Prosiding SNFP2015.pdf
Transcript of Prosiding SNFP2015.pdf
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan ramhat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelenggarakan kegiatan Seminar Nasional Fisika dan
Pembelajarannya 2015 pada tanggal 29 Agustus 2015.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan inovasi karya anak bangsa diberbagai bidang
dalam rangka meningkatkan daya saing Bangsa Indonesia khususnya menyongsong
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Salah satu upaya untuk mempercepat inovasi nasional
adalah mendorong penelitian di berbagai bidang baik penelitian dasar, terapan dan
pengajaran bidang Fisika.
Menindaklanjuti keinginan tersebut, maka Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang (UM)
untuk mengadakan kegiatan seminar dengan tema Peran Penelitian dan Pendidikan Fisika
Menuju Kemandirian Teknologi Bangsa dalam Rangka Menyongsong Pemberlakuan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Oleh karena itu diperlukan persiapan yang kuat bagi
masyarakat akademik dalam mewujudkan kemandirian bangsa. Inovasi akan muncul,
berkembang, dan membudaya dengan dukungan penelitian dan pembelajaran bidang Fisika.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah mendukung
terlaksananya kegiatan ini secara langsung atau tidak langsung. Akhirnya, semoga kegiatan
seminar ini dapat memotivasi dan memberi inspirasi bagi para ilmuwan untuk lebih
meningkatkan keprofesionalannya.
Malang, 10 Agustus 2015
Panitia
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ii
DAFTAR ISI
JUDUL Halaman
PENDIDIKAN FISIKA
MEDIA PEMBELAJARAN
Rancang Bangun Laser untuk Pembelajaran Fisika Optik dalam Menentukan Indeks Bias dan Difraksi PUJI HARIATI WININGSIH
Prodi Pendidikan KisiFisika JPMIPA Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
PF-MP-1
Heterogenitas Kemampuan Belajar Siswa sebagai Dasar Pengembangan Model Pembelajaran Leader-TRACE (Training, Action, Evaluation) AULYA NANDA PRAFITASARI Pascasarjana Jurusan Pendidikan IPA Universitas Jember
PF-MP-4
Erupsi Raung Juli 2015 Sebagai Laboratorium Alam Fisika KENDID MAHMUDI1), FIKROTURROFIAH SUWANDI PUTRI2) LILIK HENDRAJAYA3) 1) Pascasarjana Program Studi Pengajaran Fisika Institut Teknoogi Bandung 2) Pascasarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 3) Fisika Institut Teknoogi Bandung
PF-MP-12
Rebab Instrumen Gesek Gamelan: Analisis Hubungan Antara Posisi Gesekan dan Komponen Penyusun Sinyal Suara FIKROTURROFIAH SUWANDI PUTRI1), AFFA ARDHI SAPUTRI2) 1)Pascasarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta
PF-MP-16
Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Sumobito Melalui Pembuatan Jamu Tradisional DALIN NADHIFATUZZAHRO, BENI SETIAWAN, ELOK SUDIBYO
Program Studi Pendidikan Ipa Unesa
PF-MP-21
Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Masalah dan PCK (Pedagogical Content Knowledge) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah bagi Peserta Didik SMA Shan Duta Sukma Pradana, Dra. Endang Purwaningsih, M.Si. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Dampak Work And Energy Macromedia Flash Program (WEM) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Pendidikan Fisika Topik Usaha Dan Energi ADETYA RAHMAN
Pascasarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang
PF-MP-28
PF-MP-33
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Memfasilitasi Siswa dalam Belajar Fisika Dan Berargumentasi Ilmiah SUPENO1), MOHAMAD NUR2), ENDANG SUSANTINI2) 1) Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember 2)Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
PF-MP-36
Implementasi Prototipe Media Tepat Guna untuk Mengingkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa dalam Pembelajaran Fisika di SMA
PF-MP-41
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
iii
JUDUL Halaman
EDI SUPRIANA1),, MOHAMAD NUR2), IMAM SUPARDI2) 1)Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang 2) Jurusan Pendidikan Sains, Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
Pengembangan Paket Tutorial Fisika Modern Materi Struktur Atom Berbasis Penyelesaian Eksplisit untuk Meningkatkan Kemampuan Problem Solving Mahasiswa HARTATIEK, DWI HARYOTO, YUDYANTO Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
PF-MP-49
Analisis Lomba Robotika dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Singosari Wahyu Ari Wijaya1,2) 1)Pascasarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang. 2)Guru SMKN 2 Singosari Kabupaten Malang
PF-MP-55
Pengembangan Kolektor Energi Surya Dengan Pelat Gelombang sebagai Komponen Pemanas Air WINARTO Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
PF-MP-63
Pengembangan Model Perangkat Pembelajaran Fisika Menerapkan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) untuk Mendukung Program PPL II Mahasiswa FKIP Unkhair Ternate IQBAL LIMATAHU FKIP Pendidikan Fisika Universitas Khairun Ternate
PF-MP-73
Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Multirepresentasi Wachidah Putri Ramadhani1), I Ketut Mahardika2) 1Mahasiswa Magister Pendidikan IPA Pasca Sarjana FKIP Universitas Jember 2Dosen Magister Pendidikan IPA Pasca Sarjana FKIP Universitas Jember
PF-MP-85
Pemanfaatan Aplikasi Mobile Berbasis Android dalam Pembelajaran Fisika SMA BETTI SES EKA POLONIA, LIA YULIATI, SITI ZULAIKAH Pascasarjana Prodi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang
PF-MP-92
Pengembangan Media Pembelajaran Digital Sistem Offline Materi Fisika (Gelombang Bunyi)
ASWIN HERMANUS MONDOLANG1), IGNASIUS BAGUS ASMARIANTO2) 1)Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Manado, Kampus Tonsaru Tondano Sulawesi Utara 2)SMA Karitas, Jl. Siswa Paslaten 2 Tomohon, Sulawesi Utara
PF-MP-96
Pendekatan Etnosains dalam Proses Pembuatan Tempe terhadap Kemampuan Literasi Sains DENYS ARLIANOVITA1), BENI SETIAWAN2,), ELOK SUDIBYO1) 1) Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Surabaya 2) Dosen Program Studi S1 Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Surabaya Keadaan dan Penggunaan Lab Ipa/ Fisika Sekolah DWI HARYOTO Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
PF-MP-101
PF-MP-107
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
iv
JUDUL Halaman
Pengembangan Media Video Pembelajaran Berbasis REACT Berbantuan Camtasia Studio Pada Pokok Bahasan Hukum-Hukum Newton Tentang Gerak Untuk Kelas X SMA NOVITA USWATUN KHASANAH1), WIDJIANTO2), NURIL MUNFARIDAH2), AGUS SUYUDI2) 1)Mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang 2)Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Pengembangan Physics Pocket Book pada Materi Fluida Statis untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa SMA Kelas X AGNES RARASATI, FITRI ROCHMAWATI, NOVWIDA
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
PF-MP-111
PF-MP-117
MODEL PEMBELAJARAN
Integrasi Kearifan Lokal pada Tema Gunung Kelud terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa DIAN KURVAYANTI INNATESARI1), BENI SETIAWAN2), ELOK SUDIBYO2) 1) Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan IPA Universitas Negeri Surabaya
PF-MOP-1
Komplementasi Model Pembelajaran GIL (Guided Inquiry Learning) dan AIR (Auditory Intelectually and Repetition) Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Dalam Pembelajaran IPA SRI HARTATIK
Pascasarjana Magister Pendidikan IPA Universitas Jember
PF-MOP-7
Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping terhadap Prestasi Belajar Siswa RIKA DAMAYANTI, PARNO, NURIL MUNFARIDAH, MUHARDJITO Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
PF-MOP-13
Pengaruh Mind Map dalam Pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap Keterampilan Proses Sains Terintegrasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Suhu Dan Kalor ARI HANDAYANI
Pascasarjana Prodi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang Penerapan Model Discovery Learning pada Materi Alat Optik untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa NOVA PUSVITASARI NURLAELI1), SITI NURUL HIDAYATI, S.PD., M.PD2), TUTUT NURITA, S.PD., M.PD2) 1) Program Studi Pendidikan IPA Universitas Negeri Surabaya. 2) Dosen Program Studi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
PF-MOP-21
PF-MOP-25
Implementasi Model Pembelajaran Guided Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Pengukuran Di Smpn 5 Sidoarjo RIO BASKARA NUGRAHA
Pascasarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang
PF-MOP-31
Pengaruh Model Pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create, and Share) dengan Strategi Mind Mapping terhadap Penguasaan Konsep Fisika Pokok Bahasan Teori Kinetik Gas Siswa ZAINUL MUSTOFA1)*), PARNO2, KADIM MASJKUR2)
PF-MOP-35
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
v
JUDUL Halaman 1) Pascasarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Implementasi Seven Habits of Highly Effective People (Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif) Untuk Meningkatkan Keterampilan Psikomotir Pada Pembelajaran Fisika ADY SEBTIAN DEWANTORO, IRADATUL HASANAH, DYAH AYU SETYARINI, SUPENO
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
PF-MOP-42
Model Enhanced Direct Instruction Berorientasi MentalModeling Ability Berbasis Kajian Physics Porblem Solving danRepresentasi Eksternal DARSIKIN, JUSMAN MANSYUR 1) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Tadulako
PF-MOP-47
Eksperimen Akuisisi Data Sederhana untuk Pembelajaran Fisika MIRZANUR HIDAYAT
Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
PF-MOP-55
Pemanfaatan Technology Enabled Active Learning Sebagai Alat Bantu Pembelajaran Inkuiri Pada Topik Elektromagnetisme ISMI LAILA RAHMAH, ARIF HIDAYAT, SUTOPO
Pascasarjana Prodi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang
PF-MOP-61
Perlunya Program Deep Learning Question Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kinematika Mahasiswa Fisika ISMI LAILI AFWA, SUTOPO, ENY LATIFAH
Pascasarjana Prodi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang.
