluan

Perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi memiliki kewajiban untuk

melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang ditujukan sebagai salah satu

usaha untuk menjamin dan meningkatkan mutu perguruan tinggi. Dalam buku Sistem

Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (2010) dijelaskan bahwa penerapan SPMI pada sebuah

perguruan tinggi lazimnya terbagi menjadi 4 bagian, yaitu penetapan standar, pelaksanaan

standar, pengendalian pelaksanaan standar dan pengembangan atau peningkatan standar.

Page 89: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

80

ISBN: 978-602-60613-0-0

Penetapan standar dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan berpedoman pada

lingkup standar yang digunakan oleh lembaga akreditasi perguruan tinggi seperti BAN-PT,

AUN-QA, maupun ABET, selama masih ditujukan sebagai pemenuhan SNPT sebagai

standar minimal dan sesuai dengan visi misi perguruan tinggi.

Pelaksanaan standar mutu yang ditetapkan oleh perguruan tinggi dievaluasi melalui audit

mutu internal. Pelaksanaan audit dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan pendidikan

yang dilaksanakan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hasil dari audit mutu

internal yang menggambarkan kondisi mutu masing-masing unit kerja yang diaudit dapat

dijadikan pertimbangan dalam menentukan usaha perbaikan mutu yang harus dilaksanakan,

dan pada akhirnya sebagai bahan untuk mengevaluasi standar mutu itu sendiri.

Pelaksanaan SPMI di Universitas Andalas saat ini dilaksanakan oleh Lembaga

Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) yang telah menetapkan standar

mutu internal dan mengevaluasi penerapannya melalui audit mutu internal secara berkala.

Standar mutu dan instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan audit disusun berdasarkan

SNPT DIKTI dan kriteria penilaian yang digunakan oleh Badan Akreditasi Nasional

Perguruan Tinggi (BAN-PT). Melibatkan standar mutu dan kriteria penilaian yang

digunakan oleh BAN-PT dalam penyusunan standar mutu dan instrumen audit mutu internal

ini ditujukan agar tingkat pencapaian mutu masing-masing unit kerja khususnya prodi

berdasarkan standar penilaian BAN-PT dapat didentifikasi melalui pelaksanaan audit mutu

internal, yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menghadapi akreditasi oleh BAN-PT

nantinya.

Seiring dengan keberhasilan Universitas Andalas serta beberapa prodi dalam meraih

akreditasi A yang ditetapkan oleh BAN-PT, ditambah dengan salah satu rencana strategis

Universitas Andalas yang menargetkan tata kelola dan pembelajaran yang dilaksanakan

dapat memenuhi standar kualitas AUN-QA dan telah dimulainya persiapan bagi Fakultas

Teknik untuk meraih akreditasi ABET maka dirasa perlu untuk meningkatkan standar mutu

internal yang saat ini digunakan sebagai salah satu usaha untuk mewujudkan renstra dan

mendorong masing-masing unit kerja untuk dapat lebih meningkatkan mutunya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan standar mutu internal

Universitas Andalas adalah dengan merevisi instrumen audit mutu internal yang saat ini di

gunakan dengan mengadaptasi tidak hanya kriteria penilaian yang digunakan oleh BAN-PT,

tetapi juga kriteria penilaian yang digunakan ABET dan AUN-QA, sehingga dalam

pelaksanaan audit nantinya, kondisi pelaksanaan standar dari sudut pandang AUN-QA dan

ABET juga dapat teridentifikasi dan dijadikan pedoman dalam meningkatkan mutu. Selain

itu, penetapan SNPT yang baru melalui Permenristek DIKTI nomor 44 tahun 2015, juga

menjadi salah satu alasan perlunya dilakukan revisi terhadap standar mutu khususnya

instrumen audit yang digunakan untuk memastikan standar mutu dan instrumen audit yang

digunakan telah sesuai dan dapat memenuhi SNPT yang telah diperbaharui.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah instrumen audit mutu usulan untuk

pelaksanaan audit mutu program sarjana Universitas Andalas yang mengadaptasi kriteria

penilaian yang digunakan oleh BAN-PT, AUN-QA dan ABET dalam melaksanakan proses

akreditasi dan sertifikasi perguruan tinggi, dan disesuaikan dengan SNPT terbaru.

Perumusan instrumen audit mutu internal usulan ini dilakukan dengan metode Delphi

dengan melibatkan beberapa orang ahli dibidang penjaminan mutu Universitas Andalas.

Page 90: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

81

ISBN: 978-602-60613-0-0

Metodologi Penelitian

Metode Deplhi yang digunakan dalam perumusan instrumen audit mutu internal ini

merupakan sebuah metode yang secara iterative mengumpulkan pendapat ahli menggunakan

kuesioner mengenai permasalahan tertentu hingga dicapai sebuah kesepakatan yang

disetujui oleh setiap ahli dalam panel (Skulmoski, Hartman dan Krahn, 2007). Turoff dan

Linstone (2002) secara lebih rinci menjelaskan tentang penerapan metode Delphi

konvesional yang terdiri dari beberapa ronde dimana pada setiap ronde masing-masing

responden akan memberikan pendapat mengenai permasalahan yang disampaikan melalui

kuesioner. Ciri yang membedakan Delphi dengan metode pengambil keputusan berdasarkan

pendapat ahli lainya adalah kerahasiaan identitas ahli yang menjadi responden, sehingga

metode ini dapat dilakukan hanya menggunakan kuesioner dan diskusi terpisah bersama

masing-masing responden tanpa harus mengumpulkan semua responden pada satu waktu

dan tempat yang sama seperti halnya pada metode focus group discussion, serta adanya

iterasi-iterasi yang memungkinkan masing-masing responden untuk memperbaiki pendapat

yang telah diberikan berdasarkan pendapat-pendapat responden lain yang telah disimpulkan

pada ronde sebelumnya.

Delphi pada peneilitian ini terdiri dari dua fase, dimana fase pertama bertujuan untuk

memilih kriteria penilaian yang telah diidentifikasi dengan mengadaptasi kriteria penilaian

AUN-QA, ABET dan BAN-PT serta disesuaikan dengan SNPT 2015. Pada ronde pertama

dalam fase pertama, responden akan diberikan rumusan instrumen yang disusun dalam

bentuk kuesioner cut off point untuk memilih kriteria penilaian. Cut off point sendiri

merupakan sebuah metode yang sering digunakan untuk memilih kriteria berdasarkan

pendapat ahli dengan cara memberikan indeks berupa skala kepentingan untuk masing-

masing kriteria yang akan dipilih (Jannah dan Wahyu, 2013). Penentuan kriteria terpilih

dilakukan berdasarkan sebuah nilai (cut off point) yang dihitung dari rata-rata skala penilaian

yang diberikan ahli untuk setiap kriteria. Kriteria terpilih merupakan kriteria yang memiliki

nilai rata-rata di atas cut off point. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung cut off

point ini adalah sebagai berikut:

Cut off point = (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎) +(𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)

2 …(1)

Responden juga akan diberikan kesempatan untuk menambahkan kriteria penilaian yang

dirasa perlu namun belum tercakup dalam instrumen yang diusulkan. Hasil yang diperoleh

pada ronde pertama dirangkum dan ditampilkan pada ronde selanjutnya. Ronde akan

diulangi hingga kesepakatan tercapai dan proses dilanjutkan ke fase kedua dari Delphi.

Fase kedua bertujuan untuk merumuskan rubrik penilaian untuk masing-masing kriteria

penilaian terpilih pada fase pertama. Pada fase ini, rubrik penilaian yang ditentukan untuk

masing-masing kriteria disebarkan kembali pada responden untuk mengetahui apakah

rumusan masih memerlukan perbaikan lebih lanjut. Langkah-langkah penelitian yang

dilakukan ditampilkan dalam bentuk flowchart pada gambar 1.

Page 91: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

82

ISBN: 978-602-60613-0-0

Mulai

Identifikasi kriteria

penilaian usulan

Fase 1 Delphi

(Pemilihan kriteria penilaian)

Ø Kriteria dan sub kriteria yang telah

diidentifikasi disusun membentuk

kuesioner cut off point

Ø Partisipan diminta untuk

memberikan pendapatnya melalui

skala 1,2, dan 3 serta diperbolehkan

menambahkan sub kriteria penilaian

yang dianggap penting

Ø Sub kriteria yang memiliki rata-rata

dibawah cut off point dieliminasi

Fase 2 Delphi

(Penentuan Rubrik Penilaian)

Ø Bentuk akhir dari instrumen audit

mutu internal yang telah dilengkapi

dengan rubrik penilaian disebarkan

pada respnden untuk

mengidentifikasi apakah diperlukan

perbaikan lebih lanjut

Instrumen

audit mutu

internal

SNPT

2015

Kriteria

BAN-PT,

AUN-QA

dan ABET

Selesai

Gambar 1 Flowchart Metodologi penelitian

Pelaksanaan Penelitian

Tahap pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data kriteria penilaian BAN-PT, AUN-

QA dan ABET. Kriteria penilaian yang dikumpulkan berjumah 186 kriteria, yang terdiri dari

99 kriteria penilaian BAN-PT diperoleh dari borang penilaian akreditasi program sarjana

BAN-PT versi (04-08-2010, 50 keriteria penilaian AUN-QA pada level prodi yang diperoleh

dari Guide to. AUN-QA Assessment at Programme Level 3rd Version 2016 dan 37 General

criteria ABET yang diperoleh dari Program Evaluator Worksheet (PEV) ABET.

Tahap selanjutnya adalah pengidentifikasian kriteria penilaian yang akan menyusun

rumusan instrumen audit mutu internal usulan. Pengidentifikasian dilakukan dengan

membandingkan antara kriteria AUN-QA dan ABET dengan kriteria penilaian BAN-PT,

apakah terdapat kriteria yang memiliki arti yang sama atau telah tercakupi penilaiannya

dalam kriteria BAN-PT. Hasil perbandingan ini kemudian divalidasi menggunakan teknik

face validation bersama 2 orang ahli yang dipilih berdasarkan pengetahuan mengenai AUN-

QA dan ABET yang dimiliki serta pengalaman pelatihan mengenai persiapan akreditasi

sehingga cocok untuk dijadikan validator pada tahap ini. Kedua ahli tersebut adalah:

1. Dedison Gasni, Ph.D selaku Ketua persiapan akrediasi ABET FT-UNAND.

2. dr. Nur Afrainin Syah, M.Med.Ed, Ph.D selaku Ketua Tim AUN-QA/ Ketua Tim

Pengembangan Kurikulum Tahap Akademik - Medical Education Unit FK UNAND.

Kriteria yang telah divalidasi kemudian digabungkan dengan kriteria BAN-PT dan

dikelompokaan kedalam kriteria dan standar mutu BAN-PT membentuk rumusan instrumen

audit mutu usulan. Untuk kriteria AUN-QA dan ABET yang tidak tercakup dalam kriteria

BAN-PT akan membentuk kriteria ataupun standar baru dalam rumusan instrumen audit

Page 92: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

83

ISBN: 978-602-60613-0-0

mutu usulan. Rumusan instrumen audit mutu usulan yang dihasilkan pada tahap ini terdiri

dari 8 standar, 44 komponen dan 127 kriteria penilaian.

Tahap selanjutnya adalah menyesuaikan rumusan instrumen audit mutu internal usulan

dengan SNPT 2015. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah seorang ahli

dibidang penjaminan mutu Universitas Andalas yaitu Prof. Dr. Mansyurdin, MS,

disimpulkan bahwa rumusan instrumen audit mutu internal usulan secara keseluruhan telah

sesuai dengan SNPT 2015, dan sebagian besar standar dan ketentuan yang dinyatakan dalam

SNPT 2015 telah tercakupi dalam rumusan instrumen audit mutu internal yang diusulkan.

Beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan berdasarkan hasil diskusi antara lain adalah

perubahan penggunaan istilah dan penjabaran dari komponen kompetensi lulusan. Pada

salah satu sub kriteria yang diadaptasi dari BAN-PT, struktur kompetensi lulusan dijabarkan

dalam kompetensi utama, pendukung dan lainnya, sementara pada SNPT 2015 kompetensi

lulusan telah diperbaharui penjabarannya melalui capaian pembelajaran lulusan yang terdiri

dari aspek sikap, pengetahuan, keterampilan umum dan khusus. Selain perubahan istilah dan

perbaikan beberapa komponen ini, beberapa kriteria dan sub kriteria yang teridentifikasi

dalam SNPT 2015 juga ditambahkan ke dalam rumusan insturmen audit mutu internal

usulan, sehingga jumlah kriteria dan sub kriteria rumusan instrumen audit mutu internal

usulan bertambah menjadi 45 komponen dan 138 kriteria penilaian.

Rumusan instrumen audit mutu internal yang telah disesuaikan dengan SNPT 2015

selanjutnya disusun untuk membentuk kuesioner cut off point untuk disebarkan pada ronde

pertama Delphi. Ahli yang terlibat sebagai partisipan dalam proses Delphi ini adalah 5 orang

ahli yang merupakan tim perumus atau pernah terlibat sebagai tim perumus standar mutu

Universitas Andalas yang dianggap telah memiliki pengalaman untuk menilai dan

menentukan butir mutu yang diperlukan untuk diterapkan di Unand. Kelima ahli tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Mansyurdin, MS

2. Nilda Tri Putri, Ph.D

3. Dedison Gasni, Ph.D

4. Dr. Yulia Hendri Yeni, SE, MT, AK

5. Dr. Ing. Agus Sutanto

Pada ronde pertama, masing-masing ahli diminta untuk memberikan pendapat mereka dalam

dua hal. Pertama, masing-masing responden diminta untuk memberikan pendapat mereka

terkait tingkat kepentingan masing-masing kriteria untuk dinilai dalam pelaksanaan audit

melalui skala 1 untuk pernyataan tidak setuju bahwa kriteria tersebut penting untuk dinilai

dalam pelaksanaan audit, 2 untuk kurang setuju bahwa kriteria tersebut penting untuk dinilai

dalam audit dan 3 untuk pernyataan setuju bahwa kriteria tersebut penting untuk dinilai

dalam pelaksanaan audit. Kedua, jika jika terdapat penggunaan istilah, atau pernyataan pada

kriteria yang menurut responden perlu diperbaiki, maka dipersilahkan untuk menuliskan

pendapatnya pada kriteria yang dimaksud. Pada ronde ini, responden juga diperbolehkan

untuk menambahkan kriteria penilaian yang dianggap penting namun belum tercakup dalam

instrumen yang diajukan.

Berdasarkan hasil rekapitulasi rata-rata tingkat kepentingan kriteria penilaian yang

ditampilkan pada gambar 2, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata maksimal adalah 3 dan nilai

rata-rata minimal adalah 2. Dengan demikian, cut off point yang diapatkan adalah sebesar

2,5.

Page 93: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

84

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 2 Diagram Rekapitulasi Rata-rata Tingkat Kepentingan Kriteria Penilaian

Terdapat 10 kriteria yang memiliki nilai rata-rata di bawah nilai cut off point sehingga

kesepuluh kriteria tersebut dieliminasi dari rumusan instrumen audit mutu usulan.

Disamping itu, tidak ada responden yang mengusulkan penambahan kriteria penilaian

sehingga perbaikan yang dilakukan pada ronde 1 ini hanyalah pengurangan jumlah kriteria

penilaian menjadi 128 kriteria dan perbaikan pada beberapa istilah yang digunakan.

Rumusan instrumen audit yang telah diperbaiki pada ronde 1 yang terdiri dari 8 standar, 45

komponen penilaian dan 128 kriteria penilaian beserta kesimpulan yang diperoleh kembali

disebarkan kepada responden pada ronde kedua. Pada ronde kedua ini, responden diminta

untuk menilai instrumen audit yang telah direvisi pada ronde 1, apakah responden setuju

dengan perbaikan yang diberikan, dan apakah masih terdapat beberapa perbaikan yang perlu

dilakukan. Semua ahli telah sepakat dengan rumusan yang diajukan pada ronde kedua

sehingga perumusan instrumen audit mutu usulan dilanjutkan pada fase kedua yaitu

perumusan rubrik penilaian untuk masing-masing kriteria.

Kuesioner ronde 3 dalam fase kedua berisikan rumusan instrumen audit mutu internal usulan

yang telah dilengkapi dengan rubrik penilaian untuk masing-masing kriteria penilaian.

Penentuan rubrik penilian untuk masing-masing kriteria penilaian dilakukan dengan

mengadaptasi rubrik penilaian BAN-PT dan melalui diskusi dengan dua orang ahli dari tim

perumus, yaitu Nilda Tri Putri, Ph.D dan Dr. Yulia Hendri Yeni, SE, MT, Ak. Kuesioner

ronde ketiga ini kemudian kembali disebarkan kepada responden, dimana masing-masing

responden diminta untuk memberikan pendapatnya mengenai rubrik yang telah dirumuskan,

apakah diperlukan perbaikan atau telah sepakat dengan rumusan instrumen yang diusulkan.

Hasil yang diperoleh pada ronde ketiga menunjukkan tidak ada saran perbaikan lebih lanjut

maupun sanggahan terhadap instrumen yang diajukan, yang menunjukkan bahwa kesemua

responden telah sepakat dengan rumusan instrumen yang diajukan pada ronde 3 yang terdiri

dari 8 standar, 45 komponen dan 128 kriteria penilaian. Penjabaran secara singkat mengenai

instrument audit mutu internal usulan ditampilkan pada tabel 1.

Page 94: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

85

ISBN: 978-602-60613-0-0

Tabel 1. Ringkasan Instrumen Audit Mutu Internal Usulan

STANDAR PENJELASAN

Visi, Misi, Tujuan,

Sasaran dan Strategi

Pencapaian

Standar ini terdiri dari 3 sub kriteria penilaian yang meliputi penilaian

kejelasan, kerelistikan dan pemahaman visi misi, tujuan dan sasaran prodi

yang kurang lebih sama dengan kriteria penilaian pada standar yang sama

dalam BAN-PT, ditambah satu kriteria penilaian mengenai spesifikasi

prodi yang diadaptasi dari kriteria penilaian AUN-QA

Kompetensi lulusan Standar kompetensi lulusan merupakan standar tambahan yang berisi 3

kriteria penilaian yaitu profil lulusan, kompetensi lulusan dan capaian

pembelajaran lulusan. Masing-masing sub kriteria penilaian ini

dirumuskan bedasarkan kriteria penilaian ABET dan AUN-QA serta

beberapa ketentuan dalam SNPT 2015. Hal-hal yang dinilai pada standar

ini antara lain konsistensi antara capaian pembelajaran,kompetensi

lulusan (profil prodi) dengan KKNI dan visi misi prodi

Tata Pamong,

Kepemimpinan,

Sistem Pengelolaan

dan Penjaminan

Mutu

Standar ini terdiri dari 6 kriteria penilaian yang menilai seputar

pelaksanaan pengelolaan prodi, seperti kepemimpinan, sistem

pengelolaan fungsional, penjaminan mutu, proses pelaksanaan umpan

balik, dan upaya keberlanjutan. Kriteria penilaian pada standar ini sama

dengan standar penilaian BAN-PT, dengan penambahan 1 sub kriteria

mengenai keleluasaan prodi dalam menjalankan pengelolaan pada kriteria

pengelolaan fungsional dan operasional.

Mahasiswa dan

Lulusan

Standar ini terdiri dari 7 kriteria penilaian yang meliputi proses

penerimaan mahasiswa, pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa,

profil mahasiswa dan lulusan serta umpan balik dari alumni

Sumber daya

manusia

Standar sumber daya manusia terdiri dari 6 kriteria penilaian yang

meliputi sistem penerimaan SDM, kualifikasi dan kompetensi dosen dan

tenaga kependidikan, serta jumlah, rasio dan upaya peningkatan

kompetnsi yang dirumuskan sesuai dengan standar SDM BAN-PT

Kurikulum,

Pembelajaran, dan

Suasana Akademik

Standar ini terdiri dari 8 kriteria penilaian sesuai kriteria penilaian BAN-

PT dan 3 standar tambahan yang dirumuskan dari ABET dan AUN-QA.

Adapun hal hal yang dinilai pada standar ini antara lain perumusan,

kelengkapan dan isi kurikuum, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian

proses pembelajaran, evaluasi pelaksanaan pembimbingan akademik dan

tugas akhir, kelulusan mahasiswa serta penciptaan susasana akademik.

Pembiayaan, sarana

dan prasarana serta

sistem informasi

Standar ini terdiri dari 5 kriteria penilaian yang menilai seputar

pembiayaan prodi mulai dari keterlibatan prodi dalam merancang target

kinerja, dana operasional, dana penelitian dan PKM, sarana , prasarana

dan sistem informasi yang dimiliki prodi untuk mendukung pelaksanaan

pembelajaran, serta 1 standar tambahan mengenai lingkungan prodi yang

sub kriterianya dirumuskan dari kriteria penilaian AUN-QA

Penelitian,

Pelayanan/

Pengabdian kepada

masyarakat dan kerja

sama

Standar ini terdiri dari 3 kriteria penilaian, yaitu produktifitas hasil

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan dosen,

keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan tersebut, serta jumlah dan mutu

kerja sama yang ditindaklanjuti oleh prodi

Penutup

Pelaksanaan sistem penjaminan mutu internal di perguruan tinggi merupakan suatu kegiatan

penetapan, pelaksanaan dan peningkatan standar mutu yang dilakukan secara terus menerus

untuk memenuhi SNPT dan ekspektasi stakeholder perguruan tinggi. Pelaksanaan audit

mutu internal memegang peran penting dalam SPMI sebuah perguruan tinggi yang

Page 95: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

86

ISBN: 978-602-60613-0-0

merupakan evaluasi dari pelaksanaan standar mutu yang telah ditetapkan. Salah satu metode

yang dapat digunakan dalam penetapan standar mutu internal atau yang dalam penelitian ini

instrumen audit mutu internal, adalah metode Delphi. Metode Delphi memungkinkan

perumusan instrumen audit mutu dilakukan tanpa mengadakan pertemuan yang harus

dihadiri oleh setiap tim perumus, namun tetap menghasilkan sebuah instrumen yang

disepakati dan merangkum pendapat dari masing-masing tim perumus. Penelitian ini

menghasilkan sebuah instrumen audit mutu internal usulan yang terdiri dari 8 standar, 45

kriteria penilaian komponen dan 128 kriteria penilaian yang telah disepakati oleh ahli di

bidang penjaminan mutu internal Universitas Andalas sebagai responden dalam penelitian

ini.

Daftar Pustaka

Accreditation Board of Engineering and Technology. (2016). Program Evaluator Worksheet

(PEV). Diakses pada www.abet.org

Asean University Network . (2015). Guide To AUN Actual Quality Asessment At Programme

Level Version 3. AUN Secretariat: Thailand

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.(2010). Borang penilaian akreditasi program

sarjana BAN-PT versi (04-08-2010). Diakses pada www.ban-pt.kemendiknas.go.id

Jannah, L., dan Wahyu, E. (2013). Kombinasi Metode AHP dan Metode Cut off point dalam

Pemilihan Sistem Informasi Manajemen di RSUI Madinah Kasembon Malang.

Kementrian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2010). Sistem

Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT)

Skulmoski, G.J, Hartman F,T dan Krahn, J. (2007). The Delphi Method for graduate

Research, Journal of Information Technology Education Vol 6.

Turoff, M, and Linstone, H.A (Ed.) (2002). The Delphi Method, Techniques and Application.

Page 96: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

87

ISBN: 978-602-60613-0-0

Penerapan Metode Project-Motivated Learning

pada Mata Kuliah Matematika Dasar

Mahdhivan Syafwan

Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas

Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163, Indonesia

Email: [email protected]

Abstract

In this article, we discuss an implementation of a teaching innovation method

called Project-Motivated Learning (PMvL) to the course of Elementary

Mathematics, which is taught in the Department of Biology Andalas University

in semester I for the academic year 2015/2016. This method is basically adopted

from the Project-Based Learning (PBL) method. However, in our case, the

projects are aimed to solely trigger the motivation of the students. The PMvL

method is developed to show that mathematics actually has many applications

in various problems, including the ones related to biology. From responses given

by the students, it is found that the PMvL method gives a good impact for the

students in having a positive perception about mathematics. In addition, from

our observation, the method can also motivate the students to learn mathematics.

.

Keywords: Project-Based Learning, Project-Motivated Learning, Elementary

Mathematics

Pendahuluan

Mata kuliah Matematika Dasar merupakan salah satu mata kuliah wajib di semester I pada

kurikulum program studi (Prodi) S1 Biologi FMIPA Universitas Andalas. Pada kurikulum

2014 yang sudah disesuaikan dengan standar Kualifikasi Kompetensi Nasional Indonesia

(KKNI), mata kuliah ini tercakup dalam kelompok Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pelengkap.

Adapun capaian pembelajaran pada mata kuliah ini adalah:

1. Keterampilan dasar matematika yang didukung oleh konsep, metode, dan penalaran

yang memadai.

2. Pola berpikir yang kritis, logis, dan sistematis.

3. Kemampuan analisis dan kreativitas dalam menyelesaikan masalah terkait.

Dari capaian pembelajaran tersebut dapat dilihat bahwa mata kuliah ini memiliki

peranan yang sangat penting terhadap capaian pembelajaran dalam kurikulum prodi S1

Biologi. Hal ini mengingat matematika merupakan fondasi bagi ilmu-ilmu lainnya,

terutama ilmu eksakta. Pada mata kuliah ini, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk

memiliki kemampuan teknis menghitung semata, tetapi diharapkan juga terlatih untuk

memiliki kemampuan tingkat tinggi (higher order thinking), yaitu kemampuan berpikir

kritis dan analisis, yang menjadi dasar bagi pembelajaran pada mata kuliah lanjutan.

Page 97: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

88

ISBN: 978-602-60613-0-0

Secara khusus, mata kuliah Matematika Dasar sangat erat hubungannya dengan mata

kuliah Metodologi Penelitian, Biostatistika, Genetika Kuantitatif/Populasi, dan Tugas

Akhir, terutama yang membahas analisis kuantitatif.

Mengingat kedudukannya yang sangat penting ini, maka pengembangan metode

pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student-Centered Learning) untuk mata

kuliah Matematika Dasar perlu dilakukan. Pengembangan metode pembelajaran ini juga

dimaksudkan untuk memberikan persepsi positif terhadap mata kuliah ini, karena

berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, mata kuliah ini dianggap sebagai

momok yang menakutkan oleh sebagian besar mahasiswa.

Pada semester genap 2012/2013 (kurikulum lama) dan semester ganjil 2014/2015

(kurikulum baru) sudah dicoba diterapkan metode pembelajaran Student-Centered Learning

(SCL) dalam bentuk pemberian tugas project penelitian sederhana yang dikerjakan per

kelompok dan diberikan di masa-masa akhir perkuliahan. Project ini merupakan

implementasi dari materi-materi kuliah yang diajarkan selama ini. Topik project adalah

berupa masalah-masalah nyata yang berhubungan dengan materi biologi, sehingga

mahasiswa bisa melihat dan merasakan sendiri keterkaitan dan keterpakaian materi

matematika yang diajarkan pada kuliah ini dengan bidang ilmu yang digelutinya.

Berdasarkan evaluasi perkuliahan tahun sebelumnya, permasalahan yang dihadapi pada

metode pembelajaran yang diterapkan selama ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa harus ‘menunggu’ dulu sampai di akhir perkuliahan untuk melihat dan

merasakan keterkaitan dan keterpakaian materi matematika. Hal ini mengakibatkan

motivasi mahasiswa terhadap pembelajaran tidak dapat dibangun sejak awal.

2. Materi ajar pada mata kuliah ini cukup padat, padahal bobot sks yang tersedia hanya 2

(dua) sks. Tuntutan untuk menyelesaikan seluruh materi ajar ini membuat waktu untuk

mendiskusikan dengan lebih komprehensif hasil-hasil tugas project menjadi tidak

cukup.

3. Setiap kelompok dalam tugas project beranggotakan sekitar 10 orang. Anggota

kelompok yang banyak ini berakibat pada tidak terdistribusinya dengan baik tingkat

pemahaman setiap mahasiswa.

4. Materi ajar pada mata kuliah ini diadopsi dari materi ajar Kalkulus I yang diberikan

untuk mahasiswa jurusan matematika. Tuntutan dan penekanan capaian pembelajaran

pada mata kuliah ini untuk mahasiswa biologi jelas tidak dapat disamakan dengan

mahasiswa matematika, sehingga perlu adanya reduksi dan penyesuaian untuk beberapa

materi ajar pada mata kuliah ini.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu untuk melakukan perbaikan dan

pengembangan terhadap metode pembelajaran yang sudah dijalankan selama ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan metode pembelajaran SCL yang dikembangkan pada mata kuliah

Matematika Dasar.

2. Mengetahui respon mahasiswa terhadap metode pembelajaran yang dilaksanakan.

3. Mengetahui pengaruh metode pembelajaran yang dilaksanakan terhadap motivasi dan

prestasi belajar mahasiswa.

Metodologi

Page 98: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

89

ISBN: 978-602-60613-0-0

Deskripsi Metode Pembelajaran yang Dikembangkan

Untuk menjawab permasalahan metode pembelajaran (khususnya poin no. 1 dan 3),

sebagaimana yang dikemukakan pada subbab 1.2, maka metode pembelajaran yang sudah

diterapkan selama ini perlu dikembangkan dan diperbaiki formatnya. Metode ini mengambil

ide dari metode Project-Based Learning (PBL), yaitu suatu metode pembelajaran sistematis

yang mengajak mahasiswa mempelajari pengetahuan dan keterampilan-keterampilan

melalui proses penyelidikan yang terstruktur tentang pertanyaan dan produk serta tugas yang

kompleks, otentik, dan dirancang secara hati-hati (Tim LP3M Unand, 2014).

Pada metode yang dikembangkan ini, project yang akan diberikan kepada mahasiswa

digunakan sebagai trigger untuk menumbuhkan motivasi mahasiswa dalam mempelajari

materi kuliah yang akan dibahas. Metode pembelajaran seperti ini kemudian dinamakan

Project-Motivated Learning (PMvL). Karakteristik keilmuan matematika yang bersifat

terstruktur dan saling terkait tentunya tidak memungkinkan untuk menerapkan metode PBL

secara murni. Peran dosen untuk menjelaskan terlebih dahulu materi ajar pada mata kuliah

Matematika Dasar tetap dibutuhkan. Secara singkat, perbedaan mendasar antara PBL dan

PMvL diberikan pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Mendasar antara PBL dan PMvL

Kriteria PBL PMvL

Tujuan Mengembangkan kompetensi mahasiswa

secara mandiri sesuai capaian pembelajaran

Menumbuhkan motivasi belajar

mahasiswa

Isi Mengelaborasi materi ajar secara

keseluruhan

Mengelaborasi materi ajar per pokok

bahasan

Durasi Satu Semester 2-3 minggu

Topik Project Kompleks Sederhana

Metode pembelajaran Project-Motivated Learning ini beranjak dari persepsi banyak orang

yang mengatakan bahwa matematika hanyalah ilmu teori yang abstrak. Persepsi inilah yang

mempengaruhi motivasi seseorang untuk belajar matematika. Pembelajaran yang hanya

berorientasi teori, tanpa memperlihatkan dan menjelaskan aplikasi dan kegunaannya, akan

membuat suasana pembelajaran yang gersang, monoton, dan membosankan. Pada level

pendidikan dasar dan menengah, masalah ini kemudian dicoba diatasi dengan

mengembangkan suatu metode pembelajaran yang dikenal sebagai Matematika Realistik

(Realistic Mathematics Education [RME]) yang dirumuskan berdasarkan pandangan tentang

matematika, bagaimana siswa belajar matematika dan bagaimana seharusnya matematika

diajarkan (Shadiq, 2010). Pemahaman matematika seorang siswa pada metode RME ini

dibangun dari kegiatan nyata yang dialami oleh siswa itu sendiri. Ilustrasi konsep

matematisasi seperti ini dapat dilihat pada gambar 1.

Berdasarkan konsep dari RME tersebut, maka kegiatan utama dalam Project-Motivated

Learning adalah:

a) Eksplorasi dan investigasi (pengambilan data, pencarian informasi dan referensi)

b) Analisis dan kalkulasi (perumusan matematika, perhitungan teknis, interpretasi hasil,

dan validasi)

c) Evaluasi dan refleksi (laporan dan presentasi)

Page 99: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

90

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 1. Konsep Matematisasi (Shadiq, 2010)

Pada dasarnya metode Project-Motivated Learning (PMvL) ini sama dengan metode

pemberian tugas project yang diberikan pada tahun sebelumnya (baca penjelasan pada

subbab 1.2). Perbedaannya sekarang hanya terletak pada waktu dan format pemberian tugas

project tersebut.

Objek Penerapan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran Project-Motivated Learning (PMvL) ini diterapkan pada peserta mata

kuliah Matematika Dasar Kelas A tahun akademik 2015/2016 dengan jumlah mahasiswa 45

orang yang terdiri atas 41 mahasiswa angkatan 2015 (baru mengambil kuliah) dan 4

mahasiswa angkatan 2014 (mengulang kuliah).

Desain Penelitian Tindakan Kelas

Mengikuti (Suharsimi, 2008), pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

menggunakan metode PMvL dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat

tahap yaitu: Perencanaan (Planning), Tindakan (Acting), Pengamatan (Observing), dan

Refleksi (Reflecting).

Penjelasan untuk masing-masing tahapan pada siklus I adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyusun jadwal perkuliahan beserta materi ajar di setiap pertemuan.

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus, Rencana Pembelajaran

Semester (RPS) dan buku-buku referensi.

c. Menyusun kontrak perkuliahan dan informasi-informasi lain yang dinilai penting.

d. Menyiapkan topik-topik project yang relevan.

e. Menyiapkan pertanyaan kuesioner untuk memperoleh persepsi awal mahasiswa

tentang mata kuliah matematika.

2. Pelaksanaan Tindakan

Setelah tahap perencanaan, tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal: Tatap Muka

Dosen terlebih dahulu menjelaskan materi perkuliahan dengan metode tatap muka

dan diskusi. Pada kegiatan ini, aspek-aspek dasar dari setiap topik bahasan dijelaskan

secara komprehensif. Dosen juga memberi ruang yang seluas-luasnya kepada

mahasiwa untuk bertanya dan berdiskusi tentang materi yang belum dipahami. Untuk

menambah pemahaman mahasiswa, beberapa contoh soal pada kegiatan tatap muka

ini juga diberikan. Pembahasan tentang contoh soal tersebut diawali dengan terlebih

dahulu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menjawab dan

menjelaskannya di depan kelas. Keaktifan mahasiswa selama berdiskusi dan sikap

Page 100: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

91

ISBN: 978-602-60613-0-0

pro aktif mahasiswa dalam menjawab contoh soal dijadikan sebagai salah satu

komponen dalam penilaian proses.

b. Kegiatan Inti: Penugasan Project

Kegiatan inti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pelaksanaan metode Project-

Motivated Learning (PMvL) itu sendiri. Adapun langkah-langkah teknis pada

metode ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

(i) Di awal perkuliahan dosen memperkenalkan seluruh topik project yang akan

mereka kerjakan, dan membagi kelompok secara acak yang terdiri atas 6-7

orang. Topik-topik project diambil dari berbagai referensi (buku, sumber di

internet, artikel ringan, dan lain-lain) yang kemudian dimodifikasi dan

dikembangkan sesuai kebutuhan. Topik-topik project tersebut mengakomodir

keterwakilan setiap pokok bahasan, kecuali tentang pokok bahasan integral dan

fungsi transenden, karena kedua topik tersebut diberikan di akhir-akhir semester

sehingga tidak cukup waktu bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi project

terkait dengan baik. Adapun topik-topik project untuk setiap pokok bahasan

diberikan pada tabel 2. Sebagai contoh, masalah pada project nomor 5 diberikan

pada gambar 2.

Tabel 2. Pokok Bahasan dan Topik Project Terkait

Gambar 2. Masalah Project No. 5 tentang Rute Optimum Burung Ketika Terbang

(ii) Setiap kelompok diberikan waktu efektif untuk mengerjakan tugas projectnya

selama 2-3 minggu, yaitu selama satu pokok bahasan diajarkan. Di luar jam

kuliah, mahasiswa dapat berkonsultasi dengan dosen pengampu. Di samping itu,

mahasiswa diminta pula untuk melakukan studi eksplorasi lebih lanjut dalam

bentuk pengumpulan data dan tinjauan pustaka yang diperlukan (melalui

browsing di internet, membaca buku referensi lain yang relevan, atau bahkan

berdiskusi dengan dosen-dosen biologi).

Pokok Bahasan Topik Project

Operasi Bilangan 1. Proporsi badan pada hewan berkaki empat

Pertidaksamaan 2. Aplikasi pertidaksamaan pada rancangan taman

Fungsi 3. Model alometrik

4. Pemodelan epidemi penyakit AIDS

Penggunaan Turunan

(maks/min)

5. Rute optimum burung ketika terbang

6. Sudut optimum dari percabangan pembuluh darah

7. Masalah sel sarang lebah

Page 101: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

92

ISBN: 978-602-60613-0-0

(iii) Setiap selesai topik bahasan, mahasiswa mempresentasikan hasil tugas

projectnya sekitar 15 menit, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab

sekitar 10 menit. Mahasiswa yang tidak melakukan presentasi diberi kesempatan

terlebih dahulu untuk bertanya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan dari

dosen. Dengan jumlah anggota kelompok yang relatif kecil (6-7 orang), maka

pemahaman mahasiswa diharapkan dapat terdistribusi dengan baik. Di akhir

presentasi, dosen memberikan komentar dan penjelasan lebih dalam tentang

tugas project tersebut.

c. Kegiatan Akhir: Review dan Evaluasi

Pada kegiatan akhir, dosen menyimpulkan dan mereview materi yang telah dipelajari

dan menegaskan kembali aplikasinya pada topik project yang telah dipresentasikan.

Selanjutnya untuk memeriksa tingkat kepahaman mahasiswa, diadakan evaluasi

dalam bentuk pemberian tugas (penyelesaian soal-soal latihan), kuis, ujian tengah

semester dan ujian akhir semester.

3. Observasi

Observasi pada saat proses pembelajaran digunakan untuk memperoleh bahan

penyusunan refleksi. Pada tahap ini yang bertindak sebagai pengamat/observer adalah

peneliti itu sendiri (dalam hal ini dosen pengampu). Kegiatan observasi perlu dilakukan

untuk melihat apakah penerapan metode pembelajaran PMvL ini berdampak positif

pada persepsi mahasiswa terhadap mata kuliah matematika yang diajarkan, sehingga

pada akhirnya dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar mahasiswa itu sendiri.

Salah satu instrumen yang digunakan pada tahap ini adalah kuesioner tentang respon

yang diberikan mahasiswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan.

4. Refleksi

Tahapan akhir dari PTK terhadap metode PMvL ini adalah refleksi yang dilakukan

dengan cara membandingkan aspek kuantitatif berupa nilai UTS/UAS mahasiswa antara

tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Perbandingan nilai UTS/UAS juga dilakukan

terhadap nilai yang diperoleh kelas lain (kelas B) yang tidak menerapkan metode PMvL.

Selain itu, tahapan refleksi ini juga dapat dilakukan secara kualitatif dengan melihat

hasil kuesioner tentang kesan dan persepsi mahasiswa terhadap metode pembelajaran

ini. Dari perbandingan nilai UTS/UAS serta hasil kuesioner inilah kemudian dapat

ditarik kesimpulan apakah metode Project-Motivated Learning (PMvL) ini dapat

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mahasiswa atau tidak.

Adapun siklus II pada kegiatan PTK pada prinsipnya sama dengan siklus I. Namun

rancangan pada siklus II mengacu pada kekurangan yang terjadi pada siklus I, sehingga

dapat dilakukan perbaikan pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus II akan menjadi

kesimpulan akhir dari metode pembelajaran yang dilaksanakan. Pada penelitian tindakan

kelas ini, masa sebelum UTS dijadikan sebagai periode siklus I, sedangkan masa setelah

UTS dijadikan sebagai periode siklus II.

