PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 …. G14-RA01 Hal...selatan daerah penelitian (Aspol...

4
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa Makassar, 13 September 2014 1 Aplikasi Metode Geolistrik untuk Menentukan Model Penyebaran Air Tanah Daerah Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura Virman 1) 1) Jurusan Mipa, Program Studi Pendidikan Fisika Uncen [email protected] Sari Ketersediaan air dari waktu ke waktu relatif tetap karena mengikuti daur hidrologi, walaupun demikian ketersediaan air dirasakan semakin terbatas. Hal ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan ekonomi. Kota Jayapura salah satu kota yang mengalami perkembangan ekonomi dan jumlah penduduk yang pesat. Dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan, maka yang perlu dipahami adalah bagaimana memenuhi kebutuhan air secara memadai untuk penduduk dan pembangunan. PDAM yang selama ini diusahakan oleh pemerintah untuk mensuplai air bersih merasa kewalahan akibat permintaan yang terus bertambah. Agar kebutuhan akan air bersih baik kualitas maupun kuantitas terpenuhi maka diperlukan sumber air bersih lain berupa air tanah. Sumber daya air tanah bawah permukaan keberadaannya tidak merata sehingga untuk pemanfaatannya harus dilakukan pemboran. Kegiatan pemboran air tanah termasuk mahal sehingga untuk efektif dan efesien maka sebaiknya dilakukan pengukuran pendahuluan yaitu geolistrik. Pemanfaatan metode geolisitrik telah dilakukan untuk menentukan model penyebaran air tanah di daerah Distrik Abepura dan Distrik Jayapura Selatan. Berdasarkan hasil pengukuran diketahui potensi air tanah di bagian utara daerah penyelidikan (Entrop, skyland, walikota dan Vihara) berada pada kedalaman > 70 m (air tanah dalam) dengan tahanan jenis antara 10.1 ohm m hingga 28.3 ohm m. Sedangkan bagian selatan daerah penelitian (Aspol Abepura, Tanah Hitam dan Otonom) berada pada kedalaman > 50 m dengan tahanan jenis 2.16 ohm m - 19 ohm m. Kata kunci: Air Tanah, Pemboran, Tahanan Jenis Pendahuluan Lebih dari tujuh puluh lima persen bagian dari bumi dilingkupi oleh air. Daratan yang menempati seperempat bagian juga tidak terpisah dari perairan-perairan di dalamnya, oleh karena itu air memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi ini. Sumber daya air tanah bersifat dapat diperbaharui secara alami, karena air tanah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari siklus hidrologi di bumi, yang ditemukan pada formasi geologi tembus air (reservoir). Reservoir adalah sebuah tendon air alami yang sangat tergantung antara lain kecuraman lereng, kondisi material permukaan tanah, jenis serta banyaknya vegetasi dan curah hujan. Air tanah di dalam tanah terdapat pada material lepas seperti pasir, kerikil, campuran pasir dan kerikil. Menururt Hadian (2006) porositas batuan pasir berkisar kurang 5 % dan paling tinggi 30 %, dan bentuknya dipengaruhi oleh ukuran butir, bentuk butir dan tempat terbentuknya sedimen. Batu pasir terbentuk dari material yang berukuran pasir yang diameternya mencapai 0.006-2 mm, merupakan sedimen lepas dari hasil rombakan batuan beku, sedimen dan metamorf. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model penyebaran air tanah daerah Distrik Abepura dan Distrik Jayapura Selatan. Dalam hal pencarian reservoir air dapat dilakukan suatu studi awal dengan penentuan lapisan batuan yang mengandung air dalam jumlah jenuh. Metode yang banyak digunakan dalam penentuan lapisan batuan diantaranya adalah metode geolistrik tahanan jenis. Metode ini merupakan salah satu dari metode geofisika memeiliki kelebihan diantaranya lebih murah, cepat dan akurasi yang baik. Dalam metode geolistrik arus listrik diinjeksikan melalui elektroda AB. Arus listrik akan mengalir di bawah permukaan bumi melalui lapisan-lapisan batuan yang memiliki tahanan jenis yang berbeda-beda. Sepasang elektroda tegangan MN yang dibentangkan pada jarak tertentu akan mengukur besar tegangan listrik dipermukaan bumi. Dengan mengetahui nilai tegangan dan arus listrik maka nilai tahanan jenis perlapisan batuan bawah permukaan dapat diprediksi. Hubungan antara tahanan jenis material (ρ), potensial (V) dan arus (I) adalah sebagai berikut (Telford, 1990) : ………………………….……………….(1) Dimana ρ adalah tahanan jenis (ohm m), V = beda potensial (volt) dan I=arus listrik (mA) dan K= factor geometri yang bersarnya tergantung susunan elektroda.