PF-MOP-66
Pembelajaran Fisika Berbasis Moodle Sebagai Upaya Inovatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Psikomotor pada Pembelajaran Fisika HIDAYAH ZULIANA P., RIZKY MAULIDIYAH, PANDU J. SAMPURNO, SUPENO
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
PF-MOP-72
Studi Pendahuluan Pengaruh Model Brain Based Learning Berbantu Mind Map Terhadap Peguasaan Konsep Fisika Siswa Berpengetahuan Tinggi dan Rendah di SMA DINICEN VICLARA, MUHARDJITO, SUPRIYONO KOES H Pascasarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang
PF-MOP-76
Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Pendekatan Ilmiah pada Pokok Bahasan Hukum Newton untuk Siswa SMA Kelas X dengan Bantuan Macromedia Swishmax BAKHRUL RIZKY KURNIAWAN 1), AGUS SUYUDI 2) 1) Pascasarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang. 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
PF-MOP-82
Pemahaman Mahasiswa Tahun Pertama Tentang Konsep-Konsep Dasar Gelombang Mekanik SUTOPO Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
PF-MOP-87
Pengaruh Pembelajaran Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) Melalui Metode Scaffolding Konseptual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Fisika dari Kemampuan Awal Siswa SMA Kab. Malang
PF-MOP-100
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
vi
JUDUL Halaman
WARTONO
Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Peningkatan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas X SMAN 1 Paiton SUWARDI1,*), N. HIDAYAT2), S. RAHMAWATI2) 1)Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 1) 1 Paiton 2)Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
PF-MOP-112
Peran Mind Map dalam Model Brain Based Learning berkaitan dengan Penguasaan Konsep Fisika NURIL MUNFARIDAH1), *), LIA YULIATI, MARKUS DIANTORO
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
PF-MOP-116
Penerapan Praktikum PEER-Model Dalam Mata Kuliah Fisika Dasar Untuk Melatihkan Scientific Skills Mahasiswa Prodi Fisika Unesa RUDY KUSTIJONO
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya
PF-MOP-123
Survey Proses Pembelajaran dan Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran serta Tingkat Keterampilan Proses Sains Guna Membangun Generasi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA)
WAHYU LAILATUL AZIZAH Jurusan Pendidikan IPA Universitas Negeri Surabaya
PF-MOP-133
Brosur IPA Terpadu sebagai Bahan Ajar di SMP ditinjau dari Aspek Keterbacaannya MYCO HERSANDI Pascasarjana Jurusan Pendidikan IPA Universitas Negeri Jember
PF-MOP-139
Kajian Gerak Osilasi Sistem Pasangan Antara Pegas Dan Bandul Wilda Febi R1), Euis Sustini2), 1)Pascasarjana Jurusan Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung 2)Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung
PF-MOP-145
PENGEMBANGAN
Profil Penguasaan Pembelajaran RQA (Reading, Questioning, and Answering) oleh Guru IPA SMP di Jember Vivi Damayanti Pascasarjana Jurusan Pendidikan IPA Universitas Negeri Jember
PF-P-1
Dampak Implementasi LSBS di SMPN 25 Malang pada Manajemen Pembelajaran dan Profesionalisme Guru Fisika melalui Intervensi dalam Tahap Refleksi Parno Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
PF-P-9
Penetapan Rentang Zpd Kompetensi Fisika Calon Guru Sma di Lptk Jawa Timur Purbo Suwasono, Supriyono Koes H., Hari Wisodo. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
PF-P-18
Profil Kemampuan Menyusun Perangkat Pembelajaran Calon Guru Fisika Univeritas Negeri Malang Ditinjau dari Sudut Pandang TPACK (Technological
PF-P-30
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
vii
JUDUL Halaman
Pedagogical Content Knowledge) MARATUS SHOLIHAH1), LIA YULIATI2), WARTONO2) 1) Pascasarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Pemahaman Literasi Sains Mahasiswa Calon Guru Fisika Universitas Negeri Surabaya Titin Sunarti Pascasarjana Jurusan Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya
PF-P-34
Pemetaan Kompetensi Mahasiswa Ppg Fisika Di Jurusan Fisika FMIPA UM AGUS SUYUDI, PURBO SUWASONO, ASIM PPG Fisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Penguasaan Tentang Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Guru IPA SMP di Jember Berkaitan dengan Pelaksanaan Kurikulum 2013 JINIARI APRISKA DEWI Pascasarjana Pendidikan IPA FKIP Universitas Jember Penguasaan Tentang Keterampilan Metakognitif Oleh Guru IPA SMP/ MTs Di Banyuwangi RUSMI INDRIYANI
Mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan IPA FKIP Universitas Jember
PF-P-40
PF-P-46
PF-P-54
PENILAIAN PEMBELAJARAN
Penerapan Authentic Assessment untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Matematika I Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika FKIP UST Tahun Akademik 2014/2015 Widodo Budhi Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
PF-PP-1
Identifikasi Kesulitan Siswa dalam Pembelajaran Fisika PIPIT YOGANTARI
Pascasarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang.
PF-PP-7
Penguasaan Keterampilan Membaca, Menyelesaikan Tugas, dan Klarifikasi dalam Pembelajaran Oleh Guru IPA SMP di Banyuwangi RACHMAWATI
Pascasarjana Jurusan Pendidikan IPA Universitas Negeri Jember Guru SMPN 2 Muncar
PF-PP-12
FISIKA ASTROFISIKA
Tensor Elektromagnetik Bintang Neutron yang Berotasi Cepat Diukur oleh Pengamat ZAMO (Zero Angular Momentum Observers) ATSNAITA YASRINA
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5, Malang
F-A-1
BIOFISIKA
Dependensi Sudut Putar pada Konsentrasi Larutan Gula Dalam Sistem F-B-1
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
viii
JUDUL Halaman
Polarimeter Berbasis Komputer SUTRISNO*), YOYOK ADISETIO LAKSONO, NURUL HIDAYAT, SUBAKTI Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
GEOFISIKA
Forward Modeling Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner 1-D NUR FAIZIN1,*), LILIK HENDRAJAYA2) 1) Program Studi Pascasarjana Fisika Institut Teknologi Bandung. Jl. Ganesa 10 Bandung 40132 2) Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung. Jl. Ganesa 10 Bandung 40132
F-G-1
Efek Variasi H2SO4 Terhadap Bentuk, Ukuran Partikel, Suseptibilitas Magnetik dan Transmitansi Pada Sintesis Toner Berbahan Dasar Pasir Besi SITI ZULAIKAH1), YUNI CHAIRUN NISA1), NANDANG MUFTI1), ABDULLAH FUAD1), HAMDI2) 1)Jurusan Fisika, Universitas Negeri Malang 2)Jurusan Fisika, Universitas Negeri Padang
F-G-4
Solusi Permasalahan Sumur Bor Versus Sumur Gali Dengan Metoda Geolistrik Dan Uji Pemompaan Sumur (Suatu Studi Kasus Di Bugbug Karangasem Bali) I NENGAH SIMPEN Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana
F-G-9
Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Dari Data Magnetik Menggunakan Metode Poligon Talwani CLAUDIA M. M MAING, ALAMTA SINGARIMBUN
Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung
F-G-17
Karakter Variabel fisis Aliran Hulu dan Muara Sungai Tondano Berdasarkan Kenaikan Muka Air MARTHEN KUMAJAS Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Manado Model Penyebaran Muatan Suspensi Dampak Kondisi Fisis Musim Kemarau Di Bagian Hulu Sub DAS Panasen Danau Tondano MAXI TENDEAN Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado EKSPLORASI DAN ANALISIS STRIKE DIP BIDANG GELINCIR DAERAH RAWAN LONGSOR BERDASARKAN DATA SURVEI GEOLISTRIK DIPOLE-DIPOLE DI DESA BENDOSARI KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG ERRA ANGGRAENI TAMALA*), DAENG ACHMAD SUAIDI, BURHAN INDRIAWAN Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Eksplorasi Aquifer Wilayah Pesisir Selatan Sebagai Upaya Mengatasi Kekeringan di Kabupaten Blitar Jawa Timur SUJITO, DAENG ACHMAD S., CHUSNANA I.Y., BURHAN I., KANA F. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
F-G-20
F-G-25
F-G-32
F-G-38
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ix
JUDUL Halaman
BASALT ROCKS DISTRIBUTION IDENTIFICATION METHOD USING DIPOLE-DIPOLE CONFIGURATION GEOELECTRIC IN GIRI MULYO, GEDANGAN, MALANG Qurratu Aini, Daeng Achmad Suaidi, Sulur Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
F-G-44
INSTRUMENTASI
Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Kosentrasi Larutan Rhodamin B dalam Air SAMIAN, A. H. ZAIDAN 1)Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Tekonologi Universitas Airlangga Surabaya
F-I-1
Human Body Temperature Data Logger Based ATmega8 Display Mobile Phone With Android Operating System Through Media Bluetooth ALDILA PUSPITANINGRUM, SAMSUL HIDAYAT, S.S, M.T, NUGROHO ADI P, S.SI, M.SC Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
F-I-7
MATERIAL
Penumbuhan multilayer [NiFe/Cu] dengan metode elektrodeposisi sebagai bahan dasar sensor magneto-impedansi AHMAD ASRORI NAHRUN, ISMAIL, B. ANGGIT WICAKSONO, MUHAMMAD AMIRUDIN, NURYANI, BUDI PURNAMA**) Program Studi Ilmu Fisika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
F-M-1
Ketergantungan Mangneto-Impedansi Multilayer [Nife/Cu] dengan Jumlah Perulangan Lapisan Magnetik dan Ketebalan Spacer Cu B. ANGGIT WICAKSONO*), ISMAIL, AHMAD ASRORI NAHRUN, NURYANI, BUDI PURNAMA**) Program Studi Ilmu Fisika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
F-M-5
Percobaan Pemisahan Campuran Biner Material Butiran 3D dalam Kasus Fenomena Efek Kacang Brazil untuk Siswa SMP TRISE NURUL AIN1,*), HARI ANGGIT CAHYO WIBOWO1,), SITI NURUL KHOTIMAH2), SPARISOMA VIRIDI2) 1) Pascasarjana Program Studi Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung. 2) Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung.
F-M-10
Karakterisasi Mikrosutruktur dan Konstanta Dieletrik Material Feroelektrik Ba0,98Sr0,02TiO3 (BST) dengan Variasi Waktu Tahan SUWARNI 1), ALPI ZAIDAH1), AGUS SUPRIYANTO2), ANIF JAMALUDDIN3), YOFENTINA IRIANI2*) 1)Jurusan Ilmu Fisika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl.Ir. Sutami 36 A Kentingan, Surakarta 57126 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta 3) Program Studi Fisika FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
F-M-14
Gradualisme Struktur Kristal dan Sifat Mekanik Material Fungsional Kalsit-Mg/Al Hasil Fabrikasi dengan Metode Infiltrasi NURUL HIDAYAT1,*), IRWAN RAMLI2), SUNARYONO1), AHMAD TAUFIQ1), MOCHAMAD ZAINURI3), SUMINAR PRATAPA3) 1)Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. 2)Program Studi Fisika, Fakultas Sains, Universitas Cokroaminoto Palopo 3)Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
F-M-19
https://dosen.fkip.uns.ac.id/data/index.php?prodi=P17&id=198006131
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
x
JUDUL Halaman
Teknologi Sepuluh Nopember
Sintesis Nanokomposit Cao-Sio2 dari Ampas Tebu dan Batu Kapur Druju sebagai Katalis Biodiesel CHUSNANA INSJAF YOGIHATI Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
F-M-25
Pengaruh Lama Sonikasi terhadap Kekerasan Nano-hidroksiapatit-SiO2 Berbasis Batu Onyx dengan Metode Sonokimia YUDYANTO1*), HARTATIEK2,), RERI DUANA SAPUTRI3) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
F-M-29
Sintesis Dan Sifat Fotokatalisis Komposit BaFe12O19/ZnO Terhadap Degradasi Pewarna Rhodamin B Nandang Mufti, Youhana, Markus Diantoro Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
F-M-35
Analisis Struktur Nano Bertingkat Partikel Magnetite AHMAD TAUFIQ1,*), SUNARYONO1), NURUL HIDAYAT1), EDY GIRI RACHMAN PUTRA2), SUMINAR PRATAPA3), DARMINTO3) 1)Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang 65145 2)Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314 3)Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut TeknologiSepuluh Nopember.