Hasil dan Pembahasan

Berhubung metode pembelajaran PMvL ini belum dirancang perlakuannya secara seragam

di kedua kelas dan belum juga diuji kesamaan tipe dan tingkat kesulitan soal UTS/UAS

antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, maka perbandingan kuantitatif pada tahap

refleksi tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu dilakukan observasi kualitatif dengan

menggunakan kuesioner, sehingga hasil refleksi untuk hal ini masih dapat dijadikan sebagai

masukan untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. Berikut dijelaskan hasil-hasil yang

diperoleh setiap tahap pada siklus I (sebelum UTS).

Page 102: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

93

ISBN: 978-602-60613-0-0

1. Pada tahap perencanaan tindakan, telah disusun dan disiapkan hal-hal yang diperlukan,

seperti silabus, jadwal perkuliahan, info perkuliahan, dan kontrak perkuliahan yang

digabung dan diringkas dalam dua lembar kertas yang dibagikan ke setiap mahasiswa

di awal pertemuan. Di samping itu, untuk memperoleh persepsi awal mahasiwa terhadap

mata kuliah, juga telah disebar kuesioner dengan item pertanyaan sebagai berikut:

(i) Apakah Anda memilih jurusan Biologi karena ingin menghindari belajar

matematika? Jelaskan alasan jawaban Anda.

(ii) Apakah Anda menyukai matematika? Jelaskan alasan jawaban Anda.

Rekapitulasi hasil kuesioner atas pertanyaan di atas diberikan pada tabel 3. Dari hasil

kuesioner tersebut dapat dilihat bahwa sekitar 27,5 % mahasiswa memilih jurusan

Biologi karena ingin menghindari matematika. Sebagian besar di antara mereka (sekitar

64%) memang tidak menyukai matematika. Sebaliknya, bagi mahasiswa yang memilih

jurusan Biologi bukan karena ingin menghindari belajar matematika, sebagian besarnya

memang memiliki kesukaan dengan matematika. Dari hasil kuesioner tersebut juga

diketahui bahwa mereka yang tidak menyukai matematika karena menganggap

matematika itu sulit . Dari sini sebetulnya dapat dilihat hubungan timbal balik antara

ketidak-sukaan terhadap matematika dan kesulitan memahami materi matematika. Di

samping itu, ketidak-sukaan terhadap matematika juga disebabkan oleh faktor guru dan

pengalaman selama SMA. Menariknya lagi, mereka yang tidak suka dengan

matematika, berdasarkan hasil kuesioner tersebut, ternyata juga dipicu oleh ketidak-

tahuan mereka terhadap kegunaan (penerapan) matematika. Hal ini menjadi masukan

bahwa pengetahuan mahasiswa terhadap penerapan matematika menjadi salah satu

motivasi untuk mempelajari matematika. Fakta ini sejalan dengan konsepsi yang dianut

pada pembelajaran Matematika Realistik.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Kuesioner di Awal Pertemuan No. Pertanyaan Jawaban (i) Apakah Anda

memilih jurusan

Biologi untuk menghindari

belajar

matematika?

Ya: 27.5 % Tidak: 72.5%

Jelaskan alasan

jawaban Anda.

Matematika itu sulit

Anggapan bahwa mata kuliah matematika tidak ada di jurusan

Biologi

Tidak suka matematika (dengan hitung-hitungannya yang pelik)

Lebih suka hafalan

Suka biologi

Suka matematika

lmu pasti akan bertemu dengan matematika

Matematika dibutuhkan dimanapun

(ii) Apakah Anda

menyukai

matematika?

Ya: 27% Tidak: 64%

Biasa saja: 9%

Ya: 69 % Tidak: 14% Biasa saja: 17%

Jelaskan alasan

jawaban Anda

Berguna

Faktor

guru

Sulit

Pada

dasarnya

mudah

Ada

kepuasan

tersendiri

Suka karena

hitungannya

Suka karena

tantangannya

Berguna

Sulit

Pengalaman remedi di

SMA

Tidak jelas kegunaanny

a

Kadang-

kadang mood

2. Pada tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan awal, inti dan akhir sebagian sudah

dilakukan. Kegiatan inti dari tahap pelaksanaan tindakan ini adalah penugasan project

secara berkelompok. Beberapa foto dokumentasi pelaksanaan presentasi kelompok

tentang tugas project yang dikerjakan dapat dilihat pada gambar 3. Secara umum

pelaksanaan presentasi kelompok berjalan lancar dan hidup karena banyak mahasiswa

Page 103: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

94

ISBN: 978-602-60613-0-0

yang memberikan pertanyaan kepada kelompok presenter dan komentar tentang topik

yang sedang dipresentasikan.

Gambar 3. Dokumentasi Pelaksanaan Presentasi Tugas Project

3. Pada tahap observasi sudah diminta tanggapan dari mahasiswa terhadap pelaksanaan

project. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, hampir sebagian besar mahasiswa

memberi tanggapan positif terhadap pelaksanaan tugas project ini. Di antara mereka ada

yang menanggapi bahwa tugas project ini menarik dan unik karena menggabungkan

ilmu matematika dan biologi. Sebagian ada juga yang berkomentar bahwa tugas project

ini benar-benar bermanfaat, terutama menghilangkan anggapan bahwa belajar

matematika itu tidak ada realitanya (baca: aplikasinya). Beberapa contoh komentar yang

diberikan mahasiswa dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Contoh Komentar Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Tugas Project

Adapun mahasiswa yang memberi tanggapan negatif terhadap pelaksanaan tugas

project ini lebih disebabkan karena bahan materi project diberikan dalam bahasa

Inggris, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk memahami materi project

tersebut. Lebih lanjut, mereka yang menanggapi seperti ini mengakui bahwa topik

project tersebut baru bisa dipahami setelah dijelaskan oleh dosen. Beberapa contoh

komentar dari mahasiswa terkait hal ini dapat dilihat pada gambar 5.

4. Pada tahap refleksi, berdasarkan hasil observasi yang diperoleh maka dapat disimpulkan

bahwa metode Project-Motivated Learning (PMvL) ini dinilai telah dapat

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan memberikan persepsi yang positif

terhadap matematika itu sendiri.

Page 104: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

95

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 5. Contoh Komentar Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Tugas Project

Berkenaan dengan tanggapan bahwa materi project cukup sulit dipahami karena faktor

bahasa Inggris, maka pada siklus II (setelah UTS) hal ini diperbaiki dengan memberikan

penjelasan tambahan tentang project tersebut dalam bahasa Indonesia. Meskipun demikian,

pemberian materi project dalam bahasa Inggris tetap dilakukan karena hal tersebut

dipandang perlu untuk melatih softskill mahasiswa dalam penguasaan bahasa Inggris.

Kesimpulan Dan Saran

Metode Project-Motivated Learning (PMvL) pada Mata Kuliah Matematika Dasar yang

diterapkan pada semester ganjil 2015/2016 di Jurusan Biologi dinilai telah mampu

membangkitkan motivasi belajar mahasiswa dan memberikan persepsi yang positif terhadap

mata kuliah matematika. Dari tugas project yang diberikan, mahasiswa dapat melihat contoh

aplikasi dan kegunaan matematika pada kasus-kasus sederhana yang terkait dengan biologi.

Untuk melihat pengaruh metode ini terhadap prestasi belajar mahasiswa secara kuantitatif,

maka perlu dilakukan perbandingan nilai ujian (UTS dan UAS) yang diperoleh pada tahun

berjalan dengan tahun sebelumnya, dengan terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap

kesamaan tipe dan tingkat kesulitan soal. Selain itu, perbandingan nilai akhir juga perlu

dilihat antara kelas yang menerapkan metode ini dengan yang tidak pada tahun yang sama,

dengan membuat terlebih dahulu rancangan perlakukan yang seragam antara kedua kelas.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Shadiq, Fadjar & Mustajab, Nur Amini. (2010). Pembelajaran Matematika dengan

Pendekatan Realistik di SMP. P4TK Kementerian Pendidikan Nasional

Tim LP3M Unand. (2014). Panduan Praktis Pelaksanaan Student-Centered Learning

(SCL). LP3M Unand

Page 105: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

96

ISBN: 978-602-60613-0-0

Menuju Paradigma Baru Metode Pengajaran di Fakultas Teknik

Universitas Andalas Berdasarkan ABET dan KKNI–SNPT

Dedison Gasni

Jurusan Teknik Mesin

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Andalas

Email: [email protected]

Abstrak

Metode pengajaran S1 bidang teknik di Fakultas Teknik Universitas Andalas

sebahagian besar masih bersifat konvensional dimana masih menggunakan metode

“kuliah” atau pengajaran masih bersifat teacher center learning, meskipun hasil

penelitian dibidang pendidikan menunjukkan bahwa metode ini tidak begitu effektif

dalam mencapai student learning outcomes atau capaian pembelajaran.

Terjadinya pergeseran pradigman pendidikan tinggi di Indonesia dari kurikulum

yang berbasiskan isi (containt based) ke berbasis kompetensi (outcomes based),

dan dengan diberlakunya kurikulum pendidikan tinggi tahun 2012 berdasarkan

kerangka kualifikasi nasional Indonesi (KKNI) dan standar nasional perguruan

tinggi (SNPT) dimana kurikulum harus berdasarkan capaian pembelajaran (CP),

maka penerapan metode pembelajaran teacher center learning tidak sesuai lagi

digunakan 100 % di dalam kelas. Sejak tahun 2015, dengan diadopasinya sistem

akreditasi ABET melalui LEEAP project di Fakultas Teknik Universitas Andalas,

maka metode pengajaran student center learning (SCL) harus digunakan. Pada

akreditasi ABET dan KKNI - SNPT, penekanan lebih dititik beratkan kepada

student outcome atau capaian pembelajaran berdasarkan kompetensi yang telah

ditetapkan. ABET telah menetapkan bahwa lulusan dari pendidikan S1 teknik

memiliki minimal 12 student outcomes (ABET a-k) baik berupa profesional skill

maupun technical kill, begitu juga dengan KKKNI-SNPT harus mencakup capain

pembelajaran: pengetahuan, sikap, kompetensi khusus, dan komptensi umum. Pada

tulisan ini akan dibahas metode pembelajaran yang sesuai diterapkan di Fakultas

Teknik Universitas Andalas dengan mempertimbangkan ABET dan KKNI-SNPT,

learning style model, dan taxsonomi Bloom.

Kata kunci: Metode pembelajaran, Learning style, Taxsonomi Bloom, ABET,

KKNI-SNPT

Pendahuluan

Kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia telah terjadi serangkaian perubahan yang dimulai

pada tahun 1994 melalui keputusan Mendikbud RI Nomor 056/U/1994 tentang pedoman

penyusunan kurikulum perguruan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa dimana

kurikulum lebih mengutamkan pencapain penguasaan IPTEKS, yang lebih dikenal dengan

kurikulum berbasis isi. Pada tahun 2000 dan 2002, kurikulum berbasisi isi ini mengalami

perubahan menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Hal ini didasarkan pada konsep

Page 106: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

97

ISBN: 978-602-60613-0-0

empat pilar UNESCO yaitu; learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to

live together. Kurikulum berbasis kompetensi ini mengutamakan pencapaian kompetensi

sebagai wujud usaha untuk mendekatkan pendidikan pada kondisi pasar kerja dan industri. Pada

tahun 2012, terjadi perubahan pradigma baru pendidikan global dimana dituntut adanya

pengakuan atas capaian pembelajaran yang telah disetarakan secara internasional, maka

dikembangkan kurikulum pendidikan tinggi (KPT) berdasarkan kerangka kualifikasi nasional

Indonesia (KKNI) dan standar nasional pendidikan tinggi (SNPT). Kurikulum pendidikan

tinggi ini lebih mengutamakan kesetaraan capain pembelajaran untuk menjaga mutu

lulusannya. Perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis isi ke kurkulum berbasis kompetensi,

mengakibatkan terjadinya perubahan paradigma baru sistem pendidikan yang pada mulanya

berpusat pada dosen bergeser ke mahasiswa. Sehingga terjadi pergeseran dari pradigma lama

ke baru sistim pembelajaran.

KKNI pada sistem pendidikan tinggi dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Kualifikasi pada setiap jenjang KKNI

dinyatakan sebagai capaian pembelajaran (CP) yang mencakup 4 unsur yaitu sikap dan tata

nilai, kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan, dan wewenang dan tanggung jawab.

Sedangkan untuk SNPT yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 49 tahun 2014 adalah satuan standar yang salah satunya meliputi Standar Nasional

Pendidikan, terutama pada standar kompetensi lulusan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL):

merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan ketrampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran.

Pada tahun 2015, Fakultas Teknik Universitas Andalas mulai mengadopsi ABET untuk

mengakreditasi program studi yang ada melalui program Leadership in Engineering and

Education Acreditation Project (LEEAP) yang di inisiasi oleh HELM-USAID dibawah

bimbingan Arizona State University (ASU). ABET merupakan badan akreditasi yang berada di

Amerika Serikat untuk mengakreditasi program studi teknik, komputer, teknologi, dan sain

terapan. Tujuan dari akreditasi ABET adalah untuk melayani masyarakat, industri, dan profesi

dengan mendorong pengembangan dan peningkatan pendidikan teknik, menggiatkan

pendekatan inovasi pada pendidikan teknik, dan menjamin bahwa lulusan siap untuk masuk

kedunia kerja dan melanjutkan praktek keinsinyuran.

Dengan adanya era globalisasi maka kebutuhan akan lulusan yang berkualitas semangkin

meningkat hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat terutama

dalam perkembangan teknologi informasi. Dimana akses informasi yang semakin mudah

menyebabkan ilmu pengetahuan dan keahlian yang diperoleh seseorang menjadi cepat

tertinggal. Disamping itu, persaingan yang semakin tajam akibat adanya globalisasi dan kondisi

perekonomian dunia yang semangkin tak menentu, membutuhkan sumber daya manusia yang

kreatif, memiliki jiwa enterpreneur dan kepemimpinan. Sehingga pendidikan yang selama ini,

yang hanya menekankan pada proses transfer ilmu pengetahuan tidak lagi relevan dan hanya

akan menghasilkan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan masa lampau,

tanpa dapat beradaptasi dengan kebutuhan masa kini dan masa depan.

Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari metode pembelajaran yang berpusat

pada dosen (teacher centered learning/TCL) menjadi pembelajaran yang berpusat pada

mahasiswa (student centered learning/SCL) diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk

terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Melalui proses

pembelajaran dengan keterlibatan aktif mahasiswa ini berarti dosen tidak mengambil hak

Page 107: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

98

ISBN: 978-602-60613-0-0

mahasiswa untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya. Dalam proses SCL, maka mahasiswa

memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga

mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam, dan pada akhirnya dapat meningkatkan

mutu dan kualitas dari mahasiswa. Pendekatan pembelajaran yang selama ini lebih bersifat

normatif, lebih mengutamakan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, perlahan-perlahan

mulai ditata secara utuh melalui pola pembelajaran yang bernuansa pembelajaran aktif yang

lebih memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa. Dari sinilah kemudian berkembang

konsep pembelajaran yang lebih berorientasi pada kebutuhan mahasiswa dan tidak lagi

berorientasi pada dosen semata. Nuansa keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran

semakin dikembangkan untuk membentuk karakter mahasiswa yang memiliki kemampuan

berkomunikasi secara tertulis dengan baik, mempunyai kemampuan dapat bekerja sama dalam

tim, dan memiliki kemampuan untuk belajar sepanjang hayat. Metode pembelajaran pada

perguruan tinggi, telah mengalami perubahan. Salah satu bentuk perubahan yang dimaksud

adalah perubahan dari bentuk TCL ke SCL. Pada tulisan ini, akan di bahas metode pembelajaran

yang cocok diterapkan untuk pendidikan teknik di Fakultas Teknik Universitas Andalas agar

student outcomes dari ABET dan capaian pembelajaran berdasarkan KKNI dan SNPT dapat

dicapai dengan mempertimbangkan learning style dan taksonomi Bloom.

Student Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Student outcomes (SO) atau capaian pembelajaran (CP) adalah hard skill dan soft skill yang

harus dimiliki oleh mahasiswa sebelum mereka menyelesaikan studi pada suatu program studi.

ABET telah menetapkan bahwa minimal SO adalah 12 buah, mulai dari outcome (a) sampai

dengan (k). Program studi dapat menambahkan SO yang lain yang dirumuskan sesuai dengan

visi, misi, dan tujuan dari program studi tersebut. Adapun SO yang telah ditetapkan oleh ABET

dari (a) sampai (k) adalah (ABET, 2016);

(a) Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dari matematika, sain, dan engineering.

(b) Kemampuan untuk merancang dan melakukan percobaan, serta untuk menganalisis dan

menginterpretasikan data.

(c) Kemampuan untuk merancang suatu sistem, komponen, atau proses untuk memenuhi

kebutuhan yang diinginkan dalam batasan realistis seperti ekonomi, lingkungan, sosial,

politik, etika, kesehatan dan keselamatan, manufakturabilitas, dan keberlanjutan.

(d) Kemampuan untuk berfungsi pada tim multidisiplin.

(e) kemampuan untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan memecahkan masalah teknik.

(f) Pemahaman tentang tanggung jawab profesional dan etika.

(g) Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif.

(h) Pendidikan yang luas yang diperlukan untuk memahami dampak dari solusi engineering

dalam konteks global, ekonomi, lingkungan, dan sosial.

(i) Pengakuan dari kebutuhan, dan kemampuan untuk terlibat dalam belajar seumur hidup.

(j) Pengetahuan tentang isu-isu kontemporer.

(k) Kemampuan untuk menggunakan teknik, keterampilan, dan alat-alat teknik modern yang

diperlukan untuk praktek rekayasa.

Kurikulum berdasarkan KKNI dengan jelas dinyatakan pada pasal 29 UU Dikti 12/2012 ayat 1

menyatakan bahwa: “Kerangka Kualifikasi Nasional merupakan penjenjangan capaian

pembelajaran yang menyetarakan luaran bidang pendidikan formal, nonformal, informal, atau

pengalaman kerja dalam rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan

di berbagai sektor”. Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI dinyatakan sebagai CP

yang mencakup aspek-aspek pembangunan jati diri bangsa, penguasaan ilmu pengetahuan dan

Page 108: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

99

ISBN: 978-602-60613-0-0

teknologi, kemampuan untuk dapat melakukan kerja secara bermutu, serta wewenang dan

kewajiban seseorang sesuai dengan level kualifikasinya. Aspek pembangunan jati diri bangsa

tercermin dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhineka Tunggal Ika yaitu

menjunjung tinggi pengamalan ke lima sila Pancasila dan penegakan hukum, serta mempunyai

komitmen untuk menghargai keragaman agama, suku, budaya, bahasa, dan seni yang tumbuh

dan berkembang di bumi Indonesia. Rumusan CP berdasarkan KKNI disusun dalam 4 unsur

yaitu: (a) sikap dan tata nilai; (b) kemampuan kerja; (c) penguasaan pengetahuan; dan (d)

wewenang dan tanggung jawab.

Jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri dari sembilan jenjang dimulai dari jenjang 1 sampai

dengan jenjang 9. KKNI jenjang 6 untuk pragram sarjana (S1) adalah;

Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahliannya, dan mampu beradaptasi

terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah.

Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep

teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta

mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.

Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi dan data, dan

memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi.

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas

pencapaian hasil kerja organisasi.

Setiap jenjang memiliki deskripsi CP yang sesuai dengan kualifikasinya. Jenjang kualifikasi

yang dihasilkan melalui pendidikan formal dapat disetarakan dengan tingkat keahlian pada

bidang pekerjaan

SNPT yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun 2014

adalah satuan standar yang meliputi Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan Standar

Nasional Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat. SN-DIKTI

merupakan kriteria minimal tentang pembelajaran pada jenjang pendidikan tinggi di perguruan

tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Kompetensi

Lulusan (SKL): merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian

pembelajaran. Dalam SKL dinyatakan bahwa CP lulusan wajib mengacu kepada deskripsi CP

KKNI dan memiliki kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI. Masing-masing unsur

CP dalam SKL diartikan sebagai berikut (Paristiyanti Nurwardani dkk, 2016):

1. Sikap merupakan perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan

aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam kehidupan spiritual dan sosial melalui

proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian, dan/atau pengabdian

kepada masyarakat yang terkait pembelajaran.

2. Pengetahuan merupakan penguasaan konsep, teori, metode, dan/atau falsafah bidang

ilmu tertentu secara sistematis yang diperoleh melalui penalaran dalam proses

pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada

masyarakat yang terkait pembelajaran.

3. Keterampilan merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan

konsep, teori, metode, bahan, dan/atau instrumen, yang diperoleh melalui pembelajaran,

pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang

terkait pembelajaran. Unsur ketrampilan dibagi menjadi dua yakni keterampilan umum

dan keterampilan khusus yang diartikan sebagai berikut:

Page 109: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

100

ISBN: 978-602-60613-0-0

a. Keterampilan umum merupakan kemampuan kerja umum yang wajib dimiliki oleh

setiap lulusan dalam rangka menjamin kesetaraan kemampuan lulusan sesuai

tingkat program dan jenis pendidikan tinggi; dan

b. Keterampilan khusus merupakan kemampuan kerja khusus yang wajib dimiliki oleh

setiap lulusan sesuai dengan bidang keilmuan program studi.

Secara umum dapat dilihat bahwa SO berdasarkan ABET dan CP berdasarkan KKNI-SNPT

secara umum merupakan kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa sebelum mereka lulus,

dimana SO dan CP dapat dikelompokkan atas hard skill, soft skill dan nilai.

Pendekatan Pembelajaran SCL

Pengembangan pendidikan seumur hidup dalam laporan kepada UNESCO dari Komisi

Internasional tentang Pendidikan Untuk Abad XXII (1996), harus dilandaskan pada 4 pilar.

(Delors, 1996), yaitu : (1) Belajar Mengetahui; (2) Belajar Berbuat; (3) Belajar Hidup Bersama;

dan (4) Belajar menjadi seseorang.

Untuk pengembangan pendidikan seumur hidup berlandaskan empat pilar di atas, perlu

dikembangkan metode pembelajaran yang dapat menekankan pada minat, kebutuhan dan

kemampuan individu, menjadikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk

membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Model belajar ini sesuai dengan metode

pembelajaran SCL, dimana metode ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber daya

manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri,

kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja

dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap

perubahan dan perkembangan. Berikut ini beberapa pengertian SCL menurut para ahli. Rogers

(1983); SCL merupakan hasil dari transisis perpidahan kekuatan dalam proses pembelajaran,

dari kekuatan dosen sebagai pakar menjadi kekuatan mahasiswa sebagai pembelajar. Perubahan

ini terjadi setelah banyak harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang

menyebabkan mahasiswa menjadi pasif, bosan dan resisten. Kember (1997); SCL merupakan

sebuah kutub proses pembelajaran yang menekankan mahasiswa sebagai pembangun

pengetahuan sedangkan kutub yang lain adalah dosen sebagai agen yang memberikan

pengetahuan. Harden dan Crosby (2000); SCL menekankan pada mahasiswa sebagai

pembelajar dan apa yang dilakukan mahasiswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan

apa yang dilakukan oleh dosen.

Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa SCL adalah suatu model pembelajaran

yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan konsep

SCL, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang

bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan

sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta

mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang

ditemukannya. Dalam batas-batas tertentu mahasiswa dapat memilih sendiri apa yang akan

dipelajarinya. Dengan anggapan bahwa tiap mahasiswa adalah individu yang unik, maka

proses, materi dan metode pembelajaran harus disesuaikan secara fleksibel dengan minat,

bakat, kecepatan, gaya serta strategi belajar dari tiap peserta didik. Tersedianya pilihan-pilihan

bebas ini bertujuan untuk menggali motivasi intrinsik dari dalam dirinya sendiri untuk belajar

sesuai dengan kebutuhannya secara individu, bukan kebutuhan yang diseragamkan. Sebagai

ganti proses transfer ilmu pengetahuan, peserta didik lebih diarahkan untuk belajar ketrampilan

Page 110: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

101

ISBN: 978-602-60613-0-0

learn how to learn seperti problem solving, berpikir kritis dan reflektif serta keterampilan untuk

bekerja dalam tim.

Model-Model Gaya Pembelajaran

Claxton dan Murrel (1987) mengatakan bahwa mahasiswa belajar dengan cara yang berbeda-

beda, maka untuk itu dosen tidak boleh berasumsi bahwa; (1) semua mahasiswa dewasa belajar

dengan cara yang sama, (2) preferensi dari belajar dosen tidak bisa disamakan dengan

mahasiswa. Tetapi sebaliknya, karena mahasiswa dewasa belajar dengan cara yang berbeda

maka dosen harus memiliki tanggung jawab untuk memperluas khasanah dalam metode

pembelajaran yang dapat merangkul seluas mungkin model pembelajaran dari mahasiswa untuk

mencapai pembelajaran yang efektif. Ada enam (6) model gaya pembelajaran yang terkenal

yang ditawarkan oleh Kolb, Gregorc, Felder-Silverman, Fleming, dan Dunn dan Dunn, seperti

diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Enam (6) model gaya pembelajaran (Thomas F. dkk, 2007)

Kolb Experiential Learning Theory

Kolb Experiential Learning Theory (Kolb D., 1984), mendefinisikan belajar sebagai proses

dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Belajar adalah seperangkat

holistik proses yang terus menerus, dengan penekanan yang lebih sedikit pada hasil. Gaya

belajar adalah perbedaan umum dalam orientasi pembelajaran berdasarkan sejauh mana

orang menekankan empat model dari proses pembelajaran. Empat model dari proses

pembelajaran yang umumnya dimulai dengan Concrete Expperience (CE), pindah ke

Observation Reflective (RO), kemudian ke Abstrak Conseptualization (AC), dan akhirnya ke

Active Experimentation (AE), dengan pembelajaran yang paling efektif dan lengkap terjadi

ketika kegiatan belajar merangkul keempat model dari proses pembelajaran. Namun,

tergantung pada preferensi individu, pembelajaran mungkin mulai salah satu dari model lainnya

dalam siklus.

Kolb menjelaskan CE dan AC sebagai bipolar pada kontinum dan orthogonal ke

kontinum bipolar kedua RO dan AE. Gaya belajar individu hasil dari

kombinasi dari dua pilihan mode yang berdekatan dalam siklus pengalaman belajar

yang mengarah ke empat gaya belajar dasar, yaitu: Diverger (CE dan RO), Assimilator (RO

dan AC), Converger (AC dan AE), dan Accommodator (AE dan CE). Individu memiliki

preferensi untuk salah satu dari empat gaya belajar tetapi dosen harus bisa menggunakan model

pembelajaran untuk mode lainnya. Gambar 2 menyajikan siklus Kolb Experiential Learning

Style.

Page 111: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

102

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 2 Kolb Experiental Learning style (Thomas F. dkk, 2007)

Felder–Silverman Learning Style Model Felder-Silverman model, dimana model ini berasal dari ilmu teknik, mendefinisikan gaya

sebagai “kekuatan karakteristik dan preferensi dalam cara orang mengambil dan memproses

informasi” (Felder dan Silverman, 1988) belajar. Individu memiliki preferensi bersama lima

continua bipolar: yang Aktif-Reflektif, yang Sensing-intuitif, yang Verbal-Visual, yang

Sequential-Global, dan Intuitif-deduktif. Gambar 3 menyajikan Model Felder-Silverman.

Gambar 3 Felder-Silverman learning style (Felder dan Silverman, 1988)

Taxonomi Bloom

Benjamin Bloom telah mengembangkan taksonomi dari tujuan kognitif yang lebih dikenal

dengan taxsonomi Bloom. Dimana taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan

pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan): kognitif, afektif, dan psikomotor dan setiap

ranah tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.

Metode Pembelajaran SCL Untuk Pendidikan Teknik

Pembelajaran harus mencakup 1) interaktif, 2) holistik, 3) integratif, 4) saintifik, 5) kontekstual,

6) tematik, 7) efektif, 8) kolaboratif, dan 9) berpusat pada mahasiswa (Yose Rizal dkk, 2015).

Di bawah ini dijelaskan beberapa model pembelajaran SCL yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran di pendidikan teknik, diantaranya: (a) Small Group Discussion, (b) Simulation,

(c) Discovery Learning (DL), (d) Self Directed Learning (SDL), (e) Cooperative Learning (CL),

(f) Collaborative Learning (CbL), (g) Contextual Instruction (CI), (h) Project-based Learning

(PjBL), dan (i) Problem-based Learning (PBL).

Page 112: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

103

ISBN: 978-602-60613-0-0

Kesimpulan

Student outcomes berdasarkan standar ABET atau capaian pembelajaran berdasarkan KKNI-

SNPT dapat dikelompokkan dalam dua bentuk baik berupa; hardskill dan softskill yang harus

dicapai oleh mahasisiwa sebelum mereka lulus. Metode pembelajaran yang bersifat

konvensional berupa metode kuliah belum dapat menjamin student outcomes atau capaian

pembelajaran dapat dicapai sebelum mahasiwa lulus. Disamping itu dosen juga harus

mengetahui cara belajar mahasiswa karena masing-masing individu dari mahasiwa memiliki

cara atau model pembelajaran yang berbeda-beda. Disamping itu, level kognitif yang

diharapkan dari learning course outcomes (LCO) dari matakuliah disusun berdasarkan

taksonomi Bloom perlu dipertimbangkan sebelum memilih metode pembelajaran yang sesuai.

Sehingga dalm pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan student outcomes (ABET)

dan capain pembelajaran (KKNI-SNPT) yang dapat dikembangkan untuk pendidikan teknik di

Fakultas Teknik Universitas Andalas harus dapat mempertimbangkan model gaya

pembelajaran dan level kognitif yang harus dicapai berdasarkan taksonomi Bloom agar dapat

mencapai student outcomes dan capaian pembelajaran yang diharapkan.

Daftar Pustaka

Robert B. Barr and Jhon Tagg, (2009), From Teaching to learning, Change.

Thomas F. Hawk dan Amit J. Shah, (2007), Using Learning Style Instruments to Enhance

Student Learning, Decision Sciences Journal of Innovative Education.

Claxton, C. S., & Murrell, P. H. (1987), Learning styles .Washington, DC: George Washington

University (ERIC).

Kolb, D. (1984). Experiential learning: Experience as the source of learning and

Development Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Fleming, N. D. (2001).Teaching and learning styles: VARK strategies, Christchurch, New

Zealand: N.D. Fleming.

Felder, R. M., & Silverman, L. K. (1988). Learning styles and teaching styles in

Engineering education.Engineering Education, 78 (7), 674–681.

Rogers, C. R. (1983a). As a teacher, can I be myself? In Freedom to Learn for the 80’s. Ohio:

Charles E. Merrill Publishing Company.

Kember, D. (1997). A reconceptualisation of the research in to university academics

conceptions of teaching. Learning and Instruction 7(3), 255–275.

Harden, R. M. and J. Crosby (2000). AMEE Guide No 20: The good teacher is more than a

lecturer the twelve roles of the teacher. Medical Teacher 22 (4), 334–347

Yose Rizal dkk, (2015), Pedoman Penyususnan dan evaluasi Kurikulum, Lembaga

Pegembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M), Universitas Andalas.

Page 113: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

104

ISBN: 978-602-60613-0-0

Jacques Delors et al. (1996). Learning: The Treasure Within. Paris, UNESCO.

Paristiyanti Nurwardani dkk, (2016), Panduan Penyusunan kurikulum, Kementrian Riset,

Teknologi dan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan

Direktorat Pembelajaran.

Acreditation Criteria, (2016), http://www.abet.org/accreditation/ di akses tanggal 23 September

2016.

Page 114: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

105

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pengembangan Metode Pembelajaran Project Based Learning Berbasis

Internet dan Media Sosial

Muhammad Makky1, Omil Charmyn Chatib1

1Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas teknologi pertanian, Universitas Andalas

Kampus Unand Limau Manis, Padang, Sumatera Barat

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan agar pengembangan metode pembelajaran yang

disusun dapat tercapai, dimana strategi pencapaian yang akan dilakukan

dilakukan berdasarkan analisis penelitian tindakan kelas. Parameter yang

diukur mencakup hasil pencapaian pembelajaran, sebaran nilai akhir, dan

respon mahasiswa terhadap pengembangan metode pembelajaran dan asesmen

yang diterapkan. Model pembelajaran yang diterapkan pada kuliah elektronika

ini adalah Project Based Learning (PBL) yang menggunakan berbagai media

pada kegiatan pembelajaran, melalui pendekatan perumusan penyelesaian

suatu permasalahan yang dikerjakan bersama sama oleh peserta didik dalam

suatu group. Berdasarkan dari persentase nilai akhir, untuk kedua kelas (A dan

B) persentase nilai yang terbanyak diperoleh mahasiswa adalah nilai B dengan

bobot sebesar 20,19 %. Persentase jumlah mahasiswa yang terkecil didapatkan

oleh nilai C- dengan bobot sebanyak 6,73 %. Berdasarkan pengalaman dosen

dan mahasiswa pada Program Studi Teknik Pertanian Universitas Andalas,

pada umumnya mahasiswa yang melakukan perbaikan nilai adalah mahasiswa

yang mendapatkan nilai dibawah nilai B. sementara pada mata kuliah ini yang

mendapatkan nilai dibawah B hanya sebesar 36 %.

Kata kunci: Metode pembelajaran, Project based learning,Internet, Media

Sosial, Elektronika.

Pendahuluan

Proses pembelajaran di perguruan tinggi didesain untuk mampu menjawab berbagai

tantangan yang akan dihadapi oleh lulusannya, serta para dosen dan staf pengajar di

Universitas tersebut. Perkembangan teknologi yang demikian pesat saat ini menyebabkan,

banyak informasi yang dimiliki oleh dosen maupun staf pengajar diperguruan tinggi kurang

relevan dan cenderung tertinggal. Mahasiswa yang belajar di suatu perguruan tinggi,

umumnya masih mengandalkan sumber informasi dan pengetahuan mereka dari dosen dan

staf pengajar yang memberikan mata kuliah di dalam kelas. Padahal, saat ini berbagai

informasi telah tersedia di Internet dan penyebaran berita serta pengetahuan juga telah

berlangsung di jejaring media social.

Berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), kompetensi lulusan sarjana

harus memenuhi 3 (tiga) aspek kompetensi, yaitu (1) aspek lingkup kerja berdasarkan

Page 115: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

106

ISBN: 978-602-60613-0-0

pengetahuan yang dikuasai, (2) aspek kemampuan di bidang kerja dan (3) aspek kemampuan

manajerial. Berdasarkan pada hal di atas, Program Studi Teknik Pertanian bertujuan

menghasilkan lulusan dengan kompetensi seperti terlihat pada Tabel 1.

Makalah ditulis dengan menggunakan MS-WORD dalam ukuran A4 format kolom tunggal,

fully-justified dengan margin kiri 3,0 cm, margin kanan 2,5 cm, margin atas 2,5 cm, dan

margin bawah 2,5 cm. Gunakan Times new roman 12 pt dengan spasi tunggal.

Tabel 1. Kompetensi lulusan Program Studi Teknik Pertanian yang diselaraskan dengan

KKNI (TEP, 2013)

Lingkup KKNI Kompetensi Lulusan

Aspek lingkup

kerja berdasarkan

pengetahuan yang

dikuasai

1. Menguasai prinsip-prinsip keteknikan untuk melakukan

identifikasi, perumusan dan pemecahan masalah di bidang

keteknikan pertanian.

Aspek kemampuan

di bidang kerja

2. Mampu merancang bangun, kontruksi, pengelolaan sumberdaya

alam pertanian, peralatan dan proses dalam sistem pertanian,

mampu menganalisis, interpretasi, penentuan alternatif solusi, dan

pengaplikasikan eksperimen untuk meningkatkan kinerja sistem

pertanian.

Aspek kemampuan

manajerial

3. Mampu berkomunikasi ilmiah secara efektif dan tanggap terhadap

penerapan ilmu dan teknologi di bidang keteknikan pertanian,

memiliki sikap dan perilaku professional serta inovatif dalam

berkarya dan berkarier di bidang keteknikan pertanian dan

biosistem sesuai dengan etika keteknikan dan norma kehidupan

masyarakat, dan memiliki jiwa kewirausahaan dan

pengembangannya untuk dapat berkontribusi pada pembangunan di

bidang pertanian dan biosistem

Faktor pertama yang mendukung perubahan model pembelajaran di perguruan tinggi

dikarenakan adanya perubahan secara global meliputi persaingan yang semakin ketat diikuti

dengan perubahan orientasi lembaga pendidikan, yakni perubahan persyaratan kerja. Faktor

kedua karena adanya masalah yang semakin kompleks sehingga perlu disiapkan lulusan

yang mempunyai kemampuan di luar bidang studinya. Faktor ketiga karena perubahan cepat

di segala bidang kehidupan sehingga diperlukan kemampuan generik atau tranferable skill

sedangkan faktor keempat, kurikulum lama berdasarkan SK. Mendikbud No. 056/U/1994

masih berbasis content. Keempat faktor di atas mendukung pengembangan perguruan tinggi

dari model TCL ke SCL dan sesuai dengan empat pillar pendidikan, yaitu learning to know,

learning to do, learning to be, dan learning to live together (Dewayani,2006; Kurdi 2009).

Ketertinggalan informasi yang sangat dirasakan ini, pada akhirnya akan berdampak serius

terhadap kompetensi lulusan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi tersebut. Selain itu,

motivasi mahasiswa pun akan semakin menurun, karena mereka merasa apa yang

disampaikan saat kuliah sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.

Akibatnya, sebagian mahasiswa cenderung menjadi apatis dan mudah menyerah terhadap

kondisi yang mereka hadapi. Hal ini dapat terlihat pada berbagai pengukuran kualitas

pembelajaran yang dilakukan oleh dosen, seperti hasil ujian, tugas mahasiswa, serta nilai

quiz. Mahasiswa dengan motivasi tinggi, tidak hanya akan bergantung kepada informasi

Page 116: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

107

ISBN: 978-602-60613-0-0

yang mereka dapatkan dari dosen, tetapi mereka akan secara proaktif menggali informasi

dari berbagai sumber, terutama media social dan internet.

Integrasi media social dan internet, yang sangat digandrungi oleh mahasiswa, kedalam

sebuah proses pembelajaran, akan menambah daya tarik dan nilai dari materi suatu mata

kuliah. Hal ini menjadi penting untuk diuji coba kedalam proses pembelajaran dan

pengembangan metode belajar pada mata kuliah yang diasuh, terutama mata kuliah

Elektronika (PNG 411).

Matakuliah Elektronika merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh

mahasiswa pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas

Andalas. Matakuliah ini tergolong mata kuliah wajib institusi, dan masuk kedalam kelompok

mata kuliah penguasaan Keahlian dan Keterampilan (MKK). Elektronika (PNG 411)

merupakan salah satu mata kuliah yang mendukung kompetensi utama dari lulusan Program

Studi Teknik Pertanian, dimana setelah proses pembelajaran berlangsung, target capaian

mahasiswa (learning outcomes) adalah kemampuan mereka dalam merancang dan membuat

rangkaian digital jenis kombinasi sederhana dan sekuensial dasar. Selain itu, Mahasiswa juga

dituntut untuk mampu melakukan minimisasi komponen rangkaian, serta menghindari

kesalahan yang terkait dengan pemicuan dan sinkronisasi. Mata kuliah ini (PNG 411)

merupakan mata kuliah yang mendukung banyak mata kuliah lainnya, seperti MK. Kontrol

Otomatik (TPE 417), MK. Teknik Pengolahan Citra Digital (TPE 418), serta penelitian akhir

skripsi mahasiswa.