Transcript of PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 …. G14-RA01 Hal...selatan daerah penelitian (Aspol...

Page 1: PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 …. G14-RA01 Hal...selatan daerah penelitian (Aspol Abepura, Tanah Hitam dan Otonom) berada pada kedalaman > 50 m dengan tahanan jenis 2.16

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014

Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa

Makassar, 13 September 2014

1

Aplikasi Metode Geolistrik untuk Menentukan Model Penyebaran Air Tanah Daerah Distrik

Jayapura Selatan, Kota Jayapura

Virman1)

1)Jurusan Mipa, Program Studi Pendidikan Fisika Uncen

[email protected]

Sari

Ketersediaan air dari waktu ke waktu relatif tetap karena

mengikuti daur hidrologi, walaupun demikian ketersediaan

air dirasakan semakin terbatas. Hal ini antara lain

disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan

pembangunan ekonomi. Kota Jayapura salah satu kota yang

mengalami perkembangan ekonomi dan jumlah penduduk

yang pesat. Dalam rangka mencapai pembangunan yang

berkelanjutan, maka yang perlu dipahami adalah

bagaimana memenuhi kebutuhan air secara memadai untuk

penduduk dan pembangunan. PDAM yang selama ini

diusahakan oleh pemerintah untuk mensuplai air bersih

merasa kewalahan akibat permintaan yang terus bertambah.

Agar kebutuhan akan air bersih baik kualitas maupun

kuantitas terpenuhi maka diperlukan sumber air bersih lain

berupa air tanah. Sumber daya air tanah bawah permukaan

keberadaannya tidak merata sehingga untuk

pemanfaatannya harus dilakukan pemboran. Kegiatan

pemboran air tanah termasuk mahal sehingga untuk efektif

dan efesien maka sebaiknya dilakukan pengukuran

pendahuluan yaitu geolistrik. Pemanfaatan metode

geolisitrik telah dilakukan untuk menentukan model

penyebaran air tanah di daerah Distrik Abepura dan Distrik

Jayapura Selatan. Berdasarkan hasil pengukuran diketahui

potensi air tanah di bagian utara daerah penyelidikan

(Entrop, skyland, walikota dan Vihara) berada pada

kedalaman > 70 m (air tanah dalam) dengan tahanan jenis

antara 10.1 ohm m hingga 28.3 ohm m. Sedangkan bagian

selatan daerah penelitian (Aspol Abepura, Tanah Hitam dan

Otonom) berada pada kedalaman > 50 m dengan tahanan

jenis 2.16 ohm m - 19 ohm m.

Kata kunci: Air Tanah, Pemboran, Tahanan Jenis

Pendahuluan

Lebih dari tujuh puluh lima persen bagian dari bumi

dilingkupi oleh air. Daratan yang menempati seperempat

bagian juga tidak terpisah dari perairan-perairan di

dalamnya, oleh karena itu air memegang peranan yang

sangat penting bagi kehidupan di muka bumi ini.