F-M-41
SINTESIS NANO SILIKA BERLAPIS KARBON (SiO@C) BERBAHAN DASAR ABU SEKAM PADI (RICE HUSK ASH) DENGAN METODE SONOKIMIA ABDULLOH FUAD1), ERLIN SUCIANI2), NANDANG MUFTI3) 1,2,3)Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang.
F-M-44
Pengaruh Nanosilika Terhadap Mikrostruktur, Kekuatan Tarik, Dan Ketahanan Kikis Komposit Karet Alam/Nanosilika
MIFTAKHUL AFIFAH1), ABDULLOH FUAD2), MARKUS DIANTORO2) 1) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang. 2)Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
F-M-48
The Effect of Molecular Weight of PEG (Polyethylene Glycol) on Electrical Conductivity and Corrosion Rate of Encapsulated Silver Nanoparticles Markus Diantoro, Agung Kurniawan, Abdullah Fuad Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang Karakterisasi Kekristalan dan Konstanta Dielektrik Barium Stronsium Titanat (BaxSr1-XTiO3) dengan Variasi Komposisi Barium Dan Stronsium Yang Dibuat Menggunakan Metode Solid State Reaction ALPI ZAIDAH1), SUWARNI 1), AGUS SUPRIYANTO2), ANIF JAMALUDDIN3), YOFENTINA IRIANI2*) 1)Jurusan Ilmu Fisika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta 3) Program Studi Fisika FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Sintesis Dan Karakterisasi Polianilin/Oksida Logam Yang Diaplikasikan Sebagai
F-M-54
F-M-59
F-M-64
https://dosen.fkip.uns.ac.id/data/index.php?prodi=P17&id=198006131
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
xi
JUDUL Halaman
Penyerap Gelombang Mikro DIAH HARI KUSUMAWATI1), NUGRAHANI PRIMARY PUTRI1), LYDIA ROHMAWATI1), DERIYANA TRI R2), LULUK KHOIRUL L2), VITA RESTU V2) 1)Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya 2)S1 Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya
OPTOELEKTRONIK
Rancang Bangun Sistem Pengamatan Optik Berbasis Ellipsometri MUHAMMAD ARIFIN , KIKI MEGASARI, FATIMAH NOPRIARDY, IMAN SANTOSO
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada
F-O-1
TEORI KOMPUTASI
Analisis Kecepatan Fluida Pada Simulasi Aliran Fluida 2-Dimensi Dalam Medium Pipa dengan Penghalang Lingkaran RIA DWI IZAHYANTI1*), NURHASAN2), LILIK HENDRAJAYA2) 1) Pascasarjana Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung. 2) Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung.
F-TK-1
Sifat Amorf Unsur Kalium Buah Tomat Apel (L. Pyriporme) Menggunakan Perhitungan Ukuran Butiran Dari Persamaan Scherer MUSFIRAH CAHYA FAJRAH Jurusan Fisika, F MIPA Institut Sains Dan Teknologi Nasional Jakarta
F-TK-5
Paparan Gelombang Elektromagnet Extremely Low Frequency (ELF) Pada Daging Sapi Sebagai Solusi Menjaga Ketahanan Pangan Masa Depan M. SYAIFUL RIZAL WICAKSONO, SALSKHUL HAULAH, FITRIA WAHYU MAHARANI Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Jember
F-TK-9
Simulasi Efek Spin pada Gerak Peluru pada Medium dengan Memperhitungkan Hambatan Udara NUGROHO ADI PRAMONO, ERA BUDI PRAYEKTI, WINDA PURWITASARI, JurusanFisika Universitas Negeri Malang.
F-TK-14
Simulasi Interpolasi Lagrange dalam Penentuan Umur Fosil (Carbon Dating) WIDJIANTO, SULUR, NUGROHO ADI PRAMONO, ERA BUDI PRAYEKTI Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Ekstraksi Fitur Pengenalan Wajah Berbasis Transformasi Wavelet untuk Meningkatkan Kinerja Pca DAENG ACHMAD S JURUSAN FISIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG Dinamika Energi Bebas Ginzburg-Landau sebagai Bentuk Respon Superkonduktor Tipe II terhadap Medan Magnet Eksternal HARI WISODO1,*), PEKIK NURWANTORO2), AGUNG BAMBANG SETIO UTOMO2) 1) Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada
F-TK-18
F-TK-23
F-TK-33
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
PENDIDIKAN FISIKA
MEDIA PEMBELAJARAN
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-1
Rancang Bangun Laser untuk Pembelajaran Fisika Optik dalam Menentukan Indeks Bias dan Difraksi Kisi
PUJI HARIATI WININGSIH
Prodi Pendidikan Fisika JPMIPA Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Jl. Batikan UH III/ 1043 Yogyakarta,
E-mail: [email protected] atau [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membuat laser berdaya sedang
dari bahan bekas (DVD) yang akan digunakan untuk menentukan indeks bias dan difraksi kisi.
Untuk itu, telah dibuat rangkaian alat diode laser yang digunakan untuk menentukan indeks
bias prisma dan panjang gelombang laser melalui difraksi kisi. Pada penelitian ini digunakan
analisis dengan mengkarakteristik indeks bias dan difraksi kisi. Diperoleh hasil bahwa besarnya
indeks bias prisma pada variasi i2 (30o, 45o dan 60o sebesar (1.53 0.07), (1.45 0.07), (1.45
0.08), (1.53 0.08). Panjang gelombang laser hijau pada variasi N (100, 300 dan 600) garis/mm
berturut-turut sebesar (500 0.03), (525 0.02) dan (541 0.07). Berdasarkan teori indeks bias
prisma besarnya 1.5 dan panjang gelombang laser warna hijau berkisar antara 500 570 nm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sudah sesuai dengan teori dan alat ini
sudah dapat dikatakan baik untuk digunakan dalam pembelajaran optika.
Kata Kunci: Laser, indeks bias, panjang gelombang, difraksi
PENDAHULUAN
LASER (Light Amplification by
Stimulated of Radiasion) merupakan
proses penguatan cahaya oleh emisi
terstimulasi. Para ahli menggolongkannya
dalam bidang elektronika kuantum yang
mencakup bidang optika dan elektronika.
Menurut Albert Einstein ada tiga proses
yang terlibat dalam kesetimbangan termal
suatu gas yang sedang menyerap dan
memancarkan radiasi, yaitu serapan,
pancaran spontan dan pancaran
terangsang (lasing/ memancarkan laser).
Sejak ditemukan sinar laser pada
tahun 1962 oleh Dumke yaitu terdapat
kemungkinan untuk memanf'aatkan
transisi-transisi antar pita pada
semikonduktor yang mempunyai struktur
direct band gap (Chandler D,1987), maka
aplikasinya meluas ke semua bidang
bahkan merevolusi beberapa bidang
teknologi. Salah satu bentuk laser yang
banyak digunakan pada aplikasinya
adalah panjang gelombangnya dan saat ini
diode laser yang dapat dihasilkan dan
dipakai secara luas adalah dioda laser
inframerah (antara 780 850 nm) dan
merah (antara 650 720 nm) ( Hirose et
al,1984).
Laser berdasarkan pada potensi organ
tubuh dapat diklasifikasikan menjadi 4
kelas, kelas I (tidak berbahaya), kelas II
dan III (berbahaya jika mengenai mata),
kelas IV (sangat berbahaya jika dilihat
dari berbagai kondisi) dan memerlukan
penanganan khusus (Muchiar, 2007).
Laser semikonduktor merupakan
salah satu jenis laser yang penting
disamping laser-laser jenis lain seperti
laser gas dan laser cairan. Laser
semikonduktor (laser diode) juga
mempunyai koherensi ruang dan waku
serta dapat menghasilkan berkas sinar
yang monokromatik dan lurus.
Jika berkas cahaya monokhromatis
dijatuhkan pada sebuah kisi sebagian
akan diteruskan dan sebagian lagi
sehingga tampak suatu pola difraksi
berupa pita pita terang. Pita-pita terang
terjadi bila selisih lintasan dari cahaya
yang keluar dari dua celah kisi yang
berurutan memenuhi persamaan (1),
.sin nd (1)
Peristiwa penyimpangan atau
pembelokan cahaya karena melewati dua
medium yang berbeda kerapatan optiknya
atau perbedaan laju cahaya pada kedua
medium disebut sebagai pembiasan
cahaya. Perbandingan laju cahaya dalam
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-2
ruang hampa dengan laju cahaya dalam
suatu zat dinamakan indeks bias (M F.
Allonso, 1995). Indeks bias tidak pernah
lebih kecil dari 1 (artinya, n 1), dan
nilainya untuk beberapa zat (Giancoli,
2001). Menurut Hukum Snellius
memenuhi persamaan (2),
.sinsin 2211 nn (2)
Pada penelitian ini akan dibuat
sebuah alat yaitu laser dengan
memanfaatkan bahan bekas yang dapat
digunakan untuk menunjang perkuliahan
optika sebagai media dalam menjelaskan
tentang indeks bias dan difraksi.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti
berperan sebagai instrument utama dalam
mengumpulkan data dengan rancangan
alat dan bahan seperti pada Gambar 1.
Teknik pengambilan data, pada alat
dilakukan dengan uji difraksi untuk
menentukan panjang gelombang dan uji
indeks bias prisma. Data dianalisis
dengan Chi-square. Data hasil penelitian
akan dibandingkan dengan teori panjang
gelombang inframerah dan indeks bias
prisma.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan instrumen alat (Gambar
1), dibuat alat sebuah laser kelas III A
dengan memanfaatkan barang bekas DVD
yang diambil laser diodanya. Adapun
hasilnya ditunjukkan tahapannya pada
Gambar 2 - 5.