Mata kuliah ini sangat penting, karena seiring dengan kemajuan teknologi digital, peranan

elektronika digital sangat vital. Sehingga kompetensi lulusan perguruan tinggi yang memilki

kemampuan elektronika ini akan sangat mendukung peluang karir dan wirausaha mereka.

Karena, penggunaan elektronika digital tidak terbatas hanya pada bidang umum saja, namun

juga mencakup bidang militer, industry, komunikasi, bahkan telah merambah kedalam dunia

rumah tangga. Oleh karena itu, pemahaman mahasiswa terhadap matakuliah ini sangat

penting, karena akan memberikan pemahaman tentang konsep-konsep dasar maupun

pelaksanaan dan penerapan prinsip-prinsip elektronika digital, perangkat dan sirkuit terpadu.

Dengan demikian, mahasiswa dapat memilih penggunaan teknik yang paling tepat dan

efektif sesuai kebutuhan teknis mereka.

Kendala yang dihadapi oleh mahasiswa dan dosen pada mata kuliah ini adalah kurangnya

pengetahuan dasar mahasiswa tentang komponen dan perangkat elektronika. Hal ini

sebagian besar disebabkan karena mahasiswa umumnya berasal dari daerah pedesaan yang

belum banyak mendapatkan sentukan teknologi digital. Dengan demikian maka proses

pembelajaran basih terpusat kepada materi yang diberikan dosen, atau Teacher Centre

Learning (TCL). Usaha agar kelas berjalan dinamis yang dilakukan dosen, baik berupa

pembentukan kelompok diskusi kecil (Small discussion group) tidak membuahkan hasil

yang memuaskan, karena pengetahuan mahasiswa terhadap teknologi elektronika digital

masih sangat kurang. Dengan demikian, sistem pembelajaran yang berlangsung masih satu

arah, dan mahasiswa menjadi tidak aktif, serta intuisi mereka untuk memecahkan masalah

menjadi rendah. Untuk itu diperlukan suatu terobosan yang dapat menggerakkan mahasiswa

untuk berpikir kreatif dan aktif, sehingga mereka secara berkelompok mampu memecahkan

suatu masalah.

Page 117: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

108

ISBN: 978-602-60613-0-0

Metodologi

Agar luaran dari pengembangan metode pembelajaran ini dapat tercapai, maka strategi

pencapaian yang akan dilakukan, disusun berdasarkan analisis penelitian tindakan kelas,

dimana parameter yang diukur mencakup hasil pencapaian pembelajaran, sebaran nilai

akhir, dan respon mahasiswa terhadap pengembangan metode pembelajaran dan asesmen

yang diterapkan. Tahapan strategi yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pengembangan asesmen mahasiswa

Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PBL) adalah model

pembelajaran yang menggunakan berbagai media pada kegiatan pembelajaran, melalui

pendekatan perumusan penyelesaian suatu permasalahan yang dikerjakan bersama sama

oleh peserta didik dalam suatu group. Pada PBL, mahasiswa melakukan eksplorasi,

penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk

solusi atau pemecahan dari permasalahan yang dihadapi pada proses pembelajaran.

Disamping itu Kurdi (2009) menyatakan bahwa model Teacher Center Learning (TCL)

membuat mahasiswa pasif karena hanya mendengarkan kuliah sehingga kreativitas

mereka kurang terpupuk atau bahkan cenderung tidak kreatif.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan salah satu metode Student Center Learning

(SCL), dimana model pembelajaran diberikan menggunakan suatu masalah sebagai

langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru, dan

capaian yang diperoleh oleh mahasiswa didapatkan dari pengalamannya beraktivitas saat

proses pemecahan masalah dilakukan. Seperti yang dinyatakan oleh Hadi (2007) bahwa

pada model pembelajaran SCL, mendorong mahasiswa untuk memiliki motivasi dalam

diri mereka sendiri kemudian berupaya keras mencapai kompentensi yang diinginkan.

PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan

mahasiswa dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Metode PBL yang akan

digunakan dalam pengembangan metode pembelajaran ini dimulai dari suatu proses

inquiry, yaitu dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question).

Selanjutnya mahasiswa dibimbing untuk menjawab pertanyaan tersebut dalam sebuah

proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek, mencakup seluruh materi

pembelajaran sesuai dengan kurikulum.Agar penilaian terhadap mahasiswa dapat

dilakukan secara adil dan objektif, evaluasi dilakukan secara kontinyu selama proses

pembelajaran mata kuliah Elektronika berlangsung. Proses evaluasi dilakukan mulai dari

awal perkuliahan hingga akhir semester.

2. Sistem Penilaian Mahasiswa

Evaluasi dilakukan untuk menilai unsur afektif, kognitif dan psikomotorik dari

mahasiswa. Evaluasi dilakukan pada persentase kehadiran mahasiswa di perkuliahan

(10%), keaktifan mahasiswa dalam kelompok dan didalam kelas selama proses

pembelajaran dengan metode PBL berlangsung (10%). Unsur lain yang dinilai adalah

originalitas dan ingenuity mahasiswa dan kelompoknya dalam memecahkan persoalan

yang diberikan (20%), serta bagaimana masing masing individu berinteraksi didalam

kelompok serta interaksi dengan kelompok lainnya (20%). Penilaian lainnya meliputi

Page 118: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

109

ISBN: 978-602-60613-0-0

pelaksanaan ujian tertulis di tengah semester (40%). Pada penilaian ini tidak dimasukkan

nilai UAS karena penelitian dilaksanakan sampai tengah semester.

Adapun penjabaran dari tiap unsur yang dinilai adalah sebagai berikut :

a. Persentase kehadiran mahasiswa (10%)

b. Keaktifan mahasiswa dalam kegiatan diskusi PBL kelompok (10%).

c. Originalitas ide mahasiswa dan kelompok (20%)

d. Interaksi individu dan kelompok (20%)

e. Ujian Tengah Semester (40%)

3. Parameter Pencapaian PTK

Parameter kesuksesan proses PBL yang dilakukan diperoleh dari pencapaian PTK,

mencakup hasil capaian pembelajaran dan kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa

setelah mengikuti perkuliahan ini. Parameter lain diukur dari sebaran dan rata rata nilai

akhir mahasiswa di akhir perkuliahan. Hal yang tidak kalah penting adalah respon

mahasiswa terhadap proses pengembangan metode pembelajaran yang dilakukan,

terutama terhadap metode PBL yang diterapkan.

Parameter kesuksesan ini nantinya juga diukur berdasarkan tingkat partisipasi

mahasiswa dalam kegiatan PBL. Selain itu, sebelum mahasiswa dievaluasi oleh dosen

melalui ujian tengah semester maupun ujian akhir semester, maka akan dilakukan

rangkuman materi diskusi dan PBL yang akan disimpulkan oleh dosen. Cara terakhir

yang akan dilakukan untuk menilai kesuksesan PTK dilakukan dengan melakukan survei

kepada mahasiswa tentang proses PBL dan bagaimana tanggapan mereka serta saran

perbaikan kegiatan yang diinginkan.

Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis Pembelajaran Berbasis Proyek pada mata kuliah Elektronika,

persentase sebaran nilai akhir mahasiswa yang diperoleh pada semester Ganjil 2015/2016

untuk 2 (dua) kelas yang berbeda menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa dapat

dinyatakan lulus 100%. Sesuai dengan peraturan akademik Universitas Andalas, mahasiswa

dianggap gagal dalam satu mata kuliah jika mendapatkan nilai dibawah C-, atau D dan E .

Mahasiswa yang gagal dalam kuliah tersebut harus mengulang kembali mengikuti proses

belajar mengajar untuk tahun depan.

Berdasarkan dari persentase nilai akhir, untuk kedua kelas (A dan B) persentase nilai yang

terbanyak diperoleh mahasiswa adalah nilai B dengan bobot sebesar 20,19 %. Persentase

jumlah mahasiswa yang terkecil didapatkan oleh nilai C- dengan bobot sebanyak 6,73 %.

Berdasarkan pengalaman dosen dan kebiasaan mahasiswa pada Program Studi Teknik

Pertanian Universitas Andalas, pada umumnya mahasiswa yang melakukan perbaikan nilai

adalah mahasiswa yang mendapatkan nilai dibawah nilai B. sementara pada mata kuliah ini

yang mendapatkan nilai dibawah B sebesar 36 %, hal ini menunjukkan bahwa proses

perkulihanan yang dijalani sudah berjalan dengan baik.

Page 119: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

110

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 1. Sebaran Nilai Akhir Elektronika Kelas A dan B Semester Ganjil 2015/2016.

Gambar 2. Sebaran Nilai Akhir Elektronika Semester Ganjil 2015/2016.

Gambar 3. Perbandingan Sebaran Nilai Akhir Elektronika pada Semester Ganjil

2013/2014 dengan Ganjil 2015/2016

Perbandingan model pembelajaran model pembelajaran TCL dengan SCL yang diterapkan

pada mata kuliah elektronika dapat dilihat pada sebaran nilai akhir yang dicapai mahasiswa

(Gambar 3). Mahasiswa yang gagal (nilai akhir <C-), pada semester Ganjil 2013/2014

(metode TCL) yaitu sebesar 2,59 %. Diantaranya adalah 0,86 % untuk mahasiswa yang

mendapatkan nilai D dan 1,72 % untuk mahasiswa yang mendapatkan nilai E. Sementara

Page 120: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

111

ISBN: 978-602-60613-0-0

pada semester Ganjil 2015/2016 (metode SCL) tidak ada yang gagal. Penerapan metode SCL

dapat memperbaiki capaian hasil akhir proses belajar mengajar, yaitu memperkecil jumlah

mahasiswa yang gagal dan meningkatkan jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai yang

baik.

Kesimpulan

Dengan membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok akan mendorong mereka untuk

tidak mau tertinggal informasi dengan kelompok yang lain. Sugesti ini akan memberikan

dampak yang positif untuk mereka agar mau mengembangkan serta mencari kedalaman ilmu

yang sedang mereka pelajari dengan mencoba memanfaatkan teknologi yang telah ada,

seperti internet serta media sosial lainnya. disamping itu pembagian kelompok akan

memberikan pengalaman mereka untuk bekerja sama dengan orang lain.

Daftar Pustaka

Dewayani, Sylvi. 2006. “Student Centered Learning”, Materi Lokakarya Peningkatan

Kualitas Teknik Pembelajaran Student Center Learning. Yogyakarta: UGM

Hadi, R,2007. Dari Teacher-Centered Learning ke Student-Centereded Learning:

Perubahan Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Insania, Vol.12, No. 3. hal. 408419.

Kurdi FN. 2009. Penerapan Student Centered Learning dari Teacher Centered Learning

Mata Ajar Ilmu Kesehatan pada Program Studi Penjaskes. Forum Kependidikan, Volume

28, Nomor 2.

TEP, Program Studi Teknik Pertanian. 2013. Laporan Evaluasi Kurikulum PS Teknik

Pertanian Fateta Unand.

Page 121: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

112

ISBN: 978-602-60613-0-0

Penerapan Sistem Evaluasi Berbasiskan Rubrik dalam Pengukuran

Capaian Pembelajaran dalam Kompetensi Kemampuan Perancangan

Lulusan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas

Eka Satria1, Meifal Rusli2

1,2Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas

Kampus Limau Manis, Padang 25163, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

Abstrak

Salah satu yang menjadi capaian pembelajaran lulusan dalam kurikulum

berbasis outcome yang dikembangkan di Jurusan Teknik Mesin Universitas

Andalas adalah kemampuan lulusan dalam merancang sistem, komponen, atau

proses dalam memenuhi kebutuhan di bidang keteknikmesinan. Ada 5 indikator

performans yang digunakan untuk mengevaluasi capaian pembelajaran ini,

yaitu: kemampuan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah,

kemampuan untuk membandingkan alternatif yang ada dan mengambil

keputusan, kemampuan untuk menerapkan analisis kerekayasaan dalam

mendesain komponen-komponen mekani, kemampuan untuk memilih komponen-

komponen mekanik sesuai dengan kebutuhannya, dan kemampuan dalam

menggunakan standard dan code yang ada dalam desain rekayasa mekanik dan

termal

Salah satu langkah yang dikembangkan untuk melihat keefektifan hasil capaian

pembelajaran adalah menentukan metode evaluasi yang tepat. Metode evaluasi

ini secara umum terbagi dalam dua jenis; langsung dan tidak langsung. Metode

tidak langsung melihat hasil capaian pembelajaran melalui performansi lulusan

setelah bekerja, seperti dari angket alumni, angket perusahaan, dll, sedangkan

metode langsung dikembangkan untuk melihat capaian pembelajaran dalam

proses perkuliahan. Makalah ini memaparkan cara mengevaluasi capaian

pembelajaran dengan penerapan sistem rubrik (termasuk dalam sistem evaluasi

langsung) di Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas.

Rubrik yang dikembangkan tersebut digunakan pada dua matakuliah yang

terkait dengan perancangan sistem, komponen atau proses, yaitu Perancangan

Teknik 1 dan Elemen Mesin 1. Pelaksanaannya dilakukan pada dua jenis sistem

evaluasi, yaitu ujian akhir semester (UAS) dan tugas besar perancangan. Hasil

yang diberikan memperlihatkan kemampuan siswa dalam 5 indikator ujuk kerja

perancangan sistem, komponen dan proses.

Kata kunci: Capaian Pembelajaran, Kompetensi Lulusan, Perancangan,

Evaluasi, Rubrik

Page 122: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

113

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pendahuluan

Visi Program Studi Teknik Mesin Universitas Andalas (PSTM Unand) pada tahun 2021

adalah “Menjadi Program Studi Teknik Mesin yang bermartabat dan bereputasi

internasional” dengan misi yang diusung “Membangun keunggulan dalam pendidikan dan

penelitian yang bereputasi internasional serta pelayanan kepada masyarakat dalam bidang

teknik mesin untuk menghasilkan lulusan yang berbudi luhur dan berdaya saing dan

mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk menunjang pembangunan yang

berkelanjutan”. Untuk membangun pendidikan yang bereputasi internasional ini PSTM

Unand merencanakan untuk terakreditasi secara internasional pada tahun 2019. Akreditasi

yang direncanakan adalah Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET).

Untuk mencapai sasaran strategis ini, PSTM Unand bersama 4 program studi lainnya yang

berada dibawah naungan Fakultas Teknik Universitas Andalas, memperoleh bantuan

konsultasi persiapan melalui program Leadership in Engineering Education Accreditation

Program (LEEAP) yang dibantu oleh USAID dan Arizona State University.

Salah satu keluaran dari Program LEEAP ini adalah PSTM Unand melakukan penyesuaian

kurikulum berdasarkan standar yang diberikan oleh ABET. Hasil perumusan oleh Tim

Kurikulum PSTM Unand disepakati bahwa Capaian Pembelajaran (CP) yang harus dimiliki

oleh lulusan ke depannya adalah seperti yang ditulis dalam Tabel 1. Tenstu saja hasil

rumusan ini juga mempertimbangkan faktor-faktor lainnya, seperti permintaan stakeholder,

perkembangan dunia keteknikmesinan, aturan-aturan yang ditetapkan Dikti, kebutuhan lokal

Sumatera Barat dan juga aturan Universitas Andalas sendiri.

Tabel 1. Capaian Pembelajaran Lulusan PSTM Unand (Laporan Kurikulum PSTM Unand,

2016)

CP-1 Kemampuan menerapkan pengetahuan matematika, ilmu pengetahuan alam dan

kerekayasaan dalam menyelesaikan masalah keteknikmesinan

CP-2 Kemampuan untuk merancang dan melakukan eksperimen, termasuk dalam

analisis dan menafsirkan data

CP-3 Kemampuan dalam merancang sistem, komponen, atau proses dalam memenuhi

kebutuhan di bidang keteknikmesinan.

CP-4 Kemampuan dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan memecahkan masalah-

masalah keteknik-mesinan.

CP-5 Kemampuan bekerja dalam tim yang multidisiplin

CP-6 Kemampuan memahami tanggungjawab professional dan etik

CP-7 Kemampuan berkomunikasi secara efektif.

CP-8 Kemampuan dalam memahami pengaruh/ impak dari perkembangan

kerekayasaan dalam konteks global, ekonomi, lingkungan, dan kemasyarakatan

CP-9 Kemampuan untuk pembelajaran seumur hidup (long-life learning).

CP-10 Mempunyai pengetahuan tentang perkembangan dan isu-isu kontemporer.

CP-11 Kemampuan untuk menggunakan teknik-teknik, keterampilan, dan perangkat

kerekayasaan dalam penerapan kerekayasaan (engineering practice).

CP-12 Kemampuan dalam memahami proses-proses bisnis untuk mengembangkan

teknologi baru dari bentuk konsep menuju komersialisasi.

CP-13 Kemampuan untuk mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Page 123: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

114

ISBN: 978-602-60613-0-0

Makalah ini akan memaparkan bagaimana proses evaluasi yang dilakukan untuk melihat

pencapaian mahasiswa terhadap Capaian Pembelajaran 3 (CP-3) yaitu kemampuan dalam

merancang sistem, komponen, atau proses dalam memenuhi kebutuhan di bidang

keteknikmesinan. Untuk melihat hasil CP-3 ini, tim kurikulum juga telah merumuskan 5

indikator performans (PI) dari CP-3, sebagai berikut:

Tabel 2. Indikator Performans CP-3 (Laporan Kurikulum PSTM Unand, 2016)

PI-1 Kemampuan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah

PI-2 Kemampuan untuk membandingkan alternatif yang ada dan mengambil

keputusan

PI-3 Kemampuan untuk menerapkan analisis kerekayasaan dalam mendesain

komponen-komponen mekanik.

PI-4 Kemampun untuk memilih komponen-komponen mekanik sesuai dengan

kebutuhannya.

PI-5 Kemampuan dalam menggunakan standard dan code yang ada dalam desain

rekayasa mekanik dan termal

Sistem evaluasi yang akan dilakukan untuk melihat hasil CP-3 ini adalah melalui penerapan

sistem rubrik. Sistem rubrik merupakan salah satu teknik evaluasi langsung yang diterapkan

ke mahasiswa selama perkuliahan. Sistem rubrik umumnya bukanlah sistem penilaian angka

(grading system). Sistem rubrik mengelompokan kemampuan mahasiswa/i dalam level-level

kualitas performans (quality of performance). Deskripisi dari setiap level ini dibuat sendiri

oleh pembuat rubrik tergantung dari berapa banyak tingkatan yang digunakan.

Makalah ini memaparkan cara mengevaluasi CP-3 dengan penerapan sistem rubrik untuk

PI-1 (Kemampuan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah) dan PI-2 (Kemampuan

untuk membandingkan alternatif yang ada dan mengambil keputusan). Hanya dua PI yang

dipilih dikarenakan keterbatasan jumlah halaman yang diijinkan dalam makalah. Akan tetapi

melalui pembahasan 2 PI ini diharapkan gambaran secara umum proses evaluasi melalui

sistem rubrik telah dapat digambarkan secara jelas. Rubrik untuk PI-1 dn PI-2 ini digunakan

pada matakuliah Perancangan Teknik 1 (TMS 306). Pelaksanaannya dilakukan soal-soal

yang diberikan pada Ujian Akhir Semester (UAS) TA 2015/2016.

Rubrik untuk Asesmen

Pengukuran suatu performans atau kompetensi suatu proses pembelajaran akan menjadi

memberatkan jika tidak disertai dengan alat pengukur yang sesuai. Untuk itu, rubrik evaluasi

dapat dijadikan salah satu alat ukur dalam mengevaluasi dengan memberikan level-level

performans untuk beberapa kriteria evaluasi. Rubrik dapat menjadi alat ukur yang powerful

bagi seluruh instruktur untuk memperoleh suatu kesimpulan yang sama tentang pemahaman

peserta ajarnya.

Secara umum rubrik ini bisa dibagai dalam dua jenis. Rubrik analitik memerlukan skor

asesmen terhadap suatu performans, proses, atau skill pembejaran secara terpisah. Rubrik

analitik akan membantu pengajar dan peserta ajar dalam mengidentifikasi kekuatan dan area

yang bisa digunakan untuk peningkatan atau perbaikan. Rubrik holistik juga memerlukan

skor terhadap performans, proses atau skill pembelajaran tetapi secara keseluruhan/ umum.

Page 124: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

115

ISBN: 978-602-60613-0-0

Secara konsep penggunaan rubrik holistik lebih cepat untuk digunakan akan tetapi

kelemahannya adalah cukup sulit untuk mengidentifikasi secara detil bagian mana dalam

suatu performans, proses atau skill pembelajaran yang harus diperbaiki.

Metodologi Pelaksanaan Kegiatan

Metodologi pelaksanaan kegiatan dilakukan sebagai berikut:

(1). Pembuatan kasus/tugas/soal yang akan digunakan dalam evaluasi. Kasus/tugas/soal ini

harus mencerminkan kompetensi PI-1 dan PI-2 yang diminta oleh CP-3,

(2). Pembuatan rubrik evaluasi tipe analitik untuk kompetensi PI-1 dan PI-2 dari capaian

pembelajaran CP-3,

(3). Mahasiswa/i menyelesaikan kasus/tugas/soal yang diujikan,

(4). Seluruh jawaban mahasiswa dikelompokan dalam level-level performans yang

dipersiapkan dalam rubrik,

(5). Tentukan target evaluasi,

(6). Pembahasan terhadap hasil yang diperoleh untuk setiap PI.

(7). Pembahasan terhadap hasil yang diperoleh untuk CP-3 secara keseluruhan.

Untuk tahapan pertama, dua buah soal yang terkait dengan PI-1 dan PI-2 dipersiapkan untuk

UAS mata kuliah Perancangan Teknik 1 (TMS 306) pada Semester Genap TA 2015/2016,

sebagai berikut:

Soal untuk PI-1:

Tim desain anda diminta untuk merancang sebuah kendaraan yang digunakan untuk

mengangkat dan membawa barang di area pabrik. Anda diminta untuk mencari 3

alternatif solusi bentuk kendaraan tersebut dengan menggunakan metode

Morphological Chart. Jelaskan jawaban anda dengan menggunakan tabel atau chart

yang memuat hal-hal sebagai berikut: (a). Fitur atau fungsi dari produk yang dirancang

(minimal 5 item), (b). Cara atau metode bagaimana fitur atau fungsi tadi dapat bekerja

(minimal 2-3 item), (c). gambarkan dalam bentuk sebuah tabel atau chart seluruh fitur

yang dipilih dan cara fitur tersebut dapat bekerja, (d). Identifikasi 3 alternatif jawaban.

Jelaskan secara singkat seluruh alternatif yang anda pilih

Soal untuk PI-2:

Tim desain anda diminta untuk mengevaluasi tiga buah jenis transportasi angkutan

massal yang cocok untuk kota Padang (bus, tram dan kereta api) dengan menggunakan

metode Weighted Objective. Tentukan solusi transportasi yang dipilih dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Sebutkan minimal 5 item tujuan perancangan (design objectives) yang

digunakan sebagai dasar dalam mengevaluasi dan jelaskan secara singkat cara

anda mendapatkannya dengan konsep Objectives Tree,

b. Jelaskan bagaimana cara anda dalam menentukan urutan/rangking dari tujuan

perancangan tersebut dengan suatu konsep yang sederhana.

c. Jelaskan bagaimana cara anda menetapkan faktor pembobot dari setiap tujuan

perancangan yang anda gunakan,

d. Jelaskan bagaimana cara anda menetapkan nilai performans atau nilai utiliti dari

setiap tujuan,

Page 125: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

116

ISBN: 978-602-60613-0-0

e. Buatkan dalam sebuah tabel, hasil penghitungan dari nilai utiliti total untuk

ketiga jenis alternatif solusi tersebut, sehingga terlihat solusi terbaik yang bisa

digunakan.

Jawaban dari mahasiswa/i untuk setiap soal akan dikelompokan dalam rubrik-rubrik yang

telah dipersiapkan. Tabel 3 memperlihatkan bentuk rubrik yang dipersiapkan untuk

mengevaluasi jawaban yang diberikan untuk PI-1, sedangkan Tabel 4 memperlihatkan

bentuk rubrik yang dipersiapkan untuk mengevaluasi jawaban yang diberikan untuk PI-2.

Ada 4 kriteria evaluasi yang akan digunakan dalam PI-1 yaitu kemampuan mahasiswa/i

untuk menemukan alternatif pemecahan masalah, seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.

Kriteria tersebut adalah: (1). Kemampuan mahasiswa/i dalam menentukan fitur atau fungsi

yang penting pada produk, (2). Kemampuan mahasiswa/i dalam menentukan bagaimana cara

fitur atau fungsi tersebut dapat dicapai, (3) Kemampuan mahasiswa/i dalam

mengembangkan cara pencapaian fitur atau fungsi tersebut dalam beberapa alternatif

pencapaian, dan (4) kemampuan mahasiswa/i dalam menentukan dua atau tiga kombinasi

solusi alternatif terbaik, dari berbagai kemungkinan yang telah dikembangkan.

Level performans secara umum dibagai dalam 5 kategori. NA untuk peserta ujian yang tidak

memberikan jawaban sama sekali, dan bagi yang memberikan jawaban, level performans

dibagi atas tahap beginning, developing, accomplished dan exemplary.

Tabel 3. Rubrik Evaluasi untuk PI-1: Kemampuan mahasiswa/i untuk menemukan

alternatif pemecahan masalah

Criteria of

Assesment

0

1

Beginning

2

Developing

3

Accomplished

4

Exemplary

List the

features or

functions

that are

essential to

the product

NA Students are

only able to list

a few features

or functions

(less than five

items) but these

are not

essential to

product

Students are

only able to list

a few features

or functions

(less five items)

but some of

them area not

essential to

product

Students are

able to list a

many features

or functions

(more than four

items) but a

few of them is

still not

essential to

product

Students are

able to list a

many features

or functions

(more than four

items) and all

of them are

essential to

product

For each

feature or

function list

the means by

which it

might be

achieved

NA Students are

only able to list

a few means

(only one or

two means for

each feature)

how the feature

or function can

be achieved,

but there are no

meaningfull

Students are

able to list a

sufficient (more

than two or

three means for

each feature)

means how the

feature or

function can be

achieved, but

many of them

Students are

able to list a

sufficient more

than two or

three means for

each feature)

means how the

feature or

function can be

achieved and

most of them

Students are

able to list a

sufficient more

than two or

three means for

each feature)

means how the

feature or

function can be

achieved and

and all of them

Page 126: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

117

ISBN: 978-602-60613-0-0

relationships

between the

chosen means

and feature or

function

still do not have

a meaningfull

relationship to

feature or

function.

have a

meaningfull

relationship to

feature or

function.

have a

meaningfull

relationship to

feature or

function.

Draw up a

chart

containing

all the

possible sub-

solutions

NA

Students do not

know how to

draw a chart

containing the

possible sub-

solutions.

Students are

able to draw a

chart

containing the

possible sub-

solutions but

these are

different from

selected

features and

means resulted

from step-1 and

step-2.

Students are

able to draw a

chart

containing the

possible sub-

solutions and

these are

similar from

selected

features and

means resulted

from step-1 and

step-2.

Students are

able to draw a

chart

containing the

possible sub-

solutions and

these are

similar from

selected

features and

means resulted

from step-1 and

step-2, and able

to give general

comment about

number of

possible

solutions.

Identify

feasible

combinations

of sub-

solutions

NA Students do not

know how to

identify

feasible

combinations

of sub-solution.

Students are

able to identify

at least 2

feasible

combinations

of sub-solution

but there is no

explanation

given to their

solutions.

Students are

able to identify

more than 2

feasible

combinations

of sub-solution

but there is a

little

explanation

given to their

solutions.

Students are

able to identify

more than 2

feasible

combinations

of sub-solution

with a detail

explanation

given to their

solutions.

Ada 5 kriteria evaluasi yang akan digunakan dalam PI-2 yaitu Kemampuan untuk

membandingkan alternatif yang ada dan mengambil keputusan, seperti yang dijelaskan pada

Tabel 4. Kriteria tersebut adalah: (1). Kemampuan mahasiswa/i dalam menentukan tujuan

perancangan, (2). Kemampuan mahasiswa/i dalam menentukan prioritas terhadap tujuan

perancangan, (3) Kemampuan mahasiswa/i dalam menentukan faktor pembobot terhadap

prioritas yang ditetapkan, (4) kemampuan mahasiswa/i dalam menentukan parameter

performans dari nilai utiliti dari setiap tujuan perancangan, (4) kemampuan mahasiswa/i

dalam menentukan parameter performans dari nilai utiliti dari setiap tujuan perancanganC.

Page 127: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

118

ISBN: 978-602-60613-0-0

Tabel 4. Rubrik Evaluasi untuk PI-2: Kemampuan untuk membandingkan alternatif yang

ada dan mengambil keputusan

0

1

Beginning

2

Developing

3

Accomplished

4

Exemplary

List the

design

objectives

NA Students are

able to prepare

a list of design

objectives but

cannot showing

a level of the

objectives.

Students are

able to prepare

a list of design

objectives and

have grouped

those

objectives

based on the

their level.

Students are

able to prepare a

list of design

objectives, to

group them into

sets of higher or

lower level

objectives, and

also able to

show

relationship and

interconnections

among the

objectives.

Step 3 + good

explanation

how to collect

those

objectives.

Rank-order

the list of

objectives

NA Students are

able to make a

rank-order the

list of

objectives but

with no

explanation

how to make a

rank.

Students are

able to make a

rank-order the

list of

objectives and

there is a

reasonable

explanation

behind the

decision

Students are

able to make a

rank-order the

list of objectives

using a simple

method include

with

explanation

about the

method.

Students are

able to make a

rank-order the

list of

objectives

using a

detailed

method

include with

explanation

about the

method.

Assign

relative

weightings

to the

objectives

NA

Students are

not able to

assign relative

weightings to

the objectives

Students are

able to assign

relative

weightings to

the objectives

with a simple

scaled number

without

reasonable

explanation

Students are

able to assign

relative

weightings to

the objectives

with a scaled

number based

on reasonable

explanation.

Students are

able to assign

relative

weightings to

the objectives

with a detailed

method based

on reasonable

explanation.

Establish

performance

parameters

or utility

scores for

each of the

objective

NA Students are

able to

establish

several

performance

parameters of

each objectives

Students are

able to

establish

several

performance

parameters of

each objectives

Students are

able to establish

several

performance

parameters of

each objectives

and gives a

Students are

able to

establish

several

performance

parameters of

each

Page 128: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

119

ISBN: 978-602-60613-0-0

and gives a

magnitude of

each

performance

magnitude of

each

performance. In

addition, a score

for each

performance

parameters has

been notified

objectives and

gives a

magnitude of

each

performance.

In addition, a

score for each

performance

parameters

has been

notified using

reasonable

explanation.

Calculate

and

compare the

relative

utility

values of

the

alternative

designs

NA Students are

able to outline

several

alternative

designs

Students are

able to outline

several

alternative

designs, and do

a simple

calculation in

order to get a

final score for

each

performance

parameters

Students are

able to outline

several

alternative

designs, and do

a simple

calculation in

order to get a

final score for

each

performance

parameters dan

calculate a final

score for each

alternative

designs

Step 3 +

ability to make

a conclusion

Hasil dan Pembahasan

Gambar 1 dan 2 memperlihatkan hasil evaluasi terhadap kompetensi P1-1 dan PI-2 pada

matakuliah Perancangan Teknik 1 (TMS 306). Jumlah sampel yang diambil adalah 20 orang.

Untuk setiap evaluasi yang dilakukan, Tim kurikulum PSTM Unand menargetkan bahwa

jumlah mahasiswa yang berada dalam level “Accomplished” ke atas harus berjumlah

minimal 70%

Gambar 1 memperlihatkan bahwa untuk setiap kriteria evaluasi, persentase jawaban

mahasiswa/i yang termasuk dalam kategori accomplished dan exemplary telah melebihi

target 70%. Kriteria 1 memperoleh pencapaian 90% (tertinggi di antara 4 kriteria), kriteria 2

memperoleh nilai 75%, kriteria 3 memperoleh nilai 85% dan kriteria 4 memperoleh nilai

70% (terendah di antara 4 kriteria). Ini berarti, proses pembelajaran yang digunakan telah

mampu membuat mahasiswa/i untuk meraih kompetensi PI-1 tentang “Kemampuan

mahasiswa/i untuk menemukan alternatif pemecahan masalah” dalam capaian pembelajaran

CP-3. Satu hal yang mungkin masih perlu mendapatkan perhatian adalah untuk kriteria 4,

Page 129: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

120

ISBN: 978-602-60613-0-0

dimana kemampuan mahasiswa dalam menentukan/ mengidentifikasi dua atau tiga

kombinasi solusi alternatif terbaik, dari berbagai kemungkinan yang telah dikembangkan

masih berkisar 70% (berada di batas target yang ditetapkan). Untuk itu perlu usaha lebih

atau perbaikan dari proses pembelajaran untuk kriteria tersebut ke depannya.

Gambar 1. Total persentase pencapaian setiap kriteria untuk PI-1

Gambar 2 Total persentase pencapaian setiap kriteria untuk PI-2

55

20

0

30

35

5585

40

5

150

25

510

155

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

List the features orfunctions that are

essential to theproduct

For each feature orfunction list the

means by which itmight be achieved

Draw up a chartcontaining all the

possible sub-solutions

Identify feasiblecombinations of sub-

solutions

Beginning orincomplete

Developing

Accomplished

Exemplary

Target 70%

0 0 0 0

25

65 70

30

45

30

55

50 15

30

25 20 15

20

5

5 5 5

2010

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

List the designobjectives

Rank-order thelist of objectives

Assign relativeweightings tothe objectives

Establishperformance

parameters orutility scores for

each of theobjective

Calculate andcompare therelative utilityvalues of thealternative

designs

NA

Beginning

Developing

Accomplished

Exemplary

Target 70%

=40%

=25% =15% 65%

70%

30%

45%

55%

90% 85%

70% 75%

Page 130: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

121

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 2 memperlihatkan bahwa dari 5 kriteria yang dievaluasi, hanya kriteria 2 yang

memenuhi target pencapaian 70%. Sedangkan 4 kriteria lainnya memiliki nilai dibawah

70%, yaitu 65% untuk kriteria-1, 30% untuk kriteria 3 (terendah dari 5 kriteria), 45% untuk

kriteria 4 dan 55% untuk kriteria 5. Ini berarti untuk kompetensi PI-2 tentang “Kemampuan

untuk membandingkan alternatif yang ada dan mengambil keputusan”, mahasiswa/i belum

mengerti bagaimana prosedur desain tentang pengambilan keputusan. Untuk itu, perlu

pembenahan lebih lanjut terutama mengenai proses pembobotan terhadap prioritas tujuan

desain yang dijadikan bahan evaluasi. Kemudian mahasiswa/i terlihat juga kurang begitu

mengerti bagaimana melakukan penghitungan terhadap skor akhir dari masing-masing

tujuan desain yang akan diperbandingkan satu sama lain. Untuk itu untuk perbaikan, proses

pembelajaran harus lebih melakukan penekanan pada tiga kriteria ini (kriteria 3,4 dan 5).

Gambar 3. Hasil Evaluasi 5 PI terhadap Capaian Pembelajaran CP-3

Usaha yang direncanakan akan dilakukan tahun depan adalah dengan menerapkan proses

pembelajaran berbasiskan Student Center Learning (SCL). Ada banyak jenis SCL yang bisa

digunakan (lihat Panduan Praktis Pelaksanaan Student-Centered Learning (SCL),

2015). Salah satu yang direncanakan untuk digunakan adalah Project Based Learning (PBL).

Melalui PBL ini, mahasiswa akan dibagi dalam beberapa kelompok dengan topik tugas

perancangan yang berbeda. Melalui pengerjaan tugas besar ini diharapkan mahasiswa/i dapat

langsung menerapkan metode-metode desain dalam mengevaluasi beberapa pilihan

alternative solusi untuk mendapatkan solusi yang terbaik pada kasus-kasus perancangan

sebenarnya. Tugas berkelompok juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar

bersama dan bekerjasama dalam memahami permasalahan-permasalahan dalam

perancangan.

Pembahasan berikutnya adalah melihat hasil capaian pembelajaran CP-3 berdasarkan hasil

evaluasi setiap PI. Walaupun makalah ini hanya menampilkan proses evaluasi dari dua buah

26.25

5

25.4

6.150

53.75

48

37.04

32.3155

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

PI 1 PI 2 PI 3 PI 4 PI 5

NA

Beginning

Developing

Accomplished

Exemplary

Gap 17%7.56%

31.5%

15%

Target 70% 80%

53%

62.4%

38.4%

55%

Page 131: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

122

ISBN: 978-602-60613-0-0

PI (karena masalah keterbatasan jumlah halaman), akan tetapi hasil secara umum untuk

setiap PI dari CP-3 tetap diberikan sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3 memperlihatkan hasil evaluasi terhadap 5 PI (lihat Tabel 2) yang dimiliki capaian

pembelajaran CP-3, terlihat bahwa hanya PI-1 yang telah memenuhi target yang ditetapkan

. Sedangkan PI-2 (53%), 3 (62.4%), 4 (38.4%), dan 5 (55%) masih berada di bawah target

70% yang ditetapkan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa mahasiswa/i belum dapat

memenuhi 80% kompetensi(4 dari 5 PI) yang disyaratkan untuk CP-3. Bahkan PI-4 tentang

kemampuan dalam memilih komponen-komponen mekanik sesuai dengan kebutuhan masih

berada pada angka 38.4% (lebih rendah dari 50%). Ini berarti bahwa masih banyak hal yang

harus diperbaiki oleh para pengampu matakuliah terkait. Para pengampu matakuliah harus

terus berusaha untuk mencari metode pembelajaran seperti apa yang harus digunakan untuk

mencapai target yang telah ditentukan, sehingga lulusan mampu menguasai capaian

pembelajaran CP-3 ini secara baik.

Kesimpulan

Beberapa poin sebagai kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan sistem rubrik dalam proses evaluasi terhadap capaian pembelajaran CP-

3 cukup efektif untuk menunjukkan tingkat kemampuan mahasiswa/i dalam setiap

PI yang telah ditetapkan. Walaupun sistem rubrik dalam makalah ini tidak digunakan

untuk sistem penilaian (grading) secara langsung akan tetapi sistem rubrik juga bisa

digunakan untuk penilaian.

2. Pengukuran hasil evaluasi terhadap capaian pembelajaran melalui sistem rubrik

dapat dilakukan dengan mudah. Sebagai contoh untuk PI-1 tentang “Kemampuan

mahasiswa/i untuk menemukan alternatif pemecahan masalah”, hasil yang diberikan

menunjukkan persentase jawaban mahasiswa/i telah melebihi angka 70% untuk

seluruh kriteria evaluasi. Ini berarti tidak ada permasalahan terhadap pemahaman

mahasiswa untuk PI ini. Sedangkan untuk PI-2 tentang “Kemampuan untuk

membandingkan alternatif yang ada dan mengambil keputusan”, hasil yang diberikan

secara umum masih dibawah angka 70%. Ini berarti ada permasalahan yang cukup

serius terhadap pemahaman mahasiswa untuk PI ini. Untuk itu perlu perbaikan

terutama dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa/i

untuk kompetensi PI ini.

Daftar Pustaka

Tim Kurikulum Jurusan Teknik Mesin, 2016, Laporan Penyusunan Revisi Kurikulum

Berbasis Kompetensi Jurusan Teknik Mesin.

Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M), 2014, Panduan Praktis

Pelaksanaan Student-Centered Learning (SCL).