Sumber daya air tanah bersifat dapat diperbaharui secara

alami, karena air tanah merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari siklus hidrologi di bumi, yang ditemukan

pada formasi geologi tembus air (reservoir). Reservoir

adalah sebuah tendon air alami yang sangat tergantung

antara lain kecuraman lereng, kondisi material permukaan

tanah, jenis serta banyaknya vegetasi dan curah hujan. Air

tanah di dalam tanah terdapat pada material lepas seperti

pasir, kerikil, campuran pasir dan kerikil. Menururt Hadian

(2006) porositas batuan pasir berkisar kurang 5 % dan

paling tinggi 30 %, dan bentuknya dipengaruhi oleh ukuran

butir, bentuk butir dan tempat terbentuknya sedimen. Batu

pasir terbentuk dari material yang berukuran pasir yang

diameternya mencapai 0.006-2 mm, merupakan sedimen

lepas dari hasil rombakan batuan beku, sedimen dan

metamorf. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan

model penyebaran air tanah daerah Distrik Abepura dan

Distrik Jayapura Selatan.

Dalam hal pencarian reservoir air dapat dilakukan suatu

studi awal dengan penentuan lapisan batuan yang

mengandung air dalam jumlah jenuh. Metode yang banyak

digunakan dalam penentuan lapisan batuan diantaranya

adalah metode geolistrik tahanan jenis. Metode ini

merupakan salah satu dari metode geofisika memeiliki

kelebihan diantaranya lebih murah, cepat dan akurasi yang

baik. Dalam metode geolistrik arus listrik diinjeksikan

melalui elektroda AB. Arus listrik akan mengalir di bawah

permukaan bumi melalui lapisan-lapisan batuan yang

memiliki tahanan jenis yang berbeda-beda. Sepasang

elektroda tegangan MN yang dibentangkan pada jarak

tertentu akan mengukur besar tegangan listrik dipermukaan

bumi. Dengan mengetahui nilai tegangan dan arus listrik

maka nilai tahanan jenis perlapisan batuan bawah

permukaan dapat diprediksi. Hubungan antara tahanan jenis

material (ρ), potensial (△V) dan arus (I) adalah sebagai

berikut (Telford, 1990) :

………………………….……………….(1)

Dimana ρ adalah tahanan jenis (ohm m), △V = beda

potensial (volt) dan I=arus listrik (mA) dan K= factor

geometri yang bersarnya tergantung susunan elektroda.

Page 2: PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 …. G14-RA01 Hal...selatan daerah penelitian (Aspol Abepura, Tanah Hitam dan Otonom) berada pada kedalaman > 50 m dengan tahanan jenis 2.16

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014

Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa

Makassar, 13 September 2014

2

Persamaan (1) ini merupakan rumus dasar untuk

menghitung tahanan jenis semu batuan. Jika medium

homogen maka persamaan diatas memberikan harga

tahanan jenis yang sebenarnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tahanan jenis

Struktur bawah permukaan kemungkinan merupakan

lapisan-lapisan dengan tahanan jenis berbeda-beda. Banyak

factor yang mempengaruhi tahanan jenis ini, antara lain

(Kenneth, 1994):

Kandungan air, medium yang mengandung air,

tahanan jenis semakin kecil.

Porositas, yaitu perbandingan antara volume

rongga (pori-pori) terhadap volume batuanitu

sendiri. Volume pori-pori batuan yang besar akan

memberikan kandungan cairan yang lebih banyak

sehingga harga tahanan jenisnyapun akan

semakin kecil.

Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat suatu

rumusan empiris yang disebut Hukum Archie,

sebagai berikut:

……………………………..(2)

Dimana ρ’ =tahanan jenis batuan yang berisi

cairan (ohm m), a dan m = konstanta (0.5 < a <

2.5 ; 1.3 < m < 2.5), tahanan jenis air

(ohm m), = porositas, n = 2 dan S= bagian dari

pori-pori batuan yang berisi fluida.