Tahap 1: Mengambil dioda laser pada
DVD bekas seperti terlihat pada Gambar
2.
Tahap 2: Merangkai semua komponen
seperti pada Gambar 3. Alat ini
dikategorikan laser berdaya sedang yaitu
5 mW (kelas III A).
Tahap 3. Uji difraksi
Alat pada Gambar 4 dan 5 diaplikasikan
untuk menentukan indeks bias pada
prisma dan panjang gelombang laser
hijau melalui difraksi kisi. Berdasarkan
teori indeks bias prisma besarnya 1.5
(Giancoli,2001) dan panjang gelombang
laser warna hijau berkisar antara 500
570 nm (Besley, 1997.
Gambar 1. Rangkaian Laser Dioda
(a) (b)
Gambar 2. (a) DVD bekas, (b) diode laser.
Gambar 3. Laser Hijau (alat).
Gambar 4. Rangkaian Difraksi
Kisi Laser Hijau.
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-3
Gambar 5. Menentukan indeks bias
prisma.
Tabel 1. Data panjang gelombang laser warna
hijau melalui kisi difraksi.
No L (cm) N
(lines
/mm)
d (cm) y
(cm)
(nm)
1 20 100 10-2 1 500 0.03
2 20 300 3x10-2 3.5 525 0.02
3 20 600 6x10-2 6.5 541 0.07
Tabel 2. Data Indeks Bias pada Prisma
No
i1
(o)
i2
(o)
r1
(o)
r2
(o)
A
(o)
D
(o) n
1 30 40 20 60.7 60 30.67 1.530.07
2 45 38 22 49.0 60 34.00 1.450.08
3 60 28 32 40.0 60 40.00 1.200.08
Pada Gambar 4, dengan menggunakan
persamaan (1), diperoleh data panjang
gelombang seperti pada Table 1.
Sementara pada Gambar 5, dengan
menggunakan persamaan 2 diperoleh data
indeks bias prisma seperti terlihat pada
Table 2.
KESIMPULAN
Laser hijau ini dirancang dengan
memanfaatkan barang bekas (DVD rusak)
dan dikategorikan laser berdaya sedang
yaitu 5 mW (kelas III A) dan digunakan
untuk pembelajaran optika khususnya
percobaan indeks bias dan difraksi.
Diperoleh indeks bias prisma yaitu pada
variasi i1 (30o, 45o dan 60o) berturut-turut
sebesar (1.53 0.07), (1.45 0.08) dan
(1.53 0.08). Hasil ini sesuai dengan teori
bahwa besarnya indeks bias prisma 1.5
(Giancoli, 2001).
Pada uji difraksi, diperoleh panjang
gelombang laser hijau pada variasi N (100,
300 dan 600 garis/mm) berturut-turut
sebesar (500 0.03), (525 0.02) dan (541
0.07). Berdasarkan teori panjang
gelombang laser warna hijau berkisar
antara 500 570 nm (Giancoli, 2001).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai oleh LP2M,
oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada LP2M Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa atas
kepercayaannya.
DAFTAR RUJUKAN
Besley, M.J., 1997. Laser and Their
Aplication. Landon: Taylor & Francis Ltd
Chandler. D., 1987. Introduction to Modern
Statistical Mechanics. New York: Oxford
Univ Press
Hirose. A., Longren.E. L., 1984. Introduction
to Wave Phenomena. Canada: awiley-
interscience publication.
Muchiar., 2007. Pembuatan Model Laser Nd-
YAG gelombang Kontinyu Daya
Rendah. Serpong-Tangerang: Pusat
penelitian LIPI
Giancolli, Douglas. 2001. Fisika jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-4
Heterogenitas Kemampuan Belajar Siswa sebagai Dasar Pengembangan Model Pembelajaran Leader-TRACE (Training, Action, Evaluation)
AULYA NANDA PRAFITASARI
Pascasarjana Jurusan Pendidikan IPA Universitas Jember
E-mail: [email protected]
TEL: 085204960246
ABSTRACT: The ability of students who are not homogeneous in a class is one of the problems in the learning process. This study describe the level of heterogeneity of students in a class and
thus require the development of new learning models that can more focus to minimize it. Data of
students' ability that heterogeneous collected by questionnaires and interviews in May 2015,
which are consist of 10 teachers and 20 students from several secondary schools in Jember. As
results, the teachers explain that most schools have difference students' learning ability
significantly, so the students understanding is uneven. Most of students said that learning
models of teachers was bored and less motivated to learn. They are also prefer to learn in groups
rather than individuals because they can sharing opinions if experiencing difficulty in
learning. Therefore, we need a new learning model development that is packaged in a Leader-
TRACE (Training, Action, Evaluation) learning model with a syntax that is more focused to
improve the students understanding and what the students need. From this research could be
found the reason why the development of the Leader-TRACE (Training, Action, Evaluation)
learning model with basic heterogeneity of students ability in the class is very required
Keywords: Heterogeneity Students Learning Ability, Leader-TRACE (Training, Action, and
Evaluation), Learning Model Development.
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA adalah pembelajaran
yang menekankan pada proses dan produk
berdasarkan aturan, prinsip, hukum, serta
logika yang sistematis tentang gejala
alam. Arkundato (2007:10) menjelaskan
bahwa pembelajaran adalah usaha yang
dilakukan untuk membantu siswa dalam
belajar, pembelajaran mempunyai tiga
variabel utama, yaitu (1) kondisi
pembelajaran, (2) metode pembelajaran,
(3) hasil pembelajaran. Menurut Riyanto
(2008:89), dalam aplikasinya proses dari
kegiatan belajar merupakan sebuah
pembelajaran. Dalam arti lain
pembelajaran adalah upaya
membelajarkan siswa untuk belajar.
Kegiatan pembelajaran akan melibatkan
siswa mempelajari sesuatu dengan cara
efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal
tersebut kini proses belajar mengajar
telah dituntut lebih inovatif dengan
tersedianya banyak pilihan model
pembelajaran, namun seharusnya tetap
disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Sebagian besar model pembelajaran yang
ada memiliki sintakmatik yang kurang
fleksibel saat pelaksanaan pembelajaran,
sehingga guru harus menggunakan model
pembelajaran yang lain untuk diterapkan
pada materi yang berbeda. Faktor kondisi
para siswa sendiri juga menjadi hal yang
wajib dipertimbangkan oleh guru dalam
membuat rencana pembelajaran.
Suatu penelitian eksperimen kelas,
sering menggunakan quasi eksperimen
atau eksperimen semu. Yakni suatu
ekperimen dimana objek penelitiannya
dianggap memiliki variabel atau atribut
yang sama atau diseragamkan sehingga
dapat diperoleh hasil yang mewakili objek
secara umum. Namun adanya perbedaan
objek penelitian khususnya jika objeknya
siswa dalam satu kelas, tentu dapat
disadari dengan mudah bahwa perbedaan
kemampuan setiap siswa tersebut tidak
seragam atau bersifat heterogen. Sehingga
sudah sepatutnya kemampuan siswa yang
beragam ini diperhitungkan dan dapat
dimanfaatkan serta difasilitasi oleh guru
mailto:[email protected]
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-5
agar heterogenitas kemampuan belajar
siswa tersebut dapat diminimalkan.
Seperti pada penelitian Wahyuni
(2014) tentang perbedaan kemampuan
pemecahan masalah kelas heterogen
gender dengan kelas homogen gender yang
menyebutkan terdapat perbedaan
kemampuan antara kedua kelas tersebut,
heterogenitas kemampuan siswa dalam
suatu kelas sendiri juga mempengaruhi
hasil pencapaian kelas secara umum.
dalam kelas heterogen, permasalahan
tentang heterogentas kemampuan siswa
juga dapat menjadi kendala dalam
pelaksanaan pembelajaran yang baik
untuk semua siswa, efektif dan efisien.
Guru terkadang belum bisa melanjutkan
materi karena harus mengulang bagian
yang belum jelas dalam kelas atau
memilih untuk tetap melanjutkan materi
dengan berfikiran yang penting materi
selesai. Dengan sedikitnya waktu,
terkadang yang terakhir tersebut lebih
dipilih dan mempercayakan ke siswanya
untuk belajar lebih dalam lagi secara
mandiri. Di kelas heterogen, jumlah siswa
yang memiliki kemampuan lebih biasanya
lebih sedikit dari pada siswa dengan
kemampuan yang kurang. Sehingga
seharusnya pencapaian materi
disesuaikan dengan siswa yang lebih
banyak atau berkemampuan rata-rata,
serta memberikan pengajaran yang
intensif pada siswa dengan kemampuan
kurang. Jika hal ini dilakukan dengan
model pembelajaran yang kurang tepat,
maka akan sulit dalam mencapainya.
Model pembelajaran sendiri adalah
kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar
(Sutarto dan Indrawati; 2013). Model
pembelajaran membutuhkan sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar yang
berbeda. Model pembelajaran terbentuk
melalui berbagai kombinasi dari bagian-
bagian/komponen yang meliputi: 1. Fokus,
merupakan aspek sectral sebuah model; 2.
Syntax, tahapan dari model mengandung
uraian tentang model tindakan; 3. Sistem
sosial, pembelajaran pada dasarnya
adalah menggambarkan hubungan antara
guru dan siswa dalam satu sistem; 4.
Sistem pendukung, bertujuan
menyiapkan kemudahan kepada guru dan
siswa demi keberhasilan penerapan
strategi pembelajaran. Sebagai contoh,
melalui model pembelajaran kerja
kelompok, siswa bisa saling memberikan
bantuan satu sama lainnya, siswa pintar
bisa membantu temannya Suyanto (2013:
135-137). Sedangkan Joyce, et al. (2004),
menyebutkan masih terdapat dua unsur
lainnya, yakni 5. Dampak Instruksional
dan 6. Dampak Pengiring. Keenam unsur
inilah yang akan dijadikan dasar untuk
mengembangkan suatu model
pembelajaran di kelas. Menurut Suyanto
(2013) menyebutkan bahwa model harus
bersifat rasional teoritis; berorientasi pada
tujuan pembelajaran; berpijak pada cara
khusus agar sukses dilaksankan; berpijak
pada lingkungan yang kondusif agar
tujuan belajar dapat tercapai. Untuk itu
harus diketahui terlebih dahulu
bagaimana kondisi pembelajaran baik dari
sisi guru maupun menurut siswa sendiri
agar dapat dikembangkan suatu model
pembelajaran baru yang lebih flesibel dan
dapat menfasilitasi peran guru dan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara aktif bersama-sama.