Page 132: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

123

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pembinaan Karakter/Agama Wujud Nyata dari Student Center Learning

(SCL)

Nilma Suryani

Dosen Hukum Pidana Fak. Hukum

Universitas Andalas

Email: [email protected]

Abstrak

Menurut Travis Hirchi ada 4 hal yang menyebabkan orang taat pada hukum,

(1) attachment adalah suatu keadaan dimana seseorang individu melepaskan

rasa ego yang terdapat dalam dirinya dan diganti dengan rasa kebersamaan,

(2) commitment adalah keterikatan seseorang pada institusi konvensional,

seperti sekolah, pekerjaan, organisasi dll, (3) involvement merupakan aktifitas

seseorang dalam sub sistem konvensional seperti kalau seseorang aktif dalam

kegiatan organisasi atau olah raga tidak ada kesempatan untuk melakukan

kejahatan, (4) beliefs/agama yaitu kepercayaan seseorang pada nilai-nilai

moral/agama yang ada. Berkaitan dengan SCL yang memberikan manfaat

seperti berani menyatakan pendapat dengan baik dan sopan, memberi

kesempatan kepada orang lain menyampaikan pendapat (tidak

egois/individualis/ rasa kekeluargaan) menghargai perbedaan pendapat

dengan orang lain (bijaksana), bisa menguasai audien (berjiwa pemimpin),

itu adalah sikap/karakter baik yang dilahirkan dari agama yang kuat. Sehingga

metode SCL ini akan menjadikan mahasiswa yang bermartabat dan

berkarakter sesuai dengan tujuan dari Universitas Andalas dan sebagai ciri

khas bangsa Indonesia yang berbudi pekerti luhur. Itu merupakan modal

utama kita untuk menyongsong Peran Pendidikan Tinggi dalam menyambut

Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Kata kunci: Pembinaan Karakter/Agama, Wujud Nyata, Student Center

Learning (SCL)

Pendahuluan

Anak merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk sosial, sejak dalam

kandungan sampai dilahirkan mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat

perlindungan yang baik dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh

karena tidak ada yang boleh merampas hak atas hidup dan merdeka tersebut. Bila anak itu

masih dalam kandungan orang tuanya dan orang tuanya tersebut selalu berusaha untuk

menggugurkan anaknya dalam kandungan, maka orang tua itu akan diproses secara hukum

untuk dipertanggungjawabkan perbuatan yang melanggar hukum tersebut. Apalagi anak

Page 133: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

124

ISBN: 978-602-60613-0-0

yang telah dilahirkan, maka hak atas hidup dan hak merdeka sebagai hak dasar dan

kebebasan dasar yang tidak dapat dilenyapkan atau dihilangkan, tetapi harus dilindungi

dan diperluas hak atas hidup dan hak merdeka tersebut. Selain itu anak juga merupakan

dambaan bagi setiap orangtua dan anak adalah bagian dari generasi sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa.

Anak sebagai generasi muda merupakan tunas-tunas bangsa yang akan meneruskan cita-

cita perjuangan bangsa dan negara. Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan

berkembang, baik dari segi fisik maupun mental, sehingga anak tersebut perlu diberikan

pembinaan dan perlindungan, dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan

fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang. Anak berhak

mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak serta makanan yang bergizi.

Untuk meningkatkan kecerdasan anak, anak perlu pendidikan baik formal maupun non

formal. Pendidikan formal diperoleh di sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai

perguruan tinggi. Anak yang berusia 5-6 tahun mengikuti pendidikan taman kanak-kanak.

Usia 7-12 tahun mengikuti pendidikan sekolah dasar. Usia 13-15 tahun megikuti sekola

lanjutan pertama. Usia 16-18 tahun mengikuti pendidikan sekolah lanjutan atas. Usia 19-

22 tahun mengikuti pendidikan di perguruan tinggi.

Menurut Undang-undang No.3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, memberikan batasan

tentang anak jika berusia 8 tahun samapai 18 tahun dan belum pernah kawin, sedangkan

menurut Undang-undang no.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak

disebutkan berusia 12 tahun sampai 18 tahun. Mahasiswa berumur lebih dari 18 tahun

berarti sudah dewasa. Karena itu mahasiswa ilmu yang diajarkan kepada mahasiswa tidak

hanya bersifat teroritis tapi susah praktis untuk bisa menerapkan terori yang sudah

diajarkan diperkuliahan agar bisa diterapakan dalam kehidupan sehari-hari sama dengan

Sekolah Menengah Kejuruan. Apalagi di Fakultas Hukum khususnya bagian pidana

dimana setuap hari ada saja kejahatan dan pelanggaran yang terjadi, sehingga mahasiswa

siap membantu diri dan orang terdekat dengannya apabila ditimpa masalah, walaupun

hanya bersifat konsultan karena unutk praktek mendanpingi klien dipersidangan belum

bisa karena belum Sarjana Hukum. Karena itu Student Center Learning (SCL) adalah

metode yang tepat dalam Proses Belajar Mengajar agar mahasiswa mampu menganalisa

kasus yang terjadi di masyarakat dan siap untuk mempraktekan ilmunya dilapangan..

Pembahasan

Kriminologi berasal dari kata, Crimen yang berarti kejahatan atau penjahat dan logos

berarti ilmu pengetahuan, jadi kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang kejahatan, kenapa orang menjadi jahat (penjahat) dan bagaimana cara

menanggulanginya. Orang yang melakukan kejahatan atau dalam istilah hukumnya adalah

tindak pidana atau perbuatan pidana.Perbuatan pidana menurut Moelyatno adalah

perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman atau

sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan terbut.

Setiap orang yang melakukan tindak pidana tidak dengan sendirinya

dipidana.Pertanggungjawabkan lahir dengan diteruskannya celaan yang objektif yang ada

pada tindak pidana dan secara sabjektif kepada seseorang yang memenuhi syarat untuk

dijatuhi pidana karena perbuatannya.Pengertian kesalahan secara psikologis hanya

dipandang sebagai hubungan psikologis (batin) antara pembuat dan

Page 134: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

125

ISBN: 978-602-60613-0-0

perbuatannya.Hubungan batin tersebut bisa berupa kesengajaan atau kealpaan

(kelalaian).Disamping itu juga harus ada kemampuan bertanggungjawab dan tidak ada

alasan penghapus kesalahan.

Kejahatan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, orang yang sudah matang

pemikirannya, tahu apakah perbuatan itu baik atau tidak sehingga bisa

dipertanggungjawabkan jika melakukan perbuatan yang dapat dihukum. Tetapi remaja

atau anak-anak juga bisa melakukan perbuatan yang dapat dihukum. Dalam Pasal 1 angka

1 menyebutkan anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 8

tahun tapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin. Sedangkan anak nakal

dalam Pasal 1 angka 2 menyebutkan:

a. Anak yang melakukan tindak pidana atau

b. anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut

peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hokum yang hidup dan

berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Anak nakal atau Juvenile Delinquency atau kenalakan remaja menurut Simanjuntak adalah

suatu perbuatan itu disebut delinquent apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan

dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu perbuatan anti

sosial dimana didalamnya terkandung unsure-unsur anti normatif. Menurut Bimo Walgito

Juvenile Delinquency yakni tiap perbuatan yang bila dilakukan oleh orang dewasa, aka

perbauatn itu merupakan kejahatan tapi kalau dilakaukan oleh remaja maka disebut

kenakalan remaja.

Masalah kenakalan remaja juga sudah menjadi perhatian pemerintah dengan

dikeluarkannya Inpres No. 6 tahun 1971 yang menyebutkan bahwa kenakalan remaja ini

adalah salah satu dari bentuk kejahatan yang serius dan dapat menghambat pelaksanaan

pembangunan (Yang termasuk kejatan serius lainnya adalah masalah uang palsu, masalah

narkotika, masalah penelundupan, masalah subversi dan masalah pengawasan orang

asing). Juga masalah remaja adalah masalah bangsa keseluruhan khususnya kalau kita

menginginkan kelangsungan hidup bangsa sebaik-baiknya.

Kenalakan remaja sebagai salah satu fase yang negatif dari pertumbuhan remaja

sepantasnya mendapat perhaian dalam proporsi yang sebaik-baiknya. Maka itu perlu

diketahui secara menyeluruh tentang masala kenakalan remaja. Menurut Badan Koordinasi

Nasional untuk Kesejahteraan Keluarga dan Anak (BKN-KKA) adalah sebagai kelainan

dalam tingkah laku serta perbuatan ataupun tindakan remaja yang bersifat a sosial

(mengakui adanya norma-norma sosial tetapi dilanggarnya) atau bahkan anti sosial (tidak

mengakui adanya norma-norma sosial (tidak mengakui adanya norma-norma sosial hingga

dilaggarnya) dlam hal mana terdapat pelanggaran-pelnggaran trhadap norma agama yang

berlaku dalam masyarakat dan tindakan melanggar hokum yang apabila dilakukanoleh

orang dewasa disebut pelanggaran atau kejahatan yang dapat dituntut ataupun dapat

dihukum menurut ketentuan hukum yang berlaku.

Batasan remaja beraneka ragam menurut Winarmo Surakhmad antara 12- 24 tahun,

BKN-KKA antara usia 13 – 21 tahun dan belum menikah, Dalam KUH Perdata Pasal 330

menyatakan belum dewasa adalah mereka yang belum genap mencapai usia 12 tahun dan

tidak lebih dahulu telah kawin. Pasal 1 angka 1 UU N0.3 tahun 1997 anak adalah orang

yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 tahun tapi belum mencapai umur 18

tahun dan belum pernah kawin. Menurut Zakiah Drajat remaja adalah masa transisi dimana

Page 135: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

126

ISBN: 978-602-60613-0-0

seorang individu telah meninggalkan usia anak-anak yang lemah dan penuh

ketergantungan akan tetapi belum mampu ke usia dewasa yang kuat dan penuh tanggung

jawab baik terhadap diri maupun masyarakat yaitu anatar 13 – 21 tahun. Jadi mahasiswa

kalau menurut Hukum Pidana dikatakan telah dewasa karena berumur lebih dari 18 tahun

tapi menurut psilokologi, mahasiswa adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa

atau disebut remaja karena berkisar antara 18-21 tahun. Walaupun demikina dalam hukum

pidana kalau mahasiswa melakukan tindak pidana seperti pembunuhan, penganiayaan,

penipuan , pemerkosaan ia tetap dikenankan KUHP karena dianggap sudah dewasa, sudah

cakap hukum untuk mempertimbangkan setiap perbuatannya benar atau salah.

Pasal 1 angka 2 UU N0.3 tahun 1997 yang dikatakan anak nakal adalah anak yang

melakukan perbuatan pidana dan perbuatan yang melanggar kebiasaan yang hidup dalam

masyarakat. Tidak dijelaskan seperti apa perbuatan yng melanggar tersebut. Secara rinci

BKN-KKA menyebutkan bentuk kenakalan remaja seperti:

1. Pergi tidak pamit orang tua

2. Menentang orang tua atau wali

3. tidak sopan terhadap orang tua, wali, pengasuh, keluarga dan orang lain

4. menjelekkan nama keluarga

5. Membohong

6. Suka keluyuran

7. Memiliki atau menggunakan alat yang dapat membahayakan orang lain yang tidak

diperuntukkan baginya

8. Berpakaian tidak senonoh

9. Menghias diri secara tidak wajar dan menimbulkan celaan oleh masyarakat

10. Membolos sekolah

11. Menentang guru

12. Tidak mengerjakan tugas sekolah

13. Bergaul dengaan orang yang jelek reputasi seperti germo, pelacur, residivis

14. Berada ditempat yang tidak baik bagi remaja

15. Pesta semalaman yang tidak dikontrol orang tua dan tidak sesuai dengan sopan

santun

16. Membaca buku-buku yang merusak perkembangan jiwa remaja, seperti buku

porno, novel

17. Memasuki tempat yang membahayakan jiwanya

18. Menjadi pelacur, tak senonoh, cabul dihadapan seseorang atau umum

19. Hidup ditempat kemalasan dan kejahatan

20. Ramai-ramai naik bus dan tidak

21. Minum minuman keras

22. Merokok ditempat umum sebelum batas umur yang pantas

Ada beberapa penyebab terjadinya kenakalan remaja:

1. Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan tempat berkumpul, berbagi cerita dan sebagai tempat pendidikan

yang pertama dan utama bagi anak. Pada dasarnya keluarga merupakan lingkungan

kelompok sosial yang paling kecil, akan tetapi juga merupakan lingkungan yang paling

dekat dan terkuat dalam mendidik anak terutama bagi anak-anak yang belum

memasuki bangku sekolah. Sehingga Keluarga sangat mempengaruhi perkembangan

Page 136: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

127

ISBN: 978-602-60613-0-0

jiwa anak. Jika dalam keluarga tidak ada perhatian dan cinta kasih orang tua

menyebabkan anak menjadi anak, inilah pemicu anak menjadi delinquent .

2. Keadaan sekolah

Tempat pendidikan kedua setelah keluarga adalah sekolah. Di sekolah remaja

bersosialisasi dengan siswa yang lain, bersosialisasi dengan guru. Dalam bergaul

dengan teman kadang siswa bisa terpengaruh dan meniru perilaku yang tidak baik.

Siswa yang mempunyai perilaku yang tidak baik dan berani bisa menguasai teman

bahkan berbuat jahat terhadap teman lain, terjadilah memeras teman yang kaya,

memeras teman yang penakut, mengancam, menyuruh teman yang lain mengerjakan

tugasnya kalau tidak mau akan dianiaya, memeras, menyilet dan yang lebih fatal lagi

bekerja sama dengan preman sekitar sekolah. Ini sudah merupakan awal bagi siswa

untuk menjadi pelaku kejahatan. Kalau tidak diberantas maka fungsi pendidikan yang

berguna untuk membuat siswa menjadi pintar dan berakhlak mulia sangat jauh dari

harapan Karena itu peran Guru BP sangat penting sekali karena Guru BP bertugas

untuk menasehati dan membimbing akhlak siswa agar menjadi siswa yang baik dan

berakhlak mulia.

3. Keadaan Masyarakat

Keadaan masyarakat dan kondisi lingkungan dalam berbagai corak dan bentuknya

akan berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap anak-anak remaja

dimana mereka hidup berkelompok. Perubahan-perubahan masyarakat yang

berlangsung secara cepat dan ditandai dengan peistiwa-peristiwa yang menegangkan

seperti persaingan dibidang perekonomian, pengangguran, keanekaragaman mas

media, fasilitas rekreasi yang bervariasi pada garis besarnya memiliki korelasi relevan

dengan adanya kejahatan pada umumnya termasuk kenakalan anak atau remaja.

Agar mahasiswa terhindar dari baik kejahatan untuk orang dewasa maupun kejahatan

remaja menurut Travis Hirchi ada 4 hal yang menyebabkan orang taat pada hukum yaitu:

(1) attachment adalah suatu keadaan dimana seseorang individu melepaskan rasa ego

yang terdapat dalam dirinya dan diganti dengan rasa kebersamaan, contoh orang akan

taat hukum karena dia juga mengharhai orang lain sehingga tidak mau menipu orang

karena dia tidak juga mau ditipi, atau tidak mau mencari uang yang terletak dalam

kotak amal karena walaupun tidak ada orang yang akan tahu dia yang melakukannya,

apabila dikaitkan dengan sistem SCL, mahasiswa dalam berdiskusi akan menghargai

perbedaan pendapat dengan orang lain karena dia juga punya pendapat sendiri dan

tentu mau pula dihargai oleh orang lain ( Kemampuan menyampaikan pendapat dan

menghargai orang lain, bijaksana)

(2) commitment adalah keterikatan seseorang pada institusi konvensional, seperti sekolah,

pekerjaan, organisasi dan lain-lain. Mahasiswa tidak akan melakukan kejahatan atau

pelanggaran karena terikat dengan kampus yang bertujuan mendidik mahasiswa

menjadi berprilaku baik apalagi Fakultas Hukum yang mengajarkan apa-apa saja

perbuatan yang tidak boleh dilakukan agar terhindar dari tindak pidana yang

menyebabkannya masuk penjara. Bila dikaitkan dengan SCL dimana proses belajar

mengajar berupa diskusi itu menjadikan mahasiswa yang jujur dan sopan dalam

menyampaikan pendapat sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain yang bisa

menyebabkan terjadi perkelahian dan penganiayaan, penghinaan, pemcemaran nama

baik bahkan pembunuhan karena merasa dihina didepan orang banyak. Dengan SCL

itu membuat mahasiswa bisa meredam rasa amarah atau emosi karena menghargai

Page 137: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

128

ISBN: 978-602-60613-0-0

pebedaan pendapat dan menyampaikan pendapat dengan kata-kata serta cara yang

sopan (Kemampuan menerima perbedaan pendapat, terhindar dari

emosi/dewasa/bijaksana dalam bertutur kata/sopan/Etika)

(3) involvement merupakan aktifitas seseorang dalam sub sistem konvensional seperti

kalau seseorang aktif dalam kegiatan organisasi atau olah raga tidak ada kesempatan

untuk melakukan kejahatan, contoh kalau mahasiswa ikut aktif dalam ekstra kurikuler

jadi tidak ada waktu untuk melakukan kejahatan dan pelanggaran. Jika dikaitkan

dengan SCL metode diskusi, menyebabkan mahasiswa berlomba untuk

menyampaikan pendapat dan saling menghargai perbedaan pendapat sehingga tidak

egois atau tidak individualis tapi memupuk rasa kekeluargaan karena setiap orang

diberi kesempatan menyampaikan pendapat.(Kemampuan menyampaikan pendapat,

tidak egois/individualis, rasa kekeluargaan)

(4) beliefs/agama yaitu kepercayaan seseorang pada nilai-nilai moral/agama yang ada,

orang yang mempunyai ketaatan kepada agamanya terhindar dari tindak pidana karena

agama melarang hambanya melakukan perbuatan yang tidak benar dan diberi

hukuman berupa dosa dan perasaan bersalah serta dimasukan nanti diakhirat ke dalam

neraka yang sangat mengerikan. Bila dikaitkan dengan SCL, metode diskusi,

menjadikan mahasiswa yang santun dan sopan dalam menyampaikan pendapat,

menghargai pendapat orang lain, saling mengingatkan jika ada yang keluar dari

pembahasan serta menguasai audien yang menjadikan dia berani dalam bersikap dan

bertindak. (Kemampuan berani menyampaikan pendapat dimuka umum/ audien /

Berjiwa Pemimpin/Etika/Karakter)

Sebenarnya softskills dalam bidang pendidikan bukan hal yang baru seperti ketika kita

SD-SMA ada Sistem Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Ini merupakan wujud dari SCL

karena guru menjadikan siswa untuk belajar terlebih dahulu di rumah dengan memberikan

tugas. Ketika di sekolah didiskusikan baik dalam kelompok kecil secara bergantian

maupun satu-satu disuruh ke depan mempresentasikan bahan kemudian ditanya dan

ditanggapi oleh teman, kemudian dibetulkan sambil diterangkan oleh guru. Softskills

kembali didengungkan lagi karena perguruan tinggi merasa banyak mahasiswa yang tamat

tidak mampu berkomunikasi ketika wawancara atau kalah bersaing dengan tamatan yang

lain. SCL merupakan metode yang bagus karena menjadikan semua mahasiswa pintar,

karena mahasiswa / siswa yang pintar belajar dulu pada malam hari sebelum gurunya

besok menerangkan di sekolah, sehingga ketika guru bertanya mereka bisa menjawab. Jadi

SCL harus diterapkan di perguruan tinggi karena perguruan tinggi menciptakan

mahasiswa yang siap pakai baik ketika diperkuliahan sudah bisa berkomunikasi dan

memberikan masukan terhadap masalah hukum yang terjadi di masyarakat khususnya di

keluarga, karena masalah hukum pidana adalah masalah yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari seperti dituduh mencuri, menghina orang lain, atau melakukan pemganiayaan

atau membunuh karena suatu hal atau pelanggaran lalu lintas, narkotika dan kesusilaan

maupun setelah tamat nantinya bisa siap pakai karena mahasiswa sudah dibekali ilmu,

kemampuan dan ketrampilan serta wawasan.

SCL yang memberikan manfaat( DIKTI 2015):

1. berani menyatakan pendapat dengan baik dan sopan ( Etika )

2. memberi kesempatan kepada orang lain menyampaikan pendapat (tidak

egois/individualis/ rasa kekeluargaan)

Page 138: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

129

ISBN: 978-602-60613-0-0

3. menghargai perbedaan pendapat dengan orang lain (bijaksana)

4. bisa menguasai audien (berjiwa pemimpin)

Merupakan Pembinaan Karakter yang lahir dari beliefs/agama dimana mahasaiswa dalam

bersikap berdasarkan agama yang dianutnya dilarang untuk melakukan perbuatan yang

tidak baik dan itu tercermin dari manfaat SCL melahirkan mahasiswa yang bermartabat

dan berkarakter sesuai dengan visi misi Universitas Andalas menjadikan mahasiswa

tamatan Universitas Andalas yang siap pakai dan bertarung dengan tamatan universitas

lain menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Itu merupakan modal utama kita

untuk menyongsong Peran Pendidikan Tinggi dalam menyambut Masyarakat Ekonomi

ASEAN

Kesimpulan

1. Agar Kemenristek mengusulkan kepada Kemendiknas supaya menerapkan metode

SCL dengan menyediakan banyak bahan rujukan berupa buku-buku seperti masa kita

sekolah dulu karena metode Kurikulum 2013 tidak punya bahan pegangan hanya

mengandalkan internet, tidak semua orang tidak punya internet, guru tidak

menjelaskan mana yang benar hanya diserahkan kepada siswa sehingga timbul

ketidakpastian mana yang benar.

2. Agar guru dan dosen tidak hanya mengejar administrasi tapi betul-betul memberikan

ilmu kepada siswa dan mahasiswa sehingga terjadi transfer knowledge yang

sebenarnya dan bisa dipercaya kebenarannya serta mereka mampu menerapkan ilmu

tersebut dan siap pakai dan bersaing dalam era pasar bebas MEA.

Daftar Pustaka

Abdussalam, 2007, Hukum Perlindungan Anak, Restu Agung, Jakarta

Abdoerrachman, dkk, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Bimo Walgito, 1982, Kenakalan Anak (Juvenile Delinquency), Fakultas Psikologi UGM,

Yogyakarta

Moelyatno, 2000, Asas-asas Hukum Pidana,,Rineka Cipta, Jakarta

Nilma Suryani, 2015, Hukum Pidana Dasar bagi Mahasiswa untuk Mengetahui Hukum

yang Sebenarnya, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi I

di Padang pada tanggal 6-7 Agustus 2015, Fakultas Teknik Universitas Andalas,

Padang

Sudarto, 1987, Hukum Pidana, Alumni Bandung, Bandung

Sudarsono, 2005, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, Rineka Cipta,Jakarta

Page 139: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

130

ISBN: 978-602-60613-0-0

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2009, Kriminologi, Rajagrafindo Persada, Jakarta

Winarmo Surakhmad,1980, Psikologi Pemuda,Jemmars, Bandung

Zakiah Drajat, 1983, Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta

Page 140: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

131

ISBN: 978-602-60613-0-0

Perumusan Capaian Pembelajaran Kurikulum Program Studi Sistem

Komputer Mengacu Pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

(KKNI)

Derisma

Sistem Komputer Universitas Andalas

Kampus Limau Manis, Pauh, Sumatra Barat

Email: [email protected],

Abstrak

Kurikulum dan capaian pembelajaran prodi wajib dievaluasi dan disesuaikan

dengan ketentuan Standar Nasional Pendidikan Tinggi No 49 tahun 2014 Tentang

KKNI, di samping memenuhi tuntutan pengguna lulusan, tuntutan global, dan

perkembangan ipteks. Hasil dari rancangan kurikulum program studi S1 Prodi

Sistem Komputer Universitas Andalas mempunyai 3 Profil, 49 Jumlah Capaian

Pembelajaran (CPL), dengan beban belajar sebanyak 144 SKS. CPL yang

dirumuskan sudah berdasarkan SN-Dikti, level KKNI, sudah menggambarkan

visi, misi jurusan, dansudah sesuai dengan kebutuhan bidang kerja atau

pemangku kepentingan.

Kata kunci: Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), Asosiasi

Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM),

Capaian Pembelajaran (CPL).

Pendahuluan

Ada semacam gap antara lulusan perguruan tinggi dengan dunia kerja. Persoalan

pengangguran bukan karena tidak ada pekerjaan, tetapi juga ketidaksesuaian antara jenis

pekerjaan dan lulusan yang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan, sehingga ada sejumlah

pekerjaan yang tidak bisa diisi oleh lulusan perguruan tinggi. Pemangku kepentingan tidak

tahu capaian pembelajaran yang dimiliki oleh lulusan. Kemampuan apa saja yang dimiliki

oleh perguruan tinggi lulusan jenjang diploma, sarjana, magister, dan doktor? Bagaimana pula

dengan mereka yang memiliki kemampuan memadai meski tidak diperoleh melalui

pendidikan formal? Pertanyaan lainnya adalah apakah lulusan pendidikan sarjana di Indonesia

setara dengan lulusan sarjana dari Malaysia, Filipina, Singapura atau Thailand? Begitu juga

sebaliknya? Secara eksternal, kita berhadapan dengan persaingan-persaingan global saat ini

terutama dalam AFTA, WTO, GATTS dan sebagainya sehingga globalisasi pendidikan

menjadi pertimbangan. Dalam konteks Indonesia, sebuah terobosan penting telah dilakukan

oleh Presiden Joko Widodo terutama dalam penunjukan pembantunya yang tidak lagi

berdasarkan ijasah dan kualifikasi tetapi justru berdasarkan kompetensi dan prestasi kerja [1].

Hal inilah yang pada dasarnya melatarbelakangi keluarnya Perpres no. 8 tahun 2012 mengenai

kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI), yang merupakan kerangka penjenjangan

kualifikasi SDM yang menyetarakan capaian pembelajaran bidang pendidikan dengan

pelatihan dan pengalaman kerja. Menurut pasal 2 Perpres 8/2012, KKNI terdiri atas sembilan

jenjang kualifikasi dari jenjang 1 sampai jenjang 9. Adanya KKNI memberikan kesempatan

Page 141: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

132

ISBN: 978-602-60613-0-0

kepada siapapun dia, dengan kompetensi yang dimiliki dapat disejajarkan satu dengan yang

lain. Pencapaian KKNI dapat dilakukan melalui berbagai jalur, yaitu pendidikan formal,

pengembangan profesi, peningkatan karier di dunia kerja, dan akumulasi pengalaman

individu.[2]

Otonomi pendidikan tinggi dalam pengaturan kurikulum dijamin oleh Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional. Penjelasan Undang-Undang tersebut, maka pengembangan

kurikulumdan mereview kurikulum pada pendidikan tinggi, merupakan kewenangan dan

tanggung jawab sepenuhnya pendidikan tinggi dalam hal ini pada program studi masing-

masing. Untuk prodi sistem komputer penyusunan kurikulum penting agar lulusan mampu

beradaptasi dan siap bersaing di dunia kerja. Selain alasan tuntutan paradigma baru

pendidikan global, menurut APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan

Komputer) di Indonesia antara lulusan sarjana komputer S1 dengan jenjang lainnya misalnya

D3, tidak memiliki kesetaraan kualifikasi bahkan pada lulusan dari program studi yang sama.

Selain itu, tidak juga dapat dibedakan antara lulusan pendidikan jenis akademik, vokasi

dengan profesi. Gambar 1 mendeskripsikan masukan industri dan asosiasi pengguna lulusan

komputer informatika [3]

Gambar 1. Masukan Industri dan Asosiasi Pengguna Lulusan Komputer Informatika [4]

Manfaat perumusan capaian pembelajaran kurikulum ini adalah agar Prodi Sistem Komputer

Unand dapat menyempurnakan draft kurikulum yang sudah dikerjakan oleh tim pada bagian

profil dan capaian pembelajaran.

Metodologi

Secara sederhana, kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum dan pembelajaran dikti wajib

direkonstruksi dan disesuaikan dengan tuntutan KKNI dan SN-DIKTI, di samping memenuhi

tuntutan pengguna lulusan, tuntutan global, dan perkembangan ipteks. Keluarnya sejumlah

peraturan perundang-undangan seperti UU No. 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi,

Perpres No. 8 tahun 2012 tentang kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI), dan

Permendikbud No. 49 tahun 2014 tentang standar nasional pendidikan tinggi, memberikan

Page 142: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

133

ISBN: 978-602-60613-0-0

pesan kuat bahwa pendidikan tinggi harus mampu melahirkan manusia Indonesia yang cakap,

berkarakter, dan berdaya saing. Pendidikan tinggi berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Selain itu, pendidikan tinggi harus mampu memberdayakan mahasiswa

menjadi manusia terdidik (educated person) yang berpengetahuan, kreatif, inovatif, dan

berkarakter. Manusia Indonesia juga harus mampu sejajar dan bersaing dengan warga bangsa

yang lain. Kualifikasi manusia Indonesia seperti itulah yang diharapkan bisa terbentuk

melalui proses pendidikan di perguruan tinggi.[5]

Gambar 2. Kaitan KKNI dengan CP[3]

Dalam perspektif KKNI, setiap program studi diharuskan memperjelas “profil lulusan” yang

diharapkan melalui kegiatan pelacakan studi, studi kelayakan dan analisis kebutuhan di

masyarakat. Profil lulusan mencerminkan kemampuan minimal yang harus dikuasai

mahasiswa setelah lulus yang merujuk pada empat aspek kebutuhan (1) sikap (attitude), (2)

bidang kemampuan kerja, (3) pengetahuan, dan (4) manajerial dan tanggung jawab. Keempat

kemammpuan kemudian harus dijabarkan ke dalam sebuah capaian pembelajaran (learning

outcome) pada setiap mata kuliah di program studi. Capaian pembelajaran merupakan

kemampuan yang diperoleh seseorang melalui internalisasi pengetahuan, sikap, ketrampilan,

kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja. Sehingga nantinya, semua perencanaan

pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Semester (RPS) harus didasarkan pada capaian

pembelajaran (Learning Outcome) yang sesuai dengan kebutuhan profil lulusan[3].

Dalam merumuskan profil dan capaian pembelajaran (CPL) ada beberapa pertanyaan yang

harus dijawab

a) Apakah CPL dirumuskan sudah berdasarkan SN-Dikti, khususnya bagian sikap dan

ketrampilan umum?

b) Apakah CPL dirumuskan sudah berdasarkan level KKNI, khususnya bagian ketrampilan

khusus dan pengetahuan?

c) Apakah CPL menggambarkan visi, missi perguruan tinggi, fakultas atau jurusan?

Page 143: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

134

ISBN: 978-602-60613-0-0

d) Apakah CPL dirumuskan berdasarkan profil lulusan?

e) Apakah profil lulusan sudah sesuai dengan kebutuhan bidang kerja atau pemangku

kepentingan?

Hasil dan Pembahasan

Kurikulum rumpun komputer Indonesia mengacu dan mengadaptasi Computing Curricula,

yaitu panduan kurikulum bidang komputer (computing) yang diterbitkan secara bersama oleh

ACM (the Association for Computing Machinery), AIS (the Association for Information

System) dan IEEE-CS (the IEEE Computer Society). Beberapa dokumen usulan kurikulum

yang diajukan APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer) juga

mengacu ke Computing Curricula 2001 dan 2005. Computing Curricula memberikan panduan

tentang penyelenggaraan, penamaan mata kuliah beserta pembobotannya dan penyusunan

kurikulum pada 5 jurusan, yaitu: Computer Engineering (CE, Teknik Komputer), Computer

Science (CS, Ilmu Komputer), Information Systems (IS, Sistem Informasi), Information

Technology (IT, Teknologi Informasi), Software Engineering (SE, Rekayasa Perangkat

Lunak). Computing Curricula membuat suatu komparasi umum dan pembobotan mata kuliah

tiap jurusan dengan visualisasi grafis seperti Gambar 3 (a). Sumbu horizontal

menggambarkan arah pengembangan (apakah lebih teoritis atau lebih praktis), sedangkan

sumbu vertikal menggambarkan topik dan desain mata kuliah yang diajarkan. Dengan melihat

grafik tersebut dapat dikaji mata kuliah-mata kuliah apa yang sama antar kelima disiplin ilmu

Computing tersebut meskipun dalam penyampaian materinya memiliki perbedaan kedalaman.

Selain itu dapat juga dianalisis mata kuliah-mata kuliah yang menjadi pembeda antar disiplin

ilmu tersebut.

Gambar 3. (a) Computing Curricula (b) Roadmap Ranah Keilmuan Sistem Komputer S1

Gambar 3 (b) menggambarkan roadmap/peta alur bidang sistem komputer untuk jenjang S1,

setara dengan KKNI level 6, yang dibuat berdasarkan: a. Ranah Topik (Topic Area), b. Ranah

Keilmuan, c. Bidang Kajian/Area of Knowledge/Body of Knowledge [6]

Visi Prodi Sistem Komputer Unand: “Menjadi Program Studi Sistem Komputer yang

terkemuka di tingkat nasional pada tahun 2025”.

Page 144: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

135

ISBN: 978-602-60613-0-0

Misi Prodi Sistem Komputer:

1. Menyelenggarakan pendidikan berkualitas tinggi untuk menghasilkan lulusan yang

profesional dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, dan pemerintah

2. Melaksanakan riset untuk pengembangan konsep dan ilmu yang berkelanjutan di bidang

teknik komputer

3. Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam rangka penerapan ilmu teknik komputer

Program Studi Sistem Komputer merupakan pengejawantahan dari bidangilmu

Teknik komputer (computer engineering). Teknik komputer mempersiapkan mahasiswa agar

dapat memahami dan merancang sistem komputer secara menyeluruh, mencakup piranti keras

(hardware), piranti lunak (software), dan jaringan komputer (network), yang selanjutnya akan

diterapkan di bidang teknologi informasi, misalnya perancangan perangkat komputer yang

bersifat pintar (intelligent), bergerak, dan mudah dibawa (mobility), serta dapat terhubung ke

jaringan luas (connectivity). Sehubungan dengan surat direktur pembelajaran dan

kemahasiswaan Dirjen Dikti nomor 2293/E3/2014 tanggal 28 mei 2014 tentang perubahan

nomenklatur program studi yang mengacu kepada rumpun ilmu, KKNI dan penamaan secara

internasional maka untuk sistem komputer kurikulum (body of knowledge) wajib mengacu

pada ACM dan APTIKOM [7]. Knowledge Area untuk sistem komputer mengacu kepada

ACM Computer Engineering (ACMCE), dalam perkembangannya, ACM CE yang terbaru

adalah keluaran tahun 2016, ada beberapa perbedaan dengan versi sebelumnya (ACM CE

2004), dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. ACM Computer Engineering [8]

Dengan berpedoman pada ACM CE 2016 dapat dipahami bahwa bidang-bidang circuit and

electronics, computer architecture&organization, embedded systems dan software design

menempati bobot terbesar. Melihat karakteristinya yang sedemikian rupa,dibutuhkan

fasilitaslaboratorium perangkat keras digital yang lengkap dan handal untukdapat

melahirkan lulusan yang berkualitas. Penguasaan terhadap bidang-bidang tersebut akan

menghasilkan profil sebagai Computer Engineers. Computer engineers bekerja dengan

hardware dan software, memastikan bahwa keduanya terintegrasi dan berfungsi dengan baik.

Sebagian besar profesi yang berkaitan dengan computer engineering tidak banyak terdapat di

Indonesia karena tenaga ahli di bidang ini banyak dipekerjakan di industri mikroprosesor dan

integrated circuit yang melibatkan proses fabrikasi mikroelektronika dan desain arsitektur

Page 145: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

136

ISBN: 978-602-60613-0-0

mikroprosesor yang saat ini belum ada di Indonesia. Kalaupun ada hanya pada proses

assembling/perakitan dan bukan desain serta pengembangannya. Tetapi Sistem Komputer

Unand memasukkannya sebagai profil untuk mempersiapkan mahasiswa agar dapat bersaing

secara global.

Hasil tracer study dalam bentuk diskusi langsung dengan alumni dan penyebaran angket ke

industri didapatkan hasil bahwa banyak lulusan sistem komputer bekerja dan dibutuhkan

untuk menempati posisi computer network engineer. Besarnya peluang kerja pada posisi

Computer Networking dan computing menghasilkan profil Computer Network Engineer.

Computer network engineers, juga dikenal sebagai Network Architects, merencanakan dan

membangun jaringan komunikasi data yang melibatkan perangkat keras dan perangkat lunak

untuk membuat jaringan komputer. Tujuannya adalah untuk memastikan operasi yang lancar

dari jaringan komunikasi untuk menyediakan performance yang maksimum

Gambar 4. Lapangan Kerja [9]

Siklus teknologi berkembang sangat cepat [10]. Emerging teknologi merupakan teknologi

pengembangan, artinya mengembangan teknologi yang sudah ada sebelumnya yang

diperkirakan berpotensi sangat bermanfaat. Biasanya dilandasi perubahan filosofi/konsep atau

pendekatan yang berbeda dari teknologi sebelumnya. Peranan internet dalam kehidupan

masyarakat modern sehari-hari menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan, sehingga

kemudian lahir konsep mengenai IoT. IoT didefinisikan sebagai interkoneksi dari perangkat

komputasi tertanam (embedded computing devices) yang teridentifikasi secara unik dalam

keberadaan infrastruktur internet. Internet of Things saat ini menjadi trend teknologi

informasi, hingga beberapa tahun kedepan. Meskipun terbilang baru, tapi perkembangannya

sangat cepat, terlebih lagi perusahaan-perusahaan IT besar seperti Intel, IBM, Google,

Microsoft, dan Cisco beramai-ramai menjadi leader di bidang ini. Semakin banyak perangkat

yang terkoneksi ke Internet maka semakin besar peluang bisnisnya. Konsep Embedded

System menjadi salah satu mata kuliah yang diajarkan dalam program studi Sistem Komputer.

Kemampuan untuk menciptakan produk embedded system menghasilkan profil sebagai

Embedded System Engineers.

Page 146: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

137

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 5. Cycle for Emerging Technologies [10]

Page 147: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

138

ISBN: 978-602-60613-0-0

Setiap lulusan program studi rumpun Ilmu Informatika dan Komputer harus memiliki sikap

sebagai berikut:

1) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius

2) menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,

moral dan etika;

3) dapat berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki

nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;

4) dapat berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila;

5) dapat bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat

dan lingkungan;

6) dapat menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta

pendapat atau temuan orisinal orang lain;

7) taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;

8) menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara

mandiri;

9) menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;

10) menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.

Lulusan Program Sarjana wajib memiliki keterampilan umum sebagai berikut:

1) mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks

pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan

dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya;

2) mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;

3) mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan

teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahli

annya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi,

gagasan, desain atau kritik seni, menyusun deskripsi saintifik hasil kajiannya dalam

bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan

tinggi;

4) menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk skripsi atau

laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi;

5) mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di

bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data;

6) mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing,

kolega,sejawat baik didalam maupun di luar lembaganya;

7) mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan supervisi

dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang

berada di bawah tanggungjawabnya;

8) mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada dibawah

tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri;

9) mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali data

untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi.

Page 148: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

139

ISBN: 978-602-60613-0-0

Tabel 2. Deskripsi Capaian Pembelajaran

Page 149: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

140

ISBN: 978-602-60613-0-0

Tabel 3. Capaian Pembelajaran

Page 150: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

141

ISBN: 978-602-60613-0-0

Page 151: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

142

ISBN: 978-602-60613-0-0

Tabel 4. Jumlah Capaian Pembelajaran

CPL yang dirumuskan sudah berdasarkan SN-Dikti, level KKNI, sudah menggambarkan visi,

misi jurusan, dan sudah sesuai dengan kebutuhan bidang kerja atau pemangku kepentingan.