Suhu, tahanan jenis batuan berbanding terbalik

dengan suhu. Hubungan suhu dengan tahanan

jenis ditunjukkan oleh persamaan berikut:

…………………………..(3)

Dimana tahanan jenis fluida (ohm m), k =

konstanta, bergantung konsentrasi elekstrolit

dalam fluida dan t = suhu.

Metodologi

Penelitian dengan geolistrik untuk menentukan model

penyebaran air tanah ini dilakukan di Distrik Abepuran dan

Distrik Jayapura Selatan. Lintasan pengukuran ditentukan

berdasarkan kondisi alam daerah sekitar lokasi penelitian,

lokasi atau titik pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pengukuran geolistrik tahanan jenis di daerah

menggunakan konfigurasi Schlumberger. Injeksi arus listrik

DC (tegangan tinggi) menggunakan 2 buah elektroda arus

yaitu A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan

jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan

menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan

batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus lirtrik

tesebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam

tanah, yang besarnya dapat diukur melalui 2 buah elektroda

tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek dari jarak

elektroda AB.

Bila posisi jarak elektroda AB di ubah menjadi lebih besar

maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut

berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut

terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.

Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa

ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari

jarak AB yang biasa disebut AB/2 maka diperkirakan

pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk

setengah bola dengan jari-jari AB/2 (Keller, 1977).

Prosedur pengambilan data mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Survei pendahuluan, dimaksudkan untuk melihat

daerah survei sebagai bahan masukan dalam

menentukan titik-titik pengamatan dan arah

bentangan. Pertimbangan yang dipakai adalah

kondisi geologi, kondisi medan dan kenampakan

lainnya.

2. Pengambilan data dilakukan setelah titik amat

ditentukan. Adapun kegiatan yang dilakukan

meliputi menyusun rangkaian elekktroda,

mencatat arus listrik (I) dan beda potensial (V).

3. Pengecekan data di lapangan dimaksudkan untuk

mengetahui sesegera mungkin bila ada kesalahan.

Dari hasil pengukuran diperoleh data-data berupa arus listri

(I), beda potensial (V) dan factor geometri (K). Data-data

yang terkumpul tersebut kemudian diolah menggunakan

persamaan (1) untuk mendapatkan tahanan jenis semu.

Untuk mendapatkan tahanan jenis sebenarnya dalam

penelitian ini digunakan program IPI2win. Dari hasil

pengolahan data dengan IPI2win pada setiap titik amat

akan diperoleh informasi tentang jumlah perlapisan, harga

tahanan jenis sebenarnya dan ketebalan tiap lapisan. Dari

harga tahanan jenis dan ketebalan tiap lapisan direfer pada

hasil yang pernah dilakukan atau dicocokkan dengan harga

tahanan jenis batuan untuk selanjutnya diintepretasi secara

geologi. Hasil intepretasi semua titik amat kumudian dibuat

penampang kedalaman air bawah permukaan, sehingga

diperoleh gambaran kondisi lapisan air bawah permukaan

di daerah penelitian.

Page 3: PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 …. G14-RA01 Hal...selatan daerah penelitian (Aspol Abepura, Tanah Hitam dan Otonom) berada pada kedalaman > 50 m dengan tahanan jenis 2.16

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014

Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa

Makassar, 13 September 2014

3

Pembahasan

Sebaran titik pengukuran geolistrik diusahakan dapat

mewakili daerah survei, sehingga informasi yang diperoleh

dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang daerah

survei. Dari penelitian di Distrik Abepura dan Distrik

Jayapura Selatan telah dilakukan pengukuran sebanyak 10

titik sounding, yang dapat di lihat pada Lampiran 1.

Data sounding tersebut diolah menggunakan software

IPI2win yang hasilnya berupa perlapisan batuan, tahanan

jenis, ketebalan dan kedalaman. Hasil pengolahan data

dengan program IPI2win tersebut dapat digunakan sebagai

bahan acuan untuk membuat model penampang dua

dimensi menggunakan surfer versi 11, hasilnya seperti pada

Lampiran 2. Model penampang terhadap 10 titik sounding

kemudian dikorelasi dengan menarik setiap batas nilai

tahanan jenis yang sama. Untuk keperluan analisis terhadap

keberadaan air tanah dalam penelitian ini dilakukan

pembahasan dengan membagi dua yaitu dibagian selatan

adalah Distrik Abepura dan sebelah utara distrik Jayapura

Selatan.