Dari uraian diatas dapat diketahui
bahwa perlu adanya pengembangan model
pembelajaran baru yang dapat
menfasilitasi guru dan lebih fleksibel
untuk disesuaikan dengan materi yang
ingin dicapai. Alternatif solusi yang
ditawarkan adalah model pembelajaran
Leader-TRACE (Training, Action,
Evaluation). Ide awal pengembangan
model pembelajaran Leader-TRACE
(Training, Action, Evaluation) ini adalah
adanya perbedaan kemampuan belajar
siswa yang dianggap penting untuk
diminimalkan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai bukan hanya oleh guru,
namun oleh setiap siswa dalam satu kelas.
Oleh karena itu, dari permasalahan yang
ada dan alternatif solusi yang digunakan,
maka judul yang digunakan adalah
Heterogenitas Kemampuan Belajar Siswa
sebagai Dasar Pengembangan Model
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-6
Pembelajaran Leader-TRACE (Training, Action, Evaluation).
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, adapun rumusan masalah yang
diangkat adalah: Bagaimanakan
heterogenitas kemampuan belajar siswa
dapat mendasari pengembangan model
pembelajaran Leader-TRACE (Training,
Action, Evaluation)?
METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara langsung
maupun melalui kuesioner berupa draf
pertanyaan yang dijawab oleh beberapa
guru dan siswa tentang tentang
pemerataan kemampuan IPA siswa dalam
satu kelas, bagaimana cara mengajar guru
menurut siswa, dan bagaimana siswa
belajar IPA menurut guru. Selanjutnya
dijadikan bahan permasalahan dan ide
dalam membuat inovasi pengembangan
model pembelajaran.
Penelitian dilaksanakan selama
bulan Mei 2015, dengan responden 10
guru IPA dari SMP Negeri 1 Wuluhan,
SMP Negeri 2 Wuluhan, SMP Bustanul
Ulum, SMP Darul Hidayah, SMP
Diponegoro 6, SMP Nurul Islam, SMP
Muhammadiyah 6, SMP Muhammadiyah
7, dan SMP Maarif 08. Serta 20 siswa
dari SMP Negeri 1 Wuluhan, SMP Negeri
1 Ambulu, SMP Negeri 2 Ambulu, SMP
Negeri 1 Jenggawah, SMP Baitul.
Pemilihan responden dilakukan secara
acak untuk selanjutnya dilakukan analisis
deskriptif sebagai dasar dalam
mengembangkan model pembelajaran
yang dibutuhkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran IPA adalah belajar yang
tidak hanya menuntut menghasilkan
prodak yang baik, namun justru
mengutamakan proses yang lebih baik.
Evaluasi proses dapat menentukan siswa
benar-benar telah paham materi atau
hanya sekedar mendapatkan hasil prodak
yang bagus karena keberuntungan. Hal
ini dapat diketahui dari proses belajar itu
sendiri. Bagaimana siswa berusaha
memahami materi dengan aktif dan
berusaha memiliki pemahaman yang
minimal sama dengan siswa yang
dianggap lebih mampu di kelas. Membuat
pemahaman yang relatif sama dalam satu
kelas bukan hal yang gampang, karena
bergantung pada kesadaran siswa itu
sendiri, kepedulian antar siswa untuk
saling membantu rekannya dan model
serta metode yang digunakan guru harus
dapat mengfasilitasi hal tersebut. Oleh
karena itu dilakukan wawancara
pembelajaran IPA SMP di Jember tentang
kemampuan siswa serta mengetahui
bagaimana kondisi belajar IPA pada suatu
kelas agar dapat dikembangkan suatu
solusi yang sesuai secara umum. Adapun
dari hasil wawancara didapatkan data
pada Tabel 1 dan 2.
Berdasarkan wasil wawancara
guru di atas, dapat diketahui bahwa
sebanyak 80% kelas terdiri dari siswa
dengan kemampuan yang tidak seragam
atau heterogen, dengan siswa yang
dianggap memiliki kemampuan lebih dari
setengah siswa dalam satu kelas hanya
sekitar 20%. Hal ini bagi 70% guru yang
diwawancarai cukup menghambat proses
transfer informasi. Walaupun menyadari
hal tersebut, kebanyakan guru tidak
pernah mencoba memanfaatkan
kemampuan siswa yang
memilikimkemampuan lebih untuk
dengan sengaja mengajari rekannya yang
kurang mampu. Bentuk kerjasama yang
dilakukan siswa hanya diskusi namun
terkadang belum cukup membuat siswa
yang kurang mampu menjadi lebih
paham. Hal ini dikarenakan diskusinya
hanya menyimpulkan jawaban dari yang
lebih mampu adalah jawaban yang benar
sehingga siswa hanya mengikuti tanpa
berusaha untuk memahami. Saat proses
belajar berlangsung, dari 10 guru hanya 4
saja yang menyatakan siswanya akan
aktif bertanya jika ada yang kurang
paham, sedangkan siswanya bersikap
pasif. Hal ini bisa terjadi karena siswa
sulit untuk mengungkapkan
ketidakpahamannya pada guru, bingung
dan tidak berani menjelaskan apa saja
kurang dimengerti. Sedikit guru mencoba
menggunakan Peer Tutoring dalam proses
belajar, dan menyebutkan bahwa cukup
efisien membuat siswa lebih aktif dan
berani bertanya langsung kepada tutor
sebayanya.
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-7
Tabel 1. Wawancara terhadap guru IPA
Tabel 2. Wawancara terhadap siswa tentang pembelajaran IPA
Wawancara pada siswa
menghasilkan data yang relatif sama dengan guru, yakni 65% siswa menyebutkan bahwa kelasnya terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan kurang merata, dan hanya 3 siswa yang
menyebutkan bahwa dikelasnya memiliki siswa dengan kemampuan lebih atau cukup baik lebih dari 50% dari total siswa dalam satu kelas. Dari 20 siswa yang diwawancarai, hanya 8 siswa yang antusias dan termotivasi untuk belajar di
Variabel Jawaban Jumlah Persentase (%) Pemerataan Kemampuan Belajar Siswa di kelas pada Umumnya
Rata 2 20 Tidak Rata 8 80
Presentase jumlah siswa yang memiliki kemampuan lebih
x 30 % 5 50 30%>x>50% 3 30 50 % 2 20
Perbedaan kemampuan menghambat proses transfer informasi guru ke siswa
Ya 7 70
Tidak 3 30
Pernah mengkondisikan pembelajaran dimana siswa yang lebih mampu membantu rekannya
Ya 4 40
Tidak 6 60
Siswa aktif bertanya dalam pembelajaran
Aktif 4 40 Kurang aktif 6 60
Pernah melaksanakan Peer Tutoring
Ya 2 20 Tidak 8 80
Metode pembelajaran yang diingikan siswa
Ceramah 3 30 Diskusi 5 50 Lain-lain 2 20
Variabel Jawaban Jumlah Persentase (%)
Pemerataan Kemampuan Belajar Siswa di kelas pada Umumnya
Rata 2 20 Tidak Rata 8 80
Presentase jumlah siswa yang memiliki kemampuan lebih
x 30 % 5 50 30%>x>50% 3 30 50 % 2 20
Perbedaan kemampuan menghambat proses transfer informasi guru ke siswa
Ya 7 70 Tidak 3 30
Pernah mengkondisikan pembelajaran dimana siswa yang lebih mampu membantu rekannya
Ya 4 40 Tidak 6 60
Siswa aktif bertanya dalam pembelajaran
Aktif 4 40 Kurang aktif 6 60
Pernah melaksanakan Peer Tutoring Ya 2 20 Tidak 8 80
Metode pembelajaran yang diingikan siswa
Ceramah 3 30 Diskusi 5 50 Lain-lain 2 20
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-8
dalam kelas karena proses belajar yang
dilakukan guru dianggap kurang
menyenangkan. Sebanyak 60% dari siswa
yng diwawancara menyebutkan cukup
sulit memahami penjelasan guru,
walaupun demikian juga tidak membuat
siswa aktif untuk bertanya karena
berbagai alasan contohnya merasa kurang
nyaman kepada guru yang terkadang
kaku. Siswa membutuhkan pengajar yang
dapat mengkomunikasikan materi dengan
sederhana namun bermakna dan dapat
sharing layaknya dengan rekan sesama
siswa. Oleh karena itu, kebanyakan
responden menyebutkan lebih senang
belajar secara diskusi atau kelompok,
walaupun hasilnya terkadang masih
kurang optimal.
Dari kedua hasil wawancara antara
guru dan siswa maka dapat dipadukan
bahwa adanya perbedaan kemampuan
siswa dalam kelas cukup mengahambat
tercapainya tujuan pembelajaran yang
berlaku untuk seluruh siswa dalam kelas
tersebut. Pembelajaran IPA
membutuhkan suatu model pembelajaran
yang dapat memotivasi siswanya,
membuat siswa berani bertanya tentang
materi yang kurang dipahami tanpa
merasa canggung dan takut.
Pembelajaran dapat dikemas dalam
belajar kelompok namun harus diberikan
kesadaran bahwa siswa yang mampu
diberikan tanggungjawab untuk
membantu dan mengarahkan rekannya
memahami materi, sedangkan anggota
lainnya harus berusaha memahami apa
yang telah dijelaskan rekan yang lebih
mampu dan bertanggungjawab untuk bisa
mengerjakan tugas kelompok dan
individunya. Model dasar yang cocok
adalah Coperative yang dipadukan dengan
Peer Turoring namun dikemas dalam satu
model utuh dan disempurnakan sebagai
solusi dari keduanya. Hal ini karena pada
pembelajaran kooperatif, guru dapat
mengoptimalkan kemampuan siswa-siswa
yang lebih baik agar dapat membantu
rekannya melalui peer tutoring. Pada
jurnal Indrianie (2015) dijelaskan bahwa
pembelajaran cooperative learning model
tutor sebaya terbukti memberikan
pengaruh signifikan terhadap hasil belajar
peserta didik yaitu hasil belajar yang lebih
baik.
Namun jurnal Rittchof & Griffin
(2001) yang melakukan penelitian
menggunakan Reciprocal Peer Tutoring
(RPT), menunjukkan bahwa RPT gagal
untuk meningkatkan pemahaman materi
siswa melalui penilaian tugas secara
individu. Hal ini karena peer tutoring juga
memiliki kelemahan yakni kurangnya
arahan dari guru sebelum tutor mencoba
memberikan penjelasan, baik bagaimana
cara melakukan transfer informasi yang
tepat dan bertanggung jawab serta
penyetaraan tingkat pemahaman siswa
yang terpilih sebagai tutor jika proses Peer
Tutoring terdiri dari beberapa kelompok.