Beban belajar dalam bobot Satuan Kredit Semester (SKS), TotalSKS minimal yang harus

ditempuh oleh mahasiswa hingga lulus adalah 144 SKS. Beban 144 SKS ini normalnya dapat

diselesaikan dalam waktu delapan (8) semester atau empat (4) tahun. Total 144 SKS mata

kuliah tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua Kelompok Mata Kuliah,

yaitu : Kelompok MK Wajib 130 SKS dan Kelompok MK Pilihan 14 SKS . Kelompok MK

Wajib UNAND (UNAND General Education Courses), 20 SKS, Kelompok MK Wajib

Matematika dan Sains Dasar (Basic Mathematics and Science Courses), 20 SKS , Kelompok

MK Wajib Inti Prodi Sistem Komputer (CE Core Courses), 90 SKS, yang 8 SKS di antaranya

berupa MK Praktikum yang diselenggarakan sebagai SKS tersendiri /terpisah dari MK materi

di kelasnya. Adapun Kelompok MK Pilihan (Elective Courses) lebih lanjut diurai lagi

menjadi: Kelompok Mata Kuliah Pilihan Wajib, 6 SKS, di mana mahasiswa harus memilih

salah satu dari dua mata kuliah pilihan yang sudah ditentukan. Kelompok Mata Kuliah Pilihan

Peminatan/Konsentrasi, 8 SKS, di mana mahasiswa bebas memilih dari mata kuliah pilihan

yang telah dikelompokkan sesuai dengan bidang peminatan/konsentrasinya.

Kesimpulan

Kurikulum program studi S1 Prodi Sistem Komputer Universitas Andalas mempunyai3

Profil, 49 Jumlah Capaian Pembelajaran, terdiri dari 6 Pengetahuan, 29 Ketrampilan Umum, 6

Keterampilan Khusus, 8 Kemampuan Manajerial. Total Satuan Kredit Semester (SKS)

minimal yang harus ditempuh oleh mahasiswa hingga lulus adalah 144 SKS.CPL yang

dirumuskan sudah berdasarkan SN-Dikti, level 6 KKNI, sudah menggambarkan visi, misi

jurusan, dan sudah sesuai dengan kebutuhan bidang kerja atau pemangku kepentingan.

Dengan pengembangan kurikulum yang ada dan mengacu pada kerangka kualifikasi nasional

Indonesia, diharapkan lulusannya dapat memenuhi kualifikasi yang ditetapkan oleh dunia

kerja sehingga akan memiliki peluang bekerja secara nasional dan internasional. Tantangan

dalam pelaksanaan implementasi rancangan kurikulum ini kedepannya adalah kesiapan para

dosen dalam menggunakan kurikulum berbasis KKNI dan melakukan proses belajar mengajar

dengan baik sehingga menghasilkan lulusan sesuai profil lulusan yang sudah ditetapkan.

Page 152: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

143

ISBN: 978-602-60613-0-0

Selain itu dibutuhkan fasilitaslaboratorium perangkat keras digital dan perangkat lunak

yang lengkap dan handal untuk dapat melahirkan lulusan yang berkualitas

Daftar Pustaka

Marselus Ruben Payong. Guru Sebagai Pekerjaan Profesional Dalam Konteks Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume

7, Nomor 1, Januari 2014, hlm. 62–69

UU No. 12 Tahun 2012 Tentang “Pendidikan Tinggi”.

K-DIKTI. 2014. Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi. Jakarta: Direktorat Pembelajaran dan

Kemahasiswaan.

APTIKOM. Panduan Penyusunan Kurikulum Rumpun Ilmu Informatika.“Strategi

Penerapan Konsep Multi Sourcing Learning melalui Implementasi Aplikasi

e‐Bursa secara Nasional dalam Rangka Peningkatan Kualitas SDM”

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagaimana dirumuskan dalam

Permendibud No. 49 Tahun 2014.

APTIKOM, 2015, “NaskahAkademik Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

Rumpun Ilmu Informatikadan Komputer”.

Surat Dirjen Dikti No.1030/D/T/2010 tanggal 26 Agustus 2010 Perihal “Penataan

Nomenklatur Program Studi Psikologi, Komunikasi, Komputer, dan Lanskap”.

ACM-CCCE 2016

www.sc.edu. An ACM Report United States Bureau of Labor Statistics. Publish Date:

Thursday, December 17, 2015

Forbes.com

Page 153: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

144

ISBN: 978-602-60613-0-0

Penerapan Metode Project Based Learning melalui Presentasi Blog dan

Simulasi

Darwison

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas

Kampus Limau Manis

Email: [email protected]

Abstrak

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penerimaan tenaga kerja

saat ini yang membutuhkan soft skills disamping kompetensi yang sesuai maka

perlu dikembangkan Proses Belajar Mengajar (PBM) dengan cara Student

Centre Learning (SCL). SCL dengan metoda Project Based Learning (PjBL) yang

menekankan pada presentasi melalui blog dan simulasi sehingga dapat

memunculkan kegairahan mahasiswa dalam persiapan belajar. Penilaian

mahasiswa berdasarkan blog dan simulasi disamping secara hard skills seperti

penyajian materi perkuliahan untuk Tugas, UTS, UAS, Latihan, serta Kuis tetapi

juga dinilai secara soft skills. Dengan memakai metoda SCL-PjBL melalui blog

dan simulasi dalam PBM akan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa.

Disamping mahasiswa harus siap dalam hal materi kuliah melalui blog dan

simulasi yang akan dipresentasikannya juga dosen lebih tertantang untuk

mengkoreksi akan kebenaran materi presentasi tersebut. Sebagai hasil perbaikan

PBM maka didapatkan penilaian matakuliah yang menerapkan metoda SCL-

PjBL melalui blog dan simulasi yaitu rata-rata nilai hard skills sebesar 35,2 dari

60% penilaian dan rata-rata nilai soft skills sebesar 24,25 dari 40% penilaian.

Kata kunci: Student Centered Learning, Project Based Learning, hard skills, soft

skills, blog, simulasi dan Penilaian.

Pendahuluan

Ada 4 matakuliah pada kurikulum JTE Unand yang saling berhubungan untuk mencapai

suatu kompetensi matakuliah pada tahun akhir, yaitu Rangkaian Logika dan Teknik Digital

(RLTD) yang mensyaratkan harus sudah mengambil matakuliah Pengenalan Teknik Elektro,

Dasar Elektronika, Mikroprosesor dan Antarmuka dan terakhir Sistem Cerdas yang

mempunyai kompetensi agar mahasiswa mampu menganalisa, merancang dan membuat

suatu aplikasi teknik elektro memakai mikrokontroller yang ditanamkan sistem cerdas.

Dengan kompetensi tersebut maka matakuliah-matakuliah ini dapat mendukung pembuatan

Tugas Akhir yang berhubungan dengan suatu aplikasi yang terdiri dari hardware dan

software.

Metode pembelajaran sebelum dua tahun terakhir masih memakai metoda TCL (Tracey,

2008) dengan pertemuan pertama dosen menjelaskan materi yang akan didapatkan

mahasiswa selama perkuliahan (RPS) dan pertemuan selanjutnya dosen menjelaskan materi

Page 154: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

145

ISBN: 978-602-60613-0-0

perkuliahan. Pada setiap pertemuan, mahasiswa diberi waktu untuk bertanya dan dosen

mengadakan latihan, kuis dan tugas.

Asesmen hanya melalui latihan, kuis, tugas, UTS dan UAS dengan persentase sebaran nilai

akhir semester seperti pada gambar 1.

(a) Persentase Nilai RLTD (b) Persentase Nilai Dasar Elektronika

(c) Persentase Nilai uP dan Antarmuka (d) Persentase Nilai Sistem Cerdas

Gambar 1 Persentase sebaran nilai akhir semester

Pada gambar 1 terlihat penyebaran nilai terdistribusi miring ke kanan dengan kapasitas

mahasiswa per kelasnya > 40 orang. Distribusi nilai yang miring ke kanan diperlihatkan oleh

nilai matakuliah RLTD yang merupakan matakuliah tahun pertama untuk mencapai

kompetensi aplikasi uP yang ternatam sistem cerdas sedangkan nilai matakuliah Sistem

Cerdas sudah lebih baik yaitu hampir menyerupai distribusi normal. Namun, keempat

matakuliah tersebut masih ada mahasiswa yang bernilai D & E dan hanya pada matakuliah

Sistem Cerdas yang sudah ada yang bernilai A-.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka digunakan SCL dengan metoda Project

Based Learning (SCL-PjBL) yang menekankan pada presentasi melalui blog dan simulasi.

Adapun tujuan metoda ini agar mahasiswa:

1. makin aktif dalam tanya-jawab, berani memberikan pendapat atau saran,

2. bersemangat dalam membuat tugas dengan inovasi melalui blog dan simulasi serta

3. meningkatkan kompetensi soft skills (Angele dkk, 2010). Kompetensi soft skills dapat

membangun nilai-nilai dasar mahasiswa selama proses belajar mengajar sehingga akan

membentuk karakter mahasiswa (Department of labor, 2010).

Metodologi

Strategi Pencapaian Keluaran

Adapun strategi pencapai keluaran yang akan dilakukan yaitu:

1. Perlu adanya perencanaan pembelajaran dengan merancang RPS yang baru

menggunakan penerapan SCL dengan metoda PjBL yang menekankan pada presentasi

melalui blog dan simulasi.

0%

20%

40%

A A- B+ B B- C+ C C- D E

% nilai RLTD

0%

20%

40%

A A- B+ B B- C+ C C- D E

% Nilai Dasar Elektronika

0%

20%

40%

A A- B+ B B- C+ C C- D E

% Nilai uP dan Antarmuka

0%

20%

40%

A A- B+ B B- C+ C C- D E

% Nilai Sistem Cerdas

Page 155: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

146

ISBN: 978-602-60613-0-0

2. Pengembangan metoda pembelajaran dengan PjBL melalui blog dan simulasi pada

matakuliah-matakuliah ini akan dapat meningkatkan; pengetahuan ketrampilan,

eksplorasi pengetahuan dan wawasan dalam pengelolan aplikasi, diskuasi hasil aplikasi,

kemampuan memecahkan masalah dan inovasi serta minat mahasiswa untuk

menciptakan suatu aplikasi.

Untuk model SCL (Koen dan Robert, 2010; Geraldine and Tim, 2015) dengan metode

PjBL melalui blog dan simulasi yang diterapkan untuk menunjang implementasi soft

skills (Darwison, 2015) dalam pembelajaran adalah;

Small Group Discussion yang terdiri dari 2 orang mahasiswa yang memilih bahan

diskusi dan mempresentasikan hasil diskusinya di kelas. Sedangkan dosen bertugas

membuat rancangan bahan diskusi, menjadi moderator dan sekaligus mengulas setiap

akhir diskusi.

Bahan presentasi dimuat di blog pribadi. Lampiran presentasi disediakan di blog

untuk bisa men-download file-file simulasi, video dan file html.

Simulasi adalah mensimulasikan rangkaian dengan program Proteus.

Collaborative Learning adalah mahasiswa dalam kelompoknya mencari dan

mensimulasikan suatu aplikasi inovasi sedangkan dosen sebagai fasilitator dan

motivator dalam menghasilkan dan perbaikan simulasi aplikasi inovasi tersebut.

3. Pengembangan Asesmen (Kenji, 2014; Mohamed, 2009) mahasiswa pada matakuliah-

matakuliah tersebut seperti tabel 1 dengan penilaian hard skills sebesar 60% dan

penilaian soft skills sebesar 40%. Penilaian hard skills meliputi penilaian hasil dan

penilaian proses. Tugas Besar (pengganti nilai UTS & UAS) berupa pembuatan suatu

aplikasi (dituangkan dengan memakai program simulasi Proteus yang sudah mencakup

hardware (komponen) dan software (program jika ada)). Penilaian soft skills (Darwison,

2015) berupa kompetensi soft skills meliputi penilaian secara intrapersonal skill,

interpersonal skill dan nilai-nilai dasar mahasiswa.

Tabel 1 Pengembangan Sistem Penilaian

Page 156: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

147

ISBN: 978-602-60613-0-0

4. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk menghasilkan capaian

pembelajaran seperti tersebut diatas, sebaran nilai yang lebih luas mencakup hasil dan

proses serta menyimpulkan hasil dari pengembangan metode pembelajaran matakuliah

tersebut menggunakan SCL-PjBL melalui blog dan simulasi.

Hasil dan Pembahasan

Adapun foto-foto hasil aktifitas pembelajaran dengan metoda SCL-PjBL melalui blog dan

simulasi seperti Gambar 2. Rata-rata komponen penilaian dari keempat matakuliah tersebut

diatas adalah seperti gambar 3. Dengan jumlah mahasiswa rata-rata kurang dari 40

orang/kelas dari keempat matakuliah tersebut maka didapatkan rata-rata nilai hard skills

adalah 35,2 dan nilai Soft skills adalah 24,25 dari skala 100.

(a) Tawaran menjawab kuis dan latihan

(b) Presentasi simulasi dengan Proteus

(c) Tampilan blog pribadi

Gambar 2. Aktifitas pembelajaran dengan metoda SCL-PjBL melalui blog dan simulasi

Dari grafik gambar 3 didapatkan rata-rata nilai soft skills mahasiswa sudah lebih dari 50%

(24,25) dari persentase penilaian soft skills (40). Dengan penilaian soft skills (Darwison,

2015) yang tergolong cukup maka metoda ini dapat dipertahankan untuk tahun berikutnya

dan seiring dengan sudah terbiasanya mahasiswa nantinya dengan sistem tersebut maka

mahasiswa diharapkan akan mendapatkan kompetensi akhir yang lebih baik.

Page 157: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

148

ISBN: 978-602-60613-0-0

(a) Penilaian hasil (b) Keikutsertaan dan Keaktifan tanya-jawab

intrapersonal skills interpersonal skills Nilai-nilai dasar mhs

(c) soft skills

Gambar 3. Grafik komponen penilaian dengan metoda SCL-PjBL melalui blog dan

simulasi

Adapun rata-rata persentase sebaran nilai akhir semester dari keempat matakuliah tersebut

sebelum dan sesudah menerapkan metoda SCL-PjBL melalui blog dan simulasi seperti pada

gambar 4. Grafik persentase sebaran nilai akhir sesudah menerapkan metoda ini sudah

membaik yaitu berkurangnya yang mendapat nilai D dan bertambahnya yang mendapat nilai

A.

(a) Tanpa SCL-PjBL melalui blog dan

simulasi

(b) Dengan SCL-PjBL melalui blog dan

simulasi

Gambar 4 Rata-rata Nilai Akhir Semester keempat matakuliah

Untuk mengukur tingkat keberhasilan SCL-PjBL melalui blog dan simulasi maka disebarkan

kuisioner rata-rata ke 10 sampai dengan 15 orang mahasiswa untuk keempat matakuliah

yang diambil secara acak dengan hasil yaitu rata-rata 81,3% seperti tabel 2.

Page 158: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

149

ISBN: 978-602-60613-0-0

Tabel 2. Kuisioner mahasiswa

Kesimpulan

Dengan diterapkannya metoda pengajaran pada keempat matakuliah tersebut secara SCL-

PjBL melalui blog dan simulasi dengan 3 tujuan komponen pembelajaran sehingga dapat

diambil kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Adanya perbaikan nilai UTS dan UAS akibat dari presentasi melalui blog dan simulasi.

2. Rata-rata nilai hard skills adalah 35,2 dan nilai Soft skills adalah 24,25 dari skala 100.

3. Penilaian soft skills sebesar 40% akan berdampak pada naiknya rara-rata nilai dan

mahasiswa menjadi lebih aktif serta mendapatkan kompetensi matakuliah yang lebih

baik.

4. Grafik penilaian dengan metoda ini sudah membaik yaitu berkurangnya yang mendapat

nilai D dan bertambahnya yang mendapat nilai A.

5. Melalui kuisioner mahasiswa maka didapatkan tingkat keberhasilan metoda SCL

dengan menekankan pada PjBL melalui blog dan simulasi yaitu 81,3%.

Daftar Pustaka

Angele Attard, Emma Di Ioio, Koen Geven, and Robert Santa, 2010, Student Centered

Learning An Insight Into Theory And Practice, Bucharest.

Angele Attard, Emma Di Iorio, Koen Geven, and Robert Santa, 2010, Student-Centred

Learning-Toolkit for students, staff and higher education institutions, Laserline, Berlin.

Darwison, 2015, “Pengembangan Metode Pembelajaran Mikroprosesor Dan Antarmuka

Menggunakan Metode Project Based Learning”, Proceeding Seminar Nasional

Pengembangan Pendidikan Tinggi, LP3M Unand, pp.190-197, Padang, 6-7 Agustus 2015.

Department of labor, 2010, Teaching Soft Skills Through Workplace Simulations in

Classroom Settings, ODEP, U.S.

Page 159: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

150

ISBN: 978-602-60613-0-0

Geraldine O’Neill and Tim McMahon, 2005, Student-centred learning: What does it mean

for students and lecturers?, Dublin:AISHE.

Kenji Takahashi, 2014, Assessment For, Of and As Learning, SchoolWorld.

Koen Geven and Robert Santa, 2010, Student Centered Learning: Survey Analysis Time for

Student Centred Learning, Bucharest.

Mohamed Naim Daipi, 2009, penilaian untuk pembelajaran, Master Teacher at Curriculum

Planning and Development Division, Ministry of Education, Uploaded on Sep 26, 2009.

Tracey Garrett, 2008, “Student-Centered and Teacher-Centered Classroom Management: A

Case Study of Three Elementary Teachers”, Journal of Classroom Interaction, vol.43.1, pp.

34-47.

Page 160: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

151

ISBN: 978-602-60613-0-0

Penerapan Penggunaan Media Belajar “LogBook”

dalam Proses Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Teori Getaran

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas

Nofri Dodi

PTP. Muda LP3M Universitas Andalas

Email: [email protected]

Abstrak

Secara umum penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji

efektivitas penggunaan media belajar “LogBook” dalam proses belajar

mahasiswa pada mata kuliah Teori Getaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Andalas. Pengujian efektifitas ini outputnya diharapkan

untuk peningkatan kulitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pendidikan dapat

ditingkatkan dengan berbagai cara seperti peningkatan masukan mahasiswa,

peningkatan kompetensi dosen, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas

pembelajaran dan evaluasi, penyediaan bahan ajar yang memadai, dan

penyediaan sarana dan prasarana belajar yang memadai. Dari semua cara

tersebut, peningkatan kualitas pembelajaran menduduki posisi yang sangat

strategis. Proses pembelajaran yang berkualitas diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Berdasarkan hal tersebut di atas,

diharapkan dengan memanfaatkan media belajar LokBook kegiatan belajar

mengajar perkuliahan Teori Getaran pada jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Andalas menjadi lebih optimal dan maksimal dalam membantu

mahasiswa belajar sebagai salah satu penerapan dari metode pembelajaran

Student Centre Learning (SCL). Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Data dikumpulkan melalui

instrumen penelitian yang berbentuk kuisioner. Kusioner disebar kepada 66

responden mahasiswa dari total 128 orang mahasiswa peserta mata kuliah

Teori Getaran dari 3 kelas. Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner

diolah dan dianalisis menggunakan rumus analisis deskripsi presentase. Hasil

yang diperoleh dari penelitian ini adalah setelah dimasukan perhitungan

mengunakan rumus analisis deskripsi presentase diperoleh hasil penilaian

sebesar 81,14 %. Nilai tersebut menyatakan bahwa penggunaan media belajar

“LogBook” ini sangat efektif dalam proses belajar mahasiswa pada mata kuliah

Teori Getaran di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas.

Kata Kunci: Efektivitas, LogBook, Student Centre Learning (SCL).

Pendahuluan

Mata kuliah Teori Getaran merupakan bagian dari Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan

(MKK) pada program studi Teknik Sipil S1 kurikulum 2002. Alokasi waktu yang ditentukan

dalam GBPP Teknik Sipil S1 adalah 3/T SKS, dan diajarkan pada semester 7/gasal.

Page 161: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

152

ISBN: 978-602-60613-0-0

Peningkatan kualitas pendidikan dapat ditingkatkan dengan berbagai cara seperti

peningkatan masukan mahasiswa, peningkatan kompetensi dosen, peningkatan isi

kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan evaluasi, penyediaan bahan ajar yang

memadai, dan penyediaan sarana dan prasarana belajar yang memadai. Dari semua cara

tersebut, peningkatan kualitas pembelajaran menduduki posisi yang sangat strategis. Proses

pembelajaran yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

Berdasarkan hal tersebut di atas, diharapkan dengan memanfaatkan media belajar LokBook

kegiatan belajar mengajar perkuliahan Teori Getaran pada jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Andalas menjadi lebih optimal dan maksimal dalam membantu

mahasiswa belajar sebagai salah satu penerapan dari metode pembelajaran Student Centre

Learning (SCL).

Untuk mendapatkan gambaran dan substansi yang jelas mengenai ruang lingkup penelitian,

serta adanya keterbatasan yang terdapat pada peneliti dan keterbatasan pelaksanaan

penelitian ini, maka penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah. Pokok bahasan yang

dikembangkan pada penelitian ini adalah melihat dan menilai efektifitas dari penggunaan

media belajar “LogBook” dalam mata kuliah Teori Getaran di jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Andalas Padang.

Dari uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut untuk melihat (1)

Apakah PBM dengan menggunakan media belajar “LogBook” dapat membantu mahasiswa

dalam belajar? (2) Apakah penggunaan media belajar “LogBook” dalam PBM dapat

meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahaan Teori Getaran ?

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang

manfaat penggunaan “LogBook” dalam perkuliahan Teori Getaran pada jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Andalas. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan mengungkap tingkat persentase efektifitas dan keterbantuan belajar

mahasiswa jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas dalam mengikuti

perkuliahaan Teori Getaran dengan menggunakan media belajar LogBook.Berdasarkan hal

tersebut di atas, diharapkan dengan memanfaatkan media belajar LokBook kegiatan belajar

mengajar perkuliahan Teori Getaran pada jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Andalas menjadi lebih optimal dan maksimal dalam membantu mahasiswa belajar sebagai

salah satu penerapan dari metode pembelajaran Student Centre Learning (SCL).

Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan, menyusun,

menganalisis, dan menginterprestasikan data serta menarik kesimpulan. Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.

1. Jenis Penelitian

Penelitian tentang Efektifitas Penggunaan Media Belajar ”LokBook” ini menggunakan

metode penelitian Deskriptif Kuantitatif. Penelitian Deskriptif merupakan dasar bagi

Page 162: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

153

ISBN: 978-602-60613-0-0

semua penelitian. Penelitian Deskriptif dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat

dilakukan analisis statistik (Sulistyo-Basuki, 2006: 110).

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam setiap kegiatan penelitian selalu ada kegiatan pengumpulan data. Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini menurut Sulistyo-Basuki (2006:147) meliputi:

a. Observasi non-partisipan (Pengamatan tidak terkendali)

Pada metode ini peneliti hanya mengamati, mencatat apa yang terjadi. Metode ini banyak

digunakan untuk mengkaji pola perilaku mahasiswa di dalam kelas dalam proses belajar

mengajar pada perkuliahan Teori Getaran di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Andalas semester gasal tahun akademik 2013/2014.

b. Kuisioner

Kuisioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden atau diisi oleh

pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian mencatat jawaban yang

berikan (Sulistyo-Basuki, 2006: 110).

Pertanyaan yang akan diberikan pada kuisioner ini adalah pertanyaan menyangkut fakta

dan pendapat responden, sedangkan kuisioner yang digunakan pada penelitian ini adalah

kuisioner tertutup, dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab

dengan memilih dari sejumlah alternatif. Keuntungan bentuk tertutup ialah mudah

diselesaikan, mudah dianalisis, dan mampu memberikan jangkauan jawaban.

Adapun kisi-kisi kuisioner yang akan disebarkan kepada mahasiswa dapat dilihat pada

tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Kisi-kisi Kuisioner

No. Pertanyaan Skor Penilaian (√)

4 3 2 1

1 Setujukah anda perkuliahan ini menerapkan “log book”

dalam setiap sesi perkuliahan ?

2 Apakah penerapan “log book” ini membantu anda dalam

memahami materi perkuliahan ?

3 Apakah dengan penerapan “log book” ini membuat anda

efektif dalam belajar ?

4 Anda rutin/selalu menggunakan “log book” dalam setiap

sesi perkuliahan untuk mencatat materi perkuliahan

5 Setujukah Anda, “log book” ini diterapkan dalam setiap

mata kuliah ?

Keterangan Skor Penilaian: Skor Penilaian 4 : Sangat Setuju/Sangat Membantu/Sangat Efektif/Sangat Rutin Skor Penilaian 3 : Setuju/Membantu/Efektif/Rutin

Skor Penilaian 2 : Kurang Setuju/Kurang Membantu/Kurang Efektif/Kurang Rutin

Skor Penilaian 1 : Tidak Setuju/Tidak Membantu/Tidak Efektif/Tidak Rutin

c. Wawancara

Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaan yang sama diajukan kepada semua responden,

dalam kalimat dan urutan yang seragam (Sulistyo-Basuki, 2006: 110).

Wawancara yang dilakukan adalah untuk melihat seberapa besar antusias dan respon

mahasiswa peserta perkuliahan Teori Getaran dalam menggunakan media belajar

“LokBook” dalam setiap proses pembelajaran di kelas tersebut. Keuntungan dari cara ini

adalah dapat mengetahui secara langsung jawaban yang pasti dari responden peserta mata

kuliah tersebut.

Page 163: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

154

ISBN: 978-602-60613-0-0

d. Populasi dan Sampel

Sulistyo-Basuki (2006:182) mengemukakan populasi adalah keseluruhan objek yang

akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah data jumlah peserta yang mengikuti

perkuliahan Teori Getaran pada jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Andalas semester gasal tahun akademik 2013/2014.

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili dari populasi

tersebut. Untuk menentukan besarnya sampel menurut Arikunto (2002: 112) apabila

subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian

populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 %.

Dalam penelitian ini digunakan sampel sebanyak 22 orang mahasiswa per kelas dari 3

kelas (kelas A,B dan C) yang menggunakan media belajar “LogBook” ini, sehingga total

sampel adalah sebesar 66 orang dari total 128 orang mahasiswa peserta yang mengikuti

perkuliahan Teori Getaran ini (Kelas A,B dan C).

e. Teknik Pengolahan Data

Teknik yang digunakan dalam mengolah dan menganalisi data dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisis deskriptif presentase. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

% =n

N X 100 %

Keterangan :

n : Jumlah nilai yang diperoleh

N : Jumlah nilai ideal (jumlah responden x jumlah soal x skor tertinggi )

% : Tingkat keberhasilan yang dicapai

Keterangan Persentase Skor Penilaian

81% - 100 % = Sangat Efektif

61% - 80 % = Efektif

41% - 60 % = Kurang Efektif

0 % - 40 % = Tidak Efektif

Hasil dan Pembahasan

Dari 3 kelas yang menggunakan media belajar “LogBook” ini diperoleh hasil penelitian

sebagai berikut :

Untuk pertanyaan, Setujukah anda perkuliahan ini menerapkan “log book” dalam setiap sesi

perkuliahan? Diperoleh hasil dari penilaian kuisioner sebagai berikut; 1) Mahasiswa yang

menyatakan sangat setuju sebanyak 36 orang mahasiswa dari 66 sampel data dengan

persentase sebesar 55 %, 2) Mahasiswa yang menyatakan setuju sebanyak 28 orang

mahasiswa 66 sampel data dengan persentase sebesar 42 %, 3) Mahasiswa yang menyatakan

kurang setuju sebanyak 2 orang mahasiswa 66 sampel data dengan persentase sebesar 3 %,

4) Mahasiswa yang menyatakan tidak setuju sebanyak 0 orang mahasiswa 66 sampel data

dengan persentase sebesar 0 %. Secara grafik dapat dilihat grafik 1 di bawah.

Page 164: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

155

ISBN: 978-602-60613-0-0

Grafik 1. Persentase hasil penilaian pertanyaan 1

Untuk pertanyaan, Apakah penerapan “log book” ini membantu anda dalam memahami

materi perkuliahan? Diperoleh hasil dari penilaian kuisioner sebagai berikut; 1) Mahasiswa

yang menyatakan sangat membantu sebanyak 28 orang mahasiswa dari 66 sampel data

dengan persentase sebesar 42 %, 2) Mahasiswa yang menyatakan membantu sebanyak 35

orang mahasiswa 66 sampel data dengan persentase sebesar 53 %, 3) Mahasiswa yang

menyatakan kurang membantu sebanyak 3 orang mahasiswa 66 sampel data dengan

persentase sebesar 5 %, 4) Mahasiswa yang menyatakan tidak membantu sebanyak 0 orang

mahasiswa 66 sampel data dengan persentase sebesar 0 %. Secara grafik dapat dilihat grafik

2 di bawah ini.

Grafik 2. Persentase hasil penilaian pertanyaan 2

Untuk pertanyaan, Apakah dengan penerapan “log book” ini membuat anda efektif dalam

belajar? Diperoleh hasil dari penilaian kuisioner sebagai berikut; 1) Mahasiswa yang

menyatakan sangat efektif sebanyak 24 orang mahasiswa dari 66 sampel data dengan

persentase sebesar 36 %, 2) Mahasiswa yang menyatakan efektif sebanyak 35 orang

mahasiswa 66 sampel data dengan persentase sebesar 53 %, 3) Mahasiswa yang menyatakan

kurang efektif sebanyak 6 orang mahasiswa 66 sampel data dengan persentase sebesar 9 %,

4) Mahasiswa yang menyatakan tidak efektif sebanyak 1 orang mahasiswa 66 sampel data

dengan persentase sebesar 2 %. Secara grafik dapat dilihat grafik 3 di bawah ini.

Setujukah

anda perkuliahan …

Setujukah

anda perkuliahan …

Setujukah

anda perkuliahan …

Setujukah

a…

Setujukah anda perkuliahan ini

menerapkan “log book” dalam setiap sesi …

SangatSetujuSetuju

Penerapan “log

book” ini …

Penerapan “log

book” ini …

Penerapan “log

book” ini …

Penerapan “log

book” ini …

Penerapan “log book” ini membantu anda dalam

memahami materi perkuliahan ?Sangat

MembantuMembantu

Page 165: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

156

ISBN: 978-602-60613-0-0

Grafik 3. Persentase hasil penilaian pertanyaan 3

Untuk pernyataan, Anda rutin/selalu menggunakan “log book” dalam setiap sesi perkuliahan

untuk mencatat materi perkuliahan. Diperoleh hasil dari penilaian kuisioner sebagai berikut;

1) Mahasiswa yang menyatakan sangat rutin sebanyak 26 orang mahasiswa dari 66 sampel

data dengan persentase sebesar 39 %, 2) Mahasiswa yang menyatakan rutin sebanyak 33

orang mahasiswa 66 sampel data dengan persentase sebesar 50 %, 3) Mahasiswa yang

menyatakan kurang rutin sebanyak 5 orang mahasiswa 66 sampel data dengan persentase

sebesar 8 %, 4) Mahasiswa yang menyatakan tidak rutin sebanyak 2 orang mahasiswa 66

sampel data dengan persentase sebesar 3 %. Secara grafik dapat dilihat grafik 4 di bawah

ini.

Grafik 4. Persentase hasil penilaian pertanyaan 4

Untuk pertanyaan, Setujukah Anda, “log book” ini diterapkan dalam setiap mata kuliah?

Diperoleh hasil dari penilaian kuisioner sebagai berikut; 1) Mahasiswa yang menyatakan

sangat setuju sebanyak 17 orang mahasiswa dari 66 sampel data dengan persentase sebesar

26 %, 2) Mahasiswa yang menyatakan setuju sebanyak 28 orang mahasiswa 66 sampel data

dengan persentase sebesar 42 %, 3) Mahasiswa yang menyatakan kurang setuju sebanyak

15 orang mahasiswa 66 sampel data dengan persentase sebesar 23 %, 4) Mahasiswa yang

menyatakan tidak setuju sebanyak 6 orang mahasiswa 66 sampel data dengan persentase

sebesar 9 %. Secara grafik dapat dilihat grafik 5 di bawah ini.

Penerapan “log

book” ini …

Penerapan “log

book” ini …

Penerapan “log

book” ini …

Penerapan “log

book” ini …

Penerapan “log book” ini membuat anda efektif

dalam belajar ?

SangatEfektifEfektif

Anda rutin/selalu anda

meng…

Anda rutin/selalu anda

meng…

Anda rutin/selalu anda

meng…

Anda rutin/selalu anda

meng…

Anda rutin/selalu menggunakan “log book”

dalam setiap sesi perkuliahan untuk mencatat materi …Sangat

RutinRutin

Page 166: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

157

ISBN: 978-602-60613-0-0

Grafik 5. Persentase hasil penilaian pertanyaan 5

Secara keseluruhan, penilaian mahasiswa terhadap penggunaan “LogBook” ini dapat dilihat

pada tabel 2 di bawah ini

Tabel 2 Hasil penilaian kuisioner mahasiswa

Responden

Pertanyaan

Setujukah anda

perkuliahan ini

menerapkan

“log book”

dalam setiap sesi

perkuliahan ?

Penerapan “log

book” ini

membantu

anda dalam

memahami

materi

perkuliahan ?

Penerapan “log

book” ini

membuat anda

efektif dalam

belajar ?

Anda rutin/selalu

menggunakan

“log book” dalam

setiap sesi

perkuliahan

untuk mencatat

materi

perkuliahan

Setujukah

Anda, “log

book” ini

diterapkan

dalam setiap

mata kuliah ?

Skor Penilain

1 4 4 4 4 4

2 4 4 4 4 4

3 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4

5 4 4 4 4 4

6 4 4 4 4 4

7 4 4 4 4 4

8 4 4 4 4 4

9 4 4 4 4 4

10 4 4 4 4 4

11 4 4 4 4 4

12 4 4 4 4 4

13 4 4 4 4 4

14 4 4 4 4 4

15 4 4 4 4 4

16 4 4 4 4 4

17 4 4 4 4 4

18 4 4 4 4 3

19 4 4 4 4 3

20 4 4 4 4 3

21 4 4 4 4 3

Bersambung...

Setujukah

Anda, “log

book” …

Setujukah

Anda, “log

book” …

Setujukah

Anda, “log

book” …

Setujukah

Anda, “log

book” …

Setujukah Anda, “log book” ini diterapkan dalam setiap

mata kuliah ?

SangatSetujuSetuju

Page 167: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

158

ISBN: 978-602-60613-0-0

Sambungan Tabel 2

Responden

Pertanyaan

Setujukah anda

perkuliahan ini

menerapkan

“log book”

dalam setiap sesi

perkuliahan ?

Penerapan “log

book” ini

membantu

anda dalam

memahami

materi

perkuliahan ?

Penerapan “log

book” ini

membuat anda

efektif dalam

belajar ?

Anda rutin/selalu

menggunakan

“log book” dalam

setiap sesi

perkuliahan

untuk mencatat

materi

perkuliahan

Setujukah

Anda, “log

book” ini

diterapkan

dalam setiap

mata kuliah ?

Skor Penilain

22 4 4 4 4 3

23 4 4 4 4 3

24 4 4 4 4 3

25 4 4 3 4 3

26 4 4 3 4 3

27 4 4 3 3 3

28 4 4 3 3 3

29 4 3 3 3 3

30 4 3 3 3 3

31 4 3 3 3 3

32 4 3 3 3 3

33 4 3 3 3 3

34 4 3 3 3 3

35 4 3 3 3 3

36 4 3 3 3 3

37 3 3 3 3 3

38 3 3 3 3 3

39 3 3 3 3 3

40 3 3 3 3 3

41 3 3 3 3 3

42 3 3 3 3 3

43 3 3 3 3 3

44 3 3 3 3 3

45 3 3 3 3 3

46 3 3 3 3 2

47 3 3 3 3 2

48 3 3 3 3 2

49 3 3 3 3 2

50 3 3 3 3 2

51 3 3 3 3 2

52 3 3 3 3 2

53 3 3 3 3 2

54 3 3 3 3 2

55 3 3 3 3 2

56 3 3 3 3 2

57 3 3 3 3 2

58 3 3 3 3 2

59 3 3 3 3 2

60 3 3 2 2 2

61 3 3 2 2 1

62 3 3 2 2 1

63 3 3 2 2 1

64 3 2 2 2 1

65 2 2 2 1 1

Bersambung...

Page 168: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

159

ISBN: 978-602-60613-0-0

Sambungan Tabel 2

Responden

Pertanyaan

Setujukah anda

perkuliahan ini

menerapkan

“log book”

dalam setiap sesi

perkuliahan ?

Penerapan “log

book” ini

membantu

anda dalam

memahami

materi

perkuliahan ?

Penerapan “log

book” ini

membuat anda

efektif dalam

belajar ?

Anda rutin/selalu

menggunakan

“log book” dalam

setiap sesi

perkuliahan

untuk mencatat

materi

perkuliahan

Setujukah

Anda, “log

book” ini

diterapkan

dalam setiap

mata kuliah ?

Skor Penilain

66 2 2 0 1 1

Jumlah 232 223 213 215 188

Total Skor 232+223+213+215+188 = 1071

%

Penilaian 81,14

Berdasarkan tabel 2 di atas, setelah dimasukan perhitungan mengunakan rumus analisis

deskripsi presentase diperoleh hasil penilaian sebesar 81, 14 %. Nilai tersebut menyatakan

bahwa penggunaan media belajar “LogBook” ini sangat efektif dalam proses belajar

mahasiswa pada mata kuliah Teori Getaran di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Andalas.

Berikut dapat dilihat pada tabel 3 hasil rata-rata penilaian mahasiswa menggenai penggunaan

media belajar ”LogBook” dalam proses belajar pada mata kuliah Teori Getaran di Jurusan

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas.

Tabel 3. Hasil rata-rata penilaian mahasiswa

No. Pertanyaan

Rata-rata

Skor Hasil

Penilaian

(1-4)

Hasil

Penilaian

Pendapat

1 Setujukah anda perkuliahan ini menerapkan “log

book” dalam setiap sesi perkuliahan ? 3,52

Sangat

Setuju

2 Penerapan “log book” ini membantu anda dalam

memahami materi perkuliahan ? 3,38

Sangat

membantu

3 Penerapan “log book” ini membuat anda efektif

dalam belajar ? 3,23

Sangat

Efektif

4

Anda rutin/selalu menggunakan “log book” dalam

setiap sesi perkuliahan untuk mencatat materi

perkuliahan

3,26 Sangat rutin

5 Setujukah Anda, “log book” ini diterapkan dalam

setiap mata kuliah ? 2,85 Setuju

Rata-rata nilai 3,25 Sangat

Efektif Keterangan Tabel 3:

Skor >3-4 = Sangat setuju/Sangat membantu/Sangat

Efektif/Sangat Rutin

Skor >2-3 = Setuju/Membantu/Efektif/Rutin

Skor >1-2 = Kurang setuju/Kurang membantu/Kurang

efektif/Kurang rutin

Skor 0-1 = Tidak setuju/Tidak membantu/Tidak efektif/Tidak rutin

Page 169: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

160

ISBN: 978-602-60613-0-0

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat digambarkan grafik hasil rata-rata penilaian mahasiswa

dalam menggunakan media belajar “LogBook”pada mata kuliah Teori Getaran.

Grafik 6

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal, 1) Rata-rata mahasiswa yang

mengikuti perkuliahan Teori Getaran menyatakan sangat setuju menerapkan dan

menggunakan LogBook dalam setiap sesi perkuliahan Teori Getaran, 2) Rata-rata mahasiswa

yang mengikuti perkuliahan Teori Getaran menyatakan sangat membantu dalam memahami

materi perkuliahan dengan menggunakan LogBook, 3) Rata-rata mahasiswa yang mengikuti

perkuliahan Teori Getaran menyatakan sangat efektif belajar menggunakan LogBook , 4)

Rata-rata mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Teori Getaran menyatakan sangat

rutin/selalu menerapkan dan menggunakan LogBook dalam setiap sesi perkuliahan Teori

Getaran dan 5) Rata-rata mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Teori Getaran menyatakan

setuju menerapkan dan menggunakan LogBook dalam setiap sesi perkuliahan. Media belajar

LogBook ini bisa digunakan untuk perkuliahan tutorial kelas, bukan untuk sesi perkuliahan

lapangan yang bersifat teknik dan praktek.