Analisis terhadap data hasil pengukuran dilakukan dengan

mengkorelasikan besarnya harga tahanan jenis dengan

harga tahanan jenis batuan uji laboratorium dalam tabel

tahanan jenis batuan serta data geologi (data bor, singkapan

dan sumur penduduk). Hasil korelasi tersebut akan

diperoleh informasi litologi batuan yang ada di bawah

permukaan, yang dapat menentukan ada dan tidaknya

lapisan akifer air tanah.

Penampang terhadap 10 titik sounding (Lampiran 2)

menggambarkan adanya perlapisan tanah/batuan

berdasarkan nilai tahanan jenis sebenarnya. Intepretasi

litologi dari penampang dua dimensi terhadap 10 titik

pengukuran dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok

tahanan jenis yaitu:

1. Kelompok tahanan jenis rendah <10 ohm m.

Lapisan ini diperkirakan merupakan akifer air

tanah

2. Kelompok tahanan jenis sedang antara 11-100

ohm m yang diperkirakan berasosiasi dengan

batuan sedimen, dan

3. Kelompok tahanan jenis tinggi 100-1000 ohm m

atau lebih besar dari 1000 ohm m.

Distrik Abepura

Data geologi (pemboran) yang dilakukan pada titik

pengukuran C (Aspol Abepura) mempunyai ketinggian 35

diatas permukaan laut (Lampiran 1) menunjukkan urutan

stratigrafi perselingan klastika halus dan kasar berupa batu

lempung, batu pasir, batu pasir tufaan, breksi, konglomerat,

dan batu lempung pasiran. Apabila tahanan jenis

dikorelasikan dengan data bor, maka akifer terdapat pada

lapisan lima dengan tahanan jenis 19 ohm m. Lapisan ini

berada pada kedalaman diatas 50 m dari permukaan, jenis

akuifer dalam. Lapisan di atasnya yaitu lapisan 3 dan

lapisan 4 merupakan lapisan yang memiliki tahanan jenis

antara 309 ohm m hingga 562 ohm m, merupakan lapisan

impermeable yang berfungsi sebagai penahan air tanah agar

tidak naik ke lapisan diatasnya.

Untuk titik sounding D (Otonom) berada pada ketinggian

20 m diatas permukaan laut termasuk daerah datar, air

tanah terkumpul dalam endapan alluvium yang menutupi

bagian yang bertopografi rendah. Hasil pengukuran

geolistrik diperoleh sebanyak 5 lapisan, lapisan 1 memiliki

ketebalan 0.75 m dengan tahanan jenis 9.5 ohm m dan

lapisan di bawahnya tahanan jenisnya 165 ohm m dengan

ketebalan 1.19 m. Otonom adalah daerah yang awalnya

hutan sagu (termasuk rawa) yang sekarang sudah banyak

dijumpai bangunan perumahan maupur kantor. Lapisan 1

dan 2 termasuk tanah timbunan dengan total kedalamannya

1.75 m. Lapisan di bawahnya (lapisan 3 dan 4) tahanan

jenisnya cukup kecil yaitu 2.16 hingga 35.2 ohm m, ini

menggambarkan bahwa pada lapisan 3 dan 4 terdapat air

tanah dangkal yang kualitasnya berbeda. Diperkirakan air

pada lapisan 3 bersifat payau sehingga konduktif, ini

dipengaruhi oleh larutnya berbagai tumbuhan seperti pohon

sagu, berbagai jenis rumput, dan lain-lain.