Agar lebih optimal, setiap siswa yang
dianggap mampu dilatih untuk peduli
terhadap peningkatan pemahaman rekan
dalam bentuk kelompok-kelompok. Guru
dapat memberikan penjelasan tentang
materi sebelum hari pembelajaran agar
siswa terpilih memiliki standart
kemampuan yang relatif sama untuk
selanjutnya ditransfer ke rekannya dalam
masing-masing kelompok. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan training
pada siswa terpilih sebelum pembelajaran.
Selain melaksanakan Peer Tutoring,
model yang digunakan juga harus
mengatasi masalah yang terkadang
muncul, yakni sulitnya mengkoordinasi
setiap kelompok untuk bekerja sesuai
rancangan pembelajaran. Adanya siswa-
siswa terpilih dapat diberikan
tanggungjawab terhadap proses
pembelajaran sebagai solusi
permasalahan tersebut melalui
pembelajaran kooperatif. Hal ini didukung
oleh penelitian Nath & Ross (2001) yang
menyebutkan bahwa potensi dari
ketrampilan melatih atau mendidik tutor
sebaya ketika digunakan melalui
penggabungan dengan pembelajaran
kooperatif tipe CIRC meningkatkan
kerjasama dan kemampuan
berkomunikasi siswa, dan dengan cara
demikian membuat pembelajaran
kooperatif berpotensi lebih besar dalam
keberhasilan kerja. Selain itu, dalam
penelitian yang dilakukan oleh Eskay dan
timnya (2012), menunjukkan bahwa
dengan mengimplementasikan peer
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-9
tutoring, pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran kolaboratif seorang guru
juga dapat menurunkan tingkat perilaku
anti-sosial siswa di kelas. Sehingga
diaharapkan setiap siswa peduli akan
pemahaman siswa lainnya agar tidak
dapat perbedaan kemampuan belajar
siswa yang cukup besar.
Evaluasi langsung setelah proses
pembelajaran juga diperlukan dalam
menginovasi model pembelajaran sehingga
dapat menjadikan pembelajaran
berikutnya lebih baik. Selain dari
pengamatan guru secara langsung, nilai
kognitif produk tiap siswa, hal ini juga
dapat diperoleh dari laporan setiap siswa
terpilih dari masing-masing kelompok
tentang bagaimana keaktifan setiap
anggotanya dalam meningkatkan
pemahaman. Sehingga guru dapat
memutuskan solusi untuk membantu
siswa yang kurang dalam meningkatkan
pemahamannya.
Solusi yang ditawarkan adalah suatu
pembelajaran melalui model baru dengan
unsur karakteristik yang mengemas
kebutuhan pembelajaran yang telah
dijelaskan sebelumnya. Hal tersebut
dikemas dalam model pembelajaran
Leader-TRACE yakni model yang akan
mengarahkan guru mengoptimalkan
kemampuan siswa-siswa terpilih sebagai
Leader untuk masing-masing
kelompoknya dan selanjutnya melakukan
TRACE atau Training, Action, dan
Evaluation. Pada tahap Training, adalah
tahap prakondisi sehingga pada saat
pembelajaran siswa telah tahu apa yang
akan dilakukan sehingga lebih terarah,
efektif dan efisien. Tahap Action, adalah
tahap yang terdiri dari beberapa fase yang
lebih fleksibel untuk pembelajaran IPA.
Fase-fase pada tahap tersebut dapat
menfasilitasi berbagai kegiatan siswa
yang dibutuhkan pada pembelajaran,
dapat berupa kegiatan belajar kelompok
yang sederhana tentang pemahaman
suatu materi, hingga pemecahan masalah,
demonstrasi, praktikum, dan lainnya
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah dibuat oleh guru. Pada tahap
Evaluation, guru dapat melakukan
penilaian bukan hanya dari pengamatan
diri sendiri tapi juga dari informasi siswa
yang menceritakan pengelaman
belajarnya secara langsung sebagai
pertimbangan rencana kegiatan
pembelajaran berikutnya yang lebih baik.
Oleh karena itu diharapkan melalui model
pembelajaran Leader-TRACE, proses
pembelajaran IPA siswa menjadi lebih
baik sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajarannya dan membuat
kemampuan siswa di kelas lebih homogen.
a. Fokus
Fokus model dalam kajian ini adalah
meningkatkan pemahaman rata-rata
siswa melalui bantuan tutor sebaya
dalam kelompok, sehingga
menurunkan tingkat heterogenitas
kemampuan siswa dalam suatu kelas.
Dalam kajian ini, pembelajaran untuk
pelaksanaan Model Pembelajaran Leader-
TRACE terdiri atas tiga tahap yaitu tahap
Training; Action; dan Evaluation. Masing-
masing tahap dapat dijelaskan sebagai
berikut:
b. Sintakmatik
Dalam kajian ini, pembelajaran untuk
pelaksanaan Model Pembelajaran
Leader-TRACE terdiri atas tiga tahap
yaitu tahap Training; Action; dan
Evaluation. Masing-masing tahap
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Training, dilakukan sebelum hari
pembelajaran. Terdiri dari kegiatan:
1. Organisasi, membentuk kelompok
belajar yang heterogen ideal yang
disesuaikan dengan jumlah siswa
yang dianggap mampu menjadi
Leader untuk masing-masing
kelompok;
2. Training, leader diberikan arahan
dan penjelasan materi oleh guru
untuk dijelaskan kepada
kelompoknya.
Action, ketika hari pembelajaran.
Terdiri dari beberapa tahap yakni:
1. Orientasi, Siswa memperhatikan
tujuan pembelajaran dan model
pembelajaran yang dijelaskan
guru;
2. Peer Tutoring, leader menjelaskan
kepada kelompoknya tentang
materi dan atau langkah kerja
yang telah dijelaskan guru
sebelumnya;
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-10
3. Implementasi, setiap siswa dalam
kelompok menguji
pemahamannya dengan
menyelesaikan LKS yang
diberikan guru secara individu
atau melakukan kegiatan sesuai
pembagian kerja kelompok;
4. Diskusi Solusi, setiap kelompok
dipimpin leader melakukan
diskusi untuk menyelesaikan
permasalahan di LKS dan
membuat kesimpulan;
5. Presentasi, perwakilan kelompok
(selain leader) yang terpilih
mempresentasikan hasil diskusi;
6. Penguatan, siswa memperoleh
penguatan materi dari guru;
7. Tes, siswa mengerjakan Uji
Kemampuan untuk mengetahui
tingkat pemahaman tiap individu.
Evaluation, Setelah pembelajaran.
Terdiri dari kegiatan:
1. Report, masing-masing leader
melaporkan hasil pembelajaran
kelompoknya;
2. Kesimpulan Tindakan, siswa yang
kurang mampu memahami materi
dikelompoknya dapat dipindah
dan digantikan anggota kelompok
dari leader lain yang dianggap
memiliki anggota dengan tingkat
pemahaman lebih bagus atau
mempertahankan bentuk
kelompok bila dianggap telah
menjadi kelompok belajar yang
ideal sesuai harapan.
c. Sistem Sosial
Situasi atau suasana dan norma yang
berlaku dalam model. Berkaitan
dengan kajian ini adalah sebagai
berikut: Perbedaan kemampuan
dijadikan suatu kekuatan untuk
saling peduli antar siswa; memiliki
tanggung jawab yang seimbang untuk
memberi dan menerima; lingkungan
belajar yang kondusif dan
komunikatif.
d. Prinsip Reaksi
Pola kegiatan yang menggambarkan
bagaimana seharusnya guru melihat
dan memperlakukan para siswa.
Berkaitan dengan kajian ini adalah
sebagai berikut: guru memberikan
kepercayaan kepada siswa dalam
memahami konsep dengan caranya
sendiri; guru mudah memonitoring
dan melakukan bimbingan melalui
leader maupun secara langsung pada
masing-masing siswa; guru
melaksanakan apresiasi secara
individu maupun kelompok serta nilai
lebih bagi leader yang mampu
membantu kelompoknya mencapai
tujuan dengan baik; pelaksanan dan
hasil evaluasi KBM antar kelompok
siswa maupun dari guru berjalan dan
berhasil baik.
e. Sistem Pendukung
Segala sarana, bahan dan alat yang
diperlukan untuk melaksanakan
model. Berkaitan dengan kajian ini
adalah sebagai berikut: dibutuhkan
sarana pendukung pembelajaran
yang proporsional; dibutuhkan sarana
workshop untuk melaksanakan
perancangan dan pembuatan produk
target; dan dibutuhkan tempat dan
sarana untuk mendukung praktek
demo hasil produk.
f. Dampak Instruksional
Hasil belajar yang dicapai langsung
dengan cara mengarahkan para siswa
pada tujuan pembelajaran yang
diharapkan/dirumuskan. Berkaitan
dengan kajian ini adalah dapat
mewujudkan tujuan pembelajaran
yakni dalam hal ini: pemahaman
konsep merata dan meningkat tinggi.
g. Dampak Pengiring
Hasil belajar lainnya yang dihasilkan
dari suatu proses belajar mengajar,
sebagai akibat terciptanya suasana
belajar yang dialami langsung oleh
para siswa tanpa pengarahan
langsung dari guru. Berkaitan dengan
kajian ini adalah sebagai berikut:
rata-rata kemampuan menangkap
dan melaksanakan informasi, instruk,
tugas siswa rata-rata menjadi baik;
munculnya kemampuan kerja sama
antar siswa; rata-rata siswa dapat
obyektif melakukan penilaian, kritik,
kontrol, dan memberikan perbaikan
antar teman.
Demikian ulasan tentang
pentingnya memperhatikan kemampuan
siswa secara keseluruhan dan
memberikan perhatian khusus pada
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-11
perbedaan kemampuan siswa karena hal
ini sebagai acuan suatu pembelajaran
telah mencapai tujuan pembelajarannya
atau belum sehingga dapat mendasari
dibutuhkannya pengembangan model
pembelajaran Leader-TRACE (Training,
Action, Evaluation) yang merupakan
kajian pengembangan model sebagai
solusi meminimalkan heterogenitas
kemampuan belajar siswa dalam suatu
kelas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil wawancara
dapat disimpulkan bahwa hampir pada
setiap kelas terdiri dari siswa dengan
kemampuan yang heterogen dengan siswa
yang memiliki kemampuan lebih tidak
lebih dari 50%. Siswa juga membutuhkan
pembelajaran yang dapat memotivasi dan
dengan mudah dapat menyampaikan apa
yang kurang dipahami tanpa merasa
canggung. Karena hal tersebutlah sebagai
salah satu faktor yang membuat
kemampuan belajar siswa dalam suatu
kelas terlalu berbeda. Sehingga mendasari
perlunya kajian pengembangan model
pembelajaran Leader-TRACE (Training,
Action, Evaluation) sebagai solusi untuk
meminimalkan heterogenitas kemampuan
belajar siswa.
Selanjutnya diperlukan pengujian
model Leader-TRACE yang hendaknya
dilakukan penilaian dan pengamatan
secara sistematis maupun non-sistematis
dari berbagai aspek baik dari aktivitas
guru maupun siswa yang menggunakan
model tersebut. Sehingga dapat diperoleh
data yang valid dan reliabel sebagai acuan
bagaimana kelayakan model pembelajaran
Leader-TRACE (Training, Action,
Evaluation) dapat digunakan dan
memberikan perubahan aktivitas yang
baik dalam pembelajaran, khususnya
pembelajaran IPA.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih diberikan pada
para guru dan siswa dari beberapa SMP
baik negeri maupun swasta di Jember
yang telah bersedia meluangkan waktu
dalam proses wawancara sehingga
diperoleh data guna mendasari dibuatnya
karya tulis ini.
DAFTAR RUJUKAN
Arkundato, A. 2007. Pembaharuan dalam
Pembelajaran Fisika. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Indrianie, N. S. 2015. Penerapan Model
Tutor Sebaya pada Mata Pelajaran
Bahasa Inggris Reported Speech
terhadap Hasil Belajar Peserta didik
MAN Kota Probolinggo. Jurnal
Kebijakan dan Pengembangan
Pendidikan. I (1), 126-132 ISSN:
2337-7623; EISSN: 2337-7615.
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E.
(2004). Model of Teaching, Sixth
Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Rittchof, K. A & Griffinm B. W. 2001.
Reciprocal Peer Tutoring: re-
examining the value of a co-operative
learning technique to college
students and instructors.
Educational Psychology. XXI (3),
ISSN 1469-5820; EISSN 0144-3410.
Sutarto & Indrawati. (2013). Strategi
Belajar Mengajar Sains. Jember:
Jember University Press.
Suyanto, 2013. Menjadi Guru Profesional:
Strategi Meningkatkan Kualifikasi
dan Kualitas Pendidik. Jakarta:
Erlangga
Wahyuni. 2014. Perbedaan Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematis Antara Siswa
Kelas Heterogen Gender dengan
Kelas Homogen Gender melalui Model
Pembelajaran Berbasis Masalah di
MTS Kota Langsa. Jurnal Pendidikan
Matematika PARADIKMA. VII (1), 75-
86, ISSN: 1978-8002
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-12
Erupsi Raung Juli 2015 Sebagai Laboratorium Alam Fisika
KENDID MAHMUDI1), FIKROTURROFIAH SUWANDI PUTRI2) LILIK HENDRAJAYA3)
1) Pascasarjana Program Studi Pengajaran Fisika Institut Teknoogi Bandung.
Jl. Ganesha No. 10 Bandung
E-mail: [email protected] 2) Pascasarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta.
Jl. Colombo No.1 Sleman Yogyakarta
E-mail: [email protected] 3) Fisika Institut Teknoogi Bandung. Jl. Ganesha No. 10 Bandung
E-mail: [email protected]
TEL : - ; FAX : -
ABSTRAK: Indonesia merupakan negara yang terletak pada pertemuan ketiga lempeng benua.
Pertemuan lempeng tersebut menyebabkan subduksi, sehingga timbul gunungapi. Indonesia
memiliki sekitar 139 gunungapi aktif. Salah satu gunungapi aktif yaitu Gunung Raung.
Gunungapi ini merupakan gunungapi yang memiliki kaldera. Gunungapi memiliki potensi
pendidikan yang bagus dimana dalam perkembangan pendidikan akan dikolaborasikan sebagai
laboratorium alam yang akan menunjang proses belajar mengajar yang lebih kontekstual
terutama dalam Fisika. Erupsi yang terjadi pada bulan juli dapat teramati dengan seismograf.
Data hasil perekaman getaran dianalisis menggunakan konsep-konsep fisika sehingga dapat
tercipta pemanfaatan lingkungan dengan belajar fisika yang lebih aplikatif.
Kata Kunci: Gunungapi, Erupsi Raung, Laboratorium Alam.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki gunung api yang
banyak di dunia. Menurut Bronto, gunung
api di Indonesia membentang mulai dari
Sumatera Jawa Bali Nusa Tenggara
Sulawesi Banda Maluku Papua,
sehingga disebut dengan istilah Ring Of
Fire (Rahayu, 2014). Gunung Raung
merupakan salah satu gunung api aktif
yang berada dalam deretan gunung api di
pulau Jawa. Gunung Raung ini memiliki
ketinggian 3332 mdpl. Secara
administrative gunung Raung termasuk
dalam tiga wilayah Kabupaten
Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, dan
Kabupaten Jember (A.Wildani, 2013).
Zona Solo merupakan zona depresi
memanjang berarah barat timur yang
secara tektonik terbentuk karena
terpatahkan pada saat pembentukan
geoantiklin Jawa, sehingga pada batas
antara Zona Solo dengan Zona
Pegunungan Selatan yang berada di
bagian selatan Zona Solo, membentuk
struktur patahan dengan dinding terjal.
Proses depresi Zona Solo menghasilkan
sesar tangga (block faulting) yang
memungkinkan terbentuknya gunung api
muda di Pulau Jawa, khususnya di Jawa
Timur termasuk Kompleks Gunung Ijen
(A. Zaenuddin, 2012).
Indonesia kaya dengan sumber daya
alam, selain itu Indonesia juga memiliki
potensi pengembangan Laboratorium yang
berbasis alam. Laboratorium alam ini
dapat membantu proses pembelajaran
dalam aplikasi, terutama materi-materi
tentang Ilmu Alam. Laboratorium alam ini
dianggap penting selain dari media
pembelajaran, diharapkan dengan adanya
laboratorium alam ini akan lebih
meningkatkan minat belajar peserta didik
untuk memanfaatkan ilmu tentang konsep
terhadap aplikasi dalam kehidupan.
Berkaitan dengan pengembangan
Laboratorium Alam, makalah ini
ditujukan sebagai pengembangan Gunung
Raung sebagai salah satu Laboratorium
Alam yang ada di Jawa Timur wilayah
timur. Dimana akan dipelajari tentang
perilaku erupsi Gunung Raung pada bulan
Juli sebagai pendukung dari Laboratorium
Alam. Selain itu pengamatan erupsi dan
penentuan jarak ketinggian erupsi dengan
menggunakan konsep-konsep Fisika.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-13
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan analisis dan
pengamatan. Metode ini digunakan
karena dalam penelitian dianggap paling
akurat. Lokasi penelitian ini terletak pada
Pos Pengamatan Gunung Raung di dusun
Manggaran desa Sumber Arum
Kecamatan Songgon Kabupaten
Banyuwangi. Instrument yang digunakan
terdiri dari Seismograf, Kamera, dan
Konversi Seismograf. Pengumpulan data
dari proses dari gunung Raung dilakukan
dengan perekaman proses gunung Raung
yang tercatat dalam seismograf.
Penelitian dilakukan selama bulan Juli
2015.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Erupsi Juli 2015
Berdasarkan pengamatan pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Indonesia memiliki gunung aktif
dengan pengklasifikasian tiga kelompok
berdasarkan sejarah letusannya yaitu
Tipe A, Tipe B, dan Tipe C. Dimana Tipe A
sebanyak 79 buah yaitu gunung api yang
pernah meletus sejak tahun 1600. Tipe B
sebanyak 29 buah yaitu gunung api yang
pernah meletus sebelum tahun 1600.
Sedangkan untuk Tipe C yaitu lapangan
solfatara dan fumarole sebanyak 21 buah
(Bemelen, 1949).
Bahaya letusan gunung api dibagi
menjadi yaitu bahaya primer dan bahaya
sekunder. Bahaya primer yaitu bahaya
yang langsung menimpa penduduk saat
letusan berlangsung, misalnya awan
panas, udara panas dan lontaran bom
hingga kerikil. Bahaya sekunder yaitu
bahaya yang secara tidak langsung dan
umumnya terjadi setelah letusan terjadi
seperti lahar dingin maupun kerusakan
lahan dan pemukiman penduduk (Rahayu,
2014). Erupsi ini selain merusak, erupsi
juga membawa dampak yang sangat
positif. Dampak positif setelah terjadi
proses erupsi yaitu menjadi semakin
suburnya tanah sekitar leren dan
melimpahnya material dari bahan galian
C di sekitar gunung api.
Gambar 1. Grafik RSAM pada bulan
Juli 2015 (Burhan, 2015)
Gunung api memiliki erupsi yang
berbeda setiap gunung api. Tipe erupsi
terbagi menjadi beberapa yaitu
berdasarkan sumber energi dan sifat-sifat
erupsi. Erupsi berdasarkan sumber
energinya dibagi menjadi tiga tipe yaitu
Erupsi magmatik, Erupsi Freatik
(Hidrovulkanik), dan Erupsi
Freatomagmatik. Erupsi magmatic
merupakan erupsi yang berasal dari
energi magmatik basaltik, encer dan
rekahan yang tidak tersumbat.Erupsi
Freatik merupakan erupsi yang berasal
dari tekanan gas. Erupsi Freatomagmatik
merupakan erupsi yang berasal dari
tekanan magma yang sangat tinggi.
Erupsi gunung api berdasarkan sifat-sifat
erupsi dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu tipe erupsi Hawai, tipe erupsi
Stromboli, tipe erupsi Vulkanian, tipe
erupsi Plinian, tipe erupsi Merapi, dan
tipe erupsi Skoria(Rahayu, 2014).
Hasil yang diperoleh dari pengamatan
pada bulan Juli didapatkan grafik yang
telah diolah oleh peugas Pos Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi
mendapatkan hasil pada Gambar 1. Proses
erupsi dari gunung Raung merupakan
proses erupsi yang terus berlanjut dan
berdurasi lama. Hal ini karena gunung
Raung merupakan tipe gunung yang
bertipe strombolian. Proses erupsi yang
terjadi pada bulan juli 2015 ini
merupakan proses kelanjutan erupsi yang
terjadi pada erupsi ke-14. Dimana selang
erupsi dari erupsi ke-14 dan ke-15
berselang sekitar 26 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa proses erupsi yang
terjadi pada pada juli 2015 termasuk dari
erupsi interval waktu menengah (A.R.
Mulyana, 2007). Proses erupsi pada bulan
juli memiliki amplitudo maksimum 32mm,
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-14
hal ini menunjukkan bahwa terjadi proses
pengeleuaran vulkanik dari dapur magma
dengan di ikuti dentuman-dentuman
keras pada setiap terjadi kenaikan
amplitude (Burhan, 2015). Perilaku erupsi
gunung raung pada bulan juli 2015 hanya
berupa dentuman dan pengeluaran asap
bercampur abu tebal serta tidak diikuti
dengan pengeluaran material bom atau
kerikil.
Proses erupsi ini dapat diprediksi
akan meningkat pada bulan agustus. Hal
ini dapat terlihat pada gambar 1, dimana
pada hari-hari terakhir pada bulan juli
menaik aktivitasnya. Sehingga pada
proses erupsi pada bulan agustus diduga
akan meningkat kembali. Selain itu
gunung Raung untuk dampak erupsi tidak
terlalu berdampak bahaya bagi
masyarakat sekitar gunung api karena
letak dari pusat erupsi berjarak cukup
jauh dari pemukiman penduduk. Namun
gunung api ini akan mengeluarkan
material abu yang akan sangat
mengganggu bagi masyarakat sekitar
gunung api.
Erupsi sebagai Laboratorium Alam
Sebagai akibat lebih lanjut, meskipun
wilayah Indonesia mempunyai banyak
gunung api dan batuannya tersebar luas,
sementara tidak banyak ahli geologi yang
mendalaminya, maka dapat dikatakan
bahwa kita tidak menjadi pakar di
daerahnya sendiri. Padahal diyakini,
apabila lingkungan geologi (gunung api)
dapat benar-benar difahami, maka hal itu
akan menjadi modal dasar untuk
memanfaatkan potensi sumber daya alam
yang ada ataupun penanggulangan
terhadap bencana yang mungkin
ditimbulkannya (Bronto, 2006).
Pemanfaatan gunung api sebagai
laboratorium alam ini dapat di peroleh
dari proses praktikum pembacaan
seismograf. Praktikum ini menggunakan
analisa kegiatan gunung api dengan
perubahan amplitude dan frekuensi.
Sehingga praktikan dapat memahami
proses apa yang terjadi pada gunung api
baik gempa ringan hingga gempa yang
berkekuatan tinggi. Proses penggunaan
alat seismograf ini seharusnya fisikawan
dapat menggunakan dengan baik. Namun
pada kenyataannya alat ini hanya dipakai
oleh orang geologi saja.
Praktikum lainnya yang dapat
dilakukan yaitu praktikum penentuan
ketinggian abu erupsi. Penentuan
ketinggian abu erupsi dapat kita gunakan
alat theodolite dan dapat kita analisis
sederhana dengan fisika matematika yang
memanfaatkan perubahan sudut pada
setiap pengamatan. Pada setiap
pengamatan dilakukan di tempat yang
berbeda dengan posisi yang sudah terukur
jaraknya. Dimana erupsi yang terjadi
pada bulan juli ini memiliki ketinggian
kurang lebih sekitar 600m dari pusat
kawah. Selain penentuan ketinggian abu,
dapat juga dilakukan praktikum seperti
penentuan debit air, penentuan kecepatan
angin, dan lain sebagainya.
KESIMPULAN
Gunung Raung pada bulan juli terjadi
erupsi dengan interval waktu tengah,
karena berjarak kurang lebih 26 tahun
dari erupsi sebelumnya. Pemanfaatan
media dan alat ukur yang berada pada pos
pantau merupakan salah satu media
pendukung untuk materi fisika. Selain itu
terdapat tempat-tempat yang dapat
dilakukan untuk praktikum fisika
misalnya untuk penentuan gempa yang
terjadi di gunung api, penentuan
ketinggian semburan abu, penentuan
debit air, penentuan kecepatan angin, dan
lain sebagainya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti menyampaikan terima kasih
kepada bapak Balok Supriyadi dan Bapak
Burhan selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan membimbing
kami dalam penelitian ini. Beserta pihak-
pihak lain yang tidak disebutkan yang
telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Bemmelen, R.W. van, 1949. The geology of
Indonesia. Martinus Nijhoff, The
Hague.
Bronto, S., 2006. Fasies Gunung Api dan
Aplikasinya. Jurnal Geologi Indonesia.
Vol. 1 No.2
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-15
Burhan, A., Mukijo, 2015. Laporan
Bulanan Pos Pantau Gunung
Raung,PVMBG.
Mulyana. A. R., 2007. Peta Kawasan
Rawan Bencana Gunung Api Raung.
Bandung: PVMBG
Rahayu, Dwi Priyo Ariyanto, Komariah,
Sri Hartati, Jauhari Syamsiyah,
Widyatmani Sih Dewi. 2014. Dampak
Erupsi Gunung Merapi Terhadap
Lahan dan Upaya-Upaya
Pemulihannya. Caraka Tani Jurnal
Ilmu Ilmu Pertanian Solo. Vol. 29, No.
1.
Wildani, A., Maryanto, S., Gunawan, H.,
Triastuty, H., Hendrasto, M., 2013. Analisis Non Linier Tremor Vulkanik
Gunungapi Raung Jawa Timur
Indonesia. Jurnal Neutrino Vol. 6, No.
1.
Zaennudin, A., Wahyudin, D., Mamay
Surmayadi, dan Kusdinar, E., 2012.
Prakiraan bahaya letusan Gunung Api Ijen
Jawa Timur. Jurnal Lingkungan dan
Bencana Geologi. Vol. 3 No.2.
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-16
Rebab Instrumen Gesek Gamelan: Analisis Hubungan Antara Posisi Gesekan dan Komponen Penyusun Sinyal Suara
FIKROTURROFIAH SUWANDI PUTRI1), AFFA ARDHI SAPUTRI2) 1) Pascasarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta.
Jl. Colombo No.1 Sleman Yogyakarta
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara posisi kawat dan komponen penyusun sinyal suara. Komponen sinyal suara
terdiri dari frekuensi fundamental, frekuensi harmonik, dan rasio amplitudo. Rebab adalah satu-
satunya instrumen kawat gesek gamelan. Pada penelitian, posisi kawat diatur di nada 5 (limo)
laras slendro. Suara rebab direkam dengan software bunyi yang dapat menampilkan bentuk
gelombang dan spektrum frekuensi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa frekuensi
fundamental dan frekuensi harmonik tidak tergantung pada posisi kawat. Frekuensi harmonik
rebab memiliki deret harmonik di overtone. Pada sisi lain, kualitas bunyi ditentukan oleh
amplitudo yang tergantung pada posisi kawat.
Kata Kunci: Posisi Kawat Rebab, Frekuensi Fundamental, Frekuensi Harmonik, Rasio
Amplitudo.
PENDAHULUAN
Rebab merupakan salah satu
instrumen musik gesek pada gamelan.
Rebab dimasukkan dalam kelompok
kordofon bersama dengan siter dan
celempung. Ricikan rebab adalah alat
musik yang terbuat dari kayu dengan
sebuah dawai yang direntangkan dari atas
ke bawah kemudian ditarik kembali ke
atas (Palgunadi, 2002). Dawai yang
digunakan biasanya terbuat dari kawat
kuningan yang ditumpu oleh sebuah
penyangga kecil (srenten) sehingga
membentuk huruf kapital H pada posisi
ditidurkan.
Rebab merupakan instrumen melodi
dengan gaya lembut yang memandu
instrument lain ketika musik gamelan
dimainkan. Djumadi (1982) menyebutkan
bahwa fungsi rebab yaitu sebagai
pamurba lagu yang terdiri dari
senggrengan, pathetan, buka, dan mengisi
balungan. Sebagai salah satu dari
insrumen pemuka (pemurba lagu) rebab
diakui sebagai pemimpin lagu dalam
ansambel untuk beralih dari seksi yang
satu ke seksi yang lain, terutama dalam
gaya tabuhan lirih (Sumarsam, 2003).
Pada mayoritas gendhing jawa, rebab
memainkan lagu pemuka gendhing,
menentukan gendhing, laras dan phatet
yang akan dimainkan.
Wilayah nada rebab mencakup luas
wilayah semua gendhing sehingga, alur
lagu rebab memberi petunjuk jelas
tentang jalan alur lagu gendhing. Pada
saat tertentu rebab akan mulai memasuki
nada tinggi seiring dengan bunyi gong di
akhir putaran seksi gamelan. Hal ini
menjadi isyarat bagi paduan suara untuk
mulai menyanyikan lagu dan masuk
dalam seksi berikutnya. Seperti halnya
perangkat gamelan lain, rebab juga
memiliki titi nada slendro dan pelog. Titi
nada perangkat gamelan slendro pada
rebab memiliki wilayah nada mulai dari
urutan nada 2 3 5 6 1 2 3 5 6 1 2 3 5 dan 2
3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 pada perangkat
gamelan pelog (Supanggah, 2002).
Gamelan belum memiliki acuan baku
untuk proses pelarasan gamelan. Ahli
laras gamelan menggunakan perasaan
dan kepekaan telinga pada proses
tersebut. Hal ini meyebabkan perbedaan
suara yang dihasilkan masing-masing alat
musik termasuk rebab. Perbedaan
tersebut bergantung pada karakteristik
bahan dasar rebab. Setiap bahan memiliki
frekuensi fundamental yang berbeda
sehingga menimbulkan bunyi yang
terdengar berbeda. Selain pengaruh
perbedaan frekuensi, karakteristik bahan
juga menyebabkan adanya warna bunyi.
Warna bunyi adalah bunyi dengan
mailto:[email protected]
-
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2015
ISBN 978-602-71279-1-9 PF-MP-17
frekuensi sama tetapi terdengar berbeda.
Warna bunyi disebut dengan timbre
menunjukkan kualitas suara dari suatu
sumber suara atau instrumen musik
(Nugraha, 2008).
Warna bunyi disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu: 1) penggunaan alat
petik yang berbeda; 2) kecepatan memetik
dawai; dan 3) posisi memetik dawai.
Egeland (2009) menganalisis nada dengan
rentang frekuensi yang berbeda, dari nada
dasar sampai overtone kelima dilakukan
dengan variasi posisi memetik pada alat
petik karton dan plektrum. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa energi
terbesar nada dasar (fundamental tone)
dihasilkan dengan menggunakan alat
petik berbahan lembut dan energi terbesar
overtone dihasilkan dengan menggunakan
alat petik berbahan kasar. Ban
menganalisis nada dengan konsep yang
sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Egeland. Media penelitian Ban (2010)
adalah gitar listrik. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan frekuensi tidak bergantun