Melihat hasil yang diperoleh dari penelitian ini, dapat disarankan dalam setiap mata kuliah

dapat diterapkan dan digunakan media belajar LogBook dalam proses belajar mengajar

mahasiswa sehingga proses pembelajaran yang efektif dapat dicapai dan mahasiswa dapat

dengan mudah memahami materi kuliah yang diajarkan.

Daftar Pustaka

Arikunto, 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit Pustaka Sinar Harapan Jakarta.

Buku Panduan Akademik Fakultas Teknik Universitas Andalas: 2013, Padang

Setujukah anda

perkuliahan ini

menerapkan “log book” dalam

setiap sesi perkuliahan

?

Penerapan “log book”

ini membantu anda dalam memahami

materi perkuliahan

?

Penerapan “log book”

ini membuat

anda efektif dalam

belajar ?

Anda rutin/selalu menggunak

an “log book” dalam

setiap sesi perkuliahan

untuk mencatat materi …

Setujukah Anda, “log book” ini

diterapkan dalam

setiap mata kuliah ?

Rata-rata Skor HasilPenilaian (1-4)

3.52 3.38 3.23 3.26 2.85

Sko

r N

ilai (

1-4

)

Grafik Rata-rata Penilaian Kuisioner

Page 170: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

161

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gibbs, G. (1995). Assessing Student Centred Courses Oxford:Oxford Centre for Staff

Learning and Development

Joice Bruce & Marsha Well. (1980). Model of teaching. New Jersey: Prentice Hall.

Kember D., Kelly. (1992). Using action research to improve teaching. Hongkong:

Hongkong Polytechnic

Panduan e-journal Menulis Artikel Ilmiah Untuk Jurnal. 2012, Fakultas Teknik Universitas

Negeri Padang

Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra bekerjasama

dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

Wayan Meter, I Gede Suwardika, Ni Nengah Sariani. (2010). Efektifitas Pemanfaatan Media

yang Digunakan Guru Dalam Pembelajaran Matematika Di Kelas III Sekolah Dasar (Studi

Kasus Pada SDK 2 Santo Yoseph Denpasar): Laporan Hasil Penelitian, Unit Program

Belajar Jarak Jauh. Universitas Terbuka Denpasar

Isdiyarto, Agus Purwanto, Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis E-Learning Untuk

meningktakan Perkuliahan Dasar Instalasi listrik : Journal, Universitas Negeri Semarang

Maryam nur Azizah R, Ejang Ali nurdin, Wawan Setiawan, Efektivitas Penggunaan Metode

Pembelajaran Student Centered Learning Berbasis Classroom Blogging Untuk

Meningktakan Hasil Belajar Siswa SMA: Journal, Universitas Pendidikan Indonesia

Anderson, dkk. (2006), Learner-centered Teaching and Education at USC: A Resource for

Faculty. Available at:

http://www.usc.edu/academe/acsen/documents/LC_Resoirce_final1.pdf

Bender, B., 2003, Student-Centered Learning: A Personal Journal, Educause Center. For

Applied Research-Research Bulletin. Available at:

http://www.educause.edu/ir/library/pdf/ERB0311.pdf

Hall, B. The nature of "Student-Centred Learning". Available at:

http://secondlanguagewriting.com/explorations/Archives/2200/Jul/StudentcenteredLearnin

g.html

Syamsul, Arifin. Memahami KBK_SCL dan implementasinya.P3AI-ITS Available at:

http://www.vilila.com/2010/10/memahami-kbk-scl-dan-implementasinya.html

Page 171: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

162

ISBN: 978-602-60613-0-0

Peranan Dan Fungsi Lembaga Pengembangan Pendidikan dan

Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Andalas dalam Meningkatkan

Akreditasi Program Studi di Lingkungan Universitas Andalas

Nofri Dodi

PTP. Muda LP3M Universitas Andalas

Email: [email protected]

Abstrak

Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu yang disingkat

dengan LP3M sebagai penggabungan dari P3AI dan BAPEM sebelumnya,

mempunyai tugas untuk melaksanakan, mengkoordinasikan, memonitor, dan

mengevaluasi kegiatan pengembangan pendidikan dan penjaminan mutu.

Dengan demikian peran dari LP3M dalam menyatukan sistem pendidikan dan

sistem penjaminan mutu menjadi sangat strategis dalam meningkatkan

penjaminan mutu pendidikan Universitas Andalas. Penjaminan mutu secara

total seharusnya menjangkau aspek akademik maupun non akademik, serta

mengintegrasikan keduanya agar mutu produk pendidikan dapat diprediksi dan

dapat dikembangkan menurut ukuran tertentu yang didukung oleh sistem dan

prosedur “baku” dari aspek akademik maupun non-akademik. Agar manfaat

penjaminan mutu lebih besar maka pengembangan sistem dan prosedural

ademik dan non akademik dilaksanakan secara paralel. Oleh karena itu sistem

dan prosedur baku perlu dirumuskan secara partisipatif dengan memadukan

pendekatan “top down” dan “bottom up”.

Universitas Andalas sebagai salah satu institusi yang menyelenggarakan

pendidikan saat ini memiliki peringkat akreditasi A berdasarkan SK yang

dikeluarkan oleh BAN-PT nomor 039/SK/BAN-PT/Akred/PT/I/2014 yang

berlaku sampai 16 Januari 2019. Saat ini Universitas Andalas terdiri dari 15

Fakultas, 1 Pascasarjana dan 3 Lembaga. Sebanyak 21 Prodi (S1,S2,S3)/Profesi

dilingkungan Unand telah terakreditasi A dari BAN-PT, sebanyak 56 Prodi

(S1,S2,S3)/Profesi/Diploma masih terakreditasi B dari BAN-PT, dan sebanyak

31 Prodi (S1,S2,S3)/Profesi/Diploma.

Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015,

Universitas Andalas sebagai salah satu institusi pendidikan yang menghasilkan

lulusan terdidik harus mampu mempersiapkan lulusannya untuk bisa bersaing

di dunia kerja dan dunia usaha. LP3M yang merupakan unit kerja dan garda

terdepan dari universitas andalas telah melakukan berbagai kegiatan untuk

menunjang hal tersebut. Dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai

Lembaga dalam meningkatkan akreditasi program studi baik nasional, regional

maupun internasional, LP3M telah menyelenggarakan kegiatan; 1) Technical

Assitance Persiapan Sertifikasi ASEAN University Network Quality

Assurance (AUN-QA), kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan

standar-standar mutu prodi yang telah berstatus A oleh BAN-PT atau tergolong

ungggul berdasarkan hasil Audit Mutu Internal (AMI) menjadi standar mutu

yang diakui pada tingkat ASEAN. Dan 2) Proyek Higher Education Leadership

and Management (HELM) yang disponsori oleh USAID telah memprakarsai

Page 172: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

163

ISBN: 978-602-60613-0-0

kolaborasi antara Arizona State University(ASU) dan Universitas Andalas

(UNAND) melalui program inisiatif khusus yang disebut dengan Pendidikan

Kepemimpinan Untuk Program Akreditasi Teknik atau Leadership Education

for Engineering Accreditation Program (LEEAP). Dimana Program LEEAP ini

berfungsi sebagai katalisator untuk memperkuat mutu dan daya saing program

studi bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, teknik, dan matematika

(science, technology, engineering and math atau STEM) pada institusi

pendidikan tinggi di Indonesia yang telah memenuhi standar regional dan

internasional

Kata Kunci: LP3M, Akreditasi,Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), AUN-QA

dan LEEAP

Pendahuluan

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 25 Tahun 2012 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Universitas Andalas, pasal 84 menyatakan bahwa Lembaga

Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu yang disingkat dengan LP3M sebagai

penggabungan dari P3AI dan BAPEM mempunyai tugas untuk melaksanakan,

mengkoordinasikan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pengembangan pendidikan dan

penjaminan mutu. Selanjutnya dalam pasal 85 bahwa LP3M menyelengggarakan fungsi; 1)

Penyusunan rencana, program, dan anggaran lembaga, 2) Pelaksanaan pengembangan

sistem pendidikan, 3) Pelaksanaan peningkatan mutu proses pembelajaran, 4) Pelaksanaan

pengembangan sistem penjaminan mutu pendidikan, 5) Pelaksanaan penjaminan mutu

pendidikan, 6) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pengembangan penjaminan mutu

pendidikan, dan 7) Pelaksanaan urusan administrasi lembaga.

Dengan demikian peran dari LP3M dalam menyatukan sistem pendidikan dan sistem

penjaminan mutu menjadi sangat strategis dalam meningkatkan penjaminan mutu

pendidikan Unand. Oleh karena itu dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak

lanjutnya secara berkesinambungan memerlukan koordinasi dengan semua bidang baik pada

tingkat universitas (akademik dan non akademik), fakultas dan program pascasarjana,

maupun program studi.

Penjaminan mutu secara total seharusnya menjangkau aspek akademik maupun non

akademik, serta mengintegrasikan keduanya agar mutu produk pendidikan dapat diprediksi

dan dapat dikembangkan menurut ukuran tertentu yang didukung oleh sistem dan prosedur

“baku” dari aspek akademik maupun non-akademik. Meskipun produk akademik berupa

lulusan, hasil riset dan publikasi serta pelayanan masyarakat, namun proses produksi tersebut

melibatkan gabungan dari aspek akademik dan non akademik yang mencakup subjek ajar,

staf akademis, staf non-akademis; kepemimpinan, sarana dan prasarana, kekuatan finasial,

budaya dan tata nilai. Agar manfaat penjaminan mutu lebih besar maka pengembangan

sistem dan prosedural ademik dan non akademik dilaksanakan secara paralel. Oleh karena

itu sistem dan prosedur baku perlu dirumuskan secara partisipatif dengan memadukan

pendekatan “top down” dan “bottom up”.

Berdasarkan implementasi dan capaian penjaminan oleh BAPEM dan pengembangan

pembelajaran oleh P3AI periode sebelumnya, maka perlu disusun roadmap LP3M tahun

2013-2017. Roadmap LP3M periode 2012-2016 akan membantu pencapaian target Renstra

Page 173: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

164

ISBN: 978-602-60613-0-0

Unand pada: 1) tahap pertama (periode 2009-2013) yaitu tahap pembenahan institusi dan

pemenuhan standar-standar pendidikan nasional dan internasional; 2) tahap kedua (tahun

2013-2017) yaitu menjadi salah satu universitas terkemuka dalam beberapa bidang di tingkat

nasional atau masuk universitas 10 besar di Indonesia. Sesuai dengan salah satu misi Unand

yaitu menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi yang berkualitas dan

berkesinambungan. Tujuan strategis terkait dalam Renstra pada 2014-

2018 yaitu menghasilkan lulusan yang berdaya saing global, mempunyai spirit

kewirausahaan dan mendapat penghargaan dari dunia kerja. Untuk mencapai sasaran

tersebut diperlukan program strategis dalam bidang pendidikan yang salah satunya yaitu

keunggulan dalam proses pembelajaran.

Keunggulan dalam setiap aspek akademik dan non-akademik dari suatu program studi di

tandai dengan peringkat akreditasi yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional

Perguruan Tinggi (BAN-PT).

Pembahasan

a. Definisi

Akreditasi adalah pengakuan formal yang diberikan oleh badan akreditasi terhadap

kompetensi suatu lembaga atau organisasi dalam melakukan kegiatan penilaian kesesuaian

tertentu. Sedangkan definisi resmi dari ISO untuk akreditasi adalah “pengesahan pihak

ketiga terkait dengan menunjukan kompetensi lembaga penilaian kesesuaian untuk

melaksanakan tugas-tugas penilaian kesesuaian tertentu. “(ISO / IEC 17000:2004).

b. Proses Akreditasi

Akreditasi merupakan salah satu bentuk sistem jaminan mutu eksternal dari suatu proses

yang digunakan lembaga yang berwenang dalam memberikan pengakuan formal bahwa

suatu institusi mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu. Dengan

demikian, akreditasi melindungi masyarakat dari penipuan oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab. Sedangkan ciri akreditasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pakar

sejawat dari luar institusi terkait (external peer reviewer), dan dilakukan secara voluntir bagi

perguruan tinggi yang menyelenggarakan suatu program studi.

Kegiatan ini diawali dengan melakukan kegiatan evaluasi diri (self evaluation) terhadap

berbagai/ komponen dari masukan, proses dan produk perguruan tinggi yang

menyelenggarakan program studi tersebut dan mengirimkan laporannya ke lembaga asesor.

Selanjutnya berdasarkan laporan evaluasi tersebut pihak lembaga asesor mengirim beberapa

pertanyaan (borang) untuk diisi dan berdasarkan isian tersebut dilakukan kunjungan

lapangan (site visit) oleh asesor sebagai tindakan validasi. Dengan kata lain Akreditasi sama

dengan status dan proses. Status disni dalam konteks perguruan tinggi yang

menyelenggarakan program studi terakreditasi telah memenuhi standar mutu yang telah

ditetapkan, sedangkan Proses dalam konteks ini maksudnya adalah proses kegiatan

akademik telah dilakukan memenuhi standar mutu dan kecenderungan melakukan perbaikan

secara berkesinambungan melalui evaluasi diri.

c. Gambaran Akreditasi Prodi di Lingkungan Unand

Universitas Andalas sebagai salah satu institusi yang menyelenggarakan pendidikan saat ini

memiliki peringkat akreditasi A berdasarkan SK yang dikeluarkan oleh BAN-PT nomor

Page 174: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

165

ISBN: 978-602-60613-0-0

039/SK/BAN-PT/Akred/PT/I/2014 yang berlaku sampai 16 Januari 2019. Saat ini

Universitas Andalas terdiri dari 15 Fakultas, 1 Pascasarjana dan 3 Lembaga.

15 Fakultas tersebut adalah; 1)Fakultas Pertanian, 2)Fakultas Kedokteran, 3)Fakultas

Hukum, 3)Fakultas Hukum, 4)Fakultas MIPA, 5) Fakultas Ekonomi, 6)Fakultas Peternakan,

7)Fakultas Ilmu Budaya, 8)Fakultas ISIP, 9)Fakultas Teknik, 10)Fakultas Farmasi,

11)Fakultas Teknologi Pertanian, 12)Fakultas Keperawatan, 13)Fakultas Kesehatan

Masyarakat, 14)Fakultas Teknologi Informasi, dan 15)Fakultas Kedokteran Gigi. Dan 3

Lembaga tersebut adalah;,1)Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada MAsyarakat

(LP2M), 2)Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) dan

3)Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Sebanyak 21 Prodi (S1,S2,S3)/Profesi dilingkungan Unand telah terakreditasi A dari BAN-

PT (Gambar 1), sebanyak 56 Prodi (S1,S2,S3)/Profesi/Diploma masih terakreditasi B dari

BAN-PT (Gambar 2), dan sebanyak 31 Prodi (S1,S2,S3)/Profesi/Diploma (Gambar 3).

Untuk rincinya dapat dilihat gambar dibawah ini.

Gambar 1. Jumlah Prodi (S2/S1), Spesialis-1, Profesi Terakreditasi A

Pada gambar 1 di atas dapat dilihat 21 Prodi (S1,S2,S3)/Profesi yang terakreditasi A yang

terdiri dari; 3 program studi S2, 1 pendidikan spesialis-1, 2 pendidikan profesi dan 15

program studi S1 yang terakreditasi A BAN-PT.

31

2

15

Akreditasi A

S2

Sp-1

Profesi

S1

Page 175: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

166

ISBN: 978-602-60613-0-0

Gambar 2. Jumlah Prodi (S3/S2/S1), Spesialis-1, Profesi dan Program Diploma 3

Terakreditasi B

Sedangkan pada gambar 2 di atas dapat dilihat 56 Prodi (S1,S2,S3)/Profesi/Diploma yang

terakreditasi B yang terdiri dari; 5 program studi S3, 22 program studi S2, 8 pendidikan

spesialis-1, 18 program studi S1, dan 3 program diploma 3 yang terakreditasi B BAN-PT.

Gambar 3. Jumlah Prodi (S3/S2/S1), Spesialis-1, Profesi dan Program Diploma 3

Terakreditasi C

Dan pada gambar 3 ini dapat dilihat 31 Prodi (S1,S2,S3)/Profesi/Diploma yang terakreditasi

C yang terdiri dari; 3 program studi S3, 11 program studi S2, 3 pendidikan spesialis-1, 3

pendidikan profesi, 10 program studi S1, dan 1 program diploma 3 yang terakreditasi C

BAN-PT.

5

22

8

18

3

Akreditasi B

S3

S2

Sp-1

S1

D3

3

11

33

10

1

Akreditasi C

S3

S2

Sp-1

Profesi

S1

D3

Page 176: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

167

ISBN: 978-602-60613-0-0

d. Peranan LP3M Unand Dalam Peningkatan Akreditasi

LP3M pada awal pembentukannya adalah merupakan penggabungan dari P3AI dan BAPEM

Universitas Andalas. LP3M memiliki visi yaitu "Menjadi Lembaga Pengembangan

Sistem Pendidikan Tinggi yang Bermutu".

Untuk merealisasikan visi tersebut telah ditetapkan misi LP3M tahun 2013-2017 sebagai

berikut:

1. Mengembangkan sistem pendidikan akademik dan profesi yang berkualitas.

2. Mengembangkan standar mutu internal baik bidang akademik maupun non akademik

yang melampaui standar nasional pendidikan tinggi .

3. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi mutu internal untuk perbaikan yang

berkelanjutan pada tingkat program studi, fakultas/pascasarjana dan universitas.

Sedangkan untuk mencapai misi tersebut ditetapkan tujuan LP3M tahun 2013-2017 sebagai

berikut:

1. Menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi dan mendapat penghargaan dari dunia

kerja.

2. Meningkatkan pengelolaan dan kepemimpinan capaian kegiatan pada program studi dan

unit-unit kerja di lingkungan Universitas Andalas.

3. Meningkatkan sistem penilaian program studi dari evaluasi mutu internal menjadi

evaluasi mutu eksternal pada tingkat asean.

Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan yang sudah ditetapkan LP3M tahun 2013-2017 yang

sebagai berikut:

1. Meningkatkan capaian pembelajaran yang mencakup kompetensi hard skill dan soft skill

serta memiliki karakter yang baik.

2. Meningkatkan status akreditasi program studi oleh BAN-PT atau PAM-PT.

3. Tercapainya program studi unggulan untuk beberapa bidang di lingkungan Unand pada

tingkat nasional dan asean.

Maka untuk mencapai tujuan dan target sasaran tahun 2013-2017 tersebut ditetapkanlah

beberapa strategi pencapainya sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan program riset aksi (action research program) sebagai acuan

pengembangan kurikulum dan pembelajaran serta sistem penilaian perkuliahan.

2. Menyelenggarakan workshop, lokakarya, technical assistance, ToT dan Hibah

Pembelajaran untuk pengembangan soft skill dan karakter lulusan.

3. Menyediakan insentif penulisan buku ajar/teks untuk peningkatan kualitas bahan ajar.

4. Sosialisasi, pelatihan sistem penjaminan mutu internal kepada BAPEM

fakultas/pascasarjana dan GKM jurusan/program studi.

5. Pelaksanaan audit mutu internal pada aras program studi dan unit-unit kerja di lingkungan

Universitas Andalas.

6. Permintaan tindakan koreksi dan rekomendasi perbaikan mutu secara berkelanjutan

kepada ketua jurusan/program studi, dekan/direktur, ketua lembaga dan biro di

lingkungan Universitas Andalas.

7. Pendampingan akreditasi program studi.

Untuk mewujudkan tercapainya tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan tersebut, mulai

tahun 2012 sampai sekarang LP3M sudah mengalokasikan anggaran kegiatan didalam DIPA

Universitas Andalas yang terinci dalam bentuk program kerja dan rencana kegiatan.

Page 177: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

168

ISBN: 978-602-60613-0-0

Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Universitas Andalas

sebagai salah satu institusi pendidikan yang menghasilkan lulusan terdidik harus mampu

mempersiapkan lulusannya untuk bisa bersaing di dunia kerja dan dunia usaha. LP3M yang

merupakan unit kerja dan garda terdepan dari universitas andalas telah melakukan berbagai

kegiatan untuk menunjang hal tersebut.

Terdapat dua kegiatan yang sudah dilakukan oleh LP3M sebagai Lembaga Pengembangan

Pendidikan dan Penjaminan Mutu dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) ini yaitu;

1. LP3M menyelenggarakan Technical Assitance Persiapan Sertifikasi ASEAN

University Network Quality Assurance (AUN-QA) pada tanggal 26 - 27 Juni 2014

yang diikuti oleh 103 peserta dari 14 Program Studi (10 fakultas) di lingkungan Unand.

LP3M mendatangkan narasumber yaitu Dr. J.P. Gentur Sutapa dosen UGM yang pada

saat ini dipercaya sebagai asesor AUN-QA. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka

meningkatkan standar-standar mutu prodi yang telah berstatus A oleh BAN-PT atau

tergolong ungggul berdasarkan hasil Audit Mutu Internal (AMI) menjadi standar mutu

yang diakui pada tingkat ASEAN sehingga akan lebih membuka peluang kerjasama

pendidikan dan resource sharing dengan perguruan tinggi terkemuka dalam keanggotaan

AUN-QA.

2. Proyek Higher Education Leadership and Management (HELM) yang disponsori oleh

USAID telah memprakarsai kolaborasi antara Arizona State University(ASU) dan

Universitas Andalas (UNAND/LP3M) melalui program inisiatif khusus yang disebut

dengan Pendidikan Kepemimpinan Untuk Program Akreditasi Teknik atau Leadership

Education for Engineering Accreditation Program (LEEAP). Dimana Program LEEAP

ini berfungsi sebagai katalisator untuk memperkuat mutu dan daya saing program studi

bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, teknik, dan matematika (science, technology,

engineering and math atau STEM) pada institusi pendidikan tinggi di Indonesia yang

telah memenuhi standar regional dan internasional. Program intensif satu tahun ini

diresmikan di Ruang Library dan Conference UNAND pada pertengahan Juni 2015 yang

dilanjutkan dengan lokakarya pertama di akhir Juni 2015. Pada lokakarya kedua Agustus

2015 para peserta belajar mengembangkan materi di tingkat perkuliahan yang pada

akhirnya akan mempersiapkan peserta untuk menjalani proses akreditasi secara

berkelanjutan; mereka juga memusatkan diri pada pembelajaran aktif dan bagaimana cara

meningkatkan teknik mengajar. Dan lokakarya ketiga Oktober 2015 para ahli kembali

hadir untuk memberikan kiat-kiat mengenai pendekatan perkuliahan terbaru sekaligus

cara untuk memperbaiki silabus melalui pendekatan tersebut. Dan untuk menindaklanjuti

pelaksanaan lokakarya, USAID HELM kembali bekerja sama dengan UNAND dan ASU

menyelenggarakan lokakarya tahap keempat pada 25 – 29 Januari 2016 di Audtorium

Senat kampus UNAND, Limau Manis, Padang. Universitas Andalas dalam hal ini LP3M

berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan LEEAP dan upaya pencapaian akreditasi

internasional di UNAND.

Kesimpulan

1. Dalam perkembangannya setelah berdiri selama 4 tahun, LP3M telah banyak melakukan

perubahan dan peningkatan dalam penatakelolaan proses pendidikan dan pembelajaran.

Page 178: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

169

ISBN: 978-602-60613-0-0

2. Dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran, LP3M selalu melakukan

evaluasi melalui kegiatan Audit Mutu Internal yang dilakukan secara terus menerus dan

berkelanjutan.

3. Hasil AMI yang diperoleh menjadikan parameter bagi setiap prodi dalam mengajukan

borang akreditasinya.

4. LP3M menjadi lembaga terdepan dan memiliki peranan yang sangat penting sekali dalam

melakukan pendampingan proses akreditasi maupun re-akreditasi prodi dilingkungan

Universitas Andalas, baik akreditas untuk tingkat nasional, regional maupun

internasional.

Daftar Pustaka

Dikti, 2006, Panduan Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi,

DEPDIKNAS.

Republik Indonesia, 2012, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 25 Tahun

2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Andalas.

http://akademik.unand.ac.id/index.php/2014-02-20-01-35-30

http://www.unand.ac.id/id/berita/universitas/3743-unand-gelar-workshop-leeap-tahap-

keempat

http://lp3m.unand.ac.id/in/rumah/946-unand-menuju-standar-mutu-asean

Mari'atul Qiftiyah, 2015, Tujuan dan Manfaat Akreditasi Suatu Lembaga Pendidikan,

diakses dalam http://blog.umy.ac.id/mariatulqiftiyah/tujuan-dan-manfaat-akreditasi-suatu-

lembaga-pendidikan/

Republik Indonesia, 2003 Undang-undang sistem pendidikan nasional, Jakarta: Sekretariat

Negara. Diakses dalam: www.kan.or.id/?page_id=2959&lang=id

Page 179: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

170

ISBN: 978-602-60613-0-0

Langkah Maju Universitas Andalas Menghadapi Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA)

Benny Dwika Leonanda

Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas

Kampus Unand Limau Manis

Email: [email protected]

Abstrak

Sejak tahun lalu Indonesia dihebohkan terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) yang akan menciptakan 120-160 juta lapangan pekerjaan baru bagi

penduduk ASEAN. Mulai tahun 2016 s.d 2025 cetak biru MEA ini dibangun.

Perjanjian yang ditandatangani oleh kepala pemerintahan sepuluh negara ASEAN

ini tertuang di dalam Blue Print AEC tahun 2008. Salah satu isi perjanjian adalah

penyediaan dan perpindahan tenaga kerja terlatih dan tersertifikasi oleh masing-

masing asosiasi di negara masing-masing. Salah satu langkah untuk itu Dirjen

Dikti untuk memenui hal tersebut, Dirjen Dikti telah memberikan mandate kepada

40 Universitas untuk menyelenggaran Program Studi Profesi Insinyur untuk

mempersiapkan tenaga kerja terlatih dan tersertifikasi.

.

Universitas Andalas sebagai salah satu dari 40 universitas yang telah diberi

mandat oleh Dirjen Dikti telah mempersiapkan diri dengan mempersiap Dosen-

dosen sebanyak 107 orang Dosen untuk mensukseskan program besar dan untuk

menambah kapasitas minimal enam Dosen yang telah ada sebelum ini. Mereka

telah mengikuti Program Pembinaan Profesi Insinyur sebagai langkah untuk

mengajukan diri sebagai Insinyur Profesional, sebagai hal yang dipersyaratkan

oleh PII. Jika semua Dosen tersebut tersertifikasi sebagai Insinyur Profesional

maka Universitas Andalas telah mempunyai tenaga siap pakai dal Program Studi

Program Profesi Insinyur (PS_PPI).

Dengan membuka PS-PPI yang mampu menampung sebanyak 200 orang

Mahasiswa dengan 5 kali periode penerimaan mahasiswa dalam satu tahun untuk

kelas REGULER, dan menerima 200 orang mahasiswa kelas RPL dalam 50 kali

penerimaan dalam satu tahun maka perkiraan akan mendatangkan PNBP

universitas minimal sebesar Rp. 88 Milyar, dengan uang kuliah rata-rata Rp.

8.000.000,-an per mahasiswa. Sementara itu potensi kemampuan Universitas

Andalas tah un depan (2017) diperkirakan akan mampu mencapai PNBP sebesar

Rp. 800 Milyar rupiah dengan penyelenggaraan RPL di dalam dan di luar kampus.

Kata kunci:MEA, PS-PPI, PNBP, Universitas Andalas

Pendahuluan

Sejak tahun lalu Indonesia dihebohkan tentang MEA, Masyarakat Ekonomi Asean atau AEC

(Asean Economy Comunity). Seperti diketahui ASEAN secara regional memiliki penduduk ke

Page 180: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

171

ISBN: 978-602-60613-0-0

tiga terbesar di dunia setelah China, dan India. Ada sekitar 622 juta jiwa yang bermukim di

tempat ini, dan pembentukan MEA ini akan menciptakan 120-160 juta lapangan pekerjaan baru

sampai tahun 2020 bagi penduduk di regional.

Asean terdiri dari sepuluh negara di Asia Tenggara, sedang bergerak maju mengikuti

perkembangan ekonomi masyarakat ekonomi eropa. Langkah-langkah mempersatukan secara

ekonomi ke sepuluh negara terlihat nyata dari langkah-langkah yang dilakukan tersebut dalam

berbagai bentuk perjanjian yang dilakukan oleh kepala negara, dan para mentri yang terkait

dibidangnya masing-masing.

Tahun 2007 yang lalu langkah-langkah membentuk daerah ekonomi ASEAN telah tercetus,

dan akhirnya tahun lalu 2015 Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dibentuk. Mulai tanggal 31

Desember 2015 MEA dimulai, dan awal tahun 2016 sampai dengan tahun 2025 cetak biru MEA

pun dibangun. Pada MEA ini pergerakan, barang-barang, servis-servis, skill labor, dan arus

investasi dan finansial berlalu lalang dengan bebas dan harus difasilitasi sepuluh negara

ASEAN ini.

Pergerakan tenaga-tenaga kerja terampil salah satu dari isi perjanjian yang telah disepakati

dalam Mutual Recognotion Arrangents (MRAs) antar negara-negara ASEAN menjadi bagian

utama yang harus dipersiapkan oleh negara-negara Asean. Tenaga-tenaga kerja ini menyangkut

tenaga-tenaga profesional menyangkut profesi Dokter, Dokter gigi, Perawat, Insinyur, Arsitek,

Akuntan, dan Surveyor dengan berbagai tingkat dalam implementasinya. Di antara bidang-

bidang profesi tersebut yang termasuk langkah yang paling siap adalah di bidang profesi

Insinyur dan Arsitek. Dimana hal ini telah tertuang di dalam ASEAN Mutual Recognition

Arrangements on Engineering Services (2005)

http://investasean.asean.org/files/upload/MRA%20Engineering%20(2005)%20recon.pdf

dan http://investasean.asean.org/files/upload/MRA%20Architecture.pdf.

Kedua hal tersebut dalam langkah-langkah akhir, dan masing-masing negara sedang dalam

mempersiapkan tersebut, dalam arti kedua sedang dan akan berlangsung sampai tahun 2020.

Pemerintah Indonesia melakukan langkah-langkah cepat. Segera mempersiapkan pendidikan

tenaga-tenaga kerja terampil, dan membentuk pendidikan Program Studi Profesi Insinyur.

Bersama Dewan Insinyur Indonesia dan Dirjen Dikti telah membuat kurikulum, dan (akan)

mendirikan Program Studi Profesi Insinyur di 40 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta.

Pemilihan tempat-tempat tersebut berdasarkan kemampuan perguruan tinggi, keadilan, dan

pemerataan diberbagai daerah Indonesia melalui pemberian Surat mandat oleh Dirjen Dikti dan

disampai sendiri kepada Mentri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kepada 40 Rektor

Universitas-universitas Negeri dan Universitas Andalas merupakan salah satu yang diberikan

mandat tersebut.

Kesiapan Universitas Andalas Menghadapi MEA

Universitas sebagai salah satu Universitas yang ditunjuk untuk penyelenggara Program Studi

Profesi Insinyur segera melakukan langkah-langkah mengantisipasi kebijakan pemerintah ini.

Selain telah mempunyai 6 (enam) orang Dosen yang telah mempunyai title IPM sebagai staff

pengajar minimal yang sebagai syarat untuk pendirian Prodi Profesi Insinyur, Universitas

Andalas telah mempersiapkan sebanyak 107 orang Staff Pengajar tanbahan untuk mendukung

pembentuk prodi ini dengan mengikuti Program Pembinaan Profesi Insinyur (P3I). Program ini

merupakan program persiapan untuk memenuhi UU No. 11 Tahun 2014 sebelum terbentuknya

Page 181: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

172

ISBN: 978-602-60613-0-0

Program Prodi Profesi Insinyur di 40 universitas yang ditunjuk oleh Dirjen Dikti. Keputusan

ini didasarkan kepada Surat Keputusan Pengurus Pusat Persatuan Insinyur Indonesia No.

40/KKP-PII/2016 tanggal 31 Maret 2016

Mereka semua (Dosen Universitas Andalas) telah mengikuti Program Pembinaan Profesi

Insinyur (P3I) yang diselenggarakan sebagai kerja sama Universitas Andalas dengan Persatuan

Insinyur Indonesia Wilayah Sumatera Barat. Program ini diselenggarakan di dua gelombang.

Gelombang pertama diadakan pada tanggal 4 Mei 2016 di Hotel Axana Padang, dan gelombang

ke-2 diadakan di Hotel Kyriad Bumi Minang Padang. Pada gelombang pertama di ikuti oleh 53

dari Fakultas Teknik, 1 orang dari Fateta, dan gelombang kedua diikuti 53 orang dari Fakultas

Teknik Unversitas Andalas. Mereka semua siap untuk mengikuti langkah selanjutnya menuju

Insinyur Profesional. Tidak lama lagi Universitas Andalas mempunyai Staff Pengajar memiliki

gelar Insinyur Profesional dalam tingkatan Insinyur Profesional Madya (IPM), dan insinyur

Profesional Utama (IPU).

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Dosen-dosen Fakultas Teknik atas dukungan yang kuat

dari Rektor Universitas Andalas, Dekan Fakultas Teknik, Ketua-ketua Jurusan di lingkungan

Fakultas Teknik sangat membantu banyak PII Wilayah Sumatera Barat dalam lagnkah-langkah

mensirtifikasi Dosen-Dosen Universitas Andalas. Langkah-langkah ini merupakan tahapan

yang maju dan bahkan lebih maju dibandingkan yang dilakukan oleh ITB saat sekarang (Dosen

ITB baru 100 orang mengikuti Prorgram Pembinaan Profesi Insinyur) Yang mana mereka telah

lebih dahulu mempersiapkan diri untuk pembukaan Program Profesi Insinyur sejak pertengahan

tahun lalu.

Tahapan yang telah dirintis oleh Fakultas Teknik diharapkan diikuti oleh Fakultas-fakultas

Teknik dan Terapan di lingkungan Universitas Andalan. Untuk segera mesertifikasi Dosen-

dosen mereka. Bagaimanapun Fakultas Peternakan, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknologi

Pertanian, dan Fakultas Teknologi Informasi membawahi jurusan-jurusan terapan yang

bagaimanapun juga mereka berhak menyandang gelar "Insinyur", Ir. dan mempunyai hak untuk

mendapat pengakukan sebagai Insinyur Profesional seperti halnya Sarjana Teknik.

Langkah-langkah ini harus dilakukan dari bawah ke atas bukan dari arah sebaliknya, karena

menjadi seorang Insinyur Profesional adalah keinginan pribadi Sarjana Teknik, dan Sarjana

Terapan untuk menjadi bagian dari organisasi profesi yang mengeluarkan Sertifikasi Insinyur

Profesional. Sementara ditingkat pimpinan universitas, Fakultas, dan Jurusan hanya bisa

melakukan dukungan dari keinginan masihg-masing pihak tersebut.

Program Studi Profesi Insinyur adalah program Studi yang melahirkan gelar Profesi Insinyur,

Ir., yang sebelumnya tidak pernah ada. Walaupun sebelum tahun 1993 yang lalu setiap Sarjana

Teknik, Sarjana Pertanian, Sarjana Perternakan bergelar Insinyur, Ir., namun dasar Undang-

undang terhadap gelar tersebut belum ada saat itu.

Undang-undang Keinsinyuran baru keluar tahun 2014 yang lalu melalui UU No. 11 Thn 2014

yang mana setiap pekerjaan keinsinyuran yang dilakukan harus dikerjakan oleh orang-orang

yang mempunyai gelar Insinyur. Gelar ini hanya bisa diperoleh melalui pendidikan

keinsinyuran yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Bukan lagi oleh PII yang berlaku

selama ini. Oleh sebab itu Dirjen Dikti memberi mandat ke-40 universitas Negeri dan Swasta

sebagai penyelenggara pendidikan keinsinyuran pada tanggal 11 April 2016 yang lalu dan

diserahkan oleh Mentri Kemenristek-Dikti di Jakarta pada tanggal 14 April 2016. Setiap

Page 182: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

173

ISBN: 978-602-60613-0-0

perguruan tinggi yang diberi mandat harus menyampaikan kesanggupan dan mengkualifikasi

dosen tetap Program Studi keinsinyuran dalam waktu tignga minggu. sebelum tanggal 2 Mei

yang lalu. Surat kesanggupan Rektor sebagai penanggung jawab harus diterima Dirjen Dikti di

Jakarta dan Universitas Andalas telah membalas surat tersebut sebelum tanggal tersebut.

Persiapan pendirian Program Studi Profesi Insinyur di Unversitas Andalas telah berjalan jauh

hari. Dr. Insannul Kamil yang sebelumnya menjadi Ketua PII wilayah Sumatera Barat dua

periode 2004-20011, dan Dr. Is Prima Nanda ketua PII wilayah Sumatera Barat dari tahun 2011

s.d. sekarang, telah berusaha melalui jalur PII agar Universitas Andalas tidak Tertinggal

gerbong nasional dalam pembukaan program Studi profesi insinyur. Mereka bekerja dengan

cara-cara mereka sendiri, dan menjaga segala kemungkinan agar universitas Andalas tidak

tertinggal dan tetap eksis pada pendirian prodi ini.

Pada awalnya sepertinya Dirjen Dikti menunjuk Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai pilot

projek Program Profesi Insinyur. Hal ini dibuktikan mereka lebih siap lebih dahulu dan telah

memulai persiapan sejak pertengahan tahun lalu di bandingkan 40 perguruan tinggi lain.

Sebagai persiapan setelah pertengahan tahun lalu mereka menyiapkan 100 orang dosen dan

mampu untuk mengajar 4000 orang mahasiswa per minggu kelas RPL (rekogonisi

pembelajaran lampau). Namun belakangan kebijakan ini sepertinya berubah dan akan

dilaksanakan oleh Universitas BHMN, dan belakangan lagi diubah saat-saat akhir 40

universitas negeri dan swasta menerima mandat tersebut dengan syarat mempunyai akreditasi

institusi B.

Menurut UU No 11 tahun 2014 setiap pekerjaan keinsinyuran dimulai dari pendidikan,

pelatihan, produksi, pengolahan, pemasaran, sampai dengan pengelolaan aset harus dilakukan

oleh seorang insinyur, dan setiap insinyur tersebut harus mempunyai Surat Tanda Regritasi

Insinyur (STRI). Fungsi STRI ini adalah semacam surat izin praktek keinsinyuran, tanpa surat

ini seitap insinyur tidak bisa bekerja sama sekali. Sementara STRI sendiri hanya

dikeluarkan oleh satu lembaga yaitu Persatuan Insinyur Indonesia (PII).

Menurut Dirjen Dikti ketika menyampaikan mandat ke 40 orang Rektor universits negeri dan

swasta di jakarta tanggal 14 April yang lalu, STRI tersebut harus memuat minimal dua hal yaitu

: kualifikasi Ininsyur profesional, dan mempunyai masa berlaku surat tersebut.

Sementara kualifikasi insinyur profesional di Indonesia yang dikeluarkan PII ada tiga macam

yaitu Insinyur profesional pratama (IPP), insinyur Profesional Madya (IPM), dan insinyur

Profesional Utama (IPU). Masing-masingnya menandakan kualifikasi besarnya nominal

modal/proyek/pekerjaan dan tanggung jawab. Nah untuk memperoleh gelar insinyur

profesional ini setiap orang yang bekerja di bidang keteknikan harus menempuh pendidikan

keinsinyuran. Pendidikan keinsinyuran ini dilaksanakan oleh Program Studi Profesi Insinyur

melalui program REGULER atau Program RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau), dan

Universitas Andalas adalah salah satu penyelenggaranya.

Hal ini berlaku untuk semua orang yang bekerja dibidang keinsinyuran, baik dari Sarjana

Teknik, Sarjana Pertanian, Sarjana Teknologi Pertanian, Sarjana Peternakan, dan Sarjana-

sarjana dari Informatika. Mereka semua harus menjadi insinyur jika mereka bekerja dibidang

keinsinyuran. Itu berlaku bagi yang baru menyelesaikan studi di masing-masing jurusan

tersebut, dan bagi yang mereka telah menamatkan studi mereka jauh hari sebelumnya. Mereka

semua harus kembali ke kampus menempuh perkuliahan keinsinyuran.

Page 183: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

174

ISBN: 978-602-60613-0-0

Oleh sebab itu di program Studi Profesi Insinyur mempunyai dua macam kelas yaitu kelas

REGULER yang menerima mahasiswa yang baru menyelesaikan studi mereka dibidang ilmu

teknik, pertanian, teknologi, pertanian, peternakan, dan informatika, dan kelas Rekognisi

Pembelajaran lampau (RPL). Masa studi mereka juga berbeda, bagi kelas Reguler selama dua

semeter dengan beban 24 SKS, sementara kelas RPL menjalankan Training satu hari dan

dilanjutkan Workshop satu hari total mereka harus dikampus 2 hari berturut-turut (Pada

awalnya program ini direncanakan empat hari). Setelah mengikuti program tersebut mereka

baru memperoleh gelar dan ijazah Insinyur, Ir.

Kenapa beberapa Universitas baik negeri dan swasta begitu bersemangat dengan pembukaan

prodi Profesi insinyur ini? Sehingga mereka berani melakukan investasi secara besar-besaran

untuk pembukaan PS-PPI. Terutama untuk kalangan swasta. Hal tersebut berlaku untuk

kalangan swasta mereka investasi baik gedung, perkantoran, pengelola, dosen-dosen, sampai

dengan alat transportasi. Sementara universitas negeri berjalan terseok-seok kecuali ITB

mereka telah bergerak sejak pertengah tahun yang lalu. Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan

disebakan potensi pasar yang tersedia. Berapa jumlah universitas negeri dan swasta yang

melahirkan sarjana teknik, pertanian, teknologi pertanian, peternakan, dan informatika dan itu

hanya dilayani oleh 40 perguruan tinggi saja? Berapa besar jumlah sarjana teknik yang telah

bekerja dari tiga tahun lalu sampai 28 tahun sebelumnya yang bekerja di bidang ilmu teknik,

dan pemerintahan yang bertanggung jawab dibidang pekerjaan keinsinyuran? Pasti jumlahnya

jutaan orang. Semua mereka harus balik ke kampus. Mengikuti kelas RPL Mereka harus

terigistrasi di PII sebagai tenaga kerja Profesional. Jika tidak mereka tidak bisa menandatangani

setiap pekerjaan mereka Lakukan. Jika mereka tetap melakukan juga maka mereka menghadapi

sanksi UU No. 11 Tahun 2014 dengan ancaman hukuman 2 tahun penjara dan atau denda 200

juta.

Beberapa waktu yang lalu, tanggal 19 April 2016, Penulis sempat bertanya tentang perkiraan

biaya untuk dua kelas tersebut di PII pusat. Penulis mendapat jawaban rata-rata universitas yang

mendatangi PII pusat Jakarta mereka menmperkirakan antara Rp. 6 s/d 10 juta per mahasiswa.

Saya sendiri menghitung untuk pembiayaan maksimal di universitas Andalas adalah sekitar Rp

8 juta-an per mahasiswa (format perkuliahan dan perhitungan terlampir).

Perkuliahan pun demikian. Pelaksanaan kuliah reguler dilaksanakan dalam kampus selama dua

bulan, dan dilanjutkan enam bulan di lapangan, ditambah dua atau tiga bulan untuk

menyelesaikan studi kasus,dan sisanya dua atau bulan untuk mempersiapkan seminar, dan

sidang panel. Total membutuhkan waktu 12 bulan. Dengan perhitungan demikian maka setiap

periode penerimaan bisa dllakukan lima kali dalam satu tahun. Untuk setiap periode dengan

kemampuan Unand saat ini bisa menerima 200 orang mahasiswa. Sehingga total mahasiswa

yang bisa diterima sekitar 1000 orang per tahun. Total potensi PNBP dari kelas reguler oleh

Unand Rp. 8 Milyar.

Hal yang sama bisa dilakukan untuk kelas RPL, Unand bisa menerima mahasiswa RPL pada

hari Sabtu dan Minggu, dengan jumlah 200 orang. dan itu bisa dilaksanakan selama 50 minggu

pertahun. Dengan demikian jumlah mahasiswa RPL sebanyak 10.000 orang. Total potensi

PNBP Unand dari kelas ini sebesar Rp.80 milyar. Angka ini hampir setengah dari PNBP

Universitas Andalas saat ini.

Page 184: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

175

ISBN: 978-602-60613-0-0

Saat ini menurut informasi yang penulis dengar di PII pusat jakarta ITB mempersiapkan kelas

4000 orang kelas RPL per minggu dengan kekuatan Dosen pengajar 100 orang. Maka

pendapatan mereka jika mereka menerapkan uang kuliah sebesar Rp. 10 jt maksimum, maka

potensi pendapatan PNBP mereka bisa mencapai Rp. 2 triliun per tahun dari kelas RPL ini

(perhitungan dari skenario kelas RPL yang penulis rancang) .

Sementara Universitas Andalas sampai saat ini telah mempersiapkan Dosen Prodi Profesi

Insinyur setengah dari kemampuan ITB. Dengan kekuatan staff pengajar sebanyak 107 orang.

Sedikit melebihi kapasitas Dosen-dosen ITB. Jika kemampuan Universitas Andalas

(mengingat reputasi dan lokasi Universitas) dalam menerima Mahasiswa Prodi Profesi Insinyur

sebanyak setengah ITB, 2000 orang. Maka potensi PNBP Unand dengan uang kuliah Rp. 8 juta-

an per mahasiswa, potensi penerimaan PNBP dari mahasiswa ini sebesar Rp. 800 Milyar.

(terbilang Delapan Ratus Milyar Rupiah). Bandingkan dengan PNBP Unand sekarang

sebesar Rp. 160 s/d 180 Milyar).

Uang sebesar Rp. 800 Milyar, ditambah 8 Milyar bukanlah jumlah yang kecil. Uang tersebut

bisa mambangun Unand lebih jaya lagi masa akan datang.

Penutup

Arah pembangunan ekonomi pada masa kini tidak bisa lepas dari globalisasi. Salah

satunya adalah pembentukan pasar tunggal ASEAN. Masyarakat ekonomi Asean adalah

salah satu langkah untuk itu. Kompetisi ini pergerakan, barang-barang, servis-servis, skill

labor, dan arus investasi dan finansial berlalu lalang dengan bebas. Kompetisi-kompetisi

tersebut harus melalui aturan dan langkah-langkah yang fair, dan menyangkut

kesetimbangan antara arus barang, uang, dan orang.

Tenaga kerja terampil dan tersertifikasi secara professional harus dibangun dan

dipersiapkan sebelum tahun 2025. Langkah tersebut telah dilakukan pada awal tahun

2016, terutama untuk profesi Insinyur, dengan pembentukan Program Prodi Profesi

Insinyur. Universitas Andalas merupakan bagian dari pergerakan tersebut, dan telah

mempersiapkan diri untuk itu.

Pembukaan PS-PPI membuka peluang membangun hubungan antara Universitas dengan

Industri dengan PII sebagai katalis atau penghubung antara keduanya sehingga

pembangungan manusia bisa menjadi sinergis secara bersama-sama, karena salah satu

program yang dijalankan oleh PII adalah pembelajaran berkelanjutan. Sehingga walaupun

setiap orang yang menamatkan pendidikan di perguruan tinggi harus tetap belajar dan

tidak terlepas dari partisipasinya dari perguruan tinggi dan pengalamanan kerja di

lapangan pekerjaan yang dia tekuni, Bagaimanapun pembelajaran berkelanjutan

merupakan merupakan integrasi dari pembelajaran di perguruan tinggi dan pengalaman

kerja.

Sementara itu bagi universitas sendiri hal ini merupakan kesempatan dalam

pengembangan diri. Terutama untuk mendatangkan PNBP. Bagaimanapun anggaran

pendidikan bukan saja berasal dari pemerintah, dan masyarakat, dan juga berasal dari

industry dan lapangan kerja. Dengan dibukanya PS-PPI, Universitas Andalas mampu

menampung sebanyak 200 orang Mahasiswa dengan 5 kali periode penerimaan

Page 185: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

176

ISBN: 978-602-60613-0-0

mahasiswa dalam satu tahun untuk kelas REGULER, dan menerima 200 orang

mahasiswa kelas RPL dalam 50 kali penerimaan dalam satu tahun maka perkiraan akan

mendatangkan PNBP minimal sebesar Rp. 88 Milyar, dengan uang kuliah rata-rata Rp.

8.000.000,-an per mahasiswa. Sementara itu potensi kemampuan Universitas Andalas

tahun ini diperkirakan akan mampu mencapai PNBP sebesar Rp. 800 Milyar rupiah

dengan penyelenggaraan di dalam dan di luar kampus.

Daftar Pustaka

Surat Pemberian Mandat Dirjen Dikti Kepada 40 Universitas tertanggal 11 April 2016

Surat Keputusan Pengurus Pusat Persatuan Insinyur Indonesia tang 31 Maret 2016

UU No. 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran

Permen Ristek Dikti No. 26 Tahun 2016 Tentang Rekognisi Pembelanjaran Lampau (RPL)

Association of Southeast Asian Nations, 2008, Asean Economic Community Blueprint

Association of Southeast Asian Nations, 2015, Asean Economic Community Blueprint 2025.

Monika Aring, 2015, Asean Economic Community 2015, Enhancing Competitiveness And

Employability Through Skill Development, ILO, Regional Office for Asia and The Pasific

ASEAN Mutual Recognition Arrangements, 18 Juni 2016,

http://investasean.asean.org/index.php/page/view/asean-free-trade-area-

agreements/view/757/newsid/868/mutual-recognition-arrangements.html

Lampiran:

Page 186: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

177

ISBN: 978-602-60613-0-0

Kebutuhan Pembiayaan Penyelenggaraan PS-PPI

I. Biaya Penyelenggaraan PS-PPI Kelas REGULER per mahasiswa per tahun

No Bentuk Pembiayaan

Biaya untuk 20

orang mahasiswa,

Rp.

Biaya untuk 30

orang mahasiswa

Rp.

1 Penyelenggara PS-PPI 990,250 328,067

2

Biaya penyelenggaan ps-ppi

kelas reguler

Kuliah di dalam Kelas 226,500 166,000

Praktek Keinsnyuran 716,667 430,000

Studi Kasus 2,750,000 2,750,000

Seminar 1,108,000 640,300

Penguji Panel 1,750,000 1,750,000

Jumlah 7,541,417 6,064,367

3

Kontribusi Universitas dan

Fakultas (40% ,24%) 11,783,464 9,475,573

4

Biaya Insinyur

Profesional+KTA+Iuran tahunan

PII 1,500,000 1,500,000

Total 13,283,464 10,975,573

II. Biaya Penyelenggaraan PS-PPI RPL (Rekognisi Pempelajaran Lampau) per mahasiswa

per kegiatan

No

Bentuk Kegiatan

Biaya untuk 20 orang

mahsiswa

Biaya untuk 30 orang

mahasiswa

Di dalam

kampus

Di luar

kampus (1)

Di dalam

kampus

Di luar

kampus (1)

1

Hari Pertama (Kode etik, UU,

sistem sertifikasi, profesional,

dan standar kopetensii) 87,500 250,000 58,333 166,667

2

Hari Kedua Penilian Bakuan

Kompetensi (klaim) 140,000 400,000 93,333 266,667

3

Biaya Penyelenggaraan per

kegiatan 1,200,000 2,200,000 1,200,000 2,200,000

Jumlah 1,427,500 2,850,000 1,351,667 2,633,333

4

Kontribusi untuk Universitas dan

Fakultas (40%, 24%) 2,230,469 4,453,125 2,111,979 4,114,583

5 Biaya IP (IPU) 2,650,000 2,650,000 2,650,000 2,650,000

Jumlah 4,880,469 7,103,125 4,761,979 6,764,583

Page 187: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

178

ISBN: 978-602-60613-0-0

6 Finalisasi FAIP(2) 500,000 500,000 500,000 500,000

7 Kontribusi PII Wilayah(3) 400,000 400,000 400,000 400,000

8 Biaya Pengemb. Insititusi(4) 1,220,117 1,775,781 1,190,495 1,691,146

Jumlah 2,120,117 2,675,781 2,090,495 2,591,146

Total 8,428,086 12,628,906 8,204,141 11,989,063

Catatan:

1. Tergantung lokasi dan tempat penyelenggaraan kegiatan pendidikan

2. Jika dibutuhkan

3. Tergantung kebijakan dan pembiayaan PII Wilayah Sumbar

4. Tergangung kepada kebijakan Universitas (perhitungan di dasarkan kepada 25% biaya

penyelenggaraan)

Page 188: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

179

ISBN: 978-602-60613-0-0

Implementasi Metode Socrates di Perguruan Tinggi Untuk

Meningkatkan Daya Saing Lulusan

Afrizal Aziz

Universitas Trilogi

Jln. TMP Kalibata No 1 Jakarta

Email: [email protected]

Abstrak

One effort to improve the competitiveness of graduates, it is necessary to use

techniques and learning methods are unusual. Referring to the Presidential

Regulation No. 8 Year 2012 on Indonesian National Qualifications Framework

(KKNI), which regulate: level, equalization, and the application of qualified

human resources in Indonesia. Implementation KKNI can increase the

competence, juxtaposing, equalizes, and integrate the fields of education and job

training and work experience in order to award the work in accordance with the

recognition of the competence structure of employment in various sectors. The

learning process in Accounting Studies Program University of Trilogy have been

using cooperative learning methods, post-PP 8 2018, University of Trilogy is

already applying KKNI in the preparation of curriculum. Implementation of

Cooperative Learning Technique Socrates gain (1) kevaliditas rate of 92%, (2)

the level of enforceability by 90%, (3) the level of benefit by 88% and, (4) the level

of effectiveness of 90%.

Kata kunci: KKNI, Cooperative Learning, Metode Socrates

Pendahuluan

Pasca ditanda tanganinya Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012 tanggal 17 Januari 2012,

maka semua level tingkat Pendidikan di Indonesia memulai peradaban baru dalam proses

belajar mengajar. PP No. 8 Tahun 2012 berisi tentang Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia (KKNI), yang di dalamnya antara lain mengatur tentang: jenjang, penyetaraan,

dan penerapan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia.

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) atau Indonesian Qualification

Framework adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat

menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang

pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja

sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

Kualifikasi pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) merefleksikan capaian

pembelajaran (learning outcomes) yang diperoleh seseorang melalui jalur : (1) pendidikan;

(2) pelatihan; (3) pengalaman kerja, dan (4) pembelajaran mandiri.

Perbedaan yang signifikan dari KKNI ini adalah adanya pernyataan Capaian Pembelajaran

(Learning Outcomes), yang merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan

Page 189: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

180

ISBN: 978-602-60613-0-0

diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu

periode belajar. Capaian pembelajaran adalah kemampuan yang diperoleh melalui

internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman

kerja.

Untuk merealisasikan Capaian Pembelajaran setelah dinyatakan adalah bagaimana cara atau

strategi yang harus diimplementasikan seorang Tenaga Pendidik (Dosen) dalam proses

pembelajaran. Proses pembelajaran idealnya melibatkan semua komponen peserta didik

untuk berinteraksi dan memberikan kontribusi dalam prosesnya.

Universitas Trilogi Jakarta, memiliki 3 (Tiga) pilar dalam proses pembelajaran, yaitu

Teknopreneur, Kolaborasi, Kemandirian. Salah satu dari pilar Universitas Trilogi adalah

Kolaborasi, yang juga tercantum pada KKNI.

Program studi Akuntansi Universitas Trilogi sebelum tahun 2010, dalam proses

pembelajarannya cendrung menggunakan model Cooperative Learning berupa aktivitas

presentasi dan diskusi oleh mahasiswa, hingga terlihat dengan jelas perbedaan diantara para

mahasiswa dalam menyerap materi kuliah. Pasca diberlakukannya KKNI, pada tahun 2013

Program Studi Akuntansi Universitas Trilogi, mulai menerapkan Standar KKNI pada

kurikulumnya, dengan tetap menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning dengan

mengimplementasikan teknik/metode Socrates untuk mencapai tujuan pembelajaran di

program studi Akuntansi Universitas Trilogi.

Implementasi model Cooperative Learning yang menjadi ciri khas Universitas Trilogi tetap

diteruskan, tetapi untuk mengurangi atau menghilangkan permasalahan diatas perlu

dilakukan modifikasi dalam proses pembelajarannya yaitu dengan mengimplementasikan

Model Socrates.

Pembahasan

Metode/Strategi

Metode Socrates ini sebaiknya diimplementasikan pada Semester 4 (Empat) ke atas.

Argumentasi diterapkannya setelah Semester 4 adalah karena metode ini syarat dengan

pemahaman konsep-konsep dasar yang telah dipelajari pada semester sebelumnya.

Proses pembelajaran dengan menerapkan strategi Socrates adalah pembelajaran dibangun

dengan memberikan serangkaian pertanyaan yang tujuannya mengetahui sesuatu isi berkait

yang ditanyakan materi tertentu. Metode ini memudahkan mahasiswa mendapatkan

pemahaman secara berangkai dari bentuk tanya jawab yang dilakukan. Bentuk-bentuk

tahapan prosedural dalam melaksanakan tanya jawab seperti yang dilakukan oleh Socrates

dalam membelajarkan bahan dengan perilaku menirukan apa yang dilaksanakan oleh

Socrates. Menurut Johnson, D. W. dan Johnson R. T. (2002: 194) dalam bukunya yang

berjudul The Meaningful Assessment yang disadur secara bebas diperoleh sebagai berikut;

dimana Dosen harus :

1. Menyiapkan sederet pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada mahasiswa,

dengan memberi tanda atau kode-kode tertentu yang diperlukan

2. Dosen mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiswa dan mahasiswa

diharapkan dapat menemukan jawabannya yang benar

Page 190: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

181

ISBN: 978-602-60613-0-0

3. Ajarkan mengapa pengetahuan itu terpenting dan bagaimana pengetahuan itu dapat di

terapkan untuk pemecahan masalah:

4. Tuntun eksplorasi mahasiswa. Sebagai seorang Dosen untuk pelajaran pemecahan

masalah, perannya adalah :

a. Membiarkan eksplorasi mahasiswa tak terintangi, partisipasi aktif, dan bertanya.

b. Membantu mahasiswa dalam menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan

terdahulu.

c. Membantu mahasiswa membentuk dan menginternalisasi representasi masalah atau

tugas.

d. Membantu mahasiswa mengidentifikasi persamaan antara masalah baru dan

pengalaman yang lalu yang berisikan masalah yang serupa. Jaga pada awalnya

analogi ini sederhana.

e. Berikan umpan balik mengenai benar atau salahnya jalan pikiran dan jalur

pemecahan masalah. Penekanan teknik bertanya ala Socrates adalah penjelasan

konsep-konsep dan gagasan-gagasan melalui penggunaan pertayaan-pertayaan

pancingan. Sebagai suatu teknik pembelajaran, ia harus di pikirkan dan di tatar

dengan baik. Dosen yang menggunakan teknik ini harus belajar bagaimana

mendengar dengan hati-hati apa yang di tanyakan dan di bahas.

5. Jika pertanyaan yang diajukan itu terjawab oleh mahasiswa, maka Dosen dapat

melanjutkan/mengalihkan pertanyaan berikutnya hingga semua soal dapat selesai

terjawab oleh mahasiswa.

6. Jika pada setiap soal pertanyaan yang diajukan ternyata belum memenuhi tujuan, maka

Dosen hendaknya mengulangi kembali pertanyaan tersebut. Dengan cara memberikan

sedikit ilustrasi, persepsi dan sekedar meningkatkan dan memudahkan berpikir

mahamahasiswa, dalam menemukan jawaban yang tepat dan cermat.

Dalam buku Christopher Phillips, Socrates café, mengajak dan menghimbau tenaga

pendidik untuk mengaplikasikan kembali metode Socrates dalam kehidupan sehari-

hari. Alasan Phillips mengemukakan ini adalah :

Metode Socrates bisa disebut sebagai metode elenchus, artinya penyelidikan atau uji

silang.

Dialog Socrates meminta kita untuk secara rela memeriksa seluruh kebenaran yang

selama ini kita yakini, juga segala hal-hal yang selama ini dianggap remeh.

Dialog Socrates menegaskan bahwa kearifan tidak bisa dilakukan

sendirian. Dibutuhkan kawan dialog yang secara kritis terus memberikan pandangan

lain dari dalam dirinya. Yang berbentuk hipotesis, keyakinan, dugaan atau teori-teori.

Dibutuhkan kejujuran dari semua peserta dialog, karena kejujuran akan mengatakan

“saya tahu bahwa saya tidak tahu” atau “saya sadar bahwa keyakinanku bisa salah

kaprah”. Kejujuran membuat kita berdialog dengan rendah hati.

Cara Berfilsafat Socrates adalah :

Berfilsafat bukan masalah teoritis, Cara Socrates membolehkan kita untuk tidak

berteori, Karena teori tidak akan membuat kita terhubung dengan realitas. Justru

dengan berdasar pada pengalaman kita dapat arti hidup yang selama ini kita telah

anggap selesai.

Komitmen untuk saling menghargai, tanpa meremehkan pendapat orang lain.

Dengan begitu kita jadi menemukan betapa pemahaman kita tidak bisa otomatis jadi

berlaku bagi semua orang.

Page 191: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

182

ISBN: 978-602-60613-0-0

Berbicara dan mendengarkan pembicaraan orang lain menerbitkan rasa syukur

terhadap apa yang kita alami dan rasakan.

Hakikat kepercayaan adalah keraguan, hakikat realitas adalah mempertanyakan.

Dengan meragukan kepercayaan kita , kepercayaan itu akan menemukan

kekentalannya. Begitu juga realitas.

Pembahasan

Penerapan Cooperative Learning dengan metode Socrates, sejalan dengan Visi dan Misi

Universitas Trilogi, Program Studi Akuntansi dan Peraturan Perundangan yang memiliki

komitmen pada penguasaan teknologi (teknopreneur), kemampuan bekerjasama dan

mengelola teamwork yang solid serta jejaring yang luas (kolaborasi) dan memiliki kreatifitas

serta adaptif, sehingga mampu membangun kemandirian. Penjelasan bagaimana mahasiswa

dipersiapkan untuk bekerja sama dan bagaimana model pembelajaran cooperative learning

dengan teknik Socrates adalah seperti sebagai berikut ;

Mata kuliah Audit Sektor Publik di Program Studi akuntansi terdapat pada Semester Gasal,

khususnya semester 7. Secara umum mahasiswa yang akan mengikuti matakuliah ini telah

mengambil Matakuliah Auditing 1 dan Auditing 2 serta Praktikum Auditing. Artinya secara

konseptual mahasiswa sudah memahami Auditing, Ruang Lingkup, Tujuan dan lainnya.

Diawal perkuliahan Audit Sektor Publik mahasiswa harus mengikuti suatu ujian pres test

tentang sektor publik lebih kurang 15 menitan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

persepsi mahasiswa tentang Sektor publik. Setelah pre test dilakukan maka dosen akan

menjelaskan kepada mahasiswa kontrak perkuliahan, yang meliputi atas aturan perkuliahan,

materi serta tujuan dari pembelajaran matakuliah ini.

Pada waktu proses belajar, mahasiswa akan diberikan tugas secara berkelompok dengan

materi mengacu kepada RPKPS. Tiap kelompok harus menemukan, mengolah,

menganalisis dan mempresentasikannya di depan kelas berdasarkan urutan materi kuliah.

Kelompok yang ditugaskan untuk mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas tidak

harus menggandakan materinya, hal ini dikarenakan kelompok yang tidak tampil, masing-

masing anggota kelompok harus membuatkan Summary Eksekutif berdasarkan pencarian

mereka sendiri dengan menggunakan Literatur yang tidak terikat. Summary Eksekutif dari

anggota kelompok yang tidak tampil harus ditulis tangan pada selembar kertas ukuran A4

(Kwarto) dan akan dikumpulkan pada akhir perkuliahan.

Anggota kelompok lainnya yang telah menyiapkan Summary Eksekutif untuk pembahasan

Kelompok Penyaji, setelah kelompok penyaji melakukan presentasi maka moderator

kelompok akan memberikan kesempatan bertanya kepada seluruh audiens.

Berdasarkan pengalaman, ternyata sesi ini adalah yang sangat di tunggu oleh Audiens, hal

ini karena seluruh Audiens telah memiliki bekal pertanyaan masing-masing. Laazimnya

waktu yang diberikan sering membatasi diskusi ini, sehingga tidak semua audiens

mendapatkan kesempatan bertanya, tapi kadangkala audiens yang tidak dapat kesempatan

bertanya sering memberikan masukan ataupun kritikan kepada penyaji maupun audien

lainnya.

Page 192: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

183

ISBN: 978-602-60613-0-0

Berdasarkan implementasi model cooperative learning dengan teknik atau model Socrates

diperoleh hasil dari bahwa validitas , keterlaksanaan, kebermanfaatan dan keefektifan

perencanaan pembelajaran yang kemudian diberikan angket dari responden serta hasil nilai

belajar mahasiswa selama uji skala perorangan, skala kecil dan skala lapangan dengan uraian

sebagai berikut, (1) tingkat kevaliditas sebesar 92%, (2) tingkat keterlaksanaan sebesar 90%,

(3) tingkat kemanfaatan sebesar 88% dan, (4) tingkat keefektifan sebesar 90%.

Mencermati angka-angka diatas ternyata untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang

bermakna, nyaman, dan menyenangkan bagi mahasiswa dengan tetap memperhatikan

pengorganisasian pelaksanaan pembelajaran, penataan lingkungan fisik pembelajaran, dan

penataan lingkungan sosial pembelajaran.

Kesimpulan

Dengan diterbitnya Peraturan Presiden No. 08 tahun 2012 dan Undang-Undang Perguruan

Tinggi No. 12 Tahun 2012 dan peraturan perudangan lainnya telah berdampak pada

kurikulum dan pengelolaannya di program studi akuntansi. Dengan pemilihan Strategi yang

tepat serta menginternalisasikan 3 (Tiga) pilar Universitas Trilogi pada setiap aktivitas

pembelajaran, yaitu teknopreneur, kolaborasi, kemandirian.

Daftar Pustaka

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

(KKNI).

UU Dikti 12/2012.

Johnson, David W. & Johnson, Roger T. 2002. Meaningful Assessment. A Manageable and

Cooperative Process. Boston: Allyn & Bacon.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, Panduan Penyusunan Capaian

Pembelajaran Lulusan Program Studi.

Phillips, Christoper,. 2002. Socrates Café. Gramedia : Jakarta.

http://coffeebreak45.blogspot.co.id/2012/03/strategi-pembelajaran-socrates.html,

download tanggal 17 Oktober 2016, jam 10.15 Wib

Page 193: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

184

ISBN: 978-602-60613-0-0

Optimalisasi Pembinaan Karakter Mahasiswa Yang Berdaya Saing di

Universitas Syiah Kuala

Nur Wahyuniati1,2, Marwan3,4, Sofia5,6

1Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu Universitas Syiah Kuala 2Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Darussalam-Banda Aceh

Email: [email protected] 3Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu Universitas Syiah Kuala

4Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Darussalam-Banda Aceh

Email: [email protected] 5Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu Universitas Syiah Kuala

6Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Darussalam-Banda Aceh

Email: [email protected]

Abstrak

Strategi Universitas Syiah Kuala untuk menghasilkan lulusan yang berkarakter dan berdaya

saing global telah diterapkan melalui jalur kurikuler dan ekstrakurikuler. Sejumlah

program inovatif pembinaan karakter mahasiswa seperti program UP3AI, UP3BI,

PAKARMARU, CDC, serta kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler perlu dipertahankan dan

diperkuat sembari mengupayakan optimalisasi pembinaan karakter mahasiswa melalui

sejumlah rencana jangka pendek berupa policy study, FGD stakeholders, formulasi

instrumen penilaian karakter mahasiswa, formulasi Sistem Kredit Karakter (SKK) dan

formulasi kebijakan Rektor untuk implementasi pembinaan karakter mahasiswa.

Kata kunci: strategi pembinaan karakter mahasiswa, unsyiah

Pendahuluan

Sistem pendidikan tinggi di Indonesia telah dirancang sedemikian rupa untuk dapat

menjamin tercapainya tujuan pendidikan tinggi yang berperan strategis dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa, memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menerapkan nilai

humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan

sebagaimana yang tercantum pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Republik Indonesia (Permenristekdikti) Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar

Nasional Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti, 2015).

Aspek sikap atau karakter mahasiswa merupakan komponen penting yang harus dipenuhi

sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi khususnya yang tertera pada bagian

kedua mengenai standar kompetensi lulusan yang dengan jelas mengamanatkan bahwa

standar kompetensi lulusan merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam

rumusan capaian pembelajaran lulusan. Sikap sebagaimana dimaksud merupakan perilaku

Page 194: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

185

ISBN: 978-602-60613-0-0

benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan aktualisasi nilai dan norma yang

tercermin dalam kehidupan spiritual dan sosial melalui proses pembelajaran, pengalaman

kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait

pembelajaran (Permenristekdikti, 2015).

Sejalan dengan tujuan pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia, adanya Peraturan

Presiden Nomor 8 tahun 2012 mengenai penerapan kurikulum berbasis Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) semakin menekankan pentingnya pemenuhan aspek

sikap mahasiswa dimana pada unsur capaian pembelajaran harus mencakup sikap dan tata

nilai, kemampuan, pengetahuan, dan tanggung jawab/hak. Seluruh unsur ini menjadi

kesatuan yang saling terkait dan juga membentuk relasi sebab akibat (Unsyiah, 2016).

Dalam rangka mengimplementasikan tuntutan pengembangan pendidikan tinggi di

Indonesia, Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) memiliki tekad besar untuk mewujudkan

lulusan yang berkarakter yang tertuang dalam pernyataan visi Universitas yaitu untuk

menjadi Universitas yang inovatif, mandiri dan terkemuka dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, humaniora, olahraga dan seni sehingga menghasilkan lulusan

berkualitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika. Untuk mewujudkannya,

Universitas Syiah Kuala telah melakukan sejumlah strategi pembentukan karakter yang

diupayakan melalui dua jalur utama, yaitu: (1) jalur kurikuler (melalui penyempurnaan

standar akademik, kurikulum, serta strategi pembelajaran), (2) jalur ekstrakurikuler (melalui

kegiatan organisasi mahasiswa dan unit kegiatan mahasiswa). Pembentukan karakter

mahasiswa melalui pengembangan softskills telah dimulai sejak awal penerimaan

mahasiswa baru baik di tingkat Universitas maupun di tingkat Fakultas, yang selanjutnya

diintegrasikan ke dalam proses pendidikan mahasiswa hingga selesai masa studi. Meskipun

sejumlah strategi pembentukan karakter mahasiswa telah diterapkan namun hal ini dirasa

masih belum optimal untuk membentuk mahasiswa UNSYIAH yang berkarakter. Menyikapi

hal tersebut, UNSYIAH telah memetakan rencana strategis dalam rangka optimalisasi

pembentukan karakter mahasiswa untuk mewujudkan visi UNSYIAH pada tahun 2026.

Isi

Universitas Syiah Kuala memiliki target capaian agar lulusannnya memiliki kompetensi

yang mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memecahkan

masalah-masalah kekinian yang muncul dalam masyarakat dengan mengedepankan nilai-

nilai kemanusiaan, keimanan dan ketaqwaan. Untuk merespon semakin besarnya kompetisi

antar perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas, Universitas Syiah

Kuala mengembangkan secara lebih luas dan intensif kegiatan yang berorientasi pada

pembentukan karakter mahasiswa melalui peningkatan kecerdasan intelektual, kecerdasan

emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan. Melalui peningkatan aspek-aspek ini

diharapkan lulusan Universitas Syiah Kuala akan memiliki nilai yang kritis, kreatif, mandiri,

matang secara emosional, religius, serta bertanggungjawab sehingga tercermin

keseimbangan aspek hard skill dan aspek soft skill bagi lulusan termasuk ciri khas moral

yang dapat menjadi teladan (Unsyiah, 2014).

Universitas Syiah Kuala telah menetapkan nilai atau sikap yang harus dimiliki oleh

mahasiswa Universitas Syiah Kuala yang telah disahkan dalam bentuk Pedoman Etika

Mahasiswa. Selain itu, Rektor Universitas Syiah Kuala telah mengeluarkan SK Rektor No.

323 tahun 2003 tentang Peraturan Tata Tertib dan Etika Kehidupan Warga Universitas Syiah

Page 195: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

186

ISBN: 978-602-60613-0-0

Kuala. Universitas Syiah Kuala memiliki Buku Kode Etik Mahasiswa. Buku ini hadir

sebagai media informasi kemahasiswaan bagi para mahasiswa, pembina, pendamping, serta

pembimbing kemahasiswaan. Buku ini mencakupi informasi lembaga kemahasiswaan, Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM), serta etika kemahasiswaan Universitas Syiah Kuala. Informasi

yang ada pada buku ini sebagai pedoman normatif dalam menyiapkan dan mengoptimalkan

lulusan yang mengarah pada terciptanya lulusan yang mempunyai kualitas akademik, sikap

profesional, dan kepribadian yang utuh. Kode etik ini disusun untuk acuan bagi mahasiswa,

baik secara individual maupun kelompok dalam bersikap dan berperilaku di dalam dan di

luar kampus. Kode etik tersebut memuat garis-garis besar nilai moral dan etika yang

mencerminkan masyarakat kampus yang religius, ilmiah dan edukatif. Agar informasi

tersebut dapat menjadi acuan mahasiswa maka disosialisasikan melalui tiga cara yaitu: (1)

pembagian Buku kepada seluruh mahasiswa Universitas Syiah Kuala, (2) penjelasan sejak

dini kepada mahasiswa baru melalui rangkaian kegiatan Pembinaan Akademik dan Karakter

Mahasiswa Baru (Pakarmaru) di setiap fakultas, (3) penyebarluasan materi melalui internet.

Dalam rentang tiga tahun terakhir, kode etik mahasiswa telah tersosialisasikan kepada

seluruh mahasiswa Universitas Syiah Kuala. Mengingat akan pentingnya pedoman normatif

tersebut, Universitas Syiah Kuala melalui bidang kemahasiswaan akan lebih

mengintensifkan pola sosialisasi dan melengkapi butir-butir yang telah ada sesuai dengan

dinamika kehidupan kampus (Unsyiah, 2014).

Pengembangan nilai, motivasi, dan sikap mahasiswa dan lulusan Universitas Syiah Kuala

dilakukan melalui sistem pembinaan karakter berkelanjutan yang dimulai sejak awal

diterima sebagai mahasiswa/i baik melalui arahan akademik maupun pembinaan di luar

akademik. Untuk mewujudkan hal ini Universitas Syiah Kuala telah memberikan

kesempatan dan dukungan yang sangat luas kepada mahasiswa melalui penerapan program-

program kegiatan kemahasiswaan yang berorientasi pada pengembangan soft skill,

kewirausahaan, kepemimpinan, keagamaan, penalaran serta kesenian/kebudayaan. Untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan kemahasiswaan di tingkat fakultas maupun di

universitas telah dialokasikan dana kegiatan kemahasiswaan oleh fakultas maupun

universitas. Dana kegiatan kemahasiswaan terutama bersumber dari Dana Universitas Syiah

Kuala dan Pemerintah Aceh. Dana yang diberikan berupa dana rutin untuk operasional

lembaga kemahasiswaan/UKM dan dana bantuan kegiatan mahasiswa, termasuk alokasi

dana untuk pemeliharaan prasarana dan sarana pendukung (Unsyiah, 2014).

Berikut ini adalah berbagai upaya pembinaan karakter mahasiswa yang telah dilakukan oleh

Universitas Syiah Kuala:

1. Unit Pengembangan Program Pendamping Mata Kuliah Agama Islam (UP3AI)

Salah satu hal yang diwajibkan bagi mahasiswa baru dilingkungan Universitas Syiah

Kuala adalah mengikuti program pendamping mata kuliah agama islam yang

diselenggarakan oleh Unit Pengembangan Program Pendamping Mata Kuliah Agama

Islam (UP3AI) berdasarkan SK Rektor Nomor 422 tahun 2002 yang tujuannya

menumbuhkan nilai-nilai kehidupan berbasis keislaman. Adanya program ini didasari

atas tujuan Uniersitas Syiah Kuala yang akan menghasilkan lulusan berkualitas yang

menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika. Di samping itu juga karena Universitas

Syiah Kuala berada di daerah Provinsi Aceh yang menerapkan Syariat Islam maka

penumbuhan sikap dan motivasi secara keislaman menjadi dasar dalam proses

kehidupan akademik di kampus. Program yang dilaksanakan di UP3BI teritegrasi

dengan mata Kuliah Agama Islam yang terdiri dari:

Program Iqra’: untuk meningkatkan kemampuan baca Al-Qur’an mahasiswa,

dilakukan selama 6 bulan pada semester-1. Sifatnya wajib bagi seluruh mahasiswa

Page 196: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

187

ISBN: 978-602-60613-0-0

baru yang beragama Islam. Bagi mahasiswa non muslim, program diserahkan kepada

pemuka agama mahasiswa yang bersangkutan dan nilai diterima oleh UP3AI

Unsyiah dari pemuka agama tersebut.

Program Mentoring: untuk meningkatkan kualitas akhlak mahasiswa, membekali

mahasiswa dengan ilmu agama yang cukup dan menambah wawasan keislaman

mahasiswa.

Program Praktek Ibadah: untuk membekali mahasiswa dengan tata cara yang benar

dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan hukum dan syariat Islam dan pembinaan

karakter.

Keterangan:

Iqra’ awal = hasil dari penjajakan baca Al-Qur’an di awal program

Iqra’ akhir = hasil akhir kemampuan baca Al-Qur’an peserta setelah program iqra

selesai

Gambar 1 Perkembangan kemampuan baca Al-Quran mahasiswa Unsyiah

2. Unit Pelatihan, Pengembangan dan Pendampingan Mata Kuliah Bahasa Inggris

(UP3BI)

Langkah konkrit Universitas Syiah Kuala untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa

dan lulusan dalam penguasaan Bahasa Inggris terwujud melalui SK Rektor No.1248

tahun 2016 mengenai pengesahan program Unit Pelatihan, Pengembangan dan

Pendampingan Mata Kuliah Bahasa Inggris (UP3BI). Melalui program ini diharapkan

akan tercapai output berupa: (1) meningkatnya kemampuan bahasa Inggris dan Nilai

TOEFL mahasiswa, (2) meningkatnya kesadaran mahasiswa untuk mempelajari

TOEFL, (3) meningkatnya pemahaman mahasiswa dalam mempelajari TOEFL.

Program ini diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa Universitas

Syiah Kuala dengan sumber pembiayaan dari program Bidikmisi. Program ini telah

dilaksanakan sebanyak 2 semester dengan metode kakak asuh, dimana mahasiswa yang

mengambil Mata Kuliah bahasa Inggris akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil

yang kemudian akan dibina oleh kakak asuh yang merupakan kakak kelas baik dari

program studi yang sama maupun dari program studi lain dengan kemampuan bahasa

Inggris yang baik (TOEFL >500) dan telah melalui seleksi.

3. Program Pendidikan Karakter Mahasiswa Baru (PAKARMARU)

Program ini telah dimulai sejak tahun 2013 melalui SK Rektor No.894 tahun 2013

dengan output untuk membentuk karakter mahasiswa, memperkenalkan sistem

akademik, mengantisipasi bahaya narkoba, meningkatkan pemahaman terhadap

ketahanan nasional dan pengetahuan anti korupsi. Di tingkat Fakultas kegiatan

PAKARMARU juga dilaksanakan secara lebih intensif dengan fokus pembentukan

karakter positif bagi mahasiswa baru.

4. Kegiatan ekstrakurikuler

0

1000

2000

3000

4000

5000

Iqra' Awal

Iqra' Akhir

Page 197: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

188

ISBN: 978-602-60613-0-0

Kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa Universitas Syiah Kuala dilakukan dengan tujuan

meningkatkan peran mahasiswa dalam aktifitas olah raga, seni, IPTEK, sosial dan

kemanusiaan, selain untuk memenuhi pelayanan dalam membina dan mengembangkan

penalaran, minat, bakat, seni, dan kesejahteraan mahasiswa. Untuk membina jiwa

kewirausahaan, bakat dan minat tersebut Universitas Syiah Kuala memfasilitasi

mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dapat diklasifikasi ke dalam

5 bidang yaitu: (1) seni, (2) olahraga dan beladiri, (3) minat dan teknologi, (4)

keagamaan, dan UKM Penunjang, sehingga mahasiswa memiliki banyak pilihan untuk

menyalurkan bakat dan minatnya. Universitas Syiah Kuala telah menyediakan fasilitas

dalam rangka mendorong pengembangan diri bagi mahasiswa baik program studi

dimungkinkan berdasarkan bidang ilmu yang digeluti melalui fasilitas pengembangan

minat dan bakat. Hasil dari penelusuran bakat ini dijadikan rekomendasi bagi

mahasiswa untuk memilih bidang ilmu disertai pengembangan bakat dan minat melalui

program kemahasiswaan, seperti; organisasi kemahasiswaan di tingkat Universitas yaitu

Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM),

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (22 UKM),

sementara itu, pada tingkat Fakultas terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),

Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa

Fakultas (UKM-Fakultas). Berdasarkan angket yang diberikan, lembaga

kemahasiswaan telah menjalankan organisasi dengan baik.

5. Career Development Centre (CDC)

Pembinaan karakter mahasiswa agar siap dalam menghadapi tantangan dunia kerja juga

dilakukan oleh unit kerja Career Development Centre (CDC). Misi CDC didefinisikan

dalam SK Rektor Universitas Syiah Kuala Nomor 588/2013 tanggal 29 April 2013

tentang penunjukan personalia CDC, sebagai berikut: (1) Menjadi mediator dan

fasilitator antara mahasiswa/alumni Universitas Syiah Kuala dan dunia kerja

(penyebaran informasi kerja, penyelenggaraan bursa kerja secara berkala, layanan

penempatan kerja), (2) Mengembangkan kemampuan diri, pengetahuan dan

keterampilan mahasiswa/alumni Universitas Syiah Kuala sebelum memasuki dunia

kerja (perencanaan kerja/karir, pelatihan melamar kerja, pelatihan peningkatan soft

skill/keterampilan kerja), (3) Menyelenggarakan berbagai kegiatan pembangunan

kapasitas (capacity building) sumber daya manusia baik untuk kalangan internal

maupun eksternal, (4) Menyelenggarakan tracer study secara terintegrasi di tingkat

universitas (Unsyiah, 2015).

6. Suasana Akademik (Aktifitas Kurikuler)

Universitas Syiah Kuala menyadari bahwa tingkat kesesuaian kurikulum dengan

kemampuan yang dibutuhkan pasar merupakan faktor utama dalam meningkatkan daya

serap lulusan didunia kerja. Tuntutan dunia kerja terhadap baiknya karakter lulusan

menjadi fokus penting sehingga muatan aspek sikap harus dapat juga dirumuskan dalam

pembelajaran melalui materi dan aktivitas pembelajaran. Untuk itu, Universitas Syiah

Kuala telah mengintegrasikan aspek pembinaan karakter melalui internalisasi nilai sikap

dan etika ke dalam kurikulum. Universitas Syiah Kuala telah memiliki kebijakan,

peraturan dan pedoman atau panduan yang jelas untuk pengembangan kurikulum sesuai

jenjang pendidikan yang ada (diploma, sarjana, pascasarjana maupun program-program

profesi dan spesialis). Dokumen tersebut mencakup: 1) kebijakan pengembangan

kurikulum, 2) peraturan implementasi kurikulum, serta 3) panduan perencanaan,

pengembangan dan pemutakhiran kurikulum. Universitas Syiah Kuala telah

menetapkan kebijakan dan peraturan serta pedoman atau buku panduan yang

memfasilitasi program studi untuk melakukan perencanaan, pengembangan, dan

pemutakhiran kurikulum secara berkala dan berkesinambungan, yang tertuang di dalam

Page 198: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

189

ISBN: 978-602-60613-0-0

Kebijakan Akademik Universitas Syiah Kuala, Manual Mutu Akademik Universitas

Syiah Kuala, dan Standar Akademik Universitas Syiah Kuala. Kurikulum tersebut

berisikan muatan nasional atau lokal yang tersusun dari kompetensi utama, kompetensi

pendukung, maupun kompetensi lainnya dan mengacu kepada Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-DIKTI).

Berdasarkan kebijakan akademik dijelaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan

dilaksanakan mengacu kepada kurikulum berbasis KKNI yang dirumuskan bersama

stakeholder yang antara lain mencakup penguasaan dan pemahaman pengetahuan,

keterampilan intelektual, praktikal, managerial, kepemimpinan, etika, dan tata krama.

Melalui desain kurikulum yang telah memberi ruang besar bagi pembinaan karakter

mahasiswa ini terlihat bahwa suasana akademik di Universitas Syiah Kuala berjalan

dengan baik, dimana aktifitas pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran telah

menempatkan penilaian sikap mahasiswa sebagai salah satu komponen yang harus

dipenuhi, selain itu interaksi dosen dan mahasiswa juga telah ikut berperan dalam

pembinaan karakter mahasiswa Unsyiah (Unsyiah, 2015).

7. Monitoring dan Evaluasi

Universitas Syiah Kuala memiliki kebijakan tentang suasana akademik yang

menyatakan “Proses belajar-mengajar dilaksanakan dan dikembangkan dengan metode,

media, sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat mendorong sikap mandiri,

inovasi, kreasi dan dalam suasana yang kondusif serta terdorong terwujudnya interaksi

akademik yang bertanggungjawab dan didasarkan pada nilai moral dan etika”. Kegiatan

monitoring dan evaluasi sikap dan karakter mahasiswa dilakukan masih terintegrasi

dengan monitoring dan evaluasi kurikulum dan suasana akademik secara umum.

Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan oleh Lembaga Pengembangan

Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Syiah Kuala yang dilakukan

melalui dua kegiatan, yaitu: 1) review terhadap hasil penyusunan atau revisi kurikulum,

dan 2) monitoring dalam kegiatan Audit Internal Mutu Akademik (AIMA). Kegiatan

monitoring dan evaluasi ini dilakukan secara berkala dan diharapkan keberlangsungan

suasana akademik yang kondusif tetap terjamin dan berkesinambungan di seluruh

program studi di lingkungan Universitas Syiah Kuala.

Strategi Optimalisasi

Universitas Syiah Kuala telah menetapkan beberapa sasaran strategis dan upaya

pencapaiannya dijabarkan secara bertahap dalam 4 (empat) periode waktu, sebagaimana

dirumuskan dalam rencana pembangunan jangka panjang berkelanjutan Universitas Syiah

Kuala yang dituangkan dalam Master Plan Universitas Syiah Kuala 2007-2026. Masing-

masing periode waktu memiliki tujuan, rencana strategis dengan milestones dan sasaran

strategis yang terukur. Saat ini Universitas Syiah Kuala berada pada periode III - Daya Saing

Regional (2017-2021) dengan target yang tertuang dalam deklarasi visi pendidikan nasional

tahun 2025 adalah kompetitif pada tingkat global. Untuk itu, pada periode III pembangunan

Universitas Syiah Kuala (2017-2021) difokuskan pada kualitas pendidikan yang memiliki

daya saing regional. Universitas Syiah Kuala pada tahap ini harus sudah mulai diakui

eksistensi di Asia Tenggara dari aspek kualitas pendidikan dan produk penelitian yang

inovatif dan relevan. Standar mutu yang berkesinambungan pada periode ini diharapkan

relevan dengan pasar regional berdasarkan pada benchmarking yang obyektif dan realistis.

Program kerja yang berdasarkan pemahaman terhadap perkembangan kebutuhan pasar

regional menjadi faktor yang sangat penting dalam mencapai daya saing yang diinginkan

(Unsyiah, 2015).

Page 199: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

190

ISBN: 978-602-60613-0-0

Sesuai dengan periode pengembangan di atas, maka untuk menghasilkan lulusan yang

memiliki daya saing regional Unsyiah terus meningkatkan upaya untuk menghasilkan

lulusan yang berkarakter. Hasil dari telaah atas Strength (S), Weakness (W), Opportunity (O)

dan Threat (T) terkait pembentukan karakter mahasiswa dijabarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 1 Analisis SWOT pembinaan karakter mahasiswa (Unsyiah, 2014).

Indikator Deskripsi

Strength (S) 1. Kurikulum Universitas Syiah Kuala telah mengakomodasi dengan

bobot cukup besar soft skill mahasiswa yang terintegrasi dalam mata

kuliah penyusunnya dan kesempatan mahasiswa untuk berkembang

secara mandiri sesuai peminatan melalui penyediaan mata kuliah

pilihan.

2. Fasilitas pendukung kegiatan ekstra dan intrakurikuler sudah cukup

memadai.

3. Organisasi kemahasiswaaan di tingkat universitas dan fakultas telah

berjalan dengan baik

4. Lulusan Universitas Syiah Kuala telah dibekali dengan norma moral

dan etika sesuai dengan visi universitas

5. Tingkat kepuasan pengguna (pasar kerja) lulusan Universitas Syiah

Kuala cukup baik yang telah dievaluasi melalui survey kepuasan

mahasiswa dan lulusan (tracer study).

Weakness

(W)

1. Sarana pendukung pengembangan soft skills mahasiswa masih

kurang.

2. Pembinaan minat dan bakat mahasiswa masih belum intensif

dilakukan.

3. Penghargaan terhadap mahasiswa berprestasi masih kurang.

4. Standar mutu kemahasiswaan masih perlu dipertajam.

5. Belum tersedianya format evaluasi yang spefisik mengenai karakter

mahasiswa.

Opportunity

(O)

1. Dunia kerja membutuhkan lulusan yang berkarakter dan inovatif.

2. Kebijakan Pemerintah menuntut lulusan yang memiliki kompetensi

sikap.

3. Banyaknya kesempatan untuk memperlihatkan prestasi diajang

nasional maupun internasional.

4. Adanya peluang untuk mendapatkan penghargaan produk inovatif dari

kreativitas mahasiswa

Threat (T) 1. Bertambahnya jumlah perguruan tinggi negeri di Provinsi Aceh

2. Semakin meningkatnya tuntutan dunia kerja terhadap IPK dan mutu

lulusan secara spesifik.

3. Pasar kerja terus menuntut soft skill lulusan yang tinggi.

4. Tuntutan kebutuhan stakeholder terhadap lulusan Universitas Syiah

Kuala belum berjalan seimbang dengan perubahan kurikulum

Program Studi.

5. Tuntutan lapangan dan pasar kerja yang semakin ketat terhadap aspek

soft skill lulusan.

Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut di atas, Universitas Syiah Kuala memiliki

sejumlah rencana jangka pendek dalam rangka optimalisasi pembinaan karakter mahasiswa

yang meliputi:

Page 200: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

191

ISBN: 978-602-60613-0-0

1. Melaksanakan policy study terkait karakter mahasiswa (sebagai strategi atas analisis

SWOT pada bagian threat poin 1-5).

2. Melaksanakan Focus Group Discussion tentang pembinaan karakter mahasiswa bagi

stakeholders di Universitas Syiah Kuala (sebagai strategi atas analisis SWOT pada bagian

weakness poin 1-4).

3. Memformulasikan instrumen penilaian karakter mahasiswa (sebagai strategi atas analisis

SWOT pada bagian weakness poin 5).

4. Memformulasikan Sistem Kredit Karakter (SKK) bagi mahasiswa (sebagai strategi atas

analisis SWOT pada bagian weakness poin 5).

5. Memformulasikan kebijakan Rektor untuk implementasi pembinaan karakter mahasiswa

(sebagai strategi atas analisis SWOT pada seluruh bagian weakness dan threat).

Penutup

Sebagai Universitas yang telah berdiri selama 55 tahun, Universitas Syiah Kuala terus

membenahi diri untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu menjawab

tuntutan dunia kerja. Aspek pembinaan karakter mahasiswa merupakan salah satu aspek

penting pada periode III pembangunan Universitas Syiah Kuala (2017-2021) yang

difokuskan pada kualitas pendidikan yang memiliki daya saing regional. Sejumlah strategi

pembinaan karakter mahasiswa yang selama ini telah dilaksanakan akan terus diperkuat

sembari mengupayakan optimalisasi melalui sejumlah rencana jangka pendek pembinaan

karakter mahasiswa. Melalui strategi pembinaan karakter mahasiswa yang terarah dan

terukur, maka Universitas Syiah Kuala optimis mampu menjawab tantangan persaingan di

era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Daftar Pustaka

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia

(Permenristekdikti) No.44. (2015). Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Jakarta

Universitas Syiah Kuala. (2014). Standar Akademik. Percetakan Universitas Syiah Kuala,

Banda Aceh.

Universitas Syiah Kuala. (2014). Borang Evaluasi Diri. Percetakan Universitas Syiah Kuala,

Banda Aceh

Universitas Syiah Kuala. (2015). Borang Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi. Percetakan

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Universitas Syiah Kuala. (2015). Rencana Strategis 2012-2017 dan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang, edisi Revisi Mei 2015. Percetakan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Universitas Syiah Kuala. (2016). Buku Panduan Penyusunan Kurikulum. Percetakan

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Page 201: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

192

ISBN: 978-602-60613-0-0

Peranan Laboratorium Bioteknologi Halal Mewujudkan Bioindustri

untuk Meningkatkan Pendapatan Rakyat

Endang Purwati1 dan Hendri Purwanto1

1Laboratorium Teknologi Hasil Ternak/ Bioteknologi Fakultas Peternakan

Universitas Andalas, Padang Sumatera Barat

Email : [email protected]

Abstrak

Laboratorium Bioteknologi yang berazaskan halal di perguruan tinggi dapat

mewujudkan bioindustri rakyat melalui hasil penelitian antara dosen dan

mahasiswamya baik strata 1, 2 dan program doktor. Dimana hasil penelitian

tersebut merupakan produk yang tepat guna dan alih teknologi untuk

kepentingan masyarakat yaitu bakteri asam laktat yang diisolasi dari dadih

halal secara molekuler di Laboratorium Bioteknologi/ Teknologi Hasil Ternak

Unand dan dapat mewujudkan bioindustri biokompos (BIOFUSS) dan pakan

organik halal (SELASSE) di Kabupaten Solok Salatan yang merupakan daerah

tertinggal di Sumatera Barat yang perlu penanganan akademisi yang

bekerjasama dengan pemerintah untuk mewujudkan industry rakyat berbasis

bioteknologi..

Kata kunci: dadih, BAL, bioteknologi, halal, bioindustri

Pendahuluan

Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan

tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk

kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan

peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan

pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat Suatu laboratorium dalam

bidang exakta sangat diperlukan keberadaanya.

Laboratorium Tipe I adalah laboratorium ilmu dasar yang terdapat di sekolah pada jenjang

pendidikan menengah, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan

dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang

dikelola adalah bahan kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan

siswa.Laboratorium Tipe II adalah laboratorium ilmu dasar yang terdapat di perguruan

tinggi tingkat persiapan (semester I, II), atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan

pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan

bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan

mahasiswa.Laboratorium Tipe III adalah laboratorium bidang keilmuan terdapat di jurusan

atau program studi, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau

pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan III, dan bahan yang dikelola

adalah bahan kategori umum dan khusus untuk melayani kegiatan pendidikan, dan penelitian

mahasiswa dan dosen.Laboratorium Tipe IV adalah laboratorium terpadu yang terdapat di

Page 202: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

193

ISBN: 978-602-60613-0-0

pusat studi fakultas atau universitas, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan

pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan III,

dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan khusus untuk melayani kegiatan

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa dan dosen. (PERMENPAN No.

3 Tahun 2010).

Laboratorium (disingkat lab) adalah juga merupakan tempat riset ilmiah, eksperimen,

pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk

memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium

ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium fisika,

laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium komputer, laboratorium bahasa,

dan dizaman globalisasi sekarang ini memang diperlukan adanya laboratorium bioteknologi.

Laboratorium bioteknologi sebenarnya bukanlah hal baru dalam kehidupan manusia.

Bioteknologi sudah dikenal manusia, walaupun masih berupa bioteknologi sederhana,

misalnya pembuatan kompos, pembuatan tape, tempe, keju dan produk makanan lainnya.

Bioteknologi dapat dipandang dalam 2 paradigma yang berbeda, yaitu pegertian dalam arti

luas dan pengertian dalam arti sempit.

Dalam arti sempit bioteknologi adalah segala upaya yang ditempuh untuk mengubah dan

mendapatkan nilai tambah dari suatu organisme atau bagian dari organisme melalui

pemanfaatan agensia biologis. Dengan demikia proses pembuatan tempe dapat dikatakan

sebagai bioteknologi sederhana. Dalam arti luas bioteknologi dapat didefinisikan sebagai

teknologi untuk mendayagunakan organisme hidup atau bagian dari organisme untuk

menghasilkan atau memodifikasi produk-produk tertentu, serta untuk perbaikan atau

pemuliaan mikroorganisme, tanaman atau hewan (Kustanto, 2001).

Tujuan Laboratorium Bioteknologi yaitu :

1. Mengetahui pengertian dari bioteknologi dalam tanaman, ternak , pakan (Pertanian),

pangan, obat (kedokteran) dan energi,

2. Mengetahui peranan bioteknologi molekuler di bidang hayati,

3. Mengidentifikasi bakteri pathogen dan tidak pathogen,

4. Hasil dari penelitian di laboratorium bioteknologi dapat digunakan untuk mewujudkan

suatu industri yang dapat meningkatkan pendapatan rakyat.

Manfaat Laboratorium Bioteknologi adalah :

Mewujudkan Bioindustri yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat.

Bioindustri

Bioteknologi industri adalah aplikasi bioteknologi untuk memenuhi tujuan aktivitas industri,

termasuk manufaktur, bioenergi, dan biomaterial. Juga mencakup penggunaan sel dan

komponen sel seperti organel dan enzim untuk menghasilkan produk. Bioteknologi mampu

mempengaruhi berbagai industri kimia karena banyak produknya mampu dihasilkan secara

efisien dengan bioteknologi. Selain itu, bioteknologi juga menjadikan banyak industri terkait

secara signifikan menjadi kurang bergantung pada bahan bakar fosil. Produksi penisilin

dapat menjadi contoh bagaimana bioteknologi tumpang tindih dengan industri lain seperti

farmasi.

Page 203: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

194

ISBN: 978-602-60613-0-0

Berdasarkan klasifikasi yang diberikan Biotechnology Industry Organization, terdapat tiga

tahap industrialisasi bioteknologi. Tahap pertama adalah bioteknologi hijau yang pertama

kali berkembang dalam bentuk industri pertanian. Tahap kedua yaitu industri farmasi dan

bioteknologi kedokteran. Dan tahap ketiga adalah bioteknologi industri di mana bioteknologi

diindustrialisasikan secara besar-besaran di semua sektor industri, terutama di bidang energi

(bioenergi) dan bioproses.

Bioteknologi industri sangat terkait dengan perubahan iklim, terutama dalam

kemampuannya menggunakan material biologis dalam menangkap karbon di udara selama

proses produksi berlangsung dan produksi bioenergi untuk bahan bakar industri. Bioenergi

juga menghasilkan emisi seperti bahan bakar pada umumnya, namun dikategorikan ramah

lingkungan karena selama proses produksi berlangsung sejumlah karbon dioksida diserap

dari udara.

Bioteknologi industri juga mampu mengurangi penggunaan lahan yang biasanya digunakan

untuk menanam bahan pangan. Bioteknologi industri mampu menghasilkan bahan pangan

bernutrisi lengkap di dalam laboratorium menggunakan alga (Purwati, Jafrinur, Yellita,

Novia dan Purwanto, 2015). Selain itu, aplikasi produk bioteknologi industri juga bisa

digunakan di lahan pertanian, misal pupuk hayati untuk diaplikasikan ke tanaman pertanian

sehingga produksi bahan pangan meningkat. Bioteknologi industri juga mampu mengurangi

persaingan antara kebutuhan bahan bakar dan kebutuhan bahan pangan karena mampu

mengolah bahan non-pangan (seperti selulosa dan lemak nabati non-pangan (minyak jarak,

minyak nyamplung) menjadi bahan bakar. Persaingan ini terutama terjadi pada produksi tebu

sebagai bahan baku industri etanol dan gula, dan produksi kelapa sawit untuk industri

biodiesel dan minyak goreng. Bioteknologi industri juga mampu mengolah sampah

pertanian menjadi bahan baku industri, bahan siap pakai, dan energi; serta menggantikan

penggunaan bahan baku industri yang tidak ramah lingkungan, misal menggantikan plastik

dengan bioplastik.

Sumatera Barat mempunyai sumber Probiotik Halal yaitu Bakteri Asam Laktat (BAL) yang

diisolasi dari dadih yang dibuat dengang menggunakan susu kerbau yang difermentasi dua

hari dalam bambu yang ditutup daun pisang. Dadih merupakan sumber daya genetik dan

bahan baku yang halal untuk bioindustri halal baik di bidang Pertanian , Peternakan dan

Kedokteran. dan Lab. Bioteknologi dan Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Andalas (Purwati, Aritonang, Melia, Juliyarsi dan Purwanto, 2016) sebagai

contoh bahwa penelitian yang dilakukan dosen bersama mahasiswa sangat berguna untuk

percepatan kelulusan mahasiswa serta dapat dilakukan alih teknologi kepada masyarakat

pengguna untuk mewujudkan Bioindustri Rakyat.

Di bidang pertanian BAL digunakan untuk membuat kompos organik dari limbah ternak dan

buah /sayur dan mendirikan Bioindustri rakyat yang mempunyai Merek Dagang BIOFUSS

(Bahan Inovasi Organik Feses Urine Solok Selatan) (Yasin, Purwati, Yuherman, Sandra dan

Purwanto, 2016) yang mempunyai nilai HKI untuk akademisi dan meningkatkan pendapatan

rakyat dengan bioindusri. Demikian juga dari limpah pertanian yang terbuang (kulit kopi

dan Coklat) dapat dijadikan bioindusri dengan pemanfaatan BAL menjadi pakan ternak

organik halal yang mempunyai merek dagang yaitu SELASSE (Suplement Limbah

Agroindustri Solok Selatan) (Ningrat, Djulardi, Purwati, Purwanto dan Trisman, 2016).

Kopi robusta Solok Selatan dengan merek dagang BEN (Bangun rejo Solok Selatan Enak

Page 204: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

195

ISBN: 978-602-60613-0-0

dan Nikmat) (Suliansyah, Purwati, Dinata, Purwanto dan Yunizardi, 2016). Kekayaan

Intelektual (HKI) merupakan akademisi tapi terwujudnya bioindusri sangat dinantikan oleh

masyarakat melalui peranan laboratorium di perguruan tinggi.

Penutup

Laboratorium harus ada didunia pendidikan termasuk perguruan tinggi. Tupoksi dosen

adalah meluluskan mahasiwa dan melakukan penelitan. Penelitian yang tepat guna dapat

digunakan untuk alih teknologi dalam bidang pengabdian kepada masyarakat dan ini

merupakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bermakna bahwa Perguruan tinggi sebagai

Bidang Ilmu yang dikenal sebagai akademisi dan harus bekerjasama dengan pemeritah untuk

mewujukan industri rakyat maka akan tercipta gemah ripah loh jinawi. Aamiin.

Daftar Pustaka

Kustanto, H. 2001. Panduan Kerja Praktikum Di Laboratorium. Bandung : ITB Press

Ningrat, R. W. S., A. Djulardi, E. Purwati, H. Purwanto dan A. Trisman. 2016. Pemanfaatan

Limbah Kulit Kopi Dalam Pembuatan Pakan Alternatif untuk Sapi Perah dan Sapi Potong

Di Kabupaten Solok Selatan Sumatera Barat. Laporan Iptekda LIPI.

PERMENPAN No. 3 Tahun 2010. Tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium

Pendldlkan dan Angka Kreditnya. Jakarta 15 Januari 2010.

Purwati, E. Jafrinur, Y. Yellita, D. Novia dan H. Purwanto. 2015. Aplikasi Bioteknologi

Pada Agribisnis Pembibitan dan Penggemukan Ternak Melalui Pakan Organik Probiotik dan

Pupuk Organik Berbasis Bahan Baku Lokal Di Kabupaten Solok Selatan Sumatera Barat.

Laporan Iptekda LIPI.

Purwati, E., S.N Aritonang, S. Melia, I. Juliyarsi dan H. Purwanto. 2016. Manfaat Probiotik

Bakteri Asam Laktat Dadiah Menunjang Kesehatan Masyarakat. Lembaga Literasi Dayak

(LID). Tangerang. ISBN 978-602-6381-10-1.

Suliansyah, I., E. Purwati, U. G. S. Dinata, H. Purwanto dan Yunizardi. 2016. Teknogi

Pengolahan Kopi Dalam Peningkatan Komoditi Lokal untuk Kesejahteraan Masyarakat Di

Kabupaten Solok Selatan Sumatera Barat. Laporan Iptekda LIPI.

Yasin, S., E. Purwati, Yuherman, A. Sandra dan H. Purwanto. 2016. Teknologi pemanfaatan

mol (mikroorganisme lokal) dan bio urine dalam pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi

untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Di kabupaten Solok Selatan Sumatera barat.

Laporan Iptekda LIPI.

Page 205: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

196

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pengembangan Metode Pembelajaran Studi Kasus Sebagai Salah satu

Upaya Peningkatan Daya Saing Mahasiswa Universitas Andalas

Verinita

Universitas Andalas

Kampus Univ. Andalas, Limau Manih Pauh Padang

Email: [email protected]

Abstrak

Pola pembelajaran yang terpusat pada dosen (Teaching Centered Learning)

seperti pada saat mengajarkan mata kuliah Manajemen Pemasaran 1 pada tahun

Akademik 2014/2015 pada semester ganjil lalu sudah tidak memadai lagi untuk

diterapkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan berbasis capaian

pembelajaran (learning outcome) sebagai salah satu cara untuk meningkatkan

daya saing mahasiswa menghadapi MEA. Karena ditemui beberapa

permasalahan seperti perhatian mahasiswa yang tidak sepenuhnya,

kecendrungan mahasiswa merasa cepat bosan dengan situasi kelas yang

mengajar pada shift 3 yaitu pukul 13.30 -16.00WIB., sehingga merasa jenuh dan

mengantuk di kelas sehingga dosen mempersilakan mahasiswa untuk keluar kelas

mencuci muka terlebih dahulu untuk mengusir rasa kantuk. Untuk mengatasi

kendala dan hambatan tersebut pada tahun Akademik 2015/2016 pada semester

ganjil diterapkan sistem pengajaran berdasarkan metode studi kasus sebagai

salah satu metode pengajaran pola Student Centered Learning (SCL). Tujuan

penerapan metode pengajaran ini adalah untuk: 1) mengaplikasikan konsep-

konsep /teori Ilmu Manajemen Pemasaran dengan praktek bisnis di bidang

pemasaran jasa/ produk, 2) memahami perkembangan ilmu pemasaran yang

berkembang sangat cepat dan virtual, 3) meningkatkan kemampuan komunikasi

oral mahasiswa dalam kolaborasi dan kerja tim, dan 4) mengasah ketrampilan

manajerial mahasiswa dalam memimpin kelompok, presentasi dan negosiasi

bisnis. Kelas Manajemen Pemasaran terdiri dari 47 orang dan mahasiswa dibagi

menjadi 7 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 7 orang. Sebelum

membahas kasus dosen akan menguraikan konsep / teori pada bab tersebut.

Setelah materi diberikan dosen maka minggu berikutnya presentasi kasus. Kasus

akan diberikan oleh dosen melalui email kelas, sehingga setiap mahasiswa dapat

mengaksesnya melalui jaringan pribadi mahasiswa tersebut. Penerapan model

pengajaran studi kasus memberikan hasil yang singnifikan. Dari penerapan

metode kasus ini, beberapa manfaat dapat diperoleh yaitu, 1) suasana belajar

yang positif dan kondusif tercipta dari penerapan metode ini karena kelas

mengalir dinamis dan tidak membosankan, 2)meningkatknya daya kreatifitas

mahasiswa dalam menganalis kasus bisnis yang diberikan , 3) meningkatnya

kemampuan komunikasi oral mahasiswa dan 4) meningkatnya partisipasi mereka

dalam bekerjasama dalam kelompok

Kata kunci: case study, mananjemen pemasaran, Student Centered Learning

Page 206: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

197

ISBN: 978-602-60613-0-0

Pendahuluan

Selama ini, prose pengajaran mata kuliah Manajemen Pemasaran 1 yang ditawarkan pada

semester ganjil di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi , Universitas Andalas lebih banyak

menggunakan metode pengajaran dengan menekankan kepda pemahaman konsep/ teori

pemasaran dengan ceramah atau metode mimbar. Sehingga menyebabkan mahasiswa

menjadi bosan, pasif , jenuh dan dihinggapi rasa kantuk yang cukup berat karena jam

perkulihan berada pada masa kritis yaitu pada shift 3 pukul 13.30- 16.00.Wib.

Selain itu metode pengajaran yang diterapkan selama ini masih menerapkan pola

pembelajaran yang berpusat pada dosen (Teacher Centered Learning) di nilai sudah tidak

memadai untuk dipraktekkan saat ini untuk mencapai tujuan pendidikan berbasis capaian

pembelajaran/learning outcome (LP3M Unand, 2014).

Kecendrungan seorang dosen memberikan kuliah adalah sebagai seorang akademisi yang

hanya memahami dan menguasai konsep-konsep dan teori-teori mengenai mata kuliah yang

diampu. Dosen biasanya kurang memahami kondisi atau praktek-praktek ilmu manajemen

pemasaran di lapangan. Sementara itu mahasiswa sebagai calon tenaga kerja yang akan

terjung ke dunia kerja perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan praktek manajemen

pemasaran di lapangan.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan analisis mahasiswa jrusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Andalas yang berada pada Semester 3, maka perlu diberikan

metode pembelajaran dengan menggunakan metode studi kasus (cases study). Metode ini

akan sangat membantu mahasiswa memahami mata kuliah Manajemen Pemasaran 1 karena

dikondisikan suasana belajar yang atraktif dengan memberikan kasus yang menarik dan

sesuai dengan ketertarikan mahasiswa seperti membahas kasus gadget Samsung, motor

Yamaha dan Mobil Toyota. Sehingga mahasiswa menjadi lebih bersemangat dan tidak

mengantuk dalam kelas.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi maka dapat dirumuskan permasalahan yang

ditemui yaitu apakah metode pengajaran sudi kasus (cases study) pada mata kuliah

Manajemen Pemasaran 1 berpengaruh pada peningkatan pemahaman materi mata kuliah

Manajemen Pemasaran 1.

Tujuan penerapan metode pengajaran ini adalah untuk: 1) mengaplikasikan konsep-konsep

/teori Ilmu Manajemen Pemasaran dengan praktek bisnis di bidang pemasaran jasa/ produk,

2) memahami perkembangan ilmu pemasaran yang berkembang sangat cepat dan virtual, 3)

meningkatkan kemampuan komunikasi oral mahasiswa dalam kolaborasi dan kerja tim, dan

4) mengasah ketrampilan manajerial mahasiswa dalam memimpin kelompok, presentasi dan

negosiasi bisnis

Skenario Pelaksanaan Kegiatan

Metode pengajaran studi kasus (cases study) merupakan salah satu dari pola pengajaran

berpusat kepada mahasiswa ( Student Centered Learning) yang mulai dipraktekkan untuk

mengatasi keterbatasan dalam metode pengajaran yang berpusat kepada dosen (Teacher

Centered Learning). Metode SCL saat ini dinilai tepat untuk mencapai tujuan pendidikan

Page 207: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

198

ISBN: 978-602-60613-0-0

berbasis pencapaian pembelajaran (learning outcomes) (sumber: LP3M Unand, 2014). Hal

ini landasi beberapa alasan yaitu : 1) perkembangan imu pengetahuan dan teknologi sains

yang pesat dengan berbagai kemudahan untuk mengaksesnya, 2)perubahan kompetensi

kekaryaan yang berlangsung sangat cepat memerlukan materi dan proses pembelajaran yang

lebih fleksibel, 3)kebutuhan untuk mengakomodasi demokratisasi partisipatif dalam proses

pembelajaran.Oleh karena itu pembelajaran ke depan didorong menjadi berpusat kepada

mahasiswa (Student Centered Learning). Karena capaian pembelajaran lulusan diraih

melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreatifitas, kapsitas,

kepribadian dan kebutuhan mahasiswa, mengembangkan kemandirian dalam memcari dan

menemukan pengetahuan.

Salah satu metode SCL yang diterapkan dalam mata kuliah Manajemen Pemasaran 1 adalah

metode pengajaran adalah dengan metode studi kasus (case study). Menurut LP3M

Universitas Andalas (2014) metode studi kasus merupakan suatu strategi yang ampuh dalam

pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa karena dapat meningkatkan ketrampilan

berpikir kritis, berkomunikasi dan interpersonal skills. Karena metode ini dapat

menjembatani kesenjangan antara konsep/teori dengan praktek yang dihadapi di lapangan.

Metode ini membutuhkan ketrampilan untuk menganalisis dan mengevaluasi kasus-kasus di

bidang Pemasaran dan mendorong kemampuan manajerial mahasiswa sebagai decision

maker nantinya. Menurut Bahri dan Zain (2002) metode studi kasus memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Jumlah anggota kelompok bersifat flesibel

2. Waktu pertemuan bervariasi sesuai dnegan tingkat kerumitan kasus

3. Para peserta dihadapkan kepada situasi problematik

4. Para peserta dituntut untuk menganalisis dan mengevaluasi kasus

5. Melakukan penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi

Secara sistematis langkah-langkah dan prosedur pelaksanaan metode studi kasus ini adalah:

1. Melakukan pengumpulan literatur dengan berpedoman kepada RPKPS yang sudah

disususn oleh Tim Pengajar matakuliah Manajemen Pemasaran 1, menyusun Kasus

,kuis dan soal Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Buku

yang digunakan adalah Marketing Management karya Philip Kotler dan Kevin Lane

Keller yaitu edisi 12

2. Menerapkan model pembelajaran mata kuliah Manajemen Pemasaran dengan teknik

devide the case into parts . Teknik yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas

metode studi kasus digunakan adalah devide the case into parts yaitu membagi

mahasiswa menjadi kelompok-kelompok yang rata-rata yang terdiri dari 7

mahasiswa karena jumlah mahasiswa 47 orang. Setiap kelompok membahas kasus

yang berbeda disesuaikan dengan bab-bab yang dipelajari. Mereka akan

mempresentasikan kasus mereka di hadapan kelompok lain. Dan mahasiswa tidak

memiliki seluruh informasi mengenai kasus yang mereka bahas. Mahasiswa akan

memecahkan masalah berdasarkan informasi yang mereka miliki. Kasus diberikan

oleh dosen. Dosen mengadur kasus dari jurnal internasional, majalah bisnis seperti

Marketing Mix, SWA dan sumber ilmiah lainnya.

3. Untuk mengevaluasi penyerapan mahasiswa terhadap materi kuliah maka dilakukan

metode kuis 2 kali sebelum mid semester. Sehinga dosen tidak mengandalkan nilai

mid dan nilai akhir semester saja unutk evalusi proses pembelajaran.

Page 208: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

199

ISBN: 978-602-60613-0-0

4. Memberikan Ujian Mid pada pertengahan semester yaitu pada pertemuan ke-8.

5. Memberikan Ujian Akhir Semester pada akhir pertemuan perkuliah yaitu minggu ke

16.

6. Melakukan evaluasi terhadap sistem penilaian akhir dalam bentuk perolehan nilai

semester yang di up load pada portal Unand.

7. Membagikan kuesioner kepada mahasiswa pada saat ujian akhir semester.Dalam

rangka menilai efektifitas pelaksanaan pembelajaran dengan metode studi kasus ini

Hasil dan Perubahan

Setelah dilakukan perubahan metode pengajaran mata kuliah Manajemen Pemasaran 1 maka

dapat diuraikan perubahan yang terjadi berdasarkan pengamatan Dosen pengampu mata

kuliah Manajemen Pemasaran 1. Dengan metode pembelajaran studi kasus suasana kelas

menjadi lebih atraktif dan kondusif karena beberapa mahasiswa menyampaikan materi

dengan cara yang berbeda seperti melalui animasi, cerita dan tayangan cuplikan iklan.

Dengan tampilan animasi yang beragam dan menghibur menjadikan rasa kantuk mahasiswa

berkurang membuat kelas menjadi lebih hidup dan menarik. Dan mahasiswa lebih

bersemangat, tidak bosan dan jenuh, daya kreatifitas mahasiswa lebih meningkat dan tingkat

pemahaman mahasiswa terhadap materi Manajemen Pemasaran 1 menjadi lebih baik.

Kemampuan kerja sama mereka dalam tim juga semakin meningkat dan toleransi mereka

terhadap perbedaan pandangan dalam menginterpretasikan kasus juga semakin baik.

Kesimpulan

Penerapan model pengajaran studi kasus (case study) memberikan hasil yang singnifikan.

Dari penerapan metode kasus ini, beberapa manfaat dapat diperoleh yaitu, 1) suasana belajar

yang positif dan kondusif tercipta dari penerapan metode ini karena kelas mengalir dinamis

dan tidak membosankan, 2)meningkatknya daya kreatifitas mahasiswa dalam menganalis

kasus bisnis yang diberikan , 3) meningkatnya kemampuan komunikasi oral mahasiswa dan

4) meningkatnya partisipasi mereka dalam bekerjasama dalam kelompok.

Untuk menjaga efektifitas metode pembelajaran dengan menggunakan metode studi kasus

ini, akan lebih baik pelaksanaannya apabila diaplikasikan dalam kelas kecil. Yaitu kelas

yang mahasiswanya berjumlah 20-30 . Dalam prakteknya kelas yang diampu termasuk kelas

besar yang berjumlah 47 orang mahasiswa sehingga penyerapan materi tidak semaksimal

apabila diterapkan di kelas kecil.

Daftar Pustaka

Bahri dan Zain,201002. Strategi Belajar Mengajar. PT.Rineka Cipta, Jakarta

Lembaga Pengembangan dan Penjamina Mutu (LP3M) Universitas Andals, 2014. Panduan

Praktis Pelaksanaan Student Centerde Learning (SCL). Andalas University Press,

Padang

Page 209: PROSIDING - Unand

Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Tinggi

Padang, 25 Oktober 2016

200

ISBN: 978-602-60613-0-0

Lembaga Pengembangan dan Penjamina Mutu (LP3M) Universitas Andals, 2015. Pedoman

Perumusan Softskill Lulusan Dalam Kurikulum dan Pengintegrasiannya Dalam Proses

Pembelajaran, Andalas University Press, Padang

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane, 2009. Marketing Manegement Ed.12. International

Edition, New Jersey;Upper Saddle River.Person Education Inc