Distrik Jayapura Selatan

Lapisan paling atas (lapisan 1) umumnya ditutupi oleh

soil/tanah mempunyai tahanan jenis 0-50 ohm m mencapai

tebal antara 0.75 m – 2 m (Entrop). Kondisi ini berbeda

dengan dua titik pengukuran di Skyland, dan Vihara, yang

nilai tahanan jenisnya masing-masing 224 ohm m dan 334

ohm m. Nilai tahanan jenis yang relatif besar ini akibat

telah dilakukan pengerasan yaitu pembuatan jalan untuk

kegiatan bongkar muat mobil proyek.

Sedangkan lapisan di bawahnya dengan nilai tahanan jenis

175 ohm m hingga 3001 ohm m diperkirakan merupakan

lapisan batu pasir yang diharapkan berfungsi sebagai

lapisan impermeable sehingga pada lapisan ini diharapkan

dapat berfungsi untuk menahan air tanah agar tidak turun

ke lapisan bawahnya.

Potensi akumulasi akuifer terdapat di lapisan 4 dengan

tahanan jenis 10.1 ohm m hingga 28.3 ohm m, karena pada

titik ini (Vihara dan Skyland) diperkirakan terdapat tendon

air pada kedalaman sekitar 40 m. Sedangkan untuk titik

Page 4: PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 …. G14-RA01 Hal...selatan daerah penelitian (Aspol Abepura, Tanah Hitam dan Otonom) berada pada kedalaman > 50 m dengan tahanan jenis 2.16

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014

Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa

Makassar, 13 September 2014

4

pengukuran Entrop potensi air tanah dalam berada pada

lapisan 5, di atas lapisan ini (lapisan 4) tahanan jenisnya

berkisar antara 562 ohm m hingga 3679 ohm m. Lapisan ini

berfungsi sebagai lapisan impermeable yang menahan agar

air tanah tidak merember ke lapisan atas.

Kesimpulan

Secara garis besar, berdasarkan informasi tentang kondisi

geologi dan data geolistrik, maka dapat disimpulkan:

Model penyebaran air tanah daerah penelitian berdasarkan

Lampiran 2 memberikan gambaran bahwa akifer di sebelah

selatan (Distrik Abepura) berada pada kedalaman diatas 50

m (air tanah dalam), menyebar kearah timur (Tanah

Hitam). Kedua titik pengukuran ini berada persis dibatas

ketinggian kearah selatan Distrik Abepura-Kabupaten

Keerom. Air tanah dalam yang dijumpai pada titik

sounding C bersumber dari daerah tangkapan yang berada

pada ketinggian 200 m dengan vegetasi yang cukup lebat.

Air tanah di Daerah Otonom (D) berada pada kedalaman

16-20 meter (air tanah dangkal), air tanah bersifat payau

akibat pembusukan dari vegetasi seperti berbagai rumput

dan pohon sagu. Untuk daerah selatan daerah penelitian

(Distrik Jayapura Selatan) berdasarkan data geolistrik

maka air tanah dalam menyebar mulai pada kedalaman

>41 m (Skyland), 80 m (Entrop) dan 40 m (Vihara).

Daftar Pustaka

Dwi Hadian M. S., Mardiana U., dan Abdulrahman O.,

2006. Sebaran akuifer dan pola aliran air tanah di

Kecamatan Batuceper dan Kecamatan Benda Kota Tangerang. Jurnal Geologi Indonesia.

Telford, W. M., Geldart, L. P., dan Sherif, R. E., 1990.

Applied Geophysics, Cambridge University Press,

New York.

Keller, G.V., 1977. Electrical method geophisical

prospecting. Pergamon Press.

Kenneth, P., 1994. Sediment transfort and depositional

processes. Blacwell Scientific Publications.

Yatini. 2007. Penerapan metode geolistrik sounding untuk

mengatasi persoalan air bersih di Kabupaten Bantul,

Daerah Istimewa Yogjakarta. Jurnal Riset Daerah.

Lampiran 1

Lampiran